Anda di halaman 1dari 16

CV.

DJUMARO PRATAMA
KONTRAKTOR & LEVERANSIR

SPESIFIKASI TEKNIS
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. LINGKUP PEKERJAAN PERSIAPAN.
a. Letak titik duga pokok (titik nol) akan akan ditentukan oleh Konsultan di
Lapangan bersama -sama pemborong.
b. Pondasi menerus ini harus ditetapkan perrnanen dan dibuat dari pasangan
batu belah/kali kedalam tanah sedalarn 0,95 meter sehingga Tidak dapat
berubah / berpindah tempat.
c. Ketidakcocokan yang mungkin ada diantara garnbar dan kenyataan harus
segera dilaporkan pada Konsultan pengawas.
d. Penqukuran sudut - sudut 90 derajat atau bukanhanya boleh dilakukan
denqan alat ukur optik.
e. Pengukuran siku dengan benang secara azas segitiea phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian - bagian ruang kecil saja.
f. Patok bouwvplank dan papannya boleh menggunakan kayu local, tebal
minimum 2.5 cm, lebar 20 cm, sisi atasnya harus diketam halus dan rata.
g. Tinggi bouwplank sama dengan titik nol atau apabila dikehendakinya harus
dibicarakan dahulu dan disetujui Konsultan Pengawas.
h. Papan bouwplank dipasang disekeliling luar bangunan dengan jarak 200 cm
dari tepi luar bangunan.
i. Pemasangan bouwplank harus kokoh, kuat dan tidak berubah oleh cuaca
serta harus rata air. Permukaan harus diukur dengan alat water pass.
j. Setelah selesai pemasangan bouwplank harus dilaporkan Konsultan
Pengawas untuk diperiksa sebelum pekerjaan selanjutnya dilakukan.
k. Air untuk bekerja harus disediakan pemborong dengan membuat sumur
lengkap dengan pornpa dilokasi proyek atau mengambil dari luar, air hanrs
bersih, bebas dari lurnpur, minyak dan bahan-bahan lainnya yang dapat
merusak struktur bangunan.
l. Reservoir / bak penampungan air untuk kerja berukuran minimum 4 (empat)
m3 dan harus selaiu terisi penuh.
m. Listrik untuk keperluan kerja harus disediakan pemborong dan diperoleh dari
sambungan sernentara PLN setempat selama masa pembangunan dengan
dava sekurang-kuranenya 6 KVA. Penggunaan diesel untuk pembangkit
tenaga listrik Hanya diperkenankan untuk pemggunaan sementara atas
persetujuan Konsultan Pengawas lapangan.
n. Barak Kerja dan gudang material pemborong di Lapangan merupakan
bangunan sementara dengan kontruksi rangka kap, dinding multiplek/Triplex
tebal 6 mm dicat, penutup atap seng gelombang, lantai beton tumbuk
diplester, diberi pintu/jendela secukupnya untuk penghawaan/pencahayaan.
o. Letak Barak Kerja dan gudang material pemborong di Lapangan harus cukup
dekat dengan kantor Pemborong tetapi terpisah dengan tegas.
p. Ukuran luas kantor pemborong, los kerja serta tempal penyimpanan bahan,
diseralikan pada pemborong dengan tidak mengabaikan keamanan dan
kebersihan dan bahaya kebakaran.
q. Khusus untuk penempatan baltan-bahan seperti : pasir. krikil. Harus dibuatkan
kotak sirnpan yang dipagari dinding papan yang cukup rapat sehiirgga
masing-masing bahan tidak tercampur.
r. Pemborong harus membuat gudang tempat peralatan dan rnaterial yang
harus bebas dari hujan.
s. Pemborong harus membuat drainase sementara selama pelaksanaan
pekerjaan berlangsung, baik untuk pengeringan air hujan maupun untuk
pengeringan air tanah, sehingga dapat menjamin terhindarnya proyek dari
kernungkinan genangan air yang mengganggu kelancaran pekerjaan maupun
lingkungan sekitar daerah kerja.
t. Pemborong harus menjamin keamanan proyek, baik untuk barang-barang
milik pemborong sendiri maupun milik pemberi tugas. Pemborong harus
menempatkan petugas-petugas keamanan selama 24 jam setiap harinya.

2. Pembersihan Lokasi dan Perataan Tanah


Pembersihan Lokasi dan Perataan Tanah harus di bersihkan dari material
tanaman, akar kayu dan rumput dilokasi juga kontur tanah yang tidak rata dan
bergelombang perlu d ratakan dan d rapikan oleh alat berat.

3. Pekerjaan Persiapan

a. Pengukuran

 Ukuran titik duga patok (titik nol) akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas
bersama-sama pemborong. Selanjutnya titik ini harus ditetapkan permanen
dengan tugu beton sedemikian sehingga tidak bias berubah ubah dan
digerak-gerakkan, diberi tanda jelas, tugu tersebut harus menjadi dasar bagi
setiap ukuran dan kedalaman.

 Penentuan titik lainnya ditentukan oleh pemborong dilapangan dengan alat


teropong waterpass yang baik dan sudah tertera kebenarannya terlebih
dahulu.

 Ketidak cocokan yang mungkin ada antara gambar dan kenyataan harus
dilaporkan kepada Konsultan Pengawas.

b. Pengukuran sudut siku

 Pengukuran sudut siku dilakukan dengan alat teropong waterpass theodolite.


Prisma penyiku atau penyiku lainnya.
 Pengukuran siku dengan benang secara asas segitiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian ruangan kecil saja.

c. Papan Bangunan (Bouwplank)


 Papan bangunan harus dipasang pada petak-petak kayu yang nyata kuat
tertancap didalam tanah sehingga tidak biasa bergerak-gerak atau berubah-
ubah
 Lebar papan bangunan sekurang-kurangnya 20 cm tebal sekurang-kurang
nya 2.5 cm
 Tinggi papan bangunan sama dengan titik nol atau apabila dikehendaki lain
harus dibicarakan dahulu dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
 Setelah selesai pemasangan papan bangunan wajib dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas untuk pemeriksaan. sebelum pekerjaan selanjutnnya
dilakukan.

B. PEKERJAAN TANAH
1. Pengupasan tanah (stripping) Dan Penyebarannya Kembali
a. Sebelum penggalian untuk grading dimulai harus dilakukan galian tanah
sadalam 70 cm. Hasil galian tanah ini apabila dianggap cukup baik untuk
lapisan harus ditimbun ditempat-tempat penimbunan yang ditentukan oleh
Konsultan Pengawas lapangan, untuk ditimbunkan kembali pada daerah
rencana pertanaman.

b. Apabila Konsultan Pengawas lapangan menilai bahwa lapisan tanah tersebut


tidak memenuhi syarat untuk lapisan humus, maka harus dikeluarkan dari
lapangan

2. Penggalian Tanah untuk Site Grading


a. Penggalian dilakukan pada bagian-bagian yang lebih tinggi dari tanah
direncanakan. Hasil-hasil galian diangkut ke tempat-tempat dimana
pengurugan.
b. Urutan kerja penggalian harus diukur demikian rupa sehingga tidak menimbu l
kan gangguan pada lingkungan tapak ataupun menyebabkan timbulnya
genangan air untuk waktu lebih dari 24 jam.

3. Pengupasan Tanah Untuk Site grading


a. Tanah yang akan diurug dan tanah urugnya harus bebas dari semua bahan
bahan yang dapat merusak atau dapat mernpengaruhi kemantapan urugan
yang akan dilaksanakan.
b. Pengurugan tanah untuk halarnan yang akan dibangun jalan/plaza/bangunan
tidak perlu dipadatkan dengan mesin, cukup ditimbras saja.
c. Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis tidak lebih dari 20 em
dan langsung dipadatkan.

d. Setiap kali penghamparan harus rnendapat persetujuan dan Konsultan


Pengawas Lapangan yang mengatakan bahwa lapisan dibawahnya telah
memenuhi syarat kepadatan yang disyaratkan

e. Kepadatan yang disyaratkan untuk konstruksi tanah urugan adalah :

 Lapisan tanah lebih dari 30 cm dibawah permukaan subgrade, harus


mencapai 90% dan kepadatan (kering) maksimum.
 Lapisan tanah kurang dari 30 cm dibawah permukaan subgrade, harus
mencapai I00% dari kepadatan (kering) maksimum.
 Tanah dasar tanpa kohesi harus mencapai 100% dari kepadatan (kering)
maksimum.
 Tanah dasar berkohesi dengan index plastis kurang dari 25 harus mencapai
100% dari kepadatan (kering) maksimum.

f. Selama pekerjaan pemadatan berlangsung, kadar air harus dijaga agar tidak
lebih besar dari2% kadar air optimum.
g. Dasar galian harus mencapai tanah keras, apabila ternyata tidak sesuai
dengan rencana gambar pondasi, maka pemborong diharuskan melapor
kepada Konsultan Pengawas Lapangan dan diminta keputusannya;
h. Jika ada galian tempat akar-akar kayu, kotoran-kotoran dan bagian-bagian
tanah yang longgar (tidak padat), maka bagian ini harus dikeluarkan
seluruhnya kemudian lubang yang terjadi diisi dengan pasir urug lapis demi
lapis dan apabila dimungkinkan disiram dengan air tiap lapis sampai jenuh,
sehingga mencapai permukaan yang diinginkan;

4. Pengurugan dan pemadatan Tanah untuk Pondasi


a. Pengurugan tanah pondasi dilakukan berdasarkan Konsultan Pengawas,
petunjuk dimana macam pekerjaannya tergantung pacia bentuk pondasi
bangunan;

b. Sebelum dipasang pondasi, galian pondasi dibatasi dengan pasir urug setebal
minimum 5 cm

c. Setelah pasangan pondasi cukup kuat atas ijin Konsultan Pengawas, lubang-
lubang galian dapat diurug kembali. Pada bagian dalam bangunan diurug
dengan pasir urug, sedangkan untuk bagian luar bangunan cukup diurug
dengan tanah galian;

d. Pengurugan harus lapis demi lapis, dan bila memungkinkan disiram dengan air
untuk mendapatkan kepadatan atau dengan cara lain yang disetujui. Tebal
setiap lapis maximum 10 cm;

e. Tanah bekas galian harus dibuang atau ditimbun diluar Bowplank dengan
penempatan yang rapi. Tanah antara Bouwplank dan galian harus tetap bebas
dari timbunan tanah;

f. Apabila terjadi kondisi tanah tidak memungkinkan dilaksanakan pondasi sesuai


gambar rencana, maka pemborong wajib melaporkan hal ini kepada Konsultan
Pengawas dan pihak Konsultan Pengawas akan mengambil keputusan.

g. Pemborong wajib membuat parit-parit buangan air dari galian pondasi, agar
pada saat hujan, air tanah tidak menggenangi lobang galian.

5. Tanah Urug / Pasir Urug.


a. Tanah yang mengandung pasir, dengan kualitas pasir yan lebih kasar dari
pada pasir pasang, dapat menggunakan pasir laut yang sudah dicuci;

b. Tanah yang akan diurug dan tanah urugnya harus bebas dari segala bahan-
bahan yang dapat membusuk atau mempengaruhi kemantapan urugan yang
akan dilaksanakan.
C. BAHAN DASAR BANGUNAN

1. Bahan-bahan dasar bangunan.


a. Semen Portland.
 Memenuhi persyaratan-persyaratan SII dan N 1-8;
 Apabila diperlukan jenis yang tersebut diatas, maka dapat dipakai jenis-jenis
semen seperti : semen Portland-tras, semen Alumina, semen tahan sulfa dan
lain-lain; Dalam hal ini, pelaksana diharuskan untuk meminta pertimbangan-
pertimbangan dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan bangunan yang diakui;
 Penyimpanan semen harus ditempat yang kering dengan lantai terangkat,
bebas pengaruh air dari tanahdan menurut urutan pengiriman. Semen yang
telah rusak karena terlalu lama disimpan, mengeras ataupun tercampur dengan
bahan-bahan yang dapat merusak struktur bangunan, tidak boleh dipakai dan
harus disingkirkan dari lokasi pekerjaan;
 Semen harus dilindungi sebaik-baiknya terhadap pengaruh cuaca, dengan
ventilasi secukupnya dan dipakai sesuai dengan urutan pengiriman.

b. Pasir (agregat halus).


 Bahan pasir dapat berupa pasir alami atau bahan halus yang diperoleh dari
mesin pemecah batu. Bahan pasir harus cukup kuat, tidak rapuh, berbutir
tajam, keras, bersih;
 Komposisi gradasi terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
tidak mengandung lumpur lebih dari 5%. Apabila kadar Lumpur melampaui 5%
maka aggregate halus harus dicuci.
 Pasir sebagai bahan bangunan harus pula bebas dari bahan-bahan organis
yang dapat merusak fungsi pada konstruksi.

c. Koral (agregat kasar).


 Aggregate kasar dapat berupa kerikil alam atau batu-batuan yang diperoleh
dari pemecahan batu;
 Bahan ini harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori, tidak
mengandung butir-butir yang pipih emlampaui 20% dari berat aggregate
seluruhnya;
 Aggregate kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% terhadap berat
kering, dan juga bebas dari bahan-bahan yang dapat merusak sperti zat-zat
yang reaktif alkali;
 Komposisi gradasi terdiri dari butir-butir yang beranekaragam besarnya,
bervariasi antara 5-80 mm. dalam segala hal syarat-syarat ini disesuaikan
dengan ketentuan PBI 1971.

d. Air Kerja.
 Air kerja adalah air yang tidak mengandung minyak, asam, alcohol, garam-
garam, bahan organis atau bahan lain yang dapat merusak beton atau baja
tulangan, bersih dan dapat lanjut;
 Jika ada keragu-raguan dalam penentuan kualitas maka pemborong diminta
untuk mengirim sampel air ke laboratorium resmi yang ditunjuk guna diselidiki
lebih lanjut;
 Selama air di lokasi bangunan belum mendapat persetujuan untuk digunakan
sebagai air kerja, maka pihak pemborong harus dapat mengadakan air dari
sumber lain yang disetujui.

e. Batu Tela
 Semua batu tela yang dipergunakan harus berkualitas baik yang berwarna
merata, sisi-sisinya tegak lurus satu sama lain, lurus dan rapi serta mempunyai
ukuran/bentuk yang sama pejal dan relative utuh;
 Menggunakan batu telah berkualitas baik dari campuran semen, pasir dan
kerikil;
 Dimensi (8x25x15) cm3 atau sesuai produksi setempat dengan persetujuan
Konsultan Pengawas.

f. Batu Belah
 Bahan batu belah kecuali dipersyaratkan lain, harus sesuai dengan PUBB
1977, NI-3;
 Batu belah yang dipakai adalah batu belah minimum 3 sisi;
 Ukuran batu belah maksimum 30 cm, dan strukturnya harus cukup keras dan
awet. Pengujian terhadap kekerasan apabila diperlukan harus dapat memenuhi
ketentuan pada pengujian abrasi.

g. Kayu.
 Kayu yang digunakan harus bersifat baik dengan ketentuan bahwa segala sifat
dan kekurangan yang berhubungan dengan pemakaiannya tidak akan merusak
atau mengurangi nilai konstruksi;
 Kualitas dan ukuran kayu yang digunakan disesuaikan dengan gambar kerja
yang ada. Demikian pula dengan mutu dan kelas kuat kayu yang apabila tidak
ditentukan lain maka harus mengikuti syarat-syarat dan ketentuan PKKI NI – 5;
 Kayu ini harus mempunyai kelembapan kurang dari 12% untuk bahan yang
mempunyai ketebalan. Kurang dari 15% untuk ketebalan lebih 24.4 mm (1
inchi);
 Dihindarkan adanya cacat-cacat kayu antara lain berupa putih kayu, pecah-
pecah, mata kayu melintang. Syarat-syarat kelembapan kayu yang dipakai
harus memenuhi syarat PKKI. Untuk kayu kamfer Kalimantan kelembapannya
tidak dibenarkan melebihi 12%;
 Toleransi terhadap ukuran kayu yang tertera pada gambar hanya diperkenanan
berbeda tidak lebih dari 3 mm.

h. Baja tulangan.
 Tulangan beton yang digunakan adalah batang-batang baja baru dan harus
mempunyai tegangan leleh minimum 2400 kg/cm2 dan tegangan maksimum
3600 kg/cm2. Bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan PBI
1971;
 Baja tulangan yang digunakan adalah baja yang kualitasnya sesuai dengan
yang ditentukan oleh SII dan PBI 1971;
 Sebelum baja tulangan dipasang, harus bersih dari karat, minyak, gemuk dan
bahan-bahan lain yang dapat mengurai daya lekat terhadap beton;
 Batang tulangan dapat berupa batang polos atau batang yang diprofilkan,
tergantung kepada kebutuhan disesuaikan dengan gambar pelaksanaan
pekerjaan;
 Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm
dan tidak bersepuh seng.

i. Baja Ringan.
 Mutu baja ringan yang digunakan sekurang-kurangnya harus memenuhi syarat
yang ditentukan peraturan umum untuk bahan bangunan di Indonesia NI-3,
PUBB, dan PKBI;
 Baja Ringan harus dalam keadaan baru dan tanpa cacat setelah ada
dilokasi/lapangan dan harus bebas dari puntiran, tekukan dan tegangan-
tegangan yang mengakibatkan menurunnya kekuatan baja dari persyaratan
yang telah ditentukan.

j. Kaca
Kaca yang digunakan adalah kaca bening yang berukuran tebal 5mm untuk
jendela.

k. Bahan-bahan bangunan.
 Yang disebut dengan bahan bangunan adalah : semua bahan yang
dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai tercantum dalam rencana
kerja dan syarat-syarat ini beserta gambar-gambarnya;
 Semua bahan bangunan harus berkualitas baik, dan mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas;
 Dalam jangka waktu 2 x 24 jam semua bahan-bahan yang dinyatakan ditolak
oelh Konsultan Pengawas supaya dikeluarkan dari proyek, dan apabila ternya
bahan-bahan tersebut masih di gunakan oleh pemborong, maka Konsultan
Pengawas berhak memerintahkan untuk membongkar kembali dan segala
kerugian menjadi tanggungjawab pemborong sepenuhnya.
 Semua bahan-bahan yang diperlukan untuk pekerjaan ini, harus disetujui olek
Konsultan Pengawas sebelum dipergunakan;
 Pada perselisihan dengan pemborong tentang pemeriksaan barang-barang,
Konsultan Pengawas berhak meminta kepada pemborong untuk meminta
contoh bahan-bahan yang telah didatangkan untuk diperiksa di Laboratorium;
 Selama itu pemborong dapat melanjutkan pekerjaan tetapi sama sekali atas
tanggungan sendiri, dengan kemungkinan bahwa bahan-bahan yang ternyata
tidak baik atau tidak memenuhi syarat maka bahan-bahan tersebut harus
disingkirkan;
 Semua biaya pemeriksaan oleh Laboratorium tersebut di tanggung oleh
pemborong;

D. PEKERJAAN UMUM BANGUNAN


1. Pekerjaan beton bertulang

a. Syarat umum pekerjaan beton bertulang ini mengkuti sepenuhnya peraturan


beton Indonesia tahun 1971 (NI-2)
b. Konstruksi beton bertulang untuk seluruh bagian harus mencapai mutu beton
yang ditentukan sesuai dengan gambar kerja dinyatakan berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium uji yang disetujui Konsultan Pengawas Lapangan;

c. Konstruksi dibuat sesuai dengan ukuran, termasuk besi penulangan dan


selangkangannya, yang tertera dalam gambar rencana pelaksanaan dan detail
struktur beton. Apabila terdapat ukuran pada gambar rencana arsitektural dan
gambar rencana struktur beton, pemborong diwajibkan memberitahukan secara
tertulis kepada Konsultan Pengawas Lapangan dan meminta keputusannya;

d. Pemborong diwajibkan membuat rencana pengecoran, mulai dari pondasi


beton hingga seluruh pekerjaan beton selesai

e. Untuk mencegah gangguan cuaca, dianjurkan agar disediakan tenda/penutup


plastic sehingga jalannya pekerjaan pengecoran tetap lancar;

f. Pada setiap sambungan pengecoran diharuskan menggunakan ‘additive’


(bahan-bahan) yang khusus untuk itu. Penggunaanya harus memenuhi syarat;

g. Penggunaan additive untuk tujuan mempercepat pengeringan beton. Dapat


dilakukan tanpa mengurangi mutu dan kekuatan beton;

h. Permukaan beton harus dilindungi dari pengeringan yang terlalu cepat atau
tidak merata, antara lain dibungkus atau ditutup dengan SCAKPAFT 310
(reintorced building paper);

i. Untuk pembuatan tulangan untuk batang-batang yang lurus atau


dibengkokkan, sambungan kait dan pembuatan sengkang disesuaikan dengan
persyaratan PBI 1971;

j. Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga tidak mengalami


perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran berlangsung;

k. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan PBI 1971;

l. Besi beton yang digunakan dengan mutu sesuai dengan gambar kerja dan uji
laboratorium uji bahan yang ditunjuk sebelum pekerjaan dimulai. Pengujian
dilakukan atas semua ukuran dari setiap pabrik;

m.Subtitusi pembersihan dapat dilakuakan hanya atas persetujuan Konsultan


Pengawas Lapangan;

n. Untuk seluruh plat beton atap, ditambahkan dengan tulangan susut;

o. Pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (beton


molen);

p. Takaran untuk semen, aggregate dan air harus disetujui terlebih dahulu oleh
pengawas ahli;

q. Adukan beton yang tidak memenuhi syarat seperti sudah mengeras sebagian,
tercampur dengan bahan-bahan asing atau terlalu encer tidak boleh digunakan;

r. Melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram


cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran dan ketinggian pemeriksaan
penulangan dan penempatan penahanan jarak-jarak;
s. Jarak antara tempat mengaduk dan mengecor supaya diambil sedikit mungkin;

t. Pengangkutan beton supaya dilakukan dengan hati-hati dan dijamin


kelancarannya, sehingga tidak berceceran dalam perjalanan dan tidak terjadi
perbedaan waktu pengikatan yang besar antara beton;

u. Alat penggetar harus digunakan berdiri 90 0, hanya dalam keadaan khusus


diperkenankan menyentuh tulangan. Ujung penggetar harus diangkat dari
dalam adukan apabila adukan terlihat mulai mengkilap disekitar ujung
penggetar atau kurang lebih sebelum 30 detik;

v. Penghentian pengecoran hanya dilakuakan pada tempat –tempat yang


disetujui Konsultan Pengawas Lapangan di dalam pola rencana pengecoran.

2. Bekisting

a. Bekisting harus direncanakan dan diusahakan sedemikian rupa agar pada


waktu pengecoran dan pembongkaran tidak mengakibatkan cacat-cacat,
gelombang maupun perubahan bentuk, ukuran, ketinggian serta posisi dari
pada beton yang dicetak/tercetak. Perencanaan pelaksanaan serta
pembongkaran bekisting harus sesuai dengan cara-cara yang disarankan
dalam NI-5.1 dan Bab 5.8. permukaan bekisting yang berhubungan dengan
beton harus benar-benar bersih sebelum penggunaannya;

b. Penyangga harus diberi jarak antara yang dapat mencegah difleksi bahan-
bahan bekisting. Bekisting beserta sambungannya harus rapat sehingga dapat
mencegah kebocoran adukan selama pengecoran. Lubang-lubang pembukaan
sementara harus disediakan didalam bekisting untuk memungkinkan
pembersihan bekisting;

c. Seluruh bekisting harus mengikuti persyaratan dalam normalisasi dalam

d. Bekisting untuk beton cor ditempat biasa bahan dapat dibuat dari kayu jenis
‘meranti’ atau jenis lain yang setara yang disetujui oleh Ahli;

e. Bekisting untuk beton pracetak. Bahan bekisting terbuat dari metal ‘slip form’
ataupun bahan-bahan lain yang disetujui oleh ahli;

f. Bekisting untuk beton exposed cor ditempat

 Untuk kolom.

Plywood 9 mm dengan frame 5/10

 Untuk Balok.

Plywood 12 mm untuk bagian dasar dan 9 mm untuk bagian samping.


Untuk bidang luas/dinding Plywood 18 mm

g. Form Ties” untuk beton ‘exposed’ harus dari jenis yang mudah dilepas, dapat
terkunci dengan baik dan tidak berubah pada waktu pengecoran dan
penggonjoran dilaksanakan. Pemborong harus mendapatkan ijin terlebih
dahulu dari Konsultan Pengawas lapangan sebelum dapat menggunakan
‘Form Ties’;
h. ‘chamfer strips’ dibuat dari jenis kayu yang baik dan dibentuk menurut ukuran

i. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pemakain bekisting beton exposed:

 Tidak akan mengalami deformasi, sehingga bekisting harus cukup tebal


dan terikat kuat;

 Harus kedap air dengan menutup semua celah bekisting;

 Tahan terhadap getaran Vibrator dari luar maupun dari dalam bekisting;

j. Bekisting harus di bongkar dengan cara yang sedemikian rupa sehingga dalam
menjamin keselamatan penuh atas struktur-struktur yang di cetak dengan
memperhatikan persyaratan minimum;

k. Bagian strukturbeton vertical disangga dengan penutupan. Bekisting boleh


disangga setelah 24 jam, dengan syarat bahwa betonnya telah cukup keras
dan tidak cacat karena pembongkaran tersebut;

l. Bagian struktur beton yang disangga dengan menumpu tidak boleh dibongkar
sebelum betonnya mencapai kekuatan yang minimal untuk meyangga beratnya
sendiri dan beban-beban pelaksanaan dan atau beban bahan yang akan
menimpa bagian struktur bagian beton tersebut;

m.Dalam hal apapun pada jenis struktur ini tidak boleh dibongkar sebelum
berumur 7 (tujuh) hari, demikian juga bekisting-bekisting yang dipakai untuk
emamatangkan (curing) beton tidak boleh dibongkar sebelum dianggap
matang;

3. Pekerjaan kayu kasar

a. Bagian ini meiputi pekerjaan dan pemasangan kayu untuk :

 Rangka pengantung langit-langit;

 Rangka penggantung Ducting AC (bila perlu)

 Pekerjaan kayu lain yang tampak

b. Mutu dan kelas kayu yang digunakan harus memenuhi syarat dan ketentuan
yang tertera dalam syarat dan ketentuan bahan pokok kayu. Pada umumnya
pekerjaan ini digunakan kayu mutu B dan kelas II;

c. Apabila dalam pelaksanaan konstruksi digunakan alat sambunga, maka harus


dipilih yang paling tepat dengan mutu baik, ex produksi Dalam negeri. Alat
sambung dari logam yang dapat berkarat. Atau terpengaruh oleh keadaan
cuaca harus dilindungi dengan menie besi;

4. Pekerjaan kayu Halus

a. Bagian ini meliputi pekerjaan perlengkapan dan pemasangan komponen kayu


yang terbuka, termasuk:

 Kusen pintu kayu dan daun pintu kayu;

 Kusen jendela kayu dan daun jendela kayu;


 Kusen untuk pelubangan ventilasi;

 Pekerjaan kayu lain yang diexpose

b. Mutu dan kelas kayu yang digunakan harus memenuhi syarat dan ketentuan
yang tertera dalam syarat dengan ketentuan bahan pokok kayu. Pada
umumnya untuk pekerjaan ini disunakan kayu mutu A kelas II :

 Kayu yang dipakai harus lurus, dan penampang harus segi empat yang
sudutnya saling menyiku;

 Pembentukan profil harus disesuaikan dengan gambar kerja dan tidak


boleh mengurangi persyaratan yang tertera pada NI-5;

 Bagian yang akan dicat permukaannya terdiri dari serat-serat yang


seragam;

 Semua pekerjaan kayu rapih harus sesuai dengan gambar kerja;

 Semua pekerjaan kayu harus diserut halus dan rapih;

 Daun pintu yang terdiri dari rangka kayu yang dilapis dengan Plywood 4
mm kedua sisinya memakai perekat kedap air dan tidak menimbulkan
bercak-bercak pada bidang Plywood. Jenis perekat yang dipakai adalah
yang setara dengan mutu Herterin

5. Pekerjaan Pasangan Batu Belah/Batu Karang

a. Bahan yang digunakan

 Batu belah/batu karang;

 Semen

 Pasir

 Air Kerja

b. Memenuhi seperti pada persyaratan pokok

 Kalau tidak ditentukan lain, maka adukan spesi yang digunakan 1; 5

 Celah-celah besar antara batu dengan batu harus diisi dengan batu kricak
dan dikocok padat, kemudian diplester kasar dikedua sisi;

 Tidak diperkenankan memecah batu belah dengan martil besar disekitar


Bouwplank.

6. Pekerjaan Pasangan batu Bata/Bataco/Tela

a. Bahan yang digunakan:

 Batu tela;

 Semen;

 Pasir;
 Air kerja

b. Kualitas bahan yang dipakai harus memenuhi syarat seperti yang ditentukan
dalam persyaratan bahan pokok;

c. Batu merah yang akan dipasang harus direndam air hingga menjadi jenuh;

d. Perekat yang digunakan berupa adukan 1 pc : 2 ps untuk bagian yang kedap


air,sedangkan untuk bagian lain menggunakan adukan 1 pc : 5 ps

e. Jarak spesi maksimum 1 cm. Tiap-tiap spesi harus dibuat seling dan rapi.

7. Pekerjaan beton Tumbuk/Rabat.

a. Bahan yang dipakai

 Semen

 Pasir Beton

 Koral/batu pecah

 Air kerja

 Kualitas bahan yang dipakai harus memenuhi syarat seperti yang


ditentukan dalam persyaratan bahan pokok.

b. Apabila tidak ditentukan lain maka campuran yang dipakai adalah 1 pc : 3 ps :


5 koral/batu pecah;

c. Adukan beton tumbuk dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terlalu lembek
ataupun terlalu pekat.

8. Listrik.

a. Semua pekerjaan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh peusahaan yang


terdaftar sebagai instalatir;

b. Standar dan referensi yang digunakan dalam pekerjaan instalasi listrik disini
adalah mengikuti peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1977 dan standar
dari Negara Lain seperti VDE, BS, NEC, DIN, NEMA;

c. Gambar instalasi listrik menunjukkan pekerjaan instalasi listrik yang akan


dikerjakan dimana didalamnya digambarkan besara-besaran listrik,
kedudukan alat-alat listrik dan spesifikasi lainnya dibuat oleh Kontraktor.
Untuk pekerjaan dalam garis besar harus seperti yang ditunjukkan dalam
gambar, dapat dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi lapangan atau
bangunan atas persetujuan Konsultan Pengawas. Persetujuan tersebut diatur
tidaklah membebaskan pemborong dari kewajiban untuk memasang instalasi
dengann cara yang ahli, yang betul dan tepat fungsi dan ukuran-ukurannya.
Gambar-gambar arsitektur, struktur, plumbing, drainage, air conditioning dan
kontrak-kontrak lainnya haruslah menjadi referensi untuk menjadi koordinasi
dalam pekerjaan secara keseluruhan. Pemborong harus menyediakan Shop
Drawing untuk disetujui konsultan sebelum melaksanakan pekerjaan dan
menyerahkan Built In Drawing sebanyak 4 (empat) Rangkap sesudah
pemasangan selesai;

d. Pelaksanaan pekerjaan electrical harus selalu mengadakan koordinasi


dengan pelaksana pekerjaan lain seperti pekerjaan sipil, pekerjaan finishing
dan lain-lain;

e. Pemborong menyediakan semua Insert, Sleeve, dan lain-lain peralatan


tambahan yang dibutuhkan harus ditanam dalam beton atau pekerjaan-
pekerjaan pemasangan lainny ditempat yang perlu;

f. Pemborong harus menyediakan daftar material-material yang akan digunakan


untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas. Daftar dibuat dalam 2 (dua)
rangkap disertai dengan Brochure, Katalog, alat manufacture dan keterangan-
keterangan lain yang diperlukan.

E. PEKERJAAN KHUSUS PONDASI

1. Pasir Alas Pondasi


a. Pengurugan pasir unruk alas pondasi dilakukan setelah seluruh lubang galian
pondasi dipcriksa olek Konsultan Pengawas Lapangan dan dinyatakan telah
sesuai dengan ukuran-ukuran yang tertera dalam gambar-gambar yang ada
b. Pasir urug yang digunakan harus bersih dan tidak mengandung potongan-
potongan bahan keras yang berukuran lebih dari 1,5 em.
c. Pengurugan dilakukan lapis demi lapis dan setiap lapisnya tidak lebih tebal
dari 20 em, digilas dengan menggunakan alat pemadat, sedemikian rupa
sehingga bilamana alat penggilas berjalan diatas lapisan tersebut dengan
lambat tidak terdapat gcrakan tcgak yang dapat dilihat pada urugan tersebut.
d. Lantai kerja dibuat dengan ukuran-ukuran yang tertera dalam gambar untuk itu
dengan menggunakan adukan 1 Semen pc : 3 pasir : 5 kerikil atau lantai kerja
yang terdiri dan batu belah dan urugan rasir.

2. Pondasi Batu belahIBatu Karang


a. Pelaksanan pekerjaan dan persyaratan pekerjaan pondasi batu kali, harus
mengikuti ketentuan dan sya rat-syarat yang disebutkan dalam pasal 8.5
tentang Pekerjaan Batu Belah dan Batu Karang.
b. Sebelum pemasangan dilaksanakan, Kontraktor harus mempelajari letak-letak
dari sa luran yang menembus pasangan serta stekl-stek besi kolom yang
harus disediakan agar pekcrjaan bongkar pasang tidak terjadi Pada saat
pemasangan lobang pondasi udak boleh tergenang air.

F. PEKERJAAN KHUSUS DINDING


1. Dinding Bata
a. Sebagian besar dinding dari batu bata merah, dengan menggunakan aduk
campura 1 Semen Pc: 4 pasir.
b. Batu bata yang digunakan batu bata ex. Lokal dengan kualitas terbaik yang
disetujui Konsultan Pengawas, siku dan sama ukurannya 5 x 11 x 23 cm.
c. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum hingga
jenuh.
d. Setelah bata terpasang dengan aduk, naad/sia[_-siar harus d ikerok rapih dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
e. Pasangan dinding bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih
dahulu dan siar-siar telah dikerok sedala, 1 cm serta dibersihkan.
f. Pemasangan dinding bata dilaksanakan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis. Dinding
bata batu yang luasnya lebik besar dari 12 m2 harus ditambahkan kolom dan
balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 em, sesuai dengan Iebar
bata dengan tulangan pokok ukuran 4.0 x 10 mm.beugel 0,8-20 cm.
g. Pembuatan lobang pada pasangan bata untuk steiger sama sekali tidak
diperkenankan;
h. Bagian pasangan bata yang berh ubungan dengan setiap bagian permukaan
beton (kolom, balok, lisplank dan lain-lain) harus diberi penguat stek-stek besi
beton diameter 8 mm jarak 20 em, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik
pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang tertanam dalam pasangan bata
sekurangkurangnya 40 em. keeuali ditentukan lain;
i. Batu bata yang pecah hanya boleh dipakai untuk hubungan batu dan
ukurannya tidak boleh kurang dari 1/2 batu
j. Pemasangan bata merah harus dilaksanakan dengan verband yang baik.
Untuk profil-profil digunakan reng-reng tau bilah kayu tahun/yang sekualitas
yang lurus dan kuat. Tidak dipergunakan menggunakan bambu.
k. Untuk kecepatan dan kelurusan tembok digunakan waterpass serta benang.
l. Pembuatan perancah tidak boleh sampai menembus tembok.
m. Setiap pasangan harus continue, dibasahi sampai keras.

2. Kusen Alumunium, Daun Pintu/Jendela

a. Bahan Alumunium yang dipakai sperti yang disyaratkan pada persyaratan


bahan Alumunium;

b. Sebelum kusen dipasang, agar diperhatikan dan diteliti kembali letak-letak dan
ukuran lubang pintu maupun jendela serta type jendela maupun pintu yang
akan dipasang;

c. Ukuran kusen adalah 4/8 (ukuran jadi) atau disesuaikan dengan gambar;

d. Detail-detail kusen sambungan material lain harus disesuaikan dengan type


pintu yang akan terpasang kusen harus lurus dan siku;

e. Rangka daun pintu dari Alumunium ukuran disesuaikan dengan gambar detail
untuk rangka Almunium yang mendatar diberi lubang hawa;

f. Formika dan kaca digunakan sebagai panil, untuk ditemplkan pada rangka
dengan menggunakan perekat lem dan silikon;

g. Untuk panil kaca diperhatikan detail-detail dan ukuran dari loot yang dipasang;

h. Khusus pintu toilet pada bagian dalam, menggunakan pintu fiber

i. Bingkai daun pintu kaca adalah Alumunium.

3. Pekerjaan Plesteran
a. Plesteran tembok baru boleh dilakukan setelah selesainya pemasangan pipa-
pipa saluran air dan pipa listrik;

b. Untuk tembok pasangan bata yang akan diplester harus dibasahi dengan air
terlebih dahulu sampai jenuh. Siar-siar dibersihkan, dikeruk sampai masuk
dalam 1 cm;

c. Plesteran yang digunakan :

 Untuk tembok bagian luar/dalam pada umumnya dipakai campuran 1 pc : 4


psr

 Untuk tepi sudut campuran 1 pc : 4 psr

 Untuk beton campuran 1ps : 3 psr

d. Bagian beton yang akan diplester terlebih dahulu harus dikasarkan dengan
pahat sebelum diplester dibasahi dulu dengan air semen ancer;

e. Acian/penyelesaian plesteran baru boleh dikerjakan setelah plesteran kering


minimal selama 7 hari, sehingga cukup waktu bagi adukan yang akan
menyusut, untuk acian diapaki acian semen / pc murni.

G. PEKERJAAN KHUSUS PENUTUP ATAP

1. Penutup atap Genteng Metal

a. Ketebalan minimum 0,3 mm;

b. Warna disesuaikan dengan kebutuhan, kecuali ditentukan lain;

c. Bahan atap spandek memanjang kearah kemiringan tanpa sambungan


dengan kemiringan 20 derajat; Sambungan kearah mendatar dengan overlap
satu gelombang;

d. Jarak kuda-kuda 1,5 m dan reng 36,5 cm;

e. Pemasangan dengan perlengkapan pangikat yang disekrup pada gording


tanpa Pemasangan baut dibagian atas dan diberi ring karet untuk menghindari
kebocoran;

f. Hubungan dengan jenis bahan itu sendiri dengan memperhatikan jangan


sampai terjadi kebocoran;

g. Pelapisan isolasi (sisolation) adalah antara gording dengan penutup atap,


kecuali tidak diperlukan;

h. Listplank yang dipakai dari bahan kayu dengan ketebalan 2,5cm dari bahan
papan kayu besi.

I. PEKERJAAN KHUSUS LANGIT-LANGIT

1. Rangka Langit-Langit.
a. Rangka plafon dibuat dari kau ukuran 5/7 yang di sambung sesuai dengan
gambar rencana

b. Pola pemasangan rangka langit-langit sesuai dengan gambar untuk itu dan
setelah rangka langit-langit terpasang, bidang permukaan harus rata, lurus,
waterpass dan tidak ada bagian-bagian yang bergelombang;

c. Pada pertemuan dengan dinding, maka dipasangi profil kayu dengan sisi-sisi
sesuai dengan gambar.

2. Penutup Langit-Langit dengan Tripleks

a. Bahan penutup langit-langit tripleks ukuran 120x240 dengan tebal 4 mm


sesuai dengan gambar, bentuk dan pola pemasangan sesuai dengan gambar
untuk itu.

Jayapura, 19 Agustus 2020

Dibuat Oleh :
CV. DJUMARO PRATAMA

OBED DASINAPA

Direktur

Anda mungkin juga menyukai