Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikanrahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah untuk tugas Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikanwaktu dan pikirannya untuk membantu dan menyelesaikan makalah Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan ini. Makalah ini dibuat oleh
penulis untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada mata kuliah Rekayasa Lingkungan
Mengenai Dampak Lingkungan dimana didalamnya terdapat pembahasan tentang dampak -
dampak yang terjadi akibat adanya proyek ini, rencana pengelolaannya, dan rencana
pemantauannya.Penulis menyadari bahwa didalam penulisan makalah ini masih banyak
terjadikesalahan-kesalahan baik itu yang disengaja maupun yang tidak disengaja, karena
status penulis sebagai mahasiswa sekaligus manusia biasa yang tidak lepas dari kekhilafan
dan kesalahan. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebaik -
baiknya.

Purworejo, 14 Desember 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................1


Daftar Isi ............................................................................................................................ 2
BAB I Pendahuluan ............................................................................................................ 3
BAB II Permasalahan ......................................................................................................... 5
BAB III Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) ....................................................11
BAB IV Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) .....................................................13
BAB V Kesimpulan ........................................................................................................... 22

2
BAB I
IDENTITAS PEMRAKARSA

1. Identitas Pemrakarsa
a. Nama Perusahaan : PT. PIONIRBETON INDUSTRI
b. Nomor Pokok Wajib Pajak : 01.071.377.4-052.000
c. Status Perusahaan : PMDN/ Non PMA
d. Alamat Perusahaan : Jl. Rawa Sumur IV Blok BB9 A-B Kawasan
Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur 13930.
Telepon : (021) 46836344
Faximili : (021) 46836351
e. Pimpinan/Penanggungjawab : Jabatan : Direktur PT. Pionirbeton Industri
f. Rencana Usaha/Kegiatan : Pembangunan industri Beton Siap Pakai
(Ready Mix)
g. Lokasi Rencana Kegiatan : Jl.Cirebon-Tegal Km 10, Desa Kanci,
Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon,
Provinsi Jawa Barat.
h. Luas Tanah : 12.390 m²
i. Luas Bangunan : 669,7m²
j. Status Tanah : Hak Milik
k. Penanggung Jawab UKL dan UPL : Rizal
l. Jabatan : Plant Supervisor Kanci
Alamat : Jl. Cirebon-Tegal Km 10, Desa Kanci,
Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon.

2 Ringkasan Dampak yang Timbul Selama Kegiatan adalah:


Tahap Konstruksi
 Kebisingan
 Bahaya Kebakaran
 Keresahan Masyarakat
Tahap Operasional
 Perubahan Persepsi Masyarakat
 Peningkatan Debu dan Kualitas Udara
 Peningkatan Kecelakaan Kerja
 Kerusakan Infrastruktur
 Peningkatan Limbah B3
Tahap Pasca Operasional
 Ketenagakerjaan
 Pendapatan Masyarakat
 Sosial Budaya
2. Upaya pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan yang wajib dilakukan oleh
penanggungjawab usaha dengan berpedoman pada matriks upaya pengelolaan

3
lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan sebagaimana tercantum dalam UKL
dan UPL
3. Dalam melakukan usaha/kegiatan wajib dilemgkapi izin perlindungan dan pengelolaan
limgkungan hidup berupa izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan
sementara limbah berbahaya dan racun.

Upaya pengelolaan dan pemantauan yang terdaftar dalam UKL dan UPL dinyatakan
logis teknlologi dan cara yang digunakan tersedia, ekonomis dan dapat dilaksanakan
maka UKL UPL untuk rencana usaha/kegiatan stone crusher PT. PIONIRBETON
INDUSTRI tersebut secara teknis disetujui.

4
BAB II
RENCANA USAHA DAN KEGIATAN

1) Penggunaan Lahan

Luas
No Penggunaan Lahan (M2)

A Lahan Tertutup Bangunan/ Material


Kedap Air
1 Unit peralatan produksi beton siap pakai 55,7
(Concrete Batching Plant)
Kantor, logistik, laboratorium, curing,
2 restroom, mushola, gudang, workshop,
driver room, 500
check slump, dan batchroom.
3 Rumah Genset 12
4 Toilet/WC 8
5 Tempat
additive
tangki penampungan solar &
60
Bak penampungan sedimen & pencucian
6 truck 30
mixer.
7 Pos security 4
Sub total A 669,7
B Lahan Terbuka/Tidak Kedap Air
1 Area stock material 7.870,3
Area parkir truck mixer, alat berat,
2 kendaraan 150
karyawan, dan kendaraan tamu
3 Saluran hujan/drainase 200
4 Jalan & sirkulasi kendaraan 2.000
5 Penghijauan/RTH 1.500
Sub total B 11.720,3
Total Luas
Lahan 12.390

2) Jenis dan Kapasitas Produksi


Kapasitas Produksi
Jenis Produksi (Vol/satuan waktu)

Beton siap pakai 126.000 m3/ tahun


(ready mix)

3) Bahan-Bahan Yang Digunakan


Cara Neraca Bahan
Jenis Sifat
No Bentuk Fisik Asal Bahan Penyimpa % %
Bahan Kapasitas Bahan Produk Sisa
nan

5
1 5000 Tdk Cidahu, Ditimbun
Pasir Padat Di area 99 1
m3/bulan berbahaya Kuningan terbuka
2 5000 Tdk Slawi, Crusher Ditimbun
Batu Split Padat di area 99 1
m3/bulan berbahaya Tegal terbuka
3 Tdk PT.
Semen 70 ton/silo Padat Indocement Silo semen 100 -
berbahaya Palimanan
4 Fly Ash Padat B3 PLTU Silo Fly Ash 100 -
80 ton/silo Tanjungjati
5 2500 Tdk Air
Air Cair berbahaya Tanah/baku Tangki air 100 -
m3/bulan
6 5000 Asam/koro Grace Tangki
Additive Cair sif Cikarang additive 100 -
lt/bulan

6
4) Peralatan Yang Digunakan
Jumlat Jenis
Alat Energi
No Jenis Alat Merk/Type Kapasitas dampak
Penggerak
/
cemaran
1 Batching Plant 1 Unit Batctec 50 m3/jam Listrik Debu,
(Malaysia)/ Genset bising
Export-4
2 Truk Mixer 10 unit Hyno (Jepang)/ 7 m3 Solar Emisi,
Nissan CW debu,
Bising
3 Wheel Loader Caterpillar 2,5 m3 Solar Emisi,
(USA)/ 928-G debu,
Bising
4 Generator Set 1 Unit Perkins 140 KVA Solar Emisi,
bising
5 Silo besi 3 buah - 60 & 80 ton - -
6 Tangki air & 3 buah - 20rb & - -
Additive 50rb
liter
7 Tangki solar 1 buah - 20 rb liter - -

5) Pemakaian Energi
Jenis Pemakaian/Bulan
Kapasitas Terpasang Penggunaan
Energi
Operasional
Listrik Batching Plant,
Rata-rata 300 jam
Generator 140 Kva Batchroom, dan
penerangan
Listrik
PLN

6) Penggunaan Bahan Bakar dan Pelumas


Jenis Bahan Kebutuhan/ Asal Bahan Cara
bakar/Pelu Bulan Penggunaan Penanganan Sisa
mas Bakar/Pelumas Penyimpanan

Dalam Tangki Genset, truk


Tidak ada sisa/Habis
Solar 10.000 Lt mixer dan
Solar pakai
loader
Ditampung dalam
wadah olie bekas,
dan diserahkan ke
Olie 250 Lt Dalam Drum pengepul limbah B3
yang
memiliki izin dari
KLH

7
7) Tenaga Kerja
Klasifikasi Tingkat Status Tenaga Kerja
No Jumlah Tetap Kontrak Asal Tenaga Kerja
Pekerjaan Pendidikan (orang)
1 Team Leader S1 1 Pendatang
2 Batcher SLTA/Sederajat 3 Pendatang
3 Transporter SLTA/Sederajat 9 Pendatang
4 Mecahnic SLTA/Sederajat Pendatang &
5 setempat
5 Laborat SLTA/Sederajat 4 Pendatang
6 Security SLTA/Sederajat 4 Setempat
7 Logistik SLTA/Sederajat Pendatang &
2 setempat
8 HSE Inspector SLTA/Sederajat 1 Pendatang
9 Admin Kantor SLTA/Sarjana 3 Pendatang
10 Helper SLTP 3 Setempat
Jumlah 35

8
8) Kebutuhan Air Bersih (Air Tanah)
Volume
No Penggunaan (m3/hari)

1 Produksi ready mix 51


Siram alat/truk mixer dan sisa
2 produk 21
dalam truk mixer
3 Siram area produksi 3
4 Siram bahan baku di area 3
Penimbunan
5 Siram tanaman 1

6 Toilet/mushola (35 orang 4


karyawan)
Total penggunaan air 83

9) Jenis Alat Angkut/Kendaraan


Ritasi
(Jumlah/satuan
Jenis Pengangkutan Jenis Kendaraan waktu)

1. Bahan Baku
Truk kap. 20
- Pasir
ton Truk kap. 166 ritasi/bulan
- Aggregat (Batu split)
20 ton 166 ritasi/bulan
- Semen
Truk Tangki semen kap.25 7 ritasi/bulan
- Fly ash (abu terbang
ton Truk Tangki fly ash 4 ritasi/bulan
batubara) 2 ritasi/bulan
- Bahan Additive kap. 25 ton
Truk kap. 7m3
2. Hasil Produksi/beton siap Truk mixer kap. 7 m3
pakai 150 ritasi/bulan

9
10) Timbulan Limbah/Cemaran
Kegiatan Yang Menghasilkan Volume
No Jenis Limbah/Cemaran
Limbah/Cemaran
1 Limbah Padat
Produksi beton (ready mix):
1.1. Sisa beton pada truk mixer & Sisa beton ± 6 m3/bulan
beton uji di laboratorium.
Kertas, kardus, koran, sisa
makanan, plastik kemasan
Aktivitas domestik makanan/minuman,
1.2. (kantor, pekerja, dan stereoform, botol plastik, gelas, ± 1 m3/bulan
halaman/RTH) lampu
bohlam, daun & ranting
tanaman.
1.3. Pemeliharaan bak sedimentasi Sludge (material halus beton) ± 0,5 m3/bulan
1.4. Workshop/bengkel Ban dan sparepart bekas -
2 Limbah Cair
Poduksi beton (ready mix): Air kotor yang mengandung
Siram truk mixer &
2.1. partikel halus & kasar ± 10 m3/bulan
pembersihan sisa beton pada
campuran bahan beton.
truk mixer.
Air kotor yang mengandung
2.2. Aktivitas MCK karyawan detergen, ± 30 m3/bulan
shampoo, urin dan tinja.
3 Limbah B3
3.1. Penggunaan bahan baku fly ash Ceceran fly ash -
Olie bekas dan ceceran olie ± 75 Lt/bulan
Accu bekas, sparepart, drum
3.2. Workshop/bengkel bekas pelumas, botol/kaleng -
olie, lap olie
(majun)

10
BAB III
DAMPAK LINGKUNGAN

Kegiatan usaha PT. PIONIRBETON INDUSTRI mulai tahap konstruksi, knstruksi operasi dan
pasca operasi pada dasarnya menimbulkan dampak terhadap seluruh komponen lingkungan
yang meliputi kimia, biologi, social ekonomi serta kesehatan manusia. Dampak yang
mungkin timbul sebagai berikut:
1. Dampak Tahap Konstruksi
Uji coba Produksi dan Penyetelan peralatan
a. Kebisingan dengan mengacu pada keputusan menteri LH tentang baku mutu
tingkat kebisingan peruntukkan pemukiman (55dBA) dan peruntukkan wilayah
industri 70dBA.
b. Bahaya kebakaran terjadinya potensi kebakaran dari sumber penggunaan
jaringan atau instalasi jaringan alat listrik.
c. Munculnya keresahan masyarakat dari uji coba alat produksi
2. Dampak Tahap Operasi
1. Penerimaan tenaga kerja operasi dapat mengakibatkan perubahan persepsi
masyarakat terkait serapan tenaga kerja bagi warga sekitar lokasi kegiatan
dengan munculnya protes warga sekitar yaitu warga Kelurahan Sragi terhadap
protes rekruitmen tenaga kerja orang calon tenaga kerja operasi
2. Suplay bahan baku
3. Penimbunan bahan
Dampak yang timbul berupa peningkatan polusi udara dan penurunan kualitas
udara di lokasi kegiatan stone crusher dimana dampak tersebut dapat
mempengaruhi kesehatan pekerja di lokasi kegiatan dengan menghirup udara
yang kotor.
4. Pengoperasian mesin
a. Peningkatan intensitas kebisingan sebesar 70 dBA
b. Peningkatan kecelakaan kerja
c. Peningkatn suhu area produksi
d. Peningkatan debu dan penurunan kualitas udara
e. Potensi rawan kebakaran dengan penggunaan jaringan/instalasi alat listrik
5. Pengangkutan/Pengiriman hasil produksi
a. Peningkatan debu dan penurunan kualitas udara dengan besaran dampak
potensi sebaran debu dan emisi dari aktivitas kendaraan pengangkut
b. Kebisingan dengan besaran tingkat kebisingan >70 dBA
c. Peningkatan getaran dengan besaran dampak berupa terjadi getaran sesaat
ketika pengangkutan melintas pemukiman warga
d. Gangguan lalu lintas dengan besaran dampak berupa frekuensi kejadian
jatuhnya material dari lokasi kegiatan dan potensi kecelakaan pada
simpangan jalan

11
e. Kerusakan infrastruktur/jaln dengan besaran dampak berupa potensi
kerusakan pada ruas jalan karena beban angkutan tidak sesuai dengan kelas
terutama di jalan kabupaten jika lebih dari 5-8 ton
3. Dampak Tahap Pasca Operasi
1. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
a. Ketenagakerjaan dengan berhentinya karyawan/tenaga kerja sebanyak 106
orang
b. Pendapatan masyarakat dengan berkurangnya pendapatan sebagian
masyarakat
c. Sosial budaya dengan keresahan dan penolakan masyarakat akan ditutupnya
kegiatan usaha

12
BAB IV
UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNAN HIDUP

UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


TAHAP KONSTRUKSI

a. Kebisingan

 Upaya Pengelolaan Lingkungan hidup


Dengan cara pemeliharaan peralatan yang bergerak dan berbagai mesin lainnya
sesuai dengan spesifikasi dan pemasangan alat peredam suara yang telah
direncanakan

 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


 Pemantauan tingkat kebisingan
 Pengamatan lansung terhadap perawatan mesin yang bergerak
 Pengukuran tingkat kebisingan

b. Bahaya Kebakaran
 Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup
 Pemeriksaan oleh satpam kepada karyawan dan pengunjung yang akan
memasuki area kegiatan
 Pemasangan papan larangan merokok
 Penyediaan alat pemadam kebakaran
 Pelatihan dan pembentukan gugus pengendali pada karyawan tanggap
darurat kebakaran

 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


 Pemantauan terhadap karyawan atau pengunjung yang akan memasuki
area kegiatan
 Pemantauan tersedianya papan larangan merokok
 Tersedianya dan berfungsinya alat pemadam kebakaran
 Tersedianya petugas satuan tanggap darurat kebakaran

c. Keresahan Masyarakat
 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Memberi penjelasan terhadap masyarakat terkait uji coba peralatan
produksi
 Membangun komunikasi yang efektif dengan masyarakat

13
 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
 Memantau tingkat pemahaman dan gejolak masyarakat terkait proses uji
coba produksi
 Memantau kelancaran proses/saluran komunikasi dengan warga setempat

UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


TAHAP OPERASI

a. Penerimaan Tenaga Kerja operasi


 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Pemberian informasi ke masyarakat tentang adanya lowongan kerja pada
tahap operasional
 Penerimaan tenaga kerja operasi yang dibutukan mengutamakan warga
local sesuai dengan kualifikasi
 Pemberian upah sesuai standard dan pemberian jaminan kesehatan
karyawan sesuai dengan peraturan undang-undang
 Proses penerimaan tenaga kerja melalui koordinasi dengan kepala desa dan
tokoh masyarakat

 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


 Serapan tenaga kerja lokal.Adabya komitmen perusahaan untuk
menyediakan lapangan pekerjaan dengan berbagai macam spesifikasi
 Pemantauan terhadap terakomodirnya kekhawatiran warga yang takut
kehilangan mata pencaharian
 Tersedianya jaminan kesehatan
 Memantau besaran upah sesuai dengan UMR

b. Suplay bahan baku


a. Peningkatan debu dan penurunan kualitas udara
 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Mengontrol emisi kendaraan pengangkutan bahan baku selama
beroperasi dengan melakukan perawatan rutin
 Menutup dengan terpal kendaraan pengangkut bahan baku secara
memadai
 Mengurangi kecepatan kendaraan pengangkut bahan baku kurang
lebih 20 km/jam ketika melewati pemukiman

 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


 Memantau pelaksanaan pengecekan secara berkala tentang kondisi
kelaikan kendaraan
 Memantau pelaksanaan pengangkutan material sesuai SOP

14
 Memantau ketaatan supir terhadap kecepatan kendaraan ketika
melewati pemukiman
 Pengukuran kualitas udara ambient

b. Kebisingan
 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Pengiriman material tidak dilakukan pada waktu jam istirahat
masyarakat sekitar
 Mengurangi kecepatan ketika melintasi pemukiman warga
 Merawat secara rutin kendaraan sehingga tidak ada bunyi gesekan
pada system peredam suara

 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


 Memantau pelaksanaan waktu pengiriman material bahan baku
 Memantau kecepatan kendaraan yang melewati pemukiman
 Pengukuran tingkat kebisingan dengan sound level meter

c. Peningkatan Getaran
 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Mengurangi kecepatan kendaraan pengangkut bahan baku
 Penggunaan alat angkut dan pembatasan beban muatan sesuai kelas
jalan yang dilalui
 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
 Memantau kecepatan kendaraan ketika melewati pemukiman
 Memantau kesesuaian tonase beban kendaraan dengan kelas jalan
 Pengukuran tingkat getaran

d. Gangguan Lalu Lintas/ceceran/licin


 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Mengurangi kecepatan kendaraan saat melewati pemukiman dan
persimpangan jalan
 Menempatkan petugas/pengawas jalan pada titik simpang rawan
kecelakaan
 Menutup dengan terpal kendaraan pengangkut bahan baku secara
memadai
 Menghindari pengangkutan pada jam sibuk (pagi dan sore)
 Membuat rambu lalu lintas berupa lampu kuning kedip kedip

 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


 Memantau kecepatan kendaraan yang melewati pemukiman serta
mengingatkan driver yang membawa kendaraan dengan kecepatan
tinggi

15
 Memantau penempatan rambu lalu lintas berupa lampu kuning
kedip-kedip
 Memantau pelaksanaan pengangkutan material sesuai SOP

e. Kerusakan Infrastruktur Jalan


 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Penggunaan alat angkut dan pembatasan beban muatan sesuai kelas
jalan
 Berpartisipasi untuk memperbaiki jalan yang rusak dan
berkoordinasi dengan instansi teknis yang menangani infrastruktur
tersebut
 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
 Memantau Kesesuaian tonase beban kendaraan dengan kelas jalan
 Memantau tingkat kerusakan infrastruktur yang diakibatkan oleh
pengangutan material

c. Penimbunan bahan
1. Penurunan Kualitas Udara
 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Pemakaian masker pada pekerja
 Penyediaan alat pelindung diri bagi karyawan
 Pengelolaan operasi mesin lauder sesuai SOP
 Menyiram tapak lokasi stok pile dengan air sebelum digunakan
sebagai tempat penimbunan untuk mengurangi sebaran debu

 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


 Pemantauan dipakainya masker pada pekerja
 Dengan cara memantau jalannya mesin dan kondisi cuaca dan
tingkat kelembaban tanah
 Pengukuran kualitas udara ambient

2. Kebisingan
 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Pengiriman material tidak dilakukan pada jam istirahat
 Mengurangi kecepatan ketika melintasi pemukiman
 Merawat secara rutin kendaraan sehingga tidak ada bunyi gesekan
pada system peredam suara

 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


 Memantau pelaksanaan waktu pengiriman material
 Memantai kecepatan kendaraan yang melewati pemukiman
 Pengukuran tingkat kebisingan dengan sound level meter

16
d. Pengoperasian
1. Peningkatan intensitas kebisingan
 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Menggunakan peralatan yang telah dilengkapi dengan peredam
kebisingan
 Menggunakan APD
 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
 Dengan cara memantau alat peredam kebisingan dan APD
 Pengukuran tingkat kebisingan dengan sound level meter

2. Peningkatan Kecelakaan Kerja


 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Mematuhi SOP yang sudah ditentukan
 Mandor secara rutin memberikan briefing kepada operator tentang
SOP
 Penggunaan APD pada tenaga kerja produksi
 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
 Dipatuhinya SOP yang sudah ditentukan dan penggunaan APD di
lapangan
 Mandor memantaudijalankannya SOP bagi operator
 Pengecekan secara berkala kondisi APD

3. Peningkatan Suhu Area Produksi


 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Pemasangan alat penyemprot air secara berkala
 Penanaman pohon di sekeliling lokasi kegiatan
 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Pengecekan secara berkala terhadap berfungsinya alat penyemprot
air
 Pemantauan lokasi penanaman pohon
 Pengukuran suhu udara

4. Peningkatan debu dan penurunan kualitas udara


 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Mengelola debu dengan:
o Penyiraman lahan
o Penanaman pohon di sekeliling lokasi kegiatan
o Pembersihan cerobong asap secara berkala
o Pengukuran kualitas udara ambient
o Mengacu pada keputusan kepala Bapedal tentang pedoman
teknis pengendalian pencemaran udara yaitu ketinggian
cerobong memenuhi standar dilengkapi dengan sampling,
pengaman sampling dan tangga.
17
 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
 Pengecekan secara berkala terhadap fungsi mesin
 Memastikan pengelolaan debu dengan baik
 Sebaran debu ke permukiman sejumlah warga sekitar lokasi
kegiatan yang akan membahayakan Infeksi Saluran Nafas Atas
(ISNA)
 Melakukan pengujian kualitas udara ambient sebelum kegiatan
operasi dimulai pada area yang diperkirakan terkena dampak.
 Memantau kebersihan cerobong asap
 Memantau kualitas udara ambient

5. Potensi Rawan Kebakaran


 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Pemeriksaan oleh satpam kepada karyawan dan pengunjung yang
akan memasuki area kegiatan.
 Pemasangan papan larangan merokok
 Penyediaan alat pemadam kebakaran secara memadai
 Pelatihan dan pembentukan gugus pengendali pada karyawan
tanggap darurat kebakaran
 Pembuatan jalur evakuasi kebakaran dan titik kumpul

 Upaya Pemantauan Lingungan Hidup


 Pemantauan terhadap pemeriksaan terhadap karyawan dan
pengunjung yang akan memasuki area kegiatan
 Pemantauan tersedianya papan larangan merokok
 Tersedianya dan berfungsinya alat pemadam kebakaran
 Tersedianya petugas satuan tanggap darurat kebakaran

e. Pengangkutan/pengiriman hasil produksi


1. Peningkatan debu dan penurunan kualitas udara
 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Mengontrol emisi kendaraan pengangkutan bahan baku selama
beroperasi dengan melakukan perawatan rutin dengan prosedur dan
ketentuan yang berlaku
 Menempatkan petugas/pengawas jalan atau lalu lintas pada titik
simpang rawan
 Menempatkan petugas untuk melakukan pembersihan sisa material
di sepanjang jalan yang dilalui armada dengan menyediakan unit mobil
untuk mengambil sisa material tersebut
 Membuat rambu lalu lintas berupa lampu kuning kedip-kedip

18
 Mengurangi kecepatan kendaraan pengangkut bahan baku kurang
lebih 20 km/jam ketika melewati permukiman.
 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
 Memantau pelaksanaan pengecekan secara berkala tentang kondisi
kelaikan kendaraan
 Memantau pelaksanaan pengangkutan material sesuai SOP
 Memantau ketaatan supir terhadap kecepatan kendaraan ketika
melewati permukiman

2. Kebisingan
 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Pengirman material tidak dilakukan pada waktu jam istirahat
masyarakat sekitar
 Mengurangi kecepatan ketika melintasi permukiman maksimal
20km/jam
 Merawat secara rutin kendaraan sehingga tidak ada bunyi gesekan
pada sistem peredam suara
 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
 Memantau pelaksanaan waktu pengiriman material/bahan baku
 Memantau kecepatan kendaraan yang melewati permukiman
 Pengukuran tingkat kebisingan

3. Peningkatan Getaran
 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Mengurangi kecepatan kendaraan pengangkut bahan baku kurang
lebih 20km/jam ketika melewati permukiman
 Penggunaan alat angkut dan pembatasan beban muatan sesuai kelas
jalan yang dilalui
 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Memantau kecepatan kendaraan ketika melewati permukiman
 Memantau kesesuaian tonase beban kendaraan dengan kelas jalan
 Pengukuran tingkat getaran

4. Gangguan Lalu Lintas/Ceceran/Licin/Jatuhan,kecelakaan


 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Mengurangi kecepatan kendaraan pengangkut bahan baku kurang
lebih 20km/jam ketika melewati permukiman dan simpangan jalan
 Menempatkan petugas/pengawas jalan atau lalu lintas pada titik
simpang rawan kecelakaan
 Menempatkan petugas untuk melakukan pembersihan sisa material
di sepanjang jalan yang dilalui armada bahan baku material dengan
menyediakan unit mobil untuk mengambil sisa material tersebut
 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
19
 Memantau kecepatan kendaraan yang melewati permukiman
 Memantau penempatan dan keberadaan petugas pengawas jalan
yang ada persimpangan
 Memantau penempatan unit mobil yang mengambil material yang
tercecer

5. Kerusakan infrastruktur/jalan dsb


 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Penggunaan alat angkut dan pembatasan beban muatan kelas jalan
yang dilalui
 Berpartisipasi untuk memperbaiki jalan yang rusak dan
berkoordinasi dengan instansi teknis yang menangani jalan sesuai
dengan kewenangannya
 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
 Memantau kesesuaian tonase beban kendaraan dengan kelas jalan
yang dilalui
 Memantau tingkat kerusakan jalan yang dilewati oleh angkutan
material

f. Peningkatan Limbah B3
1. Timbulnya Bekas sisa dari penggunaan genset dan sisa dari penggunaan mesin
 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Menyediakan tempat untuk menampung/menyimpan sementara
Limbah B3
 Membuat ijin penyimpanan sementara Limbah B3
 Dikumpulkan di drum oli bekas dan bekerja sama dengan pihak
ketiga yang berizin
 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
 Memantau tempat penampungan/penyimpanan limbah B3
 Pemantauan terhadap limbah B3

UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


TAHAP PASCA OPERASI
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
1. Ketenagakerjaan
 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Pemberitahuan kepada seluruh pekerja/karyawan 3 bulan sebelum
berakhirnya (ditutupnya) kegiatan usaha
 Diberikannya pengertian dan pesangon kepada seluruh karyawan
 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
 Memantau tau atau tidaknya pekerja/karyawan akan berakhirnya
(ditutupnya) kegiatan usaha tersebut

20
 Memantau diberikan atau tidak pengertian dan pesangon kepada
seluruh karyawan
2. Pemadatan masyarakat ekonomi
 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Melakukan pekerjaan padat karya didalam proses reklamasi lahan
lokasi kegiatan
 Memberikan pengertian dan pesangon kepada seluruh karyawan
atau tenaga kerja
 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
 Memantau pekerjaan padat karya yang melibatkan masyarakat
sekitar
 Memantau pemberian pesangon kepada seluruh karyawan
3. Sosial budaya
 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan cara pemberian pemahaman
dan pengertian 3 bulan sebelum ditutupnya lokasi kegiatan karena masa
berakhirnya kegiatan usaha dengan berkoordinasi dengan tokoh masyarakat
sekitar lokasi kegiatan usaha
 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dengan cara pemantauan persepsi
dan pemahaman masyarakat sebelum ditutupnya lokasi kegiatan karena masa
berakhirnya kegiatan usaha dengan berkoordinasi dengan masyarakat sekitar
lokasi kegiatan usaha

21
BAB V
KESIMPULAN

Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini adalah sebagai kegiatan
harus dilaksanakan Upaya Pengelolaan Lingkungan hidup dan Dokumen Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) karena Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan
pertambangan skala kecil sampai menegah untuk ijin (UKL) . Mengingat banyak dampak
yang di sebabkan adanya usaha tersebut.

22

Anda mungkin juga menyukai