Anda di halaman 1dari 5

Raihan Fikry

G031191007
Tugas pengganti final sanitasi 2021
Perencanaan pengelolaan limbah cair indusrti tahu dengan system kolam stabilitasi

Limbah industri tahu adalah limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu. Limbah
yang dihasilkan terdiri dari dua jenis, yaitu limbah padat dan cair. Limbah padat belum
dirasakan dampaknya terhadap lingkungan, karena limbah padat atau yang sering kita sebut
ampas tahu dapat diolah kembali menjadi oncom atau dapat dimanfaatkan sebagai makanan
ternak, seperti ayam, bebek, sapi, dan kambing. Akan tetapi limbah cairlah yang merupakan
bagian terbesar dan berpotensi untuk mencemari lingkungan. Sebagian besar limbah cair
yang dihasilkan bersumber dari cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu pada tahap
proses peggumpalan dan penyaringan yang disebut air dadih atau whey. Limbah cair lainnya
bersumber dari proses sortasi dan pembersihan, pengupasan kulit, pencucian, penyaringan,
pencucian peralatan proses dan lantai. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh industri
pembuatan tahu sebanding dengan penggunaan air dalam pemrosesannya.
Karakteristik limbah cair industri tahu meliputi dua hal, yaitu karakteristik fisika dan kimia.
Karakteristik Fisika meliputi padatan total, padatan tersuspensi, suhu, warna, dan bau.
Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan gas. Suhu buangan industri
tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu limbah cair tahu pada umumnya lebih
tinggi dari air bakunya, yaitu 40°C sampai 46°C. Suhu yang meningkat di lingkungan
perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan
air, viskositas, dan tegangan permukaan.
Parameter air limbah tahu

Hasil Analisa
No Parameter Influen Efluen
Kualitas (mg/l) Kualitas (mg/l) Berat (Kg/hari)
1 Suhu 43°C 35°C -
2 TSS 380 65 2,2
3 BOD 2800 58,8 2,1
4 COD 4900 205,02 7,3
5 pH 5,5 7,15 -

Komponen senyawa yang terdapat pada air limbah tahu ada berbagai macam, mulai dari
protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Namun komponen senyawa organic yang paling
dominan yaitu Protein sehingga limbah cair tahu yang dibuang di lingkungan perairan akan
meningkatkan kadar total nitrogen pada lingkungan tersebut. Diantara senyawa-senyawa
tersebut, protein dan lemak adalah yang jumlahnya paling besar, Protein mencapai 40-60%,
karbohidrat 25-50% dan lemak 10% (Kaswinarni, 2007).
 Kolam anaerob
Kolam anaerob merupakan kolam yang digunakan untuk pengolahan limbah buangan dengan
kadar organik dan padatan yang tinggi dimana zat padat yang tersuspensi akan mengendap ke
dasar kolam dan akan terurai secara anaerobik sedangkan untuk cairan jernih di bagian atas
akan di bawa ke kolam fakultatif. Di kolam anaerob tersebut komponen pencemar organik
yang ada dalam limbah akan diuraikan oleh mikroorganisme secara anaerobik, menghasilkan
gas hidrogen sulfida dan metana yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Pada tahap ini
nilai efisiensi penurunan COD dan BOD yaitu 80%-90%. COD mengalami penurunan
sebesar 4200 menjad 700 mg/l, untuk BOD mengalami penurunan sebesar 2350 menjadi 450
mg/l. hasil air olahan pada tahap awal ini selanjutnya diolah dengan proses pengolahan kolam
fakultatif.

 Kolam Fakultatif
Kolam fakultatif adalah kolam 2 yang digunakan untuk mengolah efluen yang telah
diendapkan dari kolam anaerobik. Di kolam ini, oksigen yang ada di dalam akan menetralkan
bau yang dihasilkan pada kolam anaerobic. Dengan kombinasi proses anaerobik-aerobik
tersebut disishkan 511,023 mg/l COD; 329,011 mg/l BOD; 304,213 mg/l TSS sehingga
jumlah akhir dari air limbah menjadi COD 188,977 mg/l; BOD 120,989 mg/l; dan TSS
75,787 mg/l yang masing masing telah memenuhi syarat baku untuk dialirkan ke sungai.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi proses pengelolaan limbah cair industry tahu
diantaranya:
1. Suhu Proses anaerobik dapat terjadi dibawah dua kisaran kondisi suhu, yaitu kondisi
mesopilik, yaitu antara 20-45°C, pada umumnya 35° C dan kondisi thermopilik, yaitu antara
50-65° C, pada umumnya 55° C. Suhu yang optimal dari proses anaerobik bervariasi
tergantung pada komposisi nutrient di dalam digester, tetapi kebanyakan proses anaerobik
seharusnya dipelihara secara konstan untuk mendukung tingkat produksi gas.
2. Penutupan oleh awan Awan mempengaruhi proses anaerob. Jadi sebenarnya batas antara
zona aerobik dan anaerobik tidak tetap, dipengaruhi oleh adanya pengadukan oleh angin serta
penetrasi sinar matahari.
3. Angin Angin mempengaruhi proses anaerob. Jadi sebenarnya batas antara zona aerobik
dan anaerobik tidak tetap, dipengaruhi oleh adanya pengadukan oleh angin serta penetrasi
sinar matahari. Jika angina tidak terlalu terasa dan sinar matahari lemah maka lapisan
anaerobic bergerak ke arah permukaan air (Andiese, 2011)
4. Evaporasi Evaporasi dapat mengurangi Pressure drop dan pelepasan kalor kelingkungan,
karena kedua hal ini tidak dapat dicegah (Hapsari and Sujati, 2019)
5. Presifitasi Rataan dan variasi musiman.
6. Geologic Air tanah dan laju perkolasi.
Desain kolam pengelolaan limbah

Proses penanganan biologi air limbah secara biologik terdiri dari campuran mikroorganisme
yang mampu memetabolisme limbah organik. Kelompok mikroorganisme tersebut yaitu;

- Bakteri.
Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme terpenting dalam penanganan air limbah.
Dalam air dan penanganan air limbah, bakteri penting karena beberapa jenis bersifat
patogenik (menyebabkan penyakit) dan karena kultur bakteri dapat digunakan untuk
menghilangkan bahan organik dan mineral-mineral yang tidak diinginkan dari air limbah.
- Fungi.
Fungi dianggap sebagai jenis mikroorganisme yang bersifat multiseluler, nonfotosintetik dan
heterotrofik. Fungi diklasifikasikan berdasarkan dari tipe reproduksinya. Reproduksi fungi
dapat secara seksual atau aseksual, pembelahan, tunas atau dengan spora. Molds atau fungi
yang sebenarnya (true fungi) menghasilkan unit yang mikroskopis (hifa) yang secara bersama
membentuk massa filamen yang dinamakan miselium.
- Protozoa.
Protozoa adalah kelompok organisme yang umumnya motil, bersel tunggal dan tidak
mempunyai dinding sel. Kebanyakan protozoa adalah predator, seringkali memakan bakteri.
Protozoa juga dicirikan oleh sel eukariotik, yang mempunyai membran internal dan lebih
kompleks dari sel prokariotik bakteri. Protozoa penting dalam penanganan limbah karena
organisme ini akan memakan bakteri, sehingga jumlah sel bakteri yang ada tidak berlebihan.
- Rotifera.
Rotifera merupakan organisme multiseluler yang dapat memecah makanan padat, seperti
rotifer, ditemukan dalam sistem yang mengandung oksidasi terlarut yang sangat stabil setiap
waktu. Rotifer memecah partikel padatan dimana sebagian dari partikel tersebut tidak dapat
digunakan oleh protozoa dan juga membantu dalam menghasilkan efluen yang tidak keruh.
- Crustacea.
Crustacea adalah organisme multiseluler dengan kulit yang keras. Organisme ini tumbuh
dalam sistem yang cukup stabil, yang menggunakan organisme yang lebih kecil sebagai
sumber makanan utamanya. Dengan melakukan hal ini, maka organisme tersebut membantu
menghasilkan efluen yang jernih dan merupakan indikasi efluen bermutu tinggi dari sistem
penanganan aerobik.
- Virus.
Virus merupakan struktur biologi yang terkecil dan mengandung seluruh informasi yang
dibutuhkan untuk reproduksi. Virus bentuknya sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop elektron. Virus termasuk obligat parasit dan cara reproduksinya
melibatkan sel-sel hidup yang terinfeksi dan mengarahkan reksi- reaksi sintesis dari sel hidup
tersebut untuk memproduksi partikel virus baru. Virus pada umumnya diklasifikasikan oleh
inang yang diinfeksi.

Berdasarkan syarat baku air limbah yang dialirkan ke lingkungan perairan yaitu kadar
maksimal dalam air limbah maksimal 100 mg/l untuk TSS, 150 mg/l untuk BOD, dan 275
mg/l untuk COD. Maka, setelah melalui pengelolaan, limbah yang dihasilkan sudah memiliki
kadar yang dapat diterima yaitu COD 188,977 mg/l; BOD 120,989 mg/l, dan TSS 75,787
mg/l yang berarti limbah ini sudah dapat dialirkan ke sungai.
Daftar Pustaka

Andiese, Vera Wim. 2011. “PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA


DENGAN METODE KOLAM OKSIDASI Domestic Liquid Waste Disposal Process
With Oxidation Pond Method.” Infrastruktur 1 (2): 103–10.

Hapsari, Farlina, and Nurrandi Mayas Sujati. "EFISIENSI KINERJA EVAPORATOR


PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR PUSAT TEKNOLOGI
LIMBAH RADIOAKTIF BATAN." Jurnal Ilmiah Indonesia 4 (2019): 2548-1398.

Kaswinarni, Fibria. 2007. “Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat Dan Cair Industri Tahu
(Studi Kasus Industri Tahu Tandang Semarang, Sederhana Kendal, Dan Gagak Sipat
Boyolali).” Tesis, 1–83.

Anda mungkin juga menyukai