Anda di halaman 1dari 23

SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

SPESIFIKASI TEKNIS

KEGIATAN : PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR POLISI

PEKERJAAN : PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA


POLSEK WETAR

LOKASI : DESA ILWAKI KEC.WETAR - KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA

A. PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Lingkup Pekerjaan Persiapan


1. Letak titik duga pokok (titik nol) akan ditentukan oleh Direksi Lapangan bersama-sama Pemborong.
2. Titik ini harus ditempatkan permanen, tertancap kuat kedalam tanah sedalam 1 meter sehingga tidak dapat
berubah/berpindah tempat. Titik tersebut diberi tanda jelas serta dilokasi yang tidak akan tergusur
bangunan.
3. Untuk selanjutnya tugu tersebut harus menjadi dasar bagi setiap ukuran dan kedalaman.
4. Penentuan titik lainnya dilakukan oleh pemborong di lapangan dengan alat ukur optik yang sudah diterap
kebenarannya dan harus selalu berpedoman kepada titik duga pokok (titik nol).
5. Ketidak cocokan yang mungkin ada antara gambar dan kenyataan harus segera dilaporkan kepada Direksi.
6. Pengukuran sudut-sudut 90 derajat atau bukan, hanya boleh dilakukan dengan alat ukur optik
7. Pengukuran siku dengan benang secara azas segitiga phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian
kecil saja
8. Patok bouwplank dan papannya menggunakan kayu lokal, tebal minimum 2,5 cm lebar 20 cm, sisi atasnya
harus diketam halus dan rata.
9. Tinggi bouwplank sama dengan titik nol atau apabila dikehendaki harus dibicarakan dahulu dan disetujui
Direksi.
10. Papan bouwplank dipasang disekeliling luar bangunan dengan jarak 100 cm dari tepi luar bangunan.
11. Pemasangan bouplank harus kokoh, kuat dan tidak berubah oleh cuaca serta harus rata air. Permukaan
harus diukur dengan waterpas
12. Setelah selesai pemasangan bouplank harus dilaporkan Direksi untuk diperiksa sebelum pekerjaan
selanjutnya dilakukan.
13. Air untuk bekerja harus disediakan pemborong dengan membuat sumur lengkap dengan pompa dilokasi
proyek atau mengambil dari luar, air harus bersih, bebas dari lumpur, minyak dan bahan-bahan lainnya
yang dapat merusak struktur bangunan.
14. Bak air untuk kerja berukuran minimum 1 (satu) m3 dan harus selalu terisi penuh
15. Listrik untuk keperluan kerja harus disediakan pemborong dan diperoleh dari sambungan sementara PLN
setempat selama masa pembangunan dengan daya sekurang-kurangnya 1.5 KVA.
16. Sebelum proyek dimulai, terlebih dahulu pemborong harus membuat pagar pengaman sekeliling proyek,
dengan batas-batas menurut petunjuk yang diberikan oleh Direksi pelaksana. Kalau tidak ditentukan lain
pagar harus dibuat dari kayu dengan penutup seng setinggi ± 175 cm dengan konstruksi yang cukup kuat
dan menjamin keamanan.
17. Ukuran luas kantor Pemborong, los kerja serta tempat penyimpanan bahan, diserahkan kepada Pemborong
dengan tidak mengabaikan keamanan dan kebersihan dan bahaya kebakaran.
18. Khusus untuk penempatan bahan-bahan seperti : pasir, kerikil, harus dibuatkan kotak simpan yang
dipagari papan yang cukup rapat sehingga masing-masing bahan tidak tercampur.
19. Pemborong harus membuat gudang penyimpanan peralatan peralatan dan material yang harus bebas dari
hujan.
20. Pemborong harus membuat drainage sementara selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, baik untuk
pengeringan air hujan maupun untuk pengeringan air tanah, sehingga dapat menjamin terhindarnya proyek
dari kemungkinan genangan air hujan mengganggu kelancaran pekerjaan maupun lingkungan sekitar
daerah kerja.
21. Pemborong harus menjamin keamanan proyek, baik untuk barang-barang milik pemborong sendiri
maupun milik pemberi tugas .
Pemborong harus menempatkan petugas-petugas keamanan selama 24 jam setiap hari.

1
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

2. Pekerjaan Persiapan
1. Pengukuran
1.1. Ukuran titik duga pokok (titik nol) akan ditentukan oleh Direksi, bersama-sama Pemborong.
Selanjutnya titik ini harus ditetapkan permanen dengan tugu beton sedemikian sehingga tidak bisa
berubah-ubah dan digerak-gerakan, diberi tanda jelas. Tugu harus dibuat menjadi dasar bagi setiap
ukuran dan kedalaman.
1.2. Penentuan titik lainnya ditentukan oleh pemborong dilapangan dengan alat teropong, waterpas yang
baik dan sudah ditera kebenarannya terlebih dahulu.
1.3. Ketidak cocokan yang mungkin ada antara gambar dan kenyataan harus dilaporkan kepada Direksi

2. Pengukuran Sudut Siku


2.1. Pengukuran sudut siku dilakukan dengan alat teropong waterpas theodolite, prisma penyiku atau
penyiku lainnya.
2.2. Pengukuran sudut siku dengan benang secara azas segitiga phitagoras
3. Papan Bangunan (Bouwplank)
3.1. Papan bangunan harus dipasang pada petak-petak kayu yang nyata kuat tertancap di dalam tanah
sehingga tidak bisa bergerak-gerak atau berubah-ubah.
3.2. Lebar papan bangunan sekurang-kurangnya 20 cm tebal sekurang-kurangnya 2,5 cm
3.3. Tinggi papan bangunan sama dengan titik nol atau apabila dikehendaki lain harus dibicarakan dahulu
dan disetujui oleh Direksi.
3.4. Setelah selesai pemasangan papan bangunan wajib dilaporkan kepada Direksi untuk pemeriksaan,
sebelum pekerjaan selanjutnya dilakukan.

B. PEKERJAAN TANAH

1. Pengupasan Tanah (stripping) dan Penyebarannya Kembali


a. Sebelum penggalian untuk grading dimulai harus dilakukan pengupasan tanah permukaan setebal 10 cm.
Hasil kupasan ini apabila dianggap cukup baik untuk lapisan harus ditimbun di tempat-tempat penimbunan
yang ditentukan oleh Direksi Lapangan, untuk ditimbunkan kembali pada daerah rencana pertamaan.
Apabila Direksi Lapangan menilai bahwa lapisan tanah tersebut tidak memenuhi syarat untuk lapisan
humus, maka harus dikeluarkan dari lapangan.
b. Setelah pekerjaan grading selesai seluruhnya dan bentuk permukaan tanah telah menyerupai rencana, maka
tanah permukaan hasil pengupasan disebar dan diratakan pada keseluruhan tanah yang digarap sebagai
lapisan terakhir, kecuali pada bagian-bagian yang akan dibangun jalan dan bangunan.
2. Penggalian Tanah Untuk Site Grading
a. Penggalian dilakukan pada bagian-bagian yang lebih tinggi dari tanah direncanakan.
Hasil-hasil galian diangkut ketempat-tempat dimana pengurugan.
b. Urutan kerja penggalian harus diatur demikian rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan pada
lingkungan tapak ataupun menyebabkan timbulnya genangan air untuk waktu lebih dari 24 jam.
3. Pengurugan Tanah Untuk Site Grading
a. Tanah yang akan diurug dan tanah urugannya harus bebas dari semua bahan-bahan yang dapat merusak
atau yang dapat mempengaruhi kemantapan urugan yang akan dilaksanakan.
b. Pengurugan tanah untuk halaman yang tidak akan dibangun jalan/plaza/bangunan tidak perlu dipadatkan
dengan mesin, cukup ditimbras saja
c. Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis tidak lebih dari 20 cm langsung dipadatkan.
Setiap kali penghamparan harus mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan yang menyatakan lapisan
dibawahnya telah memenuhi syarat kepadatan yang disyaratkan.
d. Kepadatan yang disyaratkan untuk kondisi tanah urug adalah :
1. Lapisan tanah lebih dari 30 cm dibawah permukaan subgrade, harus mencapai 90 % dari kepadatan
(kering) maksimum.
2. Lapisan tanah kurang dari 30 cm dibawah permukaan subgrade, harus mencapai 100 % dari
kepadatan (kering) maksimum.
3. Tanah dasar tanpa kohesi, harus mencapai 100 % dari kepadatan (kering) maksimum.
4. Tanah dasar berkohesi dengan index plastis kurang dari 25, harus mencapai 100 % dari kepadatan
(kering) maksimum.
e. Selama pekerjaan pemadatan berlangsung, kadar air harus dijaga agar tidak lebih besar dari 2 % kadar air
optimum

2
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

4. Penggalian Tanah Untuk Pondasi


a. Sebelum penggalian tanah untuk pondasi dimulai harus dilakukan pengupasan tanah permukaan setebal 10
Cm. Hasil kupasan ini ditimbun ditempat-tempat penimbunan yang telah ditentukan oleh Direksi
Lapangan.
b. Penggalian harus dilakukan sesuai dengan lebar lantai kerja pondasi, penampang lereng galian kiri kanan
dimiringkan 10 derajat ke arah luar pondasi.
c. Dasar galian harus mencapai tanah keras, apabila ternyata tidak sesuai dengan rencana gambar pondasi,
maka pemborong diharuskan melapor kepada Direksi Lapangan diminta keputusannya.
d. Jika pada galian terdapat akar-akar kayu, kotoran dan bagian-bagian tanah yang longgar (tidak padat),
maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya kemudian lubang yang diisi dengan pasir urug lapis demi
lapis dan apabila dimungkinkan disiram dengan air tiap lapis sampai jenuh, sehingga mencapai permukaan
yang diinginkan.

5. Pengukuran dan Pemadatan Tanah Untuk Pondasi


a. Pengurugan tanah pondasi dilakukan berdasarkan petunjuk Direksi, dimana macam pekerjaannya
tergantung pada bentuk pondasi bangunan.
b. Sebelum dipasang pondasi, galian pondasi dilapisi dengan pasir urug setebal minimum 5 Cm. Dibawah
lantai dilapisi pasir urug setebal 5 cm.
c. Setelah pemasangan pondasi cukup kuat atas ijin Direksi, lubang-lubang galian dapat diurug kembali.
Pada bagian dalam bangunan diurug dengan pasir urug, sedangkan bagian luar bangunan cukup diurug
dengan tanah galian.
d. Pengurugan harus lapis demi lapis, dan bila memungkinkan disiram air untuk mendapatkan kepadatan atau
dengan cara lain yang disetujui. Tebal setiap lapisan maximum 10 cm.
e. Tanah bekas galian harus dibuang atau ditimbun diluar bouwplank dengan penempatan yang cukup rapih.
Tanah antara bouplank dan galian harus tetap bebas dari timbunan tanah.
f. Apabila terjadi kondisi tanah tidak memungkinkan dilaksanakannya pondasi sesuai gambar rencana, maka
pemborong wajib melaporkan hal ini kepada Direksi dan pihak Direksi akan mengambil kesimpulan.
g. Pemborong wajib membuat parit-parit buangan air dari galian pondasi, agar pada saat hujan air tanah tidak
menggenangi lobang galian.

6. Tanah Urug/Pasir Urug


a. Tanah yang mengandung pasir, dengan kualitas pasir yang lebih kasar dari pada pasir pasangan, dapat
menggunakan pasir laut yang sudah dicuci.
b. Tanah yang akan diurug dan tanah urugnya harus bebas dari segala bahan-bahan yang dapat membusuk
atau mempengaruhi kemantapan urugan yang akan dilaksanakan.

7. Perbaikan Tanah
a. Jika tanah terdiri dari jenis tanah lunak (lempung atau lanau) yang mempunyai harga pengujian penetrasi
standar N < 4, atau tanah organis yang mempunyai kadar air alamiah sangat tinggi (tanah gambut); juga
tanah berpasir yang dalam keadaan lepas mempunyai harga N < 10; maka sebelum melakukan pekerjaan
konst6ruksi harus dilakukan dahulu pekerjaan tanah sehingga didapat daya dukung yang memenuhi syarat.
b. Untuk tanah gambut perlu dilakukan pengupasan sedalam  50 cm, baru diberi terucukan bambu atau dari
kayu dengan  10 cm untuk setiap jarak 30 cm.
c. Terucukan harus selalu terendam air tanah
d. Untuk lanau dan lempung bisa langsung diberi terucukan dari bambu atau kayu dengan diameter 10 cm
untuk setiap jarak 30 cm.
e. Setelah terucukan selesai baru dihamparkan pasir setebal 15 cm, kemudian diberi lapisan anyaman bambu
(gedek) sebagai perata beban, untuk selanjutnya diberi lapisan tanah urug diatasnya.

8. Pekerjaan Tanah
a. Pekerjaan penggalian, perataan, pengukuran dan lain-lain (kalau ada) bagian dari pekerjaan tanah ini.
b. Untuk galian pondasi-pondasi disesuaikan dengan gambar kecuali ditentukan lain, menurut keputusan
Direksi.
c. Lobang galian pondasi harus cukup lebar sehingga waktu mengerjakan pasangan pondasi atau pengecoran
beton tidak terganggu, untuk itu dasar galian harus rata dan bersih dari akar-akar pohon dan lain-lain
d. Apabila kondisi tanah tidak memungkinkan dilaksanakannya pondasi sesuai gambar rencana, maka
pemborong wajib melaporkan hal ini kepada Pengawas Direksi dan Pihak Direksi akan memberitahukan
keputusan apa yang akan diambil.
e. Apabila pada dasar galian terdapat akar-akar atau tanah masih lunak, maka harus digali sampai memenuhi
syarat tanah yang cukup baik sesuai dengan pertimbangan Direksi.

3
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

f. Pemborong wajib membuat parit-parit pembuangan air dari galian pondasi, agar pada saat hujan atau air
tanah/tinggi tidak menggenangi lubang galian pondasi.

9. Timbunan, Perataan dan Pemadatan


a. Timbunan Galian
Semua bahan-bahan galian harus ditimbun sedemikian sehingga tidak mengganggu pekerjaan dan tidak
mengganggu jalan orang dan lalu lintas.
Bahan galian tidak boleh merusak bangunan-bangunan perorangan lainnya.
Jika perlu dan diminta oleh Direksi, kontraktor harus mengangkut bahan galian untuk dibuang sesuai
petunjuk Direksi.

b. Mengurug Galian
Pada umumnya pengurugan dilakukan dengan memakai tanah galain yang baik, kecuali ditunjukkan dalam
gambar, maka bahan (material) untuk urugan adalah tanah campur pasir/krikil yang dipadatkan lapis demi
lapis.
Setiap lapis tidak lebih dari 20 cm dan tidak boleh ada batu yang lebih besar dari 2,5 cm. Tanah urug juga
harus bersih dari bahan organik dan sisa tumbuh-tumbuhan tergantung pada kondisi setempat, untuk
pemadatan dapat digunakan stamper, timbris seberat 5 kg atau alat mekanik lainnya untuk menambah
kepadatan, Direksi dapat memerintahkan agar tanah urug tersebut dijemur atau sebaliknya dibasahi
terlebih dahulu hingga mencapai kadar air optimal. Pekerjaan urug tanah yang dilakukan tidak memenuhi
persyaratan sehingga mengakibatkan permukaan tanah turun kembali, harus diulang segera setelah
perintah pertama dari Direksi, dan jika diperlukan urugan harus diulang berkali-kali, sampai dengan
permukaan yang diminta pada gambar rencana dan sesuai dengan petunjuk Direksi.

c. Kualitas Tanah Urug


Tanah urug yang digunakan harus bersih dari bahan-bahan organik dan kotoran-kotoran lainnya.

d. Urugan Pasir
Urugan pasir dilakukan selapis demi selapis dan pemadatannya juga dilakukan selapis demi selapis,
dimana lapisan maximum 20 cm.
- Setiap urugan pasir disiram dengan air hingga padat
- Setiap tanah gembur yang dibuang diisi kembali dengan pasir hingga rata dan padat.

e. Kualitas Pasir Urug


Atas petunjuk Direksi, pemborong harus menyediakan pasir yang digunakan untuk pengurugan berkualitas
kadar lumpur tidak lebih dari 10 % tidak terkotori oleh benda-benda organik. Petunjuk ini tidak
mengurangi tanggungjawab kontraktor atas semua hasil pengurugan yang dilakukan.

f. Kelebihan Urugan
Kelebihan pasir setelah pengurugan selesai harus diangkut dari tempat-tempat pekerjaan dan segala biaya
ditanggung kontraktor.

g. Pengeringan
Kontraktor harus menyediakan alat-alat yang digunakan untuk mengeringkan lokasi pekerjaan selama
pelaksanaan pekerjaan. Air yang dibuang itu tidak boleh mengakibatkan kerusakan atau merugikan
penduduk setempat, atau mengakibatkan gangguan pada fasilitas umum.
Setiap keruskan yang timbul akibat tidak sempurnanya sistim pengeringan, baik kerusakan terhadap
pekerjaan ini maupun terhadap bangunan milik penduduk atau umum, harus diperbaiki atas biaya
kontraktor sendiri.

h. Pekerjaan Timbunan
Semua jenis pekerjaan timbunan harus dilakukan ditempat yang telah dikeringkan. Sebelum pekerjaan
dilakukan, Direksi harus memberikan persetujuan terlebih dahulu.
Alat yang dipakai harus sesuai dengan kebutuhan dan disetujui oleh Direksi. Daerah kerja yang harus
dilindungi terhadap masuknya air selama pekerjaan berlangsung dengan cara membuat parit-parit drainase
disekeliling lokasi.

4
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

i. Tanah Timbunan
Kekurangan tanah timbunan harus dipenuhi dengan mendatangkannya dari tempat lain yang harus
disetujui oleh Direksi terlebih dahulu. Pengambilan tanah untuk timbunan ini harus dilakukan dengan
memperhitungkan keamanan terhadap longsor.
Luas dan dalam lobang galian harus ditentukan oleh Direksi.

C. BAHAN-BAHAN DASAR BANGUNAN

1. Semen Portland
a. Memenuhi persyaratan-persyaratan SNI dan N 1-8.
b. Apabila diperlukan jenis yang tersebut diatas, maka dapat dipakai jenis-jenis semen seperti : semen
portland-tras, semen alumina, semen tahan sulpat dan lain-lain. Dalam hal ini, pelaksanaan diharuskan
untuk meminta pertimbangan-pertimbangan dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
c. Penyimpanan semen harus ditempat yang kering dengan lantai terangkat, bebas pengaruh air dari tanah
dan menurut urutan pengiriman semen yang telah rusak karena terlalu lama disimpan, mengeras ataupun
tercampur dengan bahan yang dapat merusak struktur bangunan, tidak boleh dipakai dan harus
disingkirkan dari tempat pekerjaan.
d. Semen harus dilindungi sebaik-baiknya terhadap pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan dipakai
sesuai dengan urutan pengiriman.

2. Pasir (Aggregate Halus)


a. Bahan pasir dapat berubah pasir alami atau bahan halus yang diperoleh dari hasil mesin pemecah batu.
Bahan pasir harus cukup kuat, tidak rapuh, berbutir tajam, keras, bersih.
b. Komposisi gradasinya terdiri dari butir butir yang beraneka ragam besarnya dan tidak mengandung lumpur
lebih dari 5 %. Apabila kadar lumpur melampaui 5 % maka aggregate halus harus dicuci. Pasir sebagai
bahan bangunan harus pula bebas dari bahan-bahan organik yang dapat merusak fungsinya pada
konstruksi.

3. Koral (Aggregate Kasar)


a. Aggregate kasar dapat berupa kerikil alam atau batuan-batuan yang diperoleh dari pemecahan batu.
b. Bahan ini harus terdiri dari butir-butir yang kasar dan tidak berpori, tidak mengandung butir-butir yang
pipih melampaui 20 % dari berat aggregate seluruhnya.
c. Aggregate kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % terhadap berat kering, dan juga bebas dari
bahan-bahan yang dapat merusak seperti zat-zat yang reaktif alkali.
d. Komposisi gradasi terdiri dari butir-butir yang beranekaragam besarnya, bervariasi antara 5 – 80 mm.
Dalam segala hal syarat-syarat ini disesuaikan dengan ketentuan dalam PBI 1971

4. Air Kerja
a. Air kerja adalah air yang tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan organik atau bahan
lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan, bersih dan dapat lanjut.
b. Jika ada keragu-raguan dalam penentuan kualitas maka pemborong diminta untuk mengirim contoh air ke
laboratorium resmi yang ditunjuk guna dapat diselidiki lebih lanjut.
c. Selama air di lokasi bangunan belum dapat persetujuan untuk digunakan sebagai air kerja, maka pihak
pemborong harus dapat mengadakan air dari sumber lain yang disetujui.

5. Batu Bata
a. Semen batu bata dipergunakan harus berkualitas baik yang berwarna merata, sisi-sinya tegak lurus satu
sama yang lain, harus lurus dan rapih serta mempunyai ukuran/bentuk yang sama pejal dan relatif utuh.
b. Menggunakan batu merah kualitas baik yang terbakar matang dengan maximum 10 % untuk bata merah
yang pecah.
c. Dimensi (12 x 24 x 4) cm3 atau sesuai produksi setempat dengan persetujuan Direksi.

6. Bataco/Bata Tela
a. Batu tela yang dipakai harus terdiri atas cetakan press dengan campuran semen banding karang/padas = 1 :
5.
b. Ukuran batu tela harus sedemikian rupa sehingga jumlah yang diperlukan untuk 1 M 3 pasangan berkisar
antara 145 s/d 155 buah.

7. Batu Belah
a. Bahan batu belah kecuali dipersyaratkan lain harus sesuai dengan PUBB 1977 NI – 3.

5
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

b. Batu belah yang dipakai ialah batu belah minimum 3 sisi.


c. Ukuran batu belah maximum 30 cm, dan strukturnya harus cukup keras dan awet.
Pengujian terhadap kekerasan apabila diperlukan harus dapat memenuhi ketentuan pada pengujian abrasi.

8. Kayu
a. Kayu yang digunakan harus bersifat baik dengan ketentuan bahwa segala sifat dan kekurangan-kekurangan
yang lebih berhubungan dengan pemakainya tidak akan merusak atau mengurangi nilai konstruksi.
b. Kualitas dan ukuran kayu yang digunakan disesuaikan dengan gambar kerja yang ada.
Demikian pula mutu dan kelas kuat kayu yang apabila tidak ditentukan lain maka harus mengikuti syarat-
syarat dan ketentuan-ketentuan dalam SNI 03-2445-1991
c. Kayu ini harus mempunyai kelembaban kurang dari 12 %. Untuk bahan yang mempunyai ketebalan,
kurang dari 15 % untuk ketebalan lebih 25,4 mm ( 1 inch)
d. Dihindari adanya cacat-cacat kayu antara lain yang berupa putih kayu, pecah-pecah, mata kayu melintang.
Syarat-syarat kelembaban kayu yang dipakai harus memenuhi syarat SNI. Untuk kayu kamper Kalimantan
kelembabannya tidak dibenarkan melebihi 12 %.
e. Toleransi terhadap ukuran kayu yang tertera pada gambar hanya diperkenankan berbeda tidak lebih dari 3
mm.

9. Bahan-Bahan Bangunan
1. Umum
1.1. Yang disebut dengan bahan bangunan ialah : semua bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan sebagai tercantum dalam rencana kerja dan syarat-syarat ini serta gambar-gambarnya.
1.2. Semua bahan bangunan harus berkualitas baik, dan mendapat persetujuan dari Direksi.
1.3. Dalam jangka waktu 2 x 24 jam semua bahan-bahan yang dinyatakan ditolak oleh Direksi supaya
dikeluarkan dari proyek, dan apabila ternyata bahan-bahan tersebut masih dipergunakan oleh
pemborong, maka Direksi berhak memerintahkan pembongkaran kembali dan segala hal kerugian
yang diakibatkan menjadi tanggungjawab pemborong sepenuhnya.
2. Pemeriksaan
2.1. Semua bahan-bahan yang diperlukan untuk pekerjaan ini, harus disetujui oleh Direksi sebelum
dipergunakan.
2.2. Pada perselisihan dengan pemborong tentang pemeriksaan bahan-bahan, Direksi berhak meminta
kepada pemborong untuk mengambil contoh-contoh, bahan-bahan yang telah didatangkan untuk
diperiksa di laboratorium.
2.3. Selama ini pemborong dapat melanjutkan pekerjaan tapi sama sekali atas tanggungan sendiri, dengan
kemungkinan bahwa bahan-bahan tersebut harus disingkirkan.
2.4. Semua biaya pemeriksaan oleh laboratorium tersebut dipikul oleh pemborong.

10. Pipa Paralon


a. Pipa paralon yang digunakan sekurang-kurangnya harus memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan
untuk bahan bangunan di Indonesia.
b. Pipa paralon harus dalam keadaan baru dan tanpa cacat setelah ada di lokasi/lapangan.

11. Pipa Galvanis


a. Mutu pipa yang digunakan sekurang-kurangnya harus memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan
umum untuk bahan bangunan.
b. Pipa harus dalam keadaan baru dan tanpa cacat setelah ada di lokasi/lapangan.

12. Pipa PVC


a. Mutu pipa yang digunakan sekurang-kurangnya harus memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan
umum atau bahan bangunan.
b. Pipa harus dalam keadaan baru dan tanpa cacat setelah ada di lokasi/lapangan.

6
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

D. PEKERJAAN UMUM BANGUNAN

1. Pekerjaan Beton Bertulang


a. Syarat umum pekerjaan beton bertulang ini mengikuti sepenuhnya Peraturan Beton Indonesia tahun 1971
(NI – 2)
b. Konstruksi beton bertulang untuk seluruh bagian harus mencapai mutu beton yang ditentukan sesuai
gambar kerja dinyatakan berdasarkan hasil pemeriksaan di Laboratorium uji yang disetujui oleh Direksi
Lapangan.
c. Konstruksi beton dibuat sesuai dengan ukuran-ukuran termasuk besi penulangan dan sengkangannya, yang
tertera dalam gambar-gambar rencana pelaksanaan dan detail struktur beton. Apabila terdapat ukuran-
ukuran pada gambar rencana arsitektural dan gambar rencana struktur beton, pemborong diwajibkan
memberitahukan secara tertulis kepada Direksi Lapangan dan meminta keputusannya sebelum
mengadakan pelaksanaan tersebut.
d. Pemborong diwajibkan membuat rencana pengecoran, mulai dari pondasi beton hingga seluruh pekerjaan
beton selesai dengan diberi catatan-catatan mengenai bagian yang dicor, tanggal, kode gugus test, jam
pengecoran dan lain-lain.
e. Untuk mencegah gangguan cuaca, dianjurkan agar disediakan tenda-tenda/penutup plastik secukupnya
sehingga jalannya pekerjaan pengecoran tetap lancar.
f. Pada setiap sambungan pengecoran diharuskan menggunakan “additeve” (bahan tambah) yang khusus
untuk itu. Penggunaannya harus memenuhi persyaratan.
g. Penggunaan additive untuk tujuan mempercepat pengeringan beton, dapat dilakukan tanpa mengurangi
mutu dan kekuatan beton.
h. Permukaan beton harus dilindungi dari pengeringan yang terlalu cepat atau tidak merata, antara lain
dengan dibungkus atau ditutup dengan SCAKPAFT 310 (reinforced building paper).
i. Selama pelaksanaan pengecoran beton, pemborong diharuskan membuat kubus beton ukuran 15 x 15 x 15
cm, dibuat ditempat pengecoran untuk diperiksa ke laboratorium pemeriksaan beton.
j. Test kubus berpedoman kepada PBI 1971 yaitu pasal-pasal 4.6 dan 4.7.
k. Kekentalan campuran beton harus diperiksa dengan pengujian slump dengan kerucut terpancung, ukuran
diameter dibawah 20 cm, diameter diatas 10 cm dan tinggi 30 cm kerucut diisi dengan adukan beton dalam
3 lapis yang sama tebal masing-masing ditusuk-tusuk dengan besi baja 16 mm. Setelah muka bidang
atasnya merata, maka 30 detik kemudian kerucut ditarik keatas penurunan puncak kerucut diukur terhadap
tinggi semula.
Untuk bagian pondasi ditentukan peraturan maximum 10 cm, minimum 7,5 cm untuk bagian lainnya
peraturan maximum 9 cm, minimum 8 cm.
l. Untuk pembuatan tulangan untuk batang-batang yang lurus dan dibengkokkan sambungan kait-kait
pembuatan sengkang disesuaikan dengan persyaratan yang tercantum pada PBI 1971.
m. Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga tidak mengalami perubahan bentuk maupun tempat
selama pengecoran berlangsung.
n. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan PBI 1971.
o. Besi beton yang digunakan dengan mutu sesuai gambar kerja.
p. Subsitusi pembersihan dapat dilakukan hanya atas persetujuan Direksi Lapangan.
q. Untuk seluruh plat beton atap, ditambahkan tulangan susut.
r. Pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (beton molen)
s. Takaran-takaran untuk semen, aggregate dan air harus disetujui terlebih dahulu oleh pengawas ahli.
t. Adukan beton yang tidak memenuhi syarat-syarat seperti sudah mengeras sebagian, tercampur dengan
bahan-bahan asing atau terlalu encer tidak boleh dipergunakan.
u. Melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiran cetakan-cetakan sampai jenuh,
pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian pemeriksaan penulangan dan penempatan penahanan jarak-
jarak.
v. Jarak antara tempat mengaduk dan mengecor supaya diambil sedikit mungkin.
w. Pengadukan beton supaya dilakukan dengan hati-hati dan dijamin kelancarannya, sehingga tidak
berceceran dalam perjalanan dan tidak terjadi perbedaan waktu peningkatan yang besar antara beton.
x. Alat penggentar harus digunakan berdiri 90 derajat, hanya dalam keadaan khusus diperkenankan
menyentuh tulangan.
Ujung penggentar harus diangkat dari dalam adukan apabila adukan terlihat mulai mengkilap disekitan
ujung penggentar, atau kurang lebih sebelum 30 detik.
y. Penghitun pengecoran hanya dilakukan pada tempat-tempat yang disetujui Direksi Lapangan didalam pola
rencana pengecoran.

7
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

2. Bekesting

a. Bekesting harus direncanakan, dilaksanakan dan diusahakan sedemikian rupa agar pada waktu pengecoran
dan pembongkaran tidak mengakibatkan cacat-cacat, maupun perubahan-perubahan bentuk, ukuran,
ketinggian serta posisi dari pada beton yang dicetak/tercetak. Perencanaan pelaksanaan, serta
pembongkaran bekesting harus sesuai dengan cara-cara yang disarankan dari kriteria didalam NI-2 Bab
5.1 dan Bab 5.8. Permukaan bekesting yang berhubungan dengan beton harus benar-benar bersih sebelum
penggunaannya.
b. Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara yang dapat mencegah difleksi bahan-bahan bekesting.
Bekesting beserta sambungan-sambungannya harus rapat sehingga dapat mencegah kebocoran-kebocoran
adukan selama pengecoran. Lubang-lubang pembukaan sementara harus disediakan didalam bekesting
untuk memungkinkan pembersihan bekesting.
c. Seluruh bekesting harus mengikuti persyaratan-persyaratan dalam normalisasi dibawah ini :
- SNI-2
- SNI-3
d. Bekesting untuk beton cor ditempat biasa bahannya dapat dibuat dari kayu jenis “meranti” atau jenis lain
yang starap yang disetujui oleh ahli.
e. Bekesting Untuk Beton Pracetak
Bahan bekesting terbuat dari metal “slip From” atau bahan-bahan lain yang disetujui oleh ahli.
f. Bekesting Untuk Beton Expoised Cor Ditempat
Untuk kolom : Playwood 18 mm dengan frame 5/10
Untuk balok : Playwood 12 mm untuk bagian dasar dan 10 mm untuk bagian
samping-samping. Untuk bidang luas/dinding : Playwood 18 mm.
g. “From Ties” untuk beton “exposed” harus dari jenis yang mudah dilepas, dapat terkunci dengan baik dan
tidak berubah pada saat pengecoran atau penggrojokan dilaksanaan.
Pemborong harus mendapatkan ijin terlebih dahulu dari Direksi Lapangan sebelum dapat menggunakan
“From Ties”
h. “Chamter Strips” dibuat dari jenis kayu yang baik dan dibentuk menurut ukuran-ukuran yang tertera pada
gambar-gambar.
i. Bahan pelepas acuan (realising agent) harus sepenuhnya digunakan pada semua acuan untuk beton
exposed. Bahan ini harus setaraf dengan “Calstrips” buatan ceemment Aids Australia.
j. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pemakaian bekesting beton exposed :
1. Tidak akan mengalami deformasi, sehingga bekesting harus cukup tebal dan terikat kuat.
2. Harus kedap air dengan menutup semua celah-celah bekesting.
3. Tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam bekesting.
k. Bekesting harus dibongkar dengan cara yang sedemikian rupa sehingga dalam menjamin keselamatan
penuh atas struktur-struktur yang dicetak dengan memperhatikan persyaratan-persyaratan minimum.
l. Bagian struktur beton vertikal disanggah dengan penturapan, bekesting boleh disanggah selama 24 jam,
dengan syarat bahwa betonnya telah cukup keras dan tidak cacat karena pembongkaran tersebut.
m. Bagian-bagian struktur beton yang disanggah dengan penumpuh tidak boleh dibongkar sebelum betonnya
mencapai kekuatan minimal untuk menyangga beratnya sendiri dan beban-beban pelaksanaan dan atau
beban-beban bahan yang akan menimpa bagian struktur beton tersebut.
n. Dalam hal apapun bekesting pada jenis struktur ini tidak boleh dibongkar sebelum berumur 7 (tujuh) hari,
sedemikian juga bekesting-bekesting yang dipakai untuk mematangkan (cliring) beton tidak boleh
dibongkar sebelum dianggap matang.

3. Pekerjaan Kayu Kasar


a. Bagian ini meliputi pekerjaan dan pemasangan kayu untuk :
- Rangka penggantung langit-langit
- Rangka penggantung Ducting AC (bila perlu)
- Pekerjaan kayu lain yang tidak tampak.
b. Mutu dan kelas kayu yang digunakan harus memenuhi syarat dan ketentuan yang tertera dalam syarat dan
ketentuan bahan pokok kayu.
Pada umumnya pekerjaan ini digunakan kayu mutu B kelas II.
c. Apabila dalam pelaksanaan konstruksi digunakan alat sambungan, maka harus dipilih yang paling tepat
dengan mutu baik, ex produksi Dalam Negeri. Alat sambung dari logam yang dapat berkarat, atau
terpengaruh oleh keadaan cuaca harus dilindungi dengan menie besi.

8
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

4. Pekerjaan kayu Halus


a. Bagian ini meliputi pekerjaan perlengkapan dan pemasangan komponen kayu yang terbuka, termasuk :
- Kosen pintu kayu dan daun pintu kayu.
- Kosen jendela kayu dan daun jendela kayu.
- Kosen untuk pembuangan pentilasi.
- Pekerjaan kayu lain yang diexpose
b. Mutu dan kelas kayu yang digunakan harus memenuhi syarat dan ketentuan yang tertera dalam syarat
dengan ketentuan bahan pokok kayu.
Pada umumnya pekerjaan ini digunakan kayu mutu A kelas II :
- Kayu yang dipakai harus lurus, dan penampang harus segi empat yang sudutnya saling menyiku.
- Pembentukan profil harus disesuaikan dengan gambar kerja dan tidak boleh mengurangi persyaratan
yang tertera pada NI-5
- Bagian yang akan dicat permukaannya harus terdiri dari serat-serat yang seragam.
- Semua pekerjaan kayu rapih harus sesuai dengan gambar kerja.
- Semua permukaan kayu harus diserut halus dan rapih.
- Daun pintu yang terdiri dari rangka kayu yang dilapis dengan playwood 4 mm kedua sisinya memakai
perekat kedap air dan tidak menimbulkan bercak-bercak pada bidang playwood.
Jenis Perekat yang dipakai adalah yang setarap dengan mutu Herferin.

5. Pekerjaan Pasangan Batu Belah/Batu Karang


a. Bahan yang digunakan :
- Batu belah/batu karang
- Semen
- Pasir
- Air kerja
Memenuhi seperti pada persyaratan bahan pokok.
b. – Kalau tidak ditentukan lain maka adukan spesi yang dipakai 1 : 5
- Celah-celah yang besar antara batu dengan batu harus diisi dengan batu kricak dan dicocok padat,
kemudian diplester kasar kedua sisi.
- Tidak diperkenankan memecahkan batu belah dengan martil besar disekitar bouplank.

6. Pekerjaan Pasangan Batu Bata/Bataco/Tela


a. Bahan yang digunakan :
- Batu bata
- Semen
- Pasir
- Air kerja
b. Kualitas bahan yang dipakai harus memenuhi syarat seperti yang ditentukan dalam persyaratan bahan
pokok.
c. Batu merah yang akan dipasang harus direndam air hingga menjadi jenuh.
d. Perekat yang digunakan berupa adukan 1 pc : 2 ps untuk bagian yang kedap air /Transram sedangkan
untuk bagian lain menggunakan adukan 1 pc : 5 ps.
e. Jarak spesi maximum 1 cm.
Tiap-tiap spesi harus dibuat selang-seling dan rapih.

7. Pekerjaan Beton Tumbuk/Rabat.


a. Bahan yang dipakai :
- Semen
- Pasir beton
- Koral/batu pecah
- Air kerja
- Kualitas bahan yang dipakai harus memenuhi syarat seperti yang ditentukan dalam persyaratan bahan
pokok.
b. Apabila tidak ditentukan lain maka campuran yang dipakai adalah 1 pc : 3 ps : 5 koral/batu pecah
c. Adukan beton tumbuk dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terlalu lembek ataupun terlalu pekat.

9
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

8. Plumbing
a. Syarat umum pemasangan dan bahan untuk jaringan plumbing berpegang/berpedoman kepada pedoman
plumbing 1974.
b. Untuk saluran air minum dan air buangan digunakan pipa baja galvanize (GIP) produksi Dalam Negeri.
c. Ukuran yang tertulis dalam Gambar Rencana dan Spesifiksi Teknis adalah diameter dalam (Inside
Diameter)
d. Penilaian baik atas pekerjaan jaringan plumbing ditentukan berdasarkan pemeriksaan dan pengujian
dilakukan oleh Direksi Lapangan.
e. Seluruh jaringan plumbing harus dibuat dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak terlihat dari
ruang dan pipa-pipa yang menembus beton harus sudah terpasang pada waktu pengecoran.
Pembobokan untuk pemasangan pipa pada beton, terutama beton exposed tidak diperbolehkan.
Penempatan kran-kran floor drain dan lain-lain, harus memperhatikan pola dari pasangan finishing dinding
dan lantai sehingga terlihat serasi dan rapih.
9. Listrik

a. Semua pekerjaan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh perusahaan yang terdaftar sebagai Instalatir.
b. Standard dan referensi yang digunakan dalam pelaksanaan instalasi listrik disini mengikuti peraturan
umum instalasi listrik (PUIL) 1977 dan standard dari negara lain seperti : VDE, BS, NEC, DIN, NEMA.
c. Gambar-gambar instalasi listrik menunjukkan pekerjaan instalasi listrik yang akan dikerjakan dimana
didalamnya digambarkan besaran-besaran listrik, kedudukan alat-alat listrik dan spesifikasi-spesifikasi
lainnya dibuat oleh kontraktor.
Untuk pekerjaan dalam garis besar harus seperti yang ditunjukkan dalam gambar, dapat dirubah untuk
disesuaikan dengan kondisi lapangan atau bangunan atas persetujuan dari Direksi. Persetujuan tersebut
diatur tidaklah membebaskan pemborong dari kewajiban untuk memasang instalasi dengan cara yang ahli,
yang betul dan tepat fungsi dan ukuran-ukurannya.
Gambar-gambar arsitektur, struktur, plumbing, Drainage, Air Conditioning dan kontak-kontak lainnya
haruslah menjadi referensi untuk koordinasi dalam pekerjaan secara keseluruhan. Pemborong harus
menyerahkan Shop Drawing untuk disetujui konsultan sebelum mulai pelaksanaan dan menyerahkan As
Built Drawing sebanyak 4 (empat) rangkap sesudah pemasangan selesai.
d. Pelaksanaan pekerjaan electrical harus selalu mengadakan koordinasi dengan pelaksana-pelaksana
pekerjaan lain seperti pekerjaan sipil, pekerjaan finishing dan lain-lain.
e. Pemborong menyediakan semua insert, sleeve dan lain-lain peralatan tambahan yang dibutuhkan yang
harus ditanam didalam beton atau pekerjaan pemasangan lainnya ditempat yang perlu.
f. Pemborong diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan untuk disetujui
oleh Direksi. Daftar harus dibuat dalam rangkap 2 (dua) disertai dengan brosure, katalog, alamat
manufacture dan keterangan-keterangan lain yang diperlukan.

10. Pekerjaan Kayu

1. Pekerjaan kayu kasar


1.1. Pekerjaan kayu kasar ini meliputi : pengadaan dan pemasangan rangka-rangka plafon, rangka partisi,
rangka atap, klos dan pekerjaan kayu lain yang tidak disyaratkan secara khusus dalam persyaratan ini.
1.2. Kayu yang dipakai untuk pekerjaan kayu kasar ini adalah kayu setempat kualitas baik, jenis kemper
(kls. II).
1.3. Kayu ini harus mempunyai kelembaban kurang dari 12 % untuk bahan yang mempunyai ketebalan
kurang dari 2,54 mm, dan kurang dari 15 % untuk ketebalan 2,54 (1 inch)
2. Pekerjaan Kayu Halus
2.1. Ini meliputi pengadaan dan pemasangan kuzen, lisplank dan pekerjaan kayu halus lainnya sesuai
gambar.
2.2. Kayu yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah kayu setempat atau kayu kls. I.
2.3. Semua pekerjaan kayu halus yang akan mendapat “transparent finish” harus dipilih berdasarkan
warna dan serat yang sama.
2.4. Semua pekerjaan kayu harus dikerjakan sesuai syarat-syarat pekerjaan baik.
Sambungan-sambungan kayu harus dikerjakan rapih dan penuh keahlian.
Direksi Pelaksana berhak menolak yang tidak memenuhi syarat.
3. Kayu
Semua kayu harus dari jenis kayu yang disyahkan dan kualitas baik, kayu harus kering tanpa mata kayu,
sisi-sisi berkerut, lubang-lubang dan tanpa cacat-cacat serius lain serta telah dikeringkan diudara selama
minimal 3 bulan.

10
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

Kadar kelembaban kayu yang digunakan untuk pekerjaan di dalam ruangan serta untuk sambungan harus
kurang dari 15 % dan kayu untuk konstruksi harus kurang dari 20 %.
Kadar kelembaban yang disyaratkan tersebut adalah untuk bahan bila diserahkan dilapangan dan kadar
kelembaban tersebut harus dipelihara sampai bangunan selesai.

11. Pekerjaan Bekesting


1. Untuk bekesting beton dipakai kayu setempat kelas II yang cukup kering/plywood sesuai dengan finishing
yang diminta menurut bentuk dan garis ketinggian dan dimensi dari beton sebagaimana dalam gambar.
2. Untuk papan bekesting dipakai kayu setempat sejenis terantang/playwood
3. Untuk balok kayu dipakai kayu setempat kualitas baik.
4. Bekesting ini harus cukup kuat/ditunjang untuk menahan getaran-getaran vibrator dan kejutan gaya-gaya
lain yang mungkin diterimanya tanpa berubah bentuk.
5. Pembongkaran bekesting hanya boleh dilakukan seijin Direksi.
6. Semua pekerjaan tersebut harus dicatat dari pengecoran, dan pembuatan bekesting dari setiap bagian
pekerjaan. Semua pekerjaan tersebut harus sesuai dengan PBI 1971.

E. PEKERJAAN KHUSUS PONDASI

1. Pasir Alas Pondasi


a. Pengurugan pasir untuk alas pondasi dilakukan setelah.
Seluruh lubang galian pondasi diperiksa oleh Direksi Lapangan dan dinyatakan telah sesuai dengan
ukuran-ukuran yang tertera dalam gambar-gambar yang ada.
b. Pasir urug yang digunakan harus bersih dan tidak mengandung potongan-potongan bahan keras yang
berukuran lebih dari 1,5 cm
c. Pengurugan dilakukan lapis demi lapis dan setiap lapisannya tidak lebih tebal dari 20 cm, digilas dengan
menggunakan alat pemadat, sedemikian rupa sehingga bilamana alat penggilas berjalan diatas lapisan
tersebut dengan lambat tidak terdapat gerakan tegak yang dapat dilihat pada urugan tanah tersebut.
d. Lantai kerja dibuat sesuai dengan ukuran-ukuran yang tertera dalam gambar untuk itu dengan
menggunakan adukan 1 semen pc : 3 pasir : 5 kerikil atau lantai kerja yang terdiri dari batu belah dan
urugan pasir.
2. Pondasi batu Belah/batu Karang
a. Pelaksanaan pekerjaan dan persyaratan pekerjaan pondasi batu kali, harus mengikuti ketentuan dan syarat-
syarat yang disebutkan dalam pasal 8.5 tentang pekerjaan batu belah dan batu karang.
b. Sebelum pemasangan dilakukan kontraktor harus mempelajari letak-letak dari saluran yang menembus
pasangan serta stek-stek besi kolom yang harus disediakan agar pekerjaan bongkar pasang tidak terjadi.
Pada saat pemasangan lobang tidak boleh tergenang air.

F. PEKERJAAN KHUSUS DINDING

1. Dinding Bata
a. Sebagian besar dinding dari batu bata merah dengan menggunakan adukan campuran 1 semen pc : 4 pasir.
b. Untuk semua dinding mulai dari permukaan sloof sampai setinggi 20 cm diatas permukaan lantai dalam
ruangan dan semua dinding disekeliling WC dan kamar mandi, mulai dari permukaan sloof sampai
setinggi 150 cm diatas permukaan lantai, digunakan aduk rapat air dengan campuran 1 semen pc : 3 pasir.
c. Batu bata yang digunakan batu bata ex. lokal dengan kualitas terbaik yang disetujui Direksi, siku dan
sama ukurannya 4 x 12 x 24 cm.
d. Sebelum digunakan batu bata harus direndam didalam bak air atau drum hingga jenuh.
Setelah bata terpasang dengan aduk, nat/siar-siar harus di kerok rapih dan dibersihkan dengan sapu lidi
dan kemudian di siram air.
f. Pasangan dinding bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar/siar telah
dikerok sedalam 1 cm serta dibersihkan.
g. Pemasangan dinding bata dilaksanaan bertahap, setiap tahap terdiri dari maximum 24 lapis setiap harinya,
diikuti dengan cor kolom praktis.

11
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

Dinding batu bata yang luasnya lebih besar dari 12 M2 harus ditambahkan kolom dan balok penguat
(kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm, sesuai dengan lebar bata dengan tulangan pokok ukuran 4 
10 mm, beugel 8 – 20 cm.
h. Pembuatan lubang pada pasangan bata untuk steiger sama sekali tidak diperkenankan.
i. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap pekerjaan beton (kolom. balok, lisplank, dll) harus
diberi penguat stek-stek besi beton diameter 8 mm jarak 20 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik
pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang tertanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 40 cm,
kecuali ditentukan lain.
j. Batu bata yang pecah hanya boleh dipakai untuk hubungan batu dan ukurannya tidak boleh kurang dari ½
batu.
k. Pemasangan bata merah harus dilaksanaan dengan verband yang baik.
Untuk profil-profil digunakan reng-reng atau bila kayu tahun/yang sekualitas yang lurus dan kuat. Tidak
dibenarkan menggunakan bambu.
l. Untuk ketetapan dan kelurusan tembok digunakan alat waterpass serta benang.
m. Pembuatan perancah tidak boleh menembus tembok.
n. Setiap pasangan harus kontinyu, dibasahi sampai keras.

2. Dinding Bataco/Batu Tela

a. Semua bahan yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan pada :


- VI. SPESIFIKASI TEKNIS C.5 Bahan Dasar Bangunan (Bataco/Batu Tela)
- VI. SPESIFIKASI TEKNIS C.1 & 4 Bahan Dasar Bangunan (Semen/Pasir/ Air Kerja)
b. Perekat yang digunakan :
Campuran 1 pc : 2 ps untuk :
- Semua dinding dari permukaan atas rollag sloof hingga setinggi 20 cm diatas lantai.
- Semua dinding dari atas permukaan sloof/rollag sampai setinggi 150 cm diatas permukaan lantai
untuk kamar mandi/WC.
c. Sebelum pemasangan batu tela direndam air hingga jenuh.
d. Dinding batu tela umumnya terdiri dari dinding ½ batu.
e. Semua dinding harus dipasang secara rata (waterpas) serta tegak lurus lantai. Untuk ini digunakan profil-
profil serta benang dan alat waterpas
f. Setiap jarak 3 s/d 4 M' atau dinding seluas 12 M2 harus dipakai penguat dari beton bertulang.
g. Setiap selesai pemasangan, maka pada sambungan pasangan harus dibersihkan dari sisa-sisa adukan agar
memudahkan pekerjaan plesteran nantinya.

3. Pelapis Dinding Keramik

a. Keramik yang dipakai harus berkualitas baik.


b. Warna dan ukuran sesuai dengan gambar atau ditentukan kemudian.
c. Pemasangan pada permukaan dinding, keramik langsung dilekatkan dengan menggunakan perekat spesi 1
pc : 3 ps, atau dengan perekat lem.
d. Siar-siar porselin diisi dengan cairan semen yang berwarna sesuai warna keramik.
e. Bidang-bidang dinding keramik harus benar-benar rata, dan garis-garis siar harus benar-benar lurus.
f. Pemasangan harus dilakukan oleh tukang ahli yang berpengalaman dalam pemasangan keramik.

4. Kusen, Daun Pintu/Jendela kayu

a. Bahan kayu yang dipakai seperti yang disyaratkan pada persyaratan bahan kayu.
b. Sebelum kosen dipasang, agar diperhatikan dan diteliti kembali letak-letak dan ukuran-ukuran lubang-
lubang pintu maupun jendela serta tipe-tipe jendela maupun pintu yang akan dipasang.
c. Kayu yang dipakai adalah kayu klas I, kecuali ditentukan lain.
d. Ukuran kosen adalah 6/12 (ukuran jadi), atau disesuaikan dengan gambar.
e. Detail-detail kosen dan sambungan material lain harus disesuaikan dengan type pintu yang akan terpasang
kosen harus lurus dan siku.
f. Semua kosen tidak dibenarkan dipulas dengan cat, vernis ataupun menie sebelum diperiksa dan diteliti
oleh Direksi.

12
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

g. Angker-angker dan dokumen kosen yang dipakai harus sesuai dan memenuhi syarat yang telah ditentukan
dalam Bab untuk pekerjaan ini.
h. Pemborong harus memperhatikan dan menjaga supaya bidang-bidang kayu yang terlihat tidak boleh ada
lubang-lubang paku bekas penyetelan penunjang ataupun penyiku.
i. Setelah dipasang perlu diberi bahan pelindung terhadap benturan.
j. Rangka daun pintu dari kayu jati ukuran disesuaikan dengan gambar-gambar detail untuk rangka kayu
yang mendatar diberi lubang hawa.
k. Teak playwood digunakan sebagai panil, untuk ditempelkan pada rangka dengan menggunakan perekat
kayu.
l. Untuk panil kaca diperhatikan detail-detail dan ukuran-ukuran dari loot yang dipasang
m. Pemasangan/penyetelan semua daun pintu dalam kosen harus baik celah sponing merata sama ialah 2 mm
dan lurus.
n. Tebal daun pintu yaitu rangka berikut lapisan bak teakwood yang terpasang ialah sesuai dengan gambar
setelah diserut.
o. Khusus untuk pintu toilet, pada bagian dalam, ditempelkan formika pada rangka pintu yang telah dilapisi
dengan tripleks.
p. Bingkai daun pintu-pintu kaca adalah kayu jati/lenggua

5. Pekerjaan Plesteran

1. Plesteran tembok baru telah dilakukan sesudah selesainya pemasangan pipa-pipa saluran air dan pipa
listrik.
2. Untuk tembok pasangan bata yang akan diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu sampai jenuh.
Siar-siar dibersihkan, dikeruk masuk dalam 1 cm.
3. Plesteran yang digunakan :
- Untuk tembok bagian dalam/luar pada umumnya dipakai campuran 1 pc : 4 psr.
- Untuk tepi sudut campuran 1 pc : 4 psr
- Untuk beton campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr
- Untuk pasangan transram, termasuk tembok pada toilet, WC, urinior dan kamar mandi campuran 1 pc
: 2 psr setinggi 1,5 M dari lantai.
4. Bagian beton yang akan diplester terlebih dahulu harus dikasarkan dengan pahat sebelum di plester
dibasahi dahulu dengan air semen encer.
5. Acian/penyelesaian plesteran batu boleh dikerjakan setelah plesteran cukup kering minimal selama 7 hari,
sehingga cukup waktu bagi adukan yang akan menyusut, untuk acian dipakai acian semen/pc murni.

G. PEKERJAAN KHUSUS PENUTUP ATAP

1. Penutup atap seng BJLS 0,25

a. Mutu bahan seng BJLS 0,25


b. Sambungan kearah mendatar dengan overlap 1,5 gelombang.
c. Jarat antara gording 0-7 - 0.8 M
d. Kemiringan atap adalah 35 derajat
e. Pemasangan bubungan harus teliti terhadap kebocoran.
f. Listplank yang dipakai dari kayu dengan ketebalan 2 cm dengan rangka kayu (lihat gambar kerja)

H. PEKERJAAN KHUSUS PLAFOND

1. Rangka Plafond
a. Rangka plafon dibuat dari kayu klas II produksi setempat 5/7 untuk rangka tembok dan kayu klas II untuk
lainnya dengan bentuk serta cara pemasangan sesuai dengan gambar untuk itu.
b. Seluruh rangka kayu diserut tetapi rata dan lurus dengan menggunakan mesin serut dan pada bagian
bawahnya diserut halus dan pemasangan dengan menggunakan sistim klos yang dibuat dari reng ukuran 1 :
2 dan paku serta seluruh rangka digantungkan dengan baik pada rangka kuda-kuda.
c. Pola pemasangan rangka langit-langit sesuai dengan gambar untuk itu dan setelah rangka langit-langit
dipasang bidang permukaan rangka harus rata, lurus, waterpas dan tidak ada bagian-bagian yang
bergelombang.

13
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

d. Seluruh permukaan kayu rangka Plafond dicat dengan menggunakan cat residu atau silinem ex. dalam
negeri.
e. Apabila bahan penutup Plafond dipasang dengan diberi Naad/skoneng antara unit-unit bahan Plafond,
maka bagian bawah rangka Plafond yang nantinya terlihat terlebih dahulu dirapihkan dengan dempul atau
diberi lapisan tripleks yang dipasang dengan baik dan sambungan-sambungan unit-unit tripleksnya rata
dan halus sedemikian rupa sehingga setelah langit-langit terpasang, naad terlihat rapih dan tidak ada celah-
celah pada sambungan rangka langit-langit.
f. Pada pertemuan dengan dinding, maka dipasangi profil kayu tebal sesuai dengan gambar.

2. Penutup Plafond dengan tripleks


a. Bahan penutup Plafond tripleks, yang digunakan adalah tripleks tebal 3 mm atau ukuran lain sesuai
gambar atau setaraf ex, dalam negeri sejenis dengan ukuran bentuk atau pola pemasangan sesuai dengan
gambar untuk itu.
b. Mutu kayu lapis (multiplex/playwood/teakwood) harus kualitas terbaik menurut standarisasi Departemen
Perdagangan/Departemen Perindustrian.

I. PEKERJAAN KHUSUS SANITASI

1. Kloset
a. Kloset duduk berikut segala kelengkapannya yang dipakai adalah semutu merek KIA ex. dalam negeri,
warna standar akan ditentukan kemudian.
b. Kloset beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, tidak ada bagian-
bagian yang gompal, retak atau cacat lainnya dan disetujui oleh Direksi Lapangan.
c. Untuk dudukan dasar kloset dipakai papan jati tua atau jenis kayu sederajat, tebal 3 cm dan telah dicelup
dalam larutan pengawet tahan air, dibentuk seperti dasar kloset.
Kloset disekrupkan pada papan tersebut dengan sekrup kuningan.
d. Kloset jongkok yang dipakai adalah semutu merek KIA ex. dalam negeri, warna standar akan ditentukan
kemudian
e. Kloset jongkok yang dipasang adalah telah diseleksi dengan baik, tidak ada bagian yang rusak atau cacat
dan telah disetujui oleh Direksi.
f. Kloset jongkok dipasang pada lantai kamar mandi atau toilet yang dinaikkan 10 – 20 cm atau sesuai
dengan gambar kerja.
2. Keran
a. Semua keran yang dipakai adalah semutu merek KIA ex. dalam negeri, atau setaraf dengan chromed
finish. ukuran disesuaikan dengan keperluan masing-masing sesuai gambar plumbing dan brosure alat-alat
sanitair. Keran-keran tembok dipakai yang berleher panjang dan mempunyai ring dudukan yang harus
dipasang menempel pada dinding. Keran-keran yang dipasang di halaman harus mempunyai ulir untuk
sambungan slang. Selang-selang untuk metal sink diruang saji dan dapur disambung dengan pipa leher
angsa (extension).
b. Stop kran dapat digunakan bahan kuningan dengan putaran berwarna hijau, diameter dan penempatan
sesuai dengan gambar untuk itu.
c. Keran-keran harus dipasang pada pipa air bersih dengan kuat, siku, penempatannya harus sesuai dengan
gambar-gambar untuk itu.
3. Floor Drain
a. Floor drain yang digunakan adalah semutu merek SANEI ex. dalam negeri, metal verchroom, lubang
diameter 2” dilengkapi dengan siphon dan penutup berengsel.
b. Floor drain dipasang di tempat-tempat sesuai dengan gambar untuk itu.
c. Floor drain yang dipasang telah diseleksi dengan baik tanpa cacat dan disetujui oleh Direksi Lapangan.
d. Pada tempat-tempat yang akan dipasang floor drain penutup lantai harus dilubangi dengan rapih
menggunakan pahat kecil dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan ukuran floor drain tersebut.
e. Hubungan saringan metal dengan beton/lantai menggunakan perekat beton kedap air.
f. Setelah floor drain terpasang, pasangan harus rapih waterpas, dibersihkan dari noda-noda semen dan tidak
ada kebocoran

14
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

4. Jaringan Air Bersih


a. Jaringan air bersih dilengkapi dengan katup pengaman beserta bak pengontrolnya untuk jaringan distribusi
yang masuk kedalam bangunan.
b. Jaringan pipa baja galvanize yang tertanam dalam tanah, dipasang pada kedalaman minimum 60 cm untuk
diameter 4 " dan yang lebih besar, dan pada kedalaman minimum 40 cm untuk diamter 3 " dan yang
lebih kecil. Pipa-pipa tersebut diberi pondasi untuk tumpuan, terbuat dari pasangan pondasi 1 pc : 3 ps : 5
kr pada setiap jarak 3 m dan pada sambungan-sambungan dan belokan-belokan.
c. Jaringan utama pipa baja galvanize (GIP) tegak dipasang melalui “shaft” yang disediakan, jaringan
pembagi yang melalui dinding-dinding harus tertanam pada/dalam lapisan plesteran
d. Jaringan pipa baja galvanize (GIP) yang tegak lurus dan yang tergantung dalam bangunan dipasang
dengan klem-klem/angker baut setiap jarak 2 m yang tertanam kuat pada bangunan
5. Jaringan Air Kotor
a. Untuk saluran air kotor juga digunakan pipa PVC dengan ketebalan 5 mm dari merk “paralon dan
Benlon”, produksi dalam negeri. Pemilihan salah satu merek produksi adalah mengikat untuk semua
proyek.
b. Jaringan-jaringan harus dilengkapi dengan pipa hawa (vent) sesuai gambar. Pipa hawa harus dipasang
sekurang-kurangnya15 cm dari muka banjir alat sanitair tertinggi dengan kemiringan 2 %. Pipa hawa yang
menembus atap harus dibuat tahan cuaca, ujung atas terletak 15 cm diatas muka atap. Untuk Vent pipa
dipakaii pipa PVC.
c. Sambungan-sambungan pipa PVC memakai sistim “Spigot” atau sistim susuk dengan perekat solvent
sement
d. Sambungan-sambungan pipa tanah harus diberi penguat pondasi pasangan bata (1 pc : 2 ps) sampai kuat
yang menyelimuti sekeliling pipa dan kemudian diselimuti pasir urug.
e. Setiap titik simpul T, Y dan X harus diberi lubang pembersih (clean out) untuk memudahkan
pemeliharaan.
f. Kemiringan jaringan pipa-pipa mendatar untuk air kotoran (dan air hujan) adalah 1 – 2 %.
6. Sistim Gantungan
a. Seluruh jaringan air bersih baik horisontal dan vertikal maupun yang tergantung harus diklem ke tembok
atau ceiling dengan klem yang cukup kuat minimal sejarak 1 meter.
b. Dalam sistim jaringan air kotor, seluruh jaringan tegak harus diklem dengan kuat minimal sejarak 1 meter,
sama halnya dengan yang datar, dimana jaringan datar harus diberi kemiringan 5 – 10 %
c. Untuk talang air hujan sama dengan sistim jaringan air bersih.
d. Untuk pipa tanah septictank tidak diperlukan penggantung.
7. Saluran Air Halaman
a. Bahan yang digunakan pasir, kerikil, semen, batu kali dan besi beton grill. bahan-bahan tersebut haruslah
baik, tidak cacat atau rusak dan telah disetujui oleh Direksi Lapangan.
b. Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan gambar dan syarat-syarat yang ditentukan dalam pekerjaan pasangan
lainnya.
8. Pekerjaan Septictank dan Rembesan
a. Septic dibuat dari beton bertulang menurut gambar-gambar untuk itu, beton yang harus dipakai adalah
beton kedap air (1 pc : 2 ps : 3 kr) sesuai dengan spesifiksi untuk itu.
b. Bagian atas dari septictank diberi penutup dari beton bertulang menurut PBI 1971, diperhitungkan beban
atasnya 300 Kg/M2. Diberi tempat untuk pemeriksaan yang ditutup dengan beton plat yang diberi
pengangkat, dan diberi pipa hawa dari pipa besi diameter 2 ".
c. Bentuk, ukuran septictank dan kedalamannya dibuat sesuai dengan gambar untuk itu dan menurut instruksi
dari Direksi Lapangan
d. Setelah septictank jadi, dipasang pipa limpahan tidak berlubang sepanjang 2 m kemudian disambung
dengan pipa rembesan dari pipa PVC sepanjang 2 m dan bagian bawah dari pipa rembesan diberi lapis
ijuk, pasir, batu kali belah/batu karang; satu sama lainnya sesuai gambar untuk itu.
9. Pekerjaan Sanitair
1. Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan pemasangan alat-alat sanitair penyediaan bahan/alat-alat dan tenaga.
2. Barang yang dipakai.
Jenis barang
Closed monoblok
Closed jongkok
3. Semua jenis material sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.

15
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

4. Semua material harus dapat dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan harus memenuhi standard dan
mudah pasaran.
5. Pemasangan harus dikerjakan dengan rapih, terutama penyambungan dengan saluran air bersih harus
bersih dan sempurna.
6. Ketinggiandan konstruksi pemasangan harus disesuaikan dengan gambar.
7. Pada tiap WC harus dilengkapi pula dengan kran 1 (satu) buah, (tidak termasuk stop kran untuk mono
blok).
8. Untuk satu kelompok toilet dibuat satu buah septictank, penempatan sesuai dalam gambar.
Ukuran dalam septictank lebar dan panjang sesuai dengan gambar dibuat dari pasangan batu bata ½ bata
dan kedap air.
9. Untuk septictank diperlengkapi dengan sebuah sumur peresap ukuran sesuai dengan gambar dibuat dari
batu kali pecahan dan koral, serta dibugkus dengan ijuk.
10. Pekerjaan Saluran Air Bersih
1. Pemasangan pipa air bersih dan keran-keran pada semua keperluan sanitair dilaksanakan untuk pipa air
bersih yang diambil dari saluran induk yang ada dengan pipa 1" sedang untuk saluran pembagi dengan
pipa ¾ "
2. Keran-keran air dipergunakan produksi dengan kualitas yang baik.
3. Penyambungan dan instalasi air dalam, sampai ke reservoir atau saluran bersih yang ada lengkap dengan
stop kran dan bak meternya disesuaikan dengan gambar.
4. Pemasangan harus rapih dikerjakan, hingga tidak mengalami kebocoran.

J. PEKERJAAN KHUSUS LISTRIK

1. Instalasi Kabel/Wiring
a. Semua kabel satu harus memenuhi persyaratan PUIL/VDE.
Semua kabel/kawat harus baru dan harus jelas ditandai mengenai ukurannya, jenis kabelnya, nomor dan
jenis pintalannya.
Semua kawat dengan penampang 6 mm2 keatas haruslah dipilih (stranded).
Instalasi ini tidak boleh memakai kawat dengan penampang lebih kecil dari 2,5 mm2.
Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipasang ialah tipe :
1. Untuk instalasi penerangan NYA/NYM
2. Untuk kabel distribusi dan penerangan taman / NYA/NYM.
Semua kabel harus ada didalam konduit, cable tray, cabel trench, cable rack dan diklem.
b. “Splice”/Pencabangan
Tidak diperkenankan adanya splice ataupun sambungan-sambungan baik dalam feeder maupun cabang-
cabang kecuali pada outlet atau kotak-kotak penghubung yang bisa dicapai (accessible). Sambungan pada
kawat circuit cabang harus dibuat secara mekanis dan harus tegak secara electris dengan cara-cara
“soderless connector”. Jenis kabel tekanan, jenis “compression atau soldered”. Dalam membuat “splice”
connector harus dihubungkan pada konduktor-konduktor dengan baik demikian sehingga konduktor
tersambung insulasi robek, tidak ada kawat-kawat telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh
getaran.
c. Bahan isolasi
Semua bahan isolasi untuk “splice”, connection dan lain-lain seperti karet, fiction, asbes, gelas, tape
sintetis, resin, splice case, composition, dan lain-lain harus dari type yang disetujui untuk penggunaan,
lokasi, voltage dan lain-lain tertentu itu harus dipasang memakai cara yang disetujui menurut anjuran
perwakilan Pemerintah dan atau manufacture.
d. Penyambungan kabel
1. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak penyambungan yang khusus untuk
itu. Kontraktor harus memberikan brosure-brosure mengenai cara-cara penyambungan yang
dinyatakan oleh pabrik.
2. Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warna-warna atau nama-namanya masing-masing, dan
harus diadakan pengetesan tahanan isolasi sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan.
3. Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan-penyambungan tembaga yang
dilapisi timah putih dengan kuat. Penyambungan-penyambungan harus dari ukuran-ukuran yang
sesuai.
4. Penyambungan kabel dan berisolasi karet atau PVC harus diisolasi dengan pita karet PVC/protolen.
5. Penyambungan pada kabel yang berisolasi kertas harus diisolasi khusus. Penyekat-penyekat khusus
harus dipergunakan bila perlu untuk menjaga nilai isolasi tertentu.

16
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

6. Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti, misalnya temperatur-temperatur
pengecoran dan semua lubang-lubang udara harus terbuka selama pengecoran.

e. Saluran Penghantar Dalam Bangunan


1. Untuk instalasi penerangan di daerah tanpa menggunakan celling gantung, saluran penghantar
(conduit) ditanam dalam beton
2. Untuk instalasi penerangan di daerah yang mempergunakan celling gantung, saluran penghantar
(conduit) dipasang diatas papan kayu dan diletakkan diatas celling.
3. Untuk instalasi-instalasi outlet lantai (floor outlet), saluran ditanam didalam lantai dengan
menggunakan saluran pipa conduit atau kacal. Ukuran-ukuran lubang pada lantai untuk floor outlet
disesuaikan dengan produk pabrik yang ditawarkan oleh pemborong .
4. Untuk instalasi saluran penghantar diluar bangunan, dipergunakan saluran beton, kecuali untuk
penerangan taman dipergunakan saluran pipa galvanize berdiameter 3 ".
Saluran beton dilengkapi dengan hand-hole untuk belokan-belokan.
5. Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunkan pipa conduit logam minimum berdiameter 5//8 ".
Setiap pencabangan ataupun pengambilan saluran keluar harus menggunakan junction-box yang
sesuai, dan sambungan yang lebih dari satu harus menggunakan terminal strip didalam junction-box.
Junction-box yang terlibat dipakai ex. dalam negeri yang baik, dengan tutup blank-plate stainless-
steel, albanyranch.
6. Ujung pipa masuk dalam panel harus dilengkapi dengan socket/lock nut sehingga pipa tidak mudah
tercabut dari panel. Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang berada pada ketinggian muka
lantai s/d 2 m harus dimasukkan dalam pipa logam dan pipa harus diklem ke bangunan pada setiap
jarak 50 cm.

2. Instalasi Sakelar dan Stop Kontak/Outlet


a. Sakelar-sakelar
1. Sakelar-sakelar harus dari jenis rocker mekanisme dengan rating 5 A – 10 A, 250 V, sakelar pada
umumnya dipakai inbow atau disebutkan lain pada gambar.
2. Jika tidak ditentukan lain, sakelar-sakelar tersebut bingkainya harus dipasang rata pada tembok pada
ketinggian 150 m diatas lantai yang sudah selesai.
3. Sakelar-sakelar tersebut harus dipasang dalam kotak-kotak dan ring, setelannya yang standar dan
dilengkapi dengan tutup persegi.
4. Sambungan-sambungan hanya diperbolehkan antara kotak-kotak yang berdekatan.
b. Stop Kontak
1. Stop kontak haruslah dengan type yang memakai carthing-contact dengan rating 10 A, 250 V AC
2. Semua pasangan stop kontak dengan tegangan kerja 220 V harus diberi saluran ketanah.
Stop kontak harus dipasang rata dengan permukaan dinding dengan ketinggian 150 cm dari atas lantai
yang sudah selesai.
3. Stop kontak untuk keperluan rettering dipasang pada jarak 15 cm dari ceiling yang sudah selesai.
4. Floor outlet dipasang dibagian atas dari pada interection box dengan accessories yang sesuai.

3. Instalasi/Konstruksi Panel
a. Kabinet
1. Semua kabinet harus dibuat dari plat baja dengan tebal minimum 1,5 mm atau dibuat dari bahan lain
seperti polyster atau bakelite.
2. Kabinet untuk “panel board” mempunyai ukuran yang proporsional seperti dipersyaratkan panel board
yang besarnya menurut kebutuhan sehingga untuk jumlah dan ukuran kabel yang dipakai tidak terlalu
banyak.
3. Frame/Rangka panel harus di groanding
4. Pada kabinet harus ada cara yang baik untuk memasang, mendukung dan menyetel “panel board”
serta tutupnya.
5. Kabinet dengan kawat-kawat “through feeder” harus diatur sedemikian rupa sehingga ada saluran
dengan lebar tidak kurang dari 10 cm untuk branch circuit panel board.
6. Setiap panel harus dilengkapi dengan kunci-kunci. Untuk satu kabinet harus disediakan 2 (dua) buah
anak kunci, dengan master key.
b. Pemasangan Panel
1. Pemasangan panel sedemikian rupa sehingga peralatan dalam panel dengan mudah masih dapat
dijangkau, tergantung dari macam/type panelnya.
2. Bila dibutuhkan alas/penumpu/penggantung, maka pemborong harus menyediakannya, sekalipun
tidak tertera dalam gambar.

17
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

c. Panel Distribusi Utama


1. Panel Distribusi Utama harus seperti yang ditunjuk pada gambar kecuali ditentukan lain.
2. Seluruh assembly termasuk housing, bar-bar, alat-alat pelindung harus direncanakan, dibuat, dicoba
dan dimana perlu diperbaiki sesuai dengan persyaratan.
3. Panel distribusi utama harus dari jenis door type tersebut dari plat baja (metal clad).
4. Konstruksi harus terbuat dari rangka baja struktur yang kaku yang bisa mempertahankan strukturnya
oleh stress mekanis pada waktu terjadi hubungan singkat.
5. Rangka ini secara lengkap dibungkus pada bagian bawah, atas dan sisi dengan plat-plat penutup
(metal cald) harus cukup louvers untuk ventilasi dimana perlu untuk mengatasi kenaikan suhu dari
bagian-bagian yang mengalirkan arus dan bagian-bagian yang bertegangan sesuai dengan persyaratan
PUIL/VDE untuk peralatan yang tertutup.
6. Material-material yang bertegangan harus dicegah dengan sempurna terhadap kemungkinan percikan
air. Semua meteran dan tombol transpor yang dipersyaratkan harus dikelompokkan pada satu papan
panel yang bersegel tersembunyi.
d. Pull Box
1. Bila ditunjuk dalam gambar atau bila diperlukan oleh kondisi pemasangan, harus dipasang seluruh
pull box pada ketinggian yang cukup dan dari jenis konstruksi yang sama dengan switch board pada
bagian atas dari setiap switch board.
2. Bagian sisi atas dan samping dari pull box harus terdiri dari bagian-bagian yang bisa dibuka lepas.
Dasar dari puul box harus terdiri dari papan asbestos atau bahan tahan api yang semutu dan kabel
yang menuju “individual breaker” harus tegak lurus melalui lubang-lubang yang terpisah-pisah pada
dasar puul box ini.
Penutup atas yang ditempatkan dibagian belakang struktur harus bisa lepas dengan mudah supaya
memungkinkan pembuatan lubang-lubang untuk conduit cabel atau “bus duct” yang diperlukan.
f. Cadangan/Penyambungan Dikemudian Hari
1. Bila dalam gambar dinyatakan adanya cadangan maka ruangan-ruangan tersebut harus dilengkapi
dengan bus, klem-klem pemasangan pendukung dan lain sebagainya untuk peralatan yang dipasang
dikemudian hari, termasuk terminal.
2. Kemudian penyambungan dikemudian hari dapat berupa equipment bush bar panel baru, switch,
circuit breaker dan lain-lain.
g. Alat-Alat Ukur
1. Setiap panel harus dilengkapi dengan alat-alat ukuran seperti pada gambar.
2. Meter-meter adalah dari type “moving iron vane type” khusus untuk panel, dengan skala sirkulair,
flush atau semi flush dalam kotak tahan getaran dengan ukuran 15 x 15 cm2 atau 10 x 10 cm2, dengan
skala linear dan ketelitian 1 %.
3. Posisi dari sakelar putar untuk volt meter dan Ampere meter harus ditandai dengan jelas.
h. Merek Pabrik
1. Semua peralatan penganan harus diusahakan buatan satu pabrik. Peralatan-peralatan sejenis harus
dapat saling dipindahkan dan ditukar tempatnya pada frame panel.
2. Panel adalah assembling SIEMENS, BBC, AEG
i. Peralatan Pengaman Pemutus Daya
1. Peralatan-peralatan pengaman adalah pemutus daya type draw out tanpa minyak dengan sekering
pembatas arus, pemutus daya dengan rumah (moulded case) dilengkapi dengan sekering pembatas
arus dan pemutus sekering.
2. Arus kerja dari draw out circuit breaker harus sesuai dengan gambar, dengan sekering berkapasitas
interupsi 100.000 KA minimum pemutus sekering harus dari type yang membuka dan menutup
dengan cepat.
j. Lampu-Lampu
1. Semua fixture harus dilengkapi dengan lampu-lampu dan dipasang sesuai dengan persyaratan dan
gambar.
2. Untuk lampu pijar memakai lampu holder dan base type Edyson screw, untuk lampu holder type
Edyson screw cable netral tidak boleh dihubungkan ke center control, kecuali dipersyaratkan lain,
lampu flourrescent haruslah dari jenis day light.
3. Semua lampu flourrescent atau lampu lainnya yang memerlukan perbaikan faktor daya haruslah
dilengkapi dengan Capasitor
k. Fictures Lampu
1. Lampu TL 40 W reflector/tanpa reflector
2. Housing + reflector dari plat 0,8 mm, dilengkapi dengan ballast + Capasitor 0,3 mF, Fitting. Rugi daya
: 11 Watt/lampu; TL 40 Watt, warna 33, Phillips, 3.200 Lumen/lampu.
Merek : semua material philips kecuali housing dan reflector
3. Lampu TL 20 Watt, reflector/tanpa reflector.

18
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

Housing + reflector dari plat 0,8 mm, dilengkapi dengan ballast + Capasitor 0,3 mF, Fitting. Rugi daya
: 5 Watt/lampu; TL 20 Watt, warna 33, Phillips, kecuali housing dan reflector
4. Lampu TL 4 x 20 Watt, dilengkapi dengan opal diffuser 4 mm dari reflector di bagian dalam housing.
Perlengkapan lampu sama dengan yang telah disebut diatas. Semua merek yang dipakai ialah dari merek
philips kecuali housing dan reflector, diffuser.
5. Down Light Mounted
Housing blok laquered allumanium cylinder, black bayonet fitting diaphragm dengan reflector. lampu
incandescent 100 W, merek philips type DCS 431, atau concord : multigroove, mini 40/100 W
(surface)
6. Down Light Recessed Type 1
Housing alumanium cylinder, black poly carbonate dibagian dalam, dilengkapi dengan reflector.
Lampu : Inddescent 100 W, merek philips type DBS 431, atau concord : multigroove, mini 40/100 W
(Variabel depth).
7. Down Light Flush Type 2
Idem diatas
Lampu : Inddescent 100 W, merek philips type DSS 431, atau concord : multigroove, mini 40/100 W
(Variabel depth).
4. Pekerjaan Instalasi Listrik
1. Instalator harus mempunyai izin instalator dari PLN setempat
2. Pemasangan instalasi listrik harus menurut gambar kerja dan pemasangan harus mengikuti peraturan-
peraturan instalasi listrik yang berlaku.
3. Perlengkapan seperti fitting, stop kontak, sakelar, union blus, kabel-kabel isolator dan sebagainya harus
berkualitet baik dan disetujui Direksi.
4. Kabel untuk lampu-lampu dan stop kontak :
- Dipakai jenis : sesuai gambar
5. Sakelar dan stop kontak ex lokal untuk lampu dipasang pada ketinggian 125 cm dari lantai
6. Lighting Armature
Armature ex lokal sesuai kode dalam gambar dan semua armature harus mendapat persetujuan Direksi.
7. Semua biaya pemeriksaan gambar instalasi dan lain-lain ditanggung Pemborong.

K. PEKERJAAN KHUSUS LANTAI

1. Ubin Keramik
a. Ubin keramik yang dipergunakan baik motif, warna maupun ukuran disesuaikan dengan petunjuk gambar
kerja atau ditentukan kemudian dan atas persetujuan Direksi.
b. Pengiriman ubin ke lokasi proyek harus terbungkus dalam kemasan pabrik yang belum dibuka dan
dilindungi dengan label/merek dagang yang jelas dan utuh.
c. Ubin keramik dipasang pada tempat-tempat sesuai gambar kerja.
d. Ubin yang dipasang adalah ubin yang telah diseleksi dengan baik sehingga warna, bentuk dan motif
masing-masing ubin sama, tidak ada bagian yang retak atau cacat lain yang telah mendapat persetujuan
dari Direksi Lapangan
e. Aduk sebagai perekat menggunakan 1 pc : 3 ps dengan tebal minimum 20 mm.
f. Ubin keramik dipasang diatas lantai plester yang rata air. Tebal lantai beton tumbuk minimal 5 cm dengan
campuran 1 pc : 3 ps : 5 koral/batu pecah.
g. Siar-siar rata dan sama selebar 1 mm atau ditentukan sesuai petunjuk gambar kerja.
Setiap perpotongan siar membentuk 2 garis yang berpotongan saling tegak lurus.
h. Pemotongan ubin keramik hanya diperkenankan dengan menggunakan mesin potong dan dihaluskan
dengan batu gurinda.
i. Bidang ubin keramik harus rata air dengan aduk terisi padat tidak boleh berongga.
j. 3 x 24 jam setelah pemasangan ubin selesai siar diisi dengan air semen kental warna sesuai dengan warna
keramik sampai siar terisi penuh. Setelah itu dibersihkan dengan porstek sampai bekas semen dikeramik
hilang.
k. Untuk kamar mandi dan WC harus diperhatikan kemiringan lantai.

19
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

2. Lantai Beton Tumbuk


a. Untuk bahan-bahan yang berat tebal lantai beton 5 cm dengan mutu beton K-175 dan U.24. Tulangan
digunakan adalah 09-20. Untuk beban biasa digunakan tulangan praktis 06-20 cm tebal 8 cm. Aduk yang
digunakan 1 pc : 2 ps : 4 Kr
b. Permukaan lantai beton dengan beban berat harus dilakukan dengan sekali cor dan tidak diperkenankan
adanya pekerjaan finishing.
c. Untuk menghindarkan kemungkinan-kemungkinan ketidakrapihan serta keretakan, maka beton rabat harus
dibuat dalam bentuk unit-unit dengan ukuran tertentu.
Unit-unit ini secara menyeluruh merupakan pola dari pada lantai. Bentuk pola akan ditentukan di
lapangan.
d. Beton tumbuk pada trotoir dan tempat-tempat parkir dipisahkan dengan jalan aspal dengan kansteen beton
dicetak ditempat sesuai dengan gambar detail.
e. Permukaan beton rabat sama tinggi dengan kansteen, dipisah dengan alur 1 cm.

L. PEKERJAAN KHUSUS PENGUNCI & PENGGANTUNG

1. Kunci dan Pengangan Pintu


a. Untuk pintu-pintu panel digunakan kunci tanam 2 Slaag Mutu Baik dan untuk pintu teakwood digunakan
kunci yale doble mutu baik.
b. Untuk pintu penjara di pakai kunci gembok besar mutu baik.
c. Untuk daun jendela kaca dipakai grendel pengunci yang merk dan mutu yang baik.
d. Semua kunci tanam harus dipasang dengan kuat pada rangka dan daun pintu. Dipasang setinggi 90 cm
diatas lantai atau sesuai petunjuk Direksi Lapangan
2. Engsel
Untuk pintu-pintu panel pada umumnya menggunakan engsel pintu sejenis merek dan mutu yang baik ukuran 4
" x 3 ", warna gold, dipasang sekurang-kurangnya 3 buah untuk tiap daun pintu dengan menggunakan sekerup
kembang dengan warna yang sama dengan warna engsel.
Jumlah engsel yang dipasang harus diperhitungkan menurut beban berat dan daun pintu tiap engsel memakai
maksimal 20 Kg.
3. Pekerjaan Alat Penggantung dan Pengunci.
1. Untuk kosen pintu dan jendela dipasang 3 (tiga) buah angker pada tiap tiangnya.
2. Untuk pintu-pintu kayu digunakan engsel jenis kualitas baik. Untuk jendela digunakan engsel jenis
kualitas sejenis baik.
3. Untuk semua pintu-pintu, digunakan kunci tanam kualitas baik lengkap dengan handle, sesuai persetujuan
Direksi.
4. Pemborong diwajibkan mengajukan contoh terlebih dahulu tiap-tiap bahan yang akan digunakan dan
mendapatkan persetujuan Direksi
5. Pemasangan harus rapih sehingga pintu-pintu dan jendela-jendela dapat ditutup/dibuka dengan mudah
6. Semua kunci-kunci tanam harus terpasang dengan kuat pada rangka dan daun pintu. Dipasang setinggi 90
cm dari lantai atau sesuai petunjuk Direksi.

20
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

M. PEKERJAAN KHUSUS FINISHING

1. Cat Dinding
a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plesteran bangunan dan atau bagian-
bagian lain yang ditentukan di dalam gambar.
b. Untuk dinding-dinding luar bangunan digunakan cat sejenis Metrolite, warna ditentukan Direksi
Lapangan
c. Untuk dinding-dinding dalam bangunan digunakan jenis semutu merek Metrolite dengan lapis dasar.
d. Plamir yang digunakan adalah plamir tembok sejenis BOYO.
e. Sebelum dinding diplamir, plesteran sudah harus betol-betul kering tidak ada retak-retak dan pemborong
harus meminta persetujuan Direksi Lapangan
f. Pekerjaan Plamir dilakukan dengan pisau plamir dari palt baja tipis dan lapisan plamir dibuat setipis
mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
g. Sesudah 7 (tujuh) hari plamir terpasang dan percobaan warna sudah disetujui Direksi Lapangan, bidang
dinding yang akan diplamir diamplas dengan amplas besi halus no. 00, kemudian dibersihkan dengan bulu
ayam sampai bersih betul. Selanjutnya dinding dicat dengan menggunakan roller.
h. Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 (satu) lapis alkali resistance scaler yang dilanjutkan
dengan 3 (tiga) lapis Danacryl acrylic emulsion dengan kekentalan cat sebagai berikut :
- Lapis I Encer (tambahan 20 % air)
- Lapis II Kental
- Lapis III Encer
i. Untuk warna yang sejenis pemborong diharuskan menggunakan kaleng-kaleng dengan nomor
pencampuran (batch number) yang sama
j. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang-bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata, licin, tidak ada
bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.
k. Pemborong harus menyediakan 5 (lima) gallon cat dari warna yang dipakai dan diserahkan pada waktu
penyerahan pertama, sebagai cadangan untuk perawatan oleh pemilik.

2. Menie Kayu
a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah : pengecetan seluruh permukaan multiplex playwood yang akan dicat,
rangka langit-langit, rangka atap pintu dan/atau bagian-bagian lain yang ditentukan gambar.
b. Menie yang digunakan adalah sejenis merek PATNA warna merah.
c. Semua kayu hanya boleh dimenie ditapak proyek dan mendapat persetujuan Direksi Lapangan.
d. Sebelum pekerjaan menie dilakukan, bidang kayu harus diampelas dengan ampelas kayu kasar dan
dilanjutkan dengan ampelas kayu halus sampai permukaan bidang licin dan rata.
e. Pekerjaan menie dilakukan dengan menggunakan kuas, dilakukan 1 lapis, sedemikian rupa sehingga
bidang kayu tertutup sempurna dengan lapisan menie.
3. Cat Kayu
a. Yang termasuk dalam pekerjaan cat kayu adalah daun pintu panel mutiplex, kosen kamper dan pintu-pintu
di halaman belakang dan atau bagian-bagian lain yang ditentukan didalam gambar.
b. Cat yang digunakan adalah sejenis GLOTEX warna ditentukan Direksi Lapangan setelah melakukan
percobaan pengecetan.
c. Bidang yang akan dicat diberi menie kayu semutu merek PATNA warna merah 1 (satu) lapis, kemudian
diplamir dengan plamir kayu semutu merek Donal plamir sampai lubang-lubang/pori-pori terisi sempurna.
d. Setelah 7 (tujuh) hari, bidang yang telah diplamir dapat diampelas dengan menggunakan ampelas yang
sesuai.
4. Finishing Teak Oil
a. Yang dimaksud dengan pekerjaan ini adalah seluruh bidang-bidang pekerjaan kayu yang terlihat didalam
bangunan utama termasuk kosen, panil-panil, lis-lis railing kayu, pekerjaan interior dam bebel, plint serta
bagian-bagian lain yang ditentukan dalam gambar.
b. Semua bagian kayu yang akan di teak oil/dipolitur harus telah diserut rata, diampelas kemudian digosok
dengan batu apung sampai seluruh pori-pori kayu terisi dan setelah itu disirlak dan ampelas harus
berulang-ulang sampai halus, baru kemudian dilapis dengan PINOTEX sejenis merek DANA PAINT
dengan warna yang ditentukan oleh Direksi.
Pekerjaan teak oil dioleskan dengan kuas halus sebanyak 2 (dua) lapis.
c. Sebelum pekerjaan teak oil dilaksanakan, pemborong diharuskan membuat contoh (sample) percobaan
warna sampai mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan
d. Untuk bagian furniture yang tidak terlihat nyata dari luar, sekurang-kurangnya harus diberi teak oil 2 (dua)
lapis.
e. Dempulan-dempulan harus dicampur dengan pewarna yang sama dengan warna polituran.

21
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

5. Menie Besi
a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecetan seluruh bidang besi yang akan dicat besi, talang-talang
seng kecuali pintu-pintu besi dan pagar-pagar besi dan atau bagian-bagian lain yang ditentukan dalam
gambar
b. Menie yang digunakan ialah menie besi sejenis merek Q.D. REDLEAD PRIMER DANAPAINT.
c. Semua besi hanya boleh di menie ditapak proyek dan mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan.
d. Sebelum pekerjaan menie dilakukan, permukaan besi di ampelas dengan ampelas besi, sehingga
merupakan permukaan berwarna putih yang bebas dari karat, besi yang mengelupas, lemak, minyak dan
bahan-bahan kotor lainnya.
e. Pekerjaan menie besi dilakukan dengan menggunakan semprot, dilakukan 1 (satu) lapis sedemikian rupa
sehingga bidang besi tertutup sempurna dengan lapisan menie.

N. PEKERJAAN CAT DAN POLITUR

1. Cat Tembok

1.1. Untuk semua dinding, kolom, plafound, listplank beton dicat tembok warna ditentukan kemudian pada
waktu pelaksanaan berlangsung.
1.2. Semua bidang plesteran yang akan dicat, sebelum dicat tembok harus diplamir dengan merek yang sama
atau minimal sekualitas supaya benar-benar rata, lurus dan halus.
1.3. Pelaksanaan harus baik, merata dan sedapat mungkin menggunakan roller.

2. Cat Kayu (Cat Minyak Untuk Kayu)

2.1. Pekerjaan kayu yang akan dicat harus digosok, dihaluskan terlebih dahulu, kemudian dipulas dengan
menie kayu sebagai penutup pori-pori kayu.
2.2. Setelah menie kayu digosok dengan ampelas, dibersihkan kemudian diplamir dan digosok hingga rata
kemudian baru dipulas dengan cat hingga warnanya merata.

3. Politur

3.1. Pekerjaan kayu yang akan dipolitur/teak oil mengikuti gambar.


3.2. Bidang-bidang kayu yang akan dipolitur digosok dan dibersihkan kemudian dipolitur/teak oil dengan
warna yang akan ditentukan kemudian.
3.3. Pelaksanaan polituran/teak oil ini harus benar-benar baik, rapaih, rata, pori-pori kayu harus ditutup.

4. Bahan Cat

4.1. Cat kayu dan tembok yang dipergunakan harus berkualitas baik setaraf dan waktu tiba di tempat
pekerjaan harus masih dalam aslinya.
4.2. Cat yang sudah siap dan segera dipakai tidak diperbolehkan mengandung endapan, yang mudah
membantu dan sesudah diaduk dengan baik harus menjadi homogen, serta dapat disaputkan dengan
mudah.
4.3. Warna dari cat adalah asli dari kaleng dan tidak boleh ada campuran dari bermacam-macam warna dari
tua atau lebih. Cat yang sudah disetujui merek dan warnanya supaya diberitahukan kepada pemberi tugas
untuk memudahkan pemeliharaannya dikemudian hari.

22
SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BINTARA POLSEK WETAR

O. PERALATAN

Peralatan minimum yang disyaratkan adalah :


- 1 (satu) Dump Truck 3 – 5 Ton
- Alat – Alat Pertukangan Lainnya

P. TENAGA KERJA

Tenaga Kerja minimum yang disyaratkan adalah :


- Site manager 1 (satu) Orang dengan minimum berijasah STM/SMK dengan pengalaman 5 Tahun
- Pelaksana 1 (satu) Orang dengan minimum berijasah STM/SMK dengan pengalaman 5 tahun

Q. PENUTUP

1. Sebagai penutup perlu diingatkan bahwa uraian Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini merupakan
satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan gambar kerja serta rizala penjelasan pekerjaan.
2. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini, dan pada petunjuk pelaksanaan pekerjaan ternyata
diperlukan, maka akan dicantumkan pada Berita Acara Penunjukan atau Berita Acara Rapat Evaluasi.
3. Walaupun dalam uraian Rencana Kerja dan Syarat – syarat (RKS) ini tidak dinyatakan bahwa ” harus
disediakan / dikerjakan oleh kontraktor”, namun penyediaan / pekerjaan tersebut merupakan bagian
pelengkap dari keseluruan pekerjaan dimaksud, maka hal tersebut dianggap sudah dimuat dalam uraian
ini dan harus dikerjakan / diselesaikan oleh kontraktor untuk menuju suatu penyelesaian pekerjaan yang
sempurna.

Syarat – syarat yang belum tercantum dalam peraturan ini akan diatur atau ditentukan kemudian oleh
Direksi Teknika

Dibuat Oleh:
Menyetujui
Konsultan Perencana
Pejabat Pembuat Komitmen
CV. ELHAU MULTI DUTA CONSULTANT

RICHARD ABNER TATUH. DAVID SAHUPALA, ST.


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP. 61040206 Direktur

23

Anda mungkin juga menyukai