Anda di halaman 1dari 38

SPESIFIKASI TEKNIS

Konstruksi Penataan Taman Ratu Safiatuddin


(Tahap 3)
DPA-SKPA Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh
Tahun Anggaran 2019
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT


Pekerjaan Konstruksi Penataan Taman Ratu Safiatuddin
(tahap 3)

1
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

SPESIFIKASI UMUM

Keterangan :

Spesifikasi teknis disusun oleh panitia pengadaan berdasar jenis pekerjaan yang
akan dilelangkan, dengan ketentuan :

1. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup


kemungkinan digunakannya produksi dalam negeri;
2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional;
3. Metoda pelaksanaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan;
4. Jadwal waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan;
5. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama
minimal yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
6. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan;
7. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;
8. Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang
diinginkan;
9. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.

PASAL 1
PENJELASAN DAN KETENTUAN UMUM

1.1 Lingkup Pekerjaan


1.1.1 Pekerjaan yang dilaksanakan seperti yang dimaksud dalam Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS) dan gambar-gambar rencana.
1.1.2 Pekerjaan ini adalah Pekerjaan Konstruksi Penataan Taman Ratu Safiatuddin
(Tahap 3)
1.1.3 Lokasi Pekerjaan adalah di Kota Banda Aceh

1.2 Kewajiban Pelaksana


1.2.1 Pelaksana harus melindungi Pemilik dari tuntutan atas Hak Paten, Lisensi, serta Hak
Cipta yang melekat pada barang, bahan dan jasa yang digunakan atau disediakan
Pelaksana untuk melaksanakan pekerjaan.

2
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

1.2.2 Pelaksana berkewajiban meneliti Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis/RKS,


gambar-gambar rencana/detail, gambar kerja (shop drawings) dan dokumen
lainnya, memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan, melakukan pengukuran dan
mengkaji ulang seluruh lingkup pekerjaan dan menganalisis kebutuhan untuk
kelancaran dan penyelesaian pekerjaan.
1.2.3 Dalam hal standarisasi pelaksananaan, Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa
Standar yang diajukan Kontraktor tidak menjamin secara substansial sama atau
lebih tinggi dari Standar yang disyaratkan , maka Kontraktor harus tetap
memenuhi ketentuan Standar yang disyaratkan dalam Dokumen Kontrak.
1.2.4 Apabila ada perbedaan antara Standar yang disyaratkan dengan Standar yang
diajukan oleh Pelaksana, Pelaksana harus menjelaskan secara tertulis kepada
Direksi Pekerjaan, sekurang-kurangnya 28 hari sebelum Direksi Pekerjaan
menetapkan Setuju atau Ditolak.
1.2.5 Pelaksana harus mengerjakan seluruh volume pekerjaan sesuai dengan RAB, RKS,
gambar-gambar pelaksanaan dan dokumen lainnya.
1.2.6 Pelaksana harus menyediakan:
a. Bahan-bahan/material yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan yang
memenuhi syarat yang telah ditentukan dan dengan persetujuan direksi/
pengawas.
b. Tenaga kerja ahli yang cukup sesuai dengan bidangnya masing-masing, dan
menunjuk seorang supervisor dan pelaksana kegiatan di lapangan yang dapat
mengarahkan pelaksanaan pekerjaan dan mengkoordinir para tenaga kerja
serta mempertanggung jawabkan segala konsekuensi pekerjaan di lapangan.
c. Peralatan yang diperlukan untuk masing-masing jenis pekerjaan.
d. Modal yang cukup untuk menunjang setiap kegiatan dalam rangka
penyelesaian pekerjaan seperti terdapat dalam RAB, gambar rencana dan RKS.
1.2.7 Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat teknis, gambar rencana/gambar detail,
penjelasan/keputusan direksi/pengawas dan syarat-syarat teknis lain yang sudah
baku yang tidak disebutkan dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis ini.

1.3 Syarat-syarat Pelaksanaan dan Laporan :


1.3.1 Pelaksanaan pekerjaan harus berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang
terdapat di dalam :
a. Peraturan-peraturan dan persyaratan yang berhubungan dengan bangunan,
tenaga kerja, dan petunjuk-petunjuk serta peringatan tertulis yang diberikan
direksi/pengawas.

3
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

b. Rencana kerja dan syarat-syarat pekerjaan serta risalah penjelasan pekerjaan.


Jika ternyata dalam RKS ini terdapat kelainan atau penyimpangan dengan
peraturan-peraturan sebagaimana yang dimaksud di atas, maka segala
perubahannya tetap berlaku.
c. Gambar-gambar pelaksanaan yang meliputi gambar-gambar rencana, gambar
detail dan gambar-gambar yang dibuat oleh pelaksana berupa shop drawings
harus mendapat persetujuan direksi/pengawas.
d. Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pekerjaan rehabilitasi fisik ini
secara umum meliputi :
1. PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia).
2. PBI (Peraturan Beton Indonesia).
3. SK SNI T.12-1881-03 (Pedoman Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung).
4. PUBI (Peraturan Umum Untuk Bahan Bangunan Indonesia).
5. Peraturan dan Syarat-Syarat tata cara pemakaian dan perawatan yang
dikeluarkan oleh produsen bahan.
6. Peraturan-peraturan pendukung lainnya dengan segala perubahan yang
terakhir dari peraturan tahun sebelumnya.
7. Peraturan daerah tentang pelaksanaan bangunan di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
8. Undang-undang perburuhan.
9. Ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh pabrik/produsen bahan
bangunan yang digunakan.
10. Ketentuan-ketentuan hasil pengujian laboratorium.
1.3.2 Laporan Harian dan Laporan Bulanan
a. Laporan Harian
Pelaksana harus membuat laporan harian atau laporan periodik atas
setiap bagian pekerjaan yang diminta Direksi dan dalam bentuk yang disetujui
oleh Direksi. Laporan dimaksud harus memuat, tetapi tidak dibatasi, data-data
berikut :
Keadaan cuaca, jumlah tenaga staf dan buruh yang dipekerjakan serta
keterampilannya, jumlah bahan-bahan di tempat pekerjaan, jumlah bahan
yang sedang dipesan, kemajuan pekerjaan, persiapan pekerjaan dan peralatan
serta data-data percobaan laboratorium, kecelakaan dan informasi yang lain
yang berkaitan erat dengan kemajuan pekerjaan.

4
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

b. Laporan Bulanan Kemajuan Pekerjaan


Sebelum tanggal sepuluh setiap bulan atau pada waktu yang telah
ditetapkan Direksi, Pelaksana harus menyerahkan 5 (lima) salinan Laporan
Kemajuan Bulanan dalam bentuk yang bisa diterima oleh Direksi, yang
menggambarkan secara detail kemajuan pekerjaan selama bulan yang
terdahulu. Laporan sekurang kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut :
1. Prosentase total pekerjaan yang telah dilaksanakan berdasarkan kenyataan
yang dicapai pada bulan laporan dan prosentase rencana yang
diprogramkan pada bulan berikutnya.
2. Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang telah diselesaikan, disertai
dengan prosentase rencana yang diprogramkan, dan diberi keterangan
mengenai kemajuan pekerjaan.
3. Jadwal rencana kegiatan mendatang yang akan dilaksanakan dalam waktu
dua bulan berturut-turut dengan perkiraan tanggal permulaan dan
penyelesaian.

1.4 Rapat Bersama Untuk Membicarakan Kemajuan Pekerjaan


Rapat tetap antara Direksi dan Pelaksana diadakan seminggu sekali pada waktu
yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Maksud dari pada rapat ini membicarakan
pekerjaan yang sedang dilakukan, pekerjaan yang diusulkan untuk minggu selanjutnya
dan membahas permasalahan yang timbul agar dapat segera diselesaikan.

1.5 Bahan-bahan dan Alat yang harus disediakan


Pelaksana harus menyediakan seluruh alat produksi dan material yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan pekerjaan kecuali bila disebutkan tersendiri di dalam Kontrak. Jika tidak
ditentukan lain, segala peralatan dan material yang membutuhkan bagian pekerjaan baru
dan harus disesuaikan dengan standar menurut dokumen lelang. Bahan-bahan yang akan
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus mengutamakan produksi dalam negeri.
Apabila disebabkan karena sesuatu hal sehingga bahan yang dimaksud tidak dapat
diperoleh di dalam negeri, maka Pelaksana dapat melakukan pemesanan dari luar negeri
setelah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pemberi Pekerjaan. Pelaksana harus
melaporkan kepada Direksi, bilamana bermaksud untuk mensuplai peralatan dan material
yang tidak sesuai dengan standar sebagai tersebut di atas dan harus mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi.

5
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

1.6 Alat-alat Produksi


Pelaksana harus menyediakan segala alat produksi yang diperlukan secukupnya
untuk pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan. Direksi boleh meminta kepada Pelaksana
untuk menyediakan alat produksi tambahan dan peralatan lain bilamana menurut
pertimbangannya penting untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan Kontrak.
Pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan serta suku cadang dan harus menjaga
persediaan yang cukup untuk tidak memperlambat pelaksanaan pekerjaan.

1.7 Material Pengganti


Pelaksana harus berusaha mendapat material yang ditentukan, bilamana material
yang ditentukan tidak mungkin diperoleh dengan alasan yang dapat diterima, Pelaksana
dapat menggunakan material pengganti, tetapi harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi. Harga satuan penawaran pada Daftar Kuantitas dan
Harga Pekerjaan tidak diperkenankan untuk dinaikkan akibat penggantian material.

PASAL 2
PEKERJAAN PERSIAPAN

2.1 Pembersihan Lahan


Pembersihan lahan dilakukan pada areal pekerjaan dari segala kotoran/sampah
dan akar-akar kayu.

2.2 Pagar Sementara


Apabila diperlukan untuk pengamanan Pelaksana harus membuat pagar
sementara pada daerah kerja dan semua tanah yang ditempati untuk melaksanakan
kewajibannya sesuai dengan syarat-syarat kontrak atas biaya dari kontrak sendiri. Apabila
pagar sementara perlu didirikan sepanjang jalan umum, jalan kereta api, harus merupakan
tipe yang diminta dan disetujui oleh Pemerintah Setempat.

2.3 Sarana Air Kerja Dan Penerangan


2.3.1 Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung, Pelaksana
harus memperhitungkan biaya penyediaan air bersih tidak mengandung lumpur
guna keperluan air kerja, air minum untuk pekerja dan air kamar mandi/WC.
2.3.2 Air yang dimaksud adalah air bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber air,
serta pengadaandan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperlua
pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan Direksi Keet, Kantor Pelaksana, Kamar
mandi/WC atau tempat-tempat lain yang dianggap perlu.

6
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

2.3.3 Pelaksana juga harus menyediakan Sumber Tenaga Listrik untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan Direksi Keet/gudang dan penerangan Proyek
pada malam hari sebagai keamanan selama proyek berlangsung selama 24 jam
penuh dalam sehari.
2.3.4 Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau dengan
Generator Set dan semua perizinan untuk pekerjaan tersebut menjadi tanggungan
jawab Pelaksana.
Pengadaan fasilitas penerangan tersebut termasuk pengadaan dan pemasangan
instalasi dan armatur, stop kontak serta sakelar/panel.

2.4 Barak Untuk Pekerjaan, Ruang Direksi, Gudang Dan Ruang Rapat Lapangan
2.4.1 Barak untuk kerja, ruang direksi, gudang dan ruang rapat dilapangan dibuat
ditempat sekitar bangunan yang akan dikerjakan, dan lengkap dengan
peralatannya letak ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
2.4.2 Bahan-bahan utama atau bahan-bahan tambahan yang seharusnya mendapat
perlindungan, harus disimpan didalam gudang yang cukup menjamin
perlindungan.
2.4.3 Ruang Rapat Lapangan.
Pembuatan Ruang rapat lapangan dibuat di lokasi proyek untuk melaksanakan
rapat-rapat bersama dan lain-lain.

2.5 Yang Harus Diserahkan Pada Proyek


Dengan selesainya waktu pemeliharaan atau pada tanggal-tanggal lebih awal dari
yang dikehendaki oleh Direksi, Pelaksana harus mengosongkan dan menyerahkan pada
Direksi seperti yang ditentukan dalam pasal ini. Pelaksana tidak membongkar atau
merusak bangunan, peralatan, barang-barang yang berfaedah, kantor-kantor, gudang
dan lainnya seperti tercantum dalam spesifikasi ini. Semua unit perumahan, kantor, dan
fasilitas lain harus dibersihkan dan dalam keadaan baik kecuali untuk yang dibongkar bila
diserahkan kepada Pemberi Pekerjaan.

2.6 Keselamatan Kerja


2.6.1 Kontraktor harus menjamin keselamatan para pekerja (K3) sesuai dengan
persyaratn yang ditentukan dalam Peraturan Perburuhan atau persyaratan yang
diwajibkan untuk setiap bidang pekerjaan.
2.6.2 Di dalam lokasi harus tersedia kotak obat lengkap untuk Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan (P3K).

7
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

2.7 Papan Nama Proyek


2.7.1 Kontraktor wajib membuat Papan Nama Proyek yang ditempatkan di lokasi-lokasi
tertentu menurut petunjuk Direksi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah
terbitnya Surat Keputusan Pemenang Pelelangan dan diletakan pada tempat yang
mudah di baca dari jalan umum.
2.7.2 Papan Nama tersebut harus dibuat dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Ukuran papan (150 x 100) cm² harus dibuat dari papan kayu kelas II.
b. Tiang penyangga dan penyokong dibuat dari kayu kelas I ukuran (5x7) cm².
c. Pemasangan papan nama sedemikian rupa sehingga tepi bawah terletak
setinggi 2 m dari tanah. Bagian tanah tiang penyangga dan penyokong
ditanam, di dalam lubang yang kemudian dicor dengan beton tumbuk
campuran 1 : 3 : 5 (dalam volume) sedalam 40 cm di dalam tanah dan 10 cm di
atas tanah.
d. Pengecatan papan nama tersebut harus dilakukan dengan cat meni sekali, cat
dasar sekali dan cat penutup sekali. Isi tulisan, warna/cat serta bentuk tulisan
akan ditentukan kemudian dan atas petunjuk direksi/pengawas.
e. Pelaksana wajib memelihara dan merawat papan nama dan menjaga agar
tetap dalam keadaan baik sampai dengan penyerahan pekerjaan yang terakhir
kalinya kepada Direksi Pekerjaan.

2.8 Photo Kemajuan Pekerjaan


Pelaksana harus menyerahkan photo berwarna kepada Direksi mengenai
kemajuan pekerjaan (dengan ukuran tidak kurang 8 cm x 12 cm) pada lokasi yang telah
ditentukan Direksi selama masa Kontrak.
Photo diambil pada waktu awal dan selesainya pelaksanaan pekerjaan, serta pada
waktu yang ditetukan oleh Direksi. Photo yang harus diserahkan kepada Direksi
dilampirkan pada laporan kemajuan bulanan dan masing-masing sebanyak 5 (lima)
rangkap. Tanggal dan penjelasan dari tiap photo perlu dicantumkan. Biaya pembuatan
photo tidak akan dibayar terpisah dan dianggap termasuk dalam harga satuan untuk tiap
pekerjaan pada Biaya Kuantitas Pekerjaan.

PASAL 3
LINGKUP PEKERJAAN

3.1 Lingkup pekerjaan kegiatan Proyek ini meliputi :


1. Pekerjaan Persiapan;
2. Pemasangan Bouwplank;

8
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

3. Penggalian dan Penimbunan;


4. Pekerjaan Pondasi;
5. Pekerjaan Beton Bertulang;
6. Pekerjaan Batu Kosong
7. Pekerjaan Batu Gunung
8. Pekerjaan Plesteran.
9. Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding.
10. Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela Kayu
11. Pekerjaan Sanitair / Plumbing
12. Pekerjaan Pengecatan.
13. Pekerjaan Lain - Lain

PASAL 4
PEKERJAAN PERSIAPAN

4.1 Lingkup Pekerjaan


4.1.1 Pekerjaan ini meliputi penyediaan, pendayagunaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantunya yang dibutuhkan dalam melaksanakan
pembangunan pada proyek ini.
4.1.2 Bagian ini meliputi pembersihan lokasi, pemasangan bowplank, pembutan Direksi
Keet dan Gudang Material, penyediaan air kerja dan penerangan kerja, serta
mobilisasi dan demobilisasi.

4.2 Pembongkaran Bangunan Lama dan Permbersihan Lokasi


Pemborongkaran bangunan lama dilaksanakan dengan tidak menggangu/
merusak bangunan lain yang telah ada. Sebelum memulai pekerjaan Pembangunan
Gedung baru, Pemborong wajib membersihkan lokasi dari puing-puing, tumbuh-
tumbuhan, batu-batuan serta benda lainnya yang dianggap dapat mengganggu
pelaksanaan pembangunan.

4.3 Peralatan Kerja dan Mobilisasi


4.3.1 Pemborong harus mempersiapkan dan mengadakan peralatan-peralatan kerja
dan perlatan bantu yang akan digunakan di lokasi proyek sesuai dengan lingkup
pekerjaan serta memperhitungkan segala biaya pengangkutan.
4.3.2 Pemborong harus menjaga ketertiban dan kelancaran selama perjalanan alat-alat
berat yang menggunakan jalanan umum agar tidak mengganggu lalu-lintas.

9
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

4.3.3 Pengawas atau pemberi tugas berhak memerintahkan untuk menambah peralatan
atau menolak peralatan yang tidak sesuai atau tidak memenuhi persyaratan.
4.3.4 Bila pekerjaan telah selesai, pemborong diwajibkan untuk segera menyingkirkan
alat-alat tersebut, memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan
membersihkan bekas-bekasnya.
4.3.5 Disamping untuk menyediakan alat-alat yang diperlukan seperti dimaksudkan
pada point 4.3.1, pemborong harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat
bekerja pada kondisi apapun, seperti : tenda-tenda untuk bekerja pada waktu hari
hujan, perancah (scafolding) pada sisi luar bangunan atau tempat lain yang
memerlukan, serta peralatan lainnya.

4.4 Pengukuran
4.4.1 Pemborong harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran dan
penelitian ukuran tata letak atau ketinggian bangunan (Bouwplank), termasuk
penyediaan Back Mark atau Line Offset Mark, pada masing-masing lantai
bangunan.
4.4.2 Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada pengawas agar dapat ditentukan
sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
gambar rencana dan persyaratan teknis.
4.4.3 Titik nol ditentukan oleh direksi atau pihak tertentu yang ditunjuk oleh direksi.
Selanjutnya titik nol menjadi acuan terhadap penentuan peil/elevasi untuk bidang
vertikal dan area untuk bidang horizontal.
4.4.4 Penentuan titik lain di lapangan dilakukan oleh pihak pelaksana dengan
menggunakan theodolit, waterpass, meteran dan alat lain yang telah dijamin
ketelitiannya.
4.4.5 Pihak pelaksana harus bertanggungjawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan
menurut ukuran-ukuran yang telah ditentukan dalam syarat-syarat teknis serta
gambar rencana/desain dan perubahan-perubahannya setelah mendapat
persetujuan direksi/pengawas.
4.4.6 Pelaksana membuat shop drawings untuk setiap perubahan ukuran dan harus
mendapat persetujuan direksi/pengawas.

4.5 Sarana Air Kerja dan Penerangan


4.5.1 Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung,
pemborong harus memperhitungkan biaya penyediaan air bersih guna keperluan
air kerja, air minum untuk pekerja dan air kamar mandi.

10
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

4.5.2 Air yang dimaksud adalah bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber air, serta
pengadaan dan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan
pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan direksi keet, kantor pemborong,
kamar mandi/WC atau tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
4.5.3 Pemborong juga harus menyediakan sumber tenaga listrik untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan direksi keet dan penerangan proyek pada
malam hari sebagai keamanan selama proyek berlangsung selama 24 jam penuh
dalam sehari.
4.5.4 Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau dengan
pengadaan Generator Set, dan semua perijinan untuk pekerjaan tersebut menjadi
tanggung jawab pemborong. Pengadaan fasilitas penerangan tersebut termasuk
pengadaan dan pemasangan instalasi dan armatur, stop kontak serta saklar/panel

4.6 Keamanan Proyek


4.6.1 Pemborong harus menjamin keamanan proyek baik untuk barang-barang milik
pemborong, pengawas atau pengelola proyek, serta menjaga keutuhan
bangunan-bangunan yang ada dari gangguan para pekerja pemborong ataupun
kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaan.
4.6.2 Pemborong harus menempatkan petugas-petugas keamanan selama 24 jam
penuh setiap hari, yang dibagi dalam 3 (tiga) shift, dan harus selalu mengadakan
pemeriksaan pengamanan setiap hari setelah selesai pekerjaan.
4.6.3 Untuk menguasai dan menjaga ketertiban bekerja para pekerjanya, setiap pekerja
pemborong diharuskan mengenakan tanda pengenal khusus yang harus dipakai
pada bagian badan yang mudah terlihat oleh petugas keamanan.
4.6.4 Pekerja pemborong tidak diijinkan menginap di lokasi kecuali petugas keamanan
yang sedang bertugas pada malam hari.

4.7 Keselamatan Kerja


4.7.1 Pemborong harus menjamin keselamatan kerja sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan dalam peraturan perburuhan atau persyaratan yang diwajibkan untuk
setiap bidang pekerjaan.
4.7.2 Di dalam lokasi harus taersedia kotak obat pelengkap untuk pertolongan pertama
pada kecelakaan (PPPK).

4.8 Ijin - Ijin


4.8.1 Pemborong harus mengurus dan memperhitungkan biaya untuk membuat ijin-ijin
yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, antara lain: ijin

11
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

peneringan, ijin pengambilan material, ijin pembuangan, ijin pengurugan, ijin


trayek dan pemakaian jalan, ijin penggunaan bangunan serta ijin-ijin lain yang
diperlukan sesuai dengan ketentuan/peraturan daerah setempat.
4.8.2 Biaya Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), menjadi tanggung jawab pemilik proyek,
dengan pengurusan dibantu konsultan perencana dan konsultan pengawas serta
pemborong.
4.8.3 Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh hal tersebut ayat (1)
di atas menjadi tanggung jawab pemborong.

PASAL 5
PEMASANGAN BOUWPLANK

5.1. Lingkup Pekerjaan


Meliputi seluruh keliling bangunan.

5.2. Persyaratan Bahan


Bahan dari kayu yang cukup kuat, dengan ukuran untuk patok 5/7 cm dan untuk
papan 2/18 cm.

5.3. Pedoman Pelaksanaan


5.3.1 Papan diketam halus dan lurus pada sisi atasnya
5.3.2 Harus benar-benar water pas (timbang air) dan sudut-sudutnya harus siku
Bouwplank harus terpasang kuat.
5.3.3 Ukuran harus dinyatakan dalam satuan meter dan pada titik ukuran diberi tanda
paku dan garis dengan cat warna merah agar mudah terlihat sewaktu diperlukan.
5.3.4 Setelah bouwplank terpasang harus diminta persetujuan tertulis Direksi, agar
pekerjaan selanjutnya dapat segera dilaksanakan.

PASAL 6
PEKERJAAN PENGGALIAN DAN PENIMBUNAN

6.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan Tanah terdiri dari :
 Galian tanah untuk pekerjaan substruktur (pondasi).
 Timbunan lahan
 Timbunan kembali galian tanah pondasi.
 Timbunan tanah dan pasir bawah lantai.

12
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

 Perataan tanah sekeliling bangunan.

6.2 Persyaratan Bahan


Untuk timbunan bekas galian pondasi, digunakan tanah bekas galian pondasi.
Untuk timbunan bawah lantai digunakan tanah urug dan pasir urug kualitas baik. Tanah
timbunan dan pasir urug harus bersih dari kotoran-kotoran dan akar-akar kayu, serta
sampah lainnya.

6.3 Pelaksanaan Penggalian


6.3.1 Pelaksana dapat memulai penggalian setelah mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan.
6.3.2 Sebelum penggalian dimulai, Pelaksana wajib mengajukan usulan penggalian yang
akan ditempuh minimal menyebutkan :
a. Urutan-urutan pekerjaan penggalian.
b. Metode atau schema penggalian.
c. Peralatan yang digunakan.
d. Jadwal waktu pelaksanaan.
e. Pembuangan galian.
f. Dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerjaan galian.
6.3.3 Pelaksana harus membuat saluran penampung air, didasar galian yang meliputi
areal galian. Air yang terkumpul harus dapat dipompa keluar ke tempat yang aman
agar galian tetap kering, oleh karenanya Pelaksana wajib mempersiapkan pompa
lengkap dengan perlengkapannya untuk keperluan penyedotan air tersebut.
6.3.4 Pelaksana wajib membuat jalan penghubung untuk naik/turun bagi kegunaan
inspeksi.
6.3.5 Pelaksana wajib memperhatikan keselamatan para pekerja, kelalaian dalam hal ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pelaksana.
6.3.6 Penyangga/Penahan Tanah
a. Stabilitas dari permukaan selama galian semata-mata adalah tanggung jaawab
dari Kontraktor yang harus memperbaiki semua kelongsoran-kelongsoran.
Kontraktor harus membuat penyangga-penyangga/penahan tanah yang
diperlukan selama pekerjaan dan galian tambahan atau urugan bila diperlukan.
b. Apabila diperlukan penggalian tegak harus dibuatkan konstruksi turap yang
cukup kuat untuk menahan tekanan tanah di belakang galian. Konstruksi-
konstruksi turap tersebut harus direncanakan dan dihitung oleh Pelaksana dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Selama pelaksanaan tanah di belakang

13
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

galian tidak boleh longsor. Semua biaya turap dan perkuatannya sudah
termasuk beban biaya bangunan dalm kontrak.
c. Pelaksana diharuskan untuk melaksanakan dan merawat semua tebing dan
galian yang termasuk dalam kontrak, memperbaiki longsoran-longsoran tanah
selama masa Kontrak dan masa perawatan.
d. Bila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan dalam
gambar, maka Pelaksana harus mengisi kelebihan tersebut dengan bahan
pondasi yang sesuai dengan spesifikasi pondasi

6.4 Penimbunan
6.4.1 Seluruh bagian site yang direncanakan untuk perletakan bangunan harus ditimbun
sampai ketinggian yang ditentukan, tanah timbunan harus cukup baik, bebas dari
sisa-sisa (rumput, akar-akar dan lainnya).
6.4.2 Penimbunan harus dilakukan lapis-berlapis setebal maksimal 30 cm hamparan
setiap lapisan.
6.4.3 Penimbunan Kembali
a. Semua penimbunan kembali di bawah atau sekitar bangunan dan pengerasan
jalan/parkir harus sesuai dengan gambar rencana. Material untuk penimbunan
harus memenuhi spesifikasi ini.
b. Bila tidak dicantumkan di dalam gambar-gambar detail, maka sebelum
pemasangan pondasi beton, dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug 5
cm (setelah disirami, diratakan, dan dipadatkan), kemudian dipasang lantai
kerja dengan tebal 5 cm dengan adukan 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr dan dan untuk di
bawah lantai juga harus di urug pasir setebal 5 cm kemudian dipasang lantai
Rabat beton dengan adulkan 1 Pc : 3 Ps : 6 Kr.
c. Bila tidak dicantumkan di dalam gambar-gambar detail, maka sebelum
pemasangan sloof beton, di bawah sloof beton dipasang lantai kerja dengan
tebal 5 cm dengan adukan 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr
6.4.4 Pengurugan Tanah/Pemadatan Tanah
a. Semua daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari semua semak-semak,
akar-akar pohon, sampah puing-puing bangunan dan lain-lain sampah,
sebelum pengurugan tanah dimulai.
b. Tanah urug untuk pemadatan tanah. yang digunakan untuk perataan lahan
dan tebing-tebing harus bersih dari sisa-sisa tanaman, sampah dan lain-lain.
c. Bila tanah galian ternyata tidak baik atau kurang dari jumlah yang dibutuhkan
maka Pelaksana harus mendatangkan tanah urug yang baik dan cukup
jumlahnya serta mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

14
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

d. Pengurugan tanah harus dibentuk sesuai dengan peil ketinggian kemiringan


dan ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.
Tanah urug harus ditempatkan dalam lapisan-lapisan setebal maksimum 15 cm
dan harus dipadatkan sebaik-baiknya dengan penambahan air secukupnya
dan penggilingan.
Permukaan dari kemiringan-kemiringan tanah diselesaikan secara rata atau
bertangga sebagaimana diminta oleh Konsultan Pengawas.
e. Pengurugan dengan tanah timbun di bawah lantai dilakukan lapis demi lapis
hingga ketebalan yang ditentukan di bawah lantai, ditumbuk hingga padat.
Lapisan–lapisan urugan untuk ditumbuk ini dibuat maksimal 10 cm per lapisan.
f. Pengurugan kembali dari pondasi harus dilaksanakan dengan memadatkan
tanah urug dalam lapisan-lapisan setebal maksimum 15 cm. Pengurugan ini
tidak boleh dilaksanakan sebelum diperiksa dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
g. Pengurugan tanah untuk dasar pondasi plat/setempat, dimana dasar pondasi
harus diurug maka syarat-syarat pengurugan seperti di atas harus dipenuhi
dengan kepadatan 95 % dalam lapisan-lapisan 20 cm.

PASAL 7
PEKERJAAN PONDASI

7.1 Lingkup Pekerjaan


Meliputi seluruh pengerjaan lantai kerja, pondasi pasangan batu gunung dan
beton bertulang, seperti yang tercantum dalam gambar dan dijelaskan dalam gambar
detail.

7.2 Persyaratan Bahan


Seluruh bahan yang digunakan untuk pondasi harus memenuhi persyaratan yang
diuraikan dalam pasal beton/beton bertulang.

7.3 Pedoman Pelaksanaan


7.3.1 Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu diadakan pengukuran-pengukuran
untuk as-as pondasi sesuai dengan gambar konstruksi yang diminta persetujuan
Direksi tentang kesempurnaan galian.
7.3.2 Pelaksana wajib melaporkan kepada Direksi bila ada perbedaan gambar konstruksi
dengan gambar arsitektur atau bila ada hal-hal yang kurang jelas.

15
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

7.3.3 Dibawah dasar pondasi pasangan batu kali/gunung didasari dengan pasangan
batu kosong (Aanstamping) setebal 10 cm dan pasir urug setebal 5 cm.
7.3.4 Pondasi Tapak dibuat dari pasangan beton bertulang dengan adukan 1 Pc : 1½ Ps
: 2½ Kr.
7.3.5 Pedoman pelaksanaan, adukan harus memenuhi pedoman pada pasal 8

PASAL 8
PEKERJAAN BETON BERTULANG

8.1 Lingkup Pekerjaan


8.1.1 Kualitas yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah :
a. Mutu beton BO untuk pekerjaan beton biasa;
b. Mutu Beton K250 untuk pekerjaan Rabat Beton dan Saluran;
c. Mutu beton K100 untuk lantai kerja;
d. Mutu beton K175 dan K225 untuk :
 Pondasi beton bertulang;
 Sloof beton bertulang;
 Kolom beton bertulang;
 Balok-balok beton bertulang;
 Plat lantai beton bertulang.
8.1.2 Pelaksana harus memberikan/membuat kualitas beton yang baik dengan
memperhatikan data-data pelaksanaan sesuai petunjuk pengawas.
8.1.3 Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan yang
disebut pada pasal 4.7 dan 4.9 PBI 1971. Mengingat bahwa Wc factor yang sesuai
disini adalah sekitar 0,52-0,555, maka pemasukan bahan adukan + ke dalam
cetakan benda uji dilakukan menurut pasal 4.9 ayat 3 PBI-1971 tanpa
menggunakan penggetar. Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus
dibuat minimum 1 benda uji per 1,5 m³ beton hingga diperoleh 20 benda uji yang
pertama. Selanjutnya harus dibuat 2 buah benda uji untuk setiap 5 m³ beton
dengan minimum 2 buah benda uji setiap hari.
8.1.4 Pelaksana harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas yang dibuat.
Laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristik beton tersebut dan
harus disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Laporan tersebut harus disertai
sertifikat dari laboratorium dan harus dibuat rangkap 5 (lima).
8.1.5 Bekisting diasumsikan 2 x pemakaian.
8.1.6 Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimal 5 cm dan maksimal 12
cm. Cara pengujian slump adalah sebagai berikut : Contoh beton diambil tepat

16
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

sebelum dituangkan ke dalam cetakan beton (bekisting). Cetakan beton di


bawahkan dan ditempatkan di atas kayu yang rata atau pelat beton. Cetakan diisi
sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan tersebut diitusuk-tusuk 25
kali dengan besi 15 mm panjang 30 Cm dengan ujung yanng bulat (seperti peluru).
Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap
lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus yang dibawahnya setelah
atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan dana diukur
penurunannya (nilai slumpnya).
8.1.7 Jumlah semen minimal 375 Kg per m³ beton. Khusus pada atap, luifel, konsol,
kamar mandi dan WC, talang beton, dan lantai.
8.1.8 Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di laboratorium yang sesuai dan
disetujui Direksi/Konsultan Pengawas atas biaya Pelaksana.
8.1.9 Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi tidak
tergenang air, selama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.
8.1.10 Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan untuk
umur 3, 7, 14, 21, 28 hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari
prosentase kekuatan yang diminta pada 28 hari, untuk lebih jelasnya lihat tabel
4.1.4 PBI-1971. Angka kekuatan yang diminta, maka harus dilakukan pengujian
beton setempat dengan cara-cara seperti yang ditentukan dalam PBI-1971.
8.1.11 Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung setelah
seluruh adukan masuk ke dalam mixer.
8.1.12 Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara yang tidak berakibat terjadinya pemisahan komponen-komponen
beton.
8.1.13 Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.
8.1.14 Minimal 2 (dua) hari sebelum pengecoran dilakukan, Pelaksana harus
memberitahukan kepada Direksi/Konsultan Pengawas dan pengecoran baru dapat
dilakukan setelah mendapat izin tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.
Sebelum memberikan persetujuan pengecoran Direksi/Konsultan Pengawas wajib
memeriksa pembesian yag terpasang pada daerah yang akan di cor.
8.1.15 Di luar uraian diatas untuk pekerjaan yang memerlukan penggunaan beton bukan
sebagai struktur utama (misalnya : beton rabat) dapat dipakai campuran adukan
1 PC : 3 Psr : 5 Kr yang dicetak dan dicor berdasar ketentuan PUBB (NI.3-1957) dan
PBI (NI.2-1971).

17
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

8.2 Siar-siar Konstruksi dan Pembongkaran Acuan/Bekisting


Penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak ditentukan lain dalam Gambar
Kerja, harus mengikuti pasal 6.5 PBI-1971. Siar-siar tersebut permukaannya harus
dikasarkan dan harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat sebelum pengecoran
lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas. Apabila pengecoran terhenti lebih dari 1 jam maka
pengecoran berikutnya untuk daerah yang terhenti pengecorannya baru dapat dilakukan
kembali dalam waktu 24 jam kemudian dengan memperhatikan syarat-syarat tersebut di
atas.
Pembongkaran Acuan/Bekisting sepanjang tidak ditentukan lain dalam Gambar
Kerja harus mengikuti pasal 5.8 PBI-1971. Pembongkaran Acuan/Bekisting baru dilakukan
apabila bagian konstruksi dengan sistem acuan/bekisting yang masih ada telah mencapai
kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan yang
bekerja padanya. Kekuatan ini harus ditunjukkan dengan pemeriksaan benda uji
laboratorium dan dengan perhitungan-perhitungan yang harus disetujui oleh
Direksi/Konsultan Pengawas. Pembongkaran baru dapat dilaksanakan apabila telah
mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.
Pada bagian-bagian konstruksi dimana akan bekerja beban-beban yang lebih
besar dari beton rencana atau terjadi keadaan yang lebih membahayakan dari yang
diperhitungkan, acuan/bekisting dari bagian konstruksi tersebut tidak dapat dibongkar
selama keadaan tersebut terus berlangsung.
Acuan/Bekisting balok dapat dibongkar setelah dari semua kolom-kolom
penunjangnya telah dibongkar cetakannya dan dari penglihatan ternyata baik hasil
pengecorannya.

8.3 Pekerjaan Besi


8.3.1 Besi beton yang digunakan harus memenuhi kriteria mutu, besi dengan ukuran <
Ø 14 mm digunakan U 24 dan besi dengan ukuran ≥ Ø 14 mm digunakan U 32.
8.3.2 Bending Schedule dan Pergantian Besi
Pelaksana harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai
dengan apa yang tertera pada Gambar Kerja. Sebelum dilakukan pemotongan besi
beton, maka Pemborong harus membuat “Bending Schedule” (rencana
pembengkokan tulangan) untuk diajukan dan dimintakan persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas.
Dalam hal di mana berdasarkan pengalaman pemborongan atau pendapatnya
terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yag
ada, maka :

18
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

 Pelaksana dapat menambahkan ekstra besi dengan tidak mengurangi


pembesian yag tertera dalam Gambar Kerja. Secepatnya hal ini diberitahukan
pada perencanaan konstruksi untuk informasi.
 Jika hal tersebut di atas akan dimintakan oleh Pemborong sebagai pekerjaan
lebih, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada
persetujuan tertulis dari perencanaan kostruksi.
 Jika diusulkan perubahan dari jalan/arah pembesian maka perubahan tersebut
hanya dapat dilakukan degan persetujuan tertulis dari perencanaan
konstruksi.
Jika Pelaksana tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan
yang ditetapkan dalam Gambar Kerja, maka dapat dilakukan penukaran diameter
besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan harus ada persetujuan tertulis
dari Direksi/ Konsultan Pengawas.
Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh
kurang dari yang tertera dalam Gambar Kerja (dalam hal ini yang dimaksudkan
adalah jumlah luas).
Pergantian tersebut boleh mengakibatkan keruwetan pembesian ditempat
tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan pembetonan.

Toleransi Besi

Diameter, ukuran sisi Variasi dalam


(jarak antara dua diameter berat yang Toleransi
permukaan yang berlawanan) diperbolehkan

Di bawah 10 mm ± 7% ± 0,4 mm

10 mm sampai 16 mm ± 5% ± 0,4 mm
(tapi tidak termasuk
diameter 16 mm)

16 mm sampai 28 mm ± 4% ± 0,3 mm
(tapi tidak termasuk
diameter 28 mm)

19
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

8.4 Perawatan Beton


8.4.1 Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
cepat. Persiapan perlindungan atas kemunngkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan. Beton harus dibasahi terus menerus paling sedikit selama 10 hari
setelah pengecoran untuk mencegah pengeringan bidang beton. Pembasahan
terus menerus ini dilakukan anatara lain dengan menutupinya dengan karung-
karung basah. Pada pelat-pelat atap pembasahan terus menerus dilakukan
dengan merendam atau (menggenanginya) dengan air.
8.4.2 Khusus untuk pelat lantai yang akan diberi lapisan waterproofing pembasahan
terus menerus juga berfungsi untuk memastikan bahwa pelat beton tidak
mengalami kebocoran. Apabila terjadi kebocoran maka pelat tersebut harus
diperbaiki oleh Pemborong sampai disetujui oleh Direksi/Kosultan Pengawas.
8.4.3 Pada hari-hari pertama sesudah selesai pengecoran, proses pengerasan tidak
boleh diganggu. Tidak diperkenankan unntuk mempergunakan lantai yang belum
cukup mengeras sebagai tempat penimbunan bahan-bahan atau sebagai jalan
untuk mengangkut bahan-bahan berat. Minimal 1 (satu) minggu setelah
pengecoran selesai, baru dapat dibebani untuk pekerjaan selanjutnya dengan
syarat Acuan/Bekisting lantai yang dibebani tersebut tidak dibongkar dan untuk
memulai pekerjaan tersebut harus dengan persetujuan tertulis oleh Direksi/
Konsultan Pengawas.
8.4.4 Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar, pemanasan
atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu pengerasan dapat dipakai
setelah mendapatkan persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas.

8.5 Tanggung Jawab Pelaksana


Pelaksana bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan
ketentuan-ketentuan di atas dan sesuai dengan gambar Kerja yang diberikan. Kehadiran
Direksi/Konsultan Pengawas selaku wakil pemberi tugas atau Kosultan Perencana yang
sejauh mungkin melihat/mengawasi/menegur atau memberi nasehat tidaklah
mengurangi tanggung jawab.

8.6 Perbaikan Permukaan Beton


Pada proyek ini permukaan beton yang dihasilkan bukan merupakan hasil akhir
yang tidak tidak mengalami finishing arsitektur sehingga akan ada pekerjaan plesteran
baik untuk balok, kolom dan pelat lantai. Tapi apabila terjadi ketidak sempurnaan dalam
pengecoran sehingga terjadi keropos dan lain-lain maka harus dilakukan hal-hal seperti
langkah berikut ini :

20
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

8.6.1 Penambahan pada daerah yang tidak sempurna, keropos dengan campuran
adukan semen (cement mortar) setelah pembukaan Acuan/Bekisting, hanya boleh
dilakukan setelah mendapatkan persetujuan tertulis dan sepengetahuan
Direksi/Konsultan Pengawas.
8.6.2 Jika ketidak sempurnaan itu tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan permukaan
yang diharapkan dan diterima Direksi/Konsultan Pengawas, maka harus dibongkar
dan diganti dengan pembetonan kembali atas biaya Pemborong.
8.6.3 Ketidak sempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang tidak teratur,
pecah/retak, ada gelembung udara, keropos berlubang, tonjolan dan yang lainnya
yang tidak sesuai dengan bentuk yang diharapkan/diinginkan.

8.7 Bagian-bagian Yang Tertanam Dalam Beton


8.7.1 Pasangan angkur dan lain-lain yang akan menjadi satu dengan beton bertulang.
8.7.2 Dipergunakan juga tempat untuk klos-klos untuk kosen atau instalasi.

8.8 Persyaratan Bahan


8.8.1 Semen
a. Digunakan Portland Cement jenis I (Tipe I) menurut NI-8 tahun 1975 dan
memenuhi S-400 menurut Standart Cement Portland yang digariskan oleh
Asosiasi Semen Indonesia (NI-8 tahun 1972). Merek yang dipilih tidak dapat
ditukar-tukar dalam pelaksanaan terkecuali mendapat persetujuan dari Direksi.
Pertimbangan Direksi hanya dapat diberikan dalam keadaan :
 Tiada stok dipasaran dari merk semen yang telah digunakan.
 Kontraktor memberikan data-data teknis bahwa mutu semen pengganti
setaraf dengan mutu semen yang telah dipakai.
b. Semen yang mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak semen
tidak diperkenankan pemakaiannya sebagai bahan campuran.
c. Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat lembab
agar semen tidak cepat mengeras. Tempat penyimpanan semen harus
ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m. Setiap semen baru yang
masuk harus dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen
dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.
8.8.2 Pasir Beton
Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir serta kekerasan
sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam PBI –1971.

21
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

8.8.3 Kerikil
Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi
dan kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam PBI-1971. Penimbunan pasir dengan
kerikil harus dipisahkan agar kedua jenis material tersebut tidak tercampur utuk
menjamin adukan beton dengan komposisi material yang tepat.
8.8.4 Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali, garam,
bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton atau baja
tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
8.8.5 Besi Beton
Besi beton yang digunakan adalah baja lunak dengan mutu U-24 (tegangan leleh
karakteristik minimum 24 Kg/cm² untuk ukuran < Ø14 mm dan baja sedang
dengan mutu U-32 (tegangan leleh karakteristik minimum 32 Kg/cm²) untuk
ukuran ≥ Ø14 mm. Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak,
minyak, karat lepas dan bahan lainnya. Besi beton harus disimpan dengan tidak
menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan diudara terbuka dalam jangka waktu
panjang. Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan
batang dingin. Tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar dan
harus diminta persetujuan Direksi terlebih dahulu. Jika pemborong tidak berhasil
memperoleh diameter besi sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka
dapat dilakukan penukaran dengan diameter terdekat dengan catatan :
a. Harus ada persetujuan Direksi.
Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh
kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini dimaksud adalah jumlah
luas). Biaya tambahan yang diakibatkan penukaran diameter besi menjadi
tanggung jawab pemborong

8.9 Cetakan dan Acuan


Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik sehingga
hasil akhir konstruksi mempunyai bentuk, ukuran batas-batas yang sesuai dengan yang
ditunjuk oleh gambar rencana dan uraian pekerjaan. Pembuatan cetakan dan acuan harus
mememenuhi ketentuan-ketentuan didalam pasal 5.1 PBI-1971

8.10 Mutu beton


8.10.1 Mutu beton yang digunakan untuk struktur adalah K-175, K-225 dan K-250
8.10.2 Untuk kolom praktis, balok latai, dan meja beton menggunakan mutu beton K-175

22
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

8.10.3 Untuk kolom utama, sloof, balok, plat dag mengunakan mutu beton K-225
8.10.4 Untuk saluran dan jalan rabat beton mengunakan beton K-250

8.11 Adukan Beton


Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Direksi, yaitu :
8.11.1 Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.
8.11.2 Tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yag sudah
dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton harus
memenuhi tabel 4.4.1 PBI 1971

8.12 Pengecoran
8.12.1 Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis Direksi.
Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan berjalan-jalan diatas
penulangan. Untuk dapat sampai ketempat-tempat yang sulit dicapai harus
digunakan papan-papan berkaki yang tidak membebani tulangan. Kaki-kaki
tersebut harus sudah dapat dicabut pada saat beton dicor.
8.12.2 Apabila pengecoran harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus
disetujui oleh Direksi. Untuk melanjutkan pekerjaan yang diputus tersebut, bagian
permukaan yang mengeras harus dibersihkan dan dibuat kasar kemudian diberi
additive yang memperlambat proses pengerasan. Kecuali pada pengecoraan
kolom, adukan tidak boleh dicurahkan dari ketinggian yang lebih tinggi dari 1,5 m.
8.12.3 Untuk jalan rabat beton dan saluran rencana mengunakan Ready Mix Concrete

8.13 Hal-hal Lain (Miscellaneous Items)


Isi lubang-lubang dan bukaan-bukaan yang tertinggal di beton bekas jalan kerja
sewaktu pembetonan. Jika dianggap perlu dibuat bantalan beton untuk pondasi alat-alat
mekanik dan elektronik yang ukuran, rencana dan tempatnya berdasarkan Gambar Kerja
mekanikal dan elektrikal. Digunakan mutu beton seperti yang ditentukan dan dengan
penghalusan permukaannya.

PASAL 9
PEKERJAAN BATU KOSONG

9.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini terdiri dari pekerjaan susunan batu kosong (baik tanpa siar) mulai
dari menyiapkan bahan pemasangan menurut spesifikasi ini dan spesifikasi pekerjaan

23
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

lainnya yang ada hubungannya dengan pekerjaan ini, dimana bentuk, ukuran dan tempat
menurut gambar rencana atau petunjuk Direksi.

9.2 Persyaratan Bahan


Bahan untuk susunan batu ini dapat dipakai batu yang ada disekitarnya atau dari
sumber material dimana bentuknya mendekati bulat.
Batu harus segar (bersih), keras, awet dan padat serta tahan terhadap pengaruh
cuaca dan air. Material untuk pelindung sloof , bahu jalan akhir dan timbunan dan
sebagainya, dibutuhkan batu dengan beratnya berkisar dari minimum 10 kg sampai
maksimum 70 kg dan tidak kurang dari 50% batu itu beratnya lebih dari 30 kg.
Batu untuk dasar dan pelindung pondasi batu kali/gunung berkisar minimum 20
kg sampai maksimum 100 kg dan tidak kurang 60% batu tersebut mempunyai berat lebih
dari 40 kg.
Potongan-potongan keras yang terdiri dari patahan beton dan bongkaran
jembatan, kepala gorong-gororng dan konstruksi lainnya dapat dipakai sebagai bahan
pengganti asal disetujui oleh Direksi.

9.3 Pedoman Pelaksanaan


9.3.1 Galian
Dasar untuk susunan batu digali sedalam yang dibutuhkan dan menurut bentuk
yang diminta.
9.3.2 Penempatan
Susunan batu yang ditempatkan di bawah permukaan air harus didistribusikan
sedemikian rupa sehingga tebal minimum dan susunan bahan tersebut tidak
kurang dari tebal yang diminta atau yang disyaratkan.
Batu yang ditempatkan di atas permukaan air disusun dengan tangan disusun
dengan saling menutup dan hubungannya dibuat sedemikian rupa sehingga
cukup kompak dan saling memegang. Batu-batu pada bagian akhir disusun tegak
lurus dengan sloof.
Batu ditempatkan sedemikian rupa tegak lurus dengan pada sloof dengan
pengakhiran yang baik. Pasangan batu kosong harus dipadatkan dengan baik
sebagaimana disyaratkan dan permukaan akhir yang rapi dan kuat.
Tebal pasangan batu kosong minimum 10 cm, diukur secara tegak lurus pada sloof.

24
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

PASAL 10
PASANGAN BATU GUNUNG

10.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang termasuk pekerjaan pasangan Batu Gunung yaitu pondasi
konstruksi ringan, dinding penahan tanah dan pada tempat-tempat yang ditentukan pada
gambar rencana atau atas perintah yang tertulis dari Direksi. Pemasangan batu
kali/gunung harus mengikuti spesifikasi ini dan spesifikasi lainnya yang melibatkan
pekerjaan ini dan harus sesuai dengan bentuk, ketinggian dan bentuk yang ditentukan
dalam gambar rencana atau persetujuan Direksi/Pengawas.

10.2 Persyaratan Bahan


10.2.1 Batu
Batu harus keras, bersih dan semacam batu yang tahan lama dan disetujui oleh
Direksi atau Batu yang rapuh atau batu endapan tidak diperkenankan
dipergunakan.
Jika tidak ditentukan ukurannya di dalam gambar rencana, batu harus mempunyai
ketebalan tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari 11/2 kali tebalnya dan
panjangnya tidak kurang dari 11/2 kali lebarnya. Setiap batu harus baik bentuknya
dan bebas dari penyusutan dan berkurangnya kekuatan batu.
10.2.2 Adukan semen
Adukan semen yang digunakan yaitu 1 Pc : 4 Ps.

10.3 Pedoman Pelaksanaan


10.3.1 Pemilihan dan penempatan
Jika batu Gunung dipasang baik untuk pondasi, dinding penahan tanah dan lain
sebagainya harus mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas sebelum
pasangan batu dipasang.
Semua batu harus bersih sama sekali dan dibasahi segera sebelum disusun dan
dasarnya harus bersih dan juga dibasahi sebelum adukan semen diletakkan.
Batu diletakkan dengan bagian lebar menyentuh dasar dan lapisan adukan, dan
ruang diantaranya diisi dengan adukan bagian yang diletakkan dari batu harus
disusun paralel dengan muka dinding dimana batu disusun.
10.3.2 Dasar dan hubungannya
Permukaan dasar dari batu dilapisi dengan adukan semen setebal 2 sampai 5 cm.
Siar datar pada batu dasar tidak boleh lebih dari 5 (lima) batu terus menerus.
Sedangkan antara satu sama lainnya tidak boleh bersinggungan tetapi harus

25
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

dilapisi dengan adukan setebal 2 cm sampai 5 cm sedangkan siar tidak boleh dari
2 (dua) batu.
Batu dapat membuat sudut dengan garis vertikal dari 0º sampai 45º tidak boleh
ada pertemuan dengan 4 (empat) sudut batu sekaligus.
10.3.3 Penyelesaian
Siar kedua sisi tegak diharuskan menurut gambar rencana atau petunjuk Direksi.
Penyelesaian sebelah atas dibuat agak bulat pada tengahnya untuk menghindari
adanya genangan air.
10.3.4 Lubang Rembesan
Seluruh dinding dan abutmen harus dilengkapi dengan lobang rembesan lebih
kurang menurut petunjuk Direksi. Lobang rembesan ditempatkan di sebelah
bawah, dimana pengaliran keluar dapat bebas dan lancar. Jaraknya tidak lebih 2
cm dari as ke as lubang.
10.3.5 Batu Gunung Sebelah Luar
Untuk permukaan yang batu kalinya dilekatkan, maka setelah selesai disusun dan
adukan masih baru atau basah, seluruh permukaan batu dibasahi dan sisa-sisa
adukan dibersihkan sampai bersih.

PASAL 11
PEKERJAAN PLESTERAN

12.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan plesteran dilakukan pada seluruh pasangan bata, beton bertulang, dan
dinding penahanan tanah emperan keliling bangunan.

12.2 Persyaratan Bahan


Bahan-bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah digariskan
dalam pasal beton bertulang.

12.3 Pedoman Pelaksanaan


12.3.1 Sebelum plesteran dilakukan, maka :
a. Dinding dibersihkan dari semua kotoran
b. Dinding dibasahi dengan air
c. Semua siar permukaan dinding batu bata dikorek sedalam 0,5 cm.
d. Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar bahan plesteran dapat
merekat dengan baik.

26
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

12.3.2 Adukan plesteran pasangan bata kedap air dipakai campuran 1 Pc : 2 Ps,
sedangkan plesteran bata lainnya dipergunakan campuran 1 Pc : 4 Ps.
12.3.3 Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama tebalnya dan
tidak diperbolehkan plesteran yang terlalu tipis dan terlalu tebal.
12.3.4 Ketebalan yang diperbolehkan berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm. Untuk
mencapai tebal plesteran yang rata sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang
dengan menggunakan mistar kayu panjang yang digerakkan secara horizontal dan
vertikal. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan
memperbaikinya secara keseluruhan. Bidang-bidang yang yang harus diperbaiki
hendaknya dibongkar secara teratur (dibuat bongkaran berbentuk segi empat)
dan plesteran baru harus rata dengan sekitarnya.
Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama seminggu sejak
permulaan plesterannya.

PASAL 12
PEKERJAAN PELAPIS LANTAI DAN DINDING

12.1 Lingkup Pekerjaan


Pemasangan lantai untuk area center point, area plaza dan jalan rabat beton
Pekerjaan ini terdiri dari :
a. Lantai granit, Batu alam, dan pasangan batu ampyangan untuk area center point
b. Lantai batu alam area plaza tengah
c. Lantai granit area lantai kolam air mancur dan lanati cafe
d. Lantai beton cor bagian jalan rabat beton
e. Dinding keramik untuk bagian dalam kolam dan ada beberapa bagian dinding cafe
f. Keramik mozaik untuk bagian sisi luar kolam dan untuk bagian arae dinding pantry.

12.2 Persyaratan Bahan


12.2.1 Dasar lantai dilapis pasir pasangan setebal 10 cm
12.2.2 Untuk area center point dan area plaza beton tumbuk campuran 1: 3 : 6 setebal 7
cm untuk lantai bawah, dan untuk jalan rabat beton mutu f’c= 21.7 MPa (K-250)
12.2.3 Permukaan lantai plaza center point dilapisi oleh bahan granit ukuran 60x60cm
unpolish yang dibentuk pola dengan kombinasi dari lantai batu alam andesit bintik
bakar ukuran 30x30 cm dan pasangan batu ampyangan.
12.2.4 Permukaan lantai kolam plaza center point dilapisi oleh bahan granit ukuran
60x60cm polish dan untuk dindingnya mengunakan keramik 30x60 untuk bagian
dalam dan keramik mozaik 30x30 empat warna untuk bagian sisi luar kolam.

27
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

12.2.5 Permukaan lantai plaza tengah dilapisi dengan batu alam andesit bintik bakar
ukuran 30x60cm
12.2.6 Sebagai pengikat keramik dan batu alam digunakan spesi campuran 1 Pc : 3 Ps.
12.2.7 Data teknis bahan
a. Ukuran : 60 x 60 cm unpolish
Produk : ex. Alevante atau setara
Posisi : Lantai plaza center point dan lantai cafe
Warna : Ditentukan kemudian
b. Ukuran : 60 x 60 cm polish
Produk : ex. Alexander atau setara
Posisi : Lantai kolam center point
Warna : Ditentukan kemudian
c. Ukuran : 30 x 60 cm
Produk : ex. Platinum atau setara.
Posisi : Dinding bagian dalam kolam
Warna : Ditentukan kemudian
d. Ukuran : 30 x 30 cm ( Keramik Mozaik 4 warna )
Produk : ex. Venus atau setara.
Posisi : Dinding bagian luar kolam
Warna : Ditentukan kemudian
e. Ukuran : 30 x 30 cm ( Motif bata expose )
Produk : ex. Platinum atau setara.
Posisi : sebagian dinding interior cafe
Warna : Ditentukan kemudian
f. Ukuran : 30 x 30 cm ( Batu alam andesit bintik bakar )
Produk :-
Posisi : lantai center point
Warna : Ditentukan kemudian
g. Ukuran : 30 x 60 cm ( Batu alam andesit bintik bakar )
Produk :-
Posisi : lantai plaza tengah
Warna : Ditentukan kemudian

12.3 Pedoman Pelaksanaan


12.3.1 Pemeriksaan
Sebelum lantai plaza dicor, kontraktor dan konsultant pengawas harus memeriksa
pipa untuk jalur kabel lampu taman terpasang dengan benar.

28
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

12.3.2 Adukan
Untuk lantai beton tumbuk 1 Pc : 3 Ps : 6 Kr untuk area center point, dan plaza.
Untuk jalan rabat beton mutu f’c= 21.7 MPa (K-250)
12.3.3 Pemasangan Lantai Granit 60x60 cm dan Batu alam andesit bintik bakar
 Adukan perekat untuk Pc harus betul-betul padat/penuh agar tidak terdapat
rongga-rongga dibawah Pasangan Granit/Batu Alam yang dapat melemahkan
konstruksi. Sambungan antara Granit/Batu Alam harus sama lebarnya, lurus
dan diisi dengan air semen yang warnanya sesuai dengan Granit/Batu Alam.
Hasil pemasangan akhir harus rata tidak bergelombang dan waterpass.
 Lantai beton tumbuk dipasang dengan ketebalan 7 cm dan diplester setebal 1
cm. Adukan perekat lantai dipakai 1 Pc : 3 Ps : 6 Kr dengan plesteran 1 Pc : 3 Ps.
 Pekerjaan yang telah selesai tidak boleh ada retak, noda dan cacat-cacat
lainnya. Apabila terjadi cacat pada lantai, maka bagian cacat tersebut harus
dibongkar sampai berbentuk bujur sangkat dan pasangan baru harus rata
dengan sekitarnya.
12.3.4 Pemasangan Dinding Keramik 30x60 cm dan Keramik 30 x30 cm motif bata ekpose
 Adukan pasangan/pengikat dengan Produk dari AM yaitu AM 40 untuk area
dalam ditambah bahan perekat seperti yang dipersyaratkan.
 Hasil pemasangan dinding keramik harus merupakan bidang permukaan yang
benar-benar rata dan tidak bergelombang
 Pola, arah, dan awal pemasangan dinding keramik harus sesuai gambar detail
atau sesuai petunjuk Pengawas.
 Jarak antara unit-unit pemasangan keramik satu sama lain (siar-siar), harus
sama lebarnya, yang berbentuk garis-gais sejajar dan lurus yang sama lebarnya
sama dalamnya untuk siar-siar yang berpotongan harus berbentuk sudut siku
yang saling berpotongan tegak lurus sesamanya
 Siar-siar diisi dengan bahan pengisi dengan warna yang hampir sama dengan
warna keramik.
 Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda
pada permukaan keramik hingga betul-betul bersih.
 Dinding dengan pengakhiran keramik, minimum 3 mm dan maksimum 6 mm.
 Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban lain selama 1
x 24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan lain.
12.3.5 Pemasangan Dinding Keramik Mozaik 30x30 cm
 Adukan pasangan/pengikat dengan Produk dari AM yaitu AM 40 untuk area
dalam ditambah bahan perekat seperti yang dipersyaratkan.

29
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

 Hasil pemasangan dinding keramik mozaik harus merupakan bidang


permukaan yang benar-benar rata dan tidak bergelombang
 Pola, arah, dan awal pemasangan dinding keramik harus sesuai gambar detail
atau sesuai petunjuk Pengawas.
 Mozaik tidak perlu di rendam dengan air sebelum pemasangannya, karena
bisa merusak dan menghilangkan rem perekat pada jejaring di balik keping
mozaik
 Siar-siar diisi dengan bahan pengisi dengan warna yang hampir sama dengan
warna keramik.
 Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda
pada permukaan keramik hingga betul-betul bersih.
 Dinding dengan pengakhiran keramik, minimum 3 mm dan maksimum 6 mm.
 Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban lain selama 1
x 24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan lain.
12.3.6 Pemasangan Batu Ampyangan Berpola
 Cuci batu koral terlebih dahulu sebelum dipasang.
 Pemasangan gabus foam yang berfungsi sebagai pembatas dan pembentuk
motif pada batu koral sikat. Jadi dapat membentuk pola sesuai dengan desain
warna yang anda inginkan
 Siapkan adonan atau acian dengan perbandingan 1 Semen : 3 Pasir kemudian
diratakan sesuai dengan bidang yang telah direncakan.
 Untuk menabur batu koral pada area lantai area ada 2 cara yaitu dengan
langsung menabur pada bagian tertentu atau anda bisa menatanya satu per
satu sesuai warna pada desain yang dibuat.
 Setelah acian sudah siap di lanjutkan dengan meratakan pada area yang sudah
terpasang gabus foam dengan mengaplikasikan batu koral, kemudian
taburkan bubuk semen pada lapisan sebelum batu koral dipasang. Tujuannya
agar cepat kering dan tinggi daya lekatnya.
 Selanjutnya di diamkan selama 20 menit hingga setengah kering Setelah itu
batu koral di sikat secara perlahan-lahan dibersihkan dengan menggunakan
kuas atau spon dengan berhati-hati dan teliti.
 Setelah batu terlihat kira-kira ¾ penyikatan dihentikan tunggu hingga kering,
kemudian lakukan penyikatan yang kedua dengan menggunakan ijuk (sapu
ijuk) atau bisa menggunakan spon yang telah dibasahi dengan air secara
perlahan.

30
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

 Gantilah air apabila sudah keruh terkena semen atau spesi dengan air yang
lebih jernih. Tujuannya pada tahap ini adalah agar batu koral sikat lebih bersih
dari adonan atau spesi.
12.3.7 Pemasangan Jalan Rabat Beton Berpola
 Pemangasan pasir alas pada bagian pembongkaran paving block eksisting dan
pada bagian jalan rabat beton tampa alas paving block eksisting
 Selanjutnya meletangkan plastic PE pada seluruh area pengecoran jalan rabat
beton.
 Pemasangan wiremesh M8 yang juga dipasangi dengan beton tahu yang
bertujuan untuk mendapatkan selimut beton yang maksimal.
 Pengecoran jalan rabat beton dengan mutu f’c= 21.7 MPa (K-250) dengan
mengunakan alat ready-mix beton cor
 Beton Ready-Mix dituang dilokasi dan dilevel sesuai dengan elevasi setempat.
Beton dipadatkan seperti biasa dan diratakan (screeding) menggunakan alat
bantu aluminum yang tidak mudah melengkung. Biarkan beton setegah kering
secukupnya.
 Dalam keadaan beton setengah kering dan telah diratakan, tebar Colour
Hardener diatas beton kemudian diratakan kembali sehingga warna hardener
tercampur rata dan masuk ke dalam permukaan beton yang setengah basah.
 permukaan beton siap untuk dicap sesuai pola / tekstur yang diinginkan
dengan menggunakan cetakan motif.
 Setelah proses pengecapan selesai, permukaan akan ditutup dengan plastik
cor dan tidak boleh dilewati sampai dengan beton berumur cukup keras untuk
diakses. Sebaiknya umur beton adalah 28 hari.
 Setelah beton mengering dan cukup umur, lalu cuci beton dengan air, sedikit
sabun dan sikat secara manual atau cuci dengan water pressure hingga
permukaan beton dianggap bersih. Permukaan beton yang masih basah
didiamkan agar kering dengan sendirinya.

PASAL 13
PEKERJAAN KUSEN PINTU DAN JENDELA KAYU

13.1 Lingkup Pekerjaan


Bagian ini meliputi penyediaan tenaga kerja, alat, bahan-bahan, pengadaan dan
pemasangan kosen, pintu dan jendela kayu beserta perlengkapannya yang tertera dalam
gambar.

31
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

13.2 Persyaratan Bahan


13.2.1 Jenis Kayu
a. Semua bahan kayu untuk rangka kosen, daun pintu, dan daun jendela kayu
menggunakan kayu Kelas I setara seumantok atau merbau.
b. Kayu yang digunakan harus dalam keadaan kering. Baik kering alami maupun
melalui proses dengan kadar air maksimal 20%.
c. Bentuk, ukuran dan detail kosen sesuai dengan gambar dan dikerjakan dengan
gergaji mesin sehingga tampak rapih dan halus

13.2.2 Alat Pengunci dan Penggantung


a. Semua daun pintu, jendela dan bouvenlicht seluruhnya harus dipasang alat-alat
perlengkapannya berupa kunci, engsel dan grandel.
b. Jenis kunci yang dipasang adalah jenis kunci 2 slaag stainless steel untuk pintu
c. Engsel pintu menggunakan ukuran 4”. Sedangkan engsel jendela dan bouvenlicht
menggunakan ukuran 3” yang berbahan stainless steel
d. Hak angin (casement) dan grendel jendela dan bouvenlicht yang digunakan adalah
bahan yang terbuat dari stainless steel produk ex local
e. Semua alat-alat dan perlengkapan daun pintu, jendela yang akan dipasang harus
diajukan contohnya terlebih dahulu dan disetujui oleh pengawas

13.3 Pelaksanaan
13.3.1 Pekerjaan kayu kosen harus dlaksanakan oleh tukang-tukang kayu terbaik dengan
standard pekerjaan yang disetujui pengawas.
13.3.2 Pemasangan rangka kosen harus hati-hati dan teliti. Kosen tidak boleh miring yang
menyebabkan mengurangi keindahan serta dihindari penggunaan paku yang
berlebihan yang akan menyebabkan luka/bekas paku.
13.3.3 Untuk mendapatkan ikatan yang kuat dengan tembok/beton, kosen harus
dipasang angker-angker dari besi Ǿ 10 mm sebanyak yang diperlukan.
13.3.4 Semua lubang/cacat di tempat bekas paku, baut, permukaan sambungan-
sambungan dan lain-lain harus ditutup dengan dempul/sealer hingga rapi.
13.3.5 Pekerjaan kosen maupun daun pintu dan jendela harus dilaksanakan dengan
halus, rapi, siku dan tegak lurus.

32
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

PASAL 14
PEKERJAAN SANITASI AIR/PLUMBING

14.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan instalasi air bersih, air kotor dan air hujan meliputi pemasangan jaringan
nstalasi area plaza khususnya kolam air mancur dan area cafe penyambungan yang
bersumber dari bangunan yang telah ada, penyediaan bahan-bahan kelengkapan, pipa-
pipa PVC dan sebagainya sehingga instalasi berfungsi dengan baik.

14.2 Persyaratan Bahan


14.2.1 Pipa-pipa PVC digunakan AW dari beberapa ukuran, antara lain diameter, 3/4”, 1”,
2”, 3”dan 4”.
14.2.2 Fountain Nozzle Model Tongkat Es 1/2 Inc sebagai jalur keluarnya air mancur
14.2.3 Sebagai alat sambung digunakn sock drat, elbow dan T yang sesuai dengan
spesifikasi dan ukuran bahan yang direkatkan dengan mengunakan lem PVC.

14.3 Pedoman Pelaksanaan


Pelaksanaan secara umum mengacu kepada gambar detail dan persyaratan yang
standar, atau ditentukan lain sesuai keadaan di lapangan

PASAL 14
PEKERJAAN PENGECATAN

21.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini meliputi :
a. Cat tembok untuk dinding yang diplester, bidang-bidang beton, jalan plafond
dan rangka atap.
21.2 Persyaratan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan harus berkualitas baik, seperti :
a. Cat tembok Vinilex atau setara.

21.3 Pedoman Pelaksanaan


21.3.1 Pekerjaan meni, berwarna sama, pengecatan minimal 2 (dua) kali.
21.3.2 Pengecatan dinding harus dilakukan menurut proses sebagai berikut :
 Penggosokan dinding dengan batu gosok sampai rata dan halus, setelah itu
dilap dengan kain basah hingga bersih.

33
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

 Melapis dinding dengan plamur tembok, dipoles sampai rata.


 Setelah betul-betul kering digosok dengan amplas halus dan dilap dengan kain
kering yang bersih.
 Pengecatan dengan cat tembok emulsi sampai rata, minimal 3 (tiga) kali.
 Pekerjaan cat tembok harus menghasilkan warna merata sama dan tidak
terdapat belang-belang atau noda-noda mengelupas.
21.3.3 Warna yang digunakan
Apabila tidak ditentukan lain oleh Pemberi Tugas maka digunakan warna sebagai
berikut :
 Dinding dalam/luar digunakan warna yang ditentukan nanti dari merk Vinilex
atau setara.

PASAL 23
PEKERJAAN LAIN-LAIN

23.1 Pekerjaan lain – lain yang belum tersebut dalam bestek ini apabila belum mengerti
harus segera ditanyakan langsung pada Direksi.
23.2 Pekerjaan lain – lain dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi lapangan sehingga
akan memperoleh pekerjaan yang sempurna.
23.3 Pekerjaan lain – lain yang belum tercantum dalam bestek dan gambar agar dibuat
gambar As build drawing serta diajukan addendum (perubahan).
23.4 Pekerjaan lain – lain yang termasuk kedalam perabot cafee adalah sebagai berikut :
a. Nagano Meja Makan 180 x 90 x 75.5 cm - Cokelat Oak
Spesifikasi :
 Dimensi produk : 180 x 90 x 75.5 cm
 Material : Kayu Solid
 Finishing : Veneer

Gambar : Contoh Model Meja Makan 180 x 90 x 75.5 cm

34
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

b. Nagano Meja Makan 120 x 80 x 75.5 cm - Cokelat Oak


Spesifikasi :
 Dimensi produk : 120 x 80 x 75.5 cm
 Material : Kayu Solid
 Finishing : Veneer

Gambar : Contoh Model Meja Makan 120 x 80 x 75.5 cm

c. Maccas Meja 50 x 50 x 60 cm - Cokelat


Spesifikasi :
 Dimensi produk : 50 x 50 x 60 cm
 Material : Kayu dan Metal
 Finishing : Powder Coating

Gambar : Contoh Model Meja Meja 50 x 50 x 60 cm

35
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

d. Navoiy Kursi - Abu - Abu Tua


Spesifikasi :
 Dimensi produk : 55.5 x 55 x 80 cm
 Material : Besi
 Finishing : Powder Coating
 Dilengkapi sandaran Tangan

Gambar : Contoh Model Kursi Makan

e. Meja Payung Taman Kayu


Spesifikasi :
 Meja Ukuaran Diameter 120 cm
 Payung diameter 3 Meter Bundar Pakai Kain Nagata
 Kursi Lipat 4 Pcs
 Finishing Menggunakan Melamine / Plitur Khusus Outdoor

Gambar : Contoh Model Meja Payung Taman Kayu

36
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

f. Meja Bar Coffee


Spesifikasi :
 Dimensi produk : 400 x 60 x 120 cm
 Material : Kayu Solid
 Finishing : Cat Duko

g. Meja Kasir
Spesifikasi :
 Dimensi produk : 120 x 60 x 75 cm
 Material : Kayu Solid
 Finishing : Cat Duko

PASAL 24
PENUTUP

24.1 Setiap persyaratan dan ketentuan yang berlaku yang ada relevansinya dengan
pekerjaan yang tersebut diatas, maka pelaksana wajib mengikuti dan
mematuhinya walaupun tidak tersebut dalam RKS ini.
24.2 Pelaksana harus mengerjakan semua volume pekerjaan seperti yang tesebut
dalam Rencana Anggaran Biaya, Gambar Rencana dan perubahan/Addendum.
Secara keseluruhan dalam uraian dan syarat-syarat kerja ini, hal-hal yang kurang
jelas akan diterangkan / diberi penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan akan dituangkan
dalam Berita Acara.

37

Anda mungkin juga menyukai