Anda di halaman 1dari 202

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PETUGAS

KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DALAM PENGELOLAAN DATA


DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Oleh:

LADY ROSARY JULIANTY PASARIBU


087012009/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara


THE INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL CULTURE ON THE
PERFORMANCE OF KIA STAFF IN DATA MANAGEMENT
IN DELI SERDANG DISTRICT HEALTH OFFICE

THESIS

BY

LADY ROSARY JULIANTY PASARIBU


087012009/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM


FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PETUGAS
KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DALAM PENGELOLAAN DATA
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

LADY ROSARY JULIANTY PASARIBU


087012009/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : PENGARUH BUDAYA ORGANISASI
TERHADAP KINERJA PETUGAS
KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA)
DALAM PENGELOLAAN DATA
DI DINAS KESEHATAN
KABUPATEN DELI SERDANG
Nama Mahasiswa : Lady Rosary Julianty Pasaribu
Nomor Induk Mahasiswa : 087012009
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui
Komisi Pembimbing:

(Dr. Drs. Muslich Lufti, M.B.A, I.D.S) (Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes)
Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal Lulus : 30 Mei 2011

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji

Pada tanggal: 30 Mei 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. Muslich Lufti, M.B.A, I.D.S


Anggota : 1. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes
2. Dr. Fikarwin Zuska
3. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PETUGAS


KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DALAM PENGELOLAAN DATA
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2011

(Lady Rosary Julianty Pasaribu)

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Data Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang kurang berkualitas menjadi
salah satu masalah yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
dalam mencapai tujuannya. Hal ini disebabkan kinerja petugas KIA dalam
pengelolaan data yang terdiri dari pengumpulan dan penyimpanan data,
pengolahan dan pelaporan data, analisis data/informasi dan penyajian
data/informasi belum sesuai dengan yang diharapkan.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap
kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang pada tahun 2011. Jenis penelitian adalah survei eksplanatori, dengan
populasi adalah seluruh petugas KIA yang dijadikan sampel berjumlah 40 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, pengamatan dan wawancara
mendalam. Analisis dilakukan dengan uji regresi linier berganda.
Dari hasil uji regresi linier berganda disimpulkan bahwa tiga variabel
budaya organisasi yaitu nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi serta nilai
transparan dan akuntabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
petugas KIA dalam pengelolaan data. Tiga variabel budaya organisasi yaitu nilai
berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat serta keyakinan tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data.
Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang melakukan upaya
perbaikan kualitas data dengan pendekatan persuasif; membangun kebersamaan
tim secara efektif; meningkatkan disiplin, pengawasan serta pemberian
kompensasi; meningkatkan kemampuan petugas KIA mengelola data dalam
lingkungan yang kondusif; melakukan atau mengusulkan perancangan ulang
formulir laporan KIA yang terintegrasi; dan merumuskan kembali budaya
organisasi.

Kata Kunci : Budaya Organisasi, Kinerja, Petugas KIA

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The data of less qualified Maternal and Child Health (KIA) has become
one of the problems faced by Deli Serdang District Health Office in achieving its
goal. This happens because the performances of the KIA staff that collect, record,
process, report, analyze and present the data/information is not as expected.
The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence
of organizational culture on the performance of KIA staff in data management in
Deli Serdang District Health Office in 2011. The population of this study were 40
KIA staff and all of them were selected to be the samples for this study. The data
for this study were obtained through questionnaires distribution, observation, and
in-depth interview. The data obtained were analyzed through multiple linear
regression tests.
The result of multiple linear regression tests showed that there were three
variables of organizational culture such as teamwork value, high integrity value
and transparency and accountability value which had significant influence on the
performance of KIA staff in data management. Three variables of organizational
culture such as favor of the people value, act fast and precise value and belief
which had not significant influence on the performance of KIA staff in data
management.
The management of Deli Serdang District Health Office is expected to
improve the quality of data through a persuasive approach, to effectively build a
solid teamwork, to improve the discipline, supervision and provision of
compensation, to improve the ability of KIA staff in data management in a
conducive environment, to do or propose the redesign of the integrated KIA
report form and to reformulate the organizational culture.

Keywords: Organizational Culture, Performance, KIA Staff

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kasih atas

segala limpahan kasih karuniaNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis

ini. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan guna

memperoleh gelar Magister Kesehatan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat, Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis merasakan kebaikan Allah yang luar biasa melalui orang-orang

yang Dia tempatkan dalam kehidupan Penulis, mulai dari masa menjalani

perkuliahan, penelitian, sampai dengan penyusunan tesis ini. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara; Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,

DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A (K).

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara: Dr.

Drs. Surya Utama, M.S.

3. Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara: Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.

Terima kasih untuk pembelajaran yang Ibu berikan padaku untuk mengerti

makna “perubahan” yang sesungguhnya.

4. Komisi Pembimbing: Dr. Drs. Muslich Lufti, M.B.A., I.D.S dan Drs.

Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes. Terima kasih buat bimbingan, kesabaran

Universitas Sumatera Utara


dan kebaikan yang kalian berikan padaku dari awal hingga selesainya tesis

ini. Kalian merupakan orang-orang luar biasa yang Dia sediakan bagiku.

5. Komisi penguji: Dr. Fikarwin Zuska dan Siti Khadijah Nasution, S.K.M,

M.Kes. Terima kasih untuk waktu dan masukan yang luar biasa untuk

perbaikan tesis ini. Kalian membuatku menyadari arti “belajar lahir batin”.

6. Bupati Deli Serdang: Drs. Amri Tambunan yang telah memberikan

kesempatan kepada Penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Studi

S2 IKM FKM USU.

7. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang: dr. Masdulhag Siregar,

SpOG (K), M.H.A. Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada

Penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Studi S2 IKM FKM USU,

serta ucapan terima kasih atas izin dan fasilitas yang diberikan selama

proses penelitian sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan

baik.

8. Seluruh petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

Penerimaan kalian yang begitu antusias menguatkanku untuk melakukan

yang terbaik di dalam sukacita. Terima kasih, kalian luar biasa!

9. Orang tua Penulis: T.A. Pasaribu (alm) dan Emmiria Gurusinga. Terima

kasih untuk semua doa, harapan, perjuangan, dan kasih sayang yang luar

biasa yang kalian berikan bagiku. Kepercayaan kalian padaku

menguatkanku untuk melakukan yang terbaik.

Universitas Sumatera Utara


10. Saudara-saudara Penulis: Abang, kakak, dan adik serta keponakanku (Boy

Candidas/Jocelyn, Pretty Joice/Sahat, Junior Gideon/Pudina, Marcel, dan

Kiara Melody). Doa-doa kalian membuat harapanku tetap hidup di dalam

hati dan melingkupiku dengan kedamaian yang kuperlukan.

11. Sahabat Penulis: Don Juano Tambunan, S.Pd, M.Pd. Terima kasih telah

menjadi seorang sahabat yang dibimbing Tuhan bagiku.

12. Rekan kerja Penulis di Subbag. Program Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang. Terima kasih telah menjadi sahabat dan teman kerja yang tenang

dan tidak egois bagiku.

13. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 IKM FKM USU dan

semua pihak yang telah memberikan dukungannya yang tidak dapat

Penulis sebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

Penulis mengharapkan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan

tesis ini. Semoga tesis ini memberi manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan

dan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk meningkatkan implementasi

budaya organisasi dalam mencapai tujuan.

Medan, Juni 2011


Penulis

Lady Rosary Julianty Pasaribu

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Lady Rosary Julianty Pasaribu, lahir di Bengkulu pada tanggal 14 Juli

1981, beragama Kristen Protestan dan berdomisili di Kecamatan Tanjung Morawa

Kabupaten Deli Serdang.

Menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri No. 101901 Lubuk

Pakam pada tahun 1993, pendidikan menengah pertama di SMP RK Serdang

Murni Lubuk Pakam pada tahun 1996, pendidikan menengah atas di SMU Negeri

1 Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang pada tahun 1999, pendidikan sarjana di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tahun 2003, dan

pendidikan pasca-sarjana di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Minat

Studi Adminitrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara pada tahun 2011.

Bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Subbag. Program Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang mulai dari tahun 2005 sampai dengan

sekarang.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang..................................................................... 1
1.2. Permasalahan ....................................................................... 10
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 11
1.4. Hipotesis .............................................................................. 11
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................... 11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 13


2.1. Budaya Organisasi ............................................................... 13
2.1.1 Pembentukan Budaya Organisasi ............................ 14
2.1.2 Fungsi Budaya Organisasi ....................................... 15
2.1.3 Nilai-Nilai dalam Budaya Organisasi ...................... 16
2.1.4 Budaya Kuat, Budaya Lemah dan Budaya
Adaptif ..................................................................... 20
2.2. Kinerja ................................................................................. 23
2.2.1 Pengertian Kinerja ................................................... 23
2.2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja .............. 24
2.2.3 Hubungan Budaya Organisasi Dengan
Peningkatan Kinerja................................................. 26
2.2.4 Penilaian Kinerja...................................................... 28
2.3. Pengelolaan Data ................................................................. 31
2.3.1 Data dan Informasi................................................... 31
2.3.2 Manajemen Data dalam Suatu Organisasi ............... 34
2.4. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ............................ 37
2.4.1 Tujuan Program KIA ............................................... 37
2.4.2 Petugas KIA ............................................................. 38

Universitas Sumatera Utara


2.5. Landasan Teori .................................................................... 44
2.6. Kerangka Konsep................................................................. 46

BAB 3. METODE PENELITIAN ........................................................... 47


3.1. Jenis Penelitian .................................................................... 47
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 47
3.3. Populasi dan Sampel............................................................ 48
3.4. Metode Pengumpulan Data.................................................. 48
3.5. Variabel dan Definisi Operasional....................................... 52
3.5.1 Variabel Independen ................................................ 53
3.5.2 Variabel Dependen................................................... 59
3.6. Metode Pengukuran ............................................................. 61
3.7. Metode Analisis Data .......................................................... 65

BAB 4. HASIL PENELITIAN ................................................................ 69


4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................. 69
4.1.1 Kondisi Geografis .................................................... 69
4.1.2 Kondisi Demografis ................................................. 69
4.1.3 Gambaran Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang .................................................................... 70
4.2. Deskripsi Karakteristik Responden ..................................... 73
4.3. Deskripsi Variabel Penelitian .............................................. 75
4.3.1 Variabel Independen ................................................ 75
4.3.2 Variabel Dependen................................................... 98
4.4. Hasil Analisis Multivariat.................................................... 108
4.4.1 Uji Regresi Linier Berganda .................................... 108
4.4.2 Uji Koefisien Determinasi (Uji R)........................... 112
4.4.3 Uji Serempak/Simultan (Uji F)................................ 113
4.4.4 Uji Parsial (Uji t)...................................................... 114
4.4.5 Uji Asumsi Klasik.................................................... 117

BAB 5. PEMBAHASAN .......................................................................... 122


5.1. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang .................................... 122
5.2. Pengaruh Nilai Berpihak pada Rakyat Terhadap
Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang .................................... 126

Universitas Sumatera Utara


5.3. Pengaruh Nilai Bertindak Cepat dan Tepat Terhadap
Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang .................................... 131
5.4. Pengaruh Nilai Kerjasama Tim Terhadap Kinerja
Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang .................................... 135
5.5. Pengaruh Nilai Integritas yang Tinggi Terhadap
Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang .................................... 140
5.6. Pengaruh Nilai Transparan dan Akuntabilitas Terhadap
Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang .................................... 149
5.7. Pengaruh Keyakinan (Belief) Terhadap Kinerja
Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang .................................... 155
5.8. Keterbatasan Penelitian ....................................................... 158

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 160


6.1. Kesimpulan .......................................................................... 160
6.2. Saran .................................................................................... 162

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 165

LAMPIRAN .................................................................................................. 172

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Jumlah Kematian Ibu Maternal, Bayi, dan Balita yang Dilaporkan


di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005-2009..................................... 2

3.1. Uji Validitas Variabel Independen....................................................... 50

3.2. Uji Validitas Variabel Dependen ......................................................... 51

3.3. Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen ...... 64

4.1. Jumlah Ketenagaan dan Sarana Pelayanan KIA di Tingkat


Pelayanan Dasar Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ...................... 72

4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Jenis


Kelamin, Umur, Tempat Bertugas, Tingkat Pendidikan, Jabatan,
Masa Kerja, dan Jumlah Bides/Puskesmas di Wilayah Kerja.............. 74

4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai Berpihak pada


Rakyat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011...... 76

4.4. Nilai Deskriptif Variabel Nilai Berpihak pada Rakyat di Dinas


Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011................................. 78

4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Nilai


Berpihak pada Rakyat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2011 ............................................................................ 79

4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai Bertindak


Cepat dan Tepat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2011 .......................................................................................... 80

4.7. Nilai Deskriptif Variabel Nilai Bertindak Cepat dan Tepat di


Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ...................... 82

4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Nilai


Bertindak Cepat dan Tepat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2011 ............................................................................ 83

Universitas Sumatera Utara


4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai Kerjasama
Tim di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 .......... 84

4.10. Nilai Deskriptif Variabel Nilai Kerjasama Tim di Dinas


Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011................................. 85

4.11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Nilai


Kerjasama Tim di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2011 .......................................................................................... 86

4.12. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai Integritas yang


Tinggi di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ...... 87

4.13. Nilai Deskriptif Variabel Nilai Integritas yang Tinggi di Dinas


Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011................................. 88

4.14. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Nilai


Integritas yang Tinggi di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2011 ............................................................................ 89

4.15. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai Transparan


dan Akuntabilitas di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2011 .......................................................................................... 90

4.16. Nilai Deskriptif Variabel Nilai Transparan dan Akuntabilitas di


Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ...................... 92

4.17. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Nilai


Transparan dan Akuntabilitas di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2011 ............................................................................ 93

4.18. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keyakinan (Belief)


di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 .................. 94

4.19. Nilai Deskriptif Variabel Keyakinan (Belief) di Dinas Kesehatan


Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 .................................................. 96

4.20. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Keyakinan


(Belief) di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ..... 97

4.21. Nilai Deskriptif Variabel Budaya Organisasi di Dinas Kesehatan


Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 .................................................. 98

Universitas Sumatera Utara


4.22. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penilaian Kinerja
Petugas KIA dalam Pegelolaan Data di Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 .................................................. 99

4.23. Nilai Deskriptif Indikator Pengumpulan dan Penyimpanan Data di


Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ...................... 100

4.24. Nilai Deskriptif Indikator Pengolahan dan Pelaporan Data di


Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ...................... 101

4.25. Nilai Deskriptif Indikator Analisa Data/Informasi di Dinas


Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011................................. 103

4.26. Nilai Deskriptif Indikator Penyajian Data/Informasi di Dinas


Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011................................. 104

4.27. Nilai Deskriptif Variabel Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan


Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.......... 106

4.28. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Kinerja


Petugas KIA dalam Pengelolan Data di Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 .................................................. 106

4.29. Hasil Observasi (Checklist) Terhadap Kinerja Bikor Puskesmas


dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2011 ............................................................................ 107

4.30. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Budaya Organisasi


Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011................................. 109

4.31. Hasil Uji Koefisien Determinasi Pengaruh Budaya Organisasi


Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011................................. 112

4.32. Hasil Uji Serempak/Simultan (Uji F) Pengaruh Budaya Organisasi


Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011................................. 113

4.33. Hasil Uji Parsial (Uji t) Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap


Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 .................................................. 114

Universitas Sumatera Utara


4.34. Hasil Uji Normalitas (Pendekatan Kolmogorv-Smirnov) Pengaruh
Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam
Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2011 .......................................................................................... 119

4.35. Hasil Uji Multikolinieritas Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap


Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 .................................................. 121

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Proses Pembentukan Budaya Organisasi (Robbins, 2006) .................. 15

2.2. Faktor/Variabel yang Memengaruhi Kinerja (Gibson, 1987) .............. 25

2.3. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja dan Kepuasan


(Robbins, 2006).................................................................................... 26

2.4. Hubungan Variabel pada Kerangka Konsep ........................................ 46

4.1. Hasil Uji Normalitas (Grafik P-P Plot) Pengaruh Budaya


Organisasi Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan
Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.......... 118

4.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Budaya Organisasi


Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011................................. 120

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Surat Permohonan Izin Penelitian........................................................ 172

2 Daftar Pertanyaan/Kuesioner Pengaruh Budaya Organisasi


Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (Variabel Budaya Organisasi) .... 173

3.a. Daftar Pertanyaan/Kuesioner Pengaruh Budaya Organisasi


Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (Variabel Kinerja Bidan
Koordinator di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang) ......................... 177

3.b. Daftar Pertanyaan/Kuesioner Pengaruh Budaya Organisasi


Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (Variabel Kinerja Staf Seksi
Kesehatan Ibu Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang) ................ 180

3.c. Daftar Pertanyaan/Kuesioner Pengaruh Budaya Organisasi


Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (Variabel Kinerja Kepala
Seksi Kesehatan Ibu Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang) ...... 183

3.d. Daftar Pertanyaan/Kuesioner Pengaruh Budaya Organisasi


Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (Variabel Kinerja Kepala
Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang) .............................................................................................. 186

4. Daftar Cek (Checklist) Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap


Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang ...................................................................... 189

5. Pedoman Wawancara Mendalam (Indepth Interview)......................... 191

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 192

7. Raw Data Hasil Penelitian (Jawaban Responden Terhadap


Kuesioner) ............................................................................................ 201

Universitas Sumatera Utara


8. Output SPSS Distribusi Frekuensi Karakteristik Respenden............... 202

9. Output SPSS Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian ....................... 204

10. Output SPSS Nilai Deskriptif Variabel Penelitian............................... 210

11. Output SPSS Distribusi Frekuensi Kategori Variabel Penelitian ........ 214

12. Output SPSS Uji Asumsi Klasik Regresi Linier Berganda.................. 217

13. Output SPSS Uji Statistik Regresi Linier Berganda ............................ 220

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Data Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang kurang berkualitas menjadi
salah satu masalah yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
dalam mencapai tujuannya. Hal ini disebabkan kinerja petugas KIA dalam
pengelolaan data yang terdiri dari pengumpulan dan penyimpanan data,
pengolahan dan pelaporan data, analisis data/informasi dan penyajian
data/informasi belum sesuai dengan yang diharapkan.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap
kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang pada tahun 2011. Jenis penelitian adalah survei eksplanatori, dengan
populasi adalah seluruh petugas KIA yang dijadikan sampel berjumlah 40 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, pengamatan dan wawancara
mendalam. Analisis dilakukan dengan uji regresi linier berganda.
Dari hasil uji regresi linier berganda disimpulkan bahwa tiga variabel
budaya organisasi yaitu nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi serta nilai
transparan dan akuntabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
petugas KIA dalam pengelolaan data. Tiga variabel budaya organisasi yaitu nilai
berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat serta keyakinan tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data.
Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang melakukan upaya
perbaikan kualitas data dengan pendekatan persuasif; membangun kebersamaan
tim secara efektif; meningkatkan disiplin, pengawasan serta pemberian
kompensasi; meningkatkan kemampuan petugas KIA mengelola data dalam
lingkungan yang kondusif; melakukan atau mengusulkan perancangan ulang
formulir laporan KIA yang terintegrasi; dan merumuskan kembali budaya
organisasi.

Kata Kunci : Budaya Organisasi, Kinerja, Petugas KIA

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The data of less qualified Maternal and Child Health (KIA) has become
one of the problems faced by Deli Serdang District Health Office in achieving its
goal. This happens because the performances of the KIA staff that collect, record,
process, report, analyze and present the data/information is not as expected.
The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence
of organizational culture on the performance of KIA staff in data management in
Deli Serdang District Health Office in 2011. The population of this study were 40
KIA staff and all of them were selected to be the samples for this study. The data
for this study were obtained through questionnaires distribution, observation, and
in-depth interview. The data obtained were analyzed through multiple linear
regression tests.
The result of multiple linear regression tests showed that there were three
variables of organizational culture such as teamwork value, high integrity value
and transparency and accountability value which had significant influence on the
performance of KIA staff in data management. Three variables of organizational
culture such as favor of the people value, act fast and precise value and belief
which had not significant influence on the performance of KIA staff in data
management.
The management of Deli Serdang District Health Office is expected to
improve the quality of data through a persuasive approach, to effectively build a
solid teamwork, to improve the discipline, supervision and provision of
compensation, to improve the ability of KIA staff in data management in a
conducive environment, to do or propose the redesign of the integrated KIA
report form and to reformulate the organizational culture.

Keywords: Organizational Culture, Performance, KIA Staff

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

salah satu indikator penting dalam menilai tingkat derajat kesehatan masyarakat di

suatu negara (Depkes RI, 2007). Oleh karena itu, pemerintah memerlukan upaya

yang sinergis dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB di

Indonesia khususnya dalam mencapai target Millenium Development Goals

(MDGs) pada tahun 2015 yaitu AKI sebesar 102/100.000 kelahiran hidup.

Tentunya hal ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi Pemerintah

Indonesia (Depkes RI, 2007).

AKI di Indonesia masih tinggi bila dibandingkan dengan AKI di negara

Asia lainnya (Depkes RI, 2007). Menurut data Survei Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI sebesar 228/100.000 Kelahiran Hidup (KH);

AKB sebesar 34/1.000 KH; dan Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar

19/1.000 KH (Depkes RI, 2009). Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara

mengestimasi AKB Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2007 sebesar 26,9/1.000

KH, AKI tahun 2008 adalah 266/100.000 KH dan berdasarkan hasil SDKI tahun

2007 diperoleh bahwa AKABA di Sumatera Utara adalah 67/1.000 KH.

Sedangkan jumlah kematian ibu maternal, kematian bayi dan kematian Balita di

Universitas Sumatera Utara


Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 1 di

bawah ini.

Tabel 1. Jumlah Kematian Ibu Maternal, Bayi, dan Balita yang Dilaporkan
di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005-2009
Tahun Kematian Ibu Maternal Kematian Bayi Kematian Balita

2005 19 kasus 74 kasus 104 kasus 

2006 24 kasus 65 kasus  79 kasus 

2007 27 kasus 122 kasus  28 kasus 

2008 32 kasus 126 kasus  25 kasus 

2009 21 kasus 134 kasus  37 kasus 

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2010), peningkatan kesehatan ibu,

bayi, Balita dan Keluarga Berencana (KB) yang merupakan salah satu dari

delapan fokus prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia tahun 2010-2014

perlu didukung oleh peningkatan kualitas manajemen dan pembiayaan kesehatan,

sistem informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan melalui penataan dan

pengembangan sistem informasi kesehatan untuk menjamin ketersediaan data dan

informasi kesehatan melalui pengaturan sistem informasi yang komprehensif dan

pengembangan jaringan. Oleh karena itu pemerintah perlu melakukan upaya

terfokus berdasarkan perencanaan dan penganggaran yang berbasis data

(evidanced based) melalui proses yang sistematis dan partisipatif, dan ini berarti

keberadaan data dan informasi memegang peranan yang sangat penting karena

data akan memengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam suatu organisasi.

Universitas Sumatera Utara


Data dan informasi cakupan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan program KIA yang

telah dilaksanakan oleh pemerintah. Untuk memperoleh data dan informasi

tersebut, pemerintah perlu melakukan pemantauan pelaksanaan program KIA

secara berkala dan berkesinambungan. Untuk memantau cakupan pelayanan KIA,

dikembangkan sistem Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak

(PWS-KIA) agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa

yang cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anaknya masih rendah.

Namun demikian pencapaian program kesehatan seperti program KIA

yang diperlihatkan dalam bentuk data belum dapat sepenuhnya dijadikan pedoman

untuk menggambarkan kondisi kesehatan masyarakat yang riil karena validitas

data yang dihasilkan selalu diragukan. Jika data tidak valid, tentu saja

pengambilan keputusan untuk perencanaan program KIA yang dilakukan akan

melenceng dari persoalan yang dihadapi masyarakat (Yustina, 2009). Data yang

tersedia sering kali belum/tidak digunakan sebagai dasar untuk membuat

perencanaan dan evaluasi program KIA. Padahal untuk mengetahui masalah KIA

yang ada, menentukan besar masalah KIA, dan menentukan prioritas masalah

KIA yang akan diatasi mutlak diperlukan data yang akurat (Depkes RI, 2009).

Aktivitas manajemen data dalam suatu organisasi memang seringkali

menemukan kendala/masalah terkait dengan keberadaan data/informasi sebagai

dasar untuk pengambilan keputusan. Menurut Lippeveld, et.al. (2000), banyak

faktor yang memengaruhi penggunaan informasi untuk pengambilan keputusan

Universitas Sumatera Utara


seperti politik, ideologi, anggaran, donatur, tekanan dari kelompok tertentu, NGO

(Non Government Organization), krisis, media, komunitas dalam masyarakat dan

sebagainya.

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan bantuan Health Services

Program-United States Agency for International Development (HSP-USAID)

telah melakukan lokakarya perencanaan kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak

dengan pemecahan masalah melalui proses District Team Problem Solving

(DTPS) yang dapat menjangkau seluruh kelompok sasaran (stakeholders) pada

tahun 2007-2009. DTPS merupakan suatu proses perencanaan tahunan yang

partisipatif, sistematis dan berkesinambungan yang menggunakan data sebagai

dasar/bukti dalam penyusunan perencanaan KIA (evidance based). Selama proses

DTPS sangat dirasakan bagaimana buruknya kualitas data KIA yang tersedia

karena tidak akurat, tidak lengkap dan tidak konsisten. Akibatnya para peserta

DTPS sangat sulit untuk menganalisis/mengidentifikasi masalah kesehatan ibu,

bayi baru lahir, bayi dan anak balita.

Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan salah seorang petugas KIA

di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat diketahui bahwa kualitas data

yang buruk menjadi masalah utama dalam memberikan pelayanan KIA. Tidak

adanya dokumen pertinggal laporan yang dikirimkan ke Puskesmas dan

selanjutnya ke Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang; data dengan indikator

yang sama yang selalu berubah-ubah bila diminta pada waktu dan orang yang

berbeda; keterlambatan laporan; dan bahkan perbedaan data untuk evaluasi

Universitas Sumatera Utara


program KIA dengan data yang dipakai untuk merencanakan program KIA

menjadi bukti bagaimana kinerja petugas KIA dalam pengelolaan/manajemen

data. Hal ini didukung dengan pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang yang sering sekali kecewa dengan kualitas data KIA yang tersedia.

Program KIA merupakan program prioritas di Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang. Hal ini dapat dilihat dari pencanangan Gerakan Deli Serdang

CERIA (PerCepatan penuRunan kematian Ibu dan Anak) pada Hari Keluarga

Nasional Tingkat Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 5 September 2007 oleh

Gubernur Sumatera Utara, pembentukan FKPP (Forum Komunikasi Perubahan

Perilaku) di setiap Desa Siaga, Bulan Penimbangan Balita sampai dengan

diterbitkannya Peraturan Daerah Nomor 37/K/DPRD/2009 tentang Kesehatan Ibu,

Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Deli Serdang.

Tentu saja bila kualitas data KIA yang dimiliki masih sangat kurang, maka secara

keseluruhan hal ini akan memengaruhi kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang.

Berdasarkan hasil pengamatan Penulis tentang pengelolaan data KIA di

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang diketahui bahwa: (1) Terdapat

perbedaan data sasaran KIA pada Proposal DTPS KIBBLA Kabupaten Deli

Serdang untuk usulan Rencana Kerja dan Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang T.A. 2011 dengan Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun

2009. Padahal sumber data tetap sama yaitu dari Bidang Kesehatan Keluarga

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang; (2) Terdapat perbedaan data jumlah

Universitas Sumatera Utara


kelahiran dan kematian bayi, balita dan ibu maternal; cakupan kunjungan

neonatus, bayi dan bayi BBLR yang ditangani; status gizi balita dan cakupan

kunjungan ibu hamil (K1 dan K4), persalinan ditolong tenaga kesehatan dan ibu

nifas hampir di seluruh Profil Kesehatan yang dibuat oleh Puskesmas yang ada di

Kabupaten Deli Serdang dengan Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun

2009. Padahal data cakupan Program KIA yang ada di Profil Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang tahun 2009 diperoleh dari Bidang Kesehatan Keluarga

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yang melakukan rekapitulasi

perhitungan hasil capaian program KIA selama setahun yang dikirimkan setiap

bulannya oleh petugas KIA; (3) Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk

mendapatkan data yang diinginkan.

Dari hasil pengamatan Penulis, pengelolaan data KIA yang kurang baik

tersebut disebabkan oleh beberapa sebab, yaitu: kurangnya pengetahuan dan

kemampuan petugas mengenai pengelolaan data; sikap yang kurang benar

khususnya melakukan perubahan data yang sebenarnya dengan data buatan atau

melengkapi data dengan yang lampau; kurangnya pemahaman tentang manfaat

data dalam proses perencanaan kesehatan; banyaknya format data yang harus

diisi; kurangnya pengawasan tingkat kabupaten terhadap laporan Puskesmas; dan

belum berjalannya sistem pelaporan yang baik antara instansi pemerintah dan

pihak swasta yang memberikan pelayanan kesehatan.

Belum berjalannya sistem pelaporan yang baik antara instansi pemerintah

dan pihak swasta yang memberikan pelayanan kesehatan membuat Penulis

Universitas Sumatera Utara


menarik sebuah kesimpulan bahwa kasus kematian ibu, kematian bayi dan

kematian Balita yang terjadi selama tahun 2005-2009 (Tabel 1) belum bisa

menggambarkan kasus kematian ibu maternal, kematian bayi dan kematian Balita

yang sesungguhnya terjadi di Kabupaten Deli Serdang.

Hasil penelitian Ahmad (2005) di Simalungun menyimpulkan bahwa

pengetahuan, motivasi dan ketersediaan instrumen pencatatan secara bersama-

sama maupun parsial berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas

pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas. Hasil penelitian

Handayani, et.al. dalam Animar (2010) menyatakan besarnya beban kerja petugas

Puskesmas dalam membuat laporan SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan

Tingkat Puskesmas) telah menyita waktu kerja efektif petugas sebesar 30%. Hal

ini dikarenakan terlalu banyak jenis pencatatan dan pelaporan yang harus

dikerjakan, dan pada saat yang sama pekerjaan tersebut terasa sebagai beban bagi

petugas.

Pengelolaan data yang baik perlu dikuasai oleh setiap petugas KIA

khususnya bidan koordinator di Puskesmas. Hal ini dikarenakan Puskesmas

merupakan ujung tombak pengumpulan data kesehatan dan tentunya akan sangat

menentukan kualitas data di tingkat yang lebih tinggi yaitu kabupaten/kota,

kemudian propinsi dan kemudian suatu negara. Jika kualitas data di tingkat

Puskesmas kurang baik, maka kualitas data di tingkatan yang lebih tinggi akan

kurang baik pula.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Robbins (2006), sikap dan perilaku anggota-anggota organisasi

(kinerja) dipengaruhi secara bermakna oleh budaya yang berlaku dalam suatu

organisasi. Interaksi yang kompleks dari kinerja sejumlah individu dalam

organisasi memengaruhi kinerja organisasi tersebut (Ilyas, 1999). Budaya

organisasi mungkin akan menjadi suatu faktor yang lebih penting lagi dalam

menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam dasawarsa yang akan

datang (Matondang, 2008).

Budaya yang ada pada suatu organisasi menyebabkan para karyawan

memiliki cara pandang yang sama dalam melaksanakan aktifitas pekerjaan.

Budaya berhubungan dengan bagaimana perusahaan membangun komitmen

mewujudkan visi, memenangkan hati pelanggan, memenangkan persaingan dan

membangun kekuatan organisasi (Mangkusasono, 2007). Menurut Huntington

seperti dikutip Moeljono (2007), budaya menentukan kemajuan setiap organisasi,

tidak peduli apapun jenis organisasi tersebut.

Beberapa penelitian terdahulu mengenai hubungan antara budaya

organisasi dengan kinerja karyawan menunjukkan bahwa budaya organisasi

berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian Koesmono (Zebua,

2009) menyatakan budaya organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap

motivasi dan kinerja karyawan. Damanik (2007) menyimpulkan di dalam tesisnya,

bahwa terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi berprestasi perawat

di Rumah Sakit Umum Daerah Pematang Siantar. Zuliani (2008) juga

Universitas Sumatera Utara


menyimpulkan di dalam tesisnya bahwa ada pengaruh budaya organisasi terhadap

kinerja perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi.

Budaya organisasi memberikan pengaruh kuat pada struktur dan fungsi

organisasi. Budaya organisasi memiliki aspek-aspek seperti values, rituals, heroes

dan symbols yang diyakini memengaruhi kinerja organisasi. Menurut

Bratakusumah (2002), nilai-nilai (values) adalah ukuran yang mengandung

kebenaran dan kebaikan tentang keyakinan dan perilaku organisasi yang paling

dianut dan digunakan sebagai budaya kerja dalam pengambilan keputusan dan

pelaksanaan kegiatan visi dan misi organisasi. Sedangkan menurut Sashkein dan

Kisher (Tika, 2008), budaya organisasi terdiri dari komponen nilai dan keyakinan

(belief).

Menjalankan budaya organisasi akan membantu budaya menjadi

bermakna. Budaya organisasi menjadi ideologi kerja karyawan. Pengalaman

bermakna itu akan membuat pegawai memaknai dirinya dan rekan sekerjanya dan

mengidentifikasikan diri dengan organisasi. Jadi dengan demikian, budaya

organisasi dapat digunakan sebagai salah satu alat manajemen untuk mencapai

efisiensi, efektivitas, produktivitas, dan etos kerja dan pada akhirnya dapat

membuat organisasi berhasil efektif (Sutrisno, 2010).

Nilai yang dianut dan dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang untuk menciptakan budaya organisasi yang mendukung tercapainya

visi “Masyarakat Mandiri untuk Hidup Bersih dan Sehat Tahun 2014” adalah

berpihak pada rakyat, bertindak cepat dan tepat, kerjasama tim, integritas yang

Universitas Sumatera Utara


tinggi, transparan dan akuntabel dan dapat mengimplementasikannya ke dalam

perilaku bekerja/kinerja (Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2009).

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang akan menjadi organisasi yang

lemah apabila pegawainya tidak mempunyai cara pandang yang sama untuk

mencapai tujuan organisasi. Penerapan budaya organisasi yang lemah akan

memberi dampak yang tidak baik pada kinerja para petugas KIA khususnya dalam

pengelolaan data (seperti pengumpulan dan penyimpanan data, pengolahan dan

pelaporan data, analisis data/informasi, dan penyajian data/informasi) dan

berikutnya berakibat pada kurangnya kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh

budaya organisasi terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sehingga dapat memberikan kontribusi

pemikiran dalam meningkatkan kualitas data KIA di Kabupaten Deli Serdang.

1.2. Permasalahan

Bagaimanakah pengaruh budaya organisasi (nilai berpihak pada rakyat,

nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi,

nilai transparan dan akuntabilitas, serta keyakinan) terhadap kinerja petugas KIA

dalam pengelolaan data (pengumpulan dan penyimpanan data, pengolahan dan

pelaporan data, analisis data/informasi, dan penyajian data/informasi) di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2011?

Universitas Sumatera Utara


1.3. Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh budaya organisasi (nilai berpihak pada rakyat, nilai

bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai

transparan dan akuntabilitas, serta keyakinan) terhadap kinerja petugas KIA dalam

pengelolaan data (pengumpulan dan penyimpanan data, pengolahan dan pelaporan

data, analisis data/informasi, dan penyajian data/informasi) di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang tahun 2011.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh budaya organisasi (nilai berpihak pada rakyat, nilai

bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai

transparan dan akuntabilitas, serta keyakinan) terhadap kinerja petugas KIA dalam

pengelolaan data (pengumpulan dan penyimpanan data, pengolahan dan pelaporan

data, analisis data/informasi, dan penyajian data/informasi) di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang tahun 2011.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang; sebagai bahan masukan bagi

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk mengetahui seberapa besar

Universitas Sumatera Utara


implementasi budaya organisasi Dinas Kesehatan serta pengaruhnya terhadap

kinerja petugas KIA dalam upaya meningkatkan kualitas data KIA sehingga

menjadi informasi yang akurat dan tepat guna dalam penyusunan rencana dan

anggaran KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (evidenced

based).

2. Petugas KIA; sebagai bahan informasi dan pengetahuan tentang pemahaman

implementasi budaya organisasi untuk meningkatkan kinerja petugas KIA

dalam pengelolaan data KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

3. Akademisi; perkembangan ilmu pengetahuan khususnya implementasi

budaya organisasi dalam meningkatkan kinerja di masa yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Budaya Organisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), budaya berarti pikiran

atau akal budi. Menurut Tika (2008) yang mengutip pendapat Owens, budaya

adalah suatu sistem pembagian nilai dan kepercayaan yang berinteraksi dengan

orang dalam suatu organisasi, struktur organisasi, dan sistem kontrol yang

menghasilkan norma perilaku.

Setiap organisasi memiliki budaya. Pada hakikatnya budaya merupakan

faktor terpenting dalam menentukan keberhasilan organisasi dalam mencapai

tujuannya (Soeroso, 2003). Menurut Piti Sithi-Amnuai (Ndraha, 2003),

pembentukan budaya organisasi dimulai begitu organisasi berdiri. Pembentukan

budaya organisasi terjadi tatkala anggota organisasi belajar menghadapi masalah,

baik masalah yang menyangkut perubahan-perubahan eksternal maupun masalah-

masalah internal yaitu persatuan dan keutuhan organisasi. Secara individu maupun

kelompok, seseorang tidak akan terlepas dari budaya organisasi, dan pada

umumnya anggota organisasi akan dipengaruhi oleh sumber daya yang ada dalam

organisasi.

Robbins (2006) menyatakan budaya organisasi merupakan sistem makna

bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan suatu organisasi

dari organisasi-organisasi lain. Jadi budaya organisasi memberikan identitas ke

Universitas Sumatera Utara


anggota-anggota organisasinya. Menurut Peter Hess yang dikutip Matondang

(2008), budaya organisasi menggambarkan seperangkat keyakinan dan norma-

norma, nilai-nilai bersama oleh anggota organisasi yang kemudian dihubungkan

dengan cara kerja (kinerja). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Sutrisno

(2010), dimana nilai, keyakinan, norma yang telah lama berlaku, disepakati dan

diikuti oleh para anggota organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan

masalah-masalah organisasinya.

Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak,

yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan

aktivitas kerja (Sutrisno, 2010). Budaya organisasi dapat memedomani atau

menuntun persepsi dan pikiran. Gordon dalam Sutrisno (2010) menyimpulkan

bahwa budaya organisasi dapat berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan

kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.

2.1.1 Pembentukan Budaya Organisasi

Menurut Agung (2007), ada 3 (tiga) macam proses terbentuknya budaya

suatu organisasi, yaitu (1) Diciptakan oleh pendirinya; (2) Terbentuk sebagai

upaya untuk menjawab tantangan dan peluang dari lingkungan internal dan

eksternal; dan (3) Diciptakan oleh tim manajemen sebagai cara untuk

meningkatkan kinerja organisasi secara sistematis. Menurut Ndraha (2003) dan

Robbins (2006), budaya organisasi yang terbentuk tatkala anggota organisasi

belajar menghadapi masalah baik itu eksternal maupun internal yang menyangkut

Universitas Sumatera Utara


keutuhan organisasi cenderung berurat berakar, sehingga sukar bagi para manajer

untuk mengubahnya karena terbentuk tidak dalam sekejap. Proses terbentuknya

budaya organisasi menurut Robbins (2006) dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Manajemen
Puncak
Filosofi
Organisasi Kriteria Budaya
yang
Seleksi Organisasi
Dijumpai

Sosialisasi

Gambar 2.1. Proses Pembentukan Budaya Organisasi (Robbins, 2006)

Tika (2008) mengungkapkan bahwa pemimpin dan kelompok dalam suatu

organisasi bisa mengubah budaya organisasi. Perubahan budaya organisasi

tersebut bisa cepat dan bisa berangsur-angsur. Namun secara umum proses

perubahan budaya organisasi membutuhkan waktu antara 5-20 tahun tergantung

seberapa cepat peristiwa-peristiwa berjalan.

2.1.2 Fungsi Budaya Organisasi

Robbins (2006) mengatakan budaya yang terbentuk dalam suatu organisasi

memiliki fungsi sebagai berikut: (1) Menetapkan tapal batas yang membedakan

secara jelas antara satu organisasi dan yang lain; (2) Memberikan rasa identitas

bagi anggota-anggota organisasi; (3) Memudahkan penerusan komitmen hingga

Universitas Sumatera Utara


mencapai batasan yang lebih luas daripada kepentingan individu; (4)

Meningkatkan kemantapan sistem sosial (perekat sosial) yang membantu

menyatukan organisasi dengan memberikan standar-standar yang tepat mengenai

apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para anggota; dan (5) Mekanisme

pembuat makna dan pengendali yang memandu dan membentuk sikap serta

perilaku para anggota organisasi.

Menurut Pascale dan Atos yang dikutip oleh Matondang (2008)

menyatakan bahwa fungsi budaya organisasi bisa juga sebagai penghambat dalam

berinovasi. Hal ini terjadi apabila budaya organisasi tidak mampu mengatasi

masalah yang menyangkut lingkungan perubahan eksternal di mana budaya

organisasi tidak cepat melakukan adaptasi. Budaya yang kuat yang berpotensi

disfungsional akan mengganggu fungsi keefektifan organisasi (Robbins, 2006).

2.1.3 Nilai-nilai dalam Budaya Organisasi

Sashkein dan Kisher (Tika, 2008) mengemukakan bahwa budaya

organisasi terdiri dari dua komponen, yaitu: (1) Nilai (value), yakni sesuatu yang

diyakini oleh warga organisasi untuk mengetahui apa yang benar dan apa yang

salah; (2) Keyakinan (belief), yakni sikap tentang cara bagaimana seharusnya

bekerja dalam organisasi. Secara harfiah nilai berarti harga. Nilai merupakan

sesuatu yang diinginkan apabila nilai bersifat positif dalam arti menguntungkan

atau menyenangkan dan memudahkan pihak yang memperolehnya untuk

memenuhi kepentingannya, dan sebaliknya tidak diinginkan apabila nilai tersebut

Universitas Sumatera Utara


bersifat negatif dan merugikan atau menyulitkan pihak yang memperolehnya

untuk memengaruhi kepentingannya sehingga nilai tersebut dijauhi.

Menurut Bratakusumah (2002), nilai adalah ukuran yang mengandung

kebenaran dan kebaikan tentang keyakinan dan perilaku organisasi yang paling

dianut dan digunakan sebagai budaya kerja dalam pengambilan keputusan dan

pelaksanaan kegiatan visi dan misi organisasi. Nilai merupakan esensi dari filosofi

organisasi untuk mencapai kesuksesan, memberikan rasa kebersamaan dan arah

serta petunjuk-petunjuk pada seluruh anggota, dan bagaimana berperilaku dari

hari ke hari.

Seperti yang diungkapkan oleh Gibson (Matondang, 2008), budaya

organisasi adalah apa yang dipahami oleh karyawan dan bagaimana persepsi itu

menciptakan sebuah pola dari keyakinan, nilai-nilai dan harapan. Pendapat yang

sama juga diutarakan oleh Peter Hess bahwa budaya organisasi biasanya

menggambarkan seperangkat keyakinan, norma-norma dan nilai-nilai hal tersebut

sehubungan dengan cara kerja dan apa-apa yang dianggap penting dalam

organisasi (Matondang, 2008).

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten

Deli Serdang, Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang menetapkan visi dan misi

yang didasari oleh nilai-nilai yang dianut dan dijunjung tinggi oleh seluruh

pegawai (Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2009). Nilai-nilai tersebut

adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Berpihak pada rakyat. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang akan selalu berpihak pada

rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap

orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku,

golongan, agama, dan status sosial ekonomi. UUD 1945 juga menetapkan

bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta

berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Berdasarkan definisinya pada

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), berpihak kepada rakyat dapat

diartikan mengikut/memilih rakyat.

2. Bertindak cepat dan tepat. Masalah kesehatan yang dihadapi makin

bertambah kompleks dan berubah dengan cepat, bahkan kadang-kadang

tidak terduga, yang dapat menimbulkan masalah darurat kesehatan. Dalam

mengatasi masalah kesehatan, apalagi yang bersifat darurat, harus

dilakukan tindakan secara cepat. Tindakan yang cepat juga harus diikuti

dengan pertimbangan yang cermat, sehingga intervensi yang tepat dapat

mengenai sasaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), cepat

berarti segera sekali dan mengerjakan sesuatu dalam waktu singkat.

Sedangkan tepat adalah kena benar dengan sasaran, tujuan, dan maksud.

3. Kerjasama tim. Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sebagai

organisasi pemerintah memiliki sumberdaya manusia yang cukup banyak.

Sumber daya manusia ini merupakan potensi bagi terbentuknya suatu tim

Universitas Sumatera Utara


besar. Oleh karena itu, dalam mengemban tugas-tugas pembangunan

kesehatan, harus dibina kerja tim yang utuh dan kompak, dengan

menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), kerjasama adalah

kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (lembaga,

pemerintah dan sebagainya) untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama

bukan sekedar bekerja bersama-sama, namun kerjasama di antara dua

potensi yang berbeda atau lebih, dengan beban, tanggung jawab, dan

fungsi yang berbeda dan hasilnya lebih dari sekedar penjumlahannya

(Poerwopoespita dan Utomo, 2000).

4. Integritas yang tinggi. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,

setiap pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang harus memiliki

komitmen yang tinggi dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah

ditetapkan. Selain itu, dalam melaksanakan tugas, semua pegawai Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang harus memiliki ketulusan hati,

kejujuran, berkepribadian yang teguh, dan bermoral tinggi. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), integritas diartikan sebagai mutu,

sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga

memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan

kewibawaan/kejujuran.

5. Transparan dan akuntablitas. Dalam era demokrasi dan perkembangan

masyarakat yang lebih cerdas dan tanggap, tuntutan atas pelaksanaan tugas

Universitas Sumatera Utara


yang transparan dan dapat dipertanggung-gugatkan (akuntabel) terus

meningkat. Oleh karenanya semua kegiatan pembangunan kesehatan yang

diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, harus

dilaksanakan secara transparan, dapat dipertanggungjawabkan dan

dipertanggunggugatkan kepada publik. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2005), transparan berarti jernih; nyata; jelas; tidak terbatas pada

orang tertentu saja; terbuka. Sedangkan akuntabilitas adalah  kewajiban

untuk menyampaikan pertanggungjawaban.

2.1.4 Budaya Kuat, Budaya Lemah dan Budaya Adaptif

Budaya menyampaikan kepada setiap anggota organisasi bagaimana

pekerjaan dilakukan dan apa-apa saja yang bernilai penting. Bergantung pada

kekuatannya, budaya dapat memengaruhi sikap dan perilaku anggota-anggota

organisasi secara bermakna (Robbins, 2006). Budaya yang kuat ditandai oleh

nilai-nilai inti organisasi yang dipegang kukuh dan disepakati secara luas.

Budaya organisasi yang kuat memberikan kejelasan tentang perilaku yang

harus ditempuh dan memberikan identitas organisasi (Matondang, 2008). Semakin

banyak jumlah anggota yang menerima dan menghayati nilai-nilai inti,

menyepakati makna dan kepentingannya, dan semakin besar komitmen para

anggota terhadap nilai-nilai tersebut, maka akan semakin kuat pula budaya

organisasi tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Budaya yang kuat memiliki pengaruh yang besar terhadap sikap anggota

organisasi dibandingkan dengan budaya yang lemah (Robbins, 2006). Sebaliknya

budaya organisasi dipandang lemah bila sangat terfragmentasi dan tidak disatukan

dan diikat dalam nilai dan keyakinan bersama. Menurut Kotter dan Heskett seperti

dikutip oleh Soetjipto dan Firmanzah (2006), kuat atau tidaknya suatu organisasi

dapat diindikasikan dari faktor-faktor sebagai berikut:

1. Stabilitas. Budaya yang kuat mampu memberikan identitas organisasi,

sehingga membuat organisasi tidak terombang-ambing oleh keadaan

internal maupun eksternal.

2. Kedalaman. Budaya yang kuat mampu menjelma menjadi nilai yang

dianut oleh anggota organisasi. Nilai ini secara tidak disadari mengatur

perilaku anggota di banyak aspek pekerjaan.

3. Cakupan. Budaya yang kuat mampu menjangkau sebanyak mungkin

anggota dan aspek pekerjaan. Semakin banyak pegawai menganut budaya

dimaksud dan semakin banyak aspek pekerjaan yang mengacu padanya,

semakin kuat budaya organisasi.

Menurut Killman et.al. (Tika, 2008), budaya organisasi yang kurang

didukung dan sangat dipaksakan akan berpengaruh negatif pada organisasi dan

akan memberi arah yang salah kepada para anggotanya. Akibatnya tugas-tugas

tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan tentunya akan berpengaruh pada kinerja

angotanya. Dengan kata lain, organisasi menjadi kurang mampu menyelesaikan

masalah integrasi internal dan adaptasi eksternal.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Kotter dan Heskett seperti dikutip oleh Soetjipto dan Firmanzah

(2006), budaya yang kuat terkadang bak pedang bermata dua, sebab bila budaya

tersebut tidak tepat maka budaya akan semakin menjerumuskan organisasi.

Budaya yang kuat namun pelaksanaannya tidak sesuai dengan situasi

sesungguhnya dapat mengakibatkan orang berperilaku menghancurkan.

Menurut Kotter dan Heskett (Tika, 2008), budaya yang adaptif dapat

membantu organisasi mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan

lingkungan, yang akan diasosiasikan dengan kinerja yang superior sepanjang

periode waktu yang panjang. Budaya yang adaptif meminta pendekatan yang

bersifat siap menanggung resiko, percaya dan proaktif terhadap kehidupan

organisasi juga kehidupan individu, dimana setiap anggota secara aktif

mendukung usaha satu sama lain untuk mengidentifikasi semua masalah dan

mengimplementasikan pemecahan yang dapat berfungsi. Ada suatu rasa percaya

yang dimiliki bersama, gairah yang menyebar luas, semangat untuk melakukan

apa saja yang dihadapi untuk mencapai keberhasilan organisasi, dan pada

akhirnya para anggota reseptif terhadap perubahan dan inovasi. Budaya organisasi

yang adaptif bersifat fleksibel dan tidak kaku dalam mengikuti keadaan.

Organisasi yang berbudaya kuat dan adaptif memiliki kinerja yang lebih baik bila

dibandingkan organisasi yang berbudaya kuat tapi kurang adaptif.

Universitas Sumatera Utara


2.2. Kinerja

2.2.1 Pengertian Kinerja

Kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) berarti sesuatu

yang dicapai; prestasi yang diperlihatkan; kemampuan kerja. Menurut Ilyas

(1999), kinerja adalah penampilan hasil karya pada seluruh jajaran personil di

dalam suatu organisasi. Sedangkan menurut Rivai (2005), kinerja adalah prestasi

yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya

sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu. Menurut

Mangkunegara (2005), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan

yang dapat dinilai dari hasil kerjanya (Sulistiyani, 2003). Menurut Hasibuan

(2001), kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas

kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Menurut Ilyas (1999),

kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok dan tidak

terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural,

tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personil di dalam organisasi.

Berdasarkan pengertian di atas, Penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja

merupakan prestasi yang dicapai oleh individu maupun kelompok sesuai dengan

tugas, fungsi dan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi

Universitas Sumatera Utara


sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu dengan

kemampuan alami atau kemampuan yang diperolehnya dari proses belajar serta

keinginannya untuk berprestasi.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja

Menurut Mangkunegara (2005), faktor-faktor yang memengaruhi kinerja

yaitu faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi. Mathis dan Jackson (2005)

mengungkapkan beberapa faktor yang memengaruhi kinerja antara lain (1)

Kemampuan; (2) Motivasi; (3) Dukungan yang diterima; (4) Keberadaan

pekerjaan yang dilakukan; dan (5) Hubungan dengan organisasi. Menurut Gibson

(1987), kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu (1) Faktor individu:

kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat

sosial, dan demografi seseorang; (2) Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap,

kepribadian, motivasi, dan kepuasan kerja; dan (3) Faktor organisasi: struktur

organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, dan sistem penghargaan (reward

system). Pengaruh ketiga faktor/variabel tersebut terlihat pada Gambar 2.2.

Universitas Sumatera Utara


PERILAKU PSIKOLOGIS
(Apa yang dikerjakan)
VARIABEL 1. Persepsi
INDIVIDU 2. Sikap
KINERJA 3. Kepribadian
1. Kemampuan dan (Hasil yang diharapkan) 4. Belajar
keterampilan 5. Motivasi
a. Mental
b. Fisik
2. Latar Belakang
a. Keluarga
b. Tingkat sosial VARIABEL
c. Pengalaman ORGANISASI
3. Demografis
a. Umur 1. Sumber daya
b. Etnis 2. Kepemimpinan
c. Jenis kelamin 3. Imbalan
4. Struktur
5. Desain pekerjaan

Gambar 2.2. Faktor/Variabel yang Memengaruhi Kinerja (Gibson, 1987)

Menurut Robbins (2006), kinerja karyawan bergantung pada tingginya

tingkat pengetahuannya akan apa yang harus atau tidak harus ia kerjakan.

Memahami cara yang benar untuk melakukan pekerjaan menunjukkan sosialisasi

yang benar, yang mana sosialisasi yang dimaksud adalah proses penyesuaian

karyawan dengan budaya organisasinya. Jadi sosialisasi yang tepat menjadi faktor

yang penting dalam memengaruhi kinerja.

Pada akhirnya kinerja sebuah organisasi masih tetap tergantung pada

kualitas sumber daya manusia yang ada pada organisasi tersebut. Kualitas sumber

daya manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain tingkat pendidikan,

pengalaman kerja dan pernah tidaknya mengikuti kegiatan pelatihan dan

pengembangan.

Universitas Sumatera Utara


2.2.3 Hubungan Budaya Organisasi dengan Peningkatan Kinerja

Menurut Robbins (2006), budaya organisasi dapat memengaruhi kinerja

dan kepuasan karyawan. Persepsi subjektif karyawan secara keseluruhan terhadap

organisasi didasarkan pada beberapa faktor seperti derajat toleransi resiko,

tekanan atau perhatian tim serta dukungan masyarakat. Persepsi yang mendukung

atau tidak mendukung ini kemudian memengaruhi kinerja dan kepuasan

karyawan, dengan dampak yang lebih besar pada penguatan budaya. Pengaruh

budaya organisasi pada kinerja dan kepuasan dapat dilihat pada Gambar 2.3 di

bawah ini.

Kekuatan
Faktor Tujuan

1. Inovasi dan Tinggi


Kinerja
penempatan Berdampak
resiko pada
Budaya
2. Perhatian secara
jelas Organisasi
3. Orientasi hasil
4. Orientasi orang Kepuasan
5. Orientasi tim
6. Keagresifan
7. Stabil Rendah

Gambar 2.3. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja dan Kepuasan


(Robbins, 2006)

Menurut Kotter dan Heskett dalam Tika (2008), hubungan budaya

organisasi/perusahaan dengan kinerja perusahaan, yaitu:

1. Budaya organisasi dapat mempunyai dampak yang berarti terhadap kinerja

ekonomi jangka panjang.

Universitas Sumatera Utara


2. Budaya perusahaan mungkin akan menjadi suatu faktor yang bahkan lebih

penting lagi dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan perusahaan

dalam dasawarsa yang akan datang.

3. Budaya perusahaan yang menghambat kinerja keuangan jangka panjang

cukup banyak, mudah berkembang bahkan dalam perusahaan-perusahaan

yang penuh dengan orang-orang yang pandai dan berakal sehat.

4. Walaupun sulit untuk diubah, budaya perusahaan dapat dibuat agar

bersifat lebih meningkatkan kinerja. Tentunya upaya ini membutuhkan

waktu dan menuntut kepemimpinan yang sedikit berbeda.

Beberapa penelitian terdahulu mengenai hubungan antara budaya

organisasi dengan kinerja setiap anggota organisasi dimana budaya organisasi

berpengaruh terhadap kinerja adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian Koesmono (Zebua, 2009) menyatakan terdapat pengaruh

budaya organisasi terhadap motivasi dan kepuasan kerja serta kinerja

karyawan pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah di

Jawa Timur Tahun 2005.

2. Hasil penelitian Kotter dan Heskett dalam Soetjipto dan Firmansyah

(2006) yang menyatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh pada

kinerja jangka panjang di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero).

Universitas Sumatera Utara


3. Hasil penelitian Damanik (2007) menyatakan terdapat pengaruh budaya

organisasi terhadap motivasi berprestasi perawat di Rumah Sakit Umum

Daerah Pematang Siantar.

4. Hasil penelitian Zuliani (2008) menyatakan bahwa ada pengaruh budaya

organisasi terhadap kinerja perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Sri

Pamela Tebing Tinggi.

5. Hasil penelitian Zebua (2009) menyatakan ada pengaruh budaya organisasi

dan insentif terhadap kinerja staf rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat

Haji Adam Malik.

2.2.4 Penilaian Kinerja

Menurut Ilyas (1999), penilaian kinerja adalah suatu proses menilai hasil

karya personil dalam suatu organisasi melalui suatu instrumen kinerja dan pada

hakikatnya merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kinerja personil

dengan membandingkannya dengan standar baku penampilan. Melalui penilaian

yang dilakukan, penilai dapat mengetahui apakah pekerjaan yang dilaksanakan

sudah sesuai dengan uraian tugas sebagai tolok ukur penilaian. Menurut

Mangkunegara (2005), penilaian kinerja merupakan suatu proses yang digunakan

pimpinan untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya

sesuai dengan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan pendapat Ilyas (1999) dan Mangkunegara (2005), Penulis

menyimpulkan bahwa penilaian kinerja adalah suatu proses penilaian yang

dilakukan secara sistematis untuk mengetahui penampilan hasil kerja personil dan

kinerja organisasi. Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kunci utama untuk

mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien. Penilaian kinerja

individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara

keseluruhan. Gibson, et.al. (1997) menyebutkan tujuan penilaian kinerja dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan pimpinan untuk menentukan imbalan

(upah, promosi, dan alih tugas), identifikasi kebutuhan pelatihan, dan sebagai

umpan balik bagi para pegawai.

Robbins (2006) menyatakan ada 3 (tiga) kriteria yang paling umum dalam

mengevaluasi hasil kerja individu, perilaku dan sifat, yaitu:

1. Hasil kerja seorang pekerja dilihat jika pada suatu pekerjaan

mengutamakan hasil akhir, misalnya volume penjualan, biaya per-unit,

produksi dan sebagainya.

2. Perilaku, dilakukan bila terdapat kesulitan untuk mengidentifikasi hasil

tertentu sebagai hasil langsung dari kegiatan seorang pekerja. Hal ini

terutama pada pekerja sebagai bagian dari kelompok kerja.

3. Sifat, merupakan bagian yang paling lemah dari kriteria penilaian kinerja,

sebab akhirnya sering dihilangkan dari kinerja aktual pekerjaan itu sendiri.

Sifat-sifat yang dinilai seperti sikap yang baik, rasa percaya diri, inisiatif,

loyalitas, dan lainnya.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Dreher dan Dougherty (2001), pengukuran kinerja karyawan

secara umum terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu penilaian terhadap hasil

kerja (result-oriented performance measures) dan penilaian terhadap proses kerja

(process-oriented and human judgement system).

Menurut para ahli, kinerja dapat dinilai oleh berbagai pihak, yaitu:

1. Atasan langsung. Menurut Robbins (2006), penilaian atasan langsung

terhadap bawahannya merupakan cara yang paling banyak dilaksanakan

pada suatu organisasi. Namun banyak juga organisasi yang merasa

penilaian tersebut mengandung kecacatan, karena ada atasan langsung

yang enggan sebagai penentu dari karir bawahannya.

2. Rekan kerja. Penilaian dari rekan kerja merupakan salah satu sumber

paling handal dari data penilaian, karena interaksi yang terjadi

menyebabkan rekan sekerja mengenal secara menyeluruh kinerja seorang

karyawan. Penilaian dari rekan sekerja sering berguna bagi penilaian

kinerja profesional seperti perawat, pengacara dan guru besar (Dreher dan

Dougherty, 2001). Kelemahan dari penilaian ini adalah rekan sekerja tidak

bersedia untuk saling menilai, dan hasil yang bias kerena prasangka

ataupun disebabkan hubungan persahabatan (Robbins, 2006).

3. Diri sendiri. Penilaian diri sendiri cenderung mengurangi kedefensifan

para karyawan mengenai proses penilaian. Kelemahan cara penilaian diri

sendiri adalah hasil penilaian yang sangat dibesar-besarkan, serta hasil

penilaian diri sendiri dengan penilaian oleh atasan sering kali tidak cocok

Universitas Sumatera Utara


(Robbins, 2006). Menurut Dreher dan Dougherty (2001) serta Robbins

(2006), penilaian cara ini berguna sebagai konseling kinerja ataupun

feedback dari atasan terhadap bawahan, jadi lebih berguna untuk

pengembangan, bukan untuk maksud evaluatif.

4. Bawahan langsung. Menurut Robbins (2006), evaluasi bawahan langsung

dapat memberikan informasi yang tepat dan rinci mengenai perilaku

seorang manajer, karena penilai mempunyai kontak yang erat dengan yang

dinilai. Kelemahan cara ini adalah rasa takut bawahan terhadap

pembalasan dari atasan yang dinilai.

5. Penilaian 360 derajat. Merupakan penilaian kinerja menyeluruh dari segala

arah, sehingga pekerja mendapat umpan balik (feedback) dari berbagai

sumber, yaitu dari atasan langsung, dari rekan sekerja, dari bawahan,

penilaian diri sendiri dan dari pelanggan baik pelanggan internal maupun

pelanggan eksternal (Dreher dan Dougherty, 2001).

Menurut Landy dan Farr (Rivai, 2005), secara umum data kinerja dapat

dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu judgement atau pengukuran bersifat

subjektif dan nonjudgement atau pengukuran secara objektif. Pengukuran

subjektif lebih sering digunakan, terutama oleh psikolog dalam mengevaluasi

sikap manajerial, dengan alasan pengukuran secara objektif cenderung

mempunyai reliabilitas rendah dan cenderung terbatas pada sejumlah pekerjaan.

2.3. Pengelolaan Data

Universitas Sumatera Utara


2.3.1 Data dan Informasi

Secara konseptual, data adalah deskripsi benda, kejadian, aktivitas, dan

transaksi yang tidak mempunyai makna atau tidak berpengaruh secara langsung

kepada pemakai (Kadir, 2003). Data merupakan bahan mentah. Data merupakan

bahan, keterangan, fakta dan catatan (Kartono, 2010). Data yang telah diolah

dengan cara tertentu akan menghasilkan informasi (Jogiyanto, 2005) dengan

bentuk yang diperlukan (Amsyah, 2000). Menurut Lippeveld, et.al. (2000),

informasi merupakan kumpulan fakta atau data yang mempunyai arti.

Informasi merupakan hasil pengolahan data yang dapat digunakan oleh

manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan. Informasi membantu pihak

manajemen dalam mencapai tujuan yang direncanakan sesuai sasaran secara

efektif dan efisien. Menurut Kadir (2003), informasi adalah data yang telah diolah

menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam

pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Sutabri (2005) menjelaskan

bahwa informasi adalah data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau

diinterpretasi untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan.

Sutabri (2003) menyatakan bahwa kualitas data/informasi tergantung pada:

1. Akurat (accurate), dikatakan akurat jika bebas dari kesalahan, tidak bias

atau menyesatkan.

2. Tepat waktu (timelines), informasi tidak terlambat bagi penerima karena

akan digunakan dalam pengambilan keputusan.

Universitas Sumatera Utara


3. Relevan (relevance), dimana informasi bermanfaat bagi pemakainya.

Relevansi informasi berbeda pada setiap orang. Oleh sebab itu sebaiknya

informasi disesuaikan dengan kebutuhan si pemakai.

Sutanta (2003) menjelaskan tentang sepuluh sifat yang dapat menentukan

nilai informasi, yaitu:

1. Kemudahan dalam memperoleh; informasi yang penting dan sangat

dibutuhkan tidak bernilai jika sulit diperoleh;

2. Sifat luas dan kelengkapannya; informasi akan bernilai jika

lingkup/cakupannya luas dan lengkap;

3. Ketelitian (accuracy); informasi menjadi tidak bernilai jika tidak akurat,

karena akan mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan;

4. Kecocokan dengan pengguna (relevance); informasi akan bernilai jika

sesuai dengan kebutuhan penggunanya sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan;

5. Ketepatan waktu; informasi yang tepat waktu dapat dimanfaatkan pada

saat pengambilan keputusan;

6. Kejelasan (clarity); kejelasan informasi akan meningkatkan kesempurnaan

nilai informasi;

7. Fleksibilitas/keluwesan; fleksibilitas informasi diperlukan oleh para

manajer pada saat pengambilan keputusan. Fleksibilitas informasi

dipengaruhi oleh bentuk dan format tampilan informasi;

Universitas Sumatera Utara


8. Dapat dibuktikan; kebenaran informasi tergantung pada validitas dan

sumber yang diolah;

9. Tidak ada prasangka; informasi akan bernilai jika tidak menimbulkan

prasangka dan keraguan adanya kesalahan informasi; dan

10. Dapat diukur; informasi untuk pengambilan keputusan harus dapat diukur

berdasarkan validitas data sumber yang digunakan.

Menurut Lembaga Administrasi Negara RI (2003), data hanya akan

menjadi informasi apabila data tersebut memengaruhi perilaku seseorang, dalam

arti menggerakkan orang untuk berperilaku sesuai dengan maksud dan tujuan

disampaikannya data tersebut, yaitu untuk mengambil keputusan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa data akan memengaruhi perilaku pengambilan keputusan

dalam suatu organisasi.

2.3.2 Manajemen Data dalam Suatu Organisasi

Manajemen berarti mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola.

Menurut Muninjaya (2004), manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana

menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai

tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Sesuai dengan pendapat Peter

Drucker yang dikutip oleh Muninjaya (2004), manajemen dilaksanakan untuk

mencapai tujuan organisasi dan dapat dipelajari dari perilaku organisasi tersebut

dalam proses memecahkan masalah.

Universitas Sumatera Utara


Manajemen berfungsi mencermati dan mengidentifikasi arti bagi beragam

situasi yang dihadapi oleh organisasi, membuat keputusan, dan merumuskan

rencana aksi untuk memecahkan masalah organisasi. Para manajer/pimpinan

menghadapi tantangan dalam lingkungannya dan menetapkan strategi organisasi

untuk menjawab dan mengalokasikan sumber daya manusia dan keuangan untuk

mencapai strategi dan mengkoordinasi pekerjaan (Laudon dan Laudon, 2005).

Manajemen data adalah proses pengelolaan data sehingga dapat digunakan

sebagai sumber informasi yang siap untuk dianalisis dan dapat dipercaya untuk

perorangan/umum (Kartono, 2010). Manajemen data merupakan proses yang

sangat penting setelah data terkumpul melalui wawancara atau pengukuran

(Ariawan, 2010).

Menurut Siregar (1992), proses pengelolaan data menjadi informasi terdiri

dari beberapa kegiatan yaitu:

1. Pengumpulan dan penyimpanan data. Menurut Budiarto (2002), teknik

yang digunakan untuk pengumpulan data adalah (1) Wawancara; (2)

Angket; (3) Pengamatan; dan (4) Pemeriksaan. Data dikumpulkan dengan

metode rutin dan non rutin. Data disimpan untuk selanjutnya diolah

menjadi informasi.

2. Pengolahan data. Menurut Budiarto (2002), data yang kita kumpulkan

merupakan data mentah yang harus diorganisasi sedemikian rupa agar

dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik hingga mudah dianalisa dan

ditarik kesimpulan. Pengolahan data merupakan proses yang sangat

Universitas Sumatera Utara


penting dalam manajemen data sehingga harus dilakukan dengan baik dan

benar. Kegiatan dalam proses pengolahan data terdiri dari (1) Memeriksa

data (editing); (2) Memberi kode (coding); dan (3) Menyusun data

(tabulating). Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah, dan hasilnya

akan dimasukkan ke dalam format yang telah disediakan yang berfungsi

sebagai laporan untuk dikirimkan pada suatu periode waktu tertentu

(Depkes RI, 2005).

3. Analisa data. Analisa adalah suatu pemeriksaan dan evaluasi dari suatu

informasi yang sesuai dan relevan dalam menyeleksi suatu tindakan yang

terbaik dari berbagai macam alternatif variasi (Depkes RI, 2009). Data

yang telah diolah harus dianalisis agar diperoleh informasi terkait dengan

fenomena atau suatu fakta. Data dianalisis secara deskriptif, komparatif,

kecenderungan dan hubungan (Purwanto, 2009).

4. Penyajian informasi. Setelah dianalisis, menurut Budiarto (2002),

informasi disajikan agar para pengamat dapat dengan mudah memahami

fenomena atau fakta yang terjadi. Data yang disajikan harus sederhana dan

jelas agar mudah dibaca. Penyajian data dapat berupa tulisan, tabel, grafik,

dan peta. Menurut Depkes RI (2009), penyajian informasi juga merupakan

kegiatan penyebarluasan informasi.

Dari beberapa definisi di atas, maka Penulis menyimpulkan bahwa

manajemen data merupakan proses pengelolaan data menjadi informasi yang

terdiri dari beberapa kegiatan yaitu pengumpulan dan penyimpanan data,

Universitas Sumatera Utara


pengolahan dan pelaporan data, analisis data/informasi, dan penyajian

data/informasi.

Dalam suatu organisasi, aktivitas manajemen data seringkali menemukan

kendala/masalah terkait dengan keberadaan data/informasi sebagai dasar untuk

pengambilan keputusan. Menurut Lippeveld, et.al. (2000), banyak faktor yang

memengaruhi penggunaan informasi untuk pengambilan keputusan seperti politik,

ideologi, anggaran, donatur, tekanan dari kelompok tertentu, NGO, krisis, media,

komunitas dalam masyarakat dan sebagainya.

2.4. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Pembangunan kesehatan dilakukan dengan prioritas pada upaya

peningkatan kesehatan masyarakat dan keluarga melalui peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan. Derajat kesehatan masyarakat dan keluarga antara lain

ditentukan oleh derajat KIA sebagai kelompok penduduk yang rawan dan

strategis. Oleh karena itu perlu diupayakan penurunan AKI dan AKB yang

merupakan indikator penilaian derajat kesehatan masyarakat (Depkes RI, 1993).

Upaya penurunan kematian ibu dan bayi dapat dilakukan dengan

peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan KIA, sehingga program KIA tetap

diharapkan menjadi kegiatan prioritas baik di tingkat Puskesmas maupun di

tingkat kabupaten/kota (Depkes RI, 2009).

2.4.1 Tujuan Program KIA

Universitas Sumatera Utara


Secara umum pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan

meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien

(Depkes RI, 2005). Menurut Depkes RI (2009), pemantapan pelayanan KIA

dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut: (1) Peningkatan

pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas

kesehatan; (2) Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

kompeten diarahkan ke fasilitas kesehatan; (3) Peningkatan pelayanan bagi

seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas kesehatan; (4) Peningkatan

pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas kesehatan; (5)

Peningkatan deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus

oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat; (6) Peningkatan penanganan

komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan pengamatan secara terus-

menerus oleh tenaga kesehatan; (7) Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh

bayi sesuai standar di semua fasilitas kesehatan; (8) Peningkatan pelayanan

kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua fasilitas kesehatan; dan

(9) Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

2.4.2 Petugas KIA

Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang dimaksud

dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan

di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

Universitas Sumatera Utara


melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan bagian dari petugas

kesehatan. Menurut KBBI (2005), yang dimaksud dengan petugas adalah orang

yang bertugas melakukan sesuatu. Jadi dapat disimpulkan bahwa petugas KIA

merupakan orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki

pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang

bertugas mengelola program KIA seperti Bidan di Desa (Bides), Bidan

Koordinator (Bikor) di Puskesmas, Bikor di kabupaten, petugas KIA lainnya.

Sejak tahun 1989, Depkes RI telah menetapkan kebijakan menempatkan

Bides dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak balita dan

menurunkan angka kelahiran serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk

hidup sehat (Depkes RI, 2007). Menurut Depkes RI (1998), kegiatan Bides sejak

penempatannya adalah:

1. Analisa situasi, yang meliputi (1) Mengenal wilayah kerjanya; (2)

Melakukan pendataan langsung dengan bantuan kader/pamong; dan (3)

Bersama Kepala Desa dan Ketua PKK serta kader dan dukun bayi

menyusun jadwal kegiatan rutin yang akan dilaksanakan di desa.

2. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi hal-hal sebagai berikut (1) Upaya

penurunan AKI; (2) Upaya penurunan AKB; dan (3) Manajerial program

KIA dan upaya pendukungnya.

3. Evaluasi, yang dilakukan yaitu (1) Merekam semua kegiatan yang

dilaksanakan; (2) Mengirimkan laporan pelaksanaan kegiatan ke

Puskesmas secara rutin; (3) Melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) ke

Universitas Sumatera Utara


Puskesmas; (4) Menghadiri mini lokakarya di Puskesmas dengan

membawa semua laporan dan rencana kegiatan serta permasalahan yang

dihadapi; dan (5) Memantau cakupan pelayanan KIA di wilayah kerjanya

dengan membuat PWS-KIA.

Namun demikian, tentunya kemampuan klinis dan administrasi setiap

Bides bervariasi, sehingga Bikor di Puskesmas dipandang sebagai orang yang

tepat untuk membina Bides, dan bahkan bidan praktek swasta di wilayah kerjanya.

Gagasan yang sama untuk pembinaan tingkat Puskesmas juga memunculkan

adanya Bikor di kabupaten (Depkes RI, 2007). Jadi upaya revitalisasi Bikor

Puskesmas tidak hanya berperan membina Bides dalam aspek klinis medis, tapi

juga berperan dalam aspek manajerial program KIA (Depkes RI, 2007).

Peran Bikor adalah: (1) Membimbing keterampilan klinis profesi bidan

dan manajemen program KIA; (2) Merencanakan kebutuhan prasarana dan

logistik; (3) Mendorong dan memotivasi untuk melakukan praktek terbaik dan

menjalankan program sesuai standar; (4) Menyelia dan memantau kinerja; dan (5)

Melakukan kerjasama tim lintas program dan lintas sektor. Dalam menjalankan

peran ini, Bikor diharapkan bekerja sebagai tim dengan petugas kesehatan lainnya

di Puskesmas. Hal ini penting mengingat program KIA di Puskesmas merupakan

bidang terpadu dari berbagai bidang yang pada tingkat pusat merupakan program

yang bersifat terkotak-kotak, seperti kesehatan anak, kesehatan ibu, gizi, KB, dan

imunisasi (Depkes RI, 2007).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Depkes RI (2007), agar Bikor dapat menjalankan peran dengan

baik, maka Bikor diharapkan dapat menjalankan tugas-tugas yang lebih rinci

sebagai berikut:

1. Menjalin komunikasi dan koordinasi kerja dengan Bides dan bidan praktek

swasta maupun sesama lintas sektor dan lintas program.

2. Merencanakan dan melaksanakan penyeliaan fasilitatif kepada Bides dan

bidan praktek swasta di wilayah kerja Puskesmas.

3. Menilai tingkat kepatuhan terhadap standar pelayanan KIA di Puskesmas

dan melakukan verifikasi tingkat kepatuhan terhadap bidan yang diselia.

4. Mengidentifikasi komponen yang tidak memenuhi standar dan secara

bersama-sama dengan bidan di desa mencari solusi pemecahan

masalahnya.

5. Membuat rencana tindak lanjut bersama-sama dengan bidan yang diselia.

6. Melaksanakan dan memantau upaya perbaikan mutu yang dilakukan.

7. Membuat pencatatan dan pelaporan.

8. Memberikan masukan melalui Puskesmas untuk perencanaan tingkat

kabupaten sebagai bagian penguatan sistem penyeliaan.

9. Mengusulkan penghargaan bagi bidan berprestasi, peningkatan kompetensi

bidan dan pengembangan karir bidan.

Dalam penyeliaan fasilitatif, seorang Bikor di Puskesmas minimal

mempunyai kualifikasi sebagai berikut: (1) Masih bertugas di Puskesmas; (2)

Memiliki masa kerja minimal lima tahun; (3) Mampu dan terampil dalam bidang

Universitas Sumatera Utara


klinis profesi bidan dan manajemen program KIA; (4) Dapat bekerja sama dalam

tim; (5) Mempunyai kemampuan pengambilan keputusan dalam keadaan darurat

pada pra-rujukan; dan (6) Mempunyai kemampuan melakukan penyeliaan

fasilitatif (Depkes RI, 2007).

Untuk penguatan program KIA, Bikor mengadakan pertemuan dengan

Bides setiap bulannya, sementara pertemuan dengan Balai Pengobatan Swasta

(BPS) dan Rumah Bersalin (RB) di wilayah kerja Puskesmas diharapkan

dilaksanakan sekali dalam tiga bulan. Bikor di Puskesmas melakukan koordinasi

dengan lintas program dan lintas sektor terkait untuk melaksanakan program KIA.

Hasil kegiatan Bikor Puskesmas dilaporkan kepada pengelola program KIA dan

Kepala Puskesmas (Depkes RI, 2007).

Dalam melaksanakan koordinasi kerja di tingkat kabupaten/kota, Bikor di

Puskesmas dan Bikor di kabupaten/kota perlu bekerja sama dengan dokter

spesialis kebidanan dan anak dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD),

organisasi profesi seperti Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Persatuan Obstetri

Ginekologi Indonesia (POGI) dan Ikatan Dokter Ahli Anak Indonesia (IDAI)

yang ada di wilayah setempat.

Dinas kesehatan kabupaten/kota melaksanakan pertemuan setiap tiga bulan

dengan Bikor di Puskesmas. Pada pertemuan tersebut, Bikor di Puskesmas

melaporkan kegiatan selama tiga bulan terakhir baik yang berasal dari kegiatan

penyeliaan/supervisi/pemantauan. Laporan Bikor di Puskesmas ini dapat menjadi

Universitas Sumatera Utara


laporan program KIA dinas kesehatan kabupaten/kota kepada dinas kesehatan

propinsi (Depkes RI, 2007).

Dalam kaitannya dengan pengelolaan data, petugas KIA di Kabupaten Deli

Serdang selain Bikor di Kabupaten adalah seksi kesehatan ibu dan kepala bidang

kesehatan keluarga memiliki rincian tugas sebagai berikut:

1. Seksi kesehatan ibu, yaitu:

a. Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengontrol dan merencanakan

kegiatan pelaksanaan tugas;

b. Melaksanakan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan ibu dan

Keluarga Berencana (KB);

c. Melakukan pembinaan dan pelatihan terhadap tenaga pengelola teknis di

bidang kesehatan ibu;

d. Melaksanakan pemantauan terhadap kematian maternal dan perinatal;

e. Menyampaikan saran dan pertimbangan pada atasan tentang langkah-

langkah yang perlu diambil dengan ketentuan yang berlaku; dan

f. Menyusun laporan sesuai hasil yang telah dicapai sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.

2. Kepala bidang kesehatan keluarga, yaitu:

a. Menyusun perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi di bidang

kesehatan keluarga;

b. Membina dan membimbing kegiatan pelaksanaan kesehatan ibu dan KB;

Universitas Sumatera Utara


c. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-

langkah yang perlu diambil dengan ketentuan yang berlaku; dan

d. Menyusun laporan sesuai hasil yang telah dicapai sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas (Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang, 2009).

2.5. Landasan Teori

Budaya merupakan nilai dan norma yang berlaku di suatu organisasi dan

dianut secara bersama-sama oleh para anggotanya, memberikan identitas

organisasi dan merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan

organisasi dalam mencapai tujuannya (Matondang, 2008). Menurut Killman et.al.

(Tika, 2008), bila budaya organisasi kurang didukung dan sangat dipaksakan,

maka akan berpengaruh negatif pada organisasi dan akan memberi arah yang

salah kepada para anggotanya sehingga tugas-tugas tidak dapat dilaksanakan

dengan baik dan tentunya akan berpengaruh pada kinerja anggotanya.

Sashkein dan Kisher (Tika, 2008) menyatakan bahwa budaya organisasi

terdiri dari dua komponen yaitu nilai (value) dan keyakinan (belief) yakni sikap

tentang bagaimana seharusnya bekerja dalam organisasi. Semakin kuat suatu

budaya, semakin besar pengaruhnya terhadap perilaku dan kinerja seorang

karyawan (Robbins, 2006).

Universitas Sumatera Utara


Nilai-nilai yang terdiri dari berpihak pada rakyat, bertindak cepat dan

tepat, kerjasama tim, integritas yang tinggi serta transparan dan akuntabilitas serta

keyakinan tentang cara bagaimana seharusnya bekerja dalam organisasi menjadi

pedoman perilaku bekerja bagi seluruh pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang, termasuk petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang agar

visi yang telah ditetapkan dapat direalisasikan.

Menurut Robbins (2006), budaya organisasi memengaruhi kinerja dan

kepuasan karyawan. Persepsi subjektif karyawan secara keseluruhan terhadap

organisasi didasarkan pada beberapa faktor seperti derajat toleransi resiko,

tekanan atau perhatian tim serta dukungan masyarakat. Keseluruhan persepsi ini

akan memengaruhi kinerja dan kepuasan karyawan, dengan dampak yang lebih

besar pada penguatan budaya. Gibson (2003) berpendapat bahwa kepribadian

yang merupakan pola perilaku dan proses mental yang mencirikan seseorang amat

banyak dipengaruhi oleh faktor kebudayaan dan sosial, yang akhirnya membentuk

kinerja orang tersebut. Jadi terdapat pengaruh antara budaya terhadap kinerja

seseorang.

Penilaian kinerja dilakukan secara sistematis untuk mengetahui

penampilan hasil kerja personil dan kinerja organisasi untuk mengembangkan

suatu organisasi secara efektif dan efisien sehingga dapat diketahui kondisi/kinerja

yang sebenarnya. Demikian pula penilaian kinerja yang dilakukan pada Bikor di

Puskesmas maupun Bikor di kabupaten yang merupakan petugas KIA.

Universitas Sumatera Utara


Bikor di Puskesmas dan petugas KIA di kabupaten diharapkan tidak hanya

berperan membina bidan di desa dalam aspek klinis medis, tapi juga berperan

dalam aspek manajerial program KIA termasuk dalam pengelolaan data KIA di

Kabupaten Deli Serdang yaitu pengumpulan dan penyimpanan data, pengolahan

dan pelaporan data, analisa data/informasi, dan penyajian data/informasi.

Sehingga dengan demikian data dan informasi yang dihasilkan dari program KIA

dapat dipakai sebagai dasar/bukti pembuatan rencana dan anggaran untuk

memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara

efektif dan efisien (evidence based).

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori, maka dapat dirumuskan kerangka konsep yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

Budaya Organisasi Kinerja Petugas KIA dalam


Dinas Kesehatan Pengelolaan Data
Kabupaten Deli Serdang

1. Nilai (Values): 1. Pengumpulan dan


a. Berpihak pada rakyat penyimpanan data
b. Bertindak cepat dan tepat 2. Pengolahan dan pelaporan
c. Kerjasama tim data
d. Integritas yang tinggi 3. Analisa data/informasi
e. Transparan dan 4. Penyajian data/informasi
akuntabilitas
2. Keyakinan (Belief)

Sumber: Sashkein dan Kisher (Tika, 2008), Siregar (1992)

Gambar 2.4. Hubungan Variabel pada Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat dijelaskan definisi konsep

dalam penelitian ini adalah bahwa budaya organisasi di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari nilai berpihak pada rakyat, nilai

bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai

transparan dan akuntabilitas serta keyakinan (belief) berpengaruh terhadap kinerja

petugas KIA dalam pengelolaan data (pengumpulan dan penyimpanan data,

pengolahan dan pelaporan data, analisis data/informasi dan penyajian

data/informasi) di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survei eksplanatori (explanatory research) yang

ditujukan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui

pengujian hipotesa (Singarimbun, 1989), yaitu untuk menjelaskan pengaruh

budaya organisasi (nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai

kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai transparans dan akuntabel serta

keyakinan (belief)) terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data

(pengumpulan dan penyimpanan data, pengolahan data, pelaporan data/informasi,

analisa data/informasi, dan penyajian data/informasi) di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

dimana Program KIA merupakan program prioritas di Kabupaten Deli Serdang.

Hal ini dapat dilihat dari dicanangkannya Gerakan CERIA dan Peraturan Daerah

Nomor 37/K/DPRD/2009 tentang KIBBLA di Kabupaten Deli Serdang. Waktu

penelitian dilaksanakan Januari-Maret 2011.

Universitas Sumatera Utara


3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh Bikor di Puskesmas yang ada di Kabupaten Deli

Serdang dan seluruh petugas KIA yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang yang terdiri dari 33 orang Bikor di Puskesmas dan 7 (tujuh) orang

petugas KIA kabupaten (kepala bidang kesehatan keluarga, Bikor di

kabupaten/kepala seksi kesehatan ibu, dan lima orang staf seksi kesehatan ibu

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang). Seluruh populasi dijadikan sampel

dalam penelitian ini. Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Data primer merupakan data yang bersumber dari responden. Data

dikumpulkan dengan melakukan wawancara secara langsung kepada

responden dengan menggunakan instrumen/alat ukur berupa kuesioner,

melakukan pengamatan (observasi) dengan menggunakan instrumen daftar

cek (checklist), dan wawancara mendalam (indepth interview) pada tiga

responden yang dijadikan informan untuk menggali pengaruh implementasi

nilai-nilai dan keyakinan informan terhadap kinerja pengelolaan data KIA di

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


2. Data sekunder, diambil dari data-data yang mendukung data primer yang

diperoleh dari laporan-laporan bulanan dan hasil studi kepustakaan.

Instrumen penelitian yang baik harus valid dan reliabel (Sugiyono, 2009).

Jadi sebelum instrumen digunakan pada sampel penelitian, terlebih dahulu telah

dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada 30 orang petugas KIA di Dinas

Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai dengan alasan nilai-nilai budaya

organisasi yang sama dan kemiripan karakteristik lainnya.

Validitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur

betul-betul mengukur apa yang perlu diukur. Sedangkan reliabilitas adalah indeks

yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsisten bila pengukuran dilakukan dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama (Singarimbun, 1989).

Untuk uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi antar item skor dan

skor total (item-total correlation), yaitu dengan melihat signifikansi skor item

dengan skor total. Untuk skor item yang signifikan dengan skor total dapat

dimasukkan/diikutsertakan sebagai variabel yang valid. Sedangkan untuk skor

item yang tidak signifikan, dikeluarkan sebagai variabel.

Untuk uji reliabilitas dilakukan dengan teknik “test-retest”, yaitu variabel-

variabel yang valid pada uji validitas, diulang kembali pada responden yang sama

dalam selang waktu 12 hari. Selanjutnya total skor pada pengambilan data ulang

Universitas Sumatera Utara


ini dikorelasikan dengan total skor pada uji validitas sebelumnya. Jika kedua total

skor ini berkorelasi signifikan, maka instrumen tersebut reliabel.

Berikut disajikan data hasil uji validitas dan reliabilitas dari variabel

independen dan dependen dalam penelitian ini.

Tabel 3.1. Uji Validitas Variabel Independen


Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga

Item Skor Item Skor Korelasi Total Skor - vs -


(x1…x24) (x1…x22)
P p Total Skor Pengambilan Ulang
- vs- - vs-

Total Skor Total Skor

x1 – vs – xtot 0,774* x1 – vs – xtot 0,797*

x2 – vs – xtot 0,173 x3 – vs – xtot 0,457* p = 0,000*

x3 – vs – xtot 0,470* x4 – vs – xtot 0,515*

x4 – vs – xtot 0,503* x5 – vs – xtot 0,684*

x5 – vs – xtot 0,678* x6 – vs – xtot 0,775*

x6 – vs – xtot 0,772* x7 – vs – xtot 0,522*

x7 – vs – xtot 0,531* x8 – vs – xtot 0,578*

x8 – vs – xtot 0,564* x9 – vs – xtot 0,505*

x9 – vs – xtot 0,516* x10 – vs – xtot 0,678*

x10 – vs – xtot 0,678* x11 – vs – xtot 0,389*

x11 – vs – xtot 0,363* x12 – vs – xtot 0,422*

x12 – vs – xtot 0,443* x14 – vs – xtot 0,705*

x13 – vs – xtot 0,258 x15 – vs – xtot 0,589*

x14 – vs – xtot 0,709* x16 – vs – xtot 0,395*

x15 – vs – xtot 0,587* x17 – vs – xtot 0,667*

Universitas Sumatera Utara


x16 – vs – xtot 0,393* x18 – vs – xtot 0,579*

x17 – vs – xtot 0,683* x19 – vs – xtot 0,498*

x18 – vs – xtot 0,592* x20 – vs – xtot 0,389*

x19 – vs – xtot 0,510* x21 – vs – xtot 0,649*

x20 – vs – xtot 0,368* x22 – vs – xtot 0,642*

x21 – vs – xtot 0,667* x23 – vs – xtot 0,436*

x22 – vs – xtot 0,616* x24 – vs – xtot 0,520*

x23 – vs – xtot 0,409*

x24 – vs – xtot 0,503*

Keterangan : * = signifikan
Sumber : Lampiran 7 (diolah)

Pada uji validitas tahap pertama, ada 2 (dua) indikator yaitu x2 dan x13

yang tidak valid. Pada uji tahap kedua, indikator x2 dan x13 tidak diikutsertakan

lagi. Setelah indikator tersebut dikeluarkan, maka dilakukan uji korelasi antara

item skor yang terpilih dengan total skornya, diperoleh hasil bahwa 22 pertanyaan

pada variabel independen yang diuji semuanya valid.

Selanjutnya 22 variabel yang mengukur variabel budaya organisasi ini

diujicobakan kembali pada 12 hari berikutnya kepada responden yang sama. Skor

total pada uji coba kedua ini dikorelasikan dengan skor total uji validitas tahap

pertama, dimana hasil korelasinya signifikan (p < 0,05), artinya instrumen untuk

mengukur variabel independen (budaya organisasi) sudah valid dan reliabel.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.2. Uji Validitas Variabel Dependen
Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga

Item Skor Item Skor Korelasi Total Skor – vs –


(y1…y16) (y1…y16)
P p Total Skor Pengambilan Ulang
- vs- - vs-

Total Skor Total Skor

y1 – vs – ytot 0,576* y1 – vs – ytot 0,575*

y2 – vs – ytot 0,605* y2 – vs – ytot 0,602* p = 0,000*

y3 – vs – ytot 0,664* y3 – vs – ytot 0,663*

y4 – vs – ytot 0,444* y4 – vs – ytot 0,442*

y5 – vs – ytot 0,742* y5 – vs – ytot 0,740*

y6 – vs – ytot 0,420* y6 – vs – ytot 0,407*

y7 – vs – ytot 0,515* y7 – vs – ytot 0,512*

y8 – vs – ytot 0,479* y8 – vs – ytot 0,476*

y9 – vs – ytot 0,728* y9 – vs – ytot 0,725*

y10 – vs – ytot 0,696* y10 – vs – ytot 0,694*

y11 – vs – ytot 0,846* y11 – vs – ytot 0,883*

y12 – vs – ytot 0,791* y12 – vs – ytot 0,805*

y13 – vs – ytot 0,418* y13 – vs – ytot 0,412*

y14 – vs – ytot 0,637* y14 – vs – ytot 0,630*

y15 – vs – ytot 0,580* y15 – vs – ytot 0,569*

y16 – vs – ytot 0,582* y16 – vs – ytot 0,579*

Keterangan : * = signifikan
Sumber : Lampiran 7 (diolah)

Universitas Sumatera Utara


Pada uji validitas tahap pertama, 16 pertanyaan yang digunakan pada

variabel dependen adalah valid. Selanjutnya 16 pertanyaan yang digunakan pada

variabel dependen untuk mengukur kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data

diujicobakan kembali bersamaan dengan variabel independen pada 12 hari

berikutnya kepada responden yang sama untuk menguji reliabilitas variabel

dependen. Skor total pada uji coba ini dikorelasikan dengan skor total uji validitas

tahap pertama, dimana hasil korelasinya signifikans (p < 0,05), artinya instrumen

untuk mengukur kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data sudah valid dan

reliabel.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis, maka dalam penelitian ini

terdapat dua konsep yang menjadi perhatian, yaitu budaya organisasi dan kinerja

petugas KIA dalam pengelolaan data.

Variabel budaya organisasi, yaitu nilai-nilai yang diyakini baik dan benar

yaitu: berpihak pada rakyat, bertindak cepat dan tepat, kerjasama tim, integritas

yang tinggi, transparan dan akuntabel serta keyakinan petugas KIA dalam

melaksanakan kegiatan pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang; yang selanjutnya disebut variabel bebas (independent variable) atau

variabel yang memengaruhi (disebut variabel X).

Variabel kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data, yaitu kinerja

petugas KIA dalam melaksanakan pengelolaan data KIA yang terdiri dari

Universitas Sumatera Utara


pengumpulan dan penyimpanan data, pengolahan dan pelaporan data, analisa

data/informasi, dan penyajian data/informasi dengan berpedoman pada uraian

tugas dari petugas KIA di Dinas Kesehatan dan di seluruh Puskesmas di

Kabupaten Deli Serdang; yang selanjutnya disebut variabel terikat (dependent

variable) atau variabel yang dipengaruhi (disebut variabel Y), terdiri dari

pengumpulan dan penyimpanan data, pengolahan data, pelaporan data/informasi,

analisa data/informasi, dan penyajian data/informasi KIA.

3.5.1 Variabel Independen

Sebagai operasionalisasi dari variabel independen adalah:

1. Berpihak pada rakyat, yaitu persepsi petugas KIA tentang nilai yang

dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk

membentuk kinerja petugas KIA yang mengutamakan kepentingan dan

kepuasan masyarakat dan tidak membeda-bedakan suku, golongan, agama,

dan status sosial dalam memberikan pelayanan KIA. Nilai berpihak pada

rakyat dibagi dalam 3 (tiga) kategori, yaitu:

a. Baik, apabila responden memiliki sebagian besar persepsi tentang nilai

yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

untuk membentuk kinerja petugas KIA yang mengutamakan kepentingan

dan kepuasan masyarakat dan tidak membeda-bedakan suku, golongan,

agama, dan status sosial dalam memberikan pelayanan KIA.

Universitas Sumatera Utara


b. Cukup, apabila responden memiliki sebagian persepsi tentang nilai yang

dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk

membentuk kinerja petugas KIA yang mengutamakan kepentingan dan

kepuasan masyarakat dan tidak membeda-bedakan suku, golongan,

agama, dan status sosial dalam memberikan pelayanan KIA.

c. Kurang, apabila responden memiliki sebagian kecil saja persepsi tentang

nilai yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

untuk membentuk kinerja petugas KIA yang mengutamakan kepentingan

dan kepuasan masyarakat dan tidak membeda-bedakan suku, golongan,

agama, dan status sosial dalam memberikan pelayanan KIA.

2. Bertindak cepat dan tepat, yaitu persepsi petugas KIA tentang upaya yang

dikembangkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk

mencapai perilaku bekerja yang selalu bertindak cepat dan tepat dalam

mengatasi masalah kesehatan, terutama yang sifatnya darurat dengan

pertimbangan yang cermat, sehingga tindakan yang diambil tepat mengenai

sasaran/tujuan. Nilai bertindak cepat dan tepat dibagi dalam 3 (tiga) kategori,

yaitu:

a. Baik, apabila responden memiliki sebagian besar persepsi tentang nilai

yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

untuk mencapai perilaku bekerja yang selalu bertindak cepat dan tepat

dalam mengatasi masalah kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


b. Cukup, apabila responden memiliki sebagian persepsi tentang nilai yang

dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk

mencapai perilaku bekerja yang selalu bertindak cepat dan tepat dalam

mengatasi masalah kesehatan.

c. Kurang, apabila responden memiliki sebagian kecil saja persepsi tentang

nilai yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

untuk mencapai perilaku bekerja yang selalu bertindak cepat dan tepat

dalam mengatasi masalah kesehatan.

3. Kerjasama tim, yaitu persepsi petugas KIA tentang hubungan/interaksi yang

dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk

mencapai suasana dan kemauan petugas KIA untuk bekerja secara tim dalam

meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan KIA dengan menerapkan

prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme. Nilai kerjasama tim

dibagi dalam 3 (tiga) kategori, yaitu:

a. Baik, apabila responden memiliki sebagian besar persepsi tentang nilai

yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

untuk mencapai suasana dan kemauan petugas KIA untuk bekerja secara

tim dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan KIA dengan

menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme.

Universitas Sumatera Utara


b. Cukup, apabila responden memiliki sebagian persepsi tentang nilai yang

dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk

mencapai suasana dan kemauan petugas KIA untuk bekerja secara tim

dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan KIA dengan

menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme.

c. Kurang, apabila responden memiliki sebagian kecil saja persepsi tentang

nilai yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

untuk mencapai suasana dan kemauan petugas KIA untuk bekerja secara

tim dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan KIA dengan

menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme.

4. Integritas yang tinggi, yaitu persepsi petugas KIA tentang nilai yang

dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang agar memiliki

komitmen/keterikatan yang tinggi dalam upaya mencapai visi dan misi yang

telah ditetapkan, memiliki ketulusan hati, kejujuran, kepribadian yang teguh,

dan bermoral tinggi dalam melaksanakan tugasnya, loyal kepada atasan, dan

malu jika melakukan pelanggaran dalam melaksanakan tugasnya. Nilai

integritas yang tinggi dibagi dalam 3 (tiga) kategori, yaitu:

a. Baik, apabila responden memiliki sebagian besar persepsi tentang nilai

yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang agar

memiliki komitmen/keterikatan yang tinggi dalam upaya mencapai visi

dan misi yang telah ditetapkan, memiliki ketulusan hati, kejujuran,

Universitas Sumatera Utara


kepribadian yang teguh, dan bermoral tinggi dalam melaksanakan

tugasnya, loyal kepada atasan, dan malu jika melakukan pelanggaran

dalam melaksanakan tugasnya.

b. Cukup, apabila responden memiliki sebagian persepsi tentang nilai yang

dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang agar

memiliki komitmen/keterikatan yang tinggi dalam upaya mencapai visi

dan misi yang telah ditetapkan, memiliki ketulusan hati, kejujuran,

kepribadian yang teguh, dan bermoral tinggi dalam melaksanakan

tugasnya, loyal kepada atasan, dan malu jika melakukan pelanggaran

dalam melaksanakan tugasnya.

c. Kurang, apabila responden memiliki sebagian kecil saja persepsi tentang

nilai yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

agar memiliki komitmen/keterikatan yang tinggi dalam upaya mencapai

visi dan misi yang telah ditetapkan, memiliki ketulusan hati, kejujuran,

kepribadian yang teguh, dan bermoral tinggi dalam melaksanakan

tugasnya, loyal kepada atasan, dan malu jika melakukan pelanggaran

dalam melaksanakan tugasnya.

5. Transparan dan akuntabel, yaitu persepsi petugas KIA tentang nilai yang

dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang agar pelayanan

KIA dilaksanakan secara jelas dan terbuka, dapat dipertanggungjawabkan dan

Universitas Sumatera Utara


dipertanggunggugatkan kepada orang banyak. Nilai transparan dan akuntabel

dibagi dalam 3 (tiga) kategori, yaitu:

a. Baik, apabila responden memiliki sebagian besar persepsi tentang nilai

yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang agar

pelayanan KIA dilaksanakan secara jelas dan terbuka, dapat

dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan kepada orang

banyak.

b. Cukup, apabila responden memiliki sebagian persepsi tentang nilai yang

dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang agar

pelayanan KIA dilaksanakan secara jelas dan terbuka, dapat

dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan kepada orang

banyak.

c. Kurang, apabila responden memiliki sebagian kecil saja persepsi tentang

nilai yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

agar pelayanan KIA dilaksanakan secara jelas dan terbuka, dapat

dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan kepada orang

banyak.

6. Keyakinan (belief), yaitu sikap tentang cara yang tepat dalam mengelola data

(mengumpulkan dan menyimpan data, mengolah dan melaporkan data,

menganalisa data/informasi dan menyajikan data/informasi) KIA di Dinas

Universitas Sumatera Utara


Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Keyakinan dibagi dalam 3 (tiga)

kategori, yaitu:

a. Baik, apabila responden memiliki sebagian besar tentang cara yang tepat

dalam mengelola data (mengumpulkan dan menyimpan data, mengolah

dan melaporkan data, menganalisa data/informasi dan menyajikan

data/informasi) KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

b. Cukup, apabila responden memiliki sebagian saja sikap tentang cara yang

tepat dalam mengelola data (mengumpulkan dan menyimpan data,

mengolah dan melaporkan data, menganalisa data/informasi dan

menyajikan data/informasi) KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang.

c. Kurang, apabila responden memiliki sebagian kecil saja sikap tentang cara

yang tepat dalam mengelola data (mengumpulkan dan menyimpan data,

mengolah dan melaporkan data, menganalisa data/informasi dan

menyajikan data/informasi) KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang.

3.5.2 Variabel Dependen

Sebagai operasionalisasi dari variabel dependen adalah:

1. Pengumpulan dan penyimpanan data, yaitu prestasi yang dihasilkan

petugas KIA dalam mengumpulkan, mencatat dan menyimpan data cakupan

Universitas Sumatera Utara


program KIA di wilayah kerjanya untuk selanjutnya diolah menjadi informasi

untuk meningkatkan kualitas program KIA.

2. Pengolahan data, yaitu prestasi yang dihasilkan petugas KIA dalam

mengolah data cakupan program KIA di wilayah kerjanya yang telah

dikumpulkan menjadi informasi tepat guna agar mudah dianalisa dan ditarik

kesimpulan yang terdiri dari pemeriksaan data (editing), pemberian kode

(coding), dan penyusunan data (tabulating).

3. Pelaporan data/informasi, yaitu prestasi yang dihasilkan petugas KIA

dalam melaporkan data/informasi cakupan program KIA di wilayah kerjanya

pada periode waktu tertentu ke kabupaten/propinsi baik itu bulanan, triwulan

maupun tahunan.

4. Analisa data/informasi, yaitu prestasi yang dihasilkan petugas KIA dalam

menganalisis dan mengevaluasi suatu data/informasi KIA yang sesuai dan

relevan dalam menyeleksi suatu tindakan yang terbaik dari berbagai macam

alternatif untuk meningkatkan cakupan program KIA.

5. Penyajian informasi, yaitu prestasi yang dihasilkan petugas KIA dalam

menyajikan/menyebarluaskan data KIA yang telah dianalisis agar mudah

dibaca dan dipahami untuk selanjutnya dijadikan landasan yang mendasar

dalam membuat rencana, pelaksanaan dan penilaian suatu kebijakan KIA.

6. Petugas KIA adalah petugas yang mengelola program KIA yang meliputi

Bikor di Puskesmas, Bikor di kabupaten (Kepala Seksi Kesehatan Ibu Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang), seluruh staf Seksi Kesehatan Ibu dan

Universitas Sumatera Utara


Kepala Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang.

Kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data KIA yang meliputi

pengumpulan dan penyimpanan data, pengolahan dan pelaporan data, analisa

data/informasi dan penyajian data/informasi dibagi dalam 3 (tiga) kategori, yaitu:

a. Baik, apabila responden memiliki prestasi yang diharapkan dalam mengelola

data KIA.

b. Kurang, apabila responden memiliki prestasi yang kurang diharapkan dalam

mengelola data KIA.

c. Buruk, apabila responden memiliki prestasi yang tidak diharapkan dalam

mengelola data KIA.

3.6. Metode Pengukuran

Pengukuran variabel independen yaitu budaya organisasi yang terdiri dari

nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim,

nilai integritas yang tinggi, nilai transparan dan akuntabel serta keyakinan disusun

dalam 22 pertanyaan dan jawaban dengan menggunakan skala Likert yang

dikuantifikasikan (dibobot) dalam skala ordinal. Seperti yang dikemukakan oleh

Sugiyono (2009), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Variabel nilai

berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai

Universitas Sumatera Utara


integritas yang tinggi, nilai transparan dan akuntabel serta keyakinan diukur

dengan menggunakan skala Likert terdiri dari 5 (lima) tingkatan sebagai berikut:

1. Nilai 5 : untuk jawaban Sangat Setuju, artinya responden sangat setuju

dengan pertanyaan karena sesuai dengan keadaan yang dirasakan

oleh responden (SS);

2. Nilai 4 : untuk jawaban Setuju, artinya pertanyaan dianggap sesuai dengan

keadaan yang dirasakan oleh responden (S);

3. Nilai 3 : untuk jawaban Ragu-ragu, artinya responden tidak dapat

menentukan dengan pasti apa yang dirasakan (RR);

4. Nilai 2 : untuk jawaban Tidak Setuju, artinya responden tidak setuju

dengan pertanyaan karena tidak sesuai dengan apa yang dirasakan

(TS); dan

5. Nilai 1 : untuk jawaban Sangat Tidak Setuju artinya pertanyaan sangat

tidak sesuai dengan keadaan yang dirasakan oleh responden

(STS).

Metode pengukuran terhadap variabel dependen yaitu menilai kinerja

petugas KIA dalam pengelolaan data (pengumpulan dan penyimpanan data,

pengolahan dan pelaporan data, analisa data/informasi, dan penyajian

data/informasi) dilakukan dengan penilaian atasan langsung terhadap kinerja

bawahannya.

Universitas Sumatera Utara


Kuesioner untuk mengukur variabel dependen disusun dalam 16

pertanyaan dan jawaban dengan menggunakan skala Likert yang dikuantifikasikan

(dibobot) dalam skala ordinal, seperti yang dikemukakan oleh Riduwan (2010),

yang terdiri dari 5 (lima) tingkatan sebagai berikut:

1. Nilai 5 : untuk jawaban Selalu, artinya responden selalu bertindak sesuai

pertanyaan karena sangat sesuai dengan apa yang dilakukan oleh

responden dalam pengelolaan data KIA (SL);

2. Nilai 4 : untuk jawaban Sering, artinya responden sering bertindak sesuai

pertanyaan karena sesuai dengan apa yang dilakukan oleh

responden dalam pengelolaan data KIA (SR);

3. Nilai 3 : untuk jawaban Kadang-kadang, artinya responden kadang-kadang

bertindak sesuai pertanyaan sesuai dengan apa yang dilakukan

oleh responden dalam pengelolaan data KIA (KK);

4. Nilai 2 : untuk jawaban Jarang, artinya responden jarang bertindak sesuai

pertanyaan sesuai dengan apa yang dilakukan oleh responden

dalam pengelolaan data KIA (JR); dan

5. Nilai 1 : untuk jawaban Tidak Pernah, artinya responden tidak pernah

bertindak sesuai pertanyaan dalam pengelolaan data KIA (TP).

Selain penilaian atasan terhadap kinerja responden dalam pengelolaan

data, Peneliti juga melakukan pengamatan (observasi) dengan menggunakan

Universitas Sumatera Utara


instrumen daftar cek (checklist). Menurut Sugiyono (2008), pengamatan

(observasi) dilakukan untuk mengukur perilaku/proses kerja petugas KIA dalam

pengelolaan data (kinerja dalam pengelolaan data) di Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang dengan tingkatan sebagai berikut:

1. Nilai 3 : bila item yang dinilai ada dan lengkap/sesuai dengan petunjuk

teknis dan definisi operasional yang diberikan; data konsisten

bila dikroscek dengan variabel data yang sama dari sumber lain;

2. Nilai 2 : bila item yang dinilai ada tetapi kurang lengkap atau tidak/belum

sesuai dengan petunjuk teknis dan definisi operasional yang

diberikan; data berbeda (inkonsisten) bila dikroscek dengan

variabel data yang sama dari sumber lain; dan

3. Nilai 1 : bila item yang dinilai tidak ada.

Pengukuran terhadap variabel independen yaitu budaya organisasi (nilai

berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai

integritas yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas, serta keyakinan) dan

variabel dependen yaitu kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data dalam

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen


Variabel Jumlah Alternatif Bobot Total Kategori Skala
Pertanyaan Nilai Nilai
Jawaban Ukur

Nilai 3 butir 1. Sangat Setuju 5 13-15 Baik Interval


Berpihak pada 2. Setuju
3. Ragu-ragu

Universitas Sumatera Utara


Rakyat 4. Tidak Setuju 4 8-12 Cukup
5. Sangat Tidak
Setuju 3 3-7 Kurang

Nilai 4 butir 1. Sangat Setuju 5 16-20 Baik Interval


Bertindak 2. Setuju
Cepat dan 3. Ragu-ragu 4 10-15 Cukup
4. Tidak Setuju
Tepat
5. Sangat Tidak 3 4-9 Kurang
Setuju
2

Nilai 4 butir 1. Sangat Setuju 5 16-20 Baik Interval


Kerjasama 2. Setuju
Tim 3. Ragu-ragu 4 10-15 Cukup
4. Tidak Setuju
5. Sangat Tidak 3 4-9 Kurang
Setuju
2

Nilai 3 butir 1. Sangat Setuju 5 13-15 Baik Interval


Integritas
yang Tinggi 2. Setuju 4 8-12 Cukup
3. Ragu-ragu 3 3-7 Kurang
4. Tidak Setuju
2
5. Sangat Tidak
Setuju 1

Nilai 4 butir 1. Sangat Setuju 5 16-20 Baik Interval


Transparan
dan 2. Setuju 4 10-15 Cukup
Akuntabilitas 3. Ragu-ragu 3 4-9 Kurang
4. Tidak Setuju
2
5. Sangat Tidak

Universitas Sumatera Utara


Setuju 1

Keyakinan 4 butir 1. Sangat Setuju 5 16-20 Baik Interval


(belief)
2. Setuju 4 10-15 Cukup
3. Ragu-ragu 3 4-9 Kurang
4. Tidak Setuju
2
5. Sangat Tidak
Setuju 1

Kinerja 16 butir 1. Selalu 5 60-80 Baik Interval


Petugas KIA
dalam 2. Sering 4 38-59 Kurang
Pengelolaan 3. Kadang-kadang 3 16-37 Buruk
Data
4. Jarang
2
5. Tidak Pernah
1

3.7. Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis dengan bantuan program

statistik komputer (Program SPSS for Windows 15.0), yaitu:

1. Analisis univariat; merupakan analisis yang menitikberatkan pada

penggambaran atau deskripsi data yang telah diperoleh. Analisis ini

menggambarkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel

independen dan variabel dependen sehingga diperoleh gambaran tentang

nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama

tim, nilai integritas yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas,

keyakinan (belief), dan kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


2. Analisis multivariat; bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan

dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Persamaan regresi

linier berganda yang digunakan adalah:

dimana:

Ŷ = Kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data


β0 = Konstanta
β1-β6 = Koefisien regresi
X1 = Nilai berpihak pada rakyat
X2 = Nilai bertindak cepat dan tepat
X3 = Nilai kerjasama tim
X4 = Nilai integritas yang tinggi
X5 = Nilai transparan dan akuntabel
X6 = Keyakinan (belief)
e = error (tingkat kesalahan)

Untuk menguji ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual dapat

diukur berdasarkan Goodness of Fit Test yaitu nilai R2 atau koefisien determinasi,

dan jika variabel lebih dari dua variabel maka yang dipakai adalah Adjusted R

Square (Situmorang, et.al., 2008).

Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak

digunakan statistik F (Uji F). Uji F dilakukan untuk menguji apakah nilai berpihak

pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas

yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas, serta keyakinan (belief) secara

serempak/simultan memengaruhi kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima

Universitas Sumatera Utara


atau Ha ditolak, sedangkan jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Jika tingkat signifikansi di bawah 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima

(Situmorang, et.al., 2008).

Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak juga

digunakan statistik t (uji t). Uji t dilakukan untuk menguji apakah nilai berpihak

pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas

yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas, serta keyakinan (belief) secara

parsial memengaruhi kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima atau Ha

ditolak, sedangkan jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika tingkat

signifikansi di bawah 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima (Situmorang, et.al.,

2008).

Menurut Santoso (2000), asumsi yang digunakan untuk uji regresi linier

berganda harus memenuhi uji asumsi klasik sebagai berikut:

1. Uji normalitas; menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel

dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah data berdistribusi

normal atau mendekati normal. Menurut Situmorang, et.al. (2008), model

regresi memenuhi asumsi normalitas jika pola pada Grafik P-P Plot

menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, dan

atau jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) > nilai signifikan (0,05) dengan

menggunakan pendekatan Kolmogorv-Smirnov.

Universitas Sumatera Utara


2. Uji heteroskedastisitas; menguji apakah dalam sebuah model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi

heteroskedastisitas. Jika pada Grafik Scatterplot tidak ada pola yang jelas,

serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,

maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Uji autokorelasi; menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas

dari autokorelasi. Jika angka Durbin Watson (DW) di antara (-2) sampai

(+2), berarti tidak ada autokorelasi.

4. Uji multikolinieritas; menguji apakah pada model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan terdapat masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik

adalah tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Menurut

Situmorang, et.al. (2008), bebas multikolinieritas apabila nilai VIF

(Variance Inflation Factor) < 5 dan tolerance value > 0,1.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis

Kabupaten Deli Serdang terletak pada posisi 2°57’ Lintang Utara - 3°16’

Lintang Selatan dan antara 98°33’ - 99°27’ Bujur Timur, dengan luas wilayah

2.497,72 km2. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat

Malaka; sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun;

sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Karo; dan sebelah timur

berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai.

Ketinggian wilayah berkisar 0-500 meter di atas permukaan laut. Wilayah

Kabupaten Deli Serdang mengelilingi Kota Medan. Ibukota Kabupaten Deli

Serdang adalah Lubuk Pakam. Secara administratif Kabupaten Deli Serdang

terdiri dari 22 kecamatan dan terdiri dari 380 desa dan 14 kelurahan (Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2010).

4.1.2 Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2010 sebesar

1.790.431 jiwa yang terdiri dari 901.915 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki dan

888.516 jiwa yang berjenis kelamin perempuan. Penduduk usia produktif

merupakan kelompok usia yang paling banyak bila dibandingkan dengan

kelompok usia non produktif (15-64 tahun) yaitu 65,09%; kelompok usia Balita

Universitas Sumatera Utara


dan anak-anak (0-14 tahun) sebesar 31,71%; dan sisanya kelompok usia lanjut

(≥65 tahun) sebesar 3,20%. Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Deli

Serdang pada tahun 2010 adalah 716,83 jiwa/km2 (BPS, 2011).

4.1.3 Gambaran Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang terletak di Jalan

Sudirman Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan

Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 886 Tahun 2008 tentang Tugas

Pokok, Fungsi, dan Rincian Tugas Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten Deli

Serdang, Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan

daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kesehatan dan

menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan;

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

kesehatan;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.

a. Visi dan Misi

Mengacu pada visi Bupati Deli Serdang yaitu “Deli Serdang yang Maju

dengan Masyarakatnya yang Religius, Sejahtera, Bersatu dalam Kebhinekaan

Melalui Pemerataan Pembangunan, Pemanfaatan Sumber Daya yang Adil, dan

Penegakan Hukum yang Ditopang oleh Tata Pemerintahan yang Baik”, Dinas

Universitas Sumatera Utara


Kesehatan merumuskan visi pembangunan kesehatan tahun 2009-2014 sebagai

berikut “Masyarakat Mandiri untuk Hidup Bersih dan Sehat Tahun 2014”. Misi

yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk mencapai

visi tersebut adalah:

2. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan;

3. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat;

4. Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang

bermutu, merata, dan terjangkau;

5. Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan

masalah kesehatan; dan

6. Meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya kesehatan.

b. Sumber Daya

Dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan KIA, Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang didukung dengan tenaga kesehatan dan non

kesehatan serta sarana prasarana penunjang lainnya. Jumlah tenaga kesehatan dan

non kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang maupun di Puskesmas

dan jaringannya sebanyak 2.332 orang dengan rincian berdasarkan pendidikan

terakhir adalah S2 sebanyak 7 orang (0,30%); S1 sebanyak 257 orang (11,02%);

D3 sebanyak 397 orang (17,02%); D1 sebanyak 927 orang (39,75%); dan

SMA/sederajat sebanyak 744 orang (31,90%). Gambaran ketenagaan dan sarana

Universitas Sumatera Utara


prasarana khususnya dalam pelayanan KIA di tingkat pelayanan dasar Kabupaten

Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Jumlah Ketenagaan dan Sarana Pelayanan KIA di Tingkat


Pelayanan Dasar Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010
No Uraian Jumlah

1 Puskesmas:

1. Perawatan 16 unit
2. Non-perawatan
17 unit

2 Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency Dasar) 9 unit

3 Puskesmas Pembantu (Pustu) 104 unit

4 Poskesdes 125 unit

5 Polindes 144 unit

6 Puskesmas Keliling Roda Empat 34 unit

7 Patroli Kesehatan Roda Dua 104 unit

8 Mobil Promosi Kesehatan 1 unit

9 Posyandu 1.406 unit

10 Desa Siaga 298 desa

11 Rumah Sakit Umum (RSU) 18 unit

12 Rumah Bersalin (RB) Swasta 143 unit

13 Balai Pengobatan Swasta maupun Pemerintah 238 unit

14 Desa Melaksanakan P4K (Perencanaan Persalinan dan Pertolongan pada 394 desa
Komplikasi)

15 Jumlah dokter di Puskesmas 185 orang

16 Jumlah Bidan 1.107 orang

1. Bikor Puskesmas 33 orang


2. Bides
3. Bides tinggal di Desa 416 orang
4. Bides telah mendapatkan APN (Asuhan Persalinan Normal)

Universitas Sumatera Utara


5. Bides mendapatkan PPGDON (Pencegahan dan Penanggulangan 311 orang
Gawat Darurat Obstetric Neonatal)
6. Bides memiliki Bidan Kit 293 orang

66 orang

394 orang

17 Jumlah Perawat 396 orang

18 Jumlah Dukun 51 orang

Jumlah Dukun Bermitra 18 orang

Sumber: Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2014 dan Laporan
F1-F8 Triwulan IV Tahun 2010

4.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

sebagai responden meliputi jenis kelamin, umur, tempat bertugas, tingkat

pendidikan, jabatan, masa kerja, dan jumlah Bides/Puskesmas di wilayah kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 1 orang responden (2,5%)

yang berjenis kelamin laki-laki dan 39 orang responden (97,5%) berjenis kelamin

perempuan. Pengelompokan responden berdasarkan umur menunjukkan bahwa

umur responden berkisar antara 30 tahun hingga 56 tahun. Kelompok umur

responden tertinggi adalah umur 30-39 tahun sebanyak 20 orang (50%), umur 40-

49 tahun sebanyak 11 orang (27,5%), dan kelompok umur terendah adalah umur

>49 tahun sebanyak 9 orang (22,5%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

petugas KIA yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

merupakan usia yang produktif dan memungkinkan untuk menghasilkan kinerja

yang lebih baik.

Universitas Sumatera Utara


Mayoritas responden bertugas di Puskesmas yaitu sebanyak 33 orang

(82,5%) dan merupakan Bikor di 33 Puskesmas, sedangkan 7 orang responden

(17,5%) bertugas di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yang terdiri

dari kepala bidang kesehatan keluarga (2,5%), kepala seksi kesehatan ibu yang

juga merupakan Bikor di kabupaten (2,5%), dan 5 orang staf seksi kesehatan ibu

(12,5%).

Umumnya responden menyelesaikan pendidikannya dari Diploma III

Kebidanan yaitu sebanyak 20 orang (50%), Diploma I Kebidanan sebanyak 12

orang (30%), S1 sebanyak 5 orang (12,5%), serta S2, Diploma IV dan SMA

masing-masing berjumlah 1 orang (2,5%).

Pengelompokan responden berdasarkan masa kerja menggambarkan

bahwa umumnya responden bekerja sebagai petugas KIA selama rentang waktu

10-20 tahun sebanyak 25 orang (62,5%), lebih dari 20 tahun sebanyak 11 orang

(27,5%) dan kurang dari 10 tahun sebanyak 4 orang (10%).

Mayoritas responden memiliki ≤10 Bides di wilayah kerjanya yaitu

sebanyak 15 orang (37,5%), memiliki 11-20 Bides sebanyak 14 orang (35%),

memiliki 30-33 Bides maupun Puskesmas sebanyak 8 orang (20%), dan memiliki

21-30 Bides sebanyak 3 orang (7,5%).

Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik jenis kelamin,

umur, tempat bertugas, tingkat pendidikan, jabatan, masa kerja, dan jumlah

Bides/Puskesmas di wilayah kerja dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik
Jenis Kelamin, Umur, Tempat Bertugas, Tingkat Pendidikan,
Jabatan, Masa Kerja, dan Jumlah Bides/Puskesmas di Wilayah
Kerja
Jumlah
Karakteristik
Orang (n) Persentase (%)

Jenis Kelamin

1. Laki-laki 1 2,5
2. Perempuan
39 97,5

Umur

1. 30 – 39 tahun 20 50,0
2. 40 – 49 tahun
3. > 49 tahun 11 27,5

9 22,5

Tempat Bertugas

1. Puskesmas 33 82,5
2. Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten
7 17,5

Tabel 4.2. (Lanjutan)


Jumlah
Karakteristik
Orang (n) Persentase (%)

Tingkat Pendidikan

Universitas Sumatera Utara


1. SMA 1 2,5
2. D1
3. D3 12 30,0
4. D4
5. S1 20 50,0
6. S2
1 2,5

5 12,5

1 2,5

Jabatan

1. Bikor Puskesmas 33 82,5


2. Staf Seksi Kesehatan Ibu
3. Kepala Seksi Kesehatan Ibu/Bikor Kabupaten 5 12,5
4. Kepala Bidang Kesehatan Keluarga
1 2,5

1 2,5

Masa Kerja

1. < 10 tahun 4 10,0


2. 10 – 20 tahun
3. > 20 tahun 25 62,5

11 27,5

Jumlah Bides/Puskesmas di Wilayah Kerja

1. ≤ 10 Bides 15 37,5
2. 11 – 20 Bides
3. 21 – 30 Bides 14 35,0
4. > 30 Bides/Puskesmas
3 7,5

8 20,0

Sumber: Lampiran 9 (diolah)

4.3. Deskripsi Variabel Penelitian

4.3.1 Variabel Independen

Universitas Sumatera Utara


Variabel independen dalam penelitian ini adalah nilai berpihak pada

rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas yang

tinggi, nilai transparan dan akuntabel serta keyakinan petugas KIA dalam

pengelolaan data KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada 40 orang responden dapat

diketahui gambaran dari masing-masing variabel independen dalam penelitian ini.

a. Nilai Berpihak pada Rakyat

Nilai berpihak pada rakyat pada setiap responden diukur dari jawaban

responden atas 3 (tiga) pertanyaan yang terdiri dari mengutamakan kepentingan

masyarakat daripada target dalam memberikan pelayanan KIA; tidak membeda-

bedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi dalam memberikan

pelayanan KIA; dan mengutamakan kepuasan masyarakat yang dilayani. Jawaban

responden atas ketiga pertanyaan nilai berpihak pada rakyat dapat dilihat pada

Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai Berpihak


pada Rakyat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2011

Indikator Nilai Berpihak pada Jawaban


Rakyat

Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat


Setuju ragu Setuju Tidak
Setuju

Universitas Sumatera Utara


n % n % n % n % n %

1. Mengutamakan 3 7,5 24 60,0 8 20,0 4 10 1 2,5


kepentingan masyarakat
daripada target dalam
memberikan pelayanan
KIA
2. Tidak membeda-bedakan 14 35,0 23 57,5 3 7,5 0 0 0 0
suku, golongan, agama,
dan status sosial ekonomi
dalam memberikan
pelayanan KIA
3. Mengutamakan kepuasan 9 22,5 25 62,5 6 15,0 0 0 0 0
masyarakat yang dilayani
Sumber: Lampiran 10 (diolah)

Dari Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden

menyatakan setuju apabila dinyatakan bahwa selama ini petugas KIA lebih

mengutamakan kepentingan masyarakat daripada target dalam memberikan

pelayanan KIA yaitu sebanyak 24 orang (60%). Namun demikian, ada juga

ditemukan responden yang menyatakan tidak setuju yaitu sebanyak 4 orang

(10%), dan bahkan ada 1 orang (2,5%) yang menyatakan sangat tidak setuju

apabila dinyatakan selama ini petugas KIA lebih mengutamakan kepentingan

masyarakat daripada target dalam memberikan pelayanan KIA.

Mayoritas responden menyatakan setuju apabila selama ini petugas KIA

tidak membeda-bedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi dalam

memberikan pelayanan KIA yaitu sebanyak 23 orang (57,5%). Namun demikian,

ada 3 orang (7,5%) yang ragu-ragu jika dinyatakan bahwa selama ini petugas KIA

Universitas Sumatera Utara


tidak membeda-bedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi dalam

memberikan pelayanan KIA.

Responden juga menyatakan setuju apabila dinyatakan selama ini petugas

KIA lebih mengutamakan kepuasan masyarakat yang dilayani yaitu sebanyak 25

orang (62,5%). Namun demikian, masih ditemukan 6 orang (15%) yang ragu-ragu

apabila dinyatakan selama ini petugas KIA lebih mengutamakan kepuasan

masyarakat yang dilayani daripada kepuasan pribadi maupun kepuasan atasan.

Nilai deskriptif variabel nilai berpihak pada rakyat di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4. Nilai Deskriptif Variabel Nilai Berpihak pada Rakyat di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Nilai
Variabel Nilai Berpihak pada Rakyat
Mean Standar Range Koefisien
Deviasi Variasi

1. Mengutamakan kepentingan masyarakat 3,60 0,871 4 24,19%


daripada target dalam memberikan
pelayanan KIA
2. Tidak membeda-bedakan suku, golongan, 4,28 0,599 2 14,00%
agama, dan status sosial ekonomi dalam
memberikan pelayanan KIA
3. Mengutamakan kepuasan masyarakat 4,08 0,616 2 15,10%
yang dilayani
Sumber: Lampiran 11 (diolah)

Universitas Sumatera Utara


  Deskripsi variabel nilai berpihak pada rakyat pada Tabel 4.4 di atas menunjukkan 

bahwa data yang terkumpul cukup bervariasi, karena koefisien variasi dari 

keseluruhan variabel nilai berpihak pada rakyat >10%. Hal ini menunjukkan nilai 

berpihak pada rakyat pada petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang 

cukup bervariasi.  

  Dengan memperhatikan nilai rata‐rata dari setiap variabel nilai berpihak pada 

rakyat yang diukur dalam penelitian ini, angka rata‐ratanya ada dalam jangkauan 

3,60‐4,28. Hal ini berarti bahwa mengutamakan kepentingan masyarakat daripada 

target dalam memberikan pelayanan KIA yang paling rendah dirasakan oleh 

responden, sedangkan tidak membeda‐bedakan suku, golongan, agama, dan status 

sosial ekonomi dalam memberikan pelayanan KIA yang paling tinggi dirasakan oleh 

responden. 

Berdasarkan perhitungan yang digunakan untuk mengukur variabel nilai

berpihak pada rakyat, implementasi nilai berpihak pada rakyat di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori cukup yaitu sebanyak 28 orang

(70%) dan kategori baik hanya 12 orang (30%). Distribusi responden berdasarkan

kategori nilai berpihak pada rakyat dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Nilai


Berpihak pada Rakyat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2011

Variabel Nilai Berpihak pada Rakyat Frekuensi (n) Persentase (%)

Universitas Sumatera Utara


1. Cukup
28 70
2. Baik
12 30

Jumlah 40
100

Sumber: Lampiran 12 (diolah)

b. Nilai Bertindak Cepat dan Tepat

Nilai bertindak cepat dan tepat pada responden diukur dari jawaban

responden atas 4 (empat) pertanyaan yang terdiri dari bekerja cepat, tepat dan

berkualitas untuk meningkatkan cakupan program KIA; mengetahui resiko yang

mungkin terjadi akibat dari suatu pekerjaan/tindakan dan cara mengatasinya;

fasilitas yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten berfungsi untuk

melancarkan petugas KIA dalam memberikan pelayanan KIA yang berkualitas

kepada masyarakat; dan pendidikan/pelatihan yang diberikan Dinas Kesehatan

Kabupaten bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan/ketrampilan petugas KIA

sehingga mampu bertindak cepat dan tepat. Jawaban responden atas keempat

pertanyaan nilai bertindak cepat dan tepat dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai Bertindak


Cepat dan Tepat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2011

Indikator Nilai Bertindak Jawaban


Cepat dan Tepat

Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat


Setuju ragu Setuju Tidak

Universitas Sumatera Utara


Setuju

n % n % n % n % n %

1. Bekerja cepat, tepat dan 4 10,0 29 72,5 6 15,0 1 2,5 0 0


berkualitas untuk
meningkatkan cakupan
Program KIA
2. Mengetahui resiko yang 1 2,5 29 72,5 8 20,0 2 5,0 0 0
terjadi akibat dari suatu
tindakan dan cara
mengatasinya
3. Fasilitas yang diberikan 5 12,5 28 70,0 7 17,5 0 0 0 0
berfungsi untuk
melancarkan tugas
4. Pendidikan/pelatihan 16 40,0 22 55,0 2 5,0 0 0 0 0
untuk meningkatkan
pengetahuan/ketrampilan
Sumber: Lampiran 10 (diolah)

Dari Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden

menyatakan setuju apabila dinyatakan bahwa selama ini petugas KIA bekerja

cepat, tepat dan berkualitas untuk meningkatkan cakupan Program KIA yaitu

sebanyak 29 orang (72,5%). Namun demikian, ada juga ditemukan responden

yang menyatakan ragu-ragu yaitu sebanyak 6 orang (15%), dan bahkan ada 1

orang (2,5%) yang menyatakan tidak setuju apabila dinyatakan selama ini

petugas KIA bekerja cepat, tepat dan berkualitas untuk meningkatkan cakupan

Program KIA.

Mayoritas responden menyatakan setuju apabila selama ini petugas KIA

mengetahui resiko yang mungkin terjadi akibat dari suatu pekerjaan/tindakan dan

cara mengatasinya yaitu sebanyak 29 orang (72,5%). Namun demikian, ada 8

orang (20,0%) yang ragu-ragu, dan bahkan ditemukan ada 2 orang yang tidak

Universitas Sumatera Utara


setuju apabila dinyatakan bahwa selama ini petugas KIA mengetahui resiko yang

mungkin terjadi akibat dari suatu pekerjaan/tindakan dan cara mengatasinya.

Responden juga menyatakan setuju jika dinyatakan fasilitas yang diberikan

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten selama ini berfungsi untuk melancarkan petugas

KIA dalam memberikan pelayanan KIA yang berkualitas kepada masyarakat yaitu

sebanyak 28 orang (70%). Namun demikian, masih ditemukan 7 orang (17,5%)

yang ragu-ragu apabila dinyatakan fasilitas yang diberikan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten selama ini berfungsi untuk melancarkan petugas KIA dalam

memberikan pelayanan KIA yang berkualitas kepada masyarakat.

Pada umumnya responden juga setuju apabila dinyatakan selama ini

pendidikan/pelatihan yang diberikan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan/ketrampilan petugas KIA sehingga

mampu bertindak cepat dan tepat yaitu sebanyak 22 orang (55%). Akan tetapi

masih ditemukan 2 orang (5%) yang ragu-ragu apabila pendidikan/pelatihan yang

diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan/ketrampilan petugas KIA sehingga mampu bertindak

cepat dan tepat dalam memberikan pelayanan KIA.

Nilai deskriptif variabel nilai bertindak cepat dan tepat di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini.

Tabel 4.7. Nilai Deskriptif Variabel Nilai Bertindak Cepat dan Tepat di
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Variabel Nilai Bertindak Cepat dan Tepat Nilai

Universitas Sumatera Utara


Mean Standar Range Koefisien
Deviasi Variasi

1. Bekerja cepat, tepat dan berkualitas untuk 3,90 0,591 3 15,15%


meningkatkan cakupan Program KIA
2. Mengetahui resiko yang terjadi akibat dari 3,73 0,599 3 16,06%
suatu tindakan dan cara mengatasinya
3. Fasilitas yang diberikan berfungsi untuk 3,95 0,552 2 13,97%
melancarkan tugas
4. Pendidikan/pelatihan untuk meningkatkan 4,35 0,580 2 13,33%
pengetahuan/ketrampilan
Sumber: Lampiran 11 (diolah)

  Deskripsi variabel nilai bertindak cepat dan tepat pada responden yang disajikan 

pada Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa data yang terkumpul cukup bervariasi, 

karena koefisien variasi dari keseluruhan variabel nilai bertindak cepat dan tepat 

>10%. Hal ini menunjukkan nilai bertindak cepat dan tepat pada petugas KIA di Dinas 

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang cukup bervariasi.  

Dengan memperhatikan nilai rata-rata dari setiap variabel nilai bertindak

cepat dan tepat yang diukur dalam penelitian ini, angka rata-ratanya berada dalam

jangkauan 3,73-4,35. Hal ini berarti bahwa mengetahui resiko yang terjadi akibat

dari suatu tindakan dan cara mengatasinya yang paling rendah dirasakan oleh

responden, sedangkan pendidikan/pelatihan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang/Puskesmas berguna untuk meningkatkan

pengetahuan/ketrampilan yang paling tinggi dirasakan oleh responden.

Berdasarkan perhitungan yang digunakan untuk mengukur variabel nilai

bertindak cepat dan tepat, implementasi nilai bertindak cepat dan tepat di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak

Universitas Sumatera Utara


30 orang (75%) dan kategori cukup hanya 10 orang (25%). Distribusi responden

berdasarkan kategori nilai bertindak cepat dan tepat dapat dilihat pada Tabel 4.8 di

bawah ini.

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Nilai


Bertindak Cepat dan Tepat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2011

Variabel Nilai Bertindak Cepat dan Tepat Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Cukup
10 25
2. Baik
30 75

Jumlah 40
100

Sumber: Lampiran 12 (diolah)

c. Nilai Kerjasama Tim

Nilai kerjasama tim pada responden diukur dari jawaban responden atas 4

(empat) pertanyaan yang terdiri dari merasa senang bekerja sama dan saling

mendukung satu sama lain; membicarakan cakupan dan target Program KIA di

pertemuan rutin Bikor di Puskesmas dengan Bides dan Bikor di Puskesmas

dengan kabupaten; perbedaan pendapat bukanlah menjadi pemecah persatuan; dan

tidak tersinggung jika dievaluasi demi keberhasilan program KIA. Jawaban

responden atas keempat pertanyaan nilai kerjasama tim dapat dilihat pada Tabel

4.9.

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai Kerjasama


Tim di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

Universitas Sumatera Utara


Jawaban

Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat


Indikator Nilai Kerjasama
Setuju ragu Setuju Tidak
Tim
Setuju

n % n % n % n % n %

1. Merasa senang bekerja 0 0 36 90,0 4 10,0 0 0 0 0


sama dan saling
mendukung satu sama lain
2. Membicarakan cakupan 8 20,0 31 77,5 0 0 1 2,5 0 0
dan target Program KIA di
pertemuan rutin Bikor
Puskesmas dengan Bides
dan Bikor Puskesmas
dengan kabupaten
3. Perbedaan pendapat 2 5,0 35 87,5 3 7,5 0 0 0 0
bukanlah menjadi
pemecah persatuan
4. Tidak tersinggung jika 0 0 19 47,5 21 52,5 0 0 0 0
dievaluasi demi
keberhasilan program KIA
Sumber: Lampiran 10 (diolah)

Dari Tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden

menyatakan setuju apabila dinyatakan bahwa selama ini petugas KIA merasa

senang bekerja sama dan saling mendukung yaitu sebanyak 36 orang (90%).

Namun demikian, ada juga ditemukan responden yang menyatakan ragu-ragu

yaitu sebanyak 4 orang (10%) apabila dinyatakan selama ini petugas KIA merasa

senang bekerja sama dan saling mendukung satu sama lain. Mayoritas responden

menyatakan setuju apabila selama ini membicarakan cakupan dan target Program

KIA di pertemuan rutin Bikor di Puskesmas dengan Bides dan Bikor di

Puskesmas dengan kabupaten yaitu sebanyak 31 orang (77,5%).

Universitas Sumatera Utara


Responden juga menyatakan setuju apabila selama ini perbedaan pendapat

bukanlah menjadi pemecah persatuan di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang yaitu sebanyak 35 orang (87,5%). Umumnya responden ragu-ragu

apabila dinyatakan selama ini petugas KIA tidak tersinggung jika dievaluasi demi

keberhasilan program KIA di Kabupaten Deli Serdang yaitu sebanyak 21 orang

(52,5%). Responden yang setuju apabila dinyatakan selama ini petugas KIA tidak

tersinggung jika dievaluasi demi keberhasilan program KIA di Kabupaten Deli

Serdang berjumlah 19 orang (47,5%).

Nilai deskriptif variabel nilai kerjasama tim di Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Nilai Deskriptif Variabel Nilai Kerjasama Tim di Dinas


Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Nilai
Variabel Nilai Kerjasama Tim
Mean Standar Range Koefisien
Deviasi Variasi

1. Merasa senang bekerja sama dan saling 3,90 0,304 1 7,79%


mendukung satu sama lain
2. Membicarakan cakupan dan target 4,15 0,533 3 12,84%
Program KIA di pertemuan rutin Bikor
Puskesmas dengan Bides dan Bikor
Puskesmas dengan kabupaten
3. Perbedaan pendapat bukanlah menjadi 3,98 0,357 2 8,97%
pemecah persatuan
4. Tidak tersinggung jika dievaluasi demi 3,48 0,506 1 14,54%
keberhasilan program KIA
Sumber: Lampiran 11 (diolah)

   Dengan memperhatikan nilai rata‐rata dari setiap variabel nilai kerjasama tim 

yang diukur dalam penelitian ini pada Tabel 4.10 di atas, angka rata‐ratanya ada 

Universitas Sumatera Utara


dalam jangkauan 3,48‐4,15. Hal ini berarti responden merasakan bahwa petugas KIA 

tidak tersinggung jika dievaluasi demi keberhasilan program KIA yang paling rendah 

dirasakan oleh responden, sedangkan membicarakan cakupan dan target Program 

KIA di pertemuan rutin Bikor di Puskesmas dengan Bides dan Bikor di Puskesmas 

dengan kabupaten yang paling tinggi dirasakan oleh responden. 

Berdasarkan perhitungan yang digunakan untuk mengukur variabel nilai

kerjasama tim, implementasi nilai kerjasama tim di Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 21 orang (52,5%) dan

kategori cukup sebanyak 19 orang (47,5%). Distribusi responden berdasarkan

kategori nilai kerjasama tim dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Nilai


Kerjasama Tim di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2011
Variabel Nilai Kerjasama Tim Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Cukup 19 47,5
2. Baik
21 52,5

Jumlah 40 100

Sumber: Lampiran 12 (diolah)

d. Nilai Integritas yang Tinggi

Nilai integritas yang tinggi pada responden diukur dari jawaban responden

atas 3 (tiga) pertanyaan yang terdiri dari memiliki ketulusan hati, kejujuran,

kepribadian yang teguh dan moral yang tinggi dalam melaksanakan tugas;

mempunyai sikap loyal kepada atasan; dan mempunyai rasa malu jika melakukan

Universitas Sumatera Utara


pelanggaran dalam melaksanakan tugasnya. Jawaban responden atas ketiga

pertanyaan nilai integritas yang tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai Integritas


yang Tinggi di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun
2011
Jawaban

Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat


Indikator Nilai Integritas yang
Setuju ragu Setuju Tidak
Tinggi
Setuju

n % n % n % n % n %

1. Memiliki ketulusan hati, 7 17,5 26 65 7 17,5 0 0 0 0


kejujuran, kepribadian
yang teguh dan moral yang
tinggi dalam
melaksanakan tugas
2. Mempunyai sikap loyal 9 22,5 30 75,0 1 2,5 0 0 0 0
kepada atasan
3. Mempunyai rasa malu jika 8 20,0 23 57,5 7 17,5 2 5,0 0 0
melakukan pelanggaran
dalam melaksanakan
tugasnya
Sumber: Lampiran 10 (diolah)

Dari Tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden

menyatakan setuju apabila dinyatakan bahwa selama ini petugas KIA termotivasi

untuk memiliki ketulusan hati, kejujuran, kepribadian yang teguh dan moral yang

tinggi dalam melaksanakan tugasnya yaitu sebanyak 26 orang (65%). Namun

demikian, ada juga ditemukan responden yang menyatakan ragu-ragu yaitu

sebanyak 7 orang (17,5%) apabila dinyatakan selama ini petugas KIA termotivasi

untuk memiliki ketulusan hati, kejujuran, kepribadian yang teguh dan moral yang

tinggi dalam melaksanakan tugasnya.

Universitas Sumatera Utara


Mayoritas responden menyatakan setuju apabila dinyatakan setiap petugas

KIA mempunyai sikap loyal kepada atasan yaitu sebanyak 30 orang (75%).

Responden juga menyatakan setuju apabila dinyatakan petugas KIA di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang mempunyai rasa malu jika melakukan

pelanggaran dalam melaksanakan tugasnya yaitu sebanyak 23 orang (57,5%).

Namun demikian, ada juga ditemukan 7 orang (17,5%) yang ragu-ragu, dan

bahkan 2 orang (5%) yang tidak setuju apabila dinyatakan petugas KIA di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang mempunyai rasa malu jika melakukan

pelanggaran dalam melaksanakan tugasnya.

Nilai deskriptif variabel nilai integritas yang tinggi di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Nilai Deskriptif Variabel Nilai Integritas yang Tinggi di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Nilai
Variabel Nilai Integritas yang Tinggi
Mean Standar Range Koefisien
Deviasi Variasi

1. Memiliki ketulusan hati, kejujuran, 4,00 0,599 2 14,98%


kepribadian yang teguh dan moral yang
tinggi dalam melaksanakan tugas
2. Mempunyai sikap loyal kepada atasan 4,20 0,464 2 11,05%

3. Mempunyai rasa malu jika melakukan 3,93 0,764 3 19,44%


pelanggaran dalam melaksanakan
tugasnya
Sumber: Lampiran 11 (diolah)

  Deskripsi variabel nilai integritas yang tinggi pada responden yang disajikan pada 

Tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa data yang terkumpul cukup bervariasi, karena 

Universitas Sumatera Utara


koefisien variasi dari keseluruhan variabel nilai integritas yang tinggi >10%. Hal ini 

menunjukkan nilai integritas yang tinggi pada petugas KIA di Dinas Kesehatan 

Kabupaten Deli Serdang cukup bervariasi.  

Dengan memperhatikan nilai rata-rata dari setiap variabel nilai integritas

yang tinggi yang diukur dalam penelitian ini, angka rata-ratanya ada dalam

jangkauan 3,93-4,20. Hal ini berarti bahwa petugas KIA mempunyai rasa malu

jika melakukan pelanggaran dalam melaksanakan tugasnya yang paling rendah

dirasakan oleh responden, sedangkan petugas KIA mempunyai sikap loyal kepada

atasan yang paling tinggi dirasakan oleh responden.

Berdasarkan perhitungan yang digunakan untuk mengukur variabel nilai

integritas yang tinggi, implementasi nilai integritas yang tinggi di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori cukup yaitu

sebanyak 29 orang (72,5%) dan kategori baik hanya 11 orang (27,5%). Distribusi

responden berdasarkan kategori nilai integritas yang tinggi dapat dilihat pada

Tabel 4.14 di bawah ini.

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Nilai


Integritas yang Tinggi di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2011
Variabel Nilai Integritas yang Tinggi Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Cukup 29 72,5
2. Baik
11 27,5

Jumlah 40 100

Sumber: Lampiran 12 (diolah)

Universitas Sumatera Utara


e. Nilai Transparan dan Akuntabilitas

Nilai transparan dan akuntabilitas pada responden diukur dari jawaban

responden atas 4 (empat) pertanyaan yaitu menggunakan prosedur tetap (protap)

sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan KIA kepada masyarakat;

transparan dalam memberikan pelayanan KIA kepada masyarakat; pelayanan KIA

yang diberikan kepada masyarakat harus dapat dipertanggungjawabkan; dan

Dinas Kesehatan/Puskesmas telah memberikan hukuman/sanksi yang jelas dan

tegas kepada petugas KIA yang melanggar peraturan. Jawaban responden atas

terhadap pertanyaan nilai transparan dan akuntabilitas dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai Transparan


dan Akuntabilitas di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2011
Jawaban

Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat


Indikator Nilai Transparan
Setuju ragu Setuju Tidak
dan Akuntabilitas
Setuju

n % n % n % n % n %

1. Menggunakan protap 2 5,0 34 85,0 4 10,0 0 0 0 0


sebagai pedoman dalam
memberikan pelayanan
KIA
2. Transparan dalam 7 17,5 30 75,0 2 5,0 1 2,5 0 0
memberikan pelayanan
KIA kepada masyarakat
3. Pelayanan KIA yang 14 35,0 23 57,5 3 7,5 0 0 0 0
diberikan kepada
masyarakat harus dapat
dipertanggungjawabkan
4. Dinas 2 5,0 19 47,5 14 35,0 5 12,5 0 0
Kesehatan/Puskesmas
telah memberikan
hukuman/sanksi yang jelas
dan tegas kepada petugas

Universitas Sumatera Utara


KIA yang melanggar
peraturan
Sumber: Lampiran 10 (diolah)

Dari Tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden

menyatakan setuju apabila dinyatakan bahwa selama ini petugas KIA

menggunakan protap sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan KIA kepada

masyarakat yaitu sebanyak 34 orang (85%). Namun demikian, ada juga ditemukan

responden yang menyatakan ragu-ragu yaitu sebanyak 4 orang (10%) apabila

dinyatakan selama ini petugas KIA menggunakan protap sebagai pedoman dalam

memberikan pelayanan KIA kepada masyarakat.

Mayoritas responden menyatakan setuju apabila dinyatakan setiap petugas

KIA transparan (jelas dan terbuka) dalam memberikan pelayanan KIA kepada

masyarakat yaitu sebanyak 30 orang (75%). Selain itu, 7 orang (17,5%)

menyatakan sangat setuju, namun ada 2 orang yang ragu-ragu (5%), dan bahkan 1

orang yang tidak setuju apabila dinyatakan setiap petugas KIA transparan (jelas

dan terbuka) dalam memberikan pelayanan KIA kepada masyarakat.

Responden juga menyatakan setuju apabila dinyatakan setiap pelayanan

KIA yang diberikan oleh petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang kepada masyarakat harus dapat dipertanggungjawabkan yaitu sebanyak

23 orang (57,5%). Selain itu, ada 14 orang (35%) yang menyatakan sangat setuju,

namun ada 3 orang yang ragu-ragu (7,5%) apabila dinyatakan setiap pelayanan

Universitas Sumatera Utara


KIA yang diberikan oleh petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang kepada masyarakat harus dapat dipertanggungjawabkan.

Pada umumnya responden setuju apabila dinyatakan selama ini Dinas

Kesehatan/Puskesmas telah memberikan hukuman/sanksi yang jelas dan tegas

kepada petugas KIA yang melanggar peraturan yaitu sebanyak 19 orang (47,5%).

Namun demikian, masih juga ditemukan 14 orang (35%) yang ragu-ragu, dan

bahkan 5 orang (12,5%) yang tidak setuju apabila dinyatakan selama ini Dinas

Kesehatan/Puskesmas telah memberikan hukuman/sanksi yang jelas dan tegas

kepada petugas KIA yang melanggar peraturan (termasuk dalam hal pengelolaan

data KIA).

Nilai deskriptif variabel nilai transparan dan akuntabilitas di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.16 di bawah ini.

Tabel 4.16. Nilai Deskriptif Variabel Nilai Transparan dan Akuntabilitas di


Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Nilai
Variabel Nilai Transparan dan Akuntabilitas
Mean Standar Range Koefisien
Deviasi Variasi

1. Menggunakan protap sebagai pedoman 3,95 0,389 2 9,85%


dalam memberikan pelayanan KIA
2. Transparan dalam memberikan pelayanan 4,08 0,572 3 14,02%
KIA kepada masyarakat
3. Pelayanan KIA yang diberikan kepada 4,28 0,599 2 14,00%
masyarakat harus dapat
dipertanggungjawabkan
4. Dinas Kesehatan/Puskesmas telah 3,45 0,783 3 22,70%
memberikan hukuman/sanksi yang jelas
dan tegas kepada petugas KIA yang
melanggar peraturan
Sumber: Lampiran 11 (diolah)

Universitas Sumatera Utara


  Dengan memperhatikan nilai rata‐rata dari setiap variabel nilai transparan dan 

akuntabilitas yang diukur dalam penelitian ini pada Tabel 4.16 di atas, angka rata‐

ratanya ada dalam jangkauan 3,45‐4,28. Hal ini berarti bahwa Dinas 

Kesehatan/Puskesmas telah memberikan hukuman/sanksi yang jelas dan tegas 

kepada petugas KIA yang melanggar peraturan yang paling rendah dirasakan oleh 

responden, sedangkan menyadari bahwa setiap pelayanan KIA yang diberikan kepada 

masyarakat harus dapat dipertanggungjawabkan yang paling tinggi dirasakan oleh 

responden. 

Berdasarkan perhitungan yang digunakan untuk mengukur variabel nilai

transparan dan akuntabilitas, implementasi nilai transparan dan akuntabilitas di

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori baik yaitu

sebanyak 24 orang (60%) dan kategori cukup sebanyak 16 orang (40%).

Distribusi responden berdasarkan kategori nilai transparan dan akuntabilitas dapat

dilihat pada Tabel 4.17 di bawah ini.

Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Nilai


Transparan dan Akuntabilitas di Dinas Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2011

Variabel Nilai Integritas yang Tinggi Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Cukup
16 40,0
2. Baik
24 60,0

Jumlah 40
100

Sumber: Lampiran 12 (diolah)

Universitas Sumatera Utara


f. Keyakinan (Belief)

Keyakinan (belief) yaitu sikap tentang cara bagaimana seharusnya

mengelola data KIA pada responden diukur dari jawaban responden atas 4

(empat) pertanyaan yang terdiri dari indikator

mendokumentasikan/mencatat/merekam semua kegiatan KIA yang telah

dikerjakan; mengolah data KIA dengan baik dan benar sesuai dengan petunjuk

teknis yang telah diberikan dan melaporkannya tepat waktu; menganalisa dan

mengevaluasi data/informasi cakupan KIA sehingga dapat disimpulkan suatu

tindakan yang terbaik untuk meningkatkan cakupan program KIA; dan

menyajikan/menyebarluaskan data KIA yang telah dianalisa agar mudah dibaca

dan dipahami sehingga dijadikan landasan dalam membuat rencana, pelaksanaan

dan penilaian suatu kebijakan KIA. Jawaban responden atas keempat pertanyaan

nilai keyakinan (belief) dapat dilihat pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keyakinan (Belief)


di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Jawaban

Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat


Indikator Keyakinan (Belief) Setuju ragu Setuju Tidak
Setuju

n % n % n % n % n %

1. Mendokumentasikan/mencatat 5 12,5 28 70,0 5 12,5 2 5,0 0 0


/merekam kegiatan KIA yang
telah dikerjakan
2. Mengolah data KIA dengan 5 12,5 25 62,5 10 25,0 0 0 0 0
baik dan benar dan
melaporkannya tepat waktu
3. Menganalisa dan 2 5,0 29 72,5 8 20,0 1 2,5 0 0
mengevaluasi data/informasi

Universitas Sumatera Utara


cakupan KIA
4. Menyajikan/menyebarluaskan
data KIA yang telah dianalisa 5 12,5 26 65,0 7 17,5 2 5,0 0 0

Sumber: Lampiran 10 (diolah)

Dari Tabel 4.18 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden

menyatakan setuju apabila dinyatakan bahwa selama ini petugas KIA

mendokumentasikan/mencatat/merekam semua kegiatan KIA yang telah

dikerjakan yaitu sebanyak 28 orang (70%). Namun demikian, ada juga ditemukan

responden yang menyatakan ragu-ragu yaitu sebanyak 5 orang (12,5%), dan

bahkan tidak setuju sebanyak 2 orang (5%) apabila dinyatakan selama ini petugas

KIA mendokumentasikan/mencatat/merekam semua kegiatan KIA yang telah

dikerjakan.

Mayoritas responden menyatakan setuju apabila dinyatakan selama ini

setiap petugas KIA mengolah data KIA dengan baik dan benar sesuai dengan

petunjuk teknis yang telah diberikan dan melaporkannya tepat waktu yaitu

sebanyak 25 orang (62,5%). Akan tetapi, ditemukan juga 10 orang (25%) yang

menyatakan ragu-ragu apabila dinyatakan bahwa selama ini petugas KIA

mengolah data KIA dengan baik dan benar sesuai dengan petunjuk teknis yang

telah diberikan dan melaporkannya tepat waktu.

Responden juga menyatakan setuju apabila dinyatakan selama ini setiap

petugas KIA menganalisa dan mengevaluasi data/informasi cakupan KIA yaitu

sebanyak 29 orang (72,5%). Namun demikian, juga ditemukan ada 8 orang (20%)

Universitas Sumatera Utara


yang ragu-ragu, dan bahkan ada 1 orang (2,5%) yang tidak setuju apabila

dinyatakan selama ini setiap petugas KIA menganalisa dan mengevaluasi

data/informasi cakupan KIA sehingga dapat disimpulkan suatu tindakan yang

terbaik untuk meningkatkan cakupan program KIA.

Pada umumnya responden setuju apabila dinyatakan selama ini petugas

KIA menyajikan/menyebarluaskan data KIA yang telah dianalisa yaitu sebanyak

26 orang (65%). Namun demikian, masih juga ditemukan 7 orang (17,5%) yang

ragu-ragu, dan bahkan 2 orang (5%) yang tidak setuju apabila dinyatakan selama

ini petugas KIA menyajikan/menyebarluaskan data KIA yang telah dianalisa agar

mudah dibaca dan dipahami sehingga dijadikan landasan dalam membuat rencana,

pelaksanaan dan penilaian suatu kebijakan KIA. Nilai deskriptif variabel

keyakinan (belief) di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada

Tabel 4.19.

Tabel 4.19. Nilai Deskriptif Variabel Keyakinan (Belief) di Dinas Kesehatan


Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Nilai
Variabel Keyakinan (Belief)
Mean Standar Range Koefisien
Deviasi Variasi

1. Mendokumentasikan/mencatat/merekam 3,90 0,672 3 17,23%


kegiatan KIA yang telah dikerjakan
2. Mengolah data KIA dengan baik dan benar 3,88 0,607 2 15,64%
dan melaporkannya tepat waktu
3. Menganalisa dan mengevaluasi 3,80 0,564 3 14,84%
data/informasi cakupan KIA
4. Menyajikan/menyebarluaskan data KIA yang 3,85 0,700 3 18,18%
telah dianalisa
Sumber: Lampiran 11 (diolah)

Universitas Sumatera Utara


  Deskripsi variabel keyakinan (belief) pada responden yang disajikan pada Tabel 

4.19 di atas menunjukkan bahwa data yang terkumpul cukup bervariasi, karena 

koefisien variasi dari keseluruhan variabel keyakinan (belief) >10%. Hal ini 

menunjukkan keyakinan (belief) pada petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli 

Serdang cukup bervariasi.  

Dengan memperhatikan nilai rata-rata dari setiap variabel keyakinan

(belief) yang diukur dalam penelitian ini, angka rata-ratanya ada dalam jangkauan

3,80-3,90. Hal ini berarti bahwa menganalisa dan mengevaluasi data/informasi

cakupan KIA yang paling rendah dirasakan oleh responden, sedangkan

mendokumentasikan/mencatat/merekam semua kegiatan KIA yang telah

dikerjakan yang paling tinggi dirasakan oleh responden.

Berdasarkan perhitungan yang digunakan untuk mengukur variabel

keyakinan (belief), implementasi keyakinan (belief) di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 24 orang

(60%) dan kategori cukup sebanyak 16 orang (40%). Distribusi responden

berdasarkan kategori keyakinan (belief) dapat dilihat pada Tabel 4.20 di bawah

ini.

Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori


Keyakinan (Belief) di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2011
Variabel Keyakinan (Belief) Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Cukup 16 40,0
2. Baik
24 60,0

Universitas Sumatera Utara


Jumlah 40 100

Sumber: Lampiran 12 (diolah)

Dengan memperhatikan nilai rata-rata dari setiap variabel budaya

organisasi secara keseluruhan, diperoleh kesimpulan bahwa nilai berpihak pada

rakyat yang paling rendah dirasakan oleh responden, sedangkan nilai bertindak

cepat dan tepat merupakan nilai yang paling tinggi dirasakan responden. Nilai

deskriptif variabel budaya organisasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

dapat dilihat pada Tabel 4.21.

Tabel 4.21. Nilai Deskriptif Variabel Budaya Organisasi di Dinas Kesehatan


Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Nilai
Variabel Keyakinan (Belief)
Mean Standar Range Koefisien
Deviasi Variasi

1. Nilai berpihak pada rakyat


2. Nilai bertindak cepat dan tepat 11,95 1,632 7 13,66%
3. Nilai kerjasama tim
4. Nilai integritas yang tinggi 15,93 1,575 6 9,89%
5. Nilai transparan dan akuntabilitas
6. Keyakinan (belief) 15,50 1,177 7 7,59%

12,13 1,471 6 12,13%

15,75 1,645 8 10,44%

15,43 1,824 9 11,82%

Sumber: Lampiran 11 (diolah)

4.3.2 Variabel Dependen

Universitas Sumatera Utara


Kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang diukur dengan indikator pengumpulan dan penyimpanan

data, pengolahan dan pelaporan data, analisa data/informasi, dan penyajian

data/informasi. Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada atasan dari 40

responden dapat diketahui gambaran dari masing-masing variabel dependen

dalam penelitian ini. Distribusi frekuensi responden berdasarkan penilaian kinerja

petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

dapat dilihat pada Tabel 4.22.

Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penilaian Kinerja


Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Jumlah
Kinerja
Frekuensi Persentase (%)

Pengumpulan dan Penyimpanan Data

1. Buruk 3 7,5
2. Kurang
3. Baik 5 12,5

32 80,0

Jumlah 40 100,0

Pengolahan dan Pelaporan Data

1. Buruk 4 10,0
2. Kurang

Universitas Sumatera Utara


3. Baik 4 10,0

32 80,0

Jumlah 40 100,0

Analisa Data/Informasi

1. Buruk 6 15,0
2. Kurang
3. Baik 17 42,5

17 42,5

Jumlah 40 100,0

Penyajian Data/Informasi

1. Buruk 4 10,0
2. Kurang
3. Baik 25 62,5

11 27,5

Jumlah 40 100,0

Sumber: Lampiran 12 (diolah)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dinilai baik

dalam pengumpulan dan penyimpanan data yaitu sebanyak 32 orang (80%).

Namun demikian, masih ada responden yang dinilai kurang yaitu sebanyak 5

orang (12,5%), dan bahkan buruk yaitu sebanyak 3 orang (7,5%) dalam hal

pengumpulan dan penyimpanan data.

Nilai deskriptif variabel kinerja dengan indikator pengumpulan dan

penyimpanan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada

Tabel 4.23.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.23. Nilai Deskriptif Indikator Pengumpulan dan Penyimpanan Data
di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Nilai
Indikator Pengumpulan
Mean Standar Range Koefisien
dan Penyimpanan Data
Deviasi Variasi

1. Mengumpulkan data cakupan pelayanan 3,93 0,526 3 13,38%


KIA secara rutin di wilayah kerja
2. Mencatat seluruh kegiatan pelayanan KIA 4,08 0,859 3 21,05%
yang diberikan
3. Memeriksa dengan teliti dan benar 3,90 0,900 3 23,08%
kelengkapan data cakupan KIA yang
dilaporkan
4. Menyimpan seluruh dokumen data 4,43 0,958 4 21,63%
cakupan pelayanan KIA
Sumber: Lampiran 11 (diolah)

  Deskripsi indikator pengumpulan dan penyimpanan data pada responden yang 

disajikan pada Tabel 4.23 di atas menunjukkan bahwa data yang terkumpul cukup 

bervariasi, karena koefisien variasi dari keseluruhan indikator pengumpulan dan 

penyimpanan data >10%. Hal ini menunjukkan kinerja pengumpulan dan 

penyimpanan data pada petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang 

cukup bervariasi.  

Dengan memperhatikan nilai rata-rata dari setiap indikator pengumpulan

dan penyimpanan data yang diukur dalam penelitian ini, angka rata-ratanya ada

dalam jangkauan 3,90-4,43. Hal ini berarti bahwa penilaian atasan terhadap

kinerja responden dalam hal memeriksa dengan teliti dan benar kelengkapan data

cakupan KIA yang dilaporkan oleh Bides/Bikor/kepala seksi kesehatan ibu/kepala

bidang kesehatan keluarga dan sarana kesehatan swasta memperoleh skor yang

Universitas Sumatera Utara


paling rendah. Sedangkan penilaian atasan terhadap kinerja responden dalam hal

menyimpan seluruh dokumen data cakupan pelayanan KIA dengan baik sehingga

mudah diambil lagi ketika data diperlukan memperoleh skor yang paling tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja responden dalam hal

pengolahan dan pelaporan data dinilai baik yaitu sebanyak 32 orang (80%),

memiliki kinerja kurang sebanyak 4 orang (10%), dan bahkan ditemukan memiliki

kinerja buruk sebanyak 4 orang (10%).

Nilai deskriptif variabel kinerja dengan indikator pengolahan dan

pelaporan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada

Tabel 4.24.

Tabel 4.24. Nilai Deskriptif Indikator Pengolahan dan Pelaporan Data di


Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Nilai
Indikator Pengolahan dan Pelaporan Data
Mean Standar Range Koefisien
Deviasi Variasi

1. Mengolah, menguji dan memeriksa 3,73 0,905 4 24,26%


data cakupan KIA yang telah diterima
2. Melaporkan data cakupan KIA sesuai 3,60 0,778 3 21,61%
dengan fakta di lapangan (tidak
mengganti/memanipulasi data
walaupun tidak mencapai target KIA
yang telah ditetapkan)
3. Melaporkan data cakupan KIA yang 4,30 1,224 4 28,47%
telah diolah dan diketahui (tanda
tangan dan stempel) oleh atasan secara
rutin dan tepat waktu
4. Membuat pertinggal laporan cakupan 4,53 1,154 4 25,47%
KIA
Sumber: Lampiran 11 (diolah)   

Universitas Sumatera Utara


  Deskripsi indikator pengumpulan dan penyimpanan data pada responden yang 

disajikan pada Tabel 4.24 di atas menunjukkan bahwa data yang terkumpul cukup 

bervariasi, karena koefisien variasi dari keseluruhan indikator pengolahan dan 

pelaporan data >10%. Hal ini menunjukkan kinerja pengolahan dan pelaporan data 

pada petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang cukup bervariasi.  

Dengan memperhatikan nilai rata-rata dari setiap indikator pengolahan dan

pelaporan data yang diukur dalam penelitian ini, angka rata-ratanya ada dalam

jangkauan 3,60-4,53. Hal ini berarti bahwa penilaian atasan terhadap kinerja

responden dalam hal melaporkan data cakupan KIA sesuai dengan fakta di

lapangan dalam arti tidak mengganti/memanipulasi data walaupun tidak

mencapai target KIA yang telah ditetapkan memperoleh skor yang paling rendah.

Sedangkan penilaian atasan terhadap kinerja responden dalam hal membuat

pertinggal laporan cakupan KIA memperoleh skor yang paling tinggi.

Hasil penelitian terhadap kinerja responden dalam hal analisa

data/informasi dinilai baik sebanyak 17 orang (42,5%), namun juga dinilai kurang

dengan nilai yang sama yaitu 17 orang (42,5%). Sedangkan kinerja responden

dalam hal analisa data/informasi dinilai buruk sebanyak 6 orang (15%).

Nilai deskriptif variabel kinerja dengan indikator analisa data/informasi di

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.25.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.25. Nilai Deskriptif Indikator Analisa Data/Informasi di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Nilai
Indikator Analisa Data/Informasi
Mean Standar Range Koefisien
Deviasi Variasi

1. Menggambarkan atau menjelaskan kondisi 3,53 1,176 4 33,31%


KIA di wilayah kerja dengan
menggunakan data cakupan KIA yang
telah diolah
2. Membandingkan karakteristik- 3,35 1,075 4 32,09%
karakteristik data cakupan KIA antar
wilayah setelah melakukan pengolahan
data cakupan KIA
3. Membandingkan data cakupan KIA antar 3,28 1,037 4 31,62%
waktu dalam periode yg relatif panjang
dengan menggunakan data cakupan KIA
yang telah diolah
4. Menjelaskan hubungan/keterkaitan antara 3,30 1,067 4 32,33%
variabel pelayanan KIA yang satu dengan
variabel KIA lainnya dengan
menggunakan data cakupan KIA yang
telah diolah
Sumber: Lampiran 11 (diolah)

  Deskripsi indikator analisa data/informasi pada responden yang disajikan pada 

Tabel 4.25 di atas menunjukkan bahwa data yang terkumpul cukup bervariasi, karena 

koefisien variasi dari keseluruhan indikator analisa data/informasi >10%. Hal ini 

menunjukkan kinerja analisa data/informasi pada petugas KIA di Dinas Kesehatan 

Kabupaten Deli Serdang cukup bervariasi.  

Dengan memperhatikan nilai rata-rata dari setiap indikator analisa

data/informasi yang diukur dalam penelitian ini, angka rata-ratanya ada dalam

jangkauan 3,28-3,53. Hal ini berarti bahwa penilaian atasan terhadap kinerja

responden dalam hal membandingkan data cakupan KIA antar waktu dalam

Universitas Sumatera Utara


periode yang relatif panjang dengan menggunakan data cakupan KIA yang telah

diolah memperoleh skor yang paling rendah. Sedangkan penilaian atasan terhadap

kinerja responden dalam hal menggambarkan atau menjelaskan kondisi KIA di

wilayah kerja dengan menggunakan data cakupan KIA yang telah diolah

memperoleh skor yang paling tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja responden dalam hal

penyajian data/informasi dinilai kurang yaitu 25 orang (62,5%), baik sebanyak 11

orang (27,5%), bahkan ada yang dinilai buruk yaitu 4 orang (10%). Nilai

deskriptif variabel kinerja dengan indikator penyajian data/informasi di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.26.

Tabel 4.26. Nilai Deskriptif Indikator Penyajian Data/Informasi di Dinas


Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Nilai
Indikator Penyajian Data/Informasi
Mean Standar Range Koefisien
Deviasi Variasi

1. Menyajikan/memaparkan data/informasi 3,38 1,005 4 29,73%


cakupan KIA yang telah diolah dan
dianalisa setiap bulannya
2. Menyajikan data/informasi cakupan KIA 3,40 1,215 4 35,74%
yang telah diolah dan dianalisa dengan
membuat Grafik PWS-KIA/sejenisnya
3. Menyajikan data/informasi cakupan KIA 2,30 0,791 3 34,39%
yang telah diolah dan dianalisa pada
stakeholders maupun pengambil
kebijakan/keputusan pada pertemuan lintas
program/sektor
4. Data/informasi cakupan KIA yang telah 4,35 1,252 4 28,78%
dianalisa dipakai sebagai bahan dalam
pembuatan rencana, pelaksanaan dan
penilaian suatu kebijakan KIA
Sumber: Lampiran 11 (diolah)

Universitas Sumatera Utara


  Deskripsi indikator penyajian data/informasi pada responden yang disajikan 

pada Tabel 4.26 di atas menunjukkan bahwa data yang terkumpul cukup bervariasi, 

karena koefisien variasi dari keseluruhan indikator penyajian data/informasi >10%. 

Hal ini menunjukkan kinerja penyajian data/informasi pada petugas KIA di Dinas 

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang cukup bervariasi.  

Dengan memperhatikan nilai rata-rata dari setiap indikator penyajian

data/informasi yang diukur dalam penelitian ini, angka rata-ratanya ada dalam

jangkauan 2,30-4,35. Hal ini berarti bahwa penilaian atasan terhadap kinerja

responden dalam hal menyajikan data/informasi cakupan KIA yang telah diolah

dan dianalisa pada stakeholders maupun pengambil kebijakan/keputusan pada

pertemuan lintas program/sektor memperoleh skor yang paling rendah. Sedangkan

penilaian atasan terhadap kinerja responden dalam hal pemanfaatan data/informasi

cakupan KIA yang telah dianalisa sebagai bahan dalam pembuatan rencana,

pelaksanaan dan penilaian suatu kebijakan KIA memperoleh skor yang paling

tinggi.

Hasil penelitian terhadap kinerja responden dalam pengelolaan data KIA

memperlihatkan nilai rata-rata dari setiap variabel kinerja secara keseluruhan ada

dalam jangkauan 13,43-16,33. Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja penyajian

data/informasi dari responden merupakan indikator kinerja yang paling rendah,

sedangkan kinerja pengumpulan dan penyimpanan data merupakan indikator

kinerja yang paling tinggi. Nilai deskriptif variabel kinerja petugas KIA dalam

Universitas Sumatera Utara


pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada

Tabel 4.27.

Tabel 4.27. Nilai Deskriptif Variabel Kinerja Petugas KIA dalam


Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2011
Nilai
Variabel Kinerja Petugas KIA dalam
Pengelolaan Data Mean Standar Range Koefisien
Deviasi Variasi

1. Pengumpulan dan penyimpanan data


16,33 2,947 13 18,05%
2. Pengolahan dan pelaporan data
16,15 3,745 15 23,19%
3. Analisa data/informasi
13,45 4,169 16 31,00%
4. Penyajian data/informasi
13,43 3,672 14 27,34%

Sumber: Lampiran 11 (diolah)

Berdasarkan perhitungan yang digunakan, kinerja petugas KIA dalam

pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam

kategori baik yaitu sebanyak 27 orang (67,5%), kategori kurang sebanyak 9 orang

(22,5%), dan kategori buruk sebanyak 4 orang (10%). Distribusi responden

berdasarkan variabel dependen yaitu kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data

KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.28.

Tabel 4.28. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Kinerja


Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

Variabel Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Frekuensi (n) Persentase (%)

Universitas Sumatera Utara


Data

1. Buruk
2. Kurang 4 10,0

3. Baik 9 22,5

27 67,5

Jumlah 40
100

Sumber: Lampiran 12 (diolah)

Selain penilaian atasan terhadap kinerja responden, Peneliti juga

melakukan pengamatan (observation) dengan menggunakan instrumen daftar cek

(checklist) untuk mengukur kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang seperti pada Tabel 4.29.

Tabel 4.29. Hasil Pegamatan (Observation) Terhadap Kinerja Bikor


Puskesmas dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Item yang Dinilai Total Skor yang
Skor Diharapkan

Laporan Format 1 (rekapitulasi cakupan indikator PWS-KIA) Januari- 1,89 3


Desember 2010.

Laporan Format 1 (rekapitulasi cakupan indikator PWS-KIA) Januari- 2,58 3


Desember 2010 yang ditandatangani dan distempel oleh Kepala
Puskesmas.

Laporan Maternal Perinatal Januari -Desember 2010. 1,75 3

Laporan Maternal Perinatal Januari-Desember 2010 yang ditandatangani 2,32 3


dan distempel oleh Kepala Puskesmas.

Laporan Gerakan Sayang Ibu (GSI) Januari - Desember 2010. 1,77 3

Laporan Gerakan Sayang Ibu (GSI) Januari-Desember 2010 yang 1,79 3

Universitas Sumatera Utara


ditandatangani dan distempel oleh Kepala Puskesmas dan Camat.

Kondisi fisik laporan yang dikirimkan (bersih/tidaknya laporan, misalnya 2,29 3


laporan kotor karena banyak data yang ditipex, dan lain-lain).

Ketepatan waktu pengiriman laporan. 2,71 3

Konsistensi data laporan KIA yang dikirimkan. 2,00 3

Kesesuaian variabel pelayanan KIA yang satu dengan variabel pelayanan 2,00 3
KIA lainnya.

Kesesuaian data rekapitulasi laporan KIA bulanan ke Bidang Kesga 2,00 3


dengan data yang ada di Profil Kesehatan yang dibuat oleh Puskesmas.

Penyajian Grafik PWS-KIA (9 Grafik) Januari - Desember 2010. 2,00 3

Sumber : Lampiran 5 (diolah)

Dari Tabel 4.29 di atas dapat dilihat bahwa tidak satupun dari item yang

dinilai oleh Peneliti mencapai skor kinerja yang diharapkan. Ini berarti bahwa

kinerja Bikor Puskesmas secara keseluruhan dalam pengelolaan data KIA belum

sesuai harapan. Total skor kinerja seluruh Bikor Puskesmas berada dalam rentang

1,75-2,71 mengindikasikan seluruh item yang dinilai dalam rangka penilaian

kinerja Bikor Puskesmas dalam pengelolaan data ada tetapi kurang lengkap atau

tidak/belum sesuai dengan petunjuk teknis dan definisi operasional yang diberikan

atau data berbeda (inkonsisten) bila dikroscek dengan data dengan variabel yang

sama dari sumber lain. Hasil pengamatan (observation) dengan menggunakan

instrumen daftar cek (checklist) ini juga didukung dengan informasi yang

diberikan informan pada saat indepth interview.

Universitas Sumatera Utara


Tentunya skor checklist yang diperoleh Peneliti dari pengamatan

(observasi) terhadap item yang dinilai pada seluruh Bikor Puskesmas ini akan

memengaruhi hasil observasi (checklist) terhadap kinerja petugas KIA kabupaten

dalam pengelolaan data. Walaupun secara kuantitas/fisik laporan (yang meliputi

Laporan Format 2 (rekapitulasi cakupan indikator PWS-KIA), Laporan Maternal

Perinatal, Laporan GSI, dan sebagainya) dilaporkan ke Dinas Kesehatan Propinsi

Sumatera Utara secara rutin, namun secara kualitas dapat diprediksi bagaimana

kualitas data yang dilaporkan dan disajikan. Hal ini dikarenakan keberadaan data

yang dilaporkan petugas KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang ke Dinas

Kesehatan Propinsi Sumatera Utara merupakan rekapitulasi laporan Bikor di

Puskesmas (yang dari hasil observasi belum sesuai harapan).

4.4. Hasil Analisis Multivariat

4.4.1 Uji Regresi Linier Berganda

Pengujian terhadap hipotesis yang menyatakan bahwa implementasi

budaya organisasi yang terdiri dari nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak

cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai transparan

dan akuntabilitas, serta keyakinan (belief) berpengaruh terhadap kinerja petugas

KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

dilakukan dengan uji regresi linier berganda dengan bantuan statistik komputer

(Program SPSS for Windows versi 15.0) yang menganalisis pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan metode enter.

Universitas Sumatera Utara


Hasil analisis statistik pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja

petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

dapat dilihat pada Tabel 4.30.

Tabel 4.30. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

Unstandardized Coefficients
B Std. Error Sig.
(Constant) 23,797 27,462 ,392
Nilai berpihak pada rakyat 1,285 1,399 ,365
Nilai bertindak cepat dan tepat ,134 1,678 ,937
Nilai kerjasama tim 5,359 2,402 ,033
Nilai integritas yang tinggi 3,706 1,639 ,030
Nilai transparan dan akuntabilitas -5,851 1,718 ,002
Keyakinan (belief) -1,153 1,315 ,387
a Dependent Variable: total skor kinerja responden dari atasan
Sumber: Lampiran 14

Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada Tabel 4.30 di atas dapat

disimpulkan bahwa 3 (tiga) variabel budaya organisasi yaitu nilai kerjasama tim,

nilai integritas yang tinggi, serta nilai transparan dan akuntabilitas memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan nilai signifikansi masing-

masing variabel < 0,05. Sedangkan nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak

cepat dan tepat, dan keyakinan (belief) tidak berpengaruh signifikan terhadap

kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang dengan nilai signifikansi > 0,05.

Universitas Sumatera Utara


Hasil analisis uji regresi linier berganda juga menunjukkan bahwa

variabel yang paling dominan memengaruhi kinerja petugas KIA dalam

pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang adalah variabel

nilai transparan dan akuntabilitas, yaitu (-5,851). Variabel tersebut bernilai negatif

artinya variabel nilai transparan dan akuntabilitas mempunyai pengaruh yang

tidak searah (negatif) terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Hal ini menunjukkan bahwa

peningkatan implementasi nilai transparan dan akuntabilitas akan menurunkan

kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang atau dengan kata lain variabel nilai transparan dan akuntabilitas memiliki

peluang yang kecil untuk ditingkatkan.

Pada Tabel 4.30 juga terlihat bahwa koefisien regresi yang diperoleh dari

persamaan regresi di atas yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja

petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

memiliki 2 (dua) variabel yang bernilai positif yaitu nilai integritas yang tinggi

dan nilai kerjasama tim, yang menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut

mempunyai hubungan yang searah (positif) terhadap terhadap kinerja petugas

KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Jadi

dapat ditafsirkan secara teoritis bahwa kinerja petugas KIA dalam pengelolaan

data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang akan meningkat menjadi lebih

baik apabila terjadi peningkatan pada implementasi nilai integritas yang tinggi dan

nilai kerjasama tim.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda tersebut dapat ditentukan

model persamaan regresi linier yang dapat menafsirkan variabel budaya organisasi

yang memengaruhi kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut:

Ŷ = 23,797 + 1,285 (X1) + 0,134 (X2) + 5,359 (X3) + 3,706 (X4) – 5,851 (X5)
– 1,153 (X6) + e
Sumber : Lampiran 14 (diolah)

dimana:

Ŷ = Kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan


Kabupaten Deli Serdang
β0 = Konstanta
β1-β6 = Koefisien regresi
X1 = Nilai berpihak pada rakyat
X2 = Nilai bertindak cepat dan tepat
X3 = Nilai kerjasama tim
X4 = Nilai integritas yang tinggi
X5 = Nilai transparan dan akuntabel
X6 = Keyakinan (belief)
e = error (tingkat kesalahan)

  

4.4.2  Uji Koefisien Determinasi (Uji R) 

Hasil analisis koefisien determinasi dalam penelitian ini ditunjukkan pada

Tabel 4.31 di bawah ini.

Tabel 4.31. Hasil Uji Koefisien Determinasi Pengaruh Budaya Organisasi


Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate


,599(a) ,359 ,242 12,1011

Universitas Sumatera Utara


a Predictors: (Constant), total keyakinan, total berpihak pada rakyat, total transparan dan
akuntabilitas, total integritas yang tinggi, total bertindak cepat dan tepat, total kerjasama tim
Sumber : Lampiran 14

Keeratan hubungan semua variabel independen secara serentak terhadap

variabel dependen dinilai dengan menginterpretasikan nilai koefisien regresi

berganda yang dinotasikan dengan R (Santoso, 2000). Dari hasil penelitian

diperoleh koefisien regresi berganda sebesar 0,599 yang berarti ada hubungan

yang cukup kuat antar variabel-variabel budaya organisasi terhadap kinerja

petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang.

Analisis determinasi dilakukan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh 

variabel independen secara bersama‐sama terhadap variabel dependen. Menurut 

Santoso (2000), untuk regresi dengan lebih dari 2 (dua) variabel independen, 

digunakan Adjusted R2 (yaitu nilai R Square yang telah disesuaikan) sebagai koefisien 

regresi determinan. Berdasarkan hasil analisis seperti pada Tabel 4.31 di atas, maka 

diketahui nilai koefisien regresi determinan yang telah disesuaikan sebesar 0,242. 

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat ditafsirkan sebesar 24,2% faktor‐faktor yang 

memengaruhi kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan 

Kabupaten Deli Serdang dapat dijelaskan oleh nilai berpihak pada rakyat, nilai 

bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai 

transparan dan akuntabilitas, serta keyakinan. Sedangkan sisanya 75,8% dapat 

dijelaskan oleh faktor‐faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.   

Universitas Sumatera Utara


4.4.3  Uji Serempak/Simultan (Uji F) 

Hasil analisis regresi berganda terhadap kekuatan pengaruh budaya

organisasi (nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai

kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas, serta

keyakinan) secara serempak/simultan (Uji F) dalam mengestimasi kinerja petugas

KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat

dilihat pada Tabel 4.32 di bawah ini.

Tabel 4.32. Hasil Uji Serempak/Simultan (Uji F) Pengaruh Budaya


Organisasi Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan
Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Regression 2702,704 6 450,451 3,076 ,017(a)
Residual 4832,396 33 146,436
Total 7535,100 39
a Predictors: (Constant), total keyakinan, total berpihak pada rakyat, total transparan dan
akuntabilitas, total integritas yang tinggi, total bertindak cepat dan tepat, total kerjasama tim
b Dependent Variable: total skor kinerja responden atasan
Sumber : Lampiran 14

Tabel 4.32 mengungkapkan bahwa nilai Fhitung adalah 3,076 dengan nilai

signifikansi 0,017. Sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)

adalah 2,396. Oleh karena pada kedua perhitungan yaitu Fhitung (3,076) > Ftabel (2,396)

dan nilai signifikansinya 0,017 < 0,05, maka dapat ditafsirkan pengaruh budaya

organisasi (nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai

kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas, serta

Universitas Sumatera Utara


keyakinan) secara serempak/simultan adalah signifikan terhadap kinerja petugas

KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

4.4.4 Uji Parsial (Uji t)

Hasil analisis regresi berganda terhadap kekuatan pengaruh budaya

organisasi (nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai

kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas, serta

keyakinan) secara parsial (Uji t) dalam mengestimasi kinerja petugas KIA dalam

pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada

Tabel 4.33 di bawah ini.

Tabel 4.33. Hasil Uji Parsial (Uji t) Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Variabel B Error Beta t Sig.
Nilai berpihak pada rakyat 1,285 1,399 ,151 ,919 ,365
Nilai bertindak cepat dan tepat ,134 1,678 ,015 ,080 ,937
Nilai kerjasama tim 5,359 2,402 ,454 2,231 ,033
Nilai integritas yang tinggi 3,706 1,639 ,392 2,261 ,030

Tabel 4.33. (Lanjutan)


Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Variabel B Error Beta t Sig.
Nilai transparan dan akuntabilitas -5,851 1,718 -,692 -3,406 ,002
Keyakinan (belief) -1,153 1,315 -,151 -,877 ,387
a Dependent Variable: total skor kinerja responden dari atasan
Sumber : Lampiran 14

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan output analisis regresi linier berganda pada Tabel 4.33 di atas

dapat dilihat bahwa:

1. Variabel nilai berpihak pada rakyat berpengaruh secara positif dan tidak

signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan nilai signifikansi 0,365 (>

0,05) dan nilai thitung (0,919) < ttabel (1,692). Hal ini berarti walaupun variabel

nilai berpihak pada rakyat ditingkatkan sebesar satu satuan, maka kinerja

petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang tidak akan meningkat sebesar 1,285 satuan.

2. Variabel nilai bertindak cepat dan tepat berpengaruh secara positif dan

tidak signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan nilai signifikansi 0,937

(> 0,05) dan nilai thitung (0,919) < ttabel (1,692). Hal ini berarti walaupun variabel

nilai berpihak pada rakyat ditingkatkan sebesar satu satuan, maka kinerja

petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang tidak akan meningkat sebesar 0,134 satuan.

3. Variabel nilai kerjasama tim berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang dengan nilai signifikansi 0,033 (< 0,05) dan nilai

thitung (2,231) > ttabel (1,692). Hal ini berarti jika variabel nilai kerjasama tim

ditingkatkan sebesar satu satuan, maka kinerja petugas KIA dalam

Universitas Sumatera Utara


pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang akan

meningkat sebesar 5,359 satuan.

4. Variabel nilai integritas yang tinggi berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan nilai signifikansi 0,030 (<

0,05) dan nilai thitung (2,261) > ttabel (1,692). Hal ini berarti jika variabel nilai

integritas yang tinggi ditingkatkan sebesar satu satuan, maka kinerja

petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang akan meningkat sebesar 3,706 satuan.

5. Variabel nilai transparan dan akuntabilitas berpengaruh secara negatif dan

signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan nilai signifikansi 0,002 (<

0,05) dan nilai thitung (3,406) > ttabel (1,692). Hal ini berarti jika variabel nilai

transparan dan akuntabilitas ditingkatkan sebesar satu satuan, maka kinerja

petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang akan menurun sebesar 5,851 satuan.

6. Variabel keyakinan (belief) berpengaruh secara negatif dan tidak

signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan nilai signifikansi 0,387 (>

0,05) dan nilai thitung (0,877) < ttabel (1,692). Hal ini berarti jika variabel

keyakinan (belief) diturunkan sebesar satu satuan, maka kinerja petugas

Universitas Sumatera Utara


KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

tidak akan menurun sebesar 1,153 satuan.

4.4.5 Uji Asumsi Klasik

Menurut Santoso (2000), asumsi yang digunakan untuk uji regresi linier

berganda harus memenuhi uji asumsi klasik agar hasil analisis regresi tidak bias

untuk memprediksi pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja petugas KIA

dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

Hasil uji asumsi klasik untuk memprediksi pengaruh budaya organisasi

terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati sebaran

plot-plot pada Grafik P-P Plot seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Universitas Sumatera Utara


Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: total skor kinerja responden atasan

1.0

0.8

Expected Cum Prob 0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob

Sumber : Lampiran 13

Gambar 4.1. Hasil Uji Normalitas (Grafik P-P Plot) Pengaruh Budaya
Organisasi Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan
Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

Gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa pola pada Grafik P-P Plot

menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang

menunjukkan bahwa data dari masing-masing variabel dalam penelitian ini

tersebar secara normal atau dengan kata lain terbebas dari masalah normalitas.

Selain mengamati sebaran plot pada Grafik P-P Plot, uji normalitas juga

dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi (0,436) > p (0,05) pada Tabel

Kolmogorv-Smirnov yang membuktikan bahwa penelitian ini terbebas dari

masalah normalitas seperti ditunjukkan pada Tabel 4.34.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.34. Hasil Uji Normalitas (Pendekatan Kolmogorov-Smirnov)
Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Petugas KIA
dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2011
Unstandardized Residual
N 40
Normal Parameters (a,b) Mean ,0000000
Std. Deviation 11,13137832
Most Extreme Differences Absolute ,138
Positive ,083
Negative -,138
Kolmogorov-Smirnov Z ,870
Asymp. Sig. (2-tailed) ,436
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Sumber : Lampiran 13

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati

sebaran plot pada Grafik Scatterplot dimana sebaran plot tidak membentuk pola

yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.

Pengujian ini membuktikan bahwa penelitian ini terbebas dari masalah

heteroskedastisitas seperti ditunjukkan pada Gambar 4.2.

Universitas Sumatera Utara


Scatterplot

Dependent Variable: total skor kinerja responden atasan

2
Regression Standardized Predicted

0
Value

-1

-2

-3

-3 -2 -1 0 1 2
Regression Studentized Residual

Sumber : Lampiran 13

Gambar 4.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Budaya Organisasi


Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati nilai

Durbin Watson (DW). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai DW dalam

penelitian ini berada di antara (-2) sampai (+2) yaitu 1,107. Pengujian ini

membuktikan bahwa penelitian ini terbebas dari masalah autokorelasi.

4. Uji Multikolinieritas

Universitas Sumatera Utara


Uji multikolinieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati

nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 5 dan tolerance value > 0,1 seperti

ditunjukkan pada Tabel 4.35.

Tabel 4.35. Hasil Uji Multikolinieritas Pengaruh Budaya Organisasi


Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

Collinearity Statistics
Variabel Status
Tolerance VIF
Nilai berpihak pada rakyat ,720 1,389 Bebas Multikolinieritas
Nilai bertindak cepat dan tepat ,538 1,860 Bebas Multikolinieritas 
Nilai kerjasama tim ,470 2,128 Bebas Multikolinieritas 
Nilai integritas yang tinggi ,646 1,547 Bebas Multikolinieritas 
Nilai transparan dan akuntabilitas ,470 2,126 Bebas Multikolinieritas 
Keyakinan (belief) ,652 1,533 Bebas Multikolinieritas 
a Dependent Variable: total skor kinerja responden atasan
Sumber : Lampiran 13

Tabel 4.35 di atas membuktikan bahwa seluruh variabel independen

memiliki nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 5 dan tolerance value > 0,1, dan

ini berarti bahwa penelitian ini terbebas dari masalah multikolinieritas.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam


Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

Menurut para ahli seperti Robbins (2006), Kotter dan Heskett serta

Sashkein dan Kisher (Tika, 2008), budaya organisasi dapat memengaruhi kinerja

anggota organisasi. Hasil penelitian menjelaskan ada pengaruh budaya organisasi

(nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim,

nilai integritas yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas serta keyakinan)

terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang. Adanya pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja

juga telah dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Koesmono

dalam Zebua (2009), Kotter dan Heskett dalam Soetjipto dan Firmansyah (2006),

Damanik (2007), Zuliani (2008), dan Zebua (2009).

Menurut Rivai (2005), kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh seseorang

dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sesuai dengan standar dan

kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu. Berdasarkan perhitungan yang

digunakan untuk mengukur variabel kinerja, maka dapat disimpulkan bahwa

kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data yang meliputi pengumpulan dan

penyimpanan data, pengolahan dan pelaporan data, analisa data/informasi, dan

penyajian data/informasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang belum

dapat dikatakan seluruhnya baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian

Universitas Sumatera Utara


terhadap kinerja responden secara keseluruhan dimana 67,5% petugas KIA yang

mempunyai kinerja dalam kategori baik dan 33,5% petugas KIA yang mempunyai

kinerja dalam kategori kurang bahkan buruk (Tabel 4.28). Bahkan dari hasil

pengamatan (observation) dengan menggunakan daftar cek (checklist) diperoleh

kesimpulan bahwa kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang belum sesuai dengan yang diharapkan (Tabel

4.29). Hasil pengamatan (observation) ini juga didukung dengan informasi yang

diperoleh dari informan pada saat indepth interview.

Hasil penelitian di atas tentunya perlu mendapatkan perhatian serius dari

tim manajemen Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang mengingat untuk

menggambarkan kondisi pembangunan kesehatan khususnya pelayanan KIA di

Kabupaten Deli Serdang, diperlukan data dan informasi dari seluruh petugas KIA

yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Jika 1 (satu) orang saja Bikor di

Puskesmas yang memiliki kinerja buruk dalam pengelolaan data, maka dapat

dipastikan akan memengaruhi kualitas data KIA yang disajikan di Kabupaten Deli

Serdang.

Kinerja responden sesuai uraian di atas merupakan masalah manajemen

sumber daya manusia yang harus dicermati secara serius, karena menurut Widodo

(2005), kinerja individu (individual performance) dan organisasi (organizational

performance) memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya tujuan

organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi

yang digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku

Universitas Sumatera Utara


dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut. Sekelompok orang akan

mempunyai rasa tanggung jawab dan dapat mempertanggungjawabkan segala

sikap, perilaku, dan sepak terjangnya yang dipengaruhi oleh pengetahuan,

kemampuan, kecakapan, dan harapan-harapan. Jadi dapat disimpulkan bahwa

interaksi yang kompleks dari kinerja sejumlah individu dalam organisasi

memengaruhi kinerja organisasi tersebut (Ilyas, 1999).

Kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang yang belum sesuai dengan yang diharapkan dipengaruhi

oleh budaya organisasi serta berbagai aspek kondisi yang ada di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang. Hasil uji statistik menafsirkan bahwa persentase

sumbangan pengaruh budaya organisasi secara bersama-sama/serempak/simultan

terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang adalah sebesar 24,2%. Sesuai dengan pendapat Gibson

(1987), selain budaya organisasi, beberapa faktor/variabel yang memengaruhi

kinerja dalam suatu organisasi adalah kemampuan dan keterampilan petugas KIA

dalam pengelolaan data, sumber daya (termasuk sarana prasarana pengelolaan

data), kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan serta psikologis

petugas KIA yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.

Rendahnya persentase sumbangan budaya organisasi dalam memengaruhi

kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang mengindikasikan bahwa sesungguhnya nilai-nilai yang telah diciptakan

oleh tim manajemen Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sebagai cara untuk

Universitas Sumatera Utara


meningkatkan kinerja organisasi ternyata belum sepenuhnya dianut/diadopsi oleh

anggota organisasi. Dari hasil indepth interview diperoleh informasi mengapa

nilai-nilai yang telah diciptakan oleh tim manajemen Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang belum seluruhnya dianut/diadopsi oleh petugas KIA dalam rangka

menyediakan data KIA yang berkualitas. Adanya target yang tidak sesuai dengan

kebutuhan real masyarakat, belum maksimalnya cara kerja seluruh stakeholders,

belum sinergisnya sistem kerja dan sistem informasi antara stakeholders, sikap

loyal yang kurang tepat terhadap atasan serta lemahnya pengawasan dan

pemberian kompensasi menjadi kendala sulitnya nilai-nilai yang telah diciptakan

tersebut berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang

memandu dan membentuk sikap serta perilaku petugas KIA dalam mengelola

data.

Oleh karena itu, tim manajemen Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

dipandang perlu untuk melakukan berbagai upaya internalisasi agar nilai berpihak

pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas

yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas serta keyakinan (belief) menjadi

pedoman perilaku seluruh anggota organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang khususnya petugas KIA dalam penyediaan data KIA yang berkualitas.

Selain itu, tim manajemen juga dipandang perlu untuk merumuskan kembali

budaya organisasi dengan menggali nilai-nilai yang terbentuk sebagai upaya untuk

menjawab tantangan dan peluang dari lingkungan internal dan eksternal sehingga

Universitas Sumatera Utara


Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang menjadi organisasi yang berbudaya

kuat dan adaptif.

Berikutnya tulisan ini akan membahas hasil penelitian dan determinan

kinerja responden khususnya tentang pengaruh parsial budaya organisasi yang

terdiri dari nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai

kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas serta

keyakinan (belief) terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

5.2. Pengaruh Nilai Berpihak pada Rakyat Terhadap Kinerja Petugas


KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang

Nilai berpihak pada rakyat merupakan nilai yang mengikut atau memilih

rakyat dalam setiap tindakan yang diambil oleh seluruh pegawai di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Dengan kata lain, berpihak pada rakyat

berarti mengutamakan kepentingan dan kepuasan masyarakat yang dilayani tanpa

membeda-bedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi. Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang merupakan birokrasi publik yang harus

senantiasa meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan tugas pokok,

fungsi, kewenangan dan tanggung jawab (tupoksiwab) yang diamanahkan

kepadanya, terutama dalam memberikan pelayanan KIA kepada masyarakat.

Pelayanan publik harus diutamakan, karena hakikat dibentuknya pemerintah

adalah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara


pendapat Rasyid dalam Widodo (2006) bahwa pemerintahan pada hakikatnya

merupakan pelayanan kepada masyarakat, bukan untuk melayani diri sendiri,

tetapi untuk melayani masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi nilai berpihak pada

rakyat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori

cukup yaitu sebesar 70% (Tabel 4.5). Ini berarti 70% responden memiliki

sebagian persepsi tentang nilai yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang untuk membentuk kinerja petugas KIA yang

mengutamakan kepentingan dan kepuasan masyarakat yang dilayani tanpa

membeda-bedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi. Keadaan ini

mengindikasikan bahwa petugas KIA sebagai tenaga profesi sebenarnya

menyadari bahwa mereka harus mengutamakan kepentingan masyarakat yang

dilayani dan berusaha semaksimal mungkin memuaskan masyarakat yang dilayani

tanpa membeda-bedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi dalam

memberikan pelayanan KIA. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang

menunjukkan 60% responden setuju mengutamakan kepentingan masyarakat

daripada target dalam memberikan pelayanan KIA; 57,5% responden setuju tidak

membeda-bedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi dalam

memberikan pelayanan KIA; dan 62,5% responden setuju mengutamakan

kepuasan masyarakat yang dilayani (Tabel 4.3).

Sebagai birokrasi publik, Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

tidaklah mencari untung, tetapi memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan

Universitas Sumatera Utara


masyarakat secara sangat baik atau terbaik, khususnya dalam memberikan

pelayanan KIA yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor

37/K/DPRD/2009 tentang KIBBLA di Kabupaten Deli Serdang.

Sebagai tenaga profesi yang tunduk dengan sumpah profesi, responden

yang merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus tunduk pada PP Nomor 30

Tahun 1980 tentang Kewajiban dan Larangan bagi PNS yaitu “Melaksanakan

tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran,

dan tanggung jawab serta memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada

masyarakat menurut bidang tugasnya masing-masing” (LAN RI, 2003).

Sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KIA kepada

masyarakat, responden menyadari bahwa mereka harus berpihak pada rakyat.

Mereka bekerja dan mencatat apa yang telah dilakukan dan pada suatu waktu

melaporkan apa yang telah dikerjakan di wilayah kerjanya kepada pimpinannya

(hierarki birokrasi), dan disinilah permasalahan data dimulai. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penilaian atasan terhadap kinerja responden dalam hal

melaporkan data cakupan KIA sesuai dengan fakta di lapangan atau dengan kata

lain tidak mengganti/memanipulasi data walaupun target KIA yang telah

ditetapkan memperoleh skor yang paling rendah (Tabel 4.24). Ada target/sasaran

dari pusat atau dinas kesehatan kabupaten yang harus dicapai, dan sering sekali

target/sasaran tersebut kurang sesuai dengan realita di wilayah kerja petugas KIA

seperti yang diungkapkan oleh informan berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


“… Sebenarnya kami sadar kalau sebagai petugas KIA, kami
harus bekerja dengan benar, karena yang kami hadapi itu manusia
yaitu ibu dan anak. Berani sekali kami kalau kami katakan
masyarakat itu sudah kami beri pelayanan KIA tapi sebenarnya
tidak ada. Tapi sering kali untuk melaporkan data KIA ini, kami
ditentukan target dan sasaran dari pusat atau dinas. Bukannya
kami nggak mau mencapai itu, tapi masalahnya seringkali target
atau sasaran itu datangnya terlambat, padahal dari Januari kita
sudah membutuhkan data sasaran tersebut. Akhirnya kita minta
bantuan dari seluruh kader dan bidan desa untuk mendata jumlah
ibu dan bayi yang ada di desanya. Kita pakai data itu dari Januari
dan dengan data itu rasanya kita sudah hampir mencapai target.
Nggak tahunya, pas mau akhir tahun muncul data dari BPS, dan
katanya kita harus mengacu dari situ. Bayangkan saja dalam satu
tahun bisa berubah tiga kali jumlah sasaran. Yah sudahlah kita
mengalah karena kita jugakan tahu bagaimana orang-orang di
bawah kita bekerja walaupun kita sudah kasih uang minum.
Akhirnya begitulah, agar target tercapai yah terpaksalah kita
mengganti laporan kita sesuai dengan data sasaran yang diberikan
pada kita…”

Inilah yang menjadi alasan mengapa responden hanya memiliki sebagian

persepsi tentang nilai yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang untuk membentuk kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data yang pro-

rakyat. Satu sisi pelayanan KIA sudah diberikan dan berharap masyarakat yang

dilayani puas atas pelayanan yang telah diberikan oleh petugas. Namun di sisi

yang lain mereka juga “tidak bisa/sulit menolak” jika harus memenuhi

target/sasaran yang telah ditetapkan pusat ataupun dinas kesehatan kabupaten, dan

bisa jadi tindakan ini mereka anggap sebagai kewajiban mereka sebagai PNS

seperti yang tertera pada PP Nomor 30 Tahun 1980 tentang Kewajiban dan

Larangan bagi PNS yaitu “Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang

berwenang” seperti yang diungkapkan informan berikut.

Universitas Sumatera Utara


“… Di atas kita ada atasan yang harus kita ikuti cakapnya dan
perintahnya. Jadi kalau memang sudah begitu adanya target dan
sasaran itu, ya kita ikuti sajalah walaupun kita seperti merekayasa
sedikit. Yang penting tidak ada masalah di masyarakat dan
masyarakat yang memerlukan pelayanan sudah kita layani…”

Alhasil dalam beberapa kondisi terkait dengan pengelolaan data petugas

KIA cenderung memilih pemenuhan capaian target/sasaran “Asal Bapak Senang”,

laiknya yang sering terjadi di instansi pemerintahan. Padahal Depkes RI (2007)

sudah menekankan upaya revitalisasi Bikor di Puskesmas sebagai petugas KIA

tidak hanya berperan membina Bides dalam aspek klinis medis, tapi juga berperan

dalam aspek manajerial program KIA yang selalu berujung pada ketersediaan data

KIA yang berkualitas sebagai alat manajemen untuk memantau program KIA di

suatu wilayah kerja agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat.

Mungkin fenomena inilah yang menjadi alasan mengapa implementasi

nilai berpihak pada rakyat berpengaruh secara positif namun tidak signifikan

terhadap kinerja petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sesuai

dengan hasil uji regresi linier berganda pada Tabel 4.33 yang menunjukkan bahwa

secara parsial variabel nilai berpihak pada rakyat berpengaruh secara positif dan

tidak signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang terhadap kinerja responden dengan nilai

signifikansi yang diperoleh sebesar 0,365.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Kadir (2003), informasi adalah data yang telah diolah menjadi

sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan

keputusan saat ini atau saat mendatang. Data/informasi yang dilaporkan oleh

petugas KIA yang “sudah disesuaikan” dengan target/sasaran tentunya bukanlah

data yang akurat. Padahal salah satu kriteria data/informasi yang berkualitas

adalah akurat (accurate) yang berarti bebas dari kesalahan dan tidak bias atau

menyesatkan (Sutabri, 2003). Akibatnya pencapaian program yang diperlihatkan

dalam bentuk data (dalam hal ini program KIA) belum dapat sepenuhnya

dijadikan pedoman untuk menggambarkan kondisi kesehatan masyarakat yang riil

(Yustina, 2009). Jika data/informasi tersebut dipakai dalam pengambilan

keputusan, maka akibatnya keputusan yang diambil untuk perencanaan program

KIA yang dilakukan akan melenceng dari persoalan yang dihadapi masyarakat.

Dalam suatu organisasi, aktivitas manajemen data seringkali menemukan

kendala/masalah terkait dengan keberadaan data/informasi sebagai dasar untuk

pengambilan keputusan. Menurut Lippeveld, et.al. (2000), banyak faktor yang

memengaruhi penggunaan informasi untuk pengambilan keputusan seperti politik,

ideologi, anggaran, donatur, tekanan dari kelompok tertentu, NGO, krisis, media,

komunitas dalam masyarakat dan sebagainya.

5.3. Pengaruh Nilai Bertindak Cepat dan Tepat Terhadap Kinerja Petugas
KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang

Universitas Sumatera Utara


Nilai bertindak cepat dan tepat diartikan sebagai nilai yang segera

bertindak dalam waktu yang singkat dan kena benar dengan sasaran, tujuan, dan

maksud yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Masalah

kesehatan yang dihadapi makin bertambah kompleks dan berubah dengan cepat,

bahkan kadang-kadang tidak terduga sehingga petugas kesehatan dituntut

bertindak secara cepat namun harus diikuti dengan pertimbangan yang cermat,

sehingga intervensi yang tepat dapat mengenai sasaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi nilai bertindak cepat

dan tepat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori

baik yaitu sebesar 75% (Tabel 4.8). Ini berarti 75% responden memiliki sebagian

besar persepsi tentang nilai yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang untuk mencapai perilaku bekerja yang selalu bertindak cepat dan

tepat dalam mengatasi masalah kesehatan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang terus mendorong petugas KIA

agar bekerja cepat, tepat, dan berkualitas untuk meningkatkan cakupan program

KIA. Dinas Kesehatan memberikan fasilitas seperti kendaraan operasional

CERIA, patroli kesehatan roda dua untuk Bikor Kabupaten dan Puskesmas,

pembangunan Poskesdes, Bidan kit, dan sebagainya untuk melancarkan tugas

mereka dalam memberikan pelayanan KIA kepada masyarakat. Selain itu, Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang juga memberikan pelatihan (APN, PONED,

PPGDON, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Manajemen BBLR (Berat Badan Lahir

Rendah), Manajemen Asfiksia, dan sebagainya) untuk meningkatkan pengetahuan

Universitas Sumatera Utara


dan keterampilan agar petugas KIA mengetahui resiko yang terjadi akibat dari

suatu tindakan dan cara mengatasinya.

Manajemen yang responsif adalah manajemen yang mampu menciptakan

anak buah lebih cepat tanggap/responsif dan cepat menanggapi terhadap apa yang

menjadi kebutuhan, keluhan, dan aspirasi masyarakat yang dilayani. Agar dapat

menjadi organisasi publik yang responsif, kompetitif, dan adaptif, birokrasi harus

senantiasa mau dan mampu meningkatkan kompetensi dirinya agar mereka

senantiasa mampu meningkatkan kinerja mereka dalam melaksanakan tupoksiwab

yang diamanatkan kepadanya terutama dalam menyelenggarakan pemerintahan,

pembangunan, dan pelayanan masyarakat (Widodo, 2006). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tupoksiwab-nya, petugas KIA harus

bekerja cepat dan tepat dengan menggunakan seluruh sumber daya yang diberikan

kepadanya untuk meningkatkan cakupan program KIA di Kabupaten Deli

Serdang.

Sungguhpun demikian, dalam kenyataannya birokrasi belum sepenuhnya

memiliki kompetensi yang tinggi dalam melaksanakan tupoksiwab-nya.

Implikasinya, kinerja birokrasi belum sepenuhnya mencapai tataran optimal.

Kompetensi ini merupakan kemampuan aparatur pemerintah berupa pengetahuan,

keterampilan, kecakapan, sikap, dan perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan

apa yang menjadi tupoksiwab-nya (Widodo, 2006).

Hasil penelitian sehubungan dengan kompetensi petugas KIA dalam

pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat dari

Universitas Sumatera Utara


hasil observasi (checklist) yang dilakukan oleh Penulis dimana data yang

dilaporkan pada item yang dinilai dalam rangka penilaian kinerja Bikor

Puskesmas (yang tentunya akan memengaruhi kinerja petugas KIA kabupaten

dalam pengelolaan data) belum sesuai dengan petunjuk teknis dan definisi

operasional yang diberikan (Tabel 4.29). Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

secara parsial nilai bertindak cepat dan tepat memberikan pengaruh positif namun

tidak signifikan terhadap kinerja responden petugas KIA dalam pengelolaan data

dengan nilai signifikansi sebesar 0,937 (Tabel 4.33). Dari hasil indepth interview

dengan seorang informan, diperoleh informasi bahwa petugas KIA belum

memiliki kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap, dan

perilaku yang diperlukan dalam pengelolaan data sesuai dengan yang diharapkan

seperti yang diungkapkan oleh seorang informan berikut ini.

“…Memang harus diakui kalau kami, Bikor, masih banyak yang


belum paham sepenuhnya dengan definisi operasional data yang
kami laporkan. Apalagi mengolah dan menganalisanya. Jadi bisa
dibilang kalau kami itu sering melaporkan data KIA sesuai dengan
yang kami ketahui, padahal belum tentu begitu definisi
operasionalnya dari Depkes. Nah,kalau kami yang Bikor saja
sudah begitu,bagaimana lagi bidan desa kami kan, Dek…”

Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan salah satu tim penyusun

Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010, ketidaksesuaian data yang

tersedia dengan definisi operasional mengakibatkan kualitas data KIA yang ada di

Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 tidak sesuai dengan yang

Universitas Sumatera Utara


diharapkan. Akibatnya sudah dapat dipastikan kualitas data KIA yang tersedia di

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

Menurut Sudijo dalam Notobroto (2005), beberapa sebab yang terkait

dengan terjadinya masalah kualitas data kesehatan adalah kurangnya pengetahuan

dan kemampuan petugas mengenai pengumpulan, pengolahan, dan analisis data

serta sikap yang kurang benar dan juga kurang memahami manfaat data dalam

proses perencanaan kesehatan. Padahal pengelolaan data yang baik perlu dikuasai

oleh setiap petugas KIA khususnya Bikor di Puskesmas. Jika kualitas data di

tingkat Puskesmas kurang baik akibat pengelolaannya yang kurang baik, maka

kualitas data di tingkatan yang lebih tinggi akan kurang baik pula.

5.4. Pengaruh Nilai Kerjasama Tim Terhadap Kinerja Petugas KIA


dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

Menurut Robbins (2006), suatu tim kerja menghasilkan sinergi positif

melalui usaha yang terkoordinasi. Kerjasama tim yang baik menciptakan potensi

bagi suatu organisasi untuk menghasilkan output yang lebih besar. Menurut

Poerwopoespito dan Utomo (2000), kerjasama tim bermakna bukan sekedar

bekerja bersama-sama, namun kerjasama di antara dua potensi yang berbeda atau

lebih dengan beban, tanggung jawab dan fungsi yang berbeda dan hasilnya lebih

dari sekedar penjumlahannya.

Petugas KIA sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat yang

berperan melayani masyarakat juga merupakan motor penggerak organisasi Dinas

Universitas Sumatera Utara


Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Efektivitas suatu organisasi akan tercapai

secara maksimal apabila menerapkan kerjasama tim dan dinamika kelompok yang

merupakan wujud dari perilaku organisasi yang dinamis (LAN RI, 2003). Oleh

karena itu, petugas KIA harus mampu berperan secara maksimal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi nilai kerjasama tim di

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori baik yaitu

sebesar 52,5% dan 47,5% berada dalam kategori cukup. Hasil uji regresi linier

berganda menunjukkan bahwa secara parsial variabel nilai kerjasama tim

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja responden dengan

nilai signifikansi sebesar 0,033. Ini berarti implementasi nilai kerjasama tim yang

dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan kontribusi sebesar 5,359 (Tabel 4.33).

Hasil uji regresi ini sesuai dengan hasil penelitian Damanik (2007) yang

menyatakan terdapat pengaruh kerjasama tim terhadap motivasi berprestasi

perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Pematang Siantar.

Zuliani (2008) juga menyimpulkan di dalam tesisnya bahwa ada pengaruh

kerjasama tim terhadap kinerja perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Sri

Pamela Tebing Tinggi. Sedangkan Zebua (2009) juga menyatakan ada pengaruh

kerjasama tim terhadap kinerja staf rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Robbins (2006), untuk menciptakan tim yang memiliki kinerja

tinggi dibutuhkan kemampuan untuk mengalokasikan peran, menunjukkan

perbedaan, dan memiliki satu komitmen untuk suatu tujuan yang sama. Namun

demikian, dalam kenyataannya birokrasi belum bekerja sama sebagai tim dalam

melaksanakan tupoksiwab yang diamanahkan kepadanya karena masing-masing

bekerja sesuai dengan uraian tugas yang ada dan belum optimal untuk bekerja

sama dengan unit lain (LAN RI, 2003).

LAN RI (2003) mendefinisikan tim sebagai kumpulan orang-orang yang

memiliki kebutuhan tertentu. Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang juga merupakan tim yang terikat dalam suatu sistem. Oleh karena itu,

setiap petugas KIA yang bekerja di dalam tim harus menyadari ketergantungan

satu sama lain dan memahami bahwa sasaran pribadi maupun tim paling baik

dicapai dengan cara saling mendukung. Setiap petugas KIA juga harus ikut

merasa memiliki pekerjaan dan organisasinya karena mereka memiliki komitmen

terhadap target/sasaran yang akan dicapai sehingga setiap petugas KIA memiliki

kontribusi terhadap keberhasilan program KIA di Kabupaten Deli Serdang.

Ilyas (1999) menyebutkan bahwa kinerja yang berkualitas akan semakin

meningkatkan kinerja melalui kerjasama yang baik untuk menghasilkan jasa

maupun produksi yang bermutu. Agar dapat menjadi pemenang dalam dunia yang

semakin kompetitif, organisasi harus mampu menggabungkan segenap potensi

pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan visi anggotanya untuk bekerja dalam

tim. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Kepner dalam Sambas (2008)

Universitas Sumatera Utara


yang menyatakan bahwa tidak ada organisasi yang dapat mencapai potensi

sepenuhnya kecuali jika organisasi itu merangsang dan menikmati kerjasama dari

kegiatan produktif para anggotanya. Jika organisasi ingin mencapai tujuannya

agar menjadi organisasi yang berkembang, organisasi harus mampu melakukan

suatu tindakan yang sifatnya dapat mengikat antara pimpinan dan bawahan dalam

bentuk suatu kebijakan yang disepakati bersama.

Sebagai ujung tombak pengumpulan data kesehatan, Puskesmas akan

sangat menentukan kualitas data di tingkat yang lebih tinggi, mulai dari

kabupaten, propinsi, hingga nasional. Jika kualitas data KIA di tingkat Puskesmas

yang dikumpulkan dan dilaporkan Bikor kurang baik, maka kualitas data di

tingkat yang lebih tinggi yaitu dinas kesehatan kabupaten akan kurang baik pula.

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh informan sebagai berikut.

“… Sadarnya kita Dek kalau data yang kita laporkan itu jelek dan
asal-asalan, maka data di Tingkat II (Dinas Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang, red) pun akan jelek. Kemudian dinas akan melapor
lagi ke Tingkat I (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, red).
Ya, hasilnya…sama-sama tahulah kita di situ, Dek. Sama seperti
kami juga, kalau data yang dikirimkan bidan di desa kami jelek
dan asal-asalan, maka jelek juga data kami kan. Bagaimana lagi
yang tidak mengirimkan laporannya…sudahlah…komplitlah di
situ…”

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dalam wawancaranya

dengan Penulis juga menekankan pentingnya kerjasama tim agar Dinas Kesehatan

memiliki kualitas data (khususnya data KIA) yang baik sehingga ke depannya

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang secara bertahap bisa menjadi birokrasi

Universitas Sumatera Utara


publik dengan proses penguatan sistem yang baik pula. Beliau mendefinisikan

TEAM sebagai “Together Everyone Achieve More”, setiap petugas KIA bersama-

sama mencapai nilai lebih dan setiap petugas kesehatan bersama-sama mencapai

visi “Masyarakat Mandiri untuk Hidup Bersih dan Sehat Tahun 2014”.

Dukungan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk menciptakan

suasana kerjasama tim dapat dilakukan dengan membangun rasa kebersamaan tim

secara efektif. Untuk membangun rasa kebersamaan di dalam suatu tim, setiap

petugas kesehatan khususnya petugas KIA harus mampu menerima keragaman

anggota tim. Tim akan efektif apabila dibangun berdasarkan kebersamaan, tidak

memandang perbedaan, menunjukkan rasa saling percaya, saling menghargai, dan

dilandasi oleh keterbukaan dan keseimbangan. Oleh karena itu, dalam suatu tim

harus memiliki anggota yang memiliki karakteristik yang berorientasi pada opini,

berorientasi pada persamaan, dan berorientasi pada tujuan (LAN RI, 2003).

Untuk menghasilkan kinerja pengelolaan data yang baik, maka diperlukan

kualitas data yang baik pula. Kualitas data yang baik menurut Sutabri (2003)

adalah akurat (accurate), tepat waktu (timelines), dan relevan (relevance).

Target/sasaran program KIA hendaknya dibicarakan secara tim di setiap

pertemuan rutin baik Bikor di Puskesmas dengan Bides, Bikor di Puskesmas

dengan kabupaten, maupun kabupaten dengan propinsi atau pusat. Saling meminta

ide dan pendapat dari anggota tim dan bukan berfokus pada ide sendiri, melihat

keragaman sebagai suatu keunggulan, dan percaya bahwa semua anggota tim

Universitas Sumatera Utara


berorientasi pada tujuan yang sama yaitu memantapkan dan meningkatkan

jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien (Depkes RI, 2005).

Sambas (2008) menyatakan bahwa kerjasama tim sangat diperlukan dalam

meningkatkan kinerja staf di Unit Penunjang Medik Rumah Sakit Umum Pusat

Haji Adam Malik. Bentuk kerjasama yang diperlukan adalah kerjasama yang

benar-benar solid, baik itu dalam bentuk kerjasama di dalam tim itu sendiri,

kerjasama dengan tim lain, kerjasama dengan atasan, dan kerjasama dengan

bawahan.

Petugas KIA khususnya Bikor di Puskesmas sangat diharapkan untuk

dapat bekerja sebagai tim dengan petugas kesehatan lainnya dalam menjalankan

perannya. Hal ini penting mengingat program KIA di Puskesmas merupakan

bidang terpadu dari berbagai bidang yang pada tingkat pusat merupakan program

yang bersifat terkotak-kotak, seperti kesehatan anak, kesehatan ibu, gizi, KB, dan

imunisasi. Selain itu, petugas KIA juga diharapkan dapat menjalin komunikasi

koordinasi kerja serta merencanakan dan melaksanakan penyeliaan fasilitatif

dengan Bides dan bidan praktek swasta maupun lintas sektor/program di wilayah

kerjanya (Depkes RI, 2007).

5.5. Pengaruh Nilai Integritas yang Tinggi Terhadap Kinerja Petugas KIA
dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

Integritas berasal dari kata "integrity" yang berarti "soundness of moral

principle and character honesty". Sahetapy dalam Amirsyahya (2007)

Universitas Sumatera Utara


menyimpulkan bahwa orang yang memiliki integritas, lazimnya memiliki hati

nurani yang bersih, mempunyai prinsip moral yang tangguh, adil serta jujur, dan

tidak takut kepada siapapun, kecuali kepada Tuhan. Integritas adalah konsistensi

dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur

dan keyakinan (budaya organisasi). Integritas adalah konsistensi antara tindakan

dan nilai. Jadi dapat disimpulkan bahwa integritas mengandung makna memiliki

keselarasan niat, pikiran, perkataan dan perbuatan baik dan benar yang sesuai

dengan nilai-nilai organisasi dan masyarakat serta prinsip-prinsip “Good

Governance”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi nilai integritas yang

tinggi di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori

cukup yaitu sebesar 72,5% dan 27,5% berada dalam kategori baik. Hasil uji

regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara parsial variabel nilai integritas

yang tinggi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja

responden dengan nilai signifikansi sebesar 0,030. Ini berarti implementasi nilai

integritas yang tinggi yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja petugas KIA

dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan

kontribusi sebesar 3,706 (Tabel 4.33).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), integritas diartikan

sebagai keterpaduan, kebulatan, keutuhan, kejujuran, dan dapat dipercaya serta

bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan organisasi serta kode

Universitas Sumatera Utara


etik profesi. Dengan kata lain, integritas adalah apa yang kita lakukan ketika tidak

ada seorangpun yang melihat. Hal ini berarti implementasi nilai integritas yang

tinggi di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang akan memengaruhi sikap dan

perilaku (kinerja) seluruh petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang untuk melaksanakan tupoksiwab yang diamanahkan kepadanya sekalipun

tidak dilihat oleh pimpinan/atasannya.

Sungguhpun demikian, dalam kenyataannya birokrasi belum sepenuhnya

memiliki integritas yang tinggi dalam melaksanakan tupoksiwab yang

diamanahkan kepadanya (LAN RI, 2003). Implikasinya, kinerja birokrasi belum

sepenuhnya mencapai tataran optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian

yang menunjukkan bahwa sekalipun 75% responden merasakan petugas KIA

mempunyai sikap loyal kepada atasannya, namun dalam melaksanakan

tupoksiwab-nya masih ditemukan 17,5% responden yang ragu-ragu jika

dinyatakan bahwa petugas KIA memiliki ketulusan hati, kejujuran, kepribadian

yang teguh dan moral yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Bahkan sebesar

22,5% responden merasa ragu-ragu dan tidak setuju jika dinyatakan bahwa

petugas KIA mempunyai rasa malu jika melakukan pelanggaran dalam

melaksanakan tugasnya.

Keberadaan hierarki kewenangan pada birokrasi sering sekali melahirkan

sikap yang berorientasi vertikal sehingga menyebabkan hilangnya kreativitas dan

rasa takut berimprovisasi serta tidak berani mendapatkan reaksi yang negatif

karena “kelihatan jelek” di mata atasannya. Hierarki kewenangan dalam birokrasi

Universitas Sumatera Utara


memang memudahkan koordinasi, tetapi sering kali memperluas komunikasi.

Setiap tingkatan hierarki menghasilkan blok-blok komunikasi. Bagi bawahan,

sudah tentu mereka tidak akan melakukan komunikasi yaitu

menyampaikan/melaporkan data/informasi yang menurutnya kelihatan jelek di

mata atasannya. Sebaliknya, bawahan akan cenderung melakukan komunikasi

yaitu menyampaikan/melaporkan data/informasi yang hanya membuatnya

kelihatan baik di pikiran atasan, atau paling tidak atasan mau mendengarkannya

(Widodo, 2006). Tidak ada cara yang benar untuk melakukan hal yang salah.

Namun mereka tetap melakukannya dan sepertinya sudah menjadi suatu budaya

sehingga terkesan tidak mempunyai rasa malu jika melakukan pelanggaran dalam

melaksanakan tupoksiwab-nya khususnya perihal pengelolaan data KIA. Salah

seorang informan mengungkapkan fenomena di atas sebagai berikut.

“…Beginilah Dek, memang kita yang PNS ini, apapun ceritanya


kita punya atasan. Kita harus loyal sama mereka walaupun
kadang-kadang kita harus berbuat yang tidak benar. Tidak benar
dalam arti seperti tadi yang mengubah data karena harus
disesuaikan dengan target itu. Salah juganya itu, tapi memang
sudah begitu semuanya. Kalau kita lain sendiri nanti jadi kita yang
aneh dan kita yang capek sendiri. Dan kalau kita loyal, ada yang
back up kita orang Tingkat II. Mana yang baiknya ajalah kita
rasa…”

Dengan adanya nilai integritas yang tinggi yang dikembangkan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, maka diharapkan setiap petugas khususnya

petugas KIA menjadi pribadi yang berintegritas. Menurut Sutrisno (2010), pribadi

yang berintegritas adalah pribadi yang hidup sesuai dengan apa yang diketahui,

Universitas Sumatera Utara


apa yang dinyatakan, dan apa yang dilakukan, berkata benar, menepati janji, dan

memberikan keteladanan tentang apa yang diyakini, dan memperlakukan orang

lain dengan adil dan murah hati. Menciptakan pribadi yang berintegritas berarti

membutuhkan keteladanan pemimpin. Pemimpin yang dimaksud tentunya mulai

dari jenjang hierarki kepemimpinan tingkat bawah sampai dengan tingkat atas.

Menurut Basri (2008), kepemimpinan berarti mengarahkan, membangun tim, dan

memberi inspirasi kepada anggota melalui teladan dan ucapan. Tim kerja yang

sukses membutuhkan pemimpin yang memiliki kemampuan memengaruhi

anggotanya untuk berpikir, bersikap, dan berbuat sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai tim.

Covey dalam Matondang (2008) menyebutkan bahwa seorang pemimpin

melaksanakan empat peran penting yaitu: (1)Menjadi panutan (moral personal),

(2)Menjadi perintis (moral visioner), (3)Menjadi penyelaras (moral institutional),

dan (4)Menjadi pembudaya (moral cultural). Jadi mulai dari Bikor di Puskesmas

sampai dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang menjadi panutan

(moral personal), perintis (moral visioner), penyelaras (moral institutional), dan

pembudaya (moral cultural) bagi bawahannya maupun orang di sekitarnya.

Dukungan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk meningkatkan

implementasi nilai integritas yang tinggi pada petugas KIA di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang adalah dengan meningkatkan disiplin, pengawasan, dan

pemberian kompensasi pada setiap petugas KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang.

Universitas Sumatera Utara


1. Disipilin

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), disiplin memiliki arti

ketaatan/kepatuhan kepada peraturan/tata tertib dan sebagainya. Sedangkan

menurut Koentjoroningrat (1999), sikap disiplin diartikan sebagai sikap yang

selalu taat dan tertib terhadap segala bentuk peraturan yang diterapkan. Sikap

disiplin timbul sebagai suatu bentuk sikap ikhlas untuk bertindak sesuai dengan

norma dan aturan yang berlaku. Peningkatan disiplin yang dimaksud bukan hanya

peningkatan disiplin dari aspek pelayanan klinis medis petugas KIA saja, tetapi

juga aspek manajerial program KIA yang dirasakan masih jauh dari harapan

(Depkes RI, 2005).

2. Pengawasan

Menurut LAN RI (2003), pengawasan adalah salah satu fungsi organik

manajemen, yang merupakan proses kegiatan pimpinan untuk memastikan dan

menjamin bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi akan dan telah

terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana, kebijaksanaan, instruksi, dan

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan berlaku. Pengawasan adalah

tanggung jawab setiap pimpinan pada tingkat manapun. Untuk menghasilkan

kinerja pengelolaan data KIA yang lebih baik lagi, maka diperlukan pengawasan

dari setiap jenjang hierarki kepemimpinan mulai tingkat bawah sampai dengan

tingkat atas; mulai dari Bikor sampai dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang. Keberadaan target secara berproses diharapkan menjadi pemicu

Universitas Sumatera Utara


bagi setiap petugas KIA untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi, seperti

yang diungkapkan informan berikut ini.

“…Aku tetap lebih setuju kalau bekerja ada target, dan aku
senang kalau ada target. Dengan adanya target kita tahu sampai
sebatas mana kita harus bekerja dan apa yang mau kita capai.
Hanya saja ke depan harapanku maunya target ini dibicarakan
lebih baik lagi biar nggak berat kali pertanggungjawaban kita ke
depannya. Karena setahuku ke depan pemeriksaan bukan lagi duit,
tapi data. Dari data baru bergerak ke duit …”

Bukan sebaliknya, keberadaan target menjadi “momok” bagi petugas KIA

seperti diungkapkan oleh salah satu informan berikut ini.

“…Memang berat kali kami rasa dengan adanya target itu, Dek,
karena nggak sesuai dengan realita di masyarakat. Tapi karena
kita dituntut demikian, dan karena kita juga tahu kalau Tingkat II
juga dituntut demikian oleh Tingkat I atau Pusat, makanya kita
jalankan sajalah, Dek. Yang penting di masyarakat tidak ada
masalah. Jadi sebagai Bikor kita perlu melakukan pengawasan
atau pemantauan Bides-bides kita karena nggak sama semua tipe
Bides itu. Harus terus itu kita pantau bagaimana mereka kerja di
masyarakat, jangan sampai ada masalah …”

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rizaldy (2007) yang menyatakan

bahwa pengawasan dalam bentuk monitoring secara terus-menerus terhadap

petugas KIA Puskesmas sangat diperlukan agar sistem pencatatan dan pelaporan

KIA menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian Rizaldy (2007), terdapat

beberapa kelemahan pada sistem pencatatan dan pelaporan KIA di Kabupaten

Langkat akibat lemahnya pengawasan terhadap sistem pencatatan dan pelaporan

KIA itu sendiri. Pentingnya monitoring secara terus-menerus juga diungkapkan

oleh informan di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara


“…Saya pun merasa kalau saya perlu dibimbing dan diingatkan
terus sama orang dinas, Dek. Kalau diam orang dinas, kami pun
juga diam, Dek. Jadi kita itu harus lihat gendangnya. Kalau
gendangnya dibunyikan, maka kita pun ngelandek (Bahasa Karo
yang berarti menari, red)…”

Mengacu pada pernyataan LAN RI (2003) dan Depkes RI (2005),

pentingnya pengawasan untuk perbaikan kinerja pengelolaan data KIA karena

hasil pengawasan akan dijadikan masukan oleh pimpinan dalam pengambilan

keputusan untuk menghentikan/meniadakan dan mencegah terulangnya kembali

kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan

ketidaktertiban serta mencari cara-cara yang lebih baik untuk mencapai tujuan dan

melaksanakan tupoksiwab yang diamanahkan kepada petugas KIA.

3. Pemberian kompensasi

Kompensasi yang dimaksud adalah imbalan yang diberikan atas hasil kerja

yang diberikannya pada organisasi berupa promosi, insentif, pujian, dan dukungan

atas peningkatan karir (Murlis, 2004). Menurut Sambas (2008), terdapat pengaruh

kompensasi terhadap kinerja staf di Unit Penunjang Medik Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik Medan (β = 0,79). Hal ini sesuai dengan apa yang

dirasakan oleh informan berikut ini.

“… Memang kita bukan minta penghargaan dalam bekerja. Tapi


sebenarnya kalau dikaji-kaji sudah banyak kalilah beban tugas
yang diberikan pada kami, tapi apa yang kami terima? Lihat
bagaimana Bides dapat kereta, bagaimana Ka. Pustu dan Ka.
Poskesdes dapat insentif? Tapi karena kita sudah dipercayakan
tanggung jawab itu, ya kita lakukanlah…”

Universitas Sumatera Utara


Sesuai dengan pernyataan informan di atas, penelitian yang dilakukan oleh

Zebua (2009) yang menyatakan terdapat pengaruh signifikan budaya organisasi

dan insentif terhadap kinerja staf rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan yaitu sebesar 96,10%. Hal ini sesuai dengan apa yang

dikemukakan oleh Notoatmodjo (2005), diperlukan stimulus/rangsangan agar

sikap yang merupakan sikap yang tertutup tersebut dapat diwujudkan dalam

tindakan (reaksi terbuka), dan lingkungan (internal dan eksternal) yang kondusif

tersebut dapat menjadi stimulus/rangsangan.

Peningkatan disiplin, pengawasan dan pemberian kompensasi pada

petugas KIA di dalam kebersamaan tim yang efektif tentunya akan melahirkan

petugas KIA yang memiliki karakteristik integritas seperti yang dikemukakan

oleh Gostik dan Telford (2003) yaitu menyadari bahwa hal-hal kecil itu penting;

menemukan yang benar saat orang lain hanya melihat warna abu-abu;

bertanggung jawab; menciptakan budaya kepercayaan; menepati janji; peduli

terhadap kebaikan yang lebih besar; jujur namun rendah hati; bertindak bagaikan

tengah diawasi; mempekerjakan integritas; dan konsisten. Bila kondisi ini sudah

tercipta, maka akan terciptalah suatu kondisi dimana bawahan loyal kepada

atasannya, atasan loyal kepada bawahannya dan bahkan ke samping dengan cara

bertenggang rasa terhadap kebutuhan kebersamaan dalam mewujudkan tujuan

kedinasannya yaitu memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu

pelayanan KIA secara efektif dan efisien (Depkes RI, 2005).

Universitas Sumatera Utara


5.6. Pengaruh Nilai Transparan dan Akuntabilitas Terhadap Kinerja
Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang

Menurut LAN RI dalam Widodo (2006), akuntabilitas merupakan

kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan

menerangkan kinerja atas tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan suatu

organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta

keterangan atau pertanggungjawaban. Organisasi pemerintah dibentuk oleh

publik, untuk publik, dan karena itu harus bertanggung jawab kepada publik.

Akuntabilitas birokrasi publik menjadi penting dan berdampak pada kinerja

birokrasi. Dengan demikian, akuntabilitas publik menghendaki agar birokrasi

publik dapat menjawab dan menjelaskan secara transparan dan terbuka atas

pertanyaan yang diajukan kepadanya, dan tindakan apa yang telah, sedang, dan

akan dilakukan kepada publik (Widodo, 2006).

Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara parsial

variabel nilai transparan dan akuntabilitas mempunyai pengaruh negatif dan

signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan nilai signifikansi sebesar 0,002. Hal

ini berarti implementasi nilai transparan dan akuntabilitas yang dikembangkan

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang berpengaruh negatif namun

signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (Tabel 4.33). Peningkatan implementasi nilai

Universitas Sumatera Utara


transparan dan akuntabilitas justru akan menurunkan kinerja petugas KIA dalam

pengelolaan data. Penilaian kinerja KIA yang menggunakan indikator pencapaian

target KIA selama ini telah “mengkondisikan” petugas KIA untuk memberikan

data/informasi sesuai dengan target KIA yang dibebankan kepadanya. Dalam

suatu organisasi, aktivitas manajemen data seringkali menemukan

kendala/masalah terkait dengan keberadaan data/informasi sebagai dasar untuk

pengambilan keputusan seperti politik, ideologi, anggaran, donatur, tekanan dari

kelompok tertentu, NGO, krisis, media, komunitas dalam masyarakat dan

sebagainya (Lippeveld, et.al., 2000).

Transparan harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi

(LAN RI, 2003) agar publik menjadi tahu tentang apa yang telah dilakukan oleh

birokrasi publik, berapa besarnya anggaran yang digunakan, dan bagaimana hasil

tindakan tadi (Widodo, 2006). Ini berarti transparan mengandung unsur kejelasan

dan keterbukaan (disclosure). Menurut Hendriksen dalam Sihite (2010), apabila

kata “disclosure” dikaitkan dengan data berarti memberikan data yang bermanfaat

kepada pihak yang memerlukan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan,

“disclosure” mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan

informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil dari aktivitas suatu

unit/organisasi. Dengan demikian, informasi yang diberikan harus lengkap, jelas,

dan dapat menggambarkan secara tepat kejadian-kejadian yang berpengaruh

terhadap unit/organisasi tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Namun demikian, terlalu banyak informasi yang disajikan akan

membahayakan dan mengaburkan informasi yang signifikan dan membuat

laporan keuangan tersebut sulit untuk dipahami. Oleh karena itu, “disclosure”

yang tepat mengenai informasi yang penting bagi publik dan pihak lainnya

hendaknya bersifat “cukup, wajar, dan lengkap”. Keterbukaan ini mencakup

pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar informasi yang disajikan dalam

laporan tidak menyesatkan. Wajar dan lengkap merupakan konsep yang lebih

bersifat positif. Dalam bahasa Inggris, keterbukaan yang wajar dan lengkap

disebut dengan istilah “fair and full disclosure”. Keterbukaan yang wajar

menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan

bersifat umum bagi semua pemakai informasi/laporan, sedangkan keterbukaan

yang lengkap mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang relevan

(Sihite, 2010).

Transparan juga mengandung arti adanya kejelasan dan kepastian

mengenai prosedur/tata cara dan persyaratan pelayanan baik teknis maupun

administratif. Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur akuntabilitas kinerja

birokrasi publik diperlukan standar atau prosedur tetap atau Standard Operational

Procedure (SOP) agar tanggung jawab yang diberikan tersebut dapat dibangun

dalam kerangka kebebasan aliran informasi. Upaya manajemen untuk

implementasi nilai transparan dan akuntabilitas juga terlihat dari jawaban

responden yang menyatakan petugas KIA memberikan pelayanan KIA secara

transparan kepada masyarakat sebesar 92,5% dengan menggunakan prosedur tetap

Universitas Sumatera Utara


sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan KIA sebesar 90%. Namun

demikian, beberapa reponden masih ragu-ragu bahkan tidak setuju jika dinyatakan

bahwa petugas KIA memberikan pelayanan KIA secara transparan kepada

masyarakat dengan menggunakan prosedur tetap sebagai pedoman dalam

memberikan pelayanan KIA.

Adanya prosedur tetap sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan

publik berimplikasi pada hadirnya sebuah peraturan dan pengaturan yang

memungkinkan adanya kontinuitas, koordinasi, stabilitas, dan uniformitas, yakni

bagaimana nilai transparan dan akuntabilitas ini seringkali menghasilkan

kekakuan (rigidity) dan pergeseran tujuan (goal displacement) organisasi. Para

aparatur birokrasi publik senantiasa berorientasi pada aturan (rules). Banyak di

antara aparatur birokrasi publik tersebut yang lupa bahwa “rules and regulations”

merupakan sarana untuk mencapai tujuan, dan bukan merupakan tujuan akhir

(Widodo, 2006). Setiap petugas KIA harus menyadari bahwa target yang

ditetapkan merupakan sarana untuk mencapai tujuan yaitu untuk menjamin bahwa

seluruh masyarakat yang membutuhkan pelayanan KIA telah mendapatkan

pelayanan KIA, dan bukan sebaliknya dimana pencapaian target “dalam bentuk

angka” menjadi suatu bukti bahwa petugas KIA telah mempertanggungjawabkan

tupoksiwab yang diamanahkan kepadanya.

Dengan adanya peraturan dan pengaturan yang ditegakkan dalam birokrasi

publik, maka hubungan antarbagian dalam satu birokrasi hendaknya dilakukan

secara formal (impersonal) dan tidak pribadi (personal). Pendekatan impersonal

Universitas Sumatera Utara


akan memberikan tindakan hukuman kepada siapa pun yang salah, dan sebaliknya

siapapun yang berprestasi sudah selayaknya mendapatkan hadiah atau imbalan.

Kendatipun demikian, upaya manajemen untuk implementasi nilai transparan dan

akuntabilitas menunjukkan bahwa responden ragu-ragu bahkan tidak setuju

apabila dinyatakan bahwa selama ini baik Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang maupun Puskesmas telah memberikan hukuman/sanksi yang jelas dan

tegas kepada petugas KIA yang melanggar peraturan yaitu sebesar 47,5%.

Pelayanan publik yang profesional lebih diarahkan pada perilaku para

aparatur birokrasi publik yang benar-benar “mau dan mampu” bertanggung jawab

(responsible) dan mempertanggungjawabkan (accountable) segala sikap, perilaku,

tindakan, dan kebijakan yang telah, sedang, dan akan dilakukan kepada

masyarakat (Widodo, 2006). Tanggung jawab didefinisikan sebagai kemampuan

dalam menanggapi dan menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan (Poerwopoespito

dan utomo, 2000). Upaya manajemen untuk implementasi nilai transparan dan

akuntabilitas terlihat dari jawaban responden yang menyatakan bahwa pelayanan

KIA yang diberikan kepada masyarakat harus dapat dipertanggungjawabkan

sebesar 92,5%.

Dukungan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk meningkatkan

implementasi nilai transparan dan akuntabilitas pada petugas KIA di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang adalah dengan menetapkan suatu peraturan

dan pengaturan (rules and regulations) tentang pengelolaan data KIA yang

Universitas Sumatera Utara


beranjak dari akar permasalahan data selama ini yang dihadapi oleh petugas KIA,

bukan berorientasi pada keputusan atau gagasan perorangan saja.

Kendatipun demikian, solusi yang ditawarkan ini sering sekali menjadi

dilema dalam suatu organisasi pemerintahan. Banyak pelajaran dari beberapa

pengalaman yang menunjukkan bahwa hampir tidak ada satupun organisasi

pemerintahan yang tidak terikat dalam peraturan dan pengaturan dalam

melaksanakan tupoksiwab yang diamanahkan kepadanya. Mungkin jawaban dari

informan di bawah ini bisa menjadi alasan mengapa masalah dan solusi dari

“rules and regulation” ini selalu menjadi dilema jika birokrasi publik akan

mengimplementasikannya.

“… Sepertinya PNS itu kok kebal hukum ya... Dikasih pun surat
teguran tetap juga nggak berubah. Bisa jadi memang karena kita
rasa nggak mungkinlah kita dipecat hanya karena nggak kasih
laporan atau terlambat kasih laporan. Sepertinya memang nggak
cocok lagi cara-cara tegas seperti itu. Yang iyanya kasih denda
saja misalnya Rp 25.000,- bagi Bides yang terlambat atau nggak
kasih laporan. Ini sudah kami jalankan di Puskesmas kami dan
berhasil, tidak ada satupun Bides yang nggak kasih laporan. Nah,
sekarang tinggal bagaimana memperbaiki kualitas laporan
datanya. Ini memamg masih kami rencanakan, tapi akan segera
kami lakukan. Jadi dimulai dari Kepala Pustu dan Kepala
Poskesdes dulu untuk membuat presentasi laporannya,
cakupannya, dan apa-apa saja hambatannya di rapat minilok
Puskesmas, nanti mudah-mudahan bisa merubah pelan-
pelanlah…”

Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kinerja petugas KIA dalam

pengelolaan data, Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang perlu melakukan

pendekatan persuasif sambil berproses mencari cara bagaimana mengubah

Universitas Sumatera Utara


paradigma “target KIA” dari sekedar penyediaan data sesuai target menjadi

pemicu bagi setiap petugas KIA untuk menghasilkan kinerja yang dapat

dipertanggungjawabkan secara “fair and full disclosure” kepada publik. Jika

tidak dilakukan dengan pendekatan persuasif, maka bisa jadi upaya peningkatan

implementasi nilai transparan dan akuntabilitas justru akan menurunkan kinerja

petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang.

5.7. Pengaruh Keyakinan (Belief) Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam


Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

Komponen budaya organisasi menurut Sashkein dan Kisher (Tika, 2008)

selain nilai (value) adalah keyakinan (belief). Keyakinan (belief) yang dimaksud

adalah sikap tentang cara bagaimana seharusnya bekerja dalam organisasi. Terkait

dengan pengelolaan data KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, maka

keyakinan (belief) yang dimaksud adalah sikap tentang cara bagaimana

seharusnya mengelola data KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2005), sikap merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi

tertutup. Dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan,

dan emosi memegang peranan yang penting.

Universitas Sumatera Utara


Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara parsial

variabel keyakinan (belief) berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan

terhadap kinerja responden dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang. Ini berarti peningkatan implementasi sikap tentang cara

bagaimana seharusnya mengelola data KIA yang dikembangkan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang diprediksi berpengaruh secara negatif

terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang. Hal ini disebabkan sikap yang benar dalam mengelola data

(mengumpulkan dan menyimpan data, mengolah dan melaporkan data,

menganalisa data/informasi, dan menyajikan data/informasi) KIA akan

mengakibatkan adanya kesenjangan dengan keberadaan target KIA yang selama

ini telah “mengkondisikan” petugas KIA untuk memberikan data/informasi sesuai

dengan “target KIA” yang dibebankan kepadanya. Hasil analisis regresi penelitian

ini juga sesuai dengan hasil penelitian Notobroto (2005) yang menyatakan

pengetahuan dan sikap petugas tidak berpengaruh terhadap akurasi data kesehatan

Puskesmas.

Menurut Gibson, et. al. (1997), kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga

hal, yaitu kemampuan, keinginan, dan lingkungan. Dengan kata lain, kinerja

individu dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan

kemampuan. Kualitas data KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

tentunya juga dipengaruhi oleh kemampuan petugas KIA dalam pengelolaan data,

keinginan petugas KIA untuk bekerja melayani masyarakat dengan lebih baik dan

Universitas Sumatera Utara


pada akhirnya menghasilkan data KIA yang lebih baik pula, serta lingkungan

internal dan eksternal yang kondusif.

Namun demikian, seiring dengan perubahan paradigma “target KIA”

diharapkan peningkatan kemampuan dalam pengelolaan data kelak akan dapat

meningkatkan kemampuan petugas KIA dalam mengumpulkan dan menyimpan

data, mengolah dan melaporkan data, menganalisa data/informasi, dan menyajikan

data/informasi KIA sehingga data yang dihasilkan dipakai sebagai dasar dalam

perumusan kebijakan, program dan kegiatan KIA. Selain peningkatan kemampuan

manajerial program KIA dalam pengelolaan data, Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang juga perlu melakukan atau mengusulkan perancangan ulang formulir

laporan KIA yang terintegrasi untuk menghilangkan tumpang tindih atau

duplikasi pada beberapa laporan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Animar

(2010) yang menyatakan terdapat 49 jenis laporan dari Puskesmas yang saling

tumpang tindih di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan

Handayani, et.al. dalam Animar (2010) yang menyatakan besarnya beban kerja

petugas Puskesmas dalam membuat laporan SP2TP (Sistem Pencatatan dan

Pelaporan Tingkat Puskesmas) telah menyita waktu kerja efektif petugas sebesar

30%. Hal ini dikarenakan terlalu banyak jenis pencatatan dan pelaporan yang

harus dikerjakan, dan pada saat yang sama pekerjaan tersebut terasa sebagai beban

bagi petugas. Hasil penelitian ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh

informan berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


“… Kadang-kadang kita nggak bisa bilang soal laporan itu,
karena apa-apa program kesehatan kita di desa ditimpakan ke
bidan desa. Di situ ibu hamil, di situ neonatus, di situ bayi, di situ
juga imunisasi, dan banyak lagi. Belum lagi laporan yang harus
dikerjakan banyak sekali… Jadi kita juga maklum dengan laporan
bidan kita…”

Dengan demikian diharapkan implementasi keyakinan (belief) yang

dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang pada seluruh

petugas KIA dapat mencapai tingkatan sikap yang tertinggi yaitu bertanggung

jawab (responsible) terhadap apa yang telah diyakininya.

5.8. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

1. Penilaian kinerja petugas KIA dalam penelitian ini tidak mencakup semua

aspek kinerja.

2. Walaupun kinerja petugas KIA dinilai oleh masing-masing atasan responden

dengan kuesioner, namun Penulis tetap merasakan penilaian tersebut

mengandung keterbatasan karena atasan enggan memberikan penilaian

terhadap kinerja bawahannya karena secara tidak langsung, hal itu juga berarti

menilai kinerjanya. Oleh karena itu, Penulis melakukan pengamatan

(observation) dengan menggunakan daftar cek (checklict) dan wawancara

mendalam (indepth interview) pada beberapa responden yang dijadikan

informan. Kendatipun demikian, Penulis masih merasakan adanya kekurangan

Universitas Sumatera Utara


karena baik responden maupun informan tetap “melihat” Penulis sebagai

bagian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

3. Penelitian ini masih pada petugas KIA yang mencakup Bikor di Puskesmas,

kepala bidang kesehatan keluarga, kepala seksi kesehatan ibu (Bikor di

kabupaten) dan staf seksi kesehatan ibu di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang. Penelitian pada seluruh Bides di jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang tentunya akan lebih menggambarkan implementasi budaya

organisasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis regresi linier berganda, dan

pembahasan, maka dapat disimpulkan:

1. Secara serempak/simultan budaya organisasi yang terdiri dari komponen nilai

(value) dan keyakinan (belief) berpengaruh terhadap kinerja petugas KIA

dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

Sedangkan secara parsial, nilai kerjasama tim dan nilai integritas yang tinggi

memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja petugas

KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

Secara parsial, nilai transparan dan akuntabilitas berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Sedangkan nilai berpihak pada rakyat,

nilai bertindak cepat dan tepat serta keyakinan (belief) tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

2. Variabel budaya organisasi yang paling berpengaruh terhadap kinerja petugas

KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

adalah nilai transparan dan akuntabilitas dengan nilai signifikasi sebesar

0,002 dan koefisien regresi berpola negatif (β= -5,851). Sedangkan variabel

Universitas Sumatera Utara


budaya lainnya yang berpengaruh signifikan secara parsial yaitu nilai

kerjasama tim dengan nilai signifikansi sebesar 0,033 dan koefisien regresi

berpola positif (β=5,359); dan nilai integritas yang tinggi dengan nilai

signifikansi sebesar 0,030 dan koefisien regresi berpola positif (β=3,706).

3. Berdasarkan hasil pengamatan (observation) dengan menggunakan daftar cek

(checklist) diperoleh kesimpulan bahwa kinerja petugas KIA dalam

pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang masih belum

sesuai dengan harapan walaupun berdasarkan kuesioner kinerja petugas KIA

dalam pengelolaan data termasuk dalam kategori baik sebanyak 67,5% dan

32,5% dalam kategori kurang bahkan buruk. Hasil pengamatan (observation)

dengan menggunakan instrumen daftar cek (checklist) ini juga didukung

dengan informasi yang diberikan informan pada saat indepth interview.

4. Implementasi nilai berpihak pada rakyat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang termasuk dalam kategori cukup sebanyak 70% dan 30% dalam

kategori baik. Implementasi nilai bertindak cepat dan tepat di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori baik sebanyak

75% dan 25% dalam kategori cukup. Implementasi nilai kerjasama tim di

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori baik

sebanyak 52,5% dan 47,5% dalam kategori cukup. Implementasi nilai

integritas yang tinggi di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang termasuk

dalam kategori cukup sebanyak 72,5% dan 27,5% dalam kategori baik.

Implementasi nilai transparan dan akuntabilitas di Dinas Kesehatan

Universitas Sumatera Utara


Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori baik sebanyak 60% dan

40% dalam kategori cukup. Implementasi keyakinan (belief) di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori baik sebanyak

60% dan 40% dalam kategori cukup.

5. Petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yang dijadikan

sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 orang dengan umur berkisar 30-56

tahun. Kelompok umur responden yang tertinggi adalah umur 30-39 tahun

sebanyak 50%. Mayoritas responden bertugas di Puskesmas dan merupakan

Bikor di 33 Puskesmas yaitu sebanyak 82,5%. Umumnya responden

menyelesaikan pendidikannya dari Diploma III Kebidanan yaitu sebanyak

50%. Kelompok masa kerja yang tertinggi berada pada kelompok rentang

waktu 10-20 tahun sebanyak 62,5% dan kelompok memiliki

Bides/Puskesmas di wilayah kerja yang tertinggi adalah ≤10 Bides yaitu

sebanyak 37,5%.

6.2. Saran

Sesuai dengan hasil penelitian, budaya organisasi berpengaruh terhadap

kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang. Untuk meningkatkan kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data

sehubungan dengan budaya organisasi, disarankan kepada manajemen Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk meningkatkan upaya implementasi

Universitas Sumatera Utara


budaya organisasi yang terdiri dari nilai (value) dan keyakinan (belief) sebagai

pedoman perilaku dalam bekerja khususnya dalam pengelolaan data, antara lain:

1. Mengimplementasikan nilai transparan dan akuntabel dalam arti yang

sesungguhnya dengan pendekatan persuasif sambil berproses mencari cara

bagaimana mengubah paradigma “target KIA” dari sekedar penyediaan data

sesuai target menjadi pemicu bagi setiap petugas KIA untuk menghasilkan

kinerja yang dapat dipertanggungjawabkan secara “fair and full disclosure”

kepada publik.

2. Meningkatkan implementasi nilai kerjasama tim dengan membangun rasa

kebersamaan tim secara efektif di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

berdasarkan kebersamaan, tidak memandang perbedaan, menunjukkan rasa

saling percaya, saling menghargai, dan dilandasi oleh keterbukaan dan

keseimbangan yang berorientasi pada opini, persamaan, dan tujuan.

Kebersamaan tim yang efektif akan menghasilkan kerjasama yang benar-

benar solid, baik itu dalam bentuk kerjasama di dalam tim itu sendiri,

kerjasama dengan tim lain, kerjasama dengan atasan, dan kerjasama dengan

bawahan.

3. Meningkatkan implementasi nilai integritas yang tinggi dengan meningkatkan

disiplin, pengawasan, dan pemberian kompensasi pada setiap petugas KIA

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Peningkatan disiplin yang

dimaksud bukan hanya peningkatan disiplin dari aspek pelayanan klinis

medis petugas KIA, tetapi juga aspek manajerial program KIA. Pengawasan

Universitas Sumatera Utara


yang dimaksud mulai dari Bikor sampai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang. Sehingga ke depan keberadaan target secara berproses

diharapkan menjadi pemicu bagi setiap petugas KIA untuk menghasilkan

kinerja yang lebih baik. Sedangkan pemberian kompensasi diharapkan dapat

menjadi stimulus bagi petugas KIA untuk menghasilkan kinerja dalam

pengelolaan data yang lebih baik. Untuk menerapkan disiplin, pengawasan,

dan pemberian kompensasi pada setiap petugas KIA dibutuhkan keteladanan

pemimpin mulai dari jenjang hierarki kepemimpinan tingkat bawah sampai

dengan tingkat atas agar tercipta pribadi yang berintegritas.

4. Meningkatkan kemampuan petugas KIA dalam pengelolaan data,

menciptakan lingkungan yang kondusif dan melakukan atau mengusulkan

perancangan ulang formulir laporan KIA yang terintegrasi untuk

menghilangkan tumpang tindih atau duplikasi pada beberapa laporan agar

sikap mengelola data KIA yang baik dapat diwujudkan dalam tindakan.

5. Merumuskan kembali budaya organisasi dengan menggali nilai-nilai yang

sudah berurat berakar yang terbentuk sebagai proses belajar petugas KIA

dalam mengelola data untuk menghadapi masalah eksternal maupun internal

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dalam mencapai visinya. Nilai-

nilai yang digali dari bawah tersebut diharapkan memiliki kontribusi yang

besar untuk memengaruhi kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.M., Lilik, 2007. Dari Budaya Perusahaan ke Budaya Kerja, dalam buku
Corporate Culture, Challenge to Excellence, Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

Ahmad, 2005. Analisis Pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu


Puskesmas (SP2TP) di Kabupaten Simalungun, Tesis, Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Amirsyahya, Memahami dan Menjalankan Integritas. Diakses tanggal 14 Maret


2011, http://www.mail-archive.com/

Amsyah, Z., 2000. Manajemen Sistem Informasi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Animar, 2010. Perancangan Ulang Sistem Informasi Kesehatan di Dinas


Kesehatan Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009, Tesis, Program Studi S2
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Minat Studi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Ariawan, Iwan, 2010. Manajemen Data, Diakses tanggal 13 Maret 2010,


http://litbang.depkes.go.id/

Arikunto, 2005. Manajemen Penelitian, Edisi Revisi, Cetakan Ketujuh, Jakarta:


PT. Rineka Cipta.

Basri, Sahidin, 2008. Pengaruh Karakteristik Individu dan Organisasi Terhadap


Kinerja Bidan di Desa dalam Program Kesehatan Ibu dan Anak di
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, Tesis, Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.

Bratakusumah, D. S., 2002. Kajian Manajemen Stratejik, Modul Pendidikan dan


Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II, Buku 2, Jakarta: Pusat Pendidikan
dan Latihan SPIMNAS Bidang Kepemimpinan, Lembaga Administrasi
Negara.

Budiarto, Eko, 2002. Biostatistik, Cetakan Pertama, Jakarta: EGC

Universitas Sumatera Utara


Damanik, F. M., 2007. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi
Berprestasi Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Pematang Siantar,
Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Depkes R.I., 1993. Pedoman Pelayanan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas,


Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, Jakarta.

, 1998. Panduan Bidan di Tingkat Desa, Jakarta.

, 2005. Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-


KIA), Jakarta.

, 2007. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 932 Tahun 2002 tentang


Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota, Cetakan Kedua, Jakarta.

, 2007. Penyeliaan Fasilitatif Program Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.

, 2008. DTPS-KIBBLA: Pedoman Proses Perencanaan (Perencanaan


Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak dengan Pemecahan Masalah
melalui Pendekatan Tim Kabupaten/Kota, Jakarta.

, 2009. Menuju Persalinan yang Aman dan Selamat Agar Ibu Sehat Bayi
Sehat, Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta.

, 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak


(PWS – KIA), Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat
Bina Kesehatan Ibu, Jakarta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2009. Profil Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang, Lubuk Pakam.

, 2009. Proposal Perencanaan dan Anggaran Program Kesehatan Ibu, Bayi


Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Deli Serdang
Untuk Usulan Tahun Anggaran 2010, Lubuk Pakam.

, 2010. Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010, Lubuk


Pakam.

, 2010. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun


2009 – 2014, Lubuk Pakam.

Universitas Sumatera Utara


Dreher, G.F., Dougherty, T.W., 2001. Human Resource Strategy, a Behavioral
Perspective for the General Manager, International Edition, Singapore:
McGraw Hill Companies.

Gibson, J., L., Ivancevich, J., M., Donnelly, J., H., 1997. Organisasi: Perilaku,
Struktur, Proses, Jilid 1, Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga.

Gostick, A., Telford, D., 2003. The Integrity Advantage, Smith, Gibbs Publisher.

Ilyas, Yaslis, 1999. Kinerja. Teori, Penilaian dan Penelitian, Jakarta: FKM UI.

Jogiyanto, H. M., 2005. Analisis dan Disain Informasi Pendekatan Terstruktur


Teori dan Praktik Aplikasi Bisnis, Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Kadir, A., 2003. Pengenalan Sistim Informasi, Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Kartono, Djoko, 2010. Manajemen Data, diakses tanggal 13 Maret 2010;


http://www.litbang.depkes.go.id/

Kementrian Kesehatan RI, 2010. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun


2010 – 2014, Jakarta.

Koentjoroningrat, 1999. Pengantar Antropologi, Jakarta: PT Rineka Cipta.

LAN RI, 2003. Budaya Kerja Organisasi Pemerintah (Bahan Ajar Diklat
Prajabatan Golongan III), Edisi Revisi I, Cetakan Kedua, Jakarta.

, 2003. Etika Organisasi Pemerintah (Bahan Ajar Diklat Prajabatan


Golongan III), Edisi Revisi I, Cetakan Kedua, Jakarta.

, 2003. Manajemen Perkantoran Modern (Bahan Ajar Diklat Prajabatan


Golongan III), Edisi Revisi I, Cetakan Kedua, Jakarta.

, 2003. Membangun Kerjasama Tim (Team Building) (Bahan Ajar Diklat


Prajabatan Golongan III), Edisi Revisi I, Cetakan Kedua, Jakarta.

, 2003. Pelayanan Prima (Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan III),


Edisi Revisi I, Cetakan Kedua, Jakarta.

, 2003. Sistem Penyelenggaran Pemerintahan Negara Kesatuan Republik


Indonesia (Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan III), Edisi Revisi I,
Cetakan Kedua, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


Laudon, Kenneth C., Laudon, Jane P., 2005. Sistem Informasi Manajemen
(Terjemahan Erwin Philippus), Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Lippeveld, T., Sauerborn, R., Bodart, C., 2000. Design and Implementation of
Health Information Systems, WHO, Geneva.

Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu, 2005. Evaluasi Kinerja Sumber Daya


Manusia, Bandung: Refika Aditama.

Mangkusasono, H., 2007. Culture = Values In Action, di dalam Buku Corporote


Culture, Challenge to Excellence, Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Mathis, Robert L., Jackson, John H., 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia
(Terjemahan Jimni Sadeli dan Bayu Prawira Hie), Jakarta: PT. Salemba.

Matondang, M. H., 2008. Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Manajemen


Strategik, Cetakan Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Moeljono, D., 2007. Leadership Culture, Jawaban atas Tantangan Kepemimpinan,


di dalam Buku Corporote Culture, Challange to Excellence, Jakarta: PT
Elex Media Komputindo

Muninjaya, Gde A.A., 2004. Manajemen Kesehatan, Cetakan Pertama, Jakarta:


EGC.

Murlis, A., 2004. Manajemen Reward, Jakarta: Gramedia.

Ndraha, Taliziduhu, 2003. Budaya Organisasi, Cetakan Kedua, Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Promosi Kesehatan-Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Notobroto, H.B., 2005. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Petugas Terhadap


Kualitas Data Kesehatan, Info Kesehatan Masyarakat, The Journal of
Public Health, Volume IX Nomor 3, Desember 2005, Universitas
Sumatera Utara:149-154.

Poerwopoespito, F.X. Oerip S., Utomo, T.A. Tatang, 2000. Mengatasi Krisis
Manusia di Perusahaan, Jakarta: P.T. Grasindo.

Universitas Sumatera Utara


Purwanto, Hary, 2009. Statistik Dasar, Diakses tanggal 9 Maret 2010,
http://depkes.go.id/

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Kamus Besar Bahasa


Indonesia, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, Jakarta: Balai Pustaka.

Riduwan, 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan Ketujuh, Bandung:
ALFABETA.

Rivai, V., Basri, A. F. M., 2005. Performance Appraisal, Edisi Pertama, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.

Rizaldy, Edy, 2006. Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Program Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas se-Kabupaten Langkat Tahun 2006,
Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Robbins, Stephen, P., 2006. Perilaku Organisasi, Prentice Hall International, Inc.:
PT INDEKS Kelompok Gramedia.

Sambas, Dj., 2008. Pengaruh Kompetensi Profesional, Iklim Kerja Terhadap


Kinerja Staf di Unit Penunjang Medik Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan, Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.

Santoso, Singgih, 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Jakarta: PT Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Sigit, S., 2003. Perilaku Organisasional, Yogyakarta: BPFT Universitas


Sarjanawiyata Taman Siswa.

Sihite, Adelina, 2010. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap


Tingkat Pengungkapan Wajib Laporan Tahunan (Mandatory Disclosure)
pada Perusahaan Indeks LQ45, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma:
Jakarta. Diakses tanggal 12 April 2011, http://papers.gunadarma.ac.id/

Singarimbun, Effendi, 1989. Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3S.

Siregar, K. N., 1992. Pengertian Dasar Sistim Informasi Kesehatan, Jakarta:


Jurusan Kependudukan dan Biostatistika, FKM UI.

Universitas Sumatera Utara


Situmorang, Syafrizal Helmi, Dalimunthe, Doly M.Ja’far, Muda, Iskandar, Lufti,
Muslich, Syahyunan, 2008. Analisis Data Penelitian (Menggunakan
Program SPSS), Medan: USU PRESS.

Soetjipto, B.W., Firmanzah, 2006. The Spirit of Change: Dinamika Perubahan PT.
Perkebunan Nusantara III (Persero), Jakarta: Lembaga Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Soeroso, S., 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit: Suatu
Pendekatan Sistem, Jakarta: EGC.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:


ALFABETA.

Sulistiyani, Ambar Teguh, Rosidah, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia:


Konsep, Teori, dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik,
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sutabri, T., 2003. Analisa Sistem Informasi, Yogyakarta: Penerbit ANDI.

, 2005. Sistem Informasi Manajemen, Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Sutanta, E., 2003. Sistem Informasi Manajemen, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sutrisno, Edy, 2010. Budaya Organisasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tika, Moh. Pabundu, 2008. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja


Perusahaan, Cetakan Kedua, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Tim Advokasi KIBBLA Kabupaten Deli Serdang, 2008. Naskah Akademis


Ranperda Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita
di Kabupaten Deli Serdang, Lubuk Pakam.

Widodo, Joko, 2006. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja, Malang:


Bayumedia Publishing.

Yustina, Ida, 2009. Rekonstruksi Cara Kerja Dinas Kesehatan Untuk Mewujudkan
Rakyat Tidak Sakit dalam Buku Setahun Pemerintahan Sampurno, Medan:
FISIP USU PRESS.

Universitas Sumatera Utara


Zebua, Juneta, 2009. Pengaruh Budaya Organisasi dan Insentif Terhadap Kinerja
Staf Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan,
Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Zuliani, Nina, 2008. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Perawat


ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi, Tesis,
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai