Disusun Oleh:
TAHUN 2021
Nama :
Nim/Kelas :
Kelompok :
Menyetujui, Menyetujui,
Koordinator Asisten Asisten
2
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
1. PENDAHULUAN
jenis dan jumlah limbah yang dihasilkan melebihi daya dukung lingkungan. Limbah
(surfaktan), yaitu anionik, kationik, dan nonionik (Pratiwi et al., 2012). Formalin
adalah nama dagang larutan Formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 % dan
biasanya digunakan sebagai bahan baku industri lem, playwood dan resin,
disinfektan untuk pembersih pada (lantai, kapal, gudang dan pakaian), germisida
dan fungisida pada tanaman sayuran, serta pembasmi hewan seperti lalat dan
serangga lainnya (Aprilianti et al., 2007). Klorin (Cl2) termasuk senyawa klor
merupakan unsur yang sering dijumpai dalam bentuk terikat dengan unsur atau
buruk bagi kesehatan. Sebagai desinfektan, sisa klor dalam penyediaan air sengaja
dipelihara, tetapi dalam konsentrasi yang berlebih klor ini dapat terikat pada
3
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
dikenal sebagai senyawa karsinogenik, yang mana juga beberapa benda seperti
peralatan rumah tangga, alat-alat kesehatan, kertas, obat dan produk farmasi,
pendingin, semprotan pembersih, pelarut, dan berbagai produk lainnya yang kita
air dan pertumbuhan ikan. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor menurut
Effendi (2003), yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam umumnya adalah
faktor yang sukar dikontrol seperti sifat genetik, umur, dan jenis kelamin, sedangkan
konsentrasi tinggi dapat membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang
mengkonsumsi biota tersebut. Untuk mengetahui efek zat pencemar terhadap biota
dalam suatu perairan, perlu dilakukan suatu uji toksisitas zat pencemar terhadap
biota yang ada. Salah satu biota yang dapat digunakan untuk uji toksisitas adalah
ikan, dengan syarat harus mempunyai kepekaan tinggi; memenuhi syarat umur,
berat dan panjang, serta sesuai dengan ikan yang hidup diperairan yang tercemar.
toksikan dan durasi pemaparan yang dapat menimbulkan efek toksik pada jaringan
biologis yang dimiliki oleh organisme yang terjangkit. Uji toksisitas dilakukan dalam
bentuk Lethal Concentration (LC50). LC50 merupakan suatu nilai yang menunjukkan
50% dari total organisme yang diuji cobakan, dimana nilai kematian 50% per hari
(LC50 dalam unit waktu) ditentukan dengan menggunakan persamaan regresi antara
log konsentrasi dan mortalitas (%) (Atmoko dan Ma’ruf, 2009). Sehingga pada
4
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
praktikum kali ini dilakukan uji toksisitas beberapa jenis limbah terhadap beberapa
jenis ikan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui toksisitas dari limbah
detergen, formalin, klorin, serta pengaruhnya terhadap kualitas air, tingkah laku dan
5
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
2. TINJAUAN PUSTAKA
merugikan atas sistem biologi. Ruang lingkup toksikologi dibagi menjadi 3 yaitu, 1)
disengaja dan tak disengaja. Peristiwa pemejanan zat kimia dalam sistem biologi
melalui tiga proses yaitu absorbsi, distribusi, dan eliminasi (Sulistyowati, 2008).
Toksisitas suatu bahan toksik ditentukan oleh dosis atau konsentrasi, lama pejanan,
sifat senyawa, umur, jenis kelamin, dan faktor-faktor lingkungan. Dalam lingkungan
perairan, pengambilan pestisida oleh biota air melalui penelanan makan yang
dan penyerapan langsung dari sedimen. Uji toksisitas bertujuan untuk mengukur
derajat efek toksik suatu senyawa dalam waktu tertentu setelah pemberian dosis
tertentu pada makhluk hidup. Uji toksikologi dibagi menjadi 3 katagori berdasarkan
efek lamanya pejanan, yaitu uji toksisitas akut, uji toksisitas jangka pendek (sub
akut/sub kronis), dan uji toksisitas jangka panjang (kronis). Akut merupakan efek
yang muncul dari suatu toksikan dalam waktu yang cepat dan muncul secara
mendadak, atau langsung setelah terpejan. Kronis merupakan efek toksikan yang
bersifat menahun dan berlangsung dalam jangka waktu lama. Uji toksisitas akut
6
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan dosis letal median (LD50 dan
LD50 (Lethal Dose-50), didefinisikan sebagai dosis tunggal suatu bahan yang
secara statistik diharapkan akan membunuh 50% hewan uji dalam jangka waktu 24
jam (Dinatha 2010). Penentuan LD50 dilakukan dengan memberikan zat kimia yang
sedang diuji sebanyak satu kali dalam jangka waktu 24 jam (Budijanto et al., 2008).
dalam air yang dapat membunuh hewan percobaan sebanyak 50% dalam waktu
tertentu. Semakin kecil nilai LC50, maka semakin besar sifat toksik yang ditimbulkan
dalam ISSN 1979-2409 ditunjukkan dalam Tabel 1. Klasifikasi toksisitas zat kimia
berdasarkan LD50.
7
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
2.3 Detergen
lingkungan. Salah satu komponennya yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan
berasal dari deterjen karena manusia pasti menggunakan deterjen hampir di setiap
Detergen merupakan garam natrium dari asam sulfonat (Megawati et al., 2015).
Deterjen pada umumnya tersusun atas tiga komponen utama yaitu buliders, bahan
aditif dan surfaktan. Komponen terbesar dari deterjen yaitu builders, berkisar 70-
80%, bahan aditif relatif sedikit yaitu sekitar 2-8% dan surfaktan yang berkisar 20-
Zat yang bersifat toksikan bagi biota perairan yang ada di dalam deterjen
adalah surfaktan. Surfaktan diabsorpsi oleh ikan melalui organ pernafasan dan
pencernaannya. Surfaktan yang larut dalam air masuk ke dalam mulut ikan, lalu
oleh insang dan kemudian dialirkan keseluruh tubuh melalui sistem transportasi
tubuh ikan, begitu pula pada sistem pencernaannya. Surfaktan mendenaturasi lipid
yang ada pada membran sel pada sel-sel darah ikan sehingga sel-sel darahnya
rusak. Khususnya pada sel darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen dan
8
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
2.4 Formalin
rumus kimia CH2O, dan merupakan larutan fomaldehida yang tersaturasi dalam air
dengan kadar sebesar 37%. Dalam bentuk padat formaldehida dikenal dengan
sedangkan proses penciptaan dalam skala industri, formalin dibuat dari oksidasi
berat molekul sekitar 30 g/mol, berat jenis 1,05-1,12 g/mL dan memiliki daya
kelarutan dalam air 100 g/100mL pada suhu 20oC. Hasil penguapan dari formalin
bersifat toksik untuk kesehatan. Formalin dalam rentang dosis tertentu berfungsi
dengan baik utamanya sebagai desinfektan dan biosida, namun pada dosis yang
melebihi batas normal formalin dapat menimbulkan efek toksik di dalam tubuh
2.5 Klorin
pembuatan produk dalam industri atau sebagai desinfektan pada produksi air bersih.
Klorin adalah salah satu unsur yang ada di bumi dan jarang dijumpai dalam
bentuk bebas, memiliki rumus kimia Cl2. Pada umumnya klorin dijumpai dalam
bentuk terikat dengan unsur atau senyawa lain membentuk garam natrium klorida
9
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
(NaCl) atau dalam bentuk ion klorida di air laut. Klorin memiliki ciri dalam suhu
kamar berbentuk gas, termasuk golongan halogen (Golongan VII), sangat reaktif dan
merupakan oksidator kuat yang mudah bereaksi dengan berbagai unsur lain,
berbentuk cair pada suhu -34oC dan berbentuk padatan kristal kekuningan pada
Dua jenis reaksi yang terjadi jika klorin dibubuhkan kedalam air menurut
Fuadi (2012), yaitu hidrolisi dan ionisasi. Reaksi hidrolisi yang terjadi adalah:
HOCl OCL- + H+
2.6 Kualitas Perairan
dua faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam umumnya adalah faktor
yang sukar dikontrol seperti sifat genetik, umur, dan jenis kelamin, sedangkan faktor
2.6.1 Suhu
ikan dan dapat mempengaruhi aktivitas penting pada ikan seperti pernafasan,
pertumbuhan, reproduksi, dan selera makan. Suhu optimal untuk ikan air tawar
berkisar antara 25 - 30 °C. Suhu air akan mempengaruhi kehidupan ikan, suhu
mematikan (lethal) berkisar antara 10 - 11ºC selama beberapa hari. Suhu dibawah
16 - 17ºC akan menurunkan nafsu makan ikan, serta suhu dibawah 21ºC akan
10
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
memudahkan terjadinya serangan penyakit. Suhu yang optimal untuk budidaya ikan
2.6.2 pH
hewan mikrobenthos akan menurun. Sedangkan jika nilai pH di bawah 6 maka dapat
pertumbuhan ikan melambat., pH yang sesuai untuk hidup dan tumbuh dengan baik
pada ikan budidaya menurut Fazil (2013) adalah kisaran 7 - 8. Nilai pH mempunyai
dipakai sebagai salah satu komponen untuk menyatakan baik buruknya sesuatu
perairan.
Budidaya ikan dengan pemberian makanan dalam jumlah yang cukup dan
keadaan ini berkaitan langsung dengan jumlah atau dosis makanan yang diberikan
pada ikan, agar dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal dengan dosis
pakan yang optimal. Pemberian pakan yang berlebihan dan tidak dimanfaatkan oleh
ikan pasti akan menghasilkan sisa–sisa pakan yang tidak dimakan oleh ikan dan
dapat berpengaruh terhadap metabolisme ikan, karena sisa–sisa pakan yang tidak
dimanfaatkan dapat menjadi sumber polusi media pemeliharan ikan Toksikan yang
mencemari perairan dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan pada ikan. Hal ini
11
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
dikarenakan insang pada ikan mulai tertutupi lendir yang disebabkan oleh bahan
merubah tingkah laku ikan yang semula tenang diperairan menjadi stress dan
Perubahan tingkah laku dapat dilihat mulai awal pendedehan. Ketika media
air mulai diberi limbah cair, ikan-ikan bergerak menghindari limbah cair. Gejala
seperti ini merupakan reaksi menghindar ikan terhadap kualitas air yang memburuk
Kematian ikan pada selang waktu 24 jam rata-rata terjadi secara mendadak,
kemudian ikan tergeletak di dasar akuarium. Hal ini merupakan akibat ketidak
perubahan kondisi fisik air akibat pendedahan bahan toksik dapat mengganggu
yang tidak teratur juga menunjukkan bahwa pusat kontrol keseimbangan mulai
terganggu, sehingga pada selang waktu 48 jam– 76 jam kematian ikan rata-rata
ikan mati yaitu ikan bergerak tidak teratur dengan posisi tubuh yang tidak seimbang,
12
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
3. METODOLOGI
13
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
Persiapkan ikan lele dan ikan mas pada tiap perlakuan dalam aquarium
Hasil
Contoh :
Dalam 8 L air dimasukkan toksikan sebanyak 300 ppm berapakah gram toksikan
yang dibutuhkan ?
Jawab :
1 ppm = 1 mg/L = 2.4 g/ 8 L
dalam 8 L air
= 300 mg x 8/ 8 L
= 2400 mg/8 L
14
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
4. PEMBAHASAN
15
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
16
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
17
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
18
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
19
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M.Y. 2016. Pertumbuhan dan survival rate ikan nila (Oreochromis sp.) strain
merah dan strain hitam yang dipelihara pada media bersalinitas. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. 16 (1): 159-166.
Atmoko, T. dan A. Ma'ruf. 2009. Uji toksisitas dan skrining fitokimia ekstrak
tumbuhan sumber pakan orangutan terhadap larva (Artemia salina L.).
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 6(1): 37-45.
Cita, D. W. dan R. Adriyani. 2013. Kualitas air dan keluhan kesehatan pengguna
kolam renang di sidoarjo. J. Kesehatan Lingkungan. 7(1): 26-31.
Dewi, N.K. (2004). Penurunan derajat toksisitas kadmium terhadap ikan bandeng
(Chanos chanos Forskal) menggunakan eceng gondok (Eichhornia
crassipes Mart.) dan fenomena transpornya. Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Dinatha, R.B. 2010. LD50 Toksin Ubur0Ubur (Physalia physalis) pada Mencit Jantan
Galur Balb-C. Skripsi. Fakultas Kedokteran : Universitas Jember
Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan
perairan. Kanisius: Yogyakarta.
Fazil, M. A., S. Adhar, R. Ezraneti. 2017. Efektivitas penggunaan ijuk, jerami padi
dan ampas tebu sebagai filter air pada pemeliharaan ikan mas koki
(Carassius auratus) . Acta Aquatica. 4 (1): 37-43.
20
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
Megawati, I.A., A. Zulfikar., W.R. Melani. 2015. Detergent toxicity test on tilapia
(Oreochromis niloticus). FIKP: UMRAH.
Nuha, A. U., F. P. Martin, I. Mubarok. 2016. Toksisitas letal akut limbah cair tenun
troso terhadap ikan mas (Cyprinus carpio L.). Life Science. 5 (1): 1-8.
Pratiwi, Y., S. Sunarsih dan W.F. Windi. 2012. Uji Toksisitas Limbah Cair Laundry
sebelum dan sesudah diolah dengan Tawas dan Karbonaktif terhadap
Bioindikator (Cyprinus carpio L.). Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains
dan Teknologi III:A300.
Rifa’i, M. 2013. Kajian adsorpsi Linear Alkyl Benzene Sulphonate (LAS) dengan
bentonit alam. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Rumampuk, N. D., S. Tilaar dan S. Wullur. 2010. Median lethal concentration (LD50)
insektisida diklorometan pada nener bandeng (Chanos chanos fork). J.
Perikanan dan kelautan 6(2): 87-91.
21
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
22
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
LAMPIRAN
23
Biotoksikologi Hasil Perikanan 2021
NAMA-NAMA ASISTEN
24