Anda di halaman 1dari 247

RKS

(RENCANA KERJA DAN


SYARAT-SYARAT)

REHABILITASI DAN RENOVASI SARANA


PRASARANA SEKOLAH KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH, HULU SUNGAI UTARA,
BALANGAN DAN TABALONG

LOKASI :
1. SMPN 2 HARUYAN, Kabupaten Hulu Sungai Tengah
2. SDN DURIAN GANTANG, Kabupaten Hulu Sungai Tengah
3. SDN KALUMPANG 2, Kabupaten Hulu Sungai Utara
4. SDN TELUK LIMBUNG, Kabupaten Hulu Sungai Utara
5. SDN PALIMBANGAN GUSTI, Kabupaten Hulu Sungai Utara
6. SDN BANYU TAJUN PANGKALAN, Kabupaten Hulu Sungai Utara
7. SDN BALIDA, Kabupaten Balangan
8. SMPN 2 Upau, Kabupaten Tabalong
9. SDN Bangkiling, Kabupaten Tabalong
10. SDN KAYU GATAH, Kabupaten Tabalong
11. SDN 1-2 PUDAK SETEGAL, Kabupaten Tabalong

TAHUN ANGGARAN 2020


SPESIFIKASI UMUM

1. LOKASI PEKERJAAN
Lokasi Pekerjaan berada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan dan
Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan.

2. LINGKUP PEKERJAAN
Ruang lingkup kegiatan adalah Rehabilitasi dan Renovasi Madrasah sebagai berikut:
1. SMPN 2 HARUYAN, Kabupaten Hulu Sungai Tengah
2. SDN DURIAN GANTANG, Kabupaten Hulu Sungai Tengah
3. SDN KALUMPANG 2, Kabupaten Hulu Sungai Utara
4. SDN TELUK LIMBUNG, Kabupaten Hulu Sungai Utara
5. SDN PALIMBANGAN GUSTI, Kabupaten Hulu Sungai Utara
6. SDN BANYU TAJUN PANGKALAN, Kabupaten Hulu Sungai Utara
7. SDN BALIDA, Kabupaten Balangan
8. SMPN 2 Upau, Kabupaten Tabalong
9. SDN Bangkiling, Kabupaten Tabalong
10. SDN KAYU GATAH, Kabupaten Tabalong
11. SDN 1-2 PUDAK SETEGAL, Kabupaten Tabalong

3. ISTILAH PENAMAAN
a. Pemilik Pekerjaan dalam hal ini adalah Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman
Wilayah Kalimantan Selatan, Balai Prasarana Permukiman Wilayah Kalimatan Selatan,
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
yang diwakilkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen Pengembangan Sarana dan Prasarana
Pendidikan, Olahraga dan Pasar Provinsi Kalimantan Selatan beserta tim teknis yang
selanjutnya bisa disebut Pengguna Jasa atau Pemberi Tugas atau Pemilik Pekerjaan
atau Direksi;
b. Pelaksana Pekerjaan dalam hal ini adalah penyedia jasa yang dinyatakan dan ditunjuk
sebagai pemenang yang sudah diikat dalam kontrak yang bisa disebut sebagai Penyedia
Jasa atau Penyedia Jasa Pelaksana atau Pemborong atau rekanan berkontrak;
c. Counterpart atau pengawas pekerjaan intrernal dari Pemberi Kerja adalah pihak atau
kelompok yang ditunjuk oleh Manajer Teknik dan General Manager melalui Surat Perintah
Penugasan.
d. Pengawas Pekerjaan dalam hal ini adalah Konsultan Pengawas atau Direksi Pengawas
yang ditunjuk oleh Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Wilayah Kalimantan
Selatan.

4. METODE DAN TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN


Pekerjaan yang dilaksanakan tanpa persetujuan Pemberi kerja/Pengawas tidak dimasukkan
dalam perhitungan kemajuan pekerjaan dan segala akibat yang timbul dari pekerjaan tersebut
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa seluruhnya.
5. RENCANA JADWAL PEKERJAAN
a. Dalam menyiapkan rencana jadwal pekerjaan, Penyedia Jasa harus juga memperhitungkan
kontrak-kontraknya dengan kontrak-kontrak pekerjaan lain yang dipersyaratkan Pemberi
Tugas.
b. Program yang harus diserahkan oleh Penyedia Jasa harus sesuai untuk membuat
rekaman kemajuan pekerjaan terus menerus dari keseluruhan pekerjaan.
c. Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan jadwal rencana kerja
kepada pemberi tugas dalam bentuk network planning dan bagan chart beserta kurva S dan
struktur organisasi proyek untuk mendapatkan persetujuan.

6. KEAMANAN
a. Penyedia Jasa wajib memperhatikan pelaksanaan dan persyaratan K-3 untuk para
pekerjanya.
b. Penyedia Jasa wajib membuat tanda-tanda khusus untuk keamanan pekerjaan.
c. Penyedia Jasa wajib mewajibkan para pekerjanya untuk menggunakan Alat Pengaman Diri
(APD) selama bekerja di lingkungan proyek.
d. Penyedia Jasa wajib melaksanakan protokol pencegahan penyebaran covid-19 diseluruh
lokasi pekerjaan

7. GUDANG MATERIAL SEMENTARA PENYEDIA JASA


Untuk keperluan bangunan gudang sementara untuk Penyedia Jasa akan ditentukan di lapangan.
Bangunan sementara untuk gudang material Penyedia Jasa tersebut harus dipelihara oleh
Penyedia Jasa sampai dengan selesainya masa pelaksanaan pekerjaan.

8. KONDISI LAHAN PEKERJAAN


a. Selama masa pekerjaan konstruksi, Penyedia Jasa harus memelihara kebersihan,
keamanan antara lain :
 Mengatur tempat/gudang bahan bangunan sedemikian rupa.
 Kotoran, sampah-sampah harus dibuang/dibersihkan dari daerah pekerjaan.
 Bila tidak dibuang langsung keluar dari lapangan akan dikumpulkan disuatu
tempat pengumpulan menunggu pembuangan dari lapangan.
b. Tumpahan minyak, sisa-sisa bahan lain tidak dibenarkan dibuang ke laut atau tercecer di
sekitar area kerja.
c. Jalan-jalan proyek harus selalu bersih dari kotoran berupa genangan air, sisa-sisa beton,
sisa-sisa material besi beton dan bahan-bahan lainnya.

9. PAGAR PROYEK
a. Penyedia Jasa harus membuat pagar serta pintu gerbang ke areal proyek dan tetap
memeliharanya sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai oleh Direksi Pengawas.
b. Dalam pelaksanaan proyek, hanya ada satu pintu masuk / keluar sebagai jalan akses dari
dan menuju lokasi proyek.

10. PIPA, KABEL DAN LAIN-LAIN


a. Semua pipa, kabel di atas maupun di dalam tanah dan lain-lain yang mungkin ditemukan
dalam pelaksanaan pekerjaan, agar tetap dibiarkan ditempatnya dan agar diamankan
dengan melindunginya terhadap kemungkinan gangguan dari luar agar tidak menimbulkan
masalah dengan pemilik maupun yang berwenang, sehingga penggunaan pipa maupun
kabel tersebut tetap berjalan dan tidak terganggu.
b. Penyedia Jasa berkewajiban dan bertanggung jawab bila ada kerusakan atau gangguan
disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaannya maupun oleh sub-Penyedia Jasanya.

11. UKURAN DAN PEIL


Semua ukuran dan peil (titik ukur) tercantum dalam gambar mengacu pada BM Bangunan
Setempat.

12. PENGUKURAN LEVEL


a. Penyedia Jasa harus memberitahukan Pengawas sekurang-kurangnya dalam waktu 24 jam,
bila akan mengadakan levelling pada semua bagian dari pada pekerjaan.
b. Penyedia Jasa harus menyediakan semua bantuan yang diperlukan Pengawas dalam
mengadakan penelitian levelling tersebut atas biaya Penyedia Jasa.

13. PEMBERITAHUAN KEGIATAN


a. Bila ada pekerjaan / kegiatan dilaksanakan diluar jam kerja, Penyedia Jasa harus
memberitahukan kepada Direksi Pengawas secara tertulis.
b. Hal ini penting bagi pengawas untuk mengatur jadwal inspeksi / jadwal pengawasan.

14. PERTEMUAN LAPANGAN


a. Pertemuan antara Pemberi kerja yang diwakili Counterpart, Penyedia Jasa, dan
Konsultan Pengawas sangat penting sekali dan harus diadakan secara teratur 1 (satu)
minggu sekali untuk mendiskusikan kemajuan pekerjaan dan permasalahan yang mungkin
timbul.
b. Dalam weekly meeting akan dituangkan dalam bentuk Berita Acara yang akan dibuat oleh
konsultan pengawas.
c. Detail kemajuan pekerjaan sampai dengan hari itu harus diserahkan kepada Penyedia Jasa,
Pemberi Kerja dan konsultan pengawas dipertemuan tersebut.

15. GAMBAR-GAMBAR KERJA


a. Penyedia Jasa harus menyiapkan atas biayanya sendiri dan menyerahkan kepada
Pengawas dalam 2 (dua) rangkap pada kesempatan pertama semua detail gambar kerja
dari semua bagian-bagian pekerjaan permanen yang menjadi tanggung jawabnya untuk
pelaksanaan konstruksi di lapangan.
b. Bila ada perubahan terhadap gambar yang dibuat oleh Penyedia Jasa, Pengawas akan
membuat catatan-catatan maupun perubahan di gambar copy tersebut, dan kemudian 1
(satu) lembar dikembalikan kepada Penyedia Jasa untuk pedoman pelaksanaan di
lapangan sesuai perubahan itu. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Pengawas 3
(tiga) copy tambahan Gambar Kerja yang disetujui.

16. INTERPRETASI GAMBAR


Pekerjaan permanen harus berdasarkan ukuran yang tertera pada gambar dan berdasarkan
skala gambar. Apabila terdapat kesalahan dalam gambar rencana, Penyedia Jasa tidak diijinkan
mengambil keuntungan dan Penyedia Jasa diwajibkan menyampaikan kesalahan dalam
gambar rencana ke Pengawas dan wajib membuat shop drawing.
17. FOTO-FOTO DAN DOKUMENTASI
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan dan kemajuan pekerjaan harus diambil photo-
photonya.
18. LAPORAN-LAPORAN DAN GAMBAR-GAMBAR
Semua laporan, catatan-catatan, diagram-diagram, gambar-gambar dan sebagainya yang dibuat
oleh Penyedia Jasa harus rangkap 3 (tiga) selama pekerjaan berlangsung kecuali diberitahukan
lain oleh Direksi Pengawas.

19. CATATAN DAN PEMAKAIAN BAHAN


Penyedia Jasa harus membuat rekaman secara detail dari bahan-bahan yang diterima (yang
masuk lapangan penumpukan atau gudang, disekitar lapangan). Catatan-catatan/rekaman-
rekaman tersebut harus diserahkan kepada Pengawas secara rutin/periodik.

20. LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN


Penyedia Jasa wajib membuat laporan harian (buku harian proyek), laporan mingguan dan
laporan bulanan yang berisikan segala kegiatan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa dan yang
berkaitan dengan proyek, termasuk diantaranya dokumentasi, catatan dan pemakaian bahan,
penyelidikan lapangan dan test material serta saran-saran & teguran dari Pengawas. Laporan
harian (buku harian proyek) harus diberi halaman, hari, tanggal, waktu/jam dan ditandatangani
oleh wakil-wakil dari Pengawas maupun Penyedia Jasa.

21. PERSYARATAN PELAKSANAAN


a. Pelaksanaan diwajibkan membuat gambar-gambar revisi, bila diperlukan, dan gambar-
gambar detail dari pekerjaan yang akan dilaksanakan.
b. Penyedia Jasa harus melaksanakan metode dengan tahapan dan pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan usulan dan sepersetujuan pengawas.
c. Selama pelaksanaan pekerjaan pembangunan, pihak Penyedia Jasa harus
memenuhi kewajibannya sebagai berikut :
1. Membangun pagar sementara pada batas lahan yang disediakan / diserahkan untuk
sementara selama pelaksanaan proyek kepada pihak proyek / Penyedia Jasa pelaksana
atas beban Penyedia Jasa. Pagar sementara harus dibersihkan kembali dan
menyingkirkan bahan- bahan bekas bongkarannya ke tempat yang ditentukan oleh
direksi atas beban Penyedia Jasa.
2. Lahan yang diserahkan kepada Penyedia Jasa untuk lokasi kegiatan proyek, termasuk
untuk lokasi direksi keet, kantor Penyedia Jasa, gudang bahan dan lapangan
penumpukan dibebaskan dari kewajiban persyaratan sewa tanah dan lapangan
penumpukan oleh pihak Penyedia Jasa.
3. Penyedia Jasa secara teknis berkonsultasi dengan konsultas pengawas
mengenai permasalahan teknis dilapangan;
4. Konsultan pengawas harus dapat memberikan pendapat, masukan, dan solusi
terhadap permasalahan teknis dilapangan;

22. PEKERJAAN PEMBERSIHAN


a. Semua material bekas bongkaran paving, galian tanah atau pengupasan beton tidak boleh
terjatuh atau dibuang disekitar area pekerjaan. Lokasi tempat pembuangan harus mendapat
persetujuan pengawas.
b. Setelah pekerjaan selesai, daerah kerja disekitarnya harus ditinggalkan dalam keadaan rapi,
bersih dan tidak terdapat tumpahan bahan disekitar daerah kerja.
c. Semua lobang–lobang yang ada di lokasi proyek ditutup kembali dengan mortar dan semua
sisa–sisa / kotoran yang tertinggal harus dibersihkan.
23. GAMBAR AS BUILT DRAWING
Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai 100% dan telah mendapatkan persetujuan pengawas,
maka pemborong/Penyedia Jasa diwajibkan menyerahkan gambar as built drawing yang telah
ditanda tangani bersama, sesuai dengan volume pekerjaan yang telah terpasang dan dikerjakan
dilapangan.

24. GAMBAR KERJA (SHOP DRAWINGS)


a. Penyedia Jasa harus menyiapkan gambar kerja menyeluruh untuk struktur dalam 3 copy
kepada Direksi Pengawas. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, gambar kerja harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pengawas.
b. Gambar kerja (Shop Drawings) harus mengacu pada gambar rencana dan mencantumkan
semua informasi lengkap antara lain : dasar-dasar perhitungan, sambungan-sambungan
yang tidak tercantum dalam gambar rencana dan semua penjelasan di lapangan.
c. Gambar kerja harus mencantumkan semua informasi walaupun tidak tercantum dalam
gambar rencana.
d. Gambar kerja harus memuat detail-detail seperti tipe, jarak, dan panjang batang dan semua
yang berhubungan dengan batang dan alat pengikat lainnya.
e. Gambar kerja yang perlu dibuat antara lain detail-detail sambungan, cara
erection (pengangkatan) dan lain-lain.
f. Penyedia Jasa boleh mengajukan alternatif detail-detail sambungan dengan menyertakan
perhitungan yang diperlukan dan akan dipertimbangkan oleh Direksi pengawas.
g. Sedapat mungkin dihindarkan pengelasan dilapangan, kecuali yang ditetapkan dalam
gambar.
h. Setelah mendapat persetujuan, tidak boleh diadakan perubahan gambar lagi kecuali
dengan persetujuan Direksi Pengawas.
DIVISI I

PEKERJAAN PERSIAPAN

1. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan ini terdiri dari:

a. Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank;


b. Pekerjaan Pembersihan Lokasi
c. Pembuatan Direksi Keet
d. Pembuatan Bedeng Pekerja
e. Pembuatan Pagar Sementara f. Air Kerja
f. Listrik Kerja
g. Papan Nama Proyek
DIVISI I.1

PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOUWPLANK

1. PEKERJAAN PENGUKURAN
a. Penyedia Jasa harus mengadakan pengukuran kembali terhadap tapak proyek bangunan exist dengan
teliti, disaksikan oleh Pengawas lapangan untuk mengetahui batas-batas tapak, peil/ketinggian tanah, letak
pohon-pohon dan bangunan yang tidak akan dibongkar (jika ada) dengan menggunakan alat-alat waterpas
dan theodolith.
b. Jika terdapat perbedaan antara gambar dengan keadaan lapangan sebenarnya, maka pengawas
lapangan akan mengeluarkan keputusan tentang hal tersebut, dan Penyedia Jasa wajib melakukan
penggambaran kembali tapak proyek, lengkap dengan keterangan mengenai peil/ketinggian tanah, batas-
batas, letak pohon-pohon dan sebagainya.
c. Ukuran-ukuran pokok dari pekerjaan dapat dilihat dalam gambar, ukuran-ukuran yang tidak tercantum,
tidak jelas atau saling berbeda harus segera dilaporkan kepada pengawas lapangan. Apabila dianggap
perlu, Pengawas Lapangan berhak memerintahkan kepada Penyedia Jasa untuk merubah ketinggian,
letak atau ukuran suatu bagian pekerjaan dan perubahan tersebut tertuang dalam berita acara serta telah
disepakati bersama.
d. Semua ketetapan pekerjaan pengukuran dan sudut siku-siku harus terjamin dan diperhatikan ketelitian
yang sebesar-besarnya dengan menggunakan alat-alat waterpas dan theodolith.
e. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil
yang telah disetujui oleh pengawas lapangan. Pengambilan dan Pemakaian ukuran-ukuran yang keliru,
adalah menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.

2. PEKERJAAN BOUWPLANK
a. Pekerjaan pemasangan bouwplank menggunakan kayu kelas II, berukuran 2/20 cm, permukaan
atas harus diketam rata dan dipasang waterpas pada peil ± 0,00 setiap jarak maximum 2 m, papan dasar
diperkuat dengan balok kayu ukuran 5/7 cm, papan dasar itu dipasang sekurang-kurangnya berjarak 2 cm
dari sudut terluar bangunan.
b. Segala pekerjaan pengukuran persiapan (uitzet) termasuk tanggungan pemborong dilaksanakan
dengan instumen waterpass dan theodolith.
DIVISI I.2

PEKERJAAN PEMBERSIHAN LOKASI

1. PEKERJAAN PEMBERSIHAN.
a. Sebelum pengukuran/dimulainya pekerjaan, tempat proyek harus dibersihkan dari rumput, semak, lumpur,
akar pohon, tanah humus, puing-puing dan segala sesuatu yang tidak diperlukan (khususnya penebangan
pohon). Penyedia Jasa harus minta persetujuan pengawas lapangan sebelumnya.
b. Segala macam barang bongkaran harus dikeluarkan dari tapak proyek, selambat-lambatnya sebelum
pekerjaan galian tanah di mulai dan tidak diperkenankan untuk menimbunnya diluar pagar proyek.
DIVISI I.3

PEMBUATAN DIREKSI KERJA

DIREKSI KEET DAN BEDENG PEKERJA

1. Penyedia Jasa harus membuat bangsal Konsultan Pengawas yang berukuran 50m2 untuk masing-masing
lokasi pekerjaan atau masing-masing sekolah memiliki direksi keet dan gudang, dengan menggunakan bahan-
bahan sederhana seperti tongkat, lantai rabat, dinding papan/plywood, atap seng dan pintu harus dilengkapi
dengan kunci yang baik serta cukup jendela dan ventilasi/penerangan. Kantor tersebut tidak bersatu dengan
gudang dan bedeng pekerja
2. Direksi keet tersebut harus diperlengkapi dengan:
a. Kursi dan meja tamu : 1 bh meja tamu & 5 bh kursi tamu
b. Kursi dan meja rapat : 1 bh meja rapat dan 6 bh kursi lipat
c. White board (di R. rapat) : 1 bh
d. Kotak P3K : 1 set atau sesuai tertera di dalam RAB
e. Almari buku : 1 bh
f. Computer & printer : 1 bh
g. Alat pemadam kebakaran : 1 set
3. Penyedia Jasa harus membuat kamar mandi dan wc serta bangsal kerja untuk pekerja juga gudang untuk
menyimpan bahan - bahan bangunan dan peralatan pekerjaan dan pintunya harus mempunyai kunci yang
baik/kuat untuk keamanan bahan/perlengkapan.
4. Tempat mendirikan direksi keet, bangsal kerja dan gudang, akan ditentukan kemudian dan
dikonsultasikan dengan Pemberi Tugas.
5. Bangsal Konsultan Pengawas dan perlengkapannya, harus sudah siap dilokasi Bangunan, sebelum
pekerjaan dimulai atau 7 hari sesudah SPK diterima. Setelah selesai pekerjaan tersebut, bangsal dan
perlengkapannya menjadi milik Pemberi Tugas.
6. Pembongkaran bangsal Konsultan Pengawas, bangsal kerja dan gudang adalah menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa dan bahan bongkaran menjadi milik Pemberi Tugas.
7. Pekerjaan Pembuatan Direksi Keet, Gudang dan Perlengkapan di dalamnya sudah termasuk dalam harga
penawaran dan mengikat sebagai syarat kontrak
DIVISI I.4

MOBILISASI TENAGA KERJA, BAHAN, PERALATAN

TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN

1. Mobilisasi semua Personil Penyedia Jasa sesuai dengan struktur organisasi pelaksana yang telah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
2. Mobilisasi semua Personil Penyedia Jasa sesuai dengan struktur organisasi pelaksana yang tercantum
dalam dokumen KAK dan penawaran Penyedia.
Jumlah
Jumlah Profesi / Keahlian
Pengalaman
No. Jabatan/Posisi Personil (SKA/SKT)
(tahun)
Tenaga Utama/Manajerial
SKA Ahli Madya
1 Manajer Proyek 1 10
Manajemen Konstruksi (601)
SKA Ahli Madya
2 Manajer Teknik 1 8
Teknik Bangunan Gedung
3 Manajer Keuangan 1 5 (201)

4 Ahli K3 Konstruksi 1 5 SKA Ahli K3 Konstruksi (603)


Tenaga Pendukung
5 Pelaksana Arsitektur 1 8 SKA Ahli Muda Arsitek (101)
SKA Ahli Muda
7 Pelaksana Elektrikal 1 5
Teknik Tenaga Listrik (401)
SKA Ahli Muda
Pengawas Lapangan Pekerjaan
8 11 5 Teknik Bangunan Gedung
Gedung
(201)
9 Juru Ukur 5 5 SKA Ahli Muda Geodesi (217)
SKT Juru
10 Juru Gambar 5 5 Gambar/ draftman sipil (TA
003/TS 003)
11 PetugasK3 5 3 Sertifikat Pelatihan K3
12 Petugas Administrasi 2 3 -
13 Petugas Logistik 6 3 -

3. Mobilisasi semua Personil Pendukung Penyedia Jasa pada masing-masing lokasi pekerjaan di harapkan
untuk mampu melakukan control terhadap kualitas dan kuantistas pekerjaan yang akan dilaksanakan.
4. Mobilisasi semua Personil Penyedia Jasa termasuk para pekerja yang diperlukan dalam pelaksanaan dan
penyelesaian pekerjaan dalam Kontrak termasuk tetapi tidak terbatas Koordinator Manajemen dan
Keselamatan Lalu Lintas (KMKL) sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan dan Personil Ahli K3 atau
Petugas K3 sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan dan Penyedia Jasa harus mendatangkan tenaga
kerja yang berpengalaman dan ahli dibidang pekerjaannya masing- masing, seperti, tukang besi,
tukang kayu, tukang batu, tukang pasang ubin/keramik, tukang cat, tukang atap, instalator mekanikal
elektrikal,instalator air bersih dan tenaga kerja lainnya.
5. Seluruh mobiliasasi Tenaga Personil harus dipastikan telah memenuhi protokol pencegahan penyebaran
covid-19.
6. Sebelum bahan bangunan didatangkan ke lokasi Proyek, maka Pelaksana harus memberikan contoh
bahan bangunan kepada Konsultan Pengawas Lapangan dan bila sesuai dengan persyaratan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan maka barulah boleh didatangkan dalam jumlah yang
besar menurut keperluan Proyek.
7. Mengenai jumlah contoh bahan bangunan yang diberikan dapat dikonsultasikan dengan Konsultan
Pengawas.
8. Mendatangkan bahan-bahan bangunan untuk pelaksanaan Proyek, harus tepat pada waktunya dan
kwalitastnya dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas.
9. Bahan bangunan yang tidak sesuai dengan persyaratan dan ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus
segera dikeluarkan dari lokasi Proyek, paling lambat 24 jam sesudah surat pernyataan penolakan
dikeluarkan.
10. Bahan bangunan yang berada dilokasi Proyek dan akan dipergunakan untuk pelaksanaan bangunan, tidak
boleh dikeluarkan dari lokasi Proyek.
11. Pelaksana harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk pelaksanaan bangunan agar supaya
pelaksanaannya dapat selesai sesuai dengan waktu yang disediakan. Alat-alat tersebut berupa mesin
pengaduk beton, mesin pancang, vibrator, katrol, mesin pemotong besi, mesin pompa air, theodolit,
waterpass, compactor dan alat-alat berat/ringan lainmya yang sangat diperlukan.
12. Alat - alat yang disediakan oleh Penyedia Jasa, harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan bila
rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak dapat dipakai, maka harus segera dikeluarkan dari lokasi
Proyek.
DIVISI I.5

PEKERJAAN PEMBUATAN PAGAR PENGAMAN

1. Penyedia Jasa harus merundingkan terlebih dahulu dengan pengawas lapangan, mengenai pembagian
halaman pekerjaan untuk tempat penimbunan barang-barang, Los Kerja dan sebagainya.
2. Penyedia Jasa harus menyediakan jalan masuk dan fasilitas lain yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan.
3. Penyedia Jasa harus mendirikan pagar sementara pada batas-batas yang mengelilingi tapak, dengan
ketinggian 2.00m terbuat dari seng gelombang di pasang pada tiang dan rangka kayu dan hanya memiliki 1
pintu akses masuk dan keluar.
4. Pagar tersebut harus dipelihara keutuhannya selama pembangunan dan dibongkar hanya atas persetujuan
Pengawas Lapangan.
Demikian Spesifikasi Teknis ini dibuat agar dilaksanakan sebagai mana sesuai dengan yang tertuang di dalamnya dan
bersifat mengikat terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan.
RKS
(RENCANA KERJA DAN
SYARAT-SYARAT)

REHABILITASI DAN RENOVASI SARANA


PRASARANA SEKOLAH KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH, HULU SUNGAI UTARA,
BALANGAN DAN TABALONG

LOKASI :
SMPN 2 HARUYAN, Kabupaten Hulu Sungai Tengah
SDN DURIAN GANTANG, Kabupaten Hulu Sungai Tengah

TAHUN ANGGARAN 2020


RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

A. PERSYARATAN UMUM
I.1. UMUM
Untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan ini,
Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar pelaksanaan
beserta uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan seperti yang akan diuraikan
di dalam buku ini.
Bila terdapat ketidak jelasan dan/atau perbedaan-perbedaan dalam gambar dan
uraian ini, Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada Konsultan
Perencana untuk mendapatkan penyelesaian.
Jika gambar & RKS & RAB beda, maka ikut gambar, kecuali jika tidak mungkin
diterapkan maka agar dirapatkan dengan Konsultan Pengawas & Tim Teknis.

I.2. LINGKUP PEKERJAAN


Penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat kerja yang dibutuhkan dalam
melaksanakan pekerjaan ini serta mengamankan, mengawasi dan memelihara bahan-
bahan, alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung
sehingga seluruh pekerjaan dapat selesai dengan sempurna.

I.3. SARANA KERJA


Kontraktor wajib memasukkan jadwal kerja.
Kontraktor juga wajib memasukkan identifikasi dari tempat kerja, nama, jabatan dan
keahlian masing-masing anggota pelaksana pekerjaan, serta inventarisasi peralatan
yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini.
Kontraktor wajib menyediakan tempat penyimpanan bahan/material di tapak yang
aman dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal yang dapat mengganggu
pekerjaan lain. Semua sarana yang digunakan harus benar-benar baik dan memenuhi
persyaratan kerja, sehingga kelancaran dan memudahkan kerja di tapak dapat
tercapai.

I.4. GAMBAR-GAMBAR DOKUMEN


1. Dalam hal terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar-gambar
yang ada (Arsitek, Interior, Struktur, Mekanikal, Elektrikal ,Sipil, Landscape)
dalam Buku Uraian Pekerjaan ini, maupun perbedaan yang terjadi akibat
keadaan di tapak, Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
Konsultan Perencana secara tertulis untuk mendapatkan keputusan
pelaksanaan.
Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk
memperpanjang waktu pelaksanaan.
2. Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi, dalam keadaan
selesai/terpasang.
3. Mengingat masalah ukuran ini sangat penting, Kontraktor diwajibkan
memperhatikan dan meneliti terlebih dahulu semua ukuran yang tercantum
seperti peil-peil, ketinggian, lebar, ketebalan, luas penampang dan lain-lainnya
sebelum memulai pekerjaan.
Bila ada keraguan mengenai ukuran atau bila ada ukuran yang belum
dicantuPengawasan dalam gambar Kontraktor wajib melaporkan hal tersebut
secara tertulis kepada Konsultan Pengawas memberikan keputusan ukuran
mana yang akan dipakai dan dijadikan pegangan setelah berunding terlebih
dahulu dengan Konsultan Perencana.
4. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah dan atau mengganti ukuran-ukuran
yang tercantum di dalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan
PENGAWAS.
Bila hal tersebut terjadi, segala akibat yang akan ada menjadi tanggung jawab
Kontraktor baik dari segi biaya maupun waktu.
5. Kontraktor harus selalu menyediakan dengan lengkap masing-masing dua
salinan, segala gambar-gambar, spesifikasi teknis, addenda, berita-berita
perubahan dan gambar-gambar pelaksanaan yang telah disetujui ditempat
pekerjaan.
Dokumen-dokumen ini harus dapat dilihat Konsultan Pengawas dan Direksi
setiap saat sampai dengan serah terima kesatu. Setelah serah terima kesatu,
dokumen-dokumen tersebut akan didokumentasikan oleh Pemberi Tugas.
6. Jika antar gambar ada yang beda, maka ikuti gambar arsitektur, kecali jika tidak
mungkin diterapkan agar dirapatkan dengan Konsultan Pengawas & Tim
teknis.

I.5. GAMBAR-GAMBAR PELAKSANAAN DAN CONTOH-CONTOH


1. Gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing) adalah gambar-gambar,
diagram, ilustrasi, jadwal, brosur atau data yang disiapkan Kontraktor atau Sub
Kontraktor, supplier atau Produsen yang menjelaskan bahan-bahan atau
sebagian pekerjaan.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


2. Contoh-contoh adalah benda-benda yang disediakan Kontraktor untuk
menunjukkan bahan, kelengkapan dan kualitas kerja. Ini akan dipakai oleh
Konsultan Pengawas untuk menilai pekerjaan, setelah disetujui terlebih dahulu
oleh Konsultan Perencana.
3. Kontraktor akan memeriksa, menandatangani persetujuan dan menyerahkan
dengan segera semua gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh yang
disyaratkan dalam Dokumen Kontrak atau oleh Konsultan Pengawas.
Gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh harus diberi tanda-tanda
sebagaimana ditentukan Konsultan Pengawas.
Kontraktor harus melampirkan keterangan tertulis mengenai setiap perbedaan
dengan Dokumen Kontrak jika ada hal-hal demikian.
4. Dengan menyetujui dan menyerahkan gambar-gambar pelaksanaan atau
contoh-contoh dianggap Kontraktor telah meneliti dan menyesuaikan setiap
gambar atau contoh tersebut dengan Dokumen Kontrak.
5. Konsultan Pengawas dan Perencana akan memeriksa dan menolak atau
menyetujui gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-contoh dalam waktu
sesingkat-singkatnya, sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan dengan
mempertimbangkan syarat-syarat dalam Dokumen Kontrak dan syarat-syarat
keindahan.
6. Kontraktor akan melakukan perbaikan-perbaikan yang diminta Konsultan
Pengawas dan menyerahkan kembali segala gambar-gambar pelaksanaan
dan contoh-contoh sampai disetujui.
7. Persetujuan Konsultan Pengawas terhadap gambar-gambar pelaksanaan dan
contoh-contoh, tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya atas
perbedaan dengan Dokumen Kontrak, apabila perbedaan tersebut tidak
diberitahukan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas.
8. Semua pekerjaan yang memerlukan gambar-gambar pelaksanaan atau
contoh-contoh yang harus disetujui Konsultan Pengawas dan Perencana, tidak
boleh dilaksanakan sebelum ada persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.
9. Gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-contoh harus dikirim kepada
Konsultan Pengawas dalam dua salinan, Konsultan Pengawas akan
memeriksa dan mencantumkan tanda-tanda "Telah Diperiksa Tanpa
Perubahan" atau "Telah Diperiksa Dengan Perubahan" atau "Ditolak".
Satu salinan ditahan oleh Konsultan Pengawas untuk arsip, sedangkan yang
kedua dikembalikan kepada Kontraktor untuk dibagikan atau diperlihatkan
kepada Sub Kontraktor atau yang bersangkutan lainnya.
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
10. Sebutan katalog atau barang cetakan, hanya boleh diserahkan apabila
menurut Konsultan Pengawas hal-hal yang sudah ditentukan dalam katalog
atau barang cetakan tersebut sudah jelas dan tidak perlu diubah.
Barang cetakan ini juga harus diserahkan dalam dua rangkap untuk masing-
masing jenis dan diperlakukan sama seperti butir di atas.
11. Contoh-contoh yang disebutkan dalam spesifikasi teknis harus dikirimkan
kepada Konsultan pengawas.
12. Biaya pengiriman gambar-gambar pelaksanaan, contoh-contoh, katalog-
katalog kepada Konsultan Pengawas menjadi tanggungan Kontraktor.

I.6. JAMINAN KUALITAS


Kontraktor menjamin pada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas, bahwa semua
bahan dan perlengkapan untuk pekerjaan adalah sama sekali baru, kecuali ditentukan
lain, serta Kontraktor menyetujui bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik,
bebas dari cacat teknis dan estetis serta sesuai dengan Dokumen Kontrak.
Apabila diminta, Kontraktor sanggup memberikan bukti-bukti mengenai hal-hal
tersebut pada butir ini.
Sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas, bahwa pekerjaan telah
diselesaikan dengan sempurna, semua pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor sepenuhnya.

I.7. NAMA PABRIK/MEREK YANG DITENTUKAN


Apabila pada Spesifikasi Teknis ini disebutkan nama pabrik/merek dari satu jenis
bahan/komponen, maka Kontraktor menawarkan dan memasang sesuai dengan yang
ditentukan. Jadi tidak ada alasan bagi Kontraktor pada waktu pemasangan
menyatakan barang tersebut sudah tidak terdapat lagi dipasaran ataupun sukar
didapat dipasaran.
Untuk barang-barang yang harus diimport, segera setelah ditunjuk sebagai pemenang,
Kontraktor harus sesegera mungkin memesan pada agennya di Indonesia.
Apabila Kontraktor telah berusaha untuk memesan namun pada saat pemesanan
bahan/merek tersebut tidak/sukar diperoleh, maka Perencana akan menentukan
sendiri alternatif merek lain dengan spesifikasi minimum yang sama. Setelah 1 (satu)
bulan menunjukkan pemenang, Kontraktor harus memberikan kepada Pemberi Tugas
fotocopy dari pemesanan material yang diimport pada agen ataupun Importir lainnya,
yang menyatakan bahwa material-material tersebut telah dipesan (order import).

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


I.8. CONTOH-CONTOH
Contoh-contoh material yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau Wakilnya harus
segera disediakan atas biaya Kontraktor dan contoh-contoh tersebut diambil dengan
jalan atau cara sedemikian rupa, sehingga dapat dianggap bahwa bahan atau
pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.
Contoh-contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh Pemberi Tugas atau
wakilnya untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan-bahan atau cara
pengerjaan yang dipakai tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.

I.9. SUBSTITUSI
1. Produk yang disebutkan nama pabriknya :
Material, peralatan, perkakas, aksesoris yang disebutkan nama pabriknya
dalam RKS, Kontraktor harus melengkapi produk yang disebutkan dalam
Spesifikasi Teknis, atau dapat mengajukan produk pengganti yang setara,
disertai data-data yang lengkap untuk mendapatkan persetujuan Konsultan
Perencana sebelum pemesanan.
2. Produk yang tidak disebutkan nama pabriknya :
Material, peralatan, perkakas, aksesoris dan produk-produk yang tidak
disebutkan nama pabriknya di dalam Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus
mengajukan secara tertulis nama negara dari pabrik yang menghasilkannya,
katalog dan selanjutnya menguraikan data yang menunjukkan secara benar
bahwa produk-produk yang dipergunakan adalah sesuai dengan Spesifikasi
Teknis dan kondisi proyek untuk mendapatkan persetujuan dari
Pemilik/Perencana.

I.10. MATERIAL DAN TENAGA KERJA


Seluruh peralatan, material yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus baru, dan
material harus tahan terhadap iklim tropik.
Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan dengan cara yang benar dan setiap Pekerjaan
harus mempunyai ketrampilan yang memuaskan, dimana latihan khusus bagi Pekerja
sangat diperlukan dan Kontraktor harus melaksanakannya.
Kontraktor harus melengkapi Surat Sertifikat yang sah untuk setiap personal ahli yang
menyatakan bahwa personal tersebut telah mengikuti latihan-latihan khusus ataupun
mempunyai pengalaman-pengalaman khusus dalam bidang keahlian masing-masing.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


I.11. KLAUSUL DISEBUTKAN KEMBALI

Apabila dalam Dokumen Tender ini ada klausul-klausul yang disebutkan kembali pada
butir lain, maka ini bukan berarti menghilangkan butir tersebut tetapi dengan
pengertian lebih menegaskan masalahnya.
Jika terjadi hal yang saling bertentangan antara gambar atau terhadap Spesifikasi
Teknis, maka diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai bobot teknis dan/atau
yang mempunyai bobot biaya yang paling tinggi.
Pemilik proyek dibebaskan dari petent dan lain-lain untuk segala "claim" atau tuntutan
terhadap hak-hak khusus seperti patent dan lain-lain.

I.12. KOORDINASI PEKERJAAN


Untuk kelancaran pekerjaan ini, harus disediakan koordinasi dari seluruh bagian yang
terlibat di dalam kegiatan proyek ini.
Seluruh aktivitas yang menyangkut dalam proyek ini, harus dikoordinir lebih dahulu
agar gangguan dan konflik satu dengan lainnya dapat dihindarkan.
Melokalisasi/memerinci setiap pekerjaan sampai dengan detail untuk menghindari
gangguan konflik, serta harus mendapat persetujuan dari Konsultan Konsultan
Perencana .

I.13. PERLINDUNGAN TERHADAP ORANG, HARTA BENDA DAN PEKERJAAN


1. Perlindungan terhadap milik umum
Kontraktor harus menjaga jalan umum, jalan kecil dan jalan bersih dari alat-alat
mesin, bahan-bahan bangunan dan sebagainya serta memelihara kelancaran
lalulintas, baik bagi kendaraan maupun pejalan kaki selama kontrak
berlangsung.
2. Orang-orang yang tidak berkepentingan :
Kontraktor harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki
tempat pekerjaan dan dengan tegas memberikan perintah kepada ahli
tekniknya yang bertugas dan para penjaga.
3. Perlindungan terhadap bangunan yang ada :
Selama masa-masa pelaksanaan Kontrak, Kontraktor bertanggung jawab
penuh atas segala kerusakan bangunan yang ada, utilitas, jalan-jalan, saluran-
saluran pembuangan dan sebagainya di tempat pekerjaan, dan kerusakan-
kerusakan sejenis yang disebabkan operasi-operasi Kontraktor, dalam arti kata
yang luas. Itu semua harus diperbaiki oleh Kontraktor hingga dapat diterima
Pemberi Tugas.
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
4. Penjagaan dan perlindungan pekerjaan :
Kontraktor bertanggung jawab atas penjagaan, penerangan dan perlindungan
terhadap pekerjaan yang dianggap penting selama pelaksanaan Kontrak,
siang dan malam.
Pemberi Tugas tidak bertanggung jawab terhadap Kontraktor dan Sub
Kontraktor, atas kehilangan atau kerusakan bahan-bahan bangunan atau
peralatan atau pekerjaan yang sedang dalam pelaksanaan.
5. Kesejahteraan, Keamanan dan Pertolongan Pertama :
Kontraktor harus mengadakan dan memelihara fasilitas kesejahteraan dan
tindakan pengamanan yang layak untuk melindungi para pekerja dan tamu
yang datang ke lokasi.
Fasilitas dan tindakan pengamanan seperti ini disyaratkan harus memuaskan
Pemberi Tugas dan juga harus menurut (memenuhi) ketentuan Undang-
undang yang berlaku pada waktu itu.
Di lokasi pekerjaan, Kontraktor wajib mengadakan perlengkapan yang cukup
untuk pertolongan pertama, yang mudah dicapai. Sebagai tambahan
hendaknya ditiap site ditempatkan paling sedikit seorang petugas yang telah
dilatih dalam soal-soal mengenai pertolongan pertama.
6. Gangguan pada tetangga :
Segala pekerjaan yang menurut Pemberi Tugas mungkin akan menyebabkan
adanya gangguan pada penduduk yang berdekatan, hendaknya dilaksanakan
pada waktu-waktu sebagaimana Pemberi Tugas akan menentukannya dan
tidak akan ada tambahan penggantian uang yang akan diberikan kepada
Kontraktor sebagai tambahan, yang mungkin ia keluarkan.

I.14. PERATURAN HAK PATENT


Kontraktor harus melindungi Pemilik (Owner) terhadap semua "Claim" atau tuntutan,
biaya atau kenaikan harga karena bencana, dalam hubungan dengan merek dagang
atau nama produksi, hak cipta pada semua material dan peralatan yang dipergunakan
dalam proyek ini.

I.15. IKLAN
Kontraktor tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun di dalam sempadan
(batas) site atau di tanah yang berdekatan tanpa seijin dari pihak Pemberi Tugas.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


I.16. PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN
1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan
di bawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya :
a. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik
dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI).
b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI-1971).
c. Peraturan Umum dari Dinas Kesehatan Kerja Departemen Tenaga
kerja.
d. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Listrik (PUIL) 1979
dan PLN setempat.
e. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Air Minum serta
Instalasi Pembuangan dan Perusahaan Air Minum.
f. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-1961).
g. Peraturan Semen Portland Indonesia NI-08
h. Peraturan Bata ringan sebagai bahan bangunan.
i Peraturan Muatan Indonesia.
j. Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung (SNI 2847:2013)
k. Peraturan dan Ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/ Instansi
Pemerintah setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan
bangunan.

2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut di atas, berlaku dan


mengikat pula :
a. Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah
disahkan oleh Pemberi Tugas termasuk juga gambar-gambar detail
yang diselesaikan oleh Kontraktor (as built drawing) dan sudah
disahkan/disetujui Direksi.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
d. Berita Acara Penunjukan
e. Surat Keputusan Pemimpin Proyek tentang Penunjukan Kontraktor
f. Surat Perintah Kerja (SPK).
g. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
h. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui.
j. Kontrak/Surat Perjanjian Pemborongan.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


B. PERSIAPAN PENDAHULUAN

PASAL 1 : LINGKUP PEKERJAAN


1. Nama Pekerjaan : REHABILITASI DAN RENOVASI SARANA PRASARANA
SEKOLAH & MADRASAH KABUPATEN HST & BALANGAN

2. Lokasi : - SDN DURIAN GANTANG, KAB. HULU SUNGAI TENGAH


- SMPN 2 HARUYAN, KAB. HULU SUNGAI TENGAH

PASAL 2 : IZIN BANGUNAN.


2.1 Setelah surat Perintah Kerja (SPK) dikeluarkan, maka izin bangunan dan izin
lainnya akan diurus oleh Pemberi Tugas, namun pelaksanaan dan
pembiayaannya akan ditanggung oleh Kontraktor.
2.2 Ijin Mendirikan Bangunan adalah termasuk salah satu retribusi yang harus
dibayarkan oleh Kontraktor, sebagai satu syarat administrasi proyek.
2.3 Besarnya nilai IMB sesuai yang disyaratkan oleh Peraturan.
2.4 Untuk memulai pekerjaan, maka Kontraktor harus dapat menunjukkan
kepada Konsultan Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti
bahwa izin bangunan tersebut sedang diproses.
2.5 Tanpa adanya izin bangunan dari Instansi yang berwenang, maka
Kontraktor tidak diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk
apapun disekitar lingkungan proyek.

PASAL 3 : PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS


3.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, yang berlaku dan mengikat yaitu :
3.1.1 Gambar, Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
3.1.2 Surat Perintah Keja ( SPK )
3.1.3 Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Pemberi
Tugas
3.2 Kontraktor dan Direksi Pengawas harus menelilti rencana gambar bestek dan
rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
3.3 Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan Rencana
Kerja dan Syarat- Syarat (RKS) maka yang mengikat adalah rencana kerja dan
syarat-syarat (RKS)
3.4 Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan
rencana gambar bestek yang lain, maka diambil rencana gambar bestek yang
ukuran skalanya lebih besar.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


3.5 Bila perbedaan-perbedaan tersebut di atas yang menimbulkan keragu-
raguan sehingga akan menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan,
maka harus segera dikonsultasikan kepada Konsultan Perencana/Pengawas
dan keputusan-keputusannya harus dilaksanakan.

PASAL 4 : JADWAL PELAKSANAAN ( TIME SCHEDULE )

4.1 Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor wajib membuat


jadwal pelaksanaan (Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, waktu
pekerjaan, bobot pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta
jadwal penggunaan bahan bangunan dan tenaga kerja.
4.2 Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci Pelaksana Kontraktor harus
membuat rencana kerja/Laporan harian, mingguan dan bulanan, beserta
foto-foto visual ukuran 3 R yang diketahui/disetujui oleh Konsultan Pengawas
Lapangan.
4.3 Rencana Kerja (Time Schedule) diatas harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas dan Pemberi Tugas.
4.4 Rencana Kerja ( Time Sehedule ), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor,
paling lambat 7 (tujuh ) hari kalender, setelah SPK diterima.
4.5 Kontraktor harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule)
kepada Konsultan Pengawas dan 1 ( satu ) lembar harus dipasang pada dinding
bangsal kerja.
4.6 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor
berdasarkan rencana kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat
grafik prestasi pekerjaan.

PASAL 5 : TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN

5.1 Mendatangkan bahan-bahan bangunan untuk pelaksanaan Proyek, harus tepat


pada waktunya dan kwalitetnya dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5.2 Pelaksana harus menyediakan alat-alat, pembantu dan pekerja-pekerja yang
diperlukan untuk pelaksanaan bangunan agar supaya pelaksanaannya dapat
selesai sesuai dengan waktu yang disediakan.
5.3 Alat- alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak
dapat dipakai, maka harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


PASAL 6 : KEAMANAN PROYEK
6.1 Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang- barang milik
Proyek, Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik
terhadap pencurian maupun pengrusakan dengan membuat pagar pengaman
areal proyek.
6.2 Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-alat dan
hasil.pekerjaan, maka akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat
diperhitungkan dalam pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu
pelaksanaan.
6.3 Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya.
Untuk mencegah bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan
alat pemadam kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat-
tempat yang strategis dan mudah dicapai.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


PASAL 7 : KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN

7.1 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja,
Kontraktor harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena
itu Kontraktor harus mengikutkan pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga
Kerja (ASTEK) atau asuransi lainnya yang sesuai dengan peraturan Pemerintah
yang berlaku.
7.2 Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka
Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis
lainnya yang siap dipakai apabila diperlukan.
7.3 Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan
yang serius, maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban ke
Rumah Sakit yang terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada
Pemberi Tugas.
7.4 Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah
tanggung jawabnya maupun yang berada dibawah pihak ketiga.

PASAL 8 : BANGSAL KONSULTAN (DIREKSIKEET) DAN BANGSAL KERJA /


GUDANG
8.1 Kontraktor diharuskan membuat direksikeet yang ukurannya sesuai kebutuhan,
dengan menggunakan bahan-bahan sederhana seperti tongkat, lantai papan,
dinding papan/plywood, atap seng dan pintu harus dilengkapi dengan kunci
yang baik serta cukup jendela dan ventilasi/penerangan. Direksiket tersebut
jika memungkinkan tidak bersatu dengan gudang.
8.2 Kontraktor harus melengkapi Direksiket tersebut dengan :
 Meja tulis
 Kursi sebagai perlengkapan meja tulis.
 Satu buah papan tulis.
 Sebuah meja besar + kursi, untuk keperluan pertemuan/rapat di lapangan.
Perlengkapan tersebut adalah milik pribadi kontraktor.
8.3 Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerja dan gudang untuk
menyimpan bahan- bahan bangunan dan peralatan pekerjaan dan pintunya
harus mempunyai kunci yang baik/kuat untuk keamanan bahan/perlengkapan.
8.4 Tempat mendirikan bangsal dan gudang, akan ditentukan kemudian dan
dikonsultasika n dengan Pemberi Tugas.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


8.5 Pembongkaran bangsal Konsultan (direksiket), bangsal kerja dan gudang
adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor. Bahan bongkaran tersebut menjadi
hak milik Pemberi Tugas.

PASAL 9 : TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR


9.1 Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasanya dilapangan (Site
Manager/Pelaksana Lapangan), yang mempunyai pengetahuan dibidang
Teknik Sipil/Bangunan, cakap, gesit dan berwibawa terhadap pekerja yang
dipimpinnya dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan.
Penunjukkan ini harus dikuatkan dengan surat resmi dari Kontraktor yang
ditujukan kepada Pemberi Tugas dan tembusannya kepada Pengelola Teknis
Proyek dan Konsultan Pengawas.
9.2 Pelaksana harus berpendidikan minimun S1 Sipil/Arsitek dan mempunyai
pengalaman kerja lapangan minimun 7 tahun, atau yang telah memiliki sertifikat
keterampilan/Keahlian sesuai dengan bidangnya yang dikeluarkan oleh
lembaga/asosiasi yang berwenang.
9.3 Selain itu kuasa kontraktor dibantu oleh tenaga dengan kualifikasi bidang
yang terdiri dari arsitektur, sipil, mesin/listrik yang memiliki pengalaman lapangan
minimal 1 tahun.
9.4 Selain Petugas Pelaksana, maka Kontraktor diwajibkan pula melaporkan
secara tertulis kepada Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan
Pengawas, tentang susunan organisasi pelaksana dilapangan dengan nama dan
jabatannya masing- masing.
9.5 Bila dikemudian hari, menurut penilaian Team Pengelola Teknis Proyek
dan Konsultan Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu
melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana
tersebut dan harus memberitahukan secara tertulis tentang Pelaksana yang
baru, demi kelancaran pekerjaan.

B. URAIAN PEKERJAAN
PASAL 1 : PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1 Pembersihan Lokasi
1.1.1 Untuk pembersihan lokasi harus sesuai dengan petunjuk dari gambar
pelaksanaan yang telah ada, jika ada beberapa hal yang dirasa perlu
dapat berkoordinasi dengan pihak Direksi.
1.1.2 Bahan bongkaran harus disingkirkan dari lokasi / lapangan pekerjaan

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


1.1.3 Pembersihan lokasi dinyatakan selesai, bila telah mendapat
persetujuan dari Direksi Pengawas lapangan.
1.2 Pengukuran/Pasang Bouwplank :
1.2.1 Pengukuran dilaksanakan harus mendapat pengawasan dari Konsultan
Pengawas dan menggunakan alat theodolite,untuk memperoleh data
polygon bangunan.
1.2.2 Papan bouwplank digunakan sebagai kontrol dan tanda-tanda as
bangunan.
1.2.3 Papan bouwplank bagian atas harus dibuat setinggi peil lantai +0,00.
1.2.4 Semua pekerjaan pengukuran harus disesuaikan dengan rencana
gambar dan bestek, apabila ada hal-hal yang sifatnya diluar kemampuan
pelaksana segera dilaporkan dan dikonsultasikan kembali kepada pihak-
pihak yang terkait.

PASAL 2 : PENENTUAN PEIL


2.1 Peil ± 0,00 diambil disesuaikan dengan gambar detail/tinggi daerah setempat
2.2 Semua ukuran-ukuran tinggi dan ukuran dalam akan ditetapkan terhadap peil
tersebut diatas.
2.3 Pekerjaan uitzet harus dilakukan dengan cermat dan teliti dengan
menggunakan alat ukur waterpass/slang plastik. Dalam hal ini agar
menghubungi Direksi Pengawas.
2.4 Satu dan lain hal yang menyimpang dari hal-hal tersebut diatas akan ditentukan
oleh direksi.

PASAL 3 : PEKERJAAN TANAH/PASIR


3.1 Untuk pekerjaan tanah/pasir ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
3.2 Pekerjaan Galian tanah meliputi pekerjaan galian tanah untuk pondasi
3.3 Pekerjaan urugan tanah bekas galian dilaksanakan disekitar pondasi, sampai
ketinggian yang ditentukan pada rencana gambar.
3.4 Pengurugan pada ayat 3.3 harus dengan pemadatan yang dilaksanakan lapis
demi lapis, masing- masing setebal 20 cm ditumbuk sampai padat hingga
mencapai ketinggian permukaan pondasi,perhatikan gambar kerja.
3.5 Urugan dibawah lantai menggunakan urugan pasir.

PASAL 4 : PEKERJAAN PONDASI


4.1 Pondasi bangunan ini berupa pondasi pasangan batu gunung/kali dan pondasi
teras menggunakan pondasi tapak / Poerneut.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


4.2 Alas pondasi dari pasir urug yang dipadatkan setebal 5 cm, ditimbris dan disiram
air sampai kepadatan maksimum.
4.3 Lantai kerja pondasi/aanstamping adalah batu kali setebal 15 cm di isi pasir
atau batu pecah pada celahnya hingga kokoh.
4.4 Material batu kali/belah yang keras, bermutu baik dan tidak cacat dan tidak
retak.
4.5 Adukan yang dipakai untuk pasangan pondasi dan berapen adalah 1pc : 4ps.
Air yang digunakan harus bersih, tawar dan bebas dari bahan kimia yang dapat
merusak pondasi, asam alkali atau bahan organik.
4.6 Pasir pasang harus bersih, tajam dan bebas lumpur tanah liat, kotoran organik
dan bahan-bahan yang dapat merusak pasangan, untuk itu pasir yang akan
dipakai terlebih dahulu diayak lewat ayakan dengan diameter lubang sebesar
10 mm.
4.7 Pemeriksaan tiap galian pondasi dilaksanakan terhadap kebenaran
penempatannya, kedalaman, besaran, lebar, letak dan kondisi dasar galian.
Sebelum pemasangan pondasi dimulai izin dari Direksi mengenai hal tersebut
harus didapat secara tertulis.
4.8 Untuk pekerjaan ini perlu diperhatikan gambar kerja dan bestek.

PASAL 5 : PEKERJAAN BETON BERTULANG


5.1 Sebagai pedoman pelaksanaan dipakai Peraturan Beton Indonesia 1971(PBI.
1971) dan SKSNI 2847:2013. Untuk beton struktur, fc’ tidak boleh kurang dari
17 MPa. Nilai maksimum fc’ tidak dibatasi
kecuali bilamana dibatasi oleh ketentuan Standar tertentu. Pekerjaan Beton
pada proyek ini meliputi :
 Sloof
 Kolom
 Ringbalk
 Plat Lantai.
Segala ukuran dan penempatannya sesuai gambar rencana

5.2 Persyaratan Bahan :


5.2.1 Bahan agregat pasir dan kerikil harus dari tempat-tempat yang telah
disetujui mutunya oleh Konsultan Pengawas Lapangan dan harus
memenuhi syarat-syarat PBI. 1971 dan SKSNI 2847:2013.
5.2.2 Bahan agregat pasir dan kerikil harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga tidak tercampur dengan bahan-bahan yang merusak mutu beton
dan ditempatkan terpisah.
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
5.2.3 Besaran butiran agregat kerikil yang dipakai untuk bahan beton, harus
berada diantara ayakan 4 mm – 31,5 mm.
5.2.4 Agregat kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 persen.
Apabila kadar lumpur tersebut lebih dari 1 persen , maka agregat kerikil
harus dicuci.
5.2.5 Besar butiran agregat pasir yang dipakai untuk bahan beton, harus
berada diantara ayakan 0,063 - 4 mm.
5.2.6 Agregat pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 persen.
Apabila kadar lumpur tersebut lebih dari 5 persen , maka agregat pasir
harus dicuci.
5.2.7 Jenis semen yang dipakai harus jenis semen type satu sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam NI-8.
5.2.8 Semen yang didatangkan ke lokasi proyek, harus disimpan pada gudang
yang berlantai kering sedemikian rupa, sehingga terjamin tidak akan
rusak dan/atau tercampur bahan lain yang dapat merusak mutu beton.
5.2.9 Pada pemakaian semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru
datang, tidak boleh dilakukan diatas timbunan yang telah ada, dan
pemakaian semen harus dilakukan menurut urutan pengirimannya.
5.2.10 Air yang dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton diusahakan
air bersih yang dapat diminum. Air yang mengandung garam dan/atau
bahan lain yang merusak beton, tidak boleh dipakai.
5.2.11 Bila terdapat keragu-raguan terhadap air yang dipakai, maka contoh air
tersebut harus diperiksakan di laboratorium dibawah tanggung jawab
Kontraktor.
5.2.12 Bila pemeriksaan air tersebut tidak memenuhi syarat untuk bahan
campuran beton, maka air tersebut tidak boleh dipakai.

5.3 Tulangan
5.3.1 Semua baja tulangan yang dipakai berbentuk polos, sesuai dengan
standard PBI. 1971/atau SKSNI 2847:2013.
5.3.2 Sebelum baja tulangan di datangkan ke lokasi proyek, maka
kontraktor harus menyerahkan dahulu contoh-contoh baja tulangan yang
dipakai kepada Pengawas Lapangan.
5.3.3 Baja tulangan yang dibengkokkan sama dengan atau lebih dari 90
derajat, hanya diperkenankan sekali pembengkokkan.
5.3.4 Baja tulangan harus bersih dari karat yang mengganggu kekuatan
beton bertulang. Hal ini disesuaikan dengan PBI. 1971/atau SKSNI
2847:2013.
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
5.3.5 Baja tulangan tidak boleh disimpan ditempat yang langsung berhubungan
dengan tanah atau tempat terbuka dan harus dilindungi dari genangan air
/ air hujan.
5.3.6 Profil dan Diameter tulangan yang dipakai harus memenuhi standard
(sesuai gambar detail) dan bestek.

5.4 Bekisting
5.4.1 Papan bekisting ( cetakan beton ) yang dipakai adalah dari bahan kayu
terantang tebal 2 cm dan plywood tebal 9 mm dan apabila oleh
Pengawas Lapangan dinyatakan rusak, maka tidak boleh dipakai lagi
untuk pekerjaan berikutnya.
5.4.2 Tiang-tiang bekisting dapat dibuat dari kayu kelas II dengan ukuran 5/7
cm atau galam diameter 8 – 10 cm dengan jarak maksimum 0, 5 meter.
5.4.3 Konstruksi bekisting harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mudah
bergerak dan kuat menahan beban diatasnya.
5.4.4 Pada bekisting kolom yang tinggi, maka setiap tinggi 2 meter harus diberi
pintu untuk memasukkan spasi beton, sehingga terhindar terjadinya
sarang -sarang kerikil.
5.4.5 Pada bekisting kolom, dinding dan balok tinggi, harus diadakan
perlengkapan pintu untuk membersihkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji,
potongan kayu, kawat pengikat dan lain-lain.
5.4.6 Khusus bekisting kolom material bekisting boleh digunakan untuk
pekerjaan bekisting kolom berikutnya maksimal untuk 2 kali pemakaian.

5.5 Pekerjaan Beton


5.5.1 Untuk beton lantai kerja Membuat Lantai Kerja Beton f’c :7,4 MPa
5.5.2 Untuk pekerjaan beton konstruksi struktural dan lantai beton, memakai
jenis mutu beton f’c : 19,2 MPa
5.5.3 Sebelum pengecoran dimulai :
 Bekisting harus dibersihkan dari potongan – potongan kayu,
potongan – potongan kawat pengikat dan bahan-bahan lain yang
merusak mutu beton.
 Sebelum pelaksanaan pengecoran, bekisting harus disiram air
terlebih dahulu.
 Lubang-lubang yang terdapat pada bekisting supaya ditutup
sedemikian rupa, sehingga air semen tidak dapat keluar.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


5.5.4 Khusus pada pengecoran kolom beton bertulang yang langsung bertemu
dinding batu bata atau kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan Maka
sebelum pengecoran dimulai, Pelaksana harus mempersiapkan :
 Angker untuk pasangan batu bata dari baja tulangan diameter 10
mm, panjang yang keluar dari kolom sama dengan 20 cm, dengan
jarak satu sama lain 50 cm.
 Angker untuk kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan sesuai
gambar detail.
5.5.5 Untuk penutup beton minimum (selimut beton) yang berhubungan
dengan:
 Air adalah 2,5 cm.
 Pelat lantai adalah untuk pelat 1.5 cm, untuk balok 2 cm dan untuk
kolom 2,5 cm.
5.5.6 Pada pengecoran beton, bahan campuran beton harus diaduk dengan
mesin pengaduk Mollen sampai bahan bersatu menjadi satu warna.
5.5.7 Untuk pengecoran pelat beton dan balok tidak boleh berhenti ditengah-
tengah bentang lapangan.
5.5.8 Penghentian pengecoran pelat, harus dimuka balok yang sudah dicor
danmaksimal sejauh 0,15 x bentang pelat (dihitung dari ujung bawah
pelat terakhir).
5.5.9 Penghentian pengecoran balok, sloof dan ring balk, harus dimuka titik
tumpuan (kolom) yang sudah dicor dan maksimal 0, 15 bentang balok.
5.5.10 Pengecoran dapat dimulai, bila keadaan bekisting dan tulangan sudah
memenuhi syarat dan telah diperiksa oleh Konsultan Pengawas
Lapangan serta mendapat izin pengecoran.
5.5.11 Khusus untuk pengecoran kolom, spesi beton tidak boleh dijatuhkan lebih
tinggi dari 2 meter.
5.5.12 Pekerjaan beton yang permukaannya masih diplester, atau permukaan
yang masih kena pekerjaan pengecoran lanjutan, maka permukaan beton
tersebut harus dikasarkan dan bidang yang akan diplester atau
disambung harus disiram air semen.
5.5.13 Setelah selesai pekerjaan pengecoran, maka beton harus dirawat
selama masa pengikatan. Perawatan tersebut dilaksanakan dengan
jalan mengalirkan air terus menerus pada permukaan beton atau
menutup permukaan beton dengan karung goni atau bahan lain yang
dapat basah terus menerus sampai selesai waktu pengikatan. Apabila
ingin mempercepat waktu pengikatan boleh mempergunakan obat
setelah mendapat ijin dari konsultan pengawas.
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
5.5.14 Lamanya perawatan adalah sama dengan umur beton yang
disesuaikan dengan ketentuan PBI 1971 dan selama perawatan itu
beton tidak boleh mendapat beban yang berat.

PASAL 6 : PEKERJAAN DINDING


6.1 DINDING PASANGAN BATA RINGAN
A. U M U M
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini
untuk mendapatkan hasil yang baik.
b. Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran
dinding bagian dalam dan luar bangunan, serta seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar kerja.
2. Pekerjaan yang berhubungan
a. Adukan dan pasangan

3. Standard
- Batu bata harus memenuhi NI-10
- Semen Portland harus memenuhi NI-8
- Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat 2.
- Air harus memenuhi PUBI-1982 Pasal 9

B. BAHAN/PRODUK
Bata Ringan yang digunakan bata ringan ex. Axel dengan kualitas terbaik yang
disetujui Konsultan Pengawas, siku dan sama ukurannya 10 x 20 x 60 cm.

C. PELAKSANAAN
1. Pasangan batu ringan, dengan menggunakan aduk perekat bata ringan/mortar
siap pakai.
2. Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan
sloof sampai ketinggian 30 cm di atas permukaan lantai dasar, dinding di
daerah basah setinggi 160 cm dari permukaan lantai, serta semua dinding yang
pada gambar menggunakan simbol aduk trasraam/kedap air digunakan
adukan rapat air dengan campuran 1 pc : 2 pasir pasang.
3. Setelah bata terpasang dengan aduk, naad/siar-siar harus dikerok sedalam 1
cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


4. Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air
terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
5. Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
6. Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambah kolom
dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan
pokok 4 diameter 10 mm, beugel diameter 6 mm jarak 20 cm.
7. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
8. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap
bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton
diameter 6 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada
bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata
sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.
9. Tidak diperkenankan memasang bata ringan yang patah dua melebihi dari 5%.
Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.
10. Pasangan batu bata untuk dinding 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish
setebal 15 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan
pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.

6.2 Dinding Tembok


6.1.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan
bestek.
6.1.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata ringan tebal 10 cm dikerjakan,
maka harus diperhatikan sudut- sudut yang dibatasi oleh dua bidang
dinding vertikal maupun dengan bidang lantai, maka harus dijaga
kesikuannya.
6.1.3 Pasangan batu bata ringan tebal 10 cm dengan mortar semen instant
6.1.4 Batu bata ringan sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih
dahulu sampai basah.
6.1.5 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh
dengan spesi dan selanjutnya diratakan dan dirapikan.

6.3 Plesteran

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


6.3.1 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu
bata bagian luar dan bagian dalam.
6.3.2 Untuk pasangan dinding batu bata dengan spesi 1 PC : 2 Pasir , harus
diplester dengan camp 1 : 2 dengan tebal 15 mm.dan spesi 1PC : 2
pasir untuk pekerjaan dinding setengah bata digunakan camp 1 : 2
(Trasraam dan WC/KM) dengan tebal 15 cm.
6.3.3 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan
dengan adukan semen dan air (diaci).
6.3.4 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran harus diayak dengan
ayakan pasir berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil
permukaan plesteran yang kasar / rusak.
6.3.5 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh
dipakai kembali untuk plesteran.
6.3.6 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran
yang sudah selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan
pembongkaran tersebut, harus diperbaiki kembali seperti keadaan
semula dengan spesi yang sama dengan spesi yang belum dibongkar.
6.7.4 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus
dilaksanakan perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran
dengan air, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.

6.4 Dinding Acian


Lingkup pekerjaan
1. Termasuk dalam pekerjaan acian dinding ini adalah penyediaan tenaga kerja,
bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan acian, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik.
2. Pekerjaan acian dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian dalam dan luar
serta seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam shop drawing.

Pekerjaan yang berhubungan :


Pekerjaan plesteran / Acian & pekerjaan pengecatan
Persyaratan bahan
1. Bahan yang digunakan adalah Mortar/ semen instant yang khusus dipergunakan
untuk acian, ex Mortar Utama Drymix, Prime Mortar.

2. Alat kerja yang digunakan antara lain; roskam, sendok semen, elektrical mixer dan
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
jidar aluminium.
Persiapan
1. Siapkan tempat kerja dan permukaan yang akan diaci.
2. Bersihkan permukaan bidang yang akan diaci dari kotoran, minyak, karat maupun
lumut yang dapat mengurangi rekatan adukan dan apabila dalam keadaan kering
sebaiknya dibasahi dahulu secara merata sebelum pengacian.
Metode Pelaksanaan
1. Campurkan bahan mortar dengan air, sesuai dengan perbandingan yang ditentukan
spesifikasi.
2. Aduk campuran diatas hingga rata dan diperoleh kelecakan (consistency) yang
sesuai untuk pelaksanaan pengacian (akan lebih baik dan mudah jika menggunakan
drill dengan blade yang telah didesign khusus sebagai mixer).
3. Pengacian dilakukan secara manual sebagaimana umumnya dengan menghampar
adukan dengan hand towel hingga merata pada bidang yang akan diaci dan
bilamana perlu diratakan dengan jidar aluminium panjang.
4. Bila tebal acian pada hamparan lapis pertama masih tipis dapat dilakukan
penambahan pada hamparan berikutnya dan untuk tebal acian yang dianjurkan
dalam pengacian adalah 1 – 3mm tergantung kerataan dasar permukaannya.

Catatan : Untuk finishing akhir acian cukup menarik hand trowel searah (horizontal
atau vertical) dan tidak diperkenankan menekan, memutar atau bahkan
menggosok dengan sobekan kertas semen.

PASAL 7 : PEKERJAAN RANGKA KUDA-KUDA / ATAP


A. Umum
1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan lat bantu lainnya
untuk pelaksanaan pekerjaan, sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik
dan sempurna.
b. Pekerjaan meliputi seluruh atap bangunan dengan kerangka besi baja.
c. Talang (gutter)
2. Pekerjaan yang berhubungan
a. Ringbalk
b. Rangka kuda-kuda baja ringan/truss ( sesuai gambar )
c. Penutup Atap Genteng Metal lapis butir pasir

3. Persetujuan-persetujuan
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
a. Kontraktor terlebih dahulu harus menyerahkan shop drawing kepada
pengawas sebelum memulai pekerjaan, untuk mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas.
b. Harus memperhatikan dengan jelas dimensi-dimensi sistim kontraksi,
hubungan-hubungan antar komponen, cara pengukuran dll.
c. Shop drawing harus dikoordinasikan dengan ketentuan yang berlaku guna
ketepatan perkuatan-perkuatan yang diperlukan.
d. Kontraktor harus menyerahkan 3 set contoh bahan yang memperlihatkan
texture, finishing & warna.
e. Semua sample harus diberi tanda yang memperlihatkan ketebalan jenis
material, warna dan dimana pekerjaan itu akan dipakai.

B. Material
Rangka baja ringan dibuat dari baja bertegangan tarik tinggi zincalume merupakan
perpaduan seng, aluminium dan silicon.
Spesifikasi :
Kuda-kuda baja ringan:
Panjang : Ukuran panjang dapat disediakan sesuai kemampuan
pengangkutan dan pelaksanaan produksi.
Sudut kemiringan 30˚ (derajat)
Tebal baja ringan min. 0,75 mm

Penutup Atap:
Atap : Genteng Metal Berpasir
Bahan : baja galvalume az 100, zincalume, zinc phospat, dan campuran
coraltex.
Tebal : 0.20 – 0.40 mm

7.1. Rangka Atap


7.1.1 Untuk pekerjaan rangka baja baja, perlu diperhatikan rencana
gambar kerja pekerjaan atap.
7.1.2 Rangka kuda- kuda digunakan dari bahan baja ringan C.75.100
7.1.3 Ukuran rangka kuda-kuda, kasau dan reng sesuai dengan spesifikasi yang
diberikan oleh pabrik dan brosur.
7.1.5 Semua bahan yang telah masuk di site dan menyimpang dari ketentuan
dalam spesifikasi, contoh ataupun brosur yang telah disetujui, maka bahan
tersebut harus dikeluarkan dari site dalam waktu 1 x 24 jam sejak
diketahuinya penyimpangan itu oleh Direksi / Pengawas.
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
7.2 Penutup Atap
7.2.1 Penutup atap bangunan menggunakan atap Genteng metal berpasir
kemiringan atap 30˚ (derajat) dengan komposisi sbb:
7.2.4 Warna penutup atap dan bubungan yang dipasang sebagai penutup atap
bangunan, akan ditentukan kemudian dan dikonsultasikan dengan
pemberi Kegiatan.
7.3 Plafond
7.3.1 Untuk pekerjaan plafond ini, perlu diperhatikan rencana gambar bestek.
7.3.2 Untuk rangka Plafond di dalam ruangan menggunakan rangka hollow 2x4
dan 4x4 cm, dan harus memiliki sifat kuat, dan lurus/rata. Sedangkan
plafond yang digunakan adalah jenis Plafond Calsium Silikat ex
KalsiBoard/Nusa Board
7.3.3. Untuk rangka Plafond diluar ruangan menggunakan rangka hollow 2x4 dan
4x4 cm dan plafond yang digunakan adalah Plafond Calsium Silicate 3,5
mm.
7.3.4. Pada pertemuan plafond dengan dinding dan kolom-kolom, didalam
dipasang list Calsium Silicate dan luar ruangan dipasang list Gypsum.
7.3.5. Bila dalam pemasangan plafond, terdapat bagian yang tidak rata atau
melentur, maka harus dibongkar dan diperbaiki lagi sampai permukaannya
betul-betul waterpass mendatar.

PASAL 8 : PEKERJAAN KUSEN PINTU, JENDELA, DAN VENTILASI


8.1 Untuk pekerjaan pintu / jendela / ventilasi ini, perlu diperhatikan rencana gambar
dan bestek
8.2 Untuk pekerjaan pintu / jendela / ventilasi ini adalah barang pabrikasi berbahan
kaca casement rangka alumunium, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek
8.3 Untuk pekerjaan pintu / jendela / ventilasi ini adalah barang pabrikasi berbahan
kayu ulin uk 5/10 (ukur) berkualitas baik, perlu diperhatikan rencana gambar dan
bestek.
8.4 Rangka/bingkai daun pintu, jendela, ventilasi dibuat sesuai dengan gambar
rencana.
8.5 Daun pintu untuk wc/toilet dan tempat wudhu dibuat dari Panel Pintu ulin
pabrikasi.
8.6 Pekerjaan kusen-kusen, rangka / bingkai daun pintu, jendela, ventilasi /
penerangan harus dibuat dengan pabrikasi. Bagian bawah tiang kusen pintu
harus sampai tertanam pada lantai.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


8.7 Pada kusen Aluminium yang terdapat bagian engsel pintudan jendala, bagian
dalam kusen harus diberi perkuatan dari bahan kayu sebagai tumpuan sekrup
yang mengikat engsel tersebut.
8.8 Jenis dan Bahan pada Pintu, Jendela dan Ventilasi harus disesuaikan dengan
rencana gambar dan Rencana Anggaran Biaya. .
8.9 Bahan kaca untuk jendela, ventilasi/penerangan, jendala kaca mati
menggunakan kaca raybend dan kaca bening tebal kaca 5 mm atau sesuai dengan
rencana kerja dan gambar.
8.10 Bahan kaca yang akan dipasang, harus diperiksakan dahulu kepada Direksi.
8.11 Pemasangan kaca tidak boleh terlalu rapat, harus ada kelonggaran 2-3 mm,
sehingga terhindar pecahnya kaca akibat pemuaian.
8.12 Daun pintu, daun jendela dan daun ventilasi buka, harus dapat dibuka/ditutup
dengan mudah, tanpa ada gesekan yang kuat pada kosen atau lantai.

PASAL 9 : PEKERJAAN LANTAI

9.1 Untuk pekerjaan lantai ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
9.2 Lantai pada bangunan menggunakan plat lantai beton f’c 7,4 MPa bertulangan
Wiremesh dengan ketebalan 10 cm.
9.3 Untuk Area Toilet dan KM/WC penutup lantai dan dinding digunakan finisihing
Granit (Homogeneous tile) anti slip 60x60 cm.
9.4 Lantai menggunakan finishing Granit 60x60 (Homogeneous tile) dan
pemasangannya harus betul-betul datar water pass dan tidak boleh ada
retak/pecah.
9.5 Pemasangan granit (Homogeneous tile) harus dikerjakan oleh tenaga yang
benar-benar ahli, sehingga tidak terjadi pemasangan yang bergelombang dan
nat-nat yang tidak lurus.
9.6 Bila terdapat pemasangan granit yang harus dipotong, maka diusahakan
pemasangannya pada pertemuan sudut lantai dan dinding.
9.7 Setelah selesai pemasangan granit, maka nat-natnya harus diisi dengan spesi
semen dan air dengan warna yang sama dengan warna keramik.
9.8 Bila terdapat pemasangan granit lantai yang tidak rata waterpass mendatar
(bergelombang) dan tidak lurus maka harus dibongkar, dan diperbaiki
kembali sampai permukaan lantai waterpass mendatar dan plint benar-benar
lurus.

PASAL 10 : PEKERJAAN KUNCI / ALAT PENGGANTUNG

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


10.1 Semua accesoris penggantung jendela dan pintu lengkap engsel, kunci, Grendel,
kait angin sebagaimana pabrikasi
10.4 Semua bahan-bahan diatas harus berkualitas baik dan sebelum dipasang
harus mendapat persetujuan Direksi.

PASAL 11 : PEKERJAAN LISTRIK


11.1 Semua alat instalasi listrik disesuaikan dengan gambar/ keperluan, semua harus
berkualitas baik dan dapat persetujuan dari Direksi.
11.2 Perlengkapan listrik yang dimaksud meliputi :
 Instalasi Titik Lampu.
 Instalasi Stop Kontak.
 Saklar Ganda.
 Saklar Tunggal.
 Lampu LED 9 watt.
11.3 Saklar dan stop kontak.
a. Mekanisme saklar dengan rating 10 A – 250 volt dengan warna dasar putih,
jenis pasangan recessmounted atau surfacemounted. Dalam suplai sakelar
harus lengkap dengan box tempat dudukannya dari bahan metal.
b. Stop kontak standard dengan ratting 10 A – 250 volt. 2 kutub ditambah 1untuk
pentanahan
c. Untuk saklar dan stop kontak, instalasi terpasang recessedmounted ke kolom
atau tembok. Sakelar terpasang 150 cm di atas lantai kecuali untuk peralatan
tertentu.
Pemasangan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh instalatir yang telah
disahkan oleh PLN setempat terdiri dari instalasi listrik dalam lengkap dan
instalasi listrik menyambung antar bangunan.

PASAL 12 : PEKERJAAN CAT-CATAN


12.1 Seluruh permukaan dinding bagian luar dan dalam balok, kolom dan plafond
yang tampak dan tidak dilapis , harus dicat.
12.2 Seluruh pekerjaan kayu, kosen, dan pintu panil, harus dicat kilat.
12.3 Sebelum pekerjaan cat dilaksanakan, maka permukaan yang akan dicat,
harusdibersihkan dan dihaluskan dengan amplas. Kemudian dimenie, dicat
dasar, didempul, diplummer dan diampelas rata / licin.
12.4 Permukaan plesteran hanya boleh dicat, bila sudah berumur 4 minggu,
yaitu dengan maksud mengeringkan permukaan plesteran.
12.5 Untuk mengencerkan bahan cat dengan bahan pengencer, harus
mentaati petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
12.6 Semua pekerjaan pengecatan, harus dilaksanakan tanpa ada cacat/goresan
yang membuat dinding rusak.
12.7 Pengertian cat pada pekerjaan ini meliputi bahan emulsi, enamel, vernis, sealer
dan lain-lain.
12.8 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk dinding tembok dan beton, harus
dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan alkali resistant sealer.
 Lapis kedua dengan cat plammur.
 Lapis ketiga dan keempat memakai cat.
12.9 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk permukaan kayu harus dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan dana alkyd primer.
 Lapis kedua dan ketiga harus dicat dengan cat kilap.
12.10 Bahan cat dasar, cat lapis dan cat tembok, harus memakai cat yang masa
pemakaiannya masih berlaku, sehingga warnanya masih sesuai dengan aslinya.
12.11 Bahan cat harus benar - benar diaduk sampai merata menjadi satu warna,
sehingga warna cat sama pada permukaan yang dicat.
12.12 Cat yang digunakan untuk cat tembok setara Mowilex
12.13 Cat yang digunakan untuk bangunan bagian luar menggunakan cat tembok
setara Mowilex
12.14 Penentuan warna bahan cat, harus dikonsultasikan dengan Pemilik
Bangunan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 13 : PEKERJAAN SANITAIR DAN INSTALASI


13.1 Umum.
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plumbing / Sanitasi yang diuraikan di sini adalah
persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi
maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis
Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.
13.2 Lingkup Pekerjaan.
Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi plumbing
(pembuangan air kotor, air bekas, septictank dan penyediaan air bersih) di dalam dan
di luar bangunan sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya,
seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi dan
testing terhadap seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 (dua
belas) bulan.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada spesifikasi
/ syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara
keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material,
peralatan dan perlengkapan sistem plumbing / sanitasi sesuai dengan peraturan /
standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk
menunjang bekerjanya sistem / peralatan, walaupun tidak tercantum pada
Syarat-syarat Teknik Khusus atau gambar dokumen.

Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah sebagai berikut:
Instalasi Air Bersih.
o Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar
bangunan, lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana
dan spesifikasi tekniknya.
o Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi
plumbing serta peralatan-peralatannya.
o Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan
oleh pompa yang disediakan oleh Kontraktor.
o Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial
dan untuk seluruh sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai
sistem bekerja dengan baik dan aman.
o Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersihan site.

13.3 Teknis Pelaksanaan.


 Pengecatan.
o Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung rangka penyangga,
semua unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat
dengan lapisan cat dasar (prime coating), cat harus sesuai dengan persyaratan
pengecatan yang sesuai dengan bahan masing- masing.
o Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di pabriknya atau
dinyatakan lain dalam spesifikasinya atau untuk bahan alumunium.
o Untuk peralatan yang tampak, maka bahan-bahan tersebut harus dicat akhir
dengan cat besi merek ICI dengan merek sebagai berikut :

- pipa air bersih : biru (ICI R 404-41001)


- pipa drain / waste : hitam (ICI R 404-40009)
- gantungan / support : hitam (ICI R 404-40009)
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
- panah pengarah : putih (ICI R 404-101)
o Kontraktor harus memberikan tanda-tanda huruf dan nomor identifikasi bagi
peralatannya dengan cat yang tidak mudah terhapus.
Sebelumnya Kontraktor wajib memberitahukan mengenai tanda-tanda yang
hendak dipasang pada peralatan-peralatan itu kepada Direksi / Pengawas.
 Peralatan.
o Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada
tempat - tempat rendah tertutup.
o Kontraktor harus menyediakan dan memasang pipe fitting untuk penempatan alat
ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
o Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian
tinggi serta simetris.
o Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa di
tempat - tempat tertentu untuk menunjukan arah aliran dengan cat.
o Kontraktor harus menyediakan dan memasang automatic air release valve (ARV)
beserta penampungannya pada tempat yang memungkinkan terjadinya
pengumpulan udara (misalnya di ujung-ujung teratas pipa tegak).
 Ukuran (dimensi).
o Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail yang terdapat pada gambar harus
ditaati oleh Kontraktor.
o Kontraktor harus meneliti (mempelajari) gambar perencanaan, dan bila terdapat
perbedaan antara suatu dengan yang lain, harus segera dibicarakan dengan
Direksi / Pengawas.
o Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan pengukuran dan
penggambaran yang diperlukan guna memudahkan pelaksanaan.

13.4 Instalasi Air Bersih


o Pipa.
Pipa dengan diameter 1/2" baik pipa utama maupun pipa cabang, termasuk yang
menuju fixtures menggunakan galvanized iron pipe (GIP) medium class yang
memenuhi standar BS 1387 / 1967.
Pipa ex BAKRIE, PPI atau setara.
o Fitting.
Fitting-fitting sampai dengan diameter 2 ½ “ (65 mm) harus disambung dengan cara
ulir, sedangkan untuk fitting dengan diameter lebih dari 2 ½” (65 mm) harus disambung
dengan cara flange. Bahan fitting harus sama dengan bahan pipa dan memenuhi
syarat berikut :
- Bahan : malleable-iron (sampai 2 ½”) atau forged steel (di atas 2 ½”)
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
- Standar : BS, ANSI, JIS.B.2301 atau setara.
o Flange.
- Bahan : Malleable iron atau forged steel (sesuai dengan tekanan kerja)
- Standar : BS, ANSI atau JIS.B.2210-2215. (malleable iron), JIS.B.2221- 2225
(steel) atau setara.
o Pemasangan Pipa.
 Pipa Tegak.
Pipa tegak yang menuju fixture harus ditanam di dalam tembok / lantai.
Kontraktor harus membuat alur-alur dan lubang-lubang yang diperlukan pada
tembok sesuai pada kebutuhan pipa.
Setelah pipa dipasang, diklem dan diuji harus ditutup kembali sehingga tidak
kelihatan dari luar.
Cara penutupan kembali harus seperti semula dan finish yang rapi sehingga tidak
terlihat bekas-bekas dari bobokan.
 Pipa Mendatar.
Untuk pipa yang berada di atas atap dan di bawah pelat lantai (tidak di dalam
tanah), pipa harus dipasang dengan penyangga (support) atau penggantung
(hanger). Jarak antara pipa dengan dinding penggantungan bisa disesuaikan
dengan keadaan lapangan.
o Penyambungan Pipa.
a. Sambungan ulir.
Penyambungan ulir antara pipa dengan fitting dilakukan untuk pipa dengan
diameter sampai 65 mm (2 1/2 ").
Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sedemikian rupa, sehingga fitting
dapat masuk pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir. Semua
sambungan ulir harus menggunakan perapat henep dan zinkwite dengan
campuran minyak.
Semua pemotongan pipa menggunakan pipe cutter dengan pisau roda.
Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas pemotongan
dengan reamer.
Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
b. Sambungan Lem.
Penyambungan antara pipa dengan fitting PVC menggunakan lem yang
sesuai dengan jenis pipa dan menurut rekomendasi pabrik.
Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, dan hal ini dapat dilakukan
dengan alat pres khusus.
Pemotongan pipa harus tegak lurus terhadap pipa.
c. Sambungan Las.
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
Sambungan las hanya diijinkan untuk konstruksi penyangga dan pipa selain
pipa air minum.
Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las, dengan kawat las
/ elektrode yang sesuai.
Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah
mendapatkan ijin tertulis dari Direksi / Pengawas.
d. Sleeves.
Sleeve untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut
menembus beton.
Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan ruang
longgar di luar pipa maupun isolasi. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa
besi tuang atau baja.
Untuk yang diinginkan kedap air harus dilengkapi dengan sayap / flens / water
stop.
Untuk pipa-pipa yang menembus konstruksi bangunan yang mempunyai
lapisan kedap air (water proofing) harus dari jenis flushing sleeves.
Rongga antara pipa dan sleeve harus dibuat kedap air dengan rubber seal
atau caulk.
o Penanaman Pipa di Dalam Tanah.
a. Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan.
b. Diberi pasir urug padat setebal 10 cm.
c. Pada setiap sambungan pipa harus dibuat lubang galian yang dalamnya 50 mm
untuk penempatan sambungan pipa.
d. Sebelum pipa diturunkan atau dipasang di dalam galian, semua bagian pipa
termasuk fitting dan valve body harus dilapis dengan aspal kemudian dibungkus
dengan karung goni dan sekali lagi dilapis dengan aspal. Setelah aspal kering
pipa diturunkan ke dalam galian.
e. Dilakukan pengujian terhadap kebocoran secara hidrolis dengan tekanan uji 12
kg/cm2, selama 24 jam.
f. Setelah hasilnya baik, ditimbun kembali dengan pasir urug padat setebal 15 cm
dihitung dari atas pipa.
g. Di sekitar fitting dari pipa harus dipasang balok / penguat dari beton agar
fitting- fitting tidak bergerak jika beban tekan diberikan.
h. Kemudian diurug dengan tanah bekas galian sampai seperti keadaan semula.
o Pengujian Terhadap Tekanan dan Kebocoran.
a. Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang, harus diuji dengan
tekanan hidrolis sebesar 12 kg/cm2 selama 24 jam tanpa terjadi perubahan /
penurunan tekanan.
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
b. Peralatan pengujian ini harus disediakan oleh Kontraktor.
c. Pengujian harus disaksikan oleh Direksi / Pengawas atau yang dikuasakan
untuk itu.
d. Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian Kontraktor harus memperbaiki
bagian-bagian yang rusak dan melakukan pengujian kembali sampai berhasil
dengan baik.
e. Dalam hal ini semua biaya ditanggung oleh Kontraktor, termasuk biaya
pemakaian air dan listrik.

o Pengujian Sistim Kerja (Trial Run).


Setelah semua instalasi air bersih lengkap, termasuk penyambungan ke pipa
distribusi, Kontraktor diharuskan melakukan pengujian terhadap sistim kerja (trial run)
dari seluruh instalasi air bersih, yang disaksikan oleh Direksi / Pengawas atau yang
ditunjuk untuk itu sampai sistim bisa bekerja dengan baik.
o Pekerjaan Lain-lain.
Termasuk di dalam pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah
pembobokan dinding / selokan, penggalian dan pengangkutan tanah hasil galian dan
lain-lainnya yang ditemui di site, serta memperbaiki kembali seperti semula.
 Cara Pemasangan Pipa.
o Pipa di Dalam Bangunan (termasuk pipa vent).
a. Pipa Mendatar.
Pipa dipasang dengan kemiringan (slope) 1 - 2 %. Perletakan pipa harus
diusahakan berada pada tempat yang tersembunyi baik di dinding / tembok
maupun pada ruang yang berada di bawah lantai.
Setiap pencabangan atau penyambungan yang merubah arah harus
menggunakan fitting dengan sudut 45 o (misalnya Y branch dan sebagainya)
jenis long radius.
b. Pipa di Dalam Tanah.
Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah / jalan dengan tebal /
tinggi timbunan minimal 80 cm diukur dari atas pipa sampai permukaan tanah
/ lantai.
Sebelum pipa ditanam pada dasar galian harus diurug dahulu dengan pasir
padat setebal 10 cm.
Selanjutnya setelah pipa diletakkan, di sekeliling dan di atas pipa kemudian
diurug dengan tanah sampai padat. Konstruksi permukaan tanah / lantai
bekas galian harus dikembalikan seperti semula (dirapihkan kembali).
Penanaman pipa.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan. Pada tiap-tiap
sambungan pipa harus dibuat galian yang dalamnya 50 mm.
Untuk mendapatkan sambungan pipa pada bagian yang membelok ke atas
(vertikal) harus diberi landasan dari beton. Caranya seperti pada gambar
perencanaan.
Dalamnya perletakan pipa disesuaikan dengan kemiringan 1 - 2 % dari titik
mula di dalam gedung sampai ke saluran drainage.

13.5 Pas. Kran Air


 Peletakan Kran air
Kran air yang dipakai harus memenuhi standard dan merk yang telah
ditentukan adalah ex. WASSER (sesuai gambar detail) dan bestek.
13.6 Pas. Closed Jongkok
 Closed Jongkok
Closed Jongkok yang dipakai harus memenuhi standard dan merk yang telah
ditentukan adalah ex. TOTO harus sesuai RAB dan Bestek.
13.7 Pas. Floor Drain
 Peletakan Floor Drain
Floor Drain yang dipakai harus memenuhi standard dan merk yang telah
ditentukan adalah ex. WASSER (sesuai gambar detail) dan bestek.

PASAL 14 : PEKERJAAN HALAMAN DAN PAGAR

14.1. Pekerjaan Leveling Permukaan Tanah / Land Clearing


14.1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan
pelaksanaan land clearing sesuai yang ditunjukkan gambar rencana .
b. Pembersihan lahan dari kotoran-kotoran, kayu-kayu dan bahan-bahan
organik lainnya untuk kemudian dilaksanakan cut dan feel tanah untuk
mendapatkan ketinggian level permukaan tanah pada masing-masing
pekerjaan. Semua angka ketinggian level dapat dilihat pada gambar .
14.1.2. Bahan Material , Persyaratan Dan Pelaksanaan.
a. Penggalian / pengupasan dan penimbunan / pengurugan tanah
menggunakan peralatan dozer sebelum dilaksanakan harus diukur
terlebih dahulu dengan alat water pass / theodolith .
b. Untuk pekerjaan penimbunan bahan harus tanah urug yang bersih
kemudian dipadatkan lapis demi lapis 15-20 cm dengan stamper secara

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


berulang – ulang kali diberi air hingga mencapai level tertentu / yang
disyaratkann , Parkir dan jalan komplek

14.1.3. Lingkup Pekerjaan Halaman Sekolah


Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan pelaksanaan
yang diperlukan untuk menyelesaikan semua pekerjaan “ sub grade “, seperti
yang ditunjukkan pada gambar rencana dan sfesifikasi ini, tetapi tidak terbatas
pada hall sebagai berikut :
a. Pembersihan halaman lama dikupas menggunakan Alat bantu lainya
sedalam ± 5 – 10 cm untuk mendapatkan kedalaman sesuai tebal paving
block dan urugan pasir.
b. Pemasangan paving stone diatas lapisan urugan pasir dalam keadaan
padat untuk halaman dan bagian tepi dikunci dengan cansteen + tali air
berupa beton camp. 1 : 3 : 5.
c. Paving Block yang digunakan adalah berbahan dasar Pasir Vulkanik
dengan kualitas mutu beton adalah Camp. 1 : 2 : 3.

14.1.4. Bahan Material , Persyaratan Dan Pelaksanaan.


a. Lapisan pasir, harus dipadatkan dengan wales berat 6 - 8 ton, kurang lebih
3x sampai padat dan rata, kemudiaan diurug dengan pasir kasar diratakan
dan disiram air hingga padat. Untuk kemudiaan dilaksanakan
pemasangan paving untuk mendapatkan bidang yang rata harus
menggunakan benang, nat-nat paving diisi pasir dan disiram air
kemudiaan dipadatkan dengan stamper.
Diusahakan jenis pasir yang sama untuk menghindari karakteristik
pemadatan yang berbeda-beda. Dipadatkan dengan Walles beban 12 ton
sampai pemadatan rata kemudian diurug dengan pasir kasar diratakan
,disiram air hingga padat .
b. Bahan paving stone tebal 8 – 10 cm, natural type sesuai petunjuk Direksi
lengkap dengan penutupnya, harus kuat tekan minimal K- 175 kg/cm2 .

14.2. Pemasangan Saluran Keliling Lapangan


14.2.1 Dinding pasangan batu bata dengan kententuan dan syarat syarat yaitu:
Pasangan ½ batu bata campuran 1 : 4 untuk semua dinding /Saluran keliling
yang tidak dinyatakan lain pasal diatas, selanjutnya disesuaikan gambar.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


14.2.2 Pasangan dinding saluran dengan kedalaman 20 cm. Pasangan bata
berfungsi sebagai saluran pembuang air hujan.
Pelaksanaan
- Batu bata yang dipakai harus berkwalitas baik (setempat) masak
pembakarannya, ukuran tebal, lebar dan panjang seperti yangn
lazim/umum dipakai.
- Batu bata sebelum dipasang harus direndam dan disiram air.
- Pemasangan harus rapi, sehingga terdapat siar-siar (voog) yang dikeruk
sedalam 1 cm untuk kemudian diplester.
- Pemasangan batu bata harus dipasang rata, tegak dan lajur penaikannya
diukur tepat dengan tiang not dan kecuali bila mana tidak diperhatikan
dalam gambar-gambar, maka setiap lajur bata harus putus sambungan
dengan lajur dibawahnya. Pola ikatan pasangan harus terjaga baik
diseluruh pekerjaan. Bata yang dipasang harus dalam keadaan basah,
demikian pula sebelum plesteran dipasang, bagian yang akan diplester
harus disiram sampai basah. Untuk mempermudah penyiraman, maka
harus disediakan outlet air kerja dengan selang yang cukup dan
digerakkan dengan pompa. Ketinggian pemasangan bata tidak boleh
lebih tinggi dari 1 meter setiap hari.
14.2.3 Plesteran Saluran Keliling, pekerjaan ini adalah finishing pasangan bata untuk
saluran keliling yang selanjutnya disesuaikan gambar.
14.2.4. Plesteran camp.1:4 tebal 15 mm dikerjakan pada dinding pasangan bata
camp.1:4 .
14.2.5. Pekerjaan acian dibuat dalam campuran 1:2 dibuat pada permukaan dinding
yang diplester.
14.2.6. Pemasangan disusun sesuai pola pada gambar dan dibentuk sedemikian
rupa sehingga bisa berfungsi untuk lintasan pijat refleksi.

14.3. Gril Penutup Saluran Drainase


Pekerjaan penutup saluran meliputi saluran drainase. Bahan Gril Penutup Saluran
terdiri dari besi siku L ukuran 40 x 40 x 4 dan besi beton diameter 10 mm.
Penyambungan digunakan dengan Pengelasan dengan Las listrik.
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
Pada pelaksanaan pekerjaan agar memperharikan detail pada Gambar Kerja.

14.3. Pekerjaan Pagar


14.3.1.Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk
mendapatkan hasil yang terbaik.
14.3.2.Syarat syarat Bahan / Material.
Bahan / material pekerjaan Pagar Depan dan pagar samping meliputi:
- Pagar Besi Hollow diameter 4x4 dengan bentuk dan ukuruan harus sesuai
dengan gambar rencana.
- Pintu gerbang sekolah dibuat dari besi hollow 4x4 cm dan besi plat
dipasang pada rel dan dapat dibuka dengan cara digeser ke kanan dan
kiri, bentuk dan ukuruan harus sesuai dengan gambar rencana.
Semua bahan / material yang digunakan dalam pekerjaan ini harus
berkualitas baik dan mengikuti pesyaratan bahan pada pasal pasal diatas
yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut.
14.3.3. Pelaksanaan
Pelaksanaan tiap tiap pekerjaan harus mengikuti bentuk dan ukuran-ukuran
yang tertera dalam gambar. Dan untuk syarat pelaksanaan tiap tiap pekerjaan
mengikuti pasal pasal diatas yang ada kaitannya pekerjaan tersebut dengan
petunjuk pengawas konsultan.

PASAL 15. PERATURAN PENUTUP.

15.1 Meskipun dalam rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini pada uraian
pekerjaan untuk uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus
disediakan oleh pemborong, atau yang harus dibuat, dipasang oleh pemborong
tetapi menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan ini, perkataan – perkataan
diatas disepakati dianggap ada dan dimuat dalam RKS ini.

15.2 Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan Pembangunan,


tetapi tidak dimuat dan diuraikan dalam RKS ini, tetapi diselenggarakan dan
diselamatkan oleh Mandor/ kepala tukang, hal tersebut harus dianggap ada,
seakan dimuat kata demi kata dalam RKS ini, untuk menuju penyerahan selesai
menurut pertimbangan Direksi.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


15.3 Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari
Proyek, Pengelola Teknis, Konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil
yang memuaskan.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


RKS
(RENCANA KERJA DAN
SYARAT-SYARAT)

REHABILITASI DAN RENOVASI SARANA


PRASARANA SEKOLAH KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH, HULU SUNGAI UTARA,
BALANGAN DAN TABALONG

LOKASI :
SDN KALUMPANG 2, Kabupaten Hulu Sungai Utara

TAHUN ANGGARAN 2020


SPESIFIKASI TEKNIS

SPESIFIKASI TEKNIS

I. PETUNJUK UNTUK PESERTA

Peserta Lelang harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja, rencana
kerja dan syarat ini dengan seksama untuk memahami benar-benar maksud dan isi
dokumen tersebut secara keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan
yang akan dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan karena peserta tidak
membaca, tidak memahami, tidak memenuhi petunjuk, ketentuan dalam gambar,
atau pernyataan kesalah-pahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.

II. KETENTUAN-KETENTUAN TEKNIS

PASAL 1 : PENJELASAN UMUM.

1.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka berlaku dan mengikat, yaitu:

1.1.1 Gambar-gambar pelaksanaan konstruksi dan detail terlampir.


1.1.2 Uraian dan syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan (spesifikasi).
1.1.3 Berita acara Penjelasan (Aanwijijzing).
1.1.4 Petunjuk dari Pengelola Kegiatan dan Pengawas Lapangan

1.2 Dalam melaksanakan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, maka akan berlaku dan mengikat peraturan – peraturan
dibawah ini, termasuk segala perubahan dan tambahan, yaitu :
1.2.1 Peraturan umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia ( AV . 41
tahun 1941 )
1.2.2 Permen PUPR No. 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara.
1.2.3 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ) tahun 1997 1 / NI.2.
1.2.4 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ) tahun 1997 1 / NI.2.
1.2.5 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI ) tahun 1997 1 / NI.2
SPESIFIKASI TEKNIS

1.2.6 Peraturan Muatan Indonesia ( PMI ) tahun 1970 / NI – 18


1.2.7 Standar Nasional Indonesia (SNI)
1.2.8 Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja
1.2.9 Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh jawatan / instansi
Pemerintah setempat, yang berkaitan dengan pelaksanaan bangunan.
1.2.10 Kontraktor dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti Rencana Gambar
Bestek dan Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS), termasuk penambahan
/ pengurangan atau perubahan yang tercantum dalam berita acara
Aanwijzing.
1.2.11 Bila perbedaan-perbedaan antara gambar, RAB dan spesifikasi
menimbulkan keragu- raguan, sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan
dalam pekerjaan,
maka harus segera dikonsultasikan kepada Konsultan Pengawas atau
Konsultan Perencana dan keputusan-keputusannya harus dilaksanakan.
SPESIFIKASI TEKNIS

A. PERSIAPAN PENDAHULUAN

PASAL 1 : LINGKUP PEKERJAAN

. Perencanaan Rehab Dan Renovasi Prasarana Sekolah TABALONG


Madrasah Kabupaten Tabalong
1 SD Negeri KALUMPANG DALAM + 20CM DR HALAMAN

PASAL 2 : IZIN BANGUNAN.


2.1 Setelah surat Perintah Kerja (SPK) dikeluarkan, maka izin bangunan dan izin
lainnya akan diurus oleh Pemberi Tugas, namun pelaksanaan dan pembiayaannya
akan ditanggung oleh Kontraktor.
2.2 Ijin Mendirikan Bangunan adalah termasuk salah satu retribusi yang harus
dibayarkan oleh Kontraktor, sebagai satu syarat administrasi proyek.
2.3 Besarnya nilai IMB sesuai yang disyaratkan oleh Peraturan.
2.4 Untuk memulai pekerjaan, maka Kontraktor harus dapat menunjukkan kepada
Konsultan Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti bahwa izin
bangunan tersebut sedang diproses.
2.5 Tanpa adanya izin bangunan dari Instansi yang berwenang, maka Kontraktor
tidak diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk apapun disekitar
lingkungan proyek.

PASAL 3 : PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS


3.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, yang berlaku dan mengikat yaitu :
3.1.1 Gambar, Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
3.1.2 Surat Perintah Keja ( SPK )
3.1.3 Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Pemberi Tugas
3.2 Kontraktor dan Direksi Pengawas harus menelilti rencana gambar bestek dan rencana
kerja dan syarat-syarat (RKS).
3.3 Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan Rencana Kerja dan
Syarat- Syarat (RKS) maka yang mengikat adalah rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
3.4 Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana
gambar bestek yang lain, maka diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya
lebih besar.
3.5 Bila perbedaan-perbedaan tersebut di atas yang menimbulkan keragu-raguan
sehingga akan menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera
dikonsultasikan kepada Konsultan Perencana/Pengawas dan keputusan – keputusannya
harus dilaksanakan.
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 4 : JADWAL PELAKSANAAN ( TIME SCHEDULE )


4.1 Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor wajib membuat jadwal
pelaksanaan (Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot
pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal penggunaan
bahan bangunan dan tenaga kerja.
4.2 Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci Pelaksana Kontraktor harus membuat
rencana kerja/Laporan harian, mingguan dan bulanan, beserta foto-foto visual
ukuran 3 R yang diketahui/disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.
4.3 Rencana Kerja (Time Schedule) diatas harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas dan Pemberi Tugas.
4.4 Rencana Kerja ( Time Sehedule ), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor, paling
lambat 7 (tujuh ) hari kalender, setelah SPK diterima.
4.5 Kontraktor harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule) kepada
Konsultan Pengawas dan 1 ( satu ) lembar harus dipasang pada dinding bangsal kerja.
4.6 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana
kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi pekerjaan.

PASAL 5 : TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN


5.1 Mendatangkan bahan-bahan bangunan untuk pelaksanaan Proyek, harus tepat pada
waktunya dan kwalitetnya dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5.2 Pelaksana harus menyediakan alat-alat, pembantu dan pekerja-pekerja yang
diperlukan untuk pelaksanaan bangunan agar supaya pelaksanaannya dapat selesai sesuai
dengan waktu yang disediakan.
5.3 Alat- alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak dapat dipakai, maka
harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek.

PASAL 6 : KEAMANAN PROYEK

6.1 Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang- barang milik Proyek,
Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik terhadap pencurian
maupun pengrusakan dengan membuat pagar pengaman areal proyek.
6.2 Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-alat dan hasil.pekerjaan,
maka akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam
pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu pelaksanaan.
SPESIFIKASI TEKNIS

6.3 Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk
mencegah bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan alat pemadam
kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat- tempat yang strategis dan
mudah dicapai.

PASAL 7 : KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN

7.1 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja,
Kontraktor harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu
Kontraktor harus mengikutkan pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja
(ASTEK) atau asuransi lainnya yang sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.
7.2 Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka
Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya
yang siap dipakai apabila diperlukan.
7.3 Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan yang
serius, maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban ke Rumah Sakit yang
terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.
7.4 Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah tanggung
jawabnya maupun yang berada dibawah pihak ketiga.

PASAL 8 : BANGSAL KONSULTAN (DIREKSIKEET) DAN BANGSAL KERJA /


GUDANG
8.1 Kontraktor diharuskan membuat direksikeet yang ukurannya sesuai kebutuhan, dengan
menggunakan bahan-bahan sederhana seperti tongkat, lantai papan, dinding
papan/plywood, atap seng dan pintu harus dilengkapi dengan kunci yang baik
serta cukup jendela dan ventilasi/penerangan. Direksiket tersebut jika
memungkinkan tidak bersatu dengan gudang.
8.2 Kontraktor harus melengkapi Direksiket tersebut dengan :
 Meja tulis
 Kursi sebagai perlengkapan meja tulis.
 Satu buah papan tulis.
 Sebuah meja besar + kursi, untuk keperluan pertemuan/rapat di lapangan.
Perlengkapan tersebut adalah milik pribadi kontraktor.
8.3 Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerja dan gudang untuk
menyimpan bahan- bahan bangunan dan peralatan pekerjaan dan pintunya harus
mempunyai kunci yang baik/kuat untuk keamanan bahan/perlengkapan.
SPESIFIKASI TEKNIS

8.4 Tempat mendirikan bangsal dan gudang, akan ditentukan kemudian dan
dikonsultasika n dengan Pemberi Tugas.
8.5 Pembongkaran bangsal Konsultan (direksiket), bangsal kerja dan gudang adalah
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Bahan bongkaran tersebut menjadi hak milik
Pemberi Tugas.

PASAL 9 : TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR


9.1 Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasanya dilapangan (Site
Manager/Pelaksana Lapangan), yang mempunyai pengetahuan dibidang Teknik
Sipil/Bangunan, cakap, gesit dan berwibawa terhadap pekerja yang dipimpinnya
dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan. Penunjukkan ini harus
dikuatkan dengan surat resmi dari Kontraktor yang ditujukan kepada Pemberi Tugas
dan tembusannya kepada Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas.
9.2 Pelaksana harus berpendidikan minimun S1 Sipil/Arsitek dan mempunyai
pengalaman kerja lapangan minimun 7 tahun, atau yang telah memiliki sertifikat
keterampilan/Keahlian sesuai dengan bidangnya yang dikeluarkan oleh lembaga/asosiasi
yang berwenang.
9.3 Selain itu kuasa kontraktor dibantu oleh tenaga dengan kualifikasi bidang yang
terdiri dari arsitektur, sipil, mesin/listrik yang memiliki pengalaman lapangan minimal 1
tahun.
9.4 Selain Petugas Pelaksana, maka Kontraktor diwajibkan pula melaporkan secara
tertulis kepada Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas,
tentang susunan organisasi pelaksana dilapangan dengan nama dan jabatannya masing-
masing.
9.5 Bila dikemudian hari, menurut penilaian Team Pengelola Teknis Proyek dan
Konsultan Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu
melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana tersebut
dan harus memberitahukan secara tertulis tentang Pelaksana yang baru, demi
kelancaran pekerjaan.

B. URAIAN PEKERJAAN

PASAL 1 : PEKERJAAN PERSIAPAN


1.1 Pembersihan Lokasi
1.1.1 Untuk pembersihan lokasi harus sesuai dengan petunjuk dari gambar
pelaksanaan yang telah ada, jika ada beberapa hal yang dirasa perlu dapat
berkoordinasi dengan pihak Direksi.
1.1.2 Bahan bongkaran harus disingkirkan dari lokasi / lapangan pekerjaan
SPESIFIKASI TEKNIS

1.1.3 Pembersihan lokasi dinyatakan selesai, bila telah mendapat persetujuan dari
Direksi Pengawas lapangan

1.2 Pengukuran/Pasang Bouwplank :


1.2.1 Pengukuran dilaksanakan harus mendapat pengawasan dari Konsultan
Pengawas dan menggunakan alat theodolite,untuk memperoleh data polygon
bangunan.
1.2.2 Papan bouwplank digunakan sebagai kontrol dan tanda-tanda as bangunan.
1.2.3 Papan bouwplank bagian atas harus dibuat setinggi peil lantai +0,00.
1.2.4 Semua pekerjaan pengukuran harus disesuaikan dengan rencana gambar dan
bestek, apabila ada hal-hal yang sifatnya diluar kemampuan pelaksana segera
dilaporkan dan dikonsultasikan kembali kepada pihak-pihak yang terkait.

PASAL 2 : PENENTUAN PEIL


2.1 Peil diambil disesuaikan dengan gambar detail/tinggi daerah setempat

. Perencanaan Rehab Dan Renovasi Prasarana Sekolah TABALONG


Madrasah Kabupaten Tabalong
1 SD Negeri KALUMPANG DALAM + 20CM DR HALAMAN

2.2 Semua ukuran-ukuran tinggi dan ukuran dalam akan ditetapkan terhadap peil tersebut
diatas.
2.3 Pekerjaan uitzet harus dilakukan dengan cermat dan teliti dengan menggunakan
alat ukur waterpass/slang plastik. Dalam hal ini agar menghubungi Direksi Pengawas.
2.4 Satu dan lain hal yang menyimpang dari hal-hal tersebut diatas akan ditentukan oleh
direksi.

PASAL 3 : PEKERJAAN TANAH

3.1 Untuk pekerjaan tanah ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
3.2 Pekerjaan Galian tanah meliputi pekerjaan galian tanah untuk pondasi dan bekas galian
3.3 Pekerjaan urugan tanah bekas galian dan bekas bongkaran bangunan diletakkan diatas
lantai eksisting serta dilaksanakan disekitar pondasi, sampai ketinggian yang ditentukan
pada rencana gambar. Atau sesuai arahan pengawas/direksi
3.4 Urugan dibawah lantai kerja menggunakan urugan pasir setebal 15 cm
3.5 antai kerja dengan campuran K.175 setebal 10 cm
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 4 : PEKERJAAN PONDASI

4.1 Pondasi bangunan ini berupa pondasi poer plat dengan pancangan

Perencanaan Rehab Dan Renovasi Prasarana TABALONG


Sekolah Madrasah Kabupaten Tabalong
1 SD Negeri KALUMPANG DALAM Poer plat panc galam dia10-12 cm ,4 mtr

4.2 Sebagai pendukung kekuatan pondasi maka diperkuat dengan pancangan Galam Dia.10-
12 cm dengan cek tabel sebagaimana Rencana Anggaran Biaya
4.3 Untuk pekerjaan ini perlu diperhatikan gambar kerja dan bestek

PASAL 5 : PEKERJAAN BETON BERTULANG

5.1 Sebagai pedoman pelaksanaan dipakai Peraturan Beton Indonesia 1971(PBI. 1971)
dan SKSNI T-15-1991-03.Pelaksanaan pekerjaan beton bertulang Mutu F’c 7,4 MPa
dan 19,3 MPa pada proyek ini meliputi :
 Sloof
 Kolom
 Ringbalk
 Plat Lantai.
Segala ukuran dan penempatannya sesuai gambar rencana

Poer Plat Sloof Kolom Balok Ring Balk


SD Negeri KALUMPANG DALAM 100/100 15/20 25/35 15/20

5.2 Persyaratan Bahan :

5.2.1 Bahan agregat pasir dan kerikil harus dari tempat-tempat yang telah disetujui
mutunya oleh Konsultan Pengawas Lapangan dan harus memenuhi syarat-
syarat PBI. 1971 dan SKSNI T-15-1991-03.
5.2.2 Bahan agregat pasir dan kerikil harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak tercampur dengan bahan-bahan yang merusak mutu beton dan ditempatkan
terpisah.
5.2.3 Besaran butiran agregat kerikil yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 4 mm – 31,5 mm.
SPESIFIKASI TEKNIS

5.2.4 Agregat kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 persen. Apabila
kadar lumpur tersebut lebih dari 1 persen , maka agregat kerikil harus dicuci.
5.2.5 Besar butiran agregat pasir yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 0,063 - 4 mm.
5.2.6 Agregat pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 persen. Apabila
kadar lumpur tersebut lebih dari 5 persen , maka agregat pasir harus dicuci.
5.2.7 Jenis semen yang dipakai harus jenis semen type satu sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam NI-8.
5.2.8 Semen yang didatangkan ke lokasi proyek, harus disimpan pada gudang yang
berlantai kering sedemikian rupa, sehingga terjamin tidak akan rusak dan/atau
tercampur bahan lain yang dapat merusak mutu beton.
5.2.9 Pada pemakaian semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru datang,
tidak boleh dilakukan diatas timbunan yang telah ada, dan pemakaian semen
harus dilakukan menurut urutan pengirimannya.
5.2.10 Air yang dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton diusahakan air
bersih yang dapat diminum. Air yang mengandung garam dan/atau bahan lain
yang merusak beton, tidak boleh dipakai.
5.2.11 Bila terdapat keragu-raguan terhadap air yang dipakai, maka contoh air
tersebut harus diperiksakan di laboratorium dibawah tanggung jawab
Kontraktor.
5.2.12 Bila pemeriksaan air tersebut tidak memenuhi syarat untuk bahan campuran
beton, maka air tersebut tidak boleh dipakai.

5.3 Tulangan
5.3.1 Semua baja tulangan yang dipakai berbentuk polos, sesuai dengan standard
PBI. 1971/atau SKSNI T-15-1991-03.
5.3.2 Sebelum baja tulangan di datangkan ke lokasi proyek, maka kontraktor
harus menyerahkan dahulu contoh-contoh baja tulangan yang dipakai kepada
Pengawas Lapangan.
5.3.3 Baja tulangan yang dibengkokkan sama dengan atau lebih dari 90
derajat, hanya diperkenankan sekali pembengkokkan.
5.3.4 Baja tulangan harus bersih dari karat yang mengganggu kekuatan beton
bertulang. Hal ini disesuaikan dengan PBI. 1971/atau SKSNI T-15-1991-03.
5.3.5 Baja tulangan tidak boleh disimpan ditempat yang langsung berhubungan
dengan tanah atau tempat terbuka dan harus dilindungi dari genangan air / air
hujan.
5.3.6 Profil dan Diameter tulangan yang dipakai harus memenuhi standard (sesuai
gambar detail) dan bestek.
SPESIFIKASI TEKNIS

5.4 Bekisting

5.4.1 Papan bekisting ( cetakan beton ) yang dipakai adalah dari bahan kayu
terantang tebal 2 cm dan plywood tebal 9 mm atau memakai bondex tebal
0.75 mm dan apabila oleh Pengawas Lapangan dinyatakan rusak, maka tidak
boleh dipakai lagi untuk pekerjaan berikutnya.
5.4.2 Tiang-tiang bekisting dapat dibuat dari kayu kelas II dengan ukuran 5/7 cm
atau galam diameter 8 – 10 cm dengan jarak maksimum 0, 5 meter.
5.4.3 Konstruksi bekisting harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mudah
bergerak dan kuat menahan beban diatasnya.
5.4.4 Pada bekisting kolom yang tinggi, maka setiap tinggi 2 meter harus diberi
pintu untuk memasukkan spasi beton, sehingga terhindar terjadinya sarang -
sarang kerikil.
5.4.5 Pada bekisting kolom, dinding dan balok tinggi, harus diadakan perlengkapan
pintu untuk membersihkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan kayu,
kawat pengikat dan lain-lain.

5.5 Pekerjaan Beton

5.5.1 Untuk beton lantai kerja Membuat Lantai Kerja Beton f’c :7,4 Mpa (K175)
5.5.2 Untuk pekerjaan beton konstruksi struktural dan lantai beton, memakai
jenis mutu beton f’c : 19,2 Mpa (K225)
5.5.3 Sebelum pengecoran dimulai :
 Bekisting harus dibersihkan dari potongan – potongan kayu, potongan –
potongan kawat pengikat dan bahan-bahan lain yang merusak mutu beton.
 Sebelum pelaksanaan pengecoran, bekisting harus disiram air terlebih
dahulu.
 Lubang-lubang yang terdapat pada bekisting supaya ditutup
sedemikian rupa, sehingga air semen tidak dapat keluar.
5.5.4 Khusus pada pengecoran kolom beton bertulang yang langsung bertemu
dinding batu bata atau kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan Maka
sebelum pengecoran dimulai, Pelaksana harus mempersiapkan :
 Angker untuk pasangan batu bata dari baja tulangan diameter 10 mm,
panjang yang keluar dari kolom sama dengan 20 cm, dengan jarak satu sama
lain 50 cm.
SPESIFIKASI TEKNIS

 Angker untuk kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan sesuai gambar


detail.
5.5.5 Untuk penutup beton minimum (selimut beton) yang berhubungan dengan:
 Air adalah 2,5 cm.
 Pelat lantai adalah untuk pelat 1.5 cm, untuk balok 2 cm dan untuk kolom
2,5 cm.
5.5.6 Pada pengecoran beton, bahan campuran beton harus diaduk dengan mesin
pengaduk Mollen sampai bahan bersatu menjadi satu warna.
5.5.7 Untuk pengecoran pelat beton dan balok tidak boleh berhenti ditengah-tengah
bentang lapangan.
5.5.8 Penghentian pengecoran pelat, harus dimuka balok yang sudah dicor
danmaksimal sejauh 0,15 x bentang pelat (dihitung dari ujung bawah pelat
terakhir).
5.5.9 Penghentian pengecoran balok, sloof dan ring balk, harus dimuka titik tumpuan
(kolom) yang sudah dicor dan maksimal 0, 15 bentang balok.
5.5.10 Pengecoran dapat dimulai, bila keadaan bekisting dan tulangan sudah
memenuhi syarat dan telah diperiksa oleh Konsultan Pengawas
Lapangan serta mendapat izin pengecoran.
5.5.11 Khusus untuk pengecoran kolom, spesi beton tidak boleh dijatuhkan lebih
tinggi dari 2 meter.
5.5.12 Pekerjaan beton yang permukaannya masih diplester, atau permukaan yang
masih kena pekerjaan pengecoran lanjutan, maka permukaan beton tersebut
harus dikasarkan dan bidang yang akan diplester atau disambung harus disiram
air semen.
5.5.13 Setelah selesai pekerjaan pengecoran, maka beton harus dirawat selama
masa pengikatan. Perawatan tersebut dilaksanakan dengan jalan mengalirkan
air terus menerus pada permukaan beton atau menutup permukaan beton
dengan karung goni atau bahan lain yang dapat basah terus menerus sampai
selesai waktu pengikatan. Apabila ingin mempercepat waktu pengikatan
boleh mempergunakan obat setelah mendapat ijin dari konsultan pengawas.
5.5.14 Lamanya perawatan adalah sama dengan umur beton yang disesuaikan
dengan ketentuan PBI 1971 dan selama perawatan itu beton tidak boleh
mendapat beban yang berat.
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 6 : PEKERJAAN DINDING

6.1 Dinding Tembok


6.1.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan bestek.
6.1.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata ringan tebal 7,5 cm dikerjakan, maka
harus diperhatikan sudut- sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal
maupun dengan bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya.
6.1.3 Pasangan batu bata ringan tebal 7,5 cm dengan mortar semen instant
6.1.4 Batu bata ringan sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu
sampai basah.
6.1.5 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh dengan
spesi dan selanjutnya diratakan dan dirapikan.
6.2 Plesteran
6.2.1 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata
bagian luar dan bagian dalam.
6.2.2 Untuk pasangan dinding batu bata dengan spesi 1 PC : 2 Pasir , harus diplester
dengan camp 1 : 2 dengan tebal 15 mm.dan spesi 1PC : 2 pasir untuk
pekerjaan dinding setengah bata digunakan camp 1 : 2 (Trasraam dan WC/KM)
dengan tebal 15 cm.
6.2.3 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan dengan
adukan semen dan air (diaci).
6.2.4 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran harus diayak dengan ayakan
pasir berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran
yang kasar / rusak.
6.2.5 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh dipakai
kembali untuk plesteran.
6.2.6 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang
sudah selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran
tersebut, harus diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi yang
sama dengan spesi yang belum dibongkar.
6.2.7 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus
dilaksanakan perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran
dengan air, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 7 : PEKERJAAN RANGKA KUDA-KUDA / ATAP

7.1. Rangka Atap


7.1.1 Untuk pekerjaan rangka baja ringan, perlu diperhatikan rencana
gambar kerja pekerjaan atap.
7.1.2 Rangka kuda- kuda digunakan dari bahan baja ringan C.75.75
7.1.3 Ukuran rangka kuda-kuda, kasau dan reng c.35/35 sesuai dengan spesifikasi
yang diberikan oleh pabrik dan brosur.
7.1.5 Semua bahan yang telah masuk di site dan menyimpang dari ketentuan dalam
spesifikasi, contoh ataupun brosur yang telah disetujui, maka bahan tersebut
harus dikeluarkan dari site dalam waktu 1 x 24 jam sejak diketahuinya
penyimpangan itu oleh Direksi / Pengawas.

7.2 Penutup Atap


7.2.1 Penutup atap bangunan menggunakan atap Genteng metal tebal (0,5) mm
kemiringan atap 30˚ (derajat) dengan komposisi sbb :
7.2.4 Warna penutup atap dan bubungan yang dipasang sebagai penutup atap
bangunan, akan ditentukan kemudian dan dikonsultasikan dengan pemberi Kegiatan.

PASAL 8 : PEKERJAAN KUSEN PINTU, JENDELA, DAN VENTILASI

8.1 Untuk pekerjaan pintu / jendela / ventilasi ini adalah barang pabrikasi berbahan kaca
bening tebal 5mm ,rangka dan kusen daun alumunium setara perlu diperhatikan rencana
gambar dan bestek.
8.2 Untuk pintu memakai alumunium ACP dan pintu wc memakai pintu alumunium
8.3 Pintu panil lanan/double takewood

PASAL 9 : PEKERJAAN DINDING

Dinding Tembok

9.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan bestek.
9.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata ringan tebal 7,5 dikerjakan, maka harus
diperhatikan sudut-sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal maupun dengan
bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya.
9.3 Batu bata sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu sampai basah.
9.4 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh dengan spesi dan
selanjutnya diratakan dan dirapikan.
SPESIFIKASI TEKNIS

Plesteran

9.5 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata bagian luar dan
bagian dalam.
9.6 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan dengan adukan
semen dan air (diaci).
9.7 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran harus diayak dengan ayakan pasir
berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran yang kasar / rusak.
9.8 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh dipakai kembali
untuk plesteran.
9.9 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang sudah
selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran tersebut, harus
diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi yang sama dengan spesi yang
belum dibongkar.
9.10 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus dilaksanakan
perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran dengan air, sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 10 : PEKERJAAN LANTAI


10.1 Untuk pekerjaan lantai ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
10.2 Lantai pada bangunan menggunakan plat lantai beton f’c 7,4 MPa bertulangan Wiremesh
dengan ketebalan 10 cm.
10.3 Dinding keramik lantai WC/KM 20/25 dan lantai 20/20.
10.4 Lantai menggunakan finishing Granit 60x60 (Homogeneous tile) dan pemasangannya
harus betul-betul datar water pass dan tidak boleh ada retak/pecah.
10.5 Pemasangan granit (Homogeneous tile) harus dikerjakan oleh tenaga yang benar-benar
ahli, sehingga tidak terjadi pemasangan yang bergelombang dan nat-nat yang tidak
lurus.
10.6 Bila terdapat pemasangan granit yang harus dipotong, maka diusahakan
pemasangannya pada pertemuan sudut lantai dan dinding.
10.7 Setelah selesai pemasangan granit, maka nat-natnya harus diisi dengan spesi semen
dan air dengan warna yang sama dengan warna keramik.
10.8 Bila terdapat pemasangan granit lantai yang tidak rata waterpass mendatar
(bergelombang) dan tidak lurus maka harus dibongkar, dan diperbaiki kembali
sampai permukaan lantai waterpass mendatar dan plit benar-benar lurus.
10.9 Pekerjaan Keramik Setara Garuda
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 11 : PEKERJAAN KUNCI / ALAT PENGGANTUNG

11.1 Semua accesoris penggantung jendela dan pintu lengkap engsel, kunci, Grendel, kait
angin sebagaimana pabrikasi
11.4 Semua bahan-bahan diatas harus berkualitas baik dan sebelum dipasang harus
mendapat persetujuan Direksi.

PASAL 12 : PEKERJAAN LISTRIK

12.1 Semua alat instalasi listrik disesuaikan dengan gambar/ keperluan, semua harus
berkualitas baik dan dapat persetujuan dari Direksi.
12.3 Perlengkapan listrik yang dimaksud meliputi :
 Instalasi Titik Lampu.
 Instalasi Stop Kontak.
 Saklar Ganda.
 Saklar Tunggal.
 Lampu LED 9 watt.
 Lampu TL 2X25 watt
 Saklar kipas angin

Pemasangan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh instalatir yang telah disahkan oleh
PLN setempat terdiri dari instalasi listrik dalam lengkap dan instalasi listrik
menyambung antar bangunan.

PASAL 13 : PEKERJAAN CAT-CATAN

13.1 Seluruh permukaan dinding bagian luar dan dalam balok, kolom dan plafond yang
tampak dan tidak dilapis , harus dicat.
13.2 Seluruh pekerjaan kayu, kosen, dan pintu panil, harus dicat kilat.
13.3 Sebelum pekerjaan cat dilaksanakan, maka permukaan yang akan dicat,
harusdibersihkan dan dihaluskan dengan amplas. Kemudian dimenie, dicat dasar,
didempul, diplummer dan diampelas rata / licin.
13.4 Permukaan plesteran hanya boleh dicat, bila sudah berumur 4 minggu, yaitu
dengan maksud mengeringkan permukaan plesteran.
13.5 Untuk mengencerkan bahan cat dengan bahan pengencer, harus mentaati
petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
13.6 Semua pekerjaan pengecatan, harus dilaksanakan tanpa ada cacat/goresan yang
membuat dinding rusak.
SPESIFIKASI TEKNIS

13.7 Pengertian cat pada pekerjaan ini meliputi bahan emulsi, enamel, vernis, sealer dan lain-
lain.
13.8 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk dinding tembok dan beton, harus dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan alkali resistant sealer.
 Lapis kedua dengan cat plammur.
 Lapis ketiga dan keempat memakai cat.
13.9 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk permukaan kayu harus dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan dana alkyd primer.
 Lapis kedua dan ketiga harus dicat dengan cat kilap.
13.10 Bahan cat dasar, cat lapis dan cat tembok, harus memakai cat yang masa
pemakaiannya masih berlaku, sehingga warnanya masih sesuai dengan aslinya.
13.11 Bahan cat harus benar - benar diaduk sampai merata menjadi satu warna,
sehingga warna cat sama pada permukaan yang dicat.
13.12 Cat yang digunakan untuk cat tembok setara Mowilex
13.13 Cat yang digunakan untuk bangunan bagian luar menggunakan cat tembok setara
Mowilex
13.14 Penentuan warna bahan cat, harus dikonsultasikan dengan Pemilik Bangunan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 14 : PEKERJAAN SANITAIR DAN INSTALASI

14.1 Umum.
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plumbing / Sanitasi yang diuraikan di sini adalah
persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi
maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis
Pekerjaan Mekanikal / Elektri- kal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.
14.2 Lingkup Pekerjaan.
Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi
plumbing (pembuangan air kotor, air bekas, septictank dan penyediaan air bersih) di
dalam dan di luar bangunan sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-
bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi dan
testing terhadap seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 (dua belas)
bulan.
Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada
spesifikasi /syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi
secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
SPESIFIKASI TEKNIS

Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan


dan perlengkapan sistem plumbing / sanitasi sesuai dengan peraturan / standar yang
berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya
sistem / peralatan, walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Teknik Khusus atau
gambar dokumen.
Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah sebagai
berikut :
 Instalasi Air Bersih.
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar
bangunan, lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana dan
spesifikasi tekniknya.
b. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi
plumbing serta peralatan-peralatannya.
c. Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan oleh
pompa yang disediakan oleh Kontraktor.
d. Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial
dan untuk seluruh sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai sistem
bekerja dengan baik dan aman.
e. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersihan site.

 Instalasi Air Kotor / Air Buangan.


a. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor / air buangan lengkap dengan
peralatannya yang berada di dalam bangunan, antara lain WC, floor drain, dan lain
sebagainya.
b. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor dan air bekas dari dalam bangunan
menuju septictank dan resapannya.
c. Pengadaan Septictank Biofill 1000 L.
d. Pengangkutan bekas galian yang perlu dibuang dan penimbunan kembali untuk
perapihan lahan.
e. Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan tekanan hidrolis.
f. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat kerja yang diperlukan.

14.3 Teknis Pelaksanaan.


 Pengecatan.
a. Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung rangka penyangga,
semua unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat
dengan lapisan cat dasar (prime coating), cat harus sesuai dengan persyaratan
pengecatan yang sesuai dengan bahan masing- masing.
SPESIFIKASI TEKNIS

b. Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di pabriknya atau


dinyatakan lain dalam spesifikasinya atau untuk bahan alumunium. Sebelumnya
Kontraktor wajib memberitahukan mengenai tanda-tanda yang hendak dipasang
pada peralatan-peralatan itu kepada Direksi / Pengawas.

 Peralatan.
a. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada tempat
- tempat rendah tertutup.
b. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pipe fitting untuk penempatan alat
ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
c. Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian
tinggi serta simetris.
d. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa di tempat
- tempat tertentu untuk menunjukan arah aliran dengan cat.
 Ukuran (dimensi).
a. Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail yang terdapat pada gambar harus
ditaati oleh Kontraktor.
b. Kontraktor harus meneliti (mempelajari) gambar perencanaan, dan bila terdapat
perbedaan antara suatu dengan yang lain, harus segera dibicarakan dengan Direksi /
Pengawas.
c. `Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan pengukuran dan
penggambaran yang diperlukan guna memudahkan pelaksanaan.
C. PERATURAN PENUTUP.

C.1 Meskipun dalam rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini pada uraian pekerjaan
untuk uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh
pemborong, atau yang harus dibuat, dipasang oleh pemborong tetapi menjadi bagian
dari pekerjaan pembangunan ini, perkataan – perkataan diatas disepakati dianggap ada
dan dimuat dalam RKS ini.
C.2 Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan Pembangunan, tetapi tidak
dimuat dan diuraikan dalam RKS ini, tetapi diselenggarakan dan diselamatkan oleh
Mandor/ kepala tukang, hal tersebut harus dianggap ada, seakan dimuat kata demi kata
dalam RKS ini, untuk menuju penyerahan selesai menurut pertimbangan Direksi.
C.3 Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari Proyek,
Pengelola Teknis, Konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil yang
memuaskan.
RKS
(RENCANA KERJA DAN
SYARAT-SYARAT)

REHABILITASI DAN RENOVASI SARANA


PRASARANA SEKOLAH KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH, HULU SUNGAI UTARA,
BALANGAN DAN TABALONG

LOKASI :
SDN TELUK LIMBUNG, Kabupaten Hulu Sungai Utara

TAHUN ANGGARAN 2020


SPESIFIKASI TEKNIS

SPESIFIKASI TEKNIS

I. PETUNJUK UNTUK PESERTA

Peserta Lelang harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja, rencana
kerja dan syarat ini dengan seksama untuk memahami benar-benar maksud dan isi
dokumen tersebut secara keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan
yang akan dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan karena peserta tidak
membaca, tidak memahami, tidak memenuhi petunjuk, ketentuan dalam gambar,
atau pernyataan kesalah-pahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.

II. KETENTUAN-KETENTUAN TEKNIS

PASAL 1 : PENJELASAN UMUM.

1.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka berlaku dan mengikat, yaitu:

1.1.1 Gambar-gambar pelaksanaan konstruksi dan detail terlampir.


1.1.2 Uraian dan syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan (spesifikasi).
1.1.3 Berita acara Penjelasan (Aanwijijzing).
1.1.4 Petunjuk dari Pengelola Kegiatan dan Pengawas Lapangan

1.2 Dalam melaksanakan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, maka akan berlaku dan mengikat peraturan – peraturan
dibawah ini, termasuk segala perubahan dan tambahan, yaitu :
1.2.1 Peraturan umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia ( AV . 41
tahun 1941 )
1.2.2 Permen PUPR No. 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara.
1.2.3 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ) tahun 1997 1 / NI.2.
1.2.4 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ) tahun 1997 1 / NI.2.
1.2.5 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI ) tahun 1997 1 / NI.2
SPESIFIKASI TEKNIS

1.2.6 Peraturan Muatan Indonesia ( PMI ) tahun 1970 / NI – 18


1.2.7 Standar Nasional Indonesia (SNI)
1.2.8 Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja
1.2.9 Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh jawatan / instansi
Pemerintah setempat, yang berkaitan dengan pelaksanaan bangunan.
1.2.10 Kontraktor dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti Rencana Gambar
Bestek dan Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS), termasuk penambahan
/ pengurangan atau perubahan yang tercantum dalam berita acara
Aanwijzing.
1.2.11 Bila perbedaan-perbedaan antara gambar, RAB dan spesifikasi
menimbulkan keragu- raguan, sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan
dalam pekerjaan,
maka harus segera dikonsultasikan kepada Konsultan Pengawas atau
Konsultan Perencana dan keputusan-keputusannya harus dilaksanakan.
SPESIFIKASI TEKNIS

A. PERSIAPAN PENDAHULUAN

PASAL 1 : LINGKUP PEKERJAAN

. Perencanaan Rehab Dan Renovasi Prasarana Sekolah TABALONG


Madrasah Kabupaten Tabalong
1 SD Negeri TELUK LIMBUNG + 30 CM

PASAL 2 : IZIN BANGUNAN.


2.1 Setelah surat Perintah Kerja (SPK) dikeluarkan, maka izin bangunan dan izin
lainnya akan diurus oleh Pemberi Tugas, namun pelaksanaan dan pembiayaannya
akan ditanggung oleh Kontraktor.
2.2 Ijin Mendirikan Bangunan adalah termasuk salah satu retribusi yang harus
dibayarkan oleh Kontraktor, sebagai satu syarat administrasi proyek.
2.3 Besarnya nilai IMB sesuai yang disyaratkan oleh Peraturan.
2.4 Untuk memulai pekerjaan, maka Kontraktor harus dapat menunjukkan kepada
Konsultan Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti bahwa izin
bangunan tersebut sedang diproses.
2.5 Tanpa adanya izin bangunan dari Instansi yang berwenang, maka Kontraktor
tidak diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk apapun disekitar
lingkungan proyek.

PASAL 3 : PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS


3.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, yang berlaku dan mengikat yaitu :
3.1.1 Gambar, Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
3.1.2 Surat Perintah Keja ( SPK )
3.1.3 Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Pemberi Tugas
3.2 Kontraktor dan Direksi Pengawas harus menelilti rencana gambar bestek dan rencana
kerja dan syarat-syarat (RKS).
3.3 Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan Rencana Kerja dan
Syarat- Syarat (RKS) maka yang mengikat adalah rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
3.4 Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana
gambar bestek yang lain, maka diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya
lebih besar.
3.5 Bila perbedaan-perbedaan tersebut di atas yang menimbulkan keragu-raguan
sehingga akan menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera
dikonsultasikan kepada Konsultan Perencana/Pengawas dan keputusan – keputusannya
harus dilaksanakan.
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 4 : JADWAL PELAKSANAAN ( TIME SCHEDULE )


4.1 Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor wajib membuat jadwal
pelaksanaan (Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot
pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal penggunaan
bahan bangunan dan tenaga kerja.
4.2 Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci Pelaksana Kontraktor harus membuat
rencana kerja/Laporan harian, mingguan dan bulanan, beserta foto-foto visual
ukuran 3 R yang diketahui/disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.
4.3 Rencana Kerja (Time Schedule) diatas harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas dan Pemberi Tugas.
4.4 Rencana Kerja ( Time Sehedule ), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor, paling
lambat 7 (tujuh ) hari kalender, setelah SPK diterima.
4.5 Kontraktor harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule) kepada
Konsultan Pengawas dan 1 ( satu ) lembar harus dipasang pada dinding bangsal kerja.
4.6 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana
kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi pekerjaan.

PASAL 5 : TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN


5.1 Mendatangkan bahan-bahan bangunan untuk pelaksanaan Proyek, harus tepat pada
waktunya dan kwalitetnya dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5.2 Pelaksana harus menyediakan alat-alat, pembantu dan pekerja-pekerja yang
diperlukan untuk pelaksanaan bangunan agar supaya pelaksanaannya dapat selesai sesuai
dengan waktu yang disediakan.
5.3 Alat- alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak dapat dipakai, maka
harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek.

PASAL 6 : KEAMANAN PROYEK

6.1 Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang- barang milik Proyek,
Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik terhadap pencurian
maupun pengrusakan dengan membuat pagar pengaman areal proyek.
6.2 Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-alat dan hasil.pekerjaan,
maka akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam
pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu pelaksanaan.
6.3 Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk
mencegah bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan alat pemadam
SPESIFIKASI TEKNIS

kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat- tempat yang strategis dan
mudah dicapai.

PASAL 7 : KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN

7.1 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja,
Kontraktor harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu
Kontraktor harus mengikutkan pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja
(ASTEK) atau asuransi lainnya yang sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.
7.2 Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka
Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya
yang siap dipakai apabila diperlukan.
7.3 Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan yang
serius, maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban ke Rumah Sakit yang
terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.
7.4 Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah tanggung
jawabnya maupun yang berada dibawah pihak ketiga.

PASAL 8 : BANGSAL KONSULTAN (DIREKSIKEET) DAN BANGSAL KERJA /


GUDANG
8.1 Kontraktor diharuskan membuat direksikeet yang ukurannya sesuai kebutuhan, dengan
menggunakan bahan-bahan sederhana seperti tongkat, lantai papan, dinding
papan/plywood, atap seng dan pintu harus dilengkapi dengan kunci yang baik
serta cukup jendela dan ventilasi/penerangan. Direksiket tersebut jika
memungkinkan tidak bersatu dengan gudang.
8.2 Kontraktor harus melengkapi Direksiket tersebut dengan :
 Meja tulis
 Kursi sebagai perlengkapan meja tulis.
 Satu buah papan tulis.
 Sebuah meja besar + kursi, untuk keperluan pertemuan/rapat di lapangan.
Perlengkapan tersebut adalah milik pribadi kontraktor.
8.3 Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerja dan gudang untuk
menyimpan bahan- bahan bangunan dan peralatan pekerjaan dan pintunya harus
mempunyai kunci yang baik/kuat untuk keamanan bahan/perlengkapan.
8.4 Tempat mendirikan bangsal dan gudang, akan ditentukan kemudian dan
dikonsultasika n dengan Pemberi Tugas.
SPESIFIKASI TEKNIS

8.5 Pembongkaran bangsal Konsultan (direksiket), bangsal kerja dan gudang adalah
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Bahan bongkaran tersebut menjadi hak milik
Pemberi Tugas.
PASAL 9 : TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR
9.1 Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasanya dilapangan (Site
Manager/Pelaksana Lapangan), yang mempunyai pengetahuan dibidang Teknik
Sipil/Bangunan, cakap, gesit dan berwibawa terhadap pekerja yang dipimpinnya
dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan. Penunjukkan ini harus
dikuatkan dengan surat resmi dari Kontraktor yang ditujukan kepada Pemberi Tugas
dan tembusannya kepada Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas.
9.2 Pelaksana harus berpendidikan minimun S1 Sipil/Arsitek dan mempunyai
pengalaman kerja lapangan minimun 7 tahun, atau yang telah memiliki sertifikat
keterampilan/Keahlian sesuai dengan bidangnya yang dikeluarkan oleh lembaga/asosiasi
yang berwenang.
9.3 Selain itu kuasa kontraktor dibantu oleh tenaga dengan kualifikasi bidang yang
terdiri dari arsitektur, sipil, mesin/listrik yang memiliki pengalaman lapangan minimal 1
tahun.
9.4 Selain Petugas Pelaksana, maka Kontraktor diwajibkan pula melaporkan secara
tertulis kepada Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas,
tentang susunan organisasi pelaksana dilapangan dengan nama dan jabatannya masing-
masing.
9.5 Bila dikemudian hari, menurut penilaian Team Pengelola Teknis Proyek dan
Konsultan Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu
melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana tersebut
dan harus memberitahukan secara tertulis tentang Pelaksana yang baru, demi
kelancaran pekerjaan.

B. URAIAN PEKERJAAN

PASAL 1 : PEKERJAAN PERSIAPAN


1.1 Pembersihan Lokasi
1.1.1 Untuk pembersihan lokasi harus sesuai dengan petunjuk dari gambar
pelaksanaan yang telah ada, jika ada beberapa hal yang dirasa perlu dapat
berkoordinasi dengan pihak Direksi.
1.1.2 Bahan bongkaran harus disingkirkan dari lokasi / lapangan pekerjaan
1.1.3 Pembersihan lokasi dinyatakan selesai, bila telah mendapat persetujuan dari
Direksi Pengawas lapangan
SPESIFIKASI TEKNIS

1.2 Pengukuran/Pasang Bouwplank :


1.2.1 Pengukuran dilaksanakan harus mendapat pengawasan dari Konsultan
Pengawas dan menggunakan alat theodolite,untuk memperoleh data polygon
bangunan.
1.2.2 Papan bouwplank digunakan sebagai kontrol dan tanda-tanda as bangunan.
1.2.3 Papan bouwplank bagian atas harus dibuat setinggi peil lantai +0,00.
1.2.4 Semua pekerjaan pengukuran harus disesuaikan dengan rencana gambar dan
bestek, apabila ada hal-hal yang sifatnya diluar kemampuan pelaksana segera
dilaporkan dan dikonsultasikan kembali kepada pihak-pihak yang terkait.

PASAL 2 : PENENTUAN PEIL


2.1 Peil diambil disesuaikan dengan gambar detail/tinggi daerah setempat

. Perencanaan Rehab Dan Renovasi Prasarana Sekolah TABALONG


Madrasah Kabupaten Tabalong
1 SD Negeri TELUK LIMBUNG + 30 CM

2.2 Semua ukuran-ukuran tinggi dan ukuran dalam akan ditetapkan terhadap peil tersebut
diatas.
2.3 Pekerjaan uitzet harus dilakukan dengan cermat dan teliti dengan menggunakan
alat ukur waterpass/slang plastik. Dalam hal ini agar menghubungi Direksi Pengawas.
2.4 Satu dan lain hal yang menyimpang dari hal-hal tersebut diatas akan ditentukan oleh
direksi.

PASAL 3 : PEKERJAAN TANAH

3.1 Untuk pekerjaan tanah ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
3.2 Pekerjaan Galian tanah meliputi pekerjaan galian tanah untuk pondasi dan bekas galian
3.3 Pekerjaan urugan tanah bekas galian dan bekas bongkaran bangunan diletakkan diatas
lantai eksisting serta dilaksanakan disekitar pondasi, sampai ketinggian yang ditentukan
pada rencana gambar. Atau sesuai arahan pengawas/direksi
3.4 Urugan dibawah lantai kerja menggunakan urugan pasir setebal 15 cm
3.5 antai kerja dengan campuran K.175 setebal 10 cm
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 4 : PEKERJAAN PONDASI

4.1 Pondasi bangunan ini berupa pondasi poer plat dengan pancangan

Perencanaan Rehab Dan Renovasi Prasarana TABALONG


Sekolah Madrasah Kabupaten Tabalong
1 SD Negeri TELUK LIMBUNG Poer plat , panc galam dia10-12 cm ,4 mtr

4.2 Sebagai pendukung kekuatan pondasi maka diperkuat dengan pancangan Galam Dia.10-
12 cm dengan cek tabel sebagaimana Rencana Anggaran Biaya
4.3 Untuk pekerjaan ini perlu diperhatikan gambar kerja dan bestek

PASAL 5 : PEKERJAAN BETON BERTULANG

5.1 Sebagai pedoman pelaksanaan dipakai Peraturan Beton Indonesia 1971(PBI. 1971)
dan SKSNI T-15-1991-03.Pelaksanaan pekerjaan beton bertulang Mutu F’c 7,4 MPa
dan 19,3 MPa pada proyek ini meliputi :
 Sloof
 Kolom
 Ringbalk
 Plat Lantai.
Segala ukuran dan penempatannya sesuai gambar rencana

Poer Plat Sloof Kolom Balok Ring Balk


SD Negeri TELUK LIMBUNG 100/100 15/20 25/35 15/20

5.2 Persyaratan Bahan :

5.2.1 Bahan agregat pasir dan kerikil harus dari tempat-tempat yang telah disetujui
mutunya oleh Konsultan Pengawas Lapangan dan harus memenuhi syarat-
syarat PBI. 1971 dan SKSNI T-15-1991-03.
5.2.2 Bahan agregat pasir dan kerikil harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak tercampur dengan bahan-bahan yang merusak mutu beton dan ditempatkan
terpisah.
SPESIFIKASI TEKNIS

5.2.3 Besaran butiran agregat kerikil yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 4 mm – 31,5 mm.
5.2.4 Agregat kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 persen. Apabila
kadar lumpur tersebut lebih dari 1 persen , maka agregat kerikil harus dicuci.
5.2.5 Besar butiran agregat pasir yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 0,063 - 4 mm.
5.2.6 Agregat pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 persen. Apabila
kadar lumpur tersebut lebih dari 5 persen , maka agregat pasir harus dicuci.
5.2.7 Jenis semen yang dipakai harus jenis semen type satu sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam NI-8.
5.2.8 Semen yang didatangkan ke lokasi proyek, harus disimpan pada gudang yang
berlantai kering sedemikian rupa, sehingga terjamin tidak akan rusak dan/atau
tercampur bahan lain yang dapat merusak mutu beton.
5.2.9 Pada pemakaian semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru datang,
tidak boleh dilakukan diatas timbunan yang telah ada, dan pemakaian semen
harus dilakukan menurut urutan pengirimannya.
5.2.10 Air yang dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton diusahakan air
bersih yang dapat diminum. Air yang mengandung garam dan/atau bahan lain
yang merusak beton, tidak boleh dipakai.
5.2.11 Bila terdapat keragu-raguan terhadap air yang dipakai, maka contoh air
tersebut harus diperiksakan di laboratorium dibawah tanggung jawab
Kontraktor.
5.2.12 Bila pemeriksaan air tersebut tidak memenuhi syarat untuk bahan campuran
beton, maka air tersebut tidak boleh dipakai.

5.3 Tulangan
5.3.1 Semua baja tulangan yang dipakai berbentuk polos, sesuai dengan standard
PBI. 1971/atau SKSNI T-15-1991-03.
5.3.2 Sebelum baja tulangan di datangkan ke lokasi proyek, maka kontraktor
harus menyerahkan dahulu contoh-contoh baja tulangan yang dipakai kepada
Pengawas Lapangan.
5.3.3 Baja tulangan yang dibengkokkan sama dengan atau lebih dari 90
derajat, hanya diperkenankan sekali pembengkokkan.
5.3.4 Baja tulangan harus bersih dari karat yang mengganggu kekuatan beton
bertulang. Hal ini disesuaikan dengan PBI. 1971/atau SKSNI T-15-1991-03.
5.3.5 Baja tulangan tidak boleh disimpan ditempat yang langsung berhubungan
dengan tanah atau tempat terbuka dan harus dilindungi dari genangan air / air
hujan.
SPESIFIKASI TEKNIS

5.3.6 Profil dan Diameter tulangan yang dipakai harus memenuhi standard (sesuai
gambar detail) dan bestek.

5.4 Bekisting

5.4.1 Papan bekisting ( cetakan beton ) yang dipakai adalah dari bahan kayu
terantang tebal 2 cm dan plywood tebal 9 mm atau memakai bondex tebal
0.75 mm dan apabila oleh Pengawas Lapangan dinyatakan rusak, maka tidak
boleh dipakai lagi untuk pekerjaan berikutnya.
5.4.2 Tiang-tiang bekisting dapat dibuat dari kayu kelas II dengan ukuran 5/7 cm
atau galam diameter 8 – 10 cm dengan jarak maksimum 0, 5 meter.
5.4.3 Konstruksi bekisting harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mudah
bergerak dan kuat menahan beban diatasnya.
5.4.4 Pada bekisting kolom yang tinggi, maka setiap tinggi 2 meter harus diberi
pintu untuk memasukkan spasi beton, sehingga terhindar terjadinya sarang -
sarang kerikil.
5.4.5 Pada bekisting kolom, dinding dan balok tinggi, harus diadakan perlengkapan
pintu untuk membersihkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan kayu,
kawat pengikat dan lain-lain.

5.5 Pekerjaan Beton

5.5.1 Untuk beton lantai kerja Membuat Lantai Kerja Beton f’c :7,4 Mpa (K175)
5.5.2 Untuk pekerjaan beton konstruksi struktural dan lantai beton, memakai
jenis mutu beton f’c : 19,2 Mpa (K225)
5.5.3 Sebelum pengecoran dimulai :
 Bekisting harus dibersihkan dari potongan – potongan kayu, potongan –
potongan kawat pengikat dan bahan-bahan lain yang merusak mutu beton.
 Sebelum pelaksanaan pengecoran, bekisting harus disiram air terlebih
dahulu.
 Lubang-lubang yang terdapat pada bekisting supaya ditutup
sedemikian rupa, sehingga air semen tidak dapat keluar.
5.5.4 Khusus pada pengecoran kolom beton bertulang yang langsung bertemu
dinding batu bata atau kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan Maka
sebelum pengecoran dimulai, Pelaksana harus mempersiapkan :
 Angker untuk pasangan batu bata dari baja tulangan diameter 10 mm,
panjang yang keluar dari kolom sama dengan 20 cm, dengan jarak satu sama
lain 50 cm.
SPESIFIKASI TEKNIS

 Angker untuk kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan sesuai gambar


detail.
5.5.5 Untuk penutup beton minimum (selimut beton) yang berhubungan dengan:
 Air adalah 2,5 cm.
 Pelat lantai adalah untuk pelat 1.5 cm, untuk balok 2 cm dan untuk kolom
2,5 cm.
5.5.6 Pada pengecoran beton, bahan campuran beton harus diaduk dengan mesin
pengaduk Mollen sampai bahan bersatu menjadi satu warna.
5.5.7 Untuk pengecoran pelat beton dan balok tidak boleh berhenti ditengah-tengah
bentang lapangan.
5.5.8 Penghentian pengecoran pelat, harus dimuka balok yang sudah dicor
danmaksimal sejauh 0,15 x bentang pelat (dihitung dari ujung bawah pelat
terakhir).
5.5.9 Penghentian pengecoran balok, sloof dan ring balk, harus dimuka titik tumpuan
(kolom) yang sudah dicor dan maksimal 0, 15 bentang balok.
5.5.10 Pengecoran dapat dimulai, bila keadaan bekisting dan tulangan sudah
memenuhi syarat dan telah diperiksa oleh Konsultan Pengawas
Lapangan serta mendapat izin pengecoran.
5.5.11 Khusus untuk pengecoran kolom, spesi beton tidak boleh dijatuhkan lebih
tinggi dari 2 meter.
5.5.12 Pekerjaan beton yang permukaannya masih diplester, atau permukaan yang
masih kena pekerjaan pengecoran lanjutan, maka permukaan beton tersebut
harus dikasarkan dan bidang yang akan diplester atau disambung harus disiram
air semen.
5.5.13 Setelah selesai pekerjaan pengecoran, maka beton harus dirawat selama
masa pengikatan. Perawatan tersebut dilaksanakan dengan jalan mengalirkan
air terus menerus pada permukaan beton atau menutup permukaan beton
dengan karung goni atau bahan lain yang dapat basah terus menerus sampai
selesai waktu pengikatan. Apabila ingin mempercepat waktu pengikatan
boleh mempergunakan obat setelah mendapat ijin dari konsultan pengawas.
5.5.14 Lamanya perawatan adalah sama dengan umur beton yang disesuaikan
dengan ketentuan PBI 1971 dan selama perawatan itu beton tidak boleh
mendapat beban yang berat.
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 6 : PEKERJAAN DINDING

6.1 Dinding Tembok


6.1.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan bestek.
6.1.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata ringan tebal 7,5 cm dikerjakan, maka
harus diperhatikan sudut- sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal
maupun dengan bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya.
6.1.3 Pasangan batu bata ringan tebal 7,5 cm dengan mortar semen instant
6.1.4 Batu bata ringan sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu
sampai basah.
6.1.5 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh dengan
spesi dan selanjutnya diratakan dan dirapikan.
6.2 Plesteran
6.2.1 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata
bagian luar dan bagian dalam.
6.2.2 Untuk pasangan dinding batu bata dengan spesi 1 PC : 2 Pasir , harus diplester
dengan camp 1 : 2 dengan tebal 15 mm.dan spesi 1PC : 2 pasir untuk
pekerjaan dinding setengah bata digunakan camp 1 : 2 (Trasraam dan WC/KM)
dengan tebal 15 cm.
6.2.3 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan dengan
adukan semen dan air (diaci).
6.2.4 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran harus diayak dengan ayakan
pasir berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran
yang kasar / rusak.
6.2.5 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh dipakai
kembali untuk plesteran.
6.2.6 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang
sudah selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran
tersebut, harus diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi yang
sama dengan spesi yang belum dibongkar.
6.2.7 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus
dilaksanakan perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran
dengan air, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 7 : PEKERJAAN RANGKA KUDA-KUDA / ATAP

7.1. Rangka Atap


7.1.1 Untuk pekerjaan rangka baja ringan, perlu diperhatikan rencana
gambar kerja pekerjaan atap.
7.1.2 Rangka kuda- kuda digunakan dari bahan baja ringan C.75.75
7.1.3 Ukuran rangka kuda-kuda, kasau dan reng c.35/35 sesuai dengan spesifikasi
yang diberikan oleh pabrik dan brosur.
7.1.5 Semua bahan yang telah masuk di site dan menyimpang dari ketentuan dalam
spesifikasi, contoh ataupun brosur yang telah disetujui, maka bahan tersebut
harus dikeluarkan dari site dalam waktu 1 x 24 jam sejak diketahuinya
penyimpangan itu oleh Direksi / Pengawas.

7.2 Penutup Atap


7.2.1 Penutup atap bangunan menggunakan atap Genteng metal tebal (0,5) mm
kemiringan atap 30˚ (derajat) dengan komposisi sbb :
7.2.4 Warna penutup atap dan bubungan yang dipasang sebagai penutup atap
bangunan, akan ditentukan kemudian dan dikonsultasikan dengan pemberi Kegiatan.

PASAL 8 : PEKERJAAN KUSEN PINTU, JENDELA, DAN VENTILASI

8.1 Untuk pekerjaan pintu / jendela / ventilasi ini adalah barang pabrikasi berbahan kaca
bening tebal 5mm ,rangka dan kusen daun alumunium setara perlu diperhatikan rencana
gambar dan bestek.
8.2 Untuk pintu memakai alumunium ACP dan pintu wc memakai pintu alumunium
8.3 Pintu panil lanan/double takewood

PASAL 9 : PEKERJAAN DINDING

Dinding Tembok

9.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan bestek.
9.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata ringan tebal 7,5 dikerjakan, maka harus
diperhatikan sudut-sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal maupun dengan
bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya.
9.3 Batu bata sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu sampai basah.
9.4 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh dengan spesi dan
selanjutnya diratakan dan dirapikan.
SPESIFIKASI TEKNIS

Plesteran

9.5 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata bagian luar dan
bagian dalam.
9.6 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan dengan adukan
semen dan air (diaci).
9.7 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran harus diayak dengan ayakan pasir
berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran yang kasar / rusak.
9.8 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh dipakai kembali
untuk plesteran.
9.9 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang sudah
selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran tersebut, harus
diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi yang sama dengan spesi yang
belum dibongkar.
9.10 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus dilaksanakan
perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran dengan air, sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 10 : PEKERJAAN LANTAI

10.1 Untuk pekerjaan lantai ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
10.2 Lantai pada bangunan menggunakan plat lantai beton f’c 7,4 MPa bertulangan
Wiremesh dengan ketebalan 10 cm.
10.3 Dinding keramik lantai WC/KM 20/25 dan lantai 20/20.
10.4 Lantai menggunakan finishing Granit 60x60 (Homogeneous tile) dan pemasangannya
harus betul-betul datar water pass dan tidak boleh ada retak/pecah.
10.5 Pemasangan granit (Homogeneous tile) harus dikerjakan oleh tenaga yang benar-benar
ahli, sehingga tidak terjadi pemasangan yang bergelombang dan nat-nat yang tidak
lurus.
10.6 Bila terdapat pemasangan granit yang harus dipotong, maka diusahakan pemasangannya
pada pertemuan sudut lantai dan dinding.
10.7 Setelah selesai pemasangan granit, maka nat-natnya harus diisi dengan spesi semen
dan air dengan warna yang sama dengan warna keramik.
10.8 Bila terdapat pemasangan granit lantai yang tidak rata waterpass mendatar
(bergelombang) dan tidak lurus maka harus dibongkar, dan diperbaiki kembali
sampai permukaan lantai waterpass mendatar dan plit benar-benar lurus.
10.9 Pekerjaan Keramik Setara Garuda
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 11 : PEKERJAAN KUNCI / ALAT PENGGANTUNG

11.1 Semua accesoris penggantung jendela dan pintu lengkap engsel, kunci, Grendel, kait
angin sebagaimana pabrikasi
11.4 Semua bahan-bahan diatas harus berkualitas baik dan sebelum dipasang harus
mendapat persetujuan Direksi.

PASAL 12 : PEKERJAAN LISTRIK

12.1 Semua alat instalasi listrik disesuaikan dengan gambar/ keperluan, semua harus
berkualitas baik dan dapat persetujuan dari Direksi.
12.3 Perlengkapan listrik yang dimaksud meliputi :
 Instalasi Titik Lampu.
 Instalasi Stop Kontak.
 Saklar Ganda.
 Saklar Tunggal.
 Lampu LED 9 watt.
 Lampu TL 2X25 watt
 Saklar kipas angin

Pemasangan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh instalatir yang telah disahkan oleh
PLN setempat terdiri dari instalasi listrik dalam lengkap dan instalasi listrik
menyambung antar bangunan.

PASAL 13 : PEKERJAAN CAT-CATAN

13.1 Seluruh permukaan dinding bagian luar dan dalam balok, kolom dan plafond yang
tampak dan tidak dilapis , harus dicat.
13.2 Seluruh pekerjaan kayu, kosen, dan pintu panil, harus dicat kilat.
13.3 Sebelum pekerjaan cat dilaksanakan, maka permukaan yang akan dicat,
harusdibersihkan dan dihaluskan dengan amplas. Kemudian dimenie, dicat dasar,
didempul, diplummer dan diampelas rata / licin.
13.4 Permukaan plesteran hanya boleh dicat, bila sudah berumur 4 minggu, yaitu
dengan maksud mengeringkan permukaan plesteran.
13.5 Untuk mengencerkan bahan cat dengan bahan pengencer, harus mentaati
petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
SPESIFIKASI TEKNIS

13.6 Semua pekerjaan pengecatan, harus dilaksanakan tanpa ada cacat/goresan yang
membuat dinding rusak.
13.7 Pengertian cat pada pekerjaan ini meliputi bahan emulsi, enamel, vernis, sealer dan lain-
lain.
13.8 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk dinding tembok dan beton, harus dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan alkali resistant sealer.
 Lapis kedua dengan cat plammur.
 Lapis ketiga dan keempat memakai cat.
13.9 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk permukaan kayu harus dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan dana alkyd primer.
 Lapis kedua dan ketiga harus dicat dengan cat kilap.
13.10 Bahan cat dasar, cat lapis dan cat tembok, harus memakai cat yang masa
pemakaiannya masih berlaku, sehingga warnanya masih sesuai dengan aslinya.
13.11 Bahan cat harus benar - benar diaduk sampai merata menjadi satu warna,
sehingga warna cat sama pada permukaan yang dicat.
13.12 Cat yang digunakan untuk cat tembok setara Mowilex
13.13 Cat yang digunakan untuk bangunan bagian luar menggunakan cat tembok setara
Mowilex
13.14 Penentuan warna bahan cat, harus dikonsultasikan dengan Pemilik Bangunan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 14 : PEKERJAAN SANITAIR DAN INSTALASI

14.1 Umum.
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plumbing / Sanitasi yang diuraikan di sini adalah
persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi
maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis
Pekerjaan Mekanikal / Elektri- kal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.
14.2 Lingkup Pekerjaan.
Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi
plumbing (pembuangan air kotor, air bekas, septictank dan penyediaan air bersih) di
dalam dan di luar bangunan sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-
bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi dan
testing terhadap seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 (dua belas)
bulan.
SPESIFIKASI TEKNIS

Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada


spesifikasi /syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi
secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan
dan perlengkapan sistem plumbing / sanitasi sesuai dengan peraturan / standar yang
berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya
sistem / peralatan, walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Teknik Khusus atau
gambar dokumen.
Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah sebagai
berikut :
 Instalasi Air Bersih.
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar
bangunan, lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana dan
spesifikasi tekniknya.
b. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi
plumbing serta peralatan-peralatannya.
c. Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan oleh
pompa yang disediakan oleh Kontraktor.
d. Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial
dan untuk seluruh sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai sistem
bekerja dengan baik dan aman.
e. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersihan site.

 Instalasi Air Kotor / Air Buangan.


a. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor / air buangan lengkap dengan
peralatannya yang berada di dalam bangunan, antara lain WC, floor drain, dan lain
sebagainya.
b. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor dan air bekas dari dalam bangunan
menuju septictank dan resapannya.
c. Pengadaan Septictank Biofill 1000 L.
d. Pengangkutan bekas galian yang perlu dibuang dan penimbunan kembali untuk
perapihan lahan.
e. Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan tekanan hidrolis.
f. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat kerja yang diperlukan.

14.3 Teknis Pelaksanaan.


 Pengecatan.
SPESIFIKASI TEKNIS

a. Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung rangka penyangga,


semua unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat
dengan lapisan cat dasar (prime coating), cat harus sesuai dengan persyaratan
pengecatan yang sesuai dengan bahan masing- masing.
b. Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di pabriknya atau
dinyatakan lain dalam spesifikasinya atau untuk bahan alumunium. Sebelumnya
Kontraktor wajib memberitahukan mengenai tanda-tanda yang hendak dipasang
pada peralatan-peralatan itu kepada Direksi / Pengawas.

 Peralatan.
a. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada tempat
- tempat rendah tertutup.
b. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pipe fitting untuk penempatan alat
ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
c. Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian
tinggi serta simetris.
d. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa di tempat
- tempat tertentu untuk menunjukan arah aliran dengan cat.
 Ukuran (dimensi).
a. Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail yang terdapat pada gambar harus
ditaati oleh Kontraktor.
b. Kontraktor harus meneliti (mempelajari) gambar perencanaan, dan bila terdapat
perbedaan antara suatu dengan yang lain, harus segera dibicarakan dengan Direksi /
Pengawas.
c. `Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan pengukuran dan
penggambaran yang diperlukan guna memudahkan pelaksanaan.
C. PERATURAN PENUTUP.

C.1 Meskipun dalam rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini pada uraian pekerjaan
untuk uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh
pemborong, atau yang harus dibuat, dipasang oleh pemborong tetapi menjadi bagian
dari pekerjaan pembangunan ini, perkataan – perkataan diatas disepakati dianggap ada
dan dimuat dalam RKS ini.
C.2 Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan Pembangunan, tetapi tidak
dimuat dan diuraikan dalam RKS ini, tetapi diselenggarakan dan diselamatkan oleh
Mandor/ kepala tukang, hal tersebut harus dianggap ada, seakan dimuat kata demi kata
dalam RKS ini, untuk menuju penyerahan selesai menurut pertimbangan Direksi.
SPESIFIKASI TEKNIS

C.3 Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari Proyek,
Pengelola Teknis, Konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil yang
memuaskan.
RKS
(RENCANA KERJA DAN
SYARAT-SYARAT)

REHABILITASI DAN RENOVASI SARANA


PRASARANA SEKOLAH KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH, HULU SUNGAI UTARA,
BALANGAN DAN TABALONG

LOKASI :
SDN PALIMBANGAN GUSTI, Kabupaten Hulu Sungai Utara

TAHUN ANGGARAN 2020


SPESIFIKASI TEKNIS

SPESIFIKASI TEKNIS

I. PETUNJUK UNTUK PESERTA

Peserta Lelang harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja, rencana
kerja dan syarat ini dengan seksama untuk memahami benar-benar maksud dan isi
dokumen tersebut secara keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan
yang akan dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan karena peserta tidak
membaca, tidak memahami, tidak memenuhi petunjuk, ketentuan dalam gambar,
atau pernyataan kesalah-pahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.

II. KETENTUAN-KETENTUAN TEKNIS

PASAL 1 : PENJELASAN UMUM.

1.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka berlaku dan mengikat, yaitu:

1.1.1 Gambar-gambar pelaksanaan konstruksi dan detail terlampir.


1.1.2 Uraian dan syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan (spesifikasi).
1.1.3 Berita acara Penjelasan (Aanwijijzing).
1.1.4 Petunjuk dari Pengelola Kegiatan dan Pengawas Lapangan

1.2 Dalam melaksanakan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, maka akan berlaku dan mengikat peraturan – peraturan
dibawah ini, termasuk segala perubahan dan tambahan, yaitu :
1.2.1 Peraturan umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia ( AV . 41
tahun 1941 )
1.2.2 Permen PUPR No. 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara.
1.2.3 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ) tahun 1997 1 / NI.2.
1.2.4 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ) tahun 1997 1 / NI.2.
1.2.5 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI ) tahun 1997 1 / NI.2
SPESIFIKASI TEKNIS

1.2.6 Peraturan Muatan Indonesia ( PMI ) tahun 1970 / NI – 18


1.2.7 Standar Nasional Indonesia (SNI)
1.2.8 Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja
1.2.9 Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh jawatan / instansi
Pemerintah setempat, yang berkaitan dengan pelaksanaan bangunan.
1.2.10 Kontraktor dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti Rencana Gambar
Bestek dan Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS), termasuk penambahan
/ pengurangan atau perubahan yang tercantum dalam berita acara
Aanwijzing.
1.2.11 Bila perbedaan-perbedaan antara gambar, RAB dan spesifikasi
menimbulkan keragu- raguan, sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan
dalam pekerjaan,
maka harus segera dikonsultasikan kepada Konsultan Pengawas atau
Konsultan Perencana dan keputusan-keputusannya harus dilaksanakan.
SPESIFIKASI TEKNIS

A. PERSIAPAN PENDAHULUAN

PASAL 1 : LINGKUP PEKERJAAN

. Perencanaan Rehab Dan Renovasi Prasarana Sekolah TABALONG


Madrasah Kabupaten Tabalong
1. SD Negeri PALIMBANGAN GUSTI 2 + 50 cm

PASAL 2 : IZIN BANGUNAN.


2.1 Setelah surat Perintah Kerja (SPK) dikeluarkan, maka izin bangunan dan izin
lainnya akan diurus oleh Pemberi Tugas, namun pelaksanaan dan pembiayaannya
akan ditanggung oleh Kontraktor.
2.2 Ijin Mendirikan Bangunan adalah termasuk salah satu retribusi yang harus
dibayarkan oleh Kontraktor, sebagai satu syarat administrasi proyek.
2.3 Besarnya nilai IMB sesuai yang disyaratkan oleh Peraturan.
2.4 Untuk memulai pekerjaan, maka Kontraktor harus dapat menunjukkan kepada
Konsultan Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti bahwa izin
bangunan tersebut sedang diproses.
2.5 Tanpa adanya izin bangunan dari Instansi yang berwenang, maka Kontraktor
tidak diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk apapun disekitar
lingkungan proyek.

PASAL 3 : PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS


3.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, yang berlaku dan mengikat yaitu :
3.1.1 Gambar, Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
3.1.2 Surat Perintah Keja ( SPK )
3.1.3 Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Pemberi Tugas
3.2 Kontraktor dan Direksi Pengawas harus menelilti rencana gambar bestek dan rencana
kerja dan syarat-syarat (RKS).
3.3 Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan Rencana Kerja dan
Syarat- Syarat (RKS) maka yang mengikat adalah rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
3.4 Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana
gambar bestek yang lain, maka diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya
lebih besar.
3.5 Bila perbedaan-perbedaan tersebut di atas yang menimbulkan keragu-raguan
sehingga akan menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera
dikonsultasikan kepada Konsultan Perencana/Pengawas dan keputusan – keputusannya
harus dilaksanakan.
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 4 : JADWAL PELAKSANAAN ( TIME SCHEDULE )


4.1 Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor wajib membuat jadwal
pelaksanaan (Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot
pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal penggunaan
bahan bangunan dan tenaga kerja.
4.2 Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci Pelaksana Kontraktor harus membuat
rencana kerja/Laporan harian, mingguan dan bulanan, beserta foto-foto visual
ukuran 3 R yang diketahui/disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.
4.3 Rencana Kerja (Time Schedule) diatas harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas dan Pemberi Tugas.
4.4 Rencana Kerja ( Time Sehedule ), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor, paling
lambat 7 (tujuh ) hari kalender, setelah SPK diterima.
4.5 Kontraktor harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule) kepada
Konsultan Pengawas dan 1 ( satu ) lembar harus dipasang pada dinding bangsal kerja.
4.6 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana
kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi pekerjaan.

PASAL 5 : TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN


5.1 Mendatangkan bahan-bahan bangunan untuk pelaksanaan Proyek, harus tepat pada
waktunya dan kwalitetnya dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5.2 Pelaksana harus menyediakan alat-alat, pembantu dan pekerja-pekerja yang
diperlukan untuk pelaksanaan bangunan agar supaya pelaksanaannya dapat selesai sesuai
dengan waktu yang disediakan.
5.3 Alat- alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak dapat dipakai, maka
harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek.

PASAL 6 : KEAMANAN PROYEK

6.1 Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang- barang milik Proyek,
Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik terhadap pencurian
maupun pengrusakan dengan membuat pagar pengaman areal proyek.
6.2 Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-alat dan hasil.pekerjaan,
maka akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam
pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu pelaksanaan.
6.3 Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk
mencegah bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan alat pemadam
SPESIFIKASI TEKNIS

kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat- tempat yang strategis dan
mudah dicapai.

PASAL 7 : KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN

7.1 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja,
Kontraktor harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu
Kontraktor harus mengikutkan pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja
(ASTEK) atau asuransi lainnya yang sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.
7.2 Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka
Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya
yang siap dipakai apabila diperlukan.
7.3 Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan yang
serius, maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban ke Rumah Sakit yang
terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.
7.4 Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah tanggung
jawabnya maupun yang berada dibawah pihak ketiga.

PASAL 8 : BANGSAL KONSULTAN (DIREKSIKEET) DAN BANGSAL KERJA /


GUDANG
8.1 Kontraktor diharuskan membuat direksikeet yang ukurannya sesuai kebutuhan, dengan
menggunakan bahan-bahan sederhana seperti tongkat, lantai papan, dinding
papan/plywood, atap seng dan pintu harus dilengkapi dengan kunci yang baik
serta cukup jendela dan ventilasi/penerangan. Direksiket tersebut jika
memungkinkan tidak bersatu dengan gudang.
8.2 Kontraktor harus melengkapi Direksiket tersebut dengan :
 Meja tulis
 Kursi sebagai perlengkapan meja tulis.
 Satu buah papan tulis.
 Sebuah meja besar + kursi, untuk keperluan pertemuan/rapat di lapangan.
Perlengkapan tersebut adalah milik pribadi kontraktor.
8.3 Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerja dan gudang untuk
menyimpan bahan- bahan bangunan dan peralatan pekerjaan dan pintunya harus
mempunyai kunci yang baik/kuat untuk keamanan bahan/perlengkapan.
8.4 Tempat mendirikan bangsal dan gudang, akan ditentukan kemudian dan
dikonsultasika n dengan Pemberi Tugas.
SPESIFIKASI TEKNIS

8.5 Pembongkaran bangsal Konsultan (direksiket), bangsal kerja dan gudang adalah
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Bahan bongkaran tersebut menjadi hak milik
Pemberi Tugas.
PASAL 9 : TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR
9.1 Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasanya dilapangan (Site
Manager/Pelaksana Lapangan), yang mempunyai pengetahuan dibidang Teknik
Sipil/Bangunan, cakap, gesit dan berwibawa terhadap pekerja yang dipimpinnya
dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan. Penunjukkan ini harus
dikuatkan dengan surat resmi dari Kontraktor yang ditujukan kepada Pemberi Tugas
dan tembusannya kepada Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas.
9.2 Pelaksana harus berpendidikan minimun S1 Sipil/Arsitek dan mempunyai
pengalaman kerja lapangan minimun 7 tahun, atau yang telah memiliki sertifikat
keterampilan/Keahlian sesuai dengan bidangnya yang dikeluarkan oleh lembaga/asosiasi
yang berwenang.
9.3 Selain itu kuasa kontraktor dibantu oleh tenaga dengan kualifikasi bidang yang
terdiri dari arsitektur, sipil, mesin/listrik yang memiliki pengalaman lapangan minimal 1
tahun.
9.4 Selain Petugas Pelaksana, maka Kontraktor diwajibkan pula melaporkan secara
tertulis kepada Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas,
tentang susunan organisasi pelaksana dilapangan dengan nama dan jabatannya masing-
masing.
9.5 Bila dikemudian hari, menurut penilaian Team Pengelola Teknis Proyek dan
Konsultan Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu
melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana tersebut
dan harus memberitahukan secara tertulis tentang Pelaksana yang baru, demi
kelancaran pekerjaan.

B. URAIAN PEKERJAAN

PASAL 1 : PEKERJAAN PERSIAPAN


1.1 Pembersihan Lokasi
1.1.1 Untuk pembersihan lokasi harus sesuai dengan petunjuk dari gambar
pelaksanaan yang telah ada, jika ada beberapa hal yang dirasa perlu dapat
berkoordinasi dengan pihak Direksi.
1.1.2 Bahan bongkaran harus disingkirkan dari lokasi / lapangan pekerjaan
1.1.3 Pembersihan lokasi dinyatakan selesai, bila telah mendapat persetujuan dari
Direksi Pengawas lapangan
SPESIFIKASI TEKNIS

1.2 Pengukuran/Pasang Bouwplank :


1.2.1 Pengukuran dilaksanakan harus mendapat pengawasan dari Konsultan
Pengawas dan menggunakan alat theodolite,untuk memperoleh data polygon
bangunan.
1.2.2 Papan bouwplank digunakan sebagai kontrol dan tanda-tanda as bangunan.
1.2.3 Papan bouwplank bagian atas harus dibuat setinggi peil lantai +0,00.
1.2.4 Semua pekerjaan pengukuran harus disesuaikan dengan rencana gambar dan
bestek, apabila ada hal-hal yang sifatnya diluar kemampuan pelaksana segera
dilaporkan dan dikonsultasikan kembali kepada pihak-pihak yang terkait.

PASAL 2 : PENENTUAN PEIL


2.1 Peil diambil disesuaikan dengan gambar detail/tinggi daerah setempat

. Perencanaan Rehab Dan Renovasi Prasarana Sekolah TABALONG


Madrasah Kabupaten Tabalong
1. SD Negeri PALIMBANGAN GUSTI 2 + 50 cm

2.2 Semua ukuran-ukuran tinggi dan ukuran dalam akan ditetapkan terhadap peil tersebut
diatas.
2.3 Pekerjaan uitzet harus dilakukan dengan cermat dan teliti dengan menggunakan
alat ukur waterpass/slang plastik. Dalam hal ini agar menghubungi Direksi Pengawas.
2.4 Satu dan lain hal yang menyimpang dari hal-hal tersebut diatas akan ditentukan oleh
direksi.

PASAL 3 : PEKERJAAN TANAH

3.1 Untuk pekerjaan tanah ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
3.2 Pekerjaan Galian tanah meliputi pekerjaan galian tanah untuk pondasi dan bekas galian
3.3 Pekerjaan urugan tanah bekas galian dan bekas bongkaran bangunan diletakkan diatas
lantai eksisting serta dilaksanakan disekitar pondasi, sampai ketinggian yang ditentukan
pada rencana gambar. Atau sesuai arahan pengawas/direksi
3.4 Urugan dibawah lantai kerja menggunakan urugan pasir setebal 15 cm
3.5 antai kerja dengan campuran K.175 setebal 10 cm
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 4 : PEKERJAAN PONDASI

4.1 Pondasi bangunan ini berupa pondasi poer plat dengan pancangan

Perencanaan Rehab Dan Renovasi Prasarana TABALONG


Sekolah Madrasah Kabupaten Tabalong
1. SD Negeri PALIMBANGAN GUSTI 2 Poer plat ,panc galam dia10-12 cm ,7 mtr

4.2 Sebagai pendukung kekuatan pondasi maka diperkuat dengan pancangan Galam Dia.10-
12 cm dengan cek tabel sebagaimana Rencana Anggaran Biaya
4.3 Untuk pekerjaan ini perlu diperhatikan gambar kerja dan bestek

PASAL 5 : PEKERJAAN BETON BERTULANG

5.1 Sebagai pedoman pelaksanaan dipakai Peraturan Beton Indonesia 1971(PBI. 1971)
dan SKSNI T-15-1991-03.Pelaksanaan pekerjaan beton bertulang Mutu F’c 7,4 MPa
dan 19,3 MPa pada proyek ini meliputi :
 Sloof
 Kolom
 Ringbalk
 Plat Lantai.
Segala ukuran dan penempatannya sesuai gambar rencana

Poer Plat Sloof Kolom Balok Ring Balk


SD Negeri PALIMBANGAN GUSTI 120/120 40/40 25/35 15/20
20/20 40/70

5.2 Persyaratan Bahan :

5.2.1 Bahan agregat pasir dan kerikil harus dari tempat-tempat yang telah disetujui
mutunya oleh Konsultan Pengawas Lapangan dan harus memenuhi syarat-
syarat PBI. 1971 dan SKSNI T-15-1991-03.
5.2.2 Bahan agregat pasir dan kerikil harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak tercampur dengan bahan-bahan yang merusak mutu beton dan ditempatkan
terpisah.
SPESIFIKASI TEKNIS

5.2.3 Besaran butiran agregat kerikil yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 4 mm – 31,5 mm.
5.2.4 Agregat kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 persen. Apabila
kadar lumpur tersebut lebih dari 1 persen , maka agregat kerikil harus dicuci.
5.2.5 Besar butiran agregat pasir yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 0,063 - 4 mm.
5.2.6 Agregat pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 persen. Apabila
kadar lumpur tersebut lebih dari 5 persen , maka agregat pasir harus dicuci.
5.2.7 Jenis semen yang dipakai harus jenis semen type satu sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam NI-8.
5.2.8 Semen yang didatangkan ke lokasi proyek, harus disimpan pada gudang yang
berlantai kering sedemikian rupa, sehingga terjamin tidak akan rusak dan/atau
tercampur bahan lain yang dapat merusak mutu beton.
5.2.9 Pada pemakaian semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru datang,
tidak boleh dilakukan diatas timbunan yang telah ada, dan pemakaian semen
harus dilakukan menurut urutan pengirimannya.
5.2.10 Air yang dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton diusahakan air
bersih yang dapat diminum. Air yang mengandung garam dan/atau bahan lain
yang merusak beton, tidak boleh dipakai.
5.2.11 Bila terdapat keragu-raguan terhadap air yang dipakai, maka contoh air
tersebut harus diperiksakan di laboratorium dibawah tanggung jawab
Kontraktor.
5.2.12 Bila pemeriksaan air tersebut tidak memenuhi syarat untuk bahan campuran
beton, maka air tersebut tidak boleh dipakai.

5.3 Tulangan
5.3.1 Semua baja tulangan yang dipakai berbentuk polos, sesuai dengan standard
PBI. 1971/atau SKSNI T-15-1991-03.
5.3.2 Sebelum baja tulangan di datangkan ke lokasi proyek, maka kontraktor
harus menyerahkan dahulu contoh-contoh baja tulangan yang dipakai kepada
Pengawas Lapangan.
5.3.3 Baja tulangan yang dibengkokkan sama dengan atau lebih dari 90
derajat, hanya diperkenankan sekali pembengkokkan.
5.3.4 Baja tulangan harus bersih dari karat yang mengganggu kekuatan beton
bertulang. Hal ini disesuaikan dengan PBI. 1971/atau SKSNI T-15-1991-03.
5.3.5 Baja tulangan tidak boleh disimpan ditempat yang langsung berhubungan
dengan tanah atau tempat terbuka dan harus dilindungi dari genangan air / air
hujan.
SPESIFIKASI TEKNIS

5.3.6 Profil dan Diameter tulangan yang dipakai harus memenuhi standard (sesuai
gambar detail) dan bestek.

5.4 Bekisting

5.4.1 Papan bekisting ( cetakan beton ) yang dipakai adalah dari bahan kayu
terantang tebal 2 cm dan plywood tebal 9 mm atau memakai bondex tebal
0.75 mm dan apabila oleh Pengawas Lapangan dinyatakan rusak, maka tidak
boleh dipakai lagi untuk pekerjaan berikutnya.
5.4.2 Tiang-tiang bekisting dapat dibuat dari kayu kelas II dengan ukuran 5/7 cm
atau galam diameter 8 – 10 cm dengan jarak maksimum 0, 5 meter.
5.4.3 Konstruksi bekisting harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mudah
bergerak dan kuat menahan beban diatasnya.
5.4.4 Pada bekisting kolom yang tinggi, maka setiap tinggi 2 meter harus diberi
pintu untuk memasukkan spasi beton, sehingga terhindar terjadinya sarang -
sarang kerikil.
5.4.5 Pada bekisting kolom, dinding dan balok tinggi, harus diadakan perlengkapan
pintu untuk membersihkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan kayu,
kawat pengikat dan lain-lain.

5.5 Pekerjaan Beton

5.5.1 Untuk beton lantai kerja Membuat Lantai Kerja Beton f’c :7,4 Mpa (K175)
5.5.2 Untuk pekerjaan beton konstruksi struktural dan lantai beton, memakai
jenis mutu beton f’c : 19,2 Mpa (K225)
5.5.3 Sebelum pengecoran dimulai :
 Bekisting harus dibersihkan dari potongan – potongan kayu, potongan –
potongan kawat pengikat dan bahan-bahan lain yang merusak mutu beton.
 Sebelum pelaksanaan pengecoran, bekisting harus disiram air terlebih
dahulu.
 Lubang-lubang yang terdapat pada bekisting supaya ditutup
sedemikian rupa, sehingga air semen tidak dapat keluar.
5.5.4 Khusus pada pengecoran kolom beton bertulang yang langsung bertemu
dinding batu bata atau kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan Maka
sebelum pengecoran dimulai, Pelaksana harus mempersiapkan :
 Angker untuk pasangan batu bata dari baja tulangan diameter 10 mm,
panjang yang keluar dari kolom sama dengan 20 cm, dengan jarak satu sama
lain 50 cm.
SPESIFIKASI TEKNIS

 Angker untuk kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan sesuai gambar


detail.
5.5.5 Untuk penutup beton minimum (selimut beton) yang berhubungan dengan:
 Air adalah 2,5 cm.
 Pelat lantai adalah untuk pelat 1.5 cm, untuk balok 2 cm dan untuk kolom
2,5 cm.
5.5.6 Pada pengecoran beton, bahan campuran beton harus diaduk dengan mesin
pengaduk Mollen sampai bahan bersatu menjadi satu warna.
5.5.7 Untuk pengecoran pelat beton dan balok tidak boleh berhenti ditengah-tengah
bentang lapangan.
5.5.8 Penghentian pengecoran pelat, harus dimuka balok yang sudah dicor
danmaksimal sejauh 0,15 x bentang pelat (dihitung dari ujung bawah pelat
terakhir).
5.5.9 Penghentian pengecoran balok, sloof dan ring balk, harus dimuka titik tumpuan
(kolom) yang sudah dicor dan maksimal 0, 15 bentang balok.
5.5.10 Pengecoran dapat dimulai, bila keadaan bekisting dan tulangan sudah
memenuhi syarat dan telah diperiksa oleh Konsultan Pengawas
Lapangan serta mendapat izin pengecoran.
5.5.11 Khusus untuk pengecoran kolom, spesi beton tidak boleh dijatuhkan lebih
tinggi dari 2 meter.
5.5.12 Pekerjaan beton yang permukaannya masih diplester, atau permukaan yang
masih kena pekerjaan pengecoran lanjutan, maka permukaan beton tersebut
harus dikasarkan dan bidang yang akan diplester atau disambung harus disiram
air semen.
5.5.13 Setelah selesai pekerjaan pengecoran, maka beton harus dirawat selama
masa pengikatan. Perawatan tersebut dilaksanakan dengan jalan mengalirkan
air terus menerus pada permukaan beton atau menutup permukaan beton
dengan karung goni atau bahan lain yang dapat basah terus menerus sampai
selesai waktu pengikatan. Apabila ingin mempercepat waktu pengikatan
boleh mempergunakan obat setelah mendapat ijin dari konsultan pengawas.
5.5.14 Lamanya perawatan adalah sama dengan umur beton yang disesuaikan
dengan ketentuan PBI 1971 dan selama perawatan itu beton tidak boleh
mendapat beban yang berat.
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 6 : PEKERJAAN DINDING

6.1 Dinding Tembok


6.1.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan bestek.
6.1.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata ringan tebal 7,5 cm dikerjakan, maka
harus diperhatikan sudut- sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal
maupun dengan bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya.
6.1.3 Pasangan batu bata ringan tebal 7,5 cm dengan mortar semen instant
6.1.4 Batu bata ringan sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu
sampai basah.
6.1.5 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh dengan
spesi dan selanjutnya diratakan dan dirapikan.
6.2 Plesteran
6.2.1 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata
bagian luar dan bagian dalam.
6.2.2 Untuk pasangan dinding batu bata dengan spesi 1 PC : 2 Pasir , harus diplester
dengan camp 1 : 2 dengan tebal 15 mm.dan spesi 1PC : 2 pasir untuk
pekerjaan dinding setengah bata digunakan camp 1 : 2 (Trasraam dan WC/KM)
dengan tebal 15 cm.
6.2.3 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan dengan
adukan semen dan air (diaci).
6.2.4 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran harus diayak dengan ayakan
pasir berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran
yang kasar / rusak.
6.2.5 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh dipakai
kembali untuk plesteran.
6.2.6 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang
sudah selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran
tersebut, harus diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi yang
sama dengan spesi yang belum dibongkar.
6.2.7 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus
dilaksanakan perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran
dengan air, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 7 : PEKERJAAN RANGKA KUDA-KUDA / ATAP

7.1. Rangka Atap


7.1.1 Untuk pekerjaan rangka baja ringan, perlu diperhatikan rencana
gambar kerja pekerjaan atap.
7.1.2 Rangka kuda- kuda digunakan dari bahan baja ringan C.75.75
7.1.3 Ukuran rangka kuda-kuda, kasau dan reng c.35/35 sesuai dengan spesifikasi
yang diberikan oleh pabrik dan brosur.
7.1.5 Semua bahan yang telah masuk di site dan menyimpang dari ketentuan dalam
spesifikasi, contoh ataupun brosur yang telah disetujui, maka bahan tersebut
harus dikeluarkan dari site dalam waktu 1 x 24 jam sejak diketahuinya
penyimpangan itu oleh Direksi / Pengawas.

7.2 Penutup Atap


7.2.1 Penutup atap bangunan menggunakan atap Genteng metal tebal (0,5) mm
kemiringan atap 30˚ (derajat) dengan komposisi sbb :
7.2.4 Warna penutup atap dan bubungan yang dipasang sebagai penutup atap bangunan,
akan ditentukan kemudian dan dikonsultasikan dengan pemberi Kegiatan.

PASAL 8 : PEKERJAAN KUSEN PINTU, JENDELA, DAN VENTILASI

8.1 Untuk pekerjaan pintu / jendela / ventilasi ini adalah barang pabrikasi berbahan kaca
bening tebal 5mm ,rangka dan kusen daun alumunium setara perlu diperhatikan rencana
gambar dan bestek.
8.2 Untuk pintu memakai alumunium ACP dan pintu wc memakai pintu alumunium
8.3 Pintu panil lanan/double takewood

PASAL 9 : PEKERJAAN DINDING

Dinding Tembok

9.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan bestek.
9.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata ringan tebal 7,5 dikerjakan, maka harus
diperhatikan sudut-sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal maupun dengan
bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya.
9.3 Batu bata sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu sampai basah.
9.4 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh dengan spesi dan
selanjutnya diratakan dan dirapikan.
SPESIFIKASI TEKNIS

Plesteran

9.5 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata bagian luar dan
bagian dalam.
9.6 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan dengan adukan
semen dan air (diaci).
9.7 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran harus diayak dengan ayakan pasir
berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran yang kasar / rusak.
9.8 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh dipakai kembali
untuk plesteran.
9.9 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang sudah
selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran tersebut, harus
diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi yang sama dengan spesi yang
belum dibongkar.
9.10 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus dilaksanakan
perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran dengan air, sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 10 : PEKERJAAN LANTAI

10.1 Untuk pekerjaan lantai ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
10.2 Lantai pada bangunan menggunakan plat lantai beton f’c 7,4 MPa bertulangan Wiremesh
dengan ketebalan 10 cm.
10.3 Dinding keramik lantai WC/KM 20/25 dan lantai 20/20.
10.4 Lantai menggunakan finishing Granit 60x60 (Homogeneous tile) dan pemasangannya
harus betul-betul datar water pass dan tidak boleh ada retak/pecah.
10.5 Pemasangan granit (Homogeneous tile) harus dikerjakan oleh tenaga yang benar-benar
ahli, sehingga tidak terjadi pemasangan yang bergelombang dan nat-nat yang tidak
lurus.
10.6 Bila terdapat pemasangan granit yang harus dipotong, maka diusahakan pemasangannya
pada pertemuan sudut lantai dan dinding.
10.7 Setelah selesai pemasangan granit, maka nat-natnya harus diisi dengan spesi semen dan
air dengan warna yang sama dengan warna keramik.
10.8 Bila terdapat pemasangan granit lantai yang tidak rata waterpass mendatar
(bergelombang) dan tidak lurus maka harus dibongkar, dan diperbaiki kembali
sampai permukaan lantai waterpass mendatar dan plit benar-benar lurus.
10.9 Pekerjaan Keramik Setara Garuda
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 11 : PEKERJAAN KUNCI / ALAT PENGGANTUNG

11.1 Semua accesoris penggantung jendela dan pintu lengkap engsel, kunci, Grendel, kait
angin sebagaimana pabrikasi
11.4 Semua bahan-bahan diatas harus berkualitas baik dan sebelum dipasang harus
mendapat persetujuan Direksi.

PASAL 12 : PEKERJAAN LISTRIK

12.1 Semua alat instalasi listrik disesuaikan dengan gambar/ keperluan, semua harus
berkualitas baik dan dapat persetujuan dari Direksi.
12.3 Perlengkapan listrik yang dimaksud meliputi :
 Instalasi Titik Lampu.
 Instalasi Stop Kontak.
 Saklar Ganda.
 Saklar Tunggal.
 Lampu LED 9 watt.
 Lampu TL 2X25 watt
 Saklar kipas angin

Pemasangan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh instalatir yang telah disahkan oleh
PLN setempat terdiri dari instalasi listrik dalam lengkap dan instalasi listrik
menyambung antar bangunan.

PASAL 13 : PEKERJAAN CAT-CATAN

13.1 Seluruh permukaan dinding bagian luar dan dalam balok, kolom dan plafond yang
tampak dan tidak dilapis , harus dicat.
13.2 Seluruh pekerjaan kayu, kosen, dan pintu panil, harus dicat kilat.
13.3 Sebelum pekerjaan cat dilaksanakan, maka permukaan yang akan dicat,
harusdibersihkan dan dihaluskan dengan amplas. Kemudian dimenie, dicat dasar,
didempul, diplummer dan diampelas rata / licin.
13.4 Permukaan plesteran hanya boleh dicat, bila sudah berumur 4 minggu, yaitu
dengan maksud mengeringkan permukaan plesteran.
13.5 Untuk mengencerkan bahan cat dengan bahan pengencer, harus mentaati
petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
SPESIFIKASI TEKNIS

13.6 Semua pekerjaan pengecatan, harus dilaksanakan tanpa ada cacat/goresan yang
membuat dinding rusak.
13.7 Pengertian cat pada pekerjaan ini meliputi bahan emulsi, enamel, vernis, sealer dan lain-
lain.
13.8 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk dinding tembok dan beton, harus dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan alkali resistant sealer.
 Lapis kedua dengan cat plammur.
 Lapis ketiga dan keempat memakai cat.
13.9 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk permukaan kayu harus dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan dana alkyd primer.
 Lapis kedua dan ketiga harus dicat dengan cat kilap.
13.10 Bahan cat dasar, cat lapis dan cat tembok, harus memakai cat yang masa
pemakaiannya masih berlaku, sehingga warnanya masih sesuai dengan aslinya.
13.11 Bahan cat harus benar - benar diaduk sampai merata menjadi satu warna,
sehingga warna cat sama pada permukaan yang dicat.
13.12 Cat yang digunakan untuk cat tembok setara Mowilex
13.13 Cat yang digunakan untuk bangunan bagian luar menggunakan cat tembok setara
Mowilex
13.14 Penentuan warna bahan cat, harus dikonsultasikan dengan Pemilik Bangunan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 14 : PEKERJAAN SANITAIR DAN INSTALASI

14.1 Umum.
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plumbing / Sanitasi yang diuraikan di sini adalah
persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi
maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis
Pekerjaan Mekanikal / Elektri- kal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.
14.2 Lingkup Pekerjaan.
Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi
plumbing (pembuangan air kotor, air bekas, septictank dan penyediaan air bersih) di
dalam dan di luar bangunan sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-
bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi dan
testing terhadap seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 (dua belas)
bulan.
SPESIFIKASI TEKNIS

Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada


spesifikasi /syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi
secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan
dan perlengkapan sistem plumbing / sanitasi sesuai dengan peraturan / standar yang
berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya
sistem / peralatan, walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Teknik Khusus atau
gambar dokumen.
Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah sebagai
berikut :
 Instalasi Air Bersih.
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar
bangunan, lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana dan
spesifikasi tekniknya.
b. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi
plumbing serta peralatan-peralatannya.
c. Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan oleh
pompa yang disediakan oleh Kontraktor.
d. Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial
dan untuk seluruh sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai sistem
bekerja dengan baik dan aman.
e. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersihan site.

 Instalasi Air Kotor / Air Buangan.


a. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor / air buangan lengkap dengan
peralatannya yang berada di dalam bangunan, antara lain WC, floor drain, dan lain
sebagainya.
b. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor dan air bekas dari dalam bangunan
menuju septictank dan resapannya.
c. Pengadaan Septictank Biofill 1000 L.
d. Pengangkutan bekas galian yang perlu dibuang dan penimbunan kembali untuk
perapihan lahan.
e. Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan tekanan hidrolis.
f. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat kerja yang diperlukan.

14.3 Teknis Pelaksanaan.


 Pengecatan.
SPESIFIKASI TEKNIS

a. Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung rangka penyangga,


semua unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat
dengan lapisan cat dasar (prime coating), cat harus sesuai dengan persyaratan
pengecatan yang sesuai dengan bahan masing- masing.
b. Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di pabriknya atau
dinyatakan lain dalam spesifikasinya atau untuk bahan alumunium. Sebelumnya
Kontraktor wajib memberitahukan mengenai tanda-tanda yang hendak dipasang
pada peralatan-peralatan itu kepada Direksi / Pengawas.

 Peralatan.
a. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada tempat
- tempat rendah tertutup.
b. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pipe fitting untuk penempatan alat
ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
c. Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian
tinggi serta simetris.
d. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa di tempat
- tempat tertentu untuk menunjukan arah aliran dengan cat.
 Ukuran (dimensi).
a. Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail yang terdapat pada gambar harus
ditaati oleh Kontraktor.
b. Kontraktor harus meneliti (mempelajari) gambar perencanaan, dan bila terdapat
perbedaan antara suatu dengan yang lain, harus segera dibicarakan dengan Direksi /
Pengawas.
c. `Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan pengukuran dan
penggambaran yang diperlukan guna memudahkan pelaksanaan.

C. PERATURAN PENUTUP.

C.1 Meskipun dalam rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini pada uraian pekerjaan
untuk uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh
pemborong, atau yang harus dibuat, dipasang oleh pemborong tetapi menjadi bagian
dari pekerjaan pembangunan ini, perkataan – perkataan diatas disepakati dianggap ada
dan dimuat dalam RKS ini.
C.2 Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan Pembangunan, tetapi tidak
dimuat dan diuraikan dalam RKS ini, tetapi diselenggarakan dan diselamatkan oleh
Mandor/ kepala tukang, hal tersebut harus dianggap ada, seakan dimuat kata demi kata
dalam RKS ini, untuk menuju penyerahan selesai menurut pertimbangan Direksi.
SPESIFIKASI TEKNIS

C.3 Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari Proyek,
Pengelola Teknis, Konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil yang
memuaskan.
RKS
(RENCANA KERJA DAN
SYARAT-SYARAT)

REHABILITASI DAN RENOVASI SARANA


PRASARANA SEKOLAH KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH, HULU SUNGAI UTARA,
BALANGAN DAN TABALONG

LOKASI :
SDN BANYU TAJUN PANGKALAN, Kabupaten Hulu Sungai Utara

TAHUN ANGGARAN 2020


SPESIFIKASI TEKNIS

SPESIFIKASI TEKNIS

I. PETUNJUK UNTUK PESERTA

Peserta Lelang harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja, rencana
kerja dan syarat ini dengan seksama untuk memahami benar-benar maksud dan isi
dokumen tersebut secara keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan
yang akan dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan karena peserta tidak
membaca, tidak memahami, tidak memenuhi petunjuk, ketentuan dalam gambar,
atau pernyataan kesalah-pahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.

II. KETENTUAN-KETENTUAN TEKNIS

PASAL 1 : PENJELASAN UMUM.

1.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka berlaku dan mengikat, yaitu:

1.1.1 Gambar-gambar pelaksanaan konstruksi dan detail terlampir.


1.1.2 Uraian dan syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan (spesifikasi).
1.1.3 Berita acara Penjelasan (Aanwijijzing).
1.1.4 Petunjuk dari Pengelola Kegiatan dan Pengawas Lapangan

1.2 Dalam melaksanakan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, maka akan berlaku dan mengikat peraturan – peraturan
dibawah ini, termasuk segala perubahan dan tambahan, yaitu :
1.2.1 Peraturan umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia ( AV . 41
tahun 1941 )
1.2.2 Permen PUPR No. 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara.
1.2.3 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ) tahun 1997 1 / NI.2.
1.2.4 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ) tahun 1997 1 / NI.2.
1.2.5 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI ) tahun 1997 1 / NI.2
SPESIFIKASI TEKNIS

1.2.6 Peraturan Muatan Indonesia ( PMI ) tahun 1970 / NI – 18


1.2.7 Standar Nasional Indonesia (SNI)
1.2.8 Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja
1.2.9 Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh jawatan / instansi
Pemerintah setempat, yang berkaitan dengan pelaksanaan bangunan.
1.2.10 Kontraktor dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti Rencana Gambar
Bestek dan Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS), termasuk penambahan
/ pengurangan atau perubahan yang tercantum dalam berita acara
Aanwijzing.
1.2.11 Bila perbedaan-perbedaan antara gambar, RAB dan spesifikasi
menimbulkan keragu- raguan, sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan
dalam pekerjaan,
maka harus segera dikonsultasikan kepada Konsultan Pengawas atau
Konsultan Perencana dan keputusan-keputusannya harus dilaksanakan.
SPESIFIKASI TEKNIS

A. PERSIAPAN PENDAHULUAN

PASAL 1 : LINGKUP PEKERJAAN

. Perencanaan Rehab Dan Renovasi Prasarana Sekolah TABALONG


Madrasah Kabupaten Tabalong
1 SD Negeri BANYU TAJUN PANGKALAN + 50 cm

PASAL 2 : IZIN BANGUNAN.


2.1 Setelah surat Perintah Kerja (SPK) dikeluarkan, maka izin bangunan dan izin
lainnya akan diurus oleh Pemberi Tugas, namun pelaksanaan dan pembiayaannya
akan ditanggung oleh Kontraktor.
2.2 Ijin Mendirikan Bangunan adalah termasuk salah satu retribusi yang harus
dibayarkan oleh Kontraktor, sebagai satu syarat administrasi proyek.
2.3 Besarnya nilai IMB sesuai yang disyaratkan oleh Peraturan.
2.4 Untuk memulai pekerjaan, maka Kontraktor harus dapat menunjukkan kepada
Konsultan Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti bahwa izin
bangunan tersebut sedang diproses.
2.5 Tanpa adanya izin bangunan dari Instansi yang berwenang, maka Kontraktor
tidak diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk apapun disekitar
lingkungan proyek.

PASAL 3 : PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS


3.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, yang berlaku dan mengikat yaitu :
3.1.1 Gambar, Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
3.1.2 Surat Perintah Keja ( SPK )
3.1.3 Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Pemberi Tugas
3.2 Kontraktor dan Direksi Pengawas harus menelilti rencana gambar bestek dan rencana
kerja dan syarat-syarat (RKS).
3.3 Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan Rencana Kerja dan
Syarat- Syarat (RKS) maka yang mengikat adalah rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
3.4 Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana
gambar bestek yang lain, maka diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya
lebih besar.
3.5 Bila perbedaan-perbedaan tersebut di atas yang menimbulkan keragu-raguan
sehingga akan menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera
dikonsultasikan kepada Konsultan Perencana/Pengawas dan keputusan – keputusannya
harus dilaksanakan.
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 4 : JADWAL PELAKSANAAN ( TIME SCHEDULE )


4.1 Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor wajib membuat jadwal
pelaksanaan (Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot
pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal penggunaan
bahan bangunan dan tenaga kerja.
4.2 Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci Pelaksana Kontraktor harus membuat
rencana kerja/Laporan harian, mingguan dan bulanan, beserta foto-foto visual
ukuran 3 R yang diketahui/disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.
4.3 Rencana Kerja (Time Schedule) diatas harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas dan Pemberi Tugas.
4.4 Rencana Kerja ( Time Sehedule ), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor, paling
lambat 7 (tujuh ) hari kalender, setelah SPK diterima.
4.5 Kontraktor harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule) kepada
Konsultan Pengawas dan 1 ( satu ) lembar harus dipasang pada dinding bangsal kerja.
4.6 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana
kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi pekerjaan.

PASAL 5 : TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN


5.1 Mendatangkan bahan-bahan bangunan untuk pelaksanaan Proyek, harus tepat pada
waktunya dan kwalitetnya dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5.2 Pelaksana harus menyediakan alat-alat, pembantu dan pekerja-pekerja yang
diperlukan untuk pelaksanaan bangunan agar supaya pelaksanaannya dapat selesai sesuai
dengan waktu yang disediakan.
5.3 Alat- alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak dapat dipakai, maka
harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek.

PASAL 6 : KEAMANAN PROYEK

6.1 Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang- barang milik Proyek,
Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik terhadap pencurian
maupun pengrusakan dengan membuat pagar pengaman areal proyek.
6.2 Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-alat dan hasil.pekerjaan,
maka akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam
pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu pelaksanaan.
6.3 Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk
mencegah bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan alat pemadam
SPESIFIKASI TEKNIS

kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat- tempat yang strategis dan
mudah dicapai.

PASAL 7 : KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN

7.1 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja,
Kontraktor harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu
Kontraktor harus mengikutkan pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja
(ASTEK) atau asuransi lainnya yang sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.
7.2 Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka
Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya
yang siap dipakai apabila diperlukan.
7.3 Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan yang
serius, maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban ke Rumah Sakit yang
terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.
7.4 Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah tanggung
jawabnya maupun yang berada dibawah pihak ketiga.

PASAL 8 : BANGSAL KONSULTAN (DIREKSIKEET) DAN BANGSAL KERJA /


GUDANG
8.1 Kontraktor diharuskan membuat direksikeet yang ukurannya sesuai kebutuhan, dengan
menggunakan bahan-bahan sederhana seperti tongkat, lantai papan, dinding
papan/plywood, atap seng dan pintu harus dilengkapi dengan kunci yang baik
serta cukup jendela dan ventilasi/penerangan. Direksiket tersebut jika
memungkinkan tidak bersatu dengan gudang.
8.2 Kontraktor harus melengkapi Direksiket tersebut dengan :
 Meja tulis
 Kursi sebagai perlengkapan meja tulis.
 Satu buah papan tulis.
 Sebuah meja besar + kursi, untuk keperluan pertemuan/rapat di lapangan.
Perlengkapan tersebut adalah milik pribadi kontraktor.
8.3 Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerja dan gudang untuk
menyimpan bahan- bahan bangunan dan peralatan pekerjaan dan pintunya harus
mempunyai kunci yang baik/kuat untuk keamanan bahan/perlengkapan.
8.4 Tempat mendirikan bangsal dan gudang, akan ditentukan kemudian dan
dikonsultasika n dengan Pemberi Tugas.
SPESIFIKASI TEKNIS

8.5 Pembongkaran bangsal Konsultan (direksiket), bangsal kerja dan gudang adalah
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Bahan bongkaran tersebut menjadi hak milik
Pemberi Tugas.
PASAL 9 : TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR
9.1 Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasanya dilapangan (Site
Manager/Pelaksana Lapangan), yang mempunyai pengetahuan dibidang Teknik
Sipil/Bangunan, cakap, gesit dan berwibawa terhadap pekerja yang dipimpinnya
dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan. Penunjukkan ini harus
dikuatkan dengan surat resmi dari Kontraktor yang ditujukan kepada Pemberi Tugas
dan tembusannya kepada Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas.
9.2 Pelaksana harus berpendidikan minimun S1 Sipil/Arsitek dan mempunyai
pengalaman kerja lapangan minimun 7 tahun, atau yang telah memiliki sertifikat
keterampilan/Keahlian sesuai dengan bidangnya yang dikeluarkan oleh lembaga/asosiasi
yang berwenang.
9.3 Selain itu kuasa kontraktor dibantu oleh tenaga dengan kualifikasi bidang yang
terdiri dari arsitektur, sipil, mesin/listrik yang memiliki pengalaman lapangan minimal 1
tahun.
9.4 Selain Petugas Pelaksana, maka Kontraktor diwajibkan pula melaporkan secara
tertulis kepada Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas,
tentang susunan organisasi pelaksana dilapangan dengan nama dan jabatannya masing-
masing.
9.5 Bila dikemudian hari, menurut penilaian Team Pengelola Teknis Proyek dan
Konsultan Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu
melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana tersebut
dan harus memberitahukan secara tertulis tentang Pelaksana yang baru, demi
kelancaran pekerjaan.

B. URAIAN PEKERJAAN

PASAL 1 : PEKERJAAN PERSIAPAN


1.1 Pembersihan Lokasi
1.1.1 Untuk pembersihan lokasi harus sesuai dengan petunjuk dari gambar
pelaksanaan yang telah ada, jika ada beberapa hal yang dirasa perlu dapat
berkoordinasi dengan pihak Direksi.
1.1.2 Bahan bongkaran harus disingkirkan dari lokasi / lapangan pekerjaan
1.1.3 Pembersihan lokasi dinyatakan selesai, bila telah mendapat persetujuan dari
Direksi Pengawas lapangan
SPESIFIKASI TEKNIS

1.2 Pengukuran/Pasang Bouwplank :


1.2.1 Pengukuran dilaksanakan harus mendapat pengawasan dari Konsultan
Pengawas dan menggunakan alat theodolite,untuk memperoleh data polygon
bangunan.
1.2.2 Papan bouwplank digunakan sebagai kontrol dan tanda-tanda as bangunan.
1.2.3 Papan bouwplank bagian atas harus dibuat setinggi peil lantai +0,00.
1.2.4 Semua pekerjaan pengukuran harus disesuaikan dengan rencana gambar dan
bestek, apabila ada hal-hal yang sifatnya diluar kemampuan pelaksana segera
dilaporkan dan dikonsultasikan kembali kepada pihak-pihak yang terkait.

PASAL 2 : PENENTUAN PEIL


2.1 Peil diambil disesuaikan dengan gambar detail/tinggi daerah setempat

. Perencanaan Rehab Dan Renovasi Prasarana Sekolah TABALONG


Madrasah Kabupaten Tabalong
1 SD Negeri BANYU TAJUN PANGKALAN + 50 cm

2.2 Semua ukuran-ukuran tinggi dan ukuran dalam akan ditetapkan terhadap peil tersebut
diatas.
2.3 Pekerjaan uitzet harus dilakukan dengan cermat dan teliti dengan menggunakan
alat ukur waterpass/slang plastik. Dalam hal ini agar menghubungi Direksi Pengawas.
2.4 Satu dan lain hal yang menyimpang dari hal-hal tersebut diatas akan ditentukan oleh
direksi.

PASAL 3 : PEKERJAAN TANAH

3.1 Untuk pekerjaan tanah ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
3.2 Pekerjaan Galian tanah meliputi pekerjaan galian tanah untuk pondasi dan bekas galian
3.3 Pekerjaan urugan tanah bekas galian dan bekas bongkaran bangunan diletakkan diatas
lantai eksisting serta dilaksanakan disekitar pondasi, sampai ketinggian yang ditentukan
pada rencana gambar. Atau sesuai arahan pengawas/direksi
3.4 Urugan dibawah lantai kerja menggunakan urugan pasir setebal 15 cm
3.5 antai kerja dengan campuran K.175 setebal 10 cm
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 4 : PEKERJAAN PONDASI

4.1 Pondasi bangunan ini berupa pondasi poer plat dengan pancangan

Perencanaan Rehab Dan Renovasi Prasarana TABALONG


Sekolah Madrasah Kabupaten Tabalong
1 SD Negeri BANYU TAJUN PANGKALAN Poer plat, panc galam dia10-12 cm ,7 mtr

4.2 Sebagai pendukung kekuatan pondasi maka diperkuat dengan pancangan Galam Dia.10-
12 cm dengan cek tabel sebagaimana Rencana Anggaran Biaya
4.3 Untuk pekerjaan ini perlu diperhatikan gambar kerja dan bestek

PASAL 5 : PEKERJAAN BETON BERTULANG

5.1 Sebagai pedoman pelaksanaan dipakai Peraturan Beton Indonesia 1971(PBI. 1971)
dan SKSNI T-15-1991-03.Pelaksanaan pekerjaan beton bertulang Mutu F’c 7,4 MPa
dan 19,3 MPa pada proyek ini meliputi :
 Sloof
 Kolom
 Ringbalk
 Plat Lantai.
Segala ukuran dan penempatannya sesuai gambar rencana

Poer Plat Sloof Kolom Balok Ring Balk


SD Negeri BANYU TAJUN PANGKALAN 120/120 40/40 25/35 15/20
20/20 40/70

5.2 Persyaratan Bahan :

5.2.1 Bahan agregat pasir dan kerikil harus dari tempat-tempat yang telah disetujui
mutunya oleh Konsultan Pengawas Lapangan dan harus memenuhi syarat-
syarat PBI. 1971 dan SKSNI T-15-1991-03.
5.2.2 Bahan agregat pasir dan kerikil harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak tercampur dengan bahan-bahan yang merusak mutu beton dan ditempatkan
terpisah.
SPESIFIKASI TEKNIS

5.2.3 Besaran butiran agregat kerikil yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 4 mm – 31,5 mm.
5.2.4 Agregat kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 persen. Apabila
kadar lumpur tersebut lebih dari 1 persen , maka agregat kerikil harus dicuci.
5.2.5 Besar butiran agregat pasir yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 0,063 - 4 mm.
5.2.6 Agregat pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 persen. Apabila
kadar lumpur tersebut lebih dari 5 persen , maka agregat pasir harus dicuci.
5.2.7 Jenis semen yang dipakai harus jenis semen type satu sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam NI-8.
5.2.8 Semen yang didatangkan ke lokasi proyek, harus disimpan pada gudang yang
berlantai kering sedemikian rupa, sehingga terjamin tidak akan rusak dan/atau
tercampur bahan lain yang dapat merusak mutu beton.
5.2.9 Pada pemakaian semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru datang,
tidak boleh dilakukan diatas timbunan yang telah ada, dan pemakaian semen
harus dilakukan menurut urutan pengirimannya.
5.2.10 Air yang dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton diusahakan air
bersih yang dapat diminum. Air yang mengandung garam dan/atau bahan lain
yang merusak beton, tidak boleh dipakai.
5.2.11 Bila terdapat keragu-raguan terhadap air yang dipakai, maka contoh air
tersebut harus diperiksakan di laboratorium dibawah tanggung jawab
Kontraktor.
5.2.12 Bila pemeriksaan air tersebut tidak memenuhi syarat untuk bahan campuran
beton, maka air tersebut tidak boleh dipakai.

5.3 Tulangan
5.3.1 Semua baja tulangan yang dipakai berbentuk polos, sesuai dengan standard
PBI. 1971/atau SKSNI T-15-1991-03.
5.3.2 Sebelum baja tulangan di datangkan ke lokasi proyek, maka kontraktor
harus menyerahkan dahulu contoh-contoh baja tulangan yang dipakai kepada
Pengawas Lapangan.
5.3.3 Baja tulangan yang dibengkokkan sama dengan atau lebih dari 90
derajat, hanya diperkenankan sekali pembengkokkan.
5.3.4 Baja tulangan harus bersih dari karat yang mengganggu kekuatan beton
bertulang. Hal ini disesuaikan dengan PBI. 1971/atau SKSNI T-15-1991-03.
5.3.5 Baja tulangan tidak boleh disimpan ditempat yang langsung berhubungan
dengan tanah atau tempat terbuka dan harus dilindungi dari genangan air / air
hujan.
SPESIFIKASI TEKNIS

5.3.6 Profil dan Diameter tulangan yang dipakai harus memenuhi standard (sesuai
gambar detail) dan bestek.

5.4 Bekisting

5.4.1 Papan bekisting ( cetakan beton ) yang dipakai adalah dari bahan kayu
terantang tebal 2 cm dan plywood tebal 9 mm atau memakai bondex tebal
0.75 mm dan apabila oleh Pengawas Lapangan dinyatakan rusak, maka tidak
boleh dipakai lagi untuk pekerjaan berikutnya.
5.4.2 Tiang-tiang bekisting dapat dibuat dari kayu kelas II dengan ukuran 5/7 cm
atau galam diameter 8 – 10 cm dengan jarak maksimum 0, 5 meter.
5.4.3 Konstruksi bekisting harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mudah
bergerak dan kuat menahan beban diatasnya.
5.4.4 Pada bekisting kolom yang tinggi, maka setiap tinggi 2 meter harus diberi
pintu untuk memasukkan spasi beton, sehingga terhindar terjadinya sarang -
sarang kerikil.
5.4.5 Pada bekisting kolom, dinding dan balok tinggi, harus diadakan perlengkapan
pintu untuk membersihkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan kayu,
kawat pengikat dan lain-lain.

5.5 Pekerjaan Beton

5.5.1 Untuk beton lantai kerja Membuat Lantai Kerja Beton f’c :7,4 Mpa (K175)
5.5.2 Untuk pekerjaan beton konstruksi struktural dan lantai beton, memakai
jenis mutu beton f’c : 19,2 Mpa (K225)
5.5.3 Sebelum pengecoran dimulai :
 Bekisting harus dibersihkan dari potongan – potongan kayu, potongan –
potongan kawat pengikat dan bahan-bahan lain yang merusak mutu beton.
 Sebelum pelaksanaan pengecoran, bekisting harus disiram air terlebih
dahulu.
 Lubang-lubang yang terdapat pada bekisting supaya ditutup
sedemikian rupa, sehingga air semen tidak dapat keluar.
5.5.4 Khusus pada pengecoran kolom beton bertulang yang langsung bertemu
dinding batu bata atau kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan Maka
sebelum pengecoran dimulai, Pelaksana harus mempersiapkan :
 Angker untuk pasangan batu bata dari baja tulangan diameter 10 mm,
panjang yang keluar dari kolom sama dengan 20 cm, dengan jarak satu sama
lain 50 cm.
SPESIFIKASI TEKNIS

 Angker untuk kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan sesuai gambar


detail.
5.5.5 Untuk penutup beton minimum (selimut beton) yang berhubungan dengan:
 Air adalah 2,5 cm.
 Pelat lantai adalah untuk pelat 1.5 cm, untuk balok 2 cm dan untuk kolom
2,5 cm.
5.5.6 Pada pengecoran beton, bahan campuran beton harus diaduk dengan mesin
pengaduk Mollen sampai bahan bersatu menjadi satu warna.
5.5.7 Untuk pengecoran pelat beton dan balok tidak boleh berhenti ditengah-tengah
bentang lapangan.
5.5.8 Penghentian pengecoran pelat, harus dimuka balok yang sudah dicor
danmaksimal sejauh 0,15 x bentang pelat (dihitung dari ujung bawah pelat
terakhir).
5.5.9 Penghentian pengecoran balok, sloof dan ring balk, harus dimuka titik tumpuan
(kolom) yang sudah dicor dan maksimal 0, 15 bentang balok.
5.5.10 Pengecoran dapat dimulai, bila keadaan bekisting dan tulangan sudah
memenuhi syarat dan telah diperiksa oleh Konsultan Pengawas
Lapangan serta mendapat izin pengecoran.
5.5.11 Khusus untuk pengecoran kolom, spesi beton tidak boleh dijatuhkan lebih
tinggi dari 2 meter.
5.5.12 Pekerjaan beton yang permukaannya masih diplester, atau permukaan yang
masih kena pekerjaan pengecoran lanjutan, maka permukaan beton tersebut
harus dikasarkan dan bidang yang akan diplester atau disambung harus disiram
air semen.
5.5.13 Setelah selesai pekerjaan pengecoran, maka beton harus dirawat selama
masa pengikatan. Perawatan tersebut dilaksanakan dengan jalan mengalirkan
air terus menerus pada permukaan beton atau menutup permukaan beton
dengan karung goni atau bahan lain yang dapat basah terus menerus sampai
selesai waktu pengikatan. Apabila ingin mempercepat waktu pengikatan
boleh mempergunakan obat setelah mendapat ijin dari konsultan pengawas.
5.5.14 Lamanya perawatan adalah sama dengan umur beton yang disesuaikan
dengan ketentuan PBI 1971 dan selama perawatan itu beton tidak boleh
mendapat beban yang berat.
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 6 : PEKERJAAN DINDING

6.1 Dinding Tembok


6.1.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan bestek.
6.1.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata ringan tebal 7,5 cm dikerjakan, maka
harus diperhatikan sudut- sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal
maupun dengan bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya.
6.1.3 Pasangan batu bata ringan tebal 7,5 cm dengan mortar semen instant
6.1.4 Batu bata ringan sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu
sampai basah.
6.1.5 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh dengan
spesi dan selanjutnya diratakan dan dirapikan.
6.2 Plesteran
6.2.1 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata
bagian luar dan bagian dalam.
6.2.2 Untuk pasangan dinding batu bata dengan spesi 1 PC : 2 Pasir , harus diplester
dengan camp 1 : 2 dengan tebal 15 mm.dan spesi 1PC : 2 pasir untuk
pekerjaan dinding setengah bata digunakan camp 1 : 2 (Trasraam dan WC/KM)
dengan tebal 15 cm.
6.2.3 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan dengan
adukan semen dan air (diaci).
6.2.4 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran harus diayak dengan ayakan
pasir berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran
yang kasar / rusak.
6.2.5 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh dipakai
kembali untuk plesteran.
6.2.6 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang
sudah selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran
tersebut, harus diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi yang
sama dengan spesi yang belum dibongkar.
6.2.7 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus
dilaksanakan perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran
dengan air, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 7 : PEKERJAAN RANGKA KUDA-KUDA / ATAP

7.1. Rangka Atap


7.1.1 Untuk pekerjaan rangka baja ringan, perlu diperhatikan rencana
gambar kerja pekerjaan atap.
7.1.2 Rangka kuda- kuda digunakan dari bahan baja ringan C.75.75
7.1.3 Ukuran rangka kuda-kuda, kasau dan reng c.35/35 sesuai dengan spesifikasi
yang diberikan oleh pabrik dan brosur.
7.1.5 Semua bahan yang telah masuk di site dan menyimpang dari ketentuan dalam
spesifikasi, contoh ataupun brosur yang telah disetujui, maka bahan tersebut
harus dikeluarkan dari site dalam waktu 1 x 24 jam sejak diketahuinya
penyimpangan itu oleh Direksi / Pengawas.

7.2 Penutup Atap


7.2.1 Penutup atap bangunan menggunakan atap Genteng metal tebal (0,5) mm
kemiringan atap 30˚ (derajat) dengan komposisi sbb :
7.2.4 Warna penutup atap dan bubungan yang dipasang sebagai penutup atap bangunan,
akan ditentukan kemudian dan dikonsultasikan dengan pemberi Kegiatan.

PASAL 8 : PEKERJAAN KUSEN PINTU, JENDELA, DAN VENTILASI

8.1 Untuk pekerjaan pintu / jendela / ventilasi ini adalah barang pabrikasi berbahan kaca
bening tebal 5mm ,rangka dan kusen daun alumunium setara perlu diperhatikan rencana
gambar dan bestek.
8.2 Untuk pintu memakai alumunium ACP dan pintu wc memakai pintu alumunium
8.3 Pintu panil lanan/double takewood

PASAL 9 : PEKERJAAN DINDING

Dinding Tembok

9.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan bestek.
9.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata ringan tebal 7,5 dikerjakan, maka harus
diperhatikan sudut-sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal maupun dengan
bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya.
9.3 Batu bata sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu sampai basah.
9.4 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh dengan spesi dan
selanjutnya diratakan dan dirapikan.
SPESIFIKASI TEKNIS

Plesteran

9.5 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata bagian luar dan
bagian dalam.
9.6 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan dengan adukan
semen dan air (diaci).
9.7 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran harus diayak dengan ayakan pasir
berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran yang kasar / rusak.
9.8 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh dipakai kembali
untuk plesteran.
9.9 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang sudah
selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran tersebut, harus
diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi yang sama dengan spesi yang
belum dibongkar.
9.10 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus dilaksanakan
perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran dengan air, sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 10 : PEKERJAAN LANTAI


10.1 Untuk pekerjaan lantai ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
10.2 Lantai pada bangunan menggunakan plat lantai beton f’c 7,4 MPa bertulangan Wiremesh
dengan ketebalan 10 cm.
10.3 Dinding keramik lantai WC/KM 20/25 dan lantai 20/20.
10.4 Lantai menggunakan finishing Granit 60x60 (Homogeneous tile) dan pemasangannya
harus betul-betul datar water pass dan tidak boleh ada retak/pecah.
10.5 Pemasangan granit (Homogeneous tile) harus dikerjakan oleh tenaga yang benar-benar
ahli, sehingga tidak terjadi pemasangan yang bergelombang dan nat-nat yang tidak
lurus.
10.6 Bila terdapat pemasangan granit yang harus dipotong, maka diusahakan pemasangannya
pada pertemuan sudut lantai dan dinding.
10.7 Setelah selesai pemasangan granit, maka nat-natnya harus diisi dengan spesi semen dan
air dengan warna yang sama dengan warna keramik.
10.8 Bila terdapat pemasangan granit lantai yang tidak rata waterpass mendatar
(bergelombang) dan tidak lurus maka harus dibongkar, dan diperbaiki kembali
sampai permukaan lantai waterpass mendatar dan plit benar-benar lurus.
10.9 Pekerjaan Keramik Setara Garuda
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 11 : PEKERJAAN KUNCI / ALAT PENGGANTUNG

11.1 Semua accesoris penggantung jendela dan pintu lengkap engsel, kunci, Grendel, kait
angin sebagaimana pabrikasi
11.4 Semua bahan-bahan diatas harus berkualitas baik dan sebelum dipasang harus
mendapat persetujuan Direksi.

PASAL 12 : PEKERJAAN LISTRIK

12.1 Semua alat instalasi listrik disesuaikan dengan gambar/ keperluan, semua harus
berkualitas baik dan dapat persetujuan dari Direksi.
12.3 Perlengkapan listrik yang dimaksud meliputi :
 Instalasi Titik Lampu.
 Instalasi Stop Kontak.
 Saklar Ganda.
 Saklar Tunggal.
 Lampu LED 9 watt.
 Lampu TL 2X25 watt
 Saklar kipas angin

Pemasangan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh instalatir yang telah disahkan oleh
PLN setempat terdiri dari instalasi listrik dalam lengkap dan instalasi listrik
menyambung antar bangunan.

PASAL 13 : PEKERJAAN CAT-CATAN

13.1 Seluruh permukaan dinding bagian luar dan dalam balok, kolom dan plafond yang
tampak dan tidak dilapis , harus dicat.
13.2 Seluruh pekerjaan kayu, kosen, dan pintu panil, harus dicat kilat.
13.3 Sebelum pekerjaan cat dilaksanakan, maka permukaan yang akan dicat,
harusdibersihkan dan dihaluskan dengan amplas. Kemudian dimenie, dicat dasar,
didempul, diplummer dan diampelas rata / licin.
13.4 Permukaan plesteran hanya boleh dicat, bila sudah berumur 4 minggu, yaitu
dengan maksud mengeringkan permukaan plesteran.
13.5 Untuk mengencerkan bahan cat dengan bahan pengencer, harus mentaati
petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
13.6 Semua pekerjaan pengecatan, harus dilaksanakan tanpa ada cacat/goresan yang
membuat dinding rusak.
SPESIFIKASI TEKNIS

13.7 Pengertian cat pada pekerjaan ini meliputi bahan emulsi, enamel, vernis, sealer dan lain-
lain.
13.8 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk dinding tembok dan beton, harus dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan alkali resistant sealer.
 Lapis kedua dengan cat plammur.
 Lapis ketiga dan keempat memakai cat.
13.9 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk permukaan kayu harus dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan dana alkyd primer.
 Lapis kedua dan ketiga harus dicat dengan cat kilap.
13.10 Bahan cat dasar, cat lapis dan cat tembok, harus memakai cat yang masa
pemakaiannya masih berlaku, sehingga warnanya masih sesuai dengan aslinya.
13.11 Bahan cat harus benar - benar diaduk sampai merata menjadi satu warna,
sehingga warna cat sama pada permukaan yang dicat.
13.12 Cat yang digunakan untuk cat tembok setara Mowilex
13.13 Cat yang digunakan untuk bangunan bagian luar menggunakan cat tembok setara
Mowilex
13.14 Penentuan warna bahan cat, harus dikonsultasikan dengan Pemilik Bangunan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 14 : PEKERJAAN SANITAIR DAN INSTALASI

14.1 Umum.
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plumbing / Sanitasi yang diuraikan di sini adalah
persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi
maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis
Pekerjaan Mekanikal / Elektri- kal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.
14.2 Lingkup Pekerjaan.
Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi
plumbing (pembuangan air kotor, air bekas, septictank dan penyediaan air bersih) di
dalam dan di luar bangunan sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-
bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi dan
testing terhadap seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 (dua belas)
bulan.
Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada
spesifikasi /syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi
secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
SPESIFIKASI TEKNIS

Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan


dan perlengkapan sistem plumbing / sanitasi sesuai dengan peraturan / standar yang
berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya
sistem / peralatan, walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Teknik Khusus atau
gambar dokumen.
Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah sebagai
berikut :
 Instalasi Air Bersih.
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar
bangunan, lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana dan
spesifikasi tekniknya.
b. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi
plumbing serta peralatan-peralatannya.
c. Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan oleh
pompa yang disediakan oleh Kontraktor.
d. Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial
dan untuk seluruh sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai sistem
bekerja dengan baik dan aman.
e. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersihan site.

 Instalasi Air Kotor / Air Buangan.


a. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor / air buangan lengkap dengan
peralatannya yang berada di dalam bangunan, antara lain WC, floor drain, dan lain
sebagainya.
b. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor dan air bekas dari dalam bangunan
menuju septictank dan resapannya.
c. Pengadaan Septictank Biofill 1000 L.
d. Pengangkutan bekas galian yang perlu dibuang dan penimbunan kembali untuk
perapihan lahan.
e. Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan tekanan hidrolis.
f. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat kerja yang diperlukan.

14.3 Teknis Pelaksanaan.


 Pengecatan.
a. Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung rangka penyangga,
semua unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat
dengan lapisan cat dasar (prime coating), cat harus sesuai dengan persyaratan
pengecatan yang sesuai dengan bahan masing- masing.
SPESIFIKASI TEKNIS

b. Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di pabriknya atau


dinyatakan lain dalam spesifikasinya atau untuk bahan alumunium. Sebelumnya
Kontraktor wajib memberitahukan mengenai tanda-tanda yang hendak dipasang
pada peralatan-peralatan itu kepada Direksi / Pengawas.

 Peralatan.
a. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada tempat
- tempat rendah tertutup.
b. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pipe fitting untuk penempatan alat
ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
c. Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian
tinggi serta simetris.
d. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa di tempat
- tempat tertentu untuk menunjukan arah aliran dengan cat.
 Ukuran (dimensi).
a. Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail yang terdapat pada gambar harus
ditaati oleh Kontraktor.
b. Kontraktor harus meneliti (mempelajari) gambar perencanaan, dan bila terdapat
perbedaan antara suatu dengan yang lain, harus segera dibicarakan dengan Direksi /
Pengawas.
c. `Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan pengukuran dan
penggambaran yang diperlukan guna memudahkan pelaksanaan.

C. PERATURAN PENUTUP.

C.1 Meskipun dalam rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini pada uraian pekerjaan
untuk uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh
pemborong, atau yang harus dibuat, dipasang oleh pemborong tetapi menjadi bagian
dari pekerjaan pembangunan ini, perkataan – perkataan diatas disepakati dianggap ada
dan dimuat dalam RKS ini.
C.2 Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan Pembangunan, tetapi tidak
dimuat dan diuraikan dalam RKS ini, tetapi diselenggarakan dan diselamatkan oleh
Mandor/ kepala tukang, hal tersebut harus dianggap ada, seakan dimuat kata demi kata
dalam RKS ini, untuk menuju penyerahan selesai menurut pertimbangan Direksi.
C.3 Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari Proyek,
Pengelola Teknis, Konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil yang
memuaskan.
RKS
(RENCANA KERJA DAN
SYARAT-SYARAT)

REHABILITASI DAN RENOVASI SARANA


PRASARANA SEKOLAH KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH, HULU SUNGAI UTARA,
BALANGAN DAN TABALONG

LOKASI :
SDN BALIDA, Kabupaten Balangan

TAHUN ANGGARAN 2020


RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

A. PERSYARATAN UMUM
I.1. UMUM
Untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan ini,
Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar pelaksanaan
beserta uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan seperti yang akan diuraikan
di dalam buku ini.
Bila terdapat ketidak jelasan dan/atau perbedaan-perbedaan dalam gambar dan
uraian ini, Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada Konsultan
Perencana untuk mendapatkan penyelesaian.
Jika gambar & RKS & RAB beda, maka ikut gambar, kecuali jika tidak mungkin
diterapkan maka agar dirapatkan dengan Konsultan Pengawas & Tim Teknis.

I.2. LINGKUP PEKERJAAN


Penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat kerja yang dibutuhkan dalam
melaksanakan pekerjaan ini serta mengamankan, mengawasi dan memelihara bahan-
bahan, alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung
sehingga seluruh pekerjaan dapat selesai dengan sempurna.

I.3. SARANA KERJA


Kontraktor wajib memasukkan jadwal kerja.
Kontraktor juga wajib memasukkan identifikasi dari tempat kerja, nama, jabatan dan
keahlian masing-masing anggota pelaksana pekerjaan, serta inventarisasi peralatan
yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini.
Kontraktor wajib menyediakan tempat penyimpanan bahan/material di tapak yang
aman dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal yang dapat mengganggu
pekerjaan lain. Semua sarana yang digunakan harus benar-benar baik dan memenuhi
persyaratan kerja, sehingga kelancaran dan memudahkan kerja di tapak dapat
tercapai.

I.4. GAMBAR-GAMBAR DOKUMEN


1. Dalam hal terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar-gambar
yang ada (Arsitek, Interior, Struktur, Mekanikal, Elektrikal ,Sipil, Landscape)
dalam Buku Uraian Pekerjaan ini, maupun perbedaan yang terjadi akibat
keadaan di tapak, Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
Konsultan Perencana secara tertulis untuk mendapatkan keputusan
pelaksanaan.
Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk
memperpanjang waktu pelaksanaan.
2. Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi, dalam keadaan
selesai/terpasang.
3. Mengingat masalah ukuran ini sangat penting, Kontraktor diwajibkan
memperhatikan dan meneliti terlebih dahulu semua ukuran yang tercantum
seperti peil-peil, ketinggian, lebar, ketebalan, luas penampang dan lain-lainnya
sebelum memulai pekerjaan.
Bila ada keraguan mengenai ukuran atau bila ada ukuran yang belum
dicantuPengawasan dalam gambar Kontraktor wajib melaporkan hal tersebut
secara tertulis kepada Konsultan Pengawas memberikan keputusan ukuran
mana yang akan dipakai dan dijadikan pegangan setelah berunding terlebih
dahulu dengan Konsultan Perencana.
4. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah dan atau mengganti ukuran-ukuran
yang tercantum di dalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan
PENGAWAS.
Bila hal tersebut terjadi, segala akibat yang akan ada menjadi tanggung jawab
Kontraktor baik dari segi biaya maupun waktu.
5. Kontraktor harus selalu menyediakan dengan lengkap masing-masing dua
salinan, segala gambar-gambar, spesifikasi teknis, addenda, berita-berita
perubahan dan gambar-gambar pelaksanaan yang telah disetujui ditempat
pekerjaan.
Dokumen-dokumen ini harus dapat dilihat Konsultan Pengawas dan Direksi
setiap saat sampai dengan serah terima kesatu. Setelah serah terima kesatu,
dokumen-dokumen tersebut akan didokumentasikan oleh Pemberi Tugas.
6. Jika antar gambar ada yang beda, maka ikuti gambar arsitektur, kecali jika tidak
mungkin diterapkan agar dirapatkan dengan Konsultan Pengawas & Tim
teknis.

I.5. GAMBAR-GAMBAR PELAKSANAAN DAN CONTOH-CONTOH


1. Gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing) adalah gambar-gambar,
diagram, ilustrasi, jadwal, brosur atau data yang disiapkan Kontraktor atau Sub
Kontraktor, supplier atau Produsen yang menjelaskan bahan-bahan atau
sebagian pekerjaan.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


2. Contoh-contoh adalah benda-benda yang disediakan Kontraktor untuk
menunjukkan bahan, kelengkapan dan kualitas kerja. Ini akan dipakai oleh
Konsultan Pengawas untuk menilai pekerjaan, setelah disetujui terlebih dahulu
oleh Konsultan Perencana.
3. Kontraktor akan memeriksa, menandatangani persetujuan dan menyerahkan
dengan segera semua gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh yang
disyaratkan dalam Dokumen Kontrak atau oleh Konsultan Pengawas.
Gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh harus diberi tanda-tanda
sebagaimana ditentukan Konsultan Pengawas.
Kontraktor harus melampirkan keterangan tertulis mengenai setiap perbedaan
dengan Dokumen Kontrak jika ada hal-hal demikian.
4. Dengan menyetujui dan menyerahkan gambar-gambar pelaksanaan atau
contoh-contoh dianggap Kontraktor telah meneliti dan menyesuaikan setiap
gambar atau contoh tersebut dengan Dokumen Kontrak.
5. Konsultan Pengawas dan Perencana akan memeriksa dan menolak atau
menyetujui gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-contoh dalam waktu
sesingkat-singkatnya, sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan dengan
mempertimbangkan syarat-syarat dalam Dokumen Kontrak dan syarat-syarat
keindahan.
6. Kontraktor akan melakukan perbaikan-perbaikan yang diminta Konsultan
Pengawas dan menyerahkan kembali segala gambar-gambar pelaksanaan
dan contoh-contoh sampai disetujui.
7. Persetujuan Konsultan Pengawas terhadap gambar-gambar pelaksanaan dan
contoh-contoh, tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya atas
perbedaan dengan Dokumen Kontrak, apabila perbedaan tersebut tidak
diberitahukan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas.
8. Semua pekerjaan yang memerlukan gambar-gambar pelaksanaan atau
contoh-contoh yang harus disetujui Konsultan Pengawas dan Perencana, tidak
boleh dilaksanakan sebelum ada persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.
9. Gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-contoh harus dikirim kepada
Konsultan Pengawas dalam dua salinan, Konsultan Pengawas akan
memeriksa dan mencantumkan tanda-tanda "Telah Diperiksa Tanpa
Perubahan" atau "Telah Diperiksa Dengan Perubahan" atau "Ditolak".
Satu salinan ditahan oleh Konsultan Pengawas untuk arsip, sedangkan yang
kedua dikembalikan kepada Kontraktor untuk dibagikan atau diperlihatkan
kepada Sub Kontraktor atau yang bersangkutan lainnya.
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
10. Sebutan katalog atau barang cetakan, hanya boleh diserahkan apabila
menurut Konsultan Pengawas hal-hal yang sudah ditentukan dalam katalog
atau barang cetakan tersebut sudah jelas dan tidak perlu diubah.
Barang cetakan ini juga harus diserahkan dalam dua rangkap untuk masing-
masing jenis dan diperlakukan sama seperti butir di atas.
11. Contoh-contoh yang disebutkan dalam spesifikasi teknis harus dikirimkan
kepada Konsultan pengawas.
12. Biaya pengiriman gambar-gambar pelaksanaan, contoh-contoh, katalog-
katalog kepada Konsultan Pengawas menjadi tanggungan Kontraktor.

I.6. JAMINAN KUALITAS


Kontraktor menjamin pada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas, bahwa semua
bahan dan perlengkapan untuk pekerjaan adalah sama sekali baru, kecuali ditentukan
lain, serta Kontraktor menyetujui bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik,
bebas dari cacat teknis dan estetis serta sesuai dengan Dokumen Kontrak.
Apabila diminta, Kontraktor sanggup memberikan bukti-bukti mengenai hal-hal
tersebut pada butir ini.
Sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas, bahwa pekerjaan telah
diselesaikan dengan sempurna, semua pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor sepenuhnya.

I.7. NAMA PABRIK/MEREK YANG DITENTUKAN


Apabila pada Spesifikasi Teknis ini disebutkan nama pabrik/merek dari satu jenis
bahan/komponen, maka Kontraktor menawarkan dan memasang sesuai dengan yang
ditentukan. Jadi tidak ada alasan bagi Kontraktor pada waktu pemasangan
menyatakan barang tersebut sudah tidak terdapat lagi dipasaran ataupun sukar
didapat dipasaran.
Untuk barang-barang yang harus diimport, segera setelah ditunjuk sebagai pemenang,
Kontraktor harus sesegera mungkin memesan pada agennya di Indonesia.
Apabila Kontraktor telah berusaha untuk memesan namun pada saat pemesanan
bahan/merek tersebut tidak/sukar diperoleh, maka Perencana akan menentukan
sendiri alternatif merek lain dengan spesifikasi minimum yang sama. Setelah 1 (satu)
bulan menunjukkan pemenang, Kontraktor harus memberikan kepada Pemberi Tugas
fotocopy dari pemesanan material yang diimport pada agen ataupun Importir lainnya,
yang menyatakan bahwa material-material tersebut telah dipesan (order import).

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


I.8. CONTOH-CONTOH
Contoh-contoh material yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau Wakilnya harus
segera disediakan atas biaya Kontraktor dan contoh-contoh tersebut diambil dengan
jalan atau cara sedemikian rupa, sehingga dapat dianggap bahwa bahan atau
pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.
Contoh-contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh Pemberi Tugas atau
wakilnya untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan-bahan atau cara
pengerjaan yang dipakai tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.

I.9. SUBSTITUSI
1. Produk yang disebutkan nama pabriknya :
Material, peralatan, perkakas, aksesoris yang disebutkan nama pabriknya
dalam RKS, Kontraktor harus melengkapi produk yang disebutkan dalam
Spesifikasi Teknis, atau dapat mengajukan produk pengganti yang setara,
disertai data-data yang lengkap untuk mendapatkan persetujuan Konsultan
Perencana sebelum pemesanan.
2. Produk yang tidak disebutkan nama pabriknya :
Material, peralatan, perkakas, aksesoris dan produk-produk yang tidak
disebutkan nama pabriknya di dalam Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus
mengajukan secara tertulis nama negara dari pabrik yang menghasilkannya,
katalog dan selanjutnya menguraikan data yang menunjukkan secara benar
bahwa produk-produk yang dipergunakan adalah sesuai dengan Spesifikasi
Teknis dan kondisi proyek untuk mendapatkan persetujuan dari
Pemilik/Perencana.

I.10. MATERIAL DAN TENAGA KERJA


Seluruh peralatan, material yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus baru, dan
material harus tahan terhadap iklim tropik.
Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan dengan cara yang benar dan setiap Pekerjaan
harus mempunyai ketrampilan yang memuaskan, dimana latihan khusus bagi Pekerja
sangat diperlukan dan Kontraktor harus melaksanakannya.
Kontraktor harus melengkapi Surat Sertifikat yang sah untuk setiap personal ahli yang
menyatakan bahwa personal tersebut telah mengikuti latihan-latihan khusus ataupun
mempunyai pengalaman-pengalaman khusus dalam bidang keahlian masing-masing.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


I.11. KLAUSUL DISEBUTKAN KEMBALI

Apabila dalam Dokumen Tender ini ada klausul-klausul yang disebutkan kembali pada
butir lain, maka ini bukan berarti menghilangkan butir tersebut tetapi dengan
pengertian lebih menegaskan masalahnya.
Jika terjadi hal yang saling bertentangan antara gambar atau terhadap Spesifikasi
Teknis, maka diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai bobot teknis dan/atau
yang mempunyai bobot biaya yang paling tinggi.
Pemilik proyek dibebaskan dari petent dan lain-lain untuk segala "claim" atau tuntutan
terhadap hak-hak khusus seperti patent dan lain-lain.

I.12. KOORDINASI PEKERJAAN


Untuk kelancaran pekerjaan ini, harus disediakan koordinasi dari seluruh bagian yang
terlibat di dalam kegiatan proyek ini.
Seluruh aktivitas yang menyangkut dalam proyek ini, harus dikoordinir lebih dahulu
agar gangguan dan konflik satu dengan lainnya dapat dihindarkan.
Melokalisasi/memerinci setiap pekerjaan sampai dengan detail untuk menghindari
gangguan konflik, serta harus mendapat persetujuan dari Konsultan Konsultan
Perencana .

I.13. PERLINDUNGAN TERHADAP ORANG, HARTA BENDA DAN PEKERJAAN


1. Perlindungan terhadap milik umum
Kontraktor harus menjaga jalan umum, jalan kecil dan jalan bersih dari alat-alat
mesin, bahan-bahan bangunan dan sebagainya serta memelihara kelancaran
lalulintas, baik bagi kendaraan maupun pejalan kaki selama kontrak
berlangsung.
2. Orang-orang yang tidak berkepentingan :
Kontraktor harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki
tempat pekerjaan dan dengan tegas memberikan perintah kepada ahli
tekniknya yang bertugas dan para penjaga.
3. Perlindungan terhadap bangunan yang ada :
Selama masa-masa pelaksanaan Kontrak, Kontraktor bertanggung jawab
penuh atas segala kerusakan bangunan yang ada, utilitas, jalan-jalan, saluran-
saluran pembuangan dan sebagainya di tempat pekerjaan, dan kerusakan-
kerusakan sejenis yang disebabkan operasi-operasi Kontraktor, dalam arti kata
yang luas. Itu semua harus diperbaiki oleh Kontraktor hingga dapat diterima
Pemberi Tugas.
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
4. Penjagaan dan perlindungan pekerjaan :
Kontraktor bertanggung jawab atas penjagaan, penerangan dan perlindungan
terhadap pekerjaan yang dianggap penting selama pelaksanaan Kontrak,
siang dan malam.
Pemberi Tugas tidak bertanggung jawab terhadap Kontraktor dan Sub
Kontraktor, atas kehilangan atau kerusakan bahan-bahan bangunan atau
peralatan atau pekerjaan yang sedang dalam pelaksanaan.
5. Kesejahteraan, Keamanan dan Pertolongan Pertama :
Kontraktor harus mengadakan dan memelihara fasilitas kesejahteraan dan
tindakan pengamanan yang layak untuk melindungi para pekerja dan tamu
yang datang ke lokasi.
Fasilitas dan tindakan pengamanan seperti ini disyaratkan harus memuaskan
Pemberi Tugas dan juga harus menurut (memenuhi) ketentuan Undang-
undang yang berlaku pada waktu itu.
Di lokasi pekerjaan, Kontraktor wajib mengadakan perlengkapan yang cukup
untuk pertolongan pertama, yang mudah dicapai. Sebagai tambahan
hendaknya ditiap site ditempatkan paling sedikit seorang petugas yang telah
dilatih dalam soal-soal mengenai pertolongan pertama.
6. Gangguan pada tetangga :
Segala pekerjaan yang menurut Pemberi Tugas mungkin akan menyebabkan
adanya gangguan pada penduduk yang berdekatan, hendaknya dilaksanakan
pada waktu-waktu sebagaimana Pemberi Tugas akan menentukannya dan
tidak akan ada tambahan penggantian uang yang akan diberikan kepada
Kontraktor sebagai tambahan, yang mungkin ia keluarkan.

I.14. PERATURAN HAK PATENT


Kontraktor harus melindungi Pemilik (Owner) terhadap semua "Claim" atau tuntutan,
biaya atau kenaikan harga karena bencana, dalam hubungan dengan merek dagang
atau nama produksi, hak cipta pada semua material dan peralatan yang dipergunakan
dalam proyek ini.

I.15. IKLAN
Kontraktor tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun di dalam sempadan
(batas) site atau di tanah yang berdekatan tanpa seijin dari pihak Pemberi Tugas.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


I.16. PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN
1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan
di bawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya :
a. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik
dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI).
b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI-1971).
c. Peraturan Umum dari Dinas Kesehatan Kerja Departemen Tenaga
kerja.
d. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Listrik (PUIL) 1979
dan PLN setempat.
e. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Air Minum serta
Instalasi Pembuangan dan Perusahaan Air Minum.
f. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-1961).
g. Peraturan Semen Portland Indonesia NI-08
h. Peraturan Bata ringan sebagai bahan bangunan.
i Peraturan Muatan Indonesia.
j. Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung (SNI 2847:2013)
k. Peraturan dan Ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/ Instansi
Pemerintah setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan
bangunan.

2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut di atas, berlaku dan


mengikat pula :
a. Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah
disahkan oleh Pemberi Tugas termasuk juga gambar-gambar detail
yang diselesaikan oleh Kontraktor (as built drawing) dan sudah
disahkan/disetujui Direksi.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
d. Berita Acara Penunjukan
e. Surat Keputusan Pemimpin Proyek tentang Penunjukan Kontraktor
f. Surat Perintah Kerja (SPK).
g. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
h. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui.
j. Kontrak/Surat Perjanjian Pemborongan.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


B. PERSIAPAN PENDAHULUAN

PASAL 1 : LINGKUP PEKERJAAN


1. Nama Pekerjaan : REHABILITASI DAN RENOVASI SARANA PRASARANA
SEKOLAH & MADRASAH KABUPATEN HST & BALANGAN

2. Lokasi : SDN BALIDA, KABUPATEN BALANGAN

PASAL 2 : IZIN BANGUNAN.

2.1 Setelah surat Perintah Kerja (SPK) dikeluarkan, maka izin bangunan dan izin
lainnya akan diurus oleh Pemberi Tugas, namun pelaksanaan dan
pembiayaannya akan ditanggung oleh Kontraktor.
2.2 Ijin Mendirikan Bangunan adalah termasuk salah satu retribusi yang harus
dibayarkan oleh Kontraktor, sebagai satu syarat administrasi proyek.
2.3 Besarnya nilai IMB sesuai yang disyaratkan oleh Peraturan.
2.4 Untuk memulai pekerjaan, maka Kontraktor harus dapat menunjukkan
kepada Konsultan Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti
bahwa izin bangunan tersebut sedang diproses.
2.5 Tanpa adanya izin bangunan dari Instansi yang berwenang, maka
Kontraktor tidak diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk
apapun disekitar lingkungan proyek.

PASAL 3 : PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS


3.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, yang berlaku dan mengikat yaitu :
3.1.1 Gambar, Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
3.1.2 Surat Perintah Keja ( SPK )
3.1.3 Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Pemberi
Tugas
3.2 Kontraktor dan Direksi Pengawas harus menelilti rencana gambar bestek dan
rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
3.3 Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan Rencana
Kerja dan Syarat- Syarat (RKS) maka yang mengikat adalah rencana kerja dan
syarat-syarat (RKS)

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


3.4 Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan
rencana gambar bestek yang lain, maka diambil rencana gambar bestek yang
ukuran skalanya lebih besar.
3.5 Bila perbedaan-perbedaan tersebut di atas yang menimbulkan keragu-
raguan sehingga akan menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan,
maka harus segera dikonsultasikan kepada Konsultan Perencana/Pengawas
dan keputusan-keputusannya harus dilaksanakan.

PASAL 4 : JADWAL PELAKSANAAN ( TIME SCHEDULE )

4.1 Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor wajib membuat


jadwal pelaksanaan (Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, waktu
pekerjaan, bobot pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta
jadwal penggunaan bahan bangunan dan tenaga kerja.
4.2 Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci Pelaksana Kontraktor harus
membuat rencana kerja/Laporan harian, mingguan dan bulanan, beserta
foto-foto visual ukuran 3 R yang diketahui/disetujui oleh Konsultan Pengawas
Lapangan.
4.3 Rencana Kerja (Time Schedule) diatas harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas dan Pemberi Tugas.
4.4 Rencana Kerja ( Time Sehedule ), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor,
paling lambat 7 (tujuh ) hari kalender, setelah SPK diterima.
4.5 Kontraktor harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule)
kepada Konsultan Pengawas dan 1 ( satu ) lembar harus dipasang pada dinding
bangsal kerja.
4.6 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor
berdasarkan rencana kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat
grafik prestasi pekerjaan.

PASAL 5 : TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN

5.1 Mendatangkan bahan-bahan bangunan untuk pelaksanaan Proyek, harus tepat


pada waktunya dan kwalitetnya dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5.2 Pelaksana harus menyediakan alat-alat, pembantu dan pekerja-pekerja yang
diperlukan untuk pelaksanaan bangunan agar supaya pelaksanaannya dapat
selesai sesuai dengan waktu yang disediakan.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


5.3 Alat- alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak
dapat dipakai, maka harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek.

PASAL 6 : KEAMANAN PROYEK


6.1 Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang- barang milik
Proyek, Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik
terhadap pencurian maupun pengrusakan dengan membuat pagar pengaman
areal proyek.
6.2 Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-alat dan
hasil.pekerjaan, maka akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat
diperhitungkan dalam pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu
pelaksanaan.
6.3 Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya.
Untuk mencegah bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan
alat pemadam kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat-
tempat yang strategis dan mudah dicapai.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


PASAL 7 : KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN

7.1 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja,
Kontraktor harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena
itu Kontraktor harus mengikutkan pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga
Kerja (ASTEK) atau asuransi lainnya yang sesuai dengan peraturan Pemerintah
yang berlaku.
7.2 Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka
Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis
lainnya yang siap dipakai apabila diperlukan.
7.3 Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan
yang serius, maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban ke
Rumah Sakit yang terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada
Pemberi Tugas.
7.4 Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah
tanggung jawabnya maupun yang berada dibawah pihak ketiga.

PASAL 8 : BANGSAL KONSULTAN (DIREKSIKEET) DAN BANGSAL KERJA /


GUDANG
8.1 Kontraktor diharuskan membuat direksikeet yang ukurannya sesuai kebutuhan,
dengan menggunakan bahan-bahan sederhana seperti tongkat, lantai papan,
dinding papan/plywood, atap seng dan pintu harus dilengkapi dengan kunci
yang baik serta cukup jendela dan ventilasi/penerangan. Direksiket tersebut
jika memungkinkan tidak bersatu dengan gudang.
8.2 Kontraktor harus melengkapi Direksiket tersebut dengan :
 Meja tulis
 Kursi sebagai perlengkapan meja tulis.
 Satu buah papan tulis.
 Sebuah meja besar + kursi, untuk keperluan pertemuan/rapat di lapangan.
Perlengkapan tersebut adalah milik pribadi kontraktor.
8.3 Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerja dan gudang untuk
menyimpan bahan- bahan bangunan dan peralatan pekerjaan dan pintunya
harus mempunyai kunci yang baik/kuat untuk keamanan bahan/perlengkapan.
8.4 Tempat mendirikan bangsal dan gudang, akan ditentukan kemudian dan
dikonsultasika n dengan Pemberi Tugas.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


8.5 Pembongkaran bangsal Konsultan (direksiket), bangsal kerja dan gudang
adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor. Bahan bongkaran tersebut menjadi
hak milik Pemberi Tugas.

PASAL 9 : TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR


9.1 Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasanya dilapangan (Site
Manager/Pelaksana Lapangan), yang mempunyai pengetahuan dibidang
Teknik Sipil/Bangunan, cakap, gesit dan berwibawa terhadap pekerja yang
dipimpinnya dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan.
Penunjukkan ini harus dikuatkan dengan surat resmi dari Kontraktor yang
ditujukan kepada Pemberi Tugas dan tembusannya kepada Pengelola Teknis
Proyek dan Konsultan Pengawas.
9.2 Pelaksana harus berpendidikan minimun S1 Sipil/Arsitek dan mempunyai
pengalaman kerja lapangan minimun 7 tahun, atau yang telah memiliki sertifikat
keterampilan/Keahlian sesuai dengan bidangnya yang dikeluarkan oleh
lembaga/asosiasi yang berwenang.
9.3 Selain itu kuasa kontraktor dibantu oleh tenaga dengan kualifikasi bidang
yang terdiri dari arsitektur, sipil, mesin/listrik yang memiliki pengalaman lapangan
minimal 1 tahun.
9.4 Selain Petugas Pelaksana, maka Kontraktor diwajibkan pula melaporkan
secara tertulis kepada Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan
Pengawas, tentang susunan organisasi pelaksana dilapangan dengan nama dan
jabatannya masing- masing.
9.5 Bila dikemudian hari, menurut penilaian Team Pengelola Teknis Proyek
dan Konsultan Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu
melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana
tersebut dan harus memberitahukan secara tertulis tentang Pelaksana yang
baru, demi kelancaran pekerjaan.

B. URAIAN PEKERJAAN
PASAL 1 : PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1 Pembersihan Lokasi
1.1.1 Untuk pembersihan lokasi harus sesuai dengan petunjuk dari gambar
pelaksanaan yang telah ada, jika ada beberapa hal yang dirasa perlu
dapat berkoordinasi dengan pihak Direksi.
1.1.2 Bahan bongkaran harus disingkirkan dari lokasi / lapangan pekerjaan
1.1.3 Pembersihan lokasi dinyatakan selesai, bila telah mendapat
persetujuan dari Direksi Pengawas lapangan.
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
1.2 Pengukuran/Pasang Bouwplank :
1.2.1 Pengukuran dilaksanakan harus mendapat pengawasan dari Konsultan
Pengawas dan menggunakan alat theodolite,untuk memperoleh data
polygon bangunan.
1.2.2 Papan bouwplank digunakan sebagai kontrol dan tanda-tanda as
bangunan.
1.2.3 Papan bouwplank bagian atas harus dibuat setinggi peil lantai +0,00.
1.2.4 Semua pekerjaan pengukuran harus disesuaikan dengan rencana
gambar dan bestek, apabila ada hal-hal yang sifatnya diluar kemampuan
pelaksana segera dilaporkan dan dikonsultasikan kembali kepada pihak-
pihak yang terkait.

PASAL 2 : PENENTUAN PEIL


2.1 Peil ± 0,00 diambil disesuaikan dengan gambar detail/tinggi daerah setempat
2.2 Semua ukuran-ukuran tinggi dan ukuran dalam akan ditetapkan terhadap peil
tersebut diatas.
2.3 Pekerjaan uitzet harus dilakukan dengan cermat dan teliti dengan
menggunakan alat ukur waterpass/slang plastik. Dalam hal ini agar
menghubungi Direksi Pengawas.
2.4 Satu dan lain hal yang menyimpang dari hal-hal tersebut diatas akan ditentukan
oleh direksi.

PASAL 3 : PEKERJAAN TANAH/PASIR


3.1 Untuk pekerjaan tanah/pasir ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
3.2 Pekerjaan Galian tanah meliputi pekerjaan galian tanah untuk pondasi
3.3 Pekerjaan urugan tanah bekas galian dilaksanakan disekitar pondasi, sampai
ketinggian yang ditentukan pada rencana gambar.
3.4 Pengurugan pada ayat 3.3 harus dengan pemadatan yang dilaksanakan lapis
demi lapis, masing- masing setebal 20 cm ditumbuk sampai padat hingga
mencapai ketinggian permukaan pondasi,perhatikan gambar kerja.
3.5 Urugan dibawah lantai menggunakan urugan pasir.

PASAL 4 : PEKERJAAN PONDASI


4.1 Pondasi bangunan ini berupa pondasi pasangan batu gunung/kali dan pondasi
teras menggunakan pondasi tapak / Poerneut.
4.2 Alas pondasi dari pasir urug yang dipadatkan setebal 5 cm, ditimbris dan disiram
air sampai kepadatan maksimum.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


4.3 Lantai kerja pondasi/aanstamping adalah batu kali setebal 15 cm di isi pasir
atau batu pecah pada celahnya hingga kokoh.
4.4 Material batu kali/belah yang keras, bermutu baik dan tidak cacat dan tidak
retak.
4.5 Adukan yang dipakai untuk pasangan pondasi dan berapen adalah 1pc : 4ps.
Air yang digunakan harus bersih, tawar dan bebas dari bahan kimia yang dapat
merusak pondasi, asam alkali atau bahan organik.
4.6 Pasir pasang harus bersih, tajam dan bebas lumpur tanah liat, kotoran organik
dan bahan-bahan yang dapat merusak pasangan, untuk itu pasir yang akan
dipakai terlebih dahulu diayak lewat ayakan dengan diameter lubang sebesar
10 mm.
4.7 Pemeriksaan tiap galian pondasi dilaksanakan terhadap kebenaran
penempatannya, kedalaman, besaran, lebar, letak dan kondisi dasar galian.
Sebelum pemasangan pondasi dimulai izin dari Direksi mengenai hal tersebut
harus didapat secara tertulis.
4.8 Untuk pekerjaan ini perlu diperhatikan gambar kerja dan bestek.

PASAL 5 : PEKERJAAN BETON BERTULANG


5.1 Sebagai pedoman pelaksanaan dipakai Peraturan Beton Indonesia 1971(PBI.
1971) dan SKSNI 2847:2013. Untuk beton struktur, fc’ tidak boleh kurang dari
17 MPa. Nilai maksimum fc’ tidak dibatasi
kecuali bilamana dibatasi oleh ketentuan Standar tertentu. Pekerjaan Beton
pada proyek ini meliputi :
 Sloof
 Kolom
 Ringbalk
 Plat Lantai.
Segala ukuran dan penempatannya sesuai gambar rencana
5.2 Persyaratan Bahan :
5.2.1 Bahan agregat pasir dan kerikil harus dari tempat-tempat yang telah
disetujui mutunya oleh Konsultan Pengawas Lapangan dan harus
memenuhi syarat-syarat PBI. 1971 dan SKSNI 2847:2013.
5.2.2 Bahan agregat pasir dan kerikil harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga tidak tercampur dengan bahan-bahan yang merusak mutu beton
dan ditempatkan terpisah.
5.2.3 Besaran butiran agregat kerikil yang dipakai untuk bahan beton, harus
berada diantara ayakan 4 mm – 31,5 mm.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


5.2.4 Agregat kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 persen.
Apabila kadar lumpur tersebut lebih dari 1 persen , maka agregat kerikil
harus dicuci.
5.2.5 Besar butiran agregat pasir yang dipakai untuk bahan beton, harus
berada diantara ayakan 0,063 - 4 mm.
5.2.6 Agregat pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 persen.
Apabila kadar lumpur tersebut lebih dari 5 persen , maka agregat pasir
harus dicuci.
5.2.7 Jenis semen yang dipakai harus jenis semen type satu sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam NI-8.
5.2.8 Semen yang didatangkan ke lokasi proyek, harus disimpan pada gudang
yang berlantai kering sedemikian rupa, sehingga terjamin tidak akan
rusak dan/atau tercampur bahan lain yang dapat merusak mutu beton.
5.2.9 Pada pemakaian semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru
datang, tidak boleh dilakukan diatas timbunan yang telah ada, dan
pemakaian semen harus dilakukan menurut urutan pengirimannya.
5.2.10 Air yang dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton diusahakan
air bersih yang dapat diminum. Air yang mengandung garam dan/atau
bahan lain yang merusak beton, tidak boleh dipakai.
5.2.11 Bila terdapat keragu-raguan terhadap air yang dipakai, maka contoh air
tersebut harus diperiksakan di laboratorium dibawah tanggung jawab
Kontraktor.
5.2.12 Bila pemeriksaan air tersebut tidak memenuhi syarat untuk bahan
campuran beton, maka air tersebut tidak boleh dipakai.

5.3 Tulangan
5.3.1 Semua baja tulangan yang dipakai berbentuk polos, sesuai dengan
standard PBI. 1971/atau SKSNI 2847:2013.
5.3.2 Sebelum baja tulangan di datangkan ke lokasi proyek, maka
kontraktor harus menyerahkan dahulu contoh-contoh baja tulangan yang
dipakai kepada Pengawas Lapangan.
5.3.3 Baja tulangan yang dibengkokkan sama dengan atau lebih dari 90
derajat, hanya diperkenankan sekali pembengkokkan.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


5.3.4 Baja tulangan harus bersih dari karat yang mengganggu kekuatan
beton bertulang. Hal ini disesuaikan dengan PBI. 1971/atau SKSNI
2847:2013.
5.3.5 Baja tulangan tidak boleh disimpan ditempat yang langsung berhubungan
dengan tanah atau tempat terbuka dan harus dilindungi dari genangan air
/ air hujan.
5.3.6 Profil dan Diameter tulangan yang dipakai harus memenuhi standard
(sesuai gambar detail) dan bestek.

5.4 Bekisting
5.4.1 Papan bekisting ( cetakan beton ) yang dipakai adalah dari bahan kayu
terantang tebal 2 cm dan plywood tebal 9 mm dan apabila oleh
Pengawas Lapangan dinyatakan rusak, maka tidak boleh dipakai lagi
untuk pekerjaan berikutnya.
5.4.2 Tiang-tiang bekisting dapat dibuat dari kayu kelas II dengan ukuran 5/7
cm atau galam diameter 8 – 10 cm dengan jarak maksimum 0, 5 meter.
5.4.3 Konstruksi bekisting harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mudah
bergerak dan kuat menahan beban diatasnya.
5.4.4 Pada bekisting kolom yang tinggi, maka setiap tinggi 2 meter harus diberi
pintu untuk memasukkan spasi beton, sehingga terhindar terjadinya
sarang -sarang kerikil.
5.4.5 Pada bekisting kolom, dinding dan balok tinggi, harus diadakan
perlengkapan pintu untuk membersihkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji,
potongan kayu, kawat pengikat dan lain-lain.
5.4.6 Khusus bekisting kolom material bekisting boleh digunakan untuk
pekerjaan bekisting kolom berikutnya maksimal untuk 2 kali pemakaian.

5.5 Pekerjaan Beton


5.5.1 Untuk beton lantai kerja Membuat Lantai Kerja Beton f’c :7,4 MPa
5.5.2 Untuk pekerjaan beton konstruksi struktural dan lantai beton, memakai
jenis mutu beton f’c : 19,2 MPa
5.5.3 Sebelum pengecoran dimulai :
 Bekisting harus dibersihkan dari potongan – potongan kayu,
potongan – potongan kawat pengikat dan bahan-bahan lain yang
merusak mutu beton.
 Sebelum pelaksanaan pengecoran, bekisting harus disiram air
terlebih dahulu.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


 Lubang-lubang yang terdapat pada bekisting supaya ditutup
sedemikian rupa, sehingga air semen tidak dapat keluar.

5.5.4 Khusus pada pengecoran kolom beton bertulang yang langsung bertemu
dinding batu bata atau kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan Maka
sebelum pengecoran dimulai, Pelaksana harus mempersiapkan :
 Angker untuk pasangan batu bata dari baja tulangan diameter 10
mm, panjang yang keluar dari kolom sama dengan 20 cm, dengan
jarak satu sama lain 50 cm.
 Angker untuk kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan sesuai
gambar detail.
5.5.5 Untuk penutup beton minimum (selimut beton) yang berhubungan
dengan:
 Air adalah 2,5 cm.
 Pelat lantai adalah untuk pelat 1.5 cm, untuk balok 2 cm dan untuk
kolom 2,5 cm.
5.5.6 Pada pengecoran beton, bahan campuran beton harus diaduk dengan
mesin pengaduk Mollen sampai bahan bersatu menjadi satu warna.
5.5.7 Untuk pengecoran pelat beton dan balok tidak boleh berhenti ditengah-
tengah bentang lapangan.
5.5.8 Penghentian pengecoran pelat, harus dimuka balok yang sudah dicor
danmaksimal sejauh 0,15 x bentang pelat (dihitung dari ujung bawah
pelat terakhir).
5.5.9 Penghentian pengecoran balok, sloof dan ring balk, harus dimuka titik
tumpuan (kolom) yang sudah dicor dan maksimal 0, 15 bentang balok.
5.5.10 Pengecoran dapat dimulai, bila keadaan bekisting dan tulangan sudah
memenuhi syarat dan telah diperiksa oleh Konsultan Pengawas
Lapangan serta mendapat izin pengecoran.
5.5.11 Khusus untuk pengecoran kolom, spesi beton tidak boleh dijatuhkan lebih
tinggi dari 2 meter.
5.5.12 Pekerjaan beton yang permukaannya masih diplester, atau permukaan
yang masih kena pekerjaan pengecoran lanjutan, maka permukaan beton
tersebut harus dikasarkan dan bidang yang akan diplester atau
disambung harus disiram air semen.
5.5.13 Setelah selesai pekerjaan pengecoran, maka beton harus dirawat
selama masa pengikatan. Perawatan tersebut dilaksanakan dengan
jalan mengalirkan air terus menerus pada permukaan beton atau
menutup permukaan beton dengan karung goni atau bahan lain yang
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
dapat basah terus menerus sampai selesai waktu pengikatan. Apabila
ingin mempercepat waktu pengikatan boleh mempergunakan obat
setelah mendapat ijin dari konsultan pengawas.
5.5.14 Lamanya perawatan adalah sama dengan umur beton yang
disesuaikan dengan ketentuan PBI 1971 dan selama perawatan itu
beton tidak boleh mendapat beban yang berat.

PASAL 6 : PEKERJAAN DINDING


6.1 DINDING PASANGAN BATA RINGAN
A. U M U M
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini
untuk mendapatkan hasil yang baik.
b. Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran
dinding bagian dalam dan luar bangunan, serta seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar kerja.
2. Pekerjaan yang berhubungan
a. Adukan dan pasangan

3. Standard
- Batu bata harus memenuhi NI-10
- Semen Portland harus memenuhi NI-8
- Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat 2.
- Air harus memenuhi PUBI-1982 Pasal 9

B. BAHAN/PRODUK
Bata Ringan yang digunakan bata ringan ex. Axel dengan kualitas terbaik yang
disetujui Konsultan Pengawas, siku dan sama ukurannya 10 x 20 x 60 cm.

C. PELAKSANAAN
1. Pasangan batu ringan, dengan menggunakan aduk perekat bata ringan/mortar
siap pakai.
2. Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan
sloof sampai ketinggian 30 cm di atas permukaan lantai dasar, dinding di
daerah basah setinggi 160 cm dari permukaan lantai, serta semua dinding yang
pada gambar menggunakan simbol aduk trasraam/kedap air digunakan
adukan rapat air dengan campuran 1 pc : 2 pasir pasang.
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
3. Setelah bata terpasang dengan aduk, naad/siar-siar harus dikerok sedalam 1
cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
4. Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air
terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
5. Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
6. Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambah kolom
dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan
pokok 4 diameter 10 mm, beugel diameter 6 mm jarak 20 cm.
7. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
8. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap
bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton
diameter 6 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada
bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata
sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.
9. Tidak diperkenankan memasang bata ringan yang patah dua melebihi dari 5%.
Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.
10. Pasangan batu bata untuk dinding 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish
setebal 15 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan
pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.

6.2 Dinding Tembok


6.1.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan
bestek.
6.1.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata ringan tebal 10 cm dikerjakan,
maka harus diperhatikan sudut- sudut yang dibatasi oleh dua bidang
dinding vertikal maupun dengan bidang lantai, maka harus dijaga
kesikuannya.
6.1.3 Pasangan batu bata ringan tebal 10 cm dengan mortar semen instant
6.1.4 Batu bata ringan sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih
dahulu sampai basah.
6.1.5 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh
dengan spesi dan selanjutnya diratakan dan dirapikan.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


6.3 Plesteran
6.3.1 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu
bata bagian luar dan bagian dalam.
6.3.2 Untuk pasangan dinding batu bata dengan spesi 1 PC : 2 Pasir , harus
diplester dengan camp 1 : 2 dengan tebal 15 mm.dan spesi 1PC : 2
pasir untuk pekerjaan dinding setengah bata digunakan camp 1 : 2
(Trasraam dan WC/KM) dengan tebal 15 cm.
6.3.3 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan
dengan adukan semen dan air (diaci).
6.3.4 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran harus diayak dengan
ayakan pasir berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil
permukaan plesteran yang kasar / rusak.
6.3.5 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh
dipakai kembali untuk plesteran.
6.3.6 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran
yang sudah selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan
pembongkaran tersebut, harus diperbaiki kembali seperti keadaan
semula dengan spesi yang sama dengan spesi yang belum dibongkar.
6.7.4 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus
dilaksanakan perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran
dengan air, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.

6.4 Dinding Acian


Lingkup pekerjaan
1. Termasuk dalam pekerjaan acian dinding ini adalah penyediaan tenaga kerja,
bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan acian, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik.
2. Pekerjaan acian dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian dalam dan luar
serta seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam shop drawing.

Pekerjaan yang berhubungan :


Pekerjaan plesteran / Acian & pekerjaan pengecatan
Persyaratan bahan
1. Bahan yang digunakan adalah Mortar/ semen instant yang khusus dipergunakan
untuk acian, ex Mortar Utama Drymix, Prime Mortar.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


2. Alat kerja yang digunakan antara lain; roskam, sendok semen, elektrical mixer dan
jidar aluminium.
Persiapan
1. Siapkan tempat kerja dan permukaan yang akan diaci.
2. Bersihkan permukaan bidang yang akan diaci dari kotoran, minyak, karat maupun
lumut yang dapat mengurangi rekatan adukan dan apabila dalam keadaan kering
sebaiknya dibasahi dahulu secara merata sebelum pengacian.
Metode Pelaksanaan
1. Campurkan bahan mortar dengan air, sesuai dengan perbandingan yang ditentukan
spesifikasi.
2. Aduk campuran diatas hingga rata dan diperoleh kelecakan (consistency) yang
sesuai untuk pelaksanaan pengacian (akan lebih baik dan mudah jika menggunakan
drill dengan blade yang telah didesign khusus sebagai mixer).
3. Pengacian dilakukan secara manual sebagaimana umumnya dengan menghampar
adukan dengan hand towel hingga merata pada bidang yang akan diaci dan
bilamana perlu diratakan dengan jidar aluminium panjang.
4. Bila tebal acian pada hamparan lapis pertama masih tipis dapat dilakukan
penambahan pada hamparan berikutnya dan untuk tebal acian yang dianjurkan
dalam pengacian adalah 1 – 3mm tergantung kerataan dasar permukaannya.

Catatan : Untuk finishing akhir acian cukup menarik hand trowel searah (horizontal
atau vertical) dan tidak diperkenankan menekan, memutar atau bahkan
menggosok dengan sobekan kertas semen.

PASAL 7 : PEKERJAAN RANGKA KUDA-KUDA / ATAP


A. Umum
1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan lat bantu lainnya
untuk pelaksanaan pekerjaan, sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik
dan sempurna.
b. Pekerjaan meliputi seluruh atap bangunan dengan kerangka besi baja.
c. Talang (gutter)
2. Pekerjaan yang berhubungan
a. Ringbalk
b. Rangka kuda-kuda baja ringan/truss ( sesuai gambar )
c. Penutup Atap Genteng Metal lapis butir pasir

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


3. Persetujuan-persetujuan
a. Kontraktor terlebih dahulu harus menyerahkan shop drawing kepada
pengawas sebelum memulai pekerjaan, untuk mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas.
b. Harus memperhatikan dengan jelas dimensi-dimensi sistim kontraksi,
hubungan-hubungan antar komponen, cara pengukuran dll.
c. Shop drawing harus dikoordinasikan dengan ketentuan yang berlaku guna
ketepatan perkuatan-perkuatan yang diperlukan.
d. Kontraktor harus menyerahkan 3 set contoh bahan yang memperlihatkan
texture, finishing & warna.
e. Semua sample harus diberi tanda yang memperlihatkan ketebalan jenis
material, warna dan dimana pekerjaan itu akan dipakai.

B. Material
Rangka baja ringan dibuat dari baja bertegangan tarik tinggi zincalume merupakan
perpaduan seng, aluminium dan silicon.
Spesifikasi :
Kuda-kuda baja ringan:
Panjang : Ukuran panjang dapat disediakan sesuai kemampuan
pengangkutan dan pelaksanaan produksi.
Sudut kemiringan 30˚ (derajat)
Tebal baja ringan min. 0,75 mm

Penutup Atap:
Atap : Genteng Metal Berpasir
Bahan : baja galvalume az 100, zincalume, zinc phospat, dan campuran
coraltex.
Tebal : 0.20 – 0.40 mm

7.1. Rangka Atap


7.1.1 Untuk pekerjaan rangka baja baja, perlu diperhatikan rencana
gambar kerja pekerjaan atap.
7.1.2 Rangka kuda- kuda digunakan dari bahan baja ringan C.75.100
7.1.3 Ukuran rangka kuda-kuda, kasau dan reng sesuai dengan spesifikasi yang
diberikan oleh pabrik dan brosur.
7.1.5 Semua bahan yang telah masuk di site dan menyimpang dari ketentuan
dalam spesifikasi, contoh ataupun brosur yang telah disetujui, maka bahan

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


tersebut harus dikeluarkan dari site dalam waktu 1 x 24 jam sejak
diketahuinya penyimpangan itu oleh Direksi / Pengawas.

7.2 Penutup Atap


7.2.1 Penutup atap bangunan menggunakan atap Genteng metal berpasir
kemiringan atap 30˚ (derajat) dengan komposisi sbb:
7.2.4 Warna penutup atap dan bubungan yang dipasang sebagai penutup atap
bangunan, akan ditentukan kemudian dan dikonsultasikan dengan
pemberi Kegiatan.
7.3 Plafond
7.3.1 Untuk pekerjaan plafond ini, perlu diperhatikan rencana gambar bestek.
7.3.2 Untuk rangka Plafond di dalam ruangan menggunakan rangka hollow 2x4
dan 4x4 cm, dan harus memiliki sifat kuat, dan lurus/rata. Sedangkan
plafond yang digunakan adalah jenis Plafond Calsium Silikat ex
KalsiBoard/Nusa Board
7.3.3. Untuk rangka Plafond diluar ruangan menggunakan rangka hollow 2x4 dan
4x4 cm dan plafond yang digunakan adalah Plafond Calsium Silicate 3,5
mm.
7.3.4. Pada pertemuan plafond dengan dinding dan kolom-kolom, didalam
dipasang list Calsium Silicate dan luar ruangan dipasang list Gypsum.
7.3.5. Bila dalam pemasangan plafond, terdapat bagian yang tidak rata atau
melentur, maka harus dibongkar dan diperbaiki lagi sampai permukaannya
betul-betul waterpass mendatar.

PASAL 8 : PEKERJAAN KUSEN PINTU, JENDELA, DAN VENTILASI


8.1 Untuk pekerjaan pintu / jendela / ventilasi ini, perlu diperhatikan rencana gambar
dan bestek
8.2 Untuk pekerjaan pintu / jendela / ventilasi ini adalah barang pabrikasi berbahan
kaca casement rangka alumunium, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek
8.3 Untuk pekerjaan pintu / jendela / ventilasi ini adalah barang pabrikasi berbahan
kayu ulin uk 5/10 (ukur) berkualitas baik, perlu diperhatikan rencana gambar dan
bestek.
8.4 Rangka/bingkai daun pintu, jendela, ventilasi dibuat sesuai dengan gambar
rencana.
8.5 Daun pintu untuk wc/toilet dan tempat wudhu dibuat dari Panel Pintu ulin
pabrikasi.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


8.6 Pekerjaan kusen-kusen, rangka / bingkai daun pintu, jendela, ventilasi /
penerangan harus dibuat dengan pabrikasi. Bagian bawah tiang kusen pintu
harus sampai tertanam pada lantai.
8.7 Pada kusen Aluminium yang terdapat bagian engsel pintudan jendala, bagian
dalam kusen harus diberi perkuatan dari bahan kayu sebagai tumpuan sekrup
yang mengikat engsel tersebut.
8.8 Jenis dan Bahan pada Pintu, Jendela dan Ventilasi harus disesuaikan dengan
rencana gambar dan Rencana Anggaran Biaya. .
8.9 Bahan kaca untuk jendela, ventilasi/penerangan, jendala kaca mati
menggunakan kaca raybend dan kaca bening tebal kaca 5 mm atau sesuai dengan
rencana kerja dan gambar.
8.10 Bahan kaca yang akan dipasang, harus diperiksakan dahulu kepada Direksi.
8.11 Pemasangan kaca tidak boleh terlalu rapat, harus ada kelonggaran 2-3 mm,
sehingga terhindar pecahnya kaca akibat pemuaian.
8.12 Daun pintu, daun jendela dan daun ventilasi buka, harus dapat dibuka/ditutup
dengan mudah, tanpa ada gesekan yang kuat pada kosen atau lantai.

PASAL 9 : PEKERJAAN LANTAI

9.1 Untuk pekerjaan lantai ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
9.2 Lantai pada bangunan menggunakan plat lantai beton f’c 7,4 MPa bertulangan
Wiremesh dengan ketebalan 10 cm.
9.3 Untuk Area Toilet dan KM/WC penutup lantai dan dinding digunakan finisihing
Granit (Homogeneous tile) anti slip 60x60 cm.
9.4 Lantai menggunakan finishing Granit 60x60 (Homogeneous tile) dan
pemasangannya harus betul-betul datar water pass dan tidak boleh ada
retak/pecah.
9.5 Pemasangan granit (Homogeneous tile) harus dikerjakan oleh tenaga yang
benar-benar ahli, sehingga tidak terjadi pemasangan yang bergelombang dan
nat-nat yang tidak lurus.
9.6 Bila terdapat pemasangan granit yang harus dipotong, maka diusahakan
pemasangannya pada pertemuan sudut lantai dan dinding.
9.7 Setelah selesai pemasangan granit, maka nat-natnya harus diisi dengan spesi
semen dan air dengan warna yang sama dengan warna keramik.
9.8 Bila terdapat pemasangan granit lantai yang tidak rata waterpass mendatar
(bergelombang) dan tidak lurus maka harus dibongkar, dan diperbaiki
kembali sampai permukaan lantai waterpass mendatar dan plint benar-benar
lurus.
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
PASAL 10 : PEKERJAAN KUNCI / ALAT PENGGANTUNG
10.1 Semua accesoris penggantung jendela dan pintu lengkap engsel, kunci, Grendel,
kait angin sebagaimana pabrikasi
10.4 Semua bahan-bahan diatas harus berkualitas baik dan sebelum dipasang
harus mendapat persetujuan Direksi.

PASAL 11 : PEKERJAAN LISTRIK


11.1 Semua alat instalasi listrik disesuaikan dengan gambar/ keperluan, semua harus
berkualitas baik dan dapat persetujuan dari Direksi.
11.2 Perlengkapan listrik yang dimaksud meliputi :
 Instalasi Titik Lampu.
 Instalasi Stop Kontak.
 Saklar Ganda.
 Saklar Tunggal.
 Lampu LED 9 watt.
11.3 Saklar dan stop kontak.
a. Mekanisme saklar dengan rating 10 A – 250 volt dengan warna dasar putih,
jenis pasangan recessmounted atau surfacemounted. Dalam suplai sakelar
harus lengkap dengan box tempat dudukannya dari bahan metal.
b. Stop kontak standard dengan ratting 10 A – 250 volt. 2 kutub ditambah 1untuk
pentanahan
c. Untuk saklar dan stop kontak, instalasi terpasang recessedmounted ke kolom
atau tembok. Sakelar terpasang 150 cm di atas lantai kecuali untuk peralatan
tertentu.
Pemasangan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh instalatir yang telah
disahkan oleh PLN setempat terdiri dari instalasi listrik dalam lengkap dan
instalasi listrik menyambung antar bangunan.

PASAL 12 : PEKERJAAN CAT-CATAN


12.1 Seluruh permukaan dinding bagian luar dan dalam balok, kolom dan plafond
yang tampak dan tidak dilapis , harus dicat.
12.2 Seluruh pekerjaan kayu, kosen, dan pintu panil, harus dicat kilat.
12.3 Sebelum pekerjaan cat dilaksanakan, maka permukaan yang akan dicat,
harusdibersihkan dan dihaluskan dengan amplas. Kemudian dimenie, dicat
dasar, didempul, diplummer dan diampelas rata / licin.
12.4 Permukaan plesteran hanya boleh dicat, bila sudah berumur 4 minggu,
yaitu dengan maksud mengeringkan permukaan plesteran.
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
12.5 Untuk mengencerkan bahan cat dengan bahan pengencer, harus
mentaati petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
12.6 Semua pekerjaan pengecatan, harus dilaksanakan tanpa ada cacat/goresan
yang membuat dinding rusak.
12.7 Pengertian cat pada pekerjaan ini meliputi bahan emulsi, enamel, vernis, sealer
dan lain-lain.
12.8 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk dinding tembok dan beton, harus
dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan alkali resistant sealer.
 Lapis kedua dengan cat plammur.
 Lapis ketiga dan keempat memakai cat.
12.9 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk permukaan kayu harus dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan dana alkyd primer.
 Lapis kedua dan ketiga harus dicat dengan cat kilap.
12.10 Bahan cat dasar, cat lapis dan cat tembok, harus memakai cat yang masa
pemakaiannya masih berlaku, sehingga warnanya masih sesuai dengan aslinya.
12.11 Bahan cat harus benar - benar diaduk sampai merata menjadi satu warna,
sehingga warna cat sama pada permukaan yang dicat.
12.12 Cat yang digunakan untuk cat tembok setara Mowilex
12.13 Cat yang digunakan untuk bangunan bagian luar menggunakan cat tembok
setara Mowilex
12.14 Penentuan warna bahan cat, harus dikonsultasikan dengan Pemilik
Bangunan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 13 : PEKERJAAN SANITAIR DAN INSTALASI


13.1 Umum.
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plumbing / Sanitasi yang diuraikan di sini adalah
persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi
maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis
Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.
13.2 Lingkup Pekerjaan.
Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi plumbing
(pembuangan air kotor, air bekas, septictank dan penyediaan air bersih) di dalam dan
di luar bangunan sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya,
seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi dan
testing terhadap seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 (dua
belas) bulan.
Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada spesifikasi
/ syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara
keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material,
peralatan dan perlengkapan sistem plumbing / sanitasi sesuai dengan peraturan /
standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk
menunjang bekerjanya sistem / peralatan, walaupun tidak tercantum pada
Syarat-syarat Teknik Khusus atau gambar dokumen.

Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah sebagai berikut:
Instalasi Air Bersih.
o Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar
bangunan, lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana
dan spesifikasi tekniknya.
o Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi
plumbing serta peralatan-peralatannya.
o Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan
oleh pompa yang disediakan oleh Kontraktor.
o Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial
dan untuk seluruh sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai
sistem bekerja dengan baik dan aman.
o Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersihan site.

13.3 Teknis Pelaksanaan.


 Pengecatan.
o Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung rangka penyangga,
semua unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat
dengan lapisan cat dasar (prime coating), cat harus sesuai dengan persyaratan
pengecatan yang sesuai dengan bahan masing- masing.
o Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di pabriknya atau
dinyatakan lain dalam spesifikasinya atau untuk bahan alumunium.
o Untuk peralatan yang tampak, maka bahan-bahan tersebut harus dicat akhir
dengan cat besi merek ICI dengan merek sebagai berikut :

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


- pipa air bersih : biru (ICI R 404-41001)
- pipa drain / waste : hitam (ICI R 404-40009)
- gantungan / support : hitam (ICI R 404-40009)
- panah pengarah : putih (ICI R 404-101)
o Kontraktor harus memberikan tanda-tanda huruf dan nomor identifikasi bagi
peralatannya dengan cat yang tidak mudah terhapus.
Sebelumnya Kontraktor wajib memberitahukan mengenai tanda-tanda yang
hendak dipasang pada peralatan-peralatan itu kepada Direksi / Pengawas.
 Peralatan.
o Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada
tempat - tempat rendah tertutup.
o Kontraktor harus menyediakan dan memasang pipe fitting untuk penempatan alat
ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
o Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian
tinggi serta simetris.
o Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa di
tempat - tempat tertentu untuk menunjukan arah aliran dengan cat.
o Kontraktor harus menyediakan dan memasang automatic air release valve (ARV)
beserta penampungannya pada tempat yang memungkinkan terjadinya
pengumpulan udara (misalnya di ujung-ujung teratas pipa tegak).
 Ukuran (dimensi).
o Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail yang terdapat pada gambar harus
ditaati oleh Kontraktor.
o Kontraktor harus meneliti (mempelajari) gambar perencanaan, dan bila terdapat
perbedaan antara suatu dengan yang lain, harus segera dibicarakan dengan
Direksi / Pengawas.
o Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan pengukuran dan
penggambaran yang diperlukan guna memudahkan pelaksanaan.

13.4 Instalasi Air Bersih


o Pipa.
Pipa dengan diameter 1/2" baik pipa utama maupun pipa cabang, termasuk yang
menuju fixtures menggunakan galvanized iron pipe (GIP) medium class yang
memenuhi standar BS 1387 / 1967.
Pipa ex BAKRIE, PPI atau setara.
o Fitting.
Fitting-fitting sampai dengan diameter 2 ½ “ (65 mm) harus disambung dengan cara
ulir, sedangkan untuk fitting dengan diameter lebih dari 2 ½” (65 mm) harus disambung
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
dengan cara flange. Bahan fitting harus sama dengan bahan pipa dan memenuhi
syarat berikut :
- Bahan : malleable-iron (sampai 2 ½”) atau forged steel (di atas 2 ½”)
- Standar : BS, ANSI, JIS.B.2301 atau setara.
o Flange.
- Bahan : Malleable iron atau forged steel (sesuai dengan tekanan kerja)
- Standar : BS, ANSI atau JIS.B.2210-2215. (malleable iron), JIS.B.2221- 2225
(steel) atau setara.
o Pemasangan Pipa.
 Pipa Tegak.
Pipa tegak yang menuju fixture harus ditanam di dalam tembok / lantai.
Kontraktor harus membuat alur-alur dan lubang-lubang yang diperlukan pada
tembok sesuai pada kebutuhan pipa.
Setelah pipa dipasang, diklem dan diuji harus ditutup kembali sehingga tidak
kelihatan dari luar.
Cara penutupan kembali harus seperti semula dan finish yang rapi sehingga tidak
terlihat bekas-bekas dari bobokan.
 Pipa Mendatar.
Untuk pipa yang berada di atas atap dan di bawah pelat lantai (tidak di dalam
tanah), pipa harus dipasang dengan penyangga (support) atau penggantung
(hanger). Jarak antara pipa dengan dinding penggantungan bisa disesuaikan
dengan keadaan lapangan.
o Penyambungan Pipa.
a. Sambungan ulir.
Penyambungan ulir antara pipa dengan fitting dilakukan untuk pipa dengan
diameter sampai 65 mm (2 1/2 ").
Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sedemikian rupa, sehingga fitting
dapat masuk pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir. Semua
sambungan ulir harus menggunakan perapat henep dan zinkwite dengan
campuran minyak.
Semua pemotongan pipa menggunakan pipe cutter dengan pisau roda.
Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas pemotongan
dengan reamer.
Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
b. Sambungan Lem.
Penyambungan antara pipa dengan fitting PVC menggunakan lem yang
sesuai dengan jenis pipa dan menurut rekomendasi pabrik.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, dan hal ini dapat dilakukan
dengan alat pres khusus.
Pemotongan pipa harus tegak lurus terhadap pipa.
c. Sambungan Las.
Sambungan las hanya diijinkan untuk konstruksi penyangga dan pipa selain
pipa air minum.
Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las, dengan kawat las
/ elektrode yang sesuai.
Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah
mendapatkan ijin tertulis dari Direksi / Pengawas.
d. Sleeves.
Sleeve untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut
menembus beton.
Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan ruang
longgar di luar pipa maupun isolasi. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa
besi tuang atau baja.
Untuk yang diinginkan kedap air harus dilengkapi dengan sayap / flens / water
stop.
Untuk pipa-pipa yang menembus konstruksi bangunan yang mempunyai
lapisan kedap air (water proofing) harus dari jenis flushing sleeves.
Rongga antara pipa dan sleeve harus dibuat kedap air dengan rubber seal
atau caulk.
o Penanaman Pipa di Dalam Tanah.
a. Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan.
b. Diberi pasir urug padat setebal 10 cm.
c. Pada setiap sambungan pipa harus dibuat lubang galian yang dalamnya 50 mm
untuk penempatan sambungan pipa.
d. Sebelum pipa diturunkan atau dipasang di dalam galian, semua bagian pipa
termasuk fitting dan valve body harus dilapis dengan aspal kemudian dibungkus
dengan karung goni dan sekali lagi dilapis dengan aspal. Setelah aspal kering
pipa diturunkan ke dalam galian.
e. Dilakukan pengujian terhadap kebocoran secara hidrolis dengan tekanan uji 12
kg/cm2, selama 24 jam.
f. Setelah hasilnya baik, ditimbun kembali dengan pasir urug padat setebal 15 cm
dihitung dari atas pipa.
g. Di sekitar fitting dari pipa harus dipasang balok / penguat dari beton agar
fitting- fitting tidak bergerak jika beban tekan diberikan.
h. Kemudian diurug dengan tanah bekas galian sampai seperti keadaan semula.
Rencana Kerja & Syarat (RKS)
o Pengujian Terhadap Tekanan dan Kebocoran.
a. Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang, harus diuji dengan
tekanan hidrolis sebesar 12 kg/cm2 selama 24 jam tanpa terjadi perubahan /
penurunan tekanan.
b. Peralatan pengujian ini harus disediakan oleh Kontraktor.
c. Pengujian harus disaksikan oleh Direksi / Pengawas atau yang dikuasakan
untuk itu.
d. Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian Kontraktor harus memperbaiki
bagian-bagian yang rusak dan melakukan pengujian kembali sampai berhasil
dengan baik.
e. Dalam hal ini semua biaya ditanggung oleh Kontraktor, termasuk biaya
pemakaian air dan listrik.

o Pengujian Sistim Kerja (Trial Run).


Setelah semua instalasi air bersih lengkap, termasuk penyambungan ke pipa
distribusi, Kontraktor diharuskan melakukan pengujian terhadap sistim kerja (trial run)
dari seluruh instalasi air bersih, yang disaksikan oleh Direksi / Pengawas atau yang
ditunjuk untuk itu sampai sistim bisa bekerja dengan baik.
o Pekerjaan Lain-lain.
Termasuk di dalam pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah
pembobokan dinding / selokan, penggalian dan pengangkutan tanah hasil galian dan
lain-lainnya yang ditemui di site, serta memperbaiki kembali seperti semula.
 Cara Pemasangan Pipa.
o Pipa di Dalam Bangunan (termasuk pipa vent).
a. Pipa Mendatar.
Pipa dipasang dengan kemiringan (slope) 1 - 2 %. Perletakan pipa harus
diusahakan berada pada tempat yang tersembunyi baik di dinding / tembok
maupun pada ruang yang berada di bawah lantai.
Setiap pencabangan atau penyambungan yang merubah arah harus
menggunakan fitting dengan sudut 45 o (misalnya Y branch dan sebagainya)
jenis long radius.
b. Pipa di Dalam Tanah.
Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah / jalan dengan tebal /
tinggi timbunan minimal 80 cm diukur dari atas pipa sampai permukaan tanah
/ lantai.
Sebelum pipa ditanam pada dasar galian harus diurug dahulu dengan pasir
padat setebal 10 cm.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


Selanjutnya setelah pipa diletakkan, di sekeliling dan di atas pipa kemudian
diurug dengan tanah sampai padat. Konstruksi permukaan tanah / lantai
bekas galian harus dikembalikan seperti semula (dirapihkan kembali).
Penanaman pipa.
Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan. Pada tiap-tiap
sambungan pipa harus dibuat galian yang dalamnya 50 mm.
Untuk mendapatkan sambungan pipa pada bagian yang membelok ke atas
(vertikal) harus diberi landasan dari beton. Caranya seperti pada gambar
perencanaan.
Dalamnya perletakan pipa disesuaikan dengan kemiringan 1 - 2 % dari titik
mula di dalam gedung sampai ke saluran drainage.

13.5 Pas. Kran Air


 Peletakan Kran air
Kran air yang dipakai harus memenuhi standard dan merk yang telah
ditentukan adalah ex. WASSER (sesuai gambar detail) dan bestek.
13.6 Pas. Closed Jongkok
 Closed Jongkok
Closed Jongkok yang dipakai harus memenuhi standard dan merk yang telah
ditentukan adalah ex. TOTO harus sesuai RAB dan Bestek.
13.7 Pas. Floor Drain
 Peletakan Floor Drain
Floor Drain yang dipakai harus memenuhi standard dan merk yang telah
ditentukan adalah ex. WASSER (sesuai gambar detail) dan bestek.

PASAL 14 : PEKERJAAN HALAMAN DAN PAGAR

14.1. Pekerjaan Leveling Permukaan Tanah / Land Clearing


14.1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan
pelaksanaan land clearing sesuai yang ditunjukkan gambar rencana .
b. Pembersihan lahan dari kotoran-kotoran, kayu-kayu dan bahan-bahan
organik lainnya untuk kemudian dilaksanakan cut dan feel tanah untuk
mendapatkan ketinggian level permukaan tanah pada masing-masing
pekerjaan. Semua angka ketinggian level dapat dilihat pada gambar .
14.1.2. Bahan Material , Persyaratan Dan Pelaksanaan.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


a. Penggalian / pengupasan dan penimbunan / pengurugan tanah
menggunakan peralatan dozer sebelum dilaksanakan harus diukur
terlebih dahulu dengan alat water pass / theodolith .
b. Untuk pekerjaan penimbunan bahan harus tanah urug yang bersih
kemudian dipadatkan lapis demi lapis 15-20 cm dengan stamper secara
berulang – ulang kali diberi air hingga mencapai level tertentu / yang
disyaratkann , Parkir dan jalan komplek

14.1.3. Lingkup Pekerjaan Halaman Sekolah


Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan pelaksanaan
yang diperlukan untuk menyelesaikan semua pekerjaan “ sub grade “, seperti
yang ditunjukkan pada gambar rencana dan sfesifikasi ini, tetapi tidak terbatas
pada hall sebagai berikut :
a. Pembersihan halaman lama dikupas menggunakan Alat bantu lainya
sedalam ± 5 – 10 cm untuk mendapatkan kedalaman sesuai tebal paving
block dan urugan pasir.
b. Pemasangan paving stone diatas lapisan urugan pasir dalam keadaan
padat untuk halaman dan bagian tepi dikunci dengan cansteen + tali air
berupa beton camp. 1 : 3 : 5.
c. Paving Block yang digunakan adalah berbahan dasar Pasir Vulkanik
dengan kualitas mutu beton adalah Camp. 1 : 2 : 3.

14.1.4. Bahan Material , Persyaratan Dan Pelaksanaan.


a. Lapisan pasir, harus dipadatkan dengan wales berat 6 - 8 ton, kurang lebih
3x sampai padat dan rata, kemudiaan diurug dengan pasir kasar diratakan
dan disiram air hingga padat. Untuk kemudiaan dilaksanakan
pemasangan paving untuk mendapatkan bidang yang rata harus
menggunakan benang, nat-nat paving diisi pasir dan disiram air
kemudiaan dipadatkan dengan stamper.
Diusahakan jenis pasir yang sama untuk menghindari karakteristik
pemadatan yang berbeda-beda. Dipadatkan dengan Walles beban 12 ton
sampai pemadatan rata kemudian diurug dengan pasir kasar diratakan
,disiram air hingga padat .
b. Bahan paving stone tebal 8 – 10 cm, natural type sesuai petunjuk Direksi
lengkap dengan penutupnya, harus kuat tekan minimal K- 175 kg/cm2 .

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


14.2. Pemasangan Saluran Keliling Lapangan
14.2.1 Dinding pasangan batu bata dengan kententuan dan syarat syarat yaitu:
Pasangan ½ batu bata campuran 1 : 4 untuk semua dinding /Saluran keliling
yang tidak dinyatakan lain pasal diatas, selanjutnya disesuaikan gambar.

14.2.2 Pasangan dinding saluran dengan kedalaman 20 cm. Pasangan bata


berfungsi sebagai saluran pembuang air hujan.
Pelaksanaan
- Batu bata yang dipakai harus berkwalitas baik (setempat) masak
pembakarannya, ukuran tebal, lebar dan panjang seperti yangn
lazim/umum dipakai.
- Batu bata sebelum dipasang harus direndam dan disiram air.
- Pemasangan harus rapi, sehingga terdapat siar-siar (voog) yang dikeruk
sedalam 1 cm untuk kemudian diplester.
- Pemasangan batu bata harus dipasang rata, tegak dan lajur penaikannya
diukur tepat dengan tiang not dan kecuali bila mana tidak diperhatikan
dalam gambar-gambar, maka setiap lajur bata harus putus sambungan
dengan lajur dibawahnya. Pola ikatan pasangan harus terjaga baik
diseluruh pekerjaan. Bata yang dipasang harus dalam keadaan basah,
demikian pula sebelum plesteran dipasang, bagian yang akan diplester
harus disiram sampai basah. Untuk mempermudah penyiraman, maka
harus disediakan outlet air kerja dengan selang yang cukup dan
digerakkan dengan pompa. Ketinggian pemasangan bata tidak boleh
lebih tinggi dari 1 meter setiap hari.
14.2.3 Plesteran Saluran Keliling, pekerjaan ini adalah finishing pasangan bata untuk
saluran keliling yang selanjutnya disesuaikan gambar.
14.2.4. Plesteran camp.1:4 tebal 15 mm dikerjakan pada dinding pasangan bata
camp.1:4 .
14.2.5. Pekerjaan acian dibuat dalam campuran 1:2 dibuat pada permukaan dinding
yang diplester.
14.2.6. Pemasangan disusun sesuai pola pada gambar dan dibentuk sedemikian
rupa sehingga bisa berfungsi untuk lintasan pijat refleksi.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


14.3. Gril Penutup Saluran Drainase
Pekerjaan penutup saluran meliputi saluran drainase. Bahan Gril Penutup Saluran
terdiri dari besi siku L ukuran 40 x 40 x 4 dan besi beton diameter 10 mm.
Penyambungan digunakan dengan Pengelasan dengan Las listrik.

Pada pelaksanaan pekerjaan agar memperharikan detail pada Gambar Kerja.

14.3. Pekerjaan Pagar


14.3.1.Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk
mendapatkan hasil yang terbaik.
14.3.2.Syarat syarat Bahan / Material.
Bahan / material pekerjaan Pagar Depan dan pagar samping meliputi:
- Pagar Besi Hollow diameter 4x4 dengan bentuk dan ukuruan harus sesuai
dengan gambar rencana.
- Pintu gerbang sekolah dibuat dari besi hollow 4x4 cm dan besi plat
dipasang pada rel dan dapat dibuka dengan cara digeser ke kanan dan
kiri, bentuk dan ukuruan harus sesuai dengan gambar rencana.
Semua bahan / material yang digunakan dalam pekerjaan ini harus
berkualitas baik dan mengikuti pesyaratan bahan pada pasal pasal diatas
yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut.
14.3.3. Pelaksanaan
Pelaksanaan tiap tiap pekerjaan harus mengikuti bentuk dan ukuran-ukuran
yang tertera dalam gambar. Dan untuk syarat pelaksanaan tiap tiap pekerjaan
mengikuti pasal pasal diatas yang ada kaitannya pekerjaan tersebut dengan
petunjuk pengawas konsultan.

PASAL 15. PERATURAN PENUTUP.

15.1 Meskipun dalam rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini pada uraian
pekerjaan untuk uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus
disediakan oleh pemborong, atau yang harus dibuat, dipasang oleh pemborong
tetapi menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan ini, perkataan – perkataan
diatas disepakati dianggap ada dan dimuat dalam RKS ini.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


15.2 Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan Pembangunan,
tetapi tidak dimuat dan diuraikan dalam RKS ini, tetapi diselenggarakan dan
diselamatkan oleh Mandor/ kepala tukang, hal tersebut harus dianggap ada,
seakan dimuat kata demi kata dalam RKS ini, untuk menuju penyerahan selesai
menurut pertimbangan Direksi.
15.3 Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari
Proyek, Pengelola Teknis, Konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil
yang memuaskan.

Rencana Kerja & Syarat (RKS)


RKS
(RENCANA KERJA DAN
SYARAT-SYARAT)

REHABILITASI DAN RENOVASI SARANA


PRASARANA SEKOLAH KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH, HULU SUNGAI UTARA,
BALANGAN DAN TABALONG

LOKASI :
SMPN 2 Upau, Kabupaten Tabalong

TAHUN ANGGARAN 2020


SPESIFIKASI TEKNIS

I. PETUNJUK UNTUK PESERTA

Peserta Lelang harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja, rencana
kerja dan syarat ini dengan seksama untuk memahami benar-benar maksud dan isi
dokumen tersebut secara keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan
yang akan dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan karena peserta tidak
membaca, tidak memahami, tidak memenuhi petunjuk, ketentuan dalam gambar,
atau pernyataan kesalah-pahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.

II. KETENTUAN-KETENTUAN TEKNIS

PASAL 1 : PENJELASAN UMUM.

1.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka berlaku dan mengikat, yaitu:

1.1.1 Gambar-gambar pelaksanaan konstruksi dan detail terlampir.


1.1.2 Uraian dan syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan (spesifikasi).
1.1.3 Berita acara Penjelasan (Aanwijijzing).
1.1.4 Petunjuk dari Pengelola Kegiatan dan Pengawas Lapangan

1.2 Dalam melaksanakan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, maka akan berlaku dan mengikat peraturan – peraturan
dibawah ini, termasuk segala perubahan dan tambahan, yaitu :
1.2.1 Peraturan umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia ( AV . 41
tahun 1941 )
1.2.2 Permen PUPR No. 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara.
1.2.3 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ) tahun 1997 1 / NI.2.
1.2.4 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ) tahun 1997 1 / NI.2.
1.2.5 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI ) tahun 1997 1 / NI.2
1.2.6 Peraturan Muatan Indonesia ( PMI ) tahun 1970 / NI – 18
1.2.7 Standar Nasional Indonesia (SNI)
1.2.8 Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja
1.2.9 Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh jawatan / instansi
Pemerintah setempat, yang berkaitan dengan pelaksanaan bangunan.
1.2.10 Kontraktor dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti Rencana Gambar
Bestek dan Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS), termasuk penambahan
/ pengurangan atau perubahan yang tercantum dalam berita acara
Aanwijzing.
1.2.11 Bila perbedaan-perbedaan antara gambar, RAB dan spesifikasi
menimbulkan keragu- raguan, sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan
dalam pekerjaan,
maka harus segera dikonsultasikan kepada Konsultan Pengawas atau
Konsultan Perencana dan keputusan-keputusannya harus dilaksanakan.
A. PERSIAPAN PENDAHULUAN

PASAL 1 : LINGKUP PEKERJAAN

. Perencanaan Rehab Dan Renovasi Prasarana Sekolah Tabalong


Madrasah Kabupaten Tabalong
1. SMP Negeri 2 UPAU Sesuai eksisting

PASAL 2 : IZIN BANGUNAN.


2.1 Setelah surat Perintah Kerja (SPK) dikeluarkan, maka izin bangunan dan izin
lainnya akan diurus oleh Pemberi Tugas, namun pelaksanaan dan pembiayaannya
akan ditanggung oleh Kontraktor.
2.2 Ijin Mendirikan Bangunan adalah termasuk salah satu retribusi yang harus
dibayarkan oleh Kontraktor, sebagai satu syarat administrasi proyek.
2.3 Besarnya nilai IMB sesuai yang disyaratkan oleh Peraturan.
2.4 Untuk memulai pekerjaan, maka Kontraktor harus dapat menunjukkan kepada
Konsultan Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti bahwa izin
bangunan tersebut sedang diproses.
2.5 Tanpa adanya izin bangunan dari Instansi yang berwenang, maka Kontraktor
tidak diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk apapun disekitar
lingkungan proyek.

PASAL 3 : PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS


3.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, yang berlaku dan mengikat yaitu :
3.1.1 Gambar, Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
3.1.2 Surat Perintah Keja ( SPK )
3.1.3 Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Pemberi Tugas
3.2 Kontraktor dan Direksi Pengawas harus menelilti rencana gambar bestek dan rencana
kerja dan syarat-syarat (RKS).
3.3 Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan Rencana Kerja dan
Syarat- Syarat (RKS) maka yang mengikat adalah rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
3.4 Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana
gambar bestek yang lain, maka diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya
lebih besar.
3.5 Bila perbedaan-perbedaan tersebut di atas yang menimbulkan keragu-raguan
sehingga akan menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera
dikonsultasikan kepada Konsultan Perencana/Pengawas dan keputusan – keputusannya
harus dilaksanakan.
PASAL 4 : JADWAL PELAKSANAAN ( TIME SCHEDULE )
4.1 Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor wajib membuat jadwal
pelaksanaan (Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot
pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal penggunaan
bahan bangunan dan tenaga kerja.
4.2 Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci Pelaksana Kontraktor harus membuat
rencana kerja/Laporan harian, mingguan dan bulanan, beserta foto-foto visual
ukuran 3 R yang diketahui/disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.
4.3 Rencana Kerja (Time Schedule) diatas harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas dan Pemberi Tugas.
4.4 Rencana Kerja ( Time Sehedule ), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor, paling
lambat 7 (tujuh ) hari kalender, setelah SPK diterima.
4.5 Kontraktor harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule) kepada
Konsultan Pengawas dan 1 ( satu ) lembar harus dipasang pada dinding bangsal kerja.
4.6 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana
kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi pekerjaan.

PASAL 5 : TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN


5.1 Mendatangkan bahan-bahan bangunan untuk pelaksanaan Proyek, harus tepat pada
waktunya dan kwalitetnya dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5.2 Pelaksana harus menyediakan alat-alat, pembantu dan pekerja-pekerja yang
diperlukan untuk pelaksanaan bangunan agar supaya pelaksanaannya dapat selesai sesuai
dengan waktu yang disediakan.
5.3 Alat- alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak dapat dipakai, maka
harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek.

PASAL 6 : KEAMANAN PROYEK

6.1 Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang- barang milik Proyek,
Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik terhadap pencurian
maupun pengrusakan dengan membuat pagar pengaman areal proyek.
6.2 Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-alat dan hasil.pekerjaan,
maka akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam
pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu pelaksanaan.
6.3 Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk
mencegah bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan alat pemadam
kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat- tempat yang strategis dan
mudah dicapai.

PASAL 7 : KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN

7.1 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja,
Kontraktor harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu
Kontraktor harus mengikutkan pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja
(ASTEK) atau asuransi lainnya yang sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.
7.2 Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka
Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya
yang siap dipakai apabila diperlukan.
7.3 Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan yang
serius, maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban ke Rumah Sakit yang
terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.
7.4 Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah tanggung
jawabnya maupun yang berada dibawah pihak ketiga.

PASAL 8 : BANGSAL KONSULTAN (DIREKSIKEET) DAN BANGSAL KERJA /


GUDANG
8.1 Kontraktor diharuskan membuat direksikeet yang ukurannya sesuai kebutuhan, dengan
menggunakan bahan-bahan sederhana seperti tongkat, lantai papan, dinding
papan/plywood, atap seng dan pintu harus dilengkapi dengan kunci yang baik
serta cukup jendela dan ventilasi/penerangan. Direksiket tersebut jika
memungkinkan tidak bersatu dengan gudang.
8.2 Kontraktor harus melengkapi Direksiket tersebut dengan :
 Meja tulis
 Kursi sebagai perlengkapan meja tulis.
 Satu buah papan tulis.
 Sebuah meja besar + kursi, untuk keperluan pertemuan/rapat di lapangan.
Perlengkapan tersebut adalah milik pribadi kontraktor.
8.3 Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerja dan gudang untuk
menyimpan bahan- bahan bangunan dan peralatan pekerjaan dan pintunya harus
mempunyai kunci yang baik/kuat untuk keamanan bahan/perlengkapan.
8.4 Tempat mendirikan bangsal dan gudang, akan ditentukan kemudian dan
dikonsultasika n dengan Pemberi Tugas.
8.5 Pembongkaran bangsal Konsultan (direksiket), bangsal kerja dan gudang adalah
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Bahan bongkaran tersebut menjadi hak milik
Pemberi Tugas.

PASAL 9 : TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR


9.1 Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasanya dilapangan (Site
Manager/Pelaksana Lapangan), yang mempunyai pengetahuan dibidang Teknik
Sipil/Bangunan, cakap, gesit dan berwibawa terhadap pekerja yang dipimpinnya
dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan. Penunjukkan ini harus
dikuatkan dengan surat resmi dari Kontraktor yang ditujukan kepada Pemberi Tugas
dan tembusannya kepada Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas.
9.2 Pelaksana harus berpendidikan minimun S1 Sipil/Arsitek dan mempunyai
pengalaman kerja lapangan minimun 7 tahun, atau yang telah memiliki sertifikat
keterampilan/Keahlian sesuai dengan bidangnya yang dikeluarkan oleh lembaga/asosiasi
yang berwenang.
9.3 Selain itu kuasa kontraktor dibantu oleh tenaga dengan kualifikasi bidang yang
terdiri dari arsitektur, sipil, mesin/listrik yang memiliki pengalaman lapangan minimal 1
tahun.
9.4 Selain Petugas Pelaksana, maka Kontraktor diwajibkan pula melaporkan secara
tertulis kepada Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas,
tentang susunan organisasi pelaksana dilapangan dengan nama dan jabatannya masing-
masing.
9.5 Bila dikemudian hari, menurut penilaian Team Pengelola Teknis Proyek dan
Konsultan Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu
melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana tersebut
dan harus memberitahukan secara tertulis tentang Pelaksana yang baru, demi
kelancaran pekerjaan.

B. URAIAN PEKERJAAN

PASAL 1 : PEKERJAAN PERSIAPAN


1.1 Pembersihan Lokasi
1.1.1 Untuk pembersihan lokasi harus sesuai dengan petunjuk dari gambar
pelaksanaan yang telah ada, jika ada beberapa hal yang dirasa perlu dapat
berkoordinasi dengan pihak Direksi.
1.1.2 Bahan bongkaran harus disingkirkan dari lokasi / lapangan pekerjaan
1.1.3 Pembersihan lokasi dinyatakan selesai, bila telah mendapat persetujuan dari
Direksi Pengawas lapangan.
1.2 Pengukuran/Pasang Bouwplank :
1.2.1 Pengukuran dilaksanakan harus mendapat pengawasan dari Konsultan
Pengawas dan menggunakan alat theodolite,untuk memperoleh data polygon
bangunan.
1.2.2 Papan bouwplank digunakan sebagai kontrol dan tanda-tanda as bangunan.
1.2.3 Papan bouwplank bagian atas harus dibuat setinggi peil lantai +0,00.
1.2.4 Semua pekerjaan pengukuran harus disesuaikan dengan rencana gambar dan
bestek, apabila ada hal-hal yang sifatnya diluar kemampuan pelaksana segera
dilaporkan dan dikonsultasikan kembali kepada pihak-pihak yang terkait.

PASAL 2 : PENENTUAN PEIL


2.1 Peil diambil disesuaikan dengan gambar detail/tinggi daerah setempat
1. SMP Negeri 2 UPAU Sesuai eksisting

2.2 Semua ukuran-ukuran tinggi dan ukuran dalam akan ditetapkan terhadap peil tersebut
diatas.
2.3 Pekerjaan uitzet harus dilakukan dengan cermat dan teliti dengan menggunakan
alat ukur waterpass/slang plastik. Dalam hal ini agar menghubungi Direksi Pengawas.
2.4 Satu dan lain hal yang menyimpang dari hal-hal tersebut diatas akan ditentukan oleh
direksi.

PASAL 3 : PEKERJAAN TANAH/PASIR

3.1 Untuk pekerjaan tanah/pasir ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
3.2 Pekerjaan Galian tanah meliputi pekerjaan galian tanah untuk pondasi
3.3 Pekerjaan urugan tanah bekas galian dan bekas bongkaran bangunan diletakkan diatas
lantai eksisting serta dilaksanakan disekitar pondasi, sampai ketinggian yang ditentukan
pada rencana gambar.
3.4 Pengurugan pada ayat 3.3 harus dengan pemadatan yang dilaksanakan lapis demi lapis,
masing- masing setebal 20 cm ditumbuk sampai padat hingga mencapai ketinggian
permukaan pondasi,perhatikan gambar kerja.
3.5 Urugan dibawah lantai menggunakan urugan pasir.
PASAL 4 : PEKERJAAN PONDASI

4.1 Pondasi bangunan ini berupa pondasi batu gunung dan poer setempat
1. SMP Negeri 2 UPAU Pondasi batu gunung (eksisting)

4.2 Sebagai pendukung kekuatan pondasi maka diperkuat dengan pancangan Galam Dia.10-
12 cm dengan Panjang 2 meter dan 4 meter cek tabel sebagaimana Rencana Anggaran
Biaya
4.3 Untuk pekerjaan ini perlu diperhatikan gambar kerja dan bestek

PASAL 5 : PEKERJAAN BETON BERTULANG

5.1 Sebagai pedoman pelaksanaan dipakai Peraturan Beton Indonesia 1971(PBI. 1971)
dan SKSNI T-15-1991-03.Pelaksanaan pekerjaan beton bertulang Mutu F’c 7,4 MPa
dan 19,3 MPa pada proyek ini meliputi :
 Sloof
 Kolom
 Ringbalk
 Plat Lantai.
Segala ukuran dan penempatannya sesuai gambar rencana
Poer Plat Sloof Kolom Balok Ring Balk
SMP Negeri 2 UPAU 15/20 15/20

5.2 Persyaratan Bahan :

5.2.1 Bahan agregat pasir dan kerikil harus dari tempat-tempat yang telah disetujui
mutunya oleh Konsultan Pengawas Lapangan dan harus memenuhi syarat-
syarat PBI. 1971 dan SKSNI T-15-1991-03.
5.2.2 Bahan agregat pasir dan kerikil harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak tercampur dengan bahan-bahan yang merusak mutu beton dan ditempatkan
terpisah.
5.2.3 Besaran butiran agregat kerikil yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 4 mm – 31,5 mm.
5.2.4 Agregat kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 persen. Apabila
kadar lumpur tersebut lebih dari 1 persen , maka agregat kerikil harus dicuci.
5.2.5 Besar butiran agregat pasir yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 0,063 - 4 mm.
5.2.6 Agregat pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 persen. Apabila
kadar lumpur tersebut lebih dari 5 persen , maka agregat pasir harus dicuci.
5.2.7 Jenis semen yang dipakai harus jenis semen type satu sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam NI-8.
5.2.8 Semen yang didatangkan ke lokasi proyek, harus disimpan pada gudang yang
berlantai kering sedemikian rupa, sehingga terjamin tidak akan rusak dan/atau
tercampur bahan lain yang dapat merusak mutu beton.
5.2.9 Pada pemakaian semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru datang,
tidak boleh dilakukan diatas timbunan yang telah ada, dan pemakaian semen
harus dilakukan menurut urutan pengirimannya.
5.2.10 Air yang dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton diusahakan air
bersih yang dapat diminum. Air yang mengandung garam dan/atau bahan lain
yang merusak beton, tidak boleh dipakai.
5.2.11 Bila terdapat keragu-raguan terhadap air yang dipakai, maka contoh air
tersebut harus diperiksakan di laboratorium dibawah tanggung jawab
Kontraktor.
5.2.12 Bila pemeriksaan air tersebut tidak memenuhi syarat untuk bahan campuran
beton, maka air tersebut tidak boleh dipakai.

5.3 Tulangan
5.3.1 Semua baja tulangan yang dipakai berbentuk polos, sesuai dengan standard
PBI. 1971/atau SKSNI T-15-1991-03.
5.3.2 Sebelum baja tulangan di datangkan ke lokasi proyek, maka kontraktor
harus menyerahkan dahulu contoh-contoh baja tulangan yang dipakai kepada
Pengawas Lapangan.
5.3.3 Baja tulangan yang dibengkokkan sama dengan atau lebih dari 90
derajat, hanya diperkenankan sekali pembengkokkan.
5.3.4 Baja tulangan harus bersih dari karat yang mengganggu kekuatan beton
bertulang. Hal ini disesuaikan dengan PBI. 1971/atau SKSNI T-15-1991-03.
5.3.5 Baja tulangan tidak boleh disimpan ditempat yang langsung berhubungan
dengan tanah atau tempat terbuka dan harus dilindungi dari genangan air / air
hujan.
5.3.6 Profil dan Diameter tulangan yang dipakai harus memenuhi standard (sesuai
gambar detail) dan bestek.
5.4 Bekisting

5.4.1 Papan bekisting ( cetakan beton ) yang dipakai adalah dari bahan kayu
terantang tebal 2 cm dan plywood tebal 9 mm atau memakai bondex tebal
0.75 mm dan apabila oleh Pengawas Lapangan dinyatakan rusak, maka tidak
boleh dipakai lagi untuk pekerjaan berikutnya.
5.4.2 Tiang-tiang bekisting dapat dibuat dari kayu kelas II dengan ukuran 5/7 cm
atau galam diameter 8 – 10 cm dengan jarak maksimum 0, 5 meter.
5.4.3 Konstruksi bekisting harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mudah
bergerak dan kuat menahan beban diatasnya.
5.4.4 Pada bekisting kolom yang tinggi, maka setiap tinggi 2 meter harus diberi
pintu untuk memasukkan spasi beton, sehingga terhindar terjadinya sarang -
sarang kerikil.
5.4.5 Pada bekisting kolom, dinding dan balok tinggi, harus diadakan perlengkapan
pintu untuk membersihkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan kayu,
kawat pengikat dan lain-lain.

5.5 Pekerjaan Beton

5.5.1 Untuk beton lantai kerja Membuat Lantai Kerja Beton f’c :7,4 Mpa (K175)
5.5.2 Untuk pekerjaan beton konstruksi struktural dan lantai beton, memakai
jenis mutu beton f’c : 19,2 Mpa (K225)
5.5.3 Sebelum pengecoran dimulai :
 Bekisting harus dibersihkan dari potongan – potongan kayu, potongan –
potongan kawat pengikat dan bahan-bahan lain yang merusak mutu beton.
 Sebelum pelaksanaan pengecoran, bekisting harus disiram air terlebih
dahulu.
 Lubang-lubang yang terdapat pada bekisting supaya ditutup
sedemikian rupa, sehingga air semen tidak dapat keluar.
5.5.4 Khusus pada pengecoran kolom beton bertulang yang langsung bertemu
dinding batu bata atau kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan Maka
sebelum pengecoran dimulai, Pelaksana harus mempersiapkan :
 Angker untuk pasangan batu bata dari baja tulangan diameter 10 mm,
panjang yang keluar dari kolom sama dengan 20 cm, dengan jarak satu sama
lain 50 cm.
 Angker untuk kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan sesuai gambar
detail.
5.5.5 Untuk penutup beton minimum (selimut beton) yang berhubungan dengan:
 Air adalah 2,5 cm.
 Pelat lantai adalah untuk pelat 1.5 cm, untuk balok 2 cm dan untuk kolom
2,5 cm.
5.5.6 Pada pengecoran beton, bahan campuran beton harus diaduk dengan mesin
pengaduk Mollen sampai bahan bersatu menjadi satu warna.
5.5.7 Untuk pengecoran pelat beton dan balok tidak boleh berhenti ditengah-tengah
bentang lapangan.
5.5.8 Penghentian pengecoran pelat, harus dimuka balok yang sudah dicor
danmaksimal sejauh 0,15 x bentang pelat (dihitung dari ujung bawah pelat
terakhir).
5.5.9 Penghentian pengecoran balok, sloof dan ring balk, harus dimuka titik tumpuan
(kolom) yang sudah dicor dan maksimal 0, 15 bentang balok.
5.5.10 Pengecoran dapat dimulai, bila keadaan bekisting dan tulangan sudah
memenuhi syarat dan telah diperiksa oleh Konsultan Pengawas
Lapangan serta mendapat izin pengecoran.
5.5.11 Khusus untuk pengecoran kolom, spesi beton tidak boleh dijatuhkan lebih
tinggi dari 2 meter.
5.5.12 Pekerjaan beton yang permukaannya masih diplester, atau permukaan yang
masih kena pekerjaan pengecoran lanjutan, maka permukaan beton tersebut
harus dikasarkan dan bidang yang akan diplester atau disambung harus disiram
air semen.
5.5.13 Setelah selesai pekerjaan pengecoran, maka beton harus dirawat selama
masa pengikatan. Perawatan tersebut dilaksanakan dengan jalan mengalirkan
air terus menerus pada permukaan beton atau menutup permukaan beton
dengan karung goni atau bahan lain yang dapat basah terus menerus sampai
selesai waktu pengikatan. Apabila ingin mempercepat waktu pengikatan
boleh mempergunakan obat setelah mendapat ijin dari konsultan pengawas.
5.5.14 Lamanya perawatan adalah sama dengan umur beton yang disesuaikan
dengan ketentuan PBI 1971 dan selama perawatan itu beton tidak boleh
mendapat beban yang berat.
PASAL 6 : PEKERJAAN DINDING

6.1 Dinding Tembok


6.1.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan bestek.
6.1.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata ringan tebal 7,5 cm dikerjakan, maka
harus diperhatikan sudut- sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal
maupun dengan bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya.
6.1.3 Pasangan batu bata ringan tebal 7,5 cm dengan mortar semen instant
6.1.4 Batu bata ringan sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu
sampai basah.
6.1.5 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh dengan
spesi dan selanjutnya diratakan dan dirapikan.

6.2 Plesteran
6.2.1 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata
bagian luar dan bagian dalam.
6.2.2 Untuk pasangan dinding batu bata dengan spesi 1 PC : 2 Pasir , harus diplester
dengan camp 1 : 2 dengan tebal 15 mm.dan spesi 1PC : 2 pasir untuk
pekerjaan dinding setengah bata digunakan camp 1 : 2 (Trasraam dan WC/KM)
dengan tebal 15 cm.
6.2.3 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan dengan
adukan semen dan air (diaci).
6.2.4 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran harus diayak dengan ayakan
pasir berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran
yang kasar / rusak.
6.2.5 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh dipakai
kembali untuk plesteran.
6.2.6 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang
sudah selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran
tersebut, harus diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi yang
sama dengan spesi yang belum dibongkar.
6.2.7 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus
dilaksanakan perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran
dengan air, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
PASAL 7 : PEKERJAAN RANGKA KUDA-KUDA / ATAP

7.1. Rangka Atap


7.1.1 Untuk pekerjaan rangka baja ringan, perlu diperhatikan rencana
gambar kerja pekerjaan atap.
7.1.2 Rangka kuda- kuda digunakan dari bahan baja ringan C.75.75
7.1.3 Ukuran rangka kuda-kuda, kasau dan reng c.35/35 sesuai dengan spesifikasi
yang diberikan oleh pabrik dan brosur.
7.1.5 Semua bahan yang telah masuk di site dan menyimpang dari ketentuan dalam
spesifikasi, contoh ataupun brosur yang telah disetujui, maka bahan tersebut
harus dikeluarkan dari site dalam waktu 1 x 24 jam sejak diketahuinya
penyimpangan itu oleh Direksi / Pengawas.

7.2 Penutup Atap


7.2.1 Penutup atap bangunan menggunakan atap Genteng metal tebal (0,5) mm
kemiringan atap 30˚ (derajat) dengan komposisi sbb :
7.2.4 Warna penutup atap dan bubungan yang dipasang sebagai penutup atap bangunan,
akan ditentukan kemudian dan dikonsultasikan dengan pemberi Kegiatan.

PASAL 8 : PEKERJAAN KUSEN PINTU, JENDELA, DAN VENTILASI

8.1 Untuk pekerjaan pintu / jendela / ventilasi ini adalah barang pabrikasi berbahan kaca
bening tebal 5mm ,rangka dan kusen daun alumunium setara perlu diperhatikan rencana
gambar dan bestek.
8.2 Untuk pintu memakai alumunium ACP dan pintu wc memakai pintu alumunium
8.3 Pintu panil lanan/double takewood

PASAL 9 : PEKERJAAN DINDING

Dinding Tembok

9.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan bestek.
9.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata ringan tebal 10 dikerjakan, maka harus
diperhatikan sudut-sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal maupun dengan
bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya.
9.3 Batu bata sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu sampai basah.
9.4 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh dengan spesi dan
selanjutnya diratakan dan dirapikan.

Plesteran

9.5 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata bagian luar dan
bagian dalam.
9.6 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan dengan adukan
semen dan air (diaci).
9.7 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran harus diayak dengan ayakan pasir
berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran yang kasar / rusak.
9.8 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh dipakai kembali
untuk plesteran.
9.9 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang sudah
selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran tersebut, harus
diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi yang sama dengan spesi yang
belum dibongkar.
9.10 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus dilaksanakan
perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran dengan air, sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 10 : PEKERJAAN LANTAI

10.1 Untuk pekerjaan lantai ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
10.2 Lantai pada bangunan menggunakan plat lantai beton f’c 7,4 MPa bertulangan Wiremesh
dengan ketebalan 10 cm.
10.3 Dinding keramik lantai WC/KM 20/25 dan lantai 20/20
10.4 Lantai menggunakan finishing Granit 60x60 (Homogeneous tile) dan pemasangannya
harus betul-betul datar water pass dan tidak boleh ada retak/pecah.
10.5 Pemasangan granit (Homogeneous tile) harus dikerjakan oleh tenaga yang benar-benar
ahli, sehingga tidak terjadi pemasangan yang bergelombang dan nat-nat yang tidak
lurus.
10.6 Bila terdapat pemasangan granit yang harus dipotong, maka diusahakan pemasangannya
pada pertemuan sudut lantai dan dinding.
10.7 Setelah selesai pemasangan granit, maka nat-natnya harus diisi dengan spesi semen dan
air dengan warna yang sama dengan warna keramik.
10.8 Bila terdapat pemasangan granit lantai yang tidak rata waterpass mendatar
(bergelombang) dan tidak lurus maka harus dibongkar, dan diperbaiki kembali
sampai permukaan lantai waterpass mendatar dan plit benar-benar lurus.
10.9 Pekerjaan Keramik Setara Garuda

PASAL 11 : PEKERJAAN KUNCI / ALAT PENGGANTUNG

11.1 Semua accesoris penggantung jendela dan pintu lengkap engsel, kunci, Grendel, kait
angin sebagaimana pabrikasi
11.4 Semua bahan-bahan diatas harus berkualitas baik dan sebelum dipasang harus
mendapat persetujuan Direksi.

PASAL 12 : PEKERJAAN LISTRIK

12.1 Semua alat instalasi listrik disesuaikan dengan gambar/ keperluan, semua harus
berkualitas baik dan dapat persetujuan dari Direksi.
12.3 Perlengkapan listrik yang dimaksud meliputi :
 Instalasi Titik Lampu.
 Instalasi Stop Kontak.
 Saklar Ganda.
 Saklar Tunggal.
 Lampu LED 9 watt.
 Lampu TL
 Saklar kipas angin

Pemasangan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh instalatir yang telah disahkan oleh
PLN setempat terdiri dari instalasi listrik dalam lengkap dan instalasi listrik
menyambung antar bangunan.

PASAL 13 : PEKERJAAN CAT-CATAN

13.1 Seluruh permukaan dinding bagian luar dan dalam balok, kolom dan plafond yang
tampak dan tidak dilapis , harus dicat.
13.2 Seluruh pekerjaan kayu, kosen, dan pintu panil, harus dicat kilat.
13.3 Sebelum pekerjaan cat dilaksanakan, maka permukaan yang akan dicat,
harusdibersihkan dan dihaluskan dengan amplas. Kemudian dimenie, dicat dasar,
didempul, diplummer dan diampelas rata / licin.
13.4 Permukaan plesteran hanya boleh dicat, bila sudah berumur 4 minggu, yaitu
dengan maksud mengeringkan permukaan plesteran.
13.5 Untuk mengencerkan bahan cat dengan bahan pengencer, harus mentaati
petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
13.6 Semua pekerjaan pengecatan, harus dilaksanakan tanpa ada cacat/goresan yang
membuat dinding rusak.
13.7 Pengertian cat pada pekerjaan ini meliputi bahan emulsi, enamel, vernis, sealer dan lain-
lain.
13.8 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk dinding tembok dan beton, harus dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan alkali resistant sealer.
 Lapis kedua dengan cat plammur.
 Lapis ketiga dan keempat memakai cat.
13.9 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk permukaan kayu harus dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan dana alkyd primer.
 Lapis kedua dan ketiga harus dicat dengan cat kilap.
13.10 Bahan cat dasar, cat lapis dan cat tembok, harus memakai cat yang masa
pemakaiannya masih berlaku, sehingga warnanya masih sesuai dengan aslinya.
13.11 Bahan cat harus benar - benar diaduk sampai merata menjadi satu warna,
sehingga warna cat sama pada permukaan yang dicat.
13.12 Cat yang digunakan untuk cat tembok setara Mowilex
13.13 Cat yang digunakan untuk bangunan bagian luar menggunakan cat tembok setara
Mowilex
13.14 Penentuan warna bahan cat, harus dikonsultasikan dengan Pemilik Bangunan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 14 : PEKERJAAN SANITAIR DAN INSTALASI

14.1 Umum.
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plumbing / Sanitasi yang diuraikan di sini adalah
persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi
maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis
Pekerjaan Mekanikal / Elektri- kal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.
14.2 Lingkup Pekerjaan.
Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi
plumbing (pembuangan air kotor, air bekas, septictank dan penyediaan air bersih) di
dalam dan di luar bangunan sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-
bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi dan
testing terhadap seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 (dua belas)
bulan.
Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada
spesifikasi /syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi
secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan
dan perlengkapan sistem plumbing / sanitasi sesuai dengan peraturan / standar yang
berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya
sistem / peralatan, walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Teknik Khusus atau
gambar dokumen.
Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah sebagai
berikut :
 Instalasi Air Bersih.
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar
bangunan, lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana dan
spesifikasi tekniknya.
b. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi
plumbing serta peralatan-peralatannya.
c. Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan oleh
pompa yang disediakan oleh Kontraktor.
d. Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial
dan untuk seluruh sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai sistem
bekerja dengan baik dan aman.
e. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersihan site.

 Instalasi Air Kotor / Air Buangan.


a. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor / air buangan lengkap dengan
peralatannya yang berada di dalam bangunan, antara lain WC, floor drain, dan lain
sebagainya.
b. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor dan air bekas dari dalam bangunan
menuju septictank dan resapannya.
c. Pengadaan Septictank Biofill 1000 L.
d. Pengangkutan bekas galian yang perlu dibuang dan penimbunan kembali untuk
perapihan lahan.
e. Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan tekanan hidrolis.
f. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat kerja yang diperlukan.

14.3 Teknis Pelaksanaan.


 Pengecatan.
a. Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung rangka penyangga,
semua unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat
dengan lapisan cat dasar (prime coating), cat harus sesuai dengan persyaratan
pengecatan yang sesuai dengan bahan masing- masing.
b. Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di pabriknya atau
dinyatakan lain dalam spesifikasinya atau untuk bahan alumunium. Sebelumnya
Kontraktor wajib memberitahukan mengenai tanda-tanda yang hendak dipasang
pada peralatan-peralatan itu kepada Direksi / Pengawas.

 Peralatan.
a. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada tempat
- tempat rendah tertutup.
b. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pipe fitting untuk penempatan alat
ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
c. Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian
tinggi serta simetris.
d. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa di tempat
- tempat tertentu untuk menunjukan arah aliran dengan cat.
 Ukuran (dimensi).
a. Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail yang terdapat pada gambar harus
ditaati oleh Kontraktor.
b. Kontraktor harus meneliti (mempelajari) gambar perencanaan, dan bila terdapat
perbedaan antara suatu dengan yang lain, harus segera dibicarakan dengan Direksi /
Pengawas.
c. `Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan pengukuran dan
penggambaran yang diperlukan guna memudahkan pelaksanaan.
C. PERATURAN PENUTUP.

C.1 Meskipun dalam rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini pada uraian pekerjaan
untuk uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh
pemborong, atau yang harus dibuat, dipasang oleh pemborong tetapi menjadi bagian
dari pekerjaan pembangunan ini, perkataan – perkataan diatas disepakati dianggap ada
dan dimuat dalam RKS ini.
C.2 Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan Pembangunan, tetapi tidak
dimuat dan diuraikan dalam RKS ini, tetapi diselenggarakan dan diselamatkan oleh
Mandor/ kepala tukang, hal tersebut harus dianggap ada, seakan dimuat kata demi kata
dalam RKS ini, untuk menuju penyerahan selesai menurut pertimbangan Direksi.
C.3 Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari Proyek,
Pengelola Teknis, Konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil yang
memuaskan.
RKS
(RENCANA KERJA DAN
SYARAT-SYARAT)

REHABILITASI DAN RENOVASI SARANA


PRASARANA SEKOLAH KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH, HULU SUNGAI UTARA,
BALANGAN DAN TABALONG

LOKASI :
SDN Bangkiling, Kabupaten Tabalong

TAHUN ANGGARAN 2020


SPESIFIKASI TEKNIS

I. PETUNJUK UNTUK PESERTA

Peserta Lelang harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja, rencana
kerja dan syarat ini dengan seksama untuk memahami benar-benar maksud dan isi
dokumen tersebut secara keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan
yang akan dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan karena peserta tidak
membaca, tidak memahami, tidak memenuhi petunjuk, ketentuan dalam gambar,
atau pernyataan kesalah-pahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.

II. KETENTUAN-KETENTUAN TEKNIS

PASAL 1 : PENJELASAN UMUM.

1.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka berlaku dan mengikat, yaitu:

1.1.1 Gambar-gambar pelaksanaan konstruksi dan detail terlampir.


1.1.2 Uraian dan syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan (spesifikasi).
1.1.3 Berita acara Penjelasan (Aanwijijzing).
1.1.4 Petunjuk dari Pengelola Kegiatan dan Pengawas Lapangan

1.2 Dalam melaksanakan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, maka akan berlaku dan mengikat peraturan – peraturan
dibawah ini, termasuk segala perubahan dan tambahan, yaitu :
1.2.1 Peraturan umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia ( AV . 41
tahun 1941 )
1.2.2 Permen PUPR No. 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara.
1.2.3 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ) tahun 1997 1 / NI.2.
1.2.4 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ) tahun 1997 1 / NI.2.
1.2.5 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI ) tahun 1997 1 / NI.2
1.2.6 Peraturan Muatan Indonesia ( PMI ) tahun 1970 / NI – 18
1.2.7 Standar Nasional Indonesia (SNI)
1.2.8 Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja
1.2.9 Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh jawatan / instansi
Pemerintah setempat, yang berkaitan dengan pelaksanaan bangunan.
1.2.10 Kontraktor dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti Rencana Gambar
Bestek dan Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS), termasuk penambahan
/ pengurangan atau perubahan yang tercantum dalam berita acara
Aanwijzing.
1.2.11 Bila perbedaan-perbedaan antara gambar, RAB dan spesifikasi
menimbulkan keragu- raguan, sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan
dalam pekerjaan,
maka harus segera dikonsultasikan kepada Konsultan Pengawas atau
Konsultan Perencana dan keputusan-keputusannya harus dilaksanakan.
A. PERSIAPAN PENDAHULUAN

PASAL 1 : LINGKUP PEKERJAAN

. Perencanaan Rehab Dan Renovasi Prasarana Sekolah Tabalong


Madrasah Kabupaten Tabalong
1. SD Negeri Bengkiling + 50 cm

PASAL 2 : IZIN BANGUNAN.


2.1 Setelah surat Perintah Kerja (SPK) dikeluarkan, maka izin bangunan dan izin
lainnya akan diurus oleh Pemberi Tugas, namun pelaksanaan dan pembiayaannya
akan ditanggung oleh Kontraktor.
2.2 Ijin Mendirikan Bangunan adalah termasuk salah satu retribusi yang harus
dibayarkan oleh Kontraktor, sebagai satu syarat administrasi proyek.
2.3 Besarnya nilai IMB sesuai yang disyaratkan oleh Peraturan.
2.4 Untuk memulai pekerjaan, maka Kontraktor harus dapat menunjukkan kepada
Konsultan Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti bahwa izin
bangunan tersebut sedang diproses.
2.5 Tanpa adanya izin bangunan dari Instansi yang berwenang, maka Kontraktor
tidak diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk apapun disekitar
lingkungan proyek.

PASAL 3 : PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS


3.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, yang berlaku dan mengikat yaitu :
3.1.1 Gambar, Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
3.1.2 Surat Perintah Keja ( SPK )
3.1.3 Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Pemberi Tugas
3.2 Kontraktor dan Direksi Pengawas harus menelilti rencana gambar bestek dan rencana
kerja dan syarat-syarat (RKS).
3.3 Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan Rencana Kerja dan
Syarat- Syarat (RKS) maka yang mengikat adalah rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
3.4 Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana
gambar bestek yang lain, maka diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya
lebih besar.
3.5 Bila perbedaan-perbedaan tersebut di atas yang menimbulkan keragu-raguan
sehingga akan menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera
dikonsultasikan kepada Konsultan Perencana/Pengawas dan keputusan – keputusannya
harus dilaksanakan.
PASAL 4 : JADWAL PELAKSANAAN ( TIME SCHEDULE )
4.1 Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor wajib membuat jadwal
pelaksanaan (Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot
pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal penggunaan
bahan bangunan dan tenaga kerja.
4.2 Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci Pelaksana Kontraktor harus membuat
rencana kerja/Laporan harian, mingguan dan bulanan, beserta foto-foto visual
ukuran 3 R yang diketahui/disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.
4.3 Rencana Kerja (Time Schedule) diatas harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas dan Pemberi Tugas.
4.4 Rencana Kerja ( Time Sehedule ), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor, paling
lambat 7 (tujuh ) hari kalender, setelah SPK diterima.
4.5 Kontraktor harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule) kepada
Konsultan Pengawas dan 1 ( satu ) lembar harus dipasang pada dinding bangsal kerja.
4.6 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana
kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi pekerjaan.

PASAL 5 : TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN


5.1 Mendatangkan bahan-bahan bangunan untuk pelaksanaan Proyek, harus tepat pada
waktunya dan kwalitetnya dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5.2 Pelaksana harus menyediakan alat-alat, pembantu dan pekerja-pekerja yang
diperlukan untuk pelaksanaan bangunan agar supaya pelaksanaannya dapat selesai sesuai
dengan waktu yang disediakan.
5.3 Alat- alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak dapat dipakai, maka
harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek.

PASAL 6 : KEAMANAN PROYEK

6.1 Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang- barang milik Proyek,
Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik terhadap pencurian
maupun pengrusakan dengan membuat pagar pengaman areal proyek.
6.2 Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-alat dan hasil.pekerjaan,
maka akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam
pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu pelaksanaan.
6.3 Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk
mencegah bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan alat pemadam
kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat- tempat yang strategis dan
mudah dicapai.

PASAL 7 : KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN

7.1 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja,
Kontraktor harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu
Kontraktor harus mengikutkan pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja
(ASTEK) atau asuransi lainnya yang sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.
7.2 Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka
Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya
yang siap dipakai apabila diperlukan.
7.3 Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan yang
serius, maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban ke Rumah Sakit yang
terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.
7.4 Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah tanggung
jawabnya maupun yang berada dibawah pihak ketiga.

PASAL 8 : BANGSAL KONSULTAN (DIREKSIKEET) DAN BANGSAL KERJA /


GUDANG
8.1 Kontraktor diharuskan membuat direksikeet yang ukurannya sesuai kebutuhan, dengan
menggunakan bahan-bahan sederhana seperti tongkat, lantai papan, dinding
papan/plywood, atap seng dan pintu harus dilengkapi dengan kunci yang baik
serta cukup jendela dan ventilasi/penerangan. Direksiket tersebut jika
memungkinkan tidak bersatu dengan gudang.
8.2 Kontraktor harus melengkapi Direksiket tersebut dengan :
 Meja tulis
 Kursi sebagai perlengkapan meja tulis.
 Satu buah papan tulis.
 Sebuah meja besar + kursi, untuk keperluan pertemuan/rapat di lapangan.
Perlengkapan tersebut adalah milik pribadi kontraktor.
8.3 Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerja dan gudang untuk
menyimpan bahan- bahan bangunan dan peralatan pekerjaan dan pintunya harus
mempunyai kunci yang baik/kuat untuk keamanan bahan/perlengkapan.
8.4 Tempat mendirikan bangsal dan gudang, akan ditentukan kemudian dan
dikonsultasika n dengan Pemberi Tugas.
8.5 Pembongkaran bangsal Konsultan (direksiket), bangsal kerja dan gudang adalah
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Bahan bongkaran tersebut menjadi hak milik
Pemberi Tugas.

PASAL 9 : TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR


9.1 Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasanya dilapangan (Site
Manager/Pelaksana Lapangan), yang mempunyai pengetahuan dibidang Teknik
Sipil/Bangunan, cakap, gesit dan berwibawa terhadap pekerja yang dipimpinnya
dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan. Penunjukkan ini harus
dikuatkan dengan surat resmi dari Kontraktor yang ditujukan kepada Pemberi Tugas
dan tembusannya kepada Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas.
9.2 Pelaksana harus berpendidikan minimun S1 Sipil/Arsitek dan mempunyai
pengalaman kerja lapangan minimun 7 tahun, atau yang telah memiliki sertifikat
keterampilan/Keahlian sesuai dengan bidangnya yang dikeluarkan oleh lembaga/asosiasi
yang berwenang.
9.3 Selain itu kuasa kontraktor dibantu oleh tenaga dengan kualifikasi bidang yang
terdiri dari arsitektur, sipil, mesin/listrik yang memiliki pengalaman lapangan minimal 1
tahun.
9.4 Selain Petugas Pelaksana, maka Kontraktor diwajibkan pula melaporkan secara
tertulis kepada Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas,
tentang susunan organisasi pelaksana dilapangan dengan nama dan jabatannya masing-
masing.
9.5 Bila dikemudian hari, menurut penilaian Team Pengelola Teknis Proyek dan
Konsultan Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu
melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana tersebut
dan harus memberitahukan secara tertulis tentang Pelaksana yang baru, demi
kelancaran pekerjaan.

B. URAIAN PEKERJAAN

PASAL 1 : PEKERJAAN PERSIAPAN


1.1 Pembersihan Lokasi
1.1.1 Untuk pembersihan lokasi harus sesuai dengan petunjuk dari gambar
pelaksanaan yang telah ada, jika ada beberapa hal yang dirasa perlu dapat
berkoordinasi dengan pihak Direksi.
1.1.2 Bahan bongkaran harus disingkirkan dari lokasi / lapangan pekerjaan
1.1.3 Pembersihan lokasi dinyatakan selesai, bila telah mendapat persetujuan dari
Direksi Pengawas lapangan.
1.2 Pengukuran/Pasang Bouwplank :
1.2.1 Pengukuran dilaksanakan harus mendapat pengawasan dari Konsultan
Pengawas dan menggunakan alat theodolite,untuk memperoleh data polygon
bangunan.
1.2.2 Papan bouwplank digunakan sebagai kontrol dan tanda-tanda as bangunan.
1.2.3 Papan bouwplank bagian atas harus dibuat setinggi peil lantai +0,00.
1.2.4 Semua pekerjaan pengukuran harus disesuaikan dengan rencana gambar dan
bestek, apabila ada hal-hal yang sifatnya diluar kemampuan pelaksana segera
dilaporkan dan dikonsultasikan kembali kepada pihak-pihak yang terkait.

PASAL 2 : PENENTUAN PEIL


2.1 Peil diambil disesuaikan dengan gambar detail/tinggi daerah setempat
1. SD Negeri Bangkiling + 50 cm

2.2 Semua ukuran-ukuran tinggi dan ukuran dalam akan ditetapkan terhadap peil tersebut
diatas.
2.3 Pekerjaan uitzet harus dilakukan dengan cermat dan teliti dengan menggunakan
alat ukur waterpass/slang plastik. Dalam hal ini agar menghubungi Direksi Pengawas.
2.4 Satu dan lain hal yang menyimpang dari hal-hal tersebut diatas akan ditentukan oleh
direksi.

PASAL 3 : PEKERJAAN TANAH/PASIR

3.1 Untuk pekerjaan tanah/pasir ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
3.2 Pekerjaan Galian tanah meliputi pekerjaan galian tanah untuk pondasi
3.3 Pekerjaan urugan tanah bekas galian dan bekas bongkaran bangunan diletakkan diatas
lantai eksisting serta dilaksanakan disekitar pondasi, sampai ketinggian yang ditentukan
pada rencana gambar.
3.4 Pengurugan pada ayat 3.3 harus dengan pemadatan yang dilaksanakan lapis demi lapis,
masing- masing setebal 20 cm ditumbuk sampai padat hingga mencapai ketinggian
permukaan pondasi,perhatikan gambar kerja.
3.5 Urugan dibawah lantai menggunakan urugan pasir.
PASAL 4 : PEKERJAAN PONDASI

4.1 Pondasi bangunan ini berupa pondasi batu gunung dan poer setempat
1. SD Negeri Bangkiling Pondasi batu gunung (eksisting)

4.2 Sebagai pendukung kekuatan pondasi maka diperkuat dengan pancangan Galam Dia.10-
12 cm dengan Panjang 2 meter dan 4 meter cek tabel sebagaimana Rencana Anggaran
Biaya
4.3 Untuk pekerjaan ini perlu diperhatikan gambar kerja dan bestek

PASAL 5 : PEKERJAAN BETON BERTULANG

5.1 Sebagai pedoman pelaksanaan dipakai Peraturan Beton Indonesia 1971(PBI. 1971)
dan SKSNI T-15-1991-03.Pelaksanaan pekerjaan beton bertulang Mutu F’c 7,4 MPa
dan 19,3 MPa pada proyek ini meliputi :
 Sloof
 Kolom
 Ringbalk
 Plat Lantai.
Segala ukuran dan penempatannya sesuai gambar rencana
Poer Plat Sloof Kolom Balok Ring Balk
SD Negeri Bangkiling 15/20 15/20 15/20

5.2 Persyaratan Bahan :

5.2.1 Bahan agregat pasir dan kerikil harus dari tempat-tempat yang telah disetujui
mutunya oleh Konsultan Pengawas Lapangan dan harus memenuhi syarat-
syarat PBI. 1971 dan SKSNI T-15-1991-03.
5.2.2 Bahan agregat pasir dan kerikil harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak tercampur dengan bahan-bahan yang merusak mutu beton dan ditempatkan
terpisah.
5.2.3 Besaran butiran agregat kerikil yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 4 mm – 31,5 mm.
5.2.4 Agregat kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 persen. Apabila
kadar lumpur tersebut lebih dari 1 persen , maka agregat kerikil harus dicuci.
5.2.5 Besar butiran agregat pasir yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 0,063 - 4 mm.
5.2.6 Agregat pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 persen. Apabila
kadar lumpur tersebut lebih dari 5 persen , maka agregat pasir harus dicuci.
5.2.7 Jenis semen yang dipakai harus jenis semen type satu sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam NI-8.
5.2.8 Semen yang didatangkan ke lokasi proyek, harus disimpan pada gudang yang
berlantai kering sedemikian rupa, sehingga terjamin tidak akan rusak dan/atau
tercampur bahan lain yang dapat merusak mutu beton.
5.2.9 Pada pemakaian semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru datang,
tidak boleh dilakukan diatas timbunan yang telah ada, dan pemakaian semen
harus dilakukan menurut urutan pengirimannya.
5.2.10 Air yang dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton diusahakan air
bersih yang dapat diminum. Air yang mengandung garam dan/atau bahan lain
yang merusak beton, tidak boleh dipakai.
5.2.11 Bila terdapat keragu-raguan terhadap air yang dipakai, maka contoh air
tersebut harus diperiksakan di laboratorium dibawah tanggung jawab
Kontraktor.
5.2.12 Bila pemeriksaan air tersebut tidak memenuhi syarat untuk bahan campuran
beton, maka air tersebut tidak boleh dipakai.

5.3 Tulangan
5.3.1 Semua baja tulangan yang dipakai berbentuk polos, sesuai dengan standard
PBI. 1971/atau SKSNI T-15-1991-03.
5.3.2 Sebelum baja tulangan di datangkan ke lokasi proyek, maka kontraktor
harus menyerahkan dahulu contoh-contoh baja tulangan yang dipakai kepada
Pengawas Lapangan.
5.3.3 Baja tulangan yang dibengkokkan sama dengan atau lebih dari 90
derajat, hanya diperkenankan sekali pembengkokkan.
5.3.4 Baja tulangan harus bersih dari karat yang mengganggu kekuatan beton
bertulang. Hal ini disesuaikan dengan PBI. 1971/atau SKSNI T-15-1991-03.
5.3.5 Baja tulangan tidak boleh disimpan ditempat yang langsung berhubungan
dengan tanah atau tempat terbuka dan harus dilindungi dari genangan air / air
hujan.
5.3.6 Profil dan Diameter tulangan yang dipakai harus memenuhi standard (sesuai
gambar detail) dan bestek.
5.4 Bekisting

5.4.1 Papan bekisting ( cetakan beton ) yang dipakai adalah dari bahan kayu
terantang tebal 2 cm dan plywood tebal 9 mm atau memakai bondex tebal
0.75 mm dan apabila oleh Pengawas Lapangan dinyatakan rusak, maka tidak
boleh dipakai lagi untuk pekerjaan berikutnya.
5.4.2 Tiang-tiang bekisting dapat dibuat dari kayu kelas II dengan ukuran 5/7 cm
atau galam diameter 8 – 10 cm dengan jarak maksimum 0, 5 meter.
5.4.3 Konstruksi bekisting harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mudah
bergerak dan kuat menahan beban diatasnya.
5.4.4 Pada bekisting kolom yang tinggi, maka setiap tinggi 2 meter harus diberi
pintu untuk memasukkan spasi beton, sehingga terhindar terjadinya sarang -
sarang kerikil.
5.4.5 Pada bekisting kolom, dinding dan balok tinggi, harus diadakan perlengkapan
pintu untuk membersihkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan kayu,
kawat pengikat dan lain-lain.

5.5 Pekerjaan Beton

5.5.1 Untuk beton lantai kerja Membuat Lantai Kerja Beton f’c :7,4 Mpa (K175)
5.5.2 Untuk pekerjaan beton konstruksi struktural dan lantai beton, memakai
jenis mutu beton f’c : 19,2 Mpa (K225)
5.5.3 Sebelum pengecoran dimulai :
 Bekisting harus dibersihkan dari potongan – potongan kayu, potongan –
potongan kawat pengikat dan bahan-bahan lain yang merusak mutu beton.
 Sebelum pelaksanaan pengecoran, bekisting harus disiram air terlebih
dahulu.
 Lubang-lubang yang terdapat pada bekisting supaya ditutup
sedemikian rupa, sehingga air semen tidak dapat keluar.
5.5.4 Khusus pada pengecoran kolom beton bertulang yang langsung bertemu
dinding batu bata atau kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan Maka
sebelum pengecoran dimulai, Pelaksana harus mempersiapkan :
 Angker untuk pasangan batu bata dari baja tulangan diameter 10 mm,
panjang yang keluar dari kolom sama dengan 20 cm, dengan jarak satu sama
lain 50 cm.
 Angker untuk kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan sesuai gambar
detail.
5.5.5 Untuk penutup beton minimum (selimut beton) yang berhubungan dengan:
 Air adalah 2,5 cm.
 Pelat lantai adalah untuk pelat 1.5 cm, untuk balok 2 cm dan untuk kolom
2,5 cm.
5.5.6 Pada pengecoran beton, bahan campuran beton harus diaduk dengan mesin
pengaduk Mollen sampai bahan bersatu menjadi satu warna.
5.5.7 Untuk pengecoran pelat beton dan balok tidak boleh berhenti ditengah-tengah
bentang lapangan.
5.5.8 Penghentian pengecoran pelat, harus dimuka balok yang sudah dicor
danmaksimal sejauh 0,15 x bentang pelat (dihitung dari ujung bawah pelat
terakhir).
5.5.9 Penghentian pengecoran balok, sloof dan ring balk, harus dimuka titik tumpuan
(kolom) yang sudah dicor dan maksimal 0, 15 bentang balok.
5.5.10 Pengecoran dapat dimulai, bila keadaan bekisting dan tulangan sudah
memenuhi syarat dan telah diperiksa oleh Konsultan Pengawas
Lapangan serta mendapat izin pengecoran.
5.5.11 Khusus untuk pengecoran kolom, spesi beton tidak boleh dijatuhkan lebih
tinggi dari 2 meter.
5.5.12 Pekerjaan beton yang permukaannya masih diplester, atau permukaan yang
masih kena pekerjaan pengecoran lanjutan, maka permukaan beton tersebut
harus dikasarkan dan bidang yang akan diplester atau disambung harus disiram
air semen.
5.5.13 Setelah selesai pekerjaan pengecoran, maka beton harus dirawat selama
masa pengikatan. Perawatan tersebut dilaksanakan dengan jalan mengalirkan
air terus menerus pada permukaan beton atau menutup permukaan beton
dengan karung goni atau bahan lain yang dapat basah terus menerus sampai
selesai waktu pengikatan. Apabila ingin mempercepat waktu pengikatan
boleh mempergunakan obat setelah mendapat ijin dari konsultan pengawas.
5.5.14 Lamanya perawatan adalah sama dengan umur beton yang disesuaikan
dengan ketentuan PBI 1971 dan selama perawatan itu beton tidak boleh
mendapat beban yang berat.
PASAL 6 : PEKERJAAN DINDING

6.1 Dinding Tembok


6.1.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan bestek.
6.1.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata ringan tebal 7,5 cm dikerjakan, maka
harus diperhatikan sudut- sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal
maupun dengan bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya.
6.1.3 Pasangan batu bata ringan tebal 7,5 cm dengan mortar semen instant
6.1.4 Batu bata ringan sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu
sampai basah.
6.1.5 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh dengan
spesi dan selanjutnya diratakan dan dirapikan.

6.2 Plesteran
6.2.1 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata
bagian luar dan bagian dalam.
6.2.2 Untuk pasangan dinding batu bata dengan spesi 1 PC : 2 Pasir , harus diplester
dengan camp 1 : 2 dengan tebal 15 mm.dan spesi 1PC : 2 pasir untuk
pekerjaan dinding setengah bata digunakan camp 1 : 2 (Trasraam dan WC/KM)
dengan tebal 15 cm.
6.2.3 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan dengan
adukan semen dan air (diaci).
6.2.4 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran harus diayak dengan ayakan
pasir berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran
yang kasar / rusak.
6.2.5 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh dipakai
kembali untuk plesteran.
6.2.6 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang
sudah selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran
tersebut, harus diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi yang
sama dengan spesi yang belum dibongkar.
6.2.7 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus
dilaksanakan perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran
dengan air, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
PASAL 7 : PEKERJAAN RANGKA KUDA-KUDA / ATAP

7.1. Rangka Atap


7.1.1 Untuk pekerjaan rangka baja ringan, perlu diperhatikan rencana
gambar kerja pekerjaan atap.
7.1.2 Rangka kuda- kuda digunakan dari bahan baja ringan C.75.75
7.1.3 Ukuran rangka kuda-kuda, kasau dan reng c.35/35 sesuai dengan spesifikasi
yang diberikan oleh pabrik dan brosur.
7.1.5 Semua bahan yang telah masuk di site dan menyimpang dari ketentuan dalam
spesifikasi, contoh ataupun brosur yang telah disetujui, maka bahan tersebut
harus dikeluarkan dari site dalam waktu 1 x 24 jam sejak diketahuinya
penyimpangan itu oleh Direksi / Pengawas.

7.2 Penutup Atap


7.2.1 Penutup atap bangunan menggunakan atap Genteng metal tebal (0,5) mm
kemiringan atap 30˚ (derajat) dengan komposisi sbb :
7.2.4 Warna penutup atap dan bubungan yang dipasang sebagai penutup atap bangunan,
akan ditentukan kemudian dan dikonsultasikan dengan pemberi Kegiatan.

PASAL 8 : PEKERJAAN KUSEN PINTU, JENDELA, DAN VENTILASI

8.1 Untuk pekerjaan pintu / jendela / ventilasi ini adalah barang pabrikasi berbahan kaca
bening tebal 5mm ,rangka dan kusen daun alumunium setara perlu diperhatikan rencana
gambar dan bestek.
8.2 Untuk pintu memakai alumunium ACP dan pintu wc memakai pintu alumunium
8.3 Pintu panil lanan/double takewood

PASAL 9 : PEKERJAAN DINDING

Dinding Tembok

9.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan bestek.
9.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata ringan tebal 10 dikerjakan, maka harus
diperhatikan sudut-sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal maupun dengan
bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya.
9.3 Batu bata sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu sampai basah.
9.4 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh dengan spesi dan
selanjutnya diratakan dan dirapikan.

Plesteran

9.5 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata bagian luar dan
bagian dalam.
9.6 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan dengan adukan
semen dan air (diaci).
9.7 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran harus diayak dengan ayakan pasir
berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran yang kasar / rusak.
9.8 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh dipakai kembali
untuk plesteran.
9.9 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang sudah
selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran tersebut, harus
diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi yang sama dengan spesi yang
belum dibongkar.
9.10 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus dilaksanakan
perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran dengan air, sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 10 : PEKERJAAN LANTAI

10.1 Untuk pekerjaan lantai ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
10.2 Lantai pada bangunan menggunakan plat lantai beton f’c 7,4 MPa bertulangan Wiremesh
dengan ketebalan 10 cm.
10.3 Dinding keramik lantai WC/KM 20/25 dan lantai 20/20
10.4 Lantai menggunakan finishing Granit 60x60 (Homogeneous tile) dan pemasangannya
harus betul-betul datar water pass dan tidak boleh ada retak/pecah.
10.5 Pemasangan granit (Homogeneous tile) harus dikerjakan oleh tenaga yang benar-benar
ahli, sehingga tidak terjadi pemasangan yang bergelombang dan nat-nat yang tidak
lurus.
10.6 Bila terdapat pemasangan granit yang harus dipotong, maka diusahakan pemasangannya
pada pertemuan sudut lantai dan dinding.
10.7 Setelah selesai pemasangan granit, maka nat-natnya harus diisi dengan spesi semen dan
air dengan warna yang sama dengan warna keramik.
10.8 Bila terdapat pemasangan granit lantai yang tidak rata waterpass mendatar
(bergelombang) dan tidak lurus maka harus dibongkar, dan diperbaiki kembali
sampai permukaan lantai waterpass mendatar dan plit benar-benar lurus.
10.9 Pekerjaan Keramik Setara Garuda

PASAL 11 : PEKERJAAN KUNCI / ALAT PENGGANTUNG

11.1 Semua accesoris penggantung jendela dan pintu lengkap engsel, kunci, Grendel, kait
angin sebagaimana pabrikasi
11.4 Semua bahan-bahan diatas harus berkualitas baik dan sebelum dipasang harus
mendapat persetujuan Direksi.

PASAL 12 : PEKERJAAN LISTRIK

12.1 Semua alat instalasi listrik disesuaikan dengan gambar/ keperluan, semua harus
berkualitas baik dan dapat persetujuan dari Direksi.
12.3 Perlengkapan listrik yang dimaksud meliputi :
 Instalasi Titik Lampu.
 Instalasi Stop Kontak.
 Saklar Ganda.
 Saklar Tunggal.
 Lampu LED 9 watt.
 Lampu TL
 Saklar kipas angin

Pemasangan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh instalatir yang telah disahkan oleh
PLN setempat terdiri dari instalasi listrik dalam lengkap dan instalasi listrik
menyambung antar bangunan.

PASAL 13 : PEKERJAAN CAT-CATAN

13.1 Seluruh permukaan dinding bagian luar dan dalam balok, kolom dan plafond yang
tampak dan tidak dilapis , harus dicat.
13.2 Seluruh pekerjaan kayu, kosen, dan pintu panil, harus dicat kilat.
13.3 Sebelum pekerjaan cat dilaksanakan, maka permukaan yang akan dicat,
harusdibersihkan dan dihaluskan dengan amplas. Kemudian dimenie, dicat dasar,
didempul, diplummer dan diampelas rata / licin.
13.4 Permukaan plesteran hanya boleh dicat, bila sudah berumur 4 minggu, yaitu
dengan maksud mengeringkan permukaan plesteran.
13.5 Untuk mengencerkan bahan cat dengan bahan pengencer, harus mentaati
petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
13.6 Semua pekerjaan pengecatan, harus dilaksanakan tanpa ada cacat/goresan yang
membuat dinding rusak.
13.7 Pengertian cat pada pekerjaan ini meliputi bahan emulsi, enamel, vernis, sealer dan lain-
lain.
13.8 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk dinding tembok dan beton, harus dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan alkali resistant sealer.
 Lapis kedua dengan cat plammur.
 Lapis ketiga dan keempat memakai cat.
13.9 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk permukaan kayu harus dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan dana alkyd primer.
 Lapis kedua dan ketiga harus dicat dengan cat kilap.
13.10 Bahan cat dasar, cat lapis dan cat tembok, harus memakai cat yang masa
pemakaiannya masih berlaku, sehingga warnanya masih sesuai dengan aslinya.
13.11 Bahan cat harus benar - benar diaduk sampai merata menjadi satu warna,
sehingga warna cat sama pada permukaan yang dicat.
13.12 Cat yang digunakan untuk cat tembok setara Mowilex
13.13 Cat yang digunakan untuk bangunan bagian luar menggunakan cat tembok setara
Mowilex
13.14 Penentuan warna bahan cat, harus dikonsultasikan dengan Pemilik Bangunan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 14 : PEKERJAAN SANITAIR DAN INSTALASI

14.1 Umum.
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plumbing / Sanitasi yang diuraikan di sini adalah
persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi
maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis
Pekerjaan Mekanikal / Elektri- kal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.
14.2 Lingkup Pekerjaan.
Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi
plumbing (pembuangan air kotor, air bekas, septictank dan penyediaan air bersih) di
dalam dan di luar bangunan sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-
bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi dan
testing terhadap seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 (dua belas)
bulan.
Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada
spesifikasi /syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi
secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan
dan perlengkapan sistem plumbing / sanitasi sesuai dengan peraturan / standar yang
berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya
sistem / peralatan, walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Teknik Khusus atau
gambar dokumen.
Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah sebagai
berikut :
 Instalasi Air Bersih.
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar
bangunan, lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana dan
spesifikasi tekniknya.
b. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi
plumbing serta peralatan-peralatannya.
c. Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan oleh
pompa yang disediakan oleh Kontraktor.
d. Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial
dan untuk seluruh sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai sistem
bekerja dengan baik dan aman.
e. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersihan site.

 Instalasi Air Kotor / Air Buangan.


a. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor / air buangan lengkap dengan
peralatannya yang berada di dalam bangunan, antara lain WC, floor drain, dan lain
sebagainya.
b. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor dan air bekas dari dalam bangunan
menuju septictank dan resapannya.
c. Pengadaan Septictank Biofill 1000 L.
d. Pengangkutan bekas galian yang perlu dibuang dan penimbunan kembali untuk
perapihan lahan.
e. Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan tekanan hidrolis.
f. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat kerja yang diperlukan.

14.3 Teknis Pelaksanaan.


 Pengecatan.
a. Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung rangka penyangga,
semua unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat
dengan lapisan cat dasar (prime coating), cat harus sesuai dengan persyaratan
pengecatan yang sesuai dengan bahan masing- masing.
b. Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di pabriknya atau
dinyatakan lain dalam spesifikasinya atau untuk bahan alumunium. Sebelumnya
Kontraktor wajib memberitahukan mengenai tanda-tanda yang hendak dipasang
pada peralatan-peralatan itu kepada Direksi / Pengawas.

 Peralatan.
a. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada tempat
- tempat rendah tertutup.
b. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pipe fitting untuk penempatan alat
ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
c. Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian
tinggi serta simetris.
d. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa di tempat
- tempat tertentu untuk menunjukan arah aliran dengan cat.
 Ukuran (dimensi).
a. Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail yang terdapat pada gambar harus
ditaati oleh Kontraktor.
b. Kontraktor harus meneliti (mempelajari) gambar perencanaan, dan bila terdapat
perbedaan antara suatu dengan yang lain, harus segera dibicarakan dengan Direksi /
Pengawas.
c. `Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan pengukuran dan
penggambaran yang diperlukan guna memudahkan pelaksanaan.
C. PERATURAN PENUTUP.

C.1 Meskipun dalam rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini pada uraian pekerjaan
untuk uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh
pemborong, atau yang harus dibuat, dipasang oleh pemborong tetapi menjadi bagian
dari pekerjaan pembangunan ini, perkataan – perkataan diatas disepakati dianggap ada
dan dimuat dalam RKS ini.
C.2 Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan Pembangunan, tetapi tidak
dimuat dan diuraikan dalam RKS ini, tetapi diselenggarakan dan diselamatkan oleh
Mandor/ kepala tukang, hal tersebut harus dianggap ada, seakan dimuat kata demi kata
dalam RKS ini, untuk menuju penyerahan selesai menurut pertimbangan Direksi.
C.3 Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari Proyek,
Pengelola Teknis, Konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil yang
memuaskan.
RKS
(RENCANA KERJA DAN
SYARAT-SYARAT)

REHABILITASI DAN RENOVASI SARANA


PRASARANA SEKOLAH KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH, HULU SUNGAI UTARA,
BALANGAN DAN TABALONG

LOKASI :
SDN KAYU GATAH, Kabupaten Tabalong

TAHUN ANGGARAN 2020


SPESIFIKASI TEKNIS

I. PETUNJUK UNTUK PESERTA

Peserta Lelang harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja, rencana
kerja dan syarat ini dengan seksama untuk memahami benar-benar maksud dan isi
dokumen tersebut secara keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan
yang akan dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan karena peserta tidak
membaca, tidak memahami, tidak memenuhi petunjuk, ketentuan dalam gambar,
atau pernyataan kesalah-pahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.

II. KETENTUAN-KETENTUAN TEKNIS

PASAL 1 : PENJELASAN UMUM.

1.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka berlaku dan mengikat, yaitu:

1.1.1 Gambar-gambar pelaksanaan konstruksi dan detail terlampir.


1.1.2 Uraian dan syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan (spesifikasi).
1.1.3 Berita acara Penjelasan (Aanwijijzing).
1.1.4 Petunjuk dari Pengelola Kegiatan dan Pengawas Lapangan

1.2 Dalam melaksanakan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, maka akan berlaku dan mengikat peraturan – peraturan
dibawah ini, termasuk segala perubahan dan tambahan, yaitu :
1.2.1 Peraturan umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia ( AV . 41
tahun 1941 )
1.2.2 Permen PUPR No. 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara.
1.2.3 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ) tahun 1997 1 / NI.2.
1.2.4 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ) tahun 1997 1 / NI.2.
1.2.5 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI ) tahun 1997 1 / NI.2
1.2.6 Peraturan Muatan Indonesia ( PMI ) tahun 1970 / NI – 18
1.2.7 Standar Nasional Indonesia (SNI)
1.2.8 Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja
1.2.9 Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh jawatan / instansi
Pemerintah setempat, yang berkaitan dengan pelaksanaan bangunan.
1.2.10 Kontraktor dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti Rencana Gambar
Bestek dan Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS), termasuk penambahan
/ pengurangan atau perubahan yang tercantum dalam berita acara
Aanwijzing.
1.2.11 Bila perbedaan-perbedaan antara gambar, RAB dan spesifikasi
menimbulkan keragu- raguan, sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan
dalam pekerjaan,
maka harus segera dikonsultasikan kepada Konsultan Pengawas atau
Konsultan Perencana dan keputusan-keputusannya harus dilaksanakan.
A. PERSIAPAN PENDAHULUAN

PASAL 1 : LINGKUP PEKERJAAN

. Perencanaan Rehab Dan Renovasi Prasarana Sekolah Tabalong


Madrasah Kabupaten Tabalong
1. SD Negeri Kayu Gatah + 80 cm

PASAL 2 : IZIN BANGUNAN.


2.1 Setelah surat Perintah Kerja (SPK) dikeluarkan, maka izin bangunan dan izin
lainnya akan diurus oleh Pemberi Tugas, namun pelaksanaan dan pembiayaannya
akan ditanggung oleh Kontraktor.
2.2 Ijin Mendirikan Bangunan adalah termasuk salah satu retribusi yang harus
dibayarkan oleh Kontraktor, sebagai satu syarat administrasi proyek.
2.3 Besarnya nilai IMB sesuai yang disyaratkan oleh Peraturan.
2.4 Untuk memulai pekerjaan, maka Kontraktor harus dapat menunjukkan kepada
Konsultan Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti bahwa izin
bangunan tersebut sedang diproses.
2.5 Tanpa adanya izin bangunan dari Instansi yang berwenang, maka Kontraktor
tidak diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk apapun disekitar
lingkungan proyek.

PASAL 3 : PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS


3.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, yang berlaku dan mengikat yaitu :
3.1.1 Gambar, Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
3.1.2 Surat Perintah Keja ( SPK )
3.1.3 Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Pemberi Tugas
3.2 Kontraktor dan Direksi Pengawas harus menelilti rencana gambar bestek dan rencana
kerja dan syarat-syarat (RKS).
3.3 Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan Rencana Kerja dan
Syarat- Syarat (RKS) maka yang mengikat adalah rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
3.4 Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana
gambar bestek yang lain, maka diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya
lebih besar.
3.5 Bila perbedaan-perbedaan tersebut di atas yang menimbulkan keragu-raguan
sehingga akan menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera
dikonsultasikan kepada Konsultan Perencana/Pengawas dan keputusan – keputusannya
harus dilaksanakan.
PASAL 4 : JADWAL PELAKSANAAN ( TIME SCHEDULE )
4.1 Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor wajib membuat jadwal
pelaksanaan (Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot
pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal penggunaan
bahan bangunan dan tenaga kerja.
4.2 Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci Pelaksana Kontraktor harus membuat
rencana kerja/Laporan harian, mingguan dan bulanan, beserta foto-foto visual
ukuran 3 R yang diketahui/disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.
4.3 Rencana Kerja (Time Schedule) diatas harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas dan Pemberi Tugas.
4.4 Rencana Kerja ( Time Sehedule ), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor, paling
lambat 7 (tujuh ) hari kalender, setelah SPK diterima.
4.5 Kontraktor harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule) kepada
Konsultan Pengawas dan 1 ( satu ) lembar harus dipasang pada dinding bangsal kerja.
4.6 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana
kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi pekerjaan.

PASAL 5 : TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN


5.1 Mendatangkan bahan-bahan bangunan untuk pelaksanaan Proyek, harus tepat pada
waktunya dan kwalitetnya dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5.2 Pelaksana harus menyediakan alat-alat, pembantu dan pekerja-pekerja yang
diperlukan untuk pelaksanaan bangunan agar supaya pelaksanaannya dapat selesai sesuai
dengan waktu yang disediakan.
5.3 Alat- alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak dapat dipakai, maka
harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek.

PASAL 6 : KEAMANAN PROYEK

6.1 Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang- barang milik Proyek,
Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik terhadap pencurian
maupun pengrusakan dengan membuat pagar pengaman areal proyek.
6.2 Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-alat dan hasil.pekerjaan,
maka akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam
pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu pelaksanaan.
6.3 Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk
mencegah bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan alat pemadam
kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat- tempat yang strategis dan
mudah dicapai.

PASAL 7 : KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN

7.1 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja,
Kontraktor harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu
Kontraktor harus mengikutkan pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja
(ASTEK) atau asuransi lainnya yang sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.
7.2 Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka
Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya
yang siap dipakai apabila diperlukan.
7.3 Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan yang
serius, maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban ke Rumah Sakit yang
terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.
7.4 Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah tanggung
jawabnya maupun yang berada dibawah pihak ketiga.

PASAL 8 : BANGSAL KONSULTAN (DIREKSIKEET) DAN BANGSAL KERJA /


GUDANG
8.1 Kontraktor diharuskan membuat direksikeet yang ukurannya sesuai kebutuhan, dengan
menggunakan bahan-bahan sederhana seperti tongkat, lantai papan, dinding
papan/plywood, atap seng dan pintu harus dilengkapi dengan kunci yang baik
serta cukup jendela dan ventilasi/penerangan. Direksiket tersebut jika
memungkinkan tidak bersatu dengan gudang.
8.2 Kontraktor harus melengkapi Direksiket tersebut dengan :
 Meja tulis
 Kursi sebagai perlengkapan meja tulis.
 Satu buah papan tulis.
 Sebuah meja besar + kursi, untuk keperluan pertemuan/rapat di lapangan.
Perlengkapan tersebut adalah milik pribadi kontraktor.
8.3 Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerja dan gudang untuk
menyimpan bahan- bahan bangunan dan peralatan pekerjaan dan pintunya harus
mempunyai kunci yang baik/kuat untuk keamanan bahan/perlengkapan.
8.4 Tempat mendirikan bangsal dan gudang, akan ditentukan kemudian dan
dikonsultasika n dengan Pemberi Tugas.
8.5 Pembongkaran bangsal Konsultan (direksiket), bangsal kerja dan gudang adalah
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Bahan bongkaran tersebut menjadi hak milik
Pemberi Tugas.

PASAL 9 : TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR


9.1 Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasanya dilapangan (Site
Manager/Pelaksana Lapangan), yang mempunyai pengetahuan dibidang Teknik
Sipil/Bangunan, cakap, gesit dan berwibawa terhadap pekerja yang dipimpinnya
dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan. Penunjukkan ini harus
dikuatkan dengan surat resmi dari Kontraktor yang ditujukan kepada Pemberi Tugas
dan tembusannya kepada Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas.
9.2 Pelaksana harus berpendidikan minimun S1 Sipil/Arsitek dan mempunyai
pengalaman kerja lapangan minimun 7 tahun, atau yang telah memiliki sertifikat
keterampilan/Keahlian sesuai dengan bidangnya yang dikeluarkan oleh lembaga/asosiasi
yang berwenang.
9.3 Selain itu kuasa kontraktor dibantu oleh tenaga dengan kualifikasi bidang yang
terdiri dari arsitektur, sipil, mesin/listrik yang memiliki pengalaman lapangan minimal 1
tahun.
9.4 Selain Petugas Pelaksana, maka Kontraktor diwajibkan pula melaporkan secara
tertulis kepada Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas,
tentang susunan organisasi pelaksana dilapangan dengan nama dan jabatannya masing-
masing.
9.5 Bila dikemudian hari, menurut penilaian Team Pengelola Teknis Proyek dan
Konsultan Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu
melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana tersebut
dan harus memberitahukan secara tertulis tentang Pelaksana yang baru, demi
kelancaran pekerjaan.

B. URAIAN PEKERJAAN

PASAL 1 : PEKERJAAN PERSIAPAN


1.1 Pembersihan Lokasi
1.1.1 Untuk pembersihan lokasi harus sesuai dengan petunjuk dari gambar
pelaksanaan yang telah ada, jika ada beberapa hal yang dirasa perlu dapat
berkoordinasi dengan pihak Direksi.
1.1.2 Bahan bongkaran harus disingkirkan dari lokasi / lapangan pekerjaan
1.1.3 Pembersihan lokasi dinyatakan selesai, bila telah mendapat persetujuan dari
Direksi Pengawas lapangan.
1.2 Pengukuran/Pasang Bouwplank :
1.2.1 Pengukuran dilaksanakan harus mendapat pengawasan dari Konsultan
Pengawas dan menggunakan alat theodolite,untuk memperoleh data polygon
bangunan.
1.2.2 Papan bouwplank digunakan sebagai kontrol dan tanda-tanda as bangunan.
1.2.3 Papan bouwplank bagian atas harus dibuat setinggi peil lantai +0,00.
1.2.4 Semua pekerjaan pengukuran harus disesuaikan dengan rencana gambar dan
bestek, apabila ada hal-hal yang sifatnya diluar kemampuan pelaksana segera
dilaporkan dan dikonsultasikan kembali kepada pihak-pihak yang terkait.

PASAL 2 : PENENTUAN PEIL


2.1 Peil diambil disesuaikan dengan gambar detail/tinggi daerah setempat
1. SD Negeri Kayu Gatah + 80 cm

2.2 Semua ukuran-ukuran tinggi dan ukuran dalam akan ditetapkan terhadap peil tersebut
diatas.
2.3 Pekerjaan uitzet harus dilakukan dengan cermat dan teliti dengan menggunakan
alat ukur waterpass/slang plastik. Dalam hal ini agar menghubungi Direksi Pengawas.
2.4 Satu dan lain hal yang menyimpang dari hal-hal tersebut diatas akan ditentukan oleh
direksi.

PASAL 3 : PEKERJAAN TANAH/PASIR

3.1 Untuk pekerjaan tanah/pasir ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
3.2 Pekerjaan Galian tanah meliputi pekerjaan galian tanah untuk pondasi
3.3 Pekerjaan urugan tanah bekas galian dan bekas bongkaran bangunan diletakkan diatas
lantai eksisting serta dilaksanakan disekitar pondasi, sampai ketinggian yang ditentukan
pada rencana gambar.
3.4 Pengurugan pada ayat 3.3 harus dengan pemadatan yang dilaksanakan lapis demi lapis,
masing- masing setebal 20 cm ditumbuk sampai padat hingga mencapai ketinggian
permukaan pondasi,perhatikan gambar kerja.
3.5 Urugan dibawah lantai menggunakan urugan pasir.
PASAL 4 : PEKERJAAN PONDASI

4.1 Pondasi bangunan ini berupa pondasi batu gunung dan poer setempat
1. SD Negeri Kayu Gatah Pondasi plat pancangan 2 mtr

4.2 Sebagai pendukung kekuatan pondasi maka diperkuat dengan pancangan Galam Dia.10-
12 cm dengan Panjang 2 meter dan 4 meter cek tabel sebagaimana Rencana Anggaran
Biaya
4.3 Untuk pekerjaan ini perlu diperhatikan gambar kerja dan bestek

PASAL 5 : PEKERJAAN BETON BERTULANG

5.1 Sebagai pedoman pelaksanaan dipakai Peraturan Beton Indonesia 1971(PBI. 1971)
dan SKSNI T-15-1991-03.Pelaksanaan pekerjaan beton bertulang Mutu F’c 7,4 MPa
dan 19,3 MPa pada proyek ini meliputi :
 Sloof
 Kolom
 Ringbalk
 Plat Lantai.
Segala ukuran dan penempatannya sesuai gambar rencana
Poer Plat Sloof Kolom Balok Ring Balk
SD Negeri Kayu Gatah 15/20 15/20 15/20

5.2 Persyaratan Bahan :

5.2.1 Bahan agregat pasir dan kerikil harus dari tempat-tempat yang telah disetujui
mutunya oleh Konsultan Pengawas Lapangan dan harus memenuhi syarat-
syarat PBI. 1971 dan SKSNI T-15-1991-03.
5.2.2 Bahan agregat pasir dan kerikil harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak tercampur dengan bahan-bahan yang merusak mutu beton dan ditempatkan
terpisah.
5.2.3 Besaran butiran agregat kerikil yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 4 mm – 31,5 mm.
5.2.4 Agregat kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 persen. Apabila
kadar lumpur tersebut lebih dari 1 persen , maka agregat kerikil harus dicuci.
5.2.5 Besar butiran agregat pasir yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 0,063 - 4 mm.
5.2.6 Agregat pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 persen. Apabila
kadar lumpur tersebut lebih dari 5 persen , maka agregat pasir harus dicuci.
5.2.7 Jenis semen yang dipakai harus jenis semen type satu sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam NI-8.
5.2.8 Semen yang didatangkan ke lokasi proyek, harus disimpan pada gudang yang
berlantai kering sedemikian rupa, sehingga terjamin tidak akan rusak dan/atau
tercampur bahan lain yang dapat merusak mutu beton.
5.2.9 Pada pemakaian semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru datang,
tidak boleh dilakukan diatas timbunan yang telah ada, dan pemakaian semen
harus dilakukan menurut urutan pengirimannya.
5.2.10 Air yang dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton diusahakan air
bersih yang dapat diminum. Air yang mengandung garam dan/atau bahan lain
yang merusak beton, tidak boleh dipakai.
5.2.11 Bila terdapat keragu-raguan terhadap air yang dipakai, maka contoh air
tersebut harus diperiksakan di laboratorium dibawah tanggung jawab
Kontraktor.
5.2.12 Bila pemeriksaan air tersebut tidak memenuhi syarat untuk bahan campuran
beton, maka air tersebut tidak boleh dipakai.

5.3 Tulangan
5.3.1 Semua baja tulangan yang dipakai berbentuk polos, sesuai dengan standard
PBI. 1971/atau SKSNI T-15-1991-03.
5.3.2 Sebelum baja tulangan di datangkan ke lokasi proyek, maka kontraktor
harus menyerahkan dahulu contoh-contoh baja tulangan yang dipakai kepada
Pengawas Lapangan.
5.3.3 Baja tulangan yang dibengkokkan sama dengan atau lebih dari 90
derajat, hanya diperkenankan sekali pembengkokkan.
5.3.4 Baja tulangan harus bersih dari karat yang mengganggu kekuatan beton
bertulang. Hal ini disesuaikan dengan PBI. 1971/atau SKSNI T-15-1991-03.
5.3.5 Baja tulangan tidak boleh disimpan ditempat yang langsung berhubungan
dengan tanah atau tempat terbuka dan harus dilindungi dari genangan air / air
hujan.
5.3.6 Profil dan Diameter tulangan yang dipakai harus memenuhi standard (sesuai
gambar detail) dan bestek.
5.4 Bekisting

5.4.1 Papan bekisting ( cetakan beton ) yang dipakai adalah dari bahan kayu
terantang tebal 2 cm dan plywood tebal 9 mm atau memakai bondex tebal
0.75 mm dan apabila oleh Pengawas Lapangan dinyatakan rusak, maka tidak
boleh dipakai lagi untuk pekerjaan berikutnya.
5.4.2 Tiang-tiang bekisting dapat dibuat dari kayu kelas II dengan ukuran 5/7 cm
atau galam diameter 8 – 10 cm dengan jarak maksimum 0, 5 meter.
5.4.3 Konstruksi bekisting harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mudah
bergerak dan kuat menahan beban diatasnya.
5.4.4 Pada bekisting kolom yang tinggi, maka setiap tinggi 2 meter harus diberi
pintu untuk memasukkan spasi beton, sehingga terhindar terjadinya sarang -
sarang kerikil.
5.4.5 Pada bekisting kolom, dinding dan balok tinggi, harus diadakan perlengkapan
pintu untuk membersihkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan kayu,
kawat pengikat dan lain-lain.

5.5 Pekerjaan Beton

5.5.1 Untuk beton lantai kerja Membuat Lantai Kerja Beton f’c :7,4 Mpa (K175)
5.5.2 Untuk pekerjaan beton konstruksi struktural dan lantai beton, memakai
jenis mutu beton f’c : 19,2 Mpa (K225)
5.5.3 Sebelum pengecoran dimulai :
 Bekisting harus dibersihkan dari potongan – potongan kayu, potongan –
potongan kawat pengikat dan bahan-bahan lain yang merusak mutu beton.
 Sebelum pelaksanaan pengecoran, bekisting harus disiram air terlebih
dahulu.
 Lubang-lubang yang terdapat pada bekisting supaya ditutup
sedemikian rupa, sehingga air semen tidak dapat keluar.
5.5.4 Khusus pada pengecoran kolom beton bertulang yang langsung bertemu
dinding batu bata atau kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan Maka
sebelum pengecoran dimulai, Pelaksana harus mempersiapkan :
 Angker untuk pasangan batu bata dari baja tulangan diameter 10 mm,
panjang yang keluar dari kolom sama dengan 20 cm, dengan jarak satu sama
lain 50 cm.
 Angker untuk kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan sesuai gambar
detail.
5.5.5 Untuk penutup beton minimum (selimut beton) yang berhubungan dengan:
 Air adalah 2,5 cm.
 Pelat lantai adalah untuk pelat 1.5 cm, untuk balok 2 cm dan untuk kolom
2,5 cm.
5.5.6 Pada pengecoran beton, bahan campuran beton harus diaduk dengan mesin
pengaduk Mollen sampai bahan bersatu menjadi satu warna.
5.5.7 Untuk pengecoran pelat beton dan balok tidak boleh berhenti ditengah-tengah
bentang lapangan.
5.5.8 Penghentian pengecoran pelat, harus dimuka balok yang sudah dicor
danmaksimal sejauh 0,15 x bentang pelat (dihitung dari ujung bawah pelat
terakhir).
5.5.9 Penghentian pengecoran balok, sloof dan ring balk, harus dimuka titik tumpuan
(kolom) yang sudah dicor dan maksimal 0, 15 bentang balok.
5.5.10 Pengecoran dapat dimulai, bila keadaan bekisting dan tulangan sudah
memenuhi syarat dan telah diperiksa oleh Konsultan Pengawas
Lapangan serta mendapat izin pengecoran.
5.5.11 Khusus untuk pengecoran kolom, spesi beton tidak boleh dijatuhkan lebih
tinggi dari 2 meter.
5.5.12 Pekerjaan beton yang permukaannya masih diplester, atau permukaan yang
masih kena pekerjaan pengecoran lanjutan, maka permukaan beton tersebut
harus dikasarkan dan bidang yang akan diplester atau disambung harus disiram
air semen.
5.5.13 Setelah selesai pekerjaan pengecoran, maka beton harus dirawat selama
masa pengikatan. Perawatan tersebut dilaksanakan dengan jalan mengalirkan
air terus menerus pada permukaan beton atau menutup permukaan beton
dengan karung goni atau bahan lain yang dapat basah terus menerus sampai
selesai waktu pengikatan. Apabila ingin mempercepat waktu pengikatan
boleh mempergunakan obat setelah mendapat ijin dari konsultan pengawas.
5.5.14 Lamanya perawatan adalah sama dengan umur beton yang disesuaikan
dengan ketentuan PBI 1971 dan selama perawatan itu beton tidak boleh
mendapat beban yang berat.
PASAL 6 : PEKERJAAN DINDING

6.1 Dinding Tembok


6.1.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan bestek.
6.1.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata ringan tebal 7,5 cm dikerjakan, maka
harus diperhatikan sudut- sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal
maupun dengan bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya.
6.1.3 Pasangan batu bata ringan tebal 7,5 cm dengan mortar semen instant
6.1.4 Batu bata ringan sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu
sampai basah.
6.1.5 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh dengan
spesi dan selanjutnya diratakan dan dirapikan.

6.2 Plesteran
6.2.1 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata
bagian luar dan bagian dalam.
6.2.2 Untuk pasangan dinding batu bata dengan spesi 1 PC : 2 Pasir , harus diplester
dengan camp 1 : 2 dengan tebal 15 mm.dan spesi 1PC : 2 pasir untuk
pekerjaan dinding setengah bata digunakan camp 1 : 2 (Trasraam dan WC/KM)
dengan tebal 15 cm.
6.2.3 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan dengan
adukan semen dan air (diaci).
6.2.4 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran harus diayak dengan ayakan
pasir berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran
yang kasar / rusak.
6.2.5 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh dipakai
kembali untuk plesteran.
6.2.6 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang
sudah selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran
tersebut, harus diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi yang
sama dengan spesi yang belum dibongkar.
6.2.7 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus
dilaksanakan perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran
dengan air, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
PASAL 7 : PEKERJAAN RANGKA KUDA-KUDA / ATAP

7.1. Rangka Atap


7.1.1 Untuk pekerjaan rangka baja ringan, perlu diperhatikan rencana
gambar kerja pekerjaan atap.
7.1.2 Rangka kuda- kuda digunakan dari bahan baja ringan C.75.75
7.1.3 Ukuran rangka kuda-kuda, kasau dan reng c.35/35 sesuai dengan spesifikasi
yang diberikan oleh pabrik dan brosur.
7.1.5 Semua bahan yang telah masuk di site dan menyimpang dari ketentuan dalam
spesifikasi, contoh ataupun brosur yang telah disetujui, maka bahan tersebut
harus dikeluarkan dari site dalam waktu 1 x 24 jam sejak diketahuinya
penyimpangan itu oleh Direksi / Pengawas.

7.2 Penutup Atap


7.2.1 Penutup atap bangunan menggunakan atap Genteng metal tebal (0,5) mm
kemiringan atap 30˚ (derajat) dengan komposisi sbb :
7.2.4 Warna penutup atap dan bubungan yang dipasang sebagai penutup atap bangunan,
akan ditentukan kemudian dan dikonsultasikan dengan pemberi Kegiatan.

PASAL 8 : PEKERJAAN KUSEN PINTU, JENDELA, DAN VENTILASI

8.1 Untuk pekerjaan pintu / jendela / ventilasi ini adalah barang pabrikasi berbahan kaca
bening tebal 5mm ,rangka dan kusen daun alumunium setara perlu diperhatikan rencana
gambar dan bestek.
8.2 Untuk pintu memakai alumunium ACP dan pintu wc memakai pintu alumunium
8.3 Pintu panil lanan/double takewood

PASAL 9 : PEKERJAAN DINDING

Dinding Tembok

9.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan bestek.
9.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata ringan tebal 10 dikerjakan, maka harus
diperhatikan sudut-sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal maupun dengan
bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya.
9.3 Batu bata sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu sampai basah.
9.4 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh dengan spesi dan
selanjutnya diratakan dan dirapikan.

Plesteran

9.5 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata bagian luar dan
bagian dalam.
9.6 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan dengan adukan
semen dan air (diaci).
9.7 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran harus diayak dengan ayakan pasir
berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran yang kasar / rusak.
9.8 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh dipakai kembali
untuk plesteran.
9.9 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang sudah
selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran tersebut, harus
diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi yang sama dengan spesi yang
belum dibongkar.
9.10 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus dilaksanakan
perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran dengan air, sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 10 : PEKERJAAN LANTAI

10.1 Untuk pekerjaan lantai ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
10.2 Lantai pada bangunan menggunakan plat lantai beton f’c 7,4 MPa bertulangan Wiremesh
dengan ketebalan 10 cm.
10.3 Dinding keramik lantai WC/KM 20/25 dan lantai 20/20.
10.4 Lantai menggunakan finishing Granit 60x60 (Homogeneous tile) dan pemasangannya
harus betul-betul datar water pass dan tidak boleh ada retak/pecah.
10.5 Pemasangan granit (Homogeneous tile) harus dikerjakan oleh tenaga yang benar-benar
ahli, sehingga tidak terjadi pemasangan yang bergelombang dan nat-nat yang tidak
lurus.
10.6 Bila terdapat pemasangan granit yang harus dipotong, maka diusahakan pemasangannya
pada pertemuan sudut lantai dan dinding.
10.7 Setelah selesai pemasangan granit, maka nat-natnya harus diisi dengan spesi semen dan
air dengan warna yang sama dengan warna keramik.
10.8 Bila terdapat pemasangan granit lantai yang tidak rata waterpass mendatar
(bergelombang) dan tidak lurus maka harus dibongkar, dan diperbaiki kembali
sampai permukaan lantai waterpass mendatar dan plit benar-benar lurus.
10.9 Pekerjaan Keramik Setara Garuda

PASAL 11 : PEKERJAAN KUNCI / ALAT PENGGANTUNG

11.1 Semua accesoris penggantung jendela dan pintu lengkap engsel, kunci, Grendel, kait
angin sebagaimana pabrikasi
11.4 Semua bahan-bahan diatas harus berkualitas baik dan sebelum dipasang harus
mendapat persetujuan Direksi.

PASAL 12 : PEKERJAAN LISTRIK

12.1 Semua alat instalasi listrik disesuaikan dengan gambar/ keperluan, semua harus
berkualitas baik dan dapat persetujuan dari Direksi.
12.3 Perlengkapan listrik yang dimaksud meliputi :
 Instalasi Titik Lampu.
 Instalasi Stop Kontak.
 Saklar Ganda.
 Saklar Tunggal.
 Lampu LED 9 watt.
 Lampu TL
 Saklar kipas angin

Pemasangan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh instalatir yang telah disahkan oleh
PLN setempat terdiri dari instalasi listrik dalam lengkap dan instalasi listrik
menyambung antar bangunan.

PASAL 13 : PEKERJAAN CAT-CATAN

13.1 Seluruh permukaan dinding bagian luar dan dalam balok, kolom dan plafond yang
tampak dan tidak dilapis , harus dicat.
13.2 Seluruh pekerjaan kayu, kosen, dan pintu panil, harus dicat kilat.
13.3 Sebelum pekerjaan cat dilaksanakan, maka permukaan yang akan dicat,
harusdibersihkan dan dihaluskan dengan amplas. Kemudian dimenie, dicat dasar,
didempul, diplummer dan diampelas rata / licin.
13.4 Permukaan plesteran hanya boleh dicat, bila sudah berumur 4 minggu, yaitu
dengan maksud mengeringkan permukaan plesteran.
13.5 Untuk mengencerkan bahan cat dengan bahan pengencer, harus mentaati
petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
13.6 Semua pekerjaan pengecatan, harus dilaksanakan tanpa ada cacat/goresan yang
membuat dinding rusak.
13.7 Pengertian cat pada pekerjaan ini meliputi bahan emulsi, enamel, vernis, sealer dan lain-
lain.
13.8 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk dinding tembok dan beton, harus dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan alkali resistant sealer.
 Lapis kedua dengan cat plammur.
 Lapis ketiga dan keempat memakai cat.
13.9 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk permukaan kayu harus dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan dana alkyd primer.
 Lapis kedua dan ketiga harus dicat dengan cat kilap.
13.10 Bahan cat dasar, cat lapis dan cat tembok, harus memakai cat yang masa
pemakaiannya masih berlaku, sehingga warnanya masih sesuai dengan aslinya.
13.11 Bahan cat harus benar - benar diaduk sampai merata menjadi satu warna,
sehingga warna cat sama pada permukaan yang dicat.
13.12 Cat yang digunakan untuk cat tembok setara Mowilex
13.13 Cat yang digunakan untuk bangunan bagian luar menggunakan cat tembok setara
Mowilex
13.14 Penentuan warna bahan cat, harus dikonsultasikan dengan Pemilik Bangunan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 14 : PEKERJAAN SANITAIR DAN INSTALASI

14.1 Umum.
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plumbing / Sanitasi yang diuraikan di sini adalah
persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi
maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis
Pekerjaan Mekanikal / Elektri- kal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.
14.2 Lingkup Pekerjaan.
Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi
plumbing (pembuangan air kotor, air bekas, septictank dan penyediaan air bersih) di
dalam dan di luar bangunan sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-
bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi dan
testing terhadap seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 (dua belas)
bulan.
Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada
spesifikasi /syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi
secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan
dan perlengkapan sistem plumbing / sanitasi sesuai dengan peraturan / standar yang
berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya
sistem / peralatan, walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Teknik Khusus atau
gambar dokumen.
Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah sebagai
berikut :
 Instalasi Air Bersih.
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar
bangunan, lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana dan
spesifikasi tekniknya.
b. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi
plumbing serta peralatan-peralatannya.
c. Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan oleh
pompa yang disediakan oleh Kontraktor.
d. Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial
dan untuk seluruh sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai sistem
bekerja dengan baik dan aman.
e. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersihan site.

 Instalasi Air Kotor / Air Buangan.


a. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor / air buangan lengkap dengan
peralatannya yang berada di dalam bangunan, antara lain WC, floor drain, dan lain
sebagainya.
b. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor dan air bekas dari dalam bangunan
menuju septictank dan resapannya.
c. Pengadaan Septictank Biofill 1000 L.
d. Pengangkutan bekas galian yang perlu dibuang dan penimbunan kembali untuk
perapihan lahan.
e. Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan tekanan hidrolis.
f. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat kerja yang diperlukan.

14.3 Teknis Pelaksanaan.


 Pengecatan.
a. Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung rangka penyangga,
semua unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat
dengan lapisan cat dasar (prime coating), cat harus sesuai dengan persyaratan
pengecatan yang sesuai dengan bahan masing- masing.
b. Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di pabriknya atau
dinyatakan lain dalam spesifikasinya atau untuk bahan alumunium. Sebelumnya
Kontraktor wajib memberitahukan mengenai tanda-tanda yang hendak dipasang
pada peralatan-peralatan itu kepada Direksi / Pengawas.

 Peralatan.
a. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada tempat
- tempat rendah tertutup.
b. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pipe fitting untuk penempatan alat
ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
c. Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian
tinggi serta simetris.
d. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa di tempat
- tempat tertentu untuk menunjukan arah aliran dengan cat.
 Ukuran (dimensi).
a. Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail yang terdapat pada gambar harus
ditaati oleh Kontraktor.
b. Kontraktor harus meneliti (mempelajari) gambar perencanaan, dan bila terdapat
perbedaan antara suatu dengan yang lain, harus segera dibicarakan dengan Direksi /
Pengawas.
c. `Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan pengukuran dan
penggambaran yang diperlukan guna memudahkan pelaksanaan.
C. PERATURAN PENUTUP.

C.1 Meskipun dalam rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini pada uraian pekerjaan
untuk uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh
pemborong, atau yang harus dibuat, dipasang oleh pemborong tetapi menjadi bagian
dari pekerjaan pembangunan ini, perkataan – perkataan diatas disepakati dianggap ada
dan dimuat dalam RKS ini.
C.2 Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan Pembangunan, tetapi tidak
dimuat dan diuraikan dalam RKS ini, tetapi diselenggarakan dan diselamatkan oleh
Mandor/ kepala tukang, hal tersebut harus dianggap ada, seakan dimuat kata demi kata
dalam RKS ini, untuk menuju penyerahan selesai menurut pertimbangan Direksi.
C.3 Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari Proyek,
Pengelola Teknis, Konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil yang
memuaskan.
RKS
(RENCANA KERJA DAN
SYARAT-SYARAT)

REHABILITASI DAN RENOVASI SARANA


PRASARANA SEKOLAH KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH, HULU SUNGAI UTARA,
BALANGAN DAN TABALONG

LOKASI :
SDN 1-2 PUDAK SETEGAL, Kabupaten Tabalong

TAHUN ANGGARAN 2020


SPESIFIKASI TEKNIS

I. PETUNJUK UNTUK PESERTA

Peserta Lelang harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja, rencana
kerja dan syarat ini dengan seksama untuk memahami benar-benar maksud dan isi
dokumen tersebut secara keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan
yang akan dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan karena peserta tidak
membaca, tidak memahami, tidak memenuhi petunjuk, ketentuan dalam gambar,
atau pernyataan kesalah-pahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.

II. KETENTUAN-KETENTUAN TEKNIS

PASAL 1 : PENJELASAN UMUM.

1.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka berlaku dan mengikat, yaitu:

1.1.1 Gambar-gambar pelaksanaan konstruksi dan detail terlampir.


1.1.2 Uraian dan syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan (spesifikasi).
1.1.3 Berita acara Penjelasan (Aanwijijzing).
1.1.4 Petunjuk dari Pengelola Kegiatan dan Pengawas Lapangan

1.2 Dalam melaksanakan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, maka akan berlaku dan mengikat peraturan – peraturan
dibawah ini, termasuk segala perubahan dan tambahan, yaitu :
1.2.1 Peraturan umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia ( AV . 41
tahun 1941 )
1.2.2 Permen PUPR No. 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara.
1.2.3 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ) tahun 1997 1 / NI.2.
1.2.4 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ) tahun 1997 1 / NI.2.
1.2.5 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI ) tahun 1997 1 / NI.2
1.2.6 Peraturan Muatan Indonesia ( PMI ) tahun 1970 / NI – 18
1.2.7 Standar Nasional Indonesia (SNI)
1.2.8 Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja
1.2.9 Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh jawatan / instansi
Pemerintah setempat, yang berkaitan dengan pelaksanaan bangunan.
1.2.10 Kontraktor dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti Rencana Gambar
Bestek dan Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS), termasuk penambahan
/ pengurangan atau perubahan yang tercantum dalam berita acara
Aanwijzing.
1.2.11 Bila perbedaan-perbedaan antara gambar, RAB dan spesifikasi
menimbulkan keragu- raguan, sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan
dalam pekerjaan,
maka harus segera dikonsultasikan kepada Konsultan Pengawas atau
Konsultan Perencana dan keputusan-keputusannya harus dilaksanakan.
A. PERSIAPAN PENDAHULUAN

PASAL 1 : LINGKUP PEKERJAAN

. Perencanaan Rehab Dan Renovasi Prasarana Sekolah Tabalong


Madrasah Kabupaten Tabalong
1. SD Negeri 1-2 Pudak Setegal + 50 cm

PASAL 2 : IZIN BANGUNAN.


2.1 Setelah surat Perintah Kerja (SPK) dikeluarkan, maka izin bangunan dan izin
lainnya akan diurus oleh Pemberi Tugas, namun pelaksanaan dan pembiayaannya
akan ditanggung oleh Kontraktor.
2.2 Ijin Mendirikan Bangunan adalah termasuk salah satu retribusi yang harus
dibayarkan oleh Kontraktor, sebagai satu syarat administrasi proyek.
2.3 Besarnya nilai IMB sesuai yang disyaratkan oleh Peraturan.
2.4 Untuk memulai pekerjaan, maka Kontraktor harus dapat menunjukkan kepada
Konsultan Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti bahwa izin
bangunan tersebut sedang diproses.
2.5 Tanpa adanya izin bangunan dari Instansi yang berwenang, maka Kontraktor
tidak diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk apapun disekitar
lingkungan proyek.

PASAL 3 : PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS


3.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, yang berlaku dan mengikat yaitu :
3.1.1 Gambar, Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
3.1.2 Surat Perintah Keja ( SPK )
3.1.3 Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Pemberi Tugas
3.2 Kontraktor dan Direksi Pengawas harus menelilti rencana gambar bestek dan rencana
kerja dan syarat-syarat (RKS).
3.3 Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan Rencana Kerja dan
Syarat- Syarat (RKS) maka yang mengikat adalah rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
3.4 Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana
gambar bestek yang lain, maka diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya
lebih besar.
3.5 Bila perbedaan-perbedaan tersebut di atas yang menimbulkan keragu-raguan
sehingga akan menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera
dikonsultasikan kepada Konsultan Perencana/Pengawas dan keputusan – keputusannya
harus dilaksanakan.
PASAL 4 : JADWAL PELAKSANAAN ( TIME SCHEDULE )
4.1 Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor wajib membuat jadwal
pelaksanaan (Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot
pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal penggunaan
bahan bangunan dan tenaga kerja.
4.2 Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci Pelaksana Kontraktor harus membuat
rencana kerja/Laporan harian, mingguan dan bulanan, beserta foto-foto visual
ukuran 3 R yang diketahui/disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.
4.3 Rencana Kerja (Time Schedule) diatas harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas dan Pemberi Tugas.
4.4 Rencana Kerja ( Time Sehedule ), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor, paling
lambat 7 (tujuh ) hari kalender, setelah SPK diterima.
4.5 Kontraktor harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule) kepada
Konsultan Pengawas dan 1 ( satu ) lembar harus dipasang pada dinding bangsal kerja.
4.6 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana
kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi pekerjaan.

PASAL 5 : TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN


5.1 Mendatangkan bahan-bahan bangunan untuk pelaksanaan Proyek, harus tepat pada
waktunya dan kwalitetnya dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5.2 Pelaksana harus menyediakan alat-alat, pembantu dan pekerja-pekerja yang
diperlukan untuk pelaksanaan bangunan agar supaya pelaksanaannya dapat selesai sesuai
dengan waktu yang disediakan.
5.3 Alat- alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak dapat dipakai, maka
harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek.

PASAL 6 : KEAMANAN PROYEK

6.1 Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang- barang milik Proyek,
Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik terhadap pencurian
maupun pengrusakan dengan membuat pagar pengaman areal proyek.
6.2 Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-alat dan hasil.pekerjaan,
maka akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam
pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu pelaksanaan.
6.3 Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk
mencegah bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan alat pemadam
kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat- tempat yang strategis dan
mudah dicapai.

PASAL 7 : KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN

7.1 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja,
Kontraktor harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu
Kontraktor harus mengikutkan pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja
(ASTEK) atau asuransi lainnya yang sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.
7.2 Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka
Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya
yang siap dipakai apabila diperlukan.
7.3 Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan yang
serius, maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban ke Rumah Sakit yang
terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.
7.4 Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah tanggung
jawabnya maupun yang berada dibawah pihak ketiga.

PASAL 8 : BANGSAL KONSULTAN (DIREKSIKEET) DAN BANGSAL KERJA /


GUDANG
8.1 Kontraktor diharuskan membuat direksikeet yang ukurannya sesuai kebutuhan, dengan
menggunakan bahan-bahan sederhana seperti tongkat, lantai papan, dinding
papan/plywood, atap seng dan pintu harus dilengkapi dengan kunci yang baik
serta cukup jendela dan ventilasi/penerangan. Direksiket tersebut jika
memungkinkan tidak bersatu dengan gudang.
8.2 Kontraktor harus melengkapi Direksiket tersebut dengan :
 Meja tulis
 Kursi sebagai perlengkapan meja tulis.
 Satu buah papan tulis.
 Sebuah meja besar + kursi, untuk keperluan pertemuan/rapat di lapangan.
Perlengkapan tersebut adalah milik pribadi kontraktor.
8.3 Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerja dan gudang untuk
menyimpan bahan- bahan bangunan dan peralatan pekerjaan dan pintunya harus
mempunyai kunci yang baik/kuat untuk keamanan bahan/perlengkapan.
8.4 Tempat mendirikan bangsal dan gudang, akan ditentukan kemudian dan
dikonsultasika n dengan Pemberi Tugas.
8.5 Pembongkaran bangsal Konsultan (direksiket), bangsal kerja dan gudang adalah
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Bahan bongkaran tersebut menjadi hak milik
Pemberi Tugas.

PASAL 9 : TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR


9.1 Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasanya dilapangan (Site
Manager/Pelaksana Lapangan), yang mempunyai pengetahuan dibidang Teknik
Sipil/Bangunan, cakap, gesit dan berwibawa terhadap pekerja yang dipimpinnya
dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan. Penunjukkan ini harus
dikuatkan dengan surat resmi dari Kontraktor yang ditujukan kepada Pemberi Tugas
dan tembusannya kepada Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas.
9.2 Pelaksana harus berpendidikan minimun S1 Sipil/Arsitek dan mempunyai
pengalaman kerja lapangan minimun 7 tahun, atau yang telah memiliki sertifikat
keterampilan/Keahlian sesuai dengan bidangnya yang dikeluarkan oleh lembaga/asosiasi
yang berwenang.
9.3 Selain itu kuasa kontraktor dibantu oleh tenaga dengan kualifikasi bidang yang
terdiri dari arsitektur, sipil, mesin/listrik yang memiliki pengalaman lapangan minimal 1
tahun.
9.4 Selain Petugas Pelaksana, maka Kontraktor diwajibkan pula melaporkan secara
tertulis kepada Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas,
tentang susunan organisasi pelaksana dilapangan dengan nama dan jabatannya masing-
masing.
9.5 Bila dikemudian hari, menurut penilaian Team Pengelola Teknis Proyek dan
Konsultan Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu
melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana tersebut
dan harus memberitahukan secara tertulis tentang Pelaksana yang baru, demi
kelancaran pekerjaan.

B. URAIAN PEKERJAAN

PASAL 1 : PEKERJAAN PERSIAPAN


1.1 Pembersihan Lokasi
1.1.1 Untuk pembersihan lokasi harus sesuai dengan petunjuk dari gambar
pelaksanaan yang telah ada, jika ada beberapa hal yang dirasa perlu dapat
berkoordinasi dengan pihak Direksi.
1.1.2 Bahan bongkaran harus disingkirkan dari lokasi / lapangan pekerjaan
1.1.3 Pembersihan lokasi dinyatakan selesai, bila telah mendapat persetujuan dari
Direksi Pengawas lapangan.
1.2 Pengukuran/Pasang Bouwplank :
1.2.1 Pengukuran dilaksanakan harus mendapat pengawasan dari Konsultan
Pengawas dan menggunakan alat theodolite,untuk memperoleh data polygon
bangunan.
1.2.2 Papan bouwplank digunakan sebagai kontrol dan tanda-tanda as bangunan.
1.2.3 Papan bouwplank bagian atas harus dibuat setinggi peil lantai +0,00.
1.2.4 Semua pekerjaan pengukuran harus disesuaikan dengan rencana gambar dan
bestek, apabila ada hal-hal yang sifatnya diluar kemampuan pelaksana segera
dilaporkan dan dikonsultasikan kembali kepada pihak-pihak yang terkait.

PASAL 2 : PENENTUAN PEIL


2.1 Peil diambil disesuaikan dengan gambar detail/tinggi daerah setempat
1. SD Negeri 1-2 Pudak Setegal + 50 cm

2.2 Semua ukuran-ukuran tinggi dan ukuran dalam akan ditetapkan terhadap peil tersebut
diatas.
2.3 Pekerjaan uitzet harus dilakukan dengan cermat dan teliti dengan menggunakan
alat ukur waterpass/slang plastik. Dalam hal ini agar menghubungi Direksi Pengawas.
2.4 Satu dan lain hal yang menyimpang dari hal-hal tersebut diatas akan ditentukan oleh
direksi.

PASAL 3 : PEKERJAAN TANAH/PASIR

3.1 Untuk pekerjaan tanah/pasir ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
3.2 Pekerjaan Galian tanah meliputi pekerjaan galian tanah untuk pondasi
3.3 Pekerjaan urugan tanah bekas galian dan bekas bongkaran bangunan diletakkan diatas
lantai eksisting serta dilaksanakan disekitar pondasi, sampai ketinggian yang ditentukan
pada rencana gambar.
3.4 Pengurugan pada ayat 3.3 harus dengan pemadatan yang dilaksanakan lapis demi lapis,
masing- masing setebal 20 cm ditumbuk sampai padat hingga mencapai ketinggian
permukaan pondasi,perhatikan gambar kerja.
3.5 Urugan dibawah lantai menggunakan urugan pasir.
PASAL 4 : PEKERJAAN PONDASI

4.1 Pondasi bangunan ini berupa pondasi batu gunung dan poer setempat
1. SD Negeri 1-2 Pudak Setegal Pondasi batu gunung (eksisting)

4.2 Sebagai pendukung kekuatan pondasi maka diperkuat dengan pancangan Galam Dia.10-
12 cm dengan Panjang 2 meter dan 4 meter cek tabel sebagaimana Rencana Anggaran
Biaya
4.3 Untuk pekerjaan ini perlu diperhatikan gambar kerja dan bestek

PASAL 5 : PEKERJAAN BETON BERTULANG

5.1 Sebagai pedoman pelaksanaan dipakai Peraturan Beton Indonesia 1971(PBI. 1971)
dan SKSNI T-15-1991-03.Pelaksanaan pekerjaan beton bertulang Mutu F’c 7,4 MPa
dan 19,3 MPa pada proyek ini meliputi :
 Sloof
 Kolom
 Ringbalk
 Plat Lantai.
Segala ukuran dan penempatannya sesuai gambar rencana
Poer Plat Sloof Kolom Balok Ring Balk
SD Negeri 1-2 Pudak Setegal 15/20 15/20 15/20

5.2 Persyaratan Bahan :

5.2.1 Bahan agregat pasir dan kerikil harus dari tempat-tempat yang telah disetujui
mutunya oleh Konsultan Pengawas Lapangan dan harus memenuhi syarat-
syarat PBI. 1971 dan SKSNI T-15-1991-03.
5.2.2 Bahan agregat pasir dan kerikil harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak tercampur dengan bahan-bahan yang merusak mutu beton dan ditempatkan
terpisah.
5.2.3 Besaran butiran agregat kerikil yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 4 mm – 31,5 mm.
5.2.4 Agregat kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 persen. Apabila
kadar lumpur tersebut lebih dari 1 persen , maka agregat kerikil harus dicuci.
5.2.5 Besar butiran agregat pasir yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 0,063 - 4 mm.
5.2.6 Agregat pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 persen. Apabila
kadar lumpur tersebut lebih dari 5 persen , maka agregat pasir harus dicuci.
5.2.7 Jenis semen yang dipakai harus jenis semen type satu sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam NI-8.
5.2.8 Semen yang didatangkan ke lokasi proyek, harus disimpan pada gudang yang
berlantai kering sedemikian rupa, sehingga terjamin tidak akan rusak dan/atau
tercampur bahan lain yang dapat merusak mutu beton.
5.2.9 Pada pemakaian semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru datang,
tidak boleh dilakukan diatas timbunan yang telah ada, dan pemakaian semen
harus dilakukan menurut urutan pengirimannya.
5.2.10 Air yang dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton diusahakan air
bersih yang dapat diminum. Air yang mengandung garam dan/atau bahan lain
yang merusak beton, tidak boleh dipakai.
5.2.11 Bila terdapat keragu-raguan terhadap air yang dipakai, maka contoh air
tersebut harus diperiksakan di laboratorium dibawah tanggung jawab
Kontraktor.
5.2.12 Bila pemeriksaan air tersebut tidak memenuhi syarat untuk bahan campuran
beton, maka air tersebut tidak boleh dipakai.

5.3 Tulangan
5.3.1 Semua baja tulangan yang dipakai berbentuk polos, sesuai dengan standard
PBI. 1971/atau SKSNI T-15-1991-03.
5.3.2 Sebelum baja tulangan di datangkan ke lokasi proyek, maka kontraktor
harus menyerahkan dahulu contoh-contoh baja tulangan yang dipakai kepada
Pengawas Lapangan.
5.3.3 Baja tulangan yang dibengkokkan sama dengan atau lebih dari 90
derajat, hanya diperkenankan sekali pembengkokkan.
5.3.4 Baja tulangan harus bersih dari karat yang mengganggu kekuatan beton
bertulang. Hal ini disesuaikan dengan PBI. 1971/atau SKSNI T-15-1991-03.
5.3.5 Baja tulangan tidak boleh disimpan ditempat yang langsung berhubungan
dengan tanah atau tempat terbuka dan harus dilindungi dari genangan air / air
hujan.
5.3.6 Profil dan Diameter tulangan yang dipakai harus memenuhi standard (sesuai
gambar detail) dan bestek.
5.4 Bekisting

5.4.1 Papan bekisting ( cetakan beton ) yang dipakai adalah dari bahan kayu
terantang tebal 2 cm dan plywood tebal 9 mm atau memakai bondex tebal
0.75 mm dan apabila oleh Pengawas Lapangan dinyatakan rusak, maka tidak
boleh dipakai lagi untuk pekerjaan berikutnya.
5.4.2 Tiang-tiang bekisting dapat dibuat dari kayu kelas II dengan ukuran 5/7 cm
atau galam diameter 8 – 10 cm dengan jarak maksimum 0, 5 meter.
5.4.3 Konstruksi bekisting harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mudah
bergerak dan kuat menahan beban diatasnya.
5.4.4 Pada bekisting kolom yang tinggi, maka setiap tinggi 2 meter harus diberi
pintu untuk memasukkan spasi beton, sehingga terhindar terjadinya sarang -
sarang kerikil.
5.4.5 Pada bekisting kolom, dinding dan balok tinggi, harus diadakan perlengkapan
pintu untuk membersihkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan kayu,
kawat pengikat dan lain-lain.

5.5 Pekerjaan Beton

5.5.1 Untuk beton lantai kerja Membuat Lantai Kerja Beton f’c :7,4 Mpa (K175)
5.5.2 Untuk pekerjaan beton konstruksi struktural dan lantai beton, memakai
jenis mutu beton f’c : 19,2 Mpa (K225)
5.5.3 Sebelum pengecoran dimulai :
 Bekisting harus dibersihkan dari potongan – potongan kayu, potongan –
potongan kawat pengikat dan bahan-bahan lain yang merusak mutu beton.
 Sebelum pelaksanaan pengecoran, bekisting harus disiram air terlebih
dahulu.
 Lubang-lubang yang terdapat pada bekisting supaya ditutup
sedemikian rupa, sehingga air semen tidak dapat keluar.
5.5.4 Khusus pada pengecoran kolom beton bertulang yang langsung bertemu
dinding batu bata atau kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan Maka
sebelum pengecoran dimulai, Pelaksana harus mempersiapkan :
 Angker untuk pasangan batu bata dari baja tulangan diameter 10 mm,
panjang yang keluar dari kolom sama dengan 20 cm, dengan jarak satu sama
lain 50 cm.
 Angker untuk kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan sesuai gambar
detail.
5.5.5 Untuk penutup beton minimum (selimut beton) yang berhubungan dengan:
 Air adalah 2,5 cm.
 Pelat lantai adalah untuk pelat 1.5 cm, untuk balok 2 cm dan untuk kolom
2,5 cm.
5.5.6 Pada pengecoran beton, bahan campuran beton harus diaduk dengan mesin
pengaduk Mollen sampai bahan bersatu menjadi satu warna.
5.5.7 Untuk pengecoran pelat beton dan balok tidak boleh berhenti ditengah-tengah
bentang lapangan.
5.5.8 Penghentian pengecoran pelat, harus dimuka balok yang sudah dicor
danmaksimal sejauh 0,15 x bentang pelat (dihitung dari ujung bawah pelat
terakhir).
5.5.9 Penghentian pengecoran balok, sloof dan ring balk, harus dimuka titik tumpuan
(kolom) yang sudah dicor dan maksimal 0, 15 bentang balok.
5.5.10 Pengecoran dapat dimulai, bila keadaan bekisting dan tulangan sudah
memenuhi syarat dan telah diperiksa oleh Konsultan Pengawas
Lapangan serta mendapat izin pengecoran.
5.5.11 Khusus untuk pengecoran kolom, spesi beton tidak boleh dijatuhkan lebih
tinggi dari 2 meter.
5.5.12 Pekerjaan beton yang permukaannya masih diplester, atau permukaan yang
masih kena pekerjaan pengecoran lanjutan, maka permukaan beton tersebut
harus dikasarkan dan bidang yang akan diplester atau disambung harus disiram
air semen.
5.5.13 Setelah selesai pekerjaan pengecoran, maka beton harus dirawat selama
masa pengikatan. Perawatan tersebut dilaksanakan dengan jalan mengalirkan
air terus menerus pada permukaan beton atau menutup permukaan beton
dengan karung goni atau bahan lain yang dapat basah terus menerus sampai
selesai waktu pengikatan. Apabila ingin mempercepat waktu pengikatan
boleh mempergunakan obat setelah mendapat ijin dari konsultan pengawas.
5.5.14 Lamanya perawatan adalah sama dengan umur beton yang disesuaikan
dengan ketentuan PBI 1971 dan selama perawatan itu beton tidak boleh
mendapat beban yang berat.
PASAL 6 : PEKERJAAN DINDING

6.1 Dinding Tembok


6.1.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan bestek.
6.1.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata ringan tebal 7,5 cm dikerjakan, maka
harus diperhatikan sudut- sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal
maupun dengan bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya.
6.1.3 Pasangan batu bata ringan tebal 7,5 cm dengan mortar semen instant
6.1.4 Batu bata ringan sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu
sampai basah.
6.1.5 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh dengan
spesi dan selanjutnya diratakan dan dirapikan.

6.2 Plesteran
6.2.1 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata
bagian luar dan bagian dalam.
6.2.2 Untuk pasangan dinding batu bata dengan spesi 1 PC : 2 Pasir , harus diplester
dengan camp 1 : 2 dengan tebal 15 mm.dan spesi 1PC : 2 pasir untuk
pekerjaan dinding setengah bata digunakan camp 1 : 2 (Trasraam dan WC/KM)
dengan tebal 15 cm.
6.2.3 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan dengan
adukan semen dan air (diaci).
6.2.4 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran harus diayak dengan ayakan
pasir berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran
yang kasar / rusak.
6.2.5 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh dipakai
kembali untuk plesteran.
6.2.6 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang
sudah selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran
tersebut, harus diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi yang
sama dengan spesi yang belum dibongkar.
6.2.7 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus
dilaksanakan perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran
dengan air, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
PASAL 7 : PEKERJAAN RANGKA KUDA-KUDA / ATAP

7.1. Rangka Atap


7.1.1 Untuk pekerjaan rangka baja ringan, perlu diperhatikan rencana
gambar kerja pekerjaan atap.
7.1.2 Rangka kuda- kuda digunakan dari bahan baja ringan C.75.75
7.1.3 Ukuran rangka kuda-kuda, kasau dan reng c.35/35 sesuai dengan spesifikasi
yang diberikan oleh pabrik dan brosur.
7.1.5 Semua bahan yang telah masuk di site dan menyimpang dari ketentuan dalam
spesifikasi, contoh ataupun brosur yang telah disetujui, maka bahan tersebut
harus dikeluarkan dari site dalam waktu 1 x 24 jam sejak diketahuinya
penyimpangan itu oleh Direksi / Pengawas.

7.2 Penutup Atap


7.2.1 Penutup atap bangunan menggunakan atap Genteng metal tebal (0,5) mm
kemiringan atap 30˚ (derajat) dengan komposisi sbb :
7.2.4 Warna penutup atap dan bubungan yang dipasang sebagai penutup atap bangunan,
akan ditentukan kemudian dan dikonsultasikan dengan pemberi Kegiatan.

PASAL 8 : PEKERJAAN KUSEN PINTU, JENDELA, DAN VENTILASI

8.1 Untuk pekerjaan pintu / jendela / ventilasi ini adalah barang pabrikasi berbahan kaca
bening tebal 5mm ,rangka dan kusen daun alumunium setara perlu diperhatikan rencana
gambar dan bestek.
8.2 Untuk pintu memakai alumunium ACP dan pintu wc memakai pintu alumunium
8.3 Pintu panil lanan/double takewood

PASAL 9 : PEKERJAAN DINDING

Dinding Tembok

9.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan bestek.
9.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata ringan tebal 10 dikerjakan, maka harus
diperhatikan sudut-sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal maupun dengan
bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya.
9.3 Batu bata sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu sampai basah.
9.4 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh dengan spesi dan
selanjutnya diratakan dan dirapikan.

Plesteran

9.5 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata bagian luar dan
bagian dalam.
9.6 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan dengan adukan
semen dan air (diaci).
9.7 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran harus diayak dengan ayakan pasir
berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran yang kasar / rusak.
9.8 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh dipakai kembali
untuk plesteran.
9.9 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang sudah
selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran tersebut, harus
diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi yang sama dengan spesi yang
belum dibongkar.
9.10 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus dilaksanakan
perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran dengan air, sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 10 : PEKERJAAN LANTAI

10.1 Untuk pekerjaan lantai ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
10.2 Lantai pada bangunan menggunakan plat lantai beton f’c 7,4 MPa bertulangan Wiremesh
dengan ketebalan 10 cm.
10.3 Dinding keramik lantai WC/KM 20/25 dan lantai 20/20
10.4 Lantai menggunakan finishing Granit 60x60 (Homogeneous tile) dan pemasangannya
harus betul-betul datar water pass dan tidak boleh ada retak/pecah.
10.5 Pemasangan granit (Homogeneous tile) harus dikerjakan oleh tenaga yang benar-benar
ahli, sehingga tidak terjadi pemasangan yang bergelombang dan nat-nat yang tidak
lurus.
10.6 Bila terdapat pemasangan granit yang harus dipotong, maka diusahakan pemasangannya
pada pertemuan sudut lantai dan dinding.
10.7 Setelah selesai pemasangan granit, maka nat-natnya harus diisi dengan spesi semen dan
air dengan warna yang sama dengan warna keramik.
10.8 Bila terdapat pemasangan granit lantai yang tidak rata waterpass mendatar
(bergelombang) dan tidak lurus maka harus dibongkar, dan diperbaiki kembali
sampai permukaan lantai waterpass mendatar dan plit benar-benar lurus.
10.9 Pekerjaan Keramik Setara Garuda

PASAL 11 : PEKERJAAN KUNCI / ALAT PENGGANTUNG

11.1 Semua accesoris penggantung jendela dan pintu lengkap engsel, kunci, Grendel, kait
angin sebagaimana pabrikasi
11.4 Semua bahan-bahan diatas harus berkualitas baik dan sebelum dipasang harus
mendapat persetujuan Direksi.

PASAL 12 : PEKERJAAN LISTRIK

12.1 Semua alat instalasi listrik disesuaikan dengan gambar/ keperluan, semua harus
berkualitas baik dan dapat persetujuan dari Direksi.
12.3 Perlengkapan listrik yang dimaksud meliputi :
 Instalasi Titik Lampu.
 Instalasi Stop Kontak.
 Saklar Ganda.
 Saklar Tunggal.
 Lampu LED 9 watt.
 Lampu TL
 Saklar kipas angin

Pemasangan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh instalatir yang telah disahkan oleh
PLN setempat terdiri dari instalasi listrik dalam lengkap dan instalasi listrik
menyambung antar bangunan.

PASAL 13 : PEKERJAAN CAT-CATAN

13.1 Seluruh permukaan dinding bagian luar dan dalam balok, kolom dan plafond yang
tampak dan tidak dilapis , harus dicat.
13.2 Seluruh pekerjaan kayu, kosen, dan pintu panil, harus dicat kilat.
13.3 Sebelum pekerjaan cat dilaksanakan, maka permukaan yang akan dicat,
harusdibersihkan dan dihaluskan dengan amplas. Kemudian dimenie, dicat dasar,
didempul, diplummer dan diampelas rata / licin.
13.4 Permukaan plesteran hanya boleh dicat, bila sudah berumur 4 minggu, yaitu
dengan maksud mengeringkan permukaan plesteran.
13.5 Untuk mengencerkan bahan cat dengan bahan pengencer, harus mentaati
petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
13.6 Semua pekerjaan pengecatan, harus dilaksanakan tanpa ada cacat/goresan yang
membuat dinding rusak.
13.7 Pengertian cat pada pekerjaan ini meliputi bahan emulsi, enamel, vernis, sealer dan lain-
lain.
13.8 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk dinding tembok dan beton, harus dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan alkali resistant sealer.
 Lapis kedua dengan cat plammur.
 Lapis ketiga dan keempat memakai cat.
13.9 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk permukaan kayu harus dilaksanakan :
 Lapis pertama dicat dengan dana alkyd primer.
 Lapis kedua dan ketiga harus dicat dengan cat kilap.
13.10 Bahan cat dasar, cat lapis dan cat tembok, harus memakai cat yang masa
pemakaiannya masih berlaku, sehingga warnanya masih sesuai dengan aslinya.
13.11 Bahan cat harus benar - benar diaduk sampai merata menjadi satu warna,
sehingga warna cat sama pada permukaan yang dicat.
13.12 Cat yang digunakan untuk cat tembok setara Mowilex
13.13 Cat yang digunakan untuk bangunan bagian luar menggunakan cat tembok setara
Mowilex
13.14 Penentuan warna bahan cat, harus dikonsultasikan dengan Pemilik Bangunan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 14 : PEKERJAAN SANITAIR DAN INSTALASI

14.1 Umum.
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plumbing / Sanitasi yang diuraikan di sini adalah
persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi
maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis
Pekerjaan Mekanikal / Elektri- kal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.
14.2 Lingkup Pekerjaan.
Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi
plumbing (pembuangan air kotor, air bekas, septictank dan penyediaan air bersih) di
dalam dan di luar bangunan sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-
bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi dan
testing terhadap seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 (dua belas)
bulan.
Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada
spesifikasi /syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi
secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan
dan perlengkapan sistem plumbing / sanitasi sesuai dengan peraturan / standar yang
berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya
sistem / peralatan, walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Teknik Khusus atau
gambar dokumen.
Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah sebagai
berikut :
 Instalasi Air Bersih.
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar
bangunan, lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana dan
spesifikasi tekniknya.
b. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi
plumbing serta peralatan-peralatannya.
c. Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan oleh
pompa yang disediakan oleh Kontraktor.
d. Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial
dan untuk seluruh sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai sistem
bekerja dengan baik dan aman.
e. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersihan site.

 Instalasi Air Kotor / Air Buangan.


a. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor / air buangan lengkap dengan
peralatannya yang berada di dalam bangunan, antara lain WC, floor drain, dan lain
sebagainya.
b. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor dan air bekas dari dalam bangunan
menuju septictank dan resapannya.
c. Pengadaan Septictank Biofill 1000 L.
d. Pengangkutan bekas galian yang perlu dibuang dan penimbunan kembali untuk
perapihan lahan.
e. Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan tekanan hidrolis.
f. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat kerja yang diperlukan.

14.3 Teknis Pelaksanaan.


 Pengecatan.
a. Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung rangka penyangga,
semua unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat
dengan lapisan cat dasar (prime coating), cat harus sesuai dengan persyaratan
pengecatan yang sesuai dengan bahan masing- masing.
b. Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di pabriknya atau
dinyatakan lain dalam spesifikasinya atau untuk bahan alumunium. Sebelumnya
Kontraktor wajib memberitahukan mengenai tanda-tanda yang hendak dipasang
pada peralatan-peralatan itu kepada Direksi / Pengawas.

 Peralatan.
a. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada tempat
- tempat rendah tertutup.
b. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pipe fitting untuk penempatan alat
ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
c. Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian
tinggi serta simetris.
d. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa di tempat
- tempat tertentu untuk menunjukan arah aliran dengan cat.
 Ukuran (dimensi).
a. Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail yang terdapat pada gambar harus
ditaati oleh Kontraktor.
b. Kontraktor harus meneliti (mempelajari) gambar perencanaan, dan bila terdapat
perbedaan antara suatu dengan yang lain, harus segera dibicarakan dengan Direksi /
Pengawas.
c. `Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan pengukuran dan
penggambaran yang diperlukan guna memudahkan pelaksanaan.
C. PERATURAN PENUTUP.

C.1 Meskipun dalam rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini pada uraian pekerjaan
untuk uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh
pemborong, atau yang harus dibuat, dipasang oleh pemborong tetapi menjadi bagian
dari pekerjaan pembangunan ini, perkataan – perkataan diatas disepakati dianggap ada
dan dimuat dalam RKS ini.
C.2 Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan Pembangunan, tetapi tidak
dimuat dan diuraikan dalam RKS ini, tetapi diselenggarakan dan diselamatkan oleh
Mandor/ kepala tukang, hal tersebut harus dianggap ada, seakan dimuat kata demi kata
dalam RKS ini, untuk menuju penyerahan selesai menurut pertimbangan Direksi.
C.3 Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari Proyek,
Pengelola Teknis, Konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil yang
memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai