Anda di halaman 1dari 20

PASAL 01

SYARAT – SYARAT UMUM

1. Jenis Pekerjaan.
Pembangunan Sarana Sanitasi WC Umum dan Tangki Septik Komunal beserta
Bidang Resapan.
2. Kewajiban Kontraktor dalam Pelaksanaan.
a. Mendatangkan semua bahan-bahan material (kecuali bila ada ketentuan lain)
mengerjakan dan menyediakan tenaga kerja, tukang dan alat–alat bantu dan
sebagainya.
b. Pekerjaan yang langsung maupun tidak langsung dalam usaha penyelesaian
pekerjaan dimaksud disini adalah pekerjaan- pekerjaan maupun bagian-
bagiannya yang walaupun tidak disebutkan dalam Dokumen Pelelangan dan
gambar, tetapi masih dalam lingkup pekerjaan, penyelesaian harus dilaksanakan
sesuai dengan petunjuk direksi.
c. Semua jenis material tidak boleh didatangkan ke lokasi pekerjaan secara
keseluruhan, tetapi harus secara bertahap.
3. Persyaratan Pelaksanaan.
Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan menurut :
a. Rencana Kerja dan Syarat-syarat ( RKS ) dan amandemennya jika ada.
b. Gambar-gambar kerja yang sudah disetujui direksi.
c. Jangka waktu Pelaksanaan yang sudah ditetapkan.
d. Penjelasan-penjelasan, petunjuk dan perintah-perintah direksi pada waktu
pekerjaan sedang dilaksanakan.
e. Semua Peraturan Pemerintah Daerah setempat dan Keppres No.18 Tahun 2000
yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas.
4. Ketentuan Pengaturan Penggunaan hasil produksi dalam negeri, material yang
dipakai dalam proyek ini menggunakan hasil produksi dalam negeri.
5. Selama pekerjaan berlangsung, lapangan harus dijaga kebersihannya dan
penempatan material harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu lalu
lintas lingkungan kerja.
6. Pengadaan Air Kerja.
Kontraktor harus menyediakan air kerja. Yang dimaksud dengan air kerja ialah
untuk memenuhi keperluan bangunan ( sesuai PBI 1971 ) dan air minum untuk
pekerja.

PASAL 02
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Kontraktor diwajibkan membuat Direksi Keet dengan ukuran 3,0 x 6,0 m, penutup
atap dari seng gelombang, tiang kayu Kalimantan jenis punak, dinding triplek, lantai
beton tumbuk campur 1 : 3 : 5, jendela kawat kasa, pintu rangka kayu Kalimantan
dilapisi dobel triplek lengkap dengan kunci.
 Satu buah meja tulis dengan ukuran sedang.
 Satu buah meja kerja
 Satu buah buku direksi
 Satu buah buku tamu

1
 Satu buah buku harian
 Satu buah triplek/ softbord tempat memasang gambar kerja, Time
Schedule dll.

2. Pembersihan dan peralatan/ keprasan tanah pada daerah yang direncanakan


pekerjaan keprasan, urugan, pembabatan semak/ rumput, penutup lubang,
penimbunan daerah–daerah rendah pembuangan humus dan tanah yang mengandung
organik.

3. Papan nama proyek


Kontraktor diharuskan membuat papan nama proyek dengan redaksi sesuai dengan
normalasi dari proyek. Papan nama proyek tersebut diatas dibuat berdasarkan
redaksi dan normalisasi dari proyek. Ukuran papan nama tersebut 90 cm x 140 cm,
tinggi tiang 2 m, dicat putih dan tulisan hitam.

4. Sebelum melaksanakan pekerjaan pemborong harus berkonsultasi dengan pengawas


dan pemimpin kegiatan.

Memasang papan bangunan (bowplank/ papan piket) :


a. Ketetapan bangunan diukur dibawah pengawas lapangan/ pemimpin kegiatan.
Untuk papan–papan piket menggunakan kayu kalimantan klas II (meranti),
ukuran 2/20 cm panjang minimal 2,5 m yang diserut pada bagian atasnya.
b. Semua papan–papan piket (bowplank) harus dipasang kuat dengan patok kayu
5/7 cm agar tidak berubah kedudukannya.
c. Bowplank dipasang sepanjang lokasi bangunan setiap jarak 2,5 m bowplank
tidak boleh rusak atau hilang.
d. Penetapan ukuran–ukuran dan sudut siku–siku harus diperhatikan ketelitiannya
dan menjadi tanggung jawab pemborong sepenuhnya.

PASAL 03
PEKERJAAN TANAH

1. Termasuk didalam pekerjaan tanah adalah pekerjaan pembersihan, penggalian,


penimbunan, pemadatan, membuang ke tempat lain, pekerjaan menurap,
mengeringkan air dan mengembalikan lapisan yang digali sesuai dengan letak,
elevasi, kemiringan dan penampang yang diminta dalam gambar, dengan
memperhitungkan ruang kerja dan ukuran bangunan.
2. Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti sesuai dengan ukuran gambar kerjaan
dibersihkan dari segala kotoran. Bilamana pemborong melakukan penggalian
melebihi apa yang ditetapkan, maka pemborong harus menutupi kelebihan
tersebut dengan urugan pasir yang didapatkan dan disiram air setiap ketebalan
15 cm lapis demi lapis sampai mencapai lapis yang dibutuhkan, dan semua
tambahan ditanggung oleh pemborong.
3. Bila pada waktu pelaksanaan galian ternyata kondisi tanah kurang baik dan
dikhawatirkan akan terjadi kelongsoran, pemborong harus mengusahakan
konstruksi penguat (turap) atau cara lain yang disetujui oleh direksi sehingga
pekerjaan dapat berlangsung.

2
4. Semua pekerjaan konstruksi dan pemasangan harus dilakukan dalam keadaan
dasar galian yang kering. Apabila dasar galian berupa tanah gembur, lumpur,
batu ataupun air, pemborong harus mengusahakan dengan berbagai cara yang
disetujui direksi untuk mendapatkan dasar galian seperti yang disyaratkan,
dengan tidak menimbulkan ganguan pada lingkungan sekitar.
5. Tanah hasil galian yang memenuhi syarat dan akan digunakan sebagai urugan
harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu lingkungan.
6. Semua galian dan bongkaran yang tidak dipergunakan untuk pengurugan
kembali harus dibuang ketempat yang ditunjuk direksi atas beban pemborong
dan dilaksanakan sebelum pekerjaan pondasi dimulai. Antara bowplank dan
galian harus bebas dari timbunan tanah.
7. Pada pekerjaan pemasangan pipa, pekerjaan penggalian, pemasangan pipa dan
penimbunan lebih disukai dilakukan bersama-sama, untuk memungkinkan
pengawas melaksanakan kontrol yang lebih ketat terhadap pekerjaan
pemasangan pipa.
8. Kelebihan tanah bekas galian harus disingkirkan keluar dari tempat pekerjaan
sehingga tidak mengganggu, tempat penimbunan tanah sisa galian dan peralatan
disediakan pada areal lahan, sesuai dengan rencana gambar.
9. Terhadap kemungkinan berkumpulnya air dalam galian, baik pada saat
penggalian maupun pada saat pelaksanaan pekerjaan pondasi, harus disediakan
pompa air yang jika diperlukan dapat bekerja terus menerus.
10. Urugan kembali lubang pondasi hanya boleh dilakukan seijin pengawas atau
pembantu pengguna anggaran setelah dilakukan pemeriksaan pondasi.
11. Setiap pail/ tanah harus dibersihkan dari tunas tumbuh–tumbuhan dan segala
macam sampah atau kotoran.
12. Urugan pasir/ tanah harus didapatkan dengan mesin stamper.
13. Lapisan pasir/ tanah untuk pekerjaan yang tebalnya lebih dari 30 cm maka
pemadatan dilakukan lapis demi lapis setiap kurang lebih 20 cm.

PASAL 04
PEKERJAAN PASANGAN

 Semua pekerjaan pasangan batu kali, batu bata, ataupun plesteran menggunakan
campuran 1 pc : 4 ps .
 Pengembalian pasangan/ perbaikan kembali pasangan akibat terlintasi jalur pipa
tidak boleh saling bersinggungan, harus ada perekat satu dengan lainnya.
 Apabila terjadi kesalahan pekerjaan yang dilaksanakan tanpa seijin direksi,
segala biaya pembongkaran dan perbaikan kembali sehingga terjadi
keterlambatan pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab kontraktor.

1. Pasangan Batu Bata


a. Persiapan
1) Pemborong wajib koordinasi dengan pemborong pekerjaan struktur
atau pemborong pekerjaan M/E dalam hal pemasangan pipa, kabel,
sparing–sparing, angkur–angkur dan lain–lain yang menembus/
masuk ke dinding agar pekerjaan dapat terlaksana secara sistematis.
Kelalaian dalam hal ini menjadi tanggung jawab pemborong utama.
2) Melakukan pengukuran terhadap leveling pada bidang horisontal dan
vertikal agar kerataan/ kelurusan pemasangan lebih akurat.

3
3) Sebelum dipakai batu bata direndam dahulu dalam air selama lebih
dari 5 menit.
b. Pelaksanaan
1)Pasangan bata untuk dinding dipasang tegak lurus dan rata, jarak
pasangan batu satu ke bata diatasnya 1 cm, diberi adukan dasar dan
diberi adukan pengikat dengan baik. Setiap pasangan tidak boleh
lebih dari 1,00 m baru boleh dilanjutkan setelah betul–betul
mengeras. Begitu pula mencapai ketinggian 1,00 m, kolom praktis
segera dicor.
2)Bata yang digunakan untuk pekerjaan pasangan tidak diijinkan berupa
potongan–potongan, kecuali ada pengakhiran yang besarnya
minimum 1,5 % bagian bata.
3)Dalam pelaksanaan pekerjaan dinding harus selalu terlindung dari
hujan lebat.
4)Pasangan bata pada dinding setiap luas 12 m2 harus diberi bangkai
beton (kolom praktis dan balok praktis dengan tulangan Ø 10 mm,
sengkang Ø 6 mm). Begitu pula untuk pasangan dinding yang tidak
menerus pada pengakhirannya harus diberi kolom praktis.
5)Untuk menghindari retak pada dinding akibat penyusutan yang berbeda
antara blok dengan dinding bata dibawahnya, maka pada hubungan
antara balok dinding dibawahnya sebelum diplester harus diberi
kawat ayam setinggi 30 cm (16 dipaku kearah balok sedang 15 cm ke
arah dinding), atau dengan angkur Ø 12 mm setiap jarak 60 cm
6)Semua permukaan beton bertulang, ujung–ujung dan sudut–sudut dan
hubungan antara kolom beton dengan dinding bata expament selebar
60 cm, yaitu plesteran dengan rangka kawat ayam, agar tidak cepat
rusak apabila terkena benturan.

2. Pasangan Batu Kali

a. Pondasi batu kali dipasang dasar batu aanstamping setelah didasari pasir
urug yang dipadatkan setebal 10 cm.
b. Jika pemasangan pondasi terpaksa dihentikan, maka ujung penghentian
harus bergerigi agar pada penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang
kokoh.
c. Didalam pondasi tidak boleh terdapat rongga atau celah.

3. Pelaksanaan Plesteran
a. Persiapan
1). Untuk mengerjakan dinding bata dan permukaan beton harus
diberikan cukup waktu. Tidak boleh memulai pekerjaan plesteran
sampai dinding betul–betul kering.
2). Permukaan pasangan bata harus bersih dari kotoran, sebelum
dilakukan plesteran.
3). Pada permukaan pasangan bata pekerjaan plesteran dapat segera
dimulai setelah pasangan bata kering.

b. Pelaksanaan

4
1). Guna penyelesaian muka beton dan dinding dipasang plesteran
dengan tebal lapisannya tidak kurang dari 1,5 cm, kecuali ditentukan
lain.
2). Lapisan harus dibentuk sedemikian rupa hingga merupakan
permukaan yang rata, plesteran harus dilaksanakan dengan memakai
alat hampart dari kayu dan disebarkan ke pinggi –pinggir dengan
memakai alat perata adukan sampai permukaan rata dan halus.
3). Plesteran harus dibisrkan basah selama paling sedikit dua hari setelah
dipasang.
4). Mulailah membasahi secukupnya begitu plesteran telah mengeras
untuk menghindari kerusakan. Waktu kering dan panas, plesteran
harus dijaga agar tidak terjadi penguapan terlalu banyak dan tidak
rata.
5). Pelaksanaan plesteran termasuk dinding lubang shaft dan lift pit (b)
serta tempat lain sesuai gambar rencana.

c. Acian
1). Setelah diplester dengan jenis plesteran seperti diuraikan dalam
butir b diatas, selanjutnya permukaan plesteran tersebut diaci
semen dan air pada saat plesteran sudah kering atau lebih plesteran
berumur 7 hari.
2). Acian harus dilaksanakan secara menyeluruh pada permukaan
plesteran termasuk pada tali air, sudut–sudutnya harus merupakan
garis tegak lurus dan permukaan yang rata dan halus.

PASAL 05
PEKERJAAN LANTAI

Pekerjaan pasangan lantai menggunakan campuran 1pc : 2ps untuk lantai dari ubin/
keramik dan sejenisnya.

1. Jenis Pelapis Lantai dan Letak Pemasangannya


Jenis pelapis lantai menggunakan bahan keramik dan beton tumbuk.
Pelapis lantai keramik dipasang pada :

o Bangunan Rumah WC Umum.

A. Kualitas Bahan

Pelapis lantai Ceramic Tile, Keramik anti slip kualitas 1, single firing, harus
memenuhi spesifikasi sebagai berikut :

a. Ketebalan : 0,7 cm, ukuran lainnya sesuai gambar rencana


b. Bahan dasar : koalin
c. Kekerasan : 6-8 skala mohs
d. Tahan terhadap asam : setelah dilakukan ke dalam HCL selama 2
hari, hanya terpengaruh 3 %

5
e. Daya tahan Alkali : dicelup kedalam KOH selama 2 hari, hanya
terpengaruh 3 %.
f. Warna / jenis keramik : warna ditentukan kemudian jenis keramik non
slip
g. Keseragaman warna : 90 %
h. Cacat visual : mulus, tidak ada cacat.
i. Tile size : 457,2 x 457,2 mm, 300 x 300 mm, 200 x 200
mm, 600 x 600 mm dan lain-lain sesuai gambar
Pelapis lantai Beton Tumbuk menggunakan campuran beton 1 : 3 : 5

B. Pelaksanaan

Pelapis Lantai Keramik


a. Pengajuan contoh barang disampaikan sesuai jadwal yang
disetujui oleh pemberi tugas.
b. Keramik dipasang setelah semua pekerjaan plesteran, dinding,
plafond, cat–catan, perpipaan, pengkabelan selesai dikerjakan.
c. Khusus untuk lantai toilet, sebelum keramik dipasang, harus
sudah dipasang water proofing.
d. Adukan untuk alas 1pc : 4 ps, ketebalan adukan 2 cm, semen,
pasir dan air dalam segala hal sesuai ketentuan PBI 1971.
e. Lebar naat maksimal 3 mm, garis naatnya harus saling tegak lurus
satu sama lain. Pengisi naat dipakai grouting semen warna produksi
IBAGROUT atau sejenis sesuai warna keramiknya.
f. Potongan keramik yang akan dipasang tidak diijinkann lebih kecil
dari 5 cm, kecuali jika tercantum dalam gambar rencana. Potongan harus
dilakukan dengan mesin, tidak diijinkan potongan bergerigi.
g. Pemasangan harus sesuai peil yang ditentukan dalam gambar
rencana.

2. Jenis pelapis dinding


Jenis pelapis dinding menggunakan Ceramic Tile dan dengan Cat.

A. Kualitas Bahan

Pelapis dinding Ceramic Tile atau setaraf harus memenuhi spesifikasi


sebagai berikut :
a. Ketebalan : 0,7 cm, ukuran lainnya sesuai gambar rencana
b. Bahan dasar : koalin
c. Kekerasan : 6-8 skala mohs
d. Tahan terhadap asam: setelah dilakukan ke dalam HCL selama 2 hari,
hanya terpengaruh 3 %
e. Daya tahan Alkali : dicelup kedalam KOH selama 2 hari, hanya
terpengaruh 3 %.
f. Warna / jenis keramik : warna ditentukan kemudian jenis keramik
GLAZE.
g. Keseragaman warna : 90 %
h. Toleransi panjang lebar : 1 % dari ukuran nominal
i. Kelurusan tepi – tepinya : 0,5 %

6
j. Cacat visual : mulus, tidak ada cacat

B. Pelaksanaan

Pelapis Dinding Ceramic Tile :


a. Dinding beton yang akan ditempelkeramik dipahat terlebih dahulu agar
dapat mengikat beton.
b. Dalam keadaan setengah kering plesterran digores dengan sisir seng.
c. Pemasangan dimulai setelah plesteran umurnya 7 hari sambil dibasahi
pagi dan sore.
d. Adukan 1 pc : 3 ps dengan ketebalan 2,5 cm.
e. Semen, pasir dan air dalam segala hal harussesuai dengan ketentuan PBI
1971.
f. Lebar naat maksimal 3 mm, garis naanya harus saling tegak lurus satu
sama lain. Pengisi naat dipakai grouting semen warna produksi
IBAGROUT sesuai warna keramiknya.
g. Potongan keramik yang akan dipasang tidak diijinkan lebih kecil dari 5
cm, kecuali jika tercantum dalam gambar rencana. Potongan harus
dilakukan dengan mesin, tidak diijinkan potongan bergerigi.
h. Pemasangan harus sesuai peil yang ditentukan dalam gambar rencana.

PASAL 06
PEKERJAAN BETON

1. Perancah
Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dari beton muda, yaitu sebelum
beton mengeras mencapai kekuatan yang disyaratkan dan sebelum beton mendapat
bentuknya yang permanen.
Apabila tidak tercatum dalam gambar rencana, kontraktor harus mengajukan gambar
perancah tersebut secara detail untuk disetujui oleh Direksi. Dan pekerjaan
pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum gambar rencana disetujui serta
perancah telah dianggap cukup kokoh untuk dapat digunakan.
Segala biaya yang perlu sehubungan dengan perencanaan perancah dan
pengerjaannya harus sudah tercakup dalam perhitungan biaya untuk harga satuan
perancah.
Perancah harus dibuat diatas pondasi yang kuat dan kokoh, terhindar dari bahaya
penggerusan dan penurunan, sedangkan konstruksinya sendiri juga harus kokoh
terhadap pembebanan yang akan ditanggungnya, termasuk gaya–gaya pratekan dan
gaya–gaya sentuhan yang akan timbul sedemikian rupa sehingga pada akhir
pekerjaan beton, permukaan (peil) dan bentuk akhir yang seharusnya sesuai denagn
gambar rencana. Perancah harus dibuat dari kayu, baja atau beton yang bermutu baik
dan tidak mudah lapuk.

2. Acuan Beton

7
a. Acuan beton adalah konstruksi cetakan terbuat dari kayu atau baja yang
digunakan untuk membuat beton muda agar bila telah mengeras menjadi dimensi
dan kedudukan seperti yang tercantum dalam gambar rencana.
b. Semua pekerjaan acuan beton sesuai petunjuk Direksi, gambar rencana secara
detail tentang bentuk acuan beton itu harus mendapat persetujuan dari direksi.
Pekerjaan pengecoran tidak boleh dimulai sebelum cara-cara pengecoran dan
persiapannya disetujuai oleh Direksi.
c. Acuan beton harus direncanakan sedemikian rupa sehingga pada waktu
pembongkaran tidak akan menimbulkan kerusakan pada beto atau perancah.
d. Acuan beton cukup kokoh menahan getaran–getaran alat vibrator. Lendutan
diantara dua penyokong/ penyangga tidak boleh lebih dari 1/300 bentangnya
atau lebih, dalam keadaan apapun tidak boleh melendut sampai 3 cm.
e. Bahan acuan beton untuk beton biasa umumnya dapat digunakan playwood/
multiplek, kayu, baja, atau cetakan beton yang telah disetujui oleh Direksi.
f. untuk beton posttentioned dapat dipakai dari baja St, atau playwood/ multiplex,
kayu yang diperkuat dengan strip–strip baja agar cukup kokoh dan memudahkan
pembongkaran.
g. Acuan beton harus dibuat memenuhi syarat–syarat dan terdiri dari satu yang
disebut dibawah ini :

1) Kayu yang bermutu baik, dikerjakan menurut syarat–syarat pekerjaan dan


penyimpangan seperti yang tersebut dalam PPKI, sambungan yang
dikerjakan dengan alur dan lidah diharuskan pada sebelah dalam.
2) Baja, sambungan–sambungan paku kelin/ baut dikerjakan dengan kepala
terbenam, halus , rata dan kedap air.
3) Playwood harus dengan penguat–penguat yang cukup dan jarak sesuai
dengan perhitungan kontraktor serta seijin/ sepengetahuan Direksi. Untuk
permukaan beton yang lain, maka bahan–bahan setempat dapat digunakan
jika dipandang oleh Direksi hal tersebut memenuhi persyaratan konstruksi.

3. Syarat – syarat beton


a. Beton bertulang mutu K 125 untuk konstruksi bangunan darat (kolom, ring
balk, sloof dan pondasi foot plate), dengan pembersihan bervariasi antara
80–125 kg/ m3.
b. Pembuatan cetakan beton dari kayu kalimantan kelas II/ kayu hutan.
c. Konstruksi harus menggunakan peraturan–peraturan/ normalisasi yang
berlaku di Indonesia seperti PWI, PMI, PKKI dan lain–lain.
d. Peraturan Beton yang harus dipatuhi :
1) Syarat–syarat bahan untuk pekerjaan beton PBI 1971, NI-2 pasal21
sampai dengan SKSNI 1991.
2) Syarat–syarat pelaksanaan pekerjaan beton berpedoman pada PBI 1971 ,
NI-2 BAB 13 pasal 8.1 sampai 8.17/ SKSNI 1991.
3) Perhitungan untuk pekerjaan beton bertulang berlaku SKSNI 1991.
4) Kualitas campuran beton bertulang harus memenuhi syarat K250 dan
K300.
e. pekerjaan beton harus mengikuti Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI)
1971 -SNI-2.

8
f. pekerjaan dengan mutu sebagaimana tersebut diatas, dipakai campuran beton
yang direncanakan sesuai dengan dat –data percobaan yang dilakukan oleh
kontraktor.
g. Kontraktor akan melaksanakan dan membiayai percobaan pendahuluan
seperti yang diisyaratkan oleh Direksi untuk menentukan perbandingan
campuran sedemikian rupa hingga karakteristik yang disyaratkan dapat
tercapai.
h. Dalam melaksanakan beton dengan campuran yang direncanakan, jumlah
semen minimum dan nilai faktor air semen maksimum yang dipakai harus
sesuai dengan keadaan sekelilingnya. Dalam hal ini dianjurkan untuk
memakai jumlah–jumlah semen minimum dan nilai–nilai faktor air dalam
PBI 1971 tersebut berlaku keadaan kering.
i. Dalam hal pengadukan atau pencampuran beton, kontraktor diharuskan
memakai pengaduk beton atau mixer mekanis.
j. Pemasangan tulangan harus dipasang sesuai dengan diameter dan jarak
tulangan seperti pada gambar rencana, serta tulangan tidak boleh berubah
tempat sebelum dan sesudah pengecoran.
k. Pengangkutan adukan beton ke tempat pengecoran harus sedekat mungkin
untuk menghindari terjadinya pemisahan dan kehilangan bahan–bahan.
l. Pengecoran harus memperhatikan tinggi jatuh, atau tidak boleh melampaui
1,5 meter dan pemadatannya harus memakai alat penggetar (Vibrator) sesuai
dengan petunjuk Direksi.
m. Selama paling sedikit 2 minggu beton harus dibasahi terus menerus untuk
mencegah terjadinya pengeringan yang akan mengakibatkan tidak
sempurnanya pengeringan beton.

4. Pengecoran
a. Sebelum pelaksanaan pengecoran beton harus mendapat ijin
dari Pengawas Lapangan.
b. Perbandingan adukan harus sesuai dengan yang disyaratkan.
c. Takaran harus dibuat dengan baik dan kuat, sebelum digunakan
harus dimintakan persetujuan pengawas lapangan.
d. Pengadukan minimal 5 menit setelah bahan–bahan dimasukkan
kedalam mesin pengaduk (beton mollen), setelah selesai pengadukan, adikan
harus memperlihatkan susunan warna yang sama (rata).
e. Adukan segera dipakai untuk cor sebelum waktu 10 menit
setelah pengadukan dengan air dimulai.
f. Penggunaan bahan – bahan pembantu ( aditive ) harus terlebih
dahulu disetujui oleh pemimpin kegiatan.

5. Perawatan Beton
a. Pada umumnya beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap
hujan dan panas matahari serta kerusakan–kerusakan lainnya yang
disebabkan oleh gaya–gaya sentuhan sampai beton menjadi keras.
Permukaan beton harus diusahakan tetap dalam keadaan lembab dengan cara
menutupi dengan karung – karung basah atau menggenangi dengan air.
b. Setelah pekerjaan lantai aus (Concrete Wearing Surface) selesai dan sesudah
beton mulai mengeras permukaannya harus ditutup dengan karung–karung
basah atau bahan–bahan lainnya yang sejenis dan diusahakan tetap lembab

9
dengan menyiramnya dengan air tiap kali sampai beton mengeras dengan
sempurna. Permukaan itu kemudian ditutup dengan pasir paling tidak setebal
5 cm secepatnya, jika hal ini memungkinkan. Pasir ini harus tetap dijaga
kelembabannya paling tidak selama 14 (empat belas) hari dan dibiarkan
demikian selama 21 (dua puluh satu) hari.
c. Beton yang dibuat dengan semen biasa dan tidak memakai bahan–bahan
pembantu lainnya harus diusahakan pembasahannya selama 14 (empat belas)
hari.
d. Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekentalan awal
tinggi, atau beton yang menggunakan semen biasa tetapi dengan bahan -
bahan pembantu, harus tetap dibasahi sampai saat dimana kekentalan
mencapai 70 % dari kekuatan minimum test beton dari macam yang sama
dan umur 28 (dua puluh delapan) hari.

6. Pembongkaran Acuan dan Perancah


a. Perancah dan acuan tidak diperbolehkan untuk dibuka kecuali persetujuan
dari Direksi. Dalam memberikan persetujuannya direksi akan
memperhitungkan kekuatan konstruksi untuk menahan berat sendiri dan
dapat ditampung seluruhnya berdasarkan kekuatan kubus test pada umur
yang sama dengan masa mulai selesainya pengecoran sampai waktu
pembongkaran acuan dan perancah.
b. Pada umumnya perancah dan acuan dapat dibongkar setelah beton berumur 3
(tiga) minggu.
c. Dalam hal–hal dimana pembongkaran acuan dan perancah akan dilakukan
secepatnya maka syarat–syarat minimum dibawah ini.
d. Dalam hal yang lain disebut disini, ketentuan hal yang sama dalam PBI 1971
harus diikuti sejauh mana hal itu memungkinkan, bila terjadi penyimpangan-
penyimpangan dalam hal ini Direksi.
e. Pada pembongkaran acuan dan perancah harus disaksikan olek Direksi dan
jika ada tempat–tempat yang keropos tidak boleh segera ditutup sebelum
diadakan pemeriksaan.

7. Pembesian
a. Besi atau baja yang digunakan sebagai tulangan hendaknya sesuai dengan
persyaratan yang disebut dalam spesifikasi bahan–bahan yaitu :
b. Baja tulangan polos ( Bj. TD ) mutu U-39.
c. Besi tulangan hendaknya bersih, bebas dari karat, kotoran–kotoran, bahan–
bahan lepas, gemuk, minyak, cat, lumpur, bahan–bahan adukan lain yang
menempel.
d. Besi tulangan hendaknya disimpan ditempat yang terlindung, ditumpu agar
tidak menyentuh tanah dan dijaga agar tidak berkarat ataupun rusak karena
cuaca.
e. Besi tulangan hendaknya dipotong, dibengkokkan atau diluruskan secara
hati–hati terutama pada besi tulangan dengan sifat getas (hard grade) tidak
diperbolehkan untuk membengkokkan dua kalinya.
f. Pemanasan besi tulangan tidak diijinkan, kecuali direksi menentukan lain,
itupun harus dilaksanakan dengan temperatur yang serendah–rendahnya
yang dapat dipakai dan dalam daerah seminimal mungkin.

10
g. Bila radius pembengkokan tidak disebutkan nyata pada gambar rencana,
maka pembengkokan besi tulangan yang bersangkutan (untuk tulangan atau
besi–besi yang sifatnya getas).
h. Cara penyetelan tulangan harus disesuaikan dengan gambar rencana yang
ada, perakitan tulangan harus sedemikian rupa sehingga kuat serta selama
pengecoran tidak terjadi pergeseran empat, dan kawat pengikat (bendrat)
harus baik.
i. Pada penyetelan tulangan diatas, tulangan harus didudukan pada landasan
(ducking beton) berukuran 5 x 5 x 5 cm yang terbuat dari campuran 1 Pc : 3
Ps demikian juga untuk mengatur jarak antara tulangan dan acuan–acuan
dipasang bagian depan.
j. Sebelum dimulai pengecoran maka direksi harus diberitahu dan diberi waktu
yang cukup untuk melakukan pemeriksaan penempatan besi–besi tulangan.
k. Tulangan tidak boleh disambung pada seluruh panjang yang dibutuhkan.
Sambungan yang dilakukan harus sesuai dengan gambar rencana, kecuali
atas ijin dan pengawas Direksi.
l. Sambungan tidak diperkenankan pada tempat–tempat dengan tegangan
maksimum dan sedapat mungkin diselang–seling, sehingga sambungan–
sambungan tidak terjadi disatu tempat.
m. Untuk batang-batang yang saling melalui (overlapping) sambungan dan
panjang sambungan disesuaikan dengan PBI 1971 atau gambar rencana atas
persetujuan dan pengawasan direksi.

8. Bahan-bahan
Semen Portland
a. Untuk konstruksi beton bertulang pada umumntya dapat dipakai jenis semen
yang memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan dan
syarat-syarat dalam spesifikasi sesuai dengan N.I-8 1972 atau SI-13 1977
b. Apabila diperlukan persyaratan-persyaratan khusus mengenai sifat-sifat
beton, maka dapat dipakai semen lain daripada yang telah ditentukan dalam
NI-8 1972 seperti semen portland-tras, semen aluminia, semen tahan sulfat
dan lain-lain. Dalam hal ini kontraktor diharuskan meminta pertimbangan-
prtimbangan dari Lembaga Pemeriksaan Bahan yang diakui.
c. Untuk beton non struktur dipakai mutu K-250 dan mutu yang lebih tinggi,
jumlah semen yang dipakai dalam setiap campuran harus ditentukan
berdasarkan ukuran yang pasti dan masing–masing meterial dapat diukur
berdasarkan perbandingan beratnya. Untuk beton K-175 jumlah yang dipakai
dalam setiap campuran dapat ditentukan dengan ukuran volume (isi).
Pengukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 2,5 %.

Agregat Halus ( pasir )


a. Agregat halus untuk beton berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami
dari batu–batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat–alat
pecah batu. Sesuai dengan syarat–syarat pengawasan mutu agregat untuk
berbagai mutu beton menurut persyaratan dibawah ini.
b. Agragat terdiri dari butir – butir tajam dan keras. Butir –butir agregat halus
bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh–pengaruh cuaca
seperti terik matahari dan hujan.

11
c. Agragat harus tidak mengandung lumpur lebih dari 5 % (terhadap berat
keringnya). Yang dimaksud dengan lumpur yaitu bagian–bagian yamg dapat
melewati ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melebihi 5 % maka
agregat harus dicuci terlebih dahulu.
d. Agragat harus tidak boleh mengandung bahan organis lebih banyak yang
harus dibuktikan dengan warna dari Abrams–Harder (dengan larutan NaOH).
Agregat halus yang tidah memenuhi percobaan warna ini boleh juga
dipergunakan, asal kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7
(tujuh) hari dan 28 (dua puluh delapan) hari tidak kurang dari 93% dari
kekuatan adukan yang sama tetapi dicuci dalam larutan NaOH yang
kemudian dicuci hingga bersih dengan air dalam umur yang sama.
e. Agregat halus harus terdiri dari butir–butir yang beraneka ragam besarnya
dan apabila diayak, harus memenuhi syarat–syarat berikut :
 Sisa diatas ayakan 4 mm, harus minimal 2% dari berat.
 Sisa diatas ayakan 1 mm, harus minimal 10% dari berat.
 Sisa diatas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80% - 95% dari berat.
f. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton, kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan–bahan yang
diakui.

Agregat Kasar ( Kerikil dan Batu Pecah )


a. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi
alami dari batu – batuan atau berupa batu pesah yang diperoleh dari pemecah
batu. Pada umumnya yang dimaksudkan dengan agregat kasar adalah agregat
dengan besar butir lebih dari 5 mm. Sesuai dengan syarat–syarat pengawasan
mutu agregat untuk berbagai mutu beton. Maka agregat kasar harus
memenuhi beberapa atau semua ayat berikut.
b. Agregat kasar harus terdiri dari butir–butir yang kasar dan tidak berpori.
Agregat kasar yang mengandung butir–butir pipih hanya dapat dipakai
apabila jumlah butir –butir tersebut tidak melampaui 20 % dari berat agregat
seluruhnya. Butir–butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh–pengaruh cuaca seperti terik matahari dan
hujan.
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan
terhadap berat keringnya). Yang dimaksudkan degan lumpur adalah bagian
yang dapat melalui ayakan 0,065 mm. Apabila kadar melampaui 1% maka
agregat kasar harus dicuci.
d. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat–zat yang dapat merusak beton,
seperti zat – zat reaktif alkali.
e. Kekerasan dari agregat kasar diuji dengan bejana penguji dari Rideloft
dengan beton penguji 20 tb, dan harus memenuhi syarat–syarat sebagai
berikut :
 Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 – 19 mm dari 24 % berat.
 Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 – 30 mm lebih dari 22 %
atau dengan mesin penguas Los Angles, yang mana tidak boleh terjadi
kehilangan berat lebih dari 50 %.
f. Agragat kasar harus terdiri dari butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak harus memenuhi syarat–syarat sebagai berikut :

12
 Sisa diatas ayakan 31,5 mm harus 0 % dari berat.
 Sisa diatas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90 % - 98 % dari berat.
 Selisih antara sisa komulatif diatas dua ayakan yang berurutan
maksumum adalah 60 % dan minimum 10 %.
g. Besarnya butir agregat kasar maksimum tidak boleh lebih dari 1/5 jarak
terkecil antara bidang–bidang samping dari cetakan, seperti dari tebal plat
atau ¾ dari jarak bersih minimum antara batang–batang atau berkas
tulangan. Penyimpangan dari pembatasan ini diijinkan apabila amenurut
penilaian direksi cara–cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa
sehingga menjamin tidak terjadi sarang–sarang kerikil.

Agragat Campuran (Agragat Halus dan Kasar )


a. Susunan butiran agregat campuran untuk beton K-250 dan mutu yang lebih
tinggi lagi harus diperiksa dengan melakukan analisa ayakan oleh
laboratorium yang ditunjuk direksi.
b. Hasil dari pemeriksaan laboratorium tersebut adalah yang menentukan
apakah agregat campuran tersebut dapat dipakai atau tidak harus diganti.
c. Apabila harus diganti dengan agregat yang memenuhi syarat maka
pemborong wajib menyediakan lagi paling lambat dalam waktu 7 hari.

Air
a. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak,
asam alkali, garam, bahan–bahan lainnya yang merusak baja tulangan atau
betonnya. Dalam hal ini harus dipakai air bersih.
b. Apabila terdapat keraguan mengenai kualitas air maka dianjurkan untuk
mengirimkan contoh air tersebut ke lembaga pemeriksaan bahan–bahan yang
diakui, untuk diselidiki sampai sejauh mana air itu mengandung zat–zat yang
dapat merusak beton dan baja tulangan.
c. Apabila pemeriksaan air tersebut dalam ayat 2 ini tidak dilakukan, maka
dalam hal adanya keraguan mengenai air harus diadakan percobaan
perbandingan antara kekuatan mortal semen+pasir dengan memakai air
suling. Air tersebut dianggap bisa dipakai apabila kekuatan layak kekuatan
tekan (mortal + pasir) dengan memakai air pada usia 7 (tujuh ) hari dan 28
(dua puluh delapan ) hari paling sedikit 90% dari kekuatan mortal dengan
memakai air suling pada umur yang sama.
d. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat ditentukan
dengan ukuran isi atau ukuran berat dan harus dilakukan secermat-
cermatnya.

Baja Tulangan Untuk Beton.


a. Baja tulangan untuk konstruksi beton sebelum digunakan terlebih dahulu
harus diwakili oleh baja tulangan yang telah diperiksa dan memenuhi syarat
oleh lembaga yang ditunjuk direksi untuk segala ukuran.
b. Garis tulangan baja harus sesuai dengan gambar rencana. Bilamana
digunakan kurang dari ketentuan, maka pemborong diwajinkan menambah
tulangan sesuai dengan petunjuk direksi.
c. Baja tulangan dipakai sebagai konstruksi harus dilindungi dari panas dan
hujan sehingga tidak timbul karat.
d. Ketentuan lebih lanjut berlaku Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.

13
e. Batang–batang tulangan harus disimpan tanpa berhubungan langsung dengan
tanah. Batang tulangan dengan segala jenis baja harus diberi tanda yang jelas
dan disimpan satu sama lainnya sehingga tidaksaling tertukar.
f. Penyimpangan batang – batang tulangan diudara terbuka untuk jangka waktu
lama harus dicegah.

PASAL 07
PEKERJAAN SANITASI

1. Pekerjaan yang dilaksakan terdiri dari :


 Pemasangan pipa air bersih untuk penyaluran sampai ke keran-keran di dalam
bangunan WC Umum lengkap dengan sambungan dan. Perlengkapan yang
diperlukan
 Pemasangan pipa untuk saluran pembuangan air kotor sampai Instalasi saluran
peresapan yang diperlukan.
 Pemasangan pipa air hujan sesuai dengan gambar lengkap dengan pipa
pembuang di bawah lantai (di dalam tanah, disambunghan ke sistem peresapa)
yang diperlukan.
 Semua perlengkapan sanitasi dilengkapi dengan keran atau perlengkapan yang
diperlukan. ,

2. Kontraktor harus mempelajari dan mengerti semua gambar-gambar dan spesifikasi


untuk pekerjaan-pekerjaan arsitektur struktural dan listrik, untuk mengetahui
segala sesuatu yang akan mengganggu atau mempergaruhi pekerjaan plumbing.
Jika tral ini terjadi, Kontraktro harus memperkirakan lebih lanjut cara-cara
pemecahan persoalan tersebut, selambat-lambatnya 1 minggu sebelum bagian
pekerjaan dilaksanakan. Keputusan terakhir di ambil oleh Direksi.

3. Bahan-bahan
a. Bahan-bahan dan kelengkapannya nya harus disetujui Direksi
b. Untuk perlengkapan sanitasi harus memakai buatan Keramik Indonesia
Asosiasi (KIA) atau bahan sejenis yang telah disetujui.
c. Setiap pipa, sambungan kelengkapan sanitasi dan perlengkapan lainnya harus
menunjukan dengan jelas tanda-tanda dari pabriknya. Pipa, sambungan, unit
dan kelengkapan yang tidak memenuhi ketentuan tersebut diatas, harus
diganti atas beban Kontraktor.
d. Bahan, kelengkapan atau fixture unit, yang tidak tercantum didalam
spesifikasi, hanya dipakai setelah persetujuan tertulis dari Direksi. Biaya
pengujian bahan-bahan, perlengkapan-perlengkapan dan fiture unit, jika
diperlukan oleh Direksi adalah beban Kontraktor.
e. Jaringan pipa distribusi air bersih diatas atau didalam tanah harus
memakai GIP dari kelas medium.
f. Untuk saluran pembuangan air kotor diatas dan didalam tanah menggunakan
pipa PVC kelas JIS-K-6741, atau yang sama dengan itu atas persetujuan
Direksi.
g. Sambunga-sambungan untuk pipa distribusi air bersih, maupun untuk saluran
pembuangan air kotor, dan ventilasi harus sesuai dengan jenis pipa yang
dipakai. Pemasangan sambungan harus sesuai dengan keperluan yang

14
diuraiakan didalam brousur yang diberikan oleh pabrik pembuat pipa-pipa
dan sambungan-sambungan.
h. Perlengkapan Sanitasi, Untuk kloset pendek, Kontraktor berkewajiban
memasang dan penyiapkan kloset di sediakan oleh pelanggan.

4. Pelaksanaan
a. Sebelum memulai pelaksaan, Kontraktor harus memeriksa semua pekerjaan
lain yang dekat atau yang akan mempengaruhi kebaikan pekerjaan seperti
yang tercantum dalam spesifikasi. Ia harus melaporkan kepada Direksi semua
keadaan yang akan mengurangi kualitas pekerjaan yang harus ia laksanakan.
b. Semua galian untuk peletakan pipa harus dilaksanakan sesuai dengan
gambar, kedalaman maupun kemiringannya. Lubang-lubang harus
disisipkan pada tempat-tempat dimana ada sambungan, jadi seluruh pipa
dapat diletakan pada tanah padat.
c. Setelah sebagian pekerjaan pipa dari seluruh jaringan diperiksa, dicoba
dan disetujui Direksi, perletakan semua pipa-pipa dan peralatannya harus
bebas dari sampah dan kotoran sebelum ditimbun kembali.
d. Bahan penutup harus diambil dan bahan penggalian atau sumber lain yang
disetujui Direksi. Bahan-bahan tadi harus bebas dari sampah batu-batu
besar dan harus menutupi lapis per lapis sesuai dengan gambar.

PASAL 08
PEKERJAAN KAYU

Pekerjaan kayu meliputi seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan kayu,


diantaranya :
 Plafond lambrisering kayu
 dan lain–lain pekerjaan yang berhubungan dengan kayu.

1. Bahan–Bahan
Kayu yang digunakan harus yang dihasilkan dari PERUM PERHUTANI/ PT
(PERSERO) INHUTANI dari jenis sebagai berikut :
a. Lambrisering kayu PRUPUK PUTIH klas I, proses oven, ukuran sesuai
gambar rencana dipakai untuk plafond.
b. Rangka plafond kayu kamper Samarinda klas I ukuran sesuai gambar rencana.
c. Kayu–kayu diatas dari kualitas utama baik, tua, berserat kayu bagus dan
teratur dengan warna yang sama. Hindari kayu yang berlubang atau yang
bermata kayu. Tidak ada getah, tidak ada celah dan cacat lainnya. Kayu
diawetkan.
d. Kadar air kayu antara 10 – 15 % untuk tebal kurang dari 7 cm.
e. Lem perekat dari bahan chloroprene Alkhyl Phenol Resin, Viscocituy
(kekentalan) 5500 cp/20 derajat, kering sentuh 8–10 menit merk AICA
AIBON SUPER atau setaraf.

2. Plafond Kayu Lambrisering


a. Pasang Rangka Plafond

15
1) Kayu dengan ukuran 5/7 cm, untuk rangka penggantung untuk jarak
dekat, untuk penggantungan jarak jauh dipakai baja bulat Ø 12 mm.
Semua bagian harus saling besambungan secara seksama dan secara
keseluruhan merupakan penopang yang baik.
2) Setelah rangka plafond terpasang terjadi permukaan yang bergelombang
atau melendut dan kekurangan–kekurangan lain, rangka langit–langit
yang telah terpasang segera diteliti dan diperbaiki bila perlu dibongkar
kembali atas biaya pemborong.
3) Agar tidak terjadi lendutan pada langit–langit, ruangan yang luasnya
lebih dari 20 m2 dipasang rangka pengaman dengan menggunakan
kerangka dari baja atau kayu 6/12 disetiap 9 m2.
b. Pelaksanan Lambrisering
1) Kayu harus dikerjakan menurut pola dan urutan pengerjaan yang
ditentukan oleh KP.
2) Bahan kayu yang dipotong menurut pola yang telah ditentukan, bila item
berjumlah banyak ( > 10 buah), maka pemotongan menurut pola harus
memakai jig.
3) Bhan kayu yang sudah dipola diserut dengan mesin, baru kemudian
dengan serat tangan.
4) Bahan kayu diberi sambungan–sambungan dari tipe sambungan yang
diperlukan. Sambungan tenon, ekor burung, layang–layang (dovertail),
dowel atau tipe sambungan lain harus dikerjakan dengan mesin toleransi
0 mm.
5) Kayu dipasang diatas rangka kayu sesuai detail yang diberikan pada
gambar rencana, harus terpasang rapi, dengan pengikat paku galvanis 7
cm, setiap jarak 60 cm.
6) Pekerjaan dinyatakan baik jika telah disetujui KP.
7) Plafond kayu dengan finish melanik lack (melanic).

PASAL 09
PEKERJAAN PENGECATAN

1. Umum
a. Pekerjaan pengecatan dilaksanakan dengan sebaik – baiknya,
hasil pekerjaan tidak menggelombang, mengelupas,dan cacat lainnya.
b. Jika terjadi cacat seperti tersebut pada butir (a) pemborong harus
melekukan perbaikan (pengecatan ulang ) hingga pemberi tugas merasa puas.
c. Biaya perbaikan, seluruhnya menjadi beban pemborong.

2. Bahan – Bahan
a. Cat baja
Cat anti karat merk PRIMTOP 88 atau setaraf.
b. Cat kayu, dari jenis cat alkud merk ICI, DANA PAINT kualitas I.
c. Cat tembok
 Dinding dalam dan dinding luar yang terlindung menggunakan jenis acrylic
emulsin kualitas I, merk DULUX, ICI, DANA PAINT atau setaraf.
 Dinding tembok dan dinding tanpa penutup atap menggunakan jenis
weathershield kualitas I , merk DULUX, ICI, DANA PAINT atau setaraf.

16
 Alkali primer kualitas I dipakai merk DULUX, ICI, DANA PAINT atau
setaraf.
 Plamur kualitas Imerk DULUX, ICI, DANA PAINT atau setaraf.

3. Persyaratan Bahan
a. Cat yang digunakan berada dalam kaleng yang masih disegel tidak pecah atau
bocor dan mendapat persetujuan KP. Pemborong bertanggung jawab, bahwa
warna dan bahan cat adalah tidak palsu, dibuktikan dengan jaminan dari
distributor pemasok cat tersebut.
b. Warna
 Selambat–lambatnya 2 (dua) munggu sebelum pekerjaan pengecatan,
pemborong mengajukan daftar bahan pengecatan kepada pemberi tugas.
 Setelah pemberi tugas menentukan warna pilihannya, pemborong
menyiapkan bahan dan bidang pengecatan untuk dijadikan contoh atas biaya
pemborong.

4. Persiapan Pengecatan
a. Sebelum pekerjaan pengecatan dilaksanakan, pekerjaan langit langit dan lantai
telah selesai dikerjakan.
b. Selanjutnya diadakan persiapan sebagai berikut :
 Dinding atau bagian yang akan dicat selesai dan disetujui oleh
KP.
 Bagian yang retak – retak, pecah, diperbaiki dan kotoran –
kotoran yang menempel dibersihkan.
 Menunggu keringnya dinding atau bagian yang akan dicat karena
masih basah dan lembab.
 Menyiapkan dan mengadakan pengecatan untuk contoh warna

Pemborong harus mengatur waktu sedemikian rupa sehingga terdapat urutan–urutan


yang tepat mulai dari pekerjaan dasar sampai dengan pengecatan akhir.
Semua pekerjaan harus mengikuti petunjuk ketentuan.

5. Pelaksanaan Pengecatan (Cat Tembok)


Cat tembok dalam dan luar yang terlindung.
a. Tembok yang akan dicat harus mempunyai cukup waktu untuk mengering.
Setelah permukan tembok kering, maka persiapan dilakukan dengan
membersihkan permukaan tembok tersebut terhadap pengkristalan atau
pengapuran (efflorescence) yang biasanya terdapat pada tembok baru, dengan
amplas kemudian dengan lap sampai benar-benar bersih.
b. Selanjutnya dilapis tipis dengan plamur.
c. Pada bagian–bagian dimana banyak reaksi dengan alkali dan rembesan air harus
diberi lapisan wall sealer.
d. Setelah kering permukaan yang kasar diamplas halus.
e. Kemudian dilakukan pengecatan dasar dan pengecatan akhir.

Cat tembok luar yang tidak terlindung.


a. Tembok yang akan dicat harus mempunyai cukup waktu untuk mengering.
Setelah permukaan tembok kering, maka persiapan dilakukan dengan

17
membersihkan permukaan tembok tersebut terhadap pengkristalan/ pengapuran
(efflorescence) yang biasanya terdapat pada tembok baru, dengan amplas
kemudian dengan lap sampai benar – benar bersih.
b. Selanjutnya dilapis tipis dengan plamur
c. Pada bagian–bagian dimana banyak reaksi dengan alkali dan rembesan air harus
diberi lapisan wall sealer.
d. Setelah kering permukaan yang kasar diamplas halus.
e. Bagian–bagian yang masih kurang baik, diplamur lagi.
f. Kemudian dilakukan pengecatan dasar dan pengecatan akhir.

6. Pekerjaan Pengecatan Baja dan Logam


a. Pengecatan baja yang dimaksud adalah seluruh bahan yang terbuat dari baja
termasuk pipa railing tangga, pipa–pipa dari besi, pagar besi, tutup manhole dan
lain–lain terkecuali baja untuk kolom komposit atau baja yang tertutup beton.
b. Permukaan yang akan dicat harus dibebaskan dari kotoran–kotoran dan
sebagainya dengan ROST-X 10 (bahan pembersih karat) atau dengan wire brush
ST 3 tetapi harus dijaga jangan sampai merusak permukaan logam yang
bersangkutan.
c. Kuaskan PRIMTOP 88 sebanyak 2 kali lapis tidak perlu dimeni.
d. Bahan–bahan logam tertanam didalam pasangan atau beton tidak diijinkan
untuk dimeni/ dicat.

7. Pekerjaan Pengecatan Kayu


a. Persiapan dilakukan dengan membersihkan dengan amplas hingga halus
pada seluruh permukaannya. Kemudian membersihkan dengan lap kering, tidak
boleh ada minyak dan kotoran lain yang menempel.
b. Lapis tipis dengan plamur, setelah kering amplas hingga halus, kemudian
mulailah dengan cat dasar.
c. Setelah kering, dicat ulang sampai mencapai ketebalan warna transparan
yang merata.

PASAL 10
PEKERJAAN PERLENGKAPAN SANITASI

1. Umum
a. Khusus untuk fitting–fitting, stop kran dan perlengkapan sanitasi lainnya,
pemborong harus memberikan contoh sesuai yang ditentukan dalam RKS untuk
mendapat persetujuan pemberi tugas.
b. Pekerjaan perlengkapan sanitasi tidak dapat terlepas dari pekerjaan mekanikal
plumbing.

2. Bahan – Bahan
a. Bahan harus memenuhi SII tentang cara uji bahan–bahan
sanitasi.
b. Sanitary fixture harus dilengkapi fitting–fitting, stop kran dan
perlengkapannya.

18
c. Barang yang dipakai adalah dari produksi TOTO, KIA
STANDART, INA atau setaraf mempunyai permukaan yang halus licin dan
mengkilap dari bahan keramik.
d. Perlengkapan sanitasi tersebut adalah dipilih dari warna spesial,
yang disetujui oleh Direksi.

3. Pekerjaan Persiapan
a. Pada saat pekerjaan plesteraan dilaksanakan, pemborong harus menentukan letak
pemasangan lavatory, tempat tissue dan lain–lain.
b. Sebelum pemasangan dinding keramik, pemborong wajib memeriksa tempat–
tempat yang akan dipasang perlengkapan sanitasi, memeriksa instalasi air yang
akan dihubungkan dengan perlengkapan sanitasi.
c. Pemasangan perlengkapan sanitasi dilaksanakan setelah pekerjaan lantai dan
pekerjaan penyelesaian dinding

4. Pekerjaan Pelaksanaan
a. Semua perlengkapan sanitasi dipasang ke dinding atau lantai
dengan cara yang baik, sambungan – sambungannya kokoh dan tidak merusak
fitting.
b. Sambungan harus dilaksanakan dengan baik tanpa kebocoran
c. Pemasangan perlengkapan sanitasi harus rapi, tidak miring.
d. Selesai pemasangan perlengkapan sanitasi wajib dilaksanakan
final test dan disaksikan KP.
e. Biaya pengujian, pemeriksaan dan kerusakan material adalah
tanggung jawab pemborong.

PASAL 11
PEKERJAAN ATAP

1. Umum
a. Pekerjaan atap dilaksanakan setelah pekerjaan struktur utama selesai.
b. Pekerjaan atap beton, sebagai tempat reservoir bersamaan dengan pekerjaan
struktur beton bertulang
c. Pekerjaan atap beton harus memperhatikan masalah keretakan dan kebocoran
beton.

2. Bahan – Bahan
a. Bahan harus memenuhi SII tentang cara uji bahan – bahan atap sesuai dengan
jenis dan bahannya.
b. Bahan atap beton menggunakan spesi 1 PC : 2 PS : 3 split atau mutu K 250

3. Pekerjaan Persiapan
Pada saat pekerjaan pengecoran, pemborong harus memperhatikan posisi dan
kondisi rangka balok dan kolom yang menjadi penopang atap beton.

4. Pekerjaan Pelaksanaan
Atap berton dicor pada permukaan yang sudah disiapkan begisting dan dalam
kondisi baik.

19
PASAL 12
PEKERJAAN MEKANIKAL - ELEKTRIKAL

1. Pekerjaan Listrik umum dan khusus


a. Kabel
 kabel yang digunakan sebagai kabel distributor dari panel adalah jenis NYM
 kebel dari jaringan induk menggunakan kabel NYFGbY
b. Lampu penerangan
 Lampu Penerangan Umum mempunyai kuat penerangan 50 W
 Tiang terbuat dari besi cor penampang lingkaran (detail lihat gambar)
 Finishing dengan cat
 Pekerjaan Penerangan lampu termasuk dengan pekerjaan instalasi termasuk
didalamnya pengkabelan, catu daya, panel listrik kWh, Kontaktor
 Hal-hal yang belum dijelaskan dapat diselesaikan dengan persetujuan
Pimpinan Proyek

c. Stop kontak dan saklar


 Stop kontak harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku
 Saklar harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku
d. Panel listrik
 Panel Listrik Utama (MDP/ Main Distribution Panel) harus sesuai dengan
pengaturan pola pengkabelan (single wiring diagram)
 Panel dilengkapi dengan SDP dan automatic swicth dai Generator Set
e. Catu daya
Penyambungan sesuai dengan ketentuan setempat dalam hal ini PLN

20

Anda mungkin juga menyukai