PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air termasuk salah satu kebutuhan hidup yang paling penting. Tanpa air,
berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung meskipun air dapat dikatakan
sebagai sumber daya alam yang dapat diperbarui oleh alam sendiri, tapi kenyataan
terhadap bersih masih menjadi masalah. Sebagian besar air tawar yang digunakan
berasal dari air sungai, danau, waduk dan sumur. Pesatnya pembangunan wilayah di
Indonesia dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi membutuhkan air dalam
jumlah yang banyak yang sering kali tidak tersedia untuk penduduk. Oleh karena itu
pembangunan yang baik adalah juga penyediaan kualitas dan kuantitas air bersih
sehingga jika tidak terpenuhi air akan menjadi tercemar (Puspitasari, dkk., 2009: 23).
adanya penambahan unsur atau organisme laut ke dalam perairan. Pencemaran air
bahan organik yang melebihi standar baku mutu atau kandungan zat beracun di
perairan. Kondisi tersebut dapat merusak kadar kimia air dan menyebabkan
kandungan oksigen terlarut di perairan menjadi kritis. Kadar kimia air yang rusak
tersebut akan berpengaruh terhadap peran atau fungsi dari perairan. Jumlah polutan
ditampung oleh badan perairan akibat air buangan domestik yang berasal dari
penduduk maupun buangan dari proses-proses industri. Air yang tercemar dapat
1
diketahui kandungan apa saja yang terkandung dalam air tersebut, salah satu cara
2
3
BOD atau sering disebut Biological Oxygen Deman dapat dikatakan sebagai
mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Santoso, 2018). Nilai BOD
air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer dan udara (Andika, dkk.,
2020: 15).
oksigen terlarut (DO) dan BOD (Biological Oxygen Demand) yang bertujuan untuk
menentukan nilai oksigen terlarut (DO) dan BOD (Biological Oxygen Demand) air
danau Mawang.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah berapa nilai oksigen terlarut
C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini adalah untuk menentukan nilai oksigen terlarut
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pencemaran Lingkungan
Lingkungan merupakan tempat hidup sekaligus menjadi tempat penampungan
keadaannya dan menetralkan diri kembali ke keadaan awal jika limbah tersebut
masih berada dalam batas daya dukung lingkungan tersebut. lingkungan dapat
menerima limbah yang berasal dari rumah tangga maupun industri yang ada di
lingkungan baik itu air, tanah dan udara termasuk flora, fauna dan mikroorganisme.
hidup, zat, energi, dan komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia atau proses alam. Hal tersebut akan membuat kualitas lingkungan menjadi
kurang atau tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran lingkungan
juga akan melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bab 1 Pasal 1 ayat 12). Yang dimasuksud baku
mutu lingkungan hidup (BML) dinyatakan pada bab dan pasal yang sama yaitu di
ayat 13 yang berbunyi “ukuran batas atau kadar makhluk, zat, energi atau komponen
yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
4
dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup (Dewata dan
5
6
kontaminasi habitat, pemanfaatan sumber daya alam yang tidak dapat terurai. Setiap
penggunaan sumber daya alam yang melebihi kapasitas alam untuk memulihkan
merupakan salah satu hal yang menjadi masalah lingkungan hidup. Apabila
segala kebutuhan hidup manusia seperti penyedia air, udara, makanan, obatobatan,
estetika dan lainnya. Kerusakan alam sama dengan daya dukung kehidupan manusia
lingkungan). Pencemaran ini bisa terjadi di udara (air pollution), di tanah (soil
pollution) dan air (water pollution) (Dewata dan Denhas, 2018: 5).
yang disebabkan oleh limbah dan sampah sisa dari proses produksi tersebut. Limbah
pencemaran atau kerusakannya sumber daya alam adalah timbulnya ancaman atau
(economic cost), dan terganggunya sistem alami (natural system). Dampak negatif
yang ditimbulkan terhadap kesehatan masyarakat akan dirasakan dalam kurun waktu
jangka panjang. Dengan tercemarnya lingkungan hidup oleh limbah dan sampah nilai
estetika dari lingkungan tersebut akan menurun, lingkungan yang tercemar tersebut
akan terlihat kumuh dan tidak dapat digunakan untuk kepentingan sehari-hari.
tersebut, komponen yang terdapat pada lingkungan tersebut akan menjadi rusak
(Permadi dan murni, 2011: 4).
khususnya di Bali memiliki peraturan dalam bentuk Peraturan Daerah yaitu Peraturan
Daerah Provinsi Bali No. 4 Tahun 2005 Tentang Pengendalian Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan Hidup. Upaya secara hukum dapat dilaksanakan dengan lebih
hukum dapat dilakukan melalui sosialisasi dan himbauan. Sosialisai yang dilakukan
serta sosialisasi mengenai pentingnya menjaga lingkungan hidup. Hal ini dilakukan
dengan cara bekerja sama dengan unsur Desa yaitu PKK, tokoh masyarakat, dan
karang taruna terkait. Serta menghimbau masyarakat untuk ikut berperan serta dalam
mencegah dan melindungi lingkungan dari pencemaran limbah dan sampah dengan
B. Pencemaran Air
Pencemaran Air yang dimaksud dengan pencemaran air adalah masuknya atau
dimasukkannya makluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh
kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Dari definisi
tersebut tersirat bahwa pencemaran air dapat terjadi secara sengaja maupun tidak
sengaja dari kegiatan manusia pada suatu perairan yang peruntukkannya sudah jelas
Pencemaran air adalah penambahan unsur atau organisme laut kedalam air,
kerugian ekonomi dan sosial, karena adanya gangguan oleh adanya zat-zat beracun
atau muatan bahan organik yang berlebih. Keadaan ini akan menyebabkan oksigen
terlarut dalam air pada kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air. Rusaknya
kadar kimia air tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi dari air. Besarnya beban
sebagai berikut:
1. Sumber tetap atau berasal dari lokasi yang dapat diidentifikasi (point source).
Sumber tetap adalah semua limbah yang berasal dari sumber yang dapat
9
sumber tetap diantaranya yang berasal dari tempat treatment limbah, Runoff
2. Sumber tidak tetap (non point source), Sumber tidak tetap meliputi limbah
yang berasal dari runoff di daratan, dari atmosfer dan sumber yang sukar
lainnya
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik
yang berbeda-beda seperti pembuangan limbah pabrik ke sungai dan pencemaran air
oleh sampah yang dapat merusak ekosistem sungai dan menyebabkan banjir.
ekosistem sungai baik hewan maupun tumbuhan. Pencemaran air dan bentuk
aktivitas yang dilakukan oleh manusia seperti membuang sampah yang dapat
komunitas itu akan dikuasai oleh spesies yang dapat hidup unggul, stabil dan mandiri
yang sudah mencapai kemantapan disebut komunitas yang sudah mencapai puncak
C. Teknik Sampling
10
Teknik sampling sangat erat kaitannya dengan kegiatan survei seperti survei
pendapatan masyarakat, riset pasar terhadap tingkah laku konstituen, studi akademik
pertanian-populasi bisa terdiri dari rumah tangga tani, luas areal tanaman padi, luas
areal tanaman palawija dan lain sebagainya. Informasi yang ingin kita dapatkan
diantaranya ialah jumlah atau total nilai-nilai karakteristik (ciri), proporsi, persentase,
maupun kuantitatif. Survei-survei tersebut berbeda di dalam tujuan, biaya, waktu dan
ruang lingkup (scope). Selain itu, variasi dari rancangan dasar boleh dimasukkan
Menurut Garaika dan Darmanah (2019: 31), teknik sampling pada dasarnya
1. Probability Sampling
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi:
secara kala tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi sersebut. Carea ini
Teknik digunakan apabila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak
Teknik ini untuk menentukan sampel, apabila populasi berstrata tetapi kurang
proporsional.
obyek yang diteliti atau sumber data sangat luas. Misalnya penduduk dari suatu
Negara, provinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang dijadikan
propinsi, maka 10 propinsi diambil secara Random (acak) perlu diingat propinsi
Random sampling.
2. Nonprobability Sampling
Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota
a. Sampling Sistematis
telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi diberi nomor urut terdiri dari 50
12
orang dari nomor 1 sampai dengan nomor 50 pengambilan sampel dapat nomor
b. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
c. Sampling Aksidental
Sampling Aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti
d. Sampling Purpasive
tertentu. Misalnya penelitian tentang makanan, maka sampel datanya adalah orang
D. DO (Dissolved oxygen)
volume air tertentu pada suatu suhu dan tekanan atmosfer tertentu. Oksigen
merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga bila ketersediaannya di
dalam air tidak mencukupi kebutuhan biota, maka akan menghambat aktivitas
dapat bertahan jika terdapat oksigen terlarut minimal sebanyak 5 ppm (5 part
per million atau 5 mg oksigen untuk setiap liter air) selebihnya bergantung
juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi
dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut.
Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti
kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus,
gelombang dan pasang surut. Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan
semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada
lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi
antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya
kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis
semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan
normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik) atau berdasarkan Peraturan
minimum yang harus ada pada air adalah >2 mg O2/lt. Kandungan oksigen terlarut
14
tidak boleh kurang dari 1,7 mg/L selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat
Menurut Salmin (2005: 23), oksigen terlarut (DO) dapat dianalisis atau
H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan
(kanji).
2. Metode Elektrometri
dan anoda yang direndam dalarn larutan elektrolit. Alat DO meter ini, probe
ini biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara
keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi
meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri ialah penentuan
standar kalium bikromat yang tepat. Prosedur yang diikut dengan melakukan
dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini
sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO
dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO meter masih
dapat
industri,
16
lain) yang ada di dalam air atau air limbah. Uji standar BOD menggunakan
300 mL yang diinkubasi pada suhu 20°C sealam 5 hari pada lingkungan
bebas cahaya. Sampel limbah diencerkan dengan larutan yang mengandung
pencemaran air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran
yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang harnpir sama dengan kondisi yang
ada di alam. Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara
luar untuk rnencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi
air buangan/sampel tersebut juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran
tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama
pemeriksaan. Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air
terbatas dan hanya berkisar ± 9 ppm pads suhu 20 °C (Salmin, 2005: 24).
17
kandungan oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel segera setelah pengambilan
contoh, kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah
diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20 °C) yang sering
disebut dengan DO5. Selisih DOi dan DO5 (Doi-DO5) merupakan nilai BOD yang
dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L). Pengukuran oksigen dapat
dilakukan secara analitik dengan cara titrasi (metode winkler dan iodometri) atau
dengan menggunakan alat yang disebut DO meter yang dilengkapi dengan probe
khusus. Jadi pada prinsipnya dalam kondisi gelap, agar tidak terjadi proses
fotosintesis yang menghasilkan oksigen, dan dalam suhu yang tetap selama lima hari,
terjadi hanyalah penggunaan oksigen, dan oksigen tersisa ditera sebagai DO5. Yang
penting diperhatikan dalam hal ini adalah mengupayakan agar masih ada oksigen
tersisa pada pengamatan hari kelima sehingga DO5 tidak nol. Bila DO5 nol maka
yang akan dianalisis ada kalanya perlu dilakukan penetralan pH, pengenceran, aerasi,
atau penambahan populasi bakteri terlebih dahulu. Pengenceran dan atau aerasi
diperlukan agar masih cukup tersisa oksigen pada hari ke lima. Pengukuran BOD
analisis BOD memerlukan waktu yang lama. Waktu oksidasi biokimia yang
dilakukan oleh bakteri ini sangat dipengaruhi oleh suhu perairan. Pada metode
standar, suhu yang digunakan pada analisis ini adalah suhu 20 °C. Suhu rata-rata
perairan di Indonesia
18
25-30 °C sehingga hal ini akan mempengaruhi lamanya inkubasi dan aktivitas bakteri
F. Integrasi Ayat
METODE PERCOBAAN
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet ukur 5 mL dan 1
mL , botol Winkler, Erlenmeyer, buret, gelas kimia, bulp, pipet tetes, statif dan klem,
corong kaca, batang pengaduk, bunsen, kaki tiga dan kasa asbes.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air Danau Mawang,
C. Prosedur Kerja
Mengambil air Danau Mawang, kemudian memasukkan ke dalam botol
hingga sampel larut sempurna. Kemudian, menitrasi sampel dengan larutan Na2S2O3
0,025N hingga terjadi perubahan warna menjadi kuning kehijauan. Setelah itu,
19
20
biru dan jenuh. Selanjutnya, mencatat volume titrasi yang digunakan. Kemudian,
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
a. Penentuan DO0
Tabel 4.1 Penentuan DO0
Sebelum
Setelah Penambahan Bahan
Penambahan
Bahan MnSO4 H2SO4 Amilum
NaOH-Ki N2S2O3 N2S2O3
40% 2 mL 1%
b. Penentuan DO5
Tabel 4.2 Penentuan DO5
Sebelum
Setelah Penambahan Bahan
Penambahan
Bahan MnSO4 H2SO4 Amilu
NaOH-Ki N2S2O3 N2S2O3
40% 2 mL m 1%
2. Reaksi
a. Penentuan DO
Mn2+ + O2 → MnO2
21
22
B. Pembahasan
sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba
oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel pada awal pengambilan sampel,
diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap yang sering
disebut dengan DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi - DO5) merupakan nilai BOD
oksigen dapat dilakukan secara analitik dengan cara titrasi (metode winkler
dan iodometri) atau dengan menggunakan alat yang disebut DO meter yang
langsung pada pagi hari sebelum terang. Percobaan pertama yang dilakukan
yaitu menentukan DO5 dan DO0 untuk mengetahui nilai BOD pada air.
Penentuan DO5 dan DO0 berbeda, letak perbedaannya yaitu pada penentuan
DO5 sampel harus diinkubasi selama 5 hari sedangkan DO0 sampel diambil
mencelupkan botol 45° dalam air kemudian menutupnya agar tidak terdapat
Penentuan DO5 harus diinkubasi pada ruangan gelap yang bertujuan agar
hari, sedangkan dilakukan inkubasi selama 5 hari bertujuan agar terjadi proses
botol winkler agar tidak terjadi percikan dan pereaksi tidak keluar dari botol
yang berfungsi sebagai katalisator karena zat organik sangat sukar bereaksi
terlarut yang terikat dengan sampel dan hal ini dibuktikan dengan adanya
amilum 1% yang bertujuan untuk mengikat ion-ion yang ada pada larutan
DO5 yaitu tetap bening walaupun sudah dilakukan titrasi dan ditambahkan
indikator amilum. Penentuan DO5 juga dilakukan secara duplo tetapi warna
yang dihasilkan secara simplo dan duplo tetap berwarna bening. Hal ini tidak
sesuai dengan teori (Andika, dkk., 2020: 19) yang menyatakan bahwa ketika
Indikator amilum akan menghasilkan warna biru. Sehingga, nilai DO5 tidak
berhasil sehingga nilai DO0 dapat ditentukan. Nilai DO0 yang diperoleh yaitu
sebesar 8,4 mg/L. Nilai ini tergolong cukup baik menurut Keputusan Menteri
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah nilai oksigen terlarut (DO) air danau
B. Saran
Saran saya pada percobaan ini adalah sebaiknya pada praktikum berikutnya
menggunakan juga sampel air laut yang berada didekat ekosistem mangrove untuk
25
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim.
Andika, dkk. “Penentuan Nilai BOD dan COD sebagai Parameter Pencemaran Air
dan Baku Mutu Air Limbah di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
Medan”. Quimic sains dan Terapan 2, No. 1 (2020): h. 12-22.
Aruan dan Siahaan. “Penentuan Kadar Dissolved Oxygen (DO) pada Air Sungai
Sidoras di Daerah Butar Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara”.
Analisis Laboratorium Medik 2, No. 1 (2017): h. 1-5.
Atima, Wa. “BOD dan COD sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku Muti Air
Limbah”. Biology Science dan Education 4, no. 1 (2015): h. 65-98.
Daroini dan Arisansi. “Analisis BOD (Biological Oxygen Deman) di Perairan Desa
Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan”. Juvenil 1, No. 4 (2020): h. 558-566.
Dewata dan Denhas. Pencemaran Lingkungan. Depok: Rajawali Press, 2018.
Garaika dan Darmanah. Metodologi Penelitian. Lampung: CV. Hira Tech, 2019.
Herlambang, Arie. “Pencemaran Air dan Strategi Penanggulangannya”. JAI 2, no. 1
(2006): h. 16-29.
Lubis, dkk. “Analisis Dampak Pencemaran Lingkungan terhadap Faktor Sosial
Ekonomi pada Wilayah Pesisir di Desa Pahlawan Kecamatan Tanjung Tiram
Kabupaten Batu Bara”. Lingkungan 1, No. 2 (2018): h. 94-116.
Machdar, Izzarul. Pengantar Pengendalian Pencemaran: Pencemaran Air,
Pencemaran Udara dan Kebisingan”. Yogyakarta: Deepublish, 2018.
Merliyana. “Analisis Statis Pencemaran Air Sungai dengan Makrobentos sebagai
Bioindikator di Aliran Sungai Sumur Putro Teluk Betung”. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,
2017.
Permadi dan Murni. “Dampak Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah dan Upaya
Penanggulangan di Kota Denpasar”. Hukum 2, no. 1 (2011): h. 1-5.
Puspitasari, Dinarjati Eka. “Dampak Pencemaran Air terhadap Kesehatan
Lingkungan dalam Perspektif Hukum Lingkungan (Studi Kasus Sungai Code
di Kelurahan Wirogunan Kecamatan Merangsan dan Kelurahan Prawirodirjan
Kecamatan Gondamanan Yogyakarta”. Mimbar Hukum 21, no. 1 (2009): h.
23-34.
Salmin. “Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) sebagai
Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan”. Oseana 30, no. 3
(2005): h. 21-26.
Santoso, Arif Dwi. “Keragaan Nilai DO, BOD dan COD di Danau Bekas Tambang
Batu bara”. Teknologi Lingkungan 19, no. 1 (2018): h. 89-96.
Sumampouw dan Risjani. Indikator Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta:
Deepublish, 2018.
Sumargo, Bagus. Teknik Sampling. Jakarta Timur: UNJ Press, 2020.