Anda di halaman 1dari 11

METODE PELAKSANAAN

I. NAMA KEGIATAN :
Kegiatan Penyediaan Prasarana Dan Sarana Air Limbah
II. NAMA PEKERJAAN :
Pembuatan MCK Desa Tolai Barat Kec. Torue, yang merupakan singkatan dari Mandi, Cuci dan
Kakus adalah salah satu sarana fasilitas umum yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga
untuk keperluan mandi, mencuci, dan buang air di lokasi permukiman tertentu yang dinilai
berpenduduk cukup padat dan tingkat kemampuan ekonomi rendah.
III. LOKASI PEKERJAAN :
Desa Tolai Barat Kec. Torue.
IV. RUANG LINGKUP PEKERJAAN
A. Pekerjaan Persiapan/Pendahuluan/Mobilisasi
1. Pembuatan Papan Nama Proyek yang berisikan data informasi mengenai pekerjaan
dalam kontrak.
2. Menyiapkan perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diantaranya,
pelindung kepala (safety helmet), sarung tangan (safety gloves), rompi keselamatan
(safety vest), sepatu karet keselamatan, serta perlengkapan P3K.
3. Sebelum memulai pekerjaan terlebih dahulu dilakukan pembersihan lokasi pekerjaan
dari rumput-rumput, kotoran organik maupun anorganik.
4. Mobilisasi dan demobilisasi Pekerja, alat dan bahan yang digunakan di lapangan.
B. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan Tanah
a. Galian Tanah Biasa
Galian tanah biasa dilakukan dengan cara manual. Seluruh galian dikerjakan
sesuai dengan garis-garis dan bidang-bidang yang ditunjukkan dalam gambar atau
sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar kerja atau sesuai dengan yang
diarahkan/ditunjukkan oleh Direksi Lapangan. Galian tanah keras dimaksudkan
untuk daerah yang bahan hasil galiannya terdiri dari tanah, pasir, kerikil dan
batuan.
Luasnya penggalian sesuai dengan arahan Direksi Lapangan. Penggalian dimulai
dari muka tanah dengan harus mengambil lebar yang cukup sesuai gambar atau
ditentukan lain oleh Direksi Lapangan.
Tidak ada galian yang langsung/ditutupi dengan tanah/ beton tanpa diperiksa
terlebih dahulu oleh Direksi Lapangan.. Selama proses penggalian tanah secara
langsung dipisahkan dan ditumpuk pada suatu tempat yang disetujui Direksi
Lapangan, material yang layak/bisa dipakai untuk timbunan dan material yang
tidak layak. Material yang layak selanjutnya akan dipakai untuk timbunan tanah
biasa dan timbunan kembali, sedangkan material yang tidak layak selanjutnya
akan dibuang keluar atau ke suatu tempat yang tidak akan mengganggu areal
pekerjaan dan dirapihkan.
Penumpukan material yang bisa dipakai untuk timbunan ditempatkan pada lokasi
yang sedekat-dekatnya dengan lokasi yang memerlukan timbunan dan bisa
langsung ditebar pada bagian yang akan ditimbun. Semua galian untuk pondasi
bangunan/struktur akan dilaksanakan dalam kondisi kering.
Galian akan dibuat sepenuhnya sesuai dengan ukuran yang diperlukan dan akan
diselesaikan terhadap garis dan ketinggian yang ditentukan kecuali terdapat batu
menonjol sendiri akan diizinkan untuk melebar dalam garis yang telah ditentukan
tidak lebih dari 20 (dua puluh) sentimeter dimana permukaan tidak dilindungi
dengan beton yang ditentukan.
b. Urugan Tanah Kembali
Penimbunan untuk di belakang konstruksi dengan menggunakan bahan timbunan
dari hasil galian atau material timbunan lain yang sesuai spesifikasi teknis bahan
atau sesuai persetujuan direksi.
Penimbunan dan pemadatan tanah isian di bangunan akan dilakukan setelah umur
bangunan sudah dinilai cukup oleh Direksi Lapangan. Pelaksanaan dilakukan
secara hati-hati dengan menggunakan alat yang diizinkan oleh Direksi Lapangan.
Penimbunan dilaksanakan secara lapis perlapis dengan ketebalan sesuai dengan
spesifikasi alat yang digunakan. Apabila tidak ada instruksi lain dari Direksi
Lapangan maka akan menggunakan tanah hasil galian untuk penimbunan tanah
isian. Bila material tanah hasil galian bangunan tidak cukup maka akan
menggunakan material timbunan dari luar (borrow area) atas izin Direksi
Lapangan.
2. Pekerjaan Pasangan
a. Pasangan Dinding Batu Bata
Batu Bata yang digunakan adalah batu bata yang telah dicetak dalam
bentuk balok dalam kondisi yang kering dan kuat serta siap untuk
digunakan. Batu bata yang dibeli harus dalam kondisi baik dan utuh serta
diterima langsung di tempat.
Menggunakan benang acuan pada pemasangan dinding bata agar tercipta
pasangan dinding lurus dan rapi.
Setelah bata terpasang seluruhnya, selanjutnya melanjutkan pemasangan
bata diatasnya, pemasangan ini juga harus tetap di kontrol dengan benang
acuan. Gunakan lot/bandul gantung/waterpass untuk mendapatkan
kerataan horizontal dan vertikal.
Memberi space/jarak pada setiap perjumpaan batu bata dengan besi kolom
dengan jarak minimal 2,5 cm – 3 cm agar pengecoran kolom tersebut
nantinya dapat dilakukan dengan baik dan padat
Melakukan pengecoran kolom pada setiap ketinggian tertentu, yaitu
ketinggian antara 1,2 M s/d 1,5 M tinggi pasangan bata, sebelum
melanjutkan pemasangan bata di atasnya. Hal ini dilakukan untuk
mencegah ambruk atau robohnya pasangan bata tersebut jika nanti
dilanjutkan dengan pemasangan bata diatasnya.
Pengecoran kolom ini sebaiknya dilakukan pada saat pasangan bata telah
mengering.
3. Pekerjaan Bekisting
Bekisting, merupakan sarana struktur beton untuk mencetak beton baik ukuran atau
bentuknya sesuai dengan yang direncanakan, sehingga bekisting harus mampu
berfungsi sebagai struktur sementara yang bisa memikul berat sendiri, beton basah,
beban hidup dan peralatan kerja.
Formwork/bekisting harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran
yang telah ditetapkan.
Formwork/bekisting harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan perkuatan,
sehingga cukup kokoh dan menjamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya
selama pengecoran dilakukan.
Formwork/bekisting harus rapat dan tidak bocor, permukaannya harus datar dan
licin, bebas dari kotoran-kotoran serbuk gergaji, potongan kayu tanah/lumpur dan
sebagainya sebelum pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa
merusak permukaan beton.
4. Pekerjaan Beton
Campuran Beton
 Campuran beton yang digunakan adalah beton kekuatan setara campuran
1:3:5 untuk pekerjaan beton tumbuk lantai kerja dan beton kekuatan setara
campuran 1:2:3 untuk pekerjaan beton Bertulang. Mutu beton K125 dan K175,
digunakan untuk semua beton struktur bangunan seperti tersebut diatas.
kekuatan karakteristik yang dimaksud adalah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.
 Dalam menentukan campuran beton, terutama gradasi agregat dan
kekentalannya yang perlu diperhatikan pula peruntukan beton tersebut dan
ukuran potongan beton yang akan dicor, agar beton dapat dipadatkan dengan
baik, dan tidak terjadi pemisahan aggregat.
 Beton juga harus diperhitungkan untuk tidak mengalami pengendapan selama
pengangkutan dan pengecorannya. Beton yang mudah mengendap tidak
diperkenankan dipergunakan.
 Ukuran maksimum aggregat untuk beton struktur adalah 2 cm. Untuk struktur
dengan penampang tipis, ukuran aggregat maksimum yang dipakai adalah 1
cm.
 Setelah Pemborong mendapat persetujuan dari Pengawas tentang campuran
beton akan dipakai, serta bahan- bahan yang akan digunakan dalam
campuran beton tersebut. Pemborong harus tetap menggunakan carnpuran
serta bahan-bahan tadi selama pekerjaan beton, kecuali apabila dilakukan trial
mix yang baru dan mendapat peresetujuan dari Pengawas.
Campuran Beton yang dilakukan di Lapangan

 Dalam melakukan pencampuran mutu beton K125 atau K175, baik semen,
agregat, maupun air harus dicampur dengan perbandingan berat. Apabila
akan dilakukan dengan perbandingan volume. Pemborong harus mengajukan
metoda dan alat penakar kepada Pengawas untuk disetujui.
 Pekerjaan cor dengan ketebalan sesuai pada gambar rencana menggunakan
campuran dengan perbandingan sesuai yang tertuang di spesifikasi teknis
atau sesuai arahan dari direksi/pengawas
 Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat Manual. Metoda pengadukan,
kecepatan pengadukan harus disesuaikan dengan rekomendasi dari pabrik
pembuat mesin tersebut. Kapasitas mesin pengaduk tidak boleh dilampaui.
Pengecoran Beton

 Pengecoran beton tidak dibenarkan dimulai sebelum pemasangan besi beton


selesai diperiksa dan mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan.
 Sebelum pengecoran dimulai, semua pekerjaan acuan (bekisting) baja-baja
tulangan, pipa-pipa serta angkur- angkur yang harus ditanam dalam beton,
harus sudah selesai terpasang dan mendapat persetujuan dari Direksi
Lapangan. Tempat- tempat yang akan dicor terlebih dahulu harus dibersihkan
dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lain-lain) dan
dibasahi dengan air semen.
 Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan
adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian yang akan mengakibatkan
pengendapan agregat.
 Pengecoran dilakukan secara terus menerus. Adukan yang tidak dicor dalam
waktu lebih dari 15 menit setelah pengadukan beton dan juga adukan yang
tumpah dalam pengangkutan tidak diperkenankan untuk dipakai lagi.
 Pada pengecoran lanjutan (sambungan antar beton lama dan beton baru),
maka permukaan beton lama terlebih dahulu harus dibersihkan dan
dikasarkan dengan menyikat sampai aggregat kasar tampak, kemudian
disiram dengan air semen. Lokasi dari Construction joint ini harus disetujui
oleh Direksi Lapangan.
 Beton tidak diperkenankan dicor dalam keadaan hujan. Penyedia jasa harus
menyediakan pelindung atau metoda lain pada saat hujan.
Pemeliharaan Beton ( Curing)

 Beton harus dilindungi selama berlangsung proses pengerasan terhadap


matahari, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan pengerusakan
secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya.
 Semua permukaan beton yang terbuka harus dijaga tetap basah, selama 24
hari dengan menyemprotkan air atau menggenangi dengan air pada
permukaan beton tersebut ataupun dengan menutupi dengan karung goni
basah.
 Metode pemeliharaan beton harus diajukan oleh Pemborong pada Pengawas
untuk disetujui. Selain menggunakan air, apabila diperlukan pemeliharaan
beton dapat dilakukan dengan campuran kimia untuk pemeliharaan beton.
Campuran kimia ini harus benar-benar telah dibersihkan pada saat pekerjaan
finishing dimulai.
Finishing Beton

 Beton yang permukaannya kelihatan (exposed) harus di finishing dengan


adukan. Lubang-lubang yang terjadi pada beton harus diisi dengan adukan.
 Lubang-lubang pada permukaan beton tidak boleh lebih besar dari 3 mm,
lubang yang lebih besar diameter 3 mm tapi lebih kecil dari 20 mm tidak boleh
melebihi 0.5% dari permukaan beton tersebut. Lubang yang lebih besar dari
20 mm tidak diperkenankan. Apabila terdapat lubang yang lebih besar dari 20
mm, harus dikonsultasikan oleh Pengawas.
 Jika permukaan beton tidak cacat, adukan yang digunakan untuk perbaikan
harus berwarna sama dengan beton disekelilingnya. Sampel harus dibuat
dahulu sebelum perbaikan permukaan beton tersebut dimulai.
5. Pekerjaan Keramik
a. Dinding Keramik
Bahan yang digunakan
 Warna dan motif disesuaikan dengan perencanaan.
 Ukuran keramik 20 x 25 cm.
 Lantai dibuat tidak licin dengan kemiringan lubang tempat pembuangan kurang
lebih 1%.
 Setelah lantai dan dinding siap, maka ubin-ubin yang akan dipasang
diseleksi setempat. Untuk mendapatkan ubin-ubin yang baik.
 Pemotongan unit keramik hanya diperkenankan dengan menggunakan
mesin potong dan dihaluskan dengan mesin gurinda.
 Setelah permukaan lantai dan dinding rata, keramik dipasang dengan
menggunakan pasta perekat khusus, campuran adukan 1 PC : 2 Pasir
dengan ketebalan 2 cm.
 Dalam hal penggunaan tile adhesive supaya dilaksanakan sesuai instruksi
penggunaan oleh manufakturer/pabrik.
 Lebar siar (naad) dilaksanakan dengan rata, sama besar dan
setiap perpotongan siar ujung-ujung runcing dan rapi, membentuk dua
garis lurus yang saling tegak lurus.
 Bidang ubin harus rata, aduk terisi padat serta siku dan waterpass.
 3 x 24 Jam setelah pemasangan keramik selesai, siar (naad) diisi dengan
grouting warna, sedemikian rupa sehingga lubang-lubang terisi padat,
sesuai persetujuan Direksi Lapangan.
 Kelebihan air semen, dalam keadaan basah langsung dibersihkan
dari permukaan lantai dan dinding.
 Selama masa pengeringan 3 x 24 jam setelah pemasangan
keramik, permukaannya jangan tertekan atau terkena benturan.
 Sisa air semen dibersihkan hati-hati dengan menggunakan sikat kuningan
serta larutan lemah air keras.
 Bahan - bahan yang dapat merusak unit-unit keramik seperti : minyak,
residu, teak oil harus dijauhkan dari permukaan lantai dan dinding
6. Pekerjaan Plesteran Dan Acian

 Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang digunakan


sesuai dengan petunjuk Direksi Lapangan tertulis dalam uraian dan syarat
pekerjaan ini.
 Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana perkerjaan bidang beton atau
pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh Direksi Lapangan sesuai uraian
syarat pekerjaan ini.
 Untuk dinding bagian luar Bangunan diplester dan Aci.
 Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam gambar
arsitektur terutama pada garnbar detail dan gambar potongan mengenai ukuran
tebal/tinggi/peil dan bentuk profilnya.
 Campuran adukan perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume, cara
pembuatannya menggunakan mixer selama 3 menit.
 Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan
instalasi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.
 Untuk beton, sebelum diplester permukaan harus dibersihkan dari sisa-sisa
bekisting dan permukaan di scrath terlebih dahulu dan semua lubang-lubang bekas
pengikat bekisting atau form time harus tertutup adukan plester.
 Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan difinish
dengan cat dipakai pelesteran halus (acian) diatas permukaan plesterannya.
 Untuk dinding tertanam di dalam tanah memakai spesi kedap air.
 Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya diberi
alur-alur garis horizontal atau di scrath untuk memberi ikatan yang lebih baik
terhadap bahan finishingnya kecuali untuk yang menerima cat.
 Pasangan kepala pelesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan
menggunakan Tali untuk patokan kerataan bidang.
 Ketebalan pelesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom.
 Untuk setiap permukaan bahan yang ada beda jenisnya yang bertemu dalarn satu
bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7 cm dalamnya 0,5
cm, kecuali bila ada petunjuk lain di dalam gambar.
 Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau cembung
bidang yang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m, jika melebihi, penyedia
jasa berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan penyedia jasa.
 Kelembaban pelesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar
tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi pelesteran setiap kali terlihat kering dan
melindungi dari terik panas matahari langsung dengan bahan penutup yang bisa
mencegah penguapan air secara cepat.
 Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, pelesteran harus
dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterirna oleh Direksi
Lapangan dengan biaya atas tanggungan Penyedia jasa selama 7 (tujuh) hari
setelah pengacian selesai, Penyedia jasa harus selalu menyiram dengan air,
sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari.
 Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang belum di finish, maka
penyedia jasa wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan
dan pengotoran bahan lain, Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab
Penyedia jasa dan wajib diperbaiki. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing
permukaan dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu.
7. Pekerjaan Pintu + Ventilasi
Bahan yang digunakan
 Pintu terbuat dari Alumunium.
 Warna dan motif disesuaikan dengan perencanaan.
 Kusen Ventilasi terbuat dari kayu dengan daun kaca silang
 Sebelum melaksanakan pekerjaan, penyedia jasa diwajibkan meneliti
gambar-gambar dan kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-lubang).
Termasuk mempelajari bentuk, penempatan, cara pemasangan, mekanisme
dan detail-detail sesuai gambar.

 Sebelum pemasangan, penimbunan bahan-bahan pintu ditempat pekerjaan


harus ditempatkan pada ruangan/tempat dengan sirkulasi udara yang baik,
tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban.

 Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.

 Daun pintu menggunakan sekrup galvanized atas persetujuan Direksi


Lapangan tanpa meninggalkan bekas cacat pada permukaan tampak.

8. Pekerjaan Pengecetan

 Sebelum pengecetan dimulai, penyedia jasa harus melakukan pengecetan pada


satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang – bidang
tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur, material dan cara
pengerjaan.

 Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi Lapangan, bidang-
bidang ini akan dipakai sebagai standar minimal keseluruhan pekerjaan
pengecetan.

 Apabila terjadi kerusakan baik yang terlihat maupun yang tersembunyi dan tidak
disebabkan oleh owner maka penyedia jasa memperbaiki seluruh pekerjaan yang
rusak sampai dengan disetujui oleh Direksi Lapangan dengan seluruh biaya
ditangggung oleh penyedia jasa.

 Untuk pengecatan dinding,permukaan dinding harus kering minimal berusia 14


hari bebas dari kotoran, debu, minyak, oli. Apabila permukaan dinding kadar
alkalinya diatas PH 7 meskipun plesteran telah cukup lama maka bidang dinding
tersebut harus dicuci dahulu menggunakan larutan asam HCl dengan kadar 10%
kemudian dibilas dengan air bersih dan biarkan dinding mengering. Selanjutnya
dinding di ampelas permukaan selanjutnya bersihkan dengan air biarkan dinding
mengering, jika terdapat pengapuran bidang dinding tersebut harus dicuci dengan
larutan Washing Compound seperti Mowilex kemudian dibilas dengan air bersih
sampai larutan tersebut tidak tersisa dan biarkan mengering.

 Pekerjaan cat finishing dilakukan dengan kuas/rol minimal sebanyak 3 lapis atau
sampai merata. Lapis pertama dan lapis kedua aplikasikan cat dengan pengecer
air bersih 20 – 30 %, lapis ketiga aplikasikan cat dengan pengecer air bersih 10 –
20 % sampai dengan merata.

 Untuk warna-warna yang sejenis, penyedia jasa diharuskan menggunakan kaleng-


kaleng dengan nomor pencampuran (batch number) yang sama.

 Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata
sesuai yang diinginkan tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga
terhadap pengotoran-pengotoran atau menjadi cacat akibat pekerjaan lanjutan.

9. Perkerjan Septik Tank


 Letak dan posisi Septik Tank berada pada lahan yang datar, tidak berada pada
lahan yang berlereng curam atau labil.
 Septik Tank berjarak minimal 5 M dari tempat penimbunan sampah, septictank dan
berjarak minimal 1 M dari pondasi bangunan.
 Ukuran septic tank sesuai gambar rencana dan sesuai persetujuan Direksi
lapangan.
 pembuatan septic tank ini harus dapat kedap air agar nantinya limbah fases tidak
akan mencemari lingkungan sehingga hasilnya akan sangat ramah bagi
lingkungan.
 Membuat saluran pemasukkan yang mengalirkan air kotor kedalam Septik Tank
dengan menggunakan pipa paralon tipe AW dia. 4”.
 Lantai dasar tangki septik harus dibuat miring ke arah bilik endapan Lumpur Tinja.
 Pipa air masuk ke dalam tangki septik, lebih tinggi lebih kurang 2,5 cm dari pipa air
keluar
 Tangki septik dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan lubang penghawaan
yang terbuat dari Pipa Gip 2” untuk membuang gas hasil penguraian
 Menutup bagian sumur resapan dengan plat beton.
10. Pekerjaan Bak Resapan
 Letak dan posisi sumur resapan berada pada lahan yang datar tdak berada pada
lahan yang berlereng curam atau labil.
 Sumur resapan berjarak minimal 5 M dari tempat penimbunan sampah, septictank
dan berjarak minimal 1 M dari pondasi bangunan.
 Kedalaman sumur resapan mencapai kedalaman tanah berpasir, atau maksimal 2
M dibawah permukaan air tanah.
 Struktur tanah harus memiliki permebialitas minimal 2,0 Cm/jam.
 Membuat saluran pemasukkan yang mengalirkan air kotor kedalam sumur resapan
dengan menggunakan pipa paralon tipe AW dia 4”.
 Membuat saluran pembuangan dari sumur resapan menuju saluran riol lingkungan
yang berfungsi membuang limpahan air saat sumur resapan kelebihan air.
Ketinggian pipa pembuangan harus lebih tinggi dari muka air tanah tertinggi pada
saluran drainase jalan.
 Mengisi lubang sumur resapan dengan urutan dari atas kebawah ijuk, kerikil dan
pasir, masing-masing tebal 40 cm.
 Menutup bagian sumur resapan dengan plat beton.
 Pembuatan Bak Resapan harus sesuai gambar rencana dan mendapat
persetujuan Direksi Lapangan.
11. Paving Blok
Bahan Paving
 Ukuran dimensi Paving Blok Natural 10cm x 21cm x 6 cm
 Paving block dalam kondisi yang baik, tidak pecah, dan tidak mudah pecah pada
sisi pinggirnya (tidak cacat).
 paving block dalam keadaan bersih, bebas dari kotoran seperti minyak, dan lain-
lain.
 Agregat halus berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batu-
batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan dari mesin pemecah batu
(Stone Crusher) untuk pasir alas dan pasir pengisi.
 Benang Pembantu.
 Alat bantu kerja.
Pelaksanaan
 Pembersihan lahan.
 Pemadatan tanah dasar sesuai yang dipersyaratkan direksi lapangan.
 Permukaaan pondasi yang berhubungan dengan pasir alas harus rata, tidak
bergelombang dan rapat.
 pasir alas tidak boleh digunakan untuk memperbaiki ketidak-sempurnaan
pondasi.
 Pembuatan Pasir alas setebal ± 5 cm.
 Pemasangan baris pertama harus dijaga dengan hati-hati. Untuk membentuk pola
yang baik.
 Celah antar paving berkisar antara 2-4 mm
 Untuk membentuk pola yang baik, unit paving blok harus mengikuti benang
pembantu dengan sudut yang tepat.
 Lakukan pemadatan, kemudian celah antar paving diisi pasir halus setelah itu
baru dilakukan pemadatan ulang.
 Pasangan kanstin beton sebagai pengunci paving block, agar paving block yang
sudah terpasang tidak bergeser.
 Pasangan kanstin beton harus sesuai dengan gambar rencana dan disetujui oleh
direksi lapangan.
12. Plumbing

 Pipa yang digunakan adalah pipa PVC


 Penerapan Pipa seperti halnya pipa pvc pada umumnya, dalam hal
penyambungan dll.
 Dimensi pipa sanitasi menggunakan pipa 4 inch, 3 inch dan ¾ inch.
 Untuk instalasi Khusus Perpipaan “ Black water dan Greay Water” diberi
kemiringan 1%.
Pelaksanaan
 Aliran air dalam pipa telah ditentukan dalam gambar rencana, sehingga semua
pekerjaan pipa harus dipasang sesuai dengan gambar rencana.
 Apabila pipa-pipa dipasang/ditanam di dalam tanah, maka dasar parit-parit galian pipa
harus rata dan bebas dari benda-benda yang keras seperti batu atau kerikil kasar.
 Tidak diperbolehkan membengkokkan pipa, tapi harus menggunakan alat rakit belokan
(asesoris), seperti bend elbar, pencabang (tee) untuk maksud tersebut.
 Pipa tidak boleh diturunkan kedalam parit sebelum parit mempunyai kedalaman yang
ditentukan dalam gambar rencana.
 Cara atau metoda penimbunan kembali harus dilakukan lapis demi lapisan kemudian
dipadatkan sekeliling dan diatas pipa dengan cara yang tidak merusak pipa.
 Setelah pipa-pipa tersambung dan terpasang harus diuji kebocoran, untuk itu bagian-
bagian sambungan pipa yang sudah terpasang tersebut tidak boleh ditimbun sebelum
pengujian selesai. Pekerjaan dinyatakan selesai dengan baik bila tidak terdapat tanda-
tanda adanya kebocoran.
13. Laporan Progres, As Build Drawing dan Dokumentasi Hasil Pelaksanaan
Laporan Progres, As Built Drawing (gambar bangunan terpasang/jadi) dan Dokumentasi
pelaksanaan akan disiapkan pada saat penyerahan pertama pekerjaan untuk keperluan
pemeriksaan dan akan diserahkan pada Direksi Lapangan pada saat penyerahan kedua,
sebanyak 3 rangkap (1 asli + 2 salinan),
Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan mulai tahap 0%, 50% sampai dengan 100% dengan
penggambilan gambar pada sudut pandang yang sama.

Penawar,
CV. GUNAWAN

SOEBANJAR. S
Direktur

Anda mungkin juga menyukai