LAPORAN PRAKTIKUM
PENENTUAN PUTARAN (RPM) OPTIMUM JARTEST PADA
PENGOLAHAN LIMBAH AIR TAHU DENGAN METODE KOAGULASI
FLOKULASI
Kelompok : V
(Lima)
Nama : Izal Permana NIM. 111411015
Khoirul Nurasiah H NIM. 111411016
Leti Nurlatifah NIM. 111411017
Lidya Lorenta S NIM. 111411018
Kelas : 3A
PENDAHULUAN
Pada zaman sekarang banyak industri yang menghasilkan limbah dalam jumlah banyak,
termasuk industri tahu, yang berbahan dasar kedelai. Komponen utama kedelai adalah protein.
Kadar protein ini yang berbahaya, karena dapat meningkatkan kadar Chemical Oxygen Demand
(COD) dan Total Suspended Solid (TSS) yang akan menimbulkan kekeruhan.
Untuk tiap 1 kg bahan baku kedelai dibutuhkan rata-rata 45 liter air dan akan dihasilkan
limbah cair berupa whey tahu rata-rata 43,5 liter. Air buangan industri tahu rata-rata
mengandung BOD, COD, TSS dan minyak/lemak berturut-turut sebesar 4583, 7050, 4743 dan 26
mg/l (Nuraida, 1985). Bila dibandingkan dengan baku mutu limbah cair industri produk makanan
dari kedelai menurut KepMenLH No. Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Industri, kadar maksimum diperbolehkan untuk BOD5, COD dan TTS berturut-
turu adalah 50, 100 dan 200 mg/l, sehingga jelas bahwa limbah cair industri ini telah melampaui
baku mutu yang dipersyaratkan.
Penelitian dilakukan untuk menurunkan kekeruhan dengan metode koagulasi dan
flokulasi. Parameter yang digunakan adalah kekeruhan, karena banyaknya suspensi yang ada
dalam air limbah. Dengan flokulasi dan koagulasi diharapkan suspensi akan membentuk flok dan
mengendap, sehingga kekeruhan turun. Koagulan yang akan digunakan adalah PAC dan tawas,
karena pada umumnya PAC dan tawas tidak mengakibatkan terjadinya penurunan pH yang
drastis, mudah didapatkan di pasaran, serta ekonomis.
a.2 Batasan Masalah
Dalam Praktikum ini batasan masalah meliputi :
a.3 Tujuan
Adapun tujuan daripada praktikum ini adalah sebagai berikut:
a.4 Manfaat
Dengan melakukan praktikum ini diharapkan akan menambah pengetahuan tentang
pengolahan limbah secara koagulasi flokulasi, mengetahui karakteristik limbah yang bisa
diproses dengan metoda koagulasi flokulasi, dan mengetahui komposisi optimum pengolahan
dengan metoda koagulasi flokulasi.
a.5 Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan praktikum di Laboratorium Pengelolaan Air dan Limbah Industri,
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung (Polban). Adapun waktu pelaksanaannya
yaitu pada pukul 07.00-10.40 WIB.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah Cair Industri Tahu
Limabh cair yang dihasilkan oleh industry tahu merupakan bagian terbesar dan
berpotensi untuk mencemari lingkungan (badan air) jika dibuang secara langsung ke
lingkungan. Limbah cair ini berasal dari proses penggumpalan dan penyaringan yang disebut
dengan air dadih atau whey, proses pencucian atau pembersihan, proses pengelupasan, dan
proses sortasi. Menurut nuraida (1985) jumlah air limbah yang dihasilkan adalah 43,5 liter
untuk setiap kilogram bahan baku kedelai.
Limbah cair dari industry tahu mengandung bahan organic kompleks seperti protein,
karbohidrat, dan lemak dalam bentuk padatan tersuspensi atau terlarut. Senyawa-senyawa
tersebut dapat meningkatkan nilai parameter BOD, COD, dan TSS.
Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu limbah cair
tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 400oC-460oC. Suhu yang meningkat
di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan oksigen dan gas
lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan. Bahan-bahan organik yang
terkandung di dalam buangan industri tahu pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa
organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak, dan minyak.
Diantara senyawa-senyawa tersebut, protein dan lemak adalah memiliki jumlah paling besar.
Protein mencapai 40-60%, karbohidrat 25-50%, dan lemak 10%. Air buangan industri tahu
kualitasnya bergantung dari proses yang digunakan. Apabila air prosesnya baik, kandungan
bahan organik pada air buangannya biasanya rendah. Komponen terbesar dari limbah cair
tahu yaitu protein (Ntotal) sebesar 226,06-434,78 mg/l, sehingga masuknya limbah cair tahu
ke lingkungan perairan akan meningkatkan total nitrogen di perairan tersebut (Herlambang,
2002).
Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah Tahu
2.1.1.Karakteristik Limbah
1. Temperature
Limbah cair industry tahu umumnya memiliki suhu yang tinggi, hal ini
dikarenakan pada proses pembuatan tahu digunakan temperature 60-80oC.
Temperature air limbah akan merubah temperature dari badan air dan
menyebabkan kerusakan lingkungan.
2. Warna
Warna limbah yang dihasilkan dari industry tahu adalah kuning muda yang
disertai adanya suspense berwarna putih.
3. Bau
Bau pada air limbah disebabkan karena proses pemecahan protein oleh
mikroorganisme dalam limbah cair. Pada badan air, bau akan sangat menyengat
apabila terjadi proses penguraian protein secara anaerob karena terbentuknya gas
H2S.
4. pH
pH dalam air limbah dipengaruhi oleh mikroorganisme yang terdapat dalam
limbah. air limbah cenderung memiliki pH yang asam karena adanya proses
pemecahan bahan organic menjadi gas.
5. Kekeruhan
Kekeruhan dari limbah berasal dari padatan terlarut dan tersuspensi dalam
limbah. Kekeruhan menandakan bahwa banyaknya zat organic yang terdapat dalam
limbah.
6. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Parameter BOD menunjukkan banyaknya oksigen yang digunakan untuk
mendegradasi zat organic secara biologi. Nilai BOD yang tinggi menandakan
bahwa zat organic yang terdapat dalam limbah banyak dan berpotensi untuk
mencemari lingkungan dan merusak ekosistem dalam badan air.
7. Chemical Oxygen Demand (COD)
Parameter COD menunjukkan banyaknya oksigen yang digunakan untuk
mendegradasi zat organic secara kimia. Nilai COD biasanya lebih besar dari Nilai
BOD.
2.2. Pengolahan Limbah
Proses koagulasi flokulasi merupakan salah satu metode pengolahan limbah secara
kimia, dimana digunakan bahan kimia dalam proses tersebut. Proses ini bertujuan untuk
mengurangi dapatan tersuspensi yang tidak terendapkan dalam limbah cair, sehingga nilai
padatan tersuspensi dalam limbah cair berkurang. Berkurangnya padatan tersuspensi ini dapat
sesuaikan dengan baku mutu atau standar yang telah ditentukan yang diharapkan tidak
mencemari lingkungan.
2.2.1.Proses Koagulasi
Senyawa ini dibuat dengan berbagai cara menghasilkan larutan PAC yang
agak stabil. PAC adalah suatu persenyawaan anorganik komplek, ion hidroksil
serta ion alumunium bertarap klorinasi yang berlainan sebagai pembentuk
polynuclear mempunyai rumus umum Alm(OH)nCl(3m-n). Beberapa keunggulan yang
dimiliki PAC dibanding koagulan lainnya adalah :
1. PAC dapat bekerja di tingkat pH yang lebih luas, dengan demikian tidak
diperlukan pengoreksian terhadap pH, terkecuali bagi air tertentu.
Kadar khlorida yang optimal dalam fasa cair yang bermuatan negatif akan
cepat bereaksi dan merusak ikatan zat organik terutama ikatan karbon nitrogen
yang umumnya dalam truktur ekuatik membentuk suatau makromolekul terutama
gugusan protein, amina, amida dan penyusun minyak dan lipida.
2.2.2.Proses Flokulasi
2.3. Jartest
Jartes merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan dosis dari
koagulan dan flokulan yang ditambahan pada proses koagulasi dan flokulasi. Tujuan dari
jartest ini adalah untuk memilimalisir pemborosan bahan dan mengoptimasi proses koagulasi
dan flokulasi dalam pengolahan air limbah. prinsip dasar dari jartest adalah memvariasikan
koagulan-flokulan yang ditambahkan pada volume limbah dan kecepatan pengadukan yang
sama, sehingga diperoleh nilai parameter yang paling optimum pada variasi koagulan tersebut
atau dosis optimal.
Gambar 3. Proses Jartest
2.4. Pengadukan
(1)
Persamaan (2.1) berlaku umum untuk semua jenis pengadukan. Parameter yang
membedakannya adalah besarnya tenaga yang disuplai ke dalam air (P). Rumus yang
digunakan untuk menghitung nilai P bergantung pada metoda pengadukan yang digunakan.
a. Pengadukan Cepat
Tujuan pengadukan cepat dalam pengolahan air adalah untuk menghasilkan turbulensi air
sehingga dapat mendispersikan bahan kimia yang akan dilarutkan dalam air. Secara
umum, pengadukan cepat adalah pengadukan yang dilakukan pada gradien kecepatan
besar (300 sampai 1000 detik-1) selama 5 hingga 60 detik atau nilai GTd (bilangan
Champ) berkisar 300 hingga 1700. Secara spesifik, nilai G dan td bergantung pada
maksud atau sasaran pengadukan cepat. Untuk proses koagulasi-flokulasi:
b. Pengadukan Lambat
Tujuan pengadukan lambat dalam pengolahan air adalah untuk menghasilkan gerakan air
secara perlahan sehingga terjadi kontak antar partikel untuk membentuk gabungan
partikel hingga berukuran besar. Pengadukan lambat adalah pengadukan yang
dilakukan dengan gradien kecepatan kecil (20 sampai 100 detik-1) selama 10 hingga
60 menit atau nilai GTd (bilangan Champ) berkisar 48000 hingga 210000. Untuk
menghasilkan flok yang baik, gradien kecepatan diturunkan secara bertahap agar flok
yang telah terbentuk tidak pecah lagi dan berkesempatan bergabung dengan yang lain
membentuk gumpalan yang lebih besar. Secara spesifik, nilai G dan waktu detensi untuk
proses flokulasi adalah sebagai berikut:
c. Pengadukan Mekanis
Berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam pengolahan air limbah secara kimia
khususnya dengan proses koagulasi dan flokulasi diantaranya :
1. Konsentrasi padatan, konsentrasi padatan tersuspensi dan terlarut yang terkandung
dalam air limbah berpengaruh terhadap kebutuhan bahan koagulan maupun
flokulan. Semakin besar konsentrasi padatan tersuspensi dan terlarut kebutuhan
bahan koagulan dan flokulan semakin kecil dan sebaliknya, hal ini disebabkan pada
konsentrasi padatan yang tinggi jarak antar partikel semakin dekat dan
memudahkan proses penggabungan. (Eckenfelder, W, 2000)
2. Derajat keasaman (pH), derajat keasaman (pH) air limbah mempengaruhi kinerja
dari bahan koagulan, hal ini disebabkan setiap jenis koagulan bekerja efektif pada
rentang pH tertentu. Koagulan aluminium sulfat bekerja efektif pada pH diatas 6,
koagulan ferro sulfat pada rentang pH 4-7, koagulan ferri chlorida pada rentang pH
3-5, sedangkan senyawa polimer tidak dipengaruhi oleh pH. (Eckenfelder, W,
2000)
3. Konsentrasi koagulan, Konsentrasi koagulan akan mempengaruhi efiisensi proses
pengolahan, semakin besar konsentrasi pada umumnya efisiensi proses semakin
besar dan sebaliknya. Konsentrasi koagulan yang terlalu tinggi dapat menurunkan
derajat keasaman (pH) dan efisiensi menjadi rendah hal ini disebabkan sebagian
besar koagulan jika dimasukkan kedalam air limbah akan melepaskan sifat asam
sehingga pH air limbah menjadi turun. Konsentrasi koagulan aluminium sulfat
yang dianjurkan 75 – 250 mg/l, koagulan ferro sulfat dianjurkan 70 – 200 mg/l, dan
koagulan ferri chlorida 35 – 150 mg/l (Eckenfelder, W, 2000)
4. Kecepatan pengadukan, Kecepatan pengadukan mempengaruhi efisiensi proses
pengolahan, kecepatan putaran pengaduk yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan
pecahnya flok yang sudah terbentuk dan akan mempersulit proses sedimentasi,
pada umumnya kecepatan pengadukan berkaitan dengan waktu pengadukan. Pada
proses koagulasi dibutuhkan kecepatan putaran pengaduk yang tinggi tetapi waktu
pengaduk yang relatif cepat (2-15 menit), sedangkan pada proses flokulasi
dibutuhkan kecepatan putaran pengaduk yang rendah dan waktu pengadukan yang
relatif lebih lama (20-40) menit. (Metcalf & Eddy, 2000)
DAFTAR PUSTAKA
Droste, Ronald L. 1997. Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment. John
Wiley & Sons. New York.
Eckenfelder W, Wesley. 2000. Industrial Water Pollution Control. New Delhi : Mc. Graw
Hill.
Husin, Amir. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Dengan Biofiltrasi Anaerob
Dalam Reactor Fixed-Bed. Medan : Thesis master, program pasca sarjana USU.
Komaha, Isti. 2010. Perbedaan Kadar Biochemical Oxygen Demand (BOD) Air Limbah
Tahu Berdasarkan Ketebalan Batu Kali Sebagai Media Trickling Filter. Tersedia :
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-istikomaha-5169-3-
Masrun, 1987. Ilmu Kimia Lingkungan I, Diktat Kuliah FMIPA Kimia ITB –Bandung.
Metcalf & Eddy. 1985. Wastewater Engineering Treatment Disposal Reuse. New Delhi :
Nuraida. 1985. Pemanfaatan Gulma Air (Aquatic Weeds) Sebagai Upaya Pengolahan
Limbah Cair Industry Pembuatan Tahu. Medan : Thesis master, program pasca
sarjana USU.
Qasim, Syed R, Edward M. Motley, dan Guang Zhu. 2000. Water Works Engineering:
Planning, Design dan Operation, Prentice Hall PTR, Upper Saddle River, NJ 07458.
Reynolds, Tom D. dan Richards, Paul A. 1996. Unit Operations and Processes in
Environmental Engineering, 2nd edition, PWS Publishing Company, Boston.
Risdianto, Dian. 2007. Optimasi Proses Koagulasi Flokulasi Untuk Pengolahan Air Limbah
Industri Jamu. UNDIP : Semarang.
Sumada, Ketut. 2012. Pengolahan Limbah Secara Fisik. Tersedia :
http://ketutsumada.blogspot.com/2012/02/pengolahan-air-limbah-industri-kayu.html