Anda di halaman 1dari 21

Makalah

AMDAL PADA PEMBANGUNAN PABRIK GULA DI GORONTALO


( Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah AMDAL yang diampu oleh Dr. Ir. Musrowati
Lasindrang, M.P)

Oleh
KELOMPOK 11
Nursyahbani Paris (651417023)
Aldi Septiadi Abdillah (651419004)
Annastasya Amalia R. Ali (651420031)
Usman H. Moko (651417079)
Andri Ngabito (651417053)

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah yang maha esa karena rahmad dan karunianya sehingga
makalah AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa. Tidak lupa juga dalam kesempatan ini kami ucapkan terima
kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah dan teman-teman serta bantuan dari berbagai pihak
yang membantu dalam pembuatan makalah amdal ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk diri kita sendiri, umumnya
kepada para pembaca makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan untuk menyempyrnakan makalah selanjutnya

Gorontalo, 16 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................
i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................
1
1.2 Peraturan Perundangan Mengenai AMDAL/UKL&UPL.......................................... 3
BAB II RENCANA PENGOLAHAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
2.1 Rencana Pengolahan Lingkungan Hidup................................................................... 6
2.2 Pendekatan Pemantauan Lingkungan Hidup............................................................. 10
2.3 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup.................................................................. 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
13
LAMPIRAN............................................................................................................................
14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditas
perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat.
Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman.
Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis
asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.

Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira, tebu, bit gula, atau aren. Meskipun demikian,


terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain,
seperti umbi dahlia, anggur, atau bulir jagung, juga menghasilkan semacam pemanis namun
bukan tersusun dari sukrosa sebagai komponen utama. Proses untuk menghasilkan gula
mencakup tahap ekstraksi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui distilasi
(penyulingan).

Negara-negara penghasil gula terbesar adalah negara-negara dengan iklim hangat


seperti Australia, Brasil, dan Thailand. Hindia Belanda (sekarang Indonesia) pernah menjadi
produsen gula utama dunia pada tahun 1930-an, tetapi kemudian tersaingi oleh industri gula
baru yang lebih efisien. Pada tahun 2001/2002 gula yang diproduksi di negara
berkembang dua kali lipat lebih banyak dibandingkan gula yang diproduksi negara maju.
Penghasil gula terbesar adalah Amerika Latin, negara-negara Karibia, dan negara-
negara Asia Timur.
Potensi industri telah memberikan sumbangan bagi perekonomian Indonesia melalui
barang produk dan jasa yang dihasilkan, namun di sisi lain pertumbuhan industri telah
menimbulkan masalah lingkungan yang cukup serius. Buangan limbah pabrik gula
mengakibatkan timbulnya pencemaran air sungai yang dapat merugikan masyarakat yang
tinggal di sepanjang aliran sungai, seperti berkurangnya hasil produksi pertanian,
menurunnya hasil tambak, maupun berkurangnya pemanfaatan air sungai oleh penduduk.
Buangan berupa asap menyebabkan meningkatnya kasus infeksi saluran pernafasan pada
masyarakat sekitar kawasan industri.
Salah satu industri yang banyak disoroti tentang masalah lingkungan yaitu pabrik gula.
Sejumlah kasus pengaduan masyarakat disekitar pabrik gula yang berkaitan dengan limbah

1
diantaranya seperti debu yang sering mengotori rumah mereka, asap yang menggangu
kesehatan, limbah cair yang dibuang ke sungai, bau tak sedap dan lain-lain. Jika kasus
seperti ini tetap dibiarkan, suatu saat nanti bisa menjadi boomerang bagi keberlanjutan usaha
pabrik tersebut. Sebenarnya limbah pabrik gula dapat itu sendiri dapat dikelola dengan
menjadikanya sebagai barang lain yang manfaat. Disini dibutuhkan suatu usaha dan
komitmen dari perusahaan untuk mengelola limbahnya agar tidak merusak lingkungan,
bahkan akan lebih baik memberikan nilai tambah bagi masyarakat disekitar, seperti
dimanfaatkan sebagai pupuk pertanian.
Pabrik gula di Indonesia pada tahun 2007 berjumlah 59 pabrik.Produksi tebu tahun
2008 untuk daerah Jawa Timur saja mencapai 17 juta ton.Selain menghasilkan gula,
pengolahan tebu juga menghasilkan pucuk tebu, ampas, blotong dan tetes sebagai produk
sampingnya.Khusus untuk ampas pada umumnya digunakan sebagai bahan bakar ketel
(boiler). Salah satu cara untuk melakukan diversifikasi produk pabrik gula adalah
pengolahan hasil samping (limbah) tersebut menjadi produk yang lebih tinggi nilainya.
Berdasarkan pengalaman penerapan PP No. 29/1986 tersebut dilakukan deregulasi dan
untuk mencapai efisiensi maka PP No. 29/1986 diganti dengan PP No. 51/1993 yang
diundangkan pada tanggal 23 Oktober 1993. Perubahan tersebut mengandung suatu cara
untuk mempersingkat lamanya penyusunan AMDAL dengan mengintrodusir penetapan
usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL dengan keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup. Dengan demikian tidak diperlukan lagi pembuatan Penyajian Informasi Lingkungan
(PIL). Perubahan tersebut mengandung pula keharusan pembuatan Analisis Dampak
Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) dibuat sekaligus yang berarti waktu pembuatan dokumen dapat
diperpendek. Dalam perubahan tersebut diintrodusir pula pembuatan dokumen Upaya
Pengelo laan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) bagi kegiatan
yang tidak wajib AMDAL.Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UKL) ditetapkan oleh Menteri Sektoral yang berdasarkan format yang di
tentukan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup. Demikian pula wewenang menyusun
AMDAL disederhanakan dan dihapuskannya dewan kualifikasi dan ujian negara.

2
1.2 Peraturan Perundangan Mengenai AMDAL/UKL&UPL
Pembangunan yang berlangsung saat ini baik langsung maupun tidak langsung akan
memberikan tekanan terhadap lingkungan yang beresiko mencemari dan merusak
lingkungan. Oleh karenanya pembangunan seharusnya mengikuti konsep pembangunan
berkelanjutan, yaitu pembangunan dilakukan tidak hanya secara fisik tetapi juga dengan
mempertimbangkan kelestarian sumber daya alam serta kesejahteraan manusia di sekitarnya.
Gagasan Pembangunan Berkelanjutan secara bertahap mulai dimasukkan kedalam
kebijakan dan perencanaan pembangunan nasional. Hal ini terlihat dari diberlakukannya
peraturan perundangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang
berisi :
a. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dimaksudkan untuk melestarikan dan
mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras dan seimbang
guna menunjang terlaksananya pembangunan berkelanjutan serta dengan
memperhatikan tingkat kesadaran masyarakat serta perkembangan lingkungan global.
b. Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat,
mempunyai hak atas informasi yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan
lingkungan hidup dan setiap orang berhak dan berkewajiban untuk berperan serta
dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup serta berkewajiban memelihara
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran
dan perusakan lingkungan hidup.
c. Pasal 18, setiap usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis
mengenai dampak lingkungan hidup. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
termasuk dalam kajian kelayakan suatu kegiatan/ usaha, jadi termasuk dalam tahap
perencanaan.
d. Menetapkan ketentuan pidana dan denda bagi pihak yang dengan sengaja ataupun
akibat kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup.

3
2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan, menyebutkan bahwa :
a. Pasal 1, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
b. Pasal 3 ayat 4, Bagi rencana usaha dan/atau kegiatan di luar usaha dan/atau kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib melakukan upaya pengelolaan lingkungan
hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup yang pembinaannya berada pada
instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan.
c. Pasal 32 yaitu Pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan wajib menyampaikan laporan
pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan
lingkungan hidup kepada instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan, instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan dan
Gubernur. Sedangkan Instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan
melakukan :
1) Pengawasan dan pengevaluasian penerapan peraturan perundangundangan di
bidang analisis mengenai dampak lingkungan hidup;
2) Pengujian laporan yang disampaikan oleh pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
3) Penyampaian laporan pengawasan dan evaluasi hasilnya kepada Menteri secara
berkala, sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam (1) satu tahun, dengan tembusan
kepada instansi yang berwenang menerbitkan izin dan Gubernur.
3. Pelaksanaan Peraturan Pemerintah tentang AMDAL ini telah dituangkan dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup maupun Kepala Bapedal, yaitu :
a. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 17 tahun 2001 tentang jenis
usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak
lingkungan.
b. Keputusan Kepala Bapedal Nomor : Kep.056 Tahun 1994 tentang Pedoman Ukuran
Dampak Penting.

4
c. Keputusan Kepala Bapedal Nomor : Kep.299/Bapedal/II/1996 tentang Pedoman
Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan Amdal.
d. Keputusan Kepala Bapedal Nomor : 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat
dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Amdal.
e. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09 tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
4. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan untuk kegiatan yang tidak wajib AMDAL tertuang
dalam Keputusan Menteri, yaitu :
a. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang
Pedoman Penyusunan UKL dan UPL.
b. Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 250 Tahun 1994 tentang Pedoman
Teknis Penyusunan Pengendalian Dampak Terhadap Lingkungan Hidup Pada Sektor
Industri, pasal 1, menyatakan bahwa Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup adalah rencana Kerja dan atau pedoman kerja
yang berisi program pengelolaan lingkungan yang dibuat secara sepihak oleh
Pemrakarsa dan sifatnya mengikat. Dan kegiatan industri yang wajib menyusun Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL &
UPL) adalah kegiatan usaha industri yang tidak mempunyai dampak penting dan atau
secara teknologi dapat dikelola dampak pentingnya terhadap lingkungan hidup.
Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Tangerang dimulai dengan
dibentuknya lembaga yang mengendalikan dampak lingkungan yaitu Bapedalda Kabupaten
Tangerang yang diganti dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang pada tahun
2001, sedangkan untuk mendukung kerja dari lembaga tersebut membentuk Komisi Amdal
melalui Surat Keputusan Bupati Nomor 070 tahun 2000 tentang Pembentukan Komisi
AMDAL/UKL&UPL Kabupaten Tangerang.

5
BAB II
RENCANA PENGOLAHAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
2.1 Rencana Pengolahan Lingkungan Hidup
Pabrik gula yang akan di bangun oleh P.T. PG Tolangohula sesuai ijin yang berlokasi di
Kabupaten Boalemo, Kecamatan Lakeya, Desa Gandaria. Berdasarkan kajian awal terhadap
kesesuaian lingkungan bahwa pabrik gula yang akan dibangun jauh dari rumah penduduk
karena akan menimbulkan konflik antara pihak industri dan masyarakat serta asap dan suara
bisingan yang berasal dari pabrik tidak mengganggu kenyamanan warga sekitar. Lokasi
pabrik gula oleh P.T. PG Tolangohula sebelumnya adalah lahan kosong dan dimiliki oleh
warga.
Aksebilitas menuju lokasi pabrik gula yang akan dibangun melalui beberapa proses
tahapan yang meliputi tahap pra kontruksi, tahap kontruksi dan tahap operasional.
a. Tahap Pra Kontruksi
(a) Pengurusan Perijinan
Untuk perijinan pembangunan lokasi pembangunan pabrik gula telah
mendapatkan ijin dari pemerintah daerah serta pembebasan lahan oleh masyarakat
sekitar pada tanggal 30 Januari 2019 seluas 100 Ha yang berlokasi di desa Gandaria
Kecamatan Lakeya. Lahan yang digunakan dalam pembangunan pabrik gula
merupakan lahan kosong yang dulunya adalah tanah milik masyarakat sekitar.
(b) Survey Lokasi
Kegiatan awal dilakukan oleh PT. PG Tolangohula pada 30 Desember 2018.
Kegiatan survey ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kelayakan
teknis dan juga lingkungan sekitar. Survey tersebut meliputi survey tempat,
lingkungan serta penyesuian lahan pabrik tersebut.
1. Sosialisasi Program
Kegiatan sosialisasi telah dilakukan oleh P.T. PG Tolangohula bersama aparat
pemerintah pada tanggal 10 Januari 2019 dibalai desa Gandaria. Sosialisasi berikutnya
dilakukan oleh penyusunan studi AMDAL yaitu Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSL)
yang dilaksanakan di tempat yang sama yaitu balai desa Gandaria. Sosialisasi selanjutnya
akan akan dilaksanakan oleh aparat desa setempat yang akan membahas mengenai

6
perencanaan pembangunan pabrik gula serta pengelolaan limbah yang berasa;l dari pabrik
tersebut.
2. Tahap Konstruksi
1) Rekrutmen Tenaga Keja
Dalam pembuatan pabrik dibutuhkan tenaga kerja untuk mengerjakan kegiatan
konstruksi seperti pembangunan pabrik, pemilihan lahan yang tepat dan pemilihan
material yang akan digunakan.
Pekerja Jumlah

Pembangunan 100 Orang

Pemilihan Lahan 50 Orang

Pemilihan Bahan Baku 75 Orang

2) Mobilisasi Alat
Alat berat yang digunakan dalam pembangunan pabrik gula yaitu bulldozer
sebanyak 2 unit, Greding/grender sebanyak 2 unit dan Loader sebanyak 2 unit. Dan 2
unit mixer beton.
3) Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan merupakan kegiatan fisik awal terhadap arel lahan
pembangunan pabrik gula. Pembukaan lahan sangat bergantung pada sarana dan
prasana pendukung serta topografi.
4) Pembangunan Sarana dan Prasarana
Berikut adalah perincian kencana kebutuhan pembangunan pabrik :
Sarana dan Prasarana Jumlah
Batu Gunung 100 unit
Batu Bata 100.000 biji
Batu Kerikil 50 unit
Baja Ringan 400 buah
Seng 500 lembar
Semen 10.000 sak
Pasir Gunung 200 unit
Pasir Sungai 150 unit

7
5) Pembangunan Pabrik Gula
Pembangunan pabrik gula direncanakan dibangun didaerah lahan kosong milik
warga dikabupaten Boalemo. Adapun tahapan pekerjaan kegiatan pembangunan
pabrik gula yaitu proses perataan lahan, pekerjaan awal, pekerjaan pondasi, pekerjaan
struktur, pekerjaan dinding, pintu, kusen dan jendela dan pekerjaan rangka atap.
6) Pembangunan unit pengolahan limbah
Tebu merupakan salah satu jenis tanaman yang hanya dapat ditanam di daerah
yang memiliki iklim tropis. Di Indonesia, perkebunan tebu menempati luas areal + 232
ribu hektar, yang tersebar di Medan, Lampung, Semarang, Solo, Gorontalo dan
Makassar. Tanaman ini merupakan sumber bahan baku perusahaan gula. Dalam suatu
produksi barang, pastilah didapat hasil samping (limbah). Begitu pula halnya dengan
produksi pada pabrik gula.
Berikut adalah limbah yang dihasilkan dari produksi gula yang berasal dati
tanaman tebu:
a. Pucuk Tebu
Pucuk tebu adalah ujung atas batang tebu berikut 5-7 helai daun yang dipotong
dari tebu giling ataupun bibit. Diperkirakan dari 100 ton tebu dapat diperoleh
sekitar 14 ton pucuk tebu segar. Pucuk tebu segar maupun dalam bentuk awetan,
sebagai silase atau jerami dapat menggantikan rumput gajah yang merupakan pakan
ternak yang sudah umum digunakan di Indonesia.
b. Ampas Tebu
Tebu diekstrak di stasiun gilingan menghasilkan nira dan bahan bersabut yang
disebut ampas.Ampas terdiri dari air, sabut dan padatan terlarut. Komposisi ampas
rata-rata terdiri dari kadar air : 46 – 52 %; Sabut 43 – 52 %; padatan terlarut 2 – 6
%. Umumnya ampas tebu digunakan sebagai bahan bakar ketel (boiler) untuk
pemenuhan kebutuhan energi pabrik.Pabrik gula yang efisien dapat mencukupi
kebutuhan bahan bakar boilernya dari ampas, bahkan berlebih. Ampas yang
berlebih dapat dimanfaatkan untuk pembuatan briket, partikel board, bahan baku
pulp dan bahan kimia seperti furfural, xylitol, methanol, metana, dan lain-lain.
c. Asap

8
Telah disebutkan di atas hasil sampingan (limbah) pabrik gula cukup
beragam.Agar limbah ini tidak menjadi masalah bagi lingkungan sekitar, maka
diperlukan suatu pengelolaan terhadap limbah tersebut. Cara- cara yang bisa
digunakan dalm pengolahan limbah yaitu menetralkan limbah sehingga tidak
berbahaya bagi lingkungan , dan dengan merubah limbah menjadi barang lain yang
lebih bernilai tinggi.
d. Blotong
Pada proses pemurnian nira yang diendapkan di clarifier akan menghasilkan
nira kotor yang kemudian diolah di rotary vacuum filter. Di alat ini akan dihasilkan
nira tapis dan endapan yang biasanya disebut “blotong” (filter cake). Blotong dari
PG Sulfitasi rata-rata berkadar air 67 %, kadar pol 3 %, sedangkan dari PG.
Karbonatasi kadar airnya 53 % dan kadar pol 2 %. Blotong dapat dimanfaatkan
antara lain untuk pakan ternak, pupuk dan pabrik wax. Penggunaan yang paling
menguntungkan saat ini adalah sebagai pupuk di lahan tebu.
3. Tahap Observasi
1) Pemerahan Nira (Ekstrasi)
Tebu setelah ditebang, dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan antara bagian
padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah). Alat
penggiling tebu yang digunakan di pabrik gula berupa suatu rangkaian alat yang terdiri
dari alat pengerja pendahuluan (Voorbewer keras) yang dirangkaikan dengan alat
giling dari logam. Alat pengerja pendahuluan terdiri dari Unigator Mark IV dan Cane
knife yang berfungsi sebagai pemotong dan pencacah tebu. Setelah tebu mengalami
pencacahan dilakukan pemerahan nira untuk memerah nira digunakan 5 buah gilingan,
masing-masing terdiri dari 3 rol dengan ukuran 36”X64”.
2) Pemurnian Nira
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula yaitu cara
defekasi, sulfitasi dan karbonatasi. Pada umumnya pabrik gula di indonesia memakai
cara sulfitasi. Cara sulfitasi menghemat biaya  produksi, bahkan pemurnian mudah di
dapat dan gula yang dihasilkan adalah gula putih atau SHS (Superieure Hoofd
Sumber). Proses ini menggunakan tabung defekator, alat pengendap dan saringan

9
Rotary Vacuum Filter dan bahan pemurniannya adalah kapur tohor dan gas sulfit dari
hasil pembakaran.
3) Penguapan Nira (Evaporasi)
Nira jernih masih banyak mengandung uap air. Untuk menghilangkan kadar air
dilakukan penguapan (evaporasi). Dipabrik gula penguapan dilakukan dengan
menggunakan beberapa evaporator dengan sistem multiple effect yang disusun secara
interchangeable agar dapat dibersihkan bergantian. Evaporator bisanya terdiri dari 4-5
bejana yang bekerja dari satu bejana sebagai uap pemanas bejana berikutnya. Total
luas bidang pemanas 5990m2 vo.
4) Kristalisasi
Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan vakum,
yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus sampai
mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu
ABD, dimana gula A dan B sebagai produk,dan gula D dipakai sebagai bibit (seed),
serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak kembali. Pemanasan menggunakan uap
dengan tekanan dibawah atmosfir dengan vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu
didihnya 650c.
5) Pemisahan Kristal Gula
Pemisahan kristal dilakukan dengan menggunakan saringan yang bekerja
dengan       gaya memutar (sentrifungal). Pada tingkat ini terjadi poses separasi
(pemisahan). Mekanismenya menggunakan gaya sentrifugal. Dengan adanya sistem
ini, tetes dan gula terpisah selanjutnya pada tingkat D dihasilkan gula melasse (kristal
gula) dan melasse (tetes gula).
2.2 Pendekatan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pemantauan lingkungan hidup dalam dokumen ini dirumuskan menggunakan beberapa
pendekatan, diantaranya yaitu :
1. Pendekatan Teknologi
Pendekatan Teknologi digunakan untuk memantau potensi risiko dampak penting
kegiatan Pabrik Gula Tolangohula terhadap lingkungan, antara lain:
1) Pemantauan dilakukan pada konstruksi bangunan dan mesin-mesin Pabrik Gula
Tolangohula.

10
2) Memantau segala teknis di dalam proses operasional dan pemeliharaan.
3) Menggunakan ssstem re-use hasil limbah Pabrik Gula Tolangohula.
2. Pendekatan Sosial Ekonomi
Pendekatan Sosial Ekonomi digunakan untuk memantau potensi risikodampak
penting kegiatan Pabrik Gula Tolangohula terhadap lingkungan, antara lain:
1) Menjaga komunikasi secara intensif terhadap masyarakat, pekerja, pemerintah dan
lembaga-lembaga.
2) Memantau kegiatan Pabrik Gula Tolangohula dengan secara aktifmelibatkan
masyarakat, pemerintah dan lembaga yang berwenang.
3) Melakukan pengumpulan data kebutuhan tenaga kerja dan melakukan perekruitan
tenaga kerja dengan memprioritaskan masyarakat sekitar.
3. Pendekatan Institusi
Pendekatan Institusi digunakan untuk memantau potensi risiko dampak penting
kegiatan Pabrik Gula Tolangohula terhadap lingkungan, antara lain:
1) Melakukan pemantauan terhadap proses penanggulangan limbah dengan memelihara
kerja sama dengan lembaga dan pemerintah.
2) Melakukan evaluasi pemantauan hasil limbah Pabrik Gula Tolangohula.
2.3 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
Berdasarkan hasil telaah dampak penting dan besar terhadap semua komponen
lingkungan yang terkena dampak dilingkup dalam dokumen AMDAL, maka semua dampak
penting dan besar yang ditimbulkan oleh pembangunan dan pengelolaan Pabrik Gula
Tolangohula dilakukan pemantauan agar pengelolaan dampak lingkungan menjadi lebih
efektif dan efisien. Kegiatan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) dilakukan
berdasarkan setiap kegiatan pembangunan dan pengelolaan Pabrik Gula Tolangohula.
Rencana pemantauan lingkungan hidup untuk rencana kegiatan yang menjadi lingkup
dalam dokumen ini disajikan dalam bentuk matriks (Lampiran).

BAB III
PENUTUP

11
3.1 Kesimpulan
Aksebilitas menuju lokasi pabrik gula yang akan dibangun melalui beberapa proses
tahapan yang meliputi tahap pra kontruksi, tahap kontruksi dan tahap operasional.
Pemantauan lingkungan hidup dalam dokumen ini dirumuskan menggunakan beberapa
pendekatan, diantaranya yaitu pendekatan teknologi, pendekatan sosial ekonomi, dan
pendekatan institusi. Berdasarkan hasil telaah dampak penting dan besar terhadap semua
komponen lingkungan yang terkena dampak dilingkup dalam dokumen AMDAL. Kegiatan
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) dilakukan berdasarkan setiap kegiatan
pembangunan dan pengelolaan Pabrik Gula Tolangohula.

DAFTAR PUSTAKA

12
Achmad, Ali, 2002 (Kterpurukan Hukum di Indonesia, Penyebab dan solusinya, Jakarta, Ghalia
Indonesia
Adurrahman, 1990, pengantra Hukum Lingkungan Indonesia, Bandung, Pt. Citra Aditya Bakti
Danusaputro, St. Munadjat, 1981, Hukum Lingkungan Buku I; Umum, Bandung, Bina Cipta
Dewanto, H. 2016. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup (RKL-RPL) Rencana Pembangunan Dan Operasi Pembangkit
ListrikTenaga Uap (Pltu) Cirebon Kapasitas 1 X 1.000 Mw Kabupaten Cirebon Jawa
Barat. Pt. Cirebon Energi Prasarana. Jl.Sultan Iskandar Muda, Kav.V-Ta, Pondok Indah,
Jakarta Selatan 12310 Indonesia.
Hardjasoemantri Koesnadi, 1986 Hukum Lingkungan Yogyakarta, Gadjahmada University
Press.
Kartono, 1997, Tanggung Jawab Pidana Perusahaan Industri dalam Tindak Pidana Pencemaran
Lingkungan, Tesis Magister, Program Pascasarjana Universitas Airlangga
Muhammad Erwin, 2015, Hukum Lingkungan dalam sistem Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Indonesia ( Edisi Revisi), bandung,
Refika Aditama Rangkuti, Siti Sundari, 1996, Hukum Lingkungan dan Kebijakan nasional,
Surabaya, Airlangga University Press
Samiudin. 2010. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) PLTA ASAHAN-1 (PT. Bajradaya
Sentra nusa) Desa Ambarhalim, Desa Pintu Pohan, Desa Meranti Utara, Kecamatan Pintu
Pohan Meranti Desa Siruar, Desa Tangga Batu I, Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba
Samosir –Provinsi Sumatera Utara. Jl. Darmawangsa No. 7 Kebayoran Baru, Jakarta,
Indonesia.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2011. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat.
Jakarta: Rajawali Pers.
Takdir Rahmadi, 2015 Hukum Lingkungan Edisi Kedua, Jakarta, Raja Grafindo
Tim Penyusun Kamus. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

LAMPIRAN

13
Tabel 1. Matriks Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) Pembangunan Pakbrik Gula
Tolangohula
Dampak Lingkungan yg Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
No
Jenis Metode
. Indikator/ Sumber Lokasi Waktu dan Penerima
Dampakyang Pengumpulandan Pelaksana Pengawas
Parameter Dampak Pemantauan Frekuensi Laporan
Timbu Analisis Data
1. Persepsi dan  Jumlah Pengadaa Metode pengumpulan Kabupaten Frekuensi PT. PG Dinas Dinas
sikap masyarakat n lahan data : Boalemo, Pemantaua Tolangohul Sosial Sosial
masyarakat yang  Studi Kecamatan n 1 kali a Kabupaten Kabupaten
mempunyai dokumentasifoto Lakeya, Desa selama Bualemo Bualemo
persepsi survei dan wawancara Gandaria kegiatan
negatif.  Survei terhadap pengadaan
 Jumlah masyarakat terkena lahan
keluhan dampakmenggunakan
terkait kuesioner dan
kegiatan wawancaramendalam.
pengadaan Metode Analisis Data :
lahan. Deskriftif kuantitatif
dan/atau kualitatif
2. Gangguan Meningkatnya Mobilisas Metode pengumpulan Kabupaten Frekuensi PT. PG Dinas Dinas
lalulintas jumlah keluhan i alat dan data : Boalemo, Pemantaua Tolangohul Sosial Sosial
masyarakat materia  Studi Kecamatan n dilakukan a Kabupaten Kabupaten
yang terkena dokumentasifoto Lakeya, Desa selama Bualemo Bualemo
dampak survei dan wawancara Gandaria kegiatan
Metode analisis data : pengadaan
Deskriftif kuantitatif lahan
dan/atau kualitati
3. Peningkatank  Data jumlah Penerima Metode Kabupaten 1 (bulan) PT. PG Dinas Dinas
esempatan dan kriteria an tenaga pengumpulandata : Boalemo, sekali Tolangohul Sosial Sosial
kerja tenaga kerja kerjauntu  Wawancara Kecamatan selama a Kabupaten Kabupaten
lokal yang k Tahap secaramendalam Lakeya, Desa masa Bualemo Bualemo
direkrut Konstruk dengan wakil Gandaria konstruksi
 Proporsi si masyarakat dalam
tenaga kerja Komite tenaga kerja
lokal terhadap lokalyang dibentuk.
total tenaga Metode Analisis Data :
kerja Deskriftif kuantitatif
konstruksi dan/atau kualitati
minimal
sebesar 40%.
 Memastikan
bahwa
pemrakarsa
dan kontraktor
telah
bekerjasama
dengan
Komite
Tenaga Kerja
Lokal dalam
proses
perekrutan
tenaga kerja
konstruksi.
1. Tahap Prakonstruksi

2. Tahap Konstruksi
No Dampak Lingkungan yg Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

14
Jenis Metode Waktu
Indikator/ Sumber Lokasi Penerima
. Dampakyang Pengumpulandan dan Pelaksana Pengawas
Parameter Dampak Pemantauan Laporan
Timbu Analisis Data Frekuensi
1. Penurunan Parameter Mobilisasi Metode Pengumpulan  Perkampunga 1 (bulan) PT. PG BLHD BLHD
kualitas udara NO2, SO2 peralatan Data : n masyarakat sekali Tolangoh Kabupaten Kabupaten
dan CO2 dan material  Pengambilan sampel diwilayah selama ula Boalemo Boalemo
SO2 mengacu pada pembanguna Tahap
SNI-19.7119.7-2005; n pabrik Operasi
 Pengambilan sampel  Kantor PT.
NO2 mengacu pada PG
SNI-19-7119.2-2005; Tolangohula
 Pengambilan sampel
CO2 mengacu pada
SNI 7119.10:2011
Metode Analisis Data :
Analisis laboratorium
yang terakreditasi dan
dilakukan berdasarkan
pada pedoman “Standard
Nasional Indonesia” dan
membandingkan dengan
baku mutu yang
ditetapkan.
2. Peningkatan Keluhan dari Mobilisasi Metode Pengumpulan Jalur mobilisasi 3 (tiga) PT. PG BLHD BLHD
Kebisingan masyarakat alat dan Data : Data kebisingan peralatan dan bulan Tolangoh Kabupaten Kabupaten
terkait materia diukur dengan material yang sekali ula Boalemo Boalemo
kegiatan menggunakan sound terdekat dengan selama
mobilisasi level meter dan dihitung pemukiman di kegiatan
peralatan dan Ls, Lm dan Lsm sesuai wilayah mobilisasi
material Keputusan Menteri pebangunan peralatan
Negara Lingkungan pabrik dan
Hidup No. material
48/MENLH/11/1996
Tentang BakuTingkat
Kebisingan.
Metode Analisis Data
:Membandingkan hasil
pengukuran dengan baku
mutu sesuai Keputusan
Menteri Negara
Lingkungan Hidup No.
48/MENLH/11/1996Ten
tang Baku Tingkat
Kebisingan peruntukkan
pemukiman, yaitu 55+3
dB(A).
3. Gangguan Keluhan dari Penerimaan Metode pengumpulan  Perkampunga 1 (bulan) PT. PG Dinas Dinas
aktivitas masyarakat tenaga data : n masyarakt sekali Tolangoh Sosial Sosial
masyarakat terkait kerjauntuk  Survei dengan  Jalur selama ula Kabupaten Kabupaten
kegiatan Tahap menggunakan mobilisasi masa Bualemo Bualemo
mobilisasi Konstruksi kuesioner terstruktur peralatan dan konstruksi
peralatan dan dan wawancara material di
material mendalam. wilayah
 Studi dokumentasi kegiatan
meliputi foto aktivitas  Kantor PT.
Masyarakat melaut di PG
jalur mobilisasi Tolangohula
peralatan dan material
dan jumlah keluhan
yang masuk ke Pabrik
Metode Analisis Data :
Deskriftif kuantitatif
dan/atau kualitatif
4. Peningkatan  Tidak ada Pematangan Metode Pengumpulan  Lokasi 1 bulan PT. PG Dinas Dinas
debit air pematanga lahan dan Data : pematangan sekali Tolangoh Sosial Sosial
n lahan penyiapan  Observasi lapangan lahan selama ula Kabupaten Kabupaten
diluar areal kerja terhadap kegiatan  settling pond pematang Bualemo Bualemo
tapak pematangan lahan dan an lahan
proyek penyiapan area kerja dan

15
 Adanya Metode Analisis Data : penyiapan
salurandr Analisis data dilakukan areal
ainase di secara deskriptif kerja
sekeliling dankualitatif
luar tapak
proyek
 Kedalaman
air pada
settling
pond
5. Perubahan Jumlah dan Pematangan Inventarisasi jenis Di kawasan 1 bulan PT. PG Dinas Dinas
komunitas jenis flora lahan dan area sekali Tolangoh Sosial Sosial
flora darat Darat penyiapan Pembangunan setelah ula Kabupaten Kabupaten
(berkurangny areal kerja dan lokasi kegiatan Bualemo Bualemo
a jumlah dan penanama
jenis flora n dimulai
darat)

3. Tahap Operasional

16
Dampak Lingkungan yg Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
No
Jenis Metode Waktu
. Indikator/ Sumber Lokasi Penerima
Dampakyang Pengumpulandan dan Pelaksana Pengawas
Parameter Dampak Pemantauan Laporan
Timbu Analisis Data Frekuensi
1. Penurunan Melaksanaka Proses Metode Pengumpulan Area pabrik 1 bulan PT. PG Dinas Dinas
kualitas udara n upaya operasional Data : Pengamatan sekali Tolangoh Sosial Sosial
mengurangip pabrik langsung pada proses selama ula Kabupaten Kabupaten
olusi udara operasional mobilisasi Bualemo Bualemo
Metode Analisis Data : peralatan
Melakukan analisis dan BLHD BLHD
laboratorium dan materia Kabupaten Kabupaten
dilakukan berdasarkan Boalemo Boalemo
pada pedoman “Standard
Nasional Indonesia”
dengan membandingkan
dengan baku mutu
2. Gangguan Meningkatka Proses Metode Pengumpulan Kabupaten 1 bulan PT. PG Dinas Dinas
penyakit n Jumlah operasional Data : Boalemo, sekali Tolangoh Sosial Sosial
kasus pabrik  Pengumpulan data Kecamatan sejak ula Kabupaten Kabupaten
gangguan bulanan kasus Lakeya, Desa Tahap Bualemo Bualemo
saluran nafas penyakitdari Gandaria Operasi
(khususnya Puskesmas dimulai BLHD BLHD
ISPA)  Wawancara dengan Kabupaten Kabupaten
masyarakat mengenai Boalemo Boalemo
keluhan pada saluran
pernafasan (ISPA)
Metode Analisis Data :
Deskripsi dengan
melihat incident rate
kasus penyakit saluran
pernafasan.
3. Peningkatan Tingkat Operasional Metode Pengumpulan Kabupaten 1 (bulan) PT. PG BLHD BLHD
kebisingan kebisingan unit Pabrik Data : Boalemo, sekali Tolangoh Kabupaten Kabupaten
sesuai  Pengamatan langsung Kecamatan selama ula Boalemo Boalemo
dengan pelaksanaan Lakeya, Desa masa
KepMenLH pengelolaan dampak Gandaria konstruksi
No. 48 tahun kebisingan sesuai
1999 tentang dengan rencana
Baku Tingkat terhadap Penggunaan
Kebisingan alat-alat mekanikal
sumber bising
Metode Analisis Data :
Membandingkan tingkat
kebisingan dengan baku
mutu menurut
Keputusan Menteri
Negara Lingkungan
Hidup No.
48/MENLH/11/1996tent
ang Baku Tingkat
Kebisingan.
4. Penurunan  Parameter Operasional Metode Pengumpulan di titik satu bulan PT. PG BLHD BLHD
kualitas Air kualitas unit Data : Pengambilan penaatan izin sekali Tolangoh Kabupaten Kabupaten
airlaut pembangun contoh air secara duplo pembuanganli untukair ula Boalemo Boalemo
sesuai an pabrik pada kedalaman 1-2 m mbah cair limbah
KEPMEN (permukaan) dan (IPLC) yang
LH No. 51 dianalisis di dibuang
Tahun laboratorium yang
2004Lampi terakreditasi
ran III Metode Analisis Data :
 Parameter Membandingkan data
kualitaslim hasil pemantauan dengan
bah cair baku mutu yang berlaku.
sesuai
Keputusan
Menteri
Negara
Lingkunga

17
n Hidup
No. 8
Tahun2009
Lampiran
5. Perubahan Struktur Operasional Metode Pengumpulan Di kawasan 1 bulan PT. PG Dinas Dinas
komunitas komunitasbio unit Data : area sekali Tolangoh Sosial Sosial
flora darat ta daratsetara pembangun Pengumpulan contoh Pembangunan setelah ula Kabupaten Kabupaten
(berkurangny dengankondi an pabrik biota menggunakan alat dan lokasi kegiatan Bualemo Bualemo
a jumlah dan si awal Metode Analisis Data : penanama
jenis flora Menganalisis biota di n dimulai
darat) laboratorium

18

Anda mungkin juga menyukai