SKRIPSI
OLEH :
NURLI FAIZ
NIM : 107101001761
Abstrak
i
JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY
FACULTY OF MDICINE AND HEALTH SCIENE
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
Undergraduated Thesis, July 2014
Factors Associated With Fatigue in Workers In Operator SPBU Ciputat Year 2014.
ABSTRAC
Fatigue is one of the problems of health and safety of work that can become risk
factors the occurrence of an accident at work. Fatigue on workers could impact to a decrease
in productivity of work and a decreased concentration of work. From the results of the study
of the prelude from 11 workers in SPBU region ciputat wholly feel exhausted with 10 people
feel fatigue being and 1 people feel fatigue light. The troubles in this research is factors
associated with fatigue work on workers operator spbu sub-district ciputat.
This is quantitative research with cross sectional study design. Aims to see the
relationship between the dependent variable (fatigue) with the independent variable
(nutritional status, age, gender, shift work, working environment and working time).
Techniques used in the sample collection is the total sampling with total number respondents
42 people. Fatigue data retrieval technique using a 30-item questionnaire fatigue symptoms
public IFRC (International Fatigue Research Committee of Japanese Association of
Industrial Health). Statistical test using independent t-test for normal beristribusi data, and
Mann Whitney test for not normally distributed data.
Based on the result of the study, the frequency of fatigue work on workers part
operators spbu in sub-district ciputat high enough that is 52,4 %. Based on bivariate analysis
reveals that there is no relationship between the dependent variable (fatigue) with the
independent variable (Nutritional Status, Age, Gender, shift work, working environment and
time work).
To reduce work fatigue are suggested to use a uniform work shirt with cotton in
order to reduce heat stress received by the worker, the worker suggested that regular drinking
water while working to avoid dehydration.
i
v
DATA DIRI
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Telpon/HP : 085642562072
E-mail : faiz_ph_07@yahoo.com
PENDIDIKAN FORMAL
Timur.
PENGALAMAN ORGANISASI
Segala puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjat kehadirat Allah SWT yang
selalu senantiasa memberikan rahmat serta nikmat-Nya kepada kita semua. Dengan
mengucap rasa syukur atas segala kasih sayang-Mu yang selalu terpacarkan hingga
Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Operator SPBU Di Kecamatan Ciputat Tahun
2014” ini dapat tersusun dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada junjungan kita Baginda Besar Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan
banyak pihak yang memberikan bantuan baik moril maupun materil, sekiranya patutlah
1. Prof. Dr. dr. MK Tajudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran Dan
2. Ibu Febrianti, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN
hakikatnya motivasi adalah awal dari pembentukan sebuah mimpi yang pasti.
4. Ibu Dewi Utami Iriani, SKM, M.Kes, Ph.D dan Ibu Dr. Ela Laelasari, SKM,
5. Kedua Orang Tua dan Keluarga tercinta yang memberikan doa dan ketulusan
6. Bapak Drs. Khaeroni, Msi., Bapak Drs. Sultoni yang senantiasa membantu,
tulus ikhlas semoga setiap kebaikan akan mendapat kebaikan yang lebih
banyak lagi.
7. Sahabat karib saya Arif Kurniwan yang menjadi sohib saya selama kuliah,
suka duka kita lewati bersama, mohon maaf kalo banyak salah semoga
saya.
10. Saudari Nur Najmi Laela, SKM sebagai pembimbing dan pengawas studi
12. Semua pihak yang membantu kelancaran skripsi saya yang tidak bisa
kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
Pernyataan Persetujuan
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang……………………………………………………….. 1
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………… 4
1.3. Pertanyaan Penelitian………………………………………………. 5
1.4. Tujuan Penelitian…………………………………………………… 5
1.4.1. Tujuan Umum……………………………………………… 6
1.4.2. Tujuan Khusus…………………………………………….. 6
1.5. Manfaat Penelitian…………………………………………………. 7
1.5.1. Manfaat Bagi Pekerja .............…………………………… 7
1.5.2. Manfaat Bagi Peneliti………………………………………… 7
1.5.3. Manfaat Bagi Fakultas……………………………………… 7
1.6. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………… 8
11
14
2.2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan…….....……
2.2.1 Shift kerja.................................................................................... 15
2.2.1 Usia...........................................................................................
2.2.1 Status gizi.................................................................................... 15
2.2.1 Masa kerja................................................................................... 16
2.2.1 Status kesehatan......................................................................... 16
2.2.1 beban kerja.................................................................................. 17
2.2.1 Lingkungan kerja....................................................................... 18
2.2.1 waktu kerja................................................................................. 19
2.2.1 jenis kelamin............................................................................. 20
21
22
2.3. Kerangka teori....................................................................................
Bab III Kerangka Konsep, Definisi Operasional dan Hipotesis
3.1. Kerangka Konsep……………………………………………………. 23
3.2. Definisi Operasional…………………………………………………. 25
3.3. Hipotesis………………………………………………………........ 26
Bab IV Metodologi Penelitian
4.1. Rancangan Penelitian……………………………………………….. 27
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………….. 27
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian…………………………………… 27
4.4. Sumber Data………………………………………………………… 28
4.5. Metode Pengambilan Data…………………………………………. 29
4.6. Pengolahan Data……………………………………………………. 29
4.7. Analisa Data………………………………………………………… 31
Bab VI Pembahasan
6.1 Keterbatasan Penelitian………………………………………….. 38
6.2 Kelelahan kerja………………………………….. 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
keselamatan kerja yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya kecelakaan pada
saat bekerja. Kelelahan kerja disebabkan oleh banyak faktor baik dari faktor
individu, dan juga faktor dari luar seperti lingkungan kerja (Gurusinga, 2013).
Kelelahan kerja penting untuk diperhatikan, karena kelelahan pada pekerja dapat
kerja (Damapoli, 2013). Suatu perusahaan yang baik tentu mempunyai sumber
daya manusia yang baik. Hal ini dapat terlihat dari kondisi kesehatan fisik dan
psikis, pendidikan atau keahlian, serta kinerja dan produktifitas dari pekerja itu
Menurut ILO (2003), setiap hari rata-rata 6000 orang meninggal akibat
sakit dan kecelakaan kerja atau 2,2 juta orang per tahun. Sebanyak 350.000 orang
per tahun diantaranya meninggal akibat kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja juga
berakibat pada biaya; 1000 miliar USD atau 20 kali dana bantuan umum yang
Amerika melaporkan terdapat 5703 kecelakaan fatal atau 3,9 per 100.000 pekerja
masih sangat buruk, yaitu berada pada peringkat 26 dari 27 negara yang diamati.
Pada tahun tersebut, terdapat 51523 kasus kecelakaan kerja yang terdiri dari 45234
1
kasus cidera kecil, 1049 kasus kematian, 317 kasus catat total dan 5400 cacat
kerja. Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7
jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan
5 hari kerja dalam 1 minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam dalam 1 hari dan 40
kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat, sering menguap, merasa
kacau pikiran, menjadi mengantuk, merasakan beban di mata, kaku dan canggung
dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri. Pelemahan motivasi ditandai dengan
merasa susah berfikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak berkonsentrasi, tidak
kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat
tekun dalam perkerjaan. Sedangkan pelemahan fisik ditandai dengan sakit kepala,
2
kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, terasa pernafasan tertekan, haus,
yaitu adanya perasaan lelah, penurunan hasil kerja dan penurunan kesiagaan yang
Rasa lelah pada dasarnya merupakan pesan bahwa tubuh membutuhkan istirahat.
Jika tidak dilanjutkan dengan istirahat, kelelahan ini dapat berdampak kepada
kemampuan kerja (kerja lambat dan target kerja tidak tercapai), kualitas kerja
menjadi tidak awas dan tidak dapat merespon perubahan di sekitarnya dengan baik
Salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan oleh
manusia adalah stress dan kelelahan (fatique). Kelelahan kerja memberi kontribusi
50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati, 2007). Enam puluh persen
yang dipilih secara acak telah menunjukan hasil bahwa ditemukan 65% pekerja
yang mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja rutin, 28% mengeluhkan kelelahan
mental dan 7% tenaga kerja mengeluhkan stress berat dan merasa tersisihkan
(Hidayat, 2003).
3
Hasil penelitian tentang kelelahan kerja pada operator SPBU antara shift
pagi dan shift malam yang dilakukan oleh Sudana (2011), dari 24 orang responden
masyarakat Indonesia secara luas guna memenuhi kebutuhan bahan bakar. Petugas
Operator yang ada di SPBU mengalami kelelahan disebabkan karena bekerja yang
dilakukan dengan berdiri secara terus menerus untuk mengisi bensin dan terdapat
pula system shift kerja yang dimana akan mengakibatkan kelelahan kerja pada
proses produksi secara terus menerus selama 24 jam selama 7 hari dalam
pada 11 pekerja pada 3 tempat SPBU berbeda di wilayah Ciputat, diketahui masa
kerja shift yang telah dilalui pekerja paling rendah adalah 4 bulan, paling tinggi 7
tahun dan di dapatkan bahwa pekerja operator SPBU bekerja 8 jam dengan kondisi
suhu lingkungan kerja berkisar 280C -300C dan nilai tingkat kebisingannya
berkisar antara 77-92 dBA. Dari hasil subjective self rating test dari Industrial
4
Fatigue Research Committee (IFRC) yang merupakan kuesioner untuk mengukur
tingkat kelelahan subjektif. Dari hasil studi pendahuluan dari 11 pekerja di SPBU
Dari uraian diatas, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang faktor-
faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja bagian operator
secara terus menerus selama 24 jam selama 7 hari dalam seminggu. Pekerja
operator SPBU bekerja 8 jam dengan kondisi suhu lingkungan kerja berkisar 260C
-300C dan nilai tingkat kebisingannya berkisar antara 77-92 dB. Aktifitas kerja
yang terus menerus dan lingkungan kerja yang kurang nyaman dapat
dan produktivitas perusahaan akan menurun serta kualitas pelayanan pun menjadi
berpengaruh. Untuk itu perlu di lakukan pengendalian kelelahan kerja pada SPBU.
Dari hasil studi pendahuluan dari 11 pekerja di SPBU wilayah Ciputat, seluruhnya
5
penelitian untuk membuktikan apakah ada faktor-faktor yang berhubungan dengan
2. Bagaimana karakteristik pekerja (usia, status gizi, usia, jenis kelamin, masa
Tahun 2014?
usia, jenis kelamin, masa kerja) dengan kelelahan kerja pada pekerja SPBU
6
1.4 Tujuan Penelitian
Tahun 2014.
2. Diketahuinya karakteristik pekerja (usia, status gizi, usia, jenis kelamin, masa
Tahun 2014.
5. Diketahuinya hubungan antara penerapan shift kerja dengan kelelahan kerja pada
6. Diketahuinya hubungan antara karakteristik individu (usia, status gizi, usia, jenis
kelamin, masa kerja) dengan kelelahan kerja pada pekerja SPBU di Kecamatan
dengan kelelahan kerja pada pekerja SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.
7
1.5 Manfaat Penelitian
kelelahan kerja
berhubungan dengan kelelahan kerja , serta sebagai penerapan ilmu yang telah
akademika.
dengan kelelahan kerja pada pekerja SPBU. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
November tahun 2013 – Juni 2014 di seluruh lokasi SPBU di Kecamatan Ciputat
8
Keselamatan Kerja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bersifat
yang menjadi responden dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini untuk
mengetahui tingkat kelelahan kerja digunakan subjective self rating test dari
pengukuran yang mendukung hasil pengukuran subjektif yang dapat dilihat pada
saat wawancara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Suma’mur P.K., 1996:190). Kelelahan (fatigue) adalah rasa capek yang tidak
hilang waktu istirahat (Yayasan Spirita, 2004). Istilah kelelahan mengarah pada
bukan satu-satunya gejala. Secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat
adalah pada pengertian kelelahan fisik atau physical fatigue dan kelelahan mental
performa kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan tubuh untuk terus
fisik atau kimia yaitu suhu, penerangan, mikroorganisme, zat kimia, kebisingan,
10
oleh factor psikosoial baik di tempat kerja maupun di rumah atau masyarakat
produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah, dimana produk-produk sisa
ini bersifat bisa membatasi kelangsungan aktivitas otot. Atau mungkin bisa
sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika
sudah lelah.
Kelelahan yang terus menerus terjadi setiap hari akan berakibat terjadinya
kelelahan kronis. Perasaan lelah tidak saja terjadi sesudah bekerja pada sore hari,
perbuatan anti sosial dan perasaan tidak cocok dengan sekitarnya, sering depresi,
11
kurangnya tenaga serta kehilangan inisiatif. Tanda-tanda psikis ini sering disertai
tidak dapat tidur dan lain-lain. Kelelahan kronis demikian disebut kelelahan
mangkir kerja pada waktu jangka pendek disebabkan kebutuhan istirahat lebih
banyak atau meningkatnya angka sakit. Kelelahan klinis terutama terjadi pada
1996)
Sampai saat ini belum ada metode pengukuran kelelahan yang baku
karena kelelahan merupakan suatu perasaan subyektif yang sulit diukur dan
Tarwaka (2004).
Beberapa cara yang saat ini dipakai untuk mengetahui kelelahan, yang
yaitu :
Pada metode ini, kualitas ouput digambarkan sebagai jumlah proses kerja
(waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap
unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti :
Target produksi, faktor sosial, dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan
12
kualitas ouput (kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan
Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor.
Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi.
Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada
lampu sebagai awal dan pijat tombol sebagai akhir jangka waktu tersebut,
denting suara dan injak pedal, Sentuhan kulit dan kesadaran, Goyangan badan
kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang
diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Alat uji kelip memungkinkan
mengatur frekuensi kelipan dan dengan demikian pada batas frekuensi mana
4. Electroencephalography (EEG)
13
mengacu padarekaman aktivitas listrik otak spontan selama periode waktu yang
Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat
pertanyaan.
Health), yang dibuat sejak 1967. Kuesioner IFRS disosialisaikan dan dimuat
kelelahan pada beberapa bagian tubuh. Semakin tinggi frekuensi gejala kelelahan
14
pertanyaan yang diajukan dan dijumlahkanya menjadi total skor individu.
dengan menggunakan 4 skala Likert ini, akan di peroleh skor individu terendah
adalah sebesar 30 dan skor individu tertinggi 120. Jawaban untuk kuesioner
IFRC tersebut terbagi menjadi 4 kategori, yaitu sangat sering (SS) dengan diberi
nilai 4, sering (S) dengan diberi nilai 3, kadang-kadang (K) dengan diberi nilai 2
Tingkat
Total Skor Klasifikasi Kelelahan Tindakan Perbaikan
Kelelahan
Belum diperlukan
1 30-52 Rendah adanya tindakan
perbaikan
Mungkin diperlukan
2 53-75 Sedang adanya tindakan
perbaikan
Diperlukan adanya
3 76-98 Tinggi
tindakan perbaikan
Diperlukan tindakan
4 99-120 Sangat Tinggi perbaikan sesegera
mungkin
Sumber : Tarwaka, 2010
15
2.1.5 Penanggulangan Kelelahan Kerja
1996).
dihindarkan sikap kerja yang bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang
lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah sikap kerja yang statis
menjadi sikap kerja yang lebih bervariasi atau dinamis, sehingga sirkulasi darah
dan oksigen dapat berjalan normal ke seluruh anggota tubuh. Sedangkan untuk
terminologinya yang dimaksud dengan shift kerja adalah kerja 24 jam dibagi
secara bergiliran dalam waktu 2 jam. Para pekerja dibagi atas kelompok kerja dan
pada umumnya dibagi atas tiga kelompok dimana lama giliran kerja yaitu 8 jam
disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00).
16
Ciri khas tersebut adalah kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja khusus. Secara
umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,
sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa
menyebutkan jenis shift kerja tersebut. Shift kerja disebutkan sebagai pekerjaan
yang secara permanen atau sering pada jam kerja yang tidak teratur (Kuswadji,
1997).
circadian rhythms yang dapat berkembang menjadi gangguan tidur dan kelelahan
2.2.2 Usia
muda sanggup melakukan pekerjaan berat, dan sebaiknya jika seseorang sudah
menurun. Pekerja yang berumur lanjut akan merasa cepat lelah dan tidak dapat
pada pekerja berumur kurang lebih sama dengan 49 tahun. Menurut Dewi (2006)
17
pekerja yang berusia 25 – 35 tahun yaitu sebanyak 26 orang (55,3%), pada
penelitian ini didapatkan P value 0,180 yang menyatakan tidak adanya hubungan
antara usia pekerja dengan kelelahan kerja. Sedangkan pada penelitian lainnya
kelelahan banyak dialami oleh pekerja yang berusia diatas 41 dan dibawah 50
tahun yaitu sebesar 31 orang (63,3%), pada penelitian ini didapatkan P value
0,951 yang menyatakan tidak ada hubungan antara usia pekerja dengan kelelahan
Usia merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dikontrol. Walaupun
lingkungan baik panas maupun dingin bergantung pada usia seseorang, akan
seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh yang
lebih sempit daripada dewasa awal. Lansia sensitif terhadap suhu eskrim, karena
18
dalam Tarwaka et al (2004) bahwa selain jumlah kalori yang tepat, penyebaran
Status gizi pekerja dapat diukur dengan IMT, dimana hasil pengukuran
Menurut Hartz et al (1999) dalam Safitri (2008) peningkatan IMT / IMT lebih
dilakukan selama 2 tahun pada pasien ICF dan menjadi overweight / obesitas
dengan fungsi fisik dan vitalitas yang lebih rendah pada population based study.
Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh
(IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan,
IMT = ---------------------------------------------------------------
Atau
Berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter2).
19
Pada penelitian Dewi (2006) yang dilakukan di PT ” X ” kelelahan
banyak dialami oleh pekerja dengan status gizi normal yaitu sebanyak 31 orang
hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kelelahan pada pekerja.
Dalam penelitian lain, kelelahan banyak dialami oleh pekerja dengan status gizi
normal yaitu sebanyak 48 orang (69,6%) dengan P value 0,544 maka dinyatakan
tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan kelelahan pada pekerja
(Sisinta, 2005). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Uminah (2005) di RS.
Pelni disebutkan kelelahan banyak dialami pada pekerja dengan status gizi
dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi
Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai pertama kali pekerja
masuk kerja hingga saat penelitian berlangsung (Amalia, 2007). Kerja bergilir
diperoleh bahwa tingkat kelelahan tenaga kerja yang bekerja giliran malam dan
suhu lingkungan kerja memberikan kontribusi yang paling besar terhadap tingkat
kelelahan kerja.
20
Lama kerja berkaitan dengan efek kumulatif dari stressor untuk
pekerjaan, maka kelelahan yang terjadi akan semakin sering (Stellman 1998,
Akan memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka
kelelahan dan kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin
banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja
tersebut.
pekerja shift pada kelompok lama kerja < 15 tahun (0-5 tahun; 6-10 tahun; 11-15
tahun) dibandingkan dengan kelompok dengan lama kerja > 15 tahun terdapat
dialami oleh pekerja dengan masa kerja shift lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak
32 orang (62,7%) dengan Pvalue sebesar 0,086 maka dinyatakan tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara masa kerja shift dengan kelelahan pada pekerja.
kelelahan banyak terjadi pada pekerja yang memiliki masa kerja > 5 tahun
21
dengan P value 0,839 sehingga dapat dinyatakan tidak terdapat hubungan yang
Kelelahan dapat berasal dari gaya hidup yang biasa disebut dengan non
work related fatigue. Salah satu penyebab kelelahan non work related fatigue
adalah kondisi kesehatan pekerja (Better health channel, 2006 dalam safitri,
mengkonsumsi bahan bakar sebagai sumber energinya. Diketahui jam kerja yang
memasuki pekerjaan dan terus menerus dipelihara selama bekerja bahkan sampai
sehari hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat
pekerjaan, dengan bekerja berarti tubuh akan menerima beban dari luar
tubuhnya. Dengan kata lain, bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang
bersangkutan. Beban tersebut berupa beban fisik maupun beban mental. Berat
ringannya beban kerja yang diterima oleh seseorang tenaga kerja dapat
22
digunakan untuk menentukan berapa lama seseorang tenaga kerja dapat
gangguan kesehatan pekerja. Beban kerja fisik dalam kategori berat akan
muncul (Tarwaka et al, 2004). Pada penelitian yang dilakukan pada pekerja
Beban kerja dapat ditentukan dengan merujuk kepada jumlah kalori yang
Tabel 2.2
melakukan pekerjaan
Kategori Kcal/Jam
Pekerjaan Ringan Sampai dengan 200 kcal/jam
Pekerjaan Sedang 200-350 kcal/jam
Pekerjaan Berat Lebih dari 350 kcal/jam
Sumber : ACGIH 1997 dalam Dowell 2004
23
2.2.7 Lingkungan Kerja
kerja seperti faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis dan faktor psikologis.
Semua faktor tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan
a. Tekanan Panas
NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja, definisi iklim kerja atau tekanan panas
adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembapan, kecepatan, gerakan udara, dan
panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai
akibat pekerjaanya.
kering) pada kelembaban 85% - 95% dan suhu basah antara 22 - 30º C, suhu
dapat menyesuaikan diri dengan temperatur luar jika perubahan temperatur luar
yang terjadi tidak lebih dari 20% untuk suhu panas dan 35% untuk suhu dingin,
semuanya dari keadaan normal tubuh. Sedangkan batas toleransi untuk suhu
udara 40%-50% dan perbedaan suhu permukaan 40ºC. Sehingga suhu optimal
24
(Grandjean dalam Tarwaka dan kawan-kawan, 2004). Semakin aktif seorang
pekerja maka semakin rendah suhu yang diperlukan supaya ideal. Tenaga kerja
permasalahan dibandingkan lingkungan kerja dingin. Hal ini terjadi karena pada
umumnya manusia lebih mudah melindungi dirinya dari pengaruh suhu udara
yang rendah dari pada suhu udara yang tinggi (Ardyanto, 2005). Lingkungan
kerja yang panas dan lembab akan menurunkan produktifitas kerja yang juga
(Santoso, 2004).
Untuk menilai hubungan iklim kerja dan efek terhadap seseorang perlu
25
Tekanan Barometris Pendidikan
Pakaian Kemampuan Fisik
Kemampuan Mental
Kemampuan Emosi
Sifat-sifat Kebangsaan
Sumber : Suma’mur (1996). Higiene perusahaan dan kesehatan kerja
Untuk menentukan kriteria beban kerja dapat dilihat dari jumlah nadi
Ringan 75 – 100
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja ditetapkan bahwa
26
Kerja 25% - istirahat 75% 32,2 31,1 30,0
b. Kebisingan
rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis dan bunyi-
bunyi tersebut tidak dikehendaki (Suma’mur, 1996). Setiap tenaga kerja memiliki
data kebisingan di perusahaan atau dimana saja sehingga dapat dianalisis dan
intensitas kebisingan sebagai hasil pengukuran adalah desibel (dBA). Alat ini
mampu mengukur kebisingan diantara 30 -130 dBA dan dari frekuensi 20-20000
Hz. Alat kebisingan yang lain adalah yang dilengkapi dengan octave band
untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai
rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya
daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari
atau 40 jam seminggunya. Nilai ambang batas (NAB) intensitas bising adalah 85
27
2.2.8 Waktu Kerja
waktu kerja dapat dibedakan dalam waktu kerja shift & non shift. Kerja shift
(bergilir) akan mengganggu irama sirkadian tubuh. Gangguan ini akan berakibat
terjadinya gangguan tidur pada pekerja dan dalam keadaan yang terjadi secara
terus - menerus tanpa disertai perbaikan kondisi yang memadai akan berakibat
jam kerja dan sisanya untuk istirahat / kehidupan dalam keluarga dan
masyarakat. Memperpanjang waktu kerja lebih dari itu hanya akan menurunkan
Penggolongan jenis kelamin terbagi menjadi pria dan wanita. Secara umum
wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan
otot laki laki (Tarwaka et al, 2004). Menurut Kroemer dan Grandjean (1997) dalam
Tarwaka et al (2004) bahwa masalah pada pekerja wanita dapat disebabkan oleh
periode hormonal fungsi tubuh serta adanya pekerjaan rumah tangga sehingga
Kerangka teori ini merupakan gabungan dari beberapa teori yang telah
kerja. Beberapa sumber menyebutkan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi
28
kelelahan kerja antara lain karakteristik pekerja (jenis kelamin; usia; masa kerja; status
gizi; beban kerja; lingkungan kerja) dan waktu kerja (shift & non shift) (Silaban, 1998);
Bagan 2.1
Kerangka teori
Shift Kerja
Usia
Jenis Kelamin
Waktu Kerja
Kelelahan Kerja
Lingkungan Kerja
Status Kesehatan
Status Gizi
( indeks massa
tubuh/IMT)
Masa Kerja
Beban kerja
Sumber : Silaban (1998) dan Tarwaka et al (2004); Kroemer and Grandjean (1997);
29
BAB III
kerja pada pekerja bagian operator SPBU di Kecamatan Ciputat. Kerangka konsep
tinjauan pustaka yang telah dikemukakan, dapat dinyatakan bahwa pekerja dapat
mengalami kelelahan kerja disebabkan oleh banyak faktor seperti Shift Kerja, Usia,
Status Gizi, Jenis Kelamin, Masa Kerja, beban kerja, lingkungan kerja, status
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja pekerja SPBU
Kecamatan Ciputat. Sedangkan variabel independennya adalah shift kerja, Masa Kerja,
Jenis Kelamin, Status Gizi, lingkungan kerja dan Usia. Tidak semua faktor yang ada
dalam kerangka teori dimasukan dalam variable penelitian ini. Variabel beban kerja,
dan waktu kerja tidak dimasukkan karena semua responden berada dalam beban kerja
yang sama yaitu beban kerja ringan dan waktu kerja yang relatif sama yakni 8 jam.
Sedangkan untuk variabel status kesehatan tidak digunakan karena pekerja yang
diikutsertakan dalam penelitian ini adalah pekerja dalam keadaan sehat yang
dibuktikan dengan adanya laporan medical check up dari perusahaan dan kepastian
30
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Karakteristik Pekerja :
KELELAHAN KERJA
Masa Kerja
Usia
Status Gizi
Enis kelamin
Lingkungan Kerja :
Tekanan Panas
Kebisingan
31
3.2 Definisi Operasional
5 Status Gizi Indikator kesehatan dari Pengukuran Timbangan Skor IMT Rasio
seseorang yang diperoleh dari berat badan dan
hasil pembagian berat badan Dan tinggi Mikrotoise
dalam satuan kilogram (Kg) badan dan
dibagi dengan berat badan dimasukkan
dalam satuan meter (m) yang ke dalam
menghasilkan skor indeks rumus BB
massa tubuh (kg)/TB²(m)
7 Kebisingan Bunyi atau sumber suara yang Pengukuran Sound level dB Rasio
mengganggu kesehatan dan Kebisingan meter (SLM)
kenyamanan
32
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Kriteria Skala
8 Tekanan Panas Beban iklim kerja yang Pengukuran Wet Bulb 3. Mengalami Ordinal
diterima oleh pekerja tekanan Globe tekanan
panas di titik Temperature panas
tempat (WBGT)
4. Tidak
bekerja
mengalami
tekaanan
panas
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara shift kerja terhadap kelelahan kerja pada petugas Operator
2. Ada hubungan antara karakteristik individu (usia, status gizi, usia, jenis kelamin,
masa kerja) terhadap kelelahan kerja pada petugas Operator SPBU di daerah Ciputat
Tahun 2014.
3. Ada hubungan Lingkungan kerja (kebisingan dan tekanan panas) dengan kelelahan
33
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
pada pekerja bagian operator Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) di
pada satu saat saja. Bertujuan untuk untuk melihat hubungan antara variabel
dependen (kelelahan kerja) dengan variabel independen (Status Gizi, Umur, Jenis
1) Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja operator Stasiun Pengisian Bahan
2) Sampel
34
35
(P1 - P2 )2
Keterangan :
n = Jumlah sampel
% (1, 96)
20. Karena untuk dua proporsi maka dikalikan 2 maka sampel yang dibutuhkan
adalah 40 orang.
a. Kriteria Sampel:
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan Total
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu
item gejala kelelahan umum diadopsi dari IFRC (International Fatigue Research
pekerja untuk mengetahui jenis kelamin, usia, masa kerja, shift kerja dan status
gizi pekerja. Untuk data lingkungan kerja, data yang diambil adalah kebisingan
dan tekanan panas dengan menggunakan alat WBGT dan sound level meter
(SLM).
1) Kelelahan Kerja
maka langkah selanjutnya adalah menghitung skor dari ke-30 pertanyaan yang
37
menggunakan 4 skala Likert ini, akan di peroleh skor individu terendah adalah
Data shift kerja di peroleh dengan wawancara langsung kepada pekerja untuk
Data status gizi memerlukan pengukuran dua variabel. Yaitu data berat badan
dalam kilogram dan tinggi badan dalam meter. Untuk pengukuran berat badan
pekerja diminta untuk menimbang berat badan diatas timbangan yang telah
menggunakan meteran. Data hasil berat badan dan tinggi badan kemudian
IMT
langsung.
kuesioner
Data untuk lingkungan kerja data yang diambil adalah kebisingan dan iklim
alat untuk mengukur iklim kerja yang digunakan adalah Thermal Environmental
Monitor atau yang biasa disebut WBGT (Wet Bulb Globe Temperature).
a) Pengukuran Kebisingan
sebgai berikut :
c. Kalibrasi instrumen. Hal ini harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah
pengukuran berlangsung.
f. Dalam keadaan kebisingan berasal dari lebih dari satu arah, maka sangat
i. Hindarkan refleksi baik dari tubuh operator maupun blocking suara dari
arah tertentu.
yang tepat, sesuai dengan standar atau baku mutu yang diacu; (c). Cek bising
latar; (d). Pastikan 77 tidak terdapat perintang terhadap sumber bising yang
pembacaan overloud.
terdiri dari: (a). Sket pengukuran (meliputi orientasi dan kedudukan SLM,
40
bising); (b). Standar yang diacu; (c). Identitas instrumen; jenis dan nomor
seri; (d). Metode kalibrasi; (e). Weighting network dan respons detektor yang
digunakan; (f). Deskripsi jenis suara (impulsif, kontinyu, atau tone); (g). Data
bising latar; termasuk chart yang digunakan untuk perhitungan; (h). Kondisi
lingkungan; tekanan atmosfir; (i). Data obyek yang diukur (jenis mesin,
jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian ini.
Memasukkan data hasil kuesioner yang sudah di berikan kode pada masing-
Yakni untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja, shift kerja, Masa Kerja,
41
usia, Jenis Kelamin dan IMT pekerja. Serta analisis bivariat untuk mengetahui
tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah
a. Analisis Univariat
masing-masing variabel yang diteliti, yaitu shift kerja, Jenis Kelamin, usia,
b. Analisis Bivariat
(kelelahan kerja), dengan variabel independen (shift kerja, Masa Kerja, usia,
Jenis Kelamin, lingkungan kerja (kebisingan dan tekanan panas) dan status
berdistibusi normal dengan derajat kemaknaan p value < 0,05 yang berarti ada
hubungan yang bermakna secara statistik dan jika p value > 0,05 berarti tidak
tersebut bersifat data numerik. Bila hasil tes uji normalitas data berdistribusi
hasil uji t-independen , kemudian lihat nilai p-value, bila nilai P < 0,05 maka
varian berbeda dan nilai p-value > 0,05 maka varian sama. Akan tetapi jika
data tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas data, maka data selanjutnya
HASIL PENELITIAN
Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum atau disingkat SPBU merupakan
Indonesia secara luas guna memenuhi kebutuhan bahan bakar. SPBU di wilayah
Kecamatan Ciputat berjumlah 6 tempat dengan lokasi yang tersebar dan jarak antar
SPBU sekitar 1 kilo meter. Ke-enam SPBU tersebut adalah SPBU Mega Mall, SPBU
terdapat berbagai fasilitas untuk umum diantaranya toilet, mushola dan tempat pengisian
angin ban kendaraan. Jam operasi SPBU di kecamatan Ciputat berlangsung selama
24jam, kecuali satu SPBU yaitu SPBU Carefoor yang hanya beroprasi 16 jam kerja.
43
44
(IMT)
Variabel masa kerja dan usia keduanya didapatkan hasil berdistribusi tidak
normal, karena nilai p-value < 0,05, sementara itu variabel IMT berdistribusi Normal, p-
univariate dan bivariate Jika data berdistribusi tidak normal, harus memilih uji Non-
Parametrik. Sementara untuk variabel IMT, karena distribusi data yang jenisnya rasio
Sedangkan untuk data masa kerja, kebisingan dan usia data tidak berdistribusi normal,
maka selanjutnya dilakukan pengujian non parametric dengan jenis uji Mann Whitney.
45
kelelahan kerja, Shift Kerja, Status Gizi, Jenis Kelamin, Usia, Tekanan Panas,
5.3.1 Gambaran Kejadian Kelelahan Kerja pada pekerja operator di SPBU Tahun
2014
tinggi. Hasil penelitian mengenai kejadian kelelahan kerja diperoleh dari hasil
subjective self rating test dari industrial fatigue research committee (IFRC) yang
dialami pekerja pada operator di SPBU Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.1
berikut
Tabel 5.2
meliputi Shift Kerja, Status Gizi, Jenis Kelamin, Usia, Tekanan Panas,
Kebisingan dan massa kerja. Distribusi faktor-faktor tersebut terlihat pada tabel
Tabel 5.3
berdasarkan shift kerja dan jenis kelamin pada Pekerja operator di SPBU
Distribusi frekuensi berdasarkan shift kerja dapat dilihat bahwa dari keseluruhan
dilihat dari tabel 5.3 bahwa sebagian besar responden adalah laki-laki yaitu 30
Tabel 5.4
pekerja yang sudah bekerja di SPBU adalah 3.48 tahun atau sekitar 4 tahun
dengan nilai standar deviasi 10.801 dan nilai tengah 2 tahun. Masa kerja pekerja
yang paling baru adalah 1 tahun dan paling lama bekerja 25 tahun sebagai
operator di SPBU.
48
Usia pekerja ditempat kerja SPBU termuda adalah 16 tahun dan tertua 56
tahun dengan rata-rata usia pekerja yaitu 26 tahun dengan standar deviasi 5.162.
Rata-rata pekerja SPBU memiliki status gizi berdasarkan nilai IMT 21, 78 kg/m2
dengan SD 3.795 kg/m2. IMT Minimal adalah 14,69 kg/m2, maksimal 30.80
kg/m2.
kebisingan ditempat kerja adalah 80,18 dBA dengan standar deviasi 1.383.
Kebisingan ditempat kerja terendah adalah 77,10 dBA dan tertinggi 82,02 dBA.
Hal ini belum melewati batas TWA Kebisingan yaitu 85 dBA. Akan tetapi
kebisingan yang ada patut juga di waspadai, dikarenakan ada beberapa kendaraan
yang dapat menghasilkan bunyi bising yang tinggi seperti motor dengan knalpot
yang dibuka, suara deru klakson truk yang biasanya sudah melebihi 85 dBA.
berdistribusi normal dan Mann Whitney test untuk data tidak berdistribusi normal.
49
Hasil analisis data mengenai hubungan antara faktor –faktor yang berhubungan
dengan kelelahan kerja pada pekerja operator di spbu di kecamatan ciputat tahun
Tabel 5.5
Shift
Terpapar 7 70 3 30 10 100
Tekanan Panas 0.284
Tidak Terpapar 15 46.9 17 53.1 32 100
A. Hubungan antara Shift Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Operator
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa responden dengan shift kerja
pekerja yang non shift dan tidak mengalami kelelahan kerja yaitu sebanyak 5
50
responden (25%). Berdasarkan hasil uji statistik chi-square diketahui shift kerja
tidak memiliki hubungan yang bermakna (P value > 0,05) dengan kelelahan kerja, P
value = 0,644.
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki jenis
perempuan yang tidak mengalami kelelahan kerja yaitu sebanyak 5 orang (68.2%).
Sehingga berdasarkan hasil uji statistik chi-square diketahui jenis kelamin pekerja
tidak memiliki hubungan yang bermakna (P value < 0,05) dengan kelelahan kerja, P
value = 0,883.
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketaui bahwa responden yang terpapar panas
dan mengalami kelelahan kerja yaitu sebanyak 7 responden (70%). Sedangkan pada
responden yang tidak terpapar panas dan tidak mengalami kelelahan kerja yaitu
diketahui jenis kelamin pekerja tidak memiliki hubungan yang bermakna (P value <
Tabel 5.6
Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil uji statistik Mann Whitney didapatkan
nilai P = 0, 383, berarti pada alpha 5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan
antara usia pekerja yang mengalami kelelahan dengan usia pekerja yang tidak
mengalami kelelahan.
E. Hubungan antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Operator
Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil uji statistik Mann Whitney didapatkan
nilai P = 0, 824, berarti pada alpha 5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan
52
antara masa kerja pekerja yang mengalami kelelahan dengan masa kerja pekerja
Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan Hasil uji statistik mann whitney didapatkan
nilai P = 0, 818, berarti pada alpha 5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan
G. Hubungan antara Status Gizi (Indeks Massa Tubuh) dengan Kelelahan Kerja
Berdasarkan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan pekerja operator
SPBU, nilai yang di dapatkan kemudian di masukan ke rumus IMT yaitu Berat badan
(dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter2) dengan hasil seperti
Tabel 5.7
Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan IMT Dengan Kelelahan
Kerja pada Pekerja Operator di SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014
Kategori Mean SD SE P-
No Variabel
value
Mengalami 27.1669 0.5870 0.1281
Kelelahan
1 IMT 0.257
Tidak Mengalami 27.208 0.7199 0.1152
Kelelahan
53
Kelelahan kerja adalah 27.166 dengan standar deviasi 0,5870. Sedangkan rata-rata IMT
Pekerja yang mengalami Kelelahan kerja adalah 27, 208 dengan standar deviasi 0.7199.
Hasil uji statistik didapatkan nilai P = 0, 257, berarti pada alpha 5% terlihat tidak ada
perbedaan yang signifikan antara rata-rata IMT pekerja yang mengalami kelelahan dan
PEMBAHASAN
sekali waktu yaitu pada saat berlangsungnya jam kerja pada shift pagi hari
2. Sampel yang sedikit dan kekuatan uji yang kecil (1-β) dalam penelitian
yang tidak bersedia cukup besar yaitu 39% dari total keseluruhan pekerja
yang dilakukan dan paparan yang diterima selama bekerja. Ketika tubuh
melakukan aktifitas selama bekerja 8 jam, tubuh akan rentan mengalami kelelahan.
Tubuh yang mengalami kelelahan akan muncul gejala seperti sering menguap,
haus, rasa mengantuk, dan susah berkonsentrasi. Ada tiga indikasi terjadinya
kelelahan kerja yaitu pelemahan aktifitas, pelemahan motivasi kerja dan kelelahan
fisik. Ketiga indikasi tersebut merupakan gjala yang dapat di amati untuk
54
55
daftar pertanyaan.
memiliki skor diatas 52. Artinya yaitu jika skor diatas 52 maka mengindikasikan
mengalami kelelahan. Skor paling tinggi yang di dapat dari wawancara dengan
kuesioner IFRC adalah 63. Skor 63 termasuk dalam tingkat kelelahan sedang.
Untuk skor paling rendah di peroleh angka 38 dari total skor maximal 120. Skor
Kelelahan kerja dipengarhi oleh faktor individu seperti usia, massa kerja,
jenis kelamin, status kesehatan, waktu kerja, lingkungan kerja dan status gizi. Pada
pekerja operator SPBU semua mendapatkan giliran jam kerja yang sama yaitu 8
jam kerja. Selain itu, mereka juga memiliki beban kerja yan sama yaitu beban
kerja ringan. Beban kerja ini diketahui dengan mengukur denyut nadi pekerja pada
saat bekerja. Denyut nadi pekerja yang diukur menghasilkan rata-rata denyut nadi
pekerja adalah 75-100 yang menunjukan bahwa beban kerja nya ringan. Untuk
pekerja yang masuk dalam penelitian adalah semua pekerja dalam keadaan sehat,
56
dimana diketahui dari pekerja yang masuk kerja yang menggambarkan keadaan
mereka baik.
orang melakukan usaha untuk menutupi kelemahan dirinya kepada orang lain,
Kelelahan kerja dapat menimbulkan efek yang kurang baik bagi pekerja
namun efek buruk tersebut bisa dicegah. Tetapi hal ini diperlukan adanya
kesadaran dari tenaga kerja itu sendiri dan kerja sama dari pihak perusahaan.
Contohnya tenaga kerja agar dibiasakan untuk melakukan peregangan otot seperti
istirahat, tujuannya supaya tubuh tidak terlalu lama dalam keadaan statis yang
terjadi berulang kali. Selain itu, tenaga kerja sebaiknya membiasakan diri untuk
Waktu istirahat tersebut jangan hanya digunakan untuk mengobrol saja, namun
bekerja dapat dilakukan dengan memodifikasi sikap kerja lebih diperhatikan waktu
untuk istirahat atau jeda saat merasakan indikasi kelelahan fisik karena posisi
kursi duduk di tempat kerja sehingga bisa istirahat dengan nyaman tanpa
meninggalkan posisi.
Penerapan sistem kerja shift memiliki konsekuensi yang perlu disadari oleh
setiap instansi pengguna sistem shift. Karena ada perbedaan kondisi kerja antara
shift siang dan shift malam. Pekerja yang bekerja pada shift malam lebih mudah
merasa mengantuk dan lelah ( Doe, 2012 ). Penerapan shift kerja dapat terpapar
berbagai risiko gangguan kesehatan, keadaan ini dikarenakan penerapan shift kerja
Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara shift kerja dengan kelelahan kerja. Dalam penelitian ini skor keluhan
kelelahan kerja yang tinggi banyak terjadi pada pekerja shift 1, hal ini kemungkinan
karena pekerja pada shift 1 sedikit lebih padat aktifitasnya. Pekerja pada shift 1
beroprasi mulai pukul 06:00-14:00 bertepatan dengan padatnya arus lalu lintas
Aktifitas kerja pada saat kendaraan kosong di SPBU diisi dengan istirahat dan
mengobrol antar-pekerja. Waktu luang ini sangat sering terjadi terutama pada mesin
pengisian pertamax dan solar. Hal ini yang membuat peneliti dapat mengindikasikan
bahwa shift kerja tidak berhubungan karena adanya waktu uang yang cukup untuk
Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara usia dengan kelelahan kerja. Dibandingkan dengan dengan penelitian Mauludi
(2010) yang mengatakan bahwasanya ada hubungan antara usia dengan kelelahan
kerja. Hal ini dimungkinkan karena jumlah sampel yang sedikit mengakibatkan
penemuan pakerja usia lanjut juga sedikit. Pekerja SPBU dikecamatan Ciputat lebih
didominasi dengan pekerja yang berusia dibawah 40 tahun. Sehingga variasi data
kelelahan pada kelompok tersebut juga tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan.
kemampuan kerja fisik atau kekuatan otot seseorang. Kemampuan fisik maksimal
seseorang dicapai pada umur antara 25 – 39 tahun dan akan terus menurun seiring
dengan bertambahnya umur. Atas dasar uraian tersebut maka mayoritas usia pekerja
operator yang menjadi subyek peneliti dapat dikatakan memiliki kapasitas kerja yang
optimal, sehingga membuat pengaruh usia terhadap kelelahan tidak ada hubungan
yang signifikan.
Ketika terpapar tekanan panas, suhu tubuh akan meningkat. Untuk mencegah
kenaikan suhu yang berlebihan, tubuh akan meningkatkan pelepasan panas melalui
aliran darah dikulit dan penguapan keringat dipermukaan kulit. Pekerja dalam
suhu lingkungan cukup tinggi, hal ini dapat mengganggu proses transfer panas dari
59
aktifitasnya.
analisis dengan standar ISBB lingkungan kerja dan estimasi kalori perjam aktifitas
iklim kerja.
Dari hasil pengukuran, rata-rata beban kerja pada pekerja bagian operator
SPBU adalah ringan. Cara mengetahui beban kerja yaitu dengan memeriksa denyut
nadi para pekerja. Aktifitas yang dilakukan pekerja yaitu mengisi bahan bakar
nilai ISBB lingkungan kerja mencapai 28,13oC. berdasarkan Nilai Ambang Batas (
NAB) tekanan panas pada lingkungan kerja dengan beban ringan, maka tekanan
panas tersebut masih dibawah NAB dan masih termasuk normal tidak
membahayakan pekerja.
%. Untuk lingkungan kerja dengan nilai WBGT 28,130C adalah masih alamiah tetapi
tidak berada dalam zona nyaman. Untuk itu diperlukan modifikasi tempat kerja yang
lebih memadai di dalam SPBU dengan memperlebar atap untuk berteduh dan
Tidak adanya hubungan antara tekanan panas dengan kelelahan kerja yang
dialami pekerja operator SPBU, hal ini disebabkan oleh panas yang ada didalam
lingkungan SPBU masih normal dan dibawah nilai ambang batas, tempat kerja
lokasi di outdoor dengan atap pelindung menghindari pekerja dari paparan sinar
nilai ambang batas faktor-faktor fisik ditempat kerja, dimana semakin tinggi
tekanan panas ditempat kerja maka semakin sedikit waktu kerja pada suatu
tempat kerja tersebut. Menurut Kepmenaker tersebut untuk 8 jam kerja sehari
maka tekanan panasnya sebesar 30,6ºC, berarti lingkungan kerja SPBU dengan
tekanan panas sebesar 28,13 ºC masih dbawah NAB dan dalam kategori normal.
bekerja pada tenaga kerja secara rutin, diperbanyak waktu istirahat tenaga kerja
dengan menyediakan tempat istirahat yang nyaman sejuk dengan suhu (0º -
26ºC), menyediakan air minum yang banyak dan bersih dianjurkan minum
sebanyak 150-200 cc setiap 15-20 menit apabila ada yang belum beraklimatisasi
minum air ditambah garam dapur (0,1% NaCl) berguna supaya cairan dan suhu
tubuh tetap normal dan hal ini agar tidak terjadinya dehidrasi, memberikan
minum susu dua kali dan suplemen, menyediakan alat pelindung diri bagi tenaga
kerja seperti menyediakan pakaian khusus yang berwarna cerah atau putih yang
dapat menyerap keringat juga pengaturan waktu kerja agar tenaga kerja tidak
61
terlalu terpapar panas, dan bila timbul gejala-gejala gangguan kesehatan segera
tekanan panas, pekerja operator SPBU dianjurkan meminum air putih lebih dari
1 gelas perjam dan menggunakan pakaian yang tipis berbahan kain katun untuk
dengan satuan intensitas kebisingan sebagai hasil pengukuran adalah desibel (dBA).
di SPBU masih normal yaitu dibawah nilai Nilai Ambang Batas (NAB) 85dB untuk
pekerjaan 8jam perhari. Dan berdasarkan uji statistik di hasilkan bahwa tidak ada
adanya reaksi psikologis seperti stres, kelelahan kerja, hilang efisiensi dan
62
tenaga kerja berada dilingkungan kerja tersebut, ini dimungkinkan karena kondisi
lingkungan kerja dan sumber kebisingan yang minim yaitu hanya background noise
dan suara mesin kendaraan yang lewat memiliki kebisingan yang masih normal.
Pengukuran kebisingan pada titik lokasi SPBU menunjukan nilai kebisingan berkisar
77dBA – 81dBA dengan rata-rata paparan kebisingan 80,18 dBA. Dari data tersebut
diketahui bahwa nilai kebisingan lingkungan kerja SPBU masih normal dibawah
semakin tinggi kebisingan semakin sedikit waktu kerja pada tempat kerja tersebut.
Dari hasil penelitian dan hasil pengukuran kebisingan diatas, paparan kebisingan
yang diterima pekerja operator SPBU dan lama jam kerja telah sesuai dengan waktu
yang masih dalam tingkat normal sesuai NAB. Kondisi tempat kerja yang tidak
terdapat sumber bising dengan intensitas tinggi serta lokasi yang berada luar
bangunan membuat paparan suara yang diterima cenderung normal. Hal ini yang
Kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun ke atas)
merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit tertentu, juga
dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Hasil uji statistik menunjukan tidak adanya
Status gizi merupakan bagian penting dari kesehatan seseorang, karena status
gizi menunjukkan suatu keadaan diri diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan
penggunaan zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang lama. Salah satu cara
yang sering digunakan dalam menilai status gizi adalah indeks massa tubuh (IMT).
IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya
mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Sedangkan untuk penggunaan IMT ini
hanya berlaku untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun (Supariasa et al., 2002).
Bila status gizi pekerja kurang atau buruk dan berlebih, akan berpengaruh
langsung pada produktivitas, akibat daya tahan kerja menurun. Intake zat-zat gizi
yang cukup memenuhi kebutuhan kerja, dapat diukur melalui anamnesis makanan
dan pola makan di rumah dan di tempat kerja, atau dengan suatu metode recall,
untuk mengetahui penyebab primer dari status gizi pekerja (Matulessy dan Rachmat,
1997)
Status gizi pada pekerja operator mempunyai distribusi yang normal. Artinya
mayoritas pekerja memiliki status gizi yang relatif hampir sama. Status gizi ini
gizinya baik, maka produktifitas kerjanya juga baik. Begitu juga para pekerja
operator yang mayoritas memiliki status gizi yang normal sehingga bisa dikatakan
bahwa pola makan pekerja mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja. Orang
produktivitas kerja. Apabila energi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan energi yang
produktivitas pekerja. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada
hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja, karena pekerja operator SPBU
kemampuan fisik yang lebih besar. Akan tetapi pekerja operator SPBU cenderung
memiliki tipe pekerjaan yang monoton dan dengan beban kerja ringan sehingga
masih bisa bekerja dengan maksimal dan terhindar dari terjadinya kelelahan kerja.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin dengan kelelahan kerja. Hal ini juga di sampaikan oleh
Khasanah (2012) yang melakukan penelitian pada 69 orang pada pekerja bagian
65
tubuhnya, sehingga akan mempengaruhi turunya kondisi fisik maupun psikisnya. Hal
ini akan menyebabkan tingkat kelelahan wanita lebih besar darpdara tingkat
Faktor jenis kelamin pada operator SPBU sangat penting terutama dalam
menentukan tugas dan waktu pembagian jadwal kerja shift. Untuk pekerja
perempuan diberi tugas jaga pada waktu siang hari sedangkan pekerja laki-laki diberi
tugas jaga siang dan malam. Perbedaan inilah yang bisa menyebabkan perbedaan
waktu jeda untuk istirahat yang cukup. Pada saat kendaraan kosong, maka pekerja
bisa sambil istirahat dan melepas lelah sehingga bisa mengurangi kelelahan. Selain
itu beban kerja pada operator termasuk ringan, jadi meskipun berbeda jenis kelamin
melayani customer yang datang ke SPBU. Semakin lama masa kerja akan membuat
analisis deskriptif di peroleh bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara masa
Dari data yang di peroleh tentang masa kerja, mayoritas pekerja sudah melewati
masa kerja 2 tahun. Masa kerja 2 tahun merupakan waktu yang cukup lama untuk
Masa kerja rata-rata pekerja operator adalah 2 tahun dengan demikian sudah
beradaptasi dengan kondisi kerja yang dihadapinya. Dari analisis ini dapat diketahui
bahwa semakin lama masa kerja seseorang maka semakin tinggi tingkat adaptasi
tubuh terhadap kelelahan. Ini disebabkan oleh karena semakin lama seseorang
bekerja maka perasaan terbiasa dengan pekerjaan yang dilakukan akan berpengaruh
Pengalaman kerja juga akan dapat membedakan pengaruh kondisi kerja terhadap
Hasil yang sama didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Mauludi (2010)
Proses Produksi Kantong Semen PBD (Paper Bag Division) PT. Indocement
(p>0,005). Hasil ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur
dengan kelelahan kerja. Hal ini bisa terjadi, karena masa kerja hanya
7.1 Kesimpulan
yang diteliti:
(69%).
b. Usia pekerja bagian operator SPBU yang paling muda berusia 16 dan
adalah 2 tahun, minimal bekerja 1tahun sementara ada yang paling lama
67
68
operator SPBU masih normal dan dibawah Nilai Ambang Batas (NAB).
7.2 Saran
1. Untuk mengurangi kelelahan kerja pada pekerja operator SPBU selama bekerja
dapat dilakukan dengan memodifikasi sikap kerja lebih diperhatikan waktu untuk
istirahat atau jeda saat merasakan indikasi kelelahan fisik karena posisi bekerja yang
tempat kerja sehingga bisa istirahat dengan nyaman tanpa meninggalkan posisi.
2. Untuk menghindari keluhan sering haus akibat paparan tekanan panas, pekerja
operator SPBU dianjurkan meminum air putih lebih dari 1 gelas perjam dan
menggunakan pakaian yang tipis berbahan kain katun untuk memudahkan sirkulasi
kerja dan diharapkan menggunakan kekuatan uji yang lebih besar. Sehingga jumlah
sampel lebih besar dan kemungkinan ditemukannya hubungan kelelahan kerja juga
Mauritza, L. S., Widodo, I. D. (2008). Faktor Dan Penjadualan Shift Kerja. Teknoin,
Volume 13, Nomor 2, Desember 2008, 11-22 ISSN: 0853-8697.
Palmer, B., Gentner, F., Schopper, A, & Sottile, A. (1996). Review and Analysis:
Scientific review of air mobility command and crew rest policy and fatique
issues, fatique Issue, 1-2.
Setyawati, L. M. (2007). Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Pelatihan Para
Medis Seluruh Jawa Tengah, RSU Soeradji Klaten.
Sharpe, J. (2007). Shift work and long hours: risky business, Rock Product. January
2007, 11.
Simanjuntak, R.A., & Situmorang, D.A. (2010). Analisis pengaruh shift kerja
terhadap beban kerja mental dengan metode subjective workload assessment
technique (swat). Jurnal Teknologi, Volume 3, Nomor 1, 53-60.
Sudana, (2009). Perbedaan Kelelahan Kerja Pada Operator Spbu Antara Shift Pagi
Dan Shift Malam Di Spbu 14203163 Tanjung Morawa Tahun 2009. Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Susetyo, dkk (2012). Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Karyawan dengan
Metode Bourdon Wiersma dan 30 Items of Rating Scale. Jurnal Teknologi,
Volume 5 Nomer 1, Juni 2012 32-39.
Wicken, C. D., Lee, J. D., Liu, Y., Becker, S. E.G., (2004). An Introduction To
Human Factors Engineering, Prentice Hall, New Jersey.
Wijaya, (2005). Hubungan antara shift kerja dengan gangguan tidur dan kelelahan
kerja perawat Instalasi Rawat Darurat Rumah Sakit Sr. Sardjito Yogyakarta.
Tesis, Universitas Gadjah Mada.
KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI
merupakan tugas akhir untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Pada penelitian ini, peneliti akan bertanya mengenai karakteristik pekerja dan kelelahan
menjawab setiap pertanyaan dengan sejujur- jujurnya. Pengisian kuesioner ini tidak akan
Atas kerja sama dan perhatiannya saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
Nama :...............................................................................
Alamat : ...............................................................................
Bersedia untuk menjadi subyek penelitian. Saya akan memberikan informasi yang benar
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun.
Peneliti Responden
Keterangan :
Sangat Sering = jika hampir tiap hari terasa
Sering = jika 3-4 hari terasa dalam satu minggu
Kadang – kadang = jika 1 – 2 hari terasa dalam satu minggu
Tidak pernah = tidak pernah terasa
JK
Beban_Kerja
Shift_kerja
Kelelahan
Deskripsi IMT
IMT_Kelompok
Deskripsi Usia
Usia_Kelompok
MasaKerja_Kelompok
Crosstab
Beban_Kerja
Total Count 4 38 42
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
N of Valid Casesb 42
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,90.
Crosstab
Shift_kerja
Total Count 29 13 42
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
b
Continuity Correction .213 1 .644
b
N of Valid Cases 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,19.
Crosstab
IMT_Kelompok
Total Count 18 24 42
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .127 1 .721
b
N of Valid Cases 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,57.
Crosstab
Usia_Kelompok
Total Count 22 20 42
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,52.
Crosstab
MasaKerja_Kelompok
Total Count 17 25 42
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,10.
JK
Total Count 30 12 42
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,71.