Anda di halaman 1dari 11

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dewasa ini penggunaan insektisida sangat tinggi untuk mengendalikan
hama dan penyakit tanaman. Diperkirakan 50% dari biaya produksi digunakan
untuk membeli insektisida. Penggunaan insektisida oleh para petani di lapangan
sudah sangat intensif, baik jenis maupun dosis yang digunakan, serta interval
penyemprotan yang sudah sangat pendek tenggang waktunya. Keadaan ini akan
menimbulkan berbagai permasalahan serius karena insektisida dapat mencemari
lingkungan, salah satunya adalah lingkungan perairan. Pencemaran pada
lingkungan air dapat menyebabkan terputusnya rantai makanan di lingkungan
perairan (Sanjaya, 2004).
Ikan adalah organisme yang paling sering digunakan sebagai bioindikator
pencemaran air, termasuk pencemaran oleh insektisida. Ikan Nila termasuk ikan
yang mudah untuk dibudidayakan dan mampu bertahan hidup di perairan yang
kondisinya sangat jelek, karena itu ikan Nila sering dijadikan sebagai petunjuk
adanya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya, terutama pengaruh
kualitas air. Selain itu, ikan mempunyai kepentingan ekonomis yang besar, yaitu
sebagai sumber makanan bagi manusia. Ukuran tubuhnya yang memadai dan
posisinya pada puncak rantai makanan di sistem akuatik merupakan alasan
penggunaan ikan sebagai bioindikator (Wulandari dkk., 2009).
Organisme aquatik sangat rentan terhadap keracunan pestisida. Pestisida
tertentu telah terbukti dapat mencemari lingkungan perairan dari sisa pemberian di
lingkungan pertanian atau melayang di udara akibat penyemprotan, dapat
menimbulkan ancaman serius bagi populasi ikan yang terkena paparan langsung,
terutama ikan muda yang cenderung kurang toleran terhadap pestisida.
Konsentrasi pestisida yang tinggi di dalam air dapat membunuh organisme air
diantaranya ikan. Sementara pestisida dengan konsentrasi rendah dapat
terakumulasi pada tubuh ikan. Deltametrin merupakan pestisida golongan
piretroid yang dapat membunuh serangga melalui kontak langsung ataupun
sistemik. Deltametrin bersifat toksik bagi ikan (Sandjaja, 2014).
2

Untuk mengetahui sampai seberapa besar kemampuan badan air dalam


menerima pencemar atau toksisitas tersebut, maka perlu dilakukan suatu uji awal
yang dikenal dengan uji toksisitas. Uji toksisitas digunakan unuk menentukan
tingkat toksisitas limbah tersebut. Efek toksik terhadap suatu species ikan
deperairan dapat diliha dengan menggunaka biota uji khususnya yang hidup di air
tawar yaitu ikan nila (Oreochromis Niloticus) (Mugirosani, 2011).
Uji toksisitas merupakan suatu uji yang digunakan untuk mengevaluasi
konsentrasi bahan kimia dan lamanya pemaparan yang dapat menimbulkan
pengaruh tertentu. Uji toksisitas bertujuan untuk mengevaluasi pencemaran
perairan. Prinsip dari uji toksisitas adalah mengidentifikasikan bahan kimia yang
dapat menimbulkan dampak negatif bagi biota perairan. Toksisitas suatu bahan
dapat ditentukan dengan mengkaji seberapa besar pengaruhnya terhadap biota uji.
Suatu bahan pencemar digolongkan toksik jika pada konsentrasi terkecil
mengakibatkan timbulnya pengaruh pada organisme uji. Pengaruh yang timbul
dapat berupa kematian, pengaruh terhadap fisiologi maupun pertumbuhan
organisme (Desratriyanti, 2009).
Toksisitas akut merupakan derajat efek suatu senyawa yang dapat
mengakibatkan keracunan pada organisme tertentu dalam waktu singkat (24 jam)
setelah perlakuan. Data kuantitatif uji toksisitas akut dapat diperoleh melalui 2
cara yaitu LD50 dan LC50. Perhitungan LD50 dan LC50 merupakan salah satu
pegujian toksisitas akut pada bahan tertentu yang berguna dalam klasifikasi zat
kimia sesuai toksisitas relatifmya, evaluasi dampak keracunan yang tidak
disengaja, perencanaan penelitian toksisitas subakut dan kronik pada hewan untuk
mengetahui berbagai informasi terkait mekanisme, respon, pengaruh,
pengendalian dan deteksi dalam unsur toksik. Uji toksisitas akut dapat
memberikan informasi tentang waktu kematian, penyebab kematian, gejala-gejala
sebelum kematian, organ yang terkena efek,dan kemampuan pemulihan dari efek
nonlethal (Azizah dkk., 2015).
Deltametrin merupakan insektisida dari kelompok piretroid yaitu
insektisida sintetik tiruan analog dari piretrin. Dengan kelarutannya yang rendah
dalam air, piretroid tidak menujukkan sifat sistemik yang signifikan. Masalah
utama terhadap lingkungan terkait dengan toksisitas piretroid pada ikan dan
3

invertebrate lainnya. Deltametrin diformulasikan dalam bentuk emulsi konsentrat,


suspense konsentrat serbuk, atau dikombinasikan dengan pestisida lainnya. Pada
lingkungan akuatik, delimetrin akan sangat cepat terpartisi ke sedimen dan biota
perairan. Deltametrin sangat toksik terhadap ikan 96 jam LC50 berkisar antara 0.4-
2.0 mg/l dan insektisida ini juga sangat toksin untuk invertebrata akuatik, 48 jam
LC50 (Sandjaja, 2014).
Ikan nila sering digunakan sebagai hewan uji toksisitas karena ikan dapat
menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap adanya
senyawa pencemar yang terlarut dalam batas toleransi tertentu. Hal ini
dikarenakan ikan nila dijadikan petunjuk perubahan faktor-faktor yang
mempengaruhinya terutama kualitas air, mudah didapat dan lebih ekonomis serta
ikan dapat beradaptasi terhadap kondisi laboratorium. Uji toksisitas sangat penting
dilakukan untuk mengetahui batas toksisitas dan konsentrasi aman suatu zat. Uji
toksisitas subletal merupakan salah satu metode paling umum dilakukan untuk
mengetahui gejala awal ikan akibat keracunan. Jika sebelum terpapar ikan
memiliki kondisi mata cerah, tubuh bersisik mengkilap, perut utuh dan keras,
gerakan gesit setelah terpapar gerak tubuh tidak teratur dan berlendir serta stress
(Supriyono dkk., 2005).

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui toksisitas akut pada insektisida yang dinyatakan dalam 24
jam.
2. Untuk mengetahui toksisitas akut pada ikan nila (Oreochromis niloticus)
menggunakan insektisida.
3. Untuk mengetahui presentasi mortalitas dengan uji toksisitas menggunakan
insektisida pada ikan nila (Oreochromis niloticus).

Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai salah satu sumber informasi
mengenai mortalitas ikan nila (Oreochromis niloticus) pada uji toksisitas
menggunakan bahan insektisida bagi pihak yang membutuhkan dan sebagai salah
satu syarat mengikuti praktikum selanjutnya.
4

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 27 Maret 2017 pukul 10.00-
12.00 WIB di Laboratorium Ekotoksikologi Perairan, Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan Praktikum


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah akuarium sebagai wadah
ikan, aerator untuk menjaga kadar oksigen dalam akuarium, jarum suntik sebagai
wadah pengukur konsentrasi insektisida yang akan dimasukkan ke dalam
akuarium, alat tulis untuk mencatat hasil praktikum dan kamera untuk
dokumentasi.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Ikan nila berukuran 5-7
cm sebagai hewan uji, insektisida Deltametrin sebagai toksikan yang akan
dimasukkan ke dalam akuarium, air sebagai media hidup ikan dan aquades untuk
pengenceran insektisida.

Prosedur Praktikum
Uji Kisaran
Prosedur dalam melakukan uji kisaran adalah sebagai berikut:
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Akuarium dicuci dan dikeringkan.
3. Akuarium diisi dengan air tawar sebagai 10 liter dan diaerasi selama 1-2 hari.
4. Ikan nila dimasukkan kedalam akuarium sebanyak 10 ekor/akuarium.
5. Dicampurkan insektisida sebanyak 30 ml dengan akuades sebanyak 30 ml
untuk mendapatkan konsentrasi 1 ml larutan Deltametrin.
6. Diambil larutan deltametrin menggunakan jarum suntik dan dimasukkan
kedalam 6 masing-masing akuarium sebanyak 0,04 ml, 0,08 ml, 0,12 ml, 0,16
ml, 0,2 ml, 0,24 ml dan 0,28 ml.
7. Tingkah laku ikan diamati selama 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam dan dilihat
jumlah ikan yang mati dan di tentukan nilai ambang batas atas dan nilai
ambang batas bawah.
5

Perhitungan konsentrasi larutan uji mengacu pada persamaan sebagai berikut

V1N1=V2N2

Keterangan:

V1 : Konsentrasi bahan pencemar dalam larutan stok (mg/l)


N1 : Konsentrasi larutan stok yang akan diambil (ml)
V2 : Konsentrasi bahan pencemar yang diinginkkan dalam media air (mg/l)
N2 : Konsentrasi Media air penelitian yang diinginkan (ml)

Uji Toksisitas
Prosedur dalam melakukan uji kisaran adalah sebagai berikut:
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Akuarium dicuci dan dikeringkan.
3. Akuarium diisi dengan air tawar sebagai 10 liter dan diaerasi selama 1-2 hari.
4. Benih ikan nila dimasukkan kedalam akuarium sebanyak 10 ekor/akuarium.
5. Nilai ambang batas atas dan abmang batas bawah ditentukan dengan dengan
menggunakan uji kisaran, selanjutnya ditentukan konsentrasi uji toksisitas
akut.
6. Tingkah laku ikan diamati selama 30 menit, 3 jam, 6 jam dan 8 jam dan dilihat
jumlah ikan yang mati.

Perhitungan konsentrasi pada uji toksisitas akut

Log N/N = k(log a-log n)

a/n = b/a = c/b = d/c =N/d

Keterangan:

N : Konsentrasi ambang atas


n : Konsentrasi ambang bawah
k : Jumlah konsentrasi yang diuji
a,b,c,d : Konsentrasi yang diuji dengan nilai a sebagai konsentrasi terkecil
6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Uji Nilai Kisaran terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Volume 2 4 6 8 Keterangan
No. Kelompok
(ml) Jam Jam Jam Jam (Hidup)
1. Kontrol 0 0 0 0 0 Semua hidup
2. I 0,04 1 2 1 0 1 hidup, 4 mati
3. II 0,08 0 1 1 1 2 hidup, 3 mati
4. III 0,12 0 0 1 0 4 hidup, 1 mati
5. IV 0,12 0 1 0 0 4 hidup, 1 mati
6. V 0,16 0 1 1 0 3 hidup, 2 mati
7. VI 0,2 0 1 1 0 3 hidup, 2 mati
8. VII 0,28 0 2 1 0 2 hidup, 3 mati

Dari hasil uji kisaran dapat diketahui bahwa:


Nilai ambang batas bawah (N) = 0,04 ml
Nilai ambang batas atas (n) = 0,16 ml

Tabel 2. Uji Toksisitas Insektisida pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Konsen 30 3 6 8 Ket
No. Kelompok Tingkah Laku Ikan
Trasi Menit Jam Jam Jam (Hidup)
1. Kontrol 0 0 0 0 0 10 Normal
2. I 0,04 0 3 5 2 0 Lompat Lompat
Pernafasan mulai
3. II 0,01 0 0 5 0 5
lambat
Renang tidak
4. III 0,004 0 0 0 0 10
seimbang
Renang tidak
5. IV 0,001 0 0 0 1 9
seimbang
Renang tidak
6. V 0,0003 0 0 1 3 6
seimbang
Renang tidak
7. VI 0,0001 0 3 3 5 0
seimbang
Renang tidak
8. VII 0,00003 0 4 4 2 0
seimbang
7

Perhitungan: 4. Log = K (log d - log c)


1. Log = K (log a-log n)
-0,60 = 1,12 log d – 2,65

Log = 1,12 (log a-log 0,16) Log d =

-0,60 = 1,12 log a – 1,12 (- Log d = -2,90


0,79) d = 0,001
-0,60 = 1,12 log a + 0,88

Log a = 5. Log = K (log e - log d)

Log a = -1,32 -0,60 = 1,12 log e + 3,24


a = 0,04
Log e =

Log e = -3,42
2. Log = K (log b - log a)
e = 0,0003
Log = 1,12 (log a- (-1,32))

-0,60 = 1,12 log a – 1,12 (- 6. Log = K (log f - log e)

1,32) -0,60 = 1,12 log f – 3,83


-0,60 = 1,12 log a + 1,47
Log f =
Log b =
Log f = -3,95
Log b = -1,84 f = 0,0001
b = 0,01

7. Log = K (log g - log f)


3. Log = K (log c - log b)
-0,60 = 1,12 log c + 4,42
-0,60 = 1,12 log c – 2,06
Log g =
Log c =
Log g = -4,48
Log c = -2,37 g = 0,00003
c = 0,004
8

Pembahasan
Penambahan pestisida Deltametrin dengan konsentrasi yang berbeda-beda
terhadap ikan sampel menunjukkan jumlah ikan mati berbeda. Pada konsentrasi
0,04 ml sebanyak 4 ekor mati, konsentrasi 0,08 ml sebanyak 3 ekor, konsentrasi
0,12 ml sebanyak 1 ekor, konsentrasi 0,16 ml sebanyak 2 ekor, konsentrasi 0,2 ml
sebanyak 2 ekor dan konsentrasi 0,28 ml sebanyak 3 ekor ikan mati. Hal ini
menunjukkan tingkat konsentrasi beban racun yang diberikan terhadap air ikan
sampel mempengaruhi kematian ikan tersebut. Hal ini disebabkan tingkat toksik
racun tersebun dalam air akan mempengaruhi respon mortalitas ikan nila. Apabila
konsentrasi tersebut semakin tinggi maka kematian ikan akan semakin cepat. Hal
ini sesuai dengan Nugroho (2004), yang menyatakan bahwa konsentasi suatu
bahan kimia uji yang semakin besar/tinggi maka semakin parah respon/ dampak
yang ditimbulkan. Pada uji toksisitas akuatik, organisme uji dipapar pada bahan
kimia secara tidak langsung dengan mencampurkannya ke dalam air dimana
hewan tersebut hidup hingga dihasilkan konsentrasi uji.
Perlakukan pemberian pestisida dengan bahan aktif Deltametrin dengan
konsentrasi 0,04 ml menyebabkan kematian ikan sebanyak 4 ekor dari 5 ekor
hewan uji sementara pada konsentrasi bahan kimia uji sebesar 0,16 ml hanya
menyebabkan kematian ikan sebanyak 2 ekor dari 5 ekor hewan uji. Hal ini
kemungkinan disebabkan ketidak akuratan dalam pembuatan volume yang akan
disuntikkan ke akuarium uji sehingga menimbulkan ketidak logisan hasil
pengamatan yang seharusnya semakin tinggi konsentrasi makan mortalitas akan
semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan Boateng dkk (2006), yang menyatakan
bahwa ketika ikan terkena Deltametrin, kematian tercatat meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi dan kematian terjadi lebih cepat dalam konsentrasi
yang lebih tinggi. Ketika ikan terkena Deltametrin, mereka menjadi tidak aktif
selama antara 4-6 jam tergantung pada konsentrasi.
Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat diketahui jumlah total ikan mati pada
waktu ke-2 jam setelah diberi pestisida adalah 1 ekor , pada waktu ke-4 jam
sebanyak 8 ekor, pada waktu ke-6 jam sebanyak 6 ekor dan pada waktu ke-8 jam
sebanyak 1 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah total kematian ikan terbesar
pada waktu ke-4 jam setelah ikan diberi Deltametrin. Jumlah ikan mati ini
9

menunjukkan bahwa pestisida tersebut tergolong pestisida yang sangat berbahaya


khususnya bagi biota akuatik yaitu dengan kemampuannya membunuh ikan hanya
dalam waktu 4 jam pada konsentrasi kecil sekalipun. Sehingga penggunaan
pestisida ini sangat perlu diawasi penggunaannya khusunya bagi tanaman yang
kontak langsung dengan perairan. Hal ini sesuai Sandjaja (2014), yang
menyatakan bahwa Deltametrin merupakan pestisida golongan piretroid yang
dapat membunuh serangga melalui kontak langsung ataupun sistemik tetapi
bersifat toksik bagi ikan.
Tabel 2 diatas menjukkan bahwa tingkah laku ikan yang diberi pestisida
membuat tingkah laku ikan berubah seperti ikan melompat-lompat, gerak renang
tidak seimbang, pernapasan terlambat dan sebagian ikan cenderung berkumpul
didasar. Hal ini disebabkan racun yang terdapat pada pestisida tersebut menyerang
ikan mulai dari insang hingga kedarah ikan dan menyebar kesulurh tubuh ikan.
Hal ini akan menyebabkan fisiologis ikan menjadi tidak normal dan kemampuan
renang ikan akan menurun akibat saraf ikan juga diserang oleh racun tersebut. Hal
ini sesuai Rudiyanti dan Ekasari (2009), yang menyatakan bahwa ikan yang
terkena racun bahan pencemar dapat diketahui dengan gerakan hiperaktif,
menggelepar, lumpuhdan kemudian mati.Secaraklinishewanyang terkontaminasi
racun memperlihatkangejala stressditandaidengan menurunnya nafsu makan,
gerakan kurang stabil, dan cenderung berada di dasar.
Pengujian tingkat toksisisitas pestisida Deltametrin yang dilakukan pada
praktikum ini menunjukkan bahwa konsentrasi Deltametrin yang masih tergolong
aman bagi ikan adalah 0,0003 ml/liter air. Hal ini sesuai dengan tabel 2 yang
menunjukkan bahwa pemberian Deltametrin sebanyak 0,004 ml kedalam
akuarium uji tidak menyebabkan kematian ikan uji. Sehingga penggunaan
pestisida tersebut dalam dunia pertanian khususnya yang berinteraksi dengan
perairan sebaiknya tidak melebihi konsetrasi tersebut. Hal ini sesuai Nugroho
(2004), yang menyatakan bahwa uji toksisitasdirancang untukmengevaluasi
toksisitas relatif dari suatu bahan kimia terhadaporganisme perairan tertentu dalam
suatu pemaparan jangka pendek terhadap berbagai konsentrasi bahan kimia uji.
Data yang diperoleh dalam uji toksisitas memungkinkan peneliti
untukmenentukan konsentrasi tanpa menyebabkan ikan terganggu.
10

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Toksisitas akut merupakan derajat efek suatu senyawa yang dapat
mengakibatkan keracunan organisme tertentu dalam waktu singkat (24 jam)
setelah perlakuan dan dapat memberikan informasi tentang waktu kematian,
penyebab kematian, gejala-gejala sebelum kematian, organ yang terkena efek,
dan kemampuan pemulihan dari efek nonlethal.
2. Nilai toksisitas akut pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) menggunakan
insektisida yaitu pada konsentrasi 0.04 menyebabkan ikan mati sebanyak 10
ekor, pada konsentrasi 0.01 ikan mati 5 ekor, pada konsentrasi 0.004 ikan mati
tidak ada, konsentrasi 0.001 ikan mati 1 ekor, konsentrasi 0.0003 ikan mati 4
ekor, konsentrasi 0.0001 10 ekor, dan konsentrasi 0.00003 ikan mati sebanyak
10 ekor.
3. Persentasi mortalitas pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) menggunakan
insektisida Deltametrin yaitu pada konsentrasi 0.04 ikan mati sebanyak 100%,
konsentrasi 0.01 ikan mati 50%, pada konsentrasi 0.004 ikan mati 0%,
konsentrasi 0.001 ikan mati 10%, konsentrasi 0.0003 ikan mati 40%,
konsentrasi 0.0001 100%, dan konsentrasi 0.00003 ikan mati sebanyak 10%.

Saran
Saran untuk praktikum ini adalah agar alat dan bahan praktikum dapat
dilengkapi lagi serta praktikan lebih mempersiapkan diri untuk praktikum
selanjutnya.
11

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, A., D. Prakoso., D. Manggandari dan R. P. Setyorini. 2015. Pengaruh


Pencemaran Pestisida pada Cacing Tanah. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Boateng, J. O., F. K. E. Nunoo., H.R. Dankwa dan M. H. Ocran. 2006. Acute
Toxic Effects of Deltamethrin on Tilapia, Oreochromis niloticus
(Linnaeus, 1758). West Africa Journal of Applied Ecology (WAJAE). 9
(1) : 1-5.
Desratriyanti, R. 2009. Toksisitas Kadmium (Cd) Dan Tembaga (Cu) Terhadap
Perkembangan Embrio-Larva Kerang Hijau (Perna Viridis). [Skripsi].
Institus Pertanian Bogor, Bogor.
Nugroho, A. P. 2004. Ekotoksikologi. Bahan Ajar. Fakultas Biologi. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Rudiyanti, S dan A. D. Ekasari. 2009. Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Mas
(Cyprinus carpio linn) pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Regent 0,3
G. Jurnal Saintek Perikanan. 5(1) : 49 – 54.
Sandjaja, J. D. H. 2014. Pengembangan Metode Analisis Delimetrin dalam
Matriks Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Aplikasinya pada
Asesmen Resiko Delimetrin melalui Asupan Ikan Nila. [Skripsi].
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Sanjaya, Y. 2004. Perbandingan Penggunaan Insektisida dan Sistem Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) terhadap Kelimpahan Plankton. Jurnal Biosmart. 6
(2) : 135-137.
Supriyono, E., P. R. Masak dan P. E. Naiborhu. 2005. Studi Toksisitas Insektisida
terhadap Ikan Nila Oreochromis sp. Jurnal Akuakultur Indonesia. 4(2) :
163-170.
Wulandari, W., Sukiya dan Suhandoyo. 2013. Efek Insektisida Decis terhadap
Mortalitas dan Struktur Histologis Insang Ikan Nila Merah “Lokal
Cangkringan”. Jurnal Sain Veteriner. 3(2).

Anda mungkin juga menyukai