Anda di halaman 1dari 28

BAB IV

TAHAPAN PENGERJAAN PONDASI

4.1 PONDASI DANGKAL

4.1.1 PONDASI BATU KALI

PENGERJAAN PONDASI BATU KALI

A. Komposisi Pasangan

1. Urugan pasir pada bagian bawah pondasi dengan ketebalan 10 cm.


2. Pasangan batu aanstamping atau batu kosong dengan ketebalan 20 cm diatas urugan pasir
tadi.
3. Pasangan batu kali bentuk trapesium dengan campuran batu kali + pasir + semen portland,
untuk tinggi pondasi 1 m sampai dengan 1,5 m tergantung dari kondisi tanah dan tekstur
tanahnya.
4. Lebar atas pondasi minimun 25 cm, dan lebar bawah tergantung ketinggian dari pondasi
tersebut. Artinya makin tinggi pondasi makin lebar ukuran bagian bawah pondasi tersebut.

Syarat - syarat umum untuk standar pembuatan pondasi batu kali adalah sebagai berikut :
 Memiliki konstruksi yang kuat dan kokoh sehingga tidak mudah mengalami pergeseran
 Mampu menyesuaikan diri terhadap terjadinya gerakan tanah seperti tanah yang labil,
tanah mengembang, tanah menyusut, kegiatan pertambangan dan efek gempa bumi
 Mampu menahan unsur kimiawi dalam tanah baik yang organik maupun non organik
 Mampu menahan tekanan air

Syarat - syarat lain untuk standar pembuatan pondasi batu kali sebagai berikut :

MATERIAL:
Semua material untuk pekerjaan pondasi batu kali terdiri dari batu pecah dengan ukuran lebar
setiap sisi ± 15cm. Material batu pecah tidak boleh dari batu kapur dan harus keras, tidak mudah
retak atau patah.

B. Tahapan Dalam Pelaksanaan


Pekerjaan Tanah

1. Pembongkaran dan Pembersihan lokasi atau lapangan yang akan di gali misalkan
pembuangan rumput atau tanah, sampah, bahan lainnya yang mengganggu, menebang
pohon-pohon dan mencabut akarnya serta membuang keluar lokasi supaya di dalam
pengerjaannya lancar.
2. penggalian tanah untuk pondasi disesuai dengan ukuran yang ada dalam gambar kerja
atau penggalian pondasi tersebut harus sampai pada tanah keras. Apabila diperlukan untuk
memadatkan daya dukung yang baik, dasar galian harus dipadatkan atau ditumbuk.
3. Jika galian melebihi batas kedalaman harus menimbun kembali dan dipadatkan sampai
kepadatan yang maksimum.
4. Hasil galian yang dipakai untuk penimbunan harus diangkat langsung ketempat yang
direncanakan. Sedangkan hasil galian yang tidak dapat dipakai untuk penimbunan harus
disingkirkan.
5. Harga satuan pekerjaan harus sudah mencakup semua biaya pekerjaan-pekerjaan,
pembersihan, sewa alat, penimbunan dan pembuangan hasil galian.

Pekerjaan Pondasi

1. Pondasi untuk bangunan yang digunakan adalah pondasi batu kali yang memenuhi
persyaratan teknis atau sesuai dengan kondisi di lapanagan.
2. Pasangan pondasi adalah dari batu kali, dengan ukuran pondasi sesuai dengan gambar
rencana pondasi.dengan bagian bawah pondasi dipasang batu kosong atau aanstamping
setebal 20cm dengan sela-selanya disisi pasir urug, disiram air sampai Penuh dan
ditumbuk hingga padat dan rata.
3. Celah–celah yang besar antara batu diisi dengan batu kecil yang cocok padatnya.
4. Pasangan pondasi batu kali tidak saling bersentuhan dan selalu ada perekat diantaranya
hinga rapat.
5. Pada pasangan batu kali sudah harus disiapkan anker besi untuk kolom, kedalaman anker
30cm harus dicor dan panjang besi yang muncul diatasnya minimal 75 cm.

4.1.2 PONDASI TELAPAK

A. Urutan Kegiatan Pekerjaan Pondasi Telapak/Setempat.

Metode konstruksi untuk pekerjaan pondasi telapak/setempat yaitu:

1. Penggalian tanah pondasi


2. Penulangan pondasi
3. Pekerjaan bekisting
4. Pengecoran

1. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi


Tahap-tahap pekerjaan galian tanah pondasi setempat yaitu:
 Penggalian tanah untuk pondasi telapak/setempat dilakukan secara hati-hati serta
harus mengetahui ukuran panjang, lebar dan kedalaman pondasi.
 Tebing dinding galian tanah pondasi dibuat dengan perbandingan 5:1 untuk jenis
tanah yang kurang baik dan untuk jenis tanah yang stabil dapat dibuat dengan
perbandingan 1:10 atau dapat juga dibuat tegak lurus permukaan tanah tempat
meletakkan pondasi.
 Dalamnya suatu galian tanah ditentukan oleh kedalamnya tanah padat/tanah keras
dengan daya dukung yang cukup kuat, min 0.5 kg/cm2
 Bila tanah dasar masih jelek, dengan daya dukung yang kurang dari 0.5 kg/cm2,
maka galian tanah harus diteruskan, sampai mencapai kedalaman tanah yang cukup kuat,
dengan daya dukung lebih dari 0.5 kg/cm2.
 Lebar dasar galian tanah pondasi hendaknya dibuat lebih lebar dari ukuran pondasi
agar tukang lebih leluasa bekerjanya
 Semua galian tanah harus ditempatkan diluar dan agak jauh dari pekerjaan penggalian
agar tidak mengganggu pekerjaan.
2. Pekerjaan Penulangan
a) Perakitan tulangan
Untuk pondasi telapak/setempat ini perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran di
lokasi proyek agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan pondasi dapat
berjalan lebih cepat.
Cara perakitan tulangan :
 Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat diketahui dari ukuran
pondasi setempat.
 Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan pondasi setempat, dengan
memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada pondasi setempat tersebut.
 Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi dengan kawat pengikat agar
kokoh dan tulangan tidak terlepas
 Untuk penggambaran perakitan penulangan dapat dilihat pada lampiran

b) Pemasangan Tulangan
Setelah merakit tulangan pondasi telapak/setempat maka untuk pemasangan tulangan dilakukan
dengan cara manual karena tulangan untuk pondasi setempat ini tidak terlalu berat dan
kedalaman pondasi ini juga tidak terlalu dalam.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan:
 Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakkan tegak turus
permukaan tanah dengan bantuan waterpass.
 Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan dasar tanah, jarak
antara tulangan dengan dasar tanah 40mm, yaitu dengan menggunakan pengganjal yang
di buat dari batu kali disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah agar ada jarak antara
tulangan dan permukaan dasar tanah untuk melindungi/melapisi tulangan dengan beton
(selimut beton) dan tulangan tidak menjadi karat.
 Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung
melakukan pengecoran.
 Untuk penggambaran pemasangan penulangan dapat dilihat pada lampiran.

3. Pekerjaan Bekisting
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan untuk
mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau diatasnya.
Tahap-tahap pekerjaan bekisting:
 Diasumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya untuk penyambungan
kolom sedangkan untuk pondasinya hanya diratakan dengan cetok (sendok spesi).
 Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu membuat
bekisting, jarak sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persaratan tertentu.
 Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di cor.
 Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak lurus tidak
miring dengan bantuan alat waterpass.
 Papan cetakan tidak boleh bocor
 Papan-papan disambung dengan klem/penguat/penjepit
 Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak terjadi retak.

4. Pekerjaan Pengecoran
Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah: semen, pasir, kerikil/split serta air.
Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton dan perbandingannya.
Bahan-bahan harus diperiksa dulu sebelum dipakai membuat beton dengan maksud menguji
apakah syarat-syarat mutu dipenuhi. Semen merupakan bahan pokok terpenting dalam pembuatan
beton karena mempersatukan butir-butir pasir dan kerikil/split menjadi satu kesatuan berarti
semen merupakan bahan pengikat dan apabila diberi air akan mengeras. Agregat adalah butiran-
butiran batuan yang dibagi menjadi bagian pokok ditinjau dari ukurannya yaitu agregat halus
yang disebut pasir dan agregat kasar yang disebut kerikil/split dan batu pecah.

Tahap-tahap pekerjan pengecoran pondasi telapak/setempat yaitu:


Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari kayu dan juga dapat
mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan.
 Membuat wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang dibuat dari kayu atau
seng/pelat dengan ukuran tinggi x lebar x panjang adalah 22 cm x 100 cm x 160 cm dapat
juga dibuat dari pelat baja dengan ukuran tebal 3 mm x 60 cm x 100 cm.
 Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk pengecoran seperti: semen, pasir,
split, serta air dan juga peralatan yang akan digunakan untuk pengecoran.
 Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer) dengan perbandingan volume
1:2:3 yaitu 1 volume semen berbanding 2 volume pasir berbanding 3 volune split serta
air secukupnya.
 Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan urutan: pertama masukan
pasir, kedua semen portand, ke tiga split dan biarkan tercampur kering dahulu dan baru
kemudian ditambahkan air secukupnya
 Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih selama 4-10 menit
tabung mollen (mixer) dibalikan dan tungkan kedalam kotak spesi.
Hasil dari pengecoran dimasukkan/dituangkan kedalam lubang galian tanah yang sudah
diletakan tulangan dengan bantuan alat sendok spesi/centong dan dilakukan/dikerjakan bertahap
sedikit demi sedikit agar tidak ada ruangan yang kosong dan kerikil/split yang berukuran kecil
sampai yang besar dapat masuk kecelah- celah tulangan. Setelah melakukan pengecoran, maka
pondasi setempat tersebut dibiarkan mengering dan setelah mengering pondasi diurug dengan
tanah urugan serta disisakan beberapa cm untuk sambungan kolom.

5. Tahap pelaksanaan dan pengendalian pekerjaan pengecoran

a). Pekerjaan persaipan


Pekerjaan persiapan dilakukan dengan mempersiapkan bahan-bahan material yang akan
digunakan untuk pengecoran dan ditempatkan di daerah yang tidak terlau jauh dengan tempat
galian pondasi/tempat yang akan dicor

b). Cara pengadukan


Karena didalam pengecoran ini diasumsikan memakai mollen/mixer, maka pengadukan bahan
material dimasukan kedalam sebuah tabung mollen/mixer dengan urutan: pertama memasukan
pasir, kedua memasukan kerikil/split, ketiga memasukan semen dan biarkan tercampur kering
dahulu sesuai dengan perbandingan volume.

c). Cara pengecoran


Setelah bahan material sudah tercampur dalam keadaan kering kemudian tambahkan air
secukupnya sampai merata, maka material tersebut berubah dalam bentuk pasta, setelah menjadi
pasta tuangkan sedikit demi sedikit kedalam galian pondasi yang sudah diletakan tulangan dan
setelah pasta masuk kedalam galian pondasi pasta tersebut yang diratakan dengan sendok
spesi/cetok sesuai dengan kemiringan dari bentuk pondasi

d). Cara pelaksanaan


Setelah semua material bahan pengecoran benar-benar tercampur seluruhnya mulai dari pasir,
kerikil/split serta semen dan air sebagai bahan pengikat, maka cara pelaksanaan pengecoran
pondasi setempat dituangkan kedalam galian pondasi dengan cara bertahap sedikit demi sedikit
dengan bantuan sendok spesi/cetok agar semua material bahan pengecoran dapat masuk
ketempat pengecoran yang sudah diletakkan tulangan dan tidak ada celah yang kosong dan lebih
padat.
4.1.3 PONDASI STRAUSS

Cara Pelaksanaan Pondasi Bored Pile dan Strauss Pile

Sketsa pondasi bor pile

PONDASI BORE PILE


Pengertian dari pondasi bor pile adalah tiang pondasi yang sejenis dengan pondasi dalam
yaitu berbentuk tabung yang mempunyai fungsi meneruskan beban struktur bangunan diatasnya,
mulai dari permukaan tanah sampai dengan lapisan tanah paling keras yang ada dibawahnya.
Pondasi bore pile mesin mini ini memiliki fungsi yang sama dengan tiang pancang atau pondasi
dalam lainnya. Perbedaan diantaranya adalah terletak pada jenis alat yang digunakan dan cara
pelaksanaan atau metode dalam pengerjaannya.
Pada metode pelaksanaan pondasi bore pile mini pada umumnya dimulai dengan
pengeboran atau pembuatan lubang di tanah dengan proses pengeboran kemudian di teruskan
dengan penginstalan besi tulangan ke dalam lubang bor dan dilanjutkan dengan proses
pengecoran bor pile dengan cara yang benar dan tepat.
Dan alat yang digunakan pada pembuatannya juga berbeda, pada bored pile metode
mesin mini biasa menggunakan alat yang disebut mini crane dan ada juga alat bor pile
gawangan. Lihat pada gambar dibawah.

alat bor mesin mini crane

Ada beragam jenis alat dan cara untuk pelaksanaan pembuatan pondasi bor pile. Yang akan
kami bahas disini adalah metode bore pile menggunakan Alat Bore Pile mesin mini crane.
Dengan menggunakan alat ini bisa dilakukan pengeboran dengan diameter 30cm sampai 60cm
dengan pilihan kedalaman 6 - 24 meter bahkan lebih. Yaitu dengan cara menggunakan wash
boring/bor basah.
Pada metode Wash boring pondasi bor pile ini tentunya membutuhkan air yang cukup
banyak, dengan dilihat dari namanya saja sudah metode bor basah. Dengan tujuan untuk
mempermudah pelaksanaan pekerjaan bor pile supaya bisa menembus lapisan tanah pada
kedalaman diatas 9 meter.
Dalam bangunan gedung, jembatan, tower dan bangunan lainnya yang di dirikan
tentunya membutuhkan pondasi yang kuat dan kokoh. Apabila kondisi tanah di permukaan
tidak mampu menahan beban bangunan, maka beban harus di lanjutkan ke lapisan tanah keras
di bawahnya memakai konstruksi pondasi dalam berupa tiang pancang atau bor pile.
Diesel pemutar Bor

PROSES PENGEBORAN BORE PILE


Pengeboran dengan sistem bor kering/dry drilling: Tanah di bor dengan
menggunakan mata bor spiral. Dengan cara memutar mata bor dan diangkat setiap interval
0,5meter. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai kedalaman yang ditentukan.

Alat Bore pile mini

Pengeboran dengan sistem bor basah /wash boring : Tanah di bor dengan menggunakan mata bor
cross bit yang memiliki kecepatan putar 375 rpm dan tekanan ± 200 kg. Jika tanah dalam keadaan
mudah runtuh dapat diberi chasing terlebih dahulu untuk menghindari kelongsoran dinding
lubang hasil pengeboran. Pengikisan tanah dibantu dengan tembakan air lewat lubang stang bor
yang dihasilkan dari pompa NS-80. Hal ini menyebabkan tanah yang terkikis menjadi lumpur dan
terdorong keluar dari lubang. Setelah mencapai kedalaman sesuai rencana, pengeboran
dihentikan, sementara mata bor dibiarkan berputar tetapi beban penekanan dihentikan dan air
sirkulasi tetap mengalir terus sampai serpihan tanah terdorong keluar dari lubang seluruhnya.
Selama pembersihan ini berlangsung, baja tulangan dan pipa tremi sudah disiapkan di dekat
lubang bor. Setelah cukup bersih, stang bor diangkat dari lubang bor. Dengan bersihnya lubang
pengecoran akan mendapatkan hasil yang terbaik.

PEMBERSIHAN LUBANG BOR PILE


Tahap kedua adalah pembersihan lubang bor dari lumpur pekat yang terjadi.
Pembersihan harus dilakukan dengan alat pembersih khusus yang dinamakan cleaning bucket
dengan ukuran yang sesuai dengan diameter lubang bor. Sebelum dan sesudah melakukan
pembersihan harus dilakukan pengukuran dasar lubang bor menggunakan alat ukur dengan
tujuan untuk memastikan lubang bor sudah bersih.

PEMASANGAN BESI TULANGAN DAN PIPA TREMI BOR PILE


Tahap ketiga adalah pemasangan besi beton dan pipa tremi untuk pengecoran. Kerangka
baja tulangan yang telah di instal diangkat dengan bantuan diesel dan power winch dalam posisi
tegak lurus terhadap lubang bor dan diturunkan dengan hati-hati agar tidak terjadi banyak
singgungan dengan lubang bor.

Pembesian

Baja tulangan yang telah dimasukan dalam lubang bor ditahan dengan potongan tulangan
melintang lubang bor. Bila kebutuhan baja tulangan lebih dari 12 meter bisa dilakukan
penyambungan dengan diikat dengan kawat beton dengan panjang overlap 50-60cm.
PENGUKURAN KEMBALI KEDALAMAN BORE PILE
Setelah proses pemasangan besi tulangan selesai maka harus dilakukan pengukuran
kembali kedalaman lubang pengeboran. Apabila dalam pengukuran terjadi kedalaman lubang
bor kurang bila dibandingkan dengan kedalaman pada saat proses pembersihan selesai, maka
besi tulangan yang sudah terpasang harus dikeluarkan kembali dan dilakukan pembersihan
ulang. Setelah semua sudah benar dan lancar maka pada tahap selanjutnya dilanjutkan dengan
pengecoran.

PENGECORAN BORE PILE


Pada tahap pelaksanaan yang keempat adalah cara pengecoran bore pile yang benar, yaitu:
 Pada proses pengecoran, hal pertama yang harus dilakukan adalah memisahkan lumpur
limbah pengeboran dengan cara maka menggunakan plastik yang sudah berisi adukan
beton dan diikat dengan kawat beton dan digantungkan didalam bagian pipa tremi.
 Setelah proses yang pertama tadi selesai maka selanjutnya beton ditampung didalam
corong tremi dan ditahan oleh bola plastik yang berisi adukan beton, setelah bola kantong
plastik cukup terisi penuh kemudian dilepas agar beton mendorong lumpur yang
ada di lubang tremi. Dengan menggunakan tremi manfaatnya untuk pengecoran bor
pile ini adalah bisa mendorong air dan lumpur dari bawah menuju keluar lubang.
 Kemudian setelah pipa tremi penuh dan ujung pipa tremi tertanam beton sehingga
beton tidak dapat mengalir karena ada tekanan dari bawah. Untuk memperlancar
adukan beton didalam pipa tremi, maka harus dilakukan hentakan-hentakan pada pipa
tremi. Pipa tremi harus selalu tertanam di dalam adukan beton dan pengisian di
dalam corong harus dijaga terus menerus agar corong tidak kosong.
 Setiap 3 meter pipa tremi harus dilepas akan tetapi ujung pipa didalam harus dalam
keadaan tertanam didalam beton. Pengecoran dihentikan apabila sudah dipastikan
adukan yang naik di permukaan sudah pasti bersih dari lumpur.
 Setelah proses pengecoran pada satu titik selesai kemudian perangkat pengecoran
dibersihkan untuk persiapan pada titik yang lain agar tidak terjadi beton yang kering
didalam pipa.

PONDASI STRAUSS PILE (bor pile manual)


Strauss pile

Pondasi strauss pile (bor pile manual) hampir sama persis dengan bore pile, yang membedakan
hanya pada cara pelaksanaan dan alat yang digunakan. Pada strauss pile ini menggunakan alat
yang sangat sederhana dan tenaga yang digunakan yaitu manusia, maka dari itu strauss pile biasa
disebut juga dengan pondasi bor pile manual.

bor pile manual


Untuk melakukan tahap pelaksanaanya juga hampir sama, tetapi bor pile manual ini lebih sederhana dan
harganya lebih murah dan terjangkau bila dibandingkan dengan bore pile mesin.

pembesian strauss pile

Untuk tahap pengeboran strauss pile yang pertama yaitu persiapan alat, proses pengeboran, dan
pengecoran bor pile manual ditempat.

Tahapan Pekerjaan Pondasi Strauss Pile:

Strauss pile / bor pile manual memiliki bentuk menyerupai tabung yang panjangnya mengikuti
perencanaan bangunan nantinya. Fungsi dari pondasi ini antra lain adalah mengunrangi penurunan
tanah yang menjadikan bangunan rumah atau yang lainnya menjadi kuat dan kokoh. Jenis pondasi
strauss pile ini bisa mengerjakan diameter 20cm sampai dengan 35cm, dengan kedalaman
pengeboran rata-rata 6 meter. Jenis pondasi ini sangat cocok untuk gedung, rumah, ruko 2, 3, 4 lantai.
Bisa juga untuk pengeboran pembangunan jembatan atau pagar. (pondasi rumah 2 lantai)

Bor Manual/ strauss pile


Tahap - tahap pekerjaan pondasi strauss pile:
1. Sebelum pekerjaan dimulai tahap pertama yang harus dilakukan adalah persiapan alat strous
pile mata bor yang hendak dikerjakan,

2. Persiapan kerja , yaitu merangkai peralatan kerja (mata bor, pipa, stang bor, dll..) hingga menjadi
satuan alat bore pile (strauss pile) yang siap untuk mengerjakan proses pengeboran,

3. Proses pengeboran, Biasanya satu alat bor manual (strauss pile) dikerjakan dengan tenaga 2 orang,
untuk memutar mata bornya yaitu alat diputar serta diberi tekanan hingga mata bor sudah dirasa di
penuhi dengan tanah, kemudian mata bor di angkat untuk membuang tanah yang sudah memnuhi
mata bor. Kegiatan tersebut dilakukan terus menerus sampai dengan kedalaman yang diinginkan (rata-
rata 6 meter),

4. Pada pembesian untuk pekerjaan pondasi strauss pile dimulai dengan membuat spiral untuk cincin
dan pemotongan besi pokok yang panjangnya dilebihkan untuk stek. Kedua jenis besi tersebut di
rangkai lalu di ikat dengan kawat sehingga menjadi satu tulangan besi lalu dimasukkan ke lobang bor.

5. Yang perlu diperhatikan dalam proses pengecoran pada cara pelaksanaan pekerjaan pondasi
strauss pile (bor pile manual) ini adalah apabila lubang bor dipenuhi dengan air maka dalam
pelaksanaannya harus menggunakan pipa paralon yang fungsinya untuk menghantar cor hingga ke
dasar lubang cor. Namun apabila lubang cor kering bisa langsung memasukkan adukan ke lubang.

6. Hasil pengeboran manual, Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari pengeboran strauss pile
atau bore pile metode manual maka tahap - tahap diatas harus dilakukan secara urut dan benar, dan
harus menjaga mutu beton agar pondasi yang didapatkan menjadi kuat dan kokoh.

4.1.4 PONDASI CAKAR AYAM

Metode Pelaksanaan Pondasi Cakar Ayam

Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan pembuatan pondasi batu kali antara lain :

1. Pekerjaan persiapan
2. Pekerjaan pengukuran
3. Pekerjaan galian
4. Fabrikasi besi tulangan
5. Fabrikasi bekisting
6. Pengecoran beton
7. Curing beton
8. Pekerjaan pembersihan akhir

1. Pekerjaan Persiapan
a. Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan pondasi cakar ayam
b. Aproval material yang akan digunakan.
c. Persiapan lahan kerja, antara lain pekerjaan pembersihan lahan pekerjaan, pekerjaan penempatan
dan pembuatan gudang sementara, perbersihan tempat fabrikasi, dll.
d. Persiapan material kerja : readymix, besi beton, kawat beton, semen PC, pasir, kerikil, multiplek,
paku, minyak bekisting, balok, kaso, dll.
e. Persiapan alat bantu kerja, antara lain : hammering pile, concrate pump, vibrator, theodolit,
meteran, gergaji, schafolding , benang, selang, cangkul,pipa bekisting dll.

2. Pekerjaan Pengukuran
a. Juru ukur (surveyor) dengan menggunakan theodolit melakukan pengukuran dan making area
untuk titik penempatan, ukuran, serta leveling dari plat serta tiang pancang pondasi cakar ayam.
b. Pekerjaan pengukuran dan making area dikerjakan secara berurutan mengikuti alur pekerjaan
struktur pondasi.

3. Pekerjaan Galian
a. Melakukan pembenangan untuk rambu-rambu pekerjaan penggalian, ukuran atau dimensi sesuai
gambar kerja.
b. Penggalian menggunakan cangkul atau alat gali lainnya.
c. Pengeboran tiang pancang menggunakan hammering pile atau bor strous, dimensi sesuai gambar.

4. Fabrikasi Besi Tulangan


a. Pelaksanaan fabrikasi besi tulangan dilaksanakan pada tempat yang luas untuk menaruh,
memotong, membengkokan, dan merakit besi beton sesuai gambar kerja yang telah disetujui.
b. Besi beton yang digunakan harus memiliki spesifikasi sesuai dengan gambar kerja serta RKS.
c. Potongan dan bentuk besi sesuai gambar rencana.
d. Perakitan besi beton menggunakan kawat besi/beton.
e. Besi yang telah di fabrikasi diberi tanda sesuai tata letak penempatan (sesuai gambar rencana).

5. Fabrikasi Bekisting
a. Pekerjaan fabrikasi bekisting dikerjaan di lokasi proyek untuk memudahakan pengukuran dan
mempercepat pekerjaan.
b. Untuk struktur plat yang berada di bawah muka tanah, maka bekisting menggunakan multiplek
atau batako :
1) Sebelum bekisting batako dipasang dilakukan pengukuran kembali dengan menggunakan
theodolit untuk kesikuaan dan leveling plat pondasi.
2) Bekisting harus rapih, siku dan lurus sehingga hasil pengecoran beton dapat baik.
3) Perkuatan terhadap bekisting yang telah dipasang, agar bekisting tidak ambruk atau jebol.
c. Untuk struktur plat yang berada di atas muka tanah, maka bekisting menggunakan multiplek :
1) Potongan dan bentuk multiplek sesuai ukuran gambar kerja.
2) Sebelum bekisting multiplek dipasang dilakukan pengukuran kembali dengan
menggunakan theodolit untuk kesikuaan dan leveling plat pondasi.
3) Pasang dan rangkai potongan multiplek pada area struktur yang akan di cor diperkuat
dengan balok/kaso dan schafolding.
4) Bekisting harus rapih, siku dan lurus sehingga hasil pengecoran beton dapat baik
5) Cek bekisting jangan ada celah yang berakibat keboocoran.
d. Untuk struktur tiang pancang yang berada di atas muka tanah, maka bekisting menggunakan pipa
bekisting :
1) Sebelum pipa bekisting dipasang dilakukan pengukuran kembali dengan menggunakan
theodolit untuk kesikuaan dan leveling tiang pancang pondasi.
2) Ukuran/dimensi pipa bekisting sesuai gambar kerja.
3) Pipa bekisting harus dibaut kuat agar tidak terjadi kebocoran.
e. Apabila tercantum dalam RKS dan gambar rencana tiang pancang dilapisi pipa pelapis.
f. Pasang beton decking pada besi tulangan secara merata dan sesuai kebutuhan.
g. Setting (pasang) besi tulangan yang telah difabrikasi ke dalam bekisting.
h. Cek elevasi dan kerataan pemasangan bekisting.

6. Pengecoran Beton
a. Sebelum melakukan pengecoran beton terlebih dahulu kontraktor membuat Job Mix Formula
untuk menentukan komposisi campuran yang diperlukan sehingga didapatkan mutu beton yang
sesuai dengan yang diharapkan. Job Mix Formula yang telah dibuat kontraktor diserahkan kepada
direksi maupun pengawas lapangan untuk disetujui.
b. Pengecoran beton dimulai setelah konsultan/direksi menyetujui untuk pengecoran beton yang
dinyatakan dalam permohonan pelaksanaan kerja.
c. Periksa kekuatan acuan yang sudah dipasang/difabrikasi, semua ukuran dan perkuatan acuan
diperiksa benar dan disahkan oleh konsultan/direksi untuk pekerjaan selanjutnya.
d. Bersihkan seluruh permukaan dan lokasi pengecoran dari kotoran dan sampah.
e. Tuang beton readymix ke dalam area pengecoran, pada saat pengecoran adukan beton diratakan
dan dipadatkan dengan vibrator sehingga beton dapat padat dan tidak ada sarang tawon.
f. Hindarkan terjadinya beton setting akibat area yang akan dicor belum siap.
7. Curring Beton
a. Untuk bagian horizontal adalah setelah buka bekesting, bagian luar disemprot air lalu dicure
dengan curing compound.
b. Untuk bagian vertical setelah deshuttering dinding disemprot air lalu dicure dengan curing
coumpound construction joint dicure dengan air.
c. Bagian lain dicuring dengan semprotan air secara rutin selama ± 1 minggu.
d. Bekisting dapat dibongkar apabila beton sudah mencapai umurnya.
1) Untuk bekisting multiplek yang berata dibawah muka tanah bekisting tersebut juga ikut
dilepas.
2) Untuk bekisting batako yang berada dibawah muka tanah bekisting tersebut tidak perlu
dilepas.

8. Pekerjaan Pembersihan Akhir


a. Semua sisa material yang sudah tidak diperlukan dibersihakan.
b. Peralatan yang sudah tidak diperlukan dikembalikan ke tempat semula.

4.1.5 PONDASI SARANG LABA-LABA

Pembuatan Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba

Peralatan dan Bahan dalam Pembuatan Pondasi KSLL

Pembuatan Pondasi KSLL dilakukan dalam beberapa tahap. Tentu dalam


pengerjaannya memerlukan alat dan bahan yang berbeda pula.

Tahap-tahap dalam pengerjaan pondasi KSLL adalah sebagai berikut:

1). Pekerjaan Galian Tanah

Alat yang digunakan dalam penggalian tanah adalah cangkul (tenaga manusia) atau mesin
pengeruk (tenaga mesin).

2). Pekerjaan Lantai Kerja untuk Rib dan Beton Dekking

Bahan dalam pembuatan rib dan betton dekking menggunakan campuran 1:5. Yaitu
dengan perbandingan 1 Semen : 5 Pasir.

3). Pekerjaan acuan untuk rib

Alat yang digunakan adalah kawat dan palu. Sedangkan bahan untuk acuan yang
digunakan berupa balok kayu 4/6, multipleks, serta bahan lain seperti paku, juga kayu
bundar sebagai penopang acuan.

4). Pekerjaan pembesian untuk rib

Alat yang digunakan dalah kawat bendrat. Kemudian bahan yang dibutuhkan adalah beton
untuk beugel rib dan tulangan pokok rib, selimut beton ±3 cm.

5). Pekerjaan pengecoran untuk rib


Pengecoran dilakukan secara manual, dengan alat mini mixer (molen), gerobak artco,
skopang, mesin vibrator. Mini mixer (molen) dipakai untuk mengaduk campuran semen,
pasir, koral dan air. Gerobak artco dipakai untuk menjadi wadah dari hasil pengadukan dan
untuk membawa hasil pengadukan ke tempat pengecoran. Skopang dipakai untuk meratakan
beton yang telah dituang. Mesin vibrator dipakai untuk memadatkan adonan beton dalam
pengecoran. Bahan-bahan yang digunakan untuk adukan beton adalah semen, pasir dan
koral, dan air. Semen yang digunakan adalah jenis dan merk yang bermutu baik yaitu Tipe 1,
karena semen tipe 1 merupakan jenis semen yang cocok untuk berbagai macam aplikasi beton
dimana syarat-syarat khusus tidak diperlukan. Pasir beton yang digunakan dengan butir-butir
yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organik, lumpur dan lain sebagainya. Koral yang
digunakan juga bersih dan bermutu. Koral untuk pengecoran rib digunakan koral/steenslag
ukuran ½, sedangakan untuk pengecoran plat bisa digunakan koral/steenslag 2/5. Serta air
yang digunakan adalah air tawar yang bersih.

6). Pekerjaan urugan dan pemadatan pada tanah dan pasir

Alat yang digunakan adalah Tamping Rammer. Sedangkan bahannya adalah tanah bekas
galian atau tanah yang didatangkan dari luar pekerjaan urugan pasir dan pemadatan.

7). Pekerjaan pembesian untuk pelat penutup

Alat yang digunakan adalah alat berat dan bahan yang digunakan adalah besi tulangan
yang berdiameter ± 10 m dengan mutu BJTP 30, tulangan yang berbentuk jaring laba-laba
dan tulangan stek.
8). Pekerjaan lantai kerja untuk plat penutup

Alat yang digunakan adalah molen dan mesin pengecor. Bahan yang digunakan adalah
membuat adukan lantai kerja dengan campuran 1 PC 5 PS setebal ±3cm.

9). Pekerjaan pengecoran beton pelat penutup

Alat yang digunakan adalah truk mixer yang berkapasitas 5 m² dan truk pompa.
Spesifikasi bahan dan aturan yang digunakan pada pekerjaan sama seperti pada
pengecoran rib.

Metode Pelaksanaan Pembuatan Pondasi KSLL

Pondasi KSLL yang ditemukan pada tahun 1975 oleh Ir.Ryantori dan Ir.Sutjipto telah
memiliki hak paten dari tahun 2004 yang kemudian dipegang oleh PT KATAMA
SURYABUMI sebagai pemegang paten dan pelaksana khusus pondasi KSLL. Oleh karena itu,
untuk memanfaatkan teknologi ini diperlukan kerja sama dengan pemegang hak paten.
Haryono dan Maulana (2007:25) menyimpulkan sesuai dengan definisinya, maka Konstruksi
Sarang Laba-Laba terdiri dari 2 bagian konstruksi, yaitu :

(1) Konstruksi beton

Konstruksi beton pondasi KSLL berupa pelat pipih menerus yang dibawahnya
dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tetapi tinggi. Ditinjau dari segi fungsinya, rib-rib
tersebut ada 3 macam yaitu rib konstruksi, rib settlement dan rib pengaku (Hilhami,
2011:17). Rib konstruksi yaitu rib yang berfungsi sebagai penyebar beban dari suatu
bangunan. Kemudian rib settlement yaitu rib yang berfungsi sebagai tumpuan utama beban
bangunan. Sedangakan rib pengaku yaitu rib yang berfungsi sebagai pembagi dan pengikat
atau pengaku terhadap rib-rib yang lain. Bentuknya bisa digambarkan sebagai kotak
raksasa yang terbalik (menghadap kebawah). Penempatan/susunan rib-rib tersebut
sedemikian rupa, sehingga denah atas membentuk petak-petak segitiga dengan hubungan
yang kaku (rigid).

Metode pelaksanaan KSLL adalah sebagai berikut (Hilhami, 2007):

(1) Pekerjaan Galian Tanah


Pekerjaan galian tanah untuk lubang pondasi setelah papan bowplank dengan penandaan
sumbu dan ketinggian setelah dikerjakan. Galian tanah tahap I : seluruh luasan untuk pondasi
KSSL digali sampai kedalaman dan lebar tertentu. Galian tanah tahap II : dikerjakan setelah
galian tanah tahap I untuk pekerjaan rib settlement (rib anti penurunan), sepanjang jalur rib
settlement digali dengan lebar tertentu dari tepi ke tepi dan dari kedalaman tertentu sehingga
menjamin keleluasaan pemasangan pembesian, acuan dan keamanan pekerjaan. Kemudian
dilakukan juga penggalian tanah pada posisi kolom. Sagel, Kole dan Kusuma (1997:20)
menyimpulkan bahwa “untuk penggalian perlu dibuat rencana”. Sudut kemiringan dari
suatu lereng (kelandaian) merupakan bagian penting dari penggalian skala besar, terutama
ditentukan oleh kelandaian alami dari jenis- jenis tanah kering.

Gambar 2.1 Konstruksi Sarang laba-laba

Keterangan :

1a - pelat beton pipih menerus

1b - rib konstruksi

1c - rib settlement

1d - rib pembagi

2a - urugan pasir dipadatkan

2b - urugan tanah dipadatkan

2c - lapisan tanah asli yang ikut terpadatkan.

(2) Perbaikan tanah/pasir

Rongga yang ada diantara rib-rib/dibawah pelat diisi dengan lapisan tanah/pasir yang
memungkinkan untuk dipadatkan dengan sempurna. Untuk memperoleh hasil yang
optimal, maka pemadatan dilaksanakan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis tidak lebih
dari 20cm, sedangkan pada umumnya 2 atau 3 lapis teratas harus melampaui batas 90%
atau 95% kepadatan maksimum (Standart Proctor) (Wesley, 2010:512). Adanya perbaikan
tanah yang dipadatkan dengan baik tersebut dapat membentuk lapisan tanah seperti
lapisan batu karang sehingga bisa memperkecil dimensi pelat serta rib-ribnya. Sedangkan
rib-rib serta pelat KSLL merupakan pelindung bagi perbaikan tanah yang sudah dipadatkan
dengan baik.

Gambar Pekerjaan Galian Tanah

(2) Pekerjaan Lantai Kerja untuk Rib dan Beton Dekking

Dibawah rib konstruksi maupun rib settlement dibuatkan lantai kerja, dengan tujuan
untuk mencapai efisiensi yang tinggi, yang memiliki fungsi ganda yaitu sebagai lantai kerja
dan sebagai penahan acuan rib. Lantai kerja dibuat dengan ketebalan tertentu dengan
campuran 15. Beton dekking dibuat diatas lantai kerja sebagai pembatas antara rib dengan
lantai kerja.

(3) Pekerjaan Acuan untuk Rib

Bahan untuk acuan yang digunakan berupa balok kayu 4/6, multipleks, serta bahan
lain seperti paku, juga kayu bundar sebagai penopang acuan. Konstruksi acuan dibuat
setinggi ±190 cm untuk rib settlement dan ±130 cm untuk rib konstruksi. Acuan dipasang
sesuai ketebalan rib dan ditopang serta diikat kuat sehingga baik ukuran, bentuk maupun
posisi rib-rib tidak berubah selama pengecoran berlangsung. Acuan dibersihkan dari segala
kotoran dan siap untuk dilakukan pengecoran rib. Acuan bisa dibuka 36 jam setelah
pengecoran beton.
Gambar Pekerjaan Acuan rib

(4) Pekerjaan Pembesian untuk Rib

Memilih mutu besi beton untuk beugel rib dan tulangan pokok rib. Beberapa besi
dirakit diluar acuan kemudian dipasang dalam acuan yang telah disiapkan, selanjutnya
dipasang beugel rib. Besi beton diikat kuat dengan kawat bendrat, sehingga besi tersebut
tidak berubah tempat selama pengecoran dan diberi jarak dari papan acuan atau lantai
kerja dengan pemasangan selimut beton ±3 cm. Dalam pemasangan besi terjadi pertemuan-
pertemuan dengan prinsip dan sistem hubungan pembesian pada pertemuan tersebut
antara rib dengan rib (baik rib konstruksi, rib sattlement maupun rib pembagi), rib dengan
kolom, dan rib dengan plat penutup.

(5) Pekerjaan Pengecoran untuk Rib

Membuat adukan beton, dengan bahan semen, pasir dan koral, serta air dengan mini
mixer (molen), selanjutnya adukan beton ditampung dalam gerobak artco. Setelah itu
dituang dalam tempat yang akan di cor dan diratakan dengan skopang. Kemudian mesin
vibrator dihidupkan dan selangnya diarahkan pada beton. Lalu kepala mesin ini dimasukkan
ke dalam adonan dan digetarkan di sekitar area tersebut selama kurang lebih sepuluh detik.
Arena pergetaran antara 30-40 meter persegi. Jadi penggunaan alat ini dipindah-pindahkan
sesuai luasan yang dibutuhkan. Pada saat memindahkan, mesin dimatikan terlebih dahulu.
Selama dalam masa pengeringan selalu dibasahi selama minimal 1 minggu.

(6) Pekerjaan Urugan dan Pemadatan

Untuk pengurugan kembali lubang galian pondasi, digunakan tanah bekas galian atau
tanah yang didatangkan dari luar. Urugan tanah dipadatkan lapis demi lapis dengan
Tamping Rammer dengan ketebalan tertentu. Pemadatan dilakukan setelah beton rib
berumur 3 hari. Pemadatan dilaksanakan sampai tanah tidak tampak turun lagi pada saat
pemadatan. Pemadatan juga dilakukan di sekeliling tepi luar pondasi selebar minimum 1,5
m, juga dilaksanakan lapis demi lapis.

(7) Pekerjaan Urugan Pasir dan Pemadatan

Setelah pekerjaan urugan tanah dan pemadatan selesai, selanjutnya dilakukan


pengurugan pasir tepat diatas tanah yang telah dipadatkan. Pemadatan dilakukan dengan
Tamping Rammer lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu. Untuk urugan lapis I, dituntut
kepadatan minimal 90% dari kepadatan optimal. Untuk urugan lapis II, dituntut kepadatan
minimal 95% dari kepadatan optimal (Standar Proctor). Pada saat melakukan pengurugan
tanah atau pasir, mengingat beton yang masih muda, maka dijaga agar tinggi urugan antara
petak yang bersebelahan tidak lebih dari ketebalan tiap lapis tadi.

(8) Pekerjaan Lantai Kerja untuk Plat Penutup

Setelah kepadatan pengurugan pasir dites dan melampaui batas persyaratan yang
ditentukan, maka sebelum pekerjaan pembesian plat penutup dilaksanakan, seluruh
luasan diberi lapisan lantai kerja dengan campuran 1 PC 5 PS setebal ±3cm.

(9) Pekerjaan Pembesian untuk pelat Penutup

Besi tulangan yang digunakan berdiameter ± 10 m dengan mutu BJTP 30. Pemasangan
besi langsung dilakukan diatas lantai kerja, tepat pada tempat akan ditulangi. Untuk
penulangan pelat sekitar kolom, terlebih dahulu dipasang tulangan yang berbentuk jaring
laba-laba. Sedangkan untuk penulangan pelat tepat sepanjang jalur rib, terlebih dahulu
dipasang tulangan stek yang menghubungkan dan mengikat erat antara rib dengan pelat
yang dipasang zig-zag.

(10) Pekerjaan Pengecoran Beton Pelat Penutup

Pengecoran beton pelat penutup dilakukan dengan Truck Mixer yang berkapasitas
5m² dan truk pompa untuk mempermudah dan mempercepat proses pengecoran.
Pengecoran dilakukan secara bertahap, mengingat pekerjaan rib dan perbaikan tanah pada
bagian lain belum selesai.. Pengecoran dilakukan berdasarkan ketebalan pelat lantai yang
disyaratkan adalah 11 cm.

Efektivitas atau Keuntungan Pondasi KSLL:

KSLL juga memiliki berbagai fungsi lain selain sebagai pondasi.


(1) Segi Ketahanan Terhadap Gempa

Pondasi KSLL akan menjadi pondasi yang sangat kaku dan kokoh serta aman terhadap
penurunan dan gempa, juga mampu menjawab dilema yang timbul pada pondasi untuk
gedung yang bertingkat tanggung antara 2-8 lantai yang didirikan diatas tanah dengan daya
dukung rendah 0,2 kg/cm² sampai dengan 0,5 kg/cm², sehingga KSLL bukan hanya pondasi
tapi sistem konstruksi bangunan bawah yang kokoh. KSLL merupakan suatu konstruksi yang
monolit dan kaku sehingga menjadikan KSLL tahan terhadap gempa.
Ketahanan terhadap gempa menjadi lebih tinggi, karena adanya ketahanan terhadap
diferensial settlement dan pengecilan terhadap total settlement. Ketahanan terhadap
diferensial settlement menjadi lebih tinggi karena bekerjanya tegangan akibat beban sudah
merata pada lapisan tanah pendukung dan penyusunan rib settlement sedemikian rupa (rib-
rib diagonal, disamping rib-rib arah melintang dan membujur), sehingga membagi luasan
KSLL menjadi petak-petak yang tidak lebih dari 200 m², dan menjadikan KSLL memiliki
ketahanan yang tinggi terhadap diferensial sattlement. Total settlement juga menjadi lebih
kecil, karena meningkatkan kepadatan tanah pada lapisan tanah pendukung dibawah KSLL
akibat pemadatan yang efektif pada lapisan tanah perbaikan didalam KSLL dan bekerjanya
tegangan geser pada rib keliling terluar dari KSLL. Perbaikan tanah KSLL memiliki
kestabilan yang bersifat permanen karena adanya perlindungan dari rib KSLL.

(2) Keuntungan dari Segi Ekonomis.

Bebagai kelebihan dan kemampuan yang telah disebutkan diatas, membuat sistem ini mampu
menekan biaya pada jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan bangunan dengan sistem
pondasi lain. Untuk beban titik atau kolom yang cukup besar selalu dihasilkan konstruksi
beton untuk rib dan plat KSLL, dengan dimensi pembesian minimum pada umumnya, hanya
diperlukan volume beton rata-rata 0.20-0.45 m³, dan untuk pembesian rib dan plat cukup
dengan pembesian minimum 100-150 kg/m³. Untuk konstruksi bangunan bertingkat, maka
pembiayaan konstruksi perancah (scaffolding) untuk plat dan balok lantai 2 akan berkurang
sehingga menjadi sama dengan perancah dan acuan untuk lantai 3 dan seterusnya. Pada
umumnya diperoleh penghematan sebesar :

a. ± 30% untuk bangunan 3-8 lantai.

b. ± 20% untuk bangunan 2 lantai.


c. ± 30% untuk bangunan gedung kelas satu.

KSLL memiliki berbagai fungsi lain selain sebagai pondasi, yaitu:

a. Sebagai pondasi kolom, dinding dan tangga.

b. Sebagai sloof/balok pengaku.


c. Sebagai Konstruksi pelat lantai dasar.
d. Urugan/perbaikan tanah dengan pemadatan tanah.

e. Dinding penahan urugan dibawah lantai.


f. Konstruksi pengaman terhadap kestabilan (kepadatan) perbaikan tanah yang ada
dibawah lantai.
g. Pasangan dan plesteran tembok dibawah lantai dasar.
h. Kolom dibawah peil lantai dasar.
i. Septictank dan resapan.

j. Bak reservoir bila diperlukan.

k. Pelebaran KSLL terhadap luas lantai dasar dapat diukur sedemikian rupa, sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai trotoar atau tempat parkir.

4.2 PONDASI DALAM

4.2.1 PONDASI TIANG PANCANG

Metode pelaksanaan kontruksi pondasi tiang pancang


1. Pekerjaan Persiapan
Sebelum dilaksanakannya pemancangan pondasi tiang pancang, maka diperlukan pekerjaan
persiapan. Adapun pekerjaan persiapan meliputi:
 Memberi tanda pada tiang pancang dan memberi tanda kapan tiang pancang tersebut akan di cor.
 Pengangkatan tiang pancang harus di kerjakan dengan sangat berhati hati. Jika tiang tersebut retak
maupun rusak, maka tidak dapat digunakan.
 Merencanakan pukulan terakhir untuk menetukan kedalaman tiang pancang.
 Rencanakan urutan pemancangan.
 Tentukan titik pancang dengan theodolit dan ditandai dengan patok.
 Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang berikutnya bila level kepala tiang
telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.
 Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang di lakukan pada batang pertama.
Penyambungan dapat di ulangi mencapai kedalaman tanah keras yang di tentukan.
 Pemancangan dapat dihentikan apabila pancang sudah mencapai tanah keras.
 Pemotongan tiang pancang dapat level cut off level yang di tentukan.
2. Proses Pengangkatan
2a. Pengangkutan untuk di susun
Proses pengangkatan harus di lakukan dengan prosedur yang di tetapkan. Pada prinsipnya
pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton adalah dalam tanda pengangkatan dimana tiang
beton pada titik angkat berupa kawat yang terdapat pada tiang beton yang telah ditentukan.
Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala tiang adalah 1/5 L.
Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen maksimum pada bentangan, haruslah sama dengan
momen minimum pada titik angkat tiang sehingga dihasilkan momen yang sama.
Pada saat penyusunan harus di perhatikan alat penahan berupa kayu, agar tidak terjadi pergeseran
pada tiang pancang yang telah di susun. Tiang pancang juga harus di susun pada permukaan yang rata.
Sehingga jika pada permukaan yang tidak rata, harus di tempatkan triplek atau kayu untuk perata
tanah, penempatan juga haarus padat. Disusun hanya boleh dengan 2 lapis tiang pancang.

2b. Pengangkatan dengan satu tumpuan metode


Pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan dipancang oleh mesin
pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang telah ditentukan di lapangan. Adapun persyaratan
utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker
berjarak L/3. Untuk mendapatkan jarak ini, haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum pada tempat
pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai momen yang sama.

3. Proses Pengangkatan Saat Konstruksi


Hal hal yang perlu di perhatikan dalam proses pengangkatan pada saat konstruksi adalah posisi titik
angkat, sling pengangkat dan saat penarikan. Dan ada juga syarat atau batas dalam pengangkatan saat
konstruksi, yaitu. Pada tanda titik angkat yang berupa gambar segitiga, mempunyai faktor keamanan (FS)
P 3, bebas karat dan bebas rantas, Jarak tidak boleh terlalu jauh, harus bebas dari benda-benda yang
mengganggu.

4. Proses Pemancangan
Proses pemancangan dimulai dari:
 Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok titik pancang
yang telah ditentukan.
 Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang
 Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang telahdilapisi
kayu sebagai pelindung dan pega ngan kepala tiang
 Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang telah ditentukan.
 Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay sambil diperiksa
dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul-betul vertikal. Sebelum pemancangan
dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan center gate pada dasar drivinglead agar posisi tiang
tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk ti ang batang pertama.
 Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara kontiniu keatas helmet yang
terpasang diatas kepala tiang.

Syarat syarat dalam pemancangan tiang adalah Pemilihan jenis hammer yang tepat dan sesuai
kebutuhan, kondisi hammer dalam keadaan baik dan terawat, as hammer harus segaris dengan as tiang
pancang dan Tetap stabil dan mampu menahan beban-beban pada saat pemancangan.

5. Quality Control
5a. Kondisi fisik tiang
 Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak
 Umur beton telah memenuhi syarat
 Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan

5b. Toleransi
Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan
berlangsung.Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan penyimpangan arahhorizontal
dibatasi tidak leboh dari 75 mm

5c. Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di sepanjangtiang
untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah pukulan untuk penetrasi setiap setengah
meter

5d. Final set


Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai perhitungan.

Anda mungkin juga menyukai