Anda di halaman 1dari 40

DIAN LARASATI

1407123660
Teknik Lingkungan Kelas A

TUGAS TOKSIKOLOGI
PENELITIAN
TOKSIKOLOGI
DERAJAT TOKSISITAS LETAL AKUT
LEACHATE TERHADAP IKAN MAS
(CYPRINUS CARPIO)
(STUDI KASUS DI TPA JATIBARANG
SEMARANG)

Enggar Hero Istoto*, Nur Kusuma Dewi


Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang Indonesia

N AL
JUR
PENDAHULUAN
U AN
N D A HUL
PE

Leachate adalah cairan yang menapis berasal dari


presipitasi dan penetrasi air masuk ke dalam massa residu /
limbah. Cairan tersebut mengandung berbagai bahan
polutan seperti material organik, garam-garam anorganik,
unsur logam, amonia, dan komponen xenobiotik organik
(Tsarpali & Stefanos 2012 dan Alkassasbeh et al. 2009).
Menurut Direktorat jenderal Penataan Ruang, Kementerian
Pekerjaan Umum (2012) pengertian leachate adalah adalah
cairan yang timbul sebagai limbah akibat masuknya air
eksternal ke dalam urugan atau timbunan sampah,
melarutkan dan membilas materi terlarut, termasuk juga
materi organik hasil dekomposisi biologis.
U AN
N D A HUL
PE

TPA Jatibarang menghasilkan limbah cair berupa


air lindi atau leachate. Sudarwin (2008)
menyatakan bahwa leachate yang dihasilkan dari
pembuangan sampah ini mengalir menuju Sungai
Kreo. Sungai Kreo tersebut selanjutnya mengalir
ke Sungai Kaligarang.
Berdasarkan kedua pernyataan tersebut, air
Sungai Kaligarang yang digunakan sebagai bahan
baku air minum oleh PDAM Tirta Moedal berpotensi
tercemar oleh leachate dari TPA Jatibarang.
U AN
N D A HUL
PE

Apabila leachate yang masuk ke aliran sungai melebihi baku


mutu air minum maka akan menimbulkan gangguan
kesehatan bagi masyarakat pengguna air yang berasal dari
Sungai Kaligarang, kondisi ikan air sungai juga akan
terganggu baik secara metabolisme, perilaku, dan populasi.
Menurut Ratningsih (2008) Ikan Mas memiliki sensitivitas
yang tinggi terhadap pencemaran sehingga secara
internasional ikan mas dapat menjadi bioindikator
pencemaran perairan. Kepekaan ikan mas terhadap
perubahan lingkungan ditandai dengan berbagai cara. Salah
satunya adalah dengan melihat jumlah kematian ikan dalam
suatu populasi.
METODE PENELITIAN
L IT I A N
OD E PENE
ME T
Karakteristik TPA
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah
Jatibarang terletak di Kecamatan Mijen,
Semarang merupakan areal pembuangan
sampah open dumping yang telah beroperasi
sejak tahun 1992 (Nindrasari et al. 2012).
L IT I A N
OD E PENE
ME T
Berdasarkan data Dinas Kebersihan Kota
Semarang tahun 2002, komposisi sampah
yang masuk ke TPA Jatibarang
- 61,95% terdiri dari sampah organik dan
- 38,05% sampah anorganik.
Leachate TPA Jatibarang mengandung
berbagai zat anorganik (logam) dan zat
organik (non logam).
L IT I A N
OD E PENE
ME T
L IT I A N
OD E PENE Bahan
ME T Sampel leachate 1,5 L
larutan H2SO4 0,1 M

Langkah
Sampel diawetkan dengan menggunakan larutan H2SO4 0,1 M sampai
pH < 2.
Setelah diawetkan, sampel dibawa ke Balai Laboratorium Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah untuk dianalisis.
Metoda analisis yang digunakan antara lain
- Alizarin (Al),
- SNI 19-1127-1989 (Fe),
- SNI 6989.16:2009 (Cd),
- AAS (Mg), SNI 19-1133-1989 (Mn),
- SNI 6989.18:2009 (Ni),
- SNI 6989.7:2009 (Zn),
- SNI 6989.6:2009 (Cu),
- SNI 6989.8:2009 (Pb),
- Nessler (Amonia / NH4), dan
- SNI 6989.20:2009 (Sulfat / SO4).
L IT I A N
OD E PENE Spesies Uji
ME T
Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Sebanyak 200 ekor ikan dipelihara selama 4
hari menggunakan air sumur di dalam
akuarium berkapasitas 15 20 liter. Setiap
akuarium diisi 100 ekor ikan.
Selama pemeliharaan dilakukan aerasi untuk
mempertahankan DO > 4 mg/L, suhu 25 -
30C, pH 6,5 8, dan mesin penyaring air
untuk mengikat sisa metabolisme.
L IT I A N
OD E PENE Spesies Uji
ME T
aklimatisasi selama 3 hari dengan mengambil
secara acak ikan dari akuarium pemeliharaan
masing-masing 10 ekor kedalam 7 akuarium
dengan asumsi kematian ikan dibawah 30%
untuk masing-masing akuarium maka tahapan
selanjutnya dapat dilakukan.
L IT I A N
OD E PENE Spesies Uji
ME T
Uji pendahuluan, dilakukan antara lain menguji kandungan
- air asal pembenihan ikan dan air sumur sebagai media
penelitian;
- 6 macam konsentrasi leachate dan 1 kontrol dengan 3
ulangan;
- air uji (air sumur ditambah leachate yang sudah
diencerkan) dimasukkan 10 12 L dengan biomassa 0,8
gr/L dan panjang 8-12 cm masing-masing 10 ekor ikan
(Tandjung 1982 dalam Dewi, 2004 dan Chahaya, 2003);
- Konsentrasi dimulai dari 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%,
6%, 3,125%, dan seterusnya hingga diperoleh variasi
konsentrasi (LC100 24 jam sebagai ambang atas dan LC0
48 jam sebagai ambang bawah) 3%; 2,5%; 2%; 1,5%; 1%;
0,5%; dan kontrol.
L IT I A N
OD E PENE
ME T
Tes toksisitas letal akut
Toksisitas letal akut adalah proses toksik atau
proses masuknya zat toksik ke dalam tubuh yang
menimbulkan gangguan mekanisme kerja dan
target organnya (Priyanto 2009).
Uji toksisitas akut atau toksisitas letal akut berarti
juga uji yang dirancang mengevaluasi toksisitas
relatif suatu bahan kimia terhadap organisme
perairan tertentu dan jangka waktu tertentu,
kriteria efek yang biasa digunakan dalam uji
toksisitas letal akut antara lain kematian (pada
ikan), ketiadaan gerakan (immobility) dan
keseimbangan, dan pertumbuhan (Tahir, 2012).
L IT I A N
OD E PENE
ME T
Tes toksisitas letal akut
Uji toksisitas dalam penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan tiga kali
ulangan.
Populasi dalam penelitian ini adalah Ikan Mas
(Cyprinus carpio) ras Majalaya. Sampel penelitian
adalah 70 ekor ikan berumur 3 bulan dengan berat
0,8 gr/L dan panjang 8-12 cm yang dibagi menjadi 7
kelompok masing-masing 10 ekor (Tandjung 1982
dalam Dewi 2004 dan Chahaya 2003).
- Kelompok I sebagai kontrol,
- Kelompok II - VII diberi perlakuan leachate secara
berturut-turut 0,5%; 1%; 1,5; 2%; 2,5%; dan 3%.
L IT I A N
OD E PENE
ME T
Tes toksisitas letal akut
Variabel bebas

Perlakuan dilakukan selama 30 hari. Data yang


diperoleh dianalisis dengan menggunakan software
analisis probit USEPA Versi 1.5.
HASIL DAN PEMBAHASAN
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A

Setelah dilakukan penelitian tentang studi uji


toksisitas letal akut selama 30 hari dan
dianalisis menggunakan analisis probit USEPA
Versi 1.5 diperoleh hasil LC50 96 jam untuk
perlakuan leachate
- saat musim kemarau sebesar 2,074 2,1%
dan
- saat musim penghujan sebesar 2,488 2,5%
(Tabel 2 dan 3).
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A

Berdasarkan data pada tabel 2 dan 3 diperoleh


nilai 95% confidence limits sebesar 1,269
8,873% (musim kemarau) dan 1,468 604,199%
(musim penghujan).
Nilai tersebut menandakan leachate pada
musim kemarau dan musim penghujan sama-
sama bersifat sangat toksik bagi Ikan Mas
(Cyprinus carpio). Hal tersebut juga
menandakan bahwa yang berpengaruh
langsung terhadap kematian ikan adalah
besarnya konsentrasi bukan perbedaan musim.
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A

Ketika musim kemarau kadar leachate dapat efektif mematikan


50% ikan mas pada konsentrasi 2 2,5% dalam rentang waktu 24
48 jam (Gambar 1). Ketika musim penghujan kadar leachate
dapat efektif mematikan 50% ikan mas pada konsetrasi 1 2,5%
dalam rentang waktu 24 72 jam (Gambar 2).
Berdasarkan hasil tersebut maka leachate TPA Jatibarang
Semarang dapat diduga termasuk zat toksik yang berbahaya
apabila masuk dalam lingkungan perairan. Selain itu, hal
tersebut juga menunjukkan bahwa leachate saat musim
kemarau memiliki kadar toksik yang lebih tinggi daripada
leachate saat musim penghujan. Hal ini dikarenakan leachate
saat musim kemarau memiliki rentang konsentrasi yang lebih
pendek dan rentang waktu yang lebih singkat untuk mematikan
50% populasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) daripada leachate saat
musim penghujan yang memiliki rentang konsentrasi lebih
panjang dan rentang konsentrasi lebih lama.
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A Penelitian ini apabila dibuat persamaan
model probit adalah Y = a + bx,
Y = probit yang diharapkan,
a = intercept,
b = kemiringan garis, dan
x = konsentrasi.

Persamaan garis p lk (probit log konsentrasi) Y = 4,468


+ 1,679x (Tabel 4) menunjukkan hubungan antara log
konsentrasi leachate terhadap nilai probit yang bersesuaian
dengan % mortalitas Ikan Mas (Cyprinus carpio) dengan
perlakuan leachate saat musim kemarau.
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A Penelitian ini apabila dibuat persamaan
model probit adalah Y = a + bx,
Y = probit yang diharapkan,
a = intercept,
b = kemiringan garis, dan
x = konsentrasi.

Persamaan garis p lk (probit log konsentrasi) Y = 4,421


+ 1,462x (Tabel 5) menunjukkan hubungan antara log
konsentrasi leachate terhadap nilai probit yang bersesuaian
dengan % mortalitas Ikan Mas (Cyprinus carpio) dengan
perlakuan leachate saat musim penghujan.
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A

Persamaan garis Y = 4,468 + 1,679x (Tabel 4), menunjukkan


bahwa dengan penambahan konsentrasi letal per satuan unit
akan meningkatkan kematian ikan sebesar 1,679 2 ekor.
Persamaan garis Y = 4,421 + 1,462x (Tabel 5), menunjukkan
bahwa dengan penambahan konsentrasi letal per satuan unit
akan meningkatkan kematian ikan sebesar 1,462 1 ekor.

Merujuk pada kedua persamaan tersebut didapatkan bahwa


kematian Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada perlakuan leachate
saat musim kemarau lebih besar daripada kematian Ikan Mas
(Cyprinus carpio) pada perlakuan leachate saat musim
penghujan. Kemiringan garis bernilai positif yang
menandakan semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar
pula tingkat kematian ikan uji.
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A

LC50 96 jam saat musim kemarau sebesar 2,1%. Hasil


tersebut setara dengan komposisi leachate antara lain
alumunium (Al) 0,006 ppm; besi (Fe) 0,191 ppm; kadmium
(Cd) 0,001 ppm; magnesium (Mg) 4,250 ppm; mangan (Mn)
0,093 ppm; nikel (Ni) 0,006 ppm; seng (Zn) 0,007 ppm;
tembaga (Cu) 0,001 ppm; timbal (Pb) 0,002 ppm; amonia
(NH4) 15,573 ppm; dan sulfat (SO4) 143,780 ppm.
LC50 96 jam saat musim penghujan sebesar 2,5%. Hasil
tersebut setara dengan komposisi leachate antara lain
alumunium (Al) 0,008 ppm; besi (Fe) 0,094 ppm; kadmium
(Cd) 0,001 ppm; magnesium (Mg) 4,915 ppm; mangan (Mn)
0,013 ppm; nikel (Ni) 0,007 ppm; seng (Zn) 0,006 ppm;
tembaga (Cu) 0,001 ppm; timbal (Pb) 0,001 ppm; amonia
(NH4) 526,596 ppm; dan sulfat (SO4) 182,979 ppm (Tabel
6).
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A

Perbedaan musim berpengaruh langsung terhadap penurunan


tingkat toksis dari leachate. Peristiwa tersebut ditandai
dengan untuk mamatikan 50% populasi Ikan Mas (Cyprinus
carpio) leachate saat musim kemarau cukup dengan kadar
2,1% sedangkan leachate saat musim penghujan membutuhkan
kadar yang lebih besar yaitu 2,5%.
Penurunan tingkat toksis ini disebabkan adanya proses
infiltrasi air hujan yang masuk ke dalam sampah kemudian
melarutkan berbagai kandungan zat toksik di dalamnya. Hal
tersebut senada dengan pernyataan Zaltauskaite dan Agne
(2008) mengemukakan bahwa berbagai faktor yang
mempengaruhi komposisi leachate antara lain usia
beroperasinya TPA, tingkat stabilisasi sampah zat padat,
karakteristik sampah zat padat, komposisi sampah, luas
tempat TPA, kejernihan dan tingkat infiltrasi air hujan, suhu,
dan geometri TPA.
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A
Faktor lain yang menyebabkan perbedaan tingkat toksis
leachate saat musim kemarau dan penghujan tidak berbeda
jauh adalah proses pengolahan leachate yang hanya
mengandalkan penampungan pada setiap bak penampungan
kemudian dialirkan ke Sungai Kreo diperparah dengan
kondisi mesin aerasi yang rusak mengakibatkan proses
penurunan kadar logam berat tidak signifikan (Gambar 3).

Tahir (2012) menjelaskan bahwa


faktor lain yang mempengaruhi
toksisitas antara lain media air yang
digunakan dan lingkungan eksternal
organisme yang terkait erat dengan
ketersediaan bahan kimia dalam
media air seperti suhu, oksigen
terlarut (DO), dan pH.
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A

Hasil pengamatan tentang kondisi air bersih


Gunung Pati sebagai media pelarut leachate
memiliki nilai alumunium (Al) dan seng (Zn)
melebihi baku mutu air kelas III. Hal ini
dikarenakan air sumur yang digunakan letaknya
berdekatan dengan saluran drainase limbah
rumah tangga dan lubang tempat sampah
sehingga kemungkinan besar air sumur tercemar
oleh zat pencemar dari kegiatan rumah tangga.
Kondisi tersebut secara tidak langsung juga
turut menentukan nilai LC50 96 jam meskipun
hanya sedikit peranannya.
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A

Pada hasil pengukuran fisiokimia air selama penelitian diperoleh


hasil pH, suhu air, dan oksigen terlarut (DO) masih dalam standar
baku mutu yang ditetapkan yaitu PP No. 82 Tahun 2001 dan
Permenkes No. 492 Tahun 2010.
Saparinto (2012) mengatakan bahwa nilai pH yang aman bagi ikan
mas sebesar 6,5 8,5; suhu air sebesar 24 - 32C; dan jumlah
oksigen terlarut (DO) sebesar > 4 mg/l. Padahal selama penelitian
diperoleh hasil nilai pH berkisar 7 8, suhu air berkisar 27 - 28C,
dan oksigen terlarut (DO) berkisar 5,2 8,4 mg/l. Nilai tersebut
cukup ideal untuk menunjang kehidupan Ikan Mas (Cyprinus
carpio).
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kematian Ikan
Mas (Cyprinus carpio) dalam penelitian ini kemungkinan besar
dipengaruhi oleh besar kecilnya konsentrasi leachate yang
diberikan dan kandungan logam berat (zat anorganik) maupun zat
organik yang terdapat di dalamnya.
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A

Pada Gambar 4 (a) terlihat bagian


insang dari Ikan Mas (Cyprinus carpio)
mengalami semacam iritasi hingga
berwarna kemerahan. Fenomena ini
merupakan manifestasi berbagai
macam zat toksik di dalam leachate
sehingga dapat diduga berpengaruh
besar terhadap proses kematian ikan.
Fenomena tersebut berbanding
terbalik pada Gambar 4 (b) terlihat
bagian insang dari Ikan Mas (Cyprinus
carpio) dalam kondisi normal dan
tidak mengalami iritasi.
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A

Amonia (NH4) akan bersifat toksik bagi kehidupan


ikan air tawar jika berkadar > 3 mg/L (Suharto
2011).
akan menyebabkan iritasi pada organ pernapasan dan
penglihatan.
mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah
sehingga menyebabkan kematian.
menyebabkan meningkatnya produksi mukus pada
insang ikan.
Sulfat (SO4) yang bersifat asam
akan menyebabkan iritasi pada organ yang terpapar
dan sangat berbahaya bagi segala jenis lingkungan
ekosistem (Suharto 2011).
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A

Magnesium (Mg)
akan menggangu metabolisme kalsium sehingga
menghambat pertumbuhan.
akan mengganggu proses pertumbuhan ikan dan
dapat menyebabkan melemahnya otot-otot ikan
untuk berenang.
Besi (Fe) Pada kadar normal, besi berperan
dalam membantu pengambilan oksigen
dalam darah.
Kadarbesi yang tinggi akan merusak jaringan
pada organ hati.
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A

Alumunium (Al)
akan menyebabkan gangguan neurologis pada
organisme.
menyebabkan cara berenang Ikan Mas (Cyprinus
carpio) mulai kehilangan keseimbangan.
Mangan (Mn)
akan menyebabkan gangguan saraf atau
neurologis terutama saraf motorik.
akan mengakibatkan lambatnya proses
pertumbuhan.
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A

Nikel (Ni)
terjadinya gangguan pernapasan dan kehilangan
keseimbangan.
Seng (Zn)
menyebabkan penurunan kadar eritrosit sehingga akan
mengganggu proses respirasi dan osmoregulasi yang apabila
terpapar dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan
kematian pada organisme.
Tembaga (Cu) dan kadmium (Cd) memiliki kadar
melebihi baku mutu. Namun unsur logam timbal
(Pb) tepat pada batas baku mutu yang ditetapkan.
unsur logam seperti tembaga, kadmium, dan timbal
sama-sama berpengaruh dalam sistem pernapasan dan
kerusakan jaringan dalam tubuh (Hendri et al. 2010 dan
Latif et al. 2014).
H A SAN
EM BA
SIL D AN P
H A

Berdasarkan uraian dalam beberapa paragraf di


atas dapat diperoleh titik terang bahwa kandungan
leachate yang bermacam-macam menjadikan
faktor zat organik (non logam) dan zat anorganik
(logam) saling bersinergi merusak jaringan tubuh
ikan terutama pada sistem pernapasan.
Peristiwa tersebut menjadi bumerang bagi ikan,
dimana ikan tersebut akan melindungi diri dengan
mengeluarkan sejumlah mukus dan selaput lendir
justru menjadikan proses osmoregulasi pada ikan
akan terganggu sampai mengalami kematian pada
ikan yaitu Ikan Mas (Cyprinus carpio).
KESIMPULAN
U L A N
SI M P
K E Derajat toksisitas (LC50 96 jam) leachate
terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio)
sebesar 2,1% ketika musim kemarau yang setara dengan komposisi leachate ant

Anda mungkin juga menyukai