Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI UMUM

PERCOBAAN IV

POLUSI ORGANIK DI PERAIRAN

NAMA : SRI WAHYUNI

NIM : H41114504

HARI/TANGGAL : SABTU/ 28 MARET 2015

KELOMPOK : 6 (ENAM)

ASISTEN : PUBI INDASARI

JENNYTA DHEWI DT

LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kemajuan industri dan teknologi telah dapat meningkatkan kualitas hidup

manusia. Akan tetapi disisi lain, kemajuan ini dapat pula berdampak pada

lingkungan hidup yag pada akhirnya berdampak terhadap manusia (Yusuf, 2008).

Lingkungan terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Jika komponen biotik

berada dalam komposisi yang proporsional antara tingkat trofik dengan komponen

abiotik yang mendukung kehidupan komponen biotik, lingkungan tersebut berada

dalam keseimbangan atau stabil. Keseimbangan lingkungan dapat menjadi rusak,

artinya lingkungan menjadi tidak seimbang jika terjadi perubahan yang melebihi

daya dukung dan daya lentingnya (Umar, 2014).

Dewasa ini lingkungan di sekitar kita sudah sangat memprihatinkan.

Pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran tanah terjadi dimana-mana.

Hal ini diakibatkan oleh aktivitas manusia yang telah mengubah lingkungan yang

tadinya nyaman menjadi tidak nyaman. Setiap hari kita berinteraksi dengan asap

rokok, asap kendaraan, suara bising, dan limbah detergen. Lingkungan manusia

sekarang telah berubah dengan masuknya zat-zat pencemar ke dalam lingkungan

hidup kita semua (Ferial, 2013).

Suatu proses pasti dihasilkan limbah yang dapat berupa limbah rumah

tangga, yang kehadirannya pada waktu dan tempat tertentu yang tidak

dikehendaki lingkungan. Dalam konsentrasi dan jumlah tertentu, kehadiran

limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan karena dapat menimbulkan

pencemaran lingkungan (Lina, 1985).


Untuk mengetahui mengetahui kualitas air maka dilakukanlah percobaan

pengaruh limbah organik terhadap kualitas air dengan beberapa sumber yang

berbeda.

I.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui kualitas air dari beberapa sumber yang berbeda, dengan

menggunakan methylen blue.

2. Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan

peralatan yang berhubungan dengan pencemaran lingkungan.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan Hubungan Produsen dan Konsumen dalam Siklus Karbon di

Perairan dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 Maret 2014 pukul 14.00-17.00 WITA

bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan biologi, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Polusi domestik atau polusi akibat aktivitas rumah tangga yang dapat

berupa sampah, sisa makanan, sabun, detergen dan bahan tinja, dimana ini mudah

diuraikan oeh mikroba air dengan menggunakan oksigen terlarut dalam air. Pada

umumnya air yang tercemar mempunyai kandungan O2 sangat rendah, hal ini

disebabkan oleh oksigen terlarut dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk

mendegradasi bahan buangan organik sehingga mengikuti reaksi oksidasi biasa

atau menjadi menjadi bahan yang mudah menguap. Semakin tinggi aktivitas

mikroba menguraikan bahan organik makin cepat kandungan O2 dalam air habis,

sehingga dapat dikatakan bahwa kestabilan relatif dari air tadi rendah atau kecil

(Umar, 2014) .

Pencemaran berdasarkan bentuknya terbagi menjadi empat macam

(Effendi, 2003), yaitu :

1. Pencemaran udara, pencemaran udara berhubungan dengan pencemaran

atmosfer bumi yang berasal dari kegiatan alami dan aktivitas manusia. Sumber

pencemaran udara di setiap wilayah atau daerah berbeda-beda.Sumber

pencemaran udara berasal dari kendaraan bermotor, kegiatan rumah tangga,

dan industri.

2. Pencemaran tanah, pencemaran tanah berasal dari limbah rumah tangga,

kegiatan pertanian, dan pertambangan.

3. Pencemaran air, pencemaran air meliputi pencemaran di perairan darat, seperti

danau dan sungai, serta perairan laut. Sumber pencemaran air, misalnya

pengerukan pasir, limbah rumah tangga, industri, pertanian, pelebaran sungai,


pertambangan minyak lepas pantai, serta kebocoran kapal tanker pengangkut

minyak.

4. Pencemaran suara (kebisingan), ancaman serius lain bagi kualitas lingkungan

manusia adalah pencemaran suara. Bunyi atau suara yang dapat mengganggu

dan merusak pendengaran manusia disebut kebisingan.Tingkat kebisingan

terjadi bila intensitas bunyi melampui 50 desibel (db).Oleh karena kebisingan

dapat mengganggu lingkungan, kebisingan dapat dimasukkan sebagai

pencemaran.

Pencemaran air dapat dikelompokkan kedalam 2 jenis yaitu, sumber

langsung dan sumber tidak langsung. Sumber langsung adalah buangan (effluent)

yang berasal dari sumber pencemarnya yaitu limbah hasil pabrik atau limbah dari

hasil kegiatan domestik berupa buangan hasil cucian atau sampah, pencemaran

terjadi karena buangan ini langsung dibuang ke badan air (sistem) seperti sungai,

danau, kanal, parit atau selokan. Sumber-sumber tidak langsung adalah

kontaminan yang masuk melalui air tanah akibat adanya pencemaran pada air

permukaan baik dari limbah domestik maupun dari limbah industri/pabrik

(Yusuf, 2008).

Air yang aman adalah air yang sesuai dengan kriteria bagi peruntukan air

tersebut. Misalnya kriteria air yang dapat diminum secara langsung (air kualitas

A) mempunyai kriteria yang berbeda dengan air yang dapat digunakan untuk air

baku air minum (kualitas B) atau air kualitas C untuk keperluan perikanan dan

peternakan dan air kualitas D untuk keperluan pertanian serta usaha perkotaan,

industri dan pembangkit tenaga air (Whardana, 1995).

Pencemaran pada air ini banyak di pengaruhi oleh limbah rumah tangga.

Limbah rumah tangga seperti deterjen, sampah organik, dan anorganik


memberikan andil cukup besar dalam pencemaran air sungai, terutama di daerah

perkotaan. Sungai yang tercemar deterjen, sampah organik, bahan kimia dari

perusahaan, bahan yang mudah tercemar dan susah diuraikan dan anorganik yang

mengandung mikroorganisme dapat menimbulkan penyakit, terutama bagi

masyarakat yang menggunakan sungai sebagai sumber kehidupan sehari-hari.

Proses penguraian sampah dan deterjen memerlukan oksigen sehingga kadar

oksigen dalam air dapat berkurang. Jika kadar oskigen suatu perairaan turun

sampai kurang dari 5 mg/liter, maka kehidupan biota air seperti ikan terancam

(Lina, 1985).

Pencemaran air terjadi apabila dalam air terdapat berbagai macam zat atau

kondisi (misalnya panas) yang dapat menurunkan standar kualitas air yang telah

ditentukan, sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu

sumber air dikatakan tercemar tidak hanya karena tercampur dengan bahan

pencemar, akan tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu

Sebagai contoh, suatu sumber air yang mengandung logam berat atau

mengandung bakteri penyakit masih dapat digunakan untuk kebutuhan industri

atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk

kebutuhan rumah tangga (seperti keperluan air minum, memasak, mandi dan

mencuci) (Sugiharto, 1987).

Derajat pencemaran suatu perairan dapat diketahui dengan bermacam-

macam cara, misalnya berdasarkan kejernihan air, kandungan O2 terlarut,

kebutuhan O2 oleh mikroba Biological Oxygen Demand, dan proses kimiawi

lainnya dalam penguraian bahan organik di dalam air. BOD (Biologycal Oxygen

Demand) merupakan ukuran jumlah zat organik yang dapat dioksidasi oleh

bakteri aerob/jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi sejumlah


tertentu zat organik dalam keadaan aerob. BOD akan semakin tinggi jika derajat

pengotoran limbah semakin besar. BOD merupakan indikator pencemaran penting

untuk menetukan kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri, atau air

yang telah tercemar. BOD biasanya dihitung dalam 5 hari pada suhu 200C. Nilai

BOD yang tinggi dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut tetapi syarat

BOD air limbah yang diperbolehkan dalam suatu perairan di Indonesia adalah

sebesar 30 ppm (Salmin, 2005).

Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut

dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter

penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk

konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan

air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki

kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air

tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana

badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme

(Sugiharto, 1987).

Air alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan

garam-garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah.

Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri pertambangan dan

pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat. Jumlah zat padat terlarut

ini dapat digunakan sebagai indikator terjadinya pencemaran air. Selain jumlah,

jenis zat pencemar juga menentukan tingkat pencemaran. Air yang bersih adalah

jika tingkat DO nya tinggi, sedangkan BOD dan zat padat terlarutnya rendah

(Setiawan, 2011).
Percobaan ini lebih difokuskan terhadap jenis pencemaran yang

ditimbulkan polusi domestik pada lingkup perairan. Polusi domestik atau dengan

kata lain limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, misalnya limbah rumah

tangga, dalam rumah tangga, air digunakan untuk minum, memasak, mencuci, dan

berbagai keperluan lainnya. Setelah digunakan, air dibuang atau mengalir ke

selokan. Selanjutnya, air tersebut mengalir ke sungai, danau, dan laut. Air

buangan rumah tangga atau dikenal sebagai limbah domestik mengandung 95%

sampai 99% air dan sisanya berupa limbah organik . Sebagian dari air buangan

terdiri atas komponen nitrogen, seperti urea dan asam urik yang kemudian akan

terurai menjadi amoniak dan nitrit. Pada perairan yang dimasuki oleh limbah

rumah tangga biasanya akan menyebabkan populasi ganggang menjadi meningkat

pesat sebagai akibat banyaknya persediaan nutrien, dan jika persediaan oksigen

dalam perairan tersebut semakin berkurang (Yusuf, 2008).


BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol sampel, karet

gelang, plastik elastis dan pipet tetes.

III.2 Bahan

Bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah label, metylen blue, air

laut jam 12 malam, air laut jam 6 pagi, air selokan, air sungai, air kolam, air

sumur dan air PAM

III.3 Cara Kerja

Langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan ini, yaitu :

1. Memberi sebuah label pada masing-masing botol, untuk memastikan bahwa

botol tidak tertukar.

2. Mengisi botol dengan berbagai sumber air, sesuai dengan labelnya.

3. Memberi methylen blue sesuai dengan takaran, kemudian diaduk.

4. Menutup dengan menggunakan plastik elastis dan mengikat dengan karet

gelang, usahakan tidak ada gelembung yang terdapat dalam botol.

5. Menyimpan di tempat yang gelap dan diamati 1x24 jam selama 12 hari.

6. Memasukkan data yang diperoleh ke dalam tabel.


DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Hefni, 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

Lina, 1985. Pengaruh Waktu Inkubasi BOD Pada Berbagai Limbah. Universitas
Indonesia, Jakarta.

Salmin, 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. (Vol. 30)
3. Diakses pada hari Sabtu, tanggal 30 Maret 2015, pukul 21.00 WITA,
Makassar.

Sugiharto, 1987. Pengelolaan air limbah. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Umar, M. R., 2012. Ekologi umum dalam praktikum. Universitas Hasanuddin,


Makassar.

Whardana, W., 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Universitas Gadjah


Mada, Yogyakarta.

Yusuf, M., 2008. Pengertian dan Sumber Pencemaran Perairan. Gramedia,


Jakarta.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. 1 Hasil

III.1.1 Tabel Pengamatan

Air Air
Air Air Air Air Air
NO Laut Laut
Selokan PAM Sumur Kolam Sungai
Malam Pagi
1 - - - - - - -
2 + + ++ - - - -
3 ++ ++ ++ - - - +
4 ++ ++ ++ + + + +
5 +++ +++ +++ + + + ++
6 +++ +++ +++ ++ ++ ++ ++
7 +++ +++ +++ ++ ++ ++ +++
8 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
9 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
10 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
12 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Keterangan:

- = Biru

+ = Jernih kebiruan

++ = Jernih

+++ = Jernih sekali

IV.2 Pembahasan

Polusi domestik atau polusi akibat aktivitas rumah tangga yang dapat

berupa sampah, sisa makanan, sabun, detergen dan bahan tinja, dimana ini mudah

diuraikan oeh mikroba air dengan menggunakan oksigen terlarut dalam air. Pada
umumnya air yang tercemar mempunyai kandungan O2 sangat rendah, hal ini

disebabkan oleh oksigen terlarut dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk

mendegradasi bahan buangan organik sehingga mengikuti reaksi oksidasi biasa

atau menjadi menjadi bahan yang mudah menguap. Semakin tinggi aktivitas

mikroba menguraikan bahan organik makin cepat kandungan O2 dalam air habis,

sehingga dapat dikatakan bahwa kestabilan relatif dari air tadi rendah atau kecil

(Umar, 2014) .

Pada percobaan alat yang di gunakan adalah botol selai. Alat lain yang

digunakan yaitu plastik bening dan karet gelang yang digunakan untuk menutup

digunakan methylen blue sebagai indikator untuk melihat pencemaran yang

terjadi terhadap segala jenis air. Dimana mula-mula botol diisi penuh dengan air

kemudian diberi methylen blue sebanyak 2 tetes kemudian ditutup dengan plastik

secara hati-hati agar tidak ada gelembung udara didalam botol yang akan

menyebabkan oksigen akan masuk.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di tempat gelap (Canopy), maka

diperoleh data air laut malam pada hari pertama air berwarna biru, pada hari ke 2-

berwarna biru muda, hari ke 3-4 berwarna jernih kebiruan pada hari ke 5-12 air

menjadi jernh. Pada air laut malam mampu mempertahankan keadaan warnanya

selama 4 hari sehingga BOD yaitu 75% dan diperkirakan hanya mengandung

sedikit saja mikroorganisme, air laut pagi sama halnya dengan air laut malam

yaitu pada hari ke pertama air berwarna biru, pada hari ke 2- berwarna biru muda,

hari ke 3-4 berwarna jernih kebiruan pada hari ke 5-12 air menjadi jernh.

Faktornya hampir sama dengan air laut malam, karena hanya terdapat sedikit

organisme didalam air, air selokan yakni pada hari ke pertama air berwarna biru,

pada hari ke 2-4 berwarna jernih kebiruan pada hari ke 5-12 air menjadi jernh.
Air selokan karena tidak mampu mempertahankan dalam waktu yang lama

keadaan awalnya yang berwarna biru. Hal ini disebabkan karena air selokan

mengandung banyak mikroorganisme yang mampu menguraikan bahan organik

yang terkandung dalam air tersebut, air PAM pada hari 1-3 air masih berwarna

biru, pada hari pagi hari ke 4-5 air berubah warna menjadi biru muda, pada hari ke

6-7 air berwarna jernih kebiruan, pada hari ke 8-12 air menjadi jernih sekali. Air

PAM mampu mempertahankan keadaan warna airnya selama 7 hari manandakan

bahwa kestabilan relatif air sangat tinggi. Hal ini diperkirakan bahwa kandungan

mikroba yang terdapat didalam kinerja aktivitasnya rendah sehingga hanya

sedikit oksigen yang diuraikan oleh mikroorganisme,

Pada air sumur, sama halnya dengan air PAM yaitu pada hari 1-3 air masih

berwarna biru, pada hari pagi hari ke 4-5 air berubah warna menjadi biru muda,

pada hari ke 6-7 air berwarna jernih kebieuan, pada hari ke 8-12 air menjadi jernih

sekali. Air sumur mampu mempertahankan kadar oksigennya selama 7 hari yang

berarti bahwa mikroogranisme yang ada di dalamnya sedikit dan aktivitasnya

rendah, air kolam juga demikian yaitu pada hari 1-3 air masih berwarna biru, pada

hari pagi hari ke 4-5 air berubah warna menjadi biru muda, pada hari ke 6-7 air

berwarna jernih kebieuan, pada hari ke 8-12 air menjadi jernih sekali. Air sungai

pada hari 1-2 masih berwarna biru, pada hari 3-4 berubah menjadi warna biru

muda, kemudian pada hari 5-6 air berwarna jernh kebiruan dan pada hari ke 7-12

air menjadi jernih sekali. Hal ini karena air sungai memiliki kandungan

mikroorganisme yang lumayan banyak sehingga mempunyai kandungan oksigen

yang rendah dengan BOD yaitu 50% dan sedikit mikroorganismenya

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, maka diketahui bahwa

sampel air yang paling tercemar dari kedelapan jenis air ini adalah air selokan.
Hal ini disebabkan kandungan/jumlah mikroorganisme dalam air selokan yang

banyak, sehingga makin banyak mikroorganisme dalam air selokan maka makin

tinggi aktivitas degradasi bahan buangan organik/menguraikan bahan organik

sehingga kandungan oksigen akan banyak dipakai untuk pemenuhan kebutuhan

mikroba dalam air dan akibatnya nilai BOD nya rendah dan tingkat

keanekaragaman juga rendah. Faktor yang menyebabkan banyak mikroba yang

terkandung dalam air selokan adalah karena polusi domestik yang terkandung

karena seperti yang kita ketahui bahwa selokan berhubungan langsung dengan

adanya limbah industri dan rumah tangga.


BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan tentang polusi domestik,

maka dapat disimpulkan :

1. Air yang paling cepat mengalami perubahan warna dan tingkat kestabilan

relatif yang rendah yaitu air selokan dan air yang paling tinggi tingkat

kestabilan relatifnya dan mampu mempertahankan warna awalnya yaitu air

sumur dan air PAM .

2. Mahasiswa telah mampu menggunakan peralatan yang berhunungan dengan

polusi organic di perairan

V.2 Saran

Saran saya agar asisten lebih memperhatikan praktikannya di saat

melakukan percobaan.

Anda mungkin juga menyukai