A. Komposisi Pasangan
Syarat - syarat umum untuk standar pembuatan pondasi batu kali adalah sebagai berikut :
Memiliki konstruksi yang kuat dan kokoh sehingga tidak mudah mengalami pergeseran
Mampu menyesuaikan diri terhadap terjadinya gerakan tanah seperti tanah yang labil,
tanah mengembang, tanah menyusut, kegiatan pertambangan dan efek gempa bumi
Mampu menahan unsur kimiawi dalam tanah baik yang organik maupun non organik
Mampu menahan tekanan air
Syarat - syarat lain untuk standar pembuatan pondasi batu kali sebagai berikut :
MATERIAL:
Semua material untuk pekerjaan pondasi batu kali terdiri dari batu pecah dengan ukuran lebar
setiap sisi ± 15cm. Material batu pecah tidak boleh dari batu kapur dan harus keras, tidak mudah
retak atau patah.
1. Pembongkaran dan Pembersihan lokasi atau lapangan yang akan di gali misalkan
pembuangan rumput atau tanah, sampah, bahan lainnya yang mengganggu, menebang
pohon-pohon dan mencabut akarnya serta membuang keluar lokasi supaya di dalam
pengerjaannya lancar.
2. penggalian tanah untuk pondasi disesuai dengan ukuran yang ada dalam gambar kerja
atau penggalian pondasi tersebut harus sampai pada tanah keras. Apabila diperlukan untuk
memadatkan daya dukung yang baik, dasar galian harus dipadatkan atau ditumbuk.
3. Jika galian melebihi batas kedalaman harus menimbun kembali dan dipadatkan sampai
kepadatan yang maksimum.
4. Hasil galian yang dipakai untuk penimbunan harus diangkat langsung ketempat yang
direncanakan. Sedangkan hasil galian yang tidak dapat dipakai untuk penimbunan harus
disingkirkan.
5. Harga satuan pekerjaan harus sudah mencakup semua biaya pekerjaan-pekerjaan,
pembersihan, sewa alat, penimbunan dan pembuangan hasil galian.
Pekerjaan Pondasi
1. Pondasi untuk bangunan yang digunakan adalah pondasi batu kali yang memenuhi
persyaratan teknis atau sesuai dengan kondisi di lapanagan.
2. Pasangan pondasi adalah dari batu kali, dengan ukuran pondasi sesuai dengan gambar
rencana pondasi.dengan bagian bawah pondasi dipasang batu kosong atau aanstamping
setebal 20cm dengan sela-selanya disisi pasir urug, disiram air sampai Penuh dan
ditumbuk hingga padat dan rata.
3. Celah–celah yang besar antara batu diisi dengan batu kecil yang cocok padatnya.
4. Pasangan pondasi batu kali tidak saling bersentuhan dan selalu ada perekat diantaranya
hinga rapat.
5. Pada pasangan batu kali sudah harus disiapkan anker besi untuk kolom, kedalaman anker
30cm harus dicor dan panjang besi yang muncul diatasnya minimal 75 cm.
b) Pemasangan Tulangan
Setelah merakit tulangan pondasi telapak/setempat maka untuk pemasangan tulangan dilakukan
dengan cara manual karena tulangan untuk pondasi setempat ini tidak terlalu berat dan
kedalaman pondasi ini juga tidak terlalu dalam.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan:
Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakkan tegak turus
permukaan tanah dengan bantuan waterpass.
Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan dasar tanah, jarak
antara tulangan dengan dasar tanah 40mm, yaitu dengan menggunakan pengganjal yang
di buat dari batu kali disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah agar ada jarak antara
tulangan dan permukaan dasar tanah untuk melindungi/melapisi tulangan dengan beton
(selimut beton) dan tulangan tidak menjadi karat.
Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung
melakukan pengecoran.
Untuk penggambaran pemasangan penulangan dapat dilihat pada lampiran.
3. Pekerjaan Bekisting
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan untuk
mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau diatasnya.
Tahap-tahap pekerjaan bekisting:
Diasumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya untuk penyambungan
kolom sedangkan untuk pondasinya hanya diratakan dengan cetok (sendok spesi).
Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu membuat
bekisting, jarak sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persaratan tertentu.
Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di cor.
Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak lurus tidak
miring dengan bantuan alat waterpass.
Papan cetakan tidak boleh bocor
Papan-papan disambung dengan klem/penguat/penjepit
Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak terjadi retak.
4. Pekerjaan Pengecoran
Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah: semen, pasir, kerikil/split serta air.
Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton dan perbandingannya.
Bahan-bahan harus diperiksa dulu sebelum dipakai membuat beton dengan maksud menguji
apakah syarat-syarat mutu dipenuhi. Semen merupakan bahan pokok terpenting dalam pembuatan
beton karena mempersatukan butir-butir pasir dan kerikil/split menjadi satu kesatuan berarti
semen merupakan bahan pengikat dan apabila diberi air akan mengeras. Agregat adalah butiran-
butiran batuan yang dibagi menjadi bagian pokok ditinjau dari ukurannya yaitu agregat halus
yang disebut pasir dan agregat kasar yang disebut kerikil/split dan batu pecah.
Ada beragam jenis alat dan cara untuk pelaksanaan pembuatan pondasi bor pile. Yang akan
kami bahas disini adalah metode bore pile menggunakan Alat Bore Pile mesin mini crane.
Dengan menggunakan alat ini bisa dilakukan pengeboran dengan diameter 30cm sampai 60cm
dengan pilihan kedalaman 6 - 24 meter bahkan lebih. Yaitu dengan cara menggunakan wash
boring/bor basah.
Pada metode Wash boring pondasi bor pile ini tentunya membutuhkan air yang cukup
banyak, dengan dilihat dari namanya saja sudah metode bor basah. Dengan tujuan untuk
mempermudah pelaksanaan pekerjaan bor pile supaya bisa menembus lapisan tanah pada
kedalaman diatas 9 meter.
Dalam bangunan gedung, jembatan, tower dan bangunan lainnya yang di dirikan
tentunya membutuhkan pondasi yang kuat dan kokoh. Apabila kondisi tanah di permukaan
tidak mampu menahan beban bangunan, maka beban harus di lanjutkan ke lapisan tanah keras
di bawahnya memakai konstruksi pondasi dalam berupa tiang pancang atau bor pile.
Diesel pemutar Bor
Pengeboran dengan sistem bor basah /wash boring : Tanah di bor dengan menggunakan mata bor
cross bit yang memiliki kecepatan putar 375 rpm dan tekanan ± 200 kg. Jika tanah dalam keadaan
mudah runtuh dapat diberi chasing terlebih dahulu untuk menghindari kelongsoran dinding
lubang hasil pengeboran. Pengikisan tanah dibantu dengan tembakan air lewat lubang stang bor
yang dihasilkan dari pompa NS-80. Hal ini menyebabkan tanah yang terkikis menjadi lumpur dan
terdorong keluar dari lubang. Setelah mencapai kedalaman sesuai rencana, pengeboran
dihentikan, sementara mata bor dibiarkan berputar tetapi beban penekanan dihentikan dan air
sirkulasi tetap mengalir terus sampai serpihan tanah terdorong keluar dari lubang seluruhnya.
Selama pembersihan ini berlangsung, baja tulangan dan pipa tremi sudah disiapkan di dekat
lubang bor. Setelah cukup bersih, stang bor diangkat dari lubang bor. Dengan bersihnya lubang
pengecoran akan mendapatkan hasil yang terbaik.
Pembesian
Baja tulangan yang telah dimasukan dalam lubang bor ditahan dengan potongan tulangan
melintang lubang bor. Bila kebutuhan baja tulangan lebih dari 12 meter bisa dilakukan
penyambungan dengan diikat dengan kawat beton dengan panjang overlap 50-60cm.
PENGUKURAN KEMBALI KEDALAMAN BORE PILE
Setelah proses pemasangan besi tulangan selesai maka harus dilakukan pengukuran
kembali kedalaman lubang pengeboran. Apabila dalam pengukuran terjadi kedalaman lubang
bor kurang bila dibandingkan dengan kedalaman pada saat proses pembersihan selesai, maka
besi tulangan yang sudah terpasang harus dikeluarkan kembali dan dilakukan pembersihan
ulang. Setelah semua sudah benar dan lancar maka pada tahap selanjutnya dilanjutkan dengan
pengecoran.
Pondasi strauss pile (bor pile manual) hampir sama persis dengan bore pile, yang membedakan
hanya pada cara pelaksanaan dan alat yang digunakan. Pada strauss pile ini menggunakan alat
yang sangat sederhana dan tenaga yang digunakan yaitu manusia, maka dari itu strauss pile biasa
disebut juga dengan pondasi bor pile manual.
Untuk tahap pengeboran strauss pile yang pertama yaitu persiapan alat, proses pengeboran, dan
pengecoran bor pile manual ditempat.
Strauss pile / bor pile manual memiliki bentuk menyerupai tabung yang panjangnya mengikuti
perencanaan bangunan nantinya. Fungsi dari pondasi ini antra lain adalah mengunrangi penurunan
tanah yang menjadikan bangunan rumah atau yang lainnya menjadi kuat dan kokoh. Jenis pondasi
strauss pile ini bisa mengerjakan diameter 20cm sampai dengan 35cm, dengan kedalaman
pengeboran rata-rata 6 meter. Jenis pondasi ini sangat cocok untuk gedung, rumah, ruko 2, 3, 4 lantai.
Bisa juga untuk pengeboran pembangunan jembatan atau pagar. (pondasi rumah 2 lantai)
2. Persiapan kerja , yaitu merangkai peralatan kerja (mata bor, pipa, stang bor, dll..) hingga menjadi
satuan alat bore pile (strauss pile) yang siap untuk mengerjakan proses pengeboran,
3. Proses pengeboran, Biasanya satu alat bor manual (strauss pile) dikerjakan dengan tenaga 2 orang,
untuk memutar mata bornya yaitu alat diputar serta diberi tekanan hingga mata bor sudah dirasa di
penuhi dengan tanah, kemudian mata bor di angkat untuk membuang tanah yang sudah memnuhi
mata bor. Kegiatan tersebut dilakukan terus menerus sampai dengan kedalaman yang diinginkan (rata-
rata 6 meter),
4. Pada pembesian untuk pekerjaan pondasi strauss pile dimulai dengan membuat spiral untuk cincin
dan pemotongan besi pokok yang panjangnya dilebihkan untuk stek. Kedua jenis besi tersebut di
rangkai lalu di ikat dengan kawat sehingga menjadi satu tulangan besi lalu dimasukkan ke lobang bor.
5. Yang perlu diperhatikan dalam proses pengecoran pada cara pelaksanaan pekerjaan pondasi
strauss pile (bor pile manual) ini adalah apabila lubang bor dipenuhi dengan air maka dalam
pelaksanaannya harus menggunakan pipa paralon yang fungsinya untuk menghantar cor hingga ke
dasar lubang cor. Namun apabila lubang cor kering bisa langsung memasukkan adukan ke lubang.
6. Hasil pengeboran manual, Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari pengeboran strauss pile
atau bore pile metode manual maka tahap - tahap diatas harus dilakukan secara urut dan benar, dan
harus menjaga mutu beton agar pondasi yang didapatkan menjadi kuat dan kokoh.
Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan pembuatan pondasi batu kali antara lain :
1. Pekerjaan persiapan
2. Pekerjaan pengukuran
3. Pekerjaan galian
4. Fabrikasi besi tulangan
5. Fabrikasi bekisting
6. Pengecoran beton
7. Curing beton
8. Pekerjaan pembersihan akhir
1. Pekerjaan Persiapan
a. Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan pondasi cakar ayam
b. Aproval material yang akan digunakan.
c. Persiapan lahan kerja, antara lain pekerjaan pembersihan lahan pekerjaan, pekerjaan penempatan
dan pembuatan gudang sementara, perbersihan tempat fabrikasi, dll.
d. Persiapan material kerja : readymix, besi beton, kawat beton, semen PC, pasir, kerikil, multiplek,
paku, minyak bekisting, balok, kaso, dll.
e. Persiapan alat bantu kerja, antara lain : hammering pile, concrate pump, vibrator, theodolit,
meteran, gergaji, schafolding , benang, selang, cangkul,pipa bekisting dll.
2. Pekerjaan Pengukuran
a. Juru ukur (surveyor) dengan menggunakan theodolit melakukan pengukuran dan making area
untuk titik penempatan, ukuran, serta leveling dari plat serta tiang pancang pondasi cakar ayam.
b. Pekerjaan pengukuran dan making area dikerjakan secara berurutan mengikuti alur pekerjaan
struktur pondasi.
3. Pekerjaan Galian
a. Melakukan pembenangan untuk rambu-rambu pekerjaan penggalian, ukuran atau dimensi sesuai
gambar kerja.
b. Penggalian menggunakan cangkul atau alat gali lainnya.
c. Pengeboran tiang pancang menggunakan hammering pile atau bor strous, dimensi sesuai gambar.
5. Fabrikasi Bekisting
a. Pekerjaan fabrikasi bekisting dikerjaan di lokasi proyek untuk memudahakan pengukuran dan
mempercepat pekerjaan.
b. Untuk struktur plat yang berada di bawah muka tanah, maka bekisting menggunakan multiplek
atau batako :
1) Sebelum bekisting batako dipasang dilakukan pengukuran kembali dengan menggunakan
theodolit untuk kesikuaan dan leveling plat pondasi.
2) Bekisting harus rapih, siku dan lurus sehingga hasil pengecoran beton dapat baik.
3) Perkuatan terhadap bekisting yang telah dipasang, agar bekisting tidak ambruk atau jebol.
c. Untuk struktur plat yang berada di atas muka tanah, maka bekisting menggunakan multiplek :
1) Potongan dan bentuk multiplek sesuai ukuran gambar kerja.
2) Sebelum bekisting multiplek dipasang dilakukan pengukuran kembali dengan
menggunakan theodolit untuk kesikuaan dan leveling plat pondasi.
3) Pasang dan rangkai potongan multiplek pada area struktur yang akan di cor diperkuat
dengan balok/kaso dan schafolding.
4) Bekisting harus rapih, siku dan lurus sehingga hasil pengecoran beton dapat baik
5) Cek bekisting jangan ada celah yang berakibat keboocoran.
d. Untuk struktur tiang pancang yang berada di atas muka tanah, maka bekisting menggunakan pipa
bekisting :
1) Sebelum pipa bekisting dipasang dilakukan pengukuran kembali dengan menggunakan
theodolit untuk kesikuaan dan leveling tiang pancang pondasi.
2) Ukuran/dimensi pipa bekisting sesuai gambar kerja.
3) Pipa bekisting harus dibaut kuat agar tidak terjadi kebocoran.
e. Apabila tercantum dalam RKS dan gambar rencana tiang pancang dilapisi pipa pelapis.
f. Pasang beton decking pada besi tulangan secara merata dan sesuai kebutuhan.
g. Setting (pasang) besi tulangan yang telah difabrikasi ke dalam bekisting.
h. Cek elevasi dan kerataan pemasangan bekisting.
6. Pengecoran Beton
a. Sebelum melakukan pengecoran beton terlebih dahulu kontraktor membuat Job Mix Formula
untuk menentukan komposisi campuran yang diperlukan sehingga didapatkan mutu beton yang
sesuai dengan yang diharapkan. Job Mix Formula yang telah dibuat kontraktor diserahkan kepada
direksi maupun pengawas lapangan untuk disetujui.
b. Pengecoran beton dimulai setelah konsultan/direksi menyetujui untuk pengecoran beton yang
dinyatakan dalam permohonan pelaksanaan kerja.
c. Periksa kekuatan acuan yang sudah dipasang/difabrikasi, semua ukuran dan perkuatan acuan
diperiksa benar dan disahkan oleh konsultan/direksi untuk pekerjaan selanjutnya.
d. Bersihkan seluruh permukaan dan lokasi pengecoran dari kotoran dan sampah.
e. Tuang beton readymix ke dalam area pengecoran, pada saat pengecoran adukan beton diratakan
dan dipadatkan dengan vibrator sehingga beton dapat padat dan tidak ada sarang tawon.
f. Hindarkan terjadinya beton setting akibat area yang akan dicor belum siap.
7. Curring Beton
a. Untuk bagian horizontal adalah setelah buka bekesting, bagian luar disemprot air lalu dicure
dengan curing compound.
b. Untuk bagian vertical setelah deshuttering dinding disemprot air lalu dicure dengan curing
coumpound construction joint dicure dengan air.
c. Bagian lain dicuring dengan semprotan air secara rutin selama ± 1 minggu.
d. Bekisting dapat dibongkar apabila beton sudah mencapai umurnya.
1) Untuk bekisting multiplek yang berata dibawah muka tanah bekisting tersebut juga ikut
dilepas.
2) Untuk bekisting batako yang berada dibawah muka tanah bekisting tersebut tidak perlu
dilepas.
Alat yang digunakan dalam penggalian tanah adalah cangkul (tenaga manusia) atau mesin
pengeruk (tenaga mesin).
Bahan dalam pembuatan rib dan betton dekking menggunakan campuran 1:5. Yaitu
dengan perbandingan 1 Semen : 5 Pasir.
Alat yang digunakan adalah kawat dan palu. Sedangkan bahan untuk acuan yang
digunakan berupa balok kayu 4/6, multipleks, serta bahan lain seperti paku, juga kayu
bundar sebagai penopang acuan.
Alat yang digunakan dalah kawat bendrat. Kemudian bahan yang dibutuhkan adalah beton
untuk beugel rib dan tulangan pokok rib, selimut beton ±3 cm.
Alat yang digunakan adalah Tamping Rammer. Sedangkan bahannya adalah tanah bekas
galian atau tanah yang didatangkan dari luar pekerjaan urugan pasir dan pemadatan.
Alat yang digunakan adalah alat berat dan bahan yang digunakan adalah besi tulangan
yang berdiameter ± 10 m dengan mutu BJTP 30, tulangan yang berbentuk jaring laba-laba
dan tulangan stek.
8). Pekerjaan lantai kerja untuk plat penutup
Alat yang digunakan adalah molen dan mesin pengecor. Bahan yang digunakan adalah
membuat adukan lantai kerja dengan campuran 1 PC 5 PS setebal ±3cm.
Alat yang digunakan adalah truk mixer yang berkapasitas 5 m² dan truk pompa.
Spesifikasi bahan dan aturan yang digunakan pada pekerjaan sama seperti pada
pengecoran rib.
Pondasi KSLL yang ditemukan pada tahun 1975 oleh Ir.Ryantori dan Ir.Sutjipto telah
memiliki hak paten dari tahun 2004 yang kemudian dipegang oleh PT KATAMA
SURYABUMI sebagai pemegang paten dan pelaksana khusus pondasi KSLL. Oleh karena itu,
untuk memanfaatkan teknologi ini diperlukan kerja sama dengan pemegang hak paten.
Haryono dan Maulana (2007:25) menyimpulkan sesuai dengan definisinya, maka Konstruksi
Sarang Laba-Laba terdiri dari 2 bagian konstruksi, yaitu :
Konstruksi beton pondasi KSLL berupa pelat pipih menerus yang dibawahnya
dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tetapi tinggi. Ditinjau dari segi fungsinya, rib-rib
tersebut ada 3 macam yaitu rib konstruksi, rib settlement dan rib pengaku (Hilhami,
2011:17). Rib konstruksi yaitu rib yang berfungsi sebagai penyebar beban dari suatu
bangunan. Kemudian rib settlement yaitu rib yang berfungsi sebagai tumpuan utama beban
bangunan. Sedangakan rib pengaku yaitu rib yang berfungsi sebagai pembagi dan pengikat
atau pengaku terhadap rib-rib yang lain. Bentuknya bisa digambarkan sebagai kotak
raksasa yang terbalik (menghadap kebawah). Penempatan/susunan rib-rib tersebut
sedemikian rupa, sehingga denah atas membentuk petak-petak segitiga dengan hubungan
yang kaku (rigid).
Keterangan :
1b - rib konstruksi
1c - rib settlement
1d - rib pembagi
Rongga yang ada diantara rib-rib/dibawah pelat diisi dengan lapisan tanah/pasir yang
memungkinkan untuk dipadatkan dengan sempurna. Untuk memperoleh hasil yang
optimal, maka pemadatan dilaksanakan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis tidak lebih
dari 20cm, sedangkan pada umumnya 2 atau 3 lapis teratas harus melampaui batas 90%
atau 95% kepadatan maksimum (Standart Proctor) (Wesley, 2010:512). Adanya perbaikan
tanah yang dipadatkan dengan baik tersebut dapat membentuk lapisan tanah seperti
lapisan batu karang sehingga bisa memperkecil dimensi pelat serta rib-ribnya. Sedangkan
rib-rib serta pelat KSLL merupakan pelindung bagi perbaikan tanah yang sudah dipadatkan
dengan baik.
Dibawah rib konstruksi maupun rib settlement dibuatkan lantai kerja, dengan tujuan
untuk mencapai efisiensi yang tinggi, yang memiliki fungsi ganda yaitu sebagai lantai kerja
dan sebagai penahan acuan rib. Lantai kerja dibuat dengan ketebalan tertentu dengan
campuran 15. Beton dekking dibuat diatas lantai kerja sebagai pembatas antara rib dengan
lantai kerja.
Bahan untuk acuan yang digunakan berupa balok kayu 4/6, multipleks, serta bahan
lain seperti paku, juga kayu bundar sebagai penopang acuan. Konstruksi acuan dibuat
setinggi ±190 cm untuk rib settlement dan ±130 cm untuk rib konstruksi. Acuan dipasang
sesuai ketebalan rib dan ditopang serta diikat kuat sehingga baik ukuran, bentuk maupun
posisi rib-rib tidak berubah selama pengecoran berlangsung. Acuan dibersihkan dari segala
kotoran dan siap untuk dilakukan pengecoran rib. Acuan bisa dibuka 36 jam setelah
pengecoran beton.
Gambar Pekerjaan Acuan rib
Memilih mutu besi beton untuk beugel rib dan tulangan pokok rib. Beberapa besi
dirakit diluar acuan kemudian dipasang dalam acuan yang telah disiapkan, selanjutnya
dipasang beugel rib. Besi beton diikat kuat dengan kawat bendrat, sehingga besi tersebut
tidak berubah tempat selama pengecoran dan diberi jarak dari papan acuan atau lantai
kerja dengan pemasangan selimut beton ±3 cm. Dalam pemasangan besi terjadi pertemuan-
pertemuan dengan prinsip dan sistem hubungan pembesian pada pertemuan tersebut
antara rib dengan rib (baik rib konstruksi, rib sattlement maupun rib pembagi), rib dengan
kolom, dan rib dengan plat penutup.
Membuat adukan beton, dengan bahan semen, pasir dan koral, serta air dengan mini
mixer (molen), selanjutnya adukan beton ditampung dalam gerobak artco. Setelah itu
dituang dalam tempat yang akan di cor dan diratakan dengan skopang. Kemudian mesin
vibrator dihidupkan dan selangnya diarahkan pada beton. Lalu kepala mesin ini dimasukkan
ke dalam adonan dan digetarkan di sekitar area tersebut selama kurang lebih sepuluh detik.
Arena pergetaran antara 30-40 meter persegi. Jadi penggunaan alat ini dipindah-pindahkan
sesuai luasan yang dibutuhkan. Pada saat memindahkan, mesin dimatikan terlebih dahulu.
Selama dalam masa pengeringan selalu dibasahi selama minimal 1 minggu.
Untuk pengurugan kembali lubang galian pondasi, digunakan tanah bekas galian atau
tanah yang didatangkan dari luar. Urugan tanah dipadatkan lapis demi lapis dengan
Tamping Rammer dengan ketebalan tertentu. Pemadatan dilakukan setelah beton rib
berumur 3 hari. Pemadatan dilaksanakan sampai tanah tidak tampak turun lagi pada saat
pemadatan. Pemadatan juga dilakukan di sekeliling tepi luar pondasi selebar minimum 1,5
m, juga dilaksanakan lapis demi lapis.
Setelah kepadatan pengurugan pasir dites dan melampaui batas persyaratan yang
ditentukan, maka sebelum pekerjaan pembesian plat penutup dilaksanakan, seluruh
luasan diberi lapisan lantai kerja dengan campuran 1 PC 5 PS setebal ±3cm.
Besi tulangan yang digunakan berdiameter ± 10 m dengan mutu BJTP 30. Pemasangan
besi langsung dilakukan diatas lantai kerja, tepat pada tempat akan ditulangi. Untuk
penulangan pelat sekitar kolom, terlebih dahulu dipasang tulangan yang berbentuk jaring
laba-laba. Sedangkan untuk penulangan pelat tepat sepanjang jalur rib, terlebih dahulu
dipasang tulangan stek yang menghubungkan dan mengikat erat antara rib dengan pelat
yang dipasang zig-zag.
Pengecoran beton pelat penutup dilakukan dengan Truck Mixer yang berkapasitas
5m² dan truk pompa untuk mempermudah dan mempercepat proses pengecoran.
Pengecoran dilakukan secara bertahap, mengingat pekerjaan rib dan perbaikan tanah pada
bagian lain belum selesai.. Pengecoran dilakukan berdasarkan ketebalan pelat lantai yang
disyaratkan adalah 11 cm.
Pondasi KSLL akan menjadi pondasi yang sangat kaku dan kokoh serta aman terhadap
penurunan dan gempa, juga mampu menjawab dilema yang timbul pada pondasi untuk
gedung yang bertingkat tanggung antara 2-8 lantai yang didirikan diatas tanah dengan daya
dukung rendah 0,2 kg/cm² sampai dengan 0,5 kg/cm², sehingga KSLL bukan hanya pondasi
tapi sistem konstruksi bangunan bawah yang kokoh. KSLL merupakan suatu konstruksi yang
monolit dan kaku sehingga menjadikan KSLL tahan terhadap gempa.
Ketahanan terhadap gempa menjadi lebih tinggi, karena adanya ketahanan terhadap
diferensial settlement dan pengecilan terhadap total settlement. Ketahanan terhadap
diferensial settlement menjadi lebih tinggi karena bekerjanya tegangan akibat beban sudah
merata pada lapisan tanah pendukung dan penyusunan rib settlement sedemikian rupa (rib-
rib diagonal, disamping rib-rib arah melintang dan membujur), sehingga membagi luasan
KSLL menjadi petak-petak yang tidak lebih dari 200 m², dan menjadikan KSLL memiliki
ketahanan yang tinggi terhadap diferensial sattlement. Total settlement juga menjadi lebih
kecil, karena meningkatkan kepadatan tanah pada lapisan tanah pendukung dibawah KSLL
akibat pemadatan yang efektif pada lapisan tanah perbaikan didalam KSLL dan bekerjanya
tegangan geser pada rib keliling terluar dari KSLL. Perbaikan tanah KSLL memiliki
kestabilan yang bersifat permanen karena adanya perlindungan dari rib KSLL.
Bebagai kelebihan dan kemampuan yang telah disebutkan diatas, membuat sistem ini mampu
menekan biaya pada jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan bangunan dengan sistem
pondasi lain. Untuk beban titik atau kolom yang cukup besar selalu dihasilkan konstruksi
beton untuk rib dan plat KSLL, dengan dimensi pembesian minimum pada umumnya, hanya
diperlukan volume beton rata-rata 0.20-0.45 m³, dan untuk pembesian rib dan plat cukup
dengan pembesian minimum 100-150 kg/m³. Untuk konstruksi bangunan bertingkat, maka
pembiayaan konstruksi perancah (scaffolding) untuk plat dan balok lantai 2 akan berkurang
sehingga menjadi sama dengan perancah dan acuan untuk lantai 3 dan seterusnya. Pada
umumnya diperoleh penghematan sebesar :
k. Pelebaran KSLL terhadap luas lantai dasar dapat diukur sedemikian rupa, sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai trotoar atau tempat parkir.
4. Proses Pemancangan
Proses pemancangan dimulai dari:
Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok titik pancang
yang telah ditentukan.
Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang
Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang telahdilapisi
kayu sebagai pelindung dan pega ngan kepala tiang
Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang telah ditentukan.
Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay sambil diperiksa
dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul-betul vertikal. Sebelum pemancangan
dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan center gate pada dasar drivinglead agar posisi tiang
tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk ti ang batang pertama.
Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara kontiniu keatas helmet yang
terpasang diatas kepala tiang.
Syarat syarat dalam pemancangan tiang adalah Pemilihan jenis hammer yang tepat dan sesuai
kebutuhan, kondisi hammer dalam keadaan baik dan terawat, as hammer harus segaris dengan as tiang
pancang dan Tetap stabil dan mampu menahan beban-beban pada saat pemancangan.
5. Quality Control
5a. Kondisi fisik tiang
Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak
Umur beton telah memenuhi syarat
Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan
5b. Toleransi
Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan
berlangsung.Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan penyimpangan arahhorizontal
dibatasi tidak leboh dari 75 mm
5c. Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di sepanjangtiang
untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah pukulan untuk penetrasi setiap setengah
meter