Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

OLEH :

KELOMPOK II

1. ASMA MAHENDRA (I1A120017)


2. WA ODE RAMADAN (I1A120042)
3. MARNI (I1A120011)
4. BAKRI LA BAU (I1A120019
5. ASWIN (I1A120018)
6. AHMAD HUSNI MUZAHID (I1A120015)

JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2024
I. PENDAHULUAN

II. Latar Belakang

Kendari adalah nama kotamadya dan juga sebagai ibukota provinsi

Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kendari diresmikan sebagai kotamadya (kini kota)

dengan UU RI No. 6 Tahun 1995 tanggal 27 September 1995. Kota ini memiliki

luas 271,8 km2 (26.847 Ha) dan berpenduduk sebanyak 350.267 jiwa. (Badan

pusat Statistik, 2020).

Kota Kendari yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara ini juga menjadi

tujuan bagi tenaga kerja asing mengakibatkan kepadatan penduduk semakin

tinggi dn berdampak pada jumlah konsumsi yang dimana dari hal ini dapat

disimpulkan akan terjadi pelonjakan pada tingkat pembuangan limbah seperti

sampah plastik dan sampah rumah tangga lainnya, dengan tingkat perkembangan

di masyarakat, pemerintah di harapkan bisa menyiapkan strategi untuk megatasi

persoalan ini lebih lanjut dan tidak boleh meyepelekan hal ini demi kenyamanan

dan kesejahteraan hidup masyarakat nya.

Pemerintah Kota Kendari berupaya mengoptimalisasi pengelolaan sampah

di Kota Kendari. Melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai

penanggung jawab penanganan kebersihan dan lingkungan harus memiliki cara

yang lebih efektif agar kedepannya masalah peneglolaan sampah yang ada di kota

Kendari tidak menjadi beban yang berat oleh pemerintah dan Masyarakat.

Mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus,

diantaranya adalah tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari

atau hanya tergenang pada saat pasang pertama, tempat tersebut menerima

pasokan air tawar yang cukup dari darat, daerahnya terlindung dari gelombang
besar dan arus pasang surut yang kuat, airnya berkadar garam (bersalinitas) payau

(2-22 ppt) hingga asin. Mangrove biasanya hidup di rawa payau yang terlindung

dari gelomabang besar dan berair tenang. Namun sebenarnya mangrove

merupakan tumbuhan daarat yang beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang

bersalinitas tinggi sehingga mampu hidup di darat hingga Pantai berkaang pada

kedalaman tertentu (Ramena et al., 2020).

Eutrofikasi adalah proses pengkayaan unsur hara (nutrien) pada suatu

perairan yang disebabkan oleh peningkatan pemasukan nutrien. Eutrofikasi terjadi

sebagai akibat adanya penurunan kualitas air karena penumpikan unsur hara

sehingga menimbulkan ledakan populasi algae dan mengakibatkan terlampauinya

daya dukung perairan. Menurut Rolighed et al., (2016) eutrofikasi dapat

disebabkan karena adanya perubahan iklim, adanya peningkatan temperatur akan

mengakibatkan perubahan tata ruang, distribusi energi, air dan nutrient temporal.

Perairan yang mengalami eutrofikasi anatar lain mempunyai ciri-ciri, konsentarasi

unsur hara khusunya P meningkat, terjadi penurunan konsentrasi oksigen terlarut

(hypoxia) di zona hypolimnion dan penurunan tingkat kecerahan dalam kolom air

(Roy et al., 2013).

Limpasan nutrien atau eutrofikasi dari daratan sering terjadi di wilayah

perairan pesisir. Penelitian sebelumnya telah melaporkan eutrofikasi di beberapa

titik pada wilayah perairan pesisir Selain itu, peningkatan nutrien di perairan

pesisir dapat terjadi dengan peningkatan jumlah karbon anorganik terlarut dan

penurunan pH perairan. Nutrifikasi menimbulkan ledakan populasi alga. Proses

respirasi alga dan perombakan bahan organik oleh mikroba akan meningkatkan

tekanan parsial karbon anorganik yang berakibat pada penurunan pH perairan


Pergeseran kondisi lingkungan ini dapat mengakibatkan perubahan pola

metabolisme rumput laut karena adanya perubahan variabel kimia, fisika, maupun

letak geografis memiliki keterkaitan terhadap kandungan bahan nutrisi fungsional

biota laut (Garno., 2012).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan praktek lapang

Manajemen Sumberdaya Perairan untuk mengetahui tingkat kesuburan perairan

di teluk Kendari utamanya di daerah pembangunan dan tempat aktifitas

masyarakat.

III. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penyusunan rencana pencegahan penyuburan perairan

(eutrofikasi) di sekitar daerah hotel SwissBell Kendari

2. Bagaimana penyusunan rencana pengelolaan habitat mangrove di

sekitar daerah hotel SwissBell Kendari

C. Tujuan dan Manfaat

1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana penyusunan rencana

pencegahan penyuburan perairan (eutrofikasi) di sekitar daerah

SwissBell Hotel Kendari.

2. Mahasiswa dapat memahami bagaimana penyusunan rencana

pengelolaan habitat mangrove di sekitar daerah SwissBell Hotel

Kendari.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Eutrifikasi

Eutrofikasi ialah kondisi dimana perairan mengalami peningkatan

kadar bahan organik, kondisi ini ditandai dengan terjadinya peningkatan

fitoplankton dan tumbuhnya tumbuhan air yang meningkat (blooming algae).

Eutrofikasi juga dikhawatirkan akan mengurangi kadar oksigen terlarut dalam

perairan, dan tingginya kandungan ammonia yang bersifat toksik bagi biota air

(Simbolon., 2016).

Eutrofikasi perairan merupakan suatu keadaan yang berhubungan dengan

peningkatan bahan organik dan unsur hara di perairan. Eutrofikasi dapat

disebabkan oleh beberapa hal di antaranya karena ulah manusia yang tidak ramah

terhadap lingkungan. Hampir 90 % disebabkan oleh aktivitas manusia di bidang

pertanian. Emisi nutrien dari pertanian merupakan penyebab utama eutrofikasi di

berbagai belahan dunia. Rembesan phospor selain dari areal pertanian juga datang

dari peternakan, dan pemukiman atau rumah tangga. Akumulasi phospor dalam

tanah terjadi saat sejumlah besar kompos dan pakan ternak digunakan secara

besar-besaran untuk mengatur prosduksi ternakbhewan (Soetrisno, 2002).

Limbah kotoran ikan dan sisa pakan ikan yang mengandung unsur hara

fosfor dan nitrogen akan merangsang pertumbuhan fitoplankton atau alga dan

meningkatkan produktivitas perairan. Sebaliknya, dalam keadaan berlebihan akan

memicu timbulnya blooming algae yang justru merugikan kehidupan organisme

yang ada dalam badan air, termasuk ikan yang dibudidayakan di perairan danau.

Penumpukan bahan nutrien ini akan menjadi ancaman kehidupan ikan di suatu
perairan pada saat musim pancaroba. Adanya peningkatan suhu udara, pemanasan

sinar matahari, dan tiupan angin kencang akan menyebabkan terjadinya golakan

air danau. Hal ini menyebabkan arus naik dari dasar danau yang mengangkat

masa air yang mengendap. Masa air yang membawa senyawa beracun dari dasar

danau hingga mengakibatkan kandungan oksigen di badan air berkurang.

Rendahnya oksigen di air itulah yang menyebabkan kematian ikan secara

mendadak (Anonim, 2010)

Pestisida, obat-obatan dan pakan ternak merupakan sumber elemen P yang

dapat menyebabkan eutrofikasi. Pestisida dapat hilang selama penggunaan

melalui penyemprotan yang tidak terarah, dan penguapan. Pestisida lepas dari

tanah melalui leaching ataupun pengaliran air. Pola reaksi pelepasan pestisida

seangat tergantung pada afinitas bahan kimia yang digunakan tergadap tanah dan

air, jumlah dan kecepatan hilangnya pestisida dipengaruhi oleh waktu dan

kecepatan curah hujan, penggunaan, jenis tanah dan sifat dari pestisidanya.

Pestisida dapat mencapai badan air jikatumpahan yang terjadi selama proses

pengisian pencampuran pencucian dan penggunaan, melalui aliran air, melalui

pelepasan (leaching) kedalam air permukaan yang berbahaya karena dapt

mencemari perairan jika tidak diperlakukan dengan hati-hati (La Sara et al.,

2018).

Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam menanggulangi eutrofikasi

yaitu kontrol dari lembaga legislatif ttg pelarangan pemindahan tanaman dari satu

negara ke negara lain, dilakukan dengan metode :

 Mendidik masyarakat melalui penyuluhan, media masa, latihan tentang

bahaya blooming tanaman di suatu perairan


 Menyelenggarakan seminar dalam usaha membantu pemerintah mencari

kebijakan dalam usaha kewaspadaan terhadap bahaya blooming tumbuhan

air

 Setiap daerah harus memonitor secara periodik jenis-jenis tumbuhan air,

distribusi, dan daerah2 penyebaran tumbuhan air tsb guna memudahkan

pemberantasannya

 Kontrol terhadap kualitas air dengan membatasi terjadinya eutrofikasi dan

erosi

Kontrol secara Fisika (Kontrol Mekanis) Metode yang biasa digunakan,

antara lain ;

 filtrasi, screening, dan removal (penyaringan dan pemindahan).

 Penggunaan metode tsb bergantung pada jenis tanaman, situasi lapangan,

tenaga kerja, dan biaya.

 Keuntungan metode ini yi; tidak melibatkan benda asing yang mungkin

memberi pengaruh terhadap kualitas air.

 Selama blooming, alga dapat dihilangkan dengan screening dan filtrasi.

Garpu dapat digunakan untuk memindahkan alga jenis filamentous

 Gunting rumput digunakan untuk tumbuhan air yang berakar.

 Modifikasi garpu dan gunting rumput umumnya digunakan untuk

membersihkan perairan dari tumbuhan air.

Mencegah pertumbuhan vegetasi penyebab eutrofikasi dan meningkatkan

oksigen terlarut di dalam perairan. Chemical treatment yang bermaksud untuk

mengurangi nutrien berlebih yang terkandung dalam air (Danau Erie, ELA

Lake 226) di Amerika Serikat membuktikan bahwa danau yang hanya


ditambahkan karbon dan nitrogen tidak mengalami fenomena algal bloom

selama 8 tahun pengamatan Aerasi Harvesting algae (memanen algae) untuk

mengurangi algae yang tumbuh subur di permukaan air

Mengurangi atau mengontrol nutrien yang masuk ke badan air. Dapat

dilakukan dengan cara :

 Pengolahan ar limbah industri, domestik (sumber titik pencemar/

sumber non titik) sehingga dapat mengurangi kadar nutrien P dan N

 Membuat penampungan sementara sebelah hulu badan air sebelum

dibuang ke waduk/danau

 Mengurangi atau memodifikasi pada bahan detergen (hampir 35% P

dalam badan air berasal dr detergen)

 Mengontrol atau mempertinggi teknik aplikasi pemakaian pupuk urea,

TSP, cth. pengguanaan urea tablet memertinggi penyerapan urea oleh

tumbuhan

E. Perbaikan kualitas air waduk. Dapat dilakukan dengan cara :

 Melakukan pengerukan sedimen waduk/danau

 Melakukan aerasi waduk (pemberian oksigen)

 Penambahan zat kimia (AlSO4 dengan dosis 700 kg/ha 4650 kg/ha)

 Melakukan panen yi pembersihan ganggang atau makrofit

Mempercepat keluarnya nutrien. Dapat dilakukan dengan cara :

 Menambah air pengencer

 Mengurangi waktu retensi time air

 Mengatur tinggi muka air


III. METODE PRAKTEK
A. Waktu dan Tempat

Praktek Lapang ini dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Januari 2024 pada

pukul 07.00 – Selesai WITA bertempat di sekitaran Swissbell Hotel Kemaraya, Jl.

Edi Sabara Jl. By Pass No.88, Lahundape, Kec. Kendari Barat., Kota Kendari,

Sulawesi Tenggara.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini dapat dilihat :
1. Tabel alat dan bahan

No Alat Satuan Kegunaan


1 Alat tulis unit Untuk mencatat hasil wawancara
dengan masyarakat
2 Kamera Hanphone unit Untuk dokumentasi
Bahan

C. Metode Praktek

Metode yang digunakan pada praktek ini yaitu metode deskriptif yaitu

dengan melakukan wawancara dengan masyarakat di sekitar Swiss Bell Hotel

Kemaraya dan wawancara dengan beberapa pegawai Swiss Bell Hotel Kemaraya,

serta mengamati keadaan lingkungannya.

D. Prosedur Kerja

1. Eutrofikasi

 Praktikan melakukan identifikasi terhadap aktivitas manusia yang

berpotensi menyebabkan penyuburan perairan (eutrofikasi).

 Praktikan menguraikan dampak positif dan negatif dari penyuburan

perairan (eutrofikasi).

 Praktikan menyusun strategi penanggulangan eutrofikasi di perairan.


 Membuat rekomendasi bagi pemerintah dan masyarakat berkenaan dalam

penyelesaian masalah eutrofikasi perairan.

2. Manajemen Habitat (Mangrove)

 Praktikan melakukan identifikasi terhadap aktivitas manusia yang terdapat

di sekitar kawasan ekosistem mangrove.

 Praktikan melakukan identifikasi terhadap aktivitas manusia yang

berpotensi menyebabkan kerusakan pada habitat mangrove.

 Praktikan menguraikan dampak positif dan negatif dari aktivitas manusia

terhadap lingkungan perairan dan terhadap masyarakat.

 Praktikan menyusun strategi penyelesaian masalah dalam pengelolaan

habitat mangrove.

 Membuat rekomendasi bagi pemerintah dan masyarakat berkenaan dalam

penyelesaian masalah dalam pengelolaan ekosistem mangrove.


IV PEMBAHASAN

A. Rencana pengelolaan habitat mangrove di sekitar daerah hotel

Kawasan Hutan Mangrove di sekitar hotel Swis Bel Kendari yang

semula di tetapkan sebagai jalur hijau kemudian ditetapkan sebagai pusat

bisnis terpadu, pariwisata, konservasi dan pengembangan kawasan

pertanian serta pusat kegiatan agrowisata dan kegiatan wisata alam

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 1 tahun 2012 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kendari.

Alih fungsi lahan di Kawasan Hutan Mangrove hotel Swis Bel

Kendari pada saat ini semakin meningkat, hal tersebut dibuktikan dengan

konversi lahan mangrove menjadi permukiman, rumah toko, hotel, cafe,

tambak, fasilitas umum serta beberapa usaha rumah makan yang didirikan

oleh masyarakat di sekitar Kawasan Hutan Mangrove yang mana hal

tersebut mengubah fungsi mangrove.

Fenomena yang terjadi di kawasan hutan mangrove hotel Swis Bel

Kendari adalah adanya penguasaan hutan mangrove oleh sejumlah

masyarakat dengan bukti berupa sertipikat hak milik yang mulanya lahan

tersebut di peruntukkan sebagai lahan tambak. Kemudian pihak Badan

Pertanahan Nasional Kota Kendari yang selanjutnya disingkat BPN

menerbitkan sertipikat hak milik. Berdasarakan hal tersebut maka penulis

tertarik melakukan penelitian mengenai Tinjauan Hukum Terhadap


Sertifikat Hak Milik atas Tanah di Kawasan Hutan Mangrove hotel Swis

Bel Kendari Kendari.

B. Kegiatan Masyarakat di sekitar hotel Swis Bel Kendari

 Ada kegiatan penjual setiap pagi seperti penjual nasi kuning

 Ada kegitan penjual di depan hotel Swis Bel Kendari tapi di

lakukan pada malam hari yang bertempat sekitar mangrove

 Untuk itu mangrove mengalami banyak sampah akibat dari ada

kegiatan tersebut.

 Untuk pencegahannya harus ada tempat sampah agar mangrove

aman dari sampah-sampah

Nama kusioner pak Herdin. Untuk jenis aktifitas housekeeping dimana

ada lagi romboy sebagai membersihkan kamar hotel, PA (Publik Area)

sebagai membersihkan area hotel dan ada laundry linen hotel. Untuk

dampak eutrfikasi nya tidak ada. Dampak ekonomi nya adanya lapangan

pekerjaan dan kebutuhan yang kerja di hotel tersebut. Pencegahan sampah

nya, untuk sampah di hotel tersebut seperti, B3 dan A. Untuk pencegahan

sampah nya kerja sama dengan dinas kebersihan dan di tahun 2019 ada

penanggulangan. Untuk pencegahan air laundry hotel, limbah dari laundry

hotel tersebut ada filternya, sehingga air busa sabun tidak keluar di saluran

drainase dari hotel tersebut tapi yang mengalir tinggal air tanpa busa saja.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan

Mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus,

diantaranya adalah tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari

atau hanya tergenang pada saat pasang pertama, tempat tersebut menerima

pasokan air tawar yang cukup dari darat, daerahnya terlindung dari gelombang

besar dan arus pasang surut yang kuat, airnya berkadar garam (bersalinitas) payau

(2-22 ppt) hingga asin.

Eutrofikasi ialah kondisi dimana perairan mengalami peningkatan

kadar bahan organik, kondisi ini ditandai dengan terjadinya peningkatan

fitoplankton dan tumbuhnya tumbuhan air yang meningkat (blooming algae).

Eutrofikasi juga dikhawatirkan akan mengurangi kadar oksigen terlarut dalam

perairan, dan tingginya kandungan ammonia yang bersifat toksik bagi biota

air.

Kawasan Hutan Mangrove di sekitar hotel Swis Bel Kendari yang semula

di tetapkan sebagai jalur hijau kemudian ditetapkan sebagai pusat bisnis terpadu,

pariwisata, konservasi dan pengembangan kawasan pertanian serta pusat kegiatan

agrowisata dan kegiatan wisata alam berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kendari

Nomor 1 tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kendari.

B. Saran

Bagi pemerintah

1. Mengembangkan peraturan yang ketat terkait pengelolaan limbah hotel.


2. Melakukan pengawasan dan penegakan hukum yang tegas terhadap

pelanggaran peraturan pengelolaan limbah hotel.

3. Memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat dan hotelier

tentang pentingnya pengelolaan limbah hotel yang baik.

Bagi masyarakat

1. Memilih hotel yang menerapkan pengelolaan limbah yang baik.

2. Menggunakan fasilitas hotel secara bertanggung jawab untuk mengurangi

jumlah limbah yang dihasilkan.

3. Membuang limbah hotel pada tempatnya.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2010). Uji Fungsi Ginjal, Laboratorium AmerInd bio-Clinic, Jakarta,


Tersedia: http://www.abclab.co.id/index.php, diakses pada tanggal 18
Februari 2012.
Garno, Y. S. (2012). Dampak eutrofikasi terhadap struktur komunitas dan evaluasi
metode penentuan kelimpahan fitoplankton. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 13(1), 67-74.
Ghizella O. Ramena, Cynthia E. V. Wuisang & Frits O. P. Siregar. (2020).
Pengaruh Aktivitas Masyarakat Terhadap Ekosistem Mangrove di
Kecamatan Mananggu. Jurnal spasial. 7 (3).
Rolighed, E., Nugrahalia, M., & Karim, A. 2016. Pemeriksaan Kualitas Air
Sungai Sei Kera
Medan dengan Metode Spektrophotometri. Biolink (Jurnal Biologi Lingkungan,
Industri,Kesehatan),3(1),44–55.
Simbolon, A. R. (2016). Pencemaran Bahan Organik dan Eutrofikasi di Perairan
Cituis, Pesisir Tangerang. Jurnal Pro-Life, 3(2), 109-118.
Soetrisno, Y. (2002). Kualitas Perairan Waduk Cirata Dinamika Kualitas Air Di
Dua Lokasi Yang Berbeda Jumlah Keramba Jaring Apungnya. Jurnal
Teknologi Lingkungan, 3(1).

Anda mungkin juga menyukai