Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI SUSU

Dosen Pembimbing:
Dr. Eko Prasetyo Kuncoro, DEA

Oleh:
Zalfa Annisa Dewantari
081711133006

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengolahan Limbah Cair
Industri Susu” ini dengan dengan baik. Makalah ini dikerjakan untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Proses Pengolahan Limbah Cair. Makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik dengan dukungan dari beberapa pihak khususnya dosen pembimbing
Mata Kuliah Proses Pengolahan Limbah Cair.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Surabaya, 16 Desember 2019


Penulis

Zalfa Annisa Dewantari


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini masalah mengenai kerusakan lingkungan merupakan isu yang
banyak dibicarakan. Kerusakan lingkungan dapat terjadi baik dari perilaku manusia
sendiri maupun diakibatkan oleh alam. Limbah merupakan salah satu penyebab
kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku manusia. Limbah merupakan
produk samping industri yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung
bahan pencemar yang bersifat racun dan berbahaya. Bahaya pencemaran yang
disebabkan oleh limbah tergantung pada jenis limbah dan karakteristiknya.
Salah satu faktor pencemaran lingkungan dihasilkan oleh limbah pabrik atau
industri. Industri susu merupakan salah satu contoh penghasil limbah yang dapat
mencemari lingkungan. Limbah industri susu dapat mencemari lingkungan baik
udara maupun darat. Limbah cair yang berasal dari industri susu mempunyai
karakteristik khusus, yaitu kerentetanannya terhadap bakteri. Limbah tersebut
sangat mudah mengalami proses pembusukan dan apabila tidak segera didaur ulang
akan sangat membahayakan lingkungan di sekitar industri.
Prospek industri susu yang semakin menjanjikan, mendorong produsen susu
untuk terus menambah kapasitas produksi dan membangun pabrik baru di
Indonesia. Namun, di sisi lain juga menimbulkan kekhawatiran baru dalam
peningkatan volume limbah yang dihasilkan. Volume air limbah pabrik susu di
Indonesia, rata-rata menghasilkan limbah dengan volume sebesar 2 liter/kg produk
susu. Untuk mengurangi dampak negatif dari produksi susu olahan, maka limbah
cair hasil produksi susu dapat harus ditindak lanjuti agar tidak mencemari
lingkungan sekitar.
Sebagian besar sumber utama limbah cair industri susu berasal dari produk
susu yang terbuang selama proses produksi, biasanya disebabkan oleh kebocoran
dan tumpahan selama proses produksi berlangsung. Seperti sistem operasional
kurang baik yang terjadi pada saat pemindahan pipa saluran produksi, mesin
evaporasi, proses pengisian dan sisa bahan baku yang rusak. Susu yang hilang
selama produksi berkisar antara 0,%1 – 3%.
Industri susu juga tidak luput dari masalah limbah yang dihasilkan. Walaupun
menurut Republika (2011) konsumsi susu masyarakat Indonesia masih jauh di
bawah konsumsi rata-rata di beberapa negara Asia Tenggara, yaitu lebih kurang
sebesar 11,09 kilo gram per kapita per tahun dan angka ini bahkan tak setengahnya
konsumsi susu di Malaysia yang 23 kg/kapita/tahun. Limbah cair yang berasal dari
industri susu tersebut cukup melimpah dan apabila tidak segera didaur ulang akan
sangat membahayakan lingkungan di sekitar industri.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka perlu dicari alternatif
pemecahan terhadap kemungkinan pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah
industri susu melalui suatu metode proses pengolahan yang sederhana dan efisien
untuk mengolah limbah cair yang berasal dari industri susu tersebut sehingga
menjadi air yang tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar daerah industri.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah “Pengolahan Limbah Cair Industri Susu”
adalah:
1. Bagaimana karakteristik limbah cair yang berasal dari industri susu?
2. Bagaimana proses pengolahan limbah cair yang berasal dari industri susu?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah “Pengolahan Limbah Cair Industri Susu”
adalah:
1. Mengetahui apa saja dan bagaimana karakteristik limbah cair yang berasal
dari indistri susu.
2. Mengetahui proses pengolahan limbah cair yang berasal dari industri susu.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Limbah Cair Industri Susu


Karakteristik air yang telah mengalami pencemaran dapat diklasifikasikan
menjadi tiga yaitu karakteristik fisis, kimia dan biologi (Linsley and Frannzini,
1991)
1. Karakteristik Fisis
Perubahan yang ditimbulkan oleh parameter fisis berupa limbah cair yaitu
suhu, zat padat terlarut,zat padat tersusupensi, kekeruhan, daya hantar listrik,
warna, rasa dan bau. Air limbah dengan tingkat pencemar sedang mengandung
sekitar 60% zat-zat terlarut dan sekitar 40% zat padat tersupensi.
2. Karakteristik Kimia
Karakteristik ini ditentukan oleh kandungan unsur yang membentuk sifat-
sifat kimia dari limbah cair yang meliputi pH, kadar khlor, alkalinitas, kadar
sulfur, zat beracun seperti : CN (cianida), Cr (chrom), logam berat (Na, Mg, Cr,
Cd, Zn, Cu, Fe, dan Hg), fosfor, gas-gas seperti NH3, CH4O2, methane, dan
nitrogen. Bahan organik dalam limbah mengandung sekitar 40%-60% protein,
25% - 50% karbohidrat serta 10% lainnya berupa lemak.
pH menunjukan derajat asam-basa suatu cairan, melalui konsentrasi
(aktifitas) ion hidrogen. Peranan ion hidrogen dalam air dapat mempengaruhi
aktifitas manusia, binatang, mikroorganisme serta proses-proses lainya. Ion
hidrogen sangat berperan dalam air, namun tidak begitu berperan dalam pelarut
organik seperti alkohol dan lain-lain. Oleh karena itu, derajat asam basa hanya dapat
diukur di dalam pelarut air.
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik ini ditentukan oleh kandungan organisme di dalam air seperti
bakteri coliform dan organisme mikro lainnya termasuk ganggang dan jamur.

Sumber utama limbah cair industri susu adalah produk yang hilang selama
operasi pencucian yang dilakukan secara intensif selama proses proses produksi.
Limbah cair yang berasal dari industri susu karakteristiknya tidak jauh berbeda dari
perusahaan makanan lainnya. Tetapi limbah cair dari industri susu mempunyai
karakteristik khas yaitu kerentanannya terhadap bakteri pengurai. Dengan demikian
limbah cair industri susu akan mudah mengalami kebusukan. (Agus, 2000).
Selain itu juga industri pengolahan susu melibatkan bahan baku susu murni
menjadi produk konsumen seperti susu, mentega, keju, yoghurt, susu kental, susu
kering (susu bubuk), dan es krim menggunakan proses seperti chilling
(pendinginan), pasteurisasi, dan homogenisasi. Limbah susu mengandung gula
terlarut dan protein, lemak serta residu dari aditif. Parameter-parameter penting
yang harus diperhatikan dalam dairy industry atau industri susu adalah :
a. BOD dengan rata-rata berkisar 0,8-2,5 kilogram per metrik ton (kg/t) susu
dalam limbah yang belum ditreatment
b. COD yang biasanya sekitar 1,5 kali kadar BOD
c. TSS di 100-1,000 miligram per liter (mg/l)
d. Total padatan terlarut fosfor (10-100 mg/l), dan nitrogen (sekitar 6% dari
tingkat BOD).

Berikut tabel mengenai parameter yang memegang peranan penting dalam


kualitas limbah industri olahan susu.

Parameter Maximum Value


pH 6–9
BOD 50
COD 250
TSS 50
Oil and grease 10
Total Nitrogen 10
Total Phosporus 2
Temperature Increase < 3 oCa
Coliform Bacteria 400 MPN / 100 ml
Tabel 1. Kualitas Limbah Cair Industri Susu

Limbah dari pengolahan susu segar mempunyai bahan organik terlarut yang
tinggi dan bahan tersuspensi yang rendah (Jenie. 2004). pH memiliki pengaruh
besar dalam pertumbuhan mikroba. Pengukuran tingkat keasaman ini dapat
mengunakan elektroda pH yang tahan terhadap kondisi limbah itu sendiri. Produksi
krim, mentega, keju, dan whey adalah sumber utama dari BOD dalam air limbah.
Pada umumnya, beban limbah dari konstituen susu adalah sebagai berikut: 1 kg
lemak susu setara dengan 3 kg COD; 1 kg laktosa setara dengan 1,13 kg COD; dan
1 kg protein setara dengan 1,36 COD kg. Air limbah dapat mengandung zat patogen
dari bahan yang terkontaminasi atau proses produksi. Pada beberapa kasus, susu
sering menghasilkan bau dan debu yang perlu dikontrol. Sebagian besar limbah cair
dapat diolah menjadi produk lain dan produk sampingan.
Penentuan BOD dan COD sangat penting untuk mengetahui tingkat
pencemaran limbah yang menuju ke perairan umum. Kandungan BOD dan COD
perlu diketahui agar senyawa organik dalam limbah air dapat teroksidasi melalui
reaksi kimia baik yang mudah atau sukar didegradasi secara biologis . BOD dapat
diukur dengan menggunakan prinsip manometrik dan respirometrik. COD dapat
diukur dengan menggunakan metode spektrofotometri setelah mengalami
pemanasan pada suhu dan waktu tertentu.
Total Suspended Solid (TSS) adalah salah satu parameter yang digunakan
untuk pengukuran kualitas air. Penentuan padatan tersuspensi total perlu dilakukan
untuk mengetahui kandungan bahan-bahan organik dan anorganik yang dapat
berdampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke
dalam air dan meningkatkan kekeruhan air yang menyebabkan gangguan
pertumbuhan bagi organisme air. Penentuan kadar TSS dapat dilakukan dengan
menggunakan metode gravimetric, spektrofotometri atau dengan TSS meter.
Lemak dan minyak biasa ditemukan mengapung di permukaan air meskipun
sebagaian terdapat dibawah permukaan air. Adanya minyak dan lemak diatas
permukaan air menghambat proses biologi dalam air sehingga proses fotosintesis
sulit terjadi. Penentuan kadar minyak dan lemak secara akurat dapat dilakukan
dengan melakukan ekstraksi atau dengan metode spektrofotometri. Limbah dari
pengolahan susu segar mempunyai bahan organik terlarut yang tinggi dan bahan
tersuspensi yang rendah (Jenie. 2004).
Pengendalian senyawa nitrogen dan fosfor penting dilakukan karena
senyawa-senyawa tersebut bersifat metabolistik. Keberadaan fosfor yang
berlebihan disertai dengan keberadaan nitrogen dapat menstimulir ledakkan
pertumbuhan algae di perairan yang akhirnya membentuk lapisan di atas
permukaan air yang dapat menghambat penetrasi oksigen dan matahari sehingga
akan mengganggu kehidupan biota air. Penentuan kadar nitrogen dan fosfor dapat
dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri.
Limbah cair yang berasal dari industri susu mempunyai karakteristik
khusus, yaitu kerentanannya terhadap bakteri. Limbah tersebut mudah mengalami
proses pembusukan dan apabila tidak segera didaur ulang akan membahayakan
lingkungan di sekitar industri (R. Wagini, 2002). Suhu mempretasikan aktivitas dan
pertumbuhan bakteri dalam limbah. Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan
menggunakan termometer biasa. Selain itu juga terdapat bakteri coliform
merupakan indikator mikroorganisme berbahaya di dalam air limbah. Pada
umumnya, penentuan banyaknya bakteri coliform dalam limbah dapat
menggunakan metode MPN.

2.2 Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Susu


Proses pengolahan dilakukan dengan mengkombinasikan proses-proses
pengolahan secara Fisika, Kimia dan Biologi. Dengan tahapan proses pengolahan
yang dipilih meliputi: proses equalisasi, proses anaerob, proses aerasi, lumpur aktif,
proses sedimentasi, proses koagulasi-flokulasi, proses sedimentasi, proses flotasi,
proses pengendapan partikel ringan, proses penyaringan dengan pasir dan arang
aktif. Kualitas air hasil pengolahan dianalisa secara Fisika, Kimia dan Biologi
melalui parameter-parameter: suhu, kekeruhan, zat padat tersuspensi, zat padat
terlarut, daya hantar listrik, pH, BOD, COD dan jumlah bakteri, apabila hasil
analisa menunjukkan hasil sesuai baku mutu yang telah ditetapkan maka air limbah
tersebut sudah aman untuk dibuang kelingkungan.
Proses pengolahan limbah cair yang telah berkembang hingga saat ini adalah
proses pengolahan secara fisika, kimia dan biologi. Dalam penerapannya masing-
masing proses dapat berdiri sendiri atau dengan cara mengkombinasikannya
(Wagini, 1996).
1. Proses Fisika
Proses pengolahan secara fisika yaitu proses pengolahan yang mengakibatkan
perubahan kualitas limbah cair akibat berlangsungnya proses-proses fisis. Proses
ini meliputi: proses skrining, flotasi, filtrasi,dan absorpsi.
2. Proses Kimia
Proses pengolahan secara kimia, meliputi proses-proses: koagulasi-tiokulasi,
yaitu proses pemisahan partikel dengan menambahkan bahan koagulan yang
dibantu dengan proses flokulasi. Proses-proses lainnya adalah: proses pertukaran
ion dan proses yang mampu nienghilangkan zat terlarut organik.
3. Proses Biologi
Proses pengolahan secara biologi sesungguhnya merupakan proses oksidasi
yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Proses pengolahan secara biologi
dklasifikasi berdasarkan ketergantungan prosesnya dengan oksigen, yaitu proses
aerob dan proses anaerob.

Sesuai dengan karaktenistik limbah cair industri susu, maka proses-proses


pengolahan dipilih dengan mengkombinasikannya proses secara fisika, kimia dan
biologi. Pada penelitian ini proses-proses yang telah dipilih tersebut
dikombinasikan dan dipilih alur proses pengolahan limbah cair industri susu secara
seksama disajikan pada skema berikut.

Limbah Cair Industri Susu

Proses Equalisasi

Proses Aerasi Anaerob

Proses Aerasi Lumpur Aktif

Proses Sedimentasi

A
A

Penambahan Koagulan

Proses Koagulan Flokulasi

Proses Sedimentasi

Bak Penampung

Proses Flotasi

Proses Pengendapan Partikel Ringan

Proses Penyaringan Pasir

Penyaringan dengan Arang Aktif

Air Hasil Pengolahan

Gambar 1. Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Susu

2.1 Pendahuluan
2.1.1 Proses Aerasi
Proses ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme. Konsentrasi
mikroorganisme yang besar akan menurunkan kandungan bahan pencemar dalam
waktu yang sangat singkat. Eksperimen pendahuluan ini dilakukan untuk
mengetahui pertumbuhan mikroorgansme yang paling besar selama kurun waktu
10 jam. Proses aerasi dilakukan dengan memasukkan oksigen ke dalarn limbah cair
industri susu dengan menggunakan aerator pump. Pemberian oksigen dilakukan
secara terus menerus, sebelum dan selama proses aerasi berlangsung. Setiap 2 jam
dilakukan pengujian terhadap jumlah bakteri untuk mengetahui pertumbuhannya.
2.1.2 Analisa Jar Test
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui optimasi penggunaan bahan koagulan
sebagal destabilitator koloid (Tjokrokusurno.1995). Pada penelitian ini digunakan
bahan koaguIan tawas dengan konsentrasi 10% dalam 1000 ml air. Proses didahului
dengan melakukan penambahan koagulan ke dalam setiap 500 ml sampel, dengan
variasi dosis koagulan yang disertai pengadukan cepat selama 1 menit dan
diteruskan dengan pengadukan lambat selarna 2 menit. Setelah proses penambahan
koagulan dan pengadukan dilakukan, masing-masing sampel dengan dosis
koagulan yang berbeda-beda dipindahkan ke dalam tabung gelas ukur secara
perlahan supaya flok yang terbentuk tidak pecah. Pemantauan dilakukan dengan
mengamati warna secara visual dan mengukur besaran pH, kekeruhan dan zat padat
tersuspensi.

2.2 Proses Pengolahan


Proses pengolahan limbah cair indusri susu dengan peralatan proses hasil
instalansi yang disajikan pada gambar 2 dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut:

Gambar 2. Instalasi Peralatan Proses Pengolahan Limbah Cair Industri


Susu
Keterangan Gambar:
1. Bak Penampungan Limbah Cair
2. Bak Equalisasi
3. Bak Aerasi Aerob
4. Bak Aerasi Lumpur Aktif
5. Bak Sedimentasi
6. Bak Koagulan Encer
7. Bak Koagulasi
8. Bak Flokulasi
9. Bak Sedimentasi
10. Bak Penampung
11. Bak Flotasi
12. Bak Pengendapan Partikel Ringan
13. Bak Penyaring dengan Pasir
14. Bak Penyaring dengan Arang Aktif
15. Bak Stabilisator

Tahap 1 : Proses equalisasi atan proses penyeragaman yaitu proses


pendahuluan yang akan sangat membantu terhadap proses aerasi
anaerob.
Tahap 2 : Proses aerasi anaerob yaitu proses yang bertujuan untuk
menurunkan bahan-bahan organik terlarut dan senyawa organik
Iainnya dengan bantuan bakteri anaerob.
Tahap 3 : Proses aerasi bertujuan untuk menurunkan bahan-bahan organic dan
senyawa organik lainnya dengan cara rnemasukkan oksigen secara
terus menerus.
Tahap 4 : Proses sedimentasi pertama yaitu proses untuk mengendapkan
lumpur yang dihasilkan pada proses aerasi.
Tahap 5 : Proses koagulasi-flokulasi yaitu proses penambahan dosis koagulan
dan dilanjutkan dengan proses pengadukan untuk membentuk flok.
Tahap 6 : Proses sedimentasi kedua yaitu proses pengendapan terhadap flok
yang terbentuk pada proses 5.
Tahap 7 : Proses flotasi yaitu proses pengapungan untuk meningkatkan laju
pemindahan partikel-partikel tersuspensi yang masih ada.
Tahap 8 : Proses sedimentasi ketiga yaitu proses pengendapan partikel ringan.
Tahap 9 : Proses penyaringan dengan pasir untuk menyaring partikel halus.
Tahap 10 : Proses penyaringan dengan arang aktif untuk menyerap bahan-bahan
kimia yang masih tersisa.

Industri pengolahan susu diharuskan melakukan pengolahan limbah sebelum


limbah hasil produksinya dibuang ke lingkungan. Bahan organik yang terlarut
dalam limbah disaring melalui beberapa tahap penyaringan, selanjutnya disalurkan
ke dalam kolam penampungan. Pengolahan limbah cair hasil industri susu ini akan
menghasilkan sludge atau lumpur susu yang diendapkan pada kolam
penampungan.
Teknik pengolahan limbah susu pada umumnya dilakukan dengan
mengkombinasikan teknik secara fisika, biologi dan kimia. Secara fisika meliputi
equalisasi, sedimentasi, filtrasi, flotasi dan penyaringan, secara kima meliputi
koagulasi dan flokulasi sedangkan secara biologi meliputi proses anaerob dan aerasi
lumpur aktif, hal ini didasarkan karena karakteristik limbah cair industri susu itu
sendiri. Pada tahap akhir pengolahan limbah susu dapat dilakukan penyaringan air
limbah menggunakan pasir yang berfungsi untuk menyaring partikel halus dan
penyaringan menggunakan arang aktif yang berfungsi untuk menyerap bahan-
bahan kimia yang tersisa.
Proses pengolahan diawali dengan semua air limbah yang berasal dari hasil
proses produksi dialirkan menuju bak penampungan. Dalam tahap penampungan
awal, ditambahkan cairan pada bak penampungan untuk menetralkan limbah cair
tersebut. Terdapat agitator yang berfungsi untuk mengaduk limbah dalam bak
penampung agar diperoleh kondisi yang homogen. Limbah berada dalam bak
penampungan kemudian dialirkan menuju ke tangki penyaringan minyak kasar.
Proses pengaliran dilakukan dengan flowmeter agar laju aliran dari limbah dapat
diatur besar kecilnya. Dari tangki penyaringan minyak, air limbah akan di pompa
masuk ke tahap aqualising.
Dalam proses aqualising dilakukan proses pemisahan air dan minyak yang
terdapat dalam air limbah. Minyak yang ada akan membentuk buih karena adanya
proses aqualising yang akan dipisahkan secara otomatis ke tangki penampungan
minyak. Proses aqualising dilakukan dengan tujuan untuk memeperoleh kondisi air
limbah yang homogen dan cair agar proses selanjutnya berjalan dengan lancar.
Limbah cair yang telah terpisah dari kandungan lemak dan homogen akan
masuk ke tahap aerasi I. Dalam proses ini dilakukan penambahan bakteri pengurai
secara aerob. Bakteri dikembangkan dalam bak yang berbeda sehingga bahan yang
ditambahkan dalam tahap aerasi ialah lumpur aktif. Lumpur aktif mengandung
berbagai macam jenis mikroorganisme mengingat karakteristik limbah yang
heterogen. Sisa bahan organik yang masih terdapat dalam air limbah akan diuraikan
secara biokimia dan menghasilkan gas CO2 serta sel baru. Bakteri tersebut akan
berkembang biak dengan baik apabila jumlah makanannya tercukupi. Sehingga
pertumbuhan bakteri tersebut dapat dipertahankan agar dalam keadaan konstan.
Pada tahap ini, limbah cair akan mengalami pemutaran dengan cepat menggunakan
aerator yang digunakan untuk membantu menguraikan komponen yang terdapat
dalam air limbah sehinngga dapat membentuk flok biomassa dengan ukuran besar
agar mempermudah proses sedimentasi.
Limbah yang ada dalam tangki aerasi I akan dialirkan ke aerasi II dengan
bantuan dari pompa aqualising. Dalam tahap aerasi II ini, limbah akan mengalami
pemutaran dengan aerator namun dengan kecepatan yang relatif lebih kecil dengan
tujuan untuk menyempurnakan tahap aerasi I.
Limbah yang berasal dari tahap aerasi II akan menuju ke tahap sedimentasi I
yaitu proses pemisahan padatan yang terdapat dalam air limbah dengan metode
pengendapan. Padatan yang telah terpisah dengan air akan masuk ke tangki
penampungan sementara cairan akan diberikan tambahan koagulan.
Setelah air limbah diberi tambahan koagulan pada tahap tangki sedimentasi I,
air limbah akan masuk ke tahap sedimentasi II. Pada tahap ini cairan akan melalui
alat fat trap yang digunakan untuk menyaring lemak dalam air limbah. Sehingga
air limbah yang dihasilkan dari tahap ini memiliki kandungan lemak yang relatif
rendah. Hasil sedimentasi berupa endapan yang mengandung lemak dan padatan
akan dipisahkan ke bak penampungan.
Tahap selanjutnya ialah penyaringan. Air limbah akan mengalami proses
penyaringan dengan melalui 4 tangki secara berurutan agar diperoleh kondisi cairan
yang jernih. Dalam tahap penyaringan terakhir, dilakukan proses mediasi. Proses
mediasi dilakukan untuk memastikan bahwa air limbah tidak mengandung bahan
berbahaya. Apabila mediator yang digunakan dapat hidup, dapat dipastikan air
limbah tidak mengandung berbahaya. Setelah itu, air limbah akan melalui flow
control pump yang dialirkan ke sand filter. Sand filter merupakan proses
penyaringan dengan menggunakan pasir lembut secara berturutan.
Air limbah yang telah melalui proses pengolahan akan ditampung ke tangki
penampungan akhir. Limbah yang dihasilkan sudah melalui proses mediasi dan
tidak mengandung bahan berbahaya. Umumnya air limbah yang terdapat dalam
penampungan akhir cenderung memiliki pH netral (6-7). Sehingga aman untuk
dibuang ke lingkungan sekitar pabrik maupun dimanfaatkan kembali.
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat pada makalah ”Pengolahan Limbah Cair Industri


Susu” adalah:
1. Limbah cair yang berasal dari industri susu karakteristiknya tidak jauh berbeda
dari perusahaan makanan lainnya. Tetapi limbah cair dari industri susu
mempunyai karakteristik khas yaitu kerentanannya terhadap bakteri pengurai.
Dengan demikian limbah cair industri susu akan mudah mengalami kebusukan.
2. Proses pengolahan limbah cair yang berasal dari industri susu dilakukan secara
fisika, kimia dan biologi. Proses fisika digunakan untuk merubah kualitas air
limbah dengan menggunakan proses fisis seperti flotasi, filtrasi, sedimentasi
dan absorbsi. Proses kimia digunakan untuk memisahkan partikel dengan
penambahan koagulan. Sementara proses biologi yag merupakan proses
oksidasi dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme yang dapat
dilakukan secara aerob dan anaerob.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, S.B. 2000. Studi Fisis Pengolahan Limbah Cair Industri Susu PT. Sari
Husada,Yogyakarta. Yogyakarta: FMIPA, UGM.
Jenie, B.S.L dan W.P. Rahayu. 2004. Penanganan Limbah Industri Pangan.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Linsey, Ray K.Franzini & Joshep B. 1991. Teknik Sumber Daya Air (Terjemahan)
Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pambudi F.H., Sa’diyah K., Juliastuti S.R, Hendrianie N. 2012. Peran
Mikroorganisme Azotobacter chrooccuum, Pseudomonas putida, dan
Aspergillus niger pada Pembuatan Pupuk Cair dari Limbah cair Industri
Pengolahan Susu. Jurnal Teknik Pomits. 1(1): 1-4.
Robinson, R. K. 1986. “Advances in Milk Products.” In Modern Dairy Technology,
Vol. 2. Amsterdam: Elsevier Applied Science Publishers.
Tjokrokusumo, KRT. 1995. Pengantar Konsep Teknologi Bersih Khusus
Pengelolaan dan Pengolahan Air. Yogyakarta: STTL YLH.
Wagini, R.. 1996. Teknologi Daur Ulang Limbah Industri Peternakan Sapi Sebagal
Alternatif Diversifikasi Sumber Energi dan Mengatasi Pencemaran
Lingkungan. Yogyakarta: FMIPA UGM.

Anda mungkin juga menyukai