Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP

“PENCEMARAN AIR, DAMPAK DAN PENCEGAHANNYA”

DISUSUN OLEH:

NAMA : NABILA SALSABILLA


NIM : F12121105

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
NOVEMBER, 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekitar 97,2% dari air yang ada di bumi ini adalah air laut, Seperti air tawar,
air laut juga mempunyai kemampuan yangbesar untuk melarutkan bermacam-
macam zat, baik yang berupagas, cairan maupun padatan. Salah satu zat terlarut
yang terdapat dalam air laut adalah logam berat. Unsur atau senyawalogam berat ini
dapat masuk ke tubuh organisme yang hidup diperairan laut (Hutagalung, 1984)

Akhir-akhir ini masalah logam berat semakin banyak mendapat perhatian


masyarakat.. Hal ini mungkin disebabkan kekhawatiran masyarakat akan terjadinya
kasus keracunanlogam berat, seperti yang terjadi di Jepang yang telah menimbulkan
korban manusia. Disamping itu mungkin juga disebabkan kurangnya informasi
tentang logam berat yang diberikan kepada masyarakat (Hutagalung, 1984)

Berkembangnya IPTEK memacu terjadinya pencemaran lingkungan baik


pencemaran air, tanah dan udara. Pencemaranair yang diakibatkan oleh dampak
perkembangan industri harus dapat dikendalikan, karena bila tidak dilakukan sejak
dini akan menimbulkan permasalahan yang serius bagi kelangsungan hidup manusia
maupun alam sekitarnya. Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam pengendalian
dan pemantauan dampak lingkungan adalah melakukan analisis unsur-unsur dalam
ikan air tawar, terutama Pb, Cu, dan Cd (Supriyanto, 2007).

Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik antara lain


berbagai logam berat yang berbahaya. Beberapa logam berat tersebut banyak
digunakan dalam berbagai keperluan sehari-hari dan secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemari lingkungan dan apabila sudah melebihi batas yang
ditentukan berbahaya bagi kehidupan. Logam-logam berat yang berbahaya yang
sering mencemari lingkungan antara lain merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As),
kadmium (Cd), khromium (Cr), dan nikel (Ni). Logam-logam berat tersebut
diketahui dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu mikroorganisme, dan tetap
tinggal dalam jangka waktu lama sebagai racun (Supriyanto, 2007)
Berbagai hasil sisa kegiatan manusia di daratan, seperti limbah domestik,
pertanian dan perindustrian berujung di daerah muara sungai dan pantai. Kelompok
masyarakat dan industry memiliki anggapan bahwa sungai dan laut merupakan
keranjang sampah yang dapat digunakan untuk membuang sampah yang sangat
mudah caranya dan murah ongkosnya. Pengelolaan lingkungan masih dipandang
sebagai beban bagi pengusaha dan pengambil keputusan tidak begitu mudah
terdorong untuk mengadopsi aspek lingkungan dalam kebijakannya (Martuti, 2012)

Dalam lingkungan perairan ada tiga media yang dapat dipakai sebagai
indikator pencemaran logam berat, yaitu air,sedimen dan organisme hidup.
Pemakaian organisme hidup sebagai indikator pencemaran inilah yang disebut
bioindicator (Hutagalung, 1984)

Adanya pencemaran logam berat dalam suatau perairan perlu mendapat


perhatian yang serius dari berbagai pihak. Karena adanya logam berat dalam
perairan yang relatif kecilpun akan sangat mudah diserap dan terakumulasi secara
biologis oleh tanaman atau hewan air dan akan terlibat dalam sistem jarring
makanan. Kandungan logam berat dalam biota air biasanya akan bertambah dari
waktu kewaktu karena bersifat bioakumulatif, sehingga biota air dapat digunakan
sebagai indicator pencemaran logam dalam perairan (Darmono, 1995).

Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan


daratan, dimana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Limbah yang
mengandung polutan tersebutakan masuk ke dalam ekosistem perairan pantai dan
laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke
sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut (Ika, 2012)

Perairan laut indonesia selain dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan


lokal maupun internasional, juga memiliki sumber daya laut yang sangat kaya,
antara lain sumber daya perikanan, terumbu karang, mangrove, bahan tambang, dan
daerah pesisi rpantai dapat dimanfaatkan sebagai wisata yang menarik (Rengki,
2011)
Peningkatan kadar logam berat dalam air laut akan diikutioleh peningkatan
logam berat dalam tubuh ikan dan biota lainnya, sehingga pencemaran air laut oleh
logam berat akan mengakibatkan ikan yang hidup di dalamnya tercemar. Qiao
et al (2007) dalam penelitiannya mengatakan, akumulasi logam total adalah yang
terbesar dalam hati dan terendah dalam otot. Selanjutnya unsur-unsusr logam berat
dapat masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan minuman, serta pernafasan dan
kulit. Pemanfaatan ikan-ikan ini sebagai bahan makanan akan membahayakan
kesehatan manusia (Hutagalung, 1991)

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengerian pencemaran air
2. Apa saja jenis pencemaran air
3. Bahan pencemarana air
4. Apa saja dampak dari pencemaran air
5. Bagaimana pencegahan terhadap pencemaran air

1.3 Tujuan
Menyadari tingkat pencemaran perairan yang sangat tinggi maka perlu dilakukan
pencegahan dan pengendalian. Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan
pengetahuan tentang jenis dan bahan pencemar yang berada di perairan tawar, payau
dan laut. Tujuan mempelajari ilmu tentang jenis dan bahan pencemar di perairan
adalah mengetahui bagaimana akibat yang ditimbulkan dari bahan pencemar serta
cara mengatasinya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pencemaran Air


Dalam undang-undang no 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan PP RI No 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas
air dan pengendalian pencemarann air yang dimaksud dengan pencemaran air
adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkanair tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukkannya (Herlambang, 2006)

Kepadatan penduduk dapat mempengaruhi pencemaran lingkungan


sungai dan situ. Hal ini dikaitkan dengan tingkat kesadaran penduduk dalam
memelihara lingkungan yang sehat dan bersih. Limbah domestic yang dapat
berupa buangan air rumah tangga, padatan berupa sampah yang dibuang ke
sungai,air cucian kamar mandi maupun buangan tinja akan mempengaruhi
tingkat kandungan BOD, COD serta bakteri E.Coli dalam sungai. Sedangkan
limbah industri baik yang bersifatorganik dan anorganik juga akan
mempengaruhi kualitas air permukaan. Limbah domestik, industri, maupun
pertanian akan memberikan pengaruh terhadap keberadaan komponen
lingkungan sungai. Apabila pengaruh itu telah mengubah kondisi perairan
sehingga tidak dapat digunakan kembali dengan baik,maka perairan tersebut
dikatakan tercemar. Semakin padat penduduk suatu lingkungan semakin banyak
limbah yang harus dikendalikan (Hendrawan, 2006)

Berdasar pada sumbernya, bahan pencemar dapat dibedakan atas


pencemaran yang disebabkan oleh alam dan pencemaran oleh kegiatan manusia.
Bahan pencemar di perairan dapat berasal dari sumber buangan yang dapat
diklasifikasikan sebagai sumber titik (point source discharge) dan sumber
menyebar (difuse source). Sumber titik adalah sumber pencemaran terpusat
seperti yang berasal dari air buangan industry maupun domestik dan saluran
drainase. Sedangkan sumber menyebar polutan yang masuk ke perairan seperti
Run off atau limpasan dari permukaan tanah permukiman atau pertanian
(Hendrawan, 2005).

Jenis dan bobot dampak pembangunan terhadap lingkunan perairan


selain dipengaruhi oleh kondisi alam seperti topografi, geologi, fisiografi,
klimatologi dan hidrografi) ditentukan pula oleh jenis dan macam kegiatan,
teknologi yang digunakan,keanekaragaman kegiatan, intensitas dan kepadatan
kegiatandan laju perubahan yang terjadi di suatu daerah aliran sungai dimana
perairan itu berasal atau berada. Lingkungan perairan terdiri dari komponen
abiotik (komponen tidak hidup) dan biotik (biota hidup). Kedua komponen itu
saling berinteraksi melalui arus energi dan daur hara (nutrient). Resultan
interaksi dari kedua komponen itu berupa kualitas air. Apabila interaksinya
berubah atau terganggu, maka kualitas air dari lingkungan perairan itu berubah
pula. Sehingga aktifitas manusia akan mempengaruh ilingkungan air permukaan
(Hendrawan, 2006).

Ikan sebagai salah satu biota air dapat dijadikan sebagai salah satu
indikator tingkat pencemaran yang terjadi didalam perairan. Jika dalam tubuh
ikan telah terkandung kadar logam berat yang tinggi dan melebihi batas normal
yang telah ditentukan dapat sebagai indikator terjadinya suatu pencemaran
dalam lingkungan. Kandungan logam dalam ikan erat kaitannya dengan
pembuangan limbah industry disekitar tempat hidup ikan tersebut, seperti
sungai, danau dan laut. Banyaknya logam berat yang terserap dan terdistribusi
pada ikan bergantung pada bentuk senyawa dan konsentrasi polutan, aktivitas
mikroorganisme, tekstur sedimen, serta jenis dan unsur ikan yang hidup
dilingkungan tersebut (Supriyanto, 2007)
2.2 Jenis Pencemaan Air
2.2.1 Limbah
Dalam air laut kadar logam berat berkisar antara 10-5 – 10-2 ppm. Kadar
ini akan meningkat bila limbah perkotaan, pertambangan, pertanian dan
perindustrian yang banyak mengandung logam berat masuk ke
lingkungan laut. Dari jenis- jenis limbah ini, umumnya yang paling
banyak mengandung logam berat adalah limbah industri. Hal ini
disebabkan senyawa atau unsur logam berat sangat banyak dimanf
aatkandalam industri,baik sebagaibahan baku,katalisator, fungisida,
maupun sebagai “additive”

2.2.2 Makhluk Hidup


Algae yang berlimpah ini dapat membentuk lapisan pada
permukaan air, yang selanjutnya dapat menghambat penetrasi oksigen
dan cahaya matahari sehingga kurang menguntungkan bagi ekosistem
perairan. Pada saat perairan cukup mengandung phosfat, algae
mengakumulasi fosfor di dalam sel melebihi kebutuhannya. Fenomena
yang demikian dikenal dengan istilah konsumsi lebih (luxury
consumption) (Effendi,2003)

Selanjutnya diketahui pula bahwa dalam kondisi kepadatan


fitoplankton yang tinggi dan jenisnya beragam, zooplankton akan
melakukan pemilihan (selective feeding) terhadap jenis, bentuk dan
ukuran fitoplankton yang hendak dimakannya. Dengan adanya jenis fi
toplankton yang tidak dapat dimakan olehzooplankton dan adanya
kemampuan selektifitas yang dimiliki zooplankton, maka jenis-jenis
fitoplankton yang tersisa karena tidak dimakan atau tidak dipilih akan
berkembang dan mendominasi komunitas fitoplankton perairan tersebut.
Sesuai dengan unsur-unsur hara yang tersedia, baik yang berasal dari
dalam maupun luar ekosistem. Dari dalam ekosistem nutrienvberasal dari
dekomposisi organik (detritus & kotoran eksresi) dan regenerasi nutrien
oleh zooplankton; sedangkan dari luar ekosistem nutrien masuk ke badan
air bersama-sama berbagai bahan buangan (limbah) baik yang disengaja
ataupun tidak (Garno Y.S. 1999)

2.3 Bahan Pencemaran Air


Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria yang
sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak pada pengaruh
yang diakibatkan bila logam ini diberikandan atau masuk ke dalam tubuh
organisme hidup. Meskipun semua logam berat dapat mengakibatkan
keracunan pada makhluk hidup, namun sebagian dari logam berat
tersebut tetap dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil. Bila
kebutuhan yang sangat sedikit itu tidak dipenuhi, maka dapat berakibat
fatal bagi kelangsungan hidup organisme (Rusman, 2010).

Besi merupakan logam berat yang dibutuhkan dimana zat ini


dibutuhkan dalam proses untuk menghasilkan oksidasi enzim
cytochrome dan pigmen pernapasan (haemoglobin). Logam ini akan
menjadi racun apabila keadaannya terdapat dalam konsentrasi di atas
normal (Hasbi, 2007).

Meningkatnya senyawa Amonia ini, akan meningkatkan


pertumbuhan dan kepadatan fitoplankton. Kepadata fitoplankton yang
tinggi menimbulkan peristiwa ledakan populasi. (“blooming”), yang
diikuti oleh kematian masal (’die off”) fitoplankton. Peristiwa ledakan
populasi dan kematian masal fitoplankton akan memperburuk kualitas air
tambak, sehingga produksi udang windu menurun. Penurunan kualitas
air tambak dapat pula memacu timbulnya berbagai macam penyakit pada
udang windu (Daniel, 2002) dalam (Hendrawati et. al. 2007)

Mencermati uraian tersebut diatas maka dapat diduga bahwa


kombinasi pengaruh nutrien dan zooplankton pada suatu komunitas
fitoplankton akan selalu menyebabkan perubahan pada struktur
komunitas fitoplankton tersebut, baik dalam keadaan jenis fitoplankton
penyusun struktur komunitas tersebut berubah ataupun tetap. Kenyataan
bahwa fitoplankton adalah produsen primer, yang struktur komunitasnya
mudah berubah oleh perubahan sifat fisik, kimia (zat-zat hara) dan
biologi ekosistemnya maka keberadaan fitoplankton dalam suatu
perairan bukan hanya dapat dijadikan parameter biologi dalam analisis
status kualitas lingkungan perairan namun dapat pula dijadikan indikator
biologi dalam penentuan tingkat pencemaran.(Garno, 1999)

2.4 Dampak Pencemaran


Senyawa nitrit yang berlebih di tambak akan menyebabkan
menurunnya kemampuan darah udang untuk mengikat O2, karena nitrit
akan bereaksi lebih kuat dengan hemoglobin yang mengakibatkan
tingkat kematian udang tinggi. Selain itu,tingginya senyawa amonia dan
nitrit di tambak juga akan menganggu proses pengeluaran senyawa
amonia dan nitrit yang ada dalam tubuh udang, sehingga akan
terakumulasi di dalamtubuh udang (Trobos, 2007).

Timbal (Pb) juga salah satu logam berat yang mempunyai daya
toksitas yang tinggi terhadap manusia karena dapat merusak
perkembangan otak pada anak-anak, menyebabkan penyumbatan sel-sel
darah merah, anemia dan mempengaruhi anggota tubuh lainnya. Timbal
dapat diakumulasi langsung dari air dan dari sedimen oleh organisme
laut (Purnomo, 2009)

Akumulasi logam total adalah yang terbesar dalam hati dan


terendah dalam otot. Selanjutnya unsur-unsur logam berat dapat masuk
ke tubuh manusia melalui makanan dan minuman, sertapernafasan dan
kulit. Pemanfaatan ikan-ikan ini sebagai bahan makanan akan
membahayakan kesehatan manusia (Hutagalung, 1991)
2.5 Pencegahan Terhadap Pencemaran Perairan
Untuk mencegah terjadinya peningkatan Amonia pada airtambak salah
satunya dengan melakukan pembatasan jumlah pakan yang diberikan
atau dengan pengendalian pH pada kondisi alkalis, karena ammonia
mudah menguap pada kondisi ini (Daniel, 2002) dalam (Hendrawati et.
al, 2007)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembuatan makalah tentang materi jenis dan bahan pencemar
didapatkan sebagai berikut:
 Jenis bahan pencemar dibagi menjadi 2 yaitu berdasarkan keadaan suatu
tempat atau bisa diartikan secara alami dan yang kedua pencemaran yang
disengaja atau limbah yang dihasilkan oleh aktifitas produksi manusia
 Dampak yang ditumbulkan pada pencemaran air ini kemakhluk hidup
diperairan itu sendiri dan manusia ketika mengonsumsi dari hasil aktifitas
perairan tercemar tersebut.
 Cara menanggulanginya dengan manajemen area budidaya sebaik mungkin
supaya tidak ada bahan pencemar masuk dan timbul merusak usaha
budidaya

3.2 Saran
Saran saya dalam mengelola perairan dipertimbangkan dampak pembuangan
limbah dan manajemen dari perairan yang kita budidayakan supaya perairan
lingkungan dan budidaya tidak tercemar sehingga usaha yang kita jalankan
mencapai ekspetasi kita
Daftar Pustaka

Garno, Yudhi Soetrisno, 2008. Kuakitas Air Dan Dinamika Fitoplankton Di


Perairan Pulau Harapan. peneliti di Pusat Teknologi Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi. Jurnal Hidrosfir Indonesia. 3(2): 87-94

Hendrawan, Diana. 2005. Kualitas Air Sungai dan Situ di DKI Jakarta. Jurusan
Teknik Lingkungan. Fakultas Arsitektur, Lansekap dan Teknologi Lingkungan. Makara,
Teknologi, 9(1). Universitas Trisakti, Jakarta Barat

Hendrawati, Tri Heru Prihadi, Nuni Nurbani Rohmah. 2007. Analisis Kadar Phosfat
dan N-Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air Payau akibat
Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Program Studi Kimia FST
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Pasar Minggu
Jakarta Selatan

Herlambang, Arie. 2006. Pencemaran Air dan Strategi penganggulangannya. JAI. 2(1).
Jakarta

Hutagalung, Horas P. 1984. Logam Berat Dalam Lingkungan Laut. Pusat Penelitian
Ekologi, Lembaga Oseanologi Nasional. LIPI. Oseana. IX (1): 11-20, Jakarta

Ika, Tahril dan Irawan Said. 2012. Analisis timbal (pb) dan Besi (Fe) Dalam Air Laut
di Wilayah Pesisir Pelabuhan Ferry Taipa Kecamatan Palu Utara. J. Akad Kim.
1(4): 181-186. Palu

Martuti Nana Kariada Tri. 2012. Kandungan Logam Berat Cu Dalam Ikan Bandeng,
Studi Kasus di Tambak Wilayah Tapak Semarang. Jurusan Biologi FMIPA Unnes.
Semarang pujiastuti, Peni, Bagus Ismail, dan Pranoto 2013. KUALITAS DAN BEBAN
PENCEMARAN PERAIRAN WADUK GAJAH MUNGKUR. Jurnal EKOSAINS.
V(1).

Supriyanto, C, Samin, Zainul Kamal. 2007. ANALISIS CEMARAN LOGAM


BERAT Pb, Cu, DAN Cd PADA IKAN AIR TAWAR DENGAN METODE
SPEKTROMETRI NYALA SERAPAN ATOM (SSA). Pusat Teknlogi Akselarator
dan Proses Bahan, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai