Anda di halaman 1dari 10

Paper Praktikum 1 Senin, 6 Februari 2023

Mata Kuliah : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

IDENTIFIKASI KEGIATAN DAN USAHA YANG


MEMILIKI WAJIB AMDAL

Disusun Oleh :
Kelompok 1/ B2
Aidil Khibar Syifa J0302201001
Rafi Zimat Ramadhan J0302201013
Sabila Nur Zahra J0302201058
Aghisna Aini Prakoso J0302201069
Salsabila Oktamakarim J1302201031

Dosen :
Dr. Melawanto Patabang, S.Hut., M.Si.

Asisten Dosen :
Alvionita Ritawati, S.Hut.

PROGRAM STUDI EKOWISATA


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2023
I HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Peraturan Wajib AMDAL

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai


dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang perlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggara Usaha dan/atau Kegiatan. Pada Pasal 1 UU Nomor 23 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Amdal adalah kajian
mengenai dampak penting suatu usaha dan kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha atau kegiatan. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor 4 Tahun 2021 tentang Daftar Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib
Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup atau Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
Terdapat beberapa jenis kegiatan dan usaha yang memiliki skala atau besaran
AMDAL sebagai kewajiban dalam memenuhi syarat pembangunan, sebagai
berikut.
1. Dokumen Persyaratan AMDAL
Amdal digunakan untuk mengambil keputusan tentang
penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan. Amdal juga memiliki
persyaratan mengenai dokumen yang harus dipenuhi yaitu dokumen kerangka
acuan, dokumen Amdal dan dokumen RKL-RPL. Dokumen Amdal tersebut wajib
memuat, pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan /atau kegiatan; evaluasi
kegiatan disekitar lokasi usaha dan/atau kegiatan; saran masukan serta tanggapan
masyarakat terhadap rencan usaha dan/atau kegiatan; prakiraan terhadap besaran
dampak serta sifat penting dampak yang terjadi direncana usaha dan/atau kegiatan
tersebut dilaksanakan; evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi untuk
menentukan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan hidup, rencana
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup dan Dokumen Amdal yang disusun
oleh pemrakarsa wajib melibatkan masyarakat sekitar lokasi rencana usaha.
2. Usaha Hotel Cavinton Yogyakarta
Hotel Cavinton Yogyakarta adalah salah tatu hotel unik yang terletak di area
Malioboro. Hotel Cavinton Yogyakarta adalah hotel bintang 4 yang memiliki lokasi
di kawasan perbelanjaan. Peranan hotel dalam industri pariwisata sangat penting
karena hotel sebagai sarana akomodasi umum yang sangat membantu wisatawan
ketika sedang berkunjung untuk berwisata dengan jasa penginapan yang disediakan
oleh hotel. Hotel termasuk sarana pokok kepariwisataan (main tourism
superstructures) yang berarti hidup dan kehidupannya banyak tergantung pada
jumlah wisatawan yang datang. Sebagaimana telah diatur dalam UUPPLH, maka
kegiatan/usaha tersebut memiliki kewajiban untuk Izin Lingkungan, yang terlebih
dahulu sebelum memperoleh suatu Izin Usaha.
a. Alasan Kegiatan/Usaha Memerlukan Dokumen Wajib Amdal
Mengacu pada lampiran I Keputusan Menteri Lingkungan Hidup/ Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-11/MENLH/3/1994, hotel
dengan jumlah 200 kamar diwajibkan menyusun Amdal, Hotel Cavinton memliki
jumlah kamar sebanyak 208 kamar, maka hal ini lah yang menjadi alasan
kegiatan/usaha Hotel Cavinton Yogyakarta memerlukan dokumen wajib amdal.
Lalu, Kegiatan usaha perhotelan memerlukan wajib amdal dikarenakan menurut
lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan yang Wajib
Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dampak yang mungkin terjadi
akibat pembangunan hotel adalah pembebasan lahan, daya dukung lahan, tingkat
kebutuhan air sehari-hari, limbah yang dihasilkan, efek pembangunan terhadap
lingkungan sekitar (getaran, kebisingan, polusi udara, dll), jumlah jenis dan pohon
yang mungkin hilang. Konflik sosial akibat pembebasan lahan, dan kebutuhan
pemukiman dari tenaga kerja besar dan lain-lain.
b. Dampak Kegiatan/Usaha Memerlukan Dokumen Wajib Amdal
Akitifitas pembangunan akan memberikan dampak bagi lingkungan sekitar.
Dalam pelaksanaan maupun setelah pembangunan hotel juga memberikan dampak
fisik terhadap masyarakat terutama masyarakat sekitar hotel. Kondisi lingkungan di
sekitar area kontruksi dalam pelaksanaan pembangunan hotel mengakibatkan
polusi udara di kawasan tersebut meningkat, kebisingan akibat alat-alat berat juga
dirasakan beberapa warga hingga mengganggu kenyamanan. Selain itu, retaknya
beberapa dinding warga sekitar, dan beberapa kerusakan jalan akibat aktivitas
pembangunan hotel. Banyak masyarakat di wilayah Hotel Cavinton yang
menggunakan PAM (Perusahaan Air Minum) untuk mencukupi kebutuhan air
setiap hari. Selain air kurang melimpah, masyarakat juga memilih memasang PAM
daripada membuat sumur apalagi air sudah banyak yang tercemar. Menurut
informasi hal tersebut karena kondisi air sama saja ketika sebelum dan sesudah
adanya hotel. Pembangunan hotel merubah fungsi lahan. Alih fungsi tersebut
membuat sebagian besar permukiman harus pindah ke daerah lain. Berkurangnya
warga asli merupakan dampak yang terjadi sehingga menyebabkan minimnya
interaksi dan sosialisasi antar warga.
3. Wisata Pulau Komodo
Pulau Komodo adalah sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Nusa
Tenggara, berada di sebelah timur Pulau Sumbawa, yang dipisahkan oleh Selat
Sape. Pulau Komodo juga diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, karena
dalam wilayah Taman Nasional Komodo, bersama dengan Pulau Rinca, Pulau
Padar dan Gili Motang. Pembangunan wisata di lingkungan yang dilindungi
memerlukan aspek AMDAL yang mendalam seperti harus mempertimbangkan
pelestarian dan perlindungan habitat hewan purba tersebut.
a. Alasan Kegiatan/Usaha Memerlukan Dokumen Wajib Amdal
Pembangunan wisata di Pulau Komodo yang dilindungi memerlukan aspek
AMDAL yang mendalam seperti harus mempertimbangkan pelestarian dan
perlindungan habitat hewan purba tersebut. Hal yang disoroti penulis dan publik
adalah terkait Surat Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem (KSDAE) Nomor S.576/KSDAE/KK/KSA.1/7/2020 perihal
Pengecualian Amdal terhadap Pembangunan Sarana Prasarana Wisata di TN
Komodo. tertulis pada poin 2 (b) yang menyatakan kegiatan pembangunan sarana
prasarana wisata di TN Komodo termasuk dalam kegiatan yang dikecualikan dari
kewajiban AMDAL.
b. Dampak Kegiatan/Usaha Memerlukan Dokumen Wajib Amdal
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) NTT, menilai bahwa penataan
di Pulau Rinca otomatis dapat mengganggu ekosistem komodo. Ruang hidup
komodo menjadi berkurang akibat adanya infrastruktur permanen dalam skala
besar. Umbu Wulang, selaku Direktur Walhi NTT, mengatakan bahwa pemerintah
harus memprioritaskan terlebih dahulu urusan sains dan konservasi ekosistem
komodo. Sebagaimana diketahui bahwa pengembangan Taman Nasional Komodo
menjadi destinasi sendiri yang bermula dari dikeluarkannya Peraturan Menteri
(Permen) Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.48/Menhut-II/2010 tentang
izin pengusahaan pariwisata alam di suaka margasatwa, taman nasional, taman
hutan raya dan taman wisata alam.

B. Peraturan Wajib UKL dan UPL

Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan


Hidup (UPL) merupakan pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha atau kegiatan
yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup, diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan. Penyusunan
dokumen UKL dan UPL mengacu pada format Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 16 Tahun 2012 antara lain identidas pemrakarsa, rencana usaha atau
kegiatan. Persyaratan yang harus disiapkan oleh usaha atau kegiatan wisata dalam
pengajuan dokumen UKL dan UPL yaitu fotokopi KTP, izin pemanfaatan ruang,
izin teknis dan dinas terkait, draf dokumen sesuai ketentuan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup Lampiran IV, gambar rencana, surat permohonan pemeriksaan
UKL-UPL, dan bukti sosialisasi warga. Berikut merupakan 2 (dua) usaha atau
kegiatan yang diwajibkan mempunyai dokumen UKL dan UPL, sebagai berikut.
1. Kegiatan Pembangunan Hotel Santika
Hotel Santika, Bukit Tinggi merupakan usaha berupa bangunan yang dapat di
sewakan kepada wisatawan. Pembangunan Hotel Santika berupaya untuk
pengelolaan seperti pendekatan persuasif terhadap masyarakat sekitar, pengukuran
luas lahan yang digunakan, meyakinkan seluruh komponen masyarakat yang ada di
wilayah sekitar rencana pembangunan, melakukan sosialisai ke masyarakat dna
membuka kesempatan kerja bagi penduduk sekitar dan lainnya. Bentuk upaya
pemantauan pada rencana pembangunan Hotel Santika yaitu pengamatan langsung
di lapangan mengenai tidaknya keluhan masyarakat terhadap proses penyelesaian
hak atas batas lahan, melakukan wawancara dengan masyarakat dan tenaga kerja
lingkungan sekitar Hotel Santika saat kontruksi berlangsung, melakukan obsevasi
terhadap usaha masyarakat sekitar terkait pembangunan Hotel Santika pada tahap
kontruksi, dan lainnnya. Bentuk pengelolaan dan pemantauan pada pembangunan
Hotel Santika, Bukit Tinggi dibutuhkan pembuatan dokumen UKL dan UPL untuk
mencegah dampak yang akan terjadi selanjutnya.
a. Alasan Pengajuan Dokumen UKL-UPL
Pengajuan dokumen UKL-UPL dalam pembangunan Hotel Santika
diperlukan agar saat pembangunan Hotel Santika berjalan lancar. Dokumen UKL-
UPL juga dapat membantu mengenahui jenis-jenis dampak yang akan terjadi, besar
kecilnya dampak akan terlihat jika memiliki dokumen UKL-UPL ini. Dokumen
UKL-UPL dibuat untuk Hotel Santika karena mempunyai kapasitas kamar 132 dan
luas lahan yang digunakan ± 4.239 m², sehingga dengan kapasitas tersebut
persyaratan yang wajib yaitu mempunyai dokumen UKL-UPL. Melakukan
pengelolaan dampak lingkungan hidup, memenuhi persyaratan standar baku mutu
lingkungan atau kriteria kerusakan lingkungan sesuai peraturan perundang-
undangan, keinginan untuk melakukan perubahan lingkungan sesuai kriteria yang
tercantum pada Pasal 50 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang izin
lingkungan, adanya pengawasan terhadap kegiatan. Seluruh dokumen UKL-UPL
yang diajukan dapat memudahkan pengelola dalam kepengelolaan lingungan di
sekitar Hotel Santika.
2. Kegiatan Pengembangan Grand Q Hotel Gorontalo
Pengembangan Grand Q Hotel Gorontalo membutuhkan sarana dan prasarana
penunjang pariwisata. Kebutuhan fasilitas hotel sangat dibutuhkan dalam
menunjang berbagai aspek kegiatan pembangunan di daerah Gorontalo. Pihak
pemrakarsa Grand Q Hotel melakukan pengembangan hotel untuk menambah
jumlah kamar dan perbaikan fasilitas penunjang hotel. pengembangan Grand Q
Hotel Gorontalo membutuhkan luas bangunan ± 4.722,17 m² dengan 7 lantai.
Kegiatan tersebut wajib menyusun dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). Bentuk UKL dalam
pengembangan Grand Q Hotel Gorontalo diantaranya pendekatan sosial budaya,
pendekatan institusi, pendekatan sosial, pendekatan institusional, melakukan
kegiatan mobilisasi alat dan bahan pada siang hari dan lainnya. Bentuk UKL dalam
pengembangan Grand Q Hotel Gorontalo diantaranya melakukan survei terhadap
persepsi masyarakat, pemantauan pada penerimaan tenaga kerja, pemantauan pada
upah tenaga kerja, pemantauan kebisingan, dan lainnya.
a. Alasan pengajuan dokumen UKL-UPL
Pengajuan dokumen UKL-UPL dalam pengembangan Grand Q Hotel
Gorontalo sangat diperlukan karena telah diatur pada UU Republika Indonesia
No.32 Tahun 2009 mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hodup.
Pentingnya penyusuanan ini untuk menanggulangi urusan dan permasalahan
hukum dikemudian hari. Pengembangan Grand Q Hotel Gorontalo memerlukan
dokumen UKL-UPL karena kegiatan yang dilakukan tidak cukup besar. Skala
pengembangan Grand Q Hotel Gorontalo meliputi pembanguan gedung 7 lantai
seluas ± 4.722,17 m² dengan jumlah 56 kamar dan berbagai fasilitas pengembangan
yang diperlukan seperti area parkir, ruang genset, lobby, toilet, CCTV, mushola,
ruang makan, ruang administrasi, dan lainnya. Skala pengembangan pada Gran Q
Hotel Gorontalo yang mengharuskan adanya dokumen UKL-UPL. Alasan lainnya
dalam pengajuan dokumen UKL-UPL pengembangan Grand Q Hotel Gorontalo
yaitu untuk mengurani timbulnya persepsi negatif pada masyarakat sekitar, dapat
menjadi peluang kerja bagi masyarakat sekitar, dapat meningkatnya jumlah
pendapatan masyarakat dan lainnya.
Gambar 1 Layout Lokasi Pengembangan Grand Q Hotel Gorontalo
Sumber: internet, 2014

C. Peraturan Wajib SPPL

SPPL atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan


Lingkungan Hidup adalah salah satu dokumen yang disyaratkan dalam pendirian
perusahaan atau industri. SPPL berisi pernyataan kesanggupan dari penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatannya
di luar usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL. Usaha dan/atau
kegiatan yang dimaksud adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan
perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap
lingkungan hidup.
Pasal 22 angka 13 UU Cipta Kerja disebutkan bahwa setiap usaha dan/atau
kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPL wajib membuat SPPL yang
diintegrasikan ke dalam Nomor Induk Berusaha. Untuk penetapan jenis usaha
dan/atau kegiatan wajib SPPL dilakukan terhadap kegiatan yang termasuk dalam
kategori berisiko rendah. Penetapan dilakukan oleh gubernur atau bupati/wali kota
sesuai dengan kewenangannya melalui keputusan gubernur atau bupati/wali kota.
Meskipun pada umumnya bidang usaha/kegiatan yang ditetapkan di masing-masing
daerah sama namun jenis kegiatan dan skala/besaran yang diatur dapat berbeda
karena kembali kepada penilaian masing-masing kepala daerah atas wilayahnya.
1. Dokumen Persyaratan SPPL
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2021 tentang daftar usaha dan/ ataun kegiatan yang wajib memiliki
mengenai dampak lingkungan hidup, upaya pengelolaan lingkungan hidup dan
upaya pemantauan lingkungan hidup atau surat pernyataan kesanggupan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup pada Bab IV pasal 6 ayat satu
berbunyi SPPL wajib dimilki bagi usaha dan/ atau Kegiatan yang tidak memiliki
dampak penting terhadap lingkungan hidup dan tidak termasuk usaha dan/ atau
kegiatan yang wajib UKL-UPL. Dokumen persyaratan SPPL berisi data isian,
fotokopi KTP pemohon, SK, peta lokasi usaha, layout, foto bangunan usaha,
materai, uji sampel air/udara, kesesuaian tata ruang, ketetapan rencana kota, akte
pendirian perusahaan, fotokopi status tanah.
2. Usaha Restoran
Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasikan secara
komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua tamu,
baik berupa kegiatan makan maupun minum (Marsum (2005) dalam Kristina
(2013:10)) dalam menjalan usaha restoran ada beberap dampak yang akan terjadi
berupa Limbah atau sampah dari potongan makan yang akan mengakibatkan
pencemaran lingkungan penggunaan listrik dan alat pendingin seperti pendingin
ruangan (AC) dan alat pembakaran atau alat masak. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan usaha produktif
milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha
mikro yaitu memiliki kekayaan bersih paling banyak 50 juta rupiah dan tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Usaha kecil merupakan usaha
produktif yang dilakukan oleh perorangan dan berdiri sendiri atau bukan badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dikuasai.
a. Alasan Pengajuan Wajib SPPL
Usaha restoran harus mempunyai dokumen SPPL karena termasuk ke dalam
golongan usaha mikro dan kecil yang dapat dibangun oleh orang perorangan atau
badan usaha perorangan dan juga bukan badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dikuasai. Maka dari itu, dalam
membangun atau membuat usaha restoran dengan jumlah tempat duduk < 50-unit
dan 50-100unit memerlukan dokumen SPPL dalam hal menyanggupi untuk
mengelola dan memantau lingkungan agar tidak mencemari lingkungan dalam
menjalankan usahanya (menurut Lampiran II Salinan PP Nomor 5 Tahun 2021 pada
Sektor Pariwisata). Usaha restoran termasuk ke dalam usaha wajib SPPL karena
merupakan usaha mikro dan kecil dan tidak menyebabkan kerusakan lingkungan,
seperti merubah lanskap alam. Usaha restoran membutuhkan tanah untuk
membangun restoran atau dapat membeli ruko yang sudah tidak terpakai dan
merenovasi kembali ataupun juga dapat dibangun di pusat perbelanjaan, sehingga
tidak menyebabkan kerusakan lingkungan yang penting. Selain itu, usaha restoran
juga tidak terlalu menganggu masyarakat sekitar. Jika terdapat dampak lingkungan
yang terjadi seperti sampah yang terdiri dari kertas makanan, makanan sisa, plastik
dan lainnya, hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan pengelolaan dan
pemantauan terhadap dampak lingkungan melalui menyediakan tempat sampah
sesuai jenis sampah dan melakukan pengelolaan sampah dengan benar, juga
sampah sisa makanan dapat diolah menjadi kompos. Selain itu, permohonan izin
restoran tercantum memerlukan dokumen SPPL dan sertifikat laik sehat untuk
memenuhi syarat hugiene sanitasi kelola restoran, tidak tertulis dokumen UKL-
UPL atau AMDAL.
3. Usaha Hotel Labuhan Batu Selatan
Pengertian Hotel menurut SK Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi
No. KM 37/PW. 340/MPPT-86 (dalam Sulastiyono dalam Maluto 2014:1), adalah
“suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan
untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman, serta jasa penunjang
lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial”. Hotel ini harus menggunakan
SPPL berdasarkan Peraturan Bupati Labuhan Batu Selatan Nomor 9 Tahun 2018
tanggal 25 Januari 2018. Dengan ketentuan termasuk kedalam golongan
Penginapan, Homestay, Pondok Wisata, Kos – kosan, Hotel, motel,
apartel/kondotel dengan luas 300 m2 ≤ luas lantai bangunan < 10.000 m2 (skala
besaran UKL-UPL), dan skala besaran SPPL < 300 m2.
a. Alasan Pengajuan Wajib SPPL
Pengajuan dokumen SPPL sangatlah penting karena untuk menjaga kondisi
lingkungan dari dampak negatif kegiatan usaha. Selain itu, perusahaan juga
berkewajiban untuk memastikan setiap kegiatan usaha yang dilakukan tidak
menimbulkan kerusakan, pencemaran, ataupun berbagai dampak negatif lain
terhadap lingkungan sekitar. Dalam Pasal 22 angka 13 UU Cipta Kerja disebutkan
bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPL wajib
membuat SPPL yang diintegrasikan ke dalam Nomor Induk Berusaha. Dengan
memiliki dan mematuhi SPPL, perusahaan memiliki nilai lebih di mata konsumen
dan lebih unggul dibandingkan para competitor lain apabila konsumen merasa
nyaman.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum Identifikasi Kegiatan dan Usaha yang Wajib


memiliki AMDAL, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Usaha Hotel Cavinton Yogyakarta merupakan usaha yang termasuk kedalam
jenis usaha AMDAL karena memiliki jumlah 208 kamar, dan kemungkinan
dampak yang terjadi akibar pembangunan hotel pada lingkungan sekitar,
maka hal ini yang mewajibkan Usaha Hotel Cavinton Yogyakarta
memerlukan dokumen wajib AMDAL. Usaha wisata di Pulau Komodo juga
termasuk kedalam usaha AMDAL karena mempertimbangkan pelestarian
dan perlindungan habitat hewan, maka diperlukan dokumen wajib AMDAL
yang diajukan pengelola.
2. Kegiatan Pembangunan Hotel Santika merupakan usaha yang termasuk
kedalam jenis kegiatan wajib UKL-UPL karena memiliki jumlah 132 kamar
dengan luas lahan ± 4.239 m², maka dengan kapasitas tersebut pembangunan
diwajibkan mempunyai dokumen wajib UKL-UPL. Pengembangan Grand Q
Hotel Gorontalo juga termasuk kedalam kegiatan wajib UKL-UPL karena
memiliki jumlah 7 lantai seluas ± 4.722,17 m² dengan 56 kamar dan berbagai
fasilitas pengembangan yang diperlukan, maka dari skala pengembangan
tersbut diperlukannya dokumen wajib UKL-UPL
3. Usaha Restoran merupakan usaha yang termasuk kedalam jenis usaha SPPL
karena termasuk kedalam golongan mikro dan kecil yang dapat dibangun oleh
perorangan dengan jumlah tempat duduk < 50-unit, serta tidak menyebabkan
kerusalan lingkungan, sehingga diperlukannya dokumen wajib SPPL. Usaha
Hotel Labuhan Batu Selatan termasuk kedalam jenis usaha SPPL karena
melindungi kondiri lingkungan dari dampak negatif usaha, maka diwajibkan
usaha ini mempunyai dokumen SPPL.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Dokumen yang Perlu Disiapkan untuk UKL UPL Hotel.
https://konsultanlingkungan.net/dokumen-yang-perlu-disiapkan-untuk-ukl-
upl-hotel.html. (Online). [Diakses pada 4 Februari 2023 pukul 14.56 WIB]
Anonim. 2017. UKL-UPL. https://dlh.surakarta.go.id/new/?p=ss&id=54. (Online).
[Diakses pada 4 Februari 2023 pukul 14.16 WIB]
Lihawa, F. 2014. Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UKL-UPL). UPAYA-PENGELOLAAN-LINGKUNGAN-
DAN-UPAYA-PEMANTAUAN-LINGKUNGAN-UKL-UPL-
PENGEMBANGAN-GRAND-Q-HOTEL-oleh-pt-Gorontalo-wisata-
mandiri.pdf. (Online). [Diakses pada 4 Februari 2023 pukul 14.03 WIB]
Syahrizal. 2018. Pemberian Izin Lingkungan atas Rencana Kegiatan Pembangunan
Hotel Santika. http://bukittinggikota.go.id/download/Hotel%20Santika.pdf.
(Online). [Diakses pada 4 Februari 2023 pukul 13.12 WIB]

Anda mungkin juga menyukai