Anda di halaman 1dari 70

DOKUMEN RENCANA KELOLA LINGKUNGAN

DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN


PEMBANGUNAN PERUMAHAN CIPAKU REGENCY
Jalan Setia Budhi RT 04 RW 03 Kelurahan Isola
Kecamatan Sukasari – KOTA BANDUNG

Disusun oleh :
Yusi Salamaa 1501895
Risga Arisganari 1501642
Resza Irawan 1501856
Rizkia Fajar Gunawan 1501675

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
PERNYATAAN PELAKSANAAN

Berdasarkan informasi upaya pengelolaan dan upaya pemantauan terhadap dampak


dan/atau potensi dampak dari kegiatan yang kami rencanakan sebagaimana tertuang
dalam Bab 1 sampai Bab 3 dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan
Bab 1 sampai Bab 2 dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) ini, kami
menyatakan kesanggupan sebagaimana tersebut di bawah ini:
1. Kami akan melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan sebagaimana tercantum
dalam Bab 3 RKL dan upaya pemantauan lingkungan sebagaimana tercantum dalam
Bab 2 RPL serta melaporkan hasilnya kepada instansi pemerintah terkait seperti
tercantum dalam Bab 3 RKL dan Bab 2 RPL.
2. Kami tidak berkeberatan apabila upaya pengendalian dampak lingkungan dalam
kegiatan kami dipantau oleh instansi pemerintah terkait seperti tercantum dalam Bab
3 RKL dan Bab 2 RPL.
3. Apabila kami melalaikan pelaksanaan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan
sebagaimana tercantum dalam dokumen RKL dan RPL, kami bersedia untuk
bertanggungjawab dan ditindak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4. Kami bersedia memperbarui dokumen RKL dan RPL ini, dengan mengacu kepada
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, apabila terjadi perubahan bermakna
dalam kegiatan kami.

Bandung, 6 Januari 2019


Yang memberi Pernyataan,
Kelompok 2 AMDAL

Materai
Rp. 6000

Risga Aris Ganari


Direktur Utama/Penanggungjawab RKL dan RPL

RPL DAN RKL i


KATA PENGANTAR
Studi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) untuk rencana pembangunan
perumahan Cipaku Regency dikawasan strategis sebesar 2603 m2 di kawasan
Setabudhi, Bandung. ini dilaksanakan untuk memenuhi Undang-undang Pengelolaan
Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009 Pasal 22 dan Peraturan Pemerintah No. 27
tahun 1999, tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup sesuai Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan ANDAL.

Dokumen rencana kelola loingkungan perumahan Cipaku Regency Untuk kawasan


hunian yang nyaman dan tidak mengganggu ketertiban lalu lintas. Dokumen ini
merupakan pedoman untuk melakukan upaya pengelolaan lingkungan.

Kelompok 2 menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
dalam proses studi Andal ini.

Hormat kami,
Kelompok 2

Risga Arisganari

RPL DAN RKL ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL........................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang........................................................................................... 1

1.2. Maksud dan Tujuan ................................................................................... 2

1.3. Kebijakan Lingkungan .............................................................................. 2

BAB II RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP .............................. 4

2.1. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Tahap Pra Konstruksi , Tahap


Kontruksi dan Pasca Kontruksi............................................................................ 4

2.2. Matriks Damoak Penting RPL .................................................................... 29

2.3. Peta Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup .............................................. 37

BAB III RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP ......................... 29

3.1. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Tahap Pra Konstruksi , Tahap


Kontruksi dan Pasca Kontruksi.......................................................................... 29

2.2. Matriks Dampak Penting RKL ................................................................ 29

2.3. Peta Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup .......................................... 46

BAB IV JUMLAH DAN IZIN PERLINDUNGAN DAN PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (PPLH) ................................................................ 29

BAB V PERNYATAAN KOMITMEN PELAKSANAAN RKL-RPL .................... 30

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 32

RPL DAN RKL iii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lokasi Terkena dampak sekitaran pembangunan perumahan Cipaku


Regency ..................................................................................................................... 37

Gambar 3.1 Skema Bentuk Bedeng Persemaian ....................................................... 32

Gambar 3.2 Lokasi Terkena dampak sekitaran pembangunan perumahan Cipaku


Regency ..................................................................................................................... 46

RPL DAN RKL iv


DAFTAR TABEL
Tabel. 2.1 Matriks Rencana Pemantauan Lingkungan Pengembangan Rencana
pembangunan Perumahan Cipaku Regency berada di Setia budhi Rt 012 RW 06 ,
Kelurahan Isola, Kecamatan SuakasariS ................................................................... 29

Tabel 3.1. .Matriks Rencana Pengelolaan Lingkungan Rencana Kegiatan


Pembangunan Perumahan Cipaku Regency .............................................................. 29

RPL DAN RKL v


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan ini merupakan dokumen yang
tidak terpisahkan dari Dokumen Studi ANDAL Rencana pembangunan Perumahan
Cipaku Regency berada di Setia budhi Rt 012 RW 06 , Kelurahan Isola, Kecamatan
Suakasari luas tanah 2603 m2 dan jumlah rumah 200 unit. Pemantauan terhadap
lingkungan dalam kegiatan proyek wajib dilakukan oleh pemrakarsa sesuai dengan
peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1999, tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), yang dijabarkan dan dituangkan dalam Permen LH No. 8
tahun 2006.
Dalam dokumen ini dijelaskan secara lebih rinci dampak penting yang
dipantau, sumber dampak, parameter lingkungan yang dipantau, tujuan pemantauan
lingkungan, metode pemantauan lingkungan, lokasi pemantauan, jangka waktu dan
frekuensi pemantauan serta institusi pemantauan lingkungan hidup tersebut.
Disamping itu juga dilengkapi dengan beberapa gambar dan bagan sehingga
memperjelas kegiatan pemantauan yang dilakukan.
Kajian Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Lau Lintas pembangunan
perumahan Cipaku Regency di kawasan Setiabudhi, Bandung. Dari hasil kajian
ANDAL-LaLin tersebut, diketahui bahwa rencana kegiatan dan/atau usaha dari
rencana pembangunan perumahan Cipaku Regency seluas 2063 m2, akan
menimbulkan dampak penting yaitu kesempatan kerja, peluang berusaha, penurunan
kualitas udara, peningkatan kebisingan, hilangnya kesuburan tanah, penurunan
kualitas air, perubahan fisiografi lahan, hilangnya akuifer, peningkatan
sedimen/sedimentasi, perubahan struktur vegetasi dan satwa liar gangguan biota air,
gangguan kesehatan masyarakat, perubahan persepsi dan kemungkinan konflik sosial.
Sesuai dengan peraturan yang berlaku, akan dilakukan penanganan atau pengelolaan
terhadap dampak penting tersebut sehingga perubahan yang terjadi dapat diketahui dan
ditangani dengan baik. Tata cara pengelolaan dampak-dampak penting tersebut
dituangkan dalam Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) ini.
Sebagai komitmen dari kelompok 2 untuk tetap menjaga kelestarian
lingkungan hidup, maka dampak tersebut.

RPL DAN RKL 1


1.2. Maksud dan Tujuan

Pemantauan lingkungan ditujukan agar kegiatan perumahan yang dilaksanakan


oleh Kelompok 2 memberikan manfaat terhadap peningkatan mutu lingkungan,
diharapkan dapat memberikan gagasan bagi pemrakarsa dalam upaya menurunkan
dampak negatif dan meningkatkan dampak positif.

Tujuan dari penyusunan pemantauan lingkungan hidup ini adalah:


1. Mengetahui secara dini tentang perubahan-perubahan kualitas lingkungan
sebagai akibat dari rencana Rencana pembangunan Perumahan Cipaku
Regency berada di Setia budhi Rt 012 RW 06 , Kelurahan Isola, Kecamatan
Suakasari luas tanah 2603 m2 dan jumlah rumah 200 unit.
2. Memantau beberapa komponen lingkungan berikut parameternya yang terkena
dampak besar dan penting oleh rencana kegiatan.
3. Mengetahui efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang
dilakukan, sehingga dapat mencegah terjadinya pemborosan sumberdaya.
4. Merumuskan langkah-langkah perbaikan pengendalian lingkungan yang telah
dijalankan.
5. Merumuskan kewajiban institusi terkait yang berperan dan bekerjasama dalam
rangka pemantauan lingkungan secara jelas sebagai unsur pelaksana maupun
unsur pengawasan.
1.3.Kebijakan Lingkungan

1. Bagi Pemrakarsa

a. Mengumpulkan data dan informasi akibat kegiatan rencana Rencana


pembangunan Perumahan Cipaku Regency berada di Setia budhi Rt
012 RW 06 , Kelurahan Isola, Kecamatan Suakasari luas tanah 2603
m2 dan jumlah rumah 200 unit sebagai evaluasi tentang keberhasilan
pengelolaan lingkungan yang dijalankan.
b. Data dan informasi tersebut digunakan sebagai masukan dalam
memperbaiki pengelolaan lingkungan agar lebih efektif dan lebih
berdaya guna.

RPL DAN RKL 2


c. Hasil pemantauan dapat digunakan sebagai tolok ukur apabila ada
keluhan masyarakat atau protes dari pihak lain terhap kegiatan Rencana
pembangunan Perumahan Cipaku Regency berada di Setia budhi Rt
012 RW 06 , Kelurahan Isola, Kecamatan Suakasari luas tanah 2603
m2 dan jumlah rumah 200 unit.
2. Bagi Instansi Terkait.

a. Mengetahui perubahan kualitas lingkungan yang terjadi akibat aktifitas


perusahaan dan selanjutnya menjalankan fungsi pembinaan dan
pengawasan.
b. Membantu menanggulangi gangguan terhadap kelestarian lingkungan
berupa penurunan kualitas lingkungan dan sumberdaya alam.
c. Meningkatkan manfaat ikutan dengan adanya pelaksanaan pemantuan
lingkungan untuk pengembangan daerah disamping itu berguna sebagai
bahan masukan dalam Kelompok 2an wilayah.
d. Mengetahui kualitas lingkungan dan daya dukung lingkungan untuk
mendukung pembangunan selanjutnya.
3. Bagi Masyarakat

a. Mengetahui seberapa besar dampak negatif penting yang dapat


merugikan masyarakat dari kegiatan Rencana pembangunan
Perumahan Cipaku Regency berada di Setia budhi Rt 012 RW 06 ,
Kelurahan Isola, Kecamatan Suakasari luas tanah 2603 m2 dan jumlah
rumah 200 unit
Membantu menjalankan fungsi kontrol dan juga memberikan saran dan arahan
dalam mengurangi gangguan terhadap sumberdaya, serta terpeliharanya.

RPL DAN RKL 3


BAB II
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL) ini disusun berdasarkan dokumen


Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) kegiatan Rencana pembangunan Perumahan
Cipaku Regency berada di Setia budhi Rt 012 RW 06 , Kelurahan Isola, Kecamatan
Suakasari luas tanah 2603 m2 dan jumlah rumah 200 unit. Parameter lingkungan yang
dikelola perlu dipantau agar terjaga efektifitasnya dan dapat dijadikan sebagai
informasi untuk upaya perbaikan. Pemantauan parameter lingkungan terutama
ditujukan terhadap dampak besar dan penting (baik positif maupun negatif) dari
komponen lingkungan yang mengalami perubahan mendasar sebagaimana tersaji
dibawah ini.

Untuk menangani dampak besar dan penting yang telah diprakirakan dari studi
ANDAL, beberapa pendekatan lingkungan hidup seperti pendekatan teknologi,
sosial, ekonomi dan institusi akan digunakan.
2.1. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Tahap Pra Konstruksi , Tahap
Kontruksi dan Pasca Kontruksi
1. Pemantauan dan Pengelolaan dampak besar dan penting terhadap -
Komponen fisik-kimia
1. Kualitas Udara dan Kebisingan
a. Dampak penting yang dipantau
Dampak penting yang dipantau adalah perubahan kualitas udara dan
peningkatan kebisingan.
b. Sumber dampak
Sumber dampak adalah kegiatan mobilisasi peralatan pada tahap pra
konstruksi.
c. Parameter lingkungan yang di pantau
 Jumlah pencemaran
 Tingkat kebisingan

d. Tujuan pemantauan
Pemantauan ini bertujuan untuk mengetahui secara pasti tingkat pengelolaan
terhadap komponen kualitas udara/debu agar tidak melampaui baku mutu udara

RPL DAN RKL 4


ambien (PP RI No. 41 Tahun 1999) dan kebisingan (Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan).
e. Metode pemantauan lingkungan
1. Metode pengumpulan dan analisis data
Pengumpulan Data
 Pemantauan kualitas udara dilakukan dengan melakukan pengambilan contoh
kualitas udara dengan menggunakan alat pengambilan contoh di lokasi
pengukuran.
 Pemantauan tingkat kebisingan dilakukan di lapangan dengan melakukan
pengukuran menggunakan sound level meter.

Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran dan hasil
analisis laboratorium dengan baku mutu yang telah ditetapkan pada PP RI No. 41
Tahun 1999 tentang baku mutu udara ambien dan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996 tentang baku tingkat kebisingan.
1. Lokasi pemantauan lingkungan hidup

Lokasi pengelolaan adalah desa-desa yang dilalui pada saat pengangkutan barng
2. Jangka waktu dan frekuensi pemantauan lingkungan hidup

Pemantauan dilakukan 4 kali setahun atau setiap 3 bulan sekali.


f. Institusi pemantauan lingkungan hidup
 Pelakasana pengelolaan lingkungan hidup: pelaksana pengelolaan lingkungan
hidup adalah
 Pengawas pengelolaan lingkungan hidup: Badan Lingkungan Hidup (BLH)
kota Bandung.
 Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan: pelaporan hasil pengelolaan
lingkungan dilakukan tiap 3 bulan dan diserahkan kepada BLH Kota
Bandung.

2. Pemantauan Lingkungan Komponen Lingkungan Biologi


1. Perubahan Struktur Vegetasi
a. Dampak penting yang dipantau

RPL DAN RKL 5


Dampak penting yang dipantau adalah perubahan komposisi dan struktur
vegetasi.
b. Sumber dampak
Sumber dampak adalah adalah kegiatan penyiapan lahan untuk pembuatan
lokasi).
c. Parameter yang dipantau
Parameter lingkungan yang dipantau adalah: komposisi dan struktur vegetasi,
kekayaan dan keanekaragaman jenis.
d. Tujuan rencana pemantauan
Pemantauan lingkungan pada komponen vegetasi dilakukan dengan tujuan
untuk:
 Mengetahui dan mengukur perubahan-perubahan yang terjadi pada parameter
lingkugan vegetasi.
 Mengevaluasi metode, tindakan pelaksanaan, dan tingkat pencapaian kegiatan
pengelolaan lingkungan vegetasi.
 Menyediakan data dan informasi sebagai peringatan dini terhadap
penyimpangan, kelemahan atau kekurangan pada metode dan pelaksanaan
kegiatan pengelolaan lingkungan.
 Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan tindakan korektif terhadap
metode dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan agar tidak terjadi dampak
negatif lebih lanjut.
e. Metode pemantauan lingkungan
1. Metode pengumpulan dan analisis data
 Bahan dan peralatan yang digunakan dalam pengumpulan data vegetasi
 Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan penghitungan
indeks nilai penting, pembandingan kepadatan populasi, pembandingan
kekayaan jenis dan keanekaragaman jenis.
2. Lokasi pemantauan
Kegiatan pemantauan lingkungan hidup untuk komponen vegetasi dilakukan
di areal-areal yang dipersiapkan.

RPL DAN RKL 6


3. Jangka waktu dan frekuensi pemantauan
Pemantauan lingkungan vegetasi dilakukan sejak tahap konstruksi hingga
pasca operasi .Pemantauan dilakukan minimal sekali setiap tahun pada periode bulan
dan musim yang sama.
f. Institusi pemantauan lingkungan hidup
 Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
Pelaksana pemantauan lingkungan adalah manajemen kelompok 2
 Pengawas pemantauan lingkungan hidup
Pengawan pemantauan lingkungan adalah BLH dan Dinas Kehutanan Kota
Bandung.
 Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
Pelaporan hasil pemantauan secara berkala disampaikan ke BLH dan Dinas
Kehutanan Kota Bandung.
2. Dampak Gangguan Satwaliar
a. Dampak penting yang dipantau
Gangguan satwa liar akibat pembukaan lahan untuk pembangunan perumahan.
b.mSumber dampak
Sumber dampak adalah kegiatan penyiapan lokasi untuk penimbunan batuan
penutup yang melakukan pembukaan lahan seluas 2063m2.
c. Parameter lingkungan hidup yang dipantau
Parameter lingkungan yang dipantau adalah: kekayaan jenis dan kepadatan
populasi jenis-jenis satwa yang termasuk dalam kelas mamalia, aves (burung), reptilia,
dan amfibia; serta keberadaan jenis-jenis satwaliar dilindungi atau terancam punah.
d. Tujuan rencana pemantauan lingkungan hidup
Pemantauan lingkungan pada komponen vegetasi dilakukan dengan tujuan
untuk:
 Mengetahui dan mengukur perubahan-perubahan yang terjadi pada parameter
lingkungan vegetasi.
 Mengevaluasi metode, tindakan pelaksanaan, dan tingkat pencapaian kegiatan
pengelolaan lingkungan satwaliar.

RPL DAN RKL 7


 Menyediakan data dan informasi sebagai peringatan dini terhadap
penyimpangan, kelemahan atau kekurangan pada metode dan pelaksanaan
kegiatan pengelolaan lingkungan.
 Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan tindakan korektif terhadap
metode dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan agar tidak terjadi dampak
negatif lebih lanjut.
e. Metode pemantauan lingkungan hidup
1. Metode pengumpulan dan analisis data
 Pengumpulan data dilakukan pada unit contoh berbentuk peenlitian.
 Metode analisis data yang digunakan adalah dengan membandingkan kekayaan
jenis,.
2. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
Lokasi pemantauan adalah pada areal yang dibuka untuk lokasi penimbunan
batuan penutup.
3. Jangka waktu pemantauan lingkungan hidup
Pemantauan dilakukan sejak tahap konstruksi sampai penutupan Pembangunan
Perumahan. Pemantauan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali,
f. Institusi pemantauan lingkungan hidup
 Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
Pematauan akan dilaksanakan oleh manajemen Kelpompok 2.
 Pengawas pemantauan lingkungan hidup
Pengawas kegiatan pemantauan lingkungan adalah BLH dan Dinas Kehutanan
Kota Bandung
 Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
Pelaporan hasil pemantauan secara berkala disampaikan ke BLH dan Dinas
Kehutanan Kota Bandung.

RPL DAN RKL 8


3. Pemantauan komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya
1. Kesempatan Kerja
a. Dampak penting yang dipantau
Dampak penting yang dipantau adalah penggunaan tenaga kerja sebanyak 100
orang tenaga kerja yang 80% di antaranya (80 orang) berasal dari tenaga kerja lokal,
termasuk dari Kelurahan
b. Sumber dampak
Sumber dampak adalah mobilisasi tenaga kerja pada tahap pra konstruksi dan
tahap operasi karena penerimaan tenaga kerja terjadi secara berkala selama tahap
operasi sesuai dengan jadwal kegiatan pemabangunan perumahan.
c. Parameter lingkungan yang dipantau
Parameter yang dipantau adalah jumlah dan persentase tenaga kerja lokal yang
diterima sebagai tenaga kerja secara berkala selama tahap pra konstruksi sesuai dengan
jadwal kegiatan pemabangunan perumahan.
d. Tujuan pemantauan lingkungan hidup
Tujuan dari rencana pemantauan lingkungan ini adalah mengetahui
perkembangan jumlah dan persentase kesempatan kerja untuk tenaga kerja lokal
sebagai pekerja di Kelompok 2an Pembangunan perumahan secara berkala selama
tahap pra konstruksi sesuai dengan jadwal kegiatan pemabangunan perumahan.
e. Metode pemantauan lingkungan hidup.
1. Metode pengumpulan dan analisis data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara mendata jumlah pekerja lokal
pada setiap posisi pekerjaan, melakukan observasi terhadap kedisiplinan pekerja lokal,
dan melakukan wawancara terhadap kepuasan pekerja lokal.
Hasil pengumpulan data selanjutnya dilakukan analisa secara tabulasi sederhana.
2. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
Lokasi pemantauan lingkungan pemabangunan perumahan.
3. Jangka waktu dan frekuensi pemantauan lingkungan hidup
Pemantauan lingkungan dilaksanakan secara berkala selama tahap operasi.
f. Institusi pemantauan lingkungan
Pelakasana pemantauan lingkungan hidup :

RPL DAN RKL 9


 Pelaksana Pemantauan lingkungan hidup adalah Kelompok 2 pemabangunan
perumahan.
 Pengawas pemantauan lingkungan hidup :
 Pengawas pemantauan lingkungan hidup adalah BLH dan Dinas Tenaga Kerja
Kota Bandung.Pelaporan hasil pemantauan lingkungan :
Pelaporan hasil pemantauan lingkungan dilakukan tiap 6 (enam) bulan dan
diserahkan kepada BLH dan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung.
2. Peluang Berusaha
a. Dampak penting yang dipantau
Dampak penting yang dipantau adalah penggunaan tenaga kerja sebanyak 100
orang yang berasal dari dari keluraha Isola yang tidak memiliki pekerjaan. Peluang
berusaha lainnya muncul dari kegiatan pelibatan 1 kontraktor untuk berbagai kegiatan
operasi pemabangunan perumahan yang diantaranya adalah kontraktor lokal.
b. Sumber dampak
Sumber dampak adalah mobilisasi tenaga kerja pada tahap pra konstruksi dan
tahap operasi karena penerimaan tenaga kerja terjadi secara berkala selama tahap
operasi sesuai dengan jadwal kegiatan pemabangunan perumahan.
c. Parameter lingkungan yang dipantau
Parameter yang dipantau adalah jumlah dan persentase pengusaha Penyedia
bahan bangunan pemabangunan perumahan.
d. Tujuan pemantauan lingkungan hidup
Tujuan dari rencana pemantauan lingkungan ini adalah untuk mengetahui
perkembangan dari keterlibatan pengusaha lokal dalam melayani penyedia bahan
bangunan untuk kegiatan pembangunan perumahan.
e. Metode pemantauan lingkungan hidup
1. Metode pengumpulan dan analisis data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan pencatatan jumlah angkutan yang
melayani karyawan dan jumlah kontraktor lokal yang terlibat kegiatan pemabangunan
perumahan. Hasil pengumpulan data selanjutnya dilakukan analisa secara tabulasi
sederhana.
2. Lokasi pemantauan lingkungan hidup

RPL DAN RKL 10


Lokasi pemantauan lingkungan adalah di sekitar pemabangunan perumahan Cipaku
Regency.
3. Jangka waktu dan frekuensi pemantauan lingkungan hidup
Pemantauan lingkungan dilaksanakan secara berkala selama tahap operasi sesuai
dengan jadwal kegiatan perumhan, dengan periode pemantauan 6 (enam) bulan sekali.
f. Institusi pemantauan lingkungan
 Pelakasana pemantauan lingkungan hidup :
Pelaksana pemantauan lingkungan hidup adalah Kelompok 2.
 Pengawas pemantauan lingkungan hidup
Pengawas pemantauan lingkungan hidup adalah Dinas Perdagangan Kota
Bandung dan BLH Kota Bandung.
 Pelaporan hasil pemantauan lingkungan
Pelaporan hasil pemantauan lingkungan dilakukan tiap 6 (enam) bulan dan
diserahkan kepada BLH dan Dinas Perdagangan Kota Bandung.
3. Persepsi Masyarakat
a. Dampak penting yang dipantau
Dampak penting yang dipantau adalah munculnya persepsi negatif masyarakat
karena informasi tidak lengkap yang diterima masyarakat mengenai proses
pengelolaan lingkungan pemabangunan perumahan.
b. Sumber dampak
c. Sumber dampak adalah kegiatan pengelolaan lingkungan pemabangunan
perumahan, interaksi secara terus menerus antara pekerja pendatang dengan
masyarakat setempat, serta implementasi program-program .Parameter lingkungan
yang dipantau
Parameter yang dipantau adalah jumlah dan kualitas keluhan yang dilaporkan
kepada Kelompok 2 oleh masyarakat akibat kegiatan pengelolaan lingkungan
pemabangunan perumahan, interaksi secara terus menerus antara pekerja pendatang
dengan masyarakat setempat, serta implementasi program-program.
d. Tujuan pemantauan lingkungan
Tujuan dari rencana pemantauan lingkungan ini adalah untuk mengetahui
keberhasilan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam rangka menghindari
munculnya persepsi negatif masyarakat akibat kegiatan pengelolaan lingkungan

RPL DAN RKL 11


pemabangunan perumahan, interaksi secara terus menerus antara pekerja pendatang
dengan masyarakat setempat, serta implementasi program-program.

e. Metode pemantauan ingkungan hidup


1. Metode pengumpulan dan analisis data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara pencatatan jumlah dan kualitas keluhan
yang dilaporkan kepada Kelompok 2 oleh masyarakat akibat kegiatan pengelolaan
lingkungan pemabangunan perumahan, interaksi secara terus menerus antara pekerja
pendatang dengan masyarakat setempat, serta implementasi program-program. Hasil
pengumpulan data selanjutnya dilakukan analisa secara tabulasi sederhana.
2. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
Lokasi pemantauan lingkungan persepsi masyarakat akibat kegiatan pengelolaan
lingkungan pemabangunan perumahan.
3. Jangka waktu dan frekuensi pemantauan lingkungan hidup
Pemantauan lingkungan dilaksanakan selama kegiatan pengelolaan lingkungan
pemabangunan perumahan, interaksi secara terus menerus antara pekerja pendatang
dengan masyarakat setempat, serta implementasi program-program, dengan periode
pemantauan 6 (enam) bulan sekali.
f. Institusi pemantauan lingkungan
 Pelakasana Pemantauan lingkungan hidup :
Pelaksana Pemantauan lingkungan hidup adalah Kelompok 2.
 Pengawas pemantauan lingkungan hidup
Pengawas pemantauan lingkungan hidup adalah BLH Kota Bandung
 Pelaporan hasil pemantauan lingkungan
Pelaporan hasil pemantauan lingkungan dilakukan tiap 6 (enam) bulan dan
diserahkan kepada pemerintah setempat.
4. Potensi Konflik
a. Dampak penting yang dipantau
Dampak penting yang dipantau adalah munculnya potensi konflik dengan
masyarakat karena informasi tidak lengkap yang diterima masyarakat mengenai proses
pengelolaan lingkungan pembangunan Perumahan. Interaksi secara terus menerus
antara pekerja pendatang dengan masyarakat setempat juga berpotensi menimbulkan

RPL DAN RKL 12


potensi konflik dengan masyarakat. Survai lapangan masih menemukan adanya
kelompok masyarakat yang menginginkan perbaikan program dan proses
pelaksanaannya, sehingga dapat menimbulkan potensi konflik dengan masyarakat.
b. Sumber dampak
Sumber dampak adalah kegiatan pengelolaan lingkungan pemabangunan
perumahan, interaksi secara terus menerus antara pekerja pendatang dengan
masyarakat setempat, serta implementasi program-program .
c. Parameter lingkungan yang dipantau
Parameter yang dipantau adalah jumlah dan kualitas potensi konflik akibat
kegiatan pengelolaan lingkungan pemabangunan perumahan, interaksi secara terus
menerus antara pekerja pendatang dengan masyarakat setempat, serta implementasi
program-program.
d. Tujuan pemantauan lingkungan hidup
Tujuan dari rencana pemantauan lingkungan ini adalah untuk mengetahui
keberhasilan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam rangka menghindari
munculnya potensi konflik dengan masyarakat akibat kegiatan pengelolaan
lingkungan pemabangunan perumahan, interaksi secara terus menerus antara pekerja
pendatang dengan masyarakat setempat, serta implementasi program-program
e. Metode pemantauan lingkungan :
1. Metode pengumpulan dan analisis data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara pencatatan jumlah dan kualitas potensi
konflik dengan masyarakat akibat kegiatan pengelolaan lingkungan pemabangunan
perumahan, interaksi secara terus menerus antara pekerja pendatang dengan
masyarakat setempat, serta implementasi program-program. Hasil pengumpulan data
selanjutnya dilakukan analisa secara tabulasi sederhana.
2. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
Lokasi pemantauan lingkungan potensi konflik dengan masyarakat akibat kegiatan
pengelolaan lingkungan pemabangunan perumahan, interaksi secara terus menerus
antara pekerja pendatang dengan masyarakat setempat, serta implementasi program-
program adalah di desa-desa sekitar areal pemabangunan perumahan
3. Jangka waktu dan frekuensi pemantauan lingkungan hidup

RPL DAN RKL 13


Pemantauan lingkungan dilaksanakan selama kegiatan pengelolaan lingkungan
pemabangunan perumahan.
f. Institusi pemantauan lingkungan
 Pelakasana pemantauan lingkungan hidup :
Pelaksana pemantauan lingkungan hidup adalah Kelompok 2.
 Pengawas pemantauan lingkungan hidup
Pengawas pemantauan lingkungan hidup adalah BLH Kota Bandung.
 Pelaporan hasil pemantauan lingkungan
pelaporan hasil pemantauan lingkungan dilakukan tiap 6 (enam) bulan dan
diserahkan kepada BLH Kota Bandung.
4. Pemantauan lingkungan komponen lingkungan kesehatan masyarakat
1. Gangguan Kesehatan Masyarakat
a. Dampak penting yang dipantau
Dampak penting yang dipantau adalah gangguan kesehatan masyarakat akibat
mobilisisasi pemabangunan perumahan.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah mobilsasi peralatan dari pemabangunan perumahan
secara berkala selama tahap operasi sesuai dengan jadwal kegiatan pemabangunan
perumahan.
c. Parameter lingkungan yang dipantau
Parameter yang dipantau adalah jumlah dan persentase keluhan yang
dilaporkan kepada perencan pemabangunan perumahan
d. Tujuan pemantauan lingkungan hidup
Tujuan dari rencana pemantauan lingkungan ini adalah untuk mengetahui
perkembangan dampak terhadap kesehatan masyarakat akibat pengangkutan logistik
dari pemabangunan perumahan.
e. Metode pemantauan lingkungan :
1.Metode pengumpulan dan analisis data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara pencatatan jumlah penderita
penyakit pernafasan akibat pengangkutan logistik dari pembangunan perumahan.

RPL DAN RKL 14


2. Lokasi pemantauan lingkungan
Lokasi pemantauan lingkungan kesehatan masyarakat akibat pengangkutan
logistik.
3. angka waktu dan frekuensi pemantauan
Pemantauan lingkungan dilaksanakan secara berkala sesuai jadwal
pengangkutan logistik, dengan periode 6 bulan sekali.
f. Institusi pemantauan lingkungan
 Pelakasana pemantauan lingkungan hidup :

Pelaksana pemantauan lingkungan hidup adalah Kelompok 2.


 Pengawas Pemantauan lingkungan hidup :

Pengawas pemantauan lingkungan hidup adalah BLH dan Dinas Kesehatan


Kota Bandung.
 Pelaporan hasil pemantauan lingkungan :

Pelaporan hasil pemantauan lingkungan dilakukan tiap 6 (enam) bulan dan


diserahkan kepada BLH dan Dinas Kesehatan Kota Bandung.

RPL DAN RKL 15


2.2. Matriks Damoak Penting RPL
Tabel. 2.1 Matriks Rencana Pemantauan Lingkungan Pengembangan Rencana pembangunan Perumahan Cipaku Regency berada di Setia
budhi Rt 012 RW 06 , Kelurahan Isola, Kecamatan SuakasariS

29
30
31
32
33
34
35
36
2.3. Peta Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Gambar 2.1 Lokasi Terkena dampak sekitaran pembangunan perumahan Cipaku Regency

37
BAB III
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Rencana pengelolaan lingkungan hidup yang akan dilaksanakan oleh
Kelompok 2 disusun berdasarkan kegiatan yang menjadi sumber dampak dan
komponen lingkungan yang diprakirakan terkena dampak penting akibat kegiatan
pembangunan perumahan Cipaku Regency seluas 2063 m2 di kawasan Setiabudhi,
Bandung. Hal ini sesuai dengan hasil studi ANDAL-Lalin, dimana pengelolaan
lingkungan difokuskan kepada dampak yang bersifat penting, dan dampak primer
utama baik negatif maupun positif.

Untuk memudahkan mencapai tujuan pengelolaan lingkungan dampak


penting tersebut, maka urutan rencana pengelolaan lingkungan ini adalah sebagai
berikut: (1) dampak penting yang dikelola dan sumber dampak penting, (2) tolok
ukur dampak, (3) tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup, (4) upaya
pengelolaan lingkungan, (5) lokasi pengelolaan lingkungan hidup, (6) periode
pengelolaan lingkungan hidup, (7) institusi pengelolaan lingkungan.
3.1. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Tahap Pra Konstruksi , Tahap
Kontruksi dan Pasca Kontruksi
1. Pengelolaan Dampak Komponen Fisik Kimia Lingkungan

1. Dampak peningkatan kebisingan

a. Dampak Penting yang dikelola dan Sumber Dampak Penting

Dampak penting yang dikelola adalah peningkatan kebisingan akibat


peningkatkan frekuensi pengangkutan atau mobilisasi peralatan.
Sumber dampak penting adalah kegiatan mobilisasi atau pengangkutan
peralatan menuju lokasi pembangunan.

b. Tolok Ukur

Tolok ukur dampak terhadap komponen ini adalah Kep-


48/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.

c. Tujuan Pengelolaan Lingkungan

Tujuan pengelolaan dampak peningkatan kebisingan adalah untuk


meminimalisasi peningkatan kebisingan karena mobilisasi peralatan.
29
d. Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pembatasan kecepatan maksimum bagi semua kendaraan proyek (30


km/jam) terutama di daerah pemukiman, dan disesuaikan dengan kondisi
yang ada.
 Pengelolaan kebisingan dilakukan melalui pemasangan peredam suara
(muffler) pada keluaran gas atau uap panas (exhaust) dari semua jenis
peralatan.
 Oleh karena truk pengangkut melalui pemukiman penduduk yang berada
di sepanjang jalan raya, maka dimensi truk pengangkut perlu disesuaikan
dengan kondisi jalan yang ada sehingga tidak menimbulkan kebisingan
yang terlalu tinggi. Frekuensi lalu lintas pengangkutan perlu di atur
sedemikian rupa agar dampak kebisingan terhadap lingkungan yang dilalui
tidak melewati dosis eksposure (noise dose) yang membahayakan. Tolok
ukur noise dose adalah 8 jam maksimum untuk tingkat kebisingan 80 dB.
Untuk tingkat kebisingan lainnya dose exposure mengikuti persamaan (T
= (8/2(l-80)/5)).

e. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Periode pengelolaan dilakukan 6 bulan sekali pada tahap pra konstruksi.

f. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup: pelaksana pengelolaan


lingkungan hidup adalah UPI
 Pengawas pengelolaan lingkungan hidup: pengawas pengelolaan
lingkungan hidup adalah pemerintah setempat Kota Bandung.
 Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan: pelaporan hasil pengelolaan
lingkungan dilakukan tiap 6 (enam) bulan dan diserahkan kepada BLH
dan Dinas Tenaga Kerja Bandung .

30
2. Pengelolaan Dampak Komponen Lingkungan Biologi
1. Dampak perubahan struktur vegetasi

a. Dampak Penting dan Sumber Dampak

Dampak penting timbul akibat hilangnya struktur dan komposisi vegetasi di


areal pertumbuhan pohon yang tumbuh secara alami. Kegiatan yang
menjadi sumber dampak penting adalah: kegiatan penyiapan lahan untuk
lokasi penimbunan batuan penutup.

b. Tolok Ukur Dampak

 Struktur dan komposisi vegetasi pohon alami, terutama pada tipe


komunitas hutan lindung dan hutan primer, dapat dipertahankan minimal
80% dari kondisi pada saat studi dilakukan untuk setiap tingkat
pertumbuhan.
 Tidak terjadi kehilangan potensi kayu dari areal bertumbuhan pohon
alami pada tingkat pertumbuhan tiang dan pohon, atau kehilangan
potensi kayu yang dapat ditoleransi maksimum 10% dari potensi yang
ada.

c. Tujuan Rencana Pengelolaan

 Mempertahankan dan meningkatkan struktur dan komposisi jenis-jenis


vegetasi, baik yang telah dilindungi maupun yang belum dilindungi.
 Mempertahankan keberlangsungan proses pertumbuhan dan
perkembangan jenis-jenis vegetasi serta menjamin berlangsungnya
proses pemulihan ekosistem (suksesi).

d. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan pada komponen vegetasi adalah:


 Memasang tanda larangan ditebang berupa marka cat berwarna merah
pada jenis-jenis vegetas dilindungi, endemik, termasuk dalam kategori
terancam menurut IUCN, atau tercantum dalam CITES Appendix II.
 Mengembalikan galian tanah permukaan dengan segera setelah areal
galian tidak digunakan serta melakukan penanaman jenis-jenis tumbuhan
penutup tanah.
31
 Membuat, memasang, dan memeliharan tanda-tanda batas kawasan
hijau, areal lindung, maupun areal konservasi lainnya.
 Membuat, memasang dan memeliharan rambu-rambu dan atau papan
pengumuman dan peringatan tentang pelestarian kawasan hijau
 Membuat persemaian jenis-jenis vegetasi dilindungi atau telah terancam
punah terutama jenis-jenis: Diospyros lolinopsis (Ebenaceae),
Anisoptera costata (Dipterocarpaceae), Syzygium discophorum
(Myrtaceae), Aglaia sp. (Meliaceae), Aquilaria malaccensis
(Thymelaeaceae), Intsia bijuga dan Pterocarpus indicus (Fabaceae),
serta Dimocarpus longan (Sapindaceae).
 Sumber anakan untuk persemaian dapat berasal dari hasil penyemaian
biji atau hasil puteran anakan dari lapangan. Untuk bibit yang berasal dari
puteran, pengambilan anakan dilakukan dengan cara menggali bibit yang
telah tumbuh di lapangan di sekitar pohon induk dengan diameter tanah
10 – 15 cm dan kedalaman 15 – 20 cm. Selanjutnya hasil puteran
dimasukkan ke dalam plastik polybag hitam yang diberi lubang angin
pada sisi-sisinya,
 Bibit hasil puteran selanjutnya ditempatkan pada bedeng persemaian
yang diberi naungan dari bahan tumbuhan dan disiram dua kali setiap
hari pada pagi hari dan sore hari.
Rumbia atau

ilalang

90
tanah 1

Gambar 3.1 Skema Bentuk Bedeng Persemaian


 Bibit yang ditanam harus berkualitas antara lain memenuhi persyaratan
sebagai berikut: ditanam pada umur 5-7 bulan, kondisi bibit sehat dan
segar, tinggi 50-100 cm, batang berkayu, tegak, jumlah daun minimal 4
helai, dan media (tanah dalam polybag) kompak atau tidak mudah hancur
tetapi tidak padat.
32
 Penanaman dilakukan pada saat yang tepat, terutama pada awal musim
hujan, dengan jarak tanam sesuai kondisi kerapatan dan sebaran jenis
alami. Komposisi jumlah bibit dari jenis-jenis langka atau terancaman
punah yang ditanam minimal 10% dari total bibit yang ditanam.
 Memelihara bibit yang telah ditanam dengan cara melakukan penyiangan
dari gulma pada radius 1 meter dari lubang tanam hingga bibit berumur
3 tahun (pemeliharaan awal) serta dilakukan penyulaman saat bibit
berumur 1-2 bulan bagi bibit yang mati.

e. Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Lokasi pengelolaan lingkungan hidup untuk komponen vegetasi adalah di


areal-areal yang dipersiapkan untuk lokasi penimbunan batuan penutup.

f. Periode Pengelolaan Lingkungan

Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan sejak tahap pra konstruksi hingga


tahap pasca operasi.

g. Institusi Pengelolaan Lingkungan

Institusi pengelolaan lingkungan hidup yang terkait dengan pengelolaan


komponen vegetasi adalah:
 Pelaksana pengelolaan lingkungan : PT NHM
 Pengawas pengelolaan lingkungan : BLH dan Dinas Kehutanan
Kabupaten Bandung.
 Penerima Laporan : BLH dan Dinas Kehutanan Kabupaten Bandung.

2. Dampak gangguan habitat satwaliar

a. Dampak Penting dan Sumber Dampak

Dampak penting timbul akibat hilang atau terganggunya habitat satwa.


Kegiatan yang menjadi sumber dampak penting adalah penyiapan lahan
untuk lokasi penimbunan batuan penutup.

33
b. Tolok Ukur Dampak

 Jumlah jenis satwaliar dilindungi undang-undang dan/atau termasuk


dalam kategori langka, terancam dan hampir punah dapat dipertahankan.
 Penurunan kepadatan atau kehilangan jenis yang dapat ditoleransi
maksimal 10% dari total jenis dilindungi yang ditemukan.
 Jenis-jenis satwaliar dilindungi yang menjadi spesies kunci maupun
spesies indikator bagi kelestarian ekosistem, yakni: rusa timor C.
timorensis, julang irian R. plicatus (JR Forst., 1781), kakatua putih C.
alba (Muller, 1776), nuri bayan E. roratus (Muller, 1776), nuri pipi
merah G. geoffroyi (Bechstein, 1811), nuri kate topi kuning M. bruijnii
(Salvadori, 1875), dan ular piton Stegonotus batjanensis (Gunther, 1865)
masih dapat dijumpai berada atau menempati areal bertumbuhan pohon.

c. Tujuan Rencana Pengelolaan

 Menekan dan mengurangi terjadinya penurunan kekayaan jenis


satwaliar, baik yang telah dilindungi oleh undang-undang maupun yang
belum dilindungi.
 Mencegah terjadinya penurunan kepadatan populasi dan atau kepunahan
spesies.

d. Pengelolaan Lingkungan

Pengelolaan lingkungan pada komponen satwaliar adalah:


 Perkayaan jenis-jenis vegetasi di dengan jenis-jenis sumber pakan
satwaliar.
 Memasang tanda-tanda larangan atau peringatan dan atau himbauan
untuk tidak melakukan perburuan satwa.
 Melakukan pengamanan dan perlindungan secara rutin dengan jumlah
tenaga dan peralatan yang memadai.

e. Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Lokasi pengelolaan lingkungan hidup untuk komponen vegetasi adalah di


areal-areal yang dipersiapkan untuk lokasi penimbunan batuan penutup.

34
f. Periode pengelolaan lingkungan hidup

Pengelolaan lingkungan hidup untuk komponen satwaliar dimulai sejak


tahap pra konstruksi hingga tahap pasca operasi.

g. Institusi pengelolaan lingkungan hidup

Institusi pengelolaan lingkungan hidup yang terkait dengan pengelolaan


komponen vegetasi adalah:
 Pelaksana pengelolaan lingkungan : PT NHM
 Pengawas pengelolaan lingkungan : BLH dan Dinas Kehutanan
Kabupaten Bandung.
 Penerima Laporan : BLH dan Dinas Kehutanan Kabupaten Bandung .

3. Pengelolaan Dampak Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya

1. Dampak terbukanya peluang kerja/kesempatan Kerja

a. Dampak Penting dan Sumber Dampak

Dampak penting yang diprakirakan akan terjadi adalah penggunaan tenaga


kerja sebanyak 100 orang tenaga kerja yang 50% di antaranya (50 orang)
berasal dari tenaga kerja lokal.

b. Tolok Ukur

Jumlah dan persentase tenaga kerja lokal yang diterima sebagai tenaga
kerja secara berkala selama tahap operasi sesuai dengan jadwal kegiatan
pertambangan.

c. Tujuan Pengelolaan Lingkungan

Peningkatan jumlah dan persentase tenaga kerja lokal yang diterima


sebagai pekerja di Perencana/kontraktor sepanjang tenaga kerja lokal
memenuhi persyaratan.

d. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Upaya pengelolaan lingkungan dampak dari kegiatan mobilisasi tenaga


kerja terhadap kesempatan kerja dilakukan sebagai berikut :

35
 Membuat prosedur baku proses penerimaan tenaga kerja lokal.
 Melakukan sosialisasi prosedur baku proses penerimaan tenaga kerja
secara berkala kepada masyarakat di 5 kecamatan sekitar proyek
mengenai kuantitas dan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan serta
prosedur penerimaan tenaga kerja.
 Melakukan sosialisasi prosedur baku proses penerimaan tenaga kerja
secara berkala kepada tenaga kerja lokal mengenai kuantitas dan kualitas
tenaga kerja yang dibutuhkan serta prosedur penerimaan tenaga kerja.

e. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan dilakukan di 5 kecamatan sekitar proyek perumahan.


Pelaksanaan sosialisasi dapat dilakukan di kantor kecamatan dengan
mengundang kepala desa dan tokoh pemuda desa.

f. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Periode pengelolaan lingkungan kesempatan kerja akibat kegiatan


mobilisasi tenaga kerja dilakukan secara periodik sebelum rekruitmen
tenaga kerja baru atau penggantian tenaga kerja lokal. Periode pengelolaan
diselaraskan dengan penerimaan tenaga kerja yang terjadi secara berkala
selama tahap pra konstruksi sesuai dengan jadwal kegiatan pertambangan.

g. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pelakasana pengelolaan lingkungan hidup: pelaksana pengelolaan


lingkungan hidup adalah UPI.
 Pengawas pengelolaan lingkungan hidup: pengawas pengelolaan
lingkungan hidup adalah Pemerintah setempat kota Bandung.
 Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan: pelaporan hasil pengelolaan
lingkungan dilakukan tiap 6 (enam) bulan dan diserahkan kepada BLH
dan Dinas Tenaga Kerja Bandung.

36
2. Terbukanya peluang berusaha

a. Dampak Penting dan Sumber Dampak

Dampak penting yang diprakirakan akan terjadi adalah penggunaan tenaga


kerja sebanyak 100 orang yang berasal dari dari Kecamatan terdekat
setempat. Tenaga kerja tersebut membutuhkan angkutan umum dari
rumahnya yang tersebar di 5 kecamatan tersebut ke Pos I Proyek (pintu
masuk tenaga kerja), Sumber dampak adalah mobilisasi tenaga kerja pada
tahap pra konstruksi dan tahap operasi karena penerimaan tenaga kerja
terjadi secara berkala selama tahap operasi

b. Tujuan Pengelolaan Lingkungan

Tetap terjaganya arus lalu lintas yang lancar di jalan raya Setiabudhi dan
akses masuk ke perumahan tersebut.

c. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Upaya pengelolaan lingkungan dampak dari kegiatan mobilisasi tenaga


kerja terhadap kesempatan kerja dilakukan sebagai berikut :
 Membuat prosedur baku proses pengikutsertaan kontraktor.
 Melakukan sosialisasi prosedur baku proses pengikutsertaan kontraktor
secara berkala kepada masyarakat di 5 kecamatan
 Melakukan sosialisasi prosedur baku proses pengikutsertaan kontraktor
secara berkala kepada tenaga kerja lokal mengenai proses
pengikutsertaan kontraktor lokal dan bidang-bidang kegiatan yang dapat
diikutinya.

d. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan dilakukan di 5 kecamatan sekitar proyek

e. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pelakasana pengelolaan lingkungan hidup: pelaksana pengelolaan


lingkungan hidup adalah UPI
 Pengawas pengelolaan lingkungan hidup: pemerintah setempat Kota
Bandung
37
 Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan: pelaporan hasil pengelolaan
lingkungan dilakukan tiap 6 (enam) bulan dan diserahkan kepada BLH
dan BLH dan Dinas Tenaga Kerja Bandung.

3. Perubahan persepsi masyarakat

a. Dampak Penting dan Sumber Dampak

Dampak penting yang diprakirakan akan terjadi adalah menimbulkan


kemacetan akibat akses masuk proyek karena proses mobililsasi
kendaraan-kendaraan proyek yang keluar masuk dan menimbulkan
kemacetan.
Sumber dampak adalah kegiatan pembangunan perumahan tersebut pada
masa pra konstruksi, interaksi secara terus menerus antara pekerja
pendatang dengan masyarakat setempat..

b. Tolok Ukur

Adanya persepsi negatif di kalangan masyarakat akibat kegiatan


pengelolaan lingkungan lalu lintas pada masa pra konstruksi, interaksi
secara terus menerus antara pekerja pendatang dengan masyarakat
setempat.

c. Tujuan Pengelolaan Lingkungan

Mencegah dan menghindari munculnya persepsi negatif di kalangan


masyarakat akibat kegiatan pengelolaan lingkungan pembangunan
perumahan, interaksi secara terus menerus antara pekerja pendatang
dengan masyarakat setempat.

d. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Upaya pengelolaan lingkungan dampak dari kegiatan pengelolaan


lingkungan lalu lintas ini supaya kondisi lalu-lintas tetap terjaga , dengan
cara sebagi berikut :
 Memberikan informasi yang lengkap yang kepada masyarakat secara
berkala mengenai proses pengelolaan lingkungan lalu-lintas pada masa
pra konstruksi.

38
 Mengadakan kegiatan bersama antara pekerja pendatang dengan
masyarakat setempat seperti kegiatan ramah-tamah dan perayaan hari
besar nasional dan keagamaan.

e. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan dilakukan di kawasan sekitar areal proyek perumahan dan


akses masuk perumahan tersebut yaitu jl.Setabudhi, Bandung.

f. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Periode pengelolaan lingkungan persepsi masyarakat akibat kegiatan


pengelolaan lingkungan fisik dan biologi pada masa pra konstruksi
dilakukan di seluruh desa terkait dimana di setiap desa dilakukan setiap
akhir kegiatan pra konstruksi.
 Periode pengelolaan lingkungan persepsi masyarakat akibat kegiatan
interaksi secara terus menerus antara pekerja pendatang dengan
masyarakat setempat dilakukan pada setiap perayaan hari besar nasional
dan keagamaan.

g. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pelakasana pengelolaan lingkungan hidup: pelaksana pengelolaan


lingkungan hidup adalah UPI.
 Pengawas pengelolaan lingkungan hidup: pengawas pengelolaan
lingkungan hidup adalah pemerintah setempat kota Bandung.
 Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan: pelaporan hasil pengelolaan
lingkungan dilakukan tiap 6 (enam) bulan dan diserahkan kepada BLH
dan Dinas Tenaga kerja Bandung.

4. Munculnya potensi konflik

a. Dampak Penting dan Sumber Dampak

Dampak penting yang diprakirakan akan terjadi adalah munculnya potensi


konflik di kalangan masyarakat karena informasi tidak lengkap yang
diterima masyarakat mengenai pengelolaan lingkungan fisik dan biologi
pada masa pra konstruksi. Interaksi secara terus menerus antara pekerja

39
pendatang dengan masyarakat setempat juga berpotensi menimbulkan
konflik di kalangan masyarakat. Sumber dampak adalah kegiatan
pengelolaan lingkungan fisik dan biologi pada masa pra konstruksi,
interaksi secara terus menerus antara pekerja pendatang dengan
masyarakat setempat.

b. Tolok Ukur

 Tidak adanya konflik masyarakat baik horizontal maupun vertikal akibat


kegiatan pra konstruksi.
 Tidak adanya keluhan dari masyarakat terhadap pengelolaan fisik dan
biologi pada tahap konstruksi.

c. Tujuan Pengelolaan Lingkungan

Mencegah dan menghindari munculnya konflik antara Pelaksana dengan


masyarakat (secara perorangan maupun kelompok) akibat kegiatan
pengelolaan lingkungan fisik dan biologi pada masa pra konstruksi,
interaksi secara terus menerus antara pekerja pendatang dengan
masyarakat setempat.

d. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Upaya pengelolaan lingkungan dampak dari kegiatan pengelolaan


lingkungan fisik dan biologi pada masa pra konstruksi, interaksi secara
terus menerus antara pekerja pendatang dengan masyarakat setempat,

e. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan dilakukan di kawasan sekitar areal proyek perumahan di


Cipaku, Setiabudhi, Kota Bandung

f. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Periode pengelolaan lingkungan potensi konflik akibat kegiatan


pengelolaan lingkungan fisik dan biologi pada masa pra konstruksi
dilakukan di seluruh desa terkait dimana di setiap desa dilakukan setiap
akhir kegiatan pra konstruksi.

40
 Periode pengelolaan lingkungan potensi konflik akibat kegiatan interaksi
secara terus menerus antara pekerja pendatang dengan masyarakat
setempat dilakukan pada setiap perayaan hari besar nasional dan
keagamaan.

g. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pelakasana pengelolaan lingkungan hidup: pelaksana pengelolaan


lingkungan hidup adalah UPI
 Pengawas pengelolaan lingkungan hidup: pemerintah setempat k0ota
Bandung.
 Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan: pelaporan hasil pengelolaan
lingkungan dilakukan tiap 6 (enam) bulan dan diserahkan kepada BLH
dan Dinas Tenaga Kerja Bandung.

4. Pengelolaan Dampak Komponen Lingkungan Kesehatan Masyarakat

1. Gangguan kesehatan masyarakat

a. Dampak Penting dan Sumber Dampak

Dampak penting yang diprakirakan akan terjadi adalah gangguan kesehatan


masyarakat akibat kegiatan yang dilakukan pada tahap konstruksi.
Sumber dampak adalah kegiatan pembukaan lahan, pembuatan jalan
tambang dan portal serta perubahan kualitas air pada tahap konstruksi.

b. Tolok Ukur

Jumlah dan persentase keluhan yang dilaporkan kepada pelaksana oleh


masyarakat di areal sekitar lokasi kegiatan proyek.

c. Tujuan Pengelolaan Lingkungan

Pengurangan dampak terhadap kesehatan masyarakat akibat kegiatan yang


dilakukan pada tahap konstruksi.

41
d. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Upaya pengelolaan lingkungan dampak dari pengangkutan bahan bangunan


ke lokasi pembangunan perumahan secara berkala selama tahap konstruksi
terhadap kesehatan masyarakat dilakukan sebagai berikut :
 Mengurangi kecepatan kendaraan max 20 km/jam terutama pada saat
melewati jalan yang ada permukiman.
 Menutupi material yang diangkut dengan terpal.
 Menyirami jalan yang dilewati kendaraan pengangkut material terutama
pada musim kemarau
 Pekerja pada radius 5 meter di lokasi proyek dianjurkan menggunakan
masker.
 Pelaksanaan penghijauan menggunakan jenis tumbuhan lokal seperti
hiru, pohon kenari, binuang dsb.

e. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan dilakukan di areal sekitar lokasi kegiatan proyek.

f. Periode Pengelolaan Lingkungan

Dilakukan secara periodik sesuai dengan pengelolaan kualitas udara dan


kualitas air.

g. Institusi Pengelolaan Lingkungan

 Pelakasana pengelolaan lingkungan hidup: pelaksana pengelolaan


lingkungan hidup adalah UPI.
 Pengawas pengelolaan lingkungan hidup: pengawas pengelolaan
lingkungan hidup adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dan
BLH Kabupaten Bandung .
 Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan: pelaporan hasil pengelolaan
lingkungan dilakukan tiap 6 (enam) bulan dan diserahkan kepada BLH
dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung .

42
2.2. Matriks Dampak Penting RKL
Tabel 3.1. .Matriks Rencana Pengelolaan Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan Perumahan Cipaku Regency

29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
2.3.Peta Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Gambar 3.2 Lokasi Terkena dampak sekitaran pembangunan perumahan Cipaku Regency

46
BAB IV
JUMLAH DAN IZIN PERLINDUNGAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN
HIDUP (PPLH)
Setelah studi Amdal ini mendapat Izin Lingkungan dan Kelayakan Lingkungan
Hidup dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Perencana
pembangunan perumahan akan mengajukan permohonan izin Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan pada Penjelasan Pasal 48 Ayat 2, maka
perizinan yang harus dimiliki setelah dokumen ANDAL dan RKL-RPL disetujui
diantaranya adalah sebagai berikut :
• Izin pembangunan Hotel Pembangunan Perumahan Cipaku Regency.
• Izin penyimpanan sementara limbah B3 (Izin TPS LB3).

29
BAB V
PERNYATAAN KOMITMEN PELAKSANAAN RKL-RPL

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Resza Irawan
Nama Perusahaan : Universitas Pendidikan Indonesia
Alamat Perusahaan : Kampus Utama (Bumi Siliwangi) Jl. Dr. Setiabudhi
No. 229 Bandung 40154 Jawa Barat – Indonesia Telp.
+62-22-2013161-2013162-2013163-2013164 Fax. +62-
22-2013651
Jabatan : Direktur Utama
Adalah penanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan Pengelolaan dan Pemantauan
Dampak Lingkungan dari kegiatan:

Nama Usaha/Proyek : Pembangunan Perumahan Cipaku Regency


Lokasi : Jalan Setia budhi Rt 012 RW 06 , Kelurahan Isola,
Kecamatan Suakasari

Dengan ini menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa :


1. Dalam menyusun Dokumen ANDAL dan RKL-RPL atas kegiatan usaha
tersebut di atas, kami telah mengacu kepada peraturan yang berlaku dan
memperhatikan arahan dari instansi pembina teknis;

2. Kami berjanji untuk menaati, melaksanakan pengelolaan dan pemantauan


lingkungan dari kegiatan dimaksud;

3. Kegiatan kami bersedia untuk dipantau dampak lingkungannya oleh instansi


yang berwenang dari kegiatan yang dimaksud;

4. Apabila kami lalai untuk melaksanakan kegiatan Pengelolaan Lingkungan


Hidup sebagaimana tercantum dalam Dokumen ANDAL dan RKL-RPL ini, kami
bersedia menghentikan kegiatan operasional dan apabila terjadi kasus pencemaran
30
lingkungan hidup yang disebabkan oleh kegiatan kami yang belum termasuk dalam
Dokumen ANDAL dan RKL-RPL ini, kami bersedia untuk bertanggung jawab
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

5. Hasil pelaksanaan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan seperti yang


telah diuraikan dalam Dokumen ANDAL dan RKL-RPL akan dilaporkan kepada
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat setiap 6 (enam)
bulan sekali selama tahap konstruksi dan setiap 6 (enam) bulan sekali selama tahap
operasi sesuai dengan Perda Jawa Barat No. 01 Tahun 2012;

6. Apabila dikemudian hari terjadi perubahan/perkembangan kegiatan secara


mendasar berpengaruh terhadap lingkungan, maka kami akan
mempertanggungjawabkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
Dokumen ANDAL dan RKL-RPL tersebut harus disempurnakan kembali.

Demikian surat pernyataan ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Bandung, Januari 2019


Yang Membuat Pernyataan,

Resza Irawan
Direktur Utama

31
DAFTAR PUSTAKA

Atmar W and BD Patterson. 1993. The measure of order and disorder in the distribution
of species in fragmented habitat. Oecologia 96:373–382.

APHA (American Public Health Association). 1989. Standard Methods for the
Examination of Water and Wastewater. 17ed. APHA, AWWA (American
Water Works Association), and WPCF (Water Pollution Control Federation).
Washington D.C.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung Utara. 2009.


Kabupaten Bandung Utara Dalam Angka.

Barton, D. N. 1994. Economic Factors and Valuation of Tropical Coastal Resources.


SMR-report 14/94. Centre for Studies of Environment and Resources,
University of Bergen, Norway.

Bailey JA. 1984. Principles of Wildlife Management. New York: Wiley. 373p.

Bray, J. R. & T. J. Curtis. 1957. An Ordination of the Upland Forest Communities of


Southern Wisconsin, Ecol. Monographs 27:325-349.

Chadwick, A. & Morfett, J. (1998) Hydraulics in Civil and Environmental


Engineering, Third edition, E & FN Spon, London.

Dale Sims. October 2008. PT. Nusa Bandung Minerals The Gosowong Goldfield; 5
Moz Au and still growing. Power Point.

De Vogel, E. F. 1989. The Moluccas, Pp. 115-118 in D. G. Campbell and H. D.


Hammond, eds. Floristic inventory of tropical countries: the status of plant
systematics, collections, and vegetation, plus recommendations for the future.
New York: The New York Botanical Gardens.

Damodar Gudjarati. 1988. Basic Econometric. Student Edition. Mc Graw Hill Book
Co. Singapore.

Ewa Rappe, Sidik Purnama. December 2006. TOGURACI COMPLETION REPORT


GHD & PT. 2008. Report for Toguraci Pit Hidrogeological Site Assessment. PT. Nusa
Bandung Minerals.
32
Gittinger, JP. 1985. Analisis Ekonomi Proyek Pertanian. UI Press

George, H. Davis. 1981. Struktur Geologist of Rock

Holmes, D. & S. Nash. 1990. Images of Asia: The Birds of Sumatra and Kalimantan,
Oxford University Press, Singapore-Oxford-New York.
Hamilton, Waren. 1979. Tectonic of the Indonesia Region, United State Government,
Printing Office Washington.

International Council for Bird Preservation (ICBP). 1992. Putting Biodiversity on the
Map: Priority Areas for Global Conservation, Cambridge, U. K.: International
Council for Bird Preservation.
Keller, E., 1982. Enviromental Geology, 3rd Edition. C.E. Cerril Publishing Co.,
Columbus, Ohio.

Kadariah, dkk. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. UI Press

Koutsoyiannis. 1978. Theory of Econometric. Barnes and Noble Book, New York,
USA.

Leppäkoski, E. 1975. Assessment of Degree of Pollution on The Basis of


Macrozoobenthos in Marine and Brackish-Water Environment. Acta
Academiae Ǻboensis Series B 35 (2): 1-90.

L. Lobbeck, A. K. 1969. Geomorfology and Introduction to Study of Lancscape.


McGraw Hill Bock Co, New York.

Marzluff JM and K Ewing. 2001. Restoration of Fragmented Landscapes for The


Conservation of Birds: A General Framework and Specific Recommendations
for Urbanizing Landscapes. Restoration Ecology. 9:280–292.

MacKinnon, J. 1991. Panduan Lapangan Burung-burung di Kawasan Wallaceae


Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara, Gadjah Mada University Press,
Indonesia.

Mishan, E. J. 1979. Cost-Benefit Analysis. George Allen and Unwin Limited.


London, Great Britain.

33
Ostfield RS, WZ Lidicker Jr and EJ Heske. 1985. The relationship between habitat
heterogeneity, space use, and demography in a population of California voles.
Oikos 45:433–442.

Owen OS. 1980. Natural Resource Conservation: An ecological approach. Third


Edition. New York: Macmillan. 883p.

Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. Third Edition. W. B. Sounder Co.


Philadelphia.

Odum, E.O. 1971. Fundamentals of Ecology. Toppan Company Ltd. Tokyo.

Purwanto, H. 2000. Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Anthropologi.


Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Petren K & TJ Case. 1998. Habitat structure determines competition intensity and
invasion success in gecko lizards. Proc Natl Acad Sci USA 95:11739–11744.

Richard L. Scheaffer, William Mendenhall and Lyman Ott. 1986. Elementary Survey
Sampling (third edition). Duxbury Press, Boston.

Ruttner, F. 1974. Fundamentals of Ecology. University of Toronto Press.Toronto.

Suhandi dan Suherman, W. 2007. Inventarisasi Potensi Bahan Galian Pada Wilayah
Peti Daerah Halmahra Utara, Provinsi Maluku Utara. Kelompok Program
Penelitian Konservasi SARI.

Sidney Siegel. 1994. Statistik Non Parametrik (terjemahan). PT Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta.

Tsutsumi, H., T. Kikuchi, M. Tanaka, T. Higashi, K. Imasaka and M. Miyazaki. 1991.


Benthic faunal succession in a cove organically polluted by fish farming.
Marine Pollution Bulletin 23: 233-238.

Weston, D. P. 1990. Quantitative examination of macrozoobenthic community changes


along an oganic enrichment gradient. Marine Ecology Progress Series 61:
233-244.

Warwick, R. M. 1986. A new method for detecting pollution effects on marine


macrobenthic communities. Marine Biology 97: 193-200.

34
Weitzel, R. L. 1979. Methods and Measuremants of Perifiton Communities: A
Review American Society for Testing and Materials. Philadelphia.

Whittaker RH. 1972. Evolution and measurement of species diversity. Taxon 21:213–
251

Welch, P. S. 1952. Limnology. Second edition. McGraw Hill International Book


Company. New York.

35
36

Anda mungkin juga menyukai