PENDAHULUAN
Salah satu metoda pengolahan limbah cair secara fisik adalah pengolahan
koagulasi. Menurut Eckenfelder (1986), koagulasi adalah proses kimia yang
digunakan untuk menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam
bentuk koloid. Partikel-partikel koloid ini tidak dapat mengendap sendiri dan sulit
ditangani oleh perlakuan fisik. Melalui proses koagulasi, kekokohan partikel
koloid ditiadakan sehingga terbentuk flok-flok lembut yang kemudian dapat
disatukan melalui proses flokulasi. Penggoyahan partikel koloid ini akan terjadi
apabila elektrolit yang ditambahkan dapat diserap oleh partikel koloid sehingga
muatan partikel menjadi netral. Penetralan muatan partikel oleh koagulan hanya
mungkin terjadi jika muatan partikel mempunyai konsentrasi yang cukup kuat
untuk mengadakan gaya tarik menarik antar partikel koloid.
Menurut Migo et al. (1993), koagulasi yang efektif terjadi pada pH
tertentu. Penggunaan koagulan logam seperti aluminium dan garam-garam besi
secara umum dapat mendekolorisasi limbah cair yang mengandung melanoidin.
Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan pada partikel tersuspensi dan
koloid. Flokulasi adalah aglomerasi dari partikel yang terdestabilisasi dan koloid
menjadi partikel terendapkan. Adapun bahan koagulan yang sering dipergunakan
antara lain : tawas Al2(SO4)3 dan Poly Aluminium Cloride, AlnCl(3n-m)(OH)m
(PAC).
Tawas dengan rumus kimia Al2(SO4)3(Aluminium Sulfat) merupakan
bahan koagulan; yang paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis
(murah), mudah didapatkan dipasaran, serta mudah penyimpanannya. Selain itu
bahan ini cukup efektif untuk menurunkan kadar karbonat.
Al2(SO4)3 2 Al+3 + 3 SO4-2
Air akan mengalami : H2O H+ + OH-
Selanjutnya: 2 Al+3 + 6 OH- 2 Al(OH)3
Selain itu akan dihasilkan asam:3 SO4-2 + 6 H+ 3 H2SO4
Ada beberapa jenis bahan baku yang digunakan untuk pembuatan kecap,
seperti kedelai, tempe gembus, air kelapa, dan juga ada yang menggunakan “sari
pati” kecap (biang kecap). Pada tahap awal air bersih akan banyak digunakan
untuk pencucian, perendaman dan pemasakan kedelai.
Proses pembuatan kecap
1) Cuci kedelai dan rendam dalam 3 liter air selama satu malam. Kemudian
rebus sampai kulit kedelai menjadi lunak, lalu tiriskan di atas tampah dan
dinginkan;
2) Beri jamur tempe pada kedelai yang didinginkan. Aduk hingga rata dan
simpan pada suhu ruang (250~300 C) selama 3~5 hari;
3) Setelah kedelai ditumbuhi jamur yang berwarna putih merata, tambahkan
larutan garam. Tempatkan dalam suatu wadah dan biarkan selama 3-4 minggu
pada suhu kamar (250~300 C). Batas maksimum proses penggaraman adalah
dua bulan;
4) Segera tuangkan air bersih, masak hingga mendidih lalu saring;
5) Masukkan kembali hasil saringan, tambah gula dan bumbu-bumbu. Bumbu
ini (kecuali daun salam, daun jeruk dan sereh) disangrai terlebih dahulu
kemudian digiling halus dan campur hingga rata.
Penambahan gula merah untuk:
a. Kecap manis : tiap 1 liter hasil saringan membutuhkan 2 kg gula merah
b. Kecap asin : tiap 1 liter hasil saringan membutuhkan 2 ½ ons gula merah
6) Setelah semua bumbu dicampurkan ke dalam hasil saringan, masak sambil
terus diaduk-aduk. Perebusan dihentikan apabila sudah mendidih dan tidak
berbentuk buih lagi;
7) Setelah adonan tersebut masak, saring dengan kain saring. Hasil saringan
yang diperoleh merupakan kecap yang siap untuk dibotolkan.
Catatan :
1) Pemberian jamur harus sesuai jumlahnya dengan banyaknya kedelai, agar tidak
menimbulkan kegagalan jamur yang tumbuh.
2) Setelah direbus dan ditiriskan, kedelai harus didinginkan dengan sempurna.
Bila tidak, jamur yang ditebarkan diatasnya akan mati.
3) Bahan baku untuk pembuatan kecap, selain dari kacang kedelai dapat juga dari
biji kecipir, dengan proses pembuatan yang sama (Rohmatin, 2011).
Kedelai
Pendinginan
Tepung Gandum,
Pencampuran Air Cucian
dan Ragi
Fermentasi Kering
Limbah
Larutan Garam Fermentasi Basah Cair
Penyaringan Ampas
Tabel 3.1 Pengaruh Dosis Koagulan Terhadap Ukuran Flok Yang Terbentuk
Ukuran Flok (cm)*
No Dosis (ppm)
Alum PAC
1 50 2 3
2 100 2 3
3 150 2 3
4 200 2 3
5 250 2 3
6 300 2 3
*Flokulan: PA 240 (5 ppm)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pembentukan flok pada proses
pengolahan limbah cair kecap sangat tergantung pada jenis koagulan yang
digunakan. Dalam penelitian ini kombinasi penambahan PA 240 sebagai flokulan
dan PAC (Poly Aluminium Chloride) sebagai koagulan dapat memperbesar
ukuran flok yang terjadi (diameter sekitar 3 cm) dibandingkan dengan kombinasi
penambahan PA 240 sebagai flokulan dan alum yang hanya dapat membentuk
flok dengan ukuran diameter yang lebih kecil yaitu sekitar 2 cm. Namun demikian
dari hasil penelitian ini dapat diketakui bahwa baik pada penambahan PAC
maupun alum telah dihasilkan flok yang sangat stabil.
Dari ketiga hasil penelitian ini dapat diterangkan bahwa di dalam limbah
cair kecap mengandung partikel-partikel polutan dalam bentuk koloid yang
terdispersi secara stabil dalam cairan limbah. Kestabilan dispersi koloid ini
dikarenakan adanya penolakan elektrostratik antara muatan-muatan negarif
partikel koloid tersebut. Penambahan kation yang berfungsi sebagai bahan
koagulan seperti alum dan PAC dapat menetralisasi muatan koloid dan dapat
menyebabkan terjadinya gaya Van der Waals sehingga partikel-partikel koloid
tersebut terflokulasi menjadi partikel terendapkan. Proses flokulasi ini dipercepat
dengan penambahan bahan flokulan seperti flokulan PA 240.
BAB IV
KESIMPULAN
Eckenfelder, W.W. 1986. Industrial Water Pollution. Mc Graw Hill, New York.
Indriyati, dan Prayitno, J.S. 2009. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kecap secara
Koagulasi dan Flokulasi. Jurnal Teknik Lingkungan, 10(3): 265-270.
Perry, J.H., 1963. Chemical Engineers Hand Book, 4th ed, Mc Graw Hill, New
York.
Qasim, dan Syed, R., 1985, Wastewater Treatment Plants – Planning, Design,
and Operation, CBS College Publishing, New York.
Sulistiyanti, dan Erika, B., 1994, Unjuk Kerja Bioreaktor “Fixed Bad” Dalam
Penanganan Limbah Cair Pabrik Kecap, Skripsi, FMIPA, Universitas
Pakuan, Bogor.