Anda di halaman 1dari 153

6

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA KADER POSYANDU LANSIA


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN JOHOR KOTA MEDAN
TAHUN 2013

TESIS

Oleh

MASTIUR PANGARIBUAN
117032146/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

1
6

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA KADER POSYANDU LANSIA


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN JOHOR KOTA MEDAN
TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

MASTIUR PANGARIBUAN
117032146/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

2
6

Judul Tesis : PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA


KADER POSYANDU LANSIA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MEDAN JOHOR KOTA
MEDAN TAHUN 2013
Nama Mahasiswa : Mastiur Pangaribuan
Nomor Induk Mahasiswa : 117032146
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Dr. Juanita, S.E, M.Kes) (Drs. Tukiman, M.K.M)


Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal Lulus: 20 Juni 2013

3
6

Telah diuji
Pada Tanggal : 20 Juni 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Juanitas, S.E, M.Kes


Anggota : 1. Drs. Tukiman, M.K.M
2. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si
3. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA KADER POSYANDU LANSIA


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN JOHOR KOTA MEDAN
TAHUN 2013

4
6

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2013

Mastiur Pangaribuan
117032146/IKM

5
6

ABSTRAK

Pembinaan kesehatan bagi lansia yang merupakan kelompok rawan


dipandang dari segi kesehatan karena kepekaan dan kerentanan yang tinggi terhadap
gangguan kesehatan dan ancaman kematian. Kinerja kader posyandu lansia di
wilayah kerja Puskesmas Medan johor belum optimal karena terkait permasalahan
dengan motivasi kader dalam memberikan pelayanan di posyandu lansia.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik terhadap kinerja kader posyandu lansia di wilayah
kerja Puskesmas Medan johor Kota Medan dilakukan terhadap 40 orang kader
posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan johor sebagai sampel.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara statistik
mengunakan uji regresi logistik ganda pada α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan motivasi intrinsik (tanggung jawab, prestasi
yang diraih, pengakuan hasil kerja, pekerjaan itu sendiri, kemungkinan
pengembangan dan kemajuan) dan motivasi intrinsik (imbalan, keamanan dan
keselamatan kerja, kondisi kerja, hubungan kerja, prosedur kerja dan status)
berpengaruh terhadap kinerja kader posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas
Medan johor. Variabel motivasi ekstrinsik paling dominan memengaruhi kinerja
kader posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan johor (p = 0,017 dan OR =
8,431)
Disarankan kepada Puskesmas Medan johor perlu dilakukan upaya untuk
meningkatkan kinerja kader posyandu lansia melalui peningkatan faktor motivasi,
seperti memberikan pelatihan dan pengembangan kemampuan kader posyandu lansia
dalam pengelolaan posyandu lansia. Perlu pemberian insentif sehingga dapat
memenuhi kebutuhannya dalam melakukan pelayanan kepada lansia. Kader posyandu
lansia diharapkan mengembangkan diri melalui pelatihan tentang pelayanan lansia
serta memotivasi diri dalam melakukan pelayanan posyandu.

Kata Kunci : Motivasi, Kader, Posyandu Lansia

6
6

ABSTRACT

Health care for old people is important since this group of age is highly
vulnerable to health problem and can easily find death. The performance of
cadres at posyandu (integrated health post) for old people in the working area
of Medan johor Puskesmas (public health center) is not optimal because it is
closely related to cadres’ motivation in providing services at posyandu for old
people.
The aim of the research was to analyze the influence of intrinsic and
extrinsik motivation on cadres’ performance at posyandu for old people in the
working area Medan johor Puskesmas, Medan. The samples comprised 40
cadres at posyandu for old people in the working area Medan johor
Puskesmas. The data were gathered by distributing questionnaires and
analyzed statistically by using multiple logistic regression tests at = 5%.
The result of the research showed that intrinsic motivation
(responsibility, achieved performance, performance recognation, performance
itself, possibility for development, and advancement) and extrinsic motivation
(reward, job security and safety, work condition, and work procedure and
status) influenced the cadre’s performance at posyandu for old people in the
working area Medan johor Puskesmas. The variables of extrinsik motivation
had the most dominant influence on cadres’ performance in the working area
of Medan johor Puskesmas ( p = 0,017 and OR = 8,431)
It is recommended that the management of Medan johor Puskesmas
increased the cadres’ performance at posyandu for old people by increasing
their motivation such as providing training and developing their capability in
managing posyandu for old people and provide support by giving reward and
incentives to them so that their can fulfill their needs in providing services to
old people. It is also recommended that the cadre at posyandu for old people
develop their skill through training about services for old people and motivate
themselves in giving services at posyandu.

Keywords : Motivation, Cadres, Posyandu for Old People

7
6

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas atas segala

pertolongan, bimbingan serta karuniaNya, penulisan tesis ini dapat di selesaikan

dengan baik. Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian

persyaratan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan

kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-

besarnya kepada :

1. Prof Dr. dr Syahril Pasaribu, D.T.M&H., M.Sc.(CTM)., Sp.A,(K), Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat sekaligus sebagai Dosen Penguji

Tesis

4. Dr. Juanita, S.E, M.Kes, Ketua Komisi Pembimbing dan Drs. Tukiman, M.K.M,

Anggota Komisi Pembimbing.

5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M, Dosen Penguji Tesis.

8
6

6. Para dosen, Staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Dr. Roosleyn, M.A.R.S, Kepala Puskesmas Medan johor, yang telah memberikan

izin untuk dapat melakukan penelitian.

8. Seluruh kader posyandu lansia di Puskesmas Medan johor yang telah bersedia

menjadi responden dalam penelitian ini

9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, khususnya pada Minat Studi Promosi Kesehatan dan

Ilmu Perilaku

Terima kasih yang tak terhingga kepada anak-anakku: Raeka Okata

Soerbakti, Raeki Nikata Soerbakti, Raolel Madeo Soerbakti dan Ryandi Ratur

Soerbakti yang telah memberikan doa, dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan

penelitian dan pendidikan S2 ini.

Medan, Juni 2013


Penulis

Mastiur Pangaribuan
117032146/IKM

9
6

RIWAYAT HIDUP

Mastiur Pangaribuan lahir di Pintubatu tanggal 11 Oktober 1962 dari

pasangan bapak (alm) W. Pangaribuan dan ibu (almh) R br Panjaitan. Penulis anak

pertama dari sepuluh (10) orang bersaudara. Penulis menikah dengan (alm)

Drs. Ebeneser Karo-Karo, SH, MAP pada 11 November 1990, dan dikaruniai 4

orang anak (2 laki-laki dan 2 perempuan) dan bertempat tinggal di Jl. Bunga Kantil

No. 107 Padang Bulan Medan.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 091686 Gunung Bayu

selesai tahun 1974, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP PTP VII Gunung

Bayu selesai tahun 1977, pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA YP-

HKBP Pematang Siantar selesai tahun 1981, kemudian melanjutkan ke Perguruan

Tinggi pada D3 Akademi Keperawatan Universitas Darma Agung Medan selesai

tahun 1985, AKTA III di IKIP Medan selesai tahun 1996, S1 di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan selesai tahun 1998. Pendidikan S2

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu

Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Mulai bekerja tahun 1985-1987 sebagai Perawat di RSU Herna Medan, tahun

1987-1992 sebagai Dosen di Akademi Keperawatan Universitas Darma Agung,

tahun 1992 -2001 sebagai Kepala Sekolah di Sekolah Perawat Kesehatan RSU Herna

Medan, Tahun 2001 sampai sekarang sebagai Direktur di Akademi Keperawatan

RSU Herna Medan.

10
6

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK............................................................................................................ i
ABSTRACT........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP............................................................................................. iv
DAFTAR ISI........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Permasalahan................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 10
1.4 Hipotesis.......................................................................................... 10
1.5 Manfaat Penelitian........................................................................... 11
.........................................................................................................
.........................................................................................................

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 12


2.1 Kinerja............................................................................................. 12
2.1.1 Pengertian Kinerja................................................................. 12
2.1.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja............................ 13
2.1.3 Indikator Kinerja Kader Posyandu........................................ 15
2.2 Lanjut Usia (Lansia)........................................................................ 15
2.2.1 Pengertian Lansia................................................................... 15
2.2.2 Masalah Kesehatan Lansia.................................................... 17
2.3 Posyandu Lansia.............................................................................. 20
2.3.1 Tujuan Posyandu Lansia........................................................ 21
2.3.2 Manfaat Posyandu Lansia...................................................... 21
2.3.3 Sasaran Posyandu Lansia....................................................... 22
2.3.4 Kegiatan Posyandu Lansia..................................................... 22
2.3.5 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia .............................. 23
2.3.6 Penilaian Keberhasilan Posyandu Lansia.............................. 24
2.4 Kader Posyandu ............................................................................. 25
2.4.1 Pengertian Kader Posyandu .................................................. 25
2.5 Motivasi ......................................................................................... 26
2.6 Landasan Teori................................................................................ 31
2.7 Kerangka Konsep Penelitian........................................................... 31

11
6

BAB 3. METODE PENELITIAN


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
33
3.1 Jenis Penelitian
........................................................................................................
........................................................................................................
33
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
........................................................................................................
........................................................................................................
33
3.2.1 Lokasi Penelitian
..................................................................................................
..................................................................................................
33
3.2.2 Waktu Penelitian
..................................................................................................
..................................................................................................
33
3.3 Populasi dan Sampel
........................................................................................................
........................................................................................................
33
3.3.1 Populasi
..................................................................................................
..................................................................................................
33
3.3.2 Sampel
..................................................................................................
..................................................................................................
34
3.4 Teknik Pengumpulan Data
........................................................................................................
........................................................................................................
34
3.4.1 Data Primer
..................................................................................................
..................................................................................................
34

12
6

3.4.2 Data Sekunder


..................................................................................................
..................................................................................................
34
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen
..................................................................................................
..................................................................................................
34
3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian
........................................................................................................
........................................................................................................
35
3.6 Metode Pengukuran
........................................................................................................
........................................................................................................
36
3.7 Metode Analisis Data
................................................................................................................
................................................................................................................
37

BAB 4. HASIL PENELITIAN......................................................................... 39


4.1 Gambaran Puskesmas Medan johor ............................................... 39
4.2 Analisis Univariat............................................................................ 40
................................................................................................................
4.2.1 Identitas Responden ............................................................. 40
4.2.2 Motivasi Intrinsik.................................................................. 41
4.2.3 Motivasi Ekstrinsik............................................................... 48
4.2.4 Kinerja Kader Posyandu Lansia............................................ 55
4.3 Analisis Bivariat.............................................................................. 58
................................................................................................................
4.4 Analisis Multivariat......................................................................... 60
................................................................................................................

BAB 5. PEMBAHASAN.................................................................................... 62
5.1 Pengaruh Motivasi Intrinsik terhadap Kinerja Kader Posyandu
Lansia.............................................................................................. 62
.........................................................................................................
5.2 Pengaruh Motivasi Ekstrinsik terhadap Kinerja Kader Posyandu
Lansia.............................................................................................. 75

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 84

13
6

6.1 Kesimpulan...................................................................................... 84
................................................................................................................
6.2 Saran................................................................................................ 85
................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
87

LAMPIRAN
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
92

DAFTAR TABEL

Nomor Judul
Halaman

3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian.......................................................

.....................................................................................................................

37

4.1 Distribusi Reponden Menurut Identitas di Puskesmas Medan johor


Tahun 2013........................................................................................ 40

4.2 Distribusi Responden Menurut Motivasi Intrinsik Indikator


Tanggung Jawab di Puskesmas Medan johor Tahun 2013................ 42

4.3 Distribusi Responden Menurut Motivasi Intrinsik Indikator


Prestasi yang Diraih di Puskesmas Medan johor Tahun 2013........... 43

4.4 Distribusi Responden Menurut Motivasi Intrinsik Indikator


Pengakuan Orang Lain di Puskesmas Medan johor Tahun 2013...... 44

14
6

4.5 Distribusi Responden Menurut Motivasi Intrinsik Indikator


Pekerjaan itu Sendiri di Puskesmas Medan johor Tahun 2013.......... 45

4.6 Distribusi Responden Menurut Motivasi Intrinsik Indikator


Kemungkinan Pengembangan di Puskesmas Medan johor Tahun
2013.................................................................................................... 46

4.7 Distribusi Responden Menurut Motivasi Intrinsik Indikator


Kemajuan di Puskesmas Medan johor Tahun 2013........................... 47

4.8 Distribusi Responden Menurut Kategori Motivasi Intrinsik


Indikator Kemajuan di Puskesmas Medan johor Tahun 2013........... 48

4.9 Distribusi Responden Menurut Motivasi Ekstrinsik Indikator Gaji


atau Kompensasi di Puskesmas Medan johor Tahun 2013................ 49

4.10 Distribusi Responden Menurut Motivasi Ekstrinsik Indikator


Keamanan dan Keselamatan Kerja di Puskesmas Medan johor
Tahun 2013........................................................................................ 50

4.11 Distribusi Responden Menurut Motivasi Ekstrinsik Indikator


Kondisi Kerja di Puskesmas Medan johor Tahun 2013..................... 51

4.12 Distribusi Responden Menurut Motivasi Ekstrinsik Indikator


Hubungan Kerja di Puskesmas Medan johor Tahun 2013................. 52

4.13 Distribusi Responden Menurut Motivasi Ekstrinsik Indikator


Lingkungan Kerja di Puskesmas Medan johor Tahun 2013.............. 53

4.14 Distribusi Responden Menurut Motivasi Ekstrinsik Indikator


Status di Puskesmas Medan johor Tahun 2013................................. 54

4.15 Distribusi Responden Menurut Kategori Motivasi Ekstrinsik


Indikator Kemajuan di Puskesmas Medan johor Tahun 2013........... 55

4.16 Distribusi Responden Menurut Kinerja Kader Posyandu Lansia di


Puskesmas Medan johor Tahun 2013................................................ 56

4.17 Distribusi Reponden Menurut Kategori Kinerja Kader Posyandu


Lansia di Puskesmas Medan johor Tahun 2013................................. 58

4.18 Hubungan Motivasi Intrinsik dengan Kinerja Kader Posyandu


Lansia di Puskesmas Medan johor Tahun 2013................................. 59

15
6

4.19 Hubungan Motivasi Ekstrinsik dengan Kinerja Kader Posyandu


Lansia di Puskesmas Medan johor Tahun 2013................................. 59

4.20 Hasil Uji Multivariat dengan Regresi Logistik Ganda....................... 60

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul
Halaman

2.1 Diagram Skematis Kinerja Gibson dan Donnelly (2005)............................. 13

2.2 Kerangka Konsep Penelitian........................................................................ 32

16
6

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul
Halaman

1 Kuesioner Penelitian.............................................................................. 92

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas....................................................... 100

3. Hasil Uji Univariat................................................................................ 107

4. Hasil Uji Bivariat................................................................................... 127

5. Hasil Uji Multivariat.............................................................................. 129

6. Master Data Penelitian.......................................................................... 130

7. Surat Izin Penelitian.............................................................................. 133

8. Surat Penelitian...................................................................................... 135

17
6

9. Surat Keterangan Selesai Penelitian...................................................... 136

18
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan sesuai dengan Undang-Undang Republik

Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal. Oleh karena itu, pemerintah menyelenggarakan

pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan,

pemulihan kesehatan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan termasuk

upaya kesehatan bagi lanjut usia (Depkes RI, 2009).

Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) tahun 2003 adalah

keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan

cacat, juga dapat diukur dari produktivitas dalam arti mempunyai pekerjaan atau

penghasilan secara ekonomi. Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang RI No. 36

Tahun 2009 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup produktif secara

sosial dan ekonomi. Pembangunan kesehatan merupakan penyelenggaraan upaya

kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap

penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai

salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Pembangunan kesehatan

berkembang dengan cepat dan menyentuh seluruh segi kehidupan sehingga perlu

disusun tatanan upaya kesehatan sebagaimana diatur dalam Sistem Kesehatan

1
6

Nasional (2012) disebutkan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan

berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta

pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan seperti

penduduk usia lanjut (lansia). Pengertian lansia sebagaimana disebutkan dalam UU

No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia adalah seseorang yang telah mencapai

usia 60 tahun ke atas.

Pembentukan posyandu lansia sebagai wadah pembinaan kesehatan lansia

dilakukan melalui kerjasama Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri serta

Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga telah merumuskan

tatanan tersebut yang dilaksanakan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu),

yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat secara rutin setiap bulannya

(Kemensos RI, 2012). Pembinaan lansia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan

peraturan perundang-undangan sebagai landasan dalam menentukan kebijaksanaan

pembinaan sesuai dengan Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998 menyebutkan

bahwa pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan dan kemampuan lansia, upaya penyuluhan, penyembuhan dan

pengembangan lembaga (Depkes RI, 2005).

Pembinaan kesehatan bagi lansia yang merupakan kelompok rawan dipandang

dari segi kesehatan karena kepekaan dan kerentanan yang tinggi terhadap gangguan

kesehatan dan ancaman kematian (Depkes RI, 2005). Pelaksanaan pembinaan

kesehatan lansia di puskesmas perlu dilakukan dengan manajemen yang baik dengan

memperhatikan aspek perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Penilaian


6

keberhasilan program harus dimulai dari awal kegiatan yang meliputi masukan,

proses dan keluaran dengan aspek teknis dan manajerial termasuk penyediaan sarana,

prasarana dan informasi yang digunakan untuk perencanaan lebih lanjut (Depkes RI,

2005).

Pembinaan kesehatan lansia melalui posyandu sejalan dengan peningkatan

usia harapan hidup penduduk Indonesia. Umur harapan hidup merupakan salah satu

indikator atau penilaian derajat kesehatan  suatu negara dan digunakan sebagai acuan

dalam perencanaan program-program kesehatan. Angka harapan hidup disebut  juga

lama hidup manusia didunia. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(2011) angka harapan hidup diperkirakan mencapai 73,7 tahun, dengan usia harapan

hidup pria adalah 68,26 tahun dan wanita 73,38 tahun. Indonesia berada pada nomor

urut 121 berdasarkan daftar PBB dari 187 Negara yang dipublikasikan di HDI Report

2013, Norwegia berada pada nomor urut pertama (UNDP, 2013).

Pertambahan penduduk lansia secara bermakna akan disertai oleh berbagai

masalah dan akan memengaruhi berbagai aspek kehidupan lansia, baik terhadap

individu maupun bagi keluarga dan masyarakat yang meliputi fisik, biologis, mental

maupun sosial ekonomi. Mengingat lansia merupakan salah satu kelompok rawan

dalam keluarga, pembinaan lansia sangat memerlukan perhatian khusus sesuai

dengan keberadaannya (Depkes RI, 2005). Seirama dengan peningkatan jumlah dan

angka kesakitan lansia diperlukan peningkatan jenis dan kualitas pelayanan kesehatan

dan perawatan, baik yang dilaksanakan oleh lansia itu sendiri maupun keluarga atau

lembaga lain seperti PUSAKA (Pusat Santunan dalam Keluarga), Posyandu Lansia,
6

Panti Sosial Tresna Wredha, Sasana Tresna Wredha maupun yang dilaksanakan di

sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), sarana pelayanan kesehatan

rujukan tingkat pertama (sekunder) dan sarana pelayanan kesehatan tingkat lanjut

(tersier).

Promosi kesehatan dalam pelaksanaan posyandu lansia merupakan kegiatan

luar gedung puskesmas yang lebih diutamakan pada pendekatan pemberdayaan

masyarakat akan pentingnya kesehatan dan upaya menolong dirinya bila ada masalah

kesehatan pada dirinya dan keluarganya serta lingkungannya (Kemenkes RI, 2011).

Strategi pendekatan promosi kesehatan di posyandu lansia dapat dilakukan

melalui upaya : (a) advokasi, yaitu upaya atau proses yang strategis dan terencana

untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait

(stakeholders); (b) Bina suasana (social support) adalah upaya menciptakan opini

atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau

melakukan perilaku yang diperkenalkan, dalam konteks pelayanan posyandu lansia,

kader posyandu berfungsi sebagai agent perubahan bagi lansia untuk meningkatkan

kemauan memanfaatkan posyandu lansia; dan (c) Pemberdayaan (empowernment)

merupakan proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan

mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran

tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu

menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku

yang diperkenalkan (aspek practice) (Kemenkes RI, 2011).


6

Sasaran posyandu lansia meliputi beberapa kelompok di mana ada sasaran

langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung adalah usia virilitas/pra senilis

45 - 59 tahun, lansia 60 - 69 tahun, dan lansia risiko tinggi yaitu usia lebih dari 70

tahun. Sedangkan sasaran yang tidak langsung adalah keluarga di mana lansia berada,

masyarakat di lingkungan lansia, organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan

kesehatan lansia, petugas kesehatan yang melayani kesehatan lansia dan masyarakat

luas (Depkes RI, 2006).

Menurut data yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),

melalui lembaga kependudukan dunia United Nations Population Fund (UNFP,

2010), jumlah lansia, pada tahun 2009 telah mencapai 737 juta jiwa. Dari jumlah

tersebut sekitar dua pertiga tinggal di negara-negara berkembang, termasuk di

Indonesia. Pada tahun 2050 diproyeksikan bahwa jumlah penduduk di atas usia 60

tahun akan mencapai sekitar 2 miliar jiwa.

Secara demografi berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, Indonesia

memasuki era penduduk berstruktur tua di mana proporsi lansia mencapai 24 juta

jiwa atau (9,77%) dari total penduduk pada tahun 2010 (Biro Pusat Statistik, 2010).

Di Kota Medan jumlah penduduk dalam kelompok umur 60 tahun ke atas sebanyak

117.216 orang (5,59%) (Dinkes Kota Medan, 2012). Dinas Kesehatan Kota Medan

membentuk pembinaan posyandu lansia yang telah melaksanakan program

pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi lansia.


6

Hasil laporan program kesehatan lansia tahun 2012 menunjukkan bahwa

beberapa wilayah kerja puskesmas di Kota Medan belum mempunyai cakupan

program pelayanan lansia yang optimal, salah satu wilayah kerja puskesmas dengan

pelayanan posyandu lansia yang rendah adalah Puskesmas Medan johor. Jumlah

posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan johor sebanyak 8 unit dengan

jumlah kader 40 orang, rata-rata jumlah kunjungan setiap posyandu lansia hanya

sekitar 42% dari seluruh lansia perbulan. Jumlah kunjungan lansia di posyandu lansia

pada wilayah kerja Puskesmas Medan johor dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Medan


johor Tahun 2012

No Posyandu Jumlah Lansia Jumlah Kunjungan


Orang %
1 Sagu 36 13 36.1
2 Kapas 40 17 42.5
3 Tembakau 38 16 41.0
4 Melati 38 21 55.3
5 Rami 40 19 47.5
6 Pustu Sawit 25 8 30.0
7 Sejahtera 35 16 45.7
8 Gereja HKBP 33 13 40.0
Rata-rata 35,6 13,6 42,3

Sumber : Puskesmas Medan johor, 2012

Survei pendahuluan yang dilakukan penulis pada posyandu lansia di wilayah

kerja Puskesmas Medan johor ditemukan bahwa alasan lansia kurang aktif

memanfaatkan pelayanan posyandu lansia karena kader posyandu yang bertugas

mengelola dan melaksanakan kegiatan posyandu belum melaksanakan tugasnya


6

dalam memberikan pelayanan posyandu lansia pada setiap tahapan pelayanan kepada

lansia. Setelah dilakukan wawancara dengan 10 orang lansia yang bertempat tinggal

di sekitar posyandu lansia Sawit, diketahui sebanyak 7 orang lansia yang menyatakan

tidak sesuai dengan jadwal buka posyandu. Beberapa penduduk lansia sudah datang

ke posyandu, namun kader posyandu belum berada di posyandu sehingga lansia harus

menunggu kedatangan kader untuk mempersiapkan peralatan yang digunakan dalam

pelayanan posyandu lansia. Akibat seringnya keterlambatan kader datang ke

posyandu menyebabkan lansia yang tidak sabar menunggu kembali kerumahnya

tanpa mendapatkan pelayanan.

Kondisi yang telah diuraikan di atas menunjukkan adanya permasalahan

dengan motivasi kader dalam memberikan pelayanan di posyandu lansia. Beberapa

penelitian terkait yang peneliti temukan sebagai perbandingan dan pendukung dalam

mengkaji tentang pemanfaatan posyandu lansia adalah :

Penelitian Suwarsono (2003) dan Putri (2008) menyatakan bahwa dalam

pelaksanaan posyandu lansia perlu dukungan sosial sehingga dapat berjalan sesuai

sistem pelayanan yang ditetapkan. Kegiatan posyandu lansia lebih banyak sebagai

pos pengobatan karena keterbatasan sarana dan prasarana terutama fasilitas untuk

laboratorium sederhana dan belum adanya petugas laboratorium serta belum

terampilnya kader yang ada. Dukungan sosial serta kondisi dan situasi dianggap

sebagai faktor penentu perilaku keaktifan kunjungan lansia ke posyandu lansia.

Penelitian Rusdiyanto (2007) dan Suwarti (2006) menyimpulkan bahwa

terdapat hubungan antara pengetahuan lansia tentang posyandu lansia dengan


6

frekuensi kunjungan lansia ke posyandu lansia dan kader posyandu masih

memerlukan tambahan pengetahuan dan keterampilan. Demikian juga penelitian

Rochmadhona (2007) didapatkan dukungan pembina sebagian kader cukup, keaktifan

kader sebagian besar baik, fasilitas Posyandu sebagian besar cukup dan peran serta

pengguna sebagian besar cukup.

Penelitian lain yang terkait dengan motivasi dan kinerja kader seperti yang

dilakukan Rosse (2012) menyimpulkan bahwa secara statistik variabel motivasi dan

kemampuan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja kader posyandu lansia di

Puskesmas Lampahan Kabupaten Bener Meriah.

Kinerja posyandu sebagai suatu organisasi selalu menjadi ukuran keberhasilan

dalam mempertahankan kelangsungan organisasi. Menurut Gibson dan Donnelly (2005),

kinerja adalah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja individu dalam suatu organisasi

dipengaruhi oleh beberapa variabel, yaitu (a) variabel individual, (2) variabel psikologi,

dan (3) variabel organisasi

Sehubungan dengan hasil survei pendahuluan bahwa masalah yang ditemukan

terkait dengan motivasi kader posyandu, maka salah satu indikator pada variabel

psikologis adalah faktor motivasi baik secara intriksik: tanggung jawab (responsibility),

prestasi yang diraih (achievement), pengakuan orang lain (recognition), pekerjaan itu

sendiri (the work it self), kemungkinan pengembangan (the possibility of growth),

kemajuan (advancement) maupun ekstrinsik : gaji atau kompensasi, keamanan dan

keselamatan kerja, kondisi kerja, hubungan kerja, prosedur kerja dan status. Kinerja
6

kader posyandu sebagai pelaksana pelayanan kesehatan lansia di posyandu diukur

berdasarkan tugas dan fungsi yang ditetapkan Depkes RI (2003).

Motivasi yang baik di dalam suatu organisasi secara psikologis menentukan

terbentuknya SDM yang produktif dan profesional. Menurut Gibson dan Donnelly

(2005), bahwa motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan

kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu, orang-orang yang

termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar. Dengan demikian faktor motivasi

merupakan salah satu variabel yang memengaruhi kinerja.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu serta survei pendahuluan peneliti

berasumsi bahwa rendahnya pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja

Puskesmas Medan johor diakibatkan keberadaan kader yang belum mampu

mendukung setiap lansia untuk berkunjung ke posyandu lansia. Menurut Hezberg

dalam Hasibuan (2005) faktor motivasi (intrinsik dan ekstrinsik) merupakan faktor

yang menentukan keberhasilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan. Demikian

juga halnya dalam pelayanan posyandu bahwa motivasi kader dalam bekerja akan

menentukan keberhasilan program pelayanan posyandu dalam meningkatkan

kinerjanya dalam pengelolaan posyandu lansia.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah apakah faktor motivasi intrinsik : tanggung jawab

(responsibility), prestasi yang diraih (achievement), pengakuan orang lain


6

(recognition), pekerjaan itu sendiri (the work it self), kemungkinan pengembangan

(the possibility of growth), kemajuan (advancement) dan motivasi ekstrinsik : gaji,

keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, hubungan kerja, prosedur kerja,

status berpengaruh terhadap kinerja kader posyandu lansia di wilayah kerja

Puskesmas Medan johor Kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh faktor motivasi intrinsik : tanggung jawab

(responsibility), prestasi yang diraih (achievement), pengakuan orang lain

(recognition), pekerjaan itu sendiri (the work it self), kemungkinan pengembangan

(the possibility of growth), kemajuan (advancement) dan motivasi ekstrinsik : gaji,

keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, hubungan kerja, prosedur kerja,

status terhadap kinerja kader posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan

johor Kota Medan.

1.4 Hipotesis

Motivasi intrinsik : tanggung jawab (responsibility), prestasi yang diraih

(achievement), pengakuan orang lain (recognition), pekerjaan itu sendiri (the work it

self), kemungkinan pengembangan (the possibility of growth), kemajuan

(advancement) dan motivasi ekstrinsik : gaji, keamanan dan keselamatan kerja,

kondisi kerja, hubungan kerja, prosedur kerja, status berpengaruh terhadap kinerja

kader posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan johor Kota Medan.
6

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi dinas kesehatan, pihak Puskesmas, kecamatan,

pemerintah daerah dan sektor yang terkait di dalam pembinaan lansia melalui

pemberdayaan program posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan

johor.

2. Bagi kader posyandu lansia yang ada di wilayah kerja puskesmas, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi mengenai posyandu lansia.

3. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan yang dapat

dijadikan referensi untuk pengembangan ilmu dalam bidang pelayanan posyandu

lansia.
6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinerja

2.1.1 Pengertian Kinerja

Menurut Gibson dan Donnelly (2005) kinerja adalah penampilan karya

personal baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat

merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personal. Menurut

Mangkunegara (2007), kinerja adalah kegiatan atau program yang diprakarsai dan

dilaksanakan oleh pimpinan organisasi untuk merencanakan, mengarahkan dan

mengendalikan prestasi karyawan. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijaksanaan dalam mewujudkan

sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.

Menurut Robbins (2006) kinerja merupakan ukuran hasil kerja yang mana hal

ini menggambarkan sejauh mana aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas dan

berusaha dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Pencapaian kinerja yang optimal

sesuai dengan potensi yang dimiliki seorang karyawan merupakan hal yang selalu

menjadi perhatian para pemimpin organisasi.

Menurut Simamora (2004), penilaian kinerja (performance appraisal) adalah

prosesnya organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Penilaian kinerja

memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam

menjelaskan tujuan-tujuan dan standar kinerja individu di waktu berikutnya.

12
6

2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja

Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi kinerja personel, dilakukanlah

pengkajian terhadap beberapa teori kinerja. Menurut Gibson dan Donnelly (2005),

secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang memengaruhi perilaku kerja dan

kinerja yaitu : Variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis.

Ketiga kelompok variabel tersebut memengaruhi kelompok kerja yang pada

akhirnya memengaruhi kinerja personel. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja

adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk

mencapai sasaran tugas. Diagram skematis teori perilaku dan kinerja digambarkan

sebagai berikut :

Variabel Individu Perilaku Individu


Psikologis:
• Kemampuan dan (apa yang dikerjakan)
• Persepsi
keterampilan : Kinerja
• Sikap
- Mental (hasil yang diharapkan)
• Kepribadian
- Fisik
• Belajar
• Latar belakang
• Motivasi
- Keluarga
- Tingkat sosial
- Pengalaman Variabel Organisasi
• Demografis : • Sumber daya
- Umur • Kepemimpinan
- Etnis • Imbalan
- Jenis kelamin • Struktur
• Desain pekerjaan

Gambar 2.1. Diagram Skematis Kinerja Gibson dan Donnelly (2005)

Variabel individu dikelompokkan pada sub-variabel kemampuan dan

keterampilan, latar belakang dan demografis. Sub-variabel kemampuan dan


6

keterampilan merupakan faktor utama yang memengaruhi perilaku dan kinerja

individu. Variabel demografis, mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan

kinerja individu.

Variabel psikologik terdiri dari sub-variabel persepsi, sikap, kepribadian,

belajar dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial

dan pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis. Variabel psikologis

seperti persepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan hal yang komplek dan sulit

untuk diukur, selain itu sukar mencapai kesepakatan tentang pengertian dari kerja

pada usia, etnis, latar belakang budaya dan keterampilan berbeda satu dengan yang

lainnya (Gibson dan Donnelly, 2005).

Mangkunegara (2007) mengemukakan bahwa faktor yang memengaruhi

kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).

a. Faktor Kemampuan (Ability)

Karyawan yang memiliki pengetahuan yang memadai untuk jabatannya dan

terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari hari, maka ia lebih mudah untuk

mencapai kinerja yang diharapkan.

b. Faktor Motivasi (Motivation)

Motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja.

Motivasi merupakan kondisi yang terarah untuk mencapai tujuan kerja atau

organisasi.
6

2.1.3 Indikator Kinerja Kader Posyandu Lansia

Pengukuran kinerja kader posyandu lansia mengacu kepada tugas dan

fungsinya sebagaimana ditetapkan dalam Depkes RI (2003), yaitu :

a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pelayanan lansia

b. Melaksanakan pembagian tugas untuk pelayanan kepada lansia

c. Menyiapkan materi dan media penyuluhan

d. Mengundang lansia untuk datang ke posyandu

e. Pendekatan dengan tokoh masyarakat

f. Melakukan penndaftaran lansia

g. Mencatat kegiatan sehari-hari lansia

h. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan lansia

i. Membantu petugas kesehatan dalam melakukan pemeriksaan, kesehatan dan

status mental, serta mengukur tekanan darah lansia

j. Memberikan penyuluhan kepada lansia

k. Membuat catatan kegiatan posyandu lansia

l. Melakukan kunjungan rumah kepada lansia yang tidak hadir di posyandu

m. Melakukan evaluasi bulanan dan perencanaan kegiatan posyandu lansia.

2.2 Lanjut Usia (Lansia)

2.2.1 Pengertian Lansia

Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia,

pengertian lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
6

atas. Keadaan ini dibagi menjadi dua, yaitu lanjut usia potensial dan lanjut usia tidak

potensial. lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/ jasa, sedangkan

lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Sedangkan WHO menggolongkan lanjut usia menjadi empat, yaitu

a. Usia pertengahan (middle age) : umur 45-59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) : umur 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) : umur 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) : umur diatas 90 tahun

Departemen Kesehatan RI menggolongkan lanjut usia menjadi tiga

kelompok, yaitu

a. Kelompok Lansia Dini (55-64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki

lansia

b. Kelompok Lansia (65 tahun ke atas)

c. Kelompok Lansia resiko tinggi yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun

Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam

mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia ada tiga aspek yang perlu

dipertimbangkan yaitu : aspek biologis, aspek ekonomi dan aspek sosial (Wijayanti,

2008).

Secara biologis, penduduk yang disebut lansia adalah penduduk yang

mengalami proses penuaan secara terus-menerus, yang ditandai dengan menurunnya


6

daya tahan fisik yaitu semakin rentan terhadap serangan penyakit yang dapat

menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan dalam

struktur sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, lansia dipandang sebagai

beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak yang beranggapan bahwa kehidupan

masa tua tidak lagi memberikan manfaat, bahkan ada yang beranggapan bahwa

kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan negatif, sebagai beban keluarga dan

masyarakat. Sedangkan secara sosial, lansia merupakan satu kelompok sosial sendiri.

Dinegara barat, lansia menempati strata sosial dibawah kaum muda, sedangkan di

Indonesia, lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh

warga muda (Wijayanti, 2008).

2.2.2 Masalah Kesehatan Lansia

Masalah kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang umur yang

lain karena pada penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan

yang timbul akibat penyakit dan proses menua yaitu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti sel serta

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Menurut Siburian (2008) menyatakan bahwa ada beberapa yang menjadi

masalah kesehatan pada lansia, yaitu :

a. Immobility (kurang bergerak), dimana meliputi gangguan fisik, jiwa dan faktor

lingkungan sehingga dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Keadaan ini


6

dapat disebabkan oleh gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf dan

penyakit jantung.

b. Instability (tidak stabil/ mudah jatuh), dapat disebabkan oleh faktor intrinsik

(yang berkaitan dengan tubuh penderita), baik karena proses menua, penyakit

maupun ekstrinsik (yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obatan tertentu dan

faktor lingkungan. Akibatnya akan timbul rasa sakit, cedera, patah tulang yang

akan membatasi pergerakan. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan

psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjadi.

c. Incontinence (buang air) yaitu keluarnya air seni tanpa disadari dan frekuensinya

sering. Meskipun keadaan ini normal pada lansia tetapi sebenarnya tidak

dikehendaki oleh lansia dan keluarganya. Hal ini akan membuat lansia

mengurangi minum untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat

menyebabkan kekurangan cairan.

d. Intellectual Impairment (gangguan intelektual/ dementia), merupakan kumpulan

gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup

berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.

e. Infection (infeksi), merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada

lansia, karena sering didapati juga dengan gejala tidak khas bahkan asimtomatik

yang menyebabkan keterlambatan diagnosis dan pengobatan.

f. Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalencence,

skin integrity (gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan dan kulit),

merupakan akibat dari proses menua dimana semua panca indera berkurang
6

fungsinya, demikian juga pada otak, saraf dan otot-otot yang dipergunakan untuk

berbicara, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan

trauma yang minimal.

g. Impaction (konstipasi=sulit buang air besar), sebagai akibat dari kurangnya

gerakan, makanan yang kurang mengandung serat, kurang minum, dan lainnya.

h. Isolation (depresi), akibat perubahan sosial, bertambahnya penyakit dan

berkurangnya kemandirian sosial. Pada lansia, depresi yang muncul adalah

depresi yang terselubung, dimana yang menonjol hanya gangguan fisik saja

seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pecernaan,

dan lain-lain.

i. Inanition (kurang gizi), dapat disebabkan karena perubahan lingkungan maupun

kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih

makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat), terutama karena

kemiskinan, gangguan panca indera; sedangkan faktor kesehatan berupa penyakit

fisik, mental, gangguan tidur, obat-obatan, dan lainnya.

j. Impecunity (tidak punya uang), semakin bertambahnya usia, maka kemampuan

tubuh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan akan semaki berkurang, sehingga jika

tidak dapat bekerja maka tidak akan mempunyai penghasilan.

k. Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada lansia yang

mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan dalam waktu yang

lama, jika tanpa pengawasan dokter maka akan menyebabkan timbulnya penyakit

akibat obat-obatan.
6

l. Insomnia (gangguan tidur), sering dilaporkan oleh lansia, dimana mereka

mengalami sulit untukmasuk dalam proses tidur, tidur tidak nyenyak dan mudah

terbangun, tidur dengan banyak mimpi, jika terbangun susah tidur kembali,

terbangun didini hari-lesu setelah bangun di pagi hari.

m. Immune deficiency (daya tahan tubuh menurun), merupakan salah satu akibat dari

prose menua, meskipun terkadang dapat pula sebagai akibat dari penyakit

menahun, kurang gizi dan lainnya.

n. Impotence (impotensi), merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau

mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan senggama yang

memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 (tiga) bulan. Hal ini disebabkan karena

terjadi hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan

pada dinding pembuluh darah, baik karena proses menua atau penyakit.

2.3 Posyandu Lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut

disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat

dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan

pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia

yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta

para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam

penyelenggaraannya (Erfandi, 2008).


6

Posyandu juga merupakan wadah kegiatan berbasis masyarakat untuk

bersama-sama menghimpun seluruh kekuatan dan kemampuan masyarakat untuk

melaksanakan, memberikan serta memperoleh informasi dan pelayanan sesuai

kebutuhan dalam upaya peningkatan status gizi masyarakat secara umum (Henniwati,

2008).

Menurut Depkes RI (2005), posyandu lansia adalah suatu bentuk

keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap lansia ditingkat desa/ kelurahan dalam

masing-masing wilayah kerja puskesmas. Keterpaduan dalam posyandu lansia berupa

keterpaduan pada pelayanan yang dilatar belakangi oleh kriteria lansia yang memiliki

berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan posyandu lansia adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama lansia.

2.3.1 Tujuan Posyandu Lansia

Menurut Erfandi (2008), tujuan posyandu lansia secara garis besar adalah

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat, sehingga

terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.

b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta

dalam pelayanan kesehatan, disamping meningkatkan komunikasi antara

masyarakat usia lanjut.

2.3.2 Manfaat Posyandu Lansia

Manfaat dari posyandu lansia adalahpengetahuan lansia menjadi meningkat,

yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi
6

mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia sehingga lebih percaya diri

dihari tuanya.

2.3.3 Sasaran Posyandu Lansia

Sasaran posyandu lansia adalah :

a. Sasaran langsung, yaitu kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok usia

lanjut (60 tahun ke atas), dan kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun

ke atas).

b. Sasaran tidak langsung, yaitu keluarga dimana lansia berada, organisasi sosial

yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut, masyarakat luas (Depkes RI, 2006).

2.3.4 Kegiatan Posyandu Lansia

Bentuk pelayanan pada posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan

fisik dan mental emosional, yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat

(KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah

kesehatan yang dialami. Beberapa kegiatan pada posyandu lansia adalah :

a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam

kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat

tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.

b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental

emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua) menit

c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi

badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT).


6

d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta

penghitungan denyut nadi selama satu menit.

e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat

f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit

gula (diabetes mellitus)

g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal

adanya penyakit ginjal.

h. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan

kelainan pada pemeriksaan butir-butir diatas.

i. Penyuluhan kesehatan, biasa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam

rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah

kesehatan yang dihadapi oleh individu dan kelompok usia lanjut.

j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang

tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.

Selain itu banyak juga posyandu lansia yang mengadakan kegiatan tambahan

seperti senam lansia, pengajian, membuat kerajian ataupun kegiatan silaturahmi antar

lansia. Kegiatan seperti ini tergantung dari kreasi kader posyandu yang bertujuan

untuk membuat lansia beraktivitas kembali dan berdisiplin diri.

2.3.5 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Mekanisme pelayanan posyandu lansia tentu saja berbeda dengan posyandu

balita pada umumnya. Mekanisme pelayanan ini tergantung pada mekanisme dan

kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah penyelenggara. Ada yang


6

menyelenggarakan posyandu lansia ini dengan sistem 5 meja seperti posyandu balita,

ada pula yang hanya 3 meja. 3 meja tersebut meliputi :

a. Meja I: pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau

tinggi badan.

b. Meja II : melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan dan index massa tubuh

(IMT); juga pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan

kasus.

c. Meja III : melakukan kegiatan konseling atau penyuluhan, dapat juga dilakukan

pelayanan pojok gizi.

2.3.6 Penilaian Keberhasilan Posyandu Lansia

Menurut Henniwati (2008), penilaian keberhasilan pembinaan lansia melalui

kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu, dilakukan dengan menggunakan data

pencatatan, pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut

dapat dilihat dari :

a. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya jumlah orang

masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas pengembangannya

b. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang memberikan

pelayanan kesehatan bagi lansia

c. Berkembangnya jenis pelayanan konseling pada lembaga

d. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia

e. Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia


6

2.4 Kader Posyandu

2.4.1 Pengertian Kader Posyandu

Kader posyandu, menurut Depkes RI (2006) adalah seseorang atau tim

sebagai pelaksana posyandu yang berasal dari dan dipilih oleh masyarakat setempat

yang memenuhi ketentuan dan diberikan tugas serta tanggung jawab untuk

pelaksanakan, pemantauan, dan memfasilitasi kegiatan lainnya (Henniwati, 2008).

Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang terdidik dan terlatih dalam bidang

tertentu yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat dan merasa berkewajiban untuk

melaksanakan meningkatkan dan membina kesejahteraan masyarakat dengan rasa

ikhlas tanpa pamrih dan didasarkan panggilan jiwa untuk melaksanakan tugas-tugas

kemanusiaan.

Jumlah kader posyandu lansia di setiap kelompok tergantung pada jumlah

anggota kelompok, volume dan jenis kegiatan yaitu sedikitnya 3 orang. Kader

sebaiknya berasal dari anggota kelompok sendiri atau bilamana sulit mencari kader

dari anggota kelompok dapat saja diambil dari anggota masyarakat lainnya yang

bersedia menjadi kader (Depkes RI, 2003).

Persyaratan untuk menjadi kader, antara lain: (1) dipilih dari masyarakat

dengan prosedur yang disesuaikan dengan kondisi setempat, (2) mau dan mampu

bekerja secara sukarela, (3) bisa membaca dan menulis huruf latin, (4) sabar dan

memahami usia lanjut (Depkes RI, 2003).

Tugas kader posyandu lansia adalah : 1) menyiapkan alat dan bahan,

2) melaksanakan pembagian tugas, 3) menyiapkan materi/media penyuluhan,


6

4) mengundang ibu-ibu untuk datang ke posyandu, 5) pendekatan tokoh masyarakat,

6) mendaftar lansia, 7) mencatat kegiatan sehari-hari lansia, 8) menimbang berat

badan dan mengukur tinggi badan lansia, 9) membantu petugas kesehatan dalam

melakukan pemeriksaan, kesehatan dan status mental, serta mengukur tekanan darah

lansia, 10) memberikan penyuluhan, 11) membuat catatan kegiatan posyandu,

12) kunjungan rumah kepada ibu-ibu yang tidak hadir di posyandu, 13) evaluasi

bulanan dan perencanaan kegiatan posyandu (Depkes RI, 2003).

2.5 Motivasi

Menurut Gerungan (2000) bahwa motivasi adalah penggerak, alasan-alasan,

atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan dirinya melakukan suatu

tindakan/bertingkah laku. Rusyam (1989) menyatakan pengertian motivasi sebagai

berikut: “motivasi merupakan penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan

didasari oleh adanya suatu keinginan/kebutuhan.” Wahjosumidjo (1987) memberikan

suatu definisi: “motivasi adalah suatu proses psikologi yang mencerminkan interaksi

antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang

untuk bertingkah laku dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dirasakan.”

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota

organisasi mau dan rela mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau

ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang

menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian

tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan (Siagian, 1995).
6

Berdasarkan pada beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

motivasi merupakan suatu penggerak atau dorongan-dorongan yang terdapat dalam

diri manusia yang dapat menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah

lakunya. Hal ini terkait dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan,

baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan rohani.

Menurut Gerungan (2000) istilah motivasi mengandung tiga hal yang amat

penting, yaitu:

a) Pemberian motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian

tujuan dan berbagai sasaran organisasional. Tersirat pada pandangan ini bahwa

dalam tujuan dan sasaran organisasi telah tercakup tujuan dan sasaran pribadi

anggota organisasi. Pemberian motivasi hanya akan efektif apabila dalam diri

bawahan yang digerakkan terdapat keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan

maka tujuan pribadi akan ikut pula tercapai.

b) Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan

kebutuhan tertentu. Usaha merupakan ukuran intensitas kemauan seseorang.

Apabila seseorang termotivasi, maka akan berusaha keras untuk melakukan

sesuatu.

c) Kebutuhan adalah keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil

usaha tertentu menjadi menarik. Artinya suatu kebutuhan yang belum

terpuaskan menciptakan ketegangan yang pada gilirannya menimbulkan

dorongan tertentu pada diri seseorang.


6

Menurut Gitosudarmo (1986) motivasi atau dorongan kepada karyawan untuk

bersedia bekerja sama demi tercapainya tujuan bersama atau tujuan perusahaan ini

terdapat dua macam yaitu: (a) motivasi finansial yaitu dorongan yang dilakukan

dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering

disebut Insentif; dan (b). motivasi non finansial yaitu dorongan yang diwujudkan

tidak dalam bentuk finansial, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan,

pendekatan manusiawi dan lain sebagainya.

Faktor-faktor motivasi berdasarkan teori dua faktor Herzberg dalam Hasibuan

(2005), yang disebut faktor intrinsik meliputi :

1) Tanggung jawab (Responsibility).

Setiap orang ingin diikutsertakan dan ingin diakui sebagai orang yang berpotensi,

dan pengakuan ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan siap memikul

tanggung jawab yang lebih besar.

2) Prestasi yang diraih (Achievement)

Setiap orang menginginkan keberhasilan dalam setiap kegiatan. Pencapaian

prestasi dalam melakukan suatu pekerjaan akan menggerakkan yang bersangkutan

untuk melakukan tugas-tugas berikutnya.

3) Pengakuan orang lain (Recognition)

Pengakuan terhadap prestasi merupakan alat motivasi yang cukup ampuh, bahkan

bisa melebihi kepuasan yang bersumber dari kompensasi.

4) Pekerjaan itu sendiri (The Work it Self)


6

Pekerjaan itu sendiri merupakan faktor motivasi bagi pegawai untuk berforma

tinggi. Pekerjaan atau tugas yang memberikan perasaan telah mencapai sesuatu,

tugas itu cukup menarik, tugas yang memberikan tantangan bagi pegawai,

merupakan faktor motivasi, karena keberadaannya sangat menentukan bagi

motivasi untuk berforma tinggi.

5) Kemungkinan Pengembangan (The Possibility of Growth)

Karyawan hendaknya diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya

misalnya melalui pelatihan-pelatihan, kursus dan juga melanjutkan jenjang

pendidikannya. Hal ini memberikan kesempatan kepada karyawan untuk tumbuh

dan berkembang sesuai dengan rencana karirnya yang akan mendorongnya lebih

giat dalam bekerja.

6) Kemajuan (Advancement)

Peluang untuk maju merupakan pengembangan potensi diri seorang pagawai

dalam melakukan pekerjaan, karena setiap pegawai menginginkan adanya

promosi kejenjang yang lebih tinggi, mendapatkan peluang untuk meningkatkan

pengalaman dalam bekerja. Peluang bagi pengembangan potensi diri akan

menjadi motivasi yang kuat bagi pegawai untuk bekerja lebih baik.

Sedangkan yang berhubungan dengan faktor ketidakpuasan dalam bekerja

menurut Herzberg dalam Luthans (2003), dihubungkan oleh faktor ekstrinsik antara

lain :

1). Gaji
6

Tidak ada satu organisasipun yang dapat memberikan kekuatan baru kepada

tenaga kerjanya atau meningkatkan produktivitas, jika tidak memiliki sistem

kompensasi yang realistis dan gaji bila digunakan dengan benar akan memotivasi

pegawai.

2). Keamanan dan Keselamatan Kerja

Kebutuhan akan keamanan dapat diperoleh melalui kelangsungan kerja.

3). Kondisi Kerja

Dengan kondisi kerja yang nyaman, aman dan tenang serta didukung oleh

peralatan yang memadai, karyawan akan merasa betah dan produktif dalam

bekerja sehari-hari.

4). Hubungan Kerja

Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, haruslah didukung oleh

suasana atau hubungan kerja yang harmonis antara sesama pegawai maupun

atasan dan bawahan.

5). Prosedur Kerja

Keadilan dan kebijakasanaan dalam menghadapi pekerja, serta pemberian

evaluasi dan informasi secara tepat kepada pekerja juga merupakan pengaruh

terhadap motivasi pekerja.

6). Status

Merupakan posisi atau peringkat yang ditentukan secara sosial yang diberikan

kepada kelompok atau anggota kelompok dari orang lain Status pekerja

memengaruhi motivasinya dalam bekerja. Status pekerja yang diperoleh dari


6

pekerjaannya antara lain ditunjukkan oleh klasifikasi jabatan, hak-hak istimewa

yang diberikan serta peralatan dan lokasi kerja yang dapat menunjukkan statusnya.

Menurut Makmun (2003) bahwa untuk memahami motivasi individu dapat

dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi

kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan

dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk

mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang

dilakukan; (7) tingkat kualifikasi hasil (out put) yang dicapai dari kegiatan yang

dilakukan.

2.6 Landasan Teori

Pemanfaatan posyandu lansia sebagai upaya meningkatkan kesehatan lansia

sangat tergantung kepada motivasi kader posyandu lansia sebagai pelaksana kegiatan

posyandu lansia. Secara teoritis motivasi dalam pemanfaatan posyandu lansia

mengacu kepada teori Hezberg dalam Hasibuan (2005), yaitu :

a. Motivasi intrinsik : (a) tanggungjawab, (b) prestasi yang diraih, (c) pengakuan

orang lain, (d) pekerjaan itu sendiri, (e) kemungkinan pengembangan, dan

(f) kemajuan.

b. Motivasi ekstrinsik, meliputi: (a) gaji atau kompensasi, (b) keamanan dan

keselamatan kerja, (c) kondisi kerja, (d) prosedur kerja, (e) hubungan kerja dan

(f) status.

2.7 Kerangka Konsep


6

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah akan alur penelitian

ini digambarkan dalam kerangka konsep seperti berikut ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Motivasi Intrinsik
- Tanggungjawab
- Prestasi yang Diraih
- Pengakuan Orang Lain
- Pekerjaan itu Sendiri
- Kemungkinan Pengembangan
- Kemajuan Kinerja Kader Posyandu
Lansia

Motivasi Ekstrinsik
- Gaji atau Kompensasi
- Keamanan dan Keselamatan Kerja
- Kondisi Kerja
- Prosedur Kerja
- Hubungan Kerja
- Status

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian


6
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Rancangan atau jenis penelitian yang digunakan adalah metode

survei dengan pendekatan explanatory research, yaitu metode yang bertujuan

menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat melalui pengujian

hipotesis menggunakan analisis statistik dan dilakukan pengolahan data secara

kuantitatif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Medan johor Kota Medan,

dengan pertimbangan di kecamatan tersebut ditemukan cakupan kunjungan

pemanfaatan posyandu lansia yang rendah (42%).

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2013

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kader posyandu lansia yang

bertugas di wilayah kerja Puskemas Medan johor. Berdasarkan laporan program

pembinaan kesehatan lansia Puskesmas Medan johor, jumlah kader posyandu lansia

terdapat 5 orang setiap posyandu sehingga seluruhnya berjumlah 40 orang.

33
6

3.3.2 Sampel

Besar sampel (sample size) ditentukan seluruh kader posyandu lansia karena

jumlahnya relatif kecil, sehingga tidak dilakukan teknik sampling.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini meliputi : (1) karakteristik atau identitas

kader posyandu lansia, (2) motivasi intrinstik dan ekstrinsik kader posyandu lansia,

dan (3) kinerja kader posyandu lansia. Data yang diperoleh melalui wawancara secara

langsung dengan berpedoman atau menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan.

3.4.2 Data Sekunder

Dalam penelitian ini data sekunder adalah data jumlah kader lansia di

Puskesmas Medan johor dan data gambaran umum wilayah penelitian serta data

lainnya yang berguna untuk mendukung pembahasan data primer.

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas dan

reliabilitas. Untuk itu kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba pada 30 orang

kader posyandu lansia di Puskesmas Tuntungan yang karakteristiknya relatif sama

dengan lokasi penelitian.

Untuk mengetahui sejauhmana kesamaan antara yang diukur peneliti dengan

kondisi yang sebenarnya di lapangan, maka dilakukan uji validitas terhadap kuesioner

yang telah dipersiapkan, dengan melihat nilai koefisien korelasi item pertanyaan
6

dengan total nilai pertanyaan pada setiap variabel (corrected item total correlation).

Item pertanyaan dalam kuesioner dikatakan valid apabila nilai corrected item total

> nilai r tabel (0,316) pada α =5%.

Untuk mengetahui sejauhmana konsistensi hasil penelitian jika kegiatan

tersebut dilakukan berulang-ulang, maka dilakukan uji reliabilitas terhadap kuesioner

yang telah dipersiapkan dengan formula cronbach alpha. Item pertanyaan dalam

kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai cronbach alpha > 0,6 (Arikunto, 2006).

Hasil uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan menunjukkan bahwa seluruh

item pertanyaan/pernyataan untuk variabel motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik

diperoleh nilai corrected item total > 0,361 dan nilai cronbach alpha > 0,6 sehingga

dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan valid dan reliabel (Lampiran-2).

3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah pengertian variabel secara operasional dan

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.

a. Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri kader posyandu lansia sehingga

meningkatkan kinerjanya. Motivasi intrinsik ini meliputi : (a) tanggungjawab,

(b) prestasi yang diraih, (c) pengakuan orang lain, (d) pekerjaan itu sendiri,

(e) kemungkinan pengembangan, (f) kemajuan.

b. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri kader posyandu lansia sehingga

dapat meningkatkan kinerjanya. Motivasi ekstrinsik ini meliputi : (a) gaji atau
6

kompensasi, (b) keamanan dan keselamatan kerja, (c) kondisi kerja, (d) prosedur

kerja, (e) hubungan kerja dan (f) status.

c. Kinerja kader posyandu lansia diukur berdasarkan pelaksanaan tugas dan

fungsinya yaitu : (a) menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pelayanan

lansia, (b) melaksanakan pembagian tugas untuk pelayanan kepada lansia,

(c) menyiapkan materi penyuluhan, (d) menyiapkan media penyuluhan,

(e) mengundang lansia untuk datang ke posyandu, (f) pendekatan dengan tokoh

masyarakat, (g) melakukan pendaftaran lansia, (h) mencatat kegiatan sehari-hari

lansia, (i) menimbang berat badan lansia, (j) mengukur tinggi badan lansia

(k) membantu petugas kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan lansia,

(l) membantu petugas kesehatan dalam melakukan pemeriksaan status mental

lansia, (m) membantu petugas kesehatan dalam mengukur tekanan darah lansia,

(n) memberikan penyuluhan kepada lansia, (m) membuat catatan kegiatan

posyandu lansia, (o) melakukan kunjungan rumah kepada lansia yang tidak hadir

di posyandu dan (p) melakukan evaluasi bulanan dan perencanaan kegiatan

posyandu lansia.

3.6 Metode Pengukuran

Pengukuran variabel penelitian menggunakan skala ordinal disesuaikan

dengan jenis masing-masing variabel penelitian.


6

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian

Skor
Pertanyaa Skala
Variabel Pilihan Kategori
n Ukur
Jawaban
Motivasi Intrinsik 30 Selalu = 3 1= Tinggi (> mean)
Jarang=2 0= Rendah (≤ mean)
Ordinal
Tidak
pernah=1
Motivasi 30 Selalu = 3 1= Tinggi (> mean)
Ekstrinsik Jarang=2 0= Rendah (≤ mean)
Ordinal
Tidak
pernah=1
Selalu = 3
Kinerja Kader 1= Baik (> mean)
17 Jarang=2 Ordinal
0= Tidak baik
Posyandu Lansia Tidak
(≤ mean)
pernah=1

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan meliputi tahapan analisis univariat yaitu

analisis untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing masing variabel, dimana

hasil penelitian dilakukan interpretasi data dari item pertanyaan dengan cara

menghitung jawaban menggunakan komputer. Setiap item yang dijawab diberi nilai

sesuai dengan kategori yang telah ditentukan

Kemudian analisis bivariat dengan tabulasi silang yang betujuan untuk

menganalisis hubungan masing-masing variabel independen dengan variabel

dependen menggunakan uji chi square.

Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda (multiple logistic

regression test) karena variabel terikat yaitu kinerja kader posyandu lansia di kategori

(baik dan tidak baik). Uji regresi ganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh
6

variabel independen terhadap variabel dependen, dengan persamaan sebagai berikut:

(Hastono, 2001).

Logit (Y) = b0 + b1X1 + b2X2 + µ

Dimana

Y = Kinerja Kader Posyandu Lansia


b0 = Konstanta
b1 – b2 = Koefisien Regresi
X1 = Motivasi Intrinsik
X2 = Motivasi Ekstrinsik
µ = Error of Term
BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Puskesmas Medan johor

Puskesmas Medan johor mempunyai wilayah kerja meliputi 3 kelurahan

yaitu : Kelurahan Simpang Selayang, Medan johor B, dan Kelurahan Mangga.

Bangunan puskesmas berada di Jalan Bawang No 26 Perumnas Medan johor dengan

fasilitas pelayanan rawat jalan yaitu poliklinik umum dan poliklinik gigi, pelayanan

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), imunisasi serta didukung apotik untuk pelayanan

obat-obatan.

Tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Medan johor terdiri dari :

Dokter Umum 4 orang, Dokter Gigi 1 orang, Sarjana Kesehatan Masyarakat 2 orang,

Perawat 9 orang, Bidan 5 orang, petugas kesehatan lingkungan 1 orang serta analis

kesehatan 3 orang.

Pelayanan kesehatan untuk penduduk lanjut usia (lansia) di Puskesmas Medan

johor dilakukan dengan program posyandu lansia sebanyak 8 unit dengan

melaksanakan kegiatan secara rutin setiap bulan, melalui kegiatan pemeriksaan

kesehatan dasar, pengobatan, penyuluhan serta kegiatan lain yang menunjang

peningkatan derajat kesehatan lansia seperti senam lansia. Pelayanan kesehatan di

posyandu lansia dilakukan oleh kader posyandu sebanyak 40 orang serta didukung

petugas kesehatan dari Puskesmas Medan johor.

39
6

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Identitas Responden

Identitas kader posyandu lansia sebagai responden meliputi umur,

pendidikan, masa kerja, status perkawinan dan pelatihan seperti diuraikan berikut ini

Tabel 4.1 Distribusi Reponden Menurut Identitas di Puskesmas Medan johor


Tahun 2013

No Identitas Jumlah (Orang) %


a Umur
1 ≤ 28 tahun 24 60,0
2 > 28 tahun 16 40,0
Jumlah 40 100,0
b Pendidikan
1 SD 9 22,5
2 SMP 22 55,0
3 SMA 7 17,5
4 PT 2 5.0
Jumlah 40 100,0
c Masa Kerja
1 ≤ 4 tahun 21 52,5
2 > 4 tahun 19 47,5
Jumlah 40 100,0
d Status Perkawinan
1 Kawin 15 37,5
2 Belum kawin 25 62,5
Jumlah 40 100,0
e Pelatihan
1 Pernah 28 70,0
2 Belum pernah 12 30,0
Jumlah 40 100,0
6

Pengelompokan umur responden berdasarkan rata-rata umur, yaitu 28 tahun.

Responden berumur ≤ 28 tahun sebanyak 24 orang (60,0%) sedangkan yang berumur

> 28 tahun sebanyak 16 orang (40,0%). Responden yang berpendidikan SMP lebih

banyak yaitu sebanyak 22 orang (55,0%) sedangkan yang yang berpendidikan

Perguruan Tinggi hanya 2 orang (5,0%).

Pengelompokan masa kerja responden berdasarkan rata-rata lamanya bekerja

sebagai kader posyandu lansia di Puskesmas Medan johor, yaitu 4 tahun. Responden

dengan masa kerja ≤ 4 tahun sebanyak 21 orang (52,5%) sedangkan yang masa kerja

> 4 tahun sebanyak 19 orang (47,5%).

Responden dengan status belum kawin sebanyak 25 orang (62,5%) sedangkan

yang statusnya kawin sebanyak 15 orang (37,5%). Responden yang pernah mengikuti

pelatihan posyandu lansia sebanyak 28 orang (70,0%) sedangkan yang belum pernah

mengikuti pelatihan sebanyak 12 orang (30,0%).

4.2.2 Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik responden meliputi : tanggung jawab, prestasi yang diraih,

pengakuan hasil kerja, pekerjaan itu sendiri, kemungkinan pengembangan dan

kemajuan. Uraian dan penjelasan mengenai indikator motivasi intrinsik dalam

pelayanan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan johor diuraikan

sebagai berikut.
6

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Motivasi Intrinsik Indikator


Tanggung Jawab di Puskesmas Medan johor Tahun 2013

Selalu Jarang Tidak Total


No Tanggung Jawab Pernah
n % n % n % n %
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi melaksanakan pelayanan
posyandu lansia sesuai prosedur yang
11 27.5 22 55.0 7 17.5 40 100,0
telah ditetapkan
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi memberikan pelayanan
8 20.0 24 60.0 8 20.0 40 100,0
posyandu lansia kepada lansia  dengan
penuh tanggung jawab.
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi memenuhi kebutuhan lansia
sesuai kondisi kesehatannya secara 10 25.0 18 45.0 12 30.0 40 100,0
maksimal melalui pelayanan posyandu
lansia
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi mengerjakan pelayanan
3 7.5 28 70.0 9 22.5 40 100,0
posyandu lansia sesuai jadwal yang telah
ditetapkan
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi memberikan perhatian sehingga
8 20.0 19 47.5 13 32.5 40 100,0
lansia merasa nyaman selama pelaksanaan
pelayanan posyandu

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa kader posyandu lansia jarang

melaksanakan pelayanan kepada lansia sesuai prosedur yang telah ditetapkan

sebanyak 22 orang (55,0%). Kader posyandu lansia jarang memberikan pelayanan

kepada lansia dengan penuh tanggung jawab sebanyak 24 orang (60,0%). Kader

posyandu lansia jarang berupaya memenuhi kebutuhan lansia sesuai kondisi

kesehatannta secara maksimal melalui pelayanan posyandu lansia sebanyak 18 orang

(45,0%). Kader posyandu lansia jarang mengerjakan pelayanan posyandu sesuai

jadwal yang telah ditetapkan sebanyak 28 orang (70,0%). Kader posyandu lansia
6

jarang berupaya memberikan kenyamanan kepada lansia selama pelaksanaan

pelayanan posyandu sebanyak 19 orang (47,5%).

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Motivasi Intrinsik Indikator Prestasi


yang Diraih di Puskesmas Medan johor Tahun 2013

Selalu Jarang Tidak Total


No Prestasi yang Diraih Pernah
n % n % n % n %
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi meningkatkan prestasi kerja
dalam memberikan pelayanan posyandu 9 22.5 25 62.5 6 15.0 40 100,0
lansia
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi memotivasi diri untuk mencapai
prestasi yang optimal dalam pelayanan 9 22.5 18 45.0 13 32.5 40 100,0
posyandu lansia
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi memberikan masukan demi 12 30.0 16 40.0 12 30.0 40 100,0
peningkatan pelayanan posyandu lansia
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi merasa perlu meningkatkan
prestasi untuk peningkatan kinerja dalam 9 22.5 19 47.5 12 30.0 40 100,0
pengelolaan posyandu lansia
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi merasa perlu meningkatkan
7 17.5 15 37.5 18 45.0 40 100,0
prestasi untuk peningkatan kesehatan
lansia

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa sebanyak 25 orang (62,5%) kader

posyandu lansia jarang berupaya meningkatkan prestasi kerja dalam memberikan

pelayanan posyandu lansia. Sebanyak 18 orang (45,0%) kader posyandu lansia jarang

berupaya memotivasi diri untuk mencapai prestasi yang optimal dalam pelayanan

posyandu lansia. Sebanyak 16 orang (40,0%) kader posyandu lansia jarang berupaya

memberikan masukan demi peningkatan pelayanan posyandu lansia. Sebanyak

19 orang (47,5%) kader posyandu lansia jarang merasa perlu meningkatkan prestasi
6

untuk peningkatan kinerja posyandu. Sebanyak 18 orang (45,0% ) kader posyandu

lansia tidak pernah merasa perlu meningkatkan prestasi untuk peningkatan kesehatan

lansia.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Motivasi Intrinsik Indikator


Pengakuan Orang Lain di Puskesmas Medan johor Tahun 2013

Selalu Jarang Tidak Total


No Pengakuan Orang Lain pernah
n % n % n % n %
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi memberikan pelayanan
posyandu lansia sebagai upaya 9 22.5 15 37.5 16 40.0 40 100,0
mendapatkan pengakuan dari masyarakat
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi pelayanan posyandu lansia yang 10 25.0 21 52.5 9 22.5 40 100,0
dilakukan dapat diterima oleh lansia
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi pelayanan posyandu lansia yang 7 17.5 24 60.0 9 22.5 40 100,0
dilakukan dapat diterima oleh rekan kerja
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi pelayanan posyandu lansia yang
11 27.5 15 37.5 14 35.0 40 100,0
dilakukan dapat diterima oleh petugas
kesehatan dari puskesmas
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi pelayanan posyandu lansia yang
9 22.5 20 50.0 11 27.5 40 100,0
dilakukan dapat diterima oleh keluarga
lansia

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa sebanyak 16 orang (40,0%) kader

posyandu lansia tidak pernah memberikan pelayanan posyandu kepada lansia sebagai

upaya mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Sebanyak 21 orang (52,5%)

responden menyatakan jarang melakukan pelayanan posyandu yang dapat diterima

oleh lansia. Sebanyak 24 orang (60,0% ) responden menyatakan jarang melakukan

pelayanan posyandu yang dapat diterima oleh rekan kerja. Sebanyak 15 orang
6

(37,5%) responden menyatakan jarang melakukan pelayanan posyandu yang dapat

diterima oleh petugas kesehatan dari puskesmas. Sebanyak 20 orang (50,0%)

responden menyatakan jarang melaksanakan pelayanan posyandu yang dapat diterima

oleh keluarga lansia.

Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Motivasi Intrinsik Indikator


Pekerjaan itu Sendiri di Puskesmas Medan johor Tahun 2013

Tidak
Selalu Jarang Total
No Pekerjaan itu Sendiri pernah
n % n % n % n %
1 Selama Ibu menjadi kader, apakah
merasakan pekerjaan sebagai kader 11 27.5 15 37.5 14 35.0 40 100,0
bermanfaat bagi lansia
2 Selama Ibu menjadi kader, apakah
merasakan tantangan tersendiri dalam 8 20.0 19 47.5 13 32.5 40 100,0
melayani lansia
3 Selama Ibu menjadi kader, apakah merasa
pekerjaan sebagai kader merupakan suatu 12 30.0 16 40.0 12 30.0 40 100,0
pekerjaan yang menarik
4 Selama Ibu menjadi kader, apakah sudah
mencapai sesuatu yang hasil yang dapat 6 15.0 27 67.5 7 17.5 40 100,0
dibanggakan
5 Selama Ibu menjadi kader, apakah
senantiasa berupaya melaksanakan tugas 13 32.5 15 37.5 12 30.0 40 100,0
sesuai dengan ketentuan yang ada

Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa sebanyak 15 orang (37,5%) kader

posyandu lansia jarang merasakan \pekerjaan sebagai kader bermanfaat bagi lansia.

Sebanyak 19 orang (47,5%) responden menyatakan jarang merasakan tantangan

tersendiri bekerja sebagai kader posyandu lansia. Sebanyak 16 orang (40,0%)

responden menyatakan jarang merasakan pekerjaan sebagai kader posyandu lansia

merupakan pekerjaan yang menarik. Sebanyak 27 orang (67,5%) responden


6

menyatakan jarang sudah mencapai hasil yang dapat dibanggakan selama menjadi

kader posyandu lansia. Sebanyak 15 orang (37,5%) responden menyatakan jarang

berupaya melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang ada.

Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Motivasi Intrinsik Indikator


Kemungkinan Pengembangan di Puskesmas Medan johor Tahun
2013

Selalu Jarang Tidak Total


No Kemungkinan Pengembangan Pernah
n % n % n % n %
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi melaksanakan pelayanan
posyandu lansia untuk mengembangkan 12 30.0 10 25.0 18 45.0 40 100,0
wawasan keilmuan di bidang kesehatan
lansia
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi melaksanakan pelayanan
posyandu lansia sebagai upaya 7 17.5 23 57.5 10 25.0 40 100,0
mendapatkan pengalaman melayani lansia 
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi berupaya mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan tentang 12 30.0 16 40.0 12 30.0 40 100,0
kesehatan lansia
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi berupaya meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan di bidang 10 25.0 18 45.0 12 30.0 40 100,0
kesehatan lansia
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi melaksanakan pelayanan
posyandu lansia untuk mengembangkan 8 20.0 18 45.0 14 35.0 40 100,0
pekerjaan di masa depan

Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa sebanyak 18 orang (45,2%) kader

posyandu lansia tidak pernah melaksanakan pelayanan posyandu untuk

mengembangkan wawasan keilmuan di bidang kesehatan lansia. Sebanyak 23 orang

(57,5%) kader posyandu lansia jarang melaksanakan pelayanan posyandu sebagai

upaya mendapatkan pengalaman melayani lansia. Sebanyak 16 orang (40,0%) kader


6

posyandu lansia jarang berupaya mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan tentang

kesehatan lansia. Sebanyak 18 orang (45,0%) kader posyandu lansia jarang berupaya

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan lansia. Sebanyak

18 orang (45,9%) kader posyandu lansia jarang melaksanakan pelayanan posyandu

pada lansia untuk mengembangkan pekerjaan di masa depan.

Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Motivasi Intrinsik Indikator


Kemajuan di Puskesmas Medan johor Tahun 2013

Selalu Jarang Tidak Total


No Kemajuan Pernah
n % n % n % n %
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi melaksanakan pelayanan
posyandu lansia karena ingin 10 25.0 24 60.0 6 15.0 40 100,0
meningkatkan derajat kesehatan lansia
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi melaksanakan pelayanan
posyandu sesuai kebutuhan dan kemajuan 9 22.5 25 62.5 10 25.0 40 100,0
kesehatan lansia
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi melaksanakan pelayanan
posyandu dalam meningkatkan kinerja 8 20.0 23 57.5 9 22.5 40 100,0
sebagai kader
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi melaksanakan pelayanan
posyandu sesuai standar pelayanan 5 12.5 27 67.5 8 20.0 40 100,0
posyandu lansia
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi melaksanakan pelayanan
posyandu karena ingin mengikuti 10 25.0 23 57.5 7 17.5 40 100,0
perkembangan dan kemajuan di bidang
kesehatan lansia

Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa sebanyak 24 orang (60,0%) kader

posyandu lansia jarang melaksanakan pelayanan posyandu lansia  karena ingin

meningkatkan derajat kesehatan lansia . Sebanyak 25 orang (62,5%) kader posyandu


6

lansia jarang melaksanakan pelayanan posyandu sesuai kebutuhan lansia . Sebanyak

23 orang (57,5%) kader posyandu lansia jarang melaksanakan pelayanan posyandu

lansia  dalam meningkatkan kinerja sebagai kader . Sebanyak 27 orang (67,5%) kader

posyandu lansia jarang melaksanakan pelayanan posyandu sesuai standar pelayanan

posyandu lansia. Sebanyak 23 orang (57,5%) kader posyandu lansia jarang

melaksanakan pelayanan posyandu lansia  karena ingin mengikuti perkembangan dan

kemajuan di bidang kesehatan lansia.

Secara keseluruhan indikator motivasi intrinsik dalam pelayanan posyandu

lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan johor dikategorikan sebagai berikut

Tabel 4.8 Distribusi Reponden Menurut Kategori Motivasi Intrinsik


di Puskesmas Medan johor Tahun 2013

No Kategori Motivasi Intrinsik Jumlah (Orang) %


1 Tinggi 10 25,0
2 Rendah 30 75,0
Jumlah 40 100,0

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa kategori motivasi intrinsik dalam

pelaksanaan posyandu lansia terbanyak pada kategori rendah yaitu 30 orang (75,0%)

sedangkan paling sedikit kategori tinggi yaitu 10 orang (25,0%).

4.2.3 Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik responden meliputi : imbalan atau kompensasi, keamanan

dan keselamatan kerja, kondisi kerja, hubungan kerja, prosedur kerja dan status.

Untuk penjelasan mengenai indikator motivasi ekstrinsik dalam penanganan lansia

diwilayah kerja Puskesmas Medan johor diuraikan sebagai berikut.


6

Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Motivasi Ekstrinsik Indikator


Imbalan atau Kompensasi di Puskesmas Medan johor Tahun 2013

Tidak
Selalu Jarang Total
No Imbalan atau Kompensasi Pernah
n % n % n % n %
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi menerima imbalan dari 7 17.5 24 60.0 9 22.5 40 100,0
puskesmas
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi menerima imbalan dari tim PKK 7 17.5 23 57.5 10 25.0 40 100,0
sebagai pengelola posyandu lansia
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi menerima imbalan dari 3 7.5 29 72.5 8 20.0 40 100,0
masyarakat
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi mengharapkan perubahan 9 22.5 18 45.0 13 32.5 40 100,0
imbalan yang diterima
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi mencari pekerjaan lain untuk 9 22.5 19 47.5 12 30.0 40 100,0
mendapatkan imbalan

Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa -kadang sebanyak 24 orang (60,0%)

kader posyandu lansia jarang menerima imbalan dari puskesmas. Sebanyak 23 orang

(57,5%) kader posyandu lansia jarang menerima imbalan dari tim PKK sebagai

pengelola posyandu lansia. Sebanyak 29 orang (72,5%) kader posyandu lansia jarang

menerima imbalan dari masyarakat. Sebanyak 18 orang (45,0%) kader posyandu

lansia jarang mengharapkan perubahan imbalan yang diterima Sebanyak 19 orang

(47,5%) kader posyandu lansia jarang mencari pekerjaan lain untuk mendapatkan

imbalan.
6

Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Motivasi Ekstrinsik Indikator


Keamanan dan Keselamatan Kerja di Puskesmas Medan johor
Tahun 2013

Tidak
Selalu Jarang Total
No Keamanan dan Keselamatan Kerja Pernah
n % n % n % n %
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi merasa aman saat berada di 10 25.0 23 57.5 7 17.5 40 100,0
posyandu lansia
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi merasa aman saat melakukan 9 22.5 26 65.0 5 12.5 40 100,0
pelayanan kepada lansia
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi tidak merasa terganggu saat 12 30.0 19 47.5 9 22.5 40 100,0
melakukan kunjungan rumah lansia
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi merasa lokasi posyandu lansia
tidak terganggu oleh masyarakat 13 32.5 21 52.5 6 15.0 40 100,0
sekitarnya
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi merasa aman saat menggunakan 10 25.0 26 65.0 4 10.0 40 100,0
peralatan untuk melayani lansia

Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui bahwa sebanyak 23 orang (57,5%) kader

posyandu lansia jarang merasa aman saat berada di posyandu lansia. Sebanyak

26 orang (65,0%) kader posyandu lansia jarang merasa aman saat melakukan

pelayanan kepada lansia. Sebanyak 19 orang (47,5%) kader posyandu lansia jarang

merasa terganggu saat melakukan kunjungan rumah lansia. Sebanyak 21 orang

(52,5%) kader posyandu lansia jarang merasa terganggu oleh masyarakat sekitar.

Sebanyak 26 orang (65,0%) kader posyandu lansia jarang merasa aman menggunakan

peralatan untuk melayani lansia.


6

Tabel 4.11 Distribusi Responden Menurut Motivasi Ekstrinsik Indikator


Kondisi Kerja di Puskesmas Medan johor Tahun 2013

Tidak Tota
Selalu Jarang
No Kondisi Kerja Pernah l
n % n % n % n %
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi pelaksanaan pelayanan
posyandu lansia didukung kondisi 11 27.5 17 42.5 12 30.0 40 100,0
lingkungan posyandu yang baik
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi pelaksanaan pelayanan
posyandu lansia dapat terlaksana dengan 14 35.0 22 55.0 4 10.0 40 100,0
fasilitas  yang lengkap
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi pelaksanaan pelayanan
posyandu lansia didukung alur kerja yang 8 20.0 27 67.5 5 12.5 40 100,0
baik
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi pelaksanaan posyandu lansia 12 30.0 20 50.0 8 20.0 40 100,0
didukung kenyamanan tempat pelayanan

5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana


frekuensi pelaksanaan pelayanan
posyandu lansia didukung bahan yang 9 22.5 24 60.0 7 17.5 40 100,0
sesuai kebutuhan

Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa sebanyak 17 orang (42,5%) kader

posyandu lansia jarang melaksanakan pelayanan posyandu didukung kondisi

lingkungan posyandu yang baik. Sebanyak 22 orang (55,0%) kader posyandu lansia

jarang melaksanakan pelayanan posyandu dengan fasilitas yang lengkap. Sebanyak

27 orang (67,5%) kader posyandu lansia jarang melaksanakan pelayanan posyandu

didukung alur kerja yang baik. Sebanyak 20 orang (50,0%) kader posyandu lansia

jarang melaksanakan pelayanan posyandu didukung kenyamanan tempat pelayanan.

Sebanyak 24 orang (60,0%) kader posyandu lansia jarang melaksanakan pelayanan

posyandu didukung bahan yang sesuai kebutuhan.


6

Tabel 4.12 Distribusi Responden Menurut Motivasi Ekstrinsik Indikator


Hubungan Kerja di Puskesmas Medan johor Tahun 2013

Tidak
Selalu Jarang Total
No Hubungan Kerja Pernah
n % n % n % n %
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi posyandu lansia menjalin
9 22.5 26 65.0 5 12.5 40 100,0
hubungan kerjasama dengan aparat
desa/kelurahan dan tim PKK 
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi pelaksanaan pelayanan
posyandu lansia terjalin antar kader dalam 8 20.0 23 57.5 9 22.5 40 100,0
suatu tim kelompok kerja (pokja) lansia
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi pelaksanaan pelayanan
posyandu lansia dengan melakukan 10 25.0 20 50.0 10 25.0 40 100,0
kerjasama antara kader dengan petugas
kesehatan dari puskesmas   
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi pencatatan kegiatan posyandu
lansia dibuat sebagai penghubung antara 5 12.5 28 70.0 7 17.5 40 100,0
kader dengan petugas puskesmas
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi hubungan kerja antar kader 10 25.0 20 50.0 10 25.0 40 100,0
sesuai dengan tupoksi kader posyandu

Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa sebanyak 26 orang (65,0%) kader

posyandu lansia menyatakan jarang menjalin hubungan kerja dengan aparat

desa/kelurahan dan tim PKK. Sebanyak 23 orang (57,5%) kader posyandu lansia

menyatakan jarang terjalin hubungan antar kader posyandu lansia dalam suatu tim

kelompok kerja (pokja) lansia. Sebanyak 20 orang (50,0%) kader posyandu lansia

menyatakan jarang melakukan kerjasama dengan tenaga kesehatan dari puskesmas.

Sebanyak 28 orang (70,0%) kader posyandu lansia menyatakan jarang melakukan

pencatatan kegiatan posyandu sebagai penghubung antara kader posyandu lansia dengan
6

petugas puskesmas. Sebanyak 20 orang (50,0%) kader posyandu lansia menyatakan

jarang menjalin hubungan kerja antar kader posyandu lansia sesuai dengan tupoksi kader

Tabel 4.13 Distribusi Responden Menurut Motivasi Ekstrinsik Indikator


Prosedur Kerja di Puskesmas Medan johor Tahun 2013

Tidak Tota
Selalu Jarang
No Prosedur Kerja Pernah l
n % n % n % n %
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi pelaksanaan pelayanan
posyandu lansia disesuaikan dengan 9 22.5 19 47.5 12 30.0 40 100,0
prosedur pelayanan yang ditetapkan
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi prosedur pelayanan posyandu
lansia sesuai dengan tugas pokok dan 13 32.5 20 50.0 7 17.5 40 100,0
fungsi (tupoksi) sebagai kader
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi prosedur pelayanan posyandu
lansia dibuat dengan memperhatikan 11 27.5 13 32.5 16 40.0 40 100,0
kondisi kesehatan lansia
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi prosedur pelaksanaan pelayanan
posyandu lansia senantiasa dikembangkan 10 25.0 20 50.0 10 25.0 40 100,0
sesuai kemajuan ilmu kesehatan lansia
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi prosedur pelaksanaan pelayanan
posyandu lansia disesuaikan 10 25.0 20 50.0 10 25.0 40 100,0
perkembangan kondisi lansia yang
dilayani

Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa sebanyak 19 orang (47,5%) kader

posyandu lansia menyatakan jarang melaksanakan pelayanan posyandu sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan. Sebanyak 20 orang (50,0%) kader posyandu lansia

menyatakan jarang prosedur pelayanan posyandu disesuaikan dengan tugas pokok

dan fungsi (tupoksi) kader. Sebanyak 16 orang (40,0%) kader posyandu lansia

menyatakan tidak pernah prosedur pelayanan posyandu dibuat dengan


6

memperhatikan kondisi kesehatan. Sebanyak 20 orang (50,0%) kader posyandu lansia

menyatakan jarang prosedur pelaksanaan pelayanan posyandu dikembangkan sesuai

kemajuan ilmu kesehatan lansia. Sebanyak 20 orang (50,0%) kader posyandu lansia

menyatakan jarang prosedur pelaksanaan pelayanan posyandu disesuaikan

perkembangan kondisi lansia yang dilayani.

Tabel 4.14 Distribusi Responden Menurut Motivasi Ekstrinsik Indikator Status


di Puskesmas Medan johor Tahun 2013

Tidak Tota
Selalu Jarang
No Status Pernah l
n % n % n % n %
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi anda menyadari status sebagai
kader untuk bekerja membantu petugas 7 17.5 26 65.0 7 17.5 40 100,0
kesehatan dari puskesmas
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi menyadari status sebagai kader 7 17.5 26 65.0 7 17.5 40 100,0
untuk meningkatkan kesehatan lansia
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi menyadari status sebagai kader
untuk memberikan penjelasan kepada
lansia tentang pentingnya menjaga kondisi 10 25.0 17 42.5 13 32.5 40 100,0
kesehatan dengan memanfaatkan
posyandu lansia
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi menyadari status sebagai kader
untuk mendengarkan setiap keluhan yang 7 17.5 21 52.5 12 30.0 40 100,0
disampaikan lansia
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi menyadari status sebagai kader
10 25.0 21 52.5 9 22.5 40 100,0
untuk bekerja secara sukarela

Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa sebanyak 26 orang (65,0%) kader

posyandu lansia menyatakan jarang menyadari statusnya sebagai kader untuk bekerja

membantu petugas kesehatan dari puskesmas. Sebanyak 26 orang (65,0%) kader


6

posyandu lansia menyatakan jarang menyadari statusnya sebagai kader untuk

meningkatkan kesehatan lansia. Sebanyak 17 orang (42,5%) kader posyandu lansia

menyatakan jarang menyadari status sebagai kader untuk memberikan penjelasan

kepada lansia tentang pentingnya menjaga kondisi kesehatan dengan memanfaatkan

posyandu lansia. Sebanyak 21 orang (52,5%) kader posyandu lansia menyatakan

jarang menyadari status sebagai kader untuk mendengarkan setiap keluhan yang

disampaikan lansia. Sebanyak 22 orang (52,5%) kader posyandu lansia menyatakan

jarang menyadari status sebagai kader untuk bekerja secara sukarela.

Secara keseluruhan indikator motivasi ekstrinsik dalam penanganan lansia di

wilayah kerja Puskesmas Medan johor dikategorikan sebagai berikut

Tabel 4.15 Distribusi Reponden Menurut Kategori Motivasi Ekstrinsik


di Puskesmas Medan johor Tahun 2013

No Kategori Motivasi Ekstrinsik Jumlah (Orang) %


1 Tinggi 12 30,0
3 Rendah 28 70,0
Jumlah 40 100,0

Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa kategori motivasi ekstrinsik dalam

pelaksanaan pelayanan posyandu lansia terbanyak pada kategori rendah yaitu

28 orang (70,0%) sedangkan paling sedikit kategori tinggi yaitu 12 orang (30,0%).

4.2.3 Kinerja Kader Posyandu Lansia

Kinerja kader posyandu lansia dalam penanganan lansia di wilayah kerja

Puskesmas Medan johor diukur melalui 17 item pernyataan. Penjelasan mengenai


6

indikator kinerja kader posyandu lansia dalam penanganan lansia di wilayah kerja

Puskesmas Medan johor diuraikan sebagai berikut.

Tabel 4.16 Distribusi Responden Menurut Kinerja Kader Posyandu Lansia di


Puskesmas Medan johor Tahun 2013

Tidak
Selalu Jarang Total
No Kinerja Pernah
n % n % n % n %
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan dalam pelayanan lansia setiap 7 17.5 27 67.5 6 15.0 40 100,0
bulan
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi melaksanakan pembagian tugas
untuk pelayanan kepada lansia untuk setiap 6 15.0 29 72.5 5 12.5 40 100,0
jenis pelayanan pada mulai dari
pendaftaran sampai pelayanan kesehatan
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi menyiapkan materi penyuluhan 9 22.5 19 47.5 12 30.0 40 100,0
kepada lansia
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi menyiapkan media penyuluhan 6 15.0 23 57.5 11 27.5 40 100,0
kepada lansia
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi mengundang lansia untuk datang 11 27.5 21 52.5 8 20.0 40 100,0
ke posyandu
6 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi pendekatan dengan tokoh 12 30.0 13 32.5 15 37.5 40 100,0
masyarakat setiap bulan
7 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi melakukan pendaftaran lansia 8 20.0 23 57.5 9 22.5 40 100,0
8 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi mencatat kegiatan sehari-hari 12 30.0 19 47.5 9 22.5 40 100,0
lansia
6

Tabel 4.16 (Lanjutan)

Tidak
Selalu Jarang Total
No Kinerja Pernah
n % n % n % n %
9 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
11 27.5 18 45.0 11 27.5 40 100,0
frekuensi menimbang berat badan
lansia Ibu menjadi kader, bagaimana
10 Selama
frekuensi mengukur tinggi badan lansia 6 15.0 27 67.5 7 17.5 40 100,0
11 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi membantu petugas kesehatan
dalam melakukan pemeriksaan kesehatan 8 20.0 23 57.5 9 22.5 40 100,0
lansia
12 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi membantu petugas kesehatan
dalam melakukan pemeriksaan, status 10 25.0 17 42.5 13 32.5 40 100,0
mental lansia
13 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi membantu petugas kesehatan 9 22.5 22 55.0 9 22.5 40 100,0
dalam mengukur tekanan darah lansia
14 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana
frekuensi memberikan penyuluhan tentang
12 30.0 21 52.5 7 17.5 40 100,0
upaya menjaga kesehatan kepada lansia

15 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana


frekuensi membuat catatan kegiatan
10 25.0 17 42.5 13 32.5 40 100,0
posyandu lansia

16 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana


frekuensi melakukan kunjungan rumah
8 20.0 23 57.5 9 22.5 40 100,0
kepada lansia yang tidak hadir di posyandu

17 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana


frekuensi melakukan evaluasi bulanan dan 7 17.5 18 45.0 15 37.5 40 100,0
perencanaan kegiatan posyandu lansia.

Berdasarkan Tabel 4.16 diketahui kegiatan paling baik dilakukan oleh kader

posyandu lansia adalah mencatat kegiatan sehari-hari lansia dan memberikan penyuluhan

tentang upaya menjaga kesehatan kepada lansia karena selalu dilakukan oleh 1 2 orang

(30,0%). Sedangkan kegiatan dengan persentase tertinggi yang tidak pernah


6

dilakukan kader posyandu lansia adalah pendekatan dengan tokoh masyarakat setiap

bulan dan melakukan evaluasi bulanan dan perencanaan kegiatan posyandu lansia yang

dinyatakan responden sebanyak 15 orang (37,5%).

Secara keseluruhan indikator kinerja kader posyandu lansia dikategorikan

sebagai berikut

Tabel 4.17 Distribusi Reponden Menurut Kategori Kinerja Kader Posyandu


Lansia di Puskesmas Medan johor Tahun 2013

No Kategori Kinerja Kader Posyandu Jumlah (Orang) %


Lansia
1 Baik 12 30,0
3 Tidak baik 28 70,0
Jumlah 40 100,0

Berdasarkan Tabel 4.17 diketahui bahwa kategori kinerja kader posyandu

lansia dalam pelaksanaan pelayanan posyandu terbanyak pada kategori tidak baik

yaitu 28 orang (70,0%) sedangkan paling sedikit kategori baik yaitu 12 orang

(30,0%).

4.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas (motivasi

intrinsik dan ekstrinsik) dengan variabel terikat (kinerja kader posyandu lansia)

dilakukan dengan uji chi sguare yang ditampilkan dalam tabel silang (cross-tab),

dengan hasil seperti pada Tabel berikut.


6

Tabel 4.18 Hubungan Motivasi Intrinsik dengan Kinerja Kader Posyandu


Lansia di Puskesmas Medan johor Tahun 2013

Kinerja Kader Posyandu Lansia Chi


Motivasi Baik Tidak baik Total Square
Intrinsik n % n % n %
Tinggi 7 70,03 3 3,0 10 100,0
P<0,001
Rendah 5 16,7 25 83,3 30 100,0

Berdasarkan Tabel 4.18 diketahui bahwa kader posyandu lansia yang

mempunyai motivasi intrinsik yang tinggi lebih banyak yang mempunyai kinerja

yang baik, sedangkan responden yang motivasi intrinsiknya rendah lebih banyak yang

kinerja tidak baik dalam pelayanan kepada lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan

johor.

Hasil uji chi square diperoleh nilai p < 0,001 menunjukkan ada hubungan

antara motivasi intrinsik dengan kinerja kader posyandu lansia dalam pelayanan

kepada lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan johor.

Tabel 4.19 Hubungan Motivasi Ekstrinsik dengan Kinerja Kader Posyandu


Lansia di Puskesmas Medan johor Tahun 2013

Kinerja Kader Posyandu Lansia Chi


Motivasi Baik Tidak baik Total Square
Ekstrinsik n % n % n %
Tinggi 8 66,7 4 33,3 12 100,0
P<0,001
Rendah 4 14,3 24 85,7 28 100,0

Berdasarkan Tabel 4.19 diketahui bahwa kader posyandu lansia yang

mempunyai motivasi ekstrinsik yang tinggi lebih banyak yang mempunyai kinerja

yang baik, sedangkan responden yang motivasi ekstrinsiknya rendah lebih banyak
6

yang kinerja tidak baik dalam pelayanan kepada lansia di wilayah kerja Puskesmas

Medan johor.

Hasil uji chi square diperoleh nilai p < 0,001 menunjukkan ada hubungan

antara motivasi ekstrinsik dengan kinerja kader posyandu lansia dalam pelayanan

kepada lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan johor.

Hasil analisis bivariat merupakan syarat untuk dilakukan analisis multivariat,

yaitu variabel yang mempunyai nilai signifikan <0,25 pada analisis bivariat akan

diikutsertakan dalam analisis multivariat. Berdasarkan analisis bivariat bahwa seluruh

variabel bebas (motivasi intrinsik dan ekstrinsik) mempunyai nilai dignifikan <0,25

sehingga seluruhnya diikutsertakan dalam analisis multivariat.

4.3 Analisis Multivariat

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (motivasi intrinsik dan motivasi

ekstrinsik) dengan variabel terikat (kinerja kader posyandu lansia) di wilayah kerja

Puskesmas Medan johor) secara parsial maupun secara bersama-sama, dilakukan

analisis multivariat yaitu dengan menggunakan uji regresi logistik ganda. Hasil

analisis regresi logistik ganda dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut.
6

Tabel 4.20 Hasil Uji Multivariat dengan Regresi Logistik Ganda

Variabel Independen Koefisien Signifikansi Odds Ratio


regresi (B) (p) (OR)
1. Motivasi Intrinsik
(tanggung jawab, prestasi yang
diraih, pekerjaan itu sendiri, 2.057 0,029 7,819
pengakuan hasil kerja, kemungkinan
pengembangan dan kemajuan)
2. Motivasi Ekstrinsik
(imbalan/kompensasi, keamanan dan
keselamatan kerja, kondisi kerja, 2.132 0,017 8,431
prosedur kerja, hubungan kerja dan
status)

Hasil analisis regresi logistik ganda ditemukan bahwa seluruh variabel bebas

(motivasi intrinsik dan ekstrinsik) berpengaruh signifikan terhadap kinerja kader

posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan johor.

Secara keseluruhan variabel bebas (motivasi intrinsik dan ekstrinsik) mampu

menjelaskan variabel kinerja kader posyandu lansia sebesar 45,9% (Negelkerke R

Square = 0,459), selebihnya (54,1%) dijelaskan oleh faktor atau variabel lain yang

tidak termasuk dalam variabel penelitian ini.

Variabel motivasi yang paling dominan memengaruhi kinerja kader posyandu

lansia adalah variabel motivasi ekstrinsik nilai p = 0,017 dan OR = 8,431. Dengan

demikian dapat diupayakan intervensi untuk meningkatkan kinerja dengan

meningkatkan motivasi ekstrinsik melalui : pemberian insentif, peningkatan

hubungan kerja, prosedur kerja serta lingkungan kerja pelayanan posyandu lansia.
BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Motivasi Intrinsik terhadap Kinerja Kader Posyandu Lansia

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase responden yang

mempunyai motivasi intrinsik (tanggung jawab, prestasi yang diraih, pekerjaan itu

sendiri, pengakuan hasil kerja, kemungkinan pengembangan dan kemajuan) yang

tinggi hanya sebanyak 25,0%, jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan kader

posyandu lansia yang motivasi intrinsiknya kategori rendah yaitu 75,0%. Hasil

analisis menunjukkan ada hubungan antara motivasi intrinsik dengan kinerja kader

posyandu lansia dalam pelayanan kesehatan lansia di wilayah kerja Puskesmas

Medan johor.

Analisis multivariat menunjukkan nilai nilai Odds Ratio (OR) sebesar 7,819,

artinya bahwa kemungkinan (peluang) kader posyandu lansia yang mempunyai

motivasi intrinsik yang tinggi untuk mencapai kinerja yang baik lebih besar 7,819 kali

dibandingkan dengan kader posyandu lansia yang mempunyai motivasi intrinsik yang

rendah di wilayah kerja Puskesmas Medan johor.

Beberapa titik permasalahan pada motivasi intrinsik kader posyandu lansia

adalah : pada aspek tanggung jawab ditemukan jawaban tidak pernah tertinggi

tentang perhatian kepada lansia untuk memberikan kenyamanan selama pelaksanaan

posyandu (13 orang ; 32,5%). Aspek prestasi yang diraih ditemukan jawaban tidak

pernah tertinggi tentang perlunya peningkatan kesehatan lansia sebagai upaya

62
6

meningkatkan prestasi kader (18 orang ; 45,0%). Aspek pengakuan orang lain

ditemukan jawaban tidak pernah tertinggi tentang upaya mendapatkan pengakuan dari

masyarakat (16 orang ; 40,0%). Aspek pekerjaan itu sendiri ditemukan jawaban tidak

pernah tertinggi tentang merasakan pekerjaan sebagai kader bermanfaatn bagi lansia

(14 orang ; 35,0%). Aspek kemungkinan pengembangan ditemukan jawaban tidak

pernah tertinggi tentang mengembangkan wawasan keilmuan di bidang kesehatan

lansia (18 orang ; 45,0%) dan aspek kemajuan ditemukan jawaban tidak pernah

tertinggi tentang pelayanan posyandu lansia sesuai kebutuhan dan kemajuan

kesehatan lansia (10 orang ; 25,0%).

Secara keseluruhan variabel motivasi intrinsik pada kader posyandu lansia

masih ditemukan permasalahan, namun titik permasalahan yang utama berdasarkan

persentase jawaban responden adalah belum adanya motivasi untuk meningkatkan

kesehatan lansia sebagai upaya meningkatkan prestasi kader dan kurangnya

pengembangan diri pada kader posyandu untuk mengembangkan wawasan keilmuan

di bidang kesehatan lansia. Hal tersebut menjadi proritas perhatian dalam upaya

peningkatan kinerja kader posyandu lansia di masa yang akan datang.

Identitas kader posyandu lansia dapat memengaruhi kinerjanya dalam

memberikan pelayanan kepada lansia, karena faktor identitas merupakan karakter

atau ciri yang melekat secara individu pada masing-masing kader sehingga terkait

dengan motivasi intrinsik. Pembahasan tentang identitas kader serta pengaruhnya

terhadap kinerja dapat dilihat pada uraian berikut ini.


6

Jumlah kader lansia yang berumur ≤ 28 tahun sebanyak 60% dan persentase

kader yang mempunyai kinerja yang baik sebesar 25%. Angka ini lebih rendah

dibandingkan kinerja kader yang berumur > 28 tahun yaitu 37,5%. Hal ini

mengindikasikan bahwa ada pengaruh umur kader terhadap kinerja kader posyandu,

dimana kader yang umurnya di atas rata-rata mempunyai kinerja baik yang lebih

banyak dibandingkan yang berumur dibawah atau sama dengan rata-rata.

Kader lansia yang berpendidikan SMP sebanyak 55% dan persentase kader

yang mempunyai kinerja yang baik untuk yang berpendidikan SMP sebesar 13,6%,

persentase ini lebih rendah dibandingkan kinerja kader yang bependidikan SMA dan

Perguruan tinggi yaitu 71,4% dan 100,0%. Hal ini mengindikasikan bahwa ada

pengaruh tingkat pendidikan kader terhadap kinerja kader posyandu, dimana kader

yang pendidikannya SD dan SMP mempunyai kinerja yang lebih rendah

dibandingkan yang berpendidikan SMA dan PT.

Jumlah kader lansia yang telah bekerja ≤ 4 tahun sebanyak 52,5% dan yang

mempunyai kinerja baik sebesar 23,8%. Persentase ini lebih rendah dibandingkan

kinerja kader yang masa kerjanya >4 tahun yaitu 38,8% Hal ini mengindikasikan

bahwa ada pengaruh masa kerja terhadap kinerja kader posyandu, dimana kader yang

telah bekerja > 4 tahun mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan kader

dengan masa kerja ≤ 4 tahun.

Status perkawinan kader posyandu lansia lebih banyak sudah menikah yaitu

sebanyak 62,5% dan yang mempunyai kinerja baik sebesar 32,8%. Persentase ini

lebih tinggi dibandingkan kinerja kader yang belum menikah yaitu 26,7% Hal ini
6

mengindikasikan bahwa ada pengaruh status perkawinan terhadap kinerja kader

posyandu, dimana kader yang telah menikah mempunyai kinerja yang lebih baik

dibandingkan kader yang belum menikah.

Kader posyandu lansia yang belum pernah mengikuti pelatihan sebanyak

70,0% dan yang mempunyai kinerja baik sebesar 14,3%. Persentase ini lebih rendah

dibandingkan kinerja kader yang pernah mengikuti pelatihan yaitu 66,7% Hal ini

mengindikasikan bahwa ada pengaruh pelatihan terhadap kinerja kader posyandu,

dimana kader yang telah pernah mengikuti pelatihan mempunyai kinerja yang lebih

baik dibandingkan kader yang belum pernah mengikuti pelatihan.

Sesuai penelitian Armydewi dkk (2011) bahwa ada hubungan antara motivasi

intrinsik dan motivasi ekstrinsik dengan kinerja kader. Demikian juga penelitian

Nurdiana (2009) hasil uji statistik didapatkan hasil hubungan antara motivasi kader

posyandu dengan keaktifan kader posyandu. Sebagian besar kader memiliki motivasi

yang rendah karena kurang merasa bangga dan kurang serius menjadi kader

posyandu, kader kurang ikhlas datang ke posyandu karena hanya sekedar

melaksanakan kewajibannya sebagai seorang kader. Hal ini ditunjukkan dari

rendahnya persentase kader yang memberikan penjelasan kepada kader tentang

kegiatan posyandu serta memperhatikan kondisi lansia saat berada di posyandu

(Nurdiana, 2009).

Motivasi sebagai suatu proses yang menjelaskan tentang intensitas, arah dan

ketekunan seseorang individu untuk mencapai tujuannya. Intensitas berhubungan

dengan seberapa giat seseorang berusaha. Intensitas yang tinggi tidak akan
6

menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan

dengan arah yang menguntungkan organisasi. Motivasi merupakan hal yang penting

karena memiliki dimensi ketekunan, yaitu ukuran mengenai berapa lama seseorang

bisa mempertahankan kreatifitasnya. Individu yang termotivasi bertahan melakukan

suatu tugas dalam waktu yang cukup lama demi mencapai tujuan mereka.

Pembahasan secara terperinci tentang masing-masing aspek (indikator)

motivasi intrinsik terhadap kinerja kader posyandu lansia akan diuraikan berikut ini

a. Tanggung Jawab terhadap Kinerja Kader Posyandu Lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang mempunyai

tanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada lansia di Wilayah

kerja Puskesmas Medan johor yang dilakukan dengan baik (jawaban selalu) adalah

melaksanakan pelayanan posyandu lansia sesuai prosedur yang telah ditetapkan yaitu

27,5%.

Seorang kader posyandu lansia dengan tanggung jawab yang tinggi sangat

memengaruhi kinerjanya. Proses seseorang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya

dimulai dari proses menerima objek, merespon objek tersebut, menghargainya,

kemudian bertanggung jawab terhadap objek tersebut sehingga kinerjanya menjadi

lebih baik. Dalam penelitian ini jumlah mengerjakan pelayanan posyandu lansia

sesuai jadwal yang telah ditetapkan masih perlu ditingkatkan karena aspek ini

merupakan hal yang paling lemah dalam indikator tanggung jawab. Sebagai wujud

dari rasa tanggung jawab, maka kader diharapkan memiliki keseriusan melaksanakan
6

tugas untuk mengembangkan pelayanan kepada lansia sangat tinggi dengan demikian

kinerjanya akan menjadi lebih baik.

Kader posyandu akan memberikan hasil yang memuaskan bila memiliki

motivasi yang tinggi. Sesuai pendapat Siagian (2004), motivasi adalah daya

pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk

mengerahkan kemampuan, dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan

waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung

jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan

berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Motivasi penting

karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras

dan antusias untuk menciptakan produktivitas kerja yang tinggi.

Keberhasilan posyandu ini sangat ditentukan oleh kinerja kader, karena kader

merupakan penggerak posyandu dan hidup matinya posyandu tergantung aktif

tidaknya kader. Permasalahan yang dihadapi sebagai penyebab rendahnya kinerja

kader posyandu lansia juga terkait dengan peran dari Kepala Desa, Ketua TP PKK,

maupun petugas puskesmas yang secara struktur organisasi harus memberikan

dukungan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu lansia. Kurangnya perhatian dari

pihak-pihak yang terkait tersebut terhadap kader dan posyandu menyebabkan

pelaksanaan kegiatan posyandu lansia menjadi kurang optimal.

b. Prestasi yang Diraih terhadap Kinerja Kader Posyandu Lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang menyatakan

prestasi yang diraih dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada lansia di


6

wilayah kerja Puskesmas Medan johor yang dilakukan dengan baik (jawaban selalu)

adalah memberikan masukan demi peningkatan pelayanan posyandu lansia yaitu

30,0%.

Sesuai penelitian Widjadjono (2009) bahwa prestasi kader posyandu dalam

pelayanan kepada penduduk lansia dengan penyelenggaraan posyandu plus bersama

masyarakat dengan menambah pelayanan konseling mitra keluarga dengan baik

berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi lansia dalam pemanfaatan

posyandu lansia di Dusun Soragan Desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan Kabupaten

Bantul. Posyandu plus yang diselenggarakan merupakan salah satu bentuk Upaya

Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan

dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada

masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.

Upaya meningkatkan prestasi kader posyandu dalam pelayanan kesehatan

lansia dapat diupayakan melalui : (a) pendekatan terhadap puskesmas setempat guna

mendapatkan dukungan fasilitasi sumberdaya (berupa pendanaan, tenaga kesehatan,

dan lainnya), (2) membentuk kelompok lansia sebagai forum untuk memfasilitasi

pemberdayaan posyandu lansia, (3) melakukan pendekatan terhadap tokoh

masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan lanjut usia, (4) membentuk

posyandu lansia beserta kepengurusannya meliputi ketua atau koordinator serta

anggotanya, (5) jalankan posyandu lansia secara rutin semisal tiap bulan sekali guna

memberikan pelayanan pada masyarakat, (6) jaga kelangsungan posyandu lansia yang
6

telah terbentuk melalui kegiatan yang melibatkan semua posyandu lansia,

(7) berikan reward atau penghargaan bagi posyandu lansia yang berprestasi guna

memacu semangat kadernya, dan (8) lakukan evaluasi setidaknya tiap tahunnya

Motivasi berprestasi merupakan dorongan sehingga kader berupaya mencapai

hasil kerjanya secara maksimal karena ingin berprestasi, motivasi berafiliasi (rasa

ingin disenangi oleh orang lain) sehingga setiap perbuatannya adalah merupakan alat

untuk membentuk, memelihara, diterima dan bekerja sama dengan orang lain, dan

motivasi berkuasa cenderung untuk memengaruhi dan menguasai orang lain.

c. Pengakuan Orang Lain terhadap Kinerja Kader Posyandu Lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang menyatakan

pengakuan orang lain dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada lansia di

wilayah kerja Puskesmas Medan johor yang dilakukan dengan baik (jawaban selalu)

adalah pelayanan posyandu lansia yang dilakukan dapat diterima oleh petugas

kesehatan dari puskesmas yaitu 27,5%.

Pengakuan terrhadap keberadaan kader posyandu lansia sebagai tenaga

sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu

kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan

pelayanan rutin di posyandu. Padahal ada beberapa macam kader bisa dibentuk sesuai

dengan keperluan menggerakkan partisipasi masyarakat atau sasarannya dalam

program pelayanan kesehatan. Kader yang bertugas di posyandu lansia dengan

kegiatan rutin setiap bulannya membantu petugas kesehatan saat pemeriksaan

kesehatan pasien lansia.


6

Mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional maka

tugas kegiatan kader hendaknya disesuaikan dengan kemampuan yang dimilikinya

yaitu hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya

pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.

Persyaratan umum untuk menjadi kader posyandu lansia adalah secara fisik

dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader: (1) mempunyai penghasilan sendiri

dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan, (2) aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial

maupun pembangunan desanya, (3) dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama

dengan masyarakat calon kader lainnya dan berwibawa

Menurut Bagus (2003) persyaratan lain bagi seorang kader antara lain:

(1) berasal dari masyarakat setempat, (2) tinggal di desa tersebut, (3) tidak sering

meninggalkan tempat untuk waktu yang lama, (4) diterima oleh masyarakat setempat,

(5) masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah lain,

(6) sebaiknya yang bisa baca tulis. Dari persyaratan-persyaratan yang diutamakan

oleh beberapa ahli diatas dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader

kesehatan antara lain, sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari

masyarakat.

d. Pekerjaan itu Sendiri terhadap Kinerja Kader Posyandu Lansia


Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang menyatakan

pekerjaan sebagai kader posyandu lansia dan berperan dalam pelaksanaan pelayanan

kesehatan kepada lansia di Wilayah kerja Puskesmas Medan johor yang dilakukan
6

dengan baik (jawaban selalu) adalah pelayanan posyandu lansia yang dilakukan dapat

diterima oleh petugas kesehatan dari puskesmas yaitu 27,5%.

Sesuai pendapat Widagdo (2009) bahwa pekerjaan dapat menjadi kendala

keaktifan kader dalam posyandu karena pekerjaan merupakan sumber pendapatan

sehingga akan lebih difokuskan dari pada kegiatan posyandu. Bekerja bagi ibu-ibu

akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga sehingga semakin banyak

waktu yang tersita untuk melakukan pekerjaan maka semakin sempit kesempatan

untuk menjadi kader.

Komunikasi antarpribadi kader kesehatan pada anggota lansia memiliki

tingkat penyesuaian komunikasi yang tinggi dan baik dalam menunjang upaya

pelayanan kesehatan usia lanjut kepada lansia. Saran untuk penelitian ini, bahwa

diharapkan komunikasi antarpribadi kader kesehatan kepada anggota lansia terus

dipertahankan dan pelayanan kesehatan usia lanjut ditingkatkan sehingga para lansia

mencapai masa tua yang sehat, bahagia, dan produktif dalam menjalani kehidupan di

usia lanjut

Peningkatan kinerja dengan efektivitas diri meliputi : (1) penguasaan tetap,

penguasaan tetap adalah perolehan pengalaman yang yang relevan dengan tugas atau

pekerjaan. Apabila berhasil melakukan suatu pekerjaan di masa lalu maka akan lebih

mampu melakukannya di masa depan. (2) contoh yang dilakukan oleh individu lain

atau menjadi lebih percaya diri seseorang melakukan tugas karena telah melihat hal

yang sama telah dilakukan orang lain dan berhasil sehingga membuat percaya diri

kita sendiri untuk berhasil melakukan hal yang sama. (3) bujukan verbal, yaitu
6

menjadi lebih percaya diri karena orang lain meyakinkan kita, bahwa kita mempunyai

ketrampilan untuk sukses. (4) kehadiran, yaitu keberadaan sesuai jadwal dalam

pelaksanaan tugas, hal ini dapat memicu keadaan bersemangat yang mendorong

seseorang untuk menyelesaikan tugas secara optimal, kehadiran meningkatkan

efektivitas diri.

Tujuan pekerjaan yang telah dirumuskan dengan nyata dapat merupakan

sumber motivasi. Tujuan itu harus spesifik meskipun yang lebih sulit dicapai tetapi

bila telah disepakati akan menghasilkan kegiatan yang lebih daripada tujuan yang

lebih mudah. Tujuan spesifik yang sukar akan memberikan hasil lebih besar dari pada

tujuan yang dirumuskan secara umum.

e. Kemungkinan Pengembangan terhadap Kinerja Kader Posyandu Lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang menyatakan

kemungkinan pengembangan bagi kader posyandu lansia dan berperan dalam

pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan

johor yang dilakukan dengan baik (jawaban selalu) adalah melaksanakan pelayanan

posyandu lansia untuk mengembangkan wawasan keilmuan di bidang kesehatan

lansia dan berupaya mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan tentang kesehatan

lansia yaitu 30,0%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kader posyandu lansia yang

didorong oleh adanya kemungkinan pengembangan dalam pelaksanaan pelayanan

kesehatan bagi lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan johor menjadi faktor

pendorong dari dalam diri kader posyandu untuk mencapai kinerja yang baik.
6

Sesuai pendapat Handoko (2002) bahwa pengembangan potensi merupakan

suatu peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mengembangkan secara

maksimal potensi yang ada dalam dirinya agar kemampuan dan kemahiran yang

dimilikinya dapat bertambah sesuai dengan yang diharapkannya. Hasil penilaian

kuesioner menunjukkan faktor internal yang memengaruhi peningkatan motivasi

yaitu mengembangkan wawasan tentang kesehatan lansia atau secara teroitis dikenal

dengan istilah aktualisasi diri. Menurut Handoko (2002) pengembangan potensi atau

aktualisasi diri adalah suatu peningkatan-peningkatan pribadi yang dilakukan

seseorang untuk mengembangkan secara maksimal potensi yang ada dalam dirinya

agar kemampuan dan kemahiran yang dimiliknya dapat bertambah sesuai dengan

yang diharapkan. Kader posyandu lansia yang memiliki aktualisasi diri yang tinggi

juga akan memiliki motivasi yang tinggi pula. Karena keinginan dari seseorang untuk

mencapai tujuan yang diharapkan maka dibutuhkan dorongan yang tinggi pula,

dorongan yang dimaksud dalam hal ini yaitu motivasi. Hal tersebut disebabkan

karena kader memiliki kesempatan untuk menambah pengetahuan melalui kegiatan

promosi kesehatan yang dilakukan, dengan bertambahnya pengetahuan kader maka

akan semakin antusias untuk membagi pengetahuan yang didapatkan selama kegiatan

promosi kesehatan kepada lansia.

Konsep kemungkinan pengembangan dalam diri kader posyandu lansia terkat

dengan faktor umum. Dalam bekerja umur memengaruhi produktivitas, umumnya

umur yang masih muda dan baru menginjak dewasa memiliki tingkat kinerja yang

baik dan optimal dibandingkan dengan tenaga kerja yang usianya sudah dewasa.
6

Kelemahan umur yang masih muda diantaranya masih labil dalam membuat suatu

keputusan, lebih tidak peduli dengan lingkungan sekitar, tingkat emosi yang tinggi

dan tidak sabar dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, sedangkan umur yang lebih

dewasa lebih memiliki banyak pengalaman. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin

dewasa umur seseorang maka semakin tinggi tingkat pengalamannya (Sukiarko,

2007).

Bila merujuk pada teori mengenai semakin bertambah umur maka semakin

meningkat tingkat kematanganya, dan juga semakin baik hubungan interpersonalnya,

hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan bertambahnya umur kader diikuti

dengan menurunnya motivasi. Seperti yang dikatakan Sarwono (2000) bahwa usia

produktif maksimal umur 40 tahun lebih mampu berkinerja karena kreatifitasnya

lebih tinggi dibanding umur diatas 40 tahun. Juga teori Robbins (2003) yang

mengatakan bahwa semakin bertambah umur kemampuan dan motivasi kerja akan

menurun, sebaliknya semakin muda umur seseorang maka akan semakin kreatif dan

inovatif. Namun pengaruh umur ini tidak mutlak karena ada faktor kepuasan,

penghargaan dan beban kerja yang juga dapat berpengaruh terhadap motivasi kader

dalam menjalankan tugas-tugasnya.

f. Kemajuan terhadap Kinerja Kader Posyandu Lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang menyatakan

kemajuan gagi kader posyandu lansia dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada

lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan johor yang dilakukan dengan baik (jawaban

selalu) adalah melaksanakan pelayanan posyandu lansia karena ingin meningkatkan


6

derajat kesehatan lansia dan melaksanakan pelayanan posyandu karena ingin

mengikuti perkembangan dan kemajuan di bidang kesehatan lansia yaitu 25,0%.

Pedoman pengelolaan kegiatan kesehatan di kelompok usia lanjut dari Depkes

RI (2003) menyatakan bahwa perlu uyapa menjadikan posyandu lanjut usia di

wilayah desa atau kelurahan sebagai pusat informasi penyuluhan dan pengembangan

kegiatan para lanjut usia. menggerakkan partisipasi masyarakat baik sebagai sarana

pelayanan kesehatan maupun masyarakat secara luas untuk menumbuhkan dan

menghidupkan kegiatan yang berbasis masyarakat. Tujuan pengembangan posyandu

lansia adalah: (1) meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,

sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia dan

(2)    mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta

dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat

usia lanjut.

5.2 Pengaruh Motivasi Ekstrinsik terhadap Kinerja Kader Posyandu Lansia

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase responden yang

mempunyai motivasi ekstrinsik yang tinggi hanya sebanyak 30,0%, jumlah ini jauh

lebih kecil dibandingkan kader posyandu lansia yang motivasi ekstrinsiknya kategori

rendah yaitu 70,0%. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara motivasi

ekstrinsik dengan kinerja kader posyandu lansia dalam pelayanan kesehatan lansia di

wilayah kerja Puskesmas Medan johor.


6

Analisis multivariat menunjukkan nilai nilai Odds Ratio (OR) sebesar 8,431,

artinya bahwa kemungkinan (peluang) kader posyandu lansia yang mempunyai

motivasi ekstrinsik yang tinggi untuk mencapai kinerja yang baik lebih besar 8,431

kali dibandingkan dengan kader posyandu lansia yang mempunyai motivasi ekstrinsik

yang rendah di wilayah kerja Puskesmas Medan johor.

Beberapa titik permasalahan pada motivasi ekstrinsik kader posyandu lansia

adalah : pada imbalan atau kompensasi ditemukan jawaban tidak pernah tertinggi

tentang menerima imbalan dari Tim PKK sebagai pengelola posyandu lansia

(10 orang ; 25,0%). Aspek keamanan dan keselamatan kerja ditemukan jawaban tidak

pernah tertinggi tentang rasa aman berada di posyandu lansia (7 orang ; 17,5%).

Aspek kondisi kerja ditemukan jawaban tidak pernah tertinggi tentang dukungan

kondisi lingkungan posyandu lansia yang baik (12 orang ; 30,0%). Aspek hubungan

kerja ditemukan jawaban tidak pernah tertinggi tentang kerjasama antara kader

dengan petugas kesehatan dan kesesuaian dengan tupoksi kader (10 orang ; 25,0%).

Aspek prosedur kerja ditemukan jawaban tidak pernah tertinggi tentang prosedur

kerja posyandu yang memeprhatikan kondisi kesehatan lansia (16 orang ; 40,0%) dan

aspek status ditemukan jawaban tidak pernah tertinggi tentang pentingnya penjelasan

kepada lansia untuk memanfaatkan pelayanan posyandu lansia (13 orang ; 32,5%).

Secara keseluruhan variabel motivasi intrinsik pada kader posyandu lansia

masih ditemukan permasalahan, namun titik permasalahan yang utama berdasarkan

persentase jawaban responden adalah belum adanya motivasi untuk meningkatkan

kesehatan lansia sebagai upaya meningkatkan prestasi kader dan kurangnya


6

pengembangan diri pada kader posyandu untuk mengembangkan wawasan keilmuan

di bidang kesehatan lansia. Hal tersebut menjadi proritas perhatian dalam upaya

peningkatan kinerja kader posyandu lansia di masa yang akan datang.

Berdasarkan uraian di atas bahwa secara keseluruhan variabel motivasi

ekstrinsik pada kader posyandu lansia masih ditemukan permasalahan, namun titik

permasalahan yang utama berdasarkan persentase jawaban responden adalah belum

adanya kesadaran pada kader sehubungan dengan statusnya sebagai kader posyandu

lansia untuk memberikan penjelasan kepada lansia tentang pentingnya menjaga

kondisi kesehatan dengan memanfaatkan pelayanan posyandu lansia. Dengan

demikian dilakukan pembinaan kepada lansia sehingga memiliki pemahaman secara

mendalam tentang tugas dan fungsinya sebagai kader posyandu lansia.

Pembahasan secara terperinci tentang masing-masing aspek (indikator)

motivasi ekstrinsik terhadap kinerja kader posyandu lansia akan diuraikan berikut ini

a. Imbalan/Kompensasi terhadap Kinerja Kader Posyandu Lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang menyatakan

imbalan atau kompensasi yang diperoleh kader posyandu lansia dalam pelaksanaan

pelayanan kesehatan kepada lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan johor yang

dilakukan dengan baik (jawaban selalu) adalah mengharapkan perubahan imbalan

yang diterima dan mencari pekerjaan lain untuk mendapatkan imbalan yaitu 22,5%.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anhar (2008) yang menyatakan

bahwa faktor dari motivasi yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja

adalah faktor imbalan dan penghargaan. Sebagaimana dinyatakan dalam teori dua
6

Faktor dari Herzberg yaitu faktor intrinsik bahwa penghargaan juga merupakan salah

satu faktor motivasi yang memengaruhi kinerja (Ilyas, 2001).

Hasil penelitian menunjukkan faktor internal yang memengaruhi responden

memiliki kinerja adalah motivasi pada faktor penghargaan. Hal ini ditunjukkan

dengan jumlah nilai yang rendah (jawaban tidak pernah) pada kuesioner. Imbalan

merupakan perangsang yang kuat agar kader dapat bekerja lebih baik lagi. Imbalan

terhadap kader adalah sebuah pengakuan terhadap hasil kerja dan prestasi dalam

melaksanakan tugasnya sebagai seorang kader. Penghargaan ini dapat berupa pujian

ataupun dengan memberikan penghargaan seperti kader berprestasi.

b. Keamanan dan Keselamatan Kerja terhadap Kinerja Kader Posyandu Lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang menyatakan

keamanan dan keselamatan kerja kader posyandu lansia dalam pelaksanaan pelayanan

kesehatan kepada lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan johor yang dinyatakan

dengan baik (jawaban selalu) adalah merasa lokasi posyandu lansia tidak terganggu

oleh masyarakat sekitarnya yaitu 32,5%.

Sesuai penelitian Khadijah (2010) bahwa kemudahan dalam menjangkau

lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi

kader maupun lansia. Jika kader atau lansia merasa aman atau merasa mudah untuk

menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang

lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi untuk melaksanakan

kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari

terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia. Selain itu meningkatkan


6

keamanan di tempat kerja yang bertujuan untuk mengurangi terpapar dengan bahan-

bahan kimia dan meningkatkan pengunaan sistem keamanan kerja

c. Kondisi Kerja terhadap Kinerja Kader Posyandu Lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang menyatakan

kondisi kerja kader posyandu lansia dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada

lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan johor yang dinyatakan dengan baik

(jawaban selalu) adalah pelaksanaan pelayanan posyandu lansia dapat terlaksana

dengan fasilitas  yang lengkap yaitu 35,0%.

Sesuai pendapat Ilyas (2001) bahwa kondisi kerja adalah suatu kondisi

psikologis yang dialami karyawan dalam melaksanakan tugas di tempat kerjanya.

Kader posyandu lansia akan termotivasi dalam bekerja jika ada faktor-faktor yang

mendorong timbulnya semangat kerja yang menyentuh kebutuhan hidupnya

contohnya kondisi kerja yang baik.

Menurut Herzberg faktor ekstrinsik tidak akan mendorong minat para pegawai

untuk berforma baik, akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak memuaskan

dalam berbagai hal seperti kondisi kerja tidak menyenangkan. Dengan kondisi kerja

yang nyaman, aman dan tenang serta didukung oleh peralatan yang memadai,

karyawan akan merasa betah dan produktif dalam bekerja sehari-hari

d. Hubungan Kerja terhadap Kinerja Kader Posyandu Lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang menyatakan

hubungan kerja dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada lansia di wilayah

kerja Puskesmas Medan johor yang dinyatakan dengan baik (jawaban selalu) adalah
6

pelaksanaan pelayanan posyandu lansia dengan melakukan kerjasama antara kader

dengan petugas kesehatan dari puskesmas  dan hubungan kerja antar kader sesuai

dengan tupoksi kader posyandu yaitu 25,0%.

Hasil penelitian di atas sejalan dengan pendapat Mangkunegara (2007) yang

menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas dengan baik perlu dilakukan hubungan

interpersonal, baik itu sesama teman dalam organisasi maupun antara atasan dan

bawahan tanpa adanya hubungan itu akan menjadi pemicu yang dahsyat terhadap

penurunan kinerja yang dapat dijadikan alasan yang tepat dan akurat untuk

meningkatkan kinerja atau produktivitas kerja petugas dalam hal ini kader posyandu

lansia. Demikian juga sebaliknya apabila tidak ada hubungan interpersonal yang baik

akan menimbulkan berbagai permasalahan penurunan kinerja petugas dalam hal ini

perawat.

Robbins (2006) mengatakan bahwa hubungan interpersonal merupakan

keadaan rekan kerja yang menunjukkan sikap bersahabat serta memberikan motivasi

untuk melaksanakan tugas-tugas dalam suatu organisasi. Dengan adanya hubungan

interpersonal yang baik diharapkan terjadi peningkatan kinerja kader posyandu lansia

yang nanti akan menunjang kinerja secara umum dari rumah sakit karena adanya

dukungan dari teman sekerja maupun dari petugas kesehatan puskesmas dalam

melaksanakan pelayanan kepada lansia.

e. Prosedur Kerja terhadap Kinerja Kader Posyandu Lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang menyatakan

prosedur kerja dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada lansia di wilayah kerja
6

Puskesmas Medan johor yang dinyatakan baik (jawaban selalu) adalah prosedur

pelayanan posyandu lansia sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sebagai

kader yaitu 32,5%.

Prosedur merupakan tahapan dalam tata kerja yang harus dilalui suatu

pekerjaan baik mengenai dari mana asalnya dan mau menuju mana, kapan pekerjaan

tersebut harus diselesaikan maupun alat apa yang harus digunakan agar pekerjaan

tersebut dapat diselesaikan. Prosedur kerja dapat dianalogikan sebagai suatu sistem

yaitu susunan antara tata kerja dengan prosedur yang menjadi satu sehingga

membentuk suatu pola tertentu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

Prosedur kerja yang dapat mendukung kinerja yang baik harus memenuhi

kriteria: (a) stabilitas yaitu bahwa sistem, tata, dan prosedur kerja itu harus

mengandung unsur tetap sehingga menjamin kelancaran dan kemantapan

kerja dan (b) fleksibilitas yaitu bahwa dalam pelaksanaanya tidak kaku tetapi harus

luwes yaitu masih memungkinkan diadakannya saling pergantian tugas.

Pendekatan prosedur kerja dapat dikaji secara tingkah laku. Teori

reinforcement memandang tingkah laku sebagai akibat atau dipengaruhi lingkungan.

Kejadian-kejadian kognitif internal tidak berperan. Yang mengendalikan tingkah laku

adalah keadaan lingkungan yang selalu berulang. Orang akan mengerahkan segala

usahanya untuk melaksanakan lebih baik tugas yang selalu berulang.

f. Status terhadap Kinerja Kader Posyandu Lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang menyatakan

status dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada lansia di wilayah kerja


6

Puskesmas Medan johor yang dinyatakan baik (jawaban selalu) adalah menyadari

status sebagai kader untuk memberikan penjelasan kepada lansia tentang pentingnya

menjaga kondisi kesehatan dengan memanfaatkan posyandu lansia dan menyadari

status sebagai kader untuk bekerja secara sukarela yaitu 25,0%.

Sesuai penelitian Sulaiman (2011) bahwa kebutuhan untuk mendapatkan

status sosial memengaruhi motivasi seseorang dalam bekerja. Perbedaan status

tersebut akan memengaruhi bagaimana perilaku pegawai tersebut dalam bekerja demi

organisasi, sehingga akan memengaruhi motivasi dan kepuasan dalam mencapai

tujuan yang ditetapkan.

Sesuai pendapat Nawawi (2001) menyebutkan bahwa kebutuhan berprestasi

merupakan motivasi dalam pelaksanaan pekerjaan. Hal ini berarti motivasi terkait

dengan kebutuhan akan status dan kekuasaan. Kebutuhan ini mengharuskan

seseorang pekerja melakukan kegiatan agar menguasai keterampilan atau keahlian

yang memungkinkan seorang pekerja mencapai prestasi.

Status keder posyandu lansia sebagaimana dijelaskan dalam Pedoman

Pelaksanaan Posyandu Lansia (2010) bahwa kader posyandu dipilih dari anggota

masyarakat, baik dari para lanjut usia sendiri, maupun dari kelompok umur lainnya,

yang bersedia menjadi kader. Persyaratan menjadi kader adalah diutamakan berasal

dari anggota masyarakat setempat, dipilih oleh masyarakat sesuai prosedur setempat,

mau dan mampu bekerja sukarela, dapat membaca dan menulis, sabar dan memahami

para lanjut usia dan memiliki jiwa pelopor pembaharuan dan penggerak masyarakat.
6

Peningkatan status kader posyandu lansia membutuhkan pembinaan yang

konsisten dari aparat terkait akan memberikan arah dan kejelasan serta rasa aman

bagi kader untuk ber peran serta dalam suatu kegiatan. Melalui pembinaan maka

kesulitan atau hambatan yang dimiliki oleh kader akan segera terselesaikan sehingga

kader selalu memiliki semangat dan motivasi untuk berperan serta dalam pelaksanaan

kegiatan pelayanan posyandu lansia.


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Motivasi intrinsik (tanggung jawab, prestasi yang diraih, pengakuan hasil

kerja, pekerjaan itu sendiri, kemungkinan pengembangan dan kemajuan)

berpengaruh terhadap kinerja kader posyandu lansia di wilayah kerja

Puskesmas Medan johor (p = 0,029 dan OR = 7,819). Hal ini

mengindikasikan bahwa kader posyandu lansia yang memiliki bertanggung

jawab terhadap perannya sebagai kader, memiliki kemauan mencapaiu

prestasi sebagai kader, memiliki keinginan supaya hasil kerjanya diakui orang

lain, berupaya mencari kemungkinan pengembangan diri sebagai kader serta

berupaya mencapai kemajuan dalam melaksanakan posyandu merupakan

faktor yang dapat meningkatkan kinerja dalam pelaksanaan posyandu lansia.

2. Motivasi ekstrinsik (imbalan, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja,

hubungan kerja, prosedur kerja dan status) berpengaruh terhadap kinerja kader

posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Medan johor. Variabel motivasi

ekstrinsik paling dominan memengaruhi kinerja kader posyandu lansia di

wilayah kerja Puskesmas Medan johor (p = 0,017 dan OR = 8,431). Hal ini

mengindikasikan bahwa kader posyandu lansia yang diberi imbalan sebagai

kompensasi dari pekerjannya sebagai kader, tempat atau kondisi posyandu

yang dapat menjamin keamanan dan keselamatan selama bekerja, adanya

84
6

hubungan kerja yang baik dengan orang lain, prosedur pekerjaan yang baik

serta adanya pengakuan terhadap status sebagai kader merupakan faktor yang

dapat meningkatkan kinerja dalam pelaksanaan posyandu lansia.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa saran yang perlu dijadikan

pertimbangan adalah :

1. Bagi Puskesmas Medan johor

a. Perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kinerja kader posyandu lansia

melalui peningkatan faktor motivasi, khususnya pada aspek motivasi ekstrinsik

yang dominan memengaruhi kinerja, seperti memberikan pelatihan dan

pengembangan kemampuan kader posyandu lansia dalam pengelolaan posyandu

lansia.

b. Perlu diupayakan mencari warga masyarakat yang bersedia menjadi donatur

untuk pemberian insentif bagi kader posyandu lansia sehingga sehingga dapat

memenuhi kebutuhannya dalam melakukan pelayanan kepada lansia.

2. Bagi Kader Posyandu Lansia

Diharapkan peran Tim PKK untuk mengadakan pelatihan bagi kader posyandu

lansia tentang pelayanan lansia sehingga kader dapat mengembangkan diri serta

memotivasi diri dalam melakukan pelayanan posyandu.


6

3. Bagi Peneliti Lain

Bila peneliti lain yang ingin membuat penelitian yang sama dengan penelitian ini,

diharapkan mempertimbangkan penambahan variabel atau faktor lain yang dapat

memengaruhi kinerja, seperti variabel individu dan variabel organisasi.


DAFTAR PUSTAKA

Anhar, Deli. 2008. Pengaruh Motivasi terhadap Produktivitas Kerja Akademik


Dosen. Universitas Islam Kalimantan Banjarmasin

Arikunto. S, 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Armydewi NR, Djarot HS dan Purwanti IA, 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kinerja Kader Posyandu Balita dalam Pelaksanaan Posyandu di
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Tahun 2011. Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang

Badan Pusat Statistik. 2010. Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010. Jakarta

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, (2011)


http://www.bappenas.go.id/node /142/1277/tahun-2025-angka-harapan-
hidup-penduduk-indonesia.

Bagus, IB. 2003. Buku Paket Pelatihan Kader Kesehatan. Jakarta : Depkes RI, Pusat
Promosi Kesehatan

Departemen Kesehatan RI, 2012. Sistem Kesehatan Nasional : Biro Hukum


Depertemen Kesehatan

_______. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Bro


Hukum Depertemen Kesehatan.

_______. 2005. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan.
Jakarta: Bina Kesehatan Masyarakat Depertemen Kesehatan.

_______. 2006. Pedoman Tatalaksana Usia Lanjut untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta:
Bina Kesehatan Masyarakat Depertemen Kesehatan

_______,2003. Pedoman Pemantauan dan Penilaian Program Kesehatan Usia Lanjut


Bagi Petugas Kesehatan, Jakarta: Bina Kesehatan Masyarakat Depertemen
Kesehatan.

Dinkes Kota Medan, 2012. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Medan. Medan:
Seksi Pembinan Kesehatan Lansia.

Erfandi. 2008. Pengelolaan Posyandu Lansia. http:// puskesmas-oke.blogspot.com

87
6

Gibson, I dan Donnelly, 2005. Organisasi dan Manajemen (Perilaku, Struktur,


Proses), Jakarta, Bina Rupa Aksara

Gerungan, WA. 2000. Motivasi Dalam Berprestasi. Jakarta : Rineka Cipta

Gitosudarmo, 1986, Motivasi dan Minat, Jakarta: Gema Suara

Handoko. 2002. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, PT.BPFE,


Yogyakarta

Hasibuan, MSP. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi, Cetakan
keenam, Jakarta : Penerbit Bumi Aksara

Hastono, SP. 2001. Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas


Indonesia, Depok

Henniwati. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan


Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur
[tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara. USU e-Repository.

Ilyas.Y, 2001. Kinerja Teori Penilaian & Penelitian. Pusat Kajian Ekonomi
Kesehatan FKM UI,Depok
Kementerian Kesehatan RI. 2011, Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu,
Sekretariat Jenderal, Jakarta

Kemensos RI, 2012. Analisis Kebijakan Perencanaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial


Lanjut Usia Terlantar Dalam Panti dan Luar Panti Sebagai Salah Satu
Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Sosial dalam
Penerapan dan Target Pencapaian di Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota, Jakarta : Biro Perencanaan.

Khadijah, S, 2010. Pelayanan Kesehatan Lansia melalui Posyandu Lansia, Sekolah


Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Makalah Ilmu Kesehatan Masyarakat

Luthans, F., 2003. Organizational Behavior. Seventh Edition. Heiskel Education


McGraw-Hill, Dallas, United States of America

Makmun A. S. 2003. Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Rosda Karya Remaja

Mangkunegara, AP. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan PT.


Remaja rosda Karya, Bandung

Nawawi. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.


6

Notoatmodjo. S, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta.

Nurdiana, D. 2009. Hubungan Antara Pengetahuan dan Motivasi Kader Posyandu


dengan Keaktifan Kader Posyandu di Desa Dukuh Tengah Kecamatan
Ketanggungan Kabupaten Brebes. Jawa Tengah : Brebes

Puskesmas Medan johor, 2012, Laporan Program Pembinaan Kesehatan Lansia di


Puskesmas Medan johor, Medan.

Putri , 2008. Aplikasi teori snehandu b. Karr (perilaku) terhadap keaktifan kunjungan
lansia ke Posyandu Lansia Studi di 5 Posyandu Lansia Puskesmas Jagir
Kota Surabaya

Redjeki, 2007. Perilaku Masyarakat Desa Dalam Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan


di Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang Dalam Kajian Pertukaran Sosial
dan Health Belief Model (HBM)

Robbins, S.P., 2006. Perilaku Organisasi, Jilid I, (Edisi ke-10 terjemahan),


PT. Gramedia, Jakarta

Rosse, E, 2012. Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Kerja erhadap Kinerja Kader
Posyandu Lansia di Puskesmas Lampahan Kabupaten Bener Meriah (Tesis),
Program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara, Medan

Rochmadhona. 2007. Gambaran Tingkat Perkembangan Posyandu dan Faktor yang


terkait dengan Perkembangan Posyandu di Kecamatan Geneng Kabupaten
Ngawi

Rusdiyanto, 2007. Hubungan Antara Pengetahuan Lansia Tentang Posyandu Lansia


Dengan Frekuensi Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kemusu II Kabupaten Boyolali Tahun 2007

Rusyam, TA, 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Rajawali
Press

Sukiarko, E, 2007. Pengaruh Pelatihan dengan Metode Belajar Berdasarkan Masalah


Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader Gizi dalam Kegiatan
Posyandu. Studi di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang, Magister
Gizi Masyarakat, Program pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Sulaiman, A, 2011. Analisis Diferensiasi Kepuasan Kerja Melalui Hierarki


Kebutuhan Maslow (Studi Kasus Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai
Negeri Sipil Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor). Program Sarjana
6

Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Dan


Manajemen Institut Pertanian Bogor

Suwarsono. 2003. Perilaku Lansia Dalam Kepesertaan Posyandu Lansia Didusun


Klowok Lor Desa Kempoko Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung.
Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Suwarti, 2006. Model Posyandu Berdasarkan Analisis Penilaian, Kcbutuhan dan


Harapan Masyarakat Sesuai dengan Kemampuan Provider di Kecamatan
Gunung Anyar Kota Surabaya. Universitas Airlangga.

Siagian, S.P, 2004, Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, Cetakan


13, Penerbit PT Toko Gunung Agung, Jakarta

Siburian, P. 2007. Empat Belas Masalah Kesehatan Utama pada Lansia. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan

Simamora, H, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, STIE YKPN.

UU RI Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

UNDP, 2013. Human Development Report 2013.

UNFP, 2010. United Nations Population Division. World. Population Prospects.


United Nations: New York.

Wahjosumidjo, 1987. Kepemimpinan dan Organisasi, Jakarta: Rajawali Press.

Widagdo L. 2009. Pemanfaatan Buku KIA oleh Kader Posyandu: Studi pada Kader
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem Kabupaten
Bojonegoro. Makara, Kesehatan, vol 13, no.1, Juni 2009.

Widjajono, U, 2009. Partisipasi Lansia dalam Kegiatan Posyandu Plus di Dusun


Soragan Desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Jurusan
Penyuluhan Pembangunan Pascasarjana UNS

WHO, 2003. Section 18 of the Health Act. Later repealed and replaced by Section 45
of the Health and Social Care (Community Health Standards) Act 2003,
Geneva.

Wijayanti. 2008. Hubungan Kondisi Fisik RTT Lansia Terhadap Kondisi Sosial
Lansia di RW 03 RT 05 Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari,
Semarang. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman, Volume
7/Nomor 1/Maret 2008
6

Wikipedia,
Lampiran-1 2011. Penelitian
: Kuesioner http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar negara menurut angka harapan
hidup

KUESIONER PENELITIAN
Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Kader Posyandu Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Medan johor Kota Medan tahun 2013

I. Identitas Kader
 
1. Nama Responden  :
2. Umur                     :                         tahun
3. Pendidikan            : a. SD b. SMP c. SMA d. PT             
4. Masa kerja kader   :                         tahun
5. Status perkawinan : a. Kawin          b.Belum kawin
6. Pelatihan kader      : a. Pernah         b. Tidak pernah
                                    jika pernah, jelaskan :
a. Kapan..................................................................................
  b. Materi..................................................................................
II. Motivasi
Pilihan jawaban :
a. Selalu (Sl)
b. Jarang (Jr)
c. Tidak pernah (TP) 

1. Motivasi Intrinsik
a. Tanggung Jawab
 
No Pernyataan Sl Jr TP
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
melaksanakan pelayanan posyandu lansia sesuai prosedur
yang telah ditetapkan
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
memberikan pelayanan posyandu lansia kepada pasien 
dengan penuh tanggung jawab.
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi memenuhi  
kebutuhan lansia sesuai kondisi kesehatan secara maksimal
melalui pelayanan posyandu lansia
6

4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  


mengerjakan pelayanan posyandu lansia sesuai jadwal yang
telah ditetapkan
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi memberikan  
perhatian sehingga lansia merasa nyaman selama pelaksanaan
pelayanan posyandu

b. Prestasi yang diraih


 
No Pernyataan Sl Jr TP
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
meningkatkan prestasi kerja dalam memberikan pelayanan
posyandu lansia
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
memotivasi diri untuk mencapai prestasi yang optimal
dalam pelayanan posyandu lansia
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
memberikan masukan demi peningkatan pelayanan
posyandu lansia
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi merasa  
perlu meningkatkan prestasi untuk peningkatan kinerja
dalam pengelolaan posyandu lansia
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi merasa  
perlu meningkatkan prestasi untuk peningkatan kesehatan
lansia
 
c. Pengakuan Hasil Kerja
 
No Pernyataan Sl Jr TP
Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
1 memberikan pelayanan posyandu lansia sebagai upaya
mendapatkan pengakuan dari masyarakat
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi pelayanan  
posyandu lansia yang dilakukan dapat diterima oleh lansia
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi pelayanan  
posyandu lansia yang dilakukan dapat diterima oleh rekan
kerja
 
6

4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi pelayanan  


posyandu lansia yang dilakukan dapat diterima oleh petugas
kesehatan dari puskesmas
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi pelayanan  
posyandu lansia yang dilakukan dapat diterima oleh
keluarga lansia

d. Pekerjaan itu Sendiri


 
No Pernyataan Sl Jr TP
1 Selama Ibu menjadi kader, apakah merasakan pekerjaan sebagai  
kader bermanfaat bagi lansia
2 Selama Ibu menjadi kader, apakah merasakan tantangan  
tersendiri dalam melayani lansia
3 Selama Ibu menjadi kader, apakah merasa pekerjaan sebagai  
kader merupakan suatu pekerjaan yang menarik
4 Selama Ibu menjadi kader, apakah sudah mencapai sesuatu yang  
hasil yang dapat dibanggakan
5 Selama Ibu menjadi kader, apakah senantiasa berupaya  
melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang ada

e. Kemungkinan Pengembangan
 
No Pernyataan Sl Jr TP
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
melaksanakan pelayanan posyandu lansia untuk
mengembangkan wawasan keilmuan di bidang kesehatan
lansia
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
melaksanakan pelayanan posyandu lansia sebagai upaya
mendapatkan pengalaman melayani lansia 
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi berupaya  
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan tentang
kesehatan lansia
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi berupaya  
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang
kesehatan lansia
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
melaksanakan pelayanan posyandu lansia untuk
mengembangkan pekerjaan di masa depan
6

f. Kemajuan
 
No Pernyataan Sl Jr TP
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
melaksanakan pelayanan posyandu lansia karena ingin
meningkatkan derajat kesehatan lansia
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
melaksanakan pelayanan posyandu sesuai kebutuhan
dan kemajuan kesehatan lansia
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
melaksanakan pelayanan posyandu dalam meningkatkan
kinerja sebagai kader
 4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
melaksanakan pelayanan posyandu sesuai standar
pelayanan posyandu lansia
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
melaksanakan pelayanan posyandu karena ingin
mengikuti perkembangan dan kemajuan di bidang
kesehatan lansia

2. Motivasi Ekstrinsik
a. Imbalan/Kompensasi
 
No Pernyataan Sl Jr TP
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi menerima  
imbalan dari puskesmas
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi menerima  
imbalan dari tim PKK sebagai pengelola posyandu lansia
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi menerima  
imbalan dari masyarakat
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
mengharapkan perubahan imbalan yang diterima
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi mencari  
pekerjaan lain untuk mendapatkan imbalan
 
6

b. Keamanan dan Keselamatan Kerja


 
No Pernyataan Sl Jr TP
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi merasa  
aman saat berada di posyandu lansia
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi merasa  
aman saat melakukan pelayanan kepada lansia
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi tidak  
merasa terganggu saat melakukan kunjungan rumah lansia
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi merasa  
lokasi posyandu lansia tidak terganggu oleh masyarakat
sekitarnya
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi merasa  
aman saat menggunakan peralatan untuk melayani lansia
 
c. Kondisi kerja
 
No Pernyataan Sl Jr TP
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
pelaksanaan pelayanan posyandu lansia didukung kondisi
lingkungan posyandu yang baik
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
pelaksanaan pelayanan posyandu lansia dapat terlaksana
dengan fasilitas  yang lengkap
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
pelaksanaan pelayanan posyandu lansia didukung alur kerja
yang baik
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
pelaksanaan posyandu lansia didukung kenyamanan tempat
pelayanan
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
pelaksanaan pelayanan posyandu lansia didukung bahan
yang sesuai kebutuhan
 
6

d. Hubungan Kerja
 
No Pernyataan Sl Jr TP
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi posyandu  

lansia menjalin hubungan kerjasama dengan aparat


desa/kelurahan dan tim PKK 
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi pelaksanaan  

pelayanan posyandu lansia terjalin antar kader dalam suatu


tim kelompok kerja (pokja) lansia

3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi pelaksanaan  


pelayanan posyandu lansia dengan melakukan kerjasama
antara kader dengan petugas kesehatan dari puskesmas   
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi pencatatan  
kegiatan posyandu lansia dibuat sebagai penghubung antara
kader dengan petugas puskesmas
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi hubungan  
kerja antar kader sesuai dengan tupoksi kader posyandu
 
e. Prosedur Kerja
 
No Pernyataan Sl Jr TP
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi pelaksanaan  

pelayanan posyandu lansia disesuaikan dengan prosedur


pelayanan yang ditetapkan
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi prosedur  
pelayanan posyandu lansia sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi (tupoksi) sebagai kader
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi prosedur  
pelayanan posyandu lansia dibuat dengan memperhatikan
kondisi kesehatan lansia
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi prosedur  
pelaksanaan pelayanan posyandu lansia senantiasa
dikembangkan sesuai kemajuan ilmu kesehatan lansia
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi prosedur  
pelaksanaan pelayanan posyandu lansia disesuaikan
perkembangan kondisi lansia yang dilayani
 
6

f. Status
 
No Pernyataan Sl Jr TP
1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi anda  
menyadari status sebagai kader untuk bekerja membantu
petugas kesehatan dari puskesmas
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi menyadari  
status sebagai kader untuk meningkatkan kesehatan lansia
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi menyadari  
status sebagai kader untuk memberikan penjelasan kepada
lansia tentang pentingnya menjaga kondisi kesehatan dengan
memanfaatkan posyandu lansia
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi menyadari  
status sebagai kader untuk mendengarkan setiap keluhan
yang disampaikan lansia
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi menyadari  
status sebagai kader untuk bekerja secara sukarela
 
III. Kinerja Kader

No. Pernyataan Sl Jr TP

1 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  


menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam
pelayanan lansia setiap bulan
2 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
melaksanakan pembagian tugas untuk pelayanan kepada
lansia untuk setiap jenis pelayanan pada mulai dari
pendaftaran sampai pelayanan kesehatan
3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
menyiapkan materi penyuluhan kepada lansia
4 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi
menyiapkan media penyuluhan kepada lansia
5 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
mengundang lansia untuk datang ke posyandu
6 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
pendekatan dengan tokoh masyarakat setiap bulan
7 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi melakukan  
pendaftaran lansia
8 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi mencatat  
kegiatan sehari-hari lansia
6

9 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  


menimbang berat badan lansia
10 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi mengukur
tinggi badan lansia
11 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi membantu  
petugas kesehatan dalam melakukan pemeriksaan
kesehatan lansia
12 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi membantu
petugas kesehatan dalam melakukan pemeriksaan, status
mental lansia
13 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi membantu
petugas kesehatan dalam mengukur tekanan darah lansia
14 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi  
memberikan penyuluhan tentang upaya menjaga kesehatan
kepada lansia
Cross check kepada atasan kader……………………………..
15 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi membuat  
catatan kegiatan posyandu lansia
Cross check kepada atasan kader…………………………….
16 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi melakukan  
kunjungan rumah kepada lansia yang tidak hadir di
posyandu
Cross check kepada atasan kader……………………………...
17 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi melakukan  
evaluasi bulanan dan perencanaan kegiatan posyandu
lansia.
Cross check kepada atasan kader……………………………..
6

Lampiran 2 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

A. Motivasi Intrinsik

1. Tanggung Jawab

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.829 5

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
TJawab1 7.70 4.079 .765 .752
TJawab2 7.77 4.392 .695 .775
TJawab3 7.83 4.489 .585 .808
TJawab4 7.97 5.413 .442 .840
TJawab5 7.93 4.271 .656 .787

2. Prestasi yang Diraih

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.795 5
6

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Prestasi1 7.67 5.609 .498 .780
Prestasi2 7.73 5.168 .592 .751
Prestasi3 7.70 4.631 .699 .713
Prestasi4 7.83 5.178 .569 .759
Prestasi5 8.00 5.379 .523 .773

3. Pengakuan Orang Lain

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.812 5

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Pengakuan1 7.80 4.579 .712 .738
Pengakuan2 7.63 4.861 .748 .730
Pengakuan3 7.70 6.010 .451 .815
Pengakuan4 7.73 4.616 .746 .727
Pengakuan5 7.80 5.890 .374 .839

4. Pekerjaan itu Sendiri

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.824 5
6

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Pekerjaan1 8.00 6.069 .401 .854
Pekerjaan2 8.03 5.068 .753 .748
Pekerjaan3 7.87 5.085 .762 .746
Pekerjaan4 7.87 6.533 .513 .820
Pekerjaan5 7.83 4.971 .716 .759

5. Kemungkinan Pengembangan

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.856 5

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Pengembangan1 7.97 5.620 .799 .790
Pengembangan2 7.80 6.924 .566 .852
Pengembangan3 7.70 6.355 .612 .843
Pengembangan4 7.83 6.006 .770 .801
Pengembangan5 7.90 6.507 .618 .840

6. Kemajuan

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.814 5
6

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Kemajuan1 8.23 3.426 .713 .743
Kemajuan2 8.30 3.872 .553 .792
Kemajuan3 8.33 3.816 .536 .798
Kemajuan4 8.40 3.834 .527 .800
Kemajuan5 8.20 3.407 .692 .749

B. Motivasi Ekstrinsik

1. Kompensasi

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.814 5

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Kompensasi1 7.63 3.964 .513 .803
Kompensasi2 7.67 3.540 .609 .777
Kompensasi3 7.73 4.202 .571 .793
Kompensasi4 7.63 3.344 .662 .760
Kompensasi5 7.60 3.352 .693 .749

2. Keamanan dan Keselamatan Kerja


6

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.804 5

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
KKK1 8.37 4.102 .620 .756
KKK2 8.33 4.575 .522 .786
KKK3 8.27 3.582 .684 .735
KKK4 8.17 4.006 .620 .756
KKK5 8.20 4.648 .509 .789

3. Kondisi Kerja

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.868 5

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Kondisi1 8.43 4.599 .736 .829
Kondisi2 8.17 4.902 .771 .822
Kondisi3 8.37 5.757 .499 .882
Kondisi4 8.33 4.644 .764 .821
Kondisi5 8.43 4.875 .697 .839

4. Prosedur Kerja
6

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.848 5

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Prosedur1 8.03 6.033 .665 .814
Prosedur2 7.87 5.913 .690 .808
Prosedur3 8.10 5.266 .752 .789
Prosedur4 7.97 6.516 .508 .853
Prosedur5 8.03 5.826 .673 .812

5. Hubungan Kerja

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.838 5

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Hubungan1 8.07 4.754 .616 .812
Hubungan2 8.10 4.438 .636 .807
Hubungan3 8.10 4.300 .694 .790
Hubungan4 8.10 4.990 .552 .828
Hubungan5 8.03 4.102 .712 .785

6. Status
6

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.757 5

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Status1 7.87 3.982 .643 .677
Status2 7.77 3.909 .624 .680
Status3 7.90 3.610 .575 .695
Status4 7.87 4.257 .390 .762
Status5 7.67 4.299 .427 .747

C. Kinerja Kader

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.917 17
6

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Kinerja1 32.27 55.926 .660 .912
Kinerja2 32.23 58.392 .396 .918
Kinerja3 32.33 54.644 .629 .912
Kinerja4 32.47 57.568 .402 .918
Kinerja5 32.13 55.568 .594 .913
Kinerja6 32.30 53.597 .622 .912
Kinerja7 32.23 54.737 .695 .910
Kinerja8 32.20 54.234 .668 .911
Kinerja9 32.23 55.840 .493 .916
Kinerja10 32.30 55.528 .672 .911
Kinerja11 32.20 55.683 .572 .914
Kinerja12 32.30 53.045 .710 .909
Kinerja13 32.23 55.564 .607 .913
Kinerja14 32.03 55.413 .672 .911
Kinerja15 32.27 53.306 .707 .910
Kinerja16 32.20 54.372 .707 .910
Kinerja17 32.33 56.023 .462 .917

Lampiran 3 : Hasil Uji Univariat

Frequency Table
6

umurk

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 28 tahun 24 60.0 60.0 60.0
> 28 tahun 16 40.0 40.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

didik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 9 22.5 22.5 22.5
SMP 22 55.0 55.0 77.5
SMA 7 17.5 17.5 95.0
PT 2 5.0 5.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

kmaker

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 4 tahun 21 52.5 52.5 52.5
> 4 tahun 19 47.5 47.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

statusperkawinan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Belum kawin 15 37.5 37.5 37.5
Kawin 25 62.5 62.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

pelatihan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak pernah 28 70.0 70.0 70.0
Pernah 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

TJawab1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 7 17.5 17.5 17.5
Jarang 22 55.0 55.0 72.5
Selalu 11 27.5 27.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

TJawab2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 8 20.0 20.0 20.0
Jarang 24 60.0 60.0 80.0
Selalu 8 20.0 20.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

TJawab3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 12 30.0 30.0 30.0
Jarang 18 45.0 45.0 75.0
Selalu 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

TJawab4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 9 22.5 22.5 22.5
Jarang 28 70.0 70.0 92.5
Selalu 3 7.5 7.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

TJawab5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 13 32.5 32.5 32.5
Jarang 19 47.5 47.5 80.0
Selalu 8 20.0 20.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

KTJawab

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 30 75.0 75.0 75.0
Tinggi 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Prestasi1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 6 15.0 15.0 15.0
Jarang 25 62.5 62.5 77.5
Selalu 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Prestasi2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 13 32.5 32.5 32.5
Jarang 18 45.0 45.0 77.5
Selalu 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Prestasi3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 12 30.0 30.0 30.0
Jarang 16 40.0 40.0 70.0
Selalu 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Prestasi4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 12 30.0 30.0 30.0
Jarang 19 47.5 47.5 77.5
Selalu 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

Prestasi5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 18 45.0 45.0 45.0
Jarang 15 37.5 37.5 82.5
Selalu 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

KPrestasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 30 75.0 75.0 75.0
Tinggi 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Pengakuan1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 16 40.0 40.0 40.0
Jarang 15 37.5 37.5 77.5
Selalu 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Pengakuan2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 9 22.5 22.5 22.5
Jarang 21 52.5 52.5 75.0
Selalu 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Pengakuan3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 9 22.5 22.5 22.5
Jarang 24 60.0 60.0 82.5
Selalu 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

Pengakuan4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 14 35.0 35.0 35.0
Jarang 15 37.5 37.5 72.5
Selalu 11 27.5 27.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Pengakuan5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 11 27.5 27.5 27.5
Jarang 20 50.0 50.0 77.5
Selalu 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

KPengakuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 29 72.5 72.5 72.5
Tinggi 11 27.5 27.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Pekerjaan1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 14 35.0 35.0 35.0
Jarang 15 37.5 37.5 72.5
Selalu 11 27.5 27.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Pekerjaan2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 13 32.5 32.5 32.5
Jarang 19 47.5 47.5 80.0
Selalu 8 20.0 20.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

Pekerjaan3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 12 30.0 30.0 30.0
Jarang 16 40.0 40.0 70.0
Selalu 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Pekerjaan4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 7 17.5 17.5 17.5
Jarang 27 67.5 67.5 85.0
Selalu 6 15.0 15.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Pekerjaan5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 12 30.0 30.0 30.0
Jarang 15 37.5 37.5 67.5
Selalu 13 32.5 32.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

KPekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 28 70.0 70.0 70.0
Tinggi 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Pengembangan1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 18 45.0 45.0 45.0
Jarang 10 25.0 25.0 70.0
Selalu 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

Pengembangan2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 10 25.0 25.0 25.0
Jarang 23 57.5 57.5 82.5
Selalu 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Pengembangan3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 12 30.0 30.0 30.0
Jarang 16 40.0 40.0 70.0
Selalu 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Pengembangan4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 12 30.0 30.0 30.0
Jarang 18 45.0 45.0 75.0
Selalu 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Pengembangan5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 14 35.0 35.0 35.0
Jarang 18 45.0 45.0 80.0
Selalu 8 20.0 20.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

KPengambangan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 31 77.5 77.5 77.5
Tinggi 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

Kemajuan1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 6 15.0 15.0 15.0
Jarang 24 60.0 60.0 75.0
Selalu 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kemajuan2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 6 15.0 15.0 15.0
Jarang 25 62.5 62.5 77.5
Selalu 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kemajuan3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 9 22.5 22.5 22.5
Jarang 23 57.5 57.5 80.0
Selalu 8 20.0 20.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kemajuan4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 8 20.0 20.0 20.0
Jarang 27 67.5 67.5 87.5
Selalu 5 12.5 12.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kemajuan5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 7 17.5 17.5 17.5
Jarang 23 57.5 57.5 75.0
Selalu 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

KKemajuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 32 80.0 80.0 80.0
Tinggi 8 20.0 20.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

KategoriIntrinsik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 30 75.0 75.0 75.0
Tinggi 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kompensasi1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 9 22.5 22.5 22.5
Jarang 24 60.0 60.0 82.5
Selalu 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kompensasi2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 10 25.0 25.0 25.0
Jarang 23 57.5 57.5 82.5
Selalu 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kompensasi3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 8 20.0 20.0 20.0
Jarang 29 72.5 72.5 92.5
Selalu 3 7.5 7.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

Kompensasi4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 13 32.5 32.5 32.5
Jarang 18 45.0 45.0 77.5
Selalu 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kompensasi5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 12 30.0 30.0 30.0
Jarang 19 47.5 47.5 77.5
Selalu 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

KKompensasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 32 80.0 80.0 80.0
Tinggi 8 20.0 20.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

KKK1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 7 17.5 17.5 17.5
Jarang 23 57.5 57.5 75.0
Selalu 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

KKK2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 5 12.5 12.5 12.5
Jarang 26 65.0 65.0 77.5
Selalu 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

KKK3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 9 22.5 22.5 22.5
Jarang 19 47.5 47.5 70.0
Selalu 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

KKK4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 6 15.0 15.0 15.0
Jarang 21 52.5 52.5 67.5
Selalu 13 32.5 32.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

KKK5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 4 10.0 10.0 10.0
Jarang 26 65.0 65.0 75.0
Selalu 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

KatKKK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 29 72.5 72.5 72.5
Tinggi 11 27.5 27.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kondisi1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 12 30.0 30.0 30.0
Jarang 17 42.5 42.5 72.5
Selalu 11 27.5 27.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

Kondisi2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 4 10.0 10.0 10.0
Jarang 22 55.0 55.0 65.0
Selalu 14 35.0 35.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kondisi3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 5 12.5 12.5 12.5
Jarang 27 67.5 67.5 80.0
Selalu 8 20.0 20.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kondisi4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 8 20.0 20.0 20.0
Jarang 20 50.0 50.0 70.0
Selalu 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kondisi5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 7 17.5 17.5 17.5
Jarang 24 60.0 60.0 77.5
Selalu 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

KKondisi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 28 70.0 70.0 70.0
Tinggi 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

Prosedur1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 12 30.0 30.0 30.0
Jarang 19 47.5 47.5 77.5
Selalu 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Prosedur2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 7 17.5 17.5 17.5
Jarang 20 50.0 50.0 67.5
Selalu 13 32.5 32.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Prosedur3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 16 40.0 40.0 40.0
Jarang 13 32.5 32.5 72.5
Selalu 11 27.5 27.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Prosedur4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 10 25.0 25.0 25.0
Jarang 20 50.0 50.0 75.0
Selalu 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Prosedur5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 10 25.0 25.0 25.0
Jarang 20 50.0 50.0 75.0
Selalu 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

KProsedur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 29 72.5 72.5 72.5
Tinggi 11 27.5 27.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Hubungan1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 5 12.5 12.5 12.5
Jarang 26 65.0 65.0 77.5
Selalu 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Hubungan2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 9 22.5 22.5 22.5
Jarang 23 57.5 57.5 80.0
Selalu 8 20.0 20.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Hubungan3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 10 25.0 25.0 25.0
Jarang 20 50.0 50.0 75.0
Selalu 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Hubungan4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 7 17.5 17.5 17.5
Jarang 28 70.0 70.0 87.5
Selalu 5 12.5 12.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

Hubungan5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 10 25.0 25.0 25.0
Jarang 20 50.0 50.0 75.0
Selalu 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

KHubungan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 31 77.5 77.5 77.5
Tinggi 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Status1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 7 17.5 17.5 17.5
Jarang 26 65.0 65.0 82.5
Selalu 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Status2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 7 17.5 17.5 17.5
Jarang 26 65.0 65.0 82.5
Selalu 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Status3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 13 32.5 32.5 32.5
Jarang 17 42.5 42.5 75.0
Selalu 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

Status4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 12 30.0 30.0 30.0
Jarang 21 52.5 52.5 82.5
Selalu 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Status5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 9 22.5 22.5 22.5
Jarang 21 52.5 52.5 75.0
Selalu 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

KStatus

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 33 82.5 82.5 82.5
Tinggi 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kategoriekstrinsik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 28 70.0 70.0 70.0
Tinggi 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kinerja1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 6 15.0 15.0 15.0
Jarang 27 67.5 67.5 82.5
Selalu 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

Kinerja2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 5 12.5 12.5 12.5
Jarang 29 72.5 72.5 85.0
Selalu 6 15.0 15.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kinerja3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 12 30.0 30.0 30.0
Jarang 19 47.5 47.5 77.5
Selalu 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kinerja4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 11 27.5 27.5 27.5
Jarang 23 57.5 57.5 85.0
Selalu 6 15.0 15.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kinerja5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 8 20.0 20.0 20.0
Jarang 21 52.5 52.5 72.5
Selalu 11 27.5 27.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kinerja6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 15 37.5 37.5 37.5
Jarang 13 32.5 32.5 70.0
Selalu 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

Kinerja7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 9 22.5 22.5 22.5
Jarang 23 57.5 57.5 80.0
Selalu 8 20.0 20.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kinerja8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 9 22.5 22.5 22.5
Jarang 19 47.5 47.5 70.0
Selalu 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kinerja9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 11 27.5 27.5 27.5
Jarang 18 45.0 45.0 72.5
Selalu 11 27.5 27.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kinerja10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 7 17.5 17.5 17.5
Jarang 27 67.5 67.5 85.0
Selalu 6 15.0 15.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kinerja11

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 9 22.5 22.5 22.5
Jarang 23 57.5 57.5 80.0
Selalu 8 20.0 20.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

Kinerja12

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 13 32.5 32.5 32.5
Jarang 17 42.5 42.5 75.0
Selalu 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kinerja13

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 9 22.5 22.5 22.5
Jarang 22 55.0 55.0 77.5
Selalu 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kinerja14

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 7 17.5 17.5 17.5
Jarang 21 52.5 52.5 70.0
Selalu 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kinerja15

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 13 32.5 32.5 32.5
Jarang 17 42.5 42.5 75.0
Selalu 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kinerja16

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 9 22.5 22.5 22.5
Jarang 23 57.5 57.5 80.0
Selalu 8 20.0 20.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

Kinerja17

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 15 37.5 37.5 37.5
Jarang 18 45.0 45.0 82.5
Selalu 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

KKinerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak baik 28 70.0 70.0 70.0
Baik 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
6

Lampiran 4 : Hasil Uji Bivariat

Crosstabs
Kategori Intrinsik * Kinerja

Crosstab

KKinerja
Tidak baik Baik Total
KategoriIntrinsik Rendah Count 25 5 30
Expected Count 21.0 9.0 30.0
% within KategoriIntrinsik 83.3% 16.7% 100.0%
Tinggi Count 3 7 10
Expected Count 7.0 3.0 10.0
% within KategoriIntrinsik 30.0% 70.0% 100.0%
Total Count 28 12 40
Expected Count 28.0 12.0 40.0
% within KategoriIntrinsik 70.0% 30.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 10.159b 1 .001
Continuity Correctiona 7.778 1 .005
Likelihood Ratio 9.618 1 .002
Fisher's Exact Test .003 .003
Linear-by-Linear
9.905 1 .002
Association
N of Valid Cases 40
a. Computed only for a 2x2 table
b. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.
00.
6

Kategori ekstrinsik * Kinerja

Crosstab

KKinerja
Tidak baik Baik Total
Kategoriekstrinsik Rendah Count 24 4 28
Expected Count 19.6 8.4 28.0
% within
85.7% 14.3% 100.0%
Kategoriekstrinsik
Tinggi Count 4 8 12
Expected Count 8.4 3.6 12.0
% within
33.3% 66.7% 100.0%
Kategoriekstrinsik
Total Count 28 12 40
Expected Count 28.0 12.0 40.0
% within
70.0% 30.0% 100.0%
Kategoriekstrinsik

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 10.975b 1 .001
Continuity Correctiona 8.622 1 .003
Likelihood Ratio 10.626 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear
10.701 1 .001
Association
N of Valid Cases 40
a. Computed only for a 2x2 table
b. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.
60.
6

Lampiran 5 : Hasil Uji Multivariat

Logistic Regression
Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 15.653 2 .000
Block 15.653 2 .000
Model 15.653 2 .000

Model Summary

-2 Log Cox & Snell Nagelkerke


Step likelihood R Square R Square
1 33.216a .324 .459
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Predicted

KKinerja Percentage
Observed Tidak baik Baik Correct
Step 1 KKinerja Tidak baik 26 2 92.9
Baik 8 4 33.3
Overall Percentage 75.0
a. The cut value is .500

Variables in the Equation

95.0% C.I.for EXP(B)


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step
a
KategoriIntrinsik 2.057 .942 4.771 1 .029 7.819 1.235 49.498
1 Kategoriekstrinsik 2.132 .891 5.721 1 .017 8.431 1.470 48.364
Constant -2.281 .655 12.149 1 .000 .102
a. Variable(s) entered on step 1: KategoriIntrinsik, Kategoriekstrinsik.
6

MASTER DATA PENELITIAN

No Umur Didik Maker Status Latih Motivasi Intrinsik


Tanggung Jawab Prestasi Pengakuan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 25 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2
2 27 3 4 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1
3 29 1 5 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2
4 32 4 6 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3
5 30 2 5 2 1 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3
6 29 2 7 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2
7 24 1 3 1 1 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 1 2
8 23 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2
9 28 2 5 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1
10 24 3 4 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
11 26 4 3 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2
12 27 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1
13 34 2 5 1 1 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2
14 31 2 5 2 1 1 2 2 2 2 1 3 3 2 2 3 3 2 2 3
15 36 2 4 2 1 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2
16 31 1 5 1 1 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2
17 28 2 4 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
18 24 2 3 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1
19 29 3 5 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3
20 23 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
21 27 2 5 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2
22 26 1 4 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2
23 28 2 6 1 1 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2
24 21 3 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1
25 24 1 3 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2
26 23 3 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1
27 29 1 6 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3
28 27 2 5 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1
29 29 3 4 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1
30 31 2 5 2 1 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2
31 36 1 6 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3
32 23 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2
33 29 2 6 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 3 1 1 2 1 1 3
34 27 2 4 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2
35 26 1 3 1 2 1 2 2 2 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1
36 28 1 6 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3
37 23 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1
38 26 2 4 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2
39 31 3 6 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3
40 30 2 5 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2
6

Motivasi Intrinsik Motivasi Ekstrinsik


Pekerjaan Pengembangan Kemajuan Kompensasi Keam&Kesel Kerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2
1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3
2 2 3 3 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1
3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3
3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 3 3 2 2 2
1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2
2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2
2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2
3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2
1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1
2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 3 3 3
2 3 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2
3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 1 1 2 3 2 2 3 2
1 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2
3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3
3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2
2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2
3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2
1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1
2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3
1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2
3 2 2 1 1 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2
1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1
1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3
2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3
1 2 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2
2 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 3 3 2
3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3
1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2
2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2
2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 3 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 1 1 1 1 1 2 2 3 3 3
2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 1 1 1 1 2
1 2 2 2 3 2 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2
2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2
3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3
1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2
6

Motivasi Ekstrinsik
Kondisi Kerja Prosedur Kerja Hubungan Kerja Status
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2
3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3
1 3 3 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1
3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3
2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1
1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1
2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 1 2 2
1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2
2 3 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
2 3 2 2 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2
2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 1 3 2 2 2 1 1 3 3
2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 1 1
1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 3 2
1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2
3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3
2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1
3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3
1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2 1 2 2 1 1
3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2
3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3
2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1
3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2
3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2
2 2 2 1 2 3 2 1 2 1 2 1 2 2 3 2 2 1 2 3
2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
1 1 2 2 1 1 1 1 3 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 3
1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2
1 1 3 1 2 2 3 1 1 1 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2
2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1
1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2
3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 1 1
1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2
6

Kinerja Kader

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
2 2 2 2 2 2 1 1 3 2 2 1 2 1 2 1 2
1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1
2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1
3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2
2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 1 2 1 1 2 3 1 1 1 2 2 1 1 2 1
2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2
3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1
2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1
3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 1
2 1 1 3 3 3 2 3 3 2 1 1 2 2 1 2 1
2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
2 3 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1
2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1
1 2 1 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3
2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1
2 2 3 1 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3
2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2
2 2 3 2 3 3 3 3 1 3 2 3 2 3 3 2 3
1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 3
1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2
2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2
2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2
3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 1
2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1
1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1
3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3
2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2
2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3
2 2 1 2 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 2
2 2 2 1 2 1 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2
2 1 1 2 3 3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2
3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3
2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 3 1 3 3 3 2 2
2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2
3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2
2 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2

Anda mungkin juga menyukai