Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN AIR

Kelompok : 8

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2023
LEMBAR PENANGGUNGJAWAB

PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

TOPIK 4

“Pengaruh Detergen pada Konsumsi Oksigen Ikan Nila”

Kelompok: 8
Asisten: Zane Clara Nurmalia

Anggota Kelompok:

Aditya Putra 225080107111070 Syarat tinjau pustaka


Hendratama

Raina Ulya 225080107111072 Syarat tinjau pustaka


Sukmawangsa

Agung Biantoro Joko 225080107111074 Pembahasan


Panjalu

Rosania Syahda Nabila 225080107111076 Pendahuluan

Muhammad Narendra 225080107111078 Pembahasan


Adi Prabowo

Rizky Afrid Ardhanes 225080107111080 penutup

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Praktikum Koordinator Praktikum

Ekwan Nofa Wiratno. S,Si. M,Si Silvia Sulistyaningsih


NIP 198911132019031008 NIM 205080100111045
Tanggal : xxxx Tanggal : xxxx
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan

konsumsi yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan karena

mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dan mempunyai nilai komoditas

penting dalam kegiatan usaha budidaya ikan air tawar. Selain itu, ikan nila juga

dikenal memiliki kemampuan yang baik dalam beradaptasi dan pertumbuhannya

yang cepat. Insang merupakan organ respirasi pada ikan. Selain fungsinya

dalam pertukaran gas, insang juga berfungsi sebagai pengatur pertukaran garam

dan air, pengeluaran limbah-limbah yang mengandung nitrogen. Insang terletak

di luar dan berhubungan langsung dengan air sebagai media hidup ikan, maka

organ inilah yang pertama kali mendapat pengaruh apabila lingkungan air

tercemar baik oleh pencemar yang terlarut maupun yang tersuspensi (Solikhah

dan Widyaningrum, 2015). Pada kondisi suhu optimal, ikan nila dapat menjaga

metabolisme pada tingkatan yang lebih konstan untuk efisiensi proses

metabolisme dan bertahan hidup sampai kondisi oksigen terlarut yang lebih

rendah (Prakoso dan Chang, 2018). Kualitas lingkungan perairan memiliki peran

penting terhadap kondisi kesehatan organ pernafasan ikan nila.

Salah satu penyebab penurunan kualitas lingkungan adalah pencemaran

air, dimana air yang kita pergunakan setiap harinya tidak lepas dari

pengaruh pencemaran yang diakibatkan oleh ulah manusia. Beberapa

bahan pencemar seperti bahan mikrobiologi (bakteri, virus, parasit),

bahan organic yang terakumulasi surfaktan (pestisida, deterjen),

beberapa bahan inorganik (garam, asam, logam) serta bahan kimia


lainnya sudah banyak ditemukan dalam air yang kita pergunakan

(Rachmi, 2020). Detergen adalah senyawa xenobiotik yang tersusun atas

beberapa komponen dengan bahan aktif surfaktan, yang digunakan

dalam kegiatan industri dan rumah tangga sebagai bahan pencuci atau

pembersih kotoran. Sebagian besar detergen sintetis tergolong ke dalam

polutan yang persisten dan bersifat iritan. Detergen mengkontaminasi

badan air melalui aliran permukaan (surface run-off), perbuangan parit,

dan pembuangan secara langsung ke sungai atau badan air lainnya.

Bahan yang terkandung dalam deterjen dapat berkontak langsung dan

masuk ke dalam tubuh ikan melalui makanan dan air (mekanisme

respirasi dan osmoregulasi). Zat toksik yang terserap dapat berinteraksi

dengan membran sel dan enzim sehingga menyebabkan iritasi serta

disfungsi jaringan dan organ ikan (Putri et al., 2022).

Pengelolaan limbah sangat penting bagi keberlangsungan kualitas

lingkungan hidup yang sehat. Hal ini tidak terlepas dari kegiatan manusia

sehari-hari yang hampir setiap harinya menghasilkan limbah bagi

lingkungan. Ikan nila mempunyai kemampuan beradaptasi dan

pertumbuhannya yang cepat namun untuk mencapai kualitas produksi

ikan yang baik diperlukan kualitas air yang baik. Detergen merupakan zat

toksik yang berbahaya bagi organisme seperti ikan nila. Konsumsi

oksigen terlarut akan berpengaruh apabila organisme terus terpapar

detergen yang nantinya akan berujung pada kematian.


1.2 Perumusan Masalah

Apa yang terjadi pada konsumsi oksigen terlarut serta kondisi ikan

nila setelah terpapar detergen di perairan?

1.3 Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh

detergen pada konsumsi oksigen terlarut ikan nila di perairan.

1.4 Kegunaan

Pengelolaan limbah deterjen bisa dilakukan secara lebih bijak lagi

karena dampak detergen sendiri dengan sifat toksik di perairan mampu

mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen terlarut pada ikan nila sehingga

hal itu juga berdampak buruk bagi kehidupan organisme perairan lainnya.

1.5 Tempat dan Waktu

Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Perikanan Air Tawar Universitas

Brawijaya, Sumberpasir, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa

Timur.

Waktu Pelaksanaan : Minggu, 21 Mei 2023


2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Detergen

Menurut Handayani (2020), deterjen merupakan salah satu kebutuhan

pokok bagi rumah tangga. Mencuci dengan menggunakan deterjen merupakan

satu hal yang sering dilakukan oleh ibu rumah tangga. Limbah deterjen industri

laundry ini akan menyebabkan turunnya kualitas bahan baku mutu perairan. Hal

ini mengakibatkan terjadinya penurunan keanekaragaman biota air salah satunya

kematian beberapa spesies ikan yang berada di ekosistem perairan. Deterjen

dengan bahan bahan aktifnya mempunyai sifat toksik dan mempunyai efek akut

pada ikan, sedangkan pada konsentrasi rendah secara kronis dapat

menimbulkan pengaruh terhadap organ tubuh yaitu hati dan insang.

Menurut Sahetapy dan Borut (2018), Deterjen merupakan gabungan dari

berbagai senyawa dimana komponen utama dari gabungan tersebut adalah

surface active agents atau surfaktan zat aktif yang menyebabkan turunya

permukaan tegangan permukaan cairan, khususnya air. Deterjen bubuk dan cair

yang sedang marak saat ini ada 2 jenis yaitu deterjen cair yang mengandung

bahan aktif Alkyl Benzene Sulphonate (ABS), dan bubuk mengandung bahan

aktif linear alkyl sulphonate (LAS) inovasi manusia terbaru saat ini, yang

merupakan deterjen anionik membawa membawa muatan negatif sehinggah

bereaksi dengan ion bermuatan positif pada air, yang tergolong keras. Deterjen

tersebut sukar diurai oleh mikro organisme (non biodegradable) sehingga dapat

menimbulkan pencemaran lingkungan. Sehingga ketika limbah hasil cucian yang

mengandung deterjen langsung dibuang ke badan air, maka muncul buih yang

dapat mengganggu mutu air, menggangu ekosistem yang ada dalam badan air,

serta menimbulkan kerusakan air tanah. lingkungan perairan yang tercemar


limbah deterjen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan

membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota

tersebut (Siswoyo, 2016).

2.2 Respon Pernapasan

Insang merupakan organ respirasi utama pada ikan, bekerja dengan

mekanisme difusi permukaan dari gas-gas respirasi (oksigen dan

karbondioksida) antara darah dan air. Ikan bernapas menggunakan insang yang

terletak pada sisi kiri dan kanan kepala. Masing-masing memiliki empat buah

insang yang ditutupi oleh tutup insang. Insang adalah organ utama untuk

respirasi pada sebagian besar ikan (Lefevre et al., 2014). Insang pada ikan

umumnya memiliki struktur histologi, yang terdiri dari lengkung insang dan

filamen insang. Lengkung insang terdiri atas gerigi insang (gill rakers), epitel

mukosa, membran basal, submukosa, tulang, jaringan lemak, dan pembuluh

darah. Sedangkan pada filamen insang terdiri atas lamela primer yang

disepanjangnya terdapat lamela sekunder. Fungsi dari lamela sekunder inilah

yang mampu menjadi alat pengambilan oksigen dalam air. Proses pernapasan

pada ikan yaitu dengan membuka dan menutup mulut secara bergantian, serta

dengan membuka dan menutup tutup insang. Saat mulut terbuka, air masuk ke

rongga mulut, sementara itu tutup insang menutup. Oksigen yang terlarut dalam

air masuk berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah yang terletak di dalam

insang. Kemudian saat waktu menutup, tutup insang akan membuka dan air dari

rongga mulut akan keluar melalui insang. Selain itu, karbon dioksida juga

dikeluarkan bersamaan pada saat keluarnya air melalui insang (Purnamasari dan

Santi, 2017).
Menurut Setiawan, et al. (2020), bahwa pengaruh zat toksik terhadap ikan

menyebabkan morfologi insang berubah dan menyebabkan kematian dalam

periode panjang. Selain itu, zat toksik dapat merusak fungsi respirasi dari insang

sehingga proses metabolisme dalam tubuh terganggu. Zat toksik berupa deterjen

yang bereaksi dengan air akan menimbulkan busa pada bagian permukaan air

sehingga secara langsung menghambat proses difusi udara bebas ke dalam

media air. Hal ini berdampak pada menipisnya persediaan oksigen terlarut dalam

air sehingga ikan kesulitan bernapas dan berdampak terhadap peningkatan

frekuensi bukaan operkulum. Hal ini akan mengganggu proses respirasi dan

berlanjut pada kematian ikan, yang dibuktikan dengan kematian ikan-ikan

dengan posisi tutup insang (operkulum) yang terbuka bahkan sampai

mengeluarkan darah pada bagian insang (Sahetapy dan Borut, 2018)

2.3 DO

Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang

berasal dari fotosintesis dan absorpsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut diperairan

sangat berperan dalam proses penyebapan makanan oleh makhluk hidup dalam

air. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik, jika kadar

oksigen terlarut terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat

degradasi anaerobik yang munkin terjadi (Vandra B dkk, 2016). Oksigen terlarut

digunakan mengukur kualitas kebesihan air. Kadar DO antara titik lokasi yang

satu dengan titik lokasi lain bisa berbeda baku mutu kandungan DO disungai

adalah 6 mg/l (Prahutama A dkk, 2013) tersedianya oksigen terlarut di dalam air

sangat menentukan kehidupan diperairan tersebut. Tingkat oksigen tersebut

yang rendah dapat mempengaruhi fungsi dan pertumbuhan yang lambat, bahkan

dapat menyebabkan kematian bagi hewan diperairan.


2.4 IKAN NILA

Ikan nila (Oreochromis niloticus) digolongkan jenis ikan yang euryhaline

berdasarkan cara hidupnya, yaitu ikan yang mampu hidup pada toleransi

salinitas yang cukup tinggi sehingga penyebarannya pun cukup luas yaitu

meliputi sungai, danau, waduk, rawa-rawa, dan juga air payau. Penyebaran

habitat yang cukup luas dan toleransi yang luas terhadap salinitas tentunya

mampu mempengaruhi proses fisiologis dalam tubuh ikan nila (Sobirin,

Soegianto, & Irawan, 2014). Perubahan tersebut yaitu meliputi gangguan

pertumbuhan, produktivitas dan semua aktivitas, dimana hal tersebut adalah

akibat dari mekanisme hemeostasis dalam tubuh yang terganggu (Khairunnisa,

Sofyan, & Abidin, 2019).

Pertumbuhan merupakan suatu proses pertambahan panjang dan juga

berat dari suatu organisme yang mampu dilihat dari perubahan ukuran panjang

dan berat dalam satuan waktu. Kualitas dan kuantitas pakan mempengaruhi

pertumbuhan ikan nila, selain itu umur dan kualitas air juga mampu

mempengaruhi pertumbuhannya (Mulqan, Afdhal, Rahimi, & Dewiyanti, 2017).

Konversi pakan dan efisiensi pakan merupakan indikator untuk menentukan

efektifitas pakan. Konversi pakan dapat diartikan sebagai kemampuan spesies

akuakultur mengubah pakan menjadi daging. Nilai konversi pakan menunjukkan

bahwa sejauh mana makanan efisien dimanfaatkan oleh ikan (Amalia, Amrullah,

& Suriati, 2018). Dimana nilai rasio konversi pakan dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu meliputi kepadatan, berat dari setiap individu, umur

kelompok hewan, suhu air dan cara pemberian pakan (kualitas, jumlah dan

frekuensi pemberian pakan). Besar atau kecilnya dari nilai rasio konversi pakan
diduga karena penyerapan nutrisi yang berbeda dari setiap spesies bahkan

umur, ukuran dan jumlah ikan uji. Nilai rasio konversi pakan juga dipengaruhi

oleh protein yang terkandung dalam pakan. Salah satu faktor pendukung dalam

keberhasilan budidaya ikan nila adalah pertumbuhan ikan yang menunjang pada

ketersediaan pakan. pertambahan perubahan pertumbuhan beratatauisi waktu.

sesuai Pertumbuhan adalah dengan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal. Faktor ekstern alantara lain ketersediaan makanan bagikan dan

kondisi lingkungan perairan. Pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari

suatu proses metabolisme pakan yang diakhiri dengan penyususnan unsur-unsur

tubuh. Tidak semua pakan yang dimakan oleh ikan digunakan untuk

pertumbuhan. Sebagian besar energi dari pakan digunakan untuk pemeliharaan

tubuh.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Demikian hasil pengamatan dalam bentuk tabel :

Tabel 1. Konsumsi O2 Ikan nila tanpa perlaukuan detergen (kontrol)

No Perlakuan Bobot DO awal DO akhir Konsum


Ikan Ikan (g) (mg/l) (mg/l) si (mg/l)

1 Tanpa 65 g 10 mg/l 9,2 mg/l 0,8 mg/l


Detergen
(kontrol)

2 Detergen 67 g 9,5 mg/l 9,2 mg/l 0,3 mg/l


Sebanyak
200ppm

3 Detergen 62 g 9,4 mg/l 9,1 mg/l 0,3 mg/l


Sebanyak
400ppm

Pada praktikum yang dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2023 jam 07.30,

didapatkan hasil dari topik 4 adalah ikan nila pada wadah kontrol yaitu tanpa

ditambahkan detergen dengan bobot 65 g. Pada wadah dua didapatkan ikan

yang diberi detergen sebanyak 200 ppm dengan berat 67 g. Pada wadah ketiga

didapatkan ikan yang diberi detergen sebayak 400 ppm dengan berat ikan

palimg ringan 62 g. Kemudian dapat dilhat juga pada tabel 1 konsumsi akhir

oksigen yang didapat dari pegurangan do awal dan do akhir sebesar 0,8 mg/l.

kemudian pada wada kedua dan ketiga didapatkan hasil do akhir yang sama
yaitu sekitar 0,3 mg/l. Bsa dilihat juga terdapa perbedaan do awal antara wadah

ikan yang diberi detergen dengan yang tidak diberi detergen.

Pengaruh pemberian detergen terhadap mortalitas ikan nila dengan

berbagai tingkatan konsentrasi memiliki perbedaan data yang berbeda antara

satu dengan lainnya. Pada tabel di atas menunjukkan bahwa ada penurunan DO

akhir. Hal ini karena pengaruh dari detergen yang menyebabkan penurunan

transfer oksigen terlarut sehingga terjadi penurunan DO (Yuliani et al). Detergen

yang semakin meningkat akan berdampak negatif terhadap akumulasi surfaktan

pada badan-badan perairan, sehingga menimbulkan masalah terhambatnya

transfer oksigen, dan lain-lain (Yuliani et al) . Pengaruh detergen terhadap

mortalitas ikan nila memiliki pengaruh dan perbedaan yang nyata pada setiap

konsentrasi ppmnya (Yuliani et al) . Semakin tinggi konsentrasi detergen akan

semakin tinggi kematian ikan nila (Kusrini). kematian pada ikan bisa terjadi

karena konsentrasi deterjen telah melampaui batas normal sehingga ikan nila

yang diuji mengalami gangguan dalam menyerap oksigen dalam air. Penyebab

kematian ikan adalah karena kerusakan ephitelium insang dan akibat

penyumbatan saluran-saluran branchiola sehingga pertukaran gas terganggu

sehingga ikan lama kelamaan mati lemas (Wulansari dan Ardiansyah). Selain itu,

kematian ikan nila yang diuji tersebut disebabkan karena zat toksikan (deterjen)

yang terserap ke dalam tubuh ikan berinteraksi dengan membran sel dan enzim,

dengan demikian kerja enzim terhambat atau terjadi transmisi selektif ion-ion

melalui membran sel (Wulansari dan Ardiansyah).

Bisa disimpulkan sesuai hasil bahwa terdapat penurunan DO akhir. Hal ini

karena pengaruh dari detergen yang menyebabkan penurunan transfer oksigen

terlarut sehingga terjadi penurunan DO (Yuliani et al). Didapatkan juga hasil akhir

konsumsi akhir oksigen berbeda jauh antara wadah ikan yang diberi detergen
dan juga yang tidak diberi detergen.Faktor yang mempengaruhi perubahan

konsumsi oksigen tersebut yaitu adanya detergen pada suatu perairan akan

menyebabkan oksigen tidak dapat terdifusi ke dalam air dan mengganggu kerja

insang sehingga akan mengganggu proses respirasi pada ikan nila. Pada kondisi

ini dapat juga menyebabkan kematian pada ikan juga disebabkan adanya zat

toksik yang terserap ke dalam tubuh.


4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum Fisiologi Hewan Air 2023 topik 4 mengenai

pengaruh detergen pada konsumsi oksigen ikan nila yang telah dilaksanakan

adalah untuk mengetahui pengaruh detergen terhadap konsumsi ikan nila.

Praktikum dilakukan dengan menyiapkan wadah untuk perlakuan control dan

wadah untuk perlakuan detergen. Masukkan ikan nila ke dalam wadah yang

sudah disiapkan lalu hitung DO awal. Selanjutnya hitung DO Akhir pada air di

dalam wadah. Konsumsi oksigen dapat dihitung dengan cara DO awal dikurangi

DO akhir. Dari percobaan tersebut didapatkan rata-rata hasil pengukuran

konsumsi oksigen pada wadah control sebesar 0,8 Mg/L dan pada wadah yang

telah diberi detergen sebesar 0,3 Mg/L. Hasil data yang diperoleh menunjukkan

bahwa pemberian detergen pada air tempat hidup ikan nila akan mempengaruhi

konsumsi oksigen pada ikan nila. Faktor yang mempengaruhi perubahan

konsumsi oksigen tersebut yaitu adanya detergen pada suatu perairan akan

menyebabkan oksigen tidak dapat terdifusi ke dalam air dan mengganggu kerja

insang sehingga akan mengganggu proses respirasi pada ikan nila. Oleh karena

itu, ikan nila yang berada di dalam air yang telah diberi detergen menjadi lemas

dan bukaan operculumnya cenderung lambat.

4.2 Saran

Saran bagi para pelaksana praktikum Fisiologi Hewan Air untuk

kedepannya yaitu lebih baik dalam penjelasan materi yang disampaikan agar

dapat lebih dimengerti. Ketersediaan penambahan waktu untuk penyusunan

laporan praktikum dan persiapan presentasi hasil praktikum lebih diperhatikan.


Bagi seluruh pelaksana dan praktikan praktikum Fisiologi Hewan Air lebih

memperhatikan kebersihan dalam segala hal yang digunakan di laboratorium.

Pelaksanaan praktikum ini berjalan lancar dengan bantuan tim asisten praktikum

Fisiologi Hewan Air 2023.


DAFTAR PUSTAKA

Vandra, B. (2016). Studi Analisis Kemampuan Self Purification pada Sungai

Progo Ditinjau dari Parameter BOD dan DO. Jurnal Teknik Lingkungan,

5(4), 12-18.

Hafriliza, A., Saidah., Pratiwi, E.I., Sibagariang, S.I.D.2020 POLA

PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) HASIL BUDIDAYA

MASYARAKAT DI DESA BANGUN SARI BARU KECAMATAN

TANJUNG MORAWA

Fransisca. E.N., dan Muhsoni. F,.(2021)LAJU PERTUMBUHAN DAN

KELANGSUNGAN HIDUP IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA

SALINITAS YANG BERBEDA

GROW RATE, FOOD CONVERSION, and LIFE OF TILAPIA (Oreochromis

niloticus) at DIFFERENT SALINITY Vol 2 No 3

Sobirin, M., Soegianto, A., & Irawan, B. (2014). Pengaruh Beberapa Salinitas

Terhadap Osmoregulasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal

Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, 17(2), 46–50.

Putri, V. D. W., Desrina, D., Sarjito, S., & Haditomo, A. H. C. (2022). Pengaruh

Perbedaan Periode Paparan Detergen Terhadap Histopatologi Insang

Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Sains Akuakultur Tropis :

Indonesian Journal of Tropical Aquaculture, 6(2), 255-265.

Rachmi, Z. (2020). Efek Toksisitas Deterjen dan Pestisida terhadap

Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochomis niloticus). Journal of Agricultural and

Tropical Animals Sciences, 1(1), 28–34.


Prakoso, V. A., & Chang, Y. J. (2018). Pengaruh Hipoksia terhadap Konsumsi

Oksigen Pada Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Oseanologi Dan

Limnologi Di Indonesia, 3(2), 165-171.

Solikhah, T., & Widyaningrum, T. (2015). Pengaruh Surfaktan terhadap

Pertumbuhan dan Histopatologi Insang Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)

sebagai Materi Pembelajaran Siswa SMA Kelas X. Jupemasi-Pbio, 1(2),

204–211.
LAMPIRAN

Pengukuran Ikan Pemindahan ikan ke dalam wadah


aklimatisasi

Proses pemasukan perlakuan Pengukuran DO awal dengan DO


detergen sebanyak 400 ppm kedalam Meter
toples dengan Mikropipet
Pengukuran DO akhir dengan DO
Meter setelah ditutup menggunakan
Cling wrape selama 60 menit

Anda mungkin juga menyukai