Anda di halaman 1dari 9

SPESIFIKASI TEKNIS

PEMBANGUNAN GEDUNG OLAHRAGA DESA


Pasal 01. PENJELASAN UMUM

1. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan
sempurna. Adapun bentuk bangunan yang dimaksud harus dilaksanakan sesuai dengan gambar yang telah
ditetapkan dengan syarat-syarat teknis sebagaimana terperinci dalam pasal demi pasal di bawah ini.
2. Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Pelaksana adalah :
PEMBANGUNAN GEDUNG OLAHRAGA DESA
3. Konstruksi Bangunan yang digunakan secara garis besar adalah :
➢ Pondasi : Batu Kali
➢ Struktur : Beton Bertulang

Pasal 02. PEKERJAAN PERSIAPAN

A. Pengukuran kembali/Uitzet
1. Sebelum Pekerjaan dimulai diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi pembangunan
dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah
dengan alat-alat yang sudah ditera kebenarannya.
2. Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya harus segera
dilaporkan, untuk dimintakan keputusannya.

B. Bouwplank
1. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu mutu kayu tahun ukuran kaso (5/7 cm), yang tertancap
dalam tanah sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau dirubah-rubah, berjarak maksimum 1,5 meter satu sama
lain.
2. Papan dasar pelaksanaan/bouwplank dibuat dari kayu Tahun, dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 2 cm lurus dan
diserut rata pada sisi sebelah atasnya (waterpass).
3. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainya, kecuali dikehendaki lain.
4. Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 10 cm dari sisi luar galian tanah pondasi atau sesuai keadaan
lapangan.

Pasal 03. PEKERJAAN TANAH

A. Ruang Lingkup
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, alat-alat dan pengangkutan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan semua “pekerjaan tanah”, seperti yang disyaratkan dalam gambar rencana dan spesifikasi ini.
2. Meliputi pekerjaan persiapan, penggalian pondasi, penggalian dan penimbunan untuk drainase/saluaran,
penimbunan kembali bekas galian, penimbunan dan pemadatan untuk peninggian lantai bangunan sesuai dengan
peil yang telah ditentukan serta urugan dan pemadatan tanah untuk bangunan sesuai dengan gambar atau
petunjuk pengawas.

B. Syarat dan Peraturan


1. Pemeriksaan Lapangan dan Pekerjaan Persiapan
a. Pelaksana harus mengadakan pemeriksaan/pengukuran dan pengecekkan langsung ke lapangan guna
menentukan dengan pasti kondisi lapangan, bahan-bahan yang kelak akan dijumpainya serta keadaan
lapangan sekarang yang nanti mungkin akan mempengaruhi jalannya pekerjaan.
b. Sebelum penggalian pondasi harus membuat bouwplank, sebagai patok dasar pengukuran bangunan.
c. Pelaksana harus menjaga dan memelihara keutuhan serta ketetapan letak dan tinggi patok-patok pengukuran
sampai waktu tidak diperlukan lagi dan dibongkar atas persetujuan Pengawas Lapangan.

2. Pemeriksaan Permukaan Air Tanah


Pelaksana diminta untuk mengawasi hal-hal seperti ini :
a. Tidak diperkenankan air tergenang di dalam/di luar/di sekitar lapangan pekerjaan selama pelaksanaan
pekerjaan ini.
b. Melindungi semua pekerjaan, bebas dari See Page, overflow dan genangan air, juga oleh sumur-sumur
pompa, saluran pembuang dan hal-hal lain yang mungkin terjadi.
3. Bahan
a. Bahan pengisi harus cukup baik, yaitu bahan pengisi yang telah disetujui, yang diambil daerah lapangan atau
bahan yang diambil dari daerah di luar lapangan pekerjaan dan merupakan tanah laterit, tanah kapur, atau
pasir.

Spesifikasi Teknis
b. Bahan pengisi tersebut harus bebas dari akar-akar pohon yang besarnya lebih besar dari 10 cm.
4. Cara Pelaksanaan
a. Syarat-Syarat Galian, Penimbunan & Back Fill
➢ Galian untuk pondasi harus mencapai tanah asli dan minimum mencapai kedalaman yang direncanakan,
kecuali ditentukan lain sehubungan dengan keadaan lapangan dan peil tanah. Lebar dasar galian pondasi
minimum 20 cm lebih besar dari dasar pondasi, serta tebing galian harus cukup landai sehingga tidak
mudah longsor.
➢ Seluruh penimbunan harus di bawah pengawasan, yang harus menyetujui seluruh bahan pengisi lebih
dahulu sebelum digunakan juga akan mempersiapkan tes-tes yang diperlukan dan menyediakan yang
dibutuhkan. Pelaksana tidak diperkenankan melakukan penimbunan tanpa kehadiran dari Pengawas.
➢ Pelaksana harus menempatkan bahan penimbunan tersebut di atas lapisan tanah yang akan ditimbun,
dibasahi, seperti yang diharuskan, kemudian digilas sampai mencapai kepadatan yang diinginkan.
Pemadatan lapis demi lapis setebal 15 cm. Bila ada material pengisi yang tidak memuaskan sebagai
bahan pemadatan, maka bahan tersebut harus diganti dengan pasir.
➢ Pelaksana diharuskan menggunakan alat pemadat berat yang disesuaikan dengan jenis tanah urug untuk
seluruh pemadatan dengan tangan atau dengan menggunakan timbris.
b. Pembersihan
➢ Seluruh sisa penggalian yang tidak memenuhi syarat untuk penimbunan dan penimbunan kembali, juga
seluruh sisa-sisa puing, reruntuhan-reruntuhan, sampah-sampah harus disingkirkan dari lapangan
pekerjaan. Seluruh biaya untuk ini adalah tanggung jawab Pelaksana.

Pasal 04. PEKERJAAN PONDASI

1. Semua pekerjaan pondasi baru boleh dikerjakan atau dimulai apabila galiannya telah diperiksa dan disetujui
ukuran/kedalamannya serta kedudukan as-asnya oleh Pengawas.
2. Sebelum pondasi jika parit-parit tergenang air maka air tersebut harus dikuras dan dipompa keluar dahulu
sehingga kering.
3. Sebelum dipasang aanstamping batu kali, dasar galian harus diberi pasir setebal 5 cm, dan dibasahi serta
ditumpuk sampai padat.
4. Aanstamping dibuat dari batu kali yang dipasang berdiri dan rapat, sehingga merupakan jaringan searah setebal
15 cm, dan tidak ada batu-batu yang bertumpuk.
5. Sela-sela antara batu kali tersebut diisi dengan pasir sampai padat sehingga permukaan rata dan datar sebagai
lantai kerja.
6. Pondasi dibuat dari batu kali dengan lebar atas 30 cm, campuran untuk pasangan batu kali pada pondasi terdiri
dari campuran 1 bagian PC : 6 pasir pasang.
7. Jika pemasangan pondasi batu belah terpaksa dihentikan maka ujung penghentian pondasi harus bergigi agar
pada penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang kokoh dan sempurna.
8. Jika digunakan pondasi beton bertulang maka digunakan bahan yang memenuhi persyaratan yang diuraikan
dalam pasal beton bertulang. Campuran yang digunakan Beton K. 175.
9. Ukuran harus sama dengan gambar.
10. Galian pondasi baru boleh dilaksanakan setelah bouwplank dengan penandaan sumbu ke sumbu selesai diperiksa
dan disetujui Pengawas. Bentuk galian dilaksanakan sesuai dengan ukuran yang tertera dalam gambar. Apabila di
tempat galian ditemukan pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon atau lainnya yang masih berfungsi, maka
Pelaksana secepatnya memberitahukan kepada Pengawas atau kepada instansi yang berwenang untuk mendapat
petunjuk seperlunya. Apabila pada waktu penggalian ditemukan benda-benda purbakala, maka Pelaksana wajib
melaporkannya kepada Pemerintah Daerah setempat.
11. Untuk kondisi tanah yang mudah longsor Pelaksana harus memasang turap kayu pengaman yang cukup kuat.
Turap di dalam bangunan harus dibongkar setelah pondasi selesai.
12. Galian di luar bangunan untuk mendapatkan tinggi lantai yang disyaratkan dalam gambar. Penggalian tanah ini
dimaksudkan untuk mendapatkan kontur tanah yang disyaratkan dalam Site Plan.
13. Bila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan dalam gambar, maka Pelaksana harus mengisi
kelebihan galian tersebut dengan pasir urug.
14. Pengurugan bekas galian pondasi, galian saluran air hujan, saluran air bersih dan saluran air kotor diurug lapis
demi lapis dengan ketebalan tiap lapis maksimum 15 cm. Tiap lapisan dipadatkan dengan menumbuk lapisan
tersebut, menggunakan alat tumbuk yang baik. Setelah lapisan pertama padat kembali seperti di atas. Demikian
seterusnya dilakukan sampai semua lubang bekas galian pondasi tertutup kembali.
15. Pengurugan dengan tanah timbunan di bawah lantai dilakukan lapis demi lapis hingga ketebalan 10 cm di bawah
lantai, ditumbuk hingga padat. Lapisan-lapisan urugan untuk ditumbuk ini dibuat maksimal 10 cm, dan ditumbuk
5 kali tiap bidang tumbukan pada tlap-tiap lapis tersebut.
16. Di bawah lantai diurug dengan pasir pasangan dan dipadatkan. Pengurugan dan pemadatan ini dilakukan dengan
menyiram air hingga jenuh, kemudian ditumbuk dengan alat yang sesuai untuk pemadatan. Hasil akhir harus
mendapat persetujuan Pengawas atas kesempumaan pengurugan dan pemadatan.
17. Di bawah pondasi, dan di bawah air diurug dengan sirtu setebal 30 cm dan dipadatkan.
18. Untuk tanah yang berdaya dukung lebih kecll dari 0,5 kg/cm2, di bawah pondasi dipasang cerucuk kayu
galah/bambu yang ditumbuk hingga mencapai kedalaman tanah keras. Untuk pasangan cerucuk, digunakan kayu
atau bambu yang berdiameter 10 cm.

Spesifikasi Teknis
Pasal 05. PEKERJAAN PASANGAN

1. Semua pasangan dinding tembok dibuat dari pasangan batu bata, tebal ½ batu.
2. Batu bata sebelum dipasang harus direndam air dahulu sampai jenuh agar spesi dapat masuk dan merekat
dengan sempurna dan nat-nat sebelum kering agar dikerok dahulu sedalam 1 cm untuk ikatan plesteran.
3. Pekerjaan pasangan yang dilakukan terdiri dari dua macam, yaitu :
a. Pasangan kedap air (1 PC: 4 Psr)
➢ Semua pasangan bata dimulai di atas sloof sampai setinggi 30 cm di atas lantai
b. Pasangan adukan 1 PC : 6 psr berada di atas pasangan kedap air tersebut.
4. Pasangan batu bata rolak di atas kusen pintu/jendela yang bentangnya kurang dari 1,2 m memakai campuran 1
bagian PC : 3 bagian pasir pasang.
5. Di atas lubang-lubang pintu dan jendela yang lebarnya lebih dari 1,20 m harus diberi balok latei dengan Beton
K.175.
6. Pada gunung-gunung diberi lubang untuk sirkulasi udara.
7. Mengerjakan pasangan batu bata setiap harinya tidak boleh lebih dari 1 m tingginya dari permulaan memasang.
8. Pasangan batu yang dipasang harus batu bata yang utuh, kecuali pada tempat-tempat yang membutuhkan batu
bata patahan.
9. Semua pasangan batu bata tidak boleh tembus pandang/para.
10. Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati, diaduk di dalam bak kayu yang memenuhi syarat. Mencampur
semen dengan pasir harus dalam keadaan kering yang kemudian diberi air sampai didapat campuran yang plastis.
Adukan yang telah mengering akibat tidak habis digunakan sebelumnya, tidak boleh dicampur lagi dengan adukan
yang baru.
11. Dalam mendirikan dinding yang kena udara terbuka, selama waktu hujan lebat harus diberi perhitungan dengan
sesuatu penutup yang sesuai (plastik). Dinding yang telah terpasang harus diberi perawatan dengan cara
membasahi secara terus menerus paling sedikit 7 hari setelah pemasangannya.

Pasal 07. PEKERJAAN BETON

1. Syarat-syarat umum untuk pekerjaan beton ini berlaku SKSNI 1991, peraturan untuk pemeriksaan bahan
bangunan N.1.3 (PUBI – 1971).
2. Beton bertulang K.175 harus dibuat untuk :
➢ Sloof
➢ Kolom-kolom induk
➢ Kolom-kolom praktis
➢ Ring balok dan balok-balok latei
➢ Tempat-tempat lain yang mempergunakan beton bertulang sesuai dengan gambar rencana
3. Semua penulangan beton dan ukuran-ukuran beton harus disesuaikan dengan gambar detail (tidak ada ukuran
besi kurus/gemuk).
4. Pembesian beton tidak boleh menempel pada cetakan atau tumpuan lain, dan harus diberi beton penutup sesuai
dengan ketentuan SKSNI – 1991.
5. Bahan-bahan untuk campuran beton harus memenuhi syarat seperti yang tercantum dalam SKSNI – 1991.
6. Cetakan beton terbuat dari papan yang terentang, yang dikerjakan secara rapi, lurus dan kokoh, sebelum dicir
kayu bekesting dibersihkan dari kotoran-kotoran dan disiram dengan air hingga basah semuanya, setelah selesai
pengecoran dan umur beton telah cukup maka bekesting dapat dibongkar.
7. Sebelum pengecoran dimulai, Pelaksana supaya minta persetujuan terlebih dahulu kepada Pengawas untuk
dikontrol letak pembesiannya yang telah terpasang.
8. Bilamana terjadi pengecoran tanpa seijin Pengawas, maka resiko dibongkar dan lain sebagainya tetap menjadi
tanggung jawab Pelaksana tanpa ganti rugi.
9. Semua pekerjaan beton yang sudah dicor harus selalu dijaga kelembabannya dengan disiram air selama 28 hari
agar proses pengeringannya dapat baik dan sempurna.
10. Kecuali ditentukan lain dalam syarat-syarat ini, maka sebagai pedoman tetap dipakai SK SNI T-15-1991-03.
11. Adukan beton
Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran harus dilakukan dengan cara yang
disetujui oleh Pengawas, yaitu :
➢ Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan
➢ Tidak terjadi perbedaan waktu, pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan
dicor, dan nilal slump untuk berbagai pekerjaan beton harus memenuhi tabel 4.4.1 SK SNI T-15-1991-03
12. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis Pengawas, selama pengecoran berlangsung
pekerja dilarang berdiri dan berjalan-jalan di atas penulangan, untuk dapat sampai ke tempat-tempat yang sulit
dicapai harus digunakan papan-papan berkaki yang tidak membebani tulangan dan kaki-kaki tersebut harus sudah
dapat dicabut pada saat beton dicor.
13. Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus disetujui oleh Pengawas. Untuk

Spesifikasi Teknis
melanjutkan bagian pekerjaan yang diputus tersebut, bagian permukaan yang mengeras harus dibersihkan dan
dibuat kasar kemudian diberi additive yang memperlambat proses pengerasan. Kecuall pada pengecoran kolom,
adukan tidak boleh dicurahkan dari ketinggian yang lebih tinggi dari 1,5 m
14. Penulangan beton yang digunakan :
➢ Beton Sloof : ukurannya = 20 x 30 cm > tulangan 6  12 mm ; beugel 8 – 150 mm
➢ Beton kolom : ukurannya = 35 x 35 cm > tulangan 8  16 mm ; beugel  10 – 150 mm
➢ Beton footplat : ukurannya = 120 x 120 cm > tulangan  14 mm – 150 mm

.
Pasal 08. PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA

Lingkup Pekerjaan
a. Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan pelayanan yang diperlukan untuk
melaksanakan dan membuat konstruksi baja.
b. Spesifikasi ini meliputi syarat-syarat perencanaan, fabrikasi dan pemasangan tentang konstruksi
baja untuk atap, penyokong (support), dan sebagainya, sesuai dengan yang ditunjukkan pada
gambar kerja.

Standar
a. Bahan Struktur atau Konstruksi
a. Kecuali kalau diatur secara tersendiri, bentuk profil, pelat dan kisikisi untuk tujuan semua
konstruksi dibaut atau dilas harus baja karbon yang memenuhi persyaratan A.S.T.M. A36
atau yang setara dan harus mendapat persetujuan MK.
b. Kecuali kalau diatur secara tersendiri pipa-pipa untuk konstruksi dengan las harus dari
baja karbon yang memenuhi A.S.T.M. A56 type E atau S.
c. Kecuali kalau diatur secara tersendiri bahan-bahan harus memenuhi spesifikasi
“American Institute of Steel Construction (AISC)” dan PPBBI Mei 1984.
b. Pengikat-pengikat : baut-baut, mur-mur atau sekrup-sekrup dan ring-ring harus sebagai berikut :
a. Untuk sambuangan bukan baja ke baja. Pengikat-pengikat harus dari baja karbon yang
memenuhi persyaratan ASTM A370 dan harus digalvanis.
b. Untuk sambuangan baja ke baja. Pengikat-pengikat harus dari baja karbon yang
memenuhi persyaratan ASTM A325 dan atau ASTM A490 dan harus terlapis cadmium.
c. Untuk sambungan logam yang berlainan (tidak sama) pengikat- pengikat harus baja tahan
korosi memenuhi persyaratan ASTM A276 type 321 atau type lainnya dari baja tahan
korosi.
d. Ring-ring bulat untuk baut biasa harus memenuhi A.N.S.I. B27, type A.
c. Bahan-bahan las : bahan-bahan las harus memenuhi persyaratan dari “American Welding
Society” (AWS D1.0-69 : Code for Welding in Building Construction)
a. Baut angkur dan sekrup-sekrup atau mur-mur harus memenuhi persyaratan ASTM A36
atau A325.
b. Lapisan seng : baja berlapis seng harus memenuhi ASTM A123. Lapisan seng untuk
produksi uliran sekrup harus memenuhi ASTM A153.
c. Baut dan mur yang idak terlapis (unfinished) harus memenuhi ASTM A307 dan harus
biasanya type segi enam (hexagon-bolt type)
d. Semua bahan baja yang dipergunakan harus merupakan bahan baru, yaitu bahan yang
belum pernah dipergunakan untuk konstruksi lain sebelumnya dan harus disertai
sertifikat dari pabrik.
e. Peraturan-peraturan dan standar dibawah ini atau publikasi yang dapat dipakai harus
dipertimbangkan serta merupakan bagian dari spesifikasi ini. Dalam hal ini ada
pertentangan, spesifikasi ini menentukan.

Spesifikasi Teknis
Material dan Fabrikasi
a. Semua material baja harus baru dan disetujui pengawas walaupun kontraktor telah menggunakan
bahan yang telah disetujui, pasal berikut ini tetap mengikat kontraktor untuk tetap bertanggung
jawab.
b. Semua material untuk konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru dan merupakan "Hot
Rolled Structural Steel" dan memenuhi mutu baja BJ 37 (PPBBI-83) atau ASTM A36 atau SS41
(JIS.U 3101 - 1970).
c. Seluruh pekerjaan fabrikasi harus dilakukan di workshop, kecuali hal-hal yang tidak dapat
dilakukan di workshop dan dapat dikerjakan di lapangan setelah mendapat persetujuan
Pengawas.
d. Semua bagian baja sebelum dan setelah difabrikasi harus lurus dan tidak ada tekukan dan ukuran
disesuaikan dengan gambar. Sebelum semua pekerjaan fabrikasi dimulai pelat-pelat baja harus
rata dan tidak boleh tertekuk dan bengkok.
e. Semua pekerjaan baja harus disimpan rapi dan ditaruh diatas alas papan. Seluruh pekerjaan baja
setelah selesai difabrikasi harus dibersihkan dari karat dengan sikat baja dan dicat zincromate 2
(dua) kali.
f. Kekurangtepatan pemasangan karena kesalahan fabrikasi harus dibetulkan, diperbaiki atau
diganti dengan yang baru atas biaya Kontraktor.
g. Pengawas dan Konsultan berhak meninjau bengkel dan memeriksa pekerjaan fabrikasi Kontraktor
yaitu baja dengan tegangan leleh minimum y = 2.400 kg/cm2.
h. Semua baja yang digunakan harus sesuai bentuk, ukuran dan ketebalannya serta bebas dari karat,
cacat karena tumbukan, tekuk dan puntir, dengan berat sesuai gambar rencana.
i. Semua fabrikasi yang dilakukan Pemborong harus mengajukan gambar kerja (Shop Drawing)
sesuai dengan gambar rencana untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas, dan Pemborong tidak
diperkenankan memulai pekerjaan sebelum gambar kerja tersebut disetujui. Gambar kerja harus
menunjukkan detail pelaksanaan secara jelas, untuk hal-hal berikut :
a. Dimensi layout dalam metrik.
b. Type dan lokasi sambungan.
c. Dimensi bagian-bagian konstruksi bentuk, detail dan berat setiap unit konstruksi.
j. Permukaan yang akan disambung harus rata satu sama lain, digurinda dahulu sebelum dilakukan
penyambungan dan tidak boleh bergeser selama pengelasan dilakukan. Sisa-sisa atau material las
yang berlebih atau kerak-kerak las harus dibersihkan.

Contoh Bahan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material, baja
profil, kawat las, cat dasar atau akhir dan lain-lain untuk mendapat persetujuan MK.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh MK akan dipakai sebagai standar atau pedoman untuk
pemeriksaan atau penerimaan material yang dikirim oleh Kontraktor ke site.
c. Kontraktor diwajibkan membuat tempat penyimpanan contohcontoh material yang telah
disetujui di bengkel MK.

Penyimpanan dan Pengiriman Bahan


a. Semua material harus disimpan rapi dan diletakkan diatas papan atau balok-balok kayu untuk
menghindari kontak langsung dengan permukaan tanah, sehingga tidak merusak material.
b. Dalam penumpukan material harus dijaga agar tidak rusak, bengkok.
c. Kontraktor harus memberitahukan terlebih dahulu setiap akan ada pengiriman dari pabrik ke
lapangan, guna pengecekan pengawas. Kontraktor harus memberitahukan pengawas sebelum
pengiriman konstruksi baja dan menjamin bahwa setelah di lapangan konstruksi baja tersebut
tetap tidak rusak dan kotor. Bilamana ternyata yang dikirim rusak dan bengkok, Kontraktor harus
mengganti dengan yang baru.

Spesifikasi Teknis
d. Sebelum erection dimulai, Kontraktor harus memeriksa kembali kedudukan angker-angker baja
dan memberitahukan kepada Pengawas metode dan urutan pelaksanaan erection.
e. Ketinggian dasar kolom yang telah ditentukan dan ketinggian daerah lainnya diukur dengan
theodolite oleh Kontraktor dan disetujui Pengawas.
f. Perhatian khusus dalam pemasangan angker-angker untuk kolom dimana jarak-jarak/kedudukan
angker-angker harus tetap dam akurat untuk mencegah ketidak cocokan dalam erection, untuk
ini harus dijaga agar selama pengecoran angker-angker tersebut tidak bergeser.
g. Dasar kolom dan bidang bawah pelat pemegang angker harus dalam satu bidang yang rata betul.
h. Erection komponen-komponen baja harus menggunakan alat mekanik (crane).
i. Tali pengikat dan penarik yang dipakai pada waktu erection harus dari kabel baja.
j. Toleransi dari kelurusan batang maupun komponen batang tidak boleh lebih dari 1/1000 panjang
batang/komponen batang.
k. Penyimpangan pertemuan sumbu perletakan dengan sumbu kolom tempat perletakan
maksimum 0.5 cm dari kedudukan pada gambar kerja ke arah horizontal dan 1 cm ke arah
vertikal.
l. Semua pelat-pelat atau elemen yang rusak setelah fabrikasi, tidak akan diperbolehkan dipakai
untuk erection.
m. Untuk pekerjaan erection di lapangan, Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli. Tenaga ahli
tersebut harus senantiasa mengawasi dan bertanggung jawab atas pekerjaan erection. Tenaga
ahli untuk mengawasi pekerjaan erection tersebut harus mendapat persetujuan pengawas dan
berpengalaman dalam erection konstruksi baja bertingkat guna mencegah hal-hal yang tidak
menguntungkan bagi struktur.
n. Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan pekerjapekerjanya di lapangan, sesuai
ketentuan yang dikeluarkan oleh dinas keselamatan kerja dari Departemen Tenaga Kerja. Untuk
ini Kontraktor harus menyediakan ikatpinggang pengaman, safety helmet, sarung tangan dan
pemadam kebakaran.
o. Kegagalan dalam erection ini menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya, oleh sebab itu
Kontraktor diminta untuk memberi perhatian khusus pada masalah erection ini.
p. Dalam pengiriman semua bahan yang didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan
tidak bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih didalam kotak atau kemasan aslinya yang
masih bersegel dan berlabel pabriknya.

Tanda-tanda Pada Konstruksi


Baja Semua konstruksi baja yang telah selesai difabrikasi harus dibedakan dan diberi kode
dengan jelas sesuai bagian masing-masing agar dapat dipasang dengan mudah. Pemotongan Besi
Semua bekas pemotongan besi harus rapi dan rata. Pemotongannya hanya boleh dilaksanakan
dengan brander atau gergaji besi. Pemotongan dengan mesin las sekali kali tidak diperkenankan.

Pelaksanaan Pengelasan
a. Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AISC specification, baru dapat dilaksanakan
dengan seijin pengawas, dan menggunakan mesin las listrik.
b. Kawat las yang dipakai adalah harus merk "Kobesteel" atau yang setaraf.
c. Pengelasan harus dikerjakan oleh tenaga ahli dan berpengalaman.
d. Semua pekerjaan pengelasan harus rapi tanpa menimbulkan kerusakan-kerusakan pada beban
bajanya.
e. Elektrode las yang dipergunakan harus disimpan pada tempat yang dapat tetap menjamin
komposisi dan sifat-sifat dari electrode selama masa penyimpanan.
f. Pengelasan harus menjamin pengaliran yang rata dari cairan electrode tersebut.

Spesifikasi Teknis
g. Teknik atau cara pengelasan yang dipergunakan harus memperlihatkan mutu dan kualtias dari las
yang dikerjakan.
h. Permukaan dari daerah yang akan dilas harus bebas dari kotoran yang memberi pengaruh besar
pada kawat las. Permukaan yang akan dilas juga harus bersih dari aspal, cat, minyak, karat dan
bekasbekas potongan api yang kasar, bekas potongan api harus digurinda dengan rata. Kerak
bekas pengelasan harus dibersihkan dan disikat.
i. Pengelasan tidak boleh dilakukan jika temperatur dari base metal lebih rendah 0F. Pada
temperatur 0F, permukaan las dari titik dimulainya las sampai sejauh 7.5 m juga dijaga
temperaturnya sampai dengan waktu pengelasan.
j. Pemberhentian las harus pada tempat yang ditentukan dan harus dijamin tidak akan berputar
atau berbengkok.
k. Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las (pengelasan lebih dari satu kali), maka
sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapis terdahulu harus dibersihkan dari kerak-kerak las
atau slag dan percikan-percikan logam yang ada. Lapisan las yang berpori-pori atau retak atau
rusak harus dibuang sama sekali.

Sambungan.
a. Sambungan-sambungan yang dibuat harus mampu memikul gayagaya yang bekerja, selain
berguna untuk tempat pengikatan dan untuk menahan lenturan batang.
b. Hanya diperkenankan 1 (satu) sambungan dalam 1 (satu) bentang. Yang dimaksud dengan 1
bentang adalah panjang komponen batang baja dimana hanya ujung-ujungnya terdapat
sambungan dengan menggunakan bolt.
c. Semua penyambungan profil baja harus dilaksanakan dengan las tumpul atau full penetration
butt weld.

Lubang-lubang Baut
a. Lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengan diameternya. Kontraktor tidak
boleh merubah atau membuat lubang baru di lapangan tanpa seijin pengawas.
b. Pembuatan lubang baut harus memakai bor. Untuk konstruksi yang tipis (maksimum 10 mm),
boleh memakai mesin pons. Membuat lubang baut dengan api sama sekali tidak diperkenankan.
c. Baut penyambung harus berkwalitas baik dan baru.
d. Diameter baut, panjang ulir harus sesuai dengan yang diperlukan. Mutu baut yang digunakan
sesuai dengan yang tercantum dalam gambar perencanaan.
e. Lubang baut dibuat maksimum 2 mm lebih besar dari diameter baut.
f. Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan momen torsi yang berlebihan pada baut yang akan mengurangi kekuatan baut itu
sendiri. Untuk itu diharuskan menggunakan pengencang baut yang khusus dengan momentorsi
yang sesuai dengan buku petunjuk untuk mengencangkan masing-masing baut.
g. Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan masih terdapat paling
sedikit 4 ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa menimbulkan kerusakan pada ulir baut
tersebut.
h. Baut harus dilengkapi dengan 2 ring, masing-masing 1 buah pada kedua sisinya.
i. Untuk menjamin pengencangan baut yang dikehendaki, maka bautbaut yang sudah dikencangkan
harus diberi tanda dengan cat, guna menghindari adanya baut yang tidak dapat dikencangkan.

Pasal 9. LAIN-LAIN

1. Apabila masih ada kekurangan-kekurangan dalam peraturan ini, tetapi masih menjadi bagian dari pekerjaan ini
maka perlu memperhatikan petunjuk teknis pedoman pelaksanaan.
2. Apabila masih terdapat uraian pekerjaan yang masih menjadi bagian pekerjaan ini, tetapi belum tertulis dalam

Spesifikasi Teknis
peraturan ini, maka Pelaksana harus melaksanakan pekerjaan tersebut dengan baik dan sempurna.
3. Semua penyimpangan dari ketentuan gambar serta RKS menjadi tanggung jawab Pelaksana, kecuali ada perintah
tertulis dari Pengawas.
4. Pekerjaan apabila sudah selesai diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen dalam keadaan bersih, baik dan
sempurna.
5. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara gambar dan bestek maka yang tercantum dalam bestek ini yang
mengikat, kecuali bila Pengawas memberi keputusan lain.

Pasal 10. BAHAN YANG DIGUNAKAN

1. Semen Portland
➢ Digunakan Portland Cement jenis 1 menurut NI-8 tahun 1972 dan memenuhl S-400 menurut Standart
Cement Portlandia yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972).
➢ Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak semen, tidak diperkenankan
pemakaiannya sebagai bahan campuran.
➢ Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang lembab agar semen tidak
mengeras. Tempat penyimpanan semen harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 cm. Setiap
semen baru yang masuk hartis dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen dapat
dilakukan menurut urutan pengiriman.

2. Pasir
Pasir harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan organis, lumpur dan sejenisnya serta
memenuhi komposisi butir serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam SKSNI 1991.

3. Koral/Kricak/Split
➢ Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu balk, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai yang
disyaratkan dalam SKSNI 1991.
➢ Penimbunan kerikil dengan pasir harus dipisahkan agar kedua jenis material tersebut tidak tercampur untuk
menjamin adukan beton dengan komposisi material yang tepat.

4. Air
Yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali dan bahan-bahan
organis/bahan lain yang dapat merusak beton dan harus memenuhi SNI- pasal 10.

5. Besi Beton
Besi beton yang digunakan adalah baja lunak dengan mutu U-24 (tegangan leleh karakteristik minimum 2400
kg/cm2). Diameter besi beton yang digunakan serta jumlah besi beton sesuai dengan gambar.
Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak, minyak, karat lepas dan bahan lainnya. Besi beton
harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan di udara terbuka dalam jangka waktu
panjang.
Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan batang dingin. Tulangan harus dipotong
dan dibengkokkan sesuai gambar dan harus diminta persetujuan Pengawas terlebih dahulu. Jika Pelaksana tidak
berhasil memperoleh diameter besi sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan
penukaran dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
➢ Harus ada persetujuan dari Pengawas.
➢ Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi di tempat tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera
dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas). Biaya tambahan yang diakibatkan oleh
penukaran diameter besi menjadi tanggungiawab Pelaksana.

6. Batu kali
➢ Bahan batu adalah sejenis batu keras, liat, berat, serta berwarna kehitaman.
➢ Bahan asal adalah batu besar yang kemudian dibelah/dipecah menjadi ukuran normal.

7. Kayu
➢ Harus benar-benar kayu mutu terbaik dari jenisnya.
➢ Dihindarkan adanya cacat-cacat kayu antara lain yang berupa putih kayu, pecah-pecah, mata kayu,
melintang basah dan lapuk.
➢ Syarat-syarat kelembaban kayu yang dipakai harus memenuhi standart PKKI. Untuk kayu jenis Kruing atau
yang setara, kelembaban tidak boleh lebih dari 12 %.
➢ Semua kayu yang dipasang/dipakai adalah kayu yang telah disetujui oleh Pengawas.

8. Besi beton, bendrat harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam PBI 1955/1971 (tidak ada ukuran besi
kurus atau gemuk).

Spesifikasi Teknis
Pasal 11. PERATURAN YANG DIGUNAKAN

Pelaksanaan berdasar atas Pedoman Teknis Bangunan Gedung Negara antara lain :
1. Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A : SK SNI S-04-1989-F
2. Peraturan Beton Bertuang : SK SNI T-15-1991-03
3. Ubin Semen Polos : SNI 03-0028-1987
4. Kawat Dan Kawat Paku : SNI 03-0394-1989
5. Batu Alam Untuk Bahan Bangunan : SNI 03-0394-1989
6. Agregat Beton : SNI 03-1750-1990
7. Pasir Adukan Dan Beton : SNI 03-1756-1990
8. Genteng Keramik : SNI 03-2095-1991
9. Kapur Untuk Bahan Bangunan : SNI 03-2097-1991
10. Kayu Untuk Bahan Bangunan : SNI 03-2445-1991
11. Mutu Kayu Bangunan : SNI 03-3527-1994
12. Pedoman Mendirikan Bangunan : SNI 03-1728-1989
13. Tata Cara Pengecatan Kayu Untuk Rumah Dan Gedung : SNI 03-2407-1991
14. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok Dengan Cat Emulsi : SNI 03-2410-1991
15. Tata Cara Pengerjaan Lembaran Asbes Semen Untuk Langit-Langit
pada Bangunan Rumah Dan Gedung : SNI 03-2839-1992

Dan petunjuk serta perintah Pengawas pada waktu atau sebelum berlangsungnya pekerjaan, termasuk dalam hal ini
adalah pekerjaan-pekerjaan tambah kurang yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan.

Spesifikasi Teknis

Anda mungkin juga menyukai