DEBBY YULIANTI
2012
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Magister
Program Studi
Kesehatan Masyarakat
DEBBY YULIANTHI
Kepada
3
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
Yang
menyatakan
DEBBY YULIANTHI
5
6
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah,
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan dan penulisan tesis ini dapat
oleh penulis dalam proses penulisan tesis ini, namun dengan bantuan dari
Noor, M.Sc, selaku ketua komisi penasehat dan Bapak Dr. dr. H. Rasyidin
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya yang telah diberikan mulai dari
Selain itu, banyak pihak yang telah dengan tulus ikhlas memberikan
bantuan dalam proses penulisan tesis ini. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini juga, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. H.M. Alimin Maidin, MPH selaku Dekan
dan dukungan moril dan sebagai salah satu dosen penguji yang
2. Bapak Dr. dr. H. Noer Bahry Noor, M.Sc, selaku Ketua Program
4. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Kadir, MS, sebagai salah satu
menyelesaikan studi.
rekam medis dan seluruh perawat rawat inap Rumah Sakit Stella
responden.
tesis ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
dorongan.
Akhir kata, semoga penelitian ini dapat berguna bermanfaat bagi orang lain.
Debby Yulianthi
ABSTRAK
perawat dalam kelengkapan rekam medis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Stella Maris Makassar.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi
kasus dengan menggunakan metode survey dan observasi. Pendekatan studi kasus
pada penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena yang digambarkan hanya terjadi
pada satu tempat/lokasi tertentu yaitu Rumah Sakit Stella Maris Makassar dan tidak
berlaku untuk rumah sakit-rumah sakit lain. Pemilihan sampel dilakukan dengan total
sampling.
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengajuan ii
PRAKATA v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
Daftar Tabel…………………………………………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………....
1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….... 11
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………………... 13
13
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………………. 15
A. Rumah Sakit……………………………………………………………………… 17
B. Manajemen Keperawatan……………………………………………………….
20
C. Rekam Medis……………………………………………………………………...
D. Kinerja…………………………………………………………………………….. 21
E. Karakteristik Individu……………………………………………………………. 31
F. Karakteristik Psikologis………………………………………………………….
40
G. Kerangka Teori……………………………………………………………………
H. Kerangka Konsep……………………………………………………………….. 58
I. Hipotesis…………………………………………………………………………..
63
J. Definisi Operasional……………………………………………………………..
64
65
67
A. Desain Penelitian..…..………………………………………………………….. 69
D. Sampel……………………………………………………………………………. 69
G. Variabel Penelitian…………….…………………………………………………
70
H. Uji Validitas dan Reliabilitas..........................................................................
A. Hasil Penelitian.............................................................................................. 73
B. Pembahasan..................................................................................................
73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
74
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran............................................................................................................. 74
Daftar Pustaka
87
Lampiran
116
116
117
15
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
17
Tabel 1.1 Data Kelengkapan Berkas Rekam Medis Rumah Sakit Stella Maris
Makassar.............................................................................
9
Perawat……………………………………………………………......
Tabel 4.14
Tabel 4.19 86
BAB I
PENDAHULUAN
gawat darurat, berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih
19
kualitas kerja. Salah satu indikator kinerja rumah sakit dapat diketahui melalui
penunjang medis, manajemen mutu serta out come dari proses-proses itu,
2000).
dan seluruh hasil pemeriksaan penunjang serta telah diparaf oleh dokter
lengkap dan benar serta tepat waktu, hal ini memperlihatkan bahwa
a. Rekam medis harus lengkap, dimana rekam medis harus dibuat segera
b. Rekam medis harus tepat waktu, dimana pencatatan rekam medis harus
dimaksudkan agar data yang dicatat masih original dan tidak ada yang
c. Rekam medis harus benar, dimana isi rekam medis harus benar, jika
catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi atau tenaga
tersedianya data dan informasi yang akurat, terpercaya dan penyajian yang
Adapun tenaga yang berhak mengisi rekam medis antara lain dokter
umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis, dokter tamu
pengertian kinerja sebagai prestasi kerja atau suatu sistem yang digunakan
tenaga kesehatan yang selama 24 jam harus berada disisi pasien, dengan
sistem informasi rumah sakit yang dapat dipercaya atau akurat (Depkes RI,
1994).
kepribadian, motivasi).
pendidikan, lama kerja, penempatan kerja dan lingkungan kerja (rekan kerja,
menengah atas, tarif sebagian besar kelas perawatannya relatif mahal. Hal
ini wajar terjadi akibat biaya operasional, bantuan dari charity funds sudah
karena pengelolaan lebih fleksibel serta dinamis, akan lebih sesuai dengan
Sakit Stella Maris Makassar juga menjadi pusat pelayanan tingkat lanjutan
kepuasan pelanggan atau pemakai jasanya, salah satu misi Rumah Sakit
Dari visi dan misi ini, dapat dilihat bahwa Rumah Sakit Stella Maris Makassar
Rumah Sakit Stella Maris Makassar pada tahun 2010, diperoleh tingkat
persentase untuk kelengkapan isi berkas rekam medis sebesar 34,4% (dari
sampel, 384 berkas rekam medis, hanya sebesar 132 yang terisi dengan
lengkap, lihat tabel 1.1). Sistem pengisian rekam medis di Rumah Sakit Stella
Rumah Sakit Stella Maris Makassar yang umum terdiri dari 19 lembaran,
dengan perincian sebagai berikut: (1) Ringkasan Masuk dan Keluar (2) Surat
Sakit (4) Pernyataan Penolakan (5) Surat Rujukan Keluar (6) Status
Catatan Perkembangan (10) Observasi pasien (11) Skema infuse (12) Daftar
pemakaian obat/alat OK/RR (13) Kartu instruksi dokter (14) Daftar obat/alat
yang dibeli sendiri (15) Hasil pemeriksaan penunjang medis (16) Daftar
Sakit Stella Maris Makassar, 2010). Selain itu ada lembaran-lembaran khusus
perawat, lembaran rekam medis yang harus diisi diantaranya adalah: (1)
rekam medis harus diisi dengan lengkap dan pengembalian berkas rekam
medis harus tepat waktu. Prosedur pengembalian rekam medis pasien rawat
inap ke bagian rekam medis di Rumah Sakit Stella Maris Makassar dilakukan
kemudian setelah selesai diproses lalu diambil oleh petugas rekam medis
dan dianalisa di bagian rekam medis. Untuk itu dalam penelitian ini
rekam medis dipengaruhi oleh kinerja tenaga kesehatan di rumah sakit dalam
hal ini kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis di ruang rawat inap.
beberapa saat, bahkan ditemukan ada berkas pasien yang sampai berhari-
kelamin dan pendidikan terhadap kinerja perawat di RSU Dr. Pirngadi Medan.
Tabel 1.1. Data Kelengkapan Berkas Rekam Medis pada Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Stella Maris Makassar Tahun 2010
Rekam Medis Rumah Sakit Stella Maris Makassar pada ruang rawat inap
diperoleh data seperti terlihat pada tabel 1.1. Dari sampel 384 berkas rekam
lengkap, hal ini menunjukkan berkas rekam medis yang lengkap tidak
mencapai mencapai 100% (Depkes RI, 2007). Hal tersebut pun masih belum
dilihat dari ketepatan waktu masuknya berkas rekam medis yang lebih dari
50% tidak tepat waktu, hal ini disebabkan karena berkas rekam medis pasien
Pada tabel 2.1. terlihat distribusi tenaga perawat di semua unit kerja
yang ada di Rumah Sakit Stella Maris Makassar, dimana jumlah tenaga
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar Tahun 2011.
F. Rumusan Masalah
29
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh
Rawat Inap di Rumah Sakit Stella Maris Makassar?”. Selain itu untuk melengkapi
imbalan, dan desain pekerjaan) terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan rekam
medis di Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Stella Maris Makassar?”, yang diuraikan
secara deskriptif.
rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar?
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar?
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar?
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar?
30
rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar?
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar?
rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar?
rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar?
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar?
rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar?
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar?
G. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
dalam kelengkapan rekam medis di Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Stella
31
2. Tujuan Khusus
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar.
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar.
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar.
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar.
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar.
dalam kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella
Maris Makassar.
32
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar.
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar.
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar.
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar.
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar.
H. Manfaat Penelitian
masukan bagi pihak Rumah Sakit Stella Maris Makassar dan membantu
medis sehingga dapat menjadi salah satu sumber informasi yang tepat
oleh peneliti lain sebagai bahan rujukan dalam penelitian lebih lanjut
BAB II
34
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit
yang selalu berubah. Namun rumah sakit selalu konsisten tetap untuk
rumah sakit adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan
dan masalah kesehatan, baik yang bersifat bedah maupun non bedah.
Rumah sakit harus dibangun, dilengkapi dan dipelihara dengan baik untuk
rumah sakit belum tentu kemauan pasien. Selain itu, jenis tindakan
36
medis yang akan dilakukan dan pengobatan yang diberikan juga tidak
radiographer, ahli gizi dan lain-lain. Para profesional ini sangat banyak
dan berdiri sendiri. Tidak jarang misi kerjanya tidak sejalan dengan
rumah sakit
37
B. Manajemen Keperawatan
dan kiat keperawatan, yang berbentuk pelayanan bio, psiko, sosial, dan
baik sakit maupun sehat, dari lahir sampai meninggal dalam bentuk
optimal.
C. Rekam Medis
Kedokteran, yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisi
269/Menkes/Per/III/2008).
rumah sakit. Selanjutnya, dalam arti luas rekam medis dapat pula berarti
sebagai catatan dan data sebagai akibat dari hubungan langsung ataupun
dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan. Dan pengertian
rekam medis di rumah sakit adalah berkas yang berisikan catatan dan
tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang pasien selama
dirawat di rumah sakit yang dilakukan di unit-unit rawat jalan termasuk unit
fakta atau bukti-bukti pasien yang tepat dari kehidupan pasien dan sejarah
pada masa lalu dan saat ini ditulis oleh profesional kesehatan yang
tepat dan meliputi data yang mencakup identifikasi pasien, yang mendorong
sebagai keterangan tertulis atau berkas yang berisikan catatan dan dokumen
pada pasien selama dirawat atau berobat di rumah sakit (Boekitwetan, 1997).
40
diberikan kepada pasien baik rawat inap, rawat jalan, maupun yang
Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang
sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis oleh para praktisi
pasien.
diberikan dapat diterima atau tidak dalam situasi dan keadaan demikian.
Rekam medis harus diisi segera dan secara langsung pada saat dilakukan
tindakan dan pada pemberian instruksi oleh dokter atau oleh perawat pada
saat dilakukan observasi (telah timbul suatu gejala atau perubahan) dan
sebagai dokumen kehidupan pasien yang memadai dan akurat dan sebagai
perawatan yang diberikan pada masa lampau dan pada saat ini. Selain itu,
sakit tanpa didukung oleh suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik
dan benar, mustahil tertib administrasi dirumah sakit akan berhasil seperti
ataupun yang diberikan pada masa lalu dan siap untuk diakses. Rekam
medis perlu untuk disimpan dan dipelihara karena untuk beberapa tujuan,
a. Komunikasi
d. Sejarah
f. Statistik
42
pelayanan kesehatan rumah sakit. Dan secara rinci tujuan rekam medis akan
terlihat secara analog dengan kegunaan rekam medis itu sendiri. Kegunaan
a. Aspek Administrasi
b. Aspek Medis
c. Aspek Hukum
d. Aspek Keuangan
e. Aspek Penelitian
f. Aspek Pendidikan
si pemakai
g. Aspek Dokumentasi
1997).
a. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis
rekam medis adalah dokter yang ditunjuk oleh direktur rumah sakit
antara lain:
1) Identitas pasien.
5) Persetujuan pengobatan/tindakan.
6) Catatan konsultasi.
dan reaksi pasien terhadap tindakan tersebut. Catatan ini berfungsi sebagai
ini berisi:
terdahulu).
pernafasan)
dan jam, tanda tangan perawat, nama perawat, grafik dan pemberian
cairan.
pada tulisan yang salah dan diparaf oleh petugas yang bersangkutan
(pasal 6 ayat 1). Secara lebih tegas ayat 2 dari pasal yang sama
48
diperbolehkan.
menerima pelayanan, hal ini dimaksudkan agar data yang dicatat masih
original dan tidak ada yang terlupakan karena adanya tenggang waktu.
D. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Menurut Rivai (2005),
dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu. Menurut Ilyas (2001), kinerja
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral
maupun etika.
bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
49
lain bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam
ditetapkan.
lain dari kinerja adalah human output yang dapat diukur dari produktivitas,
performance.
yang telah diselesaikan oleh seseorang dalam kurun waktu tertentu dan
dapat diukur.
kerja.
2. Kinerja Perawat
bukan bawahan dokter, perawat adalah profesi yang setara dengan dokter,
tidak sedikit bahwa profesi ini secara tidak disadari seperti tunduk terhadap
mencari yang lain. Namun secara tidak sadar kita lihat sehari-hari bahwa
pasien datang ke rumah sakit untuk mencari dokter, keduanya benar namun
keperawatan, yaitu:
51
1. Pengkajian Keperawatan
b. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang yang terkait, tim
kesehatan klien masa lalu, status kesehatan klien saat ini, status
masalah.
2. Diagnosa Keperawatan
data terbaru.
3. Perencanaan Keperawatan
keperawatan.
kebutuhan klien.
4. Implementasi
keperawatan.
kesehatan klien.
53
5. Evaluasi Keperawatan
kriteria proses:
dan motivasi.
dicapai.
Standar kinerja tidak efektif tanpa ukuran dan umpan balik terus
dengan kinerja.
4. Manajemen Pribadi
E. Karakteristik Individu
1. Umur
1998):
dianggap lebih cakap dan diberi status atau posisi oleh suatu kelompok
kerja.
2. Jenis Kelamin
menempuh resiko, keterikatan, dan etika kerja antara pria dan wanita.
Yang diperlukan adalah pengkajian ilmiah tentang pria, wanita dan lain-
3. Pengalaman/Lama Kerja
(Syukur, 2001:74).
berikut:
60
a. Waktu
b. Frekuensi
c. Jenis tugas
d. Penerapan
e. Hasil
pelaksanaan tugasnya.
keinginannya.
4. Pengetahuan
pengetahuan berasal dari kata “tahu” artinya sesuatu proses pada panca
mengalami.
peradaban .
(Pasesean, 2002)
pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi
yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk
real (sebenarnya).
dalam hal ini manusia sebagai subjek, serta yang diketahui dalam hal ini
yang berkaitan dengan rekam medis tersebut, baik dalam hal pengisian,
medis.
5. Keterampilan
berikut:
3) Mengembangkan pola berfikir pegawai dan tata cara bekerja yang baik.
4) Menuntut proses berfikir pegawai dan tata cara bekerja yang baik akan
masyarakat.
produktif.
penguatan, yakni:
ditunjukkan sebab bila tidak jelas akan tidak efektif. Hal ini dapat
hendaknya bervariasi tidak terbatas pada satu jenis saja hal ini akan
penuh partisipasi. Secara garis besar tujuan dan manfaat dari variation
dan tanggung jawab yang diembangnya yang relevan dengan tugas dan
fungsinya.
pegawai yang ingin mengetahui dan menyelidiki pada pekerjaan atau job
yang baru.
69
lembaga dengan berbagai cara pekerjaan yang lebih hidup dan bervariasi
6. Pelatihan
pekerjaan tertentu.
teori.
setiap saat
tujuan.
72
bekerja secara lebih efektif dan efisien tidak boleh meremehkan masalah
lebih efektif dan efisien, sebab dengan latihan tersebut diusahakan untuk
lama.
efektivitas kerja.
skill.
F. Karakteristik Psikologis
1. Sikap
untuk berespons (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau
(Sarwono, 1997).
a. Menerima (receiving)
b. Merespons (responding)
sikap.
c. Menghargai (valuing)
2. Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau
upayanya (Manullang, 1982). Terry dan Rue dalam Suharto dan Budi
dalam diri sendiri (internal tention) yang merupakan latar belakang yang
pekerjaan itu secara hukum tidak benar. Ada juga yang termotivasi
yang jauh, bahkan ada orang yang termotivasi bekerja hanya Karen
lemah antara usaha dan kinerja mereka, antara kinerja dan penghargaan
berharga bagi orang yang termotivasi, orang akan bekerja keras. Hal ini
G. Kerangka Teori
medis harus diisi segera dan secara langsung pada saat dilakukan
tindakan dan pada pemberian instruksi oleh dokter, atau oleh perawat
pada saat dilakukan observasi telah timbul suatu gejala atau suatu
salah satu diantaranya adalah dokter. Kinerja adalah suatu hasil yang
dicapai dari proses bekerja seseorang yang dapat dinilai atau diukur
motivasi).
H. Kerangka Konsep
81
I. Hipotesis
82
rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar
dalam kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella
Maris Makassar
rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
dalam kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella
Maris Makassar.
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar.
83
kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar.
dalam kelengkapan rekam medis di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella
Maris Makassar.
84
J. Defenisi Operasional
Tabel 2.1
Defenisi Operasional Penelitian
Pengalaman Berapa lama masa kerja perawat di instalasi Lama kerja dalam Tahun Ordinal
rawat inap di Rumah Sakit Stella Maris.
Pengetahuan Pengetahuan petugas rekam medis, medis 1. Pengetahuan petugas tentang tujuan rekam medis Ordinal
dan paramedis dalam memahami arti 2. Pengetahuan petugas tentang fungsi rekam medis
(makna) rekam medis dan isi protap rekam 3. Pengetahuan petugas tentang manfaat rekam
medis
medis
4. Pengetahuan petugas tentang kerahasiaan rekam
medis
5. Pengetahuan petugas tentang kepemilikan rekam
medis
6. Pengetahuan petugas tentang tanggung jawab
pengisian rekam medis
Keterampilan Keterampilan petugas adalah kemampuan Kemampuan petugas dalam mengisi format rekam Ordinal
petugas untuk mengisi format rekam medik medik
Pelatihan Pernah tidaknya petugas mengikuti Pernah atau tidak pernah ikut pelatihan Ordinal
pelatihan pengisian rekam medik atau
pelatihan yang sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya.
85
Kinerja Tindakan atau tingkat pencapaian 1. Terisi 70% atau kurang Ordinal
perawat dalam pelaksanaan rekam 2. Terisi lebih dari 70%
medis, meliputi: pengisian pengkajian
awal keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi
keperawatan dan pengembalian rekam
medis pada bidang rekam medis.
86
BAB III
METODE PENELITIAN
J. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi kasus (study
case) yang menggunakan metode survey dan observasi. Pendekatan studi kasus (study
case) pada penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena yang digambarkan hanya terjadi
pada satu tempat/lokasi tertentu saja yaitu pada Rumah Sakit Stella Maris Makassar, tidak
Penelitian ini bersifat verifikatif yang pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Stella Maris Makassar yang dilaksanakan
L. Populasi Penelitian
Semua perawat yang sedang bertugas di ruang rawat inap Rumah Sakit Stella
Maris.
M. Sampel Penelitian
a. Unit observasi
Adalah perawat yang bekerja pada unit ruang rawat inap di rumah sakit Stella Maris
b. Unit analisis
87
Terdiri dari:
Dilakukan dengan total sampling yaitu dengan mengambil semua perawat yang
bertugas di ruang rawat inap Rumah Sakit Stella Maris sejumlah 143 perawat.
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini berisi data responden yang berhubungan dengan
identitas responden dan keadaan sosial seperti umur, pendidikan, masa kerja dan
kuesioner penelitian pada sejumlah perawat yang bertugas pada ruang rawat inap Rumah
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini berisi data jumlah perawat per unit perawatan,
jumlah tempat tidur per unit perawatan dan data kelengkapan berkas rekam medis. Data
sekunder diperoleh dari profil rumah sakit dan dengan mengambil data langsung di Bagian
a. Untuk variabel independen, data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan
yang bertugas di ruang rawat inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar.
b. Untuk variabel dependen, data primer diperoleh melalui obervasi langsung pada tiap
ruang rawat inap dengan menggunakan daftar isian untuk melihat persentase
kelengkapan berkas rekam medis pada ruang rawat inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar.
c. Untuk data sekunder diperoleh dari bagian keperawatan berupa data jumlah dan
distribusi perawat dan dari bagian rekam medis berupa data persentase kelengkapan isi
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua buah variabel, yaitu variabel bebas/independen (X)
dan variabel terikat/dependen (Y). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja
perawat dalam kelengkapan rekam medis, sedangkan variabel bebas adalah karakteristik
individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, kemampuan dan ketrampilan,
2. Metode Pengukuran
terhadap 50 orang Perawat untuk melihat apakah kuisioner yang akan digunakan
sudah benar dan layak untuk digunakan mengukur variabel yang diinginkan. Dan
berdasarkan hasil uji ditemukan bahwa kuisioner telah reliable dan valid.
89
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji regresi
psikologis terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis di ruang rawat
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Rumah Sakit Stella Maris Makassar terbentuk bermula dari nilai Kasih yang tulus
dan membuahkan cita-cita luhur yang membuat keprihatinan dan kepedulian akan
penderitaan orang-orang kecil yang kurang mampu. Oleh karena itu, sekelompok
Suster JMJ Komunitas Rajawali mewujudkan kasih dan cita-cita tersebut ke dalam
suatu rencana untuk membangun sebuah Rumah Sakit Katolik yang berpedoman pada
nilai-nilai Injil. Rumah Sakit Stella Maris Makassar berdiri sejak 8 Desember 1938, dan
diresmikan tanggal 22 September 1939. Rumah Sakit Stella Maris Makassar berdiri
dan misi rumah sakit yang merupakan pernyataan tujuan jangka panjang rumah sakit.
Rumah Sakit Stella Maris Makassar memiliki Visi dan Misi sebagai berikut:
mereka yang berkekurangan dan dilandasi dengan semangat Cinta Kasih Kristus
kepada sesama.
Tabel 4.1
2. Administrasi 3 3
2. Rawat Jalan 13 13
- Yoseph 17
- Bernadeth
- Maria 64
- Elisabeth
- Theresia 33
92
13
16
4. ICU 37 37
5. OK 23 23
6. UGD 25 25
7. 13 13
Pada tabel 4.1 dapat terlihat distribusi tenaga perawat di semua unit kerja yang ada di
Rumah Sakit Stella Maris Makassar, dimana jumlah tenaga perawat terbanyak terdapat pada
Tabel 4.2
Pada Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Tahun 2010
1 Bernadeth 1 31
2 Bernadeth 2 41
3. Bernadeth 3 20
4. Maria 2 12
5. Maria 3 15
6. Yoseph 23
7. Elizabeth 12
8. Theresia 40
93
Total 194
2. Karakteristik Perawat.
Tabel 4.3
Distribusi Perawat Berdasarkan Kelompok Umur
Pada Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
Tahun 2011
1 20 – 28 Tahun 75 52,4
Berdasarkan tabel 4.3 dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden berasal dari
kelompok umur 20–28 tahun yaitu sebanyak 52,4% sedangkan sisanya berusia diatas
Tabel 4.4
Distribusi Perawat Berdasarkan Pendidikan
Pada Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
Tahun 2011
1 SPK 14 9,8
Berdasarkan tabel 4.4 dapat kita lihat di ruangan rawat inap Rumah Sakit Stella
Maris sebagian besar perawat merupakan tamatan Akademi 81,8%. Hal ini disebabkan
karena Rumah Sakit Stella Maris memiliki akademi keperawatan sendiri dan pihak
Rumah Sakit.
Tabel 4.5
Distribusi Perawat Berdasarkan Pernah mengikuti Pelatihan
Pada Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
Tahun 2011
Berdasarkan tabel 4.5 dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden belum
pernah mengikuti pelatihan 83,9%. Sedangkan yang pernah mengikuti pelatihan hanya
sebesar 16,1%.
Tabel 4.6
Distribusi Perawat Berdasarkan Pengalaman Kerja
95
2 6 – 10 tahun 23 16,1
Berdasarkan tabel 4.6 dapat kita lihat bahwa sebagian besar perawat merupakan
perawat dengan masa kerja 5 tahun atau kurang (50,3%), sedangkan yang lebih dari 10
Tabel 4.7
Distribusi Perawat Berdasarkan Kategori Pengetahuan
Pada Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
Tahun 2011
Berdasarkan tabel 4.7 dapat kita lihat bahwa sebagian besar perawat memiliki
pengetahuan yang baik, yaitu sebesar 99,3% dan yang memiliki pengetahuan yang
Tabel 4.8
Distribusi Perawat Berdasarkan Kategori Keterampilan
Pada Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
Tahun 2011
Berdasarkan tabel 4.8 dapat kita lihat bahwa sebagian besar perawat memiliki
Keterampilan yang baik, yaitu sebesar 96,5% dan yang memiliki Keterampilan yang
Tabel 4.9
Distribusi Perawat Berdasarkan Kategori Sikap
Pada Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
Tahun 2011
Berdasarkan tabel 4.9 dapat kita lihat bahwa sebagian besar perawat memiliki Sikap
yang baik, yaitu sebesar 95,1% dan yang memiliki Sikap yang kurang baik hanya
sebesar 4,9%.
Tabel 4.10
Distribusi Perawat Berdasarkan Kategori Motivasi
Pada Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
Tahun 2011
Berdasarkan tabel 4.10 dapat kita lihat bahwa sebagian besar perawat memiliki
Motivasi yang baik, yaitu sebesar 97,9% dan yang memiliki Motivasi yang kurang baik
Tabel 4.11
Distribusi Perawat Berdasarkan Kinerja Perawat
Pada Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
Tahun 2011
Berdasarkan tabel 4.11 dapat kita lihat bahwa kelompok perawat yang pengisian
rekam medisnya lebih dari 70% ada sebanyak 62,5%, sedangkan yang pengisiannya 70
3. Pengaruh Kinerja Perawat terhadap Kelengkapan Rekam Medis di bagian Rawat Inap
Tabel 4.12
Pengaruh Kategori Umur terhadap Kinerja Perawat
Pada Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
Tahun 2011
n % N % n %
Berdasarkan tabel 4.12 dapat kita lihat bahwa untuk kelompok umur 20 -28 tahun
sebagian besar menyelesaikan rekam medis lebih dari 70%, hal yang sama juga terjadi
pada kelompok umur lebih dari 28 tahun. Berdasarkan uji regresi logistik diperoleh nilai p =
0,046 yang berarti ada pengaruh antara umur perawat dengan kinerja perawat.
Tabel 4.13
Pengaruh Kategori Pendidikan terhadap Kinerja Perawat
Pada Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
Tahun 2011
n % N % n %
Berdasarkan tabel 4.13 dapat kita lihat bahwa untuk perawat yang berasal dari
SPR/SPK sebagian besar menyelesaikan rekam medis lebih dari 70%, hal yang sama juga
terjadi pada tingkat pendidikan akademi dan Sarjana Keperawatan Berdasarkan uji regresi
logistik diperoleh nilai p = 0,784 yang berarti tidak ada pengaruh antara pendidikan perawat
Tabel 4.14
Pengaruh Kategori Pengalaman terhadap Kinerja Perawat
Pada Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
Tahun 2011
n % n % n %
Berdasarkan tabel 4.14 dapat kita lihat bahwa untuk perawat dengan kategori masa
kerja mana pun tetap sebagian besar menyelesaikan rekam medis lebih dari 70%,
Berdasarkan uji regresi logistik diperoleh nilai p = 0, 031 yang berarti ada pengaruh antara
Tabel 4.15
Pengaruh Kategori Pelatihan terhadap Kinerja Perawat
Pada Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
Tahun 2011
101
n % n % n %
Berdasarkan tabel 4.15 dapat kita lihat bahwa untuk perawat yang pernah atau
belum pernah mengikuti pelatihan tetap sebagian besar menyelesaikan rekam medis lebih
dari 70%, Berdasarkan uji regresi logistik diperoleh nilai p = 0, 158 yang berarti tidak ada
Tabel 4.16
Pengaruh Kategori Pengetahuan terhadap Kinerja Perawat
Pada Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
Tahun 2011
n % n % n %
Berdasarkan tabel 4.16 dapat kita lihat bahwa untuk perawat yang memiliki
pengetahuan yang baik sebagian besar menyelesaikan rekam medis lebih dari 70%,
medisnya kurang dari 70%. Berdasarkan uji regresi logistik diperoleh nilai p = 0, 999 yang
berarti tidak ada pengaruh antara pengetahuan perawat dengan kinerja perawat.
Tabel 4.17
Pengaruh Kategori Keterampilan terhadap Kinerja Perawat
Pada Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
Tahun 2011
n % n % n %
Berdasarkan tabel 4.17 dapat kita lihat bahwa untuk perawat yang memiliki
keterampilan yang baik maupun yang kurang baik tetap sebagian besar menyelesaikan
rekam medis lebih dari 70%, Berdasarkan uji regresi logistik diperoleh nilai p = 0, 435 yang
berarti tidak ada pengaruh antara keterampilan perawat dengan kinerja perawat.
103
Tabel 4.18
Pengaruh Kategori Sikap terhadap Kinerja Perawat
Pada Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
Tahun 2011
n % n % n %
Berdasarkan tabel 4.18 dapat kita lihat bahwa untuk perawat yang memiliki sikap
yang baik maupun yang kurang baik tetap sebagian besar menyelesaikan rekam medis
lebih dari 70%, Berdasarkan uji regresi logistik diperoleh nilai p = 0, 999 yang berarti tidak
Tabel 4.19
Pengaruh Kategori Motivasi terhadap Kinerja Perawat
Pada Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar
Tahun 2011
Kurang
n % n % n %
Berdasarkan tabel 4.19 dapat kita lihat bahwa untuk perawat yang memiliki motivasi
yang baik maupun yang kurang baik tetap sebagian besar menyelesaikan rekam medis
lebih dari 70%, Berdasarkan uji regresi logistik diperoleh nilai p = 1, 00 yang berarti tidak
B. Pembahasan
12. Pengaruh usia petugas terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar
Pada tabel 4.12 dapat kita lihat bahwa untuk kelompok umur 20 -28 tahun
sebagian besar menyelesaikan rekam medis lebih dari 70%, hal yang sama juga terjadi
pada kelompok umur lebih dari 28 tahun. Berdasarkan uji regresi logistik diperoleh nilai
p = 0,046 yang berarti ada pengaruh antara umur perawat dengan kinerja perawat.
Menurut Gibson (1987) ada 3 variabel yang berpengaruh terhadap kinerja: (1)
faktor individu: kemampuan, keterampilan, latar belakang, dan demografi seseorang; (2)
faktor psikologis: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi variabel ini menurut
Gibson banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial pengalaman kerja sebelumnya
dan variabel demografi; (3) faktor organisasi: sumber daya, kepemimpinan, imbalan,
struktur, dan desain pekerjaan (Ilyas, 2001; Cokroaminoto, 2007). Pada masa dewasa
105
dini dimulai umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan
Masa dewasa dini dibagi menjadi Dewasa muda/awal (18-30 tahun), Dimana pada
tahap ini seseorang sedang mengalami masa penyesuaian, yang masa sebelumnya
tergantung dengan orang tua, guru, teman atau orang-orang lain yang bersedia
menolong mereka dalam menyesuaikan diri. Oleh karena itu faktor usia bisa
Hasil penelitian ini didukung oleh Atmaji (2008) yang menyatakan bahwa tidak
ada hubungan antara umur dengan kinerja asuhan keperawatan. Tetapi, hasil penelitian
Haryati (1999) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan
kinerja. Rusmiati (2006) juga mendapatkan hasil penelitian bahwa usia perawat di atas
38 tahun lebih baik dari perawat yang berusia dibawahnya. Suratun (2008) juga
menyatakan, bahwa perawat yang berumur lebih dari 30 tahun mempunyai dokumentasi
keperawatan yang lebih lengkap dari perawat yang berumur kurang dari 30 tahun.
berkorelasi positif terhadap kinerjanya. Hal ini dapat disebabkan usia bisa berpengaruh
terhadap kinerja, tapi terkadang usia juga tidak memiliki pengaruh, hal ini bisa
disebabkan karena adanya faktor lain yang bisa mempengaruhi, seperti pengetahuan,
13. Pengaruh pendidikan petugas terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit
Pada tabel 4.13 dapat kita lihat bahwa untuk perawat yang berasal dari
SPR/SPK sebagian besar menyelesaikan rekam medis lebih dari 70%, hal yang sama
juga terjadi pada tingkat pendidikan akademi dan Sarjana Keperawatan Berdasarkan
106
uji regresi logistik diperoleh nilai p = 0,784 yang berarti tidak ada pengaruh antara
Hal ini dapat dijelaskan bahwa kinerja tersebut tidak tergantung pada tingkat
berdasarkan standar prosedur yang telah ditetapkan dan Undang undang yang
Dalam kasus ini pendidikan tidak memiliki pengaruh berarti karena sebagian
besar perawat memiliki latar belakang pendidikan yang sama yaitu berasal dari
akademi keperawatan Stella Maris. Jadi dengan latar belakang pendidikan yang
sebesar 81% sama, maka akan membuat faktor pendidikan tidak berpengaruh
14. Pengaruh Pengalaman petugas terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit
Pada tabel 4.14 dapat kita lihat bahwa untuk perawat dengan kategori masa
kerja mana pun tetap sebagian besar menyelesaikan rekam medis lebih dari 70%,
Berdasarkan uji regresi logistik diperoleh nilai p = 0, 031 yang berarti ada pengaruh
kinerja seseorang. Masa kerja yang lama menunjukkan pengalaman yang lebih
Hasil penelitian Hariyati (1999), Rustiani (2007) dan Suratun (2008) menyatakan
tidak ada hubungan antara Pengalaman dengan kinerja perawat. Hasil penelitian di
atas bertolak belakang dengan pernyataan Prawoto (2007) yang menyatakan lama
kerja berhubungan dengan kinerja seseorang. Robbins (2003) juga mengatakan lama
kerja dan produktivitas menunjukkan adanya hubungan yang positif, artinya semakin
lama seseorang bekerja, maka akan semakin terampil dan berpengalaman pekerja itu.
Kenyataan dilapangan tidak selamanya berbanding lurus dengan teori yang ada.
seseorang maka akan menjadi semakin ahli dan kinerjanya akan semakin baik, tapi
dilapangan bisa saja hal ini tidak terjadi. Hal ini disebabkan karena terkadang perawat
dalam menjalankan pekerjaannya terjebak dalam rutinitas yang tidak pernah berubah
sehingga tidak ada inovasi-inovasi baru yang dapat mempermudah pekerjaan yang
ada. Terkadang juga ada faktor lain yang membuat kinerja perawat senior lebih buruk
dari pada perawat yang lebih muda seperti faktor keluarga, contohnya perawat muda
yang belum berkeluarga memiliki beban pikiran yang lebih sedikit dari perawat yang
15. Pengaruh Pelatihan petugas terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit Stella
Maris Makassar
Pada tabel 4.15 dapat kita lihat bahwa untuk perawat yang pernah atau belum
pernah mengikuti pelatihan tetap sebagian besar menyelesaikan rekam medis lebih
dari 70%, Berdasarkan uji regresi logistik diperoleh nilai p = 0, 158 yang berarti tidak
unsur yang dimiliki karyawan dengan unsur-unsur yang disyaratkan atau yang
diharapkan oleh perusahaan. Pelatihan merupakan hal yang sangat penting yang
dapat dilakukan oleh organisasi agar organisasi tersebut memiliki tenaga kerja yang
memenuhi kebutuhan organisasi di masa kini dan di masa yang akan datang.
lain kesesuaian silabus dengan kebutuhan pelatihan, kualitas pelatih atau instruktur,
kualitas peserta, kelengkapan sarana dan prasarana yang sesuai dalam melaksanakan
kegiatan pelatihan yang simetris serta penyediaan biaya. Apabila aspek-aspek tersebut
dapat dipenuhi dengan baik maka pelatihan yang dilaksanakan akan mempunyai
yang baik. Menurut Wether et. Al (1993) menjelaskan bahwa:“pelatihan dan kinerja
merupakan tahapan yang ke-10 dan ke-11 dari aktivitas sumber daya manusia, setelah
(1) manajemen sumber daya manusia, (2) identifikasi tantangan eksternal, (3)
identifikasi tantangan internasional, (4) identifikasi pengelolaan yang adil, (5) analisa
dan rancangan kegiatan, (6) perencanaan sumber daya manusia, (7) reklame, (8)
salah satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan semangat karyawan.
yang dapat meraih keunggulan bersaing di pasar output dan merupakan aspek penting
dalam kebijakan sumber daya manusia. Dengan adanya pelatihan tersebut, karyawan
yangdiinginkan oleh perusahaan serta dapat membentuk tingkah laku yang diharapkan
sertakondisi-kondisi bagaimana hal tersebut dapat dicapai. Tujuan yang dinyatakan ini
kemudianmenjadi standar terhadap kinerja individu dan program yang dapat diukur.
Langkah-langkahyang secara spesifik dapat diukur dan pencapaian target tepat waktu
pelatihan untuk mengevaluasi kesuksesan mereka. Jika tujuan tidak terpenuhi, perusahaan
Kegagalan dapat menjadi umpan balik bagi divisi pengembangan SDM dan peserta
16. Pengaruh tingkat pengetahuan petugas terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah
Pada tabel 4.16 dapat kita lihat bahwa untuk perawat yang memiliki pengetahuan
yang baik sebagian besar menyelesaikan rekam medis lebih dari 70%, sedangkan
kurang dari 70%. Berdasarkan uji regresi logistik diperoleh nilai p = 0, 999 yang berarti
dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan atau tidak tahu cara melaksanakan tanggung
intelektual memahami cara untuk melakukan pekerjaan, bisa jadi dia tidak memiliki
Kemampuan intelektual atau fisik khusus yang diperlukan untuk kinerja yang
diminta dari pekerjaan itu. Persyaratan kemampuan ini biasanya diakui apabila
kemampuan individu akan meningkat sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah di
harapan dalam hal karier dan perolehan pekerjaan dan penghasilan. Akan tetapi di sisi
lain, lapangan kerja yang tersedia tidak selalu sesuai dengan tingkat dan jenis
pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki oleh para pencari kerja tesebut (Ellitan,
2003).
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktifitas atau kinerja perawat
sekitar kita untuk kelancaran tugas. Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi
produktivitas kerja (Arfida, 2003). Perusahaan penyedia layanan jasa tidak akan
mendapatkan hasil yang memuaskan tanpa adanya pendidikan dan pelatihan yang
cukup untuk perawatnya. Bila manajemen berpikir bahwa pendidikan dan pelatihan
butuh biaya yang mahal maka bila terjadi kelalaian atau kesalahan dari perawat yang
berakibat pada konsumen maka harga yang harus dibayar bisa lebih mahal.
manusia yang diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan,
kompensasi. Kepada perawat juga perlu dijelaskan bahwa kompensasi yang diberikan,
dengan terampil, dinilai lebih dari perawat yang hanya mampu mengoperasikan mesin
ketik manual.
dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan atau tidak tahu cara melaksanakan tanggung
intelektual memahami cara untuk melakukan pekerjaan, bisa jadi dia tidak memiliki
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutrianingsih (2009), diketahui bahwa
tingkat pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap BPK
RSU Kabupaten Magelang adalah sangat baik 66,28% dan cukup baik 33,72%. Secara
dengan pelaksanaan asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap BPK RSU Kabupaten
Magelang.
faktor salah satunya adalah sebagian besar perawat berasal dari Almamater yang
sama yaitu Akademi Keperawatan Stella Maris, sehingga tingkat pengetahuan mereka
serangam, hal ini disebabkan karena selain belajar di tempat yang sama, mereka juga
17. Pengaruh keterampilan petugas terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit
Pada tabel 4.17 dapat kita lihat bahwa untuk perawat yang memiliki keterampilan
yang baik maupun yang kurang baik tetap sebagian besar menyelesaikan rekam medis
lebih dari 70%, Berdasarkan uji regresi logistik diperoleh nilai p = 0, 435 yang berarti
dan dipergunakan oleh seseorang pada waktu yang tepat (Gibson,1988). Menurut
Gibson (1987) yang dikutip dan Ilyas (2001) ada tiga faktor (variabel) yang
mempengaruhi kinerja seseorang yaitu faktor individu, faktor psikologi dan faktor
organisasi. Faktor individu terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang
dan demografis variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Faktor psikologi terdiri dari persepsi,
sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel ini dipengaruhi oleh keluarga, tingkat
berefek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu terdiri dan sumberdaya,
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pitoyo (2000),
keterampilan) dengan kinerja perawat, selain itu Minaria (2005) dalam penelitiannya
semakin tinggi keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan,
18. Pengaruh Sikap petugas terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit Stella
Maris Makassar
Pada tabel 4.18 dapat kita lihat bahwa untuk perawat yang memiliki sikap yang
baik maupun yang kurang baik tetap sebagian besar menyelesaikan rekam medis lebih
dari 70%, Berdasarkan uji regresi logistik diperoleh nilai p = 0, 999 yang berarti tidak
oleh adanya sikap terhadap diri sendiri, pekerjaan dan lingkungan pekerjaan. Menurut
maupun yang tidak menyenangkan atau penilaian mengenai objek, manusia atau
peristiwa.
Menurut Sarwono (1997), sikap tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku
tentang objek tersebut, melalui persuasif serta tekanan dari kelompok sosialnya.
Notoatmodjo (2003) menambahkan, suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata, diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas, juga
diperlukan faktor pendukung dari pihak lain, misalnya suami atau istri, orangtua atau
pekerjaannya. Azwar (2003) juga menyatakan, pembentukan sikap tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan,
orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan
Dalam penelitian ini, di Rumah Sakit Stella Maris sikap perawat yang baik dalam
19. Pengaruh Motivasi petugas terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit Stella
Maris Makassar
Pada tabel 4.19 dapat kita lihat bahwa untuk perawat yang memiliki motivasi
yang baik maupun yang kurang baik tetap sebagian besar menyelesaikan rekam medis
lebih dari 70%, Berdasarkan uji regresi logistik diperoleh nilai p = 1, 00 yang berarti
Motivasi adalah faktor yang mendorong seseorang untuk bekerja agar kebutuhan
hidupnya terpenuhi, motivasi merupakan bagian penentu tingkah laku (Ilyas, 2001).
untuk berjuang ke tingkat yang lebih tinggi menuju terjadinya tujuan organisasi, dengan
Motivasi adalah faktor yang mendorong seseorang untuk bekerja agar kebutuhan
hidupnya terpenuhi, motivasi merupakan bagian penentu tingkah laku (Ilyas, 2001).
untuk berjuang ke tingkat yang lebih tinggi menuju terjadinya tujuan organisasi, dengan
115
mendorongnya untuk bertindak. Motivasi merupakan kondisi atau energi yang yang
menggerakan diri karyawan kearah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi.
setiap manusia mempunyai motivasi yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Dua faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu faktor instrisik adalah faktor yang
mendorong karyawan berprestasi yang berasal dari dalam diri seseorang diantaranya
sedangkan faktor ekstrinsik yaitu faktor yang berasal dari luar yang dipandang
Herzberg (1966) dalam Gillies (1996) mengajukan teori kebutuhan dua faktor
kebutuhan: kebutuhan yang dikaitkan dengan kondisi pekerjaan, yang ia sebut faktor
higine, dan kebutuhan dengan pekerjaan itu sendiri yang ia sebut faktor motivasi. Faktor
pekerjaan, dan kebijaksanaan unit kerja. Faktor pemotivasi termasuk aspek tantangan
dari pekerjaan itu sendiri, tambahan tanggung jawab, kesempatan mengembangkan diri,
Mc.Clelland (1961) dalam Gillies (1996) yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia
diperoleh secara sosial dan bahwa kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan
116
prestasi yang tinggi memasang tujuan yang realistis, menikmati kegiatan pemecahan
masalah, dan menginginkan masukan atas pelaksanaan kerjanya. Seorang staf perawat
yang memiliki kebutuhan prestasi tinggi, untuk kemajuannya mungkin akan memilih
jabatan yang menurut pendapatnya menuntut tingkat kemampuan yang lebih tinggi dan
tanggung jawab yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang telah ia dapatkan, karena
bagaimana membuat hubungan pribadi yang hangat dan ramah dengan orang lain.
Orang yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi sensitif terhadap perasaan orang lain,
menunjukkan dukungan terhadap ide-ide orang lain, memilih pekerjaan yang melibatkan
percakapan timbal balik yang sering (Steers & Porter, 1983; dalam Gillies, 1996).
Seorang staf perawat dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi bisa melewatkan
kesempatan kenaikan pangkat untuk jabatan kepala perawat, dengan berasumsi bahwa
pelatihan telah berhasil dalam meningkatkan motivasi prestasi pekerja dalam berbagai
pekerjaan (Mc.Clelland & Winter, 1969; dalam Gillies, 1996). Oleh karena itu, mungkin
anggota staf yang tidak produktif dengan mengikutsertakan mereka ke dalam program
dikendalikan oleh kondisi di luar lingkungan daripada oleh kebutuhan dan keinginan dari
117
dalam (Skinner, 1969; dalam Gillies, 1996). Tindak tanduk responden terjadi sebagai
dengan manipulasi akibat dari tingkah laku sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa
tersebut lebih efektif dibanding pemerkuat negatif dan bahwa, untuk keefektifan
diinginkan tersebut.
ekstrinsik dan motivasi intrinsik berpengaruh secara bersama terhadap kinerja perawat
di instalasi rawat inap RS Semen Gresik. Wexley, dkk (1992), menambahkan bahwa
kuat lemahnya motivasi seorang pekerja ikut menentukan besar kecilnya prestasi atau
baik dan buruknya kinerja. Dengan kata lain motivasi merupakan bagian terpenting dari
kinerja (Wexley, dkk, 1992). Dari hasil penelitian yang dilakukan Mangatua (2007),
terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja karyawan terhadap produktivitas
20. Pengaruh Kepemimpinan petugas terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit
Tipe kepemimpinan yang dijalankan di Rumah Sakit Stella Maris tidak dilakukan
Kepemimpinan berdasarkan Kasih. Hal ini disebabkan karena Rumah Sakit ini
merupakan Rumah Sakit Kristen. Hal ini ditemukan pada saat melakukan wawancara
"...disini kami menganggap setiap perawat sudah dewasa, sehingga tidak perlu
lagi harus memimpin dengan keras. Disini yang kita terapkan adalah kasih, jadi
setiap perawat seharusnya sudah tau apa yang harus dia buat." (Oy, 36 Tahun)
118
menjalankan tugas nya dengan baik, karena mereka bekerja tanpa mendapat tekanan.
"kalo kepala di sini baik ji semuanya, tapi kadang marah-marah ji juga kalo ada
kerjaan yang tidak beres." (Lz, 28 Tahun)
Jadi berdasarkan kedua komentar perawat tersebut dapat kita simpulkan bahwa mereka
merasa tenang dan nyaman saat bekerja, hal ini pula yang akan dapat meningkatkan
kinerja mereka.
seseorang mengerjakan apa yang tidak ingin mereka lakukan dan menyukainya.
Menurut Sullivan dan Decker (1989) dalam Effendi (2008), kepemimpinan merupakan
yang lebih besar untuk mempengaruhi pihak lain yang didasarkan pada perbedaan
Menurut Suwandi (2004) untuk menjadi pemimpin yang baik haruslah memenuhi
mmempunyai keyakinan pada diri sendiri. Artinya seorang pemimpin tidak akan
mudah terpengaruh oleh orang lain pada saat mengambil keputusan, tapi bukan
berarti seorang pemimpin tidak boleh meminta pendapat orang lain dalam
pengambilan keputusan.
pengikut dan stakeholder organisasi lainnya. Ukuran yang biasa digunakan mengenai
efektivitas pemimpin adalah sejauh mana unit organisasi dari pemimpin tersebut
ukuran yang objektif yang bisa dilihat diantaranya tentang kinerja atau pencapaian
pemimpin, teman sejawatnya atau dari para bawahannya. Sikap dari para pengikut
terhadap pemimpin tersebut adalah indikator umum lain dari efektifitas seorang
pemimpin tersebut, apakah para pengikut mempunyai komitmen yang kuat untuk
Menurut para ahli, salah satu tugas kepemimpinan yang paling penting dari
pegawai, manajer/kepala ruang harus tahu kebutuhan mana yang diharapkan pegawai
dapat dipenuhi melalui pekerjaannya. Teori motivasi yang paling umum adalah teori
Jadi berdasarkan penelitian ini dapat kita lihat bahwa kepemimpinan yang baik
21. Pengaruh Imbalan petugas terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit Stella
Maris Makassar
Pada Rumah Sakit Stella Maris Makassar tidak ada imbalan khusus untuk
perawat yang mengisi berkas rekam medis. Beberapa kepala ruangan mengatakan:
"tidak ada insentif nya rekam medis, jadi itu mi mungkin jarang ada yg kerja ki.
Apalagi kalo pasien banyak, tidak sempat mi dikerja itu rekam medis." (Yn, 30 Tahun)
"itu mi juga masalahnya kadang capek mi perawat melayani, trus masih mau lagi
isi rekam medis, baru ndak ada insentif nya" (Ez, 34 Tahun)
Berdasarkan hasil wawancara diatas insentif merupakan salah satu faktor yang
menjadi penyebab rekam medis tidak terselesaikan. Hal tersebut juga di dukung
"tidak ada uang nya rekam medis, seandainya ada pasti banyak orang mau kerja
ki" (MR, 25 Tahun)
"mau nya ada insentifnya itu rekam medis, supaya semangat ki juga kerja ki."
(Lz, 28 Tahun)
Dari penyataan perawat dapat dilihat bahwa faktor imbalan memiliki pengaruh
terhadap terisinya berkas rekam medis. Dengan adanya imbalan yang pantas terhadap
pengisian rekam medis, maka tidak akan ada lagi berkas yang terbengkalai.
121
sesuatu yang memiliki nilai bagi individu dan dapat memberi kepuasan, sehingga
perorangan, keinginan, nilai-nilai dan imbalan. Sistem imbalan adalah salah satu faktor
kunci yang dapat dikontrol dan banyak orang menanggapinya secara positif.
22. Pengaruh Desain Pekerjaan petugas terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah
Pada Rumah Sakit Stella Maris Makassar tidak ada staf khusus yang ditugaskan
untuk pengisian berkas rekam medis. Hal ini dapat dilihat dari komentar dari beberapa
"tidak ada memang yang ditugaskan untuk kerja ki itu rekam medis. Disini kalo
ada pi waktu senggang baru dikerja. Itu pun kadang baku harap ki kerja." (Yn, 30
Tahun)
"itu mi juga masalahnya kadang capek mi perawat melayani, trus masih mau lagi
isi rekam medis, baru ndak ada insentif nya" (Ez, 34 Tahun)
Berdasarkan hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa salah satu yang
"iya tidak ada yg khusus kerja rekam medis, jadi kita ji yang atur ki, siapa yang
kurang kerja nya, na isi mi itu rekam medis." (MR, 25 Tahun)
"siapa yang sempat isi dia mi yang kerja, mau nya ada orang yg khusus kerja ki,
karna biasa banyak pasien tidak sempat mi di isi itu rekam medis." (Lz, 28
Tahun)
122
Herjanto (2001) menjelaskan bahwa desain pekerjaan adalah rincian tugas dan
cara pelaksanaan tugas atau kegiatan yang mencakup siapa yang mengerjakan tugas,
bagaimana tugas itu dilaksanakan, dimana tugas dikerjakan dan hasil apa yang
Definisi diatas menjelaskan bahwa desain pekerjaan dibuat oleh perusahaan untuk
mengatur tugas-tugas yang tepat sasaran, memberikan tugas kepada orang dengan
kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki untuk mengerjakan tugas tersebut
tentang apa yang harus dilakukan oleh pekerja, bagaimana orang itu melakukannya,
hubungan tugas dan tanggung jawab, standar wewenang dan pekerjaan, syarat kerja
harus diuraikan dengan jelas, penjelasan tentang jabatan dibawah dan diatasnya.
pekerjaan yang membedakan antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang
lainnya. Tujuan pekerjaan dilaksanakan melalui analisis kerja, dimana para manager
menguraiakan pekerjaan sesuai dengan aktifitas yang dituntut agar membuahkan hasil
(Gibson, 1987).
tugas-tugas yang terkandung dalam suatu pekerjaan bagi seseorang atau sekelompok
tenaga kerja yang akan melaksanakan kegiatan perusahaan (Sulipan, 2000). Desain
pekerjaan mutlak dimiliki oleh setiap perusahaan karena dalam desain pekerjaan yang
dilakukan adalah merakit sejumlah tugas menjadi sebuah pekerjaan agar pekerjaan
pengaruh terhadap kinerja perawat. Jadi dengan adanya desain pekerjaan yang baik,
.
23. Kinerja Perawat dalam Pengisian Rekam Medis
Setiap perawat dalam melaksanakan tugas dapat dinilai dari kinerjanya. Kinerja
perawat adalah penampilan hasil kerja dari perawat dalam memberikan pelayanan
Adapun lembaran rekam medis yang harus diisi oleh perawat diantaranya
adalah: (1) RM 13 yaitu Pengkajian Awal Keperawatan, berisi: identitas pasien seperti
ruang rawat inap, nomor rekam medis, nama, agama, umur, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, suku bangsa, alamat, nama penanggung jawab, tanggal masuk,
tanggal dan jam pengambilan data, diagnosa medis waktu masuk, keadaan fisik pasien,
keadaan emosional pasien, catatan khusus tentang penyakit dan hasil pemeriksaan
penunjang. (2) RM 14 yaitu Asuhan Keperawatan, berisi: nama pasien, nomor rekam
124
medis, ruangan inap, tanggal pengkajian, tanggal keluar, nomor dan tanggal kegiatan
keperawatan. (3) RM 15 yaitu Catatan Keperawatan, berisi: nomor urut kegiatan, tanggal
dan pukul kegiatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, nama serta paraf
perawat.
Pada penelitian ini banyaknya variabel yang tidak memiliki pengaruh terhadap
kinerja perawat untuk pengisian rekam medis, walaupun secara teori seharusnya
memiliki pengaruh terhadap kinerja disebabkan karena satu faktor utama. Faktor
tersebut adalah berkas rekam medis pada Rumah Sakit Stella Maris bukan merupakan
tanggung jawab satu orang perawat, tetapi merupakan tanggung jawab bersama,
terutama perawat yang berada pada satu shift dan satu ruangan. Sebuah berkas rekam
medis dapat diisi oleh tiga orang perawat yang berbeda, jadi apabila terjadi kesalahan
atau rekam medis tidak terisi, maka hal tersebut bukan kesalahan satu orang saja, tetapi
Pada Rumah Sakit Stella Maris tidak terdapat petugas khusus yang bertanggung
jawab terhadap pengisian Rekam Medik. Hal ini membuat Rekam Medik diisi pada saat
waktu senggang dimana mereka tidak melakukan tugas keperawatan. Oleh karena
itulah kesalahan pengisian atau rekam medik tidak terisi di Rumah Sakit Stella Maris
BAB V
A. Kesimpulan
125
1. Ada pengaruh usia terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar
2. Ada pengaruh pengalaman terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit Stella
Maris Makassar
3. Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit
4. Tidak ada pengaruh pelatihan terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit Stella
Maris Makassar
5. Tidak ada pengaruh tingkat pengetahuan terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah
6. Tidak ada pengaruh keterampilan terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit
7. Tidak ada pengaruh sikap terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit Stella
Maris Makassar
8. Tidak ada pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit Stella
Maris Makassar
9. Ada pengaruh Kepemimpinan terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit Stella
Maris Makassar.
10. Ada pengaruh Imbalan terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar
11. Ada pengaruh Desain Pekerjaan terhadap kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit
B. Saran
126
pentingnya pengisian rekam medis, sehingga pengisian rekam medis jauh lebih baik
lagi
3. Perlu ada penelitian yang lebih lanjut mengenai kelengkapan rekam medis terutama
penelitian yang melihat pengisian rekam medis secara tim atau kelompok.
4. Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai budaya organisasi dan fungsi manajemen