Anda di halaman 1dari 11

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

PEKERJAAN DRAINASE & RABAT BERTULANG

PASAL I
PELAKSANAAN KERJA

1. Dalam pelaksanaan pekerjaan fisik kontraktor diwajibkan bekeria sama dengan


pengguna barang/jasa, pengawas lapangan, konsultan perencana sebagai pengawas
berkala dan pengendali teknis dari Dinas Teknis terkait.
2. Pada waktu pelaksanaan pekerjaan tidak diperkenankan mengadakan perubahan
konstruksi ataupun perubahan gambar tanpa persetujuan pengguna barang/jasa dan
konsultan perencana.
3. Semua perubahan gambar ataupun perubahan konstruksi harus diusulkan terlebih
dahulu sebelum pelaksanaan dan dibuat berita acara bersama.

PASAL 2
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Gudang
a. Gudang material harus baik, sehingga bahan-bahan yang disimpan dan akan
dipergunakan tidak rusak karena hujan, panas dan lain-lain,
b. Luas lantai gudang 4 m2.
c. Lokasi gudang harus disetujui pengguna barang/jasa.
d. Penyedia barang/jasa harus membuat rencana lay out dari bangunan direksi keet
dan los kerja serta gudang material tersebut untuk mendapat persetujuan pengguna
barang/jasa.
2. Papan Nama Pekerjaan
a. Penyedia. barang/jasa. wajib membuat papan nama pekerjaan sesuai ketentuan
yang berlaku dengan persetujuan pengguna barang/jasa.
b. Ukuran papan nama pekerjaan 80 x 120 cm.
c. Papan nama dipasang pada tempat yang jelas dan mudah dibaca.
3. Listrik dan Air Kerja
Penyediaan listrik dan air kerja untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan menjadi
tanggung jawab penyedia barang/jasa.
4. Alat-alat kerja/alat-alat bantu
Penyedia barang/jasa harus menyediakan alat-alat kerja sendiri untuk kesempurnaan
pelaksanaan pekerjaan, misalnya beton molen, vibrator dan alat-alat lainnya yang
dinyatakan perlu oleh pengguna barang/jasa.

Drainase & Rabat Bertulang - 1


5. P3K
Penyedia barang/jasa diwajibkan menyedlakan kotak P3K termasuk isinya menurut
persyaratan dan ketentuan yang berlaku. Kotak P3K dipasang pada tempat yang
strategis dan mudah dicari.
6. Photo pekerjaan
a. Untuk merekam kegiatan pelaksanaan pekerjaan, pengguna barang/jasa dengan
menugaskan kepada penyedia barang/jasa, membuat foto-foto dokumentasi untuk
tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
b. Photo pekerjaan dibuat oleh penyedia barang/jasa sesuai petunjuk
PengawasTeknis, disusun disesuaikan dengan tahapan pembayaran angsuran tetapi
tidak termasuk masa pemeliharaan.
c. Pengambilan titik pandang dari setiap pemotretan harus tetap/sama sesuai dengan
petunjuk pengawas teknis atau pengguna barang/jasa.
d. Photo setiap tahapan ditempelkan pada album/map dengan keterangan singkat, dan
penempatan dalam album disahkan oleh pengguna barang/jasa, untuk teknis
penempelan/penempatan dalam album ditentukan oleh Pengawas Teknis.
7. Pematokan
Penetapan patok-patok pengukuran. Sebelum pekerjaan dimulai, patok- patok trase
pekerjaan dan patok-patok pengukuran yang terpasang haruslah dicek lagi. Terlebih
apabila jangka waktu dimulainya pelaksanaan pekerjaan cukup lama dan antara patok-
patok semacam ini haruslah diganti atau dikembalikan pada posisi semula.

PASAL 3
PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI, PLESTERAN DAN SIARAN (DRAINASE)

1. Penggalian
a. Penggalian tanah dasar pondasi dilakukan sampai kedalaman (sesuai gambar)
b. Jika pada kedalaman tersebut ternyata masih ditemukan lapisan tanah jelek, maka
perlu konsultasi dengan perencana untuk mendapatkan pengarahan lebih lanjut.
c. Tanah dasar pondasi harus padat.
2. Pasangan Batu Kali
a. Batu kali yang dipergunakan batu kali yang dibelah atau batu gunung yang keras,
tidak porous dan bersih, besarnya tidak lebih dari 30 cm.
b. Tidak dibenarkan menggunakan batu kali bulat atau batu endapan. Pemecahan batu
harus dilakukan diluar batas bowplank bangunan.
c. Semen, pasir, air dan pasangan adalah sama dengan ditentukan dalam pekerjaan
beton.
d. Penggunaan adukan: 1 pc: 5 ps, Digunakan untuk pasangan batu kali secara umum
atau sesuai dengan gambar kerja atau dengan Kuat tekan mortar setara 90 kg/cm
e. Pada setiap pokok galian dibuat profil pasangan terbuat dari kayu atau bambu
dengan ukuran sesuai dengan ukuran drainage dan atau senderan yang akan dibuat.
f. Batu kali terpasang padat dan diantara batu kali harus dilapisi oleh adukan. Tepi
atas dari pondasi batu kali harus datar.

Drainase & Rabat Bertulang - 2


3. Pekerjaan Plesteran dan Siaran
a. Mutu bahan
- Pasir yang digunakan adalah pasir pasang yang berasal dari sungai/kali atau dari
daerah quarry.
- Pelaksanaan pekejaan plesteran harus mendapatkan hasil yang baik dan
sempurna dalam arti bidang permukaan harus betul-betul rata, tidak
bergelombang, tegak lurus dan padat.
- Jika hasil plesteran menunjukkan hasil tidak memuaskan maka bagian tersebut
sebagian atau seluruhnya harus dibongkar untuk diperbaiki atau diulang kembali
atas tanggungan Pemborong.
b. Teknis/Cara Pemasangan.
Permukaan pasangan batu yang akan diplester, dibuatkan kepala dengan jarak
kurang lebih 2 meter untuk menghasilkan permukaan yang rata, barulah pekerjaan
plesteran dapat dilaksanakan. Tebalnya plesteran tidak boleh kurang dari 2 cm.
c. Pekerjaan siaran/Acian batu muka.
Pekerjaan siaran dilaksanakan setelah pekerjaan pasangan drainage selesai.
Ketebalan acian harus merata berkisar 2-3 mm. Permukaan akhir acian harus
merata, halus dan tidak retak-retak.

PASAL 4
PEKERJAAN BETON

1. Umum
a. Pekerjaan yang disyaratkan dalam Pasal ini harus mencakup pembuatan seluruh
struktur beton, termasuk tulangan dan struktur komposit sesuai dengan
Persyaratan dan sesuai dengan garis, elevasi, ketinggian dan dimensi yang
ditunjukkan dalam gambar, dan sebagaimana diperlukan oleh Direksi.
b. Kelas dari beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan
dalam kontrak haruslah seperti yang diminta dalam Gambar atau pasal lain yang
berhubungan dengan persyaratan ini atau sebagaimana diperintahkan oleh direksi.
Seluruh beton struktur yang bertulang harus mempunyai tegangan tekan minimal
K-225 kecuali beton non struktur/beton tanpa tulangan.
c. K-225: untuk digunakan dalam struktur beton bertulang seperti Pelat Duiker,
saluran dan lainnya.
d. Beton non Struktur/beton untuk Jalan beton Kelas K-175 1Pc: 3Ps: 5Krl untuk
digunakan dalam semua beton, sebagai lapisan lantai dasar pondasi, sebagai pengisi
dan lain-lain.
e. Syarat dari SKSNI T-15-1991-03 harus diterapkan sepenuhnya pada semua
pekerjaan beton yang dilaksanakan dalam kontrak ini, kecuali bila terdapat
pertentangan dengan syarat dalam spesifikasi ini, dalam hal ini syarat dari
spesifikasi ini harus dipakai.
2. Semen

Drainase & Rabat Bertulang - 3


a. Semen yang dipakai adalah type I semen Portland yang mendapat persetujuan
Direksi dan memenuhi SKSNI-1991, SNI, SII.
b. Selama pengangkutan dan penyimpanan, semen tidak boleh kena air dan
kantongnya harus asli dari pabriknya, dan tetap utuh dan tertutup rapat.
c. Semen yang sudah membeku, tidak dibenarkan dipakai dalam pekerjaan ini.
d. Semen disimpan pada tempat yang beralaskan dari kayu yang tingginya tidak
kurang dari 30 cm dari lantai.
e. Semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2,00 meter.
f. Pengeluaran semen dari tempat penyimpanan berurutan sesuai dengan datangnya
semen di tempat penyimpanan.
3. Pasir dan Kerikil Beton
a. Pasir dari pasir alam, sedangkan kerikil beton dari hasil mesin pemecah batu (stone
crusher) dan harus bersih dari segala kotoran seperti bahan organis, tanah/lumpur,
kapur, garam dan sebagainya, tidak porus dan sesuai dengan SKSNI -1991.
b. Bahan pengisi (pasir dan kerikil) harus disimpan ditempat yang bersih dan dicegah
agar terjadi pencampuran antara bahan yang satu dengan yang lainnya dan
terlindung dari kotoran.
4. Air dan Bahan Campuran Tambahan
a. Air untuk adukan dan untuk merawat beton harus bersih dan bebas dari semua
kotoran yang dapat merusak daya lekat semen atau dapat menurunkan mutu beton.
b. Bahan campuran tambahan bila dipandang perlu dapat digunakan untuk
mempercepat pengerasan, perbaikan beton. Bahan-bahan tersebut tidak boleh
mengandung bahan-bahan yang merugikan sifat beton bertulang.
5. Cetakan Beton/Bekisting
a. Bahan.
- Cetakan untuk beton/bekisting (formwork), harus dibuat dari plywood yang
tebalnya minimal 9 mm. Rangka penguat cetakan yang di pakai minimal dari kayu
kelas kuat II dan dipasang sedemikian rupa sehingga cukup kuat untuk menahan
tekanan beban beton.
- Bahan steger (tiang penyangga) harus terbuat dari kayu bermutu baik.
b. Konstruksi.
- Cetakan dibuat dan disangga sedemikian rupa sehingga dapat mencegah getaran
yang merusak. Dan tidak berubah bentuk sebelum, selama pengecoran
berlangsung dan selama beton belum padat.
- Cetakan dibuat sedemikian rupa mempermudah pengecoran dan pemadatan
beton tanpa merusak konstruksi beton.
6. Adukan Beton
a. Rencana Adukan.
- Nama “jenis adukan” di bawah diberikan untuk setiap jumlah bahan pengisi
(pasir dan kerikil) terhadap 40 kg semen.

Drainase & Rabat Bertulang - 4


- Gradasi butiran bahan pengisi harus sesuai dengan syarat-syarat gradasi dalam
tabel dibawah ini:
Ukuran Ayakan Persentase Berat Yang Lolos
Standar Inch Agregat Pilihan Agregat
(mm) (in) Halus Kasar
50 2 - 100 - - -
37 1½ - 95-100 100 - -
25 1 - - 95-100 100 -
19 ¾ - 35-70 - 90-100 100
13 ½ - - 25-60 - 90-100
10 3/8 100 10-30 - 20-55 40-70
4.75 #4 90-100 0-5 0-10 0-10 0-15
2.36 #8 - - 0-5 0-5 0-5
1.18 #16 45-80 - - - -
0.3 #50 10-30 - - - -
0.15 #100 2-10 - - - -

- Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak
lebih dari ¾ dari jarak minimum antara tulangan baja atau antara tulangan baja
dengan acuan, atau antara perbatasan lainnya.
- Jenis adukan beton:
pc : Portland Cement m3
ps : Pasir (bahan pengisi halus) m3
krl : Kerikil (bahan pengisi kasar) m3
b. Kekuatan beton
Kuat tekan beton yang direncanakan adalah K-175.
c. Pengadukan beton
Pencampuran bahan-bahan penyusun beton dilakukan agar diperoleh suatu
komposisi yang solid dari bahan-bahan penyusun berdasarkan rancangan
campuran beton. Sebelum diimplementasikan dalam pelaksanaan konstruksi di
lapangan, pencampuran bahan-bahan dapat dilakukan di laboratorium, untuk
mendapatkan formula rancangan sesuai rencana (membuat Job Mix Formula).
Secara umum pengadukan beton dengan mesin (batching plant) harus disesuaikan
dengan kecepatan yang direkomendasikan oleh pabrik pembuatnya. Ketentuan
waktu pengadukan minimal untuk campuran beton yang volumenya lebih kecil
atau sama dengan 1 m3 adalah 1,5 menit atau menurut petunjuk direksi. Selama
proses pengadukan, kekentalan campuran beton harus diawasi terus dengan cara
memeriksa nilai slump yang disesuaikan dengan jarak pengangkutan.
d. Adukan beton Ready Mix

Drainase & Rabat Bertulang - 5


- Bila dipakai adukan beton “ready mix” nama dan alamat suppliernya harus
mendapat persetujuan direksi.
- Kontraktor bertanggung jawab penuh, bahwa adukan yang disuplai tersebut
memenuhi syarat spesifikasi dengan membawa hasil test laboratorium sesuai
dengan ketentuan yang disyaratkan dalam RKS dan menjamin kontinuitas
kedatangan setiap delivery.
- Direksi mempunyai wewenang untuk setiap saat meminta kepada kontraktor
untuk mengadakan percobaan mutu beton tersebut. Apabila mutunya diragukan
direksi berhak menghentikan dan menolak beton ready mix tersebut dan semua
kerugian yang ditimbulkan oleh hal ini menjadi tanggungan kontraktor.
e. Adukan beton Site Mix/setempat
- Adukan beton dibuat dengan alat pengaduk “batch mixer” dengan type dan
kapasitas yang mendapat persetujuan direksi.
- Kecepatan aduk sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya.
- Kapasitas aduk tidak boleh lebih dari yang diijinkan.
7. Pengujian Beton
a. Untuk pengujian beton digunakan silinder berdiameter 15 cm dengan tinggi 30 cm
atau kubus beton berukuran 15 x 15 x 15 cm3 yang hasilnya dikonversikan sesuai
aturan dalam SKSNI-1991.
b. Pengambilan campuran beton untuk silinder/kubus coba (specimen) dan
pengetesannya menjadi tanggung jawab kontraktor dan harus dibawah pengawasan
direksi.
c. Prosedur pembuatan kubus beton terdiri dari:
- Setiap pembuatan 5 m3 beton harus dibuat minimal 1 set (3 buah) silinder/kubus
beton coba (specimen) untuk pengetesan, 1 untuk umur 7 hari, 1 untuk umur 14
hari, 1 untuk umur 28 hari.
- Jumlah silinder/kubus coba yang harus dibuat untuk seluruh volume beton
minimum 21 buah dimana masing-masing sebanyak 7 buah untuk percobaan
pada umur 7, 14, dan 28 hari. Hasil percobaan tahap I ini harus mendapat
persetujuan Direksi Teknis sebelum pekerjaan beton dimulai.
- Selanjutnya, setiap saat bila dirasakan perlu direksi berhak meminta kepada
kontraktor untuk membuat silinder/kubus coba dari adukan beton yang dibuat.
Dalam hal ini silinder/kubus beton diberi tanda yang dapat mengidentifikasi
tanggal pengecoran, penggunaan untuk bagian struktur yang bersangkutan dan
lain-lain yang dianggap perlu.
d. Semua silinder/kubus coba, ditest di laboratorium yang disetujui Direksi Teknis.
Apabila pengetesan akan dilakukan di lapangan, maka tes coba harus mempunyai
sertifikat kalibrasi yang diakui dan pelaksanaan pengetesan ada dibawah
pengawasan Direksi Teknis.
e. Kontraktor juga diharuskan mengadakan slump tes menurut syarat-syarat dalam
SKSNI-1991.
f. Apabila terjadi setelah beton dicor tidak memenuhi syarat-syarat sesuai dengan
hasil test, maka seluruh volume beton yang dicor dengan campuran tersebut harus
dibongkar. Sebelum dilaksanakan pembongkaran, kontraktor diijinkan untuk

Drainase & Rabat Bertulang - 6


mengajukan usulan pengetesan ulang, loading test pada struktur beton yang sudah
dicor dengan persetujuan direksi.
g. Semua biaya yang diperlukan dalam pengujian mutu beton dibebankan kepada
kontraktor.
8. Mutu Beton
a. Standar mutu beton
- Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah waktu pengujian, direksi harus
mencantumkan nilai karakteristik, deviasi standar, slump, tanggal pengecoran
dan pengujian.
- Apabila hasil percobaan tidak memenuhi kekuatan yang disyaratkan, kontraktor
harus merubah proporsi adukan, sehingga dapat mencapai syarat yang
direncanakan.
b. Apabila ternyata kuat tekan silinder/kubus coba beton yang diambil dari adonan
beton dalam pelaksanaan tidak memenuhi syarat spesifikasi, maka Direksi Teknis
berhak meminta Kontraktor untuk mengadakan percobaan non destruktif.
9. Pengecoran Beton
a. Proporsi perbandingan campuran semen dengan bahan pengisi (pasir dan kerikil)
adalah minimal. Jadi tidak dibenarkan untuk dikurangi semennya.
b. Sebelum adukan beton dituangkan, semua cetakan harus betul-betul bersih dari
kotoran seperti serbuk gergaji, tanah, minyak dan kotoran lainnya. Kemudian
cetakan tersebut dibasahi dengan air secukupnya, namun tidak boleh ada genangan
air pada cetakan tersebut.
c. Pengecoran baru bisa dimulai setelah mendapat persetujuan Direksi Teknis. Apabila
pengecoran beton dilakukan tanpa adanya persetujuan direksi, maka kerugian
akibat pembongkaran, sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.
d. Adukan harus homogen atau dengan warna yang merata dan harus sudah dicorkan
dalam waktu 1 (satu) jam setelah pencampuran air dimulai.
e. Pengecoran suatu unit pekerjaan beton harus dilaksanakan terus menerus sampai
selesai dengan tanpa berhenti, kecuali mendapat persetujuan direksi. Tidak
dibenarkan mengecor beton saat hujan, kecuali ada tindakan pengaman dari
kontraktor, terutama untuk meneruskan pengecoran suatu unit pekerjaan, yang
mendapat persetujuan direksi. Dalam hal ini kontraktor harus berupaya agar beton
yang baru dicorkan tidak dirusak oleh air hujan.
f. Setelah dicorkan pada cetakan, adukan harus dipadatkan dengan alat penggetar
(vibrator) yang berfrekwensi dalam adukan paling sedikit 3000 putaran setiap
menit. Penggetaran dilakukan selama 20 detik setiap satu adukan yang dicorkan,
mulai pada saat adukan dicorkan dalam cetakan dan dilanjutkan dengan adukan
selanjutnya. Vibrator tidak boleh menyentuh cetakan dan besi beton yang salah satu
bagiannya berhubungan dengan adukan beton yang telah mengeras.
g. Apabila terjadi pertemuan dengan beton yang sudah dicor, bidang pertemuan harus
dibersihkan dengan cara menyemprot dengan air. Kemudian disikat sampai agregat
kasar kelihatan dan selanjutnya disiram dengan air semen kental dan ditambah
additive, merata keseluruh permukaan yang akan disambung, sedang untuk beton

Drainase & Rabat Bertulang - 7


yang memerlukan kedap air harus memakai “Water Stop” ex Tricosal type yang
direkomendasikan untuk setiap jenis sistem sambungan.

PASAL 5
PEKERJAAN BAJA TULANGAN BETON

1. Syarat Mutu Baja Tulangan


Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh perusahaan atau distributor besi
beton. Karena besi beton yang dibuat harus memenuhi syarat mutu baja tulangan beton
yang telah ditetapkan oleh BSN (SNI 07-2052-2002). Baja tulangan untuk beton harus
batang baja lunak yang bulat dan polos seperti yang ditunjukkan dalam gambar dan
memenuhi pasal 3.7 Standar Nasional Indonesia NI - 2 PBI - 71 atau ASTM A615 atau
Tulangan pabrik sesuai dengan ASTM A185 seperti ditunjukkan dalam gambar.
Beberapa persyaratan yang terpenuhi itu adalah sebagai berikut.
a. Sifat Tampak
Baja tulangan beton tidak boleh mengandung lipatan, serpihan, dan retakan. Besi
tulangan juga tidak mengalami luka yang terjadi karena proses cenai atau disebut
cema. Yang diperkenankan hanya berkarat ringan saja pada bagian permukaannya.
b. Bentuk
Besi tulangan harus benar-benar polos, tidak boleh bersirip.
Baja tulangan beton sirip atau deform harus memiliki bentuk sirip yang teratur.
Setiap batang harus memiliki rusuk yang memanjang yang sejajar dengan sumbu
batang dan sirip lainnya dengan arah yang melintang sumbu batang.
Sirip-sirip yang melintang di sepanjang batang baja tulangan juga harus terletak
pada jarak teratur dan memiliki bentuk serta ukuran yang sama. Jika diperlukan
tanda maupun huruf pada permukaan baja beton tulangan, sirip melintang pada
posisi dimana angka ataupun huruf bisa diabaikan.
Sirip yang melintang juga tidak boleh membentuk sudut kurang dari 45 derajat
terhadap sumbu batangnya. Apabila membentuk sudut antara 45 sampai 75 derajat,
arah sirip yang melintang pada satu sisi atau kedua sisi harus dibuat berlawanan.
Jika sudutnya melebihi 70 derajat, arah berlawanannya tidak diperlukan.
c. Ukuran dan Toleransi
Ukuran baja tulangan polos dan baja tulangan sirip tentu saja memiliki ukuran yang
berbeda-beda. Untuk baja tulangan polos, ukuran yang harus diperhatikan adalah
diameter, luas penampang, dan berat nominal per meter.
Sementara untuk ukuran baja tulangan sirip ditentukan oleh diameter nominal, luas
penampang nominal, diameter dalam nominal, tinggi sirip melintang, jarak sirip
melintang, lebar rusuk memanjang, dan berat nominal.
Selain itu ukuran, baja besi tulangan polos dan sirip juga memiliki toleransi yang
berbeda-beda. Toleransi ini hanya berlaku untuk diameter dan berat.

Drainase & Rabat Bertulang - 8


2. Pekerjaan Baja Tulangan Beton
a. Kontraktor harus menentukan sendiri dari penjelasan yang diberikan dalam
gambar-gambar dan Spesifikasi, kebutuhan-kebutuhan akan tulangan baja yang
tepat untuk dipakai dalam pekerjaan baja yang tepat untuk dipakai dalam pekerjaan.
Kebutuhan baja tulangan harus dituang dalam bentuk daftar tulangan (bar list)
sesuai dengan bangunan masing-masing. Demikian juga daftar bengkokan yang
mungkin diberikan oleh Direksi kepada Kontraktor ketelitiannya harus dirinci
sendiri oleh Kontraktor.
b. Tulangan baja harus dipotong dari batang-batang yang lurus, yang bebas dari belitan
dan bengkokan atau kerusakan lainnya dan dibengkokan dalam keadaan dingin oleh
tukang yang berpengalaman. Batang-batang dengan garis tengah 2 cm atau lebih
harus dibengkokkan pada mesin pembengkok yang direncanakan untuk itu dan
disetujui oleh Direksi.
c. Ukuran pembengkokan harus sesuai dengan Bab. 8 Standar Nasional NI - 2 PBI - 71
kecuali jika ditentukan atau diperintahkan lain oleh Direksi.
d. Kontraktor harus menempatkan dan memasang tulangan baja dengan tepat pada
tempat kedudukan yang ditunjukkan dalam gambar-gambar dan harus ada jaminan
bahwa tulangan itu akan tetap ada pada kedudukan itu pada waktu pengecoran
beton. Pengelasan tempel untuk memasang dengan tepat batang bersilang dengan
sudut yang tegak lurus harus mendapat persetujuan dari Direksi. Pengelasan
lainnya tidak diperbolehkan. Pengokoh ganjal dan tali pengikat harus atas
persetujuan Direksi. Ganjal dari besi, jepit dan kawat pengikat harus berkualitas
sama dengan bahan tulangan beton dan tebal selimut harus dibuat sesuai dengan
Spesifikasi. Tulangan utama dari tulangan anyaman eks pabrik harus disambung
dengan overlap 30 cm dan tulangan melintang dengan overlap 15 cm. Kontraktor
tidak boleh mencor beton sekeliling tulangan baja tersebut sampai Direksi
memeriksa dan menyetujui.

PASAL 6
RAMBU–RAMBU KESELAMATAN KERJA

1. Bila diperlukan sebelum dimulainya dan selama berlangsungnya pekerjaan, Kontraktor


diwajibkan untuk memasang tanda-tanda pengaman lalu lintas dengan ketentuan
sebagai berikut: Semua papan- papan dan tanda-tanda perhatian harus dibuat dari
papan Kayu Kelas II tebal minimum 3 mm dengan warna dasar kuning dan Penunjuk
Pengaman Lalu Lintas dengan warna hitam dengan ukuran sesuai petunjuk direksi.
2. Pada malam hari ditempat-tempat yang berbahaya bagi yang lewat harus dipasang lampu
merah yang cukup jelas dan terang menurut petunjuk Direksi untuk menghindari
terjadinya kecelakaan.
3. Penempatan alat-alat dan bahan-bahan yang berada di tepi jalan pada malam hari harus
juga diberi seperti lampu merah atau tanda-tanda yang sifatnya membantu keamanan
jalannya lalu lintas.
4. Menutup lalu lintas secara total tidak dibenarkan, kecuali setelah ada persetujuan tertulis
dari Direksi.
5. Kontraktor harus menjaga jangan sampai lalulintas macet da n Kontraktor harus
menyediakan orang untuk mengatur lalu lintas jalannya bila diperlukan Kontraktor harus
menyediakan pesawat HT untuk mempermudah sistem pengaturannya.

Drainase & Rabat Bertulang - 9


6. Penetapan alat-alat dan bahan-bahan diusahakan sedapat mungkin tidak mengganggu lalu
lintas. Bila karena terpaksa bahan-bahan harus dituangkan di tepi jalan, dengan tidak
mengganggu lalu lintas selambat-lambatnya dalam waktu satu kali 24 jam sesudah
penurunan bahan-bahan harus sudah dipindah ketempat penyimpanannya.
7. Setiap kecelakaan yang disebabkan karena kelalaian kontraktor memberi pengaman
seperti tersebut diatas, sepenuhnya adalah tanggung jawab Kontraktor.

PASAL 7
PEMBUANGAN SISA GALIAN KELUAR LOKASI DENGAN KENDARAAN

Untuk keperluan pengangkutan jauh keluar lokasi kerja dengan alat angkut yang memadai.
Alat angkut dan operatornya disediakan oleh kontraktor. Penempatan material tersebut
pada tempat yang aman atas persetujuan Direksi.

PASAL 8
PENYELESAIAN PEKERJAAN

1. Yang dimaksud dengan pekerjaan penyelesaian adalah:


a. Perbaikan-perbaikan kecil terhadap bagian dari pekerjaan yang kurang sempurna
dengan nilai pekerjaan setinggi-tingginya 1% dari harga jenis pekerjaannya dan
bukan pekerjaan pokok.
b. Pembersihan kembali lapangan kerja dari sisa-sisa bahan/peralatan kerja menjadi
tanggung jawab kontraktor.
2. Selama masa pemeliharaan, kontraktor diwajibkan untuk:
a. Membongkar barak kerja/gudang bahan dan membersihkannya.
b. Memperbaiki bangunan-bangunan setempat yang rusak sehubungan dengan
pelaksanaan/kegiatan pekerjaan. Termasuk lining jembatan, deker/gorong-gorong
yang rusak akibat kendaraan-kendaraan kontraktor selama pelaksanaan pekerjaan.
c. Semua alat bantu milik Negara yang dipinjamkan/diperbantukan dikembalikan
setelah diservice/diperbaiki sebagaimana keadaan pada waktu penyerahan dari
proyek.
3. Pembersihan dan pembuangan lumpur/sampah/pasir bawaan.
Yang dimaksud dengan item ini adalah pembersihan sampah/lumpur/pasir yang
terbawa aliran air setelah dilaksanakan pekerjaan pembersihan sebelumnya baik pada
saluran maupun sungai. Hal ini harus dilengkapi data pendukung/photo dan atas
sepengetahuan direksi. Hasil pembersihan (tanah/pasir) yang kualitasnya baik dapat
digunakan untuk timbunan atas persetujuan direksi.

Drainase & Rabat Bertulang - 10


PASAL 9
PENUTUP

1. Hal-hal yang belum jelas disebutkan dalam Rencana Kerja dan syarat-syarat ini, akan
disampaikan dan dijelaskan dalam Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing).
2. Pemborong harus membuat gambar As Built Drawing sebanyak 5 (lima) exemplar
yang telah disetujui oleh Direksi dan Pengguna Jasa. Dalam gambar as built drawing
tersebut dicantumkan pula tabel mengenai spesifikasi material yang dipakai, baik
material dasar maupun material finishing.

Mataram, April 2023


CV. CITRA DIMENSI Consultant

Ir. BUDI SANTOSO


Direktur

Drainase & Rabat Bertulang - 11

Anda mungkin juga menyukai