Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PROYEK IPA SEKOLAH 1

PENGARUH BERBAGAI LIMBAH CAIR TERHADAP GERAK OPERKULUM IKAN


NILA

DISUSUN OLEH :

Kelompok 6

Rifqi Nur Fakhrudin (19312241002)

Ariesta Damayanti (19312241007)

Ella Isnaini (19312241009)

Nur Ihsan Amalia (19312241020)

Arief Kurniawan (19312241034)

Bernadeta Riza M.R (19312241028)

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2020
A. Judul
Pengaruh Berbagai Limbah Cair Terhadap Gerak Operkulum Ikan Nila
B. Topik
Pencemaran Lingkungan
C. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh variasi limbah pencemar air terhadap gerak operkulum ikan nila?
D. Hipotesis
Variasi bahan limbah pencemar air berpengaruh terhadap gerak operkulum ikan nila.
E. Tujuan
Mengetahui pengaruh variasi limbah pencemar air terhadap gerak operkulum hidup ikan
nila.
F. Dasar Teori
Kualitas lingkungan merupakan persoalan yang serius bagi banyak negara,
termasuk Indonesia. Salah satu penyebab penurunan kualitas lingkungan adalah
pencemaran air yang didukung oleh adanya pertumbuhan ekonomi dan laju peningkatan
populasi manusia yang terus menerus meningkatnya penduduk yang sedemikian cepat
(Effendi, 2000). Sumber pencemar baik yang ada di darat maupun di perairan berasal dari
berbagai aktivitas manusia seperti aktivitas rumah tangga, industri, dan pertanian.
Air adalah tempat hidup hewan akuatik seperti ikan. Apabila sumber air tempat
kehidupan akuatik tercemar, maka siklus makanan dalam air terganggu dan ekosistem
air/kehidupan akuatik akan terganggu pula. Organisme yang kecil/lemah seperti plankton
banyak yang mati karena keracunan bahan tercemar, ikan-ikan kecil pemakan plankton
banyak yang mati karena kekurangan makanan, demikian pula ikan-ikan yang lebih
besar.
Ikan nila (​Oreochromis niloticus​) adalah salah satu jenis ikan konsumsi air tawar
yang telah lama dibudidayakan di Indonesia bahkan telah lebih dari 85 negara yang
mengembangkannya sebagai komoditi ekspor. Ikan ini berasal dari kawasan Sungai Nil
dan danau sekitarnya di Afrika. Saat ini ikan nila telah tersebar ke negara beriklim dingin
ikan nila tidak dapat hidup dengan baik (Kemal, 2000 : 2).
Nile tilapia, Oreochromis niloticus (O. niloticus) is considered as astandout
amongst the most critical freshwater species for commercialaquaculture because of its
high nutritional qualities, quickdevelopment rate and resistance to illnesses (Mounika
Nakkina, 2016:1). Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa ikan nila adalah
spesies yang paling kritis berada di air tawar,karena kualitas nutrisinya yang
tinggi,pengembangan yang cepat,serta ketahanan terhadap penyakit.
Pertumbuhan ikan nila secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal meliputi genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor eksternal yang
berhubungan dengan pakan dan lingkungan. Faktor lingkungan
tersebut diantaranya kuantitas dan kualitas air yang meliputi komposisi kimia air,
temperatur air, agen penyakit, dan tempat pemeliharaan (Hepher dan Prugnin, 1990 : 4).
Menurut Saanin (1984:27), ikan nila (​Oreochromis niloticus)​ mempunyai
klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : ​Oreochromis
Spesies : ​Oreochromis niloticus

Gambar 1.1 Ikan Nila (​Oreochromis niloticus​)


Sumber : ​https://www.arenahewan.com

Ikan bergantung kepada insangnya untuk mengambil oksigen terlarut dalam air.
Proses pengambilan oksigen dan pembebasan karbondioksida dikenal sebagai respirasi
(pernafasan). Istilah pernafasan berlaku untuk hewan secara keseluruhan maupun proses
yang terjadi di dalam sel. Hewan mengambil oksigen dari medium dimana dia hidup dan
memberikan karbondioksida ke medium tersebut (Soewolo, 2000 : 8).

Bukaan operculum ikan nila dimaksudkan merupakan proses ikan menelan air
dengan mulutnya dan menekannya (Eryan Huri dan Syafriadiman,2010:69). Jadi
operculum itu,lipatan keluar dari permukaan tubuh dalam air dan terdapat penutup
insang. Ikan nila ini hanya mampu mengikat oksigen yang terlarut dalam air, dan tidak
dapat mengikat oksigen dalam udara.

Bukaan operculum ikan nila yaitu berkisar 120 – 130 kali permenit untuk bukaan
operculum ikan yang normal. Ikan nila yang mengalami stres ringan bukaan operculum
akan semakin lebih cepat dalam setiap menitnya, seperti halnya pada salinitas diatas 17
ppt, bukaan operculum ikan nila mencapai 135 – 150 kali permenit. Sedangkan ikan yang
mengalami stres berat bukaan operculumnya akan semakin melemah, biasanya bukaan
operculum ikan dibawah 100 kali permenit. Gambaran perilaku ikan nila yang mengalami
stres adalah ikan berenang ke permukaan untuk mengambil oksigen disertai cepatnya
pergerakan operkulum, pergerakan menjadi pasif, dan refleks ikan menurun (Aliza, 2014:
80 – 83).

Air merupakan media paling vital bagi kehidupan ikan. Suplai air yang memadai
akan memecahkan berbagai masalah dalam budidaya ikan secara intensif. Ada beberapa
parameter air yang biasa diamati untuk menentukan kualitas suatu air, diantaranya adalah
oksigen. Oksigen adalah salah satu faktor pembatas penting dalam budidaya ikan.
Konsentrasi oksigen terlarut di dalam air dapat ditingkatkan dengan menggunakan aerator
(Afrianto, 1992 : 6).

Limbah sering kali menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan benar.
Baik itu limbah padat maupun limbah cair yang banyak dihasilkan dari aktivitas
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik kesehatan. Kemudian
limbah dari kegiatan domestik misalnya perhotelan, perkantoran, rusunawa, rumah
tangga, dan pemukiman warga, hingga limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri.
Semua limbah tersebut tentu bisa saja mencemari lingkungan.limbah cair adalah sisa
hasil buangan proses produksi atau aktivitas domestik yang berupa cairan. Limbah cair
yang dihasilkan memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air
agar tidak menimbulkan pencemaran pada badan air. (L Vidiarti, 2009).

Jika air limbah yang tidak diolah dibiarkan terakumulasi, maka dekomposisi
material organik yang terdapat dalam air limbah dapat menimbulkan gas yang berbau
busuk. Selain itu, juga mengandung mikroorganisme penyebab penyakit (Silvana Safitri,
2009).

Sifat-sifat standar fisika air diantaranya adalah warna, kekeruhan, bau, rasa, suhu,
dan padatan.

a. Warna, warna pada air disebabkan oleh mineral terlarut, bahan berwarna, atau
humic ​acid dari tumbuhan. Selain itu dekomposisi lignin juga dapat
menghasilkan senyawa berwarna. Dari aktivitas industri, pabrik kertas dan
pencelupan kain merupakan penyumbang limbah zat warna (Izarul, 2018: 20).
b. Kekeruhan (turbiditas), kekeruhan ini dapat disebabkan oleh adanya bahan
tersuspensi yang menyebar dan menyerap cahaya di dalam air. Contohnya di
danau, kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan koloid atau suspensi yang
halus(Izarul, 2018: 20).
c. Bau, air yang bersih atau hasil destilasi tidak memiliki bau, namun jika terdapat
senyawa-senyawa organik dan beberapa senyawa kimia anorganik, termasuk
ganggang dan organisme lainnya adalah penyebab bau (Izarul, 2018: 21).
d. Rasa, rasa juga dapat disebabkan karena mikroorganisme atau ganggang yang
mati (Izarul, 2018: 21).
e. Suhu, apabila suhu meningkat maka kelarutan oksigen akan menurun yang
berpengaruh terhadap ikan yang berada di air tersebut. Limbah hangat yang
dibuang ke sungai juga dapat menyebabkan suhu air sungai meningkat (Izarul,
2018: 21).
f. Padatan, jumlah, ukuran, dan jenis padatan tergantung pada jenis air limbah.
limbah domestik yang belum diolah mengandung bahan dan partikel organik yang
berukuran milimeter (Izarul, 2018: 22).

Menurut Said, NI, 1999, ditinjau dari segi kesehatan, secara umum bahaya atau
resiko kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yakni bahaya langsung dan bahaya tidak langsung. Bahaya langsung dapat
terjadi akibat mengkonsumsi air yang tercemar. Sedangkan bahaya tidak langsung dapat
terjadi misalnya mengkonsumsi hasil perikanan dimana produk tersebut dapat
mengakumulasi zat-zat polutan.

Banyak zat yang terkandung di dalam air limbah menyebabkan kadar oksigen
terlarut dalam air menurun sehingga kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen
terganggu. Temperatur limbah yang tinggi juga dapat menyebabkan kematian organisme
air (Silvana Safitri, 2009).

G. Alat dan Bahan

Alat:

1. Wadah
2. Pengaduk
3. Stopwatch/ handphone

Bahan:

1. Ikan Nila
2. Air kopi (bubuk kopi kapal api 1 sdm)
3. Air teh (1 kantong/1sdm)
4. Air beras (air bekas cucian beras pertama 50%)
5. Air biasa/kran (secukupnya/220ml)
6. Label

H. ​Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan 4 buah wadah dan masing-masing diberi label sesuai dengan variasi jenis
air.
2. Memasukkan jenis limbah cair ke dalam wadah sesuai dengan nama yang tertera pada
label (220 ml), bahan kopi, teh, dan Air beras dilarutkan dengan 220 ml air.
3. Memasukkan ikan nila ke dalam wadah masing-masing 2 ekor ikan dan mengamati serta
menghitung jumlah pergerakan operkulumnya selama 3 menit.
4. Mencatat hasil pergerakan operkulum ikan nila pada tabel pengamatan

I. ​Rancangan/Tabel Data Pengamatan

Data Hasil ke 1

Menit ke- Jumlah Gerakan Operkulum pada Ikan Nila

Air Kopi Air Teh Air Beras Air Biasa

Ikan 1 Ikan 2 Ikan 1 Ikan 2 Ikan 1 Ikan 2 Ikan 1 Ikan 2

1 78 100 89 110 103 110 139 180

2 81 91 98 114 119 111 133 171

3 76 79 101 105 123 99 93 149

Data Hasil ke 2

Menit ke- Jumlah Gerakan Operkulum pada

Air Kopi Air Teh Air Cucian Air Biasa


Beras

Ikan 1 Ikan 2 Ikan 1 Ikan 2 Ikan 1 Ikan 2 Ikan 1 Ikan 2

1 109 110 140 98 103 111 103 102

2 112 108 118 103 110 107 106 104

3 103 104 107 112 108 104 106 103

Data Hasil ke 3
Menit ke- Jumlah Gerakan Operkulum pada

Air Kopi Air Teh Air Beras Air Biasa

Ikan 1 Ikan 2 Ikan 1 Ikan 2 Ikan 1 Ikan 2 Ikan 1 Ikan 2

1 96 108 123 89 106 118 145 151

2 73 122 117 107 113 98 153 149

3 102 114 118 115 123 105 140 166

Data Hasil ke 4

Menit ke- Jumlah Gerakan Operkulum pada

Air Kopi Air Teh Air Beras Air Biasa

Ikan 1 Ikan 2 Ikan 1 Ikan 2 Ikan 1 Ikan 2 Ikan 1 Ikan 2

1 90 102 90 98 114 111 136 119

2 93 108 94 104 125 120 132 100

3 95 110 91 111 129 127 140 95

Data Hasil ke 5

Menit ke- Jumlah Gerakan Operkulum pada

Air Kopi Air Teh Air Beras Air Biasa

Ikan 1 Ikan 2 Ikan 1 Ikan 2 Ikan 1 Ikan 2 Ikan 1 Ikan 2

1 150 115 130 125 133 126 149 127

2 160 93 133 140 135 125 145 136

3 129 97 124 167 121 138 140 112


Data Hasil ke 6

Menit ke- Jumlah Gerakan Operkulum pada

Air Kopi Air Teh Air Beras Air Biasa

Ikan 1 Ikan 2 Ikan 1 Ikan 2 Ikan 1 Ikan 2 Ikan 1 Ikan 2

1 81 83 95 88 98 94 112 106

2 76 95 82 107 89 124 94 131

3 73 85 87 97 102 119 115 129

J. Pembahasan

Pada praktikum IPA Sekolah 1 kali ini, dilakukan percobaan mengenai Interaksi Makhluk
Hidup & Lingkungannya dengan topik pencemaran lingkungan. Judul proyek percobaan ini
yaitu Pengaruh Berbagai Limbah Cair Terhadap Gerak Operkulum Ikan Nila yang memiliki
tujuan untuk mengetahui pengaruh variasi limbah pencemar air terhadap gerak operkulum
hidup ikan. Pada percobaan ini variasi limbah cair yang digunakan, yaitu larutan kopi,
larutan teh, air bekas cucian beras, dan air biasa.

Di dalam pelaksanaannya, praktikum ini menggunakan alat, yaitu wadah sebagai tempat
limbah cair untuk meletakkan dan mengamati gerak operkulum ikan nila, pengaduk yang
digunakan untuk mencampur air dan limbah cair, stopwatch/ handphone dan bahan yang
digunakan yaitu ikan Nila, limbah cair berupa air kopi (bubuk kopi kapal api 1 sdm), air teh
(1 kantong/1 sdm), air beras (air bekas cucian beras pertama 50%), air biasa/kran
(secukupnya). Terdapat tiga variabel yang digunakan pada praktikum ini yaitu variabel
kontrol, variabel bebas, dan variabel terikat. Variabel bebas dalam praktikum ini adalah
perlakuan terhadap berbagai macam limbah. Variabel terikat dalam praktikum ini adalah
gerakan operculum ikan nila. Dan variabel kontrolnya yaitu jenis ikan nila, ukuran ikan nila,
komposisi bahan dari larutan limbah yang dibuat.

Berdasarkan data hasil yang telah diperoleh ada hasil yang berbeda-beda dari ke 6
praktikan. Pada tabel data hasil pertama gerakan operkulum ikan paling banyak terjadi pada
saat ikan berada di air biasa atau air kran. Dan gerakan operkulum ikan paling sedikit terjadi
di air kopi. Pada tabel data hasil kedua gerakan operkulum ikan paling banyak terjadi pada
saat ikan berada di air teh dan gerakan operkulum ikan paling sedikit terjadi pada saat di air
biasa atau air kran. Kemudian pada tabel data hasil ketiga bukaan operculum ikan nila yang
paling banyak terjadi pada air biasa, sementara itu pada tabel keempat juga sama yaitu
paling banyak terjadi bukaan operculum saat ikan nila berada di air biasa atau air kran.
berbeda lagi dengan data hasil kelima dan keenam, data kelima menunjukkan bahwa bukaan
operculum terjadi paling banyak yaitu saat diletakkan di air kopi dan yang paling sedikit
bukaan operculum terjadi saat ikan nila diletakkan di air kopi juga, namun berbeda ikan,
yang paling banyak yaitu ikan pertama, dan yang paling sedikit yaitu ikan kedua. sedangkan
pada data hasil keenam, sama seperti data hasil pertama, ketiga dan keempat. Hal ini dapat
terjadi karena praktikum ini dilaksanakan secara mandiri jadi bisa saja variabel kontrol yang
sudah direncanakan, berbeda dengan kenyataan saat praktikum. seperti misal perbedaan
ukuran ikan nila maupun dari larutan limbah nya sendiri. Namun pada tabel data hasil ini,
yang paling banyak terjadi adalah bukaan operculum terbanyak terjadi saat ikan nila
diletakkan pada air biasa(air kran), dan bukaan operculum paling sedikit terjadi saat ikan
nila diletakkan pada larutan kopi.

Ikan yang diletakkan pada air biasa (air kran) akan terus bergerak aktif serta gerak
operkulumnya cepat, teratur, dan insangnya tidak mengalami gangguan apapun. Secara
keseluruhan ikan pada air biasa mengalami penambahan dan pengurangan kecepatan gerak
operkulumnya tetapi perubahannya tidak terlalu banyak. Hal ini dapat diketahui bahwa ikan
pada air kran atau biasa mengalami keadaan yang normal. Menurut pengamatan, hal ini
dapat terjadi karena pada saat ikan nila diletakkan pada air biasa (air kran), ikan nila masih
dapat mengambil oksigen yang terdapat pada air biasa tersebut. Karena pada dasarnya air
biasa (air kran) biasanya memiliki pH netral, dan ikan memang hidup di air yang netral.

Dari ke 6 data hasil yang diperoleh kelompok kami, yang mendominasi adanya pengaruh
variasi limbah pencemar air terhadap bukaan operculum yang paling banyak yaitu pada saat
ikan nila diletakkan pada air biasa (air kran) bukaan operkulum mencapai lebih dari 100 kali
per menit, hal ini tidak jauh berbeda dengan literatur yang menyatakan bahwa, Bukaan
operculum ikan nila yaitu berkisar 120 – 130 kali per menit untuk bukaan operculum ikan
yang normal, Ikan nila yang mengalami stres ringan bukaan operculum akan semakin lebih
cepat dalam setiap menitnya, bukaan operculum ikan nila mencapai 135 – 150 kali permenit
(Rizky Yatiningsih, Herry Boesono, Sardiyatmo, 2018 : 6). Sementara itu, yang
mendominasi adanya bukaan operculum ikan nila yang paling sedikit terjadi pada ikan nila
yang diletakkan pada larutan kopi dan teh, yaitu sekitar kurang dari 100, hal ini juga sesuai
dengan literatur Rizky Yatiningsih, Herry Boesono, dan Sardiyatmo, (2018 : 6) yang
menyatakan bahwa, ikan yang mengalami stres berat bukaan operculumnya akan semakin
melemah, biasanya bukaan operculum ikan dibawah 100 kali permenit.

Menurut Aliza (2014 : 80), gambaran perilaku ikan nila yang mengalami stres adalah
ikan berenang ke permukaan untuk mengambil oksigen disertai cepatnya pergerakan
operkulum, pergerakan menjadi pasif, dan refleks ikan menurun. Pada pengamatan yang
dilakukan, ikan terlihat beberapa kali naik ke permukaan air untuk mengambil oksigen. Hal
tersebut terjadi saat ikan berada pada air kopi, air teh, dan air bekas cucian beras yang
miskin akan oksigen karena telah tercemar oleh bubuk kopi, teh, maupun air bekas cucian
beras itu sendiri.
K. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan proyek yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa
pengaruh variasi limbah pencemar air terhadap gerak operkulum hidup ikan nila yaitu
semakin pekat limbah pencemar air maka gerakan operkulum ikan akan semakin berkurang
atau melemah. Hal ini disebabkan karena limbah pencemar dapat menyebabkan ikan
mengalami stres berat dan pergerakannya menjadi lebih pasif. Selain itu, oksigen yang
terkandung dalam air telah berkurang akibat dari limbah pencemar air.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E dan Uviawaty, E., 1992. ​Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.​ Yogyakarta:
Kanisius.

Aliza, D. 2014. ​Gambaran perilaku dan insang ikan nila (Oreochromis Niloticus) yang
mengalami stres kepadatan.​ Jurnal Medika Veterinaria. Volume 7, Nomor 1. Diakses
melalui ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt pada 22 September 2020 pukul 20.16
WIB

Eryan Huri dan Syafriadiman. 2010. ​PENGARUH KONSENTRASI ALK(SO4)2 12H2O


(ALUMINIUM POTASSIUM SULFAT) TERHADAP PERUBAHAN BUKAAN
OPERKULUM DAN SEL JARINGAN INSANG IKAN NILA MERAH (Oreochromis
niloticus)​. Diakses melalui ​https://ejournal.unri.ac.id/ pada 11 September 2020 pukul
14.06 WIB.

Hepher, B. and Y. Prugnin. 1990. ​Nutrition of Pond Fishes​. New York : Cambridge University
Press.
Izarul Machdar. 2018. ​Pengantar Pengendalian Pencemaran: Pencemaran Air, Pencemaran,
​ ogyakarta: Budi Utama.
Udara, dan Kebisingan. Y
Kemal. 2000. ​Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan.​ Jakarta : Bappenas.
​ emarang : UNS Press.
L. Vidiartu. 2009. ​Limbah Cair Mencemari Ekosistem Air sungai. S
Rizky Yatiningsih, Herry Boesono, dan Sardiyatmo. 2018. ANALISIS PERUBAHAN SALINITAS
TERHADAP TINGKAT KEMATIAN DAN TINGKAH LAKU IKAN NILA MERAH
(OREOCHROMIS NILOTICUS) SEBAGAI PENGGANTI UMPAN HIDUP PADA
PENANGKAPAN CAKALANG. ​Journal of Fisheries Resources Utilization
Management and Technology Volume 7, Nomor 1. Diakses melalui
ejournal-s1.undip.ac.id pada 22 September 2020 pukul 20.35 WIB.
Saanin, H. 1984. ​Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I.​ Bandung : Binatjipta.
Silviana, Safitri. 2009. ​Perencanaan Sistem Pengelolaan Limbah.​ Jawa Barat: UI.
Soewolo. 2000.​ Pengantar Fisiologi Hewan.​ Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Lampiran
Dokumentasi Video dapat diakses melalui Link :
https://drive.google.com/folderview?id=166ilJYpzWu0o_9CeiY69FFHvfFgW48pJ
a.

Gambar 1.1 Variasi Jenis Gambar 1.2 Ikan I ketika Gambar 1.3 Ikan ketika
Air berada pada air biasa berada pada Lar. kopi
Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 1.4 Ikan saat di Gambar 1.5 Ikan I saat di Gambar 1.6 Ikan II saat di
limbah cucian beras Lar. teh air biasa/kran
Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 1.7 Ikan II saat di Lar. teh


Sumber: Dokumen Pribadi
b.

Gambar 1.8 Ikan Nila saat berada di air Gambar 1.9 Ikan Nila saat bedada di air
Kran(biasa) bekas cucian beras
Sumber : Dok. Pribadi Sumber : Dok. Pribadi

Gambar 1.10 Ikan Nila saat berada di Gambar 1.11 Ikan Nila saat berada di
Larutan Kopi Larutan Teh
Sumber : Dok. Pribadi Sumber : Dok. Pribadi
c.

Gambar 1.12 Ikan Nila saat berada di air Gambar 1.13 Ikan Nila saat berada di air
kran atau biasa bekas cucian beras
Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 1.14 Ikan Nila saat berada di air Gambar 1.15 Ikan Nila saat berada di air
larutan kopi larutan teh
Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi

d.

Gambar 1.16 Ikan pada saat berada di air Gambar 1.17 Ikan pada saat berada di
biasa (air kran) larutan cucian beras
Sumber : Doc. Pribadi Sumber : Doc. Pribadi
Gambar 1.18 Ikan pada saat berada di Gambar 1.19 Ikan pada saat berada di
larutan air teh larutan air kopi
Sumber : Doc. Pribadi Sumber : Doc. Pribadi

e.

Gambar 1.20 Ikan Nila saat berada di air Gambar 1.21 Ikan Nila saat berada di air
larutan teh larutan kopi
Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 1.22 Ikan Nila saat berada di Gambar 1.23 Ikan Nila saat berada di
air kran air beras
Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi
f.

Gambar 1.24 Ikan Nila saat berada di air Gambar 1.25 Ikan Nila saat berada di air
larutan teh biasa
Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 1.26 Ikan Nila saat berada di air Gambar 1.27 Ikan Nila saat berada di air
cucian beras larutan kopi
Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi

Anda mungkin juga menyukai