TESIS
Oleh:
THESIS
BY
TESIS
Oleh
Menyetujui
Komisi Pembimbing:
(Dr. Drs. Muslich Lufti, M.B.A, I.D.S) (Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes)
Ketua Anggota
(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Data Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang kurang berkualitas menjadi
salah satu masalah yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
dalam mencapai tujuannya. Hal ini disebabkan kinerja petugas KIA dalam
pengelolaan data yang terdiri dari pengumpulan dan penyimpanan data,
pengolahan dan pelaporan data, analisis data/informasi dan penyajian
data/informasi belum sesuai dengan yang diharapkan.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap
kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang pada tahun 2011. Jenis penelitian adalah survei eksplanatori, dengan
populasi adalah seluruh petugas KIA yang dijadikan sampel berjumlah 40 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, pengamatan dan wawancara
mendalam. Analisis dilakukan dengan uji regresi linier berganda.
Dari hasil uji regresi linier berganda disimpulkan bahwa tiga variabel
budaya organisasi yaitu nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi serta nilai
transparan dan akuntabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
petugas KIA dalam pengelolaan data. Tiga variabel budaya organisasi yaitu nilai
berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat serta keyakinan tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data.
Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang melakukan upaya
perbaikan kualitas data dengan pendekatan persuasif; membangun kebersamaan
tim secara efektif; meningkatkan disiplin, pengawasan serta pemberian
kompensasi; meningkatkan kemampuan petugas KIA mengelola data dalam
lingkungan yang kondusif; melakukan atau mengusulkan perancangan ulang
formulir laporan KIA yang terintegrasi; dan merumuskan kembali budaya
organisasi.
The data of less qualified Maternal and Child Health (KIA) has become
one of the problems faced by Deli Serdang District Health Office in achieving its
goal. This happens because the performances of the KIA staff that collect, record,
process, report, analyze and present the data/information is not as expected.
The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence
of organizational culture on the performance of KIA staff in data management in
Deli Serdang District Health Office in 2011. The population of this study were 40
KIA staff and all of them were selected to be the samples for this study. The data
for this study were obtained through questionnaires distribution, observation, and
in-depth interview. The data obtained were analyzed through multiple linear
regression tests.
The result of multiple linear regression tests showed that there were three
variables of organizational culture such as teamwork value, high integrity value
and transparency and accountability value which had significant influence on the
performance of KIA staff in data management. Three variables of organizational
culture such as favor of the people value, act fast and precise value and belief
which had not significant influence on the performance of KIA staff in data
management.
The management of Deli Serdang District Health Office is expected to
improve the quality of data through a persuasive approach, to effectively build a
solid teamwork, to improve the discipline, supervision and provision of
compensation, to improve the ability of KIA staff in data management in a
conducive environment, to do or propose the redesign of the integrated KIA
report form and to reformulate the organizational culture.
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kasih atas
ini. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan guna
yang Dia tempatkan dalam kehidupan Penulis, mulai dari masa menjalani
perkuliahan, penelitian, sampai dengan penyusunan tesis ini. Oleh karena itu, pada
Masyarakat Universitas Sumatera Utara: Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.
Terima kasih untuk pembelajaran yang Ibu berikan padaku untuk mengerti
4. Komisi Pembimbing: Dr. Drs. Muslich Lufti, M.B.A., I.D.S dan Drs.
Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes. Terima kasih buat bimbingan, kesabaran
ini. Kalian merupakan orang-orang luar biasa yang Dia sediakan bagiku.
5. Komisi penguji: Dr. Fikarwin Zuska dan Siti Khadijah Nasution, S.K.M,
M.Kes. Terima kasih untuk waktu dan masukan yang luar biasa untuk
perbaikan tesis ini. Kalian membuatku menyadari arti “belajar lahir batin”.
SpOG (K), M.H.A. Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada
serta ucapan terima kasih atas izin dan fasilitas yang diberikan selama
baik.
9. Orang tua Penulis: T.A. Pasaribu (alm) dan Emmiria Gurusinga. Terima
kasih untuk semua doa, harapan, perjuangan, dan kasih sayang yang luar
11. Sahabat Penulis: Don Juano Tambunan, S.Pd, M.Pd. Terima kasih telah
12. Rekan kerja Penulis di Subbag. Program Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang. Terima kasih telah menjadi sahabat dan teman kerja yang tenang
Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
tesis ini. Semoga tesis ini memberi manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
Murni Lubuk Pakam pada tahun 1996, pendidikan menengah atas di SMU Negeri
1 Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang pada tahun 1999, pendidikan sarjana di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tahun 2003, dan
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang mulai dari tahun 2005 sampai dengan
sekarang.
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang..................................................................... 1
1.2. Permasalahan ....................................................................... 10
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 11
1.4. Hipotesis .............................................................................. 11
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................... 11
11. Output SPSS Distribusi Frekuensi Kategori Variabel Penelitian ........ 214
12. Output SPSS Uji Asumsi Klasik Regresi Linier Berganda.................. 217
13. Output SPSS Uji Statistik Regresi Linier Berganda ............................ 220
Data Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang kurang berkualitas menjadi
salah satu masalah yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
dalam mencapai tujuannya. Hal ini disebabkan kinerja petugas KIA dalam
pengelolaan data yang terdiri dari pengumpulan dan penyimpanan data,
pengolahan dan pelaporan data, analisis data/informasi dan penyajian
data/informasi belum sesuai dengan yang diharapkan.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap
kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang pada tahun 2011. Jenis penelitian adalah survei eksplanatori, dengan
populasi adalah seluruh petugas KIA yang dijadikan sampel berjumlah 40 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, pengamatan dan wawancara
mendalam. Analisis dilakukan dengan uji regresi linier berganda.
Dari hasil uji regresi linier berganda disimpulkan bahwa tiga variabel
budaya organisasi yaitu nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi serta nilai
transparan dan akuntabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
petugas KIA dalam pengelolaan data. Tiga variabel budaya organisasi yaitu nilai
berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat serta keyakinan tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data.
Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang melakukan upaya
perbaikan kualitas data dengan pendekatan persuasif; membangun kebersamaan
tim secara efektif; meningkatkan disiplin, pengawasan serta pemberian
kompensasi; meningkatkan kemampuan petugas KIA mengelola data dalam
lingkungan yang kondusif; melakukan atau mengusulkan perancangan ulang
formulir laporan KIA yang terintegrasi; dan merumuskan kembali budaya
organisasi.
The data of less qualified Maternal and Child Health (KIA) has become
one of the problems faced by Deli Serdang District Health Office in achieving its
goal. This happens because the performances of the KIA staff that collect, record,
process, report, analyze and present the data/information is not as expected.
The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence
of organizational culture on the performance of KIA staff in data management in
Deli Serdang District Health Office in 2011. The population of this study were 40
KIA staff and all of them were selected to be the samples for this study. The data
for this study were obtained through questionnaires distribution, observation, and
in-depth interview. The data obtained were analyzed through multiple linear
regression tests.
The result of multiple linear regression tests showed that there were three
variables of organizational culture such as teamwork value, high integrity value
and transparency and accountability value which had significant influence on the
performance of KIA staff in data management. Three variables of organizational
culture such as favor of the people value, act fast and precise value and belief
which had not significant influence on the performance of KIA staff in data
management.
The management of Deli Serdang District Health Office is expected to
improve the quality of data through a persuasive approach, to effectively build a
solid teamwork, to improve the discipline, supervision and provision of
compensation, to improve the ability of KIA staff in data management in a
conducive environment, to do or propose the redesign of the integrated KIA
report form and to reformulate the organizational culture.
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
salah satu indikator penting dalam menilai tingkat derajat kesehatan masyarakat di
suatu negara (Depkes RI, 2007). Oleh karena itu, pemerintah memerlukan upaya
yang sinergis dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB di
(MDGs) pada tahun 2015 yaitu AKI sebesar 102/100.000 kelahiran hidup.
Tentunya hal ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi Pemerintah
Asia lainnya (Depkes RI, 2007). Menurut data Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI sebesar 228/100.000 Kelahiran Hidup (KH);
AKB sebesar 34/1.000 KH; dan Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar
19/1.000 KH (Depkes RI, 2009). Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara
mengestimasi AKB Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2007 sebesar 26,9/1.000
KH, AKI tahun 2008 adalah 266/100.000 KH dan berdasarkan hasil SDKI tahun
Sedangkan jumlah kematian ibu maternal, kematian bayi dan kematian Balita di
bawah ini.
Tabel 1. Jumlah Kematian Ibu Maternal, Bayi, dan Balita yang Dilaporkan
di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005-2009
Tahun Kematian Ibu Maternal Kematian Bayi Kematian Balita
bayi, Balita dan Keluarga Berencana (KB) yang merupakan salah satu dari
sistem informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan melalui penataan dan
(evidanced based) melalui proses yang sistematis dan partisipatif, dan ini berarti
keberadaan data dan informasi memegang peranan yang sangat penting karena
sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan program KIA yang
(PWS-KIA) agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa
yang diperlihatkan dalam bentuk data belum dapat sepenuhnya dijadikan pedoman
data yang dihasilkan selalu diragukan. Jika data tidak valid, tentu saja
melenceng dari persoalan yang dihadapi masyarakat (Yustina, 2009). Data yang
perencanaan dan evaluasi program KIA. Padahal untuk mengetahui masalah KIA
yang ada, menentukan besar masalah KIA, dan menentukan prioritas masalah
KIA yang akan diatasi mutlak diperlukan data yang akurat (Depkes RI, 2009).
sebagainya.
telah melakukan lokakarya perencanaan kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak
DTPS sangat dirasakan bagaimana buruknya kualitas data KIA yang tersedia
karena tidak akurat, tidak lengkap dan tidak konsisten. Akibatnya para peserta
di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat diketahui bahwa kualitas data
yang buruk menjadi masalah utama dalam memberikan pelayanan KIA. Tidak
yang sama yang selalu berubah-ubah bila diminta pada waktu dan orang yang
data. Hal ini didukung dengan pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang yang sering sekali kecewa dengan kualitas data KIA yang tersedia.
Deli Serdang. Hal ini dapat dilihat dari pencanangan Gerakan Deli Serdang
CERIA (PerCepatan penuRunan kematian Ibu dan Anak) pada Hari Keluarga
Nasional Tingkat Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 5 September 2007 oleh
Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Deli Serdang.
Tentu saja bila kualitas data KIA yang dimiliki masih sangat kurang, maka secara
keseluruhan hal ini akan memengaruhi kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang.
perbedaan data sasaran KIA pada Proposal DTPS KIBBLA Kabupaten Deli
Serdang untuk usulan Rencana Kerja dan Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang T.A. 2011 dengan Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun
2009. Padahal sumber data tetap sama yaitu dari Bidang Kesehatan Keluarga
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang; (2) Terdapat perbedaan data jumlah
neonatus, bayi dan bayi BBLR yang ditangani; status gizi balita dan cakupan
kunjungan ibu hamil (K1 dan K4), persalinan ditolong tenaga kesehatan dan ibu
nifas hampir di seluruh Profil Kesehatan yang dibuat oleh Puskesmas yang ada di
Kabupaten Deli Serdang dengan Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun
2009. Padahal data cakupan Program KIA yang ada di Profil Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang tahun 2009 diperoleh dari Bidang Kesehatan Keluarga
perhitungan hasil capaian program KIA selama setahun yang dikirimkan setiap
bulannya oleh petugas KIA; (3) Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk
Dari hasil pengamatan Penulis, pengelolaan data KIA yang kurang baik
khususnya melakukan perubahan data yang sebenarnya dengan data buatan atau
data dalam proses perencanaan kesehatan; banyaknya format data yang harus
belum berjalannya sistem pelaporan yang baik antara instansi pemerintah dan
kematian Balita yang terjadi selama tahun 2005-2009 (Tabel 1) belum bisa
menggambarkan kasus kematian ibu maternal, kematian bayi dan kematian Balita
Handayani, et.al. dalam Animar (2010) menyatakan besarnya beban kerja petugas
Tingkat Puskesmas) telah menyita waktu kerja efektif petugas sebesar 30%. Hal
ini dikarenakan terlalu banyak jenis pencatatan dan pelaporan yang harus
dikerjakan, dan pada saat yang sama pekerjaan tersebut terasa sebagai beban bagi
petugas.
Pengelolaan data yang baik perlu dikuasai oleh setiap petugas KIA
merupakan ujung tombak pengumpulan data kesehatan dan tentunya akan sangat
kemudian propinsi dan kemudian suatu negara. Jika kualitas data di tingkat
Puskesmas kurang baik, maka kualitas data di tingkatan yang lebih tinggi akan
(kinerja) dipengaruhi secara bermakna oleh budaya yang berlaku dalam suatu
organisasi mungkin akan menjadi suatu faktor yang lebih penting lagi dalam
kinerja perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi.
kebenaran dan kebaikan tentang keyakinan dan perilaku organisasi yang paling
dianut dan digunakan sebagai budaya kerja dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan kegiatan visi dan misi organisasi. Sedangkan menurut Sashkein dan
Kisher (Tika, 2008), budaya organisasi terdiri dari komponen nilai dan keyakinan
(belief).
bermakna itu akan membuat pegawai memaknai dirinya dan rekan sekerjanya dan
organisasi dapat digunakan sebagai salah satu alat manajemen untuk mencapai
efisiensi, efektivitas, produktivitas, dan etos kerja dan pada akhirnya dapat
visi “Masyarakat Mandiri untuk Hidup Bersih dan Sehat Tahun 2014” adalah
berpihak pada rakyat, bertindak cepat dan tepat, kerjasama tim, integritas yang
lemah apabila pegawainya tidak mempunyai cara pandang yang sama untuk
memberi dampak yang tidak baik pada kinerja para petugas KIA khususnya dalam
budaya organisasi terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas
1.2. Permasalahan
nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi,
nilai transparan dan akuntabilitas, serta keyakinan) terhadap kinerja petugas KIA
bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai
transparan dan akuntabilitas, serta keyakinan) terhadap kinerja petugas KIA dalam
1.4. Hipotesis
bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai
transparan dan akuntabilitas, serta keyakinan) terhadap kinerja petugas KIA dalam
kinerja petugas KIA dalam upaya meningkatkan kualitas data KIA sehingga
menjadi informasi yang akurat dan tepat guna dalam penyusunan rencana dan
based).
atau akal budi. Menurut Tika (2008) yang mengutip pendapat Owens, budaya
adalah suatu sistem pembagian nilai dan kepercayaan yang berinteraksi dengan
orang dalam suatu organisasi, struktur organisasi, dan sistem kontrol yang
masalah internal yaitu persatuan dan keutuhan organisasi. Secara individu maupun
kelompok, seseorang tidak akan terlepas dari budaya organisasi, dan pada
umumnya anggota organisasi akan dipengaruhi oleh sumber daya yang ada dalam
organisasi.
dengan cara kerja (kinerja). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Sutrisno
(2010), dimana nilai, keyakinan, norma yang telah lama berlaku, disepakati dan
diikuti oleh para anggota organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan
masalah-masalah organisasinya.
bahwa budaya organisasi dapat berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan
suatu organisasi, yaitu (1) Diciptakan oleh pendirinya; (2) Terbentuk sebagai
upaya untuk menjawab tantangan dan peluang dari lingkungan internal dan
eksternal; dan (3) Diciptakan oleh tim manajemen sebagai cara untuk
belajar menghadapi masalah baik itu eksternal maupun internal yang menyangkut
budaya organisasi menurut Robbins (2006) dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Manajemen
Puncak
Filosofi
Organisasi Kriteria Budaya
yang
Seleksi Organisasi
Dijumpai
Sosialisasi
tersebut bisa cepat dan bisa berangsur-angsur. Namun secara umum proses
memiliki fungsi sebagai berikut: (1) Menetapkan tapal batas yang membedakan
secara jelas antara satu organisasi dan yang lain; (2) Memberikan rasa identitas
apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para anggota; dan (5) Mekanisme
pembuat makna dan pengendali yang memandu dan membentuk sikap serta
menyatakan bahwa fungsi budaya organisasi bisa juga sebagai penghambat dalam
berinovasi. Hal ini terjadi apabila budaya organisasi tidak mampu mengatasi
organisasi tidak cepat melakukan adaptasi. Budaya yang kuat yang berpotensi
organisasi terdiri dari dua komponen, yaitu: (1) Nilai (value), yakni sesuatu yang
diyakini oleh warga organisasi untuk mengetahui apa yang benar dan apa yang
salah; (2) Keyakinan (belief), yakni sikap tentang cara bagaimana seharusnya
bekerja dalam organisasi. Secara harfiah nilai berarti harga. Nilai merupakan
sesuatu yang diinginkan apabila nilai bersifat positif dalam arti menguntungkan
kebenaran dan kebaikan tentang keyakinan dan perilaku organisasi yang paling
dianut dan digunakan sebagai budaya kerja dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan kegiatan visi dan misi organisasi. Nilai merupakan esensi dari filosofi
hari ke hari.
organisasi adalah apa yang dipahami oleh karyawan dan bagaimana persepsi itu
menciptakan sebuah pola dari keyakinan, nilai-nilai dan harapan. Pendapat yang
sama juga diutarakan oleh Peter Hess bahwa budaya organisasi biasanya
sehubungan dengan cara kerja dan apa-apa yang dianggap penting dalam
Deli Serdang, Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang menetapkan visi dan misi
yang didasari oleh nilai-nilai yang dianut dan dijunjung tinggi oleh seluruh
orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku,
golongan, agama, dan status sosial ekonomi. UUD 1945 juga menetapkan
bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
dilakukan tindakan secara cepat. Tindakan yang cepat juga harus diikuti
Sedangkan tepat adalah kena benar dengan sasaran, tujuan, dan maksud.
Sumber daya manusia ini merupakan potensi bagi terbentuknya suatu tim
kesehatan, harus dibina kerja tim yang utuh dan kompak, dengan
potensi yang berbeda atau lebih, dengan beban, tanggung jawab, dan
komitmen yang tinggi dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah
kewibawaan/kejujuran.
masyarakat yang lebih cerdas dan tanggap, tuntutan atas pelaksanaan tugas
Indonesia (2005), transparan berarti jernih; nyata; jelas; tidak terbatas pada
pekerjaan dilakukan dan apa-apa saja yang bernilai penting. Bergantung pada
organisasi secara bermakna (Robbins, 2006). Budaya yang kuat ditandai oleh
nilai-nilai inti organisasi yang dipegang kukuh dan disepakati secara luas.
anggota terhadap nilai-nilai tersebut, maka akan semakin kuat pula budaya
organisasi tersebut.
budaya organisasi dipandang lemah bila sangat terfragmentasi dan tidak disatukan
dan diikat dalam nilai dan keyakinan bersama. Menurut Kotter dan Heskett seperti
dikutip oleh Soetjipto dan Firmanzah (2006), kuat atau tidaknya suatu organisasi
dianut oleh anggota organisasi. Nilai ini secara tidak disadari mengatur
didukung dan sangat dipaksakan akan berpengaruh negatif pada organisasi dan
akan memberi arah yang salah kepada para anggotanya. Akibatnya tugas-tugas
tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan tentunya akan berpengaruh pada kinerja
(2006), budaya yang kuat terkadang bak pedang bermata dua, sebab bila budaya
Menurut Kotter dan Heskett (Tika, 2008), budaya yang adaptif dapat
periode waktu yang panjang. Budaya yang adaptif meminta pendekatan yang
mendukung usaha satu sama lain untuk mengidentifikasi semua masalah dan
yang dimiliki bersama, gairah yang menyebar luas, semangat untuk melakukan
apa saja yang dihadapi untuk mencapai keberhasilan organisasi, dan pada
akhirnya para anggota reseptif terhadap perubahan dan inovasi. Budaya organisasi
yang adaptif bersifat fleksibel dan tidak kaku dalam mengikuti keadaan.
Organisasi yang berbudaya kuat dan adaptif memiliki kinerja yang lebih baik bila
(1999), kinerja adalah penampilan hasil karya pada seluruh jajaran personil di
dalam suatu organisasi. Sedangkan menurut Rivai (2005), kinerja adalah prestasi
sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu. Menurut
Mangkunegara (2005), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
yang dapat dinilai dari hasil kerjanya (Sulistiyani, 2003). Menurut Hasibuan
(2001), kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok dan tidak
merupakan prestasi yang dicapai oleh individu maupun kelompok sesuai dengan
tugas, fungsi dan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi
kemampuan alami atau kemampuan yang diperolehnya dari proses belajar serta
yaitu faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi. Mathis dan Jackson (2005)
pekerjaan yang dilakukan; dan (5) Hubungan dengan organisasi. Menurut Gibson
(1987), kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu (1) Faktor individu:
sosial, dan demografi seseorang; (2) Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap,
kepribadian, motivasi, dan kepuasan kerja; dan (3) Faktor organisasi: struktur
tingkat pengetahuannya akan apa yang harus atau tidak harus ia kerjakan.
yang benar, yang mana sosialisasi yang dimaksud adalah proses penyesuaian
karyawan dengan budaya organisasinya. Jadi sosialisasi yang tepat menjadi faktor
kualitas sumber daya manusia yang ada pada organisasi tersebut. Kualitas sumber
pengembangan.
tekanan atau perhatian tim serta dukungan masyarakat. Persepsi yang mendukung
karyawan, dengan dampak yang lebih besar pada penguatan budaya. Pengaruh
budaya organisasi pada kinerja dan kepuasan dapat dilihat pada Gambar 2.3 di
bawah ini.
Kekuatan
Faktor Tujuan
organisasi terhadap kinerja perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Sri
dan insentif terhadap kinerja staf rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat
Menurut Ilyas (1999), penilaian kinerja adalah suatu proses menilai hasil
karya personil dalam suatu organisasi melalui suatu instrumen kinerja dan pada
sudah sesuai dengan uraian tugas sebagai tolok ukur penilaian. Menurut
dilakukan secara sistematis untuk mengetahui penampilan hasil kerja personil dan
kinerja organisasi. Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kunci utama untuk
(upah, promosi, dan alih tugas), identifikasi kebutuhan pelatihan, dan sebagai
Robbins (2006) menyatakan ada 3 (tiga) kriteria yang paling umum dalam
tertentu sebagai hasil langsung dari kegiatan seorang pekerja. Hal ini
3. Sifat, merupakan bagian yang paling lemah dari kriteria penilaian kinerja,
sebab akhirnya sering dihilangkan dari kinerja aktual pekerjaan itu sendiri.
Sifat-sifat yang dinilai seperti sikap yang baik, rasa percaya diri, inisiatif,
secara umum terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu penilaian terhadap hasil
Menurut para ahli, kinerja dapat dinilai oleh berbagai pihak, yaitu:
2. Rekan kerja. Penilaian dari rekan kerja merupakan salah satu sumber
kinerja profesional seperti perawat, pengacara dan guru besar (Dreher dan
Dougherty, 2001). Kelemahan dari penilaian ini adalah rekan sekerja tidak
bersedia untuk saling menilai, dan hasil yang bias kerena prasangka
penilaian diri sendiri dengan penilaian oleh atasan sering kali tidak cocok
seorang manajer, karena penilai mempunyai kontak yang erat dengan yang
sumber, yaitu dari atasan langsung, dari rekan sekerja, dari bawahan,
penilaian diri sendiri dan dari pelanggan baik pelanggan internal maupun
Menurut Landy dan Farr (Rivai, 2005), secara umum data kinerja dapat
transaksi yang tidak mempunyai makna atau tidak berpengaruh secara langsung
kepada pemakai (Kadir, 2003). Data merupakan bahan mentah. Data merupakan
bahan, keterangan, fakta dan catatan (Kartono, 2010). Data yang telah diolah
efektif dan efisien. Menurut Kadir (2003), informasi adalah data yang telah diolah
menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam
pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Sutabri (2005) menjelaskan
bahwa informasi adalah data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau
1. Akurat (accurate), dikatakan akurat jika bebas dari kesalahan, tidak bias
atau menyesatkan.
Relevansi informasi berbeda pada setiap orang. Oleh sebab itu sebaiknya
keputusan;
nilai informasi;
10. Dapat diukur; informasi untuk pengambilan keputusan harus dapat diukur
arti menggerakkan orang untuk berperilaku sesuai dengan maksud dan tujuan
Menurut Muninjaya (2004), manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Sesuai dengan pendapat Peter
mencapai tujuan organisasi dan dapat dipelajari dari perilaku organisasi tersebut
untuk menjawab dan mengalokasikan sumber daya manusia dan keuangan untuk
sebagai sumber informasi yang siap untuk dianalisis dan dapat dipercaya untuk
(Ariawan, 2010).
metode rutin dan non rutin. Data disimpan untuk selanjutnya diolah
menjadi informasi.
dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik hingga mudah dianalisa dan
benar. Kegiatan dalam proses pengolahan data terdiri dari (1) Memeriksa
data (editing); (2) Memberi kode (coding); dan (3) Menyusun data
3. Analisa data. Analisa adalah suatu pemeriksaan dan evaluasi dari suatu
informasi yang sesuai dan relevan dalam menyeleksi suatu tindakan yang
terbaik dari berbagai macam alternatif variasi (Depkes RI, 2009). Data
yang telah diolah harus dianalisis agar diperoleh informasi terkait dengan
fenomena atau fakta yang terjadi. Data yang disajikan harus sederhana dan
jelas agar mudah dibaca. Penyajian data dapat berupa tulisan, tabel, grafik,
data/informasi.
ideologi, anggaran, donatur, tekanan dari kelompok tertentu, NGO, krisis, media,
ditentukan oleh derajat KIA sebagai kelompok penduduk yang rawan dan
strategis. Oleh karena itu perlu diupayakan penurunan AKI dan AKB yang
peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan KIA, sehingga program KIA tetap
meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien
dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut: (1) Peningkatan
pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas
seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas kesehatan; (4) Peningkatan
pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas kesehatan; (5)
Peningkatan deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus
komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan pengamatan secara terus-
menerus oleh tenaga kesehatan; (7) Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh
kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua fasilitas kesehatan; dan
dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan. Menurut KBBI (2005), yang dimaksud dengan petugas adalah orang
yang bertugas melakukan sesuatu. Jadi dapat disimpulkan bahwa petugas KIA
merupakan orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
Bides dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak balita dan
hidup sehat (Depkes RI, 2007). Menurut Depkes RI (1998), kegiatan Bides sejak
penempatannya adalah:
Bersama Kepala Desa dan Ketua PKK serta kader dan dukun bayi
penurunan AKI; (2) Upaya penurunan AKB; dan (3) Manajerial program
tepat untuk membina Bides, dan bahkan bidan praktek swasta di wilayah kerjanya.
adanya Bikor di kabupaten (Depkes RI, 2007). Jadi upaya revitalisasi Bikor
Puskesmas tidak hanya berperan membina Bides dalam aspek klinis medis, tapi
juga berperan dalam aspek manajerial program KIA (Depkes RI, 2007).
logistik; (3) Mendorong dan memotivasi untuk melakukan praktek terbaik dan
menjalankan program sesuai standar; (4) Menyelia dan memantau kinerja; dan (5)
Melakukan kerjasama tim lintas program dan lintas sektor. Dalam menjalankan
peran ini, Bikor diharapkan bekerja sebagai tim dengan petugas kesehatan lainnya
bidang terpadu dari berbagai bidang yang pada tingkat pusat merupakan program
yang bersifat terkotak-kotak, seperti kesehatan anak, kesehatan ibu, gizi, KB, dan
baik, maka Bikor diharapkan dapat menjalankan tugas-tugas yang lebih rinci
sebagai berikut:
1. Menjalin komunikasi dan koordinasi kerja dengan Bides dan bidan praktek
masalahnya.
Memiliki masa kerja minimal lima tahun; (3) Mampu dan terampil dalam bidang
dengan lintas program dan lintas sektor terkait untuk melaksanakan program KIA.
Hasil kegiatan Bikor Puskesmas dilaporkan kepada pengelola program KIA dan
spesialis kebidanan dan anak dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD),
Ginekologi Indonesia (POGI) dan Ikatan Dokter Ahli Anak Indonesia (IDAI)
melaporkan kegiatan selama tiga bulan terakhir baik yang berasal dari kegiatan
Serdang selain Bikor di Kabupaten adalah seksi kesehatan ibu dan kepala bidang
kesehatan keluarga;
Serdang, 2009).
Budaya merupakan nilai dan norma yang berlaku di suatu organisasi dan
(Tika, 2008), bila budaya organisasi kurang didukung dan sangat dipaksakan,
maka akan berpengaruh negatif pada organisasi dan akan memberi arah yang
terdiri dari dua komponen yaitu nilai (value) dan keyakinan (belief) yakni sikap
tepat, kerjasama tim, integritas yang tinggi serta transparan dan akuntabilitas serta
pedoman perilaku bekerja bagi seluruh pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang, termasuk petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang agar
tekanan atau perhatian tim serta dukungan masyarakat. Keseluruhan persepsi ini
akan memengaruhi kinerja dan kepuasan karyawan, dengan dampak yang lebih
yang merupakan pola perilaku dan proses mental yang mencirikan seseorang amat
banyak dipengaruhi oleh faktor kebudayaan dan sosial, yang akhirnya membentuk
kinerja orang tersebut. Jadi terdapat pengaruh antara budaya terhadap kinerja
seseorang.
suatu organisasi secara efektif dan efisien sehingga dapat diketahui kondisi/kinerja
yang sebenarnya. Demikian pula penilaian kinerja yang dilakukan pada Bikor di
berperan membina bidan di desa dalam aspek klinis medis, tapi juga berperan
dalam aspek manajerial program KIA termasuk dalam pengelolaan data KIA di
Sehingga dengan demikian data dan informasi yang dihasilkan dari program KIA
Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari nilai berpihak pada rakyat, nilai
bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai
budaya organisasi (nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai
kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai transparans dan akuntabel serta
Hal ini dapat dilihat dari dicanangkannya Gerakan CERIA dan Peraturan Daerah
Serdang dan seluruh petugas KIA yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang yang terdiri dari 33 orang Bikor di Puskesmas dan 7 (tujuh) orang
kabupaten/kepala seksi kesehatan ibu, dan lima orang staf seksi kesehatan ibu
dalam penelitian ini. Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 orang.
Instrumen penelitian yang baik harus valid dan reliabel (Sugiyono, 2009).
Jadi sebelum instrumen digunakan pada sampel penelitian, terlebih dahulu telah
dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada 30 orang petugas KIA di Dinas
Validitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
betul-betul mengukur apa yang perlu diukur. Sedangkan reliabilitas adalah indeks
yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
pengukuran tetap konsisten bila pengukuran dilakukan dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama (Singarimbun, 1989).
Untuk uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi antar item skor dan
skor total (item-total correlation), yaitu dengan melihat signifikansi skor item
dengan skor total. Untuk skor item yang signifikan dengan skor total dapat
variabel yang valid pada uji validitas, diulang kembali pada responden yang sama
dalam selang waktu 12 hari. Selanjutnya total skor pada pengambilan data ulang
Berikut disajikan data hasil uji validitas dan reliabilitas dari variabel
Keterangan : * = signifikan
Sumber : Lampiran 7 (diolah)
Pada uji validitas tahap pertama, ada 2 (dua) indikator yaitu x2 dan x13
yang tidak valid. Pada uji tahap kedua, indikator x2 dan x13 tidak diikutsertakan
lagi. Setelah indikator tersebut dikeluarkan, maka dilakukan uji korelasi antara
item skor yang terpilih dengan total skornya, diperoleh hasil bahwa 22 pertanyaan
diujicobakan kembali pada 12 hari berikutnya kepada responden yang sama. Skor
total pada uji coba kedua ini dikorelasikan dengan skor total uji validitas tahap
pertama, dimana hasil korelasinya signifikan (p < 0,05), artinya instrumen untuk
Keterangan : * = signifikan
Sumber : Lampiran 7 (diolah)
variabel dependen untuk mengukur kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data
dependen. Skor total pada uji coba ini dikorelasikan dengan skor total uji validitas
tahap pertama, dimana hasil korelasinya signifikans (p < 0,05), artinya instrumen
untuk mengukur kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data sudah valid dan
reliabel.
terdapat dua konsep yang menjadi perhatian, yaitu budaya organisasi dan kinerja
Variabel budaya organisasi, yaitu nilai-nilai yang diyakini baik dan benar
yaitu: berpihak pada rakyat, bertindak cepat dan tepat, kerjasama tim, integritas
yang tinggi, transparan dan akuntabel serta keyakinan petugas KIA dalam
petugas KIA dalam melaksanakan pengelolaan data KIA yang terdiri dari
variable) atau variabel yang dipengaruhi (disebut variabel Y), terdiri dari
1. Berpihak pada rakyat, yaitu persepsi petugas KIA tentang nilai yang
dan status sosial dalam memberikan pelayanan KIA. Nilai berpihak pada
2. Bertindak cepat dan tepat, yaitu persepsi petugas KIA tentang upaya yang
mencapai perilaku bekerja yang selalu bertindak cepat dan tepat dalam
sasaran/tujuan. Nilai bertindak cepat dan tepat dibagi dalam 3 (tiga) kategori,
yaitu:
untuk mencapai perilaku bekerja yang selalu bertindak cepat dan tepat
mencapai perilaku bekerja yang selalu bertindak cepat dan tepat dalam
untuk mencapai perilaku bekerja yang selalu bertindak cepat dan tepat
mencapai suasana dan kemauan petugas KIA untuk bekerja secara tim dalam
untuk mencapai suasana dan kemauan petugas KIA untuk bekerja secara
mencapai suasana dan kemauan petugas KIA untuk bekerja secara tim
untuk mencapai suasana dan kemauan petugas KIA untuk bekerja secara
4. Integritas yang tinggi, yaitu persepsi petugas KIA tentang nilai yang
komitmen/keterikatan yang tinggi dalam upaya mencapai visi dan misi yang
dan bermoral tinggi dalam melaksanakan tugasnya, loyal kepada atasan, dan
visi dan misi yang telah ditetapkan, memiliki ketulusan hati, kejujuran,
5. Transparan dan akuntabel, yaitu persepsi petugas KIA tentang nilai yang
banyak.
banyak.
banyak.
6. Keyakinan (belief), yaitu sikap tentang cara yang tepat dalam mengelola data
kategori, yaitu:
a. Baik, apabila responden memiliki sebagian besar tentang cara yang tepat
b. Cukup, apabila responden memiliki sebagian saja sikap tentang cara yang
Serdang.
c. Kurang, apabila responden memiliki sebagian kecil saja sikap tentang cara
Serdang.
dikumpulkan menjadi informasi tepat guna agar mudah dianalisa dan ditarik
maupun tahunan.
relevan dalam menyeleksi suatu tindakan yang terbaik dari berbagai macam
6. Petugas KIA adalah petugas yang mengelola program KIA yang meliputi
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang), seluruh staf Seksi Kesehatan Ibu dan
Serdang.
data KIA.
nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim,
nilai integritas yang tinggi, nilai transparan dan akuntabel serta keyakinan disusun
Sugiyono (2009), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Variabel nilai
berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai
dengan menggunakan skala Likert terdiri dari 5 (lima) tingkatan sebagai berikut:
(TS); dan
(STS).
bawahannya.
(dibobot) dalam skala ordinal, seperti yang dikemukakan oleh Riduwan (2010),
1. Nilai 3 : bila item yang dinilai ada dan lengkap/sesuai dengan petunjuk
bila dikroscek dengan variabel data yang sama dari sumber lain;
2. Nilai 2 : bila item yang dinilai ada tetapi kurang lengkap atau tidak/belum
berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai
integritas yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas, serta keyakinan) dan
variabel dependen yaitu kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data dalam
Data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis dengan bantuan program
nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama
dimana:
Untuk menguji ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual dapat
diukur berdasarkan Goodness of Fit Test yaitu nilai R2 atau koefisien determinasi,
dan jika variabel lebih dari dua variabel maka yang dipakai adalah Adjusted R
digunakan statistik F (Uji F). Uji F dilakukan untuk menguji apakah nilai berpihak
pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas
yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas, serta keyakinan (belief) secara
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima
Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak juga
digunakan statistik t (uji t). Uji t dilakukan untuk menguji apakah nilai berpihak
pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas
yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas, serta keyakinan (belief) secara
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima atau Ha
ditolak, sedangkan jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika tingkat
2008).
Menurut Santoso (2000), asumsi yang digunakan untuk uji regresi linier
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah data berdistribusi
regresi memenuhi asumsi normalitas jika pola pada Grafik P-P Plot
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, dan
atau jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) > nilai signifikan (0,05) dengan
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Jika pada Grafik Scatterplot tidak ada pola yang jelas,
3. Uji autokorelasi; menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi. Jika angka Durbin Watson (DW) di antara (-2) sampai
Kabupaten Deli Serdang terletak pada posisi 2°57’ Lintang Utara - 3°16’
Lintang Selatan dan antara 98°33’ - 99°27’ Bujur Timur, dengan luas wilayah
2.497,72 km2. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Karo; dan sebelah timur
terdiri dari 22 kecamatan dan terdiri dari 380 desa dan 14 kelurahan (Dinas
1.790.431 jiwa yang terdiri dari 901.915 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki dan
kelompok usia non produktif (15-64 tahun) yaitu 65,09%; kelompok usia Balita
Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 886 Tahun 2008 tentang Tugas
Pokok, Fungsi, dan Rincian Tugas Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten Deli
daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kesehatan dan
menyelenggarakan fungsi:
kesehatan;
Mengacu pada visi Bupati Deli Serdang yaitu “Deli Serdang yang Maju
Penegakan Hukum yang Ditopang oleh Tata Pemerintahan yang Baik”, Dinas
berikut “Masyarakat Mandiri untuk Hidup Bersih dan Sehat Tahun 2014”. Misi
yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk mencapai
b. Sumber Daya
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang didukung dengan tenaga kesehatan dan non
kesehatan serta sarana prasarana penunjang lainnya. Jumlah tenaga kesehatan dan
1 Puskesmas:
1. Perawatan 16 unit
2. Non-perawatan
17 unit
14 Desa Melaksanakan P4K (Perencanaan Persalinan dan Pertolongan pada 394 desa
Komplikasi)
66 orang
394 orang
Sumber: Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2014 dan Laporan
F1-F8 Triwulan IV Tahun 2010
yang berjenis kelamin laki-laki dan 39 orang responden (97,5%) berjenis kelamin
responden tertinggi adalah umur 30-39 tahun sebanyak 20 orang (50%), umur 40-
49 tahun sebanyak 11 orang (27,5%), dan kelompok umur terendah adalah umur
>49 tahun sebanyak 9 orang (22,5%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
(17,5%) bertugas di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yang terdiri
dari kepala bidang kesehatan keluarga (2,5%), kepala seksi kesehatan ibu yang
juga merupakan Bikor di kabupaten (2,5%), dan 5 orang staf seksi kesehatan ibu
(12,5%).
orang (30%), S1 sebanyak 5 orang (12,5%), serta S2, Diploma IV dan SMA
bahwa umumnya responden bekerja sebagai petugas KIA selama rentang waktu
10-20 tahun sebanyak 25 orang (62,5%), lebih dari 20 tahun sebanyak 11 orang
memiliki 30-33 Bides maupun Puskesmas sebanyak 8 orang (20%), dan memiliki
umur, tempat bertugas, tingkat pendidikan, jabatan, masa kerja, dan jumlah
Jenis Kelamin
1. Laki-laki 1 2,5
2. Perempuan
39 97,5
Umur
1. 30 – 39 tahun 20 50,0
2. 40 – 49 tahun
3. > 49 tahun 11 27,5
9 22,5
Tempat Bertugas
1. Puskesmas 33 82,5
2. Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten
7 17,5
Tingkat Pendidikan
5 12,5
1 2,5
Jabatan
1 2,5
Masa Kerja
11 27,5
1. ≤ 10 Bides 15 37,5
2. 11 – 20 Bides
3. 21 – 30 Bides 14 35,0
4. > 30 Bides/Puskesmas
3 7,5
8 20,0
rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas yang
tinggi, nilai transparan dan akuntabel serta keyakinan petugas KIA dalam
Nilai berpihak pada rakyat pada setiap responden diukur dari jawaban
bedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi dalam memberikan
responden atas ketiga pertanyaan nilai berpihak pada rakyat dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
menyatakan setuju apabila dinyatakan bahwa selama ini petugas KIA lebih
pelayanan KIA yaitu sebanyak 24 orang (60%). Namun demikian, ada juga
(10%), dan bahkan ada 1 orang (2,5%) yang menyatakan sangat tidak setuju
tidak membeda-bedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi dalam
ada 3 orang (7,5%) yang ragu-ragu jika dinyatakan bahwa selama ini petugas KIA
orang (62,5%). Namun demikian, masih ditemukan 6 orang (15%) yang ragu-ragu
Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4. Nilai Deskriptif Variabel Nilai Berpihak pada Rakyat di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Nilai
Variabel Nilai Berpihak pada Rakyat
Mean Standar Range Koefisien
Deviasi Variasi
bahwa data yang terkumpul cukup bervariasi, karena koefisien variasi dari
keseluruhan variabel nilai berpihak pada rakyat >10%. Hal ini menunjukkan nilai
berpihak pada rakyat pada petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
cukup bervariasi.
Dengan memperhatikan nilai rata‐rata dari setiap variabel nilai berpihak pada
rakyat yang diukur dalam penelitian ini, angka rata‐ratanya ada dalam jangkauan
3,60‐4,28. Hal ini berarti bahwa mengutamakan kepentingan masyarakat daripada
target dalam memberikan pelayanan KIA yang paling rendah dirasakan oleh
responden, sedangkan tidak membeda‐bedakan suku, golongan, agama, dan status
sosial ekonomi dalam memberikan pelayanan KIA yang paling tinggi dirasakan oleh
responden.
berpihak pada rakyat, implementasi nilai berpihak pada rakyat di Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori cukup yaitu sebanyak 28 orang
(70%) dan kategori baik hanya 12 orang (30%). Distribusi responden berdasarkan
kategori nilai berpihak pada rakyat dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Jumlah 40
100
Nilai bertindak cepat dan tepat pada responden diukur dari jawaban
responden atas 4 (empat) pertanyaan yang terdiri dari bekerja cepat, tepat dan
sehingga mampu bertindak cepat dan tepat. Jawaban responden atas keempat
pertanyaan nilai bertindak cepat dan tepat dapat dilihat pada Tabel 4.6.
n % n % n % n % n %
menyatakan setuju apabila dinyatakan bahwa selama ini petugas KIA bekerja
cepat, tepat dan berkualitas untuk meningkatkan cakupan Program KIA yaitu
yang menyatakan ragu-ragu yaitu sebanyak 6 orang (15%), dan bahkan ada 1
orang (2,5%) yang menyatakan tidak setuju apabila dinyatakan selama ini
petugas KIA bekerja cepat, tepat dan berkualitas untuk meningkatkan cakupan
Program KIA.
mengetahui resiko yang mungkin terjadi akibat dari suatu pekerjaan/tindakan dan
orang (20,0%) yang ragu-ragu, dan bahkan ditemukan ada 2 orang yang tidak
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten selama ini berfungsi untuk melancarkan petugas
KIA dalam memberikan pelayanan KIA yang berkualitas kepada masyarakat yaitu
yang ragu-ragu apabila dinyatakan fasilitas yang diberikan oleh Dinas Kesehatan
mampu bertindak cepat dan tepat yaitu sebanyak 22 orang (55%). Akan tetapi
Nilai deskriptif variabel nilai bertindak cepat dan tepat di Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini.
Tabel 4.7. Nilai Deskriptif Variabel Nilai Bertindak Cepat dan Tepat di
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Variabel Nilai Bertindak Cepat dan Tepat Nilai
Deskripsi variabel nilai bertindak cepat dan tepat pada responden yang disajikan
pada Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa data yang terkumpul cukup bervariasi,
karena koefisien variasi dari keseluruhan variabel nilai bertindak cepat dan tepat
>10%. Hal ini menunjukkan nilai bertindak cepat dan tepat pada petugas KIA di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang cukup bervariasi.
cepat dan tepat yang diukur dalam penelitian ini, angka rata-ratanya berada dalam
jangkauan 3,73-4,35. Hal ini berarti bahwa mengetahui resiko yang terjadi akibat
dari suatu tindakan dan cara mengatasinya yang paling rendah dirasakan oleh
bertindak cepat dan tepat, implementasi nilai bertindak cepat dan tepat di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak
berdasarkan kategori nilai bertindak cepat dan tepat dapat dilihat pada Tabel 4.8 di
bawah ini.
Variabel Nilai Bertindak Cepat dan Tepat Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Cukup
10 25
2. Baik
30 75
Jumlah 40
100
Nilai kerjasama tim pada responden diukur dari jawaban responden atas 4
(empat) pertanyaan yang terdiri dari merasa senang bekerja sama dan saling
mendukung satu sama lain; membicarakan cakupan dan target Program KIA di
responden atas keempat pertanyaan nilai kerjasama tim dapat dilihat pada Tabel
4.9.
n % n % n % n % n %
menyatakan setuju apabila dinyatakan bahwa selama ini petugas KIA merasa
senang bekerja sama dan saling mendukung yaitu sebanyak 36 orang (90%).
yaitu sebanyak 4 orang (10%) apabila dinyatakan selama ini petugas KIA merasa
senang bekerja sama dan saling mendukung satu sama lain. Mayoritas responden
menyatakan setuju apabila selama ini membicarakan cakupan dan target Program
apabila dinyatakan selama ini petugas KIA tidak tersinggung jika dievaluasi demi
(52,5%). Responden yang setuju apabila dinyatakan selama ini petugas KIA tidak
Dengan memperhatikan nilai rata‐rata dari setiap variabel nilai kerjasama tim
yang diukur dalam penelitian ini pada Tabel 4.10 di atas, angka rata‐ratanya ada
tidak tersinggung jika dievaluasi demi keberhasilan program KIA yang paling rendah
dirasakan oleh responden, sedangkan membicarakan cakupan dan target Program
KIA di pertemuan rutin Bikor di Puskesmas dengan Bides dan Bikor di Puskesmas
dengan kabupaten yang paling tinggi dirasakan oleh responden.
Deli Serdang termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 21 orang (52,5%) dan
1. Cukup 19 47,5
2. Baik
21 52,5
Jumlah 40 100
Nilai integritas yang tinggi pada responden diukur dari jawaban responden
atas 3 (tiga) pertanyaan yang terdiri dari memiliki ketulusan hati, kejujuran,
kepribadian yang teguh dan moral yang tinggi dalam melaksanakan tugas;
mempunyai sikap loyal kepada atasan; dan mempunyai rasa malu jika melakukan
pertanyaan nilai integritas yang tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.12.
n % n % n % n % n %
menyatakan setuju apabila dinyatakan bahwa selama ini petugas KIA termotivasi
untuk memiliki ketulusan hati, kejujuran, kepribadian yang teguh dan moral yang
sebanyak 7 orang (17,5%) apabila dinyatakan selama ini petugas KIA termotivasi
untuk memiliki ketulusan hati, kejujuran, kepribadian yang teguh dan moral yang
KIA mempunyai sikap loyal kepada atasan yaitu sebanyak 30 orang (75%).
Namun demikian, ada juga ditemukan 7 orang (17,5%) yang ragu-ragu, dan
bahkan 2 orang (5%) yang tidak setuju apabila dinyatakan petugas KIA di Dinas
Tabel 4.13. Nilai Deskriptif Variabel Nilai Integritas yang Tinggi di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Nilai
Variabel Nilai Integritas yang Tinggi
Mean Standar Range Koefisien
Deviasi Variasi
Deskripsi variabel nilai integritas yang tinggi pada responden yang disajikan pada
Tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa data yang terkumpul cukup bervariasi, karena
menunjukkan nilai integritas yang tinggi pada petugas KIA di Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang cukup bervariasi.
yang tinggi yang diukur dalam penelitian ini, angka rata-ratanya ada dalam
jangkauan 3,93-4,20. Hal ini berarti bahwa petugas KIA mempunyai rasa malu
dirasakan oleh responden, sedangkan petugas KIA mempunyai sikap loyal kepada
sebanyak 29 orang (72,5%) dan kategori baik hanya 11 orang (27,5%). Distribusi
responden berdasarkan kategori nilai integritas yang tinggi dapat dilihat pada
1. Cukup 29 72,5
2. Baik
11 27,5
Jumlah 40 100
tegas kepada petugas KIA yang melanggar peraturan. Jawaban responden atas
terhadap pertanyaan nilai transparan dan akuntabilitas dilihat pada Tabel 4.15.
n % n % n % n % n %
masyarakat yaitu sebanyak 34 orang (85%). Namun demikian, ada juga ditemukan
dinyatakan selama ini petugas KIA menggunakan protap sebagai pedoman dalam
KIA transparan (jelas dan terbuka) dalam memberikan pelayanan KIA kepada
menyatakan sangat setuju, namun ada 2 orang yang ragu-ragu (5%), dan bahkan 1
orang yang tidak setuju apabila dinyatakan setiap petugas KIA transparan (jelas
KIA yang diberikan oleh petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
23 orang (57,5%). Selain itu, ada 14 orang (35%) yang menyatakan sangat setuju,
namun ada 3 orang yang ragu-ragu (7,5%) apabila dinyatakan setiap pelayanan
kepada petugas KIA yang melanggar peraturan yaitu sebanyak 19 orang (47,5%).
Namun demikian, masih juga ditemukan 14 orang (35%) yang ragu-ragu, dan
bahkan 5 orang (12,5%) yang tidak setuju apabila dinyatakan selama ini Dinas
kepada petugas KIA yang melanggar peraturan (termasuk dalam hal pengelolaan
data KIA).
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.16 di bawah ini.
akuntabilitas yang diukur dalam penelitian ini pada Tabel 4.16 di atas, angka rata‐
ratanya ada dalam jangkauan 3,45‐4,28. Hal ini berarti bahwa Dinas
Kesehatan/Puskesmas telah memberikan hukuman/sanksi yang jelas dan tegas
kepada petugas KIA yang melanggar peraturan yang paling rendah dirasakan oleh
responden, sedangkan menyadari bahwa setiap pelayanan KIA yang diberikan kepada
masyarakat harus dapat dipertanggungjawabkan yang paling tinggi dirasakan oleh
responden.
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori baik yaitu
1. Cukup
16 40,0
2. Baik
24 60,0
Jumlah 40
100
mengelola data KIA pada responden diukur dari jawaban responden atas 4
dikerjakan; mengolah data KIA dengan baik dan benar sesuai dengan petunjuk
teknis yang telah diberikan dan melaporkannya tepat waktu; menganalisa dan
dan penilaian suatu kebijakan KIA. Jawaban responden atas keempat pertanyaan
n % n % n % n % n %
dikerjakan yaitu sebanyak 28 orang (70%). Namun demikian, ada juga ditemukan
bahkan tidak setuju sebanyak 2 orang (5%) apabila dinyatakan selama ini petugas
dikerjakan.
setiap petugas KIA mengolah data KIA dengan baik dan benar sesuai dengan
petunjuk teknis yang telah diberikan dan melaporkannya tepat waktu yaitu
sebanyak 25 orang (62,5%). Akan tetapi, ditemukan juga 10 orang (25%) yang
mengolah data KIA dengan baik dan benar sesuai dengan petunjuk teknis yang
sebanyak 29 orang (72,5%). Namun demikian, juga ditemukan ada 8 orang (20%)
26 orang (65%). Namun demikian, masih juga ditemukan 7 orang (17,5%) yang
ragu-ragu, dan bahkan 2 orang (5%) yang tidak setuju apabila dinyatakan selama
ini petugas KIA menyajikan/menyebarluaskan data KIA yang telah dianalisa agar
mudah dibaca dan dipahami sehingga dijadikan landasan dalam membuat rencana,
keyakinan (belief) di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada
Tabel 4.19.
4.19 di atas menunjukkan bahwa data yang terkumpul cukup bervariasi, karena
koefisien variasi dari keseluruhan variabel keyakinan (belief) >10%. Hal ini
menunjukkan keyakinan (belief) pada petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang cukup bervariasi.
(belief) yang diukur dalam penelitian ini, angka rata-ratanya ada dalam jangkauan
Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 24 orang
berdasarkan kategori keyakinan (belief) dapat dilihat pada Tabel 4.20 di bawah
ini.
1. Cukup 16 40,0
2. Baik
24 60,0
rakyat yang paling rendah dirasakan oleh responden, sedangkan nilai bertindak
cepat dan tepat merupakan nilai yang paling tinggi dirasakan responden. Nilai
petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
1. Buruk 3 7,5
2. Kurang
3. Baik 5 12,5
32 80,0
Jumlah 40 100,0
1. Buruk 4 10,0
2. Kurang
32 80,0
Jumlah 40 100,0
Analisa Data/Informasi
1. Buruk 6 15,0
2. Kurang
3. Baik 17 42,5
17 42,5
Jumlah 40 100,0
Penyajian Data/Informasi
1. Buruk 4 10,0
2. Kurang
3. Baik 25 62,5
11 27,5
Jumlah 40 100,0
Namun demikian, masih ada responden yang dinilai kurang yaitu sebanyak 5
orang (12,5%), dan bahkan buruk yaitu sebanyak 3 orang (7,5%) dalam hal
penyimpanan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada
Tabel 4.23.
Deskripsi indikator pengumpulan dan penyimpanan data pada responden yang
disajikan pada Tabel 4.23 di atas menunjukkan bahwa data yang terkumpul cukup
bervariasi, karena koefisien variasi dari keseluruhan indikator pengumpulan dan
penyimpanan data >10%. Hal ini menunjukkan kinerja pengumpulan dan
penyimpanan data pada petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
cukup bervariasi.
dan penyimpanan data yang diukur dalam penelitian ini, angka rata-ratanya ada
dalam jangkauan 3,90-4,43. Hal ini berarti bahwa penilaian atasan terhadap
kinerja responden dalam hal memeriksa dengan teliti dan benar kelengkapan data
bidang kesehatan keluarga dan sarana kesehatan swasta memperoleh skor yang
menyimpan seluruh dokumen data cakupan pelayanan KIA dengan baik sehingga
mudah diambil lagi ketika data diperlukan memperoleh skor yang paling tinggi.
pengolahan dan pelaporan data dinilai baik yaitu sebanyak 32 orang (80%),
memiliki kinerja kurang sebanyak 4 orang (10%), dan bahkan ditemukan memiliki
pelaporan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada
Tabel 4.24.
disajikan pada Tabel 4.24 di atas menunjukkan bahwa data yang terkumpul cukup
bervariasi, karena koefisien variasi dari keseluruhan indikator pengolahan dan
pelaporan data >10%. Hal ini menunjukkan kinerja pengolahan dan pelaporan data
pada petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang cukup bervariasi.
pelaporan data yang diukur dalam penelitian ini, angka rata-ratanya ada dalam
jangkauan 3,60-4,53. Hal ini berarti bahwa penilaian atasan terhadap kinerja
responden dalam hal melaporkan data cakupan KIA sesuai dengan fakta di
mencapai target KIA yang telah ditetapkan memperoleh skor yang paling rendah.
data/informasi dinilai baik sebanyak 17 orang (42,5%), namun juga dinilai kurang
dengan nilai yang sama yaitu 17 orang (42,5%). Sedangkan kinerja responden
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.25.
Deskripsi indikator analisa data/informasi pada responden yang disajikan pada
Tabel 4.25 di atas menunjukkan bahwa data yang terkumpul cukup bervariasi, karena
koefisien variasi dari keseluruhan indikator analisa data/informasi >10%. Hal ini
menunjukkan kinerja analisa data/informasi pada petugas KIA di Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang cukup bervariasi.
data/informasi yang diukur dalam penelitian ini, angka rata-ratanya ada dalam
jangkauan 3,28-3,53. Hal ini berarti bahwa penilaian atasan terhadap kinerja
responden dalam hal membandingkan data cakupan KIA antar waktu dalam
diolah memperoleh skor yang paling rendah. Sedangkan penilaian atasan terhadap
wilayah kerja dengan menggunakan data cakupan KIA yang telah diolah
orang (27,5%), bahkan ada yang dinilai buruk yaitu 4 orang (10%). Nilai
pada Tabel 4.26 di atas menunjukkan bahwa data yang terkumpul cukup bervariasi,
karena koefisien variasi dari keseluruhan indikator penyajian data/informasi >10%.
Hal ini menunjukkan kinerja penyajian data/informasi pada petugas KIA di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang cukup bervariasi.
data/informasi yang diukur dalam penelitian ini, angka rata-ratanya ada dalam
jangkauan 2,30-4,35. Hal ini berarti bahwa penilaian atasan terhadap kinerja
responden dalam hal menyajikan data/informasi cakupan KIA yang telah diolah
cakupan KIA yang telah dianalisa sebagai bahan dalam pembuatan rencana,
pelaksanaan dan penilaian suatu kebijakan KIA memperoleh skor yang paling
tinggi.
memperlihatkan nilai rata-rata dari setiap variabel kinerja secara keseluruhan ada
kinerja yang paling tinggi. Nilai deskriptif variabel kinerja petugas KIA dalam
Tabel 4.27.
kategori baik yaitu sebanyak 27 orang (67,5%), kategori kurang sebanyak 9 orang
berdasarkan variabel dependen yaitu kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data
KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.28.
Variabel Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Buruk
2. Kurang 4 10,0
3. Baik 9 22,5
27 67,5
Jumlah 40
100
(checklist) untuk mengukur kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas
Kesesuaian variabel pelayanan KIA yang satu dengan variabel pelayanan 2,00 3
KIA lainnya.
Dari Tabel 4.29 di atas dapat dilihat bahwa tidak satupun dari item yang
dinilai oleh Peneliti mencapai skor kinerja yang diharapkan. Ini berarti bahwa
kinerja Bikor Puskesmas secara keseluruhan dalam pengelolaan data KIA belum
sesuai harapan. Total skor kinerja seluruh Bikor Puskesmas berada dalam rentang
kinerja Bikor Puskesmas dalam pengelolaan data ada tetapi kurang lengkap atau
tidak/belum sesuai dengan petunjuk teknis dan definisi operasional yang diberikan
atau data berbeda (inkonsisten) bila dikroscek dengan data dengan variabel yang
instrumen daftar cek (checklist) ini juga didukung dengan informasi yang
(observasi) terhadap item yang dinilai pada seluruh Bikor Puskesmas ini akan
Sumatera Utara secara rutin, namun secara kualitas dapat diprediksi bagaimana
kualitas data yang dilaporkan dan disajikan. Hal ini dikarenakan keberadaan data
yang dilaporkan petugas KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang ke Dinas
budaya organisasi yang terdiri dari nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak
cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai transparan
dilakukan dengan uji regresi linier berganda dengan bantuan statistik komputer
(Program SPSS for Windows versi 15.0) yang menganalisis pengaruh variabel
petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
Tabel 4.30. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Unstandardized Coefficients
B Std. Error Sig.
(Constant) 23,797 27,462 ,392
Nilai berpihak pada rakyat 1,285 1,399 ,365
Nilai bertindak cepat dan tepat ,134 1,678 ,937
Nilai kerjasama tim 5,359 2,402 ,033
Nilai integritas yang tinggi 3,706 1,639 ,030
Nilai transparan dan akuntabilitas -5,851 1,718 ,002
Keyakinan (belief) -1,153 1,315 ,387
a Dependent Variable: total skor kinerja responden dari atasan
Sumber: Lampiran 14
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada Tabel 4.30 di atas dapat
disimpulkan bahwa 3 (tiga) variabel budaya organisasi yaitu nilai kerjasama tim,
nilai integritas yang tinggi, serta nilai transparan dan akuntabilitas memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di
masing variabel < 0,05. Sedangkan nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak
cepat dan tepat, dan keyakinan (belief) tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
nilai transparan dan akuntabilitas, yaitu (-5,851). Variabel tersebut bernilai negatif
tidak searah (negatif) terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di
kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang atau dengan kata lain variabel nilai transparan dan akuntabilitas memiliki
Pada Tabel 4.30 juga terlihat bahwa koefisien regresi yang diperoleh dari
petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
memiliki 2 (dua) variabel yang bernilai positif yaitu nilai integritas yang tinggi
dan nilai kerjasama tim, yang menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut
KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Jadi
dapat ditafsirkan secara teoritis bahwa kinerja petugas KIA dalam pengelolaan
data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang akan meningkat menjadi lebih
baik apabila terjadi peningkatan pada implementasi nilai integritas yang tinggi dan
model persamaan regresi linier yang dapat menafsirkan variabel budaya organisasi
Ŷ = 23,797 + 1,285 (X1) + 0,134 (X2) + 5,359 (X3) + 3,706 (X4) – 5,851 (X5)
– 1,153 (X6) + e
Sumber : Lampiran 14 (diolah)
dimana:
4.4.2 Uji Koefisien Determinasi (Uji R)
diperoleh koefisien regresi berganda sebesar 0,599 yang berarti ada hubungan
Serdang.
Analisis determinasi dilakukan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh
variabel independen secara bersama‐sama terhadap variabel dependen. Menurut
Santoso (2000), untuk regresi dengan lebih dari 2 (dua) variabel independen,
digunakan Adjusted R2 (yaitu nilai R Square yang telah disesuaikan) sebagai koefisien
regresi determinan. Berdasarkan hasil analisis seperti pada Tabel 4.31 di atas, maka
diketahui nilai koefisien regresi determinan yang telah disesuaikan sebesar 0,242.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat ditafsirkan sebesar 24,2% faktor‐faktor yang
memengaruhi kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang dapat dijelaskan oleh nilai berpihak pada rakyat, nilai
bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai
transparan dan akuntabilitas, serta keyakinan. Sedangkan sisanya 75,8% dapat
dijelaskan oleh faktor‐faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
organisasi (nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai
kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas, serta
KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat
Tabel 4.32 mengungkapkan bahwa nilai Fhitung adalah 3,076 dengan nilai
adalah 2,396. Oleh karena pada kedua perhitungan yaitu Fhitung (3,076) > Ftabel (2,396)
dan nilai signifikansinya 0,017 < 0,05, maka dapat ditafsirkan pengaruh budaya
organisasi (nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai
kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas, serta
organisasi (nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai
kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas, serta
keyakinan) secara parsial (Uji t) dalam mengestimasi kinerja petugas KIA dalam
pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada
Tabel 4.33. Hasil Uji Parsial (Uji t) Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Variabel B Error Beta t Sig.
Nilai berpihak pada rakyat 1,285 1,399 ,151 ,919 ,365
Nilai bertindak cepat dan tepat ,134 1,678 ,015 ,080 ,937
Nilai kerjasama tim 5,359 2,402 ,454 2,231 ,033
Nilai integritas yang tinggi 3,706 1,639 ,392 2,261 ,030
1. Variabel nilai berpihak pada rakyat berpengaruh secara positif dan tidak
0,05) dan nilai thitung (0,919) < ttabel (1,692). Hal ini berarti walaupun variabel
nilai berpihak pada rakyat ditingkatkan sebesar satu satuan, maka kinerja
2. Variabel nilai bertindak cepat dan tepat berpengaruh secara positif dan
(> 0,05) dan nilai thitung (0,919) < ttabel (1,692). Hal ini berarti walaupun variabel
nilai berpihak pada rakyat ditingkatkan sebesar satu satuan, maka kinerja
Kabupaten Deli Serdang dengan nilai signifikansi 0,033 (< 0,05) dan nilai
thitung (2,231) > ttabel (1,692). Hal ini berarti jika variabel nilai kerjasama tim
0,05) dan nilai thitung (2,261) > ttabel (1,692). Hal ini berarti jika variabel nilai
0,05) dan nilai thitung (3,406) > ttabel (1,692). Hal ini berarti jika variabel nilai
0,05) dan nilai thitung (0,877) < ttabel (1,692). Hal ini berarti jika variabel
Menurut Santoso (2000), asumsi yang digunakan untuk uji regresi linier
berganda harus memenuhi uji asumsi klasik agar hasil analisis regresi tidak bias
1. Uji Normalitas
plot-plot pada Grafik P-P Plot seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1.
1.0
0.8
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
Sumber : Lampiran 13
Gambar 4.1. Hasil Uji Normalitas (Grafik P-P Plot) Pengaruh Budaya
Organisasi Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan
Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa pola pada Grafik P-P Plot
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang
tersebar secara normal atau dengan kata lain terbebas dari masalah normalitas.
Selain mengamati sebaran plot pada Grafik P-P Plot, uji normalitas juga
dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi (0,436) > p (0,05) pada Tabel
2. Uji Heteroskedastisitas
sebaran plot pada Grafik Scatterplot dimana sebaran plot tidak membentuk pola
yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.
2
Regression Standardized Predicted
0
Value
-1
-2
-3
-3 -2 -1 0 1 2
Regression Studentized Residual
Sumber : Lampiran 13
3. Uji Autokorelasi
penelitian ini berada di antara (-2) sampai (+2) yaitu 1,107. Pengujian ini
4. Uji Multikolinieritas
nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 5 dan tolerance value > 0,1 seperti
Collinearity Statistics
Variabel Status
Tolerance VIF
Nilai berpihak pada rakyat ,720 1,389 Bebas Multikolinieritas
Nilai bertindak cepat dan tepat ,538 1,860 Bebas Multikolinieritas
Nilai kerjasama tim ,470 2,128 Bebas Multikolinieritas
Nilai integritas yang tinggi ,646 1,547 Bebas Multikolinieritas
Nilai transparan dan akuntabilitas ,470 2,126 Bebas Multikolinieritas
Keyakinan (belief) ,652 1,533 Bebas Multikolinieritas
a Dependent Variable: total skor kinerja responden atasan
Sumber : Lampiran 13
memiliki nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 5 dan tolerance value > 0,1, dan
Menurut para ahli seperti Robbins (2006), Kotter dan Heskett serta
Sashkein dan Kisher (Tika, 2008), budaya organisasi dapat memengaruhi kinerja
(nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim,
nilai integritas yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas serta keyakinan)
juga telah dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Koesmono
dalam Zebua (2009), Kotter dan Heskett dalam Soetjipto dan Firmansyah (2006),
Menurut Rivai (2005), kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh seseorang
kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data yang meliputi pengumpulan dan
dapat dikatakan seluruhnya baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian
mempunyai kinerja dalam kategori baik dan 33,5% petugas KIA yang mempunyai
kinerja dalam kategori kurang bahkan buruk (Tabel 4.28). Bahkan dari hasil
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang belum sesuai dengan yang diharapkan (Tabel
4.29). Hasil pengamatan (observation) ini juga didukung dengan informasi yang
Kabupaten Deli Serdang, diperlukan data dan informasi dari seluruh petugas KIA
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Jika 1 (satu) orang saja Bikor di
Puskesmas yang memiliki kinerja buruk dalam pengelolaan data, maka dapat
dipastikan akan memengaruhi kualitas data KIA yang disajikan di Kabupaten Deli
Serdang.
sumber daya manusia yang harus dicermati secara serius, karena menurut Widodo
organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi
yang digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku
Kabupaten Deli Serdang yang belum sesuai dengan yang diharapkan dipengaruhi
oleh budaya organisasi serta berbagai aspek kondisi yang ada di Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang adalah sebesar 24,2%. Sesuai dengan pendapat Gibson
kinerja dalam suatu organisasi adalah kemampuan dan keterampilan petugas KIA
kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
oleh tim manajemen Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sebagai cara untuk
nilai-nilai yang telah diciptakan oleh tim manajemen Dinas Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang belum seluruhnya dianut/diadopsi oleh petugas KIA dalam rangka
menyediakan data KIA yang berkualitas. Adanya target yang tidak sesuai dengan
belum sinergisnya sistem kerja dan sistem informasi antara stakeholders, sikap
loyal yang kurang tepat terhadap atasan serta lemahnya pengawasan dan
memandu dan membentuk sikap serta perilaku petugas KIA dalam mengelola
data.
Oleh karena itu, tim manajemen Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
dipandang perlu untuk melakukan berbagai upaya internalisasi agar nilai berpihak
pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas
yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas serta keyakinan (belief) menjadi
Serdang khususnya petugas KIA dalam penyediaan data KIA yang berkualitas.
Selain itu, tim manajemen juga dipandang perlu untuk merumuskan kembali
budaya organisasi dengan menggali nilai-nilai yang terbentuk sebagai upaya untuk
menjawab tantangan dan peluang dari lingkungan internal dan eksternal sehingga
terdiri dari nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai
kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas serta
keyakinan (belief) terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas
Nilai berpihak pada rakyat merupakan nilai yang mengikut atau memilih
rakyat dalam setiap tindakan yang diambil oleh seluruh pegawai di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Dengan kata lain, berpihak pada rakyat
adalah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan
cukup yaitu sebesar 70% (Tabel 4.5). Ini berarti 70% responden memiliki
membeda-bedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi. Keadaan ini
tanpa membeda-bedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi dalam
memberikan pelayanan KIA. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang
daripada target dalam memberikan pelayanan KIA; 57,5% responden setuju tidak
yang merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus tunduk pada PP Nomor 30
Tahun 1980 tentang Kewajiban dan Larangan bagi PNS yaitu “Melaksanakan
Mereka bekerja dan mencatat apa yang telah dilakukan dan pada suatu waktu
melaporkan data cakupan KIA sesuai dengan fakta di lapangan atau dengan kata
ditetapkan memperoleh skor yang paling rendah (Tabel 4.24). Ada target/sasaran
dari pusat atau dinas kesehatan kabupaten yang harus dicapai, dan sering sekali
target/sasaran tersebut kurang sesuai dengan realita di wilayah kerja petugas KIA
persepsi tentang nilai yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang untuk membentuk kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data yang pro-
rakyat. Satu sisi pelayanan KIA sudah diberikan dan berharap masyarakat yang
dilayani puas atas pelayanan yang telah diberikan oleh petugas. Namun di sisi
yang lain mereka juga “tidak bisa/sulit menolak” jika harus memenuhi
target/sasaran yang telah ditetapkan pusat ataupun dinas kesehatan kabupaten, dan
bisa jadi tindakan ini mereka anggap sebagai kewajiban mereka sebagai PNS
seperti yang tertera pada PP Nomor 30 Tahun 1980 tentang Kewajiban dan
Larangan bagi PNS yaitu “Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang
tidak hanya berperan membina Bides dalam aspek klinis medis, tapi juga berperan
dalam aspek manajerial program KIA yang selalu berujung pada ketersediaan data
KIA yang berkualitas sebagai alat manajemen untuk memantau program KIA di
suatu wilayah kerja agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat.
nilai berpihak pada rakyat berpengaruh secara positif namun tidak signifikan
terhadap kinerja petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sesuai
dengan hasil uji regresi linier berganda pada Tabel 4.33 yang menunjukkan bahwa
secara parsial variabel nilai berpihak pada rakyat berpengaruh secara positif dan
tidak signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas
sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan
keputusan saat ini atau saat mendatang. Data/informasi yang dilaporkan oleh
data yang akurat. Padahal salah satu kriteria data/informasi yang berkualitas
adalah akurat (accurate) yang berarti bebas dari kesalahan dan tidak bias atau
dalam bentuk data (dalam hal ini program KIA) belum dapat sepenuhnya
KIA yang dilakukan akan melenceng dari persoalan yang dihadapi masyarakat.
ideologi, anggaran, donatur, tekanan dari kelompok tertentu, NGO, krisis, media,
5.3. Pengaruh Nilai Bertindak Cepat dan Tepat Terhadap Kinerja Petugas
KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang
bertindak dalam waktu yang singkat dan kena benar dengan sasaran, tujuan, dan
maksud yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Masalah
kesehatan yang dihadapi makin bertambah kompleks dan berubah dengan cepat,
bertindak secara cepat namun harus diikuti dengan pertimbangan yang cermat,
dan tepat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori
baik yaitu sebesar 75% (Tabel 4.8). Ini berarti 75% responden memiliki sebagian
besar persepsi tentang nilai yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang untuk mencapai perilaku bekerja yang selalu bertindak cepat dan
agar bekerja cepat, tepat, dan berkualitas untuk meningkatkan cakupan program
CERIA, patroli kesehatan roda dua untuk Bikor Kabupaten dan Puskesmas,
mereka dalam memberikan pelayanan KIA kepada masyarakat. Selain itu, Dinas
PPGDON, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Manajemen BBLR (Berat Badan Lahir
anak buah lebih cepat tanggap/responsif dan cepat menanggapi terhadap apa yang
menjadi kebutuhan, keluhan, dan aspirasi masyarakat yang dilayani. Agar dapat
menjadi organisasi publik yang responsif, kompetitif, dan adaptif, birokrasi harus
bekerja cepat dan tepat dengan menggunakan seluruh sumber daya yang diberikan
Serdang.
pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat dari
dilaporkan pada item yang dinilai dalam rangka penilaian kinerja Bikor
dalam pengelolaan data) belum sesuai dengan petunjuk teknis dan definisi
operasional yang diberikan (Tabel 4.29). Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
secara parsial nilai bertindak cepat dan tepat memberikan pengaruh positif namun
tidak signifikan terhadap kinerja responden petugas KIA dalam pengelolaan data
dengan nilai signifikansi sebesar 0,937 (Tabel 4.33). Dari hasil indepth interview
perilaku yang diperlukan dalam pengelolaan data sesuai dengan yang diharapkan
Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010, ketidaksesuaian data yang
tersedia dengan definisi operasional mengakibatkan kualitas data KIA yang ada di
Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 tidak sesuai dengan yang
serta sikap yang kurang benar dan juga kurang memahami manfaat data dalam
proses perencanaan kesehatan. Padahal pengelolaan data yang baik perlu dikuasai
oleh setiap petugas KIA khususnya Bikor di Puskesmas. Jika kualitas data di
tingkat Puskesmas kurang baik akibat pengelolaannya yang kurang baik, maka
kualitas data di tingkatan yang lebih tinggi akan kurang baik pula.
melalui usaha yang terkoordinasi. Kerjasama tim yang baik menciptakan potensi
bagi suatu organisasi untuk menghasilkan output yang lebih besar. Menurut
bekerja bersama-sama, namun kerjasama di antara dua potensi yang berbeda atau
lebih dengan beban, tanggung jawab dan fungsi yang berbeda dan hasilnya lebih
Petugas KIA sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat yang
secara maksimal apabila menerapkan kerjasama tim dan dinamika kelompok yang
merupakan wujud dari perilaku organisasi yang dinamis (LAN RI, 2003). Oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori baik yaitu
sebesar 52,5% dan 47,5% berada dalam kategori cukup. Hasil uji regresi linier
nilai signifikansi sebesar 0,033. Ini berarti implementasi nilai kerjasama tim yang
dan signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan kontribusi sebesar 5,359 (Tabel 4.33).
Hasil uji regresi ini sesuai dengan hasil penelitian Damanik (2007) yang
perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Pematang Siantar.
kerjasama tim terhadap kinerja perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Sri
Pamela Tebing Tinggi. Sedangkan Zebua (2009) juga menyatakan ada pengaruh
kerjasama tim terhadap kinerja staf rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Haji
perbedaan, dan memiliki satu komitmen untuk suatu tujuan yang sama. Namun
demikian, dalam kenyataannya birokrasi belum bekerja sama sebagai tim dalam
bekerja sesuai dengan uraian tugas yang ada dan belum optimal untuk bekerja
Serdang juga merupakan tim yang terikat dalam suatu sistem. Oleh karena itu,
setiap petugas KIA yang bekerja di dalam tim harus menyadari ketergantungan
satu sama lain dan memahami bahwa sasaran pribadi maupun tim paling baik
dicapai dengan cara saling mendukung. Setiap petugas KIA juga harus ikut
terhadap target/sasaran yang akan dicapai sehingga setiap petugas KIA memiliki
maupun produksi yang bermutu. Agar dapat menjadi pemenang dalam dunia yang
tim. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Kepner dalam Sambas (2008)
sepenuhnya kecuali jika organisasi itu merangsang dan menikmati kerjasama dari
suatu tindakan yang sifatnya dapat mengikat antara pimpinan dan bawahan dalam
sangat menentukan kualitas data di tingkat yang lebih tinggi, mulai dari
kabupaten, propinsi, hingga nasional. Jika kualitas data KIA di tingkat Puskesmas
yang dikumpulkan dan dilaporkan Bikor kurang baik, maka kualitas data di
tingkat yang lebih tinggi yaitu dinas kesehatan kabupaten akan kurang baik pula.
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh informan sebagai berikut.
“… Sadarnya kita Dek kalau data yang kita laporkan itu jelek dan
asal-asalan, maka data di Tingkat II (Dinas Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang, red) pun akan jelek. Kemudian dinas akan melapor
lagi ke Tingkat I (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, red).
Ya, hasilnya…sama-sama tahulah kita di situ, Dek. Sama seperti
kami juga, kalau data yang dikirimkan bidan di desa kami jelek
dan asal-asalan, maka jelek juga data kami kan. Bagaimana lagi
yang tidak mengirimkan laporannya…sudahlah…komplitlah di
situ…”
dengan Penulis juga menekankan pentingnya kerjasama tim agar Dinas Kesehatan
memiliki kualitas data (khususnya data KIA) yang baik sehingga ke depannya
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang secara bertahap bisa menjadi birokrasi
TEAM sebagai “Together Everyone Achieve More”, setiap petugas KIA bersama-
sama mencapai nilai lebih dan setiap petugas kesehatan bersama-sama mencapai
visi “Masyarakat Mandiri untuk Hidup Bersih dan Sehat Tahun 2014”.
suasana kerjasama tim dapat dilakukan dengan membangun rasa kebersamaan tim
secara efektif. Untuk membangun rasa kebersamaan di dalam suatu tim, setiap
anggota tim. Tim akan efektif apabila dibangun berdasarkan kebersamaan, tidak
dilandasi oleh keterbukaan dan keseimbangan. Oleh karena itu, dalam suatu tim
harus memiliki anggota yang memiliki karakteristik yang berorientasi pada opini,
berorientasi pada persamaan, dan berorientasi pada tujuan (LAN RI, 2003).
kualitas data yang baik pula. Kualitas data yang baik menurut Sutabri (2003)
dengan kabupaten, maupun kabupaten dengan propinsi atau pusat. Saling meminta
ide dan pendapat dari anggota tim dan bukan berfokus pada ide sendiri, melihat
keragaman sebagai suatu keunggulan, dan percaya bahwa semua anggota tim
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien (Depkes RI, 2005).
meningkatkan kinerja staf di Unit Penunjang Medik Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik. Bentuk kerjasama yang diperlukan adalah kerjasama yang
benar-benar solid, baik itu dalam bentuk kerjasama di dalam tim itu sendiri,
kerjasama dengan tim lain, kerjasama dengan atasan, dan kerjasama dengan
bawahan.
dapat bekerja sebagai tim dengan petugas kesehatan lainnya dalam menjalankan
bidang terpadu dari berbagai bidang yang pada tingkat pusat merupakan program
yang bersifat terkotak-kotak, seperti kesehatan anak, kesehatan ibu, gizi, KB, dan
imunisasi. Selain itu, petugas KIA juga diharapkan dapat menjalin komunikasi
dengan Bides dan bidan praktek swasta maupun lintas sektor/program di wilayah
5.5. Pengaruh Nilai Integritas yang Tinggi Terhadap Kinerja Petugas KIA
dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
nurani yang bersih, mempunyai prinsip moral yang tangguh, adil serta jujur, dan
tidak takut kepada siapapun, kecuali kepada Tuhan. Integritas adalah konsistensi
dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur
dan nilai. Jadi dapat disimpulkan bahwa integritas mengandung makna memiliki
keselarasan niat, pikiran, perkataan dan perbuatan baik dan benar yang sesuai
Governance”.
cukup yaitu sebesar 72,5% dan 27,5% berada dalam kategori baik. Hasil uji
regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara parsial variabel nilai integritas
yang tinggi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja
responden dengan nilai signifikansi sebesar 0,030. Ini berarti implementasi nilai
integritas yang tinggi yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja petugas KIA
bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan organisasi serta kode
ada seorangpun yang melihat. Hal ini berarti implementasi nilai integritas yang
tinggi di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang akan memengaruhi sikap dan
sepenuhnya mencapai tataran optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian
yang teguh dan moral yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Bahkan sebesar
22,5% responden merasa ragu-ragu dan tidak setuju jika dinyatakan bahwa
melaksanakan tugasnya.
rasa takut berimprovisasi serta tidak berani mendapatkan reaksi yang negatif
kelihatan baik di pikiran atasan, atau paling tidak atasan mau mendengarkannya
(Widodo, 2006). Tidak ada cara yang benar untuk melakukan hal yang salah.
Namun mereka tetap melakukannya dan sepertinya sudah menjadi suatu budaya
sehingga terkesan tidak mempunyai rasa malu jika melakukan pelanggaran dalam
Dengan adanya nilai integritas yang tinggi yang dikembangkan oleh Dinas
petugas KIA menjadi pribadi yang berintegritas. Menurut Sutrisno (2010), pribadi
yang berintegritas adalah pribadi yang hidup sesuai dengan apa yang diketahui,
lain dengan adil dan murah hati. Menciptakan pribadi yang berintegritas berarti
dari jenjang hierarki kepemimpinan tingkat bawah sampai dengan tingkat atas.
memberi inspirasi kepada anggota melalui teladan dan ucapan. Tim kerja yang
anggotanya untuk berpikir, bersikap, dan berbuat sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai tim.
dan (4)Menjadi pembudaya (moral cultural). Jadi mulai dari Bikor di Puskesmas
sampai dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang menjadi panutan
implementasi nilai integritas yang tinggi pada petugas KIA di Dinas Kesehatan
pemberian kompensasi pada setiap petugas KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang.
selalu taat dan tertib terhadap segala bentuk peraturan yang diterapkan. Sikap
disiplin timbul sebagai suatu bentuk sikap ikhlas untuk bertindak sesuai dengan
norma dan aturan yang berlaku. Peningkatan disiplin yang dimaksud bukan hanya
peningkatan disiplin dari aspek pelayanan klinis medis petugas KIA saja, tetapi
juga aspek manajerial program KIA yang dirasakan masih jauh dari harapan
2. Pengawasan
menjamin bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi akan dan telah
kinerja pengelolaan data KIA yang lebih baik lagi, maka diperlukan pengawasan
dari setiap jenjang hierarki kepemimpinan mulai tingkat bawah sampai dengan
tingkat atas; mulai dari Bikor sampai dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
“…Aku tetap lebih setuju kalau bekerja ada target, dan aku
senang kalau ada target. Dengan adanya target kita tahu sampai
sebatas mana kita harus bekerja dan apa yang mau kita capai.
Hanya saja ke depan harapanku maunya target ini dibicarakan
lebih baik lagi biar nggak berat kali pertanggungjawaban kita ke
depannya. Karena setahuku ke depan pemeriksaan bukan lagi duit,
tapi data. Dari data baru bergerak ke duit …”
“…Memang berat kali kami rasa dengan adanya target itu, Dek,
karena nggak sesuai dengan realita di masyarakat. Tapi karena
kita dituntut demikian, dan karena kita juga tahu kalau Tingkat II
juga dituntut demikian oleh Tingkat I atau Pusat, makanya kita
jalankan sajalah, Dek. Yang penting di masyarakat tidak ada
masalah. Jadi sebagai Bikor kita perlu melakukan pengawasan
atau pemantauan Bides-bides kita karena nggak sama semua tipe
Bides itu. Harus terus itu kita pantau bagaimana mereka kerja di
masyarakat, jangan sampai ada masalah …”
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rizaldy (2007) yang menyatakan
petugas KIA Puskesmas sangat diperlukan agar sistem pencatatan dan pelaporan
KIA menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian Rizaldy (2007), terdapat
ketidaktertiban serta mencari cara-cara yang lebih baik untuk mencapai tujuan dan
3. Pemberian kompensasi
Kompensasi yang dimaksud adalah imbalan yang diberikan atas hasil kerja
yang diberikannya pada organisasi berupa promosi, insentif, pujian, dan dukungan
atas peningkatan karir (Murlis, 2004). Menurut Sambas (2008), terdapat pengaruh
kompensasi terhadap kinerja staf di Unit Penunjang Medik Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan (β = 0,79). Hal ini sesuai dengan apa yang
dan insentif terhadap kinerja staf rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan yaitu sebesar 96,10%. Hal ini sesuai dengan apa yang
sikap yang merupakan sikap yang tertutup tersebut dapat diwujudkan dalam
tindakan (reaksi terbuka), dan lingkungan (internal dan eksternal) yang kondusif
petugas KIA di dalam kebersamaan tim yang efektif tentunya akan melahirkan
oleh Gostik dan Telford (2003) yaitu menyadari bahwa hal-hal kecil itu penting;
menemukan yang benar saat orang lain hanya melihat warna abu-abu;
terhadap kebaikan yang lebih besar; jujur namun rendah hati; bertindak bagaikan
tengah diawasi; mempekerjakan integritas; dan konsisten. Bila kondisi ini sudah
tercipta, maka akan terciptalah suatu kondisi dimana bawahan loyal kepada
atasannya, atasan loyal kepada bawahannya dan bahkan ke samping dengan cara
organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta
publik, untuk publik, dan karena itu harus bertanggung jawab kepada publik.
publik dapat menjawab dan menjelaskan secara transparan dan terbuka atas
pertanyaan yang diajukan kepadanya, dan tindakan apa yang telah, sedang, dan
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan nilai signifikansi sebesar 0,002. Hal
target KIA selama ini telah “mengkondisikan” petugas KIA untuk memberikan
(LAN RI, 2003) agar publik menjadi tahu tentang apa yang telah dilakukan oleh
birokrasi publik, berapa besarnya anggaran yang digunakan, dan bagaimana hasil
tindakan tadi (Widodo, 2006). Ini berarti transparan mengandung unsur kejelasan
kata “disclosure” dikaitkan dengan data berarti memberikan data yang bermanfaat
informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil dari aktivitas suatu
laporan keuangan tersebut sulit untuk dipahami. Oleh karena itu, “disclosure”
yang tepat mengenai informasi yang penting bagi publik dan pihak lainnya
pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar informasi yang disajikan dalam
laporan tidak menyesatkan. Wajar dan lengkap merupakan konsep yang lebih
bersifat positif. Dalam bahasa Inggris, keterbukaan yang wajar dan lengkap
disebut dengan istilah “fair and full disclosure”. Keterbukaan yang wajar
menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan
(Sihite, 2010).
birokrasi publik diperlukan standar atau prosedur tetap atau Standard Operational
Procedure (SOP) agar tanggung jawab yang diberikan tersebut dapat dibangun
demikian, beberapa reponden masih ragu-ragu bahkan tidak setuju jika dinyatakan
antara aparatur birokrasi publik tersebut yang lupa bahwa “rules and regulations”
merupakan sarana untuk mencapai tujuan, dan bukan merupakan tujuan akhir
(Widodo, 2006). Setiap petugas KIA harus menyadari bahwa target yang
ditetapkan merupakan sarana untuk mencapai tujuan yaitu untuk menjamin bahwa
pelayanan KIA, dan bukan sebaliknya dimana pencapaian target “dalam bentuk
apabila dinyatakan bahwa selama ini baik Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
tegas kepada petugas KIA yang melanggar peraturan yaitu sebesar 47,5%.
aparatur birokrasi publik yang benar-benar “mau dan mampu” bertanggung jawab
tindakan, dan kebijakan yang telah, sedang, dan akan dilakukan kepada
dan utomo, 2000). Upaya manajemen untuk implementasi nilai transparan dan
sebesar 92,5%.
dan pengaturan (rules and regulations) tentang pengelolaan data KIA yang
informan di bawah ini bisa menjadi alasan mengapa masalah dan solusi dari
“rules and regulation” ini selalu menjadi dilema jika birokrasi publik akan
mengimplementasikannya.
“… Sepertinya PNS itu kok kebal hukum ya... Dikasih pun surat
teguran tetap juga nggak berubah. Bisa jadi memang karena kita
rasa nggak mungkinlah kita dipecat hanya karena nggak kasih
laporan atau terlambat kasih laporan. Sepertinya memang nggak
cocok lagi cara-cara tegas seperti itu. Yang iyanya kasih denda
saja misalnya Rp 25.000,- bagi Bides yang terlambat atau nggak
kasih laporan. Ini sudah kami jalankan di Puskesmas kami dan
berhasil, tidak ada satupun Bides yang nggak kasih laporan. Nah,
sekarang tinggal bagaimana memperbaiki kualitas laporan
datanya. Ini memamg masih kami rencanakan, tapi akan segera
kami lakukan. Jadi dimulai dari Kepala Pustu dan Kepala
Poskesdes dulu untuk membuat presentasi laporannya,
cakupannya, dan apa-apa saja hambatannya di rapat minilok
Puskesmas, nanti mudah-mudahan bisa merubah pelan-
pelanlah…”
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kinerja petugas KIA dalam
pemicu bagi setiap petugas KIA untuk menghasilkan kinerja yang dapat
tidak dilakukan dengan pendekatan persuasif, maka bisa jadi upaya peningkatan
Serdang.
selain nilai (value) adalah keyakinan (belief). Keyakinan (belief) yang dimaksud
adalah sikap tentang cara bagaimana seharusnya bekerja dalam organisasi. Terkait
dengan pengelolaan data KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, maka
atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau
Kabupaten Deli Serdang. Ini berarti peningkatan implementasi sikap tentang cara
terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data Dinas Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang. Hal ini disebabkan sikap yang benar dalam mengelola data
dengan “target KIA” yang dibebankan kepadanya. Hasil analisis regresi penelitian
ini juga sesuai dengan hasil penelitian Notobroto (2005) yang menyatakan
pengetahuan dan sikap petugas tidak berpengaruh terhadap akurasi data kesehatan
Puskesmas.
Menurut Gibson, et. al. (1997), kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga
hal, yaitu kemampuan, keinginan, dan lingkungan. Dengan kata lain, kinerja
tentunya juga dipengaruhi oleh kemampuan petugas KIA dalam pengelolaan data,
keinginan petugas KIA untuk bekerja melayani masyarakat dengan lebih baik dan
data/informasi KIA sehingga data yang dihasilkan dipakai sebagai dasar dalam
Deli Serdang juga perlu melakukan atau mengusulkan perancangan ulang formulir
duplikasi pada beberapa laporan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Animar
(2010) yang menyatakan terdapat 49 jenis laporan dari Puskesmas yang saling
Handayani, et.al. dalam Animar (2010) yang menyatakan besarnya beban kerja
Pelaporan Tingkat Puskesmas) telah menyita waktu kerja efektif petugas sebesar
30%. Hal ini dikarenakan terlalu banyak jenis pencatatan dan pelaporan yang
harus dikerjakan, dan pada saat yang sama pekerjaan tersebut terasa sebagai beban
bagi petugas. Hasil penelitian ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh
petugas KIA dapat mencapai tingkatan sikap yang tertinggi yaitu bertanggung
1. Penilaian kinerja petugas KIA dalam penelitian ini tidak mencakup semua
aspek kinerja.
terhadap kinerja bawahannya karena secara tidak langsung, hal itu juga berarti
3. Penelitian ini masih pada petugas KIA yang mencakup Bikor di Puskesmas,
kabupaten) dan staf seksi kesehatan ibu di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
6.1. Kesimpulan
Sedangkan secara parsial, nilai kerjasama tim dan nilai integritas yang tinggi
nilai bertindak cepat dan tepat serta keyakinan (belief) tidak berpengaruh
0,002 dan koefisien regresi berpola negatif (β= -5,851). Sedangkan variabel
kerjasama tim dengan nilai signifikansi sebesar 0,033 dan koefisien regresi
berpola positif (β=5,359); dan nilai integritas yang tinggi dengan nilai
dalam pengelolaan data termasuk dalam kategori baik sebanyak 67,5% dan
Serdang termasuk dalam kategori cukup sebanyak 70% dan 30% dalam
75% dan 25% dalam kategori cukup. Implementasi nilai kerjasama tim di
dalam kategori cukup sebanyak 72,5% dan 27,5% dalam kategori baik.
sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 orang dengan umur berkisar 30-56
tahun. Kelompok umur responden yang tertinggi adalah umur 30-39 tahun
50%. Kelompok masa kerja yang tertinggi berada pada kelompok rentang
sebanyak 37,5%.
6.2. Saran
kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
pedoman perilaku dalam bekerja khususnya dalam pengelolaan data, antara lain:
sesuai target menjadi pemicu bagi setiap petugas KIA untuk menghasilkan
kepada publik.
benar solid, baik itu dalam bentuk kerjasama di dalam tim itu sendiri,
kerjasama dengan tim lain, kerjasama dengan atasan, dan kerjasama dengan
bawahan.
medis petugas KIA, tetapi juga aspek manajerial program KIA. Pengawasan
sikap mengelola data KIA yang baik dapat diwujudkan dalam tindakan.
sudah berurat berakar yang terbentuk sebagai proses belajar petugas KIA
nilai yang digali dari bawah tersebut diharapkan memiliki kontribusi yang
Agung, A.M., Lilik, 2007. Dari Budaya Perusahaan ke Budaya Kerja, dalam buku
Corporate Culture, Challenge to Excellence, Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Amsyah, Z., 2000. Manajemen Sistem Informasi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
, 2009. Menuju Persalinan yang Aman dan Selamat Agar Ibu Sehat Bayi
Sehat, Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta.
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2009. Profil Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang, Lubuk Pakam.
Gibson, J., L., Ivancevich, J., M., Donnelly, J., H., 1997. Organisasi: Perilaku,
Struktur, Proses, Jilid 1, Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga.
Gostick, A., Telford, D., 2003. The Integrity Advantage, Smith, Gibbs Publisher.
Ilyas, Yaslis, 1999. Kinerja. Teori, Penilaian dan Penelitian, Jakarta: FKM UI.
LAN RI, 2003. Budaya Kerja Organisasi Pemerintah (Bahan Ajar Diklat
Prajabatan Golongan III), Edisi Revisi I, Cetakan Kedua, Jakarta.
Lippeveld, T., Sauerborn, R., Bodart, C., 2000. Design and Implementation of
Health Information Systems, WHO, Geneva.
Mathis, Robert L., Jackson, John H., 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia
(Terjemahan Jimni Sadeli dan Bayu Prawira Hie), Jakarta: PT. Salemba.
Poerwopoespito, F.X. Oerip S., Utomo, T.A. Tatang, 2000. Mengatasi Krisis
Manusia di Perusahaan, Jakarta: P.T. Grasindo.
Riduwan, 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan Ketujuh, Bandung:
ALFABETA.
Rivai, V., Basri, A. F. M., 2005. Performance Appraisal, Edisi Pertama, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Rizaldy, Edy, 2006. Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Program Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas se-Kabupaten Langkat Tahun 2006,
Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Robbins, Stephen, P., 2006. Perilaku Organisasi, Prentice Hall International, Inc.:
PT INDEKS Kelompok Gramedia.
Santoso, Singgih, 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Jakarta: PT Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Soetjipto, B.W., Firmanzah, 2006. The Spirit of Change: Dinamika Perubahan PT.
Perkebunan Nusantara III (Persero), Jakarta: Lembaga Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Soeroso, S., 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit: Suatu
Pendekatan Sistem, Jakarta: EGC.
Sutrisno, Edy, 2010. Budaya Organisasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Yustina, Ida, 2009. Rekonstruksi Cara Kerja Dinas Kesehatan Untuk Mewujudkan
Rakyat Tidak Sakit dalam Buku Setahun Pemerintahan Sampurno, Medan:
FISIP USU PRESS.