A. PENCEMARAN UDARA
Batasan pencemaran menurut UU No. 4 Tahun 1982, menjelaskan bahwa
Pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energy dan atau
komponen lain kedalam lingkungan dan atau merubahnya tatanan lingkungan oleh
kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kwalitas lingkungan turun sampai tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya.
Penyebab dan dampak pencemaran udara yang paling utama selalu terkait dengan
manusia. Manusia menjadi penyebab utama dan terbesar terjadinya pencemaran udara.
Namun manusia pula yang merasakan dampak terburuk dari terjadinya pencemaran
udara.
Pencemaran udara merupakan salah satu kerusakan lingkungan, berupa
penurunan kualitas udara karena masuknya unsur-unsur berbahaya ke dalam udara atau
atmosfer bumi. Unsur-unsur berbahaya yang masuk ke dalam atmosfer tersebut bisa
berupa karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (No2), chlorofluorocarbon (CFC),
sulfur dioksida (So2), Hidrokarbon (HC), Benda Partikulat, Timah (Pb), dan Carbon
Dioksida (CO2). Unsur-unsur tersebut bisa disebut juga sebagai polutan atau jenis-jenis
bahan pencemar udara.
Masuknya polutan ke dalam atmosfer yang menjadikan terjadinya pencemaran
udara bisa disebabkan dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Penyebab
pencemaran udara dari faktor alam contohnya adalah aktifitas gunung berapi yang
mengeluarkan abu dan gas vulkanik, kebakaran hutan, dan kegiatan mikroorganisme.
Polutan yang dihasilkan biasanya berupa asap, debu, dan gas.
Letusan gunung berapi memang sangat luar biasa. Meskipun demikian, menurut
penelitian, seluruh gunung api di dunia mengeluarkan hanya 0,13 hingga 0,44 miliar ton
CO2 per tahunnya. Jumlah ini ternyata tidak sebanding dengan emisi karbon dioksida
yang dihasilkan oleh manusia melalui pabrik-pabrik dan kendaraan bermotor. Kendaran
bermotor saja menyumbangkan emisi karbon hingga 2 miliar pertahunnya. Pada tahun
2010 saja, berbagai aktivitas manusia telah menambahkan sedikitnya 35 miliar ton emisi
karbon dioksida ke atmosfer.
Penyebab polusi udara yang kedua adalah faktor manusia dengan segala
aktifitasnya. Berbagai kegiatan manusia yang dapat menghasilkan polutan antara lain :
B. PENCEMARAN AIR
Penyebab dan dampak pencemaran air oleh limbah pemukiman sepertinya
menjadi salah satu sumber utama dan penyebab pencemaran air yang memberikan
dampak paling kentara terutama pada masyarakat perkotaan di Indonesia. Limbah
pemukiman (rumah tangga) yang menjadi salah satu penyebab pencemaran air
diakibatkan oleh aktivitas manusia itu sendiri. Dan pada akhirnya pencemaran air ini
juga memberikan dampak dan akibat merugikan bagi manusia itu pula.
Menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup yaitu;
masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukkannya. Demikian pula dengan lingkungan air yang dapat pula
tercemar karena masuknya atau dimasukannya mahluk hidup atau zat yang
membahayakan bagi kesehatan. Air dikatakan tercemar apabila kualitasnya turun
sampai ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai
peruntukannya. Salah satu penyebab pencemaran air adalah aktivitas manusia yang
kemudian menciptakan limbah (sampah) pemukiman atau limbah rumah tangga.
2
Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah organik dan sampah
anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat diuraikan atau
dibusukkan oleh bakteri seperti sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan.
Sedangkan sampah anorganik seperti kertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayukayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah anorganik ini tidak dapat diuraikan oleh
bakteri (non biodegrable).
Selain sampah organik dan anorganik, deterjen merupakan limbah pemukiman
yang paling potensial mencemari air. Padahal saat ini hampir setiap rumah tangga
menggunakan deterjen.
Dampak pencemaran air yang disebabkan oleh limbah pemukiman mendatangkan
akibat atau dampak diantaranya:
1. Berkurangnya jumlah oksigen terlarut di dalam air karena sebagian besar
oksigen digunakan oleh bakteri untuk melakukan proses pembusukan sampah.
2. Sampah anorganik ke sungai, dapat berakibat menghalangi cahaya matahari
sehingga menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang
menghasilkan oksigen.
3. Deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri sehingga akan tetap aktif untuk
jangka waktu yang lama di dalam air, mencemari air dan meracuni berbagai
organisme air.
4. Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa fosfat
pada air sungai atau danau yang merangsang pertumbuhan ganggang dan
eceng gondok (Eichhornia crassipes).
5. Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan
permukaan air danau atau sungai tertutup sehingga menghalangi masuknya
cahaya matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis.
6. Tumbuhan air (eceng gondok dan ganggang) yang mati membawa akibat
proses pembusukan tumbuhan ini akan menghabiskan persediaan oksigen.
7. Material pembusukan tumbuhan air akan mengendapkan dan menyebabkan
pendangkalan.
Selain diakibatkan oleh limbah pemukiman (rumah tangga) sumber atau
penyebab pencemaran air juga disebabkan oleh limbah pertanian, limbah industri, dan
di beberapa tempat tertentu diakibatkan oleh limbah pertambangan. Menangani Limbah
Pemukiman perlu kesadaran dari semua lapisan masyarakat untuk berlaku bijak dengan
limbah rumah tangga yang dihasilkannya. Pengelolaan sampah, perubahan gaya hidup
dan pola pikir tentang sampah, melakukan 3R (Reuse Reduce dan Recycle), serta tidak
membuang sampah terutama di sungai dan tempat penampungan air semisal sungai dan
danau perlu dilakukan oleh semua pihak untuk mengurangi dampak pencemaran air
yang disebabkan oleh limbah rumah tangga (pemukiman).
Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan
manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air
juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat membantu
kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah
untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan
dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata. Walaupun
fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll juga mengakibatkan
perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran.
Pencemaran air merupakan masalah global utama yang membutuhkan evaluasi
dan revisi kebijakan sumber daya air pada semua tingkat (dari tingkat internasional
hingga sumber air pribadi dan sumur). Telah dikatakan bahwa pousi air adalah
penyebab terkemuka di dunia untuk kematian dan penyakit dan tercatat atas kematian
lebih dari 14.000 orang setiap harinya. Diperkirakan 700 juta orang India tidak
memiliki akses ke toilet, dan 1.000 anak-anak India meninggal karena penyakit diare
setiap hari. Sekitar 90% dari kota-kota Cina menderita polusi air hingga tingkatan
tertentu, dan hampir 500 juta orang tidak memiliki akses terhadap air minum yang
aman. Ditambah lagi selain polusi air merupakan masalah akut di negara berkembang,
negara-negara industri/maju masih berjuang dengan masalah polusi juga. Dalam
laporan nasional yang paling baru pada kualitas air di Amerika Serikat, 45% dari mil
sungai dinilai, 47% dari danau hektare dinilai, dan 32% dari teluk dinilai dan muara mil
persegi diklasifikasikan sebagai tercemar.
Pencemaran air tanah atau penurunan kualitas air tanah berhubungan erat dengan
tingkat kepadatan penduduk, sebab semakin banyak jumlah penduduk maka limbah
yang dibuang ke lingkungan akan semakin besar. Penurunan kualitas air bawah tanah
ataupun pencemaran ini akibat sanitasi yang kurang baik seperti adanya rembesan air
limbah dari rumah tangga termasuk rembesan dari septictank Pencemaran ini ditandai
adanya Bakteri E.Coli pada salah satu sumur Penggunaan air yang mengandung bakteri
E.Coli untuk dikonsumsi akan menyebabkan diare. Pencemaran air tanah dapat
ditanggulangi dengan remediasi dan bioremediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar.
Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-siteadalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan
lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
4
yang berumur panjang mengandung konsentrasi polutan dalam tubuhnya paling tinggi
di antara seluruh organisme laut.
Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan
predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam jaringan
tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan
sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Karena
kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan. Makanan yang
berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar juga tercemar. Demikian juga
makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai dan laut yang tercemar juga
mengandung bahan polutan yang tinggi.
Terjadinya pencemaran di laut tidak lepas dari masuknya mineral mineral yang
terbawa melaluai run off atau aliran sungai yang membawa berbagai macam logam
berat. Ancaman juga datang dari pencemaran limbah industri, terutama logam dan
senyawa organoklorin. Dua jenis bahan berbahaya ini mengakibatkan terjadinya
akumulasi (penumpukan kandungan) logam berat padang melalui proses yang disebut
magnifikasi biologis. Persis seperti penumpukan kandungan merkuri yang menimpa
kerang.
Pencemaran air yang terjadi di Swedia, yang berdampak kepada para nelayan
yang terpapar zat polutan yaitu organoklorin (Dioxin, DDT dan PCB) . Pencemaran ini
menyebabkan mutasi gen pada peningkatan jumlah kromosom Y pada sperma nelayan
yang terpapar bahan ini. Terjadinya pencemaran di laut tidak lepas dari masuknya
mineral mineral yang terbawa melalui aliran sungai yang membawa berbagai macam
logam berat. Ancaman juga datang dari pencemaran limbah industri, terutama logam
dan senyawa organoklorin.
Menurut para peneliti diatas telah dibuktikan bahwa ada pengaruh bahan kimia
(polutan) terhadap fungsi reproduksi. Ini fakta yang menunjukkan bahwa sesuatu di
lingkungan itu berpengaruh terhadap reproduksi ,bahkan janin laki-laki yang
berkembang di rahim.
Perlunya kesadaran diri dari masing-masing individu untuk lebih meningkatkan
pengetahuannya akan penggunaan Organoklorin. Pemerintah harus membatasi dengan
tegas produksi serta penggunaan Organoklorin dan berusaha mengimbangi produksi
bahan alami tanpa mengenyampingkannya.
C. PENCEMARAN TANAH
Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk
dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena:
6
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan
pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan;
kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari
tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah
secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia
dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang
masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat
beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika
bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya. Paparan kronis
(terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan
kemungkinan terkena leukemia.
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur
masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai
macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi.
Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak,
serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi. Kuri (air raksa) dan siklodiena dikenal
dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan
siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat dapat
menyebabkan ganguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin
merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat.
Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing,
letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang
jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem.
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda
yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan
beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar
terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek
kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida
makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi
pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada
7
saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur,
meningkatnya tingkat kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada
akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan
dampak lanjutan pada konservasi tanaman dimana tanaman tidak mampu menahan
lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang
panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan
pencemar tanah utama.
Pencemaran tanah dapat ditanggulangi dengan cara remediasi dan bioremediasi.
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada
dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan
lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke
daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian
zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar
dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air
limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbon dioksida dan air). Menurut Dr. Anton Muhibuddin, salah satu mikroorganisme
yang berfungsi sebagai bioremediasi adalah jamur vesikular arbuskular mikoriza (vam).
Jamur vam dapat berperan langsung maupun tidak langsung dalam remediasi tanah.
Berperan langsung, karena kemampuannya menyerap unsur logam dari dalam tanah
dan berperan tidak langsung karena menstimulir pertumbuhan mikroorganisme
bioremediasi lain seperti bakteri tertentu, jamur dan sebagainya.
D. PENCEMARAN HUTAN
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan. Hutan selain memiliki dampak positif
juga
memilikidampak
negatif
dengan
tidak
terpeliharanya
hutan
sehingga
Ekosistem adalah suatu sistem dimana terdapat hubungan timbal balik antara
organisme dan lingkungannya (biotik dan abiotik) serta terdapat pula pertukaran/arus
energi dan materi diantara organisme dengan lingkungan tersebut. Ekosistem terbagi
dua yaitu : ekosistem alami yaitu hutan alam dan sungai, sedangkan ekosistem buatan
antara lain waduk, lahan pertanian, pemukiman dan lain-lain. Ekosistem alami
mempunyai kemantapan yang tinggi dibanding ekosistem buatan. Ciri-ciri dari
ekosistem yaitu terjadinya hubungan ekologi dan sistem yang ada atau hubungan timbal
balik antara manusia dengan lingkungan dan membentuk suatu kesatuan. Faktor-faktor
penyebab kerusakan hutan yaitu sebagai berikut :
1. Illegal logging (Penebangan liar)
Terjadinya penebangan liar dalam suatu kawasan hutan semakin memicu
terjadinya kereusakan hutan dan menurunnya/berubah fungsi hutan, walaupun
penebangan liar telah dilarang selama bertahun-tahun oleh pemerintah
setempat dan pihak militer, namun sekarang ini terdapat bahaya besar yang
mengancam dengan merajalelanya pandangan bebas bagi siapa saja
termasuk penduduk untuk menebang kayu sebanyak-banyaknya.
2. Kebakaran hutan
Kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia ini, karena keteledoran dari
masyarakat itu sendiri yang tidak memperhatikan/tidak memperdulikan
seperti membuang puntung rokok ke hutan dan lain-lain.
3. Perambahan hutan
Petani yang menanam tanaman tahunan perkebunan dapat mengakibatkan
ancaman utama berupa kerusakan hutan yang diciptakan oleh petani kaya,
imigran dan pengusaha dari kota yang mengubah hutan menjadi lahan
penanaman tanaman keras yang menguntungkan. Hal ini menyebabkan
semakin meluasnya perambahan sehingga melewati tata batas hutan yang
telah ditetapkan untuk tidak dijadikan sebagai lahan pertanian atau
perkebunan.
4. Program pembangunan
Program pembangunan yang mendayagunakan lahan hutan seperti sawah,
transmigrasi (pemukiman), perkebunan, dan lain-lain sehingga hutan menjadi
berubah fungsi dan akan berakibat buruk bagi lingkungan.
5. Serangan hama dan penyakit
Timbulnya ledakan hama secara besar-besaran akibat dari penggunaan
pestisida yang berlebihan sehingga membuat hama dan penyakit ada yang
menjadi kebal terhadap pestisida dan menyerang semua tumbuhan atau
pepohonan yang ada dalam suatu kawasan hutan.
9
10
1. Kandungan oksigen di bumi menipis Jika hutan rusak maka pasokan oksigen
di udara tentunya akan ikut mengalami penurunan yang pada akhirnya akan
berdampak pada semakin meningkatnya suhu bumi. Dan meningkatnya suhu
bumi secara ekstrim akan menyebabkan perubahan iklim.
2. Efek Rumah Kaca (Green house effect). Keadaan ini menimbulkan kenaikan
suhu atau perubahan iklim bumi pada umumnya. Kalau ini berlangsung terus
maka suhu bumi akan semakin meningkat, sehingga gumpalan es di kutub
utara dan selatan akan mencair. Hal ini akhirnya akan berakibat naiknya
permukaan air laut, sehingga beberapa kota dan wilayah di pinggir pantai akan
terbenam air, sementara daerah yang kering karena kenaikan suhu akan
menjadi semakin kering.
3. Kerusakan Lapisan Ozon Lapisan Ozon (O3) yang menyelimuti bumi
berfungsi menahan radiasi sinar ultraviolet yang berbahaya bagi kehidupan di
bumi. Di tengahtengah kerusakan hutan, meningkatnya zat-zat kimia di bumi
akan dapat menimbulkan rusaknya lapisan ozon. Kerusakan itu akan
menimbulkan lubang-lubang pada lapisan ozon yang makin lama dapat
semakin bertambah besar. Melalui lubang-lubang itu sinar ultraviolet akan
menembus sampai ke bumi, sehingga dapat menyebabkan kanker kulit dan
kerusakan pada tanaman-tanaman di bumi.
4. Kepunahan Spesies Hutan di Indonesia dikenal dengan keanekaragaman hayati
di dalamnya. Dengan rusaknya hutan sudah pasti keanekaragaman ini tidak
lagi dapat dipertahankan bahkan akan mengalami kepunahan.
5. Terjadi Bencana Banjir dan Tanah Longsor Dimana-Mana Kejadian bencana
banjir dan tanah longsor ini kerap terjadi di daerah yang kawasan hutannya
rusak. Hal ini dikarenakan oleh ketidakmampuan tanah dalam menahan beban
yang ada di atasnya (air) ketika ada hujan yang intensitasnya tinggi (lebat).
Pencemaran hutan dapat ditangani dengan beberapa cara berikut yaitu;
1. Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2. Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang
3. Menerapkan prinsip 4R yaitu :
a. Reduce, artinya mengurangi pemakaian
b. Reuse, artinya memakai ulan
c. Recycle, artinya mendaur ulang
d. Replant, artinya menanam atau menimbun sampah organik
4. Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, dan menggantinya dengan bahan
bakar alternative
E. PESTISIDA
11
kecambah dari dalam tanah, mengalami mati massal dan menggeletak diatas
permukaan tanah. Bangkai serangga ini tentu saja menjadi makanan yang empuk bagi
burung-burung Anduhur Bolon, tetapi sekaligus mematikan spesies burung pengendali
alami tersebut.
F. LIMBAH PADAT
Berdasarkan sifatnya, limbah dibedakan menjadi:
1. Limbah organik
Limbah organik adalah limbah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses
biologi baik aerob atau anaerob. Limbah organik mudah membusuk, seperti sisa
makanan, sayuran, daun-daunan kering, potongan-potongan kayu, dan sebagainya.
Limbah organik terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan
rumah tangga maupun kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan
melalui proses yang alami. Limbah ini mempunyai sifat kimia yang stabil sehingga zat
tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar sungai, danau, serta laut dan selanjutnya
akan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya. Limbah organik dapat
mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan
tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan
bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan
bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia.
Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya
relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah
ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi
secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik. Limbah
organik dibagi menjadi dua,limbah organik basah yaitu limbah yang
memiliki
kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran. Selanjutnya
limbah organik kering yaitu limbah yang memiliki kandungan air yang relative sedikit.
Contohnya kayu, ranting pohon, dedaunan kering, dan lain lain.
2. Limbah anorganik
Limbah anorganik adalah limbah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Limbah
ini tidak dapat diuraikan oleh organisme detrivor atau dapat diuraikan tetapi dalam
jangka waktu yang lama. Limbah ini tidak dapat membusuk, oleh karena itu dapat
dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk
lainnya. Limbah anorganik yang dapat di daur ulang, antara lain adalah plastik, logam,
14
dan kaca. Namun, limbah yang dapat didaur ulang tersebut harus diolah terlebih dahulu
dengan cara sanitary landfill, pembakaran (incineration), atau penghancuran
(pulverisation). Akibat dari limbah seperti ini (plastik,styrofoam, dll) adalah menumpuk
semakin banyak dan menjadi polutan pada tanah misalnya, selain menggangu
pemandangan. Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan anorganik,
zat-zat tersebut garam anorganik seperti magnesium sulfat, magnesium klorida yang
berasal dari kegiatan pertambangan dan industri serta asam anorganik seperti asam
sulfat yang berasal dari industri pengolahan biji logam dan bahan bakar fosil. Adapula
limbah anorganik yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti botol plastik, botol
kaca, tas plastik, kaleng dan aluminium.
Limbah organik maupun limbah anorganik dapat kita daur ulang. Daur ulang
merupakan upaya untuk mengolah barang atau benda yang sudah tidak dipakai agar
dapat dipakai kembali.
Limbah organik dapat dimanfaatkan baik secara langsung (contohnya untuk makanan
ternak) maupun secara tidak langsung melalui proses daur ulang (contohnya
pengomposan dan biogas). Contoh limbah organik yang dapat kita daur ulang yaitu
sisa-sisa dedaunan dan kayu serut.
Sisa-sisa dedaunan dapat kita proses menjadi pupuk kompos yang sangat bagus. Tetapi,
untuk hasil yang maksimal diperlukan usaha yang maksimal pula. Jika kita dapat
memprosesnya dengan baik, maka sisa dedaunan itu dapat kita gunakan sebagai pupuk
organik yang ramah lingkungan dan kualitas bagus.
Sedangkan, limbah anorganik dapat kita proses menjadi sebuah benda yang memiliki
nilai seni atau nilai guna. Beberapa limbah anorganik yang dapat dimanfaatkan melalui
proses daur ulang, misalnya plastik, gelas, logam, dan kertas.
limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa atau limbah suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun karena sifat
(toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya
yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan mencemarkan
lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.
Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter yaitu total solids residue
(TSR), kandungan fixed residue (FR), kandungan volatile solids (VR), kadar air (sludge
moisture content), volume padatan, serta karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifat korosif,
15
sifat mudah terbakar, sifat mudah meledak, beracun, serta sifat kimia dan kandungan
senyawa kimia).
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang sifat dan konsentrasinya baik langsung maupun tidak langsung, dapat
merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.
Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun
yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli
bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Menurut UndangUndang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 69 : Setiap orang dilarang: melakukan perbuatan
yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup; memasukkan
B3 yang dilarang menurut peraturan perundang-undangan ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia; memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan
Republik Indonesia; memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia; membuang limbah ke media lingkungan hidup; membuang B3 dan
limbah B3 ke media lingkungan hidup; melepaskan produk rekayasa genetik ke media
lingkungan hidup yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau izin
lingkungan; melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar; menyusun amdal
tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal; dan/ atau memberikan informasi
palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak informasi, atau memberikan
keterangan yang tidak benar.
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Gedebage adalah salah satu fasilitas pembangkitan
listrik berkapasitas 7 MW yang menggunakan sampah sebagai bahanbakarnya di
Indonesia. PLTSa Gedebage dibangun di Bandung Timur untuk mengatasi masalah
sampah di kota Bandung Raya. PLTSa ini akan dibangun oleh PT Bandung Raya Indah
Lestari (BRIL) di atas lahan seluas 10 hektare , 3 hektare akan digunakan untuk fasilitas
Pembangkita listrik , sedangkan 7 hektar akan digunakan sebagai sabuk hijau
mengelilingi fasilitas pembangkit. Penggambaran Sistem Sampah yang datang akan
diturunkan kadar airnya dengan jalan ditiriskan dalam bunker selama 5 hari. Setelah
kadar air berkurang tinggal 45%, sampah akan dimasukan ke dalam tungku
pembakaran, kemudian dibakar pada suhu 850'C-900'C , pembakaran yang
menghasilkan panas ini akan memanaskan boiler dan mengubah air di dalam boiler
menjadi uap. Uap yang tercipta akan disalurkan ke turbin uap sehingga turbin akan
berputar.Karena turbin dihubungkan dengan generator maka ketika turbin berputar
16
generator juga akan berputar. Generator yang berputar akan mengahsilkan tenaga listrik
yang kan disalurkan ke jaringan listrik milik PLN. Uap yang melewati turbin akan
kehilangan panas dan disalurkan ke boiler lagi untuk dipanaskan , demikian seterusnya.
Manfaat Diperkirakan dari 500 - 700 ton sampah atau 2.000 -3.000 m3 sampah per hari
akan menghasilkan listrik dengan kekuatan 7 Megawatt. Sampah sebesar itu sama
dengan sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti sekarang. Dari pembakaran itu, selain
menghasilkan energi listrik, juga memperkecil volume sampah kiriman. Jika telah
dibakar dengan temperatur tinggi , sisa pembakaran akan menjadi abu dan arang dan
volumenya 5% dari jumlah sampah sebelumnya. Abu sisa pembakaran pun bias
dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan batu bata.
G. ENERGI TERBARUKAN
Indonesia merupakan negara yang didukung oleh sumber daya alam yang
melimpah ruah. Dimana sumber daya alam tersebut mampu dijadikan sumber energi bagi
keberlangsungan hidup. Seiring berjalannya waktu, ketersediaan alam tersebut kini
semakin menipis. Kelangkaan yang terjadi dikarenakan adanya ketidakperdulian dan
pemborosan yang memupuk rasa ketidaksadaran akan terbatasnya sumber daya alam
termasuk energi. Padahal, energi memiliki peran penting dalam kehidupan manusia yang
memiliki kemampuan untuk mendukung berbagai proses kegiatan. Kini, untuk
mengantisipasi kelangkaan energi maka energi terbarukan merupakan alternative terbaik
dalam mengolah energi. Energi terbarukan adalah energi yang dihasilkan dari sumber
alami seperti matahari, angin, dan air. Sumber energi terbarukan adalah sumber energi
ramah lingkungan yang tidak mencemari lingkungan dan tidak memberikan kontribusi
terhadap perubahan iklim dan pemanasan global, karena energi yang didapatkan berasal
dari proses alam yang berkelanjutan, seperti sinar matahari, angin, air yang mengaliri,
dan geothermal. Ini menegaskan bahwa sumber energi telah tersedia, tidak merugikan
lingkungan dan menjadi alasan utama mengapa energy terbarukan sangat terkait dengan
masalah lingkungan dan ekologi. Dilihat dari rasio elektrifikasi nasional masih sebesar
71 persen atau 12,5 juta rumah tangga. Artinya masih ada 29 persen penduduk Indonesia
yang belum terjangkau listrik. Kendala utama memenuhi target elektrifikasi nasional
adalah tingginya ketergantungan terhadap sumber energi fosil (tidak terbarukan).
Fluktasi harga minyak mentah dunia dan pemanfaatan sumber energi yang tidak ramah
lingkungan, seperti batubara, justru memunculkan pemanasan global. Di banyak negara
berkembang termasuk Indonesia sumber energi terbarukan (ET) merupakan sumber
17
sumber
daya
energi
yang
ramah
lingkungan
karena
rendah
emisi
19
10 Januari 2016
Persayaratan kesehatan rumah makan dan restoran dalam tulisan ini mengacu pada
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003
Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. Termasuk dalam
persyaratan kesehatan rumah makan/restoran antara lain :
1.
2.
3.
a.
b.
20
c.
d.
e.
f.
g.
Ventilasi. Ventilasi alam harus cukup menjamin peredaran udara dengan baik, dapat
menghilangkan uap, gas, asap, bau dan debu dalam ruangan. Ventilasi buatan
diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat memenuhi persyaratan.
Pencahayaan. Intesnsitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan
pekerjaan pengolahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan ruang.
Disetiap ruang kerja seperti gudang, dapur, tempat cuci peralatan dan tempat pencuci
tangan, intensitas pencahayaan sedikitnya 10 foot candle. Pencahayaan/penerangan
harus tidak menyilaukan dan tersebar merata sehingga sedapat mungkin tidak
menimbulkan bayangan yang nyata.
Atap. Tidak bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang tikus dan serangga lainnya.
Langit-langit. Permukaan rata, bewarna terang serta mudah dibersihkan. Tidak
terdapat lubang-lubang, tinggi langit-langit dari lantai sekurang-kurangnya 2,4 meter.
Pintu. Pintu dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan, dapat ditutup dengan
baik dan membuka ke arah luar. Setiap bagian bawah pintu setinggi 36 cm dilapisi
logam, jarak antara pintu dan lantai tidak lebih dari 1 cm.
Luas
bangunan
Wanita
WC
21
Pria
Bak cuci
WC
Bak cuci
(m2)
- 150
- 250
151 350
251 500
351 950
501 750
951 1500
751 1000
1 60 orang
61 120 orang
121 200
cuci tangan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dicapai oleh tamu atau
karyawan. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air yang mengalir, bak penampungan
yang permukaannya halus, mudah dibersihkan dan limbahnnya dialirkan ke saluran
pembuangan
yang
tertutup.
7. Tempat mencuci peralatan terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan
mudah dibersihkan. Air untuk keperluan pencucian dilengkapi dengan air panas dengan
suhu 40C 80C dan air dingin yang bertekanan 15 psi (1,2 kg/cm2). Tempat
pencucian peralatan dihubungkan dengan saluran pembuangan air limbah. Bak
pencucian sedikitnya terdiri dari tiga bilik/bak pencuci yaitu untuk mengguyur,
menyabun, dan membilas.
8. Tempat pencuci bahan makanan terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat
dan mudah dibersihkan, bahan makanan dicuci dengan air mengalir atau air yang
mengandung larutan kalium permangat 0,02%. Tempat pencucian dihubungkan dengan
saluran pembuangan air limbah.
9. Fasilitas penyimpanan pakaian (locker) karyawan terbuat dari bahan yang kuat,
aman, mudah dibersihkan dan tertutup rapat. Jumlah loker disesuaikan dengan jumlah
karyawan, dan ditempatkan di ruangan yang terpisah dengan dapur dan gudang serta
dibuat terpisah untuk pria dan wanita
10. Peralatan pencegahan masuknya serangga dan tikus tempat penyimpanan air
bersih harus tertutup sehingga dapat menahan masuknya tikus dan serangga termasuk
juga nyamuk Aedes aegypti serta albopictus. Setiap lubang pada bangunan harus
dipasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga (kawat kasa berukuran 32
mata per inchi) dan tikus (teralis dengan jarak 2 cm). Setiap persilangan pipa dan
dinding harus rapat sehingga tidak dapat dimasuki serangga.
Persyaratan dapur, ruang makan, dan gudang makanan Dapur
Luas dapur sekurang-kurangnya 40% dari ruang makan atau 27% dari luas bangunan,
permukaan lantai dibuat cukup landai ke arah salurang pembuangan air limbah.
Permukaan langit-langit harus menutup seluruh atap ruang dapur, permukaan rata,
bewarna terang dan mudah dibersihkan.
Penghawaan dilengkapi dengan alat pengeluaran udara panas maupun baubauan
yang dipasang setinggi dua meter dari lantai dan kapasitasnya disesuaikan dengan luas
dapur. Tunggu dapur dilengkapi dengan sungkup asap, alat perangkap asap, cerobong
asap, saringan dan saluran serta pengumpul lemak, dan semua terletak di bawah
sungkup asap. Pintu yang berhubungan dengan halaman luar dibuat rangkap, dengan
pintu bagian luar membuka ke arah luar. Daun pintu bagian dalam dilengkapi dengan
alat pencegah masuknya serangga yang dapat menutup sendiri.
Ruangan dapur paling sedikit terdiri dari : tempat pencucian peralatan, penyimpanan
bahan makanan, pengolahan, persiapan dan administrasi. Intensitas pencahayaan alam
maupun buatan minimal 10 foot candle. Pertukaran udara sekurang-kurangnya 15 kali
perjam untuk menjamin kenyamanan kerja di dapur, menghilangkan asap dan debu.
23
Ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya. Tersedia sedikitnya
meja peracikan, peralatan, lemari, rak-rak peralatan, bak-bak pencucian yang berfungsi
dan terpelihara dengan baik serta tidak boleh berhubungan dengan jamban/WC,
peturasan/urinoir kamar mandi dan tempat tinggal.
Ruang makan
Setiap kursi tersedia ruangan minimal 0,85 m2 , pintu yang berhubungan dengan
halaman dibuat rangkap dan bagian luar membuka ke arah luar. Meja, kursi, dan taplak
meja dalam keadaan bersih. Tempat untuk menyediakan/peragaan makanan jadi dibuat
fasilitas khusus yang menjamin tidak tercemarnya makanan. Tidak mengandung gasgas beracun sesuai dengan ketentuan, dan tidak mengandung angka kuman lebih dari 5
juta/gram serta tidak berhubungan langsung dengan jamban/WC, peturasan, urinoir,
kamar mandi dan tempat tinggal. Lantai, dinding dan langit-langit harus selalu bersih,
warna terang, set kursi yang bersih dan tidak mengandung kutu busuk/kepinding.
Gudang bahan makanan
Jumlah bahan makanan yang disimpan disesuaikan dengan ukuran gudang, tidak
menyimpan bahan lain selain makanan. Pencahayaan minimal 4 foot candle pada
bidang setinggi lutut. Dilengkapi dengan rak-rak tempat penyimpanan makanan,
ventilasi yang menjamin sirkulasi udara serta dilengkapi dengan pelindung terhadap
serangga dan tikus.
24