Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Peridustrian skala kecil atau biasa disebut industri rumah tangga masih

mendominasi kegiatan perekonomian yang ada di Indonesia. Industri tersebut berkembang sejalan dengan pemikiran masyarakat untuk berwirausaha. Upaya tersebut cukup bagus untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Namun, banyak industri skala kecil yang belum memperhatikan upaya pelestarian lingkungan. Salah satunya adalah pembuangan limbah ke lingkungan yang di dalamnya terdapat aktivitas kegiatan masyarakat. Tentunya ini akan berdampak pada lingkungan dan juga manusia. Salah satunya adalah industri tahu yang banyak bermunculan di lingkungan masyarakat, khususnya di Kota Bandung. Limbah dari industri tersebut banyak yang tidak diolah terlebih dahulu sebelum masuk ke lingkungan. Salah satunya adalah limbah dari salah satu industri tahu di Desa Cihanjuang. Limbah cair yang dihasilkan oleh rata-rata industri tahu mengandung tingkat keasaman yang cukup tinggi dengan kadar BOD, COD, maupun TSS yang tinggi pula (Fatha, 2007). Akibat dari limbah cair tersebut, dapat menimbulkan pengendapan bahan organik dan menimbulkan proses pembusukan oleh mikroba sehingga dapat mencemari lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan suatu solusi untuk mengolah limbah cair tersebut. Salah satunya adalah dengan metode koagulasi dan flokulasi untuk mengurangi kandungan partikel organik pencemar dalam limbah cair tahu.

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

1.2

Tujuan Adapun tujuan daripada praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan dosis optimum koagulan pada limbah cair yang berasal dari industri tahu yang ada di salah satu industri tahu di Desa Cihanjuang. 2. Mengetahui pengaruh penambahan koagulan berupa tawas terhadap limbah cair tahu. 3. Mengetahui pengaruh penambahan flokulan berupa aquaclear terhadap limbah cair tahu.

1.3

Manfaat Manfaat dari praktikum ini adalah mengetahui dengan benar cara pengolahan

limbah cair tahu dengan metode koagulasi-flokulasi, sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai hal tersebut.

1.4

Pelaksanaan Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Pengelolaan Air dan Limbah

Industri, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung (Polban). Adapun waktu pelaksanaannya yaitu pada pukul 07.00-10.40 WIB.

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Industri Tahu 2.1.1 Limbah Industri Tahu Proses produksi tahu di industri tahu menghasilkan dua macam limbah yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pada umumnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Industri tahu membutuhkan air untuk melakukan proses sortasi, perendaman, pengupasan kulit, pencucian, penggilingan, perebusan, dan penyaringan. Kemudian, air buangan dari proses tersebut yang dinamakan limbah cair (Fatha, 2007). Limbah cair industri tahu memiliki kandungan senyawa organik yang cukup tinggi. Tanpa proses penanganan yang baik, limbah tahu dapat menyebabkan berbagai dampak negatif seperti polusi air, sumber penyakit, bau tak sedap, meningkatkan pertumbuhan nyamuk, dan menurunkan estetika lingkungan. Limbah cair yang dibuang ke perairan tanpa pengelohan terlebih dahulu dapat mengakibatkan kematian makhluk hidup dalam air termasuk mikroorganisme yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan biologi maupun kimia dalam air .

2.1.2

Karakteristik Limbah Cair Tahu

Karakteristik buangan industri tahu meliputi dua hal, yaitu karakteristik fisika dan kimia. Karakteristik fisika meliputi padatan total, padatan tersuspensi, suhu, warna, dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik, dan gas. Suhu air limbah tahu berkisar 37-45C; kekeruhan 535-585 FTU; warna 2.225-2.250 Pt.Co; amonia 23,3-23,5 mg/l; BOD5 6.000-8.000 mg/l; dan COD 7.500-14.000 mg/l (Herlambang, 2002).
Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 400oC-460oC. Suhu yang meningkat di lingkungan perairan akan

mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan. Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak, dan minyak. Diantara senyawa-senyawa tersebut, protein dan lemak adalah memiliki jumlah paling besar. Protein mencapai 4060%, karbohidrat 25-50%, dan lemak 10%. Air buangan industri tahu kualitasnya bergantung dari proses yang digunakan. Apabila air prosesnya baik, kandungan bahan organik pada air buangannya biasanya rendah. Komponen terbesar dari limbah cair tahu yaitu protein (Ntotal) sebesar 226,06-434,78 mg/l, sehingga masuknya limbah cair tahu ke lingkungan perairan akan meningkatkan total nitrogen di perairan tersebut (Herlambang, 2002).

2.2

Metode Koagulasi-Flokulasi 2.2.1 Koagulasi Koagulasi merupakan penggumpalan partikel koloid dan dapat membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisika seperti pemanasan, pendinginan, dan pengadukan. Dapat juga secara kimiawi seperti penambahan senyawa penggumpal dan penambahan elektrolit lain. Secara umum, proses koagulasi bermanfaat untuk: 1. Mengurangi padatan tersuspensi dalam air limbah yang menyebabkan kekeruhan pada air limbah. 2. Mengurangi mikroorganisme patogen dalam air limbah.

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

3. Mengurangi zat warna yang terdapat dalam air limbah. 4. Mengurangi bau yang diakibatkan padatan tersuspensi dalam air limbah. Pada koagulasi dapat dilakukan pengadukan cepat. Tujuannya yaitu untuk menghasilkan turbulensi pada air baku sehingga membentuk sejumlah flok. Untuk koagulasi dengan secara kimiawi, bahan yang biasa digunakan yaitu: 1. Ferro Sulfat (FeSO4.7H2O) Ferro sulfat (FeSO4.7H2O) dapat bereaksi dengan cepat jika air limbah mengandung alkalitas dalam bentuk ion hidroksida. Oleh karena itu, senyawa Ca(OH)2 dan NaOH biasanya ditambahkan untuk meningkatkan pH sampai titik dimana ion Fe2+ dapat terendapkan sebagai Fe(OH)3. pH optimum pada koagulan ferro sulfat (FeSO4.7H2O) adalah 7,0 sampai 9,5. 2. Aluminium Sulfat (Al2(SO)3.18H2O) Kelebihan dari alumunium sulfat (Al2(SO)3.18H2O) adalah harganya yang murah dan mudah diperoleh. Disamping itu, untuk menyempurnakan proses koagulasi dengan menggunakan alum perlu ditambahkan ion hidroksida (Ca(OH)2) atau ion karbonat (NaCO3) karena akan menambah alkalitas dimana alkalitas ini akan bereaksi dengan alum, dan nilai pH limbah harus berada pada pH optimum yaitu 4,5 sampai 8,0. 2.2.2 Flokulasi Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campuran koagulan dan air baku yang telah merata membentuk gumpalan atau flok dan dapat mengendap. Tujuan utama flokulasi adalah menyatukan partikel flok sehingga partikel-partikel tersebut saling bertabrakan, kemudian melekat, dan tumbuh

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

menjadi ukuran yang siap turun untuk mengendap. Adapun jenis flokulan adalah sebagai berikut: 1. Kopolimer dari akrilamida dan N,Ndimetil amino propilen akrilat Kopolimer yang linier dan kationik. Kepadatan muatan elektrostatik tergantung dari status kopolomerisasi (n/m + n) dan pH. 2. Poli (Natriumakrilat) Kopolimer dengan akril amida dan anionik. 3. Poli akrilamida

2.3

Jar Test Metode jar test mensimulasikan proses koagulasi dan flokulasi untuk

menghilangkan padatan tersuspensi (suspended solid) dan zat-zat organik yang dapat menyebabkan masalah kekeruhan, bau, dan rasa. Jar test mensimulasikan beberapa tipe pengadukan dan pengendapan yang terjadi di clarification plant pada skala laboratorium. Dalam skala laboratorium, memungkinkan untuk dilakukannya enam tes individual yang dijalankan secara bersamaan. Jar test memiliki variabel kecepatan putar pengaduk yang dapat mengontrol energi yang diperlukan untuk proses. (Nurhidayah, 2012)

Gambar 1. Alat Jar Test (sumber: http://www.neutecgroup.com/jartes)

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

2.4

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Metode Koagulasi-Flokulasi Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kogulasi dan flokulasi

adalah sebagai berikut : 1. Kualitas air Kualitas air ditentukan oleh tingkat kekeruhan, pH, COD (Chemical Oxygen Demand), BOD (Biochemical Oxygen Demand), DO (Dissolved Oxygen), dan kandungan logam terlarut.

2.

Suhu air Koagulasi lebih cepat terbentuk pada suhu kamar. Pada suhu yang

lebih tinggi, koagulasi yang terbentuk akan terlarut kembali karena kelarutan dipengaruhi suhu.

3.

Jenis koagulan Pemilihan jenis koagulan didasarkan pada pertimbangan segi

ekonomis dan daya efektivitas daripada koagulan dalam pembentukan flok. Koagulan dalam bentuk larutan lebih efektif dibandingkan koagulan dalam bentuk serbuk atau butiran.

4.

pH air pH suatu larutan menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan

tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter) pada suhu tertentu. Nilai pH suatu perairan menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa dalam air. pH yang baik bagi air minum dan air limbah adalah netral yaitu 7. Untuk proses flokulasi dan koagulasi, limbah cair tergantung logam yang akan diendapkan. Logam diendapkan pada pH tinggi dengan penambahan kapur. Logam yang berbeda, mengendap pada tingkat pH yang berbeda antara 8 sampai 11, sehingga agar pengolahan berlangsung

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

efektif, perlu dilakukan dalam beberapa tahap. Masing-masing logam dalam satu tahap. Zat bantu penggumpal seperti feriklorida, tawas, dan polielektrolit sering digunakan untuk membantu pemisahan zat padat-cair.

5.

Jumlah garam terlarut dalam air Bermacam-macam garam yang terlarut membutuhkan treatment yang

berbeda untuk memisahkan masing-masing garam terlarut tersebut. Oleh karena itu, diperlukan analisis garam terlarut terlebih dahulu untuk mengetahui proses koagulasi yang akan dilakukan.

6.

Kecepatan pengadukan Dengan adanya pengadukan, tumbukan antarpartikel koloid akan

semakin besar, mempercepat terbentuknya flokulasi, sehingga memudahkan terjadinya pengendapan.

7.

Waktu pengadukan Semakin lama pengadukan, maka flok yang terbentuk semakin banyak

sehingga endapan yang terbentuk semakin banyak.

8.

Dosis koagulan Banyak sedikitnya inti flok yang terbentuk tergantung pada banyak

sedikitnya koagulan yang ditambahkan.

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

BAB III METODOLOGI


3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat yang Digunakan Ketersediaan alat merupakan komponen utama yang harus

diperhatikan dalam praktikum ini. Adapun alat yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Alat jar test (1 buah) 2. Corong Inhoff (1 buah) 3. pH meter (1 buah) 4. Turbidimeter (1 buah) 5. Alat pengukur DHL dan TDS (1 buah) 6. Gelas kimia 100 ml (6 buah) 7. Gelas kimia 1000 ml (6 buah) 8. Gelas ukur 100 ml (1 buah) 9. Gelas ukur 1000 ml (1 buah) 10. Pipet ukur 25 ml (2 buah) 11. Bola isap (1 buah) 12. Botol semprot (1 buah) 13. Pengaduk gelas (1 buah) 14. Ember (1 buah) 15. Gulungan kertas tisu (1 buah) 16. Lap (1 buah)

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

3.1.2

Bahan yang Digunakan Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai

berikut: 1. Limbah cair tahu* (10 liter) 2. Tawas 1% 3. Aquaclear** 4. NaOH 0,5 M

Keterangan: *) limbah cair tahu untuk praktikum ini diambil dari salah satu industri tahu di Desa Cihanjuang, Kota Cimahi. **) merupakan merek dagang flokulan.

3.2

Prosedur Kerja 3.2.1 Penetralan Limbah Cair Tahu Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan ember berisi limbah cair tahu. 2. Menyiapkan larutan NaOH 0,5 M. 3. Memasukkan sekitar 50 ml larutan NaOH 0,5 M ke dalam ember berisi limbah cair tahu. 4. Mengecek pH limbah dengan pH meter. 5. Jika masih asam, menambahkan kembali larutan NaOH 0,5 M sampai limbah cair tahu mendekati pH netral.

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

10

3.2.2

Menentukan Dosis Optimum Koagulan Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Mengecek nilai pH, kekeruhan, TDS, dan DHL limbah cair tahu yang sudah netral untuk persiapan melakukan percobaan run ke-1. 2. Menyiapkan 6 buah gelas kimia 1000 ml. 3. Mengisinya dengan limbah cair tahu dan tawas 1% sampai volumenya 700 ml (volume tawas untuk masing-masing gelas kimia yaitu 24, 26, 28, 30, 32, dan 34 ml). 4. Menempatkan 6 gelas kimia berisi limbah dan juga koagulan pada alat jar test. 5. Melakukan pengadukan pada unit jar test dengan kecepatan 100 rpm sampai konstan sekitar 1 menit. 6. Mengurangi putaran rotor sampai 40 rpm dan langsung menambahkan flokulan berupa aquaclear masing-masing 0,5 ml (secara bersamaan) selama 10 menit. Untuk run ke-2 digunakan flokulan sebanyak 1 ml untuk setiap gelas kimia. 7. Setelah 10 menit, memindahkan air limbah dari gelas kimia ke dalam 6 corong inhoff (secara bersamaan). 8. Menunggu corong inhoff yang berisi limbah yang sudah dilakukan proses koagulasi dan flokulasi selama 1 jam. 9. Setelah 1 jam, mengukur tinggi endapan pada corong inhoff. 10. Mengecek sampel limbah pada corong inhoff berupa analisis pH, kekeruhan, TDS, dan DHL. 11. Membuat grafik hubungan dosis koagulan terhadap tinggi endapan, pH, kekeruhan, TDS, dan DHL. 12. Menentukan dosis optimum koagulan yang digunakan.

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

11

3.2.3

Flow Chart
Pengadukan

Penambahan NaOH 0,5 M untuk penetralan limbah cair tahu (sekitar 220 ml)

Air 10 l

Setelah netral, lakukan pengukuran

pH Kekeruhan DHL TDS

Ember

Limbah 676 ml + tawas 1% 24 ml

Limbah 674 ml + tawas 1% 26 ml

Limbah 672 ml + tawas 1% 28 ml

Limbah 670 ml + tawas 1% 30 ml

Limbah 668 ml + tawas 1% 32 ml

Limbah 666 ml + tawas 1% 34 ml

Jar Test Pengadukan


Aquaclear, yang ditambahkan: Pengadukan cepat 100 rpm selama 1 menit -Untuk run 1 = 0,5 ml -Untuk run 2= = 1 ml Pengadukan lambat 40 rpm selama 10 menit (pada 40 rpm, tambahkan secara bersamaan)

Sedimentasi

endapan Corong/kerucut inhoff

pengukuran

Kekeruhan

pH

Tinggi Endapan

DHL

TDS

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

12

BAB IV DATA PENGAMATAN


Data Praktikum Pengolahan Limbah Cair Tahu
Jenis Limbah Kualitas Awal pH Kekeruhan TDS DHL : 3,95 : 124,5 NTU : 1201 mg/l : 1,96 ms : Limbah Cair Tahu Jenis Koagulan :Tawas Konsentrasi koagulan :10.000 ppm Kecepatan putaran Jenis Flokulan :100rpm/1menit : Aquaclear

Konsentrasi Flokulan :0,1 % Kecepatan putaran :40rpm/10menit

Vol. NaOH 0,5 M : 220 ml pH setelah penambahan NaOH 0,5 M : 6,51

Run 1 (dengan flokulan 0,5 ml)


Volume Koagulan(ml) Dosis Koagulan (mg/l) Kekeruhan (NTU) pH Tinggi Endapan (cm) DHL (ms) TDS (mg/l)

24 26 28 30 32 34

342.8 371.4 400 428.5 457.1 485.7

88.34 89.02 92.8 91.45 88.89 83.83

5.92 5.99 6.1 5.92 5.93 5.83

9.5 9.7 11.3 11.6 12 12.5

1.041 1.2 1.072 1.15 1.027 1.202

608 809 715 769 685 764

Run 2 (dengan flokulan 1 ml)


Volume Koagulan(ml) Dosis Koagulan (mg/l) Kekeruhan (NTU) pH Tinggi Endapan (cm) DHL (ms) TDS (mg/l)

24 26 28 30

342.8 371.4 400 428.5

77.21 82.92 71.55 71.12

5.99 5.94 5.95 5.94

9 12 13 13.1

0.999 1.01 0.821 1.071

661 675 550 735

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

13

32 34

457.1 485.7

67.78 69.25

5.9 5.88

13.2 13.8

1.036 0.799

692 535

Tabel 1. Data pengamatan pengolahan limbah cair tahu

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

14

BAB V PENGOLAHAN DATA


5.1 Grafik Hubungan Antara Dosis Koagulan dan pH
6.15 6.1 6.05 6 pH 5.95 5.9 5.85 5.8 300 325 350 375 400 425 450 475 500 Dosis Koagulan (mg/l)
Grafik 1. Hubungan Antara Dosis Koagulan dan pH

Run 1 Run 2

5.2 Grafik Hubungan Antara Dosis Koagulan dan Kekeruhan


95 90 Kekeruhan (NTU) 85 80 75 70 65 300 325 350 375 400 425 450 475 500 Dosis Koagulan (mg/l)
Grafik 2. Hubungan Antara Dosis Koagulan dan Kekeruhan

Run 1 Run 2

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

15

5.3 Grafik Hubungan Antara Dosis Koagulan dan Tinggi Endapan


15 14 Tinggi Endapan (cm) 13 12 11 10 9 8 300 325 350 375 400 425 450 475 500 Dosis Koagulan (mg/l)
Grafik 3. Hubungan Antara Dosis Koagulan dan Tinggi Endapan

Run 1 Run 2

5.4 Grafik Hubungan Antara Dosis Koagulan dan DHL

1.3 1.2 1.1 DHL (ms) 1 0.9 0.8 0.7 300 325 350 375 400 425 450 475 500 Dosis Koagulan (mg/l)
Grafik 4. Hubungan Antara Dosis Koagulan dan DHL

Run 1 Run 2

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

16

5.5 Grafik Hubungan Antara Dosis Koagulan dan TDS


850 800 750 TDS (mg/l) 700 650 600 550 500 300 325 350 375 400 425 450 475 500 Dosis Koagulan (mg/l)
Grafik 5. Hubungan Antara Dosis Koagulan dan TDS

Run 1 Run 2

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

17

BAB VI PEMBAHASAN
1. Oleh Ugi Muhammad Apriyanto (111411028) 2. Oleh Wina Puspita Asih (111411029) 3. Oleh Wina Septianawati (111411030) Tolong nanti susun

BAB V KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum pengolahan limbah cair tahu

menggunakan metode koagulasi dan flokulasi ini adalah sebagai berikut: 1. Aaa 2. Bbb 3. Ccc Tolong Isi ya Win

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

18

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. http://id.wikipedia.org/koagulasi [diakses 26 Oktober 2013, pada pukul 13.00 WIB] Anonim. 2010. http://id.wikipedia.org/flokulasi [diakses pukul 13.14 WIB] Anonim. 2013. http://greenkompasiana.com/polusi/2013/05/16/limbah-industri-tahu [diakses pada 27 Oktober 2013, pada pukul 11.15 WIB] Fatha, A. 2007. Pemanfaatan Zeolit Aktif untuk Menurunkan BOD dan COD Limbah Cair Tahu. Semarang: Universitas Negeri Semarang Goelanzaw. 2013. http://goelanzsaw.blogspot.com/2013/02/jart-test.html [diakses 27 Oktober 2013, pada pukul 14.30 WIB] Herlambang. 2002. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Menggunakan Biji Kelor (Moringa Oleifera seeds) Sebagai Koagulan. Medan: Fakultas Teknik USU Nurhidayah, E. 2012. http:// evynurhidayah.wordpress.com/2012/01/17/jartest/ [diakses 26 Oktober 2013, pada pukul 13.52 WIB] 26 Oktober 2013, pada

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

19

LAMPIRAN

Laporan PLI, Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tawas dan Aquaclear dengan Metode Koagulasi-Flokulasi untuk Mengurangi Kandungan Pencemar Organik

20

Anda mungkin juga menyukai