Anda di halaman 1dari 5

PEMANFAATAN Ideonella sakaiensis SEBAGAI BIODEGREDASI SAMPAH PLASTIK

DI PULAU SANGIANG

Rifda Hayati Nufus (2224160036), Desti Rahmawati (2224160039),


Umaya Tri Anggraini (2224160047), Kevin Agung S (2224160051)
Ilma Fathia Izzati ( 2224160068), Suci Legowo (2224160071), Resti Uta Lifia (2224160108)

Dosen Pembimbing: Dr. Rida Oktorida, M.Si


Tanggal Observasi: 15/05/2016
Pulau Sangiang, Anyer, Banten, Indonesia

Abstrak
Laut merupakan salah satu ekosistem perairan alami yang memiliki peran penting dalam kehidupan
makhluk hidup. Indonesia merupakan salah satu negara terpenting di dunia dengan memiliki
keanekaragaman hayati laut tertinggi. Permasalahan sampah di Indonesia merupakan masalah yang
belum terselesaikan terutama sampah plastik yang mengambang di lautan. Metode observasi dan
study pustaka dilakukan untuk mengetahui realita permasalahan sampah di lautan dan mencari solusi
dalam penguraian sampah plastik tersebut. Berdasarkan analisis pengamatan, wilayah laut
penyeberangan Pulau Sangiang- Anyer tercemar dengan sampah plastik seperti botol, gelas plastik,
kantong plastik dan yang lain. Pencemaran sampah plastik di laut tersebut dapat diatasi melalui
biodegredasi yang dilakukan oleh mikroorganisme Ideonella sakaiensis yang merupakan bakteri
gram negatif aerobik dengan memanfaatkan enzim PETase dan MHETase yang ditemukan oleh Dr
Sushuke Yoshida bersama tim penelitian dari Kyoto Institute of Technology. Bakteri tersebut
mendegradasi plastik dan mengubahnya menjadi monomer yang ramah lingkungan, yaitu asam
terephthalic dan etilen glikol. Ideonella sakaiensis mampu mendegradasi sampah plastik, terutama
botol plastik, hanya dalam waktu 6 minggu.

Kata kunci: Laut, Sampah Plastik, Ideonella sakaiensis, Biodegradasi


. terutama daerah maritim yang disebabkan oleh
1. PENDAHULUAN faktor sampah.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Permasalahan sampah di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara merupakan masalah yang belum terselesaikan
terpenting di dunia dengan memiliki dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka
keanekaragaman hayati laut tertinggi. Di akan mengikuti pula bertambahnya volume
Indonesia terdapat 2500 spesies moluska, 2000 timbunan sampah yang dihasilkan oleh manusia.
spesies krustasea, 6 spesies penyu laut, 30 Komposisi sampah yang dihasilkan dari
mamalia laut, dan lebih dari 2500 spesies ikan aktivitas manusia adalah sampah organik
laut. Bahkan luas ekosistem terumbu karang sebanyak 60-70% dan sisanya adalah sampah
Indonesia diperkirakan mencapai 2,5 juta ha non organik sebanyak 30-40 %, sementara itu
(Miftahudin, et al., 2017 : 93). dari sampah non organik tersebut komposisi
Sebagai negara yang kaya akan laut dan sampah terbesar kedua yaitu sebesar 14% adalah
keanekaragaman yang dimiliki Indonesia banyak sampah plastik (Pramiati, 2016 : 142)
permasalahan yang berhubungan dengan
perusakan keanekaragaman hayati tersebut

1
Artikel Ilmiah – Sampah Laut di Pulau Sangiang_2016
2. LANDASAN TEORI 3. METODOLOGI-LANGKAH KERJA
Laut merupakan salah satu ekosistem
Metode Observasi
perairan alami yang memiliki peran penting
dalam kehidupan makhluk hidup. Bagi manusia, Melakukan pengamatan langsung di
laut menyediakan sumber bahan makanan yang salah satu ekosistem laut di sekitar Pulau
berlimpah, yaitu hewan-hewan laut seperti ikan, Sangiang. Pengamatan dilakukan ketika
cumi-cumi, dan hewan lainnya yang mampu menyeberangai laut dari Pantai Anyer
hingga Pulau Sangiang.
dikonsumsi oleh manusia. Selain sebagai sumber
bahan makanan, lautan juga menyediakan
Metode Study Pustaka
keindahan yang mampu dinikmati oleh manusia,
salah satu contohnya adalah keindahan terumbu Mengumpulkan informasi dan data yang
karangnya. Sedangkan bagi makhluk hidup air diperoleh dari jurnal serta media online
lainnya, lautan dapat menjadi tempat mereka yang berkaitan dengan sampah plastik
untuk dapat hidup dan berkembang biak. dan penanganan sampah plastik.
Plastik adalah salah satu polimer sintetik
atau buatan manusia yang merupakan rantai 4. HASIL DAN ANALISIS
panjang molekul primer. Plastik yang sering A. KONDISI EKOSISTEM LAUT
digunakan adalah polyethylene (PE), Poly Menurut pengamatan yang kami lakukan pada
Ethylen Terephthalete (PET), Polybutylene salah satu ekosistem laut di suatu daerah, kami
Terephthalate (PBT), nylon, Poly-Propylene menemukan fakta bahwa ekosistem laut di sana
(PP), Polystyrene (PS), Polyvynyl Chloride sudah tercemar. Kami dapat melihat hal tersebut
(PVC), dan Polyurethane (PUR). Biodegradasi dari kondisi air lautnya yang terlihat mulai
adalah proses dimana mikroorganisme mampu sedikit keruh dan banyaknya sampah-sampah
mendegradasi atau memecah polimer alam yang mengapung. Melalui tanda-tanda yang
(seperti lignin dan selulosa) dan polimer sintetik muncul tersebut, dapat dinyatakan bahwa
(seperti polietilen dan polistiren). kualitas air laut di daerah tersebut sedikit
Mikroorganisme mendegradasi polietilen dan menurun, karena penurunan kualitas air dapat
poliuretan dengan memanfaatkannya sebagai diakibatkan oleh adanya zat pencemar, baik
sumber karbon untuk pertumbuhan berupa komponen-komponen organik maupun
mikroorganisme (Sriningsih dan Shovitri, 2015 : anorganik (Ika, et al., 2012 : 182).
67). Selain kondisi air laut yang mulai keruh dan
Ideonella sakaiensis adalah bakteri yang terdapat sampah-sampah yang mengapung,
ditemukan oleh beberapa peneliti di kota Sakai, kondisi air laut dari segi lainnya, seperti dari segi
Jepang. Ideonella sakaiensis adalah bakteri gram bau tidak terdapat perubahan. Hal tersebut
negatif, aerobik, memiliki bentuk batang, dan menandakan bahwa kualitas air laut tidak
memiliki flagel yang membuatnya mampu mengalami penurunan secara drastis. Namun,
bergerak. Bakteri ini berada dalam keluarga untuk mencegah penurunan kualitas air laut yang
Comamonadaceae dari kelas Beta 50 semakin meningkat, alangkah baiknya kita
proteobakteri (Tanasupawat, et al., 2016 : 2813 sebagai manusia dapat mengurangi pembuangan
dan 2816). limbah-limbah ke lautan, salah satunya adalah
limbah plastik.

b. Penyebab terjadinya Pencemaran


Ekosistem Laut

2
Artikel Ilmiah – Sampah Laut di Pulau Sangiang_2016
Bertahun-tahun orang tidak peduli dengan Mikroorganisme mendegradasi polietilen dan
pencemaran laut karena volume air laut yang poliuretan dengan memanfaatkannya sebagai
besar, dan kemampuannya mengencerkan segala sumber karbon untuk pertumbuhan
jenis zat asing sehingga hampir tak menimbulkan mikroorganisme (Sriningsih dan Shovitri, 2015 :
dampak sama sekali. Oleh karena itu laut 67).
dianggap sebagai tempat pembuangan limbah. Salah satu mikroorganisme yang mampu
Namun, pandangan tersebut mulai berangsur mendegradasi PET (Poly Ethylene Terepthalate)
berubah. Hal itu disebabkan antara lain karena adalah Ideonella sakaiensis. Ideonella sakaiensis
limbah yang dibuang ke laut semakin lama adalah bakteri yang ditemukan oleh beberapa
semakin banyak dan dalam konsentrasi tinggi, peneliti di kota Sakai, Jepang. Penelitian tersebut
sehingga akibat pencemaran lingkungan pada dilakukan oleh Dr Sushuke Yoshida bersama
skala lokal terjadi. Apabila pembuangan limbah tim penelitinya dari Kyoto Institute of
ke laut secara terus menerus dilakukan, maka Technology. Ideonella sakaiensis adalah bakteri
ditakutkan akan terjadi dampak global dari gram negatif, aerobik, memiliki bentuk batang
pencemaran laut (Arifin, 2017 : 44). dan memiliki flagel yang membuatnya mampu
Melalui pengamatan yang kami lakukan di bergerak. Koloninya berukuran 0,5 mm-1 mm
salah satu ekosistem laut di sekitar Pulau dan berbentuk melingkar, tidak memiliki pigmen
Sangiang, kami mendapati bahwa pencemaran dan terkadang ditemukan berwarna cream setelah
laut di sana sebagian besar disebabkan oleh diinkubasi pada suhu 30ᵒC dalam medium agar
limbah plastik. Menurut kami, limbah plastik selama 2 hari. (Tanasupawat, et al., 2016 : 2813
tersebut terbawa dari pantai-pantai di Anyer dan 2816). Ideonella sakaiensis mampu
yang merupakan tempat wisata yang memiliki mendegradasi PET (Poly Ethylene Terepthalate)
banyak pengunjung dan memiliki lokasi yang dan menggunakannya sebagai sumber karbon
cukup dekat dengan laut di sekitar Pulau utama, dan membantunya untuk tumbuh. Bakteri
Sangiang, karena di Pulau Sangiang sendiri tersebut mampu mendegradasi PET berkat
hanya terdapat sedikit penduduk yang menurut adanya enzim PETase dan MHETase yang
kami tidak memungkinkan untuk dapat dihasilkannya. Pada awalnya PETase akan
menyebabkan pencemaran limbah plastik yang menguraikan PET (Poly Ethylene Terepthalate)
cukup banyak. menjadi MHET (Mono Ethilene Terepthalate) .
Kemudian, MHET (Mono Ethilene Terepthalate)
c. Solusi yang diberikan akan diuraikan kembali oleh enzim MHETase
Plastik adalah salah satu polimer sintetik atau menjadi dua monomer yang ramah lingkungan,
buatan manusia yang merupakan rantai panjang yaitu asam terephthalic dan etilen glikol
molekul primer. Plastik yang sering digunakan (Takeuchi dan Nakamichi, 2016 : 2-3). Bakteri
adalah polyethylene (PE), Poly Ethylen ini diduga muncul akibat dari proses adaptasi
Terephthalete (PET), Polybutylene Terephthalate disekitar limbah plastik PET dan enzim-enzim
(PBT), Nylon, Poly-Propylene (PP), Polystyrene tersebut kemungkinan muncul karena adanya
(PS), Polyvynyl Chloride (PVC), dan proses mutasi gen. Ideonella sakaiensis
Polyurethane (PUR). Salah satu solusi untuk membutuhkan waktu selama enam minggu untuk
menangani adanya masalah lingkungan ini mengurai polimer tersebut dalam temperatur
adalah dengan biodegradasi. Biodegradasi adalah stabil yaitu 30ᵒC. Saat ini peneliti masih
proses dimana mikroorganisme mampu berusahan memperbanyak jumlah bakteri dan
mendegradasi atau memecah polimer alam memperoleh informasi genetik bakteri Ideonella
(seperti lignin dan selulosa) dan polimer sintetik sakaiensis. Selain itu, masih banyak perbaikan
(seperti polietilen dan polistiren). yang dilakukan oleh peneliti untuk
3
Artikel Ilmiah – Sampah Laut di Pulau Sangiang_2016
menyempurnakan kinerja bakteri untuk Kabupaten Belitung. Jurnal Perikanan dan
menghancurkan plastik seperti waktu Kelautan. 8(1) : 92—104.
penguraian. Purwaningrum, Pramiati. 2016. Upaya
Mengurangi Timbulan Sampah Plastik di
5. KESIMPULAN Lingkungan. JTL. 8(2) : 141-147
Ekosistem laut pada saat ini, terutama pada Sriningsih, A. dan M., Shovitri. 2015. Potensi
ekosistem laut yang kami amati di sekitar pulau Isolat Bakteri Pseudomonas sebagai
Sangiang memiliki kondisi yang cukup buruk. Pendegradasi Plastik. Jurnal Sains dan
Hal tersebut dapat dilihat dari kejernihan airnya Seni. 4(2) : 2337—3520.
yang mulai berkurang akibat tercemar. Takauchi dan Nakamichi. 2016. Discovery of a
Pencemaran yang terjadi disebabkan oleh Bacterium that Degrades and Assimilates
banyaknya limbah yang dibuang kelautan, salah Poly(ethylene terephthalate) could Serve as
satu limbah yang paling banyak ditemukan a Degradation and/or Fermentation
adalah limbah plastik, seperti plastik bekas Platform for Biological Recycling of PET
bungkus makanan ringan, botol plastik, dan lain- Waste Products. 4 hlm.
lain. https://www.keio.ac.jp/en/press_releases/2
Seperti yang kita ketahui bahwa sampah 016/cb96u90000005501-att/160330_2.pdf,
plastik sangat sulit untuk terurai. Berdasarkan 19 Mei 2018, pk 10.19 WIB.
literatur yang kami baca, butuh beberapa ratus Tanasupawat, S., T., Takehana, S., Yoshida, K.,
tahun untuk dapat terurai dengan baik. Namun, Hiraga, dan K., Oda. 2016. Ideonella
pada tahun 2016 beberapa peneliti dari Jepang sakaiensis sp. nov., Isolated from a
berhasil menemukan mikroorganisme yang Microbial Consortium That Degrades
mampu mendegradasi sampah plastik, terutama Polyethylene Terephthalate. International
botol plastik, hanya dalam waktu 6 minggu. Journal of Systematic and Evolutionary
Mikroorganisme tersebut adalah bakteri Microbiology. 6(6) : 2813—2818.
Ideonella sakaiensis. Bakteri tersebut
mendegradasi plastik dan mengubahnya menjadi
DOKUMENTASI
monomer yang ramah lingkungan, yaitu asam
terephthalic dan etilen glikol dengan bantuan
enzim yang dihasilkan yaitu PETase dan
MHETase.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. Z. 2017. Dampak Sampah Plastik
Bagi Ekosistem Laut. Jurnal Buletin
Matric. 14(1) : 44—48.
Ika, Tahril, dan I., Said. 2012. Analisis Logam
Timbal (Pb) dan Besi (Fe) dalam Air Laut
di Wilayah Pesisir Pelabuhan Ferry Taipa
Kecamatan Palu Utara. Jurnal Akademika
Kimia. 1(4) : 181—186.
Miftahudin, S.A., Harahap, I., Riyantini, dan D.
J., Prihadi. 2017. Studi Kelayakan Zona
Inti Ekosistem Terumbu Karang di
Perairan Kecamatan Selat Nasik,
4
Artikel Ilmiah – Sampah Laut di Pulau Sangiang_2016
5
Artikel Ilmiah – Sampah Laut di Pulau Sangiang_2016

Anda mungkin juga menyukai