Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PRAKTIKUM

EKOTOKSIKOLOGI LAUT

Disusun oleh:

Tim Pengajar Matakuliah Ekotoksikologi Laut

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA

September 2017
IDENTITAS UMUM
Nama Mata Kuliah : Ekotoksikologi Laut
Kode : PILI1303
Bobot SKS : 3 (2-1)
Program Studi : Ilmu Kelautan
Tim Pengajar :
Dr.Sc. Widiastuti
I Nyoman Giri Putra, M.Si

DESKRIPSI MATA KULIAH


Mata Kuliah (MK) Ekotoksikologi Laut adalah MK pilihan Program Studi (PS) Ilmu
Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, yang berisi pokok-
pokok bahasan mengenai; sumber, sifat serta pengaruh bahan-bahan toksik
terhadap biota laut melalui pendekatan tentang absorpsi, distribusi ekskresi,
biotransformasi, metabolism serta transformasi fisika dan kimia. Untuk mendukung
pemahaman pokok-pokok bahasan tersebut, MK Ekotoksikologi Laut didukung
dengan praktikum lapangan dan praktikum laboratorium.

KOMPETENSI
Setelah mengikuti perkuliahan MK Ekotoksikologi Laut mahasiswa PS Ilmu Kelautan,
Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, akan dapat memahami
aspek-aspek kehidupan dan ancaman terhadap biota laut dari berbagai toksikan.

Topik Praktikum: Uji Toksisitas Methylene Blue Dengan Metode Brine Shrimp
Lethality Test
Tempat :
Praktikum laboratorium: Laboratorium Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan,
Universitas Udayana
Waktu : 1 x 170 menit

1.1 Pendahuluan
1.1.1 Toksisitas
Uji toksisitas pada hewan adalah komponen yang wajib digunakan untuk
penelitian ekotoksisitas. Uji toksisitas akut hewan perairan berbeda dengan uji
toksisitas pada hewan darat. Pengujian toksisitas pada hewan darat memiliki
beberapa undang-undang resmi. Hal ini berbeda dengan hewan perairan yang tidak
memiliki undang-undang resmi yang mengatur tentang penggunaan sampel hewan
percobaan (Lammer et al. 2009). Daya toksisitas suatu zat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: konsentrasi zat yang masuk ke dalam tubuh, lamanya
konsumsi, umur, spesies, jenis kelamin, kebiasaan makan-makanan tertentu, kondisi
fisik, dan kemampuan jaringan tubuh untuk mengakumulasi logam.
1.1.2 Lethal Concentration (LC50-96 Jam)
Letal 50% dalam waktu pemaparan 96 jam ( LC 50-96 jam) merupakan salah
satu uji toksisitas untuk mengetahui tingkat toksisitas (LC50) Hg ataupun logam
berat lainnya terhadap biota uji. Biota uji yang digunakan akan mengalami
bioakumulasi bahan pencemar yang diberikan, sehingga dapat meracuni biota
uji. Metode yang digunakan dalam uji LC50-96jam ini dibagi menjadi 3 tahapan yaitu uji
pendahuluan bertujuan untuk memper kirakan konsentrasi batas ambang atas dan
ambang bawah LC50, uji toksisitas letal bertujuan untuk menentukan konsentrasi
yang dapat mematikan 50% jumlah ikan, dan uji toksisitas subletal untuk mengetahui
daya toksisikan terhadap organisme yang tidak mematikan (Orsine et al.,2011).
LC50 merupakan indeks statistik yang menunjukkan konsentrasi agen kimia
yang dapat menyebabkan kematian pada 50% dari organisme dalam suatu pupulasi
dengan didefinisikan kondisi eksperimental yang ditetapkan. Penilaian paparan dapat
dilakukan dengan mengukur konsentrasi zat diberikan pada organisme tertentu.
Dalam menetukan konsentrasi letal median (LC50) dari obat-obatan atau pun bahan
kimia lainnya diperkukan adanya pembelajaran mengenai respon dari konsentrasi
dan efek dari konsentrasi toksikologi. Uji toksikologi dilakukan untuk mengetahui efek
dan mengklasifikasikan zat beracun sesuai dengan tingkat konsentrasi yang paling
mematikan (Orsine et al.,2011)
Menurut Rathnamma dan Nagaraju (2013), Lethal Dose (LD) dan Letal
Concentration (LC) diberikan pada organisme terestrial dan konsentrasi yang lebih
dapat mematikan organisme air. Pada beberapa anggota dari setiap populasi
mungkin terbukti menjadi terlalu rentan dan atau mungkin terbukti sangat tahan
terhadap dosis atau konsentrasi toksikan yang mempengaruhi 50% dari populasi di
bawah pertimbangan dinyatakan sebagai LD50 atau nilai-nilai LC50. Hal tersebut
secara statistik dihitung atas dasar persentase diamati kematian di konsentrasi yang
berbeda.

1.2 Tujuan praktikum: menentukan tingkat toksisitas Lethal Concentration (LC50)


methylene blue terhadap mortalitas Artemia salina.

1.3 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Aerator
2. Batang pengaduk
3. Gelas ukur 1000 ml
4. Mikropipet
5. Pipet skala 1 ml
6. Pipet tetes
7. Ember
8. Botol kaca

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Air laut
2. Akuades
3. Methylene blue
4. Kertas saring
5. Telur Artemia Salina

1.4 Prosedur kerja


Acara Praktikum IV: Uji toksisitas
1. Hitung volume air laut sebanyak 1 liter pada gelas ukur lalu tuang ke dalam
ember.
2. Ulangi langkah 1 sampai diperoleh 4 ember dengan volume masing-ember
sebanyak 1 liter air laut.
3. Tambahkan methylene blue pada masing-masing ember sebanyak 10 µl,
100µl, 1000µl (1mL) dan 10000 μl (10 mL) menggunakan mikropipet dan
pipet tetes
4. Aduk sampai methylene blue larut dalam air laut.
5. Ambil sebanyak 10 mL larutan methylene blue dari masing-masing ember lalu
pindahkan ke dalam botol kaca
6. 10 ekor larva A. salina dimasukkan ke dalam masing-masing botol kaca
dengan konsentrasi methylene blue yang berbeda
7. masing-masing botol kaca diletakkan ditempat yang cukup mendapat cahaya
lampu selama 24 jam.
8. Setelah 24 jam dicatat jumlah larva A. salina yang mati pada masing-masing
perlakuan.

Daftar Pustaka

Lamer, E., Carr, G. J. K., Wendler, J. M. Rawlings, Belanger, S. E., Braunbeck, T.


2010. Is the fish embryo toxicity (FET) with the zebrafish (Danio rerio) a
potential alternative for the fish acute toxicity test?. Comparative Biochemistry
and Physiology, Part C. 149. 196-206.
Orsine, J. V. C., da Costa, R. V., da Silva, R. C., Santos, M. D. F. A. M. A., Novaes,
M. R. C. G. 2012. The acute cytotoxicity and lethal concentration (LC50) of
Agaricus sylvaticus through hemolytic activity on human erythrocyte. 
International Journal of Nutrition and Metabolism, 4(1), 19-23.
Rathnamma, V.V., Nagaraju, B. 2013. Median lethal concentrations (LC50) of
Chlorantraniliprole and its effects on behavioral changes in Freshwater Fish
Labeo rohita. International Journal of Public Health Science. 2(4): 137-142.

Anda mungkin juga menyukai