Anda di halaman 1dari 93

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

PRASARANA SISI DARAT


SPESIFIKASI TEKNIS

TAHUN ANGGARAN 2017

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
UPBU HALUOLEO KENDARI
SPESIFIKASI TEKNIS
PENATAAN TERMINAL PENUMPANG TERMASUK
KELENGKAPAN BANGUNAN, 4.432 M2

UPBU HALUOLEO KENDARI


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DISAHKAN : DI KONAWE SELATAN


PADA TANGGAL : MARET 2017

KEPALA UNIT PENYELENGGARA


BANDAR UDARA HALUOLEO KENDARI

Ttd

RUDI RICHARDO, SH. MH


Pembina Tk.I (IV/b)
NIP 19670118 199403 1 001
SPESIFIKASI TEKNIS
PENATAAN TERMINAL PENUMPANG TERMASUK
KELENGKAPAN BANGUNAN, 4.432 M2

UPBU SANGIA NIBANDERA


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DISAHKAN : DI KONAWE SELATAN


PADA TANGGAL : MARET 2017

KANTOR BANDAR UDARA HALUOLEO KENDARI


PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

Ttd

TARMAN, SE
Penata Muda Tk.I (III/b)
NIP. 19720530 200604 1 001
A. PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Lingkup Pekerjaan Persiapan

1.1. Letak titik duga pokok (titik nol) akan akan ditentukan oleh Direksi
Lapangan bersama sama pemborong.

1.2. Titik ini harus ditetapkan permanen dan dibuat dari tugu beton bertulang,
berpenampang 20 x 20 Cm, tertancap kuat kedalam tanah sedalam 1 meter
sehingga tidak dapat berubah / berpindah tempat. Tugu beton tersebut
diberi tanda jelas serta terletak di lokasi yang tidak akan tergusur bangunan.

1.3. Ukuran selanjutnya, tugu tersebut harus menjadi dasar bagi setiap ukuran
dan kedalaman.

1.4. Penentuan titik lainnya dilakukan oleh pemborong di lapangan dengan alat
ukur optik yang sudah ditera kebenaranya dan harus selalu berpedoman
kepada titik duga pokok (titik nol).

1.5. Ketidak cocokan yang mungkin ada diantara gambar dan kenyataan harus
segera dilaporkan pada Direksi.

1.6. Pengukuran sudut sudut 90 derajat atau bukan, hanya boleh dilakukan
dengan alat ukur optik.

1.7. Pengukuran siku dengan benang secara azas segitiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian bagian ruang kecil saja.

1.8. Patok bouwplank dan papannya boleh menggunakan kayu lokal, tebal
minimum 2,5 cm, lebar 20 cm, sisi atasnya harus diketam halus dan rata.

1.9. Tinggi bouwplank sama dengan titik nol atau apabila dikehendakinya harus
dibicarakan dahulu dan disetujui Direksi.

1.10. Papan bouwplank dipasang disekeliling luar bangunan dengan jarak 200 cm
dari tepi luar bangunan.

1.11. Pemasangan bouwplank harus kokoh, kuat dan tidak berobah oleh cuaca
serta harus rata air. Permukaan harus diukur dengan alat water pass.

1.12. Setelah selesai pemasangan bouwplank harus dilaporkan Direksi untuk


diperiksa sebelum pekerjaan selanjutnya dilakukan.

1.13. Air untuk bekerja harus disediakan pemborong dengan membuat sumur
lengkap dengan pompa dilokasi proyek atau mengambil dari luar, air harus
bersih, bebas dari lumpur, minyak dan bahan-bahan lainnya yang dapat
merusak struktur bangunan.

1.14. Reservoir / bak air untuk kerja berukuran minimum 4 (empat) m3 dan
harus selalu terisi penuh.
1.15. Listrik untuk keperluan kerja harus disediakan pemborong dan diperoleh
dari sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan
dengan daya sekurang-kurangnya 6 KVA. Penggunaan diesel untuk
pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan
sementara atas persetujuan Direksi lapangan;

1.16. Sebelum proyek dimulai, terlebih dahulu pemborong harus membuat pagar
pengaman sekeliling proyek, dengan batas-batas menurut petunjuk yang
diberikan oleh Direksi Pelaksana. Kalau tidak ditentukan lain pagar harus
dibat dari kayu dolken dengan penutup seng setinggi 180 cm dengan
konstruksi yang cukup kuat dan menjamin keamanan.

1.17. Kantor Direksi Lapangan merupakan bangunan sementara dengan


kontruksi rangka kayu, dinding multiplek/Triplex tebal 6 mm dicat, penutup
atap asbes gelombang, lantai beton tumbuk diplester, diberi pintu/jendela
secukupnya untuk penghawaan/pencahayaan. Letak Kantor Direksi
Lapangan harus cukup dekat dengan kantor Pemborong tetapi terpisah
dengan tegas. Luas kantor : 4 x 9 m2, terbagi atas ruangan rapat : 4 x 6 m2
Ruang Pengawas Harian : 4 x 3 m2, dengan perlengkapan-perlengkapan :
- 1 (satu) meja rapat ukuran 1.20 x 1.80 m2, denga 6 kursi lipat
- 1 (satu) meja tulis ukuran 0.70 x 1.40 m2, dengan dua kursi lipat.
- 1 (satu) meja gambar ukuran A-1,dari kayu, dapat dilipat.
- 1 (satu) A.C window unit ukuran 1 PK untuk Ruangan Rapat.
- 1 (satu) lemari ukuran 1.50 x 2.00 x 0.50 m3, dapat dikunci.
- 1 (satu) whiteboard ukuran 1.20 x 2.40 m2
- Kecuali ditentukan lain oleh Direksi.

1.18. Ukuran luas kantor pemborong, los kerja serta tempat penyimpanan bahan,
diserahkan pada pemborong dengan tidak mengabaikan keamanan dan
kebersihan dan bahaya kebakaran.

1.19. Khusus untuk penempatan bahan-bahan seperti : pasir, krikil, harus


dibuatkan kotak simpan yang dipagari dinding papan yang cukup rapat
sehingga masing-masing bahan tidak tercampur.

1.20. Pemborong harus membuat gudang tempat penyimpanan peralatan dan


material yang harus bebas dari hujan.

1.21. Pemborong harus membuat drainage sementara selama pelaksanaan


pekerjaan berlangsung, baik untuk pengeringan air hujan maupun untuk
pengeringan air tanah, sehingga dapat menjamin terhindarnya proyek dari
kemungkinan genangan air yang mengganggu kelancaran pekerjaan maupun
lingkungan sekitar daerah kerja.

1.22. Pemborong harus menjamin keamanan proyek, baik untuk barang-barang


milik Pemborong sendiri maupun milik pemberi tugas. Pemborong harus
menempatkan petugas-petugas keamanan selama 24 jam setiap hari.

2. Pekerjaan persiapan

2.1. Pengukuran

2.1.1. Ukuran titik duga-patok (titik nol) akan ditentukan oleh Direksi
bersama-sama pemborong. Selanjutnya titik ini harus ditetapkan
permanen dengan tugu beton sedemikian sehingga tidak bias
berubah-ubah dan digerak-gerakkan, diberi tanda jelas. Tugu tersebut
harus menjadi dasar bagi setiap ukuran dan kedalaman.

2.1.2. Penentuan titik lainnya ditentukan oleh pemborong di lapangan


dengan alat teropong, waterpass yang baik dan sudah ditera
kebenarannya terlebih dahulu.

2.1.3. Ketidak cocokan yang mungkin ada antara gambar dan kenyataan
harus dilaporkan kepada direksi.

3. Pengukuran sudut siku


3.1. Pengukuran sudut siku-siku dilakukan dengan alat teropong waterpass
theodolit, prisma penyiku atau penyiku lainnya
3.2. Pengukuran siku dengan benang secara azas segitiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian ruangan kecil saja.

4. Papan Bangunan (Bouwplank)

4.1. Papan bangunan harus dipasang pada petak-petak kayu yang nyata kuat
tertancap didalam tanah sehingga tidak biasa bergerak-gerak atau berubah-
ubah
4.2. Lebar papan babgunan sekurang-kurangnya 20 cm tebal sekurang-
kurangnya 2,5 cm
4.3. Tinggi papan bangunan sama dengan titik nol atau apabila dikehendaki lain
harus dibicarakan dahulu dan disetujui oleh Direksi.
4.4. Setelah selesai pemasangan papan bangunan wajib dilaporkan kepada
Direksi untuk pemeriksaan, sebelum pekerjaan selanjutnya dilakukan.

B. PEKERJAAN TANAH

1. Pengupasan tanah (stripping) Dan Penyebarannya Kembali


1.1. Sebelum penggalian untuk grading dimulai harus dilakukan pengupasan
tanah permukaan setebal 20 cm. Hasil kupasan ini apabila dianggap cukup
baik untuk lapisan harus ditimbun ditempat-tempat penimbunan yang
ditentukan oleh Direksi lapangan, untuk ditimbunkan kembali pada daerah
rencana pertanaman. Apabila Direksi lapangan menilai bahwa lapisan tanah
tersebut tidak memenuhi syarat untuk lapisan humus, maka harus
dikeluarkan dari lapangan .
1.2. Setelah pekerjaan grading selesai seluruhnya dan bentuk permukaan tanah
telah menyerupai rencana, maka tanah permukaan hasil pengupasan
disebar dan diratakan pada keseluruhan permukaan tanah yang digarap
sebagai lapisan terakhir, kecuali pada bagian-bagian yang akan dibangun
jalan dan bangunan.

2. Penggalian Tanah untuk Site Grading


2.1 Penggalian dilakukan pada bagian-bagian yang lebih tinggi dari tanah
direncanakan. Hasil-hasil galian diangkut ke tempat-tempat dimana
pengurugan.

2.2 Urutan kerja penggalian harus diukur demikian rupa sehingga tidak
menimbulkan gangguan pada lingkungan tapak ataupun menyebabkan
timbulnya genangan air untuk waktu lebih dari 24 jam

3. Pengupasan Tanah Untuk Site grading


3.1 Tanah yang akan diurug dan tanah urugnya harus bebas dari semua bahan
bahan yang dapat merusak atau dapat mempengaruhi kemantapan urugan
yang akan dilaksanakan.Pengurugan tanah untuk halaman yang akan
dibangun jalan / plaza/ bangunan tidak perlu dipadatkan dengan mesin
,cukup ditimbras saja
3.2 Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis tidak lebih dari 20
cm dan langsung dipadatkan. Setiap kali penghamparan harus mendapat
persetujuan dari direksi lapangan yang mengatakan bahwa lapisan
dibawahnya telah memenuhi syarat kepadatan yang disyaratkan
3.3 Kepadatan yang disyaratkan untuk konstruksi tanah urugan adalah :
3.3.1 Lapisan tanah lebih dari 30 cm dibawah permukaan subgrade, harus
mencapai 90% dari kepadatan (kering) maksimum
3.3.2 Lapisan tanah kurang dari 30 cm dibawah permukaan subgrade,
harus mencapai 100% dari kepadatan (kering) maksimum
3.3.3 Tanah dasar tanpa kohesi harus mencapai 100% dari kepadatan
(kering) maksimum
3.3.4 Tanah dasar berkohesi dengan index plastis kurang dari 25, harus
mencapai 100% dari kepadatan (kering) maksimum
3.4 Selama pekerjaan pemadatan berlangsung , kadar air harus dijaga agar tidak
lebih besar dari 2% kadar air optimum.

4. Penggalian Tanah Untuk Pondasi

4.1 Sebelum penggalian tanah untuk pondasi dimulai harus dilakukan


pengupasan tanah permukaan setebal 20 cm.

4.2 Penggalian harus dilakukan sesuai dengan lebar lantai kerja pondasi,
penampang lereng galian kiri kanan dimiringkan 10 derajat kearah luar
pondasi.

4.3 Dasar galian harus mencapai tanah keras, apabila ternyata tidak sesuai
dengan rencana gambar pondasi, maka pemborong diharuskan melapor
kepada Direksi Lapangan dan dimintakan keputusannya.

4.4 Jika pada galian terdapat akar-akar kayu, kotoran-kotoran dan bagian-
bagiantanah yang longgar (tidak padat), maka bagian ini harus dikeluarkan
seluruhnya kemudian lubang yang terjadi diisi dengan pasir urug lapis demi
lapis dan apabila dimungkinkan disiram dengan air tiap lapis sampai jenuh,
sehingga mencapai permukaan yang diinginkan.
5. Pengurugan dan Pemadatan Tanah Untuk Pondasi
5.1 Pengurugan tanah pondasi dilakukan berdasarkan petunjuk Direksi, dimana
macam pekerjaannya tergantung pada bentuk pondasi bangunan.

5.2 Sebelum dipasang pondasi, galian pondasi dibatasi dengan pasir urug
setebal minimum 10 cm. Dibawah lantai dilapisi pasir urug setebal 20 cm.
5.3 Setelah pasangan pondasi cukup kuat atas ijin Direksi, lubang-lubang
galian dapat diurug kembali.
5.4 Pada bagian dalam bangunan diurug dengan pasir urug, sedangkan bagian
luar bangunan cukup diurug dengan tanah galian.
5.5 Pengurugan harus lapis demi lapis, dan bila memungkinkan disiram
dengan air untuk mendapatkan kepadatan atau dengan cara lain yang
disetujui.Tebal setiap lapis maximum 10 cm.
5.6 Tanah bekas galian harus dibuang atau ditimbun diluar bouwplank dengan
penempatan yang cukup rapih. Tanah antara bouwplank dan galian harus
tetap bebas dari timbunan tanah.
5.7 Apabila terjadi kondisi tanah tidak memungkinkan dilaksanakan pondasi
sesuai gambar rencana, maka pemborong wajib melaporkan hal ini pada
Direksi dan pihak Direksi akan mengambil keputusan.
5.8 Pemborong wajib membuat parit-parit buangan air dari galian pondasi,
agar pada saat hujan air tanah tidak menggenangi lobang galian.

6. Tanah urug / Pasir urug


6.1 Tanah yang mengandung pasir, dengan kualitas pasir yang lebih kasar dari
pada pasir pasang, dapat menggunakan pasir laut yang sudah dicuci.
6.2 Tanah yang akan diurug dan tanah urugnya harus bebas dari segala bahan-
bahan yang dapat membusuk atau mempengaruhi kemantapan urugan yang
akan dilaksanakan

7. Perbaikan Tanah
7.1 Jika tanah terdiri dari jenis tanah lunak (lempung atau lanau) yang
mempunyai harga pengujian penetrasi standar N < 4, atau tanah organis yang
mempunyai kadar air alamiah sangat tinggi (tanah gambut) ; juga tanah
berpasir yang dalam keadaan lepas maupun harga N < 10; maka sebelum
dilakukan pekerjaan kontruksi harus dilakukan dahulu perbaikan tanah
sehingga di dapat daya dukung yang memenuhi syarat.
7.2 Untuk tanah gambut perlu diadakan pengupasan sedalam + 50 Cm, baru
diberikan terucukan bambu atau dari kayu dengan diameter 10 Cm untuk
setiap jarak 30 Cm.
7.3 Terucukan harus selalu terendam air tanah.
7.4 Untuk lanau atau lempung bisa langsung diberi terucukan dari bambu atau
kayu dengan diameter 10Cm untuk setiap jarak 30 Cm.
7.5 Setelah terucukan selesai baru dihamparkan pasir setebal 15Cm, kemudian
diberi lapisan anyaman bambu (gedek) sebagai perata beban, untuk
selanjutnya diberi lapisan tanah urug diatasnya.
8. Pekerjaan Tanah

8.1 Pekerjaan penggalian, perataan, pengukuran dan lain-lain (kalau ada) bagian
dari pekerjaan tanah ini.
8.2 Untuk galian pondasi-pondasi disesuaikan dengan gambar kecuali ditentukan
lain, menurut keputusan Direksi.
8.3 Lobang galian pondasi harus cukup lebar sehingga waktu mengerjakan
pasangan pondasi atau pengecoran beton tidak terganggu, untuk itu dasar
galian harus rata dan bersih dari akar-akar pohon dan lain-lain.
8.4 Apabila kondisi tanah tidak memungkinkan dilaksanakan pondasi sesuai
gambar rencana, maka pemborong wajib melaporkan hal ini kepada pengawas
Direksi dan pihak Direksi akan memberitahukan keputusan apa yang akan
diambil.
8.5 Apabila pada dasar galian terdapat akar-akar atau tanah masih lunak, maka
harus digali sampai memenuhi syarat tanah yang cukup baik sesuai dengan
pertimbangan Direksi.
8.6 Pemborong wajib membuat parit-parit pembuangan air dari galian pondasi,
agar pada saat hujan atau air tanah / tinggi tidak menggenangi lubang galian
pondasi.

C. BAHAN-BAHAN DASAR BANGUNAN


1. Semen Portland
1.1 Memenuhi persyaratan-persyaratan SII dan N 1-8.
1.2 Apabila diperlukan jenis yang tersebut diatas, maka dapat dipakai jenis-jenis
semen seperti : semen Portland-tras, semen alumina, semen tahan sulfat
dan lain-lain Dalam hal ini pelaksana diharuskan untuk meminta
pertimbangan-pertimbangan dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang
diakui
1.3 Penyimpanan semen harus ditempat yang kering dengan lantai terangkat,
bebas pengaruh air dari tanah dan menurut urutan pengiriman. Semen yang
telah rusak karena terlalu lama disimpan, mengeras ataupun tercampur
dengan bahan-bahan yang dapat merusak struktur bangunan, tidak boleh
dipakai dan harus disingkirkan dari tempat pekerjaan.

1.4 Semen harus dilindungi sebaik-baiknya terhadap pengaruh cuaca, dengan


ventilasi secukupnya dan dipakai sesuai dengan urutan pengiriman.

2. Pasir (Aggregat Halus)

2.1 Bahan pasir dapat berupa pasir alami atau bahan halus yang diperoleh dari
hasil mesin pemecah batu. Bahan pasir harus cukup kuat, tidak rapuh,
berbutir tajam, keras, bersih.
2.2 Komposisi gradasinya terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya
dan tidak mengandung lumpur lebih dari 5 %. Apabila kadar Lumpur
melampaui 5 %, maka aggregate halus harus dicuci
2.3 Pasir sebagai bahan bangunan harus pula bebas dari bahan-bahan organis
yang dapat merusak fungsinya pada konstruksi.
3. Koral (aggregate kasar)
3.1 Aggregate kasar dapat berupa kerikil alam atau batuan-batuan yang
diperoleh dari pemecahan batu.
3.2 Bahan ini harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori, tidak
mengandung butir-butir yang pipih melampaui 20 % dari berat aggregate
seluruhnya.
3.3 Aggregate kasar tidak boleh mengadung Lumpur lebih dari 1 % terhadap
berat kering, dan juga bebas dari bahan bahan yang dapat merusak seperti
zat-zat yang reaktif alkali.
3.4 Komposisi gradasi terdiri dari butir- butir yang beraneka ragam besarnya,
bervariasi antara 5 80 mm.
3.5 Dalam segala hal syarat-syarat ini disesuaikan dengan ketentuan dalam PBI
1971.

4. Air Kerja
4.1 Air kerja adalah air yang tidak mengandung minyak,asam, alkohol, garam-
garam , bahan organis atau bahan lain yang dapat merusak beton atau baja
tulangan, bersih dan dapat lanjut.
4.2 Jika ada keragu-raguan dalam penentuan kualitas, maka pemborong
diminta untuk mengirim contoh air kelabotarium resmi yang ditunjuk guna
dapat diselidiki lebih lanjut.
4.3 Selama air dilokasi bangunan belum mendapat persetujuan untuk
digunakan sebagai air kerja, maka pihak pemborong harus dapat
mengadakan air dari sumber lain yang disetujui.
5. Batu Bata
5.1 Semua batu bata yang dipergunakan harus berkualitas baik yang berwarna
merata ,sisi-sisinya tegak lurus sama lain, lurus dan rapi serta mempunyai
ukuran/bentuk yang sama pejal dan relatif utuh.
5.2 Menggunakan batu merah kwalitas baik yang terbakar matang dengan
maximum 10 % untuk bata merah yang pecah.
5.3 Dimensi (12 x 24 x 4) cm3 atau sesuai produksi setempat dengan persetujuan
Direksi.

6. Bataco / Bata Tela


6.1 Bata Tela yang dipakai harus terdiri atas cetakan pres dengan campuran
semen : Karang/ Padas = 1 : 5.
6.2 Ukuran batu tela harus sedemikian rupa sehingga jumlah yang diperlukan
untuk 1 m3 pasangan berkisar antara 145 s/d 155 buah.

7. Batu Belah

7.1 Bahan batu belah kecuali dipersyaratkan lain, harus sesuai dengan PUBB
1977, NI 3.
7.2 Batu belah yang dipakai ialah batu belah minimum tiga sisi.
7.3 Ukuran batu belah maximum 30 cm, dan strukturnya harus cukup keras dan
awet.Pengujian terhadap kekerasan apabila diperlukan harus dapat memenuhi
ketentuan pada pengujian abrasi.
8. Kayu

8.1 Kayu yang digunakan harus bersifat baik dengan ketentuan bahwa segala sifat
dan kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan pemakaiannya tidak
akan merusak atau mengurangi nilai konstruksi.
8.2 Kualitas dan ukuran kayu yang digunakan disesuaikan dengan gambar kerja
yang ada. Demikian pula mutu dan kelas kuat kayu yang apabila tidak
ditentukan lain maka harus mengikuti syarat- syarat dan ketentuan-ketentuan
dalam PKKI NI 5.
8.3 Kayu ini harus mempunyai kelembaban kurang dari 12 % untuk bahan yang
mempunyai ketebalan. Kurang dari 15 % untuk ketebalan lebih 25,4 mm (1
inchi).
8.4 Dihindarkan adanya cacat- cacat kayu antara lain yang berupa putih kayu,
pecah- pecah, mata kayu melintang. Syarat- syarat kelembaban kayu yang
dipakai harus memenuhi syarat PKKI.Untuk kayu kamfer kalimantan
kelembabannya tidak dibenarkan melebihi 12 %
8.5 Toleransi terhadap ukuran kayu yang tertera pada gambar hanya
diperkenankan berbeda tidak lebih dari 3 mm.

9. Baja Tulangan

9.1 Tulangan beton yang digunakan adalah batang-batang baja baru dan harus
mempunyai tegangan leleh minimum 2400 kg /cm2 dan tegangan maximum
3600 kg/cm2. Bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-
ketentuan PBI 1971
9.2 Baja tulangan yang digunakan adalah baja yang kualitasnya sesuai dengan
yang ditentukan oleh SII & PBI 71.
9.3 Sebelum baja tulangan dipasang, harus bersih dari karat, minyak, gemuk dan
bahan-bahan lain yang dapat mengurai daya lekat terhadap beton.
9.4 Batang tulangan dapat berupa batang polos atau batang yang diprofilkan,
tergantung pada kebutuhan yang disesuaikan dengan gambar pelaksanaan
pekerjaan.
9.5 Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1
mm dan tidak bersepuh seng.

10. Baja Profil

10.1 Mutu baja profil yang digunakan sekurang-kurangnya harus memenuhi


syarat yang ditentukan dalam peraturan umum untuk bahan bangunan di
Indonesia NI 3,PUBB 1977dan PKBI.
10.2 Besi baja profil harus dalam keadaan baru dan tanpa cacat setelah ada
dilokasi / dilapangan dan harus bebas dari puntiran, tekukan dan tegangan-
tegangan yang dapat mengakibatkan menurunnya kekuatan baja dari
persyaratan yang telah ditentukan
11. Bahan-Bahan Bangunan

1. Umum
1.1 Yang disebut dengan bahan bangunan ialah : Semua bahan yang
dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai tercantum dalam
rencana kerja dan syarat-syarat ini serta gambar-gambarnya.
1.2 Semua bahan bangunan harus berkualitas baik, dan mendapat
persetujuan dari Direksi.
1.3 Dalam jangka waktu 2 x 24 jam semua bahan-bahan yang dinyatakan
ditolak oleh Direksi supaya dikeluarkan dari proyek, dan apabila
ternyata bahan-bahan tersebut masih dipergunakan oleh pemborong,
maka Direksi berhak memerintahkan pembongkaran kembali dan segala
kerugian yang diakibatkan menjadi tanggung jawab pemborong
sepenuhnya.

2. Pemeriksaan

2.1 Semua bahan-bahan yang diperlukan untuk pekerjaan ini, harus


disetujui oleh Direksi sebelum dipergunakan.
2.2 Pada perselisihan dengan pemborong tentang pemeriksaan bahan-
bahan, Direksi berhak meminta kepada pemborong untuk meminta
contoh-contoh bahan-bahan yang telah didatangkan untuk diperiksa
dilaboratorium.
2.3 Selama itu pemborong dapat melanjutkan pekerjaan tapi sama sekali
atas tanggungan sendiri, dengan kemungkinan bahwa bahan-bahan
yang ternyata tidak baik atau tidak memenuhi syarat-syarat maka
bahan-bahan tersebut harus disingkirkan.
2.4 Semua biaya pemeriksaan oleh laboratorium tersebut dipikul oleh
pemborong.

D. PEKERJAAN UMUM BANGUNAN

1. Pekerjaan Beton Bertulang


1.1 Syarat umum pekerjaan beton bertulang ini mengikuti sepenuhnya
peraturan beton Indonesia tahun 1971 (NI 2)
1.2 Konstruksi beton bertulang untuk seluruh bagian harus mencapai mutu
beton yang ditentukan sesuai gambar kerja dinyatakan berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium uji yang disetujui Direksi lapangan.
1.3 Konstruksi beton dibuat sesuai dengan ukuran-ukuran, termasuk besi
penulangan dan sengkangannya, yang tertera dalam gambar-gambar
rencana pelaksanan dan detail struktur beton.Apabila terdapat ukuran-
ukuran pada gambar rencana arsitektural dan gambar rencana struktur
beton, pemborong diwajibkan memberitahukan secara tertulis kepada
Direksi lapangan dan meminta keputusannyan sebelum melaksanakan
pekerjaan tersebut.
1.4 Pemborong diwajibkan membuat rencana pengecoran, mulai dari pondasi
beton hingga seluruh pekerjaan beton selesai dengan diberi catatan-catatan
mengenai bagian yang dicor, tanggal, kode gugus test slump test, jam
pengecoran dll.
1.5 Untuk mencegah gangguan cuaca, dianjurkan agar disediakan tenda-
tenda/penutup plastik secukupnya sehingga jalanya pekerjaan pengecoran
tetap lancar.
1.6 Pada setiap sambungan pengecoran diharuskan menggunakan additive
(bahan-bahan) yang khusus untuk itu. Penggunaannya harus memenuhi
persyaratan.
1.7 Penggunaan additiveuntuk tujuan mempercepat pengeringan beton.
Dapat dilakukan tanpa mengurangi mutu dan kekuatan beton.
1.8 Permukaan beton harus dilindungi dari pengeringan yang terlalu cepat atau
tidak merata, antara lain dengan dibungkus atau ditutup dengan
SCAKPAFT 310 (reintorced building paper).
1.9 Selama pelaksanaan pengecoran beton, Pemborong diharuskan membuat
kubus beton ukuran 15 x 15 x 15 cm, dibuat ditempat pengecoran untuk
diperiksa kelabotarium pemeriksaan beton.
1.10 Test kubus berpedoman kepada P.B.I, 1971, yaitu pasal-pasal 4.6 dan 4.7.
1.11 Kekentalan campuran beton harus diperiksa dengan pengujian slump
dengan kerucut terpancung, ukuran diameter dibawah 20 cm, diameter
diatas 10 cm, dan tinggi 30 cm, kerucut diisi dengan adukan beton dalam 3
lapis yang sama tebal, masing-masing ditusuk-tusuk dengan besi baja 16
mm. Setelah muka bidang atasnya merata, maka 30 detik kemudian
kerucut ditarik keatas dan penurunan puncak kerucut diukur terhadap
tinggi semula. Untuk bagian pondasi ditentukan penurunan maximum 10
cm, minimum 7,5 cm, untuk bagian lainnya penurunan maximum 9 cm,
minimum 8 cm.
1.12 Untuk pembuatan tulangan untuk batang-batang yang lurus atau
dibengkokan, sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang disesuaikan
dengan persyaratan yang tercantum pada P.B.I. 1971
1.13 Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga tidak mengalami
perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran berlangsung.
1.14 Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan
persyaratan P.B.I 1971.
1.15 Besi beton yang digunakan dengan mutu sesuai gambar kerja dan diuji
pada labotarium uji bahan yang ditunjuk sebelum pekerjaan dimulai.
Pengujian dilakukan atas semua ukuran dari setiap pabrik.
1.16 Substitusi pembersihan dapat dilakukan hanya atas persetujuan Direksi
lapangan.
1.17 Untuk seluruh plat beton atap, ditambahkan tulangan susut.
1.18 Pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (beton
molen).
1.19 Takaran-takaran untuk semen, aggregat dan air harus disetujui terlebih
dahulu oleh pengawas ahli.
1.20 Adukan beton yang tidak memenuhi syarat-syarat seperti sudah mengeras
sebagian, tercampur dengan bahan-bahan asing atau terlalu encer tidak
boleh dipergunakan.
1.21 Melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram
cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan
ketinggian pemeriksaan penulangan dan penempatan penahanan jarak-
jarak.
1.22 Jarak antara tempat mengaduk dan mengecor supaya diambil sedikit
mungkin.
1.23 Pengangkutan beton supaya dilakukan dengan hati-hati dan dijamin
kelancarannya, sehingga tidak berceceran dalam perjalanan dan tidak
terjadi perbedaan waktu pengikatan yang besar antara beton.
1.24 Alat penggetar harus digunakan berdiri 90 derajat, hanya dalam keadaan
khusus diperkenankan menyentuh tulangan.Ujung penggetar harus
diangkat dari dalam adukan apabila adukan terlihat mulai mengkilap
disekitar ujung penggetar, atau kurang lebih sebelum 30 detik.

1.25 Penghentian pengecoran hanya dilakukan pada tempat-tempat yang


disetujui Direksi lapangan didalam pola rencana pengecoran.

2. Bekisting

2.1 Bekisting harus direncanakan, dilaksanakan dan diusahakan sedemikian


rupa agar pada waktu pengecoran dan pembongkaran tidak mengakibatkan
cacat-cacat, gelombang maupun perubahan-perubahan bentuk, ukuran,
ketinggian serta posisi dari pada beton yang dicetak/tercetak. Perencanaan
pelaksanaan, serta pembongkaran bekisting harus sesuai dengan cara-cara
yang disarankan dan kriteria didalam NI-2 Bab 5.1. dan Bab 5.8.
Permukaan bekisting yang berhubungan dengan beton harus benar-benar
bersih sebelum penggunaannya.
2.2 Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara yang dapat mencegah
difleksi bahan-bahan bekisting.Bekisting beserta sambungan-
sambungannya harus rapat sehingga dapat mencegah kebocoran-
kebocoran adukan selama pengecoran.
2.3 Lubang-lubang pembukaan sementara harus disediakan didalam bekisting
untuk memungkinkan pembersihan bekisting.
2.4 Seluruh bekisting harus mengikuti persyaratan-persyaratan dalam
normalisasi dibawah ini :
- NI-2
- NI-3
2.5 Bekisting untuk beton cor ditempat biasa bahannya dapat dibuat dari kayu
jenis meranti atau jenis lain yang setarap yang disetujui oleh Ahli.
2.6 Bekisting untuk beton pracetak.
2.7 Bahan bekisting terbuat dari metal Slip From ataupun bahan-bahan lain
yang disetujui oleh ahli. Bekisting untuk beton exposed cor ditempat.
- Untuk kolom : Plywood 18 mm dengan frame 5/10.
- Untuk balok : Plywood 12 mm untuk bagian dasar dan 10 mm untuk
bagian samping-samping. Untuk bidang luas/dinding : plywood 18 mm.
2.8 Form Ties untuk beton Exposed harus dari jenis yang mudah dilepas,
dapat terkunci dengan baik dan tidak berubah pada waktu pengecoran dan
penggrojogan dilaksanakan.
2.9 Pemborong harus mendapatkan ijin terlebih dahulu dari Direksi lapangan
sebelum dapat menggunakan Form Ties
2.10 Chamter Strips dibuat dari jenis kayu yang baik dan dibentuk menurut
ukuran-ukuran yang terera pada gambar-gambar.
2.11 Bahan pelepas acuan (releasing agens)harus sepenuhnya digunakan pada
semua acuan untuk beton exposed. Bahan ini harus setarap dengan
Calstrips buatan Cement Alds Australia.
2.12 Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pemakaian bekisting beton
exposed :
- Tidak akan mengalami deformasi, sehingga bekisting harus cukup tebal
dan terikat kuat.
- Harus kedap air dengan menutup semua celah-celah bekisting.
- Tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam
bekisting.
2.13 Bekisting harus dibongkar dengan cara yang sedemikian rupa sehingga
dalam menjamin keselamatan penuh atas struktur-struktur yang dicetak
dengan memperhatikan persyaratan-persyaratan minimum.
2.14 Bagian struktur beton vertical disangga dengan penturapan, bekisting
boleh disangga setelah 24 jam, dengan syarat bahwa betonnya telah cukup
keras dan tidak cacat karena pembongkaran tersebut.
2.15 Bagian struktur-struktur beton yang disangga dengan menumpu tidak
boleh dibongkar sebelum betonnya mencapai kekuatan yang minimal
untuk menyangga beratnya sendiri dan beban-beban pelaksaanaan dan
atau beban-beban bahan yang akan menimpa bagian struktur bagian beton
tersebut.
2.16 Dalam hal apapun bekisting pada jenis struktur ini tidak boleh dibongkar
sebelum berumur 7 (tujuh) hari, demikian juga bekisting-bekisting yang
dipakai untuk mematangkan (curing) beton tidak boleh dibongkar sebelum
dianggap matang.

3. Pekerjaan struktur baja

3.1 Syarat Umum pekerjaan baja sepenuhnya mengikuti peraturan mengenal


baja yang berlaku, dan semua bagian/bahan baja yang
digunakan/dipasang harus dari mutu yang telah ditentukan.
3.2 Pelaksanaan pekerjaan baja dan hasilnya harus bermutu baik, dimana
semua pekerjaan harus bebas dari puntiran,tekanan, hubungan terbuka
dan harus mempunyai ukuran yang tepat, sehingga dalam pemasangan
tidak memerlukan bahan pengisi, kecuali yang tercantum dalam gambar
untuk itu.
3.3 Semua detail harus dilaksanakan dengan teliti sesuai dengan gambar
untuk itu.
3.4 lektroda-elektroda las yang harus diambil dari GRADE-A (best heavy coated
type) batang-batang elektroda yang dipakai diameternya lebih besar atau
sama dengan 6 mm (inch), dan batang-batang elektroda harus dijaga agar
selalu dalam keadaan kering. Juga untuk baut-baut yang mungkin
digunakan harus baut hitam dengan tegangan baut dan tegangan las
minimum adalah 1.400 kg/cm2. atau minimal sama dengan mutu baja
yang digunakan.
3.5 Baja sebelum dikerjakan harus diluruskan dengan toleransi yang diijinkan
menurut standar yang berlaku dan atau diijinkan.
3.6 Batang profil tekan tidak diijinkan bengkok lebih dari 1/4000 kali panjang
batang.
3.7 Batang profil harus bebas dari puntiran, lubang-lubang ataupun
bengkokan-bengkokan.
3.8 Sebelum palaksanaan dimulai, pihak pelaksana harus memberikan contoh
hasil pekerjaan tersebut kepada Direksi Pengawas untuk dilakukan
pengujian (test di labotarium test), dan biaya untuk ini menjadi tanggungan
pihak pelaksana dan setelah pemasangan, tempat-tempat yang tergores
atau yang berkarat harus disikat bersih dengan sikat kawat dan dicat
dengan Galvanising revair paints, yang disetujui Direksi pengawas.
3.9 Pemotongan dengan oksigen sebaiknya dilakukan dengan mesin yang
setandard.
3.10 Pengelasan dilakukan dengan menggunakan mesin las listrik dengan hasil
tebal las yang rata Pelaksanaan las sebanyak mungkin dikerjakan didalam
bengkel untuk itu pekerjaan las yang dikerjakan dilapangan harus sama
dengan standardnya dengan pekerjaan las yang dilakukan didalam bengkel
dan tidak diperkenankan melakukan pekerjaan las dalam keadaan basah
atau hujan.
3.11 Juga harus diperhatikan :
- Permukaan yang akan dilas harus bebas dari kotoran minyak, cacat
dan lain-lain bahan asing.
- Cara pengelasan harus dilakukan menurut persyaratan yang berlaku
atau disetujui Direksi Pengawas.
- Pada waktu pengelasan, propil-propil tidak termakan oleh las, sehingga
luas effektif propil tidak berkurang akibat pengelasan.
- Pengelasan diatas harus dilaksanakan pada saat kontruksi-kontruksi
telah dalam keadaan diam (tidak berubah-ubah lagi).
- Las yang dipakai yaitu las sudut dan las tumpul.
- Mutu las minimal harus sama dengan mutu dari propil-propil yang
bersangkutan.
3.12 Pekerjaan pengelasan yang akan tampak harus dihaluskan sehingga sama
dengan permukaan disekitarnya.
3.13 Baut yang akan digunakan adalah baut hitam. Dengan kekuatan minimum
sama dengan kekuatan baut propil yang digunakan (ST.37).
3.14 Lubang untuk sambungan baut harus dibor. Selisih diameter lubang
dengan diameter baut tidak lebih dari 1 MM.
3.15 Penghalusan ataupun penyelesaian (finishing) akibat pemotongan plat,
tidak diperlukan, kecuali jika ditentukan lain oleh direksi pengawas dan
dilakukan dengan alat-alat/perlengkapan yang memenuhi syarat
3.16 Jika diperlukan, penglurusan harus dikerjakan dengan system mekanis
atau dipanaskan setempat, dimana temperatur tidak boleh lebih dari 65 0c.
3.17 Pada konstruksi kaprangka-rangka harus coplanar sesuai dengan gambar
bastek. Kecuali ada instruksi khusus dari konsultasi pengawas.
3.18 Pada bagian-bagian dimana konstruksi baja menumpu atau berhubungan
langsung dengan beton, maka bagian beton tersebut harus sudah
terpasang sekurang-kurangnya 28 hari setelah pengecoran dan dinyatakan
kering.
3.19 Bagian propil baja harus diangkat dengan baik dan tidak boleh terjadi
puntiran-puntiran pada waktu pengangkatan.
3.20 Ikatan-ikatan sementara harus digunakan untuk mencegah tegangan yang
melewati tegangan ijin dan ikatan sementara itu dibiarkan terpasang
sampai pemasangan konstruksi selesai.
3.21 Untuk konstruksi Kap sebelumnya harus diberikan anti (lawan) lendut
sebesar 1/600 kali panjang bentang.
3.22 Bagian-bagian baja yang tertanam dalam beton harus dibersihkan
sebelumnya dan tidak diperkenankan untuk di cat. Baja-baja konstruksi
harus diberi lapisan cat sesuai dengan persyaratan Pengerjaan pengecatan
pasal 12 pekerjaan baja yang sulit harus dicat sebelum pemasangan.
Permukaan baja yang sulit tercapai, harus di cat sebelum pemasangan.
3.23 Sebelum pengecatan dilakukan, propil baja harus disikat dengan sikat
kawat baja sehingga dalam keadan bersih, kering, bebas dari karat, bebas
dari minyak dan debu-debu halus.

4. Sambungan

4.1 Sambungan-sambungan yang dibuat harus dapat mengikuti gaya-gaya


bekerja, selain berguna untuk tempat pengikatan dan untuk menahan
lenturan batang.
4.2 Lubang bolt harus lebih besar 0,5 mm dari pada diameter luar dari bolt.
Jika bolt dikerjakan di shop, maka cara melubangi boleh langsung dengan
alat penggerak. Jika bolt dilaksanakan dilapangan, cara melubangi harus
dengan dilubangi sebagian di shop dilanjutkan dilapangan dengan alat
penggerak.Semua pelubang/pengeboran untuk bolt ketat harus dapat
dikerjakan sesudah bagian/profil-profil yang akan berhubungan tersebut
dikerjakan.
4.3 Daerah-daerah yang berbatasan antar profil dengan lubang rivet/bolt dan
bolt/rivet itu sendiri harus dapat memikul gaya-gaya dan dapat dengan
dengan cepat dapat meneruskan gaya tersebut.
4.4 Khusus untuk lubang bolt dengan bentuk oval, harus dijamin dapat terjadi
pergeseran kearah horizontal akibat gaya horizontal.
4.5 Untuk sambungan-sambungan komponen konstruksi baja yang tidak bisa
dihindarkan berlaku ketentuan sebagai berikut :
4.6 Hanya diperkenankan satu sambungan.
4.7 Semua penyambungan profil baha harus dengan full penetration.

5. Pemasangan
5.1 Elevasi pada gambar kerja kap dan vanwerk adalah elevasi final.
5.2 Electrion komponen-komponen baja untuk rangka pintu harus
mempergunakan alat pengangkat mekanis (crane).
5.3 Tali pengikat dan penarik yang dipakai pada waktu erection harus dari
kabel baja.
5.4 Toleransi dari kelurusan batang maupun komponen batang tidak boleh
lebih dari 1/1000 panjang batang/komponen batang.
5.5 Perakitan komponen-komponen baja minimum harus dilakukan pada
landasan yang rata waterpas dan tidak mudah bergerak.

6. Pengecatan
6.1 Semua bahan struktur harus dicat, sebelum dicat semua permukaan baja
harus bersih dari kotoran-kotoran ataupun minyak-minyak. Pembersihan
dapat dilakukan dengan mechanicalwire brush.
6.2 Sebelum mulai pengecatan Pemborong harus memberitahukan kepada
Direksi untuk mendapatkan persetujuan
6.3 Cat dasar pertama ialah merk yang ditentukan pada persyaratan bahan
dilakukan satu kali di work shop dan satu kali dilapangan.
6.4 Cat finish dilakukan di lapangan setelah semua konstruksi terpasang
selesai.
6.5 Pada batang-batang yang saling berhimpitan dan jarak antaranya sempit
terlebih dahulu dicat dasar sebelum batang-batang tersebut digabung.

7. Persyaratan Pengujian
7.1 Semua bahan yang digunakan dan pekerjaan-perkerjaan baja harus
dimungkinkan untuk diperiksa atau ditest di workshop maupun
dilapangan oleh Direksi dan semua biaya ditanggung oleh pemborong.
7.2 Untuk sambungan-sambungan baut dan las dilakukan pemeriksaan visual,
kecuali pengelasan dengan full penetration harus dilakukan pemeriksaan
dengan radiographie test atau x-ray test.
7.3 Direksi berhak meminta pemborong untuk melakukan radiographic test/X-
ray test untuk bagian-bagian tertentu pada konstruksi baja. Semua biaya
untuk radiographic test//X-ray test ditanggung oleh pemborong.

8. Peralatan
8.1 Peralatan yang dipergunakan untuk mengelas harus memakai type yang
sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga penyambungan dengan las dapat
memuaskan.
8.2 Mesin las tersebut harus mencapai kapasitas 25 - 40 Volt dan 200 - 400
Ampere.
9. Pekerjaan Kayu Kasar
9.1 Bagian ini meliputi pekerjaan dan pemasangan kayu untuk :
- Rangka penggantung Langit-langit.
- Rangka penggantung Ducting AC (bila perlu).
- Pekerjaan kayu lain yang tidak tampak
9.2 Mutu dan kelas kayu yang digunakan harus memenuhi syarat dan
ketentuan yang tertera dalam syarat dan ketentuan bahan pokok kayu.
Pada umumnya untuk pekerjaan ini digunakan kayu mutu B kelas II.
9.3 Apabila dalam pelaksanaan konstruksi digunakan alat sambungan, maka
harus dipilih yang paling tepat dengan mutu baik, ex produksi Dalam
Negeri. Alat sambung dari logam yang dapat berkarat. Atau terpengaruh
oleh keadaan cuaca harus dilindungi dengan menie besi.

10. Pekerjaan Kayu Halus


10.1 Bagian ini meliputi pekerjaan perlengkapan dan pemasangan komponen
kayu yang terbuka, termasuk :
- Kosen pintu kayu dan daun pintu kayu.
- Kosen jendela kayu dan daun jendela kayu.
- Kosen untuk pelubangan pentilasi.
- Pekerjaan kayu lain yang diexpose.
10.2 Mutu dan kelas kayu yang digunakan harus memenuhi syarat dan
ketentuan yang tertera dalam syarat dengan ketentuan bahan pokok
kayu.Pada umumnya untuk pekerjaan ini digunakan kayu mutu A kelas II :
- Kayu yang dipakai harus lurus, dan penampang harus segi empat yang
sudutnya saling menyiku.
- Pembentukan profil harus disesuaikan dengan gambar kerja dan tidak
boleh mengurangi persyaratan yang tertera pada NI-5.
- Bagian yang akan dicat permukaannya terdiri dari serat-serat yang
seragam.
- Semua pekerjaan kayu rapih harus sesuai dengan gambar kerja.
- Semua permukaan kayu harus diserut halus dan rapih.
10.3 Daun pintu yang terdiri dari rangka kayu yang dilapis dengan plywood 4
mm kedua sisinya memakai perekat kedap air dan tidak menimbulkan
bercak-bercak pada bidang plywood. Jenis perekat yang dipakai adalah
yang setarap dengan mutu Herterin.

11. Pekerjaan Pasangan Batu belah/Batu karang


11.1 Bahan yang digunakan
- Batu belah/batu karang
- Semen.
- Pasir.
- Air kerja.
- Memenuhi seperti pada persyaratan bahan pokok.
- Kalau tidak ditentukan lain maka adukan spesi yang dipakai 1:5.
11.2 Celah-celah yang besar antara batu dengan batu harus diisi dengan batu
kricak dan dicocok padat, kemudian diplester kasar dikedua sisi.
11.3 Tidak diperkenankan memecah batu belah dengan martil besar disekitar
bouplank.

12. Pekerjaan Pasangan Batu Bata/Bataco/Tela


12.1 Bahan yang digunakan :
- Batu bata.
- Semen.
- Pasir.
- Air kerja.
12.2 Kualitas bahan yang dipakai harus memenuhi syarat seperti yang
ditentukan dalam persyaratan bahan pokok.
12.3 Batu merah yang akan dipasang harus direndam air hingga menjadi jenuh.
12.4 Perekat yang digunakan berupa adukan 1 pc : 2 ps untuk bagian yang
kedap air sedangkan untuk bagian lain menggunakan adukan 1 pc : 5 ps.
12.5 Jarak spesi maximum 1 cm.
12.6 Tiap-tiap spesi harus dibuat selang seling dan rapi.

13. Pekerjaan Beton Tumbuk/Rabat


13.1 Bahan yang dipakai :
- Semen
- Pasir beton
- Koral/batu pecah
- Air kerja
13.2 Kualitas bahan yang dipakai harus memenuhi syarat seperti yang
ditentukan dalam persyaratan bahan pokok.
13.3 Apabila tidak ditentukan lain maka campuran yang dipakai adalah 1 pc : 3
ps : 5 koral/batu pecah.
13.4 Adukan beton tumbuk dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terlalu
lembek ataupun terlalu pekat.

14. Plumbing
14.1 Syarat umum pemasangan dan bahan untuk jaringan plumbing
berpegang/berpedoman kepada pedoman plumbing 1974.
14.2 Untuk saluran air minum dan air buangan digunakan pipa baja galvanize
(G.I.P) produksi Dalam Negeri.
14.3 Ukuran yang tertulis dalam gambar Rencana dan Spesifikasi Teknis adalah
diameter dalam (Inside Diameter).
14.4 Penilaian baik atas pekerjaan jaringan plumbing ditentukan berdasarkan
pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh Direksi lapangan.
14.5 Seluruh jaringan plumbing harus dibuat dan ditempatkan sedemikian rupa
sehingga tidak terlihat dari ruang dan pipa-pipa yang menembus beton
harus sudah terpasang pada waktu pengecoran. Pembobokan untuk
pemasangan pipa pada beton, terutama beton exposed tidak diperbolehkan.
Penempatan kran-kran floor drain dan lain-lain, harus memperhatikan pola
dari pasangan finising dinding dan lantai sehingga terlihat serasi dan rapi.

15. Listrik
15.1 Semua pekerjaan Instalasi listrik harus dilaksanakan oleh Perusahaan
yang terdaftar sebagai Instalatir.
15.2 Standard dan referensi yang digunakan dalam pelaksanaan Instalasi listrik
disini mengikuti peraturan umum instalasi listrik (PUIL) 1977 dan standard
dari negara lain seperti VDE, BS, NEC, DIN,NEMA.
15.3 Gambar-gambar Instalasi listrik menunjukan pekerjaan Instalasi listrik
yang akan dikerjakan dimana didalamnya digambarkan besaran-besaran
listrik, kedudukan alat-alat listrik dan spesifikasi lainnya dibuat oleh
Kontraktor. Untuk pekerjaan dalam garis besar harus seperti yang
ditunjukan dalam gambar, dapat dirubah untuk disesuaikan dengan
kondisi lapangan atau bangunan atas persetujuan dari Direksi.
Persetujuan tersebut diatur tidaklah membebaskan pemborong dari
kewajiban untuk memasang instalasi dengan cara yang ahli, yang betul dan
tepat fungsi dan ukuran-ukurannya. Gambar-gambar Arsitektur, struktur,
plumbing, Drainage, Air Conditioning dan kontrak-kontrak lainnya
haruslah menjadi reverensi untuk koordinasi dalam pekerjaan secara
keseluruhan. Pemborong harus menyerahkan shop Drawing untuk
disetujui Konsultan sebelum mulai pelaksanaan pekerjaannya dan
menyerahkan Built Drawing sebanyak rangkap 4 (empat) sesudah
pemasangan selesai.
15.4 Pelaksanaan pekerjaan Electrical harus selalu mengadakan koordinasi
dengan pelaksana-pelaksana pekerjaan lain seperti pekerjaan sipil,
pekerjaan finishing dan lain-lain.
15.5 Pemborong menyediakan semua Insert, sleeve dan lain-lain peralatan
tambahan yang dibutuhkan yang harus ditanam didalam beton atau
pekerjaan pemasangan lainnya ditempat yang perlu.
15.6 Pemborong diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang
akan digunakan untuk disetujui oleh Direksi. Daftar harus dibuat dalam
rangkap 2 (dua) disertai dengan brosure, katalog, alamat manufacture dan
keterangan-keterangan lain yang diperlukan.

16. Pekerjaan Kayu


16.1. Pekerjaan Kayu Kasar
16.1.1. Pekerjaan kayu kasar ini meliputi pengadaan dan pemasangan
rangka-rangka dipakai untuk pekerjaan kayu kasar ini adalah
kayu setempat plafon, rangka partisi, rangka atap, klos dan
pekerjaan kayu lain yang tidak disyaratkan secara khusus dalam
persyaratan ini.
16.1.2. Kayu yang dipakai untuk pekerjaan kayu kasar ini adalah kayu
setempat dengan kualitas baik, sejenis kamper (klas II).
16.1.3. Kayu ini harus mempunyai kelembaban kurang dari 12 % untuk
bahan yang mempunyai ketebalan kurang dari 2,54 mm, dan
kurang dari 15 % untuk ketebalan 2,54 mm (1 inchi).

16.2. Pekerjaan Kayu Halus


16.2.1. Ini meliputi pengadaan dan pemasangan kuzen, lisplank, dan
pekerjaan kayu halus lainnya sesuai gambar.
16.2.2. Kayu yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah kayu setempat atau
kayu klas I.
16.2.3. Semua pekerjaan kayu halus yang akan mendapat transparent
finish harus dipilih berdasarkan warna dan serat yang sama.
16.2.4. Semua pekerjaan kayu harus dikerjakan sesuai syarat-syarat
pekerjaan baik. Sambungan-sambungan kayu harus dikerjakan
rapih dan penuh keahlian Direksi pelaksana berhak menolak yang
tidak memenuhi syarat.
16.3. K a y u
Semua kayu harus dari jenis kayu yang disyahkan dan kualitas baik, kayu
harus kering tanpa mata kayu, sisi-sisi berkerut, lubang-lubang dan tanpa
cacat-cacat serius lain serta telah dikeringkan diudara selama minimal 3
bulan. Kadar kelembaban kayu yang digunakan untuk pekerjaan didalam
ruangan serta untuk sambungan harus kurang dari15 % dan kayu untuk
konstruksi harus kurang dari 20 %. Kadar kelembaban yang disyaratkan
tersebut adalah untuk bahan bila diserahkan dilapangan dan kadar
kelembaban tersebut harus dipelihara sampai bangunan selesai.

17. Pekerjaan Bekisting


17.1 Untuk bekisting beton dipakai kayu setempat klas III yang cukup
kering/plywood sesuai dengan finishing yang diminta menurut bentuk dan
garis ketinggian dan dimensi dari beton sebagaimana dalam gambar.
17.2 Untuk papan bekisting dipakai kayu setempat sejenis terentang/plywood
17.3 Untuk balok kayu dipakai kayu setempat kualitas baik.
17.4 Bekisting ini harus cukup kuat / ditunjang untuk menahan getaran-
getaran vibrator dan kejutan gaya-gaya lain yang mungkin diterimanya
tanpa berubah bentuk.
17.5 Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan seijin Direksi.
17.6 Semua pekerjaan tersebut harus dicatat tanggal dari pengecoran, dan
pembuatan bekisting dari setiap bagian pekerjaan.
17.7 Semua pekerjaan tersebut harus sesuai dengan P.B.I. 1971.

E. PEKERJAAN KHUSUS PONDASI


1. Pasir Alas Pondasi
1.1 Pengurugan pasir untuk alas pondasi dilakukan setelah seluruh lubang
galian pondasi diperiksa olek Direksi Lapangan dan dinyatakan telah
sesuai dengan ukuran-ukuran yang tertera dalam gambar-gambar yang
ada.
1.2 Pasir urug yang digunakan harus bersih dan tidak mengandung potongan-
potongan bahan keras yang berukuran lebih dari 1,5 cm.
1.3 Pengurugan dilakukan lapis demi lapis dan setiap lapisnya tidak lebih tebal
dari 20 cm, digilas dengan menggunakan alat pemadat, sedemikian rupa
sehingga bilamana alat penggilas berjalan diatas lapisan tersebut dengan
lambat tidak terdapat gerakan tegak yang dapat dilihat pada urugan
tersebut.
1.4 Lantai kerja dibuat dengan ukuran-ukuran yang tertera dalam gambar
untuk itu dengan menggunakan adukan 1 semen pc : 3 pasir : 5 kerikil
atau lantai kerja yang terdiri dari batu belah dan urugan pasir.

2. Pondasi Beton Bertulang


2.1 Pelaksanan pekerjaan dan persyaratan pekerjaan pondasi beton bertulang,
poer dan sloof beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan dan syarat-
syarat yang disebutkan dalam pasal 8.1 tentang beton bertulang.
2.2 Pondasi beton bertulang, poer dan sloof beton dibuat dari beton dan baja
beton dengan kwalitas sesuai dengan yang ditentukan pada gambar kerja.
2.3 Tulang-tulangan dan sengkang-sengkang sesuai dengan ukuran-ukuran
yang tertera dalam gambar untuk itu.

3. Pondasi Batu Belah / Batu Karang


3.1 Pelaksanan pekerjaan dan persyaratan pekerjaan pondasi batu kali, harus
mengikuti ketentuan dan syarat-syarat yang disebutkan dalam pasal 8.5
tentang Pekerjaan Batu Belah dan Batu Karang.
3.2 Sebelum pemasangan dilaksanakan, kontraktor harus mempelajari letak-
letak dari saluran yang menembus pasangan serta stekl-stek besi kolom
yang harus disediakan agar pekerjaan bongkar pasang tidak terjadi.
3.3 Pada saat pemasangan lobang pondasi tidak boleh tergenang air.

4. Pondasi Batu Bata


4.1 Pelaksanan dan persyaratan pekerjaan pondasi batu bata, harus mengikuti
ketentuan ketentuan dan syarat-syarat yang disebutkan dalam pasal 8.6
tentang Pekerjaan Pasangan Batu Bata,
4.2 Pada saat pemasangannyan, lobang pondasi tidak boleh tergenang air.
4.3 Sebelum pemasangan dilaksanakan, kontraktor harus mempelajari letak-
letak dari saluran yang menembus pasangan serta stek-stek besi kolom
yang harus disediakan agar pekerjaan bongkar pasang yang terjadi.
4.4 Kedudukan batu bata dalam pemasangan adalah berdiri pada sisi
memanjang (rollag), dengan lajur yang berselang-seling seperti pemasangan
batu bata pada umumnya.

5. Pondasi Tiang Kayu


5.1 Pondasi tiang kayu dari bahan terbaik yang ada didaerah setempat dengan
diameter minimum 30 cm.
5.2 Tanah untuk pondasi digali sampai kedalaman 1 m.
5.3 Tiang kayu dipancang sampai mendapat lapisan tanah keras.
5.4 Pada dasar galian tersebut dipasangpapan kayu setebal 7,5 cm lebar 15
cm sepanjang 1 m dengan dipasangberdiri pada sisi lebar dan dipakukan
pada tiang kayu pondasi tersebut.

F. PEKERJAAN KHUSUS DINDING


1. Dinding Bata
1.1 Sebagian besar dinding dari batu bata merah, dengan menggunakan aduk
campuran 1 semen Pc : 5 pasir.
1.2 Untuk semua dinding mulai dari permukaan sloof sampai setinggi 20 cm
diatas permukaan lantai dalam ruangan dan semua dinding disekeliling WC
dan kamar mandi, mulai dari permukaan sloof sampai setinggi 150 cm
diatas permukaan lantai, digunakan aduk rapat air, dengan aduk
campuran 1 semen Pc : 2 pasir.
1.3 Batu bata yang digunakan batu bata ex. Lokal dengan kualitas terbaik yang
disetujui Direksi, siku dan sama ukurannya 5 x 11 x 23 cm.
1.4 Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum
hingga jenuh.
1.5 Setelah bata terpasang dengan aduk, naad/siar-siar harus dikerok rapih
dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
1.6 Pasangan dinding bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air
terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok sedalam 1 cm serta dibersihkan.
1.7 Pemasangan dinding bata dilaksanakan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
1.8 Dinding bata batu yang luasnya lebik besar dari 12 m2 harus ditambahkan
kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm,
sesuai dengan lebar bata dengan tulangan pokok ukuran 4,0 x 10 mm,
beugel 0,8-20 cm.
1.9 Pembuatan lobang pada pasangan bata untuk steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
1.10 Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian permukaan
beton (kolom, balok, lisplank dan lain-lain) harus diberi penguat stek-stek
besi beton diameter 8 mm jarak 20 cm, yang terlebih dahulu ditanam
dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang tertanam dalam
pasangan bata sekurang-kurangnya 40 cm, kecuali ditentukan lain.
1.11 Batu bata yang pecah hanya boleh dipakai untuk hubungan batu dan
ukurannya tidak boleh kurang dari batu.
1.12 Pemasangan bata merah harus dilaksanakan dengan verband yang baik.
1.13 Untuk profil-profil digunakan reng-reng atau bilah kayu tahun/yang
sekualitas yang lurus dan kuat. Tidak diperkenankan menggunakan
bamboo.
1.14 Untuk kecepatan dan kelurusan tembok digunakan alat waterpass serta
benang.
1.15 Pembuatan perancah tidak boleh menembus tembok.
1.16 Setiap pasangan harus continue, dibasahi sampai keras.

2. Dinding Batu Kali


2.1 Menggunakan batu kali/pecah.
2.2 Ukuran batu kali dipakai diameter 15 cm.
2.3 Perekat untuk dinding kedap air menggunakan adukan 1 Pc : 2 Ps.
2.4 Ketebalan dinding minimum 25.
2.5 Bila ketebalan dinding kurang dari 1 batu maka untuk setiap jarak 3 m,
harus dipasang kolom penguat/praktis dari beton bertulang 1 hari
maximum naik 1 m.
2.6 Permukaan dinding dirapihkan dengan berapen dan dibersihkan dari sisa-
sisa adukan.

3. Dinding Con Block


3.1 Mutu bahan yang dipakai harus sesuai dengan persyaratan bahan-bahan
dasar bangunan seperti pada :
- Bab C (Con Block).
- Bab C (Specl/semen, pasir dan air).
- Adukan speci 1 pc : 5 ps digunakan untuk seluruh bagian dinding yang
tidak dipersyaratkan kedap air.
- Adukan speci 1 pc : 2 ps untuk bagian-bagian dinding yang kedap air
yaitu :
- Seluruh pasangan sampai setinggi 20 cm dinding lantai.
- Pasangan sampai sebatas tinggi 150 cm diatas lantai kamar
mandi/WC.
- Sebelum pemasangan, con block direndam air hingga jenuh (buih-
buihnya hilang).
3.2 Pada pemasangan harus diperhatikan bahwa sisi yang berlobang pada con
block harus menghadap keatas.
3.3 Semua dinding harus dipasang secara merata (waterpass) serta tegak lurus
lantai. Untuk itu harus digunakan profil-profil kayu yang betul-betul lurus
dan kering.
3.4 Tidak boleh menggunakan bambu.
3.5 Selain itu waterpas instrument dan benang juga digunakan untuk
mengecek kesamaan tinggi permukaan atas dinding, serta lurusnya bidang
permukaan samping.
3.6 Dinding Con Block terdiri atas dinding batu.
3.7 Setiap jarak 3 s/d 4 m atau dinding seluas 12 m2.
3.8 Harus dipasang kolom penguat dari beton bertulang (kolom praktis).
3.9 Setiap selesai pemasangan, sambungan dari pasangan harus dibersihkan
dari sisa-sisa adukan agar memudahkan pekerjaan plesteran nantinya.

4. Dinding Bataco/Batu Tela


4.1 Semua bahan yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan pada :
- Bab C (Bataco/batu tela).
- Bab C (Semen, pasir, air kerja)
4.2 Perekat yang digunakan :
- Semua dinding dari permukaan atas rollag sloof hingga setinggi 20 cm
diatas lantai.
- Semua dinding dari permukaan atas sloof/rollag sampai setinggi 150
cm diatas permukaan lantai untuk kamar mandi/WC.
- Sebelum pemasangan batu tela direndam air hingga jenuh.
- Dinding batu tela umumnya terdiri dari dinding batu.
4.3 Semua dinding harus dipasang secara rata (waterpass) serta tegak lurus
lantai. Untuk ini digunakan profil-profil serta benang dan alat waterpass.
4.4 Setiap jarak 3 s/d 4 m atau dinding seluas 12 m2 harus dipakai penguat
dari beton bertulang.
4.5 Setiap selesai pemasangan, maka pada sambungan pemasangan harus
dibersihkan dari sisa-sisa adukan agar memudahkan pekerjaan plesteran
nantinya.

5. Dinding Simpai
5.1 Rangka simpai dari kayu klas 1 betul-betul kering, produk setempat
demensi kayu/luas tampang 60 cm2 atau sesuai ketentuan gambar.
5.2 Tulangan simpai memakai kawat harmonica.
5.3 Speci memakai campuran 1 pc : 2 ps dengan bahan dasar adukan speci
harus sesuai dengan pesyaratan.
5.4 Rangka simpai disusun sedemikian rupa sehingga luas bidang yang terjadi
maximum 2 m2. sedangkan panjang maksimum salah satu sisi bidang 2 m.
5.5 Tulangan simpai dianyam silang, rata luar/ rata dalam sesuai gambar kerja
atau atas petunjuk Direksi.
5.6 Plester simpai setebal 3 cm. Dinding setelah kering kemudian diaci dengan
pasta semen encer.

6. Dinding Kayu
6.1 Mutu bahan yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan pada
persyaratan pokok bahan kayu dan persyaratan pekerjaan umum kayu.
6.2 Ketebalan minimum 2,5 cm, lebar 20 cm dengan sambungan alur lidah.
6.3 Papan kayu dipasang horizontal, waterpass dan rapi.
6.4 Pemasangan papan dihindarkan dari adanya penonjolan kepada paku atau
baut, kecuali dipersyaratkan lain untuk meng-ekspose baut.
6.5 Celah antara sambungan harus ditutup dengan dempul kecuali
dipersyaratkan lain, yaitu untuk meng-ekspose sambungannya.
6.6 Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan halus untuk finishing maka
seluruh permukaaan dinding harus didempul baru digosok dengan amplas
(kertas gosok) setelah semua pemasangan dinding selesai.

7. Dinding Partisi Kayu Lapis


7.1 Kayu lapis yang digunakan dari kualitas baik. Bila pada gambar kerja
dikehendaki :
- Partisi kayu lapis yang diexpose, maka hendaknya kayu lapis yang
dipakai memperlihatkan texture kayu yang baik.
- Partisi kayu lapis yang dicat, maka texture kayu yang baik bukan
merupakan hal utama.
7.2 Rangka partisi.
7.3 Partisi dengan rangka kayu klas II yang betul-betul kering produksi
setempat, dimensi kayu 6/8 atau sesuai ketentuan gambar.
7.4 Partisi dengan rangka alluminimum setaraf Alcan sesuai ketentuan SII.
7.5 Partisi dengan rangka metal/besi sesuai ketentuan SII.
7.6 Rangka partisi disusun seemikian rupa sehingga luas bidang yang terjadi
maximum 1,44 m2, panjang maximum 1,2 m.
7.7 Partisi berdiri diatas plint dari bahan yang sama dengan rangka partisi
setinggi locis pintu, atau sesuai gambar.
7.8 Pertisi merupakan partisi kayu lapis bergambar dimana kedua sisi dari
rangka tertutup oleh kayu lapis.
7.9 Apabila ketinggian partisi tidak mencapai langit-langit celah antara 2 kayu
lapis harus tertutup rapat.
7.10 Kayu lapis dipakukan pada rangka sedemikian rupa sehingga permukaan
kayu lapis tetap rata, dengan paku yang kepalanya talah dipipihkan
terlebih dahulu, jarak paku 20 cm.
7.11 Siar/nat diantara 2 modul kayu lapis harus tegak lurus dan rapi dengan
lebar siar maximum 0,5 cm serta dicat dengan warna lain, kecuali
ditentukan lain.
7.12 Pelaksanaan dan pemasangan partisi dilakukan sesudah pekerjaan lantai,
dinding segala penutupnya selesai dikerjakan.

8. Dinding Partisi Asbes

8.1 Bahan asbes adalah semutu dengan merk harflex (klas I).
8.2 Asbes yang dipakai adalah asbes datar sandwich dengan ukuran 1 x 2 m2
dengan ketebalan minimum 6 mm.
8.3 Rangka dipakai aluminium atau kayu klas II ukuran 5 x 7 cm2 pada
prinsipnya asbes tidak boleh dipakai kayu, hanya diperbolehkan dijepit,
kecuali dipersyaratkan lain.
9. Pelapis Dinding Keramik

9.1 Keramik yang dipakai harus berkualitas baik.


9.2 Warna dan ukuran sesuai dengan gambar atau ditentukan kemudian.
9.3 Pemasangan pada permukaan dinding, keramik langsung dilekatkan
dengan menggunakan perekat spesi 1 pc : 3 ps, atau dengan perekat lem.
9.4 Siar-siar porselin diisi dengan cairan semen yang berwarna sesuai warna
keramik.
9.5 Bidang-bidang dinding keramik harus benar-benar rata, dan garis-garis
siar harus benar-benar lurus.
9.6 Pemasangan harus dilakukan oleh tukang ahli yang berpengalaman dalam
pemasangan keramik.

10. Dinding Partisi Gipsum


10.1 Bahan dinding partisi adalah lembar papan gypsum dengan ketebalan 9
mm- 12 mm. Atau dipersyaratkan lain.
10.2 Mutu papan gypsum harus berkualitas terbaik (klas I) yang memenuhi
standarisasi departemen perdagangan- perindustrian atau telah
mempunyai sertifikat SNI-511.
10.3 Cara-cara pemasangan harus mengikuti petunjuk gambar kerja atau
persyaratan/ petunjuk dari produsen.
10.4 Dipasang pada rangka kayu, rangka aluminium atau rangka metal profil C
(cannal).
10.5 Pada finishing pekerjaan dapat dicat atau dilapisi wall paper.
10.6 Perlu persetujuan Direksi/pengawas pada waktu pemasukan material.

11. Pelapis Dinding Porselin

11.1 Porselin yang dipakai harus berkualitas baik.


11.2 Warna putih dengan ukuran 11 x 11 cm2 kecuali dipersyaratkan lain.
11.3 Pemasangan : pada permukaan dinding, porselin langsung dilekatkan
dengan menggunakan perekat spesi 1 : 3, sehingga mendapatkan ketebalan
sesuai gambar.
11.4 Untuk sisi dalam bak mandi digunakan perekat lem setelah permukaan
dindingnya diplester/diaci dengan halus dan sudah diuji kekedapannya
(tidak bocor).
11.5 Siar-siar porselin disi dengan cairan semen yang berwarna sesuai warna
porselin.
11.6 Bidang-bidang dinding porselin harus benar-benar rata, dan garis-garis siar
harus benar-benar lurus.
11.7 Pemasangan harus dilakukan oleh tukang ahli yang berpengalaman dalam
pemasangan porselin.
12. Kusen, Daun Pintu/Jendela Kayu
12.1 Bahan kayu yang dipakai seperti yang disyaratkan pada persyaratan bahan
kayu.
12.2 Sebelum kusen dipasang, agar diperhatikan dan diteliti kembali letak-letak
dan ukuran lubang-lubang pintu maupun jendela serta tipe-tipe jendela
maupun pintu yang akan dipasang.
12.3 Kayu yang dipakai adalah kayu klas II, kecuali ditentukan lain.
12.4 Ukuran kusen adalah 6/12 (ukuran jadi), atau disesuaikan dengan
gambar.
12.5 Detail-detail kusen dan sambungan material lain harus disesuaikan dengan
tipe pintu yang akan terpasang kusen harus lurus dan siku.
12.6 Semua kusen tidak dibenarkan dipulas dengan cat, vernis maupun menie
sebelum diperiksa dan diteliti oleh Direksi.
12.7 Angker-angker dan dok kusen yang dipakai harus sesuai dan memenuhi
syarat yang telah ditentukan dalam bab untuk pekerjaan ini.
12.8 Pemborong harus memperhatikan dan menjaga supaya bidang-bidang kayu
yang terlihat tidak boleh ada lubang-lubang paku bekas penyetelan
penunjang ataupun penyiku.
12.9 Setelah dipasang perlu diberi bahan pelindung terhadap benturan.
12.10 Rangka daun pintu dari kayu jati ukuran disesuaikan dengan gambar-
gambar detail untuk rangka kayu yang mendatar diberi lubang hawa.
12.11 Teak plywood digunakan sebagai panil, untuk ditempelkan pada rangka
dengan menggunakan perekat kayu.
12.12 Untuk panil kaca diperhatikan detail-detail dan ukuran-ukuran dari loot
yang dipasang.
12.13 Pemasangan /penyetelan semua daun pintu dalam kusen harus baik celah
sponing merata sama ialah 2 mm dan lurus.
12.14 Tebal daun pintu yaitu rangka berikut lapisan bak plywood yang terpasang
ialah sesuai dengan gambar setelah diserut.
12.15 Khusus untuk pintu toilet pada bagian dalam, ditempelkan formica pada
rangka pintu yang telah dilapisi dengan triplek.
12.16 Bingkai daun pintu-pintu kaca, adalah kayu jati.

13. Kusen Aluminium


13.1 Bahan dari aluminium Extrusion Alloy A-6063 TS.
13.2 Anodizing analok dengan tebal 18 micron.
13.3 Proses fabrikasi dan assembling harus sesuai dengan produksi system
nickel aluminium Japan seperti tercatum pada gambar.
13.4 Penggunaan accessories harus memenuhi persyaratan-persyaratan
terhadap :
- Kekuatan beban angin 100 kg/m2 dengan disertai perhitungannya.
- Ketahanan terhadap air untuk setiap jenis dengan disertai hasil test.
- Kebocoran terhadap udara untuk setiap jenis dengan disertai hasil test.
- Bahan lain yang dipakai :
Sekrup-sekrup dari stainless steel.
Weather strip dari vynil.
Pengikat alat-alat gantung.
Alluminium harus ditutup coulking dan sealand.
13.5 Kekuatan yang diizinkan :
- Jenis : sliding window dan projected out.
- Lubang angin : 100 kg/m2.
- Ketahanan terhadap kebocoran udara. : 15 m2/ Hr.m.
- Tekanan terhadap kebocoran air : 15 kg/m2.

14. Pekerjaan Plesteran


14.1 Plesteran tembok baru boleh dilakukan sesudah selesainya pemasangan
pipa-pipa saluran air dan pipa listrik.
14.2 Untuk tembok pasangan bata yang akan diplester harus dibasahi dengan
air terlebih dahulu sampai jenuh. Siar-siar dibersihkan, dikeruk masuk
dalam 1 cm.
14.3 Plesteran yang digunakan :
- untuk tembok bagian dalam/luar pada umumnya dipakai campuran 1
pc : 5 psr.
- Untuk tepi sudut campuran 1 pc : 4 psr.
- Untuk beton campuran 1 pc : 3 psr.
14.4 Untuk pasangan TRASRAAM, termasuk beton pada toilet, wc, urinoir dan
kamar mandi campuran 1 pc : 2 psr. Setinggi 1,5 meter dari lantai.
14.5 Bagian beton yang akan diplester terlebih dahulu harus dikasarkan dengan
pahat sebelum diplester dibasahi dahulu dengan air semen ancer.
14.6 Acian / penyelesaian plesteran, baru boleh dikerjakan setelah plesteran
cukup kering minimal selama 7 hari, sehingga cukup waktu bagi adukan
yang akan menyusut, untuk acian dipakai acian semen / pc. Murni.

15. Pintu Metal

15.1 Bahan pintu terbuat dari metal. Digunakan untuk lobang pintu yang lebar
dan tinggi, ruang-ruang khusus seperti ruang panel, genset, mesin, atau
sesuai dengan kebutuhan yang tertera pada gambar kerja.
15.2 Bahan metal dapat berupa lembar plat besi/baja, bilah-bilah besi/baja,
pipa besi, lembar plat alluminium, bilah-bilah aluminium atau pipa
aluminium.
15.3 Bentuk-bentuk pintu metal dapat berupa daun pintu, rolling door, folding
gate atau seperti yang tertera dalam gambar kerja atau petunjuk pemberi
tugas.
15.4 Persyaratan teknis pintu metal mengacu kepada gambar kerja atau
spesifikasi teknis yang dibuat oleh produsen.
15.5 Bahan pintu metal harus mempunyai kualitas terbaik (klas I) dan
merupakan produk dalam negeri.
15.6 Finishing pintu metal untuk aluminium dapat dicat atau tanpa cat dan
untuk besi/baja harus dicat. Warna cat akan ditentukan kemudian oleh
Direksi. Pemasangan pintu metal harus lengkap dengan semua accessories
(kosen, kunci-kunci, roda dan alat bantu lainnya).
15.7 Pemborong diharuskan menyampaikan spesifikasi teknis/brosur dari
produsen pada waktu penawaran.
15.8 Material yang akan dipasang harus disetuui oleh Direksi/pengawas dan
harus sesuai dengan penawaran yang diajukan.

G. PEKERJAAN KHUSUS PENUTUP ATAP

1. Plat Beton dengan Lapis Kedap Air


1.1. Plat atap beton
1.1.1 Bahan-bahan yang dipakai harus mempunyai kualitas sesuai
dengan yang disyaratkan pada pasal 8.1 tentang beton bertulang.
1.1.2 Tebal minimum plat untuk atap adalah 7 cm dan untuk plat lantai
adalah 12 cm, kecuali jika tebal plat tersebut ditentukan lain yang
harus memnuhi persyaratan PB1 1971, yaitu :
- Pembatasan tulangan (pasal 11.2 ayat 2 atau pasal 12.2 ayat 3).
- Syarat kelakuan (pasal 10.5)
- Syarat Ketahanan terhadap kebakaran (pasal 7.3)
1.1.3 Dengan memperhatikan jarak antara batang tulangan (pasal 8.16
ayat 2. PBI l971), maka dalam segala hal tulangan plat,termasuk
tulangan pembagi, tidak boleh diambil kurang dari pada yang
diperlukan untuk memikul susut dan perubahan suhu.
1.1.4 Luas tulangan ini harus diambil minimum 0,25 % dari luas beton
yang ada.
1.1.5 Pembagi yang dipasang secara tegak lurus dengan tulangan
pokoknya. Mutu baja tulangan pembagi ini harus sama dengan
mutu baja tulangan pokok.
1.1.6 Bila rnutu bajanya berbeda. Maka persentase luas tulangan pembagi
tersebut harus diambil 2x perbandingan kekuatan rencana baja
tulangan pokok dan baja tulangan pembagi.
1.1.7 Pada plat yang dicor ditempat. Diameter dari baja tulangan pokok
dari Jenis baja lunak dan baja sedang harus diambil minimum 8
rnrn dan dari tulangan pembagi minimum 6 mm, dan bila dari
tulangan baja Keras maka diameternya diambil minimum 5 mm
untuk tulangan pokok dan minimum 4 mm untuk tulangan
pembagi.
1.1.8 Semua plat harus juga diberi tulangan bawah walaupun pelat
tersebut hanya menerima beban momen negatif. Jumlah tulangan
bawali ini harus diambil minimum sama dengan tulangan yang
diperlukan oleh plat tersebut bila memikul beban vertical yang sama,
dengan tepi-tepinya terjepit penuh.
1.1.9 Sebelum dilakukan pengecoran tulangan bawah harus diberi ganjal
dari batu tahu untuk memberi jarak selimut beton. Juga untuk
memberi jarak yang ditentukan antara tulangan atas dan bawah,
harus diberi besi cakar ayam.
1.1.10 Untuk mengetahui ketebalan pengecoran beton, harus diberi papan-
papan penunjuk ketebalan, setelah didapat kedalaman yang
Ditentukan maka papan tersebut harus segera diambil.

1.2 Pekerjaan lapisan kedap air atap


1.2.1 Bahan merupakan lembaran kedap air (semi rigid membrane)
Berukuran 3 m x 1 m tebal 2,5 mm dengan bahan utama asbestos
yang dibalut asphal bitumen yang dikompres / ditekan.
1.2.2 Susunan konstruksi sederhana baik dalam pelaksanaan maupun
perbaikan.
1.2.3 Penyambungan overlapping dan homogin, tahan api, mudah
dibentuk, trafficable sehingga memungkinkan diadakan kegiatan
pemeliharaan gedung diatas atap.
1.2.4 Dalam situasi dan kondisi normal tidak diperlukan
pemeliharaan/perawatan.
1.2.5 Bahan lapisan ringan dan tahan terhadap pengaruh sinar ultraviolet
matahari, sehingga tidak memerlukan lapisan tambahan diatasnya.
1.2.6 Perubahan warna lapisan kedap air tidak lebih dari 6 bulan dan
seterusnya warna tidak berubah lagi.
1.2.7 Permukaan plesteran yang ada harus diperbaiki dari
keroposan,keretakan. Pada bidang datar yang terdapat genangan air
perlu diratakan.
1.2.8 Bila kemiringan permukaan plesteran belum memenuhi
persyaratan, perlu diadakan plestaran baru untuk mencapai
kemiringan yang memenuhi syarat. Kemiringan plesteran tersebut
.% dengan adukan semen pasir l:4 dan menggunakan obat
perekat (calbond) atau sejenis.
1.2.9 Pemasangan adukan 1 : 3 pada sudut-sudut bidang datar dan
bidang tegak untuk mengurangi lipatan bahan lapisan kedap air.
1.2.10 Lapisan kedap air yang merupakan exposed membrane dipasang Di
atas permukaan yang telah diperbaiki seperti tersebut diatas Setelah
plesteran baru tersebut mencapai masa curing minlmal 28 Hari.
1.2.11 Perbaikan dan penambahan lubang-lubang saluran air hujan bila
diperlukan.
1.2.12 Pembersihan segala sisa-sisa bahan yang ada / kotoran-kotoran
sebelum pemasangan lapisan kedap air.

1.3 Penutup Atap Sirap


1.3.1 Pada semua permukaan bidang atap, pemasangan sirap dilakukan
minimum 3 lapis dengan sudut kemiringan atap 25 derajat.Setiap
sisinya diserut rata.
1.3.2 Bahan paku adalah tembaga atau kuningan.
1.3.3 Diatas kaso dipasang triplex, kemudian diberi lapisan aluminium foil
kemudian diberi reng dengan jarak l5 cm.
1.3.4 Tiap satu lembar sirap dipaku dengan 2 buah paku (ditambah
dengan paku-paku dari lapisan yang diatasnya).
1.3.5 Pemakuan sirap dilakukan lapis demi lapis.
1.3.6 Perletakan sirap tersebut harus menurut suatu garis lurus yang
Sejajar.
1.3.7 Nok dan jurai dari seng harus dipasang teliti agar tidak terjadi
Kebocoran.

2 Penutup Atap Lembaran Metal Tanpa Lobang Baut


2.1 Ketebalan minirnum 0,55 mm.
2.2 Warna coklat tua / antik, kecuali ditentukan lain.
2.3 Bahan metal memanjang ke arah kemiringan tanpa sambungan dengan
kemiringan 25 derajat.
2.4 Sambungan kearah mendatar dengan overlap satu gelombang.
2.5 Jarak gording maximum 1,2 m.
2.6 Pemasangan dengan perlengkapan pengikat yang disekrup pada gording
tanpa memaku/mensekrup lembaran metal itu sendiri.
2.7 Hubungan dengan jenis bahan itu sendiri dengan rnemperhatikan jangan
sampai terjadi kebocoran.
2.8 Pelapisan isolasi (sisalation) adalah antara gording dengan penutup atap,
kecuali bila tidak diperlukan.

3 Penutup Atap Lembaran Metal dengan Baut


3.1 Bahan yang digunakan dengan ketebalan 0,5 mm.
3.2 Wama coklat tua / antik, kecuali ditentukan lain.
3.3 Bahan metal memanjang kearah kemiringan tanpa sambungan dengan
kerniringan 25 derajat, sambungan kearah mendatar dengan overlap satu
gelombang.
3.4 Jarak gording maximum 1,7 m dan 1,3 m untuk overlap.
3.5 Pemasangan baut dibagian atas dan diberi ring karet untuk menghindari
kebocoran.
3.6 Hubungan dari jenis bahan itu sendiri dengan memperhatikan jangan
sampai terjadi kebocoran.
3.7 Pelapisan isolasi (sisalation) adalah antara gording dengan penutup atap
kecuali bila tidak diperlukan.

4 Penutup Atap Asbes Gelombang

4.1 Mutu bahan asbes yang dipakai harus sekwalitas dengan harflek (Klas I)
dengan tebal minimum 6 mm.
4.2 Pemasangan baut dibagian atas dan diberi ring karet untuk Menghindari
kebocoran.
4.3 Sambungan kearah mendatar dengan overlap 1,5 gelombang.
4.4 Sambungan kearah kemiringan rninimal 15 cm.
4.5 Jarak antara gording 1m.
4.6 Kemiringan atap adalah 25 derajat.
4.7 Pemasangan bubungan harus teliti terhadap kebocoran.
4.8 List plank yang dipakai dari kayu dengan ketebalan 2.5 cm atau list plank
asbes datar dengan rangka kayu 4 6 (lihat garnbar kerja).

5 Penutup Atap Seng Gelombang


5.1 Bahan yang dipakai adalah seng BJLS 50 yang telah memenuhi syarat SII.
5.2 Lembaran seng tersebut dipakukan dikasau-kasau dengan paku seng.
5.3 Sambungan antara seng harus diberi jarak l5 cm.
5.4 Kemiringanatapadalah25derajat,kecualidisyaratkanlain.
5.5 Setelah pemasangan selesai harus diberi cat meni, kemudian dicat dengan
warna coklat tua atau ditentukan lain.

6 Penutup Atap Genting


6.1 Genting yang dipakai dari genting pres dengan kualitas baik. terbakar
matang dan mempunyai ukuran dan bentuk yang sama.
6.2 Dipasang diatas reng dengan jarak antara reng sejarak 20 cm rata
kemiringan 25 derajat, kecuali dipersyaratkan lain.
6.3 Pemasangan hubungan harus teliti terhadap kebocoran.
6.4 List plank yang dipakai dari kayu dengan ketebalan 2.5 cm.
7 Penutup Atap Genting Beton
7.1 Mutu bahan yang dipaliai harus berkualitas baik, dan mempunyai ukuran
dan bentuk yang sama.
7.2 Dipasang diatas reng, dengan jarak antara teng 25 cm, rata dengan
kemiringan 25 derajat,kecuali dipersyaratkan lain dengan cara disekrup.
yang dipakai adalah 3/4.
7.3 Pemasang fan hubungan harus teliti terhadap kebocoran.
7.4 List plank yang dipakai dari kayu dengan ketebalan 2,5 cm atau dari bahan
genting beton sendiri.

8 Penutup Atap genting Metal


8.1 Genting yang dipakai terbuat dari bahan metal berbentuk lembaran genting
dengan pelapisan atau tanpa pelapisan.
8.2 Mutu bahan harus berkualitas baik, mempunyai ukuran bentuk dan warna
yang sama.
8.3 Dipasang diatas reng dengan ukuran 3/4 dengan iarak reng 25 cm-30 cm,
rata dengan kemiringan 25 derajat dipaku pada reng atau sesuai dengan
persyaratan lain yang ditentukan oleh Direksi.
8.4 Berhubungan yang dipakai juga terbuat dari bahan metal.Pemasangan
harus teliti terhadap kebocoran.Bentuk,warna dan ukuran disesuaikan
dengan pemakaian genting atau dipersyaratkan lain dari petunjuk Direksi
8.5 List plank yang dipakai dari bahan kayu dengan ketebalan 2,5 cm dari
bahan genteng metal sendiri.

H. PEKERJAAN KHUSUS TALANG

1. Pekerjaan talang horizontal dengan aluminium


1.1 Talang atap ini dibuat dari lembaran aluminium datar 0,5 mm tanpa
sambungan memanjang.
1.2 Papan talang dipakai papan kayu local kualitas sejenis kruing setebal
minimum 2 cm dan papan tersebut sebelum dipasang talang, harus terlebih
dahulu diresidu.
1.3 Pemasangan papan harus disusun kemiringannya sedemikian rupa sehingga
air dengan mudah mengalir dengan lancar.
1.4 Saringan talang yang digunakan adalah saringan dari kuningan tebal 5 mm
dengan ukuran dan bentuk diameter talang vertical.
1.5 Pemasangan dihindarkan adanya tekukan tajam dari lembaran aluminium
yang dapat mengakibatkan kerusakan.

2. Pekerjaan talang horizontal dengan seng


2.1 Talang atap ini dibuat dari seng BJLS 50.
2.2 Papan talang dipakai papan kayu lokal kualitas sejenis kruing setebal
minimum 2 cm dan papan tersebut sebelum dipasang talang, harus terlebih
dahulu dicat menie.
2.3 Pemasangan papan harus disusun sedemikian rupa sehingga air dengan
mudah mengalir dengan lancar.
2.4 Saringan talang yang digunakan adalah saringan dari kuningan tebal 5 mm
dengan ukuran dan bentuk yang sama dengan diameter talang vertical.
2.5 Sambungan memanjang harus ditekuk dan dipatri.

3. Pekerjaan talang vertical dengan seng


3.1 Saluran talang dibuat dari seng BJLS 50 dengan diameter dan bentuk sesuai
gambar dipasang tegak menempel pada dinding dengan cara di klem.
3.2 Pipa talang dari seng tersebut harus dicat dengan cat menie berkualitas baik
dan selanjutnya difinis dengan cat besi dengan warna sesuai dengan warna
tembok yang bersangkutan kecuali ditentukan lain.
3.3 Setiap talang vertical harus diberi bak kontrol dibawahnya sehingga
memudahkan pengaliran dan pembersihan.

4. Pekerjaan talang vertical dengan pralon


4.1 Saluran talang dibuat dari pipa pralon dengan diameter sesuai dengan
gambar dipasang tegak menempel pada dinding dengan cara diklem, tebal
pralon adalah 5 mm.
4.2 Pipa pralon ini harus dicat dengan warna yang sesuai dengan warna tembok
yang bersangkutan kecuali ditentukan lain.
4.3 Setiap talang vertical harus diberi bak kontrol dibawahnya sehingga
memudahkan pengaliran dan pembersihan.
5. Pekerjaan talang vertical dengan baja galvanize
5.1. Saluran talang dibuat dari pipa baja galvanize dengan diameter sesuai
gambar, dipasang tegak menempel pada dinding dengan cara diklem.
5.2. Pipa baja galvanize ini harus dicat menie berkualitas baik dan selanjutnya
difinis dengan cat besi dengan warna yang sesuai warna tembok yang
bersangkutan atau ditentukan lain.
5.3. Setiap talang vertical harus diberi bak kontrol dibawahnya sehingga
memudahkan pengaliran dan pembersihan.

I. PEKERJAAN KHUSUS LANGIT-LANGIT


1. Rangka langit-langit
1.1 Rangka plafon dibuat dari kayu klas II produksi setempat 5/10 untuk
rangka tembok, dan kayu klas II untuk lainnya dengan bentuk serta cara
pemasangan sesuai dengan gambar untuk itu.
1.2 Seluruh rangka kayu diserut kasar tetapi rata dan lurus dengan
menggunakan mesin serut dan pada bagian bawahnya diserut halus dan
pemasangan dengan menggunakan sistim klos yang dibuat dari reng ukuran
2x3 cm dan paku serta seluruh rangka digantungkan dengan baik pada
rangka kuda-kuda.
1.3 Pola pemasangan rangka langit-langit sesuai dengan gambar untuk itu dan
setelah rangka langit-langit terpasang, bidang permukaan rangka harus rata,
lurus, waterpas dan tidak ada bagian-bagian yang bergelombang.
1.4 Seluruh permukaan kayu rangka langit-langit dicat dengan menggunakan
cat residu atau solinem ex dalam negeri.
1.5 Apabila bahan penutup langit-langit dipasang dengan diberi naad/skoneng
antara unit-unit bahan langit-langit, maka bagian bawah rangka langit-langit
yang nantinya terlihat terlebih dahulu dirapikan dengan dempul atau diberi
lapisan triplek yang dipasang dengan baik dan sambungan-sambungan unit
tripleknya rata dan halus, sedemikian rupa sehingga setelah langit-langit
terpasang, naad terlihat rapi dan tidak ada celah-celah pada sambungan
rangka langit-langit.
1.6 Pada pertemuan dengan dinding, maka dipasangi profil kayu tebal 1,5 cm
dengan sisi-sisi sesuai dengan gambar.
1.7 Rangka langit-langit juga dapat terbuat dari bahan aluminium atau metal
dengan profil C (canal) yang khusus digunakan untuk rangka langit-langit.
1.8 Ukuran rangka aluminium atau profil C mengikuti spesifikasi teknis bahan
langit-langit yang akan dipakai dari produsen bahan langit-langit tersebut.
1.9 Ketentuan teknis lebih lanjut harus mengikuti petunjuk-petunjuk pada
gambar kerja atau spesifikasi teknis dari produsen /pabrik.

2. Penutup langit-langit dengan Triplek/Multiplek/Plywood/Teakwood


2.1 Bahan penutup Langit-langit triplek, yang digunakan adalah triplek tebal 6
mm atau ukuran lain sesuai gambar atau setaraf Ex. Dalam negeri jenis
dengan ukuran, bentuk dan pola pemasangan sesuai dengan gambar untuk
itu.
2.2 Mutu kayu lapis (Multiplek/Plywood/Teakwood) harus kualitas terbaik
menurut standarisasi Departemen Perdagangan/Departemen Perindustrian.

3. Penutup Langit-langit Dengan Asbes


3.1. Bahan penutup dengan langit-langit Asbes yang digunakan 5 mm atau
ukuran lain sesuai gambar atau setaraf ex dalam negeri. Mutu asbes harus
kualitet terbaik menurut standarisasi Industri Indonesia.
3.2. Dihindarkan pemasangan asbes yang tepinya tidak rata (retak, terkikis).

9 Penutup langit-langit dengan gypsum


9.1. Bahan penutup langit-langit adalah lembaran papan gypsum dengan
ketebalan 9 mm-12 mm atau dipersyaratkan lain pada gambar.
9.2. Mutu papan gypsum harus berkualitas terbaik (kelas 1) yang memenuhi
standarisasi departemen perdagangan-perindustrian atau telah mempunyai
sertifikat SNI-511.
9.3. Cara-cara pemasangan harus mengikuti petunjuk pada gambar kerja atau
persyaratan/ petunjuk dari produsen.
9.4. Dapat dipasang pada rangka kayu, rangka aluminium atau profil C (canal).
9.5. Perlu persetujuan Direksi/pengawas pada waktu pemasukan materi.

10 Penutup langit-langit dengan akustik


10.1. Bahan penutup langit-langit adalah lembar papan akustik dengan
ketebalan 9 mm dan berukuran 60 x 120 atau 60 x 60 cm.
10.2. Mutu papan akustik harus berkualitas terbaik (kelas 1) yang memenuhi
standarisasi departemen perdagangan-perindustrian atau telah mempunyai
sertifikat SNI-511.
10.3. Cara-cara pemasangan harus mengikuti petunjuk pada gambar kerja atau
persyaratan/ petunjuk dari produsen.
10.4. Dipasang pada rangka metal / aluminium.
10.5. Perlu persetujuan direksi / pengawas pada waktu pemasukan materi.

J. PEKERJAAN KHUSUS SANITASI


1. Washtafel
1.1 Washtafel yang digunakan adalah semutu merk KIA lengkap dengan segala
accessorisnya seperti tercantum dalam brosurnya, warna putih, kecuali
ditentukan lain.
1.2 Washtafel dan perlengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi
baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat lainnya.
1.3 Ketinggian dan konstruksi harus disesuaikan dengan gambar untuk itu,
serta petunjuk-petunjuk dari produsen dalam brosur. Pemasangan harus
baik, rapi, waterpas dan dibersihkan dari semua kotoran dan noda serta
penyambungan instalasi plumbingnya tidak boleh ada kebocoran-
kebocoran.
1.4 Ada daerah-daerah dimana washtafel dipasang lebih dari satu, harus
dibuat/disatukan dengan satu meja beton. Ukuran-ukuran disesuaikan
dengan gambar.

2. Urinoir
2.1 Urinoir berikut kelengkapannya yang digunakan adalah semutu dengan
type-type merk KIA dalam negeri, warna standar putih, kecuali ditentukan
lain.
2.2 Urinoir yang dipasang adalah urinoir yang telah diseleksi dengan baik,
tidak ada bagian-bagian yang gompal, retak dan cacat-cacat lainnya.
2.3 Pemasangan urinoir pada tembok menggunakan baut ficher atau ramset
dengan baut kuningan atau stainless steeldengan ukuran yang cukup
untuk menahan beban seberat 15 kg tiap baut.
2.4 Setelah urinoir dipasang, letak dan ketinggian pemasangan harus sesuai
dengan gambar untuk itu, baik waterpassnya
2.5 Semua celah-celah yang mungkin ada antara dinding dengan urinal
ditutup dengan semen yang berwarna sama dengan urinal. Semua noda-
noda semen dan lain-lainnya dibersihkan dengan sempurna.
2.6 Sambungan instalasi pumblingnya harus baik, tidak ada kebocoran-
kebocoran air.

3. Kloset
3.1 Kloset duduk berikut segala kelengkapannya yang dipakai adalah semutu
merk KIA ex Dalam negeri, warna standar akan ditentukan kemudian.
3.2 Kloset beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi
dengan baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat lainnya dan
disetujui oleh Direksi lapangan.
3.3 Untuk dudukan dasar kloset dipakai papan jati tua atau jenis kayu yang
sederajat, tebal 3 cm dan telah dicelup dalam larutan pengawet tahan air,
dibentuk seperti dasar kloset. Kloset disekrupkan pada papan tersebut
dengan sekrup kuningan.
3.4 Kloset jongkok yang dipasang adalah semutu merk KIA ex Dalam negeri,
warna standar akan ditentukan kemudian.
3.5 Kloset jongkok yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik,
tidak ada bagian yang rusak atau cacat dan telah disetujui oleh Direksi.
3.6 Kloset jongkok dipasang pada lantai kamar mandi atau toilet yang
dinaikkan 10-20 cm atau sesuai dengan gambar kerja.

4. Keran
4.1 Semua keran yang dipakai adalah semutu merk KIA ex Dalam negeri atau
setaraf dengan chormed finish Ukuran disesuaikan dengan keperluan
masing-masing sesuai gambar plumbing dan brosur alat-alat sanitair.
Keran-keran tembok dipakai yang berleher panjang dan mempunyai ring
dudukan yang harus dipasang menempel pada dinding. Keran-keran yang
dipasang dihalaman harus mempunyai ulir untuk sambungan selang.
Selang-selang untuk metal sink diruang saji dan dapur disambung dengan
pipa leher angsa (extension).
4.2 Stop keran yang dapat digunakan semutu merkKitazawa ex Jepang, bahan
kuningan dengan putiran berwarna hijau, diameter dan penempatan sesuai
dengan gambar untuk itu.
4.3 Keran-keran harus dipasang pada pipa air bersih dengan kuat, siku,
penempatannya harus sesuai dengan gambar-gambar untuk itu.

5. Floor Drain
10.1 Floor drain yang digunakan adalah semutu dengan merk SANEI ex Dalam
negeri, metal verchroom, lubang diameter 2 inchi dilengkapi dengan siphon
dan penutup berengsel.
10.2 Floor drain dipasang ditempat-tempat sesuai dengan gambar untuk itu.
10.3 Floor drain yang dipasang telah diseleksi dengan baik, tanpa cacat dan
telah disetujui oleh Direksi lapangan.
10.4 Pada tempat-tempat yang telah dipasang floor drain, penutup lantai harus
dilubangi dengan rapih, menggunakan pahat kecil dengan bentuk dan
ukuran sesuai dengan ukuran floor drain tersebut.
10.5 Hubungan saringan metal dengan beton/lantai menggunakan perekat
beton kedap air.
10.6 Setelah floor drain terpasang, pasangan harus rapi waterpass, dibersihkan
dari noda-noda semen dan tidak ada kebocoran.

6. Jaringan Air Bersih

6.1 Jaringan air bersih dilengkapi dengan katup pengaman beserta bak
pengontrolnya untuk jaringan distribusi yang masuk kedalam bangunan.
6.2 Jaringan pipa galvanize yang tertanam dalam tanah, dipasang pada
kedalaman minimum 60 cm untuk diameter 4 inchi dan yang lebih besar,
dan pada kedalaman minimum 40 cm untuk diameter 3 inchi dan yang
lebih kecil.
6.3 Pipa-pipa tersebut diberi pondasi untuk tumpuan, terbuat dari pasangan
pondasi 1 pc : 3 pc : 5 kr pada setiap jarak 3 m dan pada sambungan-
sambungan dan pada belokan-belokan.
6.4 Jaringan utama pipa baja galvanize (G.I.P) tegak dipasang melalui shaft
yang disediakan, jaringan pembagi yang melalui dinding harus tertanam
pada /dalam lapisan plesteran.
6.5 Jaringan pipa baja galvanize (G.I.P) yang tegak lurus dan yang tergantung
dalam bangunan dipasang dengan klem-klem / angker baut setiap jarak 2
m yang tertanam kuat pada bangunan.

7. Jaringan Air Kotor


7.1. Untuk saluran air kotor juga digunakan pipa PVC dengan ketebalan 5 mm
semutu merk pralon atau benlon, produksi Dalam negeri. Pemilihan salah
satu merk produksi adalah mengikat untuk seluruh proyek.
7.2. Jaringan-jaringan harus dilengkapi dengan pipa hawa (vent) sesuai
gambar. Pipa hawa harus dipasang sekurang-kurangnya 15 cm dari muka
banjir alat sanitair tertinggi, dengan kemiringan 2 %. Pipa hawa yang
menembus atap harus dibuat tahan cuaca, ujung atas terletak 15 cm
diatas muka atap. Untuk vent pipa dipakai PVC.
7.3. Sambungan-sambungan pipa PVC memakai system Spigot atau system
susuk dengan perekat solvent semen.
7.4. Sambungan-sambungan pipa tanah harus diberi penguat pondasi
pasangan bata (1 ps : 2 ps) sampai kuat yang menyelimuti sekeliling pipa
dan kemudian diselimuti pasir urug.
7.5. Setip titik simpul T,Y dan X harus diberi lubang pembersih (clean out)
untuk memudahkan pemeliharaan.
7.6. Kemiringan jaringan pipa-pipa mendatar untuk air kotoran dan air hujan
adalah 1 2 %.

8. Bak Kontrol Untuk Air Hujan, Air Kotor dan Air Limbah
8.1 Bak-bak kontrol dibuat dengan bentuk, ukuran seperti gambar, terbuat
dari pasangan bata 1 ps : 2 ps atau beton menurut gambar, dengan
kedalaman sesuai kebutuhan, diplester kedap air, ditutup dengan plat
beton atau grill besi strip dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan
gambar untuk itu.
8.2 Permukaan bak kontrol adalah sama dengan permukaan rumput, lantai
atau bidang lainnya.
8.3 Grill besi terbuat dari besi strip 50,5 mm, disusun berjejer setiap 3 cm,
diberi bingkai besi siku 50.50.5, ditengah diberi batang pengikat untuk besi
strip terbuat dari besi diameter inchi secukupnya.

9. Sistem Gantungan
9.1 Seluruh jaringan air bersih baik horizontal dan vertical maupun yang
tergantung harus diklem ketembok atau sekeliling dengan klem yang cukup
kuat minimal berjarak 1 m.
9.2 Dalam system jaringan air kotor, seluruh jaringan tegak harus diklem
dengan kuat minimal sejarak 1 m, sama halnya dengan yang datar, dimana
jaringan datar harus diberi kemiringan 5-10 %.
9.3 Untuk talang air hujan sama dengan system jaringan air bersih.
9.4 Untuk pipa tanah septic tank tidak diperlukan penggantung.

10. Saluran Air Halaman


10.1 Bahan yang digunakan pasir, kerikil, semen, batu kali dan besi beton grill.
Bahan-bahan tersebut haruslah baik, tidak cacat atau rusak dan telah
disetujui oleh Direksi lapangan.
10.2 Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan gambar dan syarat-syarat yang
ditentukan dalam pekerjaan pasangan lainnya.

11. Saluran air halaman


Saluran air halaman terdiri dari 3 macam, yaitu saluran air halaman terbuka,
saluran air halaman terbuka dengan pasangan dan saluran air halaman tertutup.

12. Saluran air halaman terbuka


12.1 Pekerjaan galian tanah biasa untuk pembuatan saluran air halaman.
12.2 Bentuk penampang saluran trapesium.
12.3 Ukuran, lebar, tinggi penampang saluran seperti yang tertera pada gambar
kerja.
12.4 Sisi tegak atau sisi miring dikiri-kanan saluran ditanami rerumputan
untuk menghindari erosi.
12.5 Kemiringan saluran agar memperhatikan arah aliran air dan tempat
pembuangan atau penampunganya atau mengikuti petunjuk Direksi.

13. Saluran air halaman terbuka dengan pasangan


13.1. Galian tanah biasa untuk pembuatan saluran air halaman.
13.2. Bentuk penampang saluran dapat berupa segi 4 atau trapesium, atau
seperti yang tertera pada gambar kerja.
13.3. Pasangan yang digunakan dapat berupa pasangan batu kali, pasangan
batu bata, pasangan bataco atau dengan beton bertulang.
13.4. Pasangan ditempatkan pada 3 sisi saluran (sisi tegak kiri dan kanan serta
alas/dasar saluran).
13.5. Bentuk, tebal dan ukuran pasangan mengikuti seperti yang tertera pada
gambar kerja.
13.6. Kemiringan saluran agar memperhatikan arah aliran dan tempat
pembuangan atau mengikuti petunjuk Direksi.

14. Saluran air halaman tertutup


14.1 Galian tanah biasa untuk pembuatan saluran air halaman.
14.2 Bentuk penampang saluran dapat berupa segi 4 atau trapesium dengan
penutup diatasnya atau bentuk-bentuk lainnya seperti yang tertera pada
gambar kerja
14.3 Saluran air halaman tertutup dibuat dengan pasangan batu bata, batu kali,
bataco atau beton bertulang dan dengan penutup bagian atasnya dari
beton bertulang, gril besi profil atau plat besi baja yang dapat diangkat.
14.4 Saluran air halaman tertutup ini juga dapat berupa gorong-gorong.
14.5 Kemiringan saluran agar diperhatikan arah aliran air dan tempat
pembuangan atau penampangnya atau mengikuti petunjuk Direksi.

15. Pekerjaan Septic Tank dan Rembesan


15.1 Septic dibuat dari beton bertulang menurut gambar-gambar untuk itu,
beton yang harus dipakai adalah beton kedap air (1 pc : 1,5 ps : 2,5 kr)
sesuai dengan spesifikasi untuk itu.
15.2 Bagian atas dari septic tank diberi penutup dari beton bertulang menurut
PBI 71, diperhitungkan beban atasnya 300 kg/m2. Diberi tempat untuk
pemeriksaan yang ditutup dengan beton plat yang diberi pengangkat, dan
diberi pipa hawa dari pipa besi diameter 2.
15.3 Bentuk, ukuran septic tank dan kedalamannya dibuat sesuai dengan
gambar untuk itu dan menurut instruksi dari Direksi lapangan.
15.4 Setelah septic tank jadi, dipasang pipa limpahan tidak berlubang sepanjang
2 m kemudian disambung dengan pipa rembesan dari pipa tanah liat bakar
sepanjang minimum 4 m dan bagian bawah dari pipa rembesan diberi
lapisan ijuk, pasir, batu kali belah/ batu karang, satu sama lainnya sesuai
gambar untuk itu.

16. Pekerjaan Sanitair


16.1 Pekerjaaan ini meliputi pelaksanaan pemasangan alat-alat sanitair
penyediaan bahan / alat-alat dan tenaga.
16.2 Barang yang dipakai :
Jenis barang type warna
Closet monoblock type warna
Closet jongkok type warna
Washtefal type warna
16.3 Semua material sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Direksi
untuk mendapatkan persetujuan.
16.4 Semua material harus dapat dipertanggung jawabkan dari segi kualitas dan
harus memenuhi ukuran standar dan mudah pasaran.
16.5 Pemasangan harus dikerjakan dengan rapih, terutama penyambungan
dengan saluran air bersih harus rapih dan sempurna.
16.6 Ketinggian dan konstrruksi pemasangan harus disesuaikan dengan
gambar. Pada tiap WC harus dilengkapi pula dengan kran 1 buah (tidak
termasuk stop kran untuk mono block).
16.7 Untuk satu kelompok toilet harus dibuat satu buah septic tank,
penempatan sesuai gambar.
16.8 Ukuran dalam septic tank lebar dan panjang sesuai dengan gambar dibuat
dari pasangan batu bata bata dan kedap air.
16.9 Untuk septic tank dilengkapi dengan sebuah sumur peresap ukuran sesuai
dengan gambar dibuat dari batu kali pecahan dan koral serta dibungkus
dengan ijuk.

17. Pekerjaan Saluran Air Bersih


17.1 Pemasangan pipa air bersih dan keran-keran pada semua keperluan
sanitair dilaksanakan untuk pipa air bersih yang diambil dari saluran
induk yang ada dengan pipa 01 sedang untuk saluran pembagi dengan
pipa .
17.2 Keran-keran air dipergunakan produksi dengan kualitas yang baik.
17.3 Penyambungan dan instalasi air dalam, sampai ke resevoir atau saluran
bersih yang ada lengkapdengan stop keran dan bak meternya sesuai
dengan gambar.
17.4 Pemasangan harus dikerjakan dengan rapih, sehingga tidak mengalami
kebocoran.

K. PEKERJAAN KHUSUS LISTRIK


1. Instalasi Kabel / Wiring
1.1 Semua kabel satu harus memenuhi persyaratan PUIL/VDE Semua kabel /
kawat harus baru dan harus jelas ditandai mengenai ukurannya, jenis
kabelnya, nomor dan jenis pintalannya. Semua kawat dengan penampang 6
mm2 keatas haruslah dipilin (stranded) Instalasi ini tidak boleh memakai
kawat dengan penampang lebih kecil dari 2,5 mm2 Kecuali dipersyaratkan
lain, konduktor yang dipasang adalah dari type
1.2 Untuk instalasi penerangan NYA/NYM
1.3 Untuk kabel distribusi dan penerangan taman NYA/NYM
1.4 Semua kabel harus ada didalam konduit, cable tray, cable trench, cable
rack dan diklem.
1.5
2. Splice / percabangan
2.1 Tidak diperkenankan adanya splice atau pun sambungan-sambungan
baik dalam feeder maupun cabang-cabang kecuali pada outlet atau kotak-
kotak penghubung yang bisa dicapai (accessible)
2.2 Sambungan pada kawat circuit cabang harus dibuat secara mekanis dan
harus teguh secara electris dengan cara-cara solderless connector Jenis
kabel tekanan, jenis compression atau soldered
2.3 Dalam membuat splice, connector harus dihubungkan pada konduktor-
konduktor dengan baik, demikian sehingga konduktor tersambung, insulasi
robek, tidak ada kawat-kawat telanjang yang kelihatan dan tidak bias lepas
oleh getaran.

3. Bahan Isolasi
Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet, fiction,
asbes, gelas, type sintetis, resin, spice case, composition dan lain-lain harus dari
type yang disetujui untuk penggunaan, lokasi, voltage dan lain-lain tertentu itu
harus dipasang memakai cara yang disetujui menurut anjuran perwakilan
Pemerintah dan atau manufacture.

4. Penyambungan kabel
4.1 Semua penyambungan karet harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambungan yang khusus untuk itu
4.2 Kontraktor harus memberikan brosur-brosur mengenai cara-cara
penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik.
4.3 Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warna-warna atau nama-
namanya masing-masing, dan harus diadakan pengetesan tahan isolasi
sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan.
4.4 Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan-
penyambungan tembaga yang dilapisi timah putih dengan kuat.
Penyambungan-penyambungan harus dari ukuran-ukuran yang sesuai.
4.5 Penyambungan kabel yang berisolasi karet atau PVC harus diisolasi dengan
pita karet atau PVC/protolen.
4.6 Penyambungan pada kabel yang berisolasi kertas harus diisolasi khusus.
Penyakat-penyekat khusus harus dipergunakan bila perlu untuk menjaga
nilai isolasi tertentu.
4.7 Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti, misalnya
temperatur-temperatur pengecoran dari semua lubang-lubang udara harus
terbuka selama pengecoran.

5. Saluran Penghantar Dalam Bangunan


5.1 Untuk instalasi penerangan didaerah tanpa menggunakan ceiling gantung,
saluran penghantar (conduit) ditanam dalam beton.
5.2 Untuk instalasi penerangan didaerah yang menggunakan ceiling gantung,
saluran penghantar (conduit) dipasang diatas papan kayu dan diletakkan
diatas ceiling.
5.3 Untuk instalasi outlet lantai (floor outlet), saluran ditanam didalam lantai
dengan menggunakan saluran pipa conduit atau kanal Ukuran-ukuran
lubang pada lantai untuk floor outlet disesuaikan dengan produk pabrik
yang ditawarkan oleh pemborong.
5.4 Untuk instalasi saluran penghantar diluar bangunan, dipergunakan
saluran beton, kecuali untuk penerangan taman dipergunakan saluran
pipa galvanize berdiameter 3. Saluran beton dilengkapi dengan hand-hole
untuk belokan-belokan.
5.5 Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit logam
minimum berdimeter 5/8 Setiap pencabangan ataupun pengambilan
saluran keluar harus menggunakan junction-box yang sesuai, dan
sambungan yang lebih dari satu harus menggunakan terminal strip dalam
junction-box. Junction yang dipakai ex. Dalam negeri yang baik, dengan
tutup blank-plate stainless steel, albanyranch.
5.6 Ujung pipa yang masuk dalam panel harus dilengkapi dengan socket/lock
nut, sehingga pipa tidak mudah tercabut dari panel.
5.7 Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang berada pada ketinggian
muka lantai s/d 2 m harus dimasukan dalam pipa logam dan pipa harus
diklem ke bangunan setiap jarak 50 cm.

6. Instalasi Sakelar dan Stop Kontak / Outlet


6.1 Sakelar-sakelar
6.1.1. Sakelar-sakelar harus dari jenis rocker mekanisme dengan ratting 5
A 10 A, 250 V, sakelar pada uamumnya dipakai inbouw atau
disebutkan lain pada gambar.
6.1.2. Jika tidak ditentukan lain, sakelar-sakelar tersebut bingkainya
harus dipasang rata pada tembok pada ketinggian 150 cm diatas
lantai yang sudah selesai.
6.1.3. Sakelar-sakelar tersebut harus dipasang dalam kotak-kotak dan
ring, setelannyan yang standar dan dilengkapi dengan tutup persegi.
6.1.4. Sambungan-sambungan hanya diperbolehkan antara kotak-kotak
yang berdekatan.

6.2 Stop Kontak.


6.2.1. Stop kontak harus dengan type yang memakai earthingcontact
dengan rating 10 A, 250 V AC.
6.2.2. Semua pasangan stop kontak dengan tegangan kerja 220 V harus
diberi saluran ketahanan.
6.2.3. Stop kontak harus dipasang rata dengan permukaan dinding dengan
ketinggian 150 cm dari atas lantai yang sudah selesai.
6.2.4. Stop kontak untuk keperluan rettering dipasang pada jarak 15 cm
dari ceiling yang sudah selesai.
6.2.5. Floor outlet dipasang dibagian atas dari pada intersection box
dengan accessories yang sesuai.

7. Instalasi Fixtures Penerangan


7.1 Fixtures penerangan harus dari jenis yang tertera dalam gambar. Harus
dibuat dari bahan yang sesuai dan bentuknya harus menarik dan
pekerjaannya harus baik, tebal plat baja yang dipakai untuk fixture
minimum 0,8 mm. Pemborong harus menyediakan contoh-contoh dari
semua fixture yang akan dipasang.
7.2 Kawat-kawat untuk Fixture
7.3 Kecuali ditunjuk atau dipersyaratkan lain, kawat-kawat untuk fixture
harus ditutup asbestos dan tahan panas.
7.4 Tidak boleh ada kawat yang lebih kecil dari 1,5 m2. kawat-kawat harus
dilindungi dengan tape atau tubing disemua tempat dimana mungkin
ada abrasi.
7.5 Semua kawat harus disembunyikan dalam konstruksi amature kecuali
dimana diperlukan penggantung rantai atau kalau pemasangan
/perencanaan fixture menunjuk lain.
7.6 Tidak boleh ada sambungan kawat dalam suatu amature dan penggantung,
dan harus terus menerus mulai kotak sambung ke terminal-terminal
khusus pada amature-amature lampu.
7.7 Saluran-saluran kawat harus tidak tajam dan dilindungi sehingga tidak
merusak kawat.

8. Instalasi/Konstruksi Panel
8.1 Kabinet
8.1.1 Semua Kabinet harus dibuat dari plat baja dengan tebal minimum
1,5 mm, atau dibuat dari bahan lain seperti polyster atau bakelite.
8.1.2. Kabinet untuk panel board mempunyai ukuran yang proposional
seperti dipersyaratkan untuk panel board. Yang besarnya menurut
kebutuhan sehingga untuk jumlah dan ukuran kabel yang dipakai
tidak terlalu banyak.
8.1.3. Frame/rangka panel harus digrounding.
8.1.4. Pada kabinet harus ada cara yang baik untuk memasang,
mendukung dan menyetel panel boardserta tutupnya.
8.1.5 Kabinet dengan kawat-kawat through feoder harus diatur
sedemikian rupa sehingga ada saluran dengan lebar tidak kurang
dari 10 cm untuk branch circuit panel board.
8.1.6 Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci-kunci. Untuk satu
kabinet harus disediakan 2 (dua) buah anak kunci, dengan master
key.

9. Finishing
9.1. Semua kabinet harus dicat dengan warna abu-abu, kecuali ditentukan lain.
9.2. Semua kabinet dan pintu-pintu untuk panel board listrik, harus dibuat
tahan karat dengan cara galvanized cadmium plating atau zinc chromate
primer.
9.3. Selain yang tersebut diatas, harus dilengkapi/dilapisi dengan lapisan anti
karat yaitu sebagai berikut :
- Bagian dalam dari box dan pintu.
- Bagian luar dari box yang digalvanizeer atau cadmium plating tidak
perlu dicat kalau seluruhnya terpendam, kalau dipakai zinc chromate
primer harus dicat dengan cat bakar.

10. Pemasangan Panel


10.1. Pemasangan panel sedemikian rupa sehingga peralatan dalam panel
dengan mudah masih dapat dijangkau, tergantung dari macam/type
panelnya.
10.2. Bila dibutuhkan alas/pondasi/penumpu/penggantung, maka pemborong
harus menyediakannya, sekalipun tidak tertera dalam gambar.

11. Panel Distribusi Utama


11.1. Panel distribusi utama harus seperti yang ditunjuk pada gambar, kecuali
ditentukan lain.
11.2. Seluruh assembly termasuk housing, bar-bar, alat-alat pelindung harus
direncanakan, dibuat, dicoba dan dimana perlu diperbaiki sesuai dengan
persyaratan.
11.3. Panel distribusi utama harus dari jenis in door type terbuat dari plat baja
(metalclad).
11.4. Konstruksi harus terbuat dari rangka baja struktur yang kaku, yang bisa
mempertahankan strukturnya oleh stress mekanis pada waktu terjadi
hubungan singkat.
11.5. Rangka ini secara lengkap dibungkus pada bagian bawah, atas dan sisi
dengan plat-plat penutup (metal clad) harus cukup louvers untuk ventilasi
dimana perlu untuk mengatasi kenaikan suhu dari bagian-bagian yang
mengalirkan arus dan bagian-bagian yang bertegangan sesuai dengan
persyaratan PUIL/VDE untuk peralatan yang tertutup.
11.6. Material-material yang bertegangan harus dicegah dengan sempurna
terhadap kemungkinan percikan air. Semua meteran dan tombol transfer
yang dipersyaratkan harus dikelompokkan pada satu papan panel yang
berengsel tersembunyi.

12. Pull Box


12.1. Bila ditunjuk dalam gambar atau bila diperlukan oleh kondisi pemasangan,
harus dipasang sebuah pull box pada ketinggian yang cukup dan dari jenis
konstruksi yang sama dengan switch board pada bagian atas dari setiap
switch board.
12.2. Bagian sisi atas dan samping dari pull box harus terdiri dari bagian-bagian
yang bias dibuka lepas. Dasar dari pull box harus terdiri dari papan
asbestos atau bahan tahan api yang semutu, dan kabel yang menuju
individual breaker harus tegak lurus melalui lubang-lubang yang
terpisah-pisah pada dasar pull box ini. Penutup atas yang ditempatkan di
bagian belakang struktur harus bias dilepas dengan mudah supaya
memungkinkan pembuatan lubang-lubang untuk conduit kabel atau bus
duct yang diperlukan.
13. Papan Nama
13.1 Setiap pemutus daya (circuit breaker) harus dilengkapi dengan papan
nama, pada pintu atau panel dekat pada pemutusan dan dapat dilihat
dengan mudah.
13.2 Cara-cara pemberian nama harus menunjukkan dengan jelas rangkaian
dari pemutus daya atau alat-alat yang tersambung padanya. Keterangan
mengenai ini harus diajukan dalam shop drawings.

14. Bus Bar


14.1. Bus bar disusun dengan / dan dipegang oleh isolator dengan baik untuk
system 3 phase 4 kawat seperti ditunjuk dalam gambar.
14.2. Setiap panel harus mempunyai bus netral yang diisolir terhadap tanah, dan
sebuah bus pertahanan yang telanjang diklem dengan kuat pada freme dan
panel serta dilengkapi dengan klem untuk pertahanan dari peralatan perlu
diketanahkan (5 bar).
14.3. Gambar-gambar pelaksanaan (show drawings) harus menunjukkan
ukuran-ukuran dari bus-bus juga susunannya.
14.4. Ukuran dari bus harus ukuran sepanjang panel dan harus disediakan
cara-cara untuk penyambungan dikemudian hari.

15. Cadangan / Penyambungan Dikemudian Hari


15.1. Bila digambar dinyatakan adanya cadangan maka ruangan-ruangan
tersebut harus dilengkapi dengan bus, klem-klem pemasangan pendukung
dan lain sebagainya, untuk peralatan-peralatan yang dipasang dikemudian
hari, termasuk terminal.
15.2. Kemudian penyambungan dikemudian hari dapat berupa equipment bus
bar, panel baru, switch, circuit breaker dan lain-lain.

16. Alat-alat ukur


16.1. Setiap panel harus dilengkapi dengan alat-alat ukur seperti pada gambar.
16.2. Meter-meter adalah dari type moving iron vane type khusus untuk panel,
dengan skala sirkulair, flush atau semi flush, dalam kotak tahan getaran,
dengan ukuran 15 x 15 cm2 atau 10 x 10 cm2, dengan skala linier dan
ketelitian 1 %.
16.3. Posisi dari sakelar putar untuk voltmeter dan amperemeter harus ditandai
dengan jelas.

17. Transformator Arus


17.1. Trafo arus adalah dari type kering,dalam ruangan type jendela dengan
perbandingan kumparan yang sesuai dengan ketelitian 0,3 dengan burder
sesuai dengan standar-standar VDE.
17.2. Pemasangan harus kuat dan dapat menahan gaya-gaya mekanis.
17.3. Pada waktu terjadinya hubungan singkat 100 KA, trafo arus untuk
amperemeter masih bias dipakai, asalkan ketelitiannya masih baik, bila
tidak baik maka harus dipergunakan trafo arus khusus.
17.4. Semua sekering harus dipasang pada sisi sumber dari suatu peralatan
yang dapat dicabut (draw out) atau disisi beban dari peralatan yang lain,
dan harus mempunyai kapasitas interupsi 200000 A.
17.5. Bila sekering merupakan bagian dari semuia sakelar, maka harus diatur
sedemikian rupa sehingga sakelar tersebut tidak dapat dimasukan bila
sekering tidak pada tempatnya.
17.6. Harus ada indicator bila sekering putus.Sekering harus dipasang pada
pendukung yang sama pada peralatan-peralatan yang dapat dicabut (draw
out)

18. Sekering Cadangan


18.1. Untuk setiap panel harus disediakan sekering cadangan sebanyak sekering
yang ada, yang disimpan dalam almari khusus dan diberi pengenal yang
jelas.

19. kawat-kawat Pengontrol


19.1 Kawat pengontrol dari panel-panel harus dipasang dipabrik / bengkel
secara lengkap dan dibundel serta dilindungi terhadap kerusakan mekanis.
19.2 Ukuran minimum adalah 1,5 mm2 dari type 600 V, PVC.

20. Merek Pabrik


20.1. Semua peralatan pengaman harus diusahakan buatan satu pabrik atau
satu merk. Peralatan-peralatan sejenis harus dapat saling dipindahkan dan
ditukar tempatnya pada freme panel.

21. Peralatan Pengaman Pemutus Daya


21.1. Peralatan-peralatan pengaman adalah pemutus daya type draw out tanpa
minyak dengan sekering pembatas arus, pemutus daya dengan rumah
tuangan (moulded case) dilengkapi dengan sekering pembatas arus dan
pemutus sekering.
21.2. Arus kerja dari draw out circuit breaker harus sesuai dengan gambar,
dengan sekering berkapasitas interupsi 100000 KA minimum pemutus
sekering harus dari type yang membuka dan menutup dengan cepat.

22. Lampu-lampu
22.1 Semua fixture harus dilengkapi dengan lampu-lampu dan dipasang sesuai
dengan persyaratan dan gambar.
22.2 Untuk lampu pijar memakai lamp holder dan base type Edison Screw,
untuk lamp holder type Edison Screw cable netral tidak boleh dihubungkan
ke center control, kecuali dipersyaratkan lain, lampu fluorescent haruslah
dari jenis day light.
22.3 Semua lampu fluorescent atau lampu lainnya yang memerlukan perbaikan
factor daya haruslah dilengkapi dengan kapasitor.

23. Fixtures Lampu


23.1 Lampu TL 40 W Reflector / tanpa Reflektor.
23.2 Housing + reflector dari plat 0,8 mm, dilengkapi dengan ballast + kapasitor
0,3 mF, fitting.
23.3 Rugi daya : 11 W / lampu
23.4 TL 40 W, warna 33, 3200 lumen / lampu.
23.5 Lampu TL 20 W, reflector / tanpa reflector
23.6 Housing + reflector dari plat 0,8 mm, dilengkapi dengan ballast + capasitor
0,3 mF, fitting
23.7 Rugi daya 5 W / lampu
23.8 TL 20 W, warna 33.
23.9 Lampu TL 4 x 20 W, dilengkapi dengan opal diffuser 4 mm dari reflector
dibagian dalam housing.
23.10 Perlengkapan lampu sama dengan yang sudah disebut diatas.
23.11 Dount light mounted
23.12 Housing blck laquared alluminium cilindder, black bayonet fitting
diaphragm dengan reflector Lampu incandescent 100 W, atau multigroove ,
mini 40 / 100 W (surface)
23.13 Down light recessed type 1 Housing aluminium cylinder, black poly
carbonate dibagian dalam, dilengkapi dengan reflector. Lampu : indescent
100 W atau multigroove, mini 40/100 W (variable depth).
23.14 Down light flush type 2. Idem diatas.
23.15 Lampu : indescent 100 W atau multigroove, mini 40/100 W (variable
depth).
23.16 Down light flush type 3 Idem ditas, dengan acrylic diffuser. Ring : black
alluminium.
23.17 Spot light Fitting & bracket dari injection moulded poly carbonate warna
hitam, double insulated. Lampu : Glass comptalux 150 W.
23.18 Flood light Housing high pressure die fast alluminium. Lampu SON / T 250
W.
23.19 Perlengkapan lampu build in dalam housing. Bearn Scread 2 x 27 (wide).
23.20 Kaca depan : kaca tahan pecah.
23.21 Down light wall mounted
23.22 Bentuk housing persegi panjang dengan arah keatas dan kebawah,
dilengkapi dengan brackets yang sesuai. Bahan metal dengan silver
anodired. Lampu indescent 2 x 100 W, dan bisa diatur kedudukan
lampunya.
23.23 Bowl fixtures pole mounting
23.24 Bowl dari bahan gelas.
23.25 Bear build ini adalah bowl.
23.26 Lampu indescent 100 W (Argenta heavy duty). Diameter bowl 300 mm.
23.27 Jumlah pole tiap pole 4 buah.
24. Pekerjaan Instalasi Listrik
24.1 Instalator harus mempunyai izin instalator dari PLN setempat.
24.2 Pemasangan instalasi listrik harus menurut gambar kerja dan pemasangan
harus mengikuti peraturan-peraturan instalasi listrik yang berlaku.
24.3 Perlengkapan seperti fitting, stop kontak sakelar, union buls, kabel-kabel
isolator dan sebagainya harus berkualitas baik dan disetujui Direksi.
24.4 Kabel untuk lampu-lampu dan stop kontak : dipakai jenis : sesuai gambar.
24.5 Sakelar dan stop kontak ex lokal untuk lampu dipasang pada ketinggian
125 cm dari lantai.
24.6 Lighting armature : Armature ex lokal sesuai dengan kode dalam gambar
dan semua armature harus mendapat persetujuan Direksi.
24.7 Semua biaya pemeriksaan gambar instalasi dan lain-lain ditanggung
pemborong.

V. PEKERJAAN KONBLOK
1. Lingkup Pekerjaan Konblok
1.1. Mutu bahan yang dipakai harus sesuai dengan persyaratan bahan-bahan
bangunan.

1.2. Pada pemasangan harus diperhatikan bahwa sisi yang halus pada konblok
harus menghadap keatas.

1.3. Semua permukaan harus dipasang secara merata (waterpass serta tegak
lurus. Untuk itu harus digunakan profil-profil kayu yang betul-betul lurus
dan kering. Tidak boleh menggunakan bamboo. Selain itu waterpass
instrument dan benang juga digunakan untuk mengecek kesamaan tinggi
permukaan, serta lurusnya bidang permukaan samping.

1.4. Setiap selesai pemasangan, sambungan dari pasangan harus dibersihkan


dari sisa-sisa adukan agar memudahkan pekerjaan plesteran nantinya.

1.5. Setiap akhir dari pemasangan konblok harus diakhiri dengan dinding
penutup

1.6. Setelah konblok terpasang harus ditaburi pasir halus untuk membuat
ikatan konblok menjadi lebih kuat.

1.7. Permukaan yang akan ditutup dengan konblok harus diberi lapisan pasir/
sirtu padat yang rata permukaan atasnya sesuai ketinggian yang
diinginkan.

1.8. Tidak boleh ada genangan air pada permukaan yang telah dipasang
konblok agar tidak terjadi kerusakan permukaan

L. PEKERJAAN KHUSUS PENANGKAL PETIR


1. Penerima
1.1. Penilaian baik atas pekerjaan jaringan penangkal petir ditentukan
berdasarkan pemeriksaan dan pengujian.
1.2. Pemborong harus membuat Shop Drawing terlebih dahulu atas instalasi
penyangga, cara penempatan down conductor dan pentanahan.
1.3. Terminal dipasang pada ujung batang peninggi dan kuat dimana batang
penerima harus dapat dilepas dari batang peninggi untuk keperluan
kesting berkata.
1.4. Batang peninggi terbuat dari pipa galvanized atau batang besi dengan
diameter minimum 2 , panjang 3 m.
1.5. Batang peninggi dimasukkan dalam pipa diameter 2,5 yang dicor dalam
kolom beton sedalam 60 cm dan diberi flshing agar air tidak masuk.
1.6. Bagian batang peninggi yang masuk dalam bagian lubang dudukan
minimum 60 cm.
1.7. Alas dudukan dibuat dari plat besi profil, harus sanggup menyokong berat
batang peninggi dan terminal dari kekuatan angin sebesar 40 km/jam.
1.8. Terminal preventor dipasang pada ketinggian 3 m diatas + 17 m.

2. Penghantar ke bawah (down conductor)


2.1. Penghantar dibuat dari BC Strip 50 mm2, pada bagian mulai dari joint
dudukan alas sampai dengan joint pada ketinggian + 2 m dari tanah.
2.2. Penghantar harus diklem pada setiap jarak 1 m.
2.3. Klem dan joint, baut pada joint, solderd harus dari bahan yang sama
dengan bahan penghantar. Joint harus terletak pada klem.
2.4. Antara penghantar dan dinding harus mempunyai jarak minimum 5 cm.

3. Elektroda Pertahanan
3.1. Unit elektroda pertahanan terdiri dari :
3.2. Electroda road dari tembaga rod sepanjang 6 mm, ditanam vertical ke
tanah.
3.3. Bak kontrol dari beton ukuran 30 x 30 cm2, dalam 30 cm, dilengkapi
dengan terminal joint untuk pengetesan tahanan tanah elektroda dari joint
ke penghantar kebawah.
3.4. Tahanan tanah elektroda minimum 5 ohm sepanjang tahun.

M. PEKERJAAN KHUSUS LANTAI


1. Lantai PC
1.1. Bahan dasar semen dan pasir yang digunakan seperti yang dipersyaratkan
pada bahan-bahan dasar bangunan. Campuran yang digunakan 1 pc : 2
pc
1.2. Sebelum dicor pc diberi dahulu lapis alas dengan pasir urug setebal + 10
cm. Disiram air dan ditimbris dengan luas maximum bidang pasir + 9 m2,
dan dibatasi dengan pasangan batu rollag.
1.3. Apabila lapis pasir telah cukup padat, dilapisi kemudian dengan adukan 1
pc : 2 pc setebal 3 cm.
1.4. Setelah berumur + 3 hari/betul-betul kering lalu kemudian diaci dengan air
semen. Selama proses pengeringan lantai tidak boleh dimuati beban.
1.5. Pekerjaan lantai harus rata air.
1.6. Bilamana dikehendaki berpola, maka untuk menentukan lebar siar
digunakan profil kayu yang betul-betul lurus dengan ketebalan + 2 mm
ataupun menggunakan tali dengan jenis sesuai dengan petunjuk Direksi.
1.7. Bilamana terjadi keretakan yang bukan struktur, maka lantai dilapisi
dengan aci.
1.8. Bilamana terjadi keretakan structural maka lantai harus dibongkar.

2. Lantai Tegel PC
2.1. Ubin PC yang digunakan adalah jenis ubin PC kepala basah dengan tebal
minimum 2,5 cm tebal lapisan kepala minimum 0,3 cm, warna abu-abu,
ukuran 30 x 30, kecuali dipersyaratkan lain.
2.2. Adukan yang digunakan sebagai perekat 1 pc : 5 ps.
2.3. Lapisan urug dibawah lantai setebal 10 cm disiram air kemudian
ditimbris/dipadatkan.
2.4. Pemasangan seluruh ubin harus rata air.
2.5. Aduk terisi padat serta lot, siku dan waterpassnya baik.
2.6. Tebal siar setebal 1 mm, setiap perpotongan siar membentuk 2 garis lurus
yang saling tegak lurus.
2.7. 3 x 24 jam setelah pemasangan selesai, siar diisi dengan air semen kental
sesuai dengan warna ubin dan seluruh siar terisi padat.
2.8. Pada semua semen masih belum kering, lantai dibersihkan sampai tidak
ada noda semen pada lantai.

3. Lantai Mozaik
3.1. Ubin mozaik yang digunakan adalah jenis kwalitas satu dengan tebal,
warna sesuai standar / spesifikasi pabrik, ukuran 30 x 30 cm, motif
disesuaikan dengan warna ubin keramik.
3.2. Sebelum dipasang mozaik lantai diplester dengan adukan 1 pc : 5 ps tebal
5 cm dan rata air (waterpass).
3.3. Lapisan pasir urug dibawah lantai setebal 5 cm disiram air kemudian
ditimbris/dipadatkan.
3.4. Pemasangan menggunakan perekat semen (PC) dan dipasang rata air,
kecuali ditentukan lain.
3.5. Siar atau nat selebar kurang lebih 3 mm, setiap pertemuan siar/nat
membentuk 2 garis lurus yang saling tegak lurus.
3.6. 3 x 24 jam setelah pemasangan selesai, siar/nat diisi dengan air semen
kental (PC putih) dan atau dicampur oker sesuai warna ubin dan seluruh
siar harus terisi padat.
3.7. Menjelang semua semen menjadi kering. Lantai harus dibersihkan sampai
tidak ada noda semen yang melekat pada lantai (keramik).

4. Lantai Wafel
4.1. Ubin wafel yang dipakai adalah jenis yang berketebalan ubin 3 cm dengan
tebal kepala 0,5 cm, warna kuning dengan ukuran 20 x 20 cm, kecuali
dipersyaratkan lain. Digunakan pada kamar mandi / WC atau sesuai
gambar kerja.
4.2. Perekat yang digunakan adalah adukan 1 pc : 3 ps.
4.3. Didasari lapisan pasir urug setebal 10 cm yang dipadatkan.
4.4. Pemasangan seluruh ubin harus rata air, aduk terisi padat serta baik lot,
siku dan waterpassnya.
4.5. Tebal siar selebal 1 mm, setiap perpotongan siar membentuk 2 garis lurus
yang saling tegak lurus.
4.6. 3 x 24 jam setelah pemasangan selesai, siar diisi dengan air semen kental
warna sesuai dengan warna ubin dan seluruh siar terisi penuh.
4.7. Pada saat semen masih belum kering, lantai dibersihkan sampai tidak ada
noda semen pada keramik.

5. Ubin Keramik
5.1. Ubin keramik yang digunakan baik motif, warna maupun ukuran
disesuaikan dengan petunjuk gambar kerja atau ditentukan kemudian dan
atas persetujuan Direksi.
5.2. Pengiriman ubin kelokasi proyek harus terbungkus dalam kemasan pabrik
yang belum dibuka dan dilindungi dengan label / merk dagang yang jelas
dan utuh.
5.3. Ubin keramik dipasang pada tempat-tempat sesuai pada gambar kerja.
5.4. Ubin yang dipasang adalah ubin yang telah diseleksi dengan baik sehingga
warna, bentuk dan motif masing-masing ubin sama, tidak ada bagian yang
retak atau cacat lain yang telah mendapat persetujuan dari Direksi
lapangan.
5.5. Aduk sebagai perekat menggunakan 1 pc : 3 ps dengan tebal minimum 20
mm.
5.6. Ubin keramik dipasang diatas lantai plester yang rata air.
5.7. Siar-siar harus rata dan sama selebar 1 mm atau ditentukan sesuai
petunjuk gambar kerja. Setiap perpotongan siar membentuk 2 garis yang
berpotongan saling tegak lurus.
5.8. Pemotongan ubin keramik hanya diperkenankan dengan menggunakan
mesin potong dan dihaluskan dengan batu gerinda.
5.9. Bidang ubin keramik harus rata air dengan aduk terisi padat tidak boleh
berongga.
5.10. 3 x 24 jam setelah pemasangan ubin selesai siar diisi dengan air semen
kental warna sesuai dengan warna keramik sampai siar terisi penuh.
Setelah itu dibersihkan sampai bekas semen dikeramik hilang.
5.11. Untuk kamar mandi dan WC harus diperhatikan kemiringan lantai.

6. Lantai Ubin Teraso


6.1. Ubin teraso yang dipakai adalah jenis dengan ketebalan ubin 3 cm dan
tebal kepala 0,5 cm. Warna putih dengan ukuran 30 x 30 cm2 kecuali
dipersyaratkan lain.
6.2. Adukan yang digunakan sebagai perekat 1 pc : 5 ps.
6.3. Diberi lapisan pasir urug, setebal 10 cm dan dipadatkan.
6.4. Pemasangan seluruh ubin harus rata air, aduk terisi padat serta baik lot,
siku dan waterpassnya.
6.5. Tebal siar selebar 1 mm, setiap perpotongan siar membentuk 2 garis lurus
yang saling tegak lurus.
6.6. Pemotongan ubin hanya diperkenankan menggunakan mesin potong ubin
dan dihaluskan dengan batu gerinda atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
6.7. 3 x 24 jam setelah pemasangan selesai, siar diisi dengan air semen kental
sesuai dengan warna ubin sehingga seluruh siar terisi padat.
6.8. Setelah pemasangan siar-siar tersebut selesai (minimum 10 hari)kemudian
digosok dengan mesin, dengan batu asah 24 grit untuk pertama kali,
kemudian 80 grit untuk kedua kali. Setelah itu dilapisi PC dengan warna
sama dengan ubin untuk menutupi pori-pori yang terjadi.
6.9. Terakhir teraso dipoles dengan cairan pemoles netral yang tidak akan
merubah warna /merusak sampai licin mengkilap.
6.10. Lindungi permukaan lantai selama pelaksanaan dari kemungkinan
gangguan yang akan merusak.

7. Lantai Beton Tumbuk


7.1. Untuk beban-beban yang berat tebal lantai beton 20 cm dengan mutu
beton K 175 dan U 24. tulangan digunakan adalah 09-20. Untuk beban
biasa digunakan tulangan praktis 06-20 cm tebal 8 cm. Adukan tang
digunakan 1 PC : 2 ps : 4 kr.
7.2. Permukaan lantai beton dengan beban berat harus dilakukan dengan
sekali cor dan tidak diperkenankan adanya pekerjaan finishing.
7.3. Untuk menghindarkan kemungkinan-kemungkinan ketidak rapihan serta
keretakan-keretakan, maka beton rabat harus dibuat dalam bentuk unit-
unit dengan ukuran tertentu Unit-unit ini secara menyeluruh merupakan
pola dari pada lantai. Bentuk pola akan ditentukan dilapangan.
7.4. Beton tumbuk pada trotoir dan tempat-tempat parkir dipisahkan dengan
jalan aspal dengan kansteen beton dicetak ditempat, sesuai dengan gambar
detail.
7.5. Permukaan beton rabat sama tinggi dengan kansteen, dipisah dengan alur
1 cm.

8. Lantai Karpet
8.1. Bahan yang digunakan berkwalitas baik Warna, ukuran dan jenis
ditentukan sesuai gambar.
8.2. Bahan harus disimpan dalan tempat yang terlindung dan tertutup / kering
tidak lembab, mempunyai lantai yang bersih dan tidak berdebu.
Penyimpanan dalam keadaan terbungkus.
8.3. Agar persyaratan-persyaratan untuk pemasangan dipenuhi, konstruksi
dasar lantai dan keadaan permukaan yang akan menjadi peletakan karpet
harus diperiksa sebelum pemasangan dimulai.
8.4. Dasar lantai dapat beton atau beton tumbuk.
8.5. Sebelum pemasangan permukaan dasar lantai harus halus, kering, bebas
debu, lemak/cat/plesteran atau noda-noda lain yang diisaratkan oleh
pabrik.

9. Lantai Vinyl
9.1. Bahan dari lantai Linolium Heavy Duty dengan kwalitas baik, ukuran 30 x
30 cm2 dengan warna broken white kecuali dipersyaratkan lain.
9.2. Lantai dasar untuk vinyl adalah lantai beton tumbuk 1 : 4. lantai dasar ini
harus diperhatikan benar-benar kemiringannyan dan harus benar-benar
rata dan halus (diaci).
9.3. Harus dihindarkan adanya tonjolan-tonjolan. Sebelum bahan perekat
dioleskan ke permukaan lantai dasar, permukaan harus benar-benar
bersih bebas dari kotoran dan butir-butir pasir. Lantai dasar harus dalam
keadaan kering dan bebas dari minyak /lemak.
9.4. Bahan perekat dan cara pemasangannya menurut petunjuk pabrik yang
bersangkutan.
9.5. Tidak diperkenankan menggunakan perekat yang telah mengental, jadi
retak waktu dileskan ke permukaan lantai dasar vinyl harus dalam
keadaan cair. Harus diperhatikan pemasangan pada sudut-sudut tepi
pertemuan dengan memperhatikan gambar-gambar detail.
9.6. Vinyl yang telah dipasang harus dihindarkan dari injakan-injakan selama
24 jam setelah pemasangan, untuk memberi kesempatan perekat melekat
dengan sempurna. Vinyl harus dilidungi dari kemungkinan cacat yang
diakibatkan dari pekerjaan-pekerjaan lain.
9.7. Bila terjadi kerusakan-kerusakan, vinyl harus diganti dan lem yang
menempel dilantai harus benar-benar bersih terlebih dahulu, sebelum
dilakukan pemasangan kembali.
9.8. Vinyl yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala noda-noda yang
melekat sehingga betul-betul bersih.

N. PEKERJAAN KHUSUS PENGUNCI DAN PENGGANTUNG

1. Kunci dan Pegangan Pintu


1.1. Untuk pintu-pintu panil dan pintu-pintu besi pada umumnya digunakan
kunci tanam silinder sejenis merek SCHALAGE ex Australia type H medium
duty atau sederajat. Kenob dipakal model CENTURY DESIGN stainless
steel. Demikian pula untuk keperluan pintu-pintu WC dan pintu-pintu
gudang dipakai type yang sama atau yang sederajat.
1.2. Untuk panel-panel listrik, pintu staft dan lain-lain kunci yang dipakai
sederajat dengan merk yale.
1.3. Untuk daun jendela kaca dipakai hendle pengunci sejenis WHITCO seri 22
hendle Ex Australia, warna Bronze.
1.4. Semua kunci-kunci tanam harus terpasang dengan kuat pada rangka daun
pintu. Dipasang setinggi 90 cm diatas lantai atau sesuai petunjuk Direksi
lapangan.
2. Engsel
2.1. Untuk pintu-pintu panilpada umumnya menggunakan engsel pintu sejenis
merk Arch. Ex Jepang, ukuran 4 x 3 warna Gold, dipasang sekurang-
kurangnya 3 buah untuk setiap daun pintu dengan menggunakan sekrup
kembang dengan warna yang sama dengan warna engsel.
2.2. Jumlah engsel yang dipasang harus diperhitungkan menurut beban berat
daun pintu, tiap engsel memikul maksimal 20 kg.

3. Door Closer, Door Stopper, dan Door Holder


3.1. Untuk seluruh daun pintu ruangan WC bagian sebelah luar dan kantor,
menggunakan door closer sejenis/setaraf merk DOPMA TX 73 Ex jerman,
warna sesuai dengan ketentuan Direksi lapangan.
3.2. Door closer harus terpasang dengan baik dan merekat dengan kuat pada
batang kusen dan daun pintu, serta disetel sedemikian rupa sehingga pintu
selalu menutup rapat pada kusen pintu.
3.3. Untuk seluruh pintu diberi Door stopper sejenis merk DOPMA atau yang
setarap. Door stopper dipasang dengan baik pada lantai dengan sekrup
FISHER.
3.4. Holder dipasang pada semua pintu kecuali pintu-pintu toilet, pintu masuk
utama dan pintu-pintu besi. Door holder dengan injakan karet dan spring
pen release.

4. Pekerjaan Alat Penggantung


4.1. Untuk kusen pintu dan jendela dipasang 3 buah angker pada tiap tiangnya.
4.2. Untuk pintu-pintu kayu digunakan engsel jenis kualitas baik
4.3. Untuk jendela digunakan engsel jenis kualitas jenis baik.
4.4. Untuk semua pintu-pintu, digunakan kunci tanam kualitas baik lengkap
dengan hendle, sesuai persetujuan Direksi.
4.5. Pemborong diwajibkan mengajukan contoh terlebih dahulu tiap-tiap bahan
yang akan digunakan dan mendapatkan persetujuan Direksi.
4.6. Pemasangan harus rapih, hingga pintu-pintu dan jendela dapat ditutup
dan dibuka dengan mudah.
4.7. Semua kunci-kunci tanam harus terpasang dengan kuat pada rangka daun
pintu, dipasang setinggi 90 cm dari lantai, atau sesuai petunjuk Direksi.

O. PEKERJAAN KHUSUS KACA DAN CERMIN


1. KACA
1.1. Seluruh kaca-kaca (kaca bening dan kaca es) yang digunakan adalah kaca
dalam negeri dengan kualitas yang baik, tebal 6 mm untuk pintu masuk, 5
mm dan 3 mm untuk jendela-jendela dengan ukuran luas kurang dari 0,5
m2.
1.2. Pemasangan kaca-kaca dalam sponing rangka kayu digunakan dempul
khusus disepanjang sponing. Dipasang lis kayu sebagai penjepit kaca.
1.3. Kaca yang boleh dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, tidak
ada bagian yang bergelombang, tidak ada bagian yang gompal atau retak
dan telah mendapat persetujuan dari Direksi lapangan.
1.4. Pemotong kaca harus disesuaikan dengan ukuran rangka, minimal 10 mm
masuk kedalam alur kaca pada kusen.
1.5. Setelah kaca selesai terpasang, tidak diperkenankan memberi tanda-tanda
dengan menggunakan kapur, tanda-tanda harus dibuat dari potongan
kertas yang direkatkan dengan menggunakan lem aci.
1.6. Pembersihan akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak
dengan menggunakan cairan pembersih kaca.

2. CERMIN
2.1. Bahan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat berikut :
- Tidak boleh berwarna belang-belang dan tanpa penyinaran berbeda.
- Tidak berbunga-bunga/garis-garis yang mengganggu penglihatan.
- Tidak boleh ada goresan.
2.2. Untuk cermin dipakai ukuran tebal 5 mm, pelindung belakang cermin : cat
water proof.
2.3. Pemasangan harus dikerjakan dengan rapih, terutama pemotongan
pinggiran cermin harus halus dan disesuaikan petujuk dalam gambar.
2.4. Cermin ditempel didinding dengan dasar kayu lapis jenis MR yang disekrup
pada kios-kios di dinding, kemudian dilapis dengan plastik busa tebal 1
cm.
2.5. Pemasangan cermin menggunakan penjepit aluminium siku dan atau
sekrup kaca yang mempunyai dop verchrom.
2.6. Setelah terpasang cermin harus dibersihkan dengan cairan pembersih yang
mengandung ammonia.

P. PEKERJAAN KHUSUS FINISHING

1. Cat Emulsi
1.1. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plesteran
bangunan dan / bagian-bagian lain yang ditentukan didalam gambar.
1.2. Untuk dinding luar bangunan digunakan cat khusus luar sejenis DANATOP
271 merk DANAPAINT, warna ditentukan Direksi lapangan.
1.3. Untuk dinding dalam bangunan digunakan jenis EMULSI ACRYLIC semutu
merk DANAPAINT dengan lapisan dasar ALKALI RESISTANCE SEALER 440-
2705 semutu merk DANAPAINT, warna ditentukan oleh Direksi lapangan.
1.4. Plamuur yang digunakan adalah plamuur tembok sejenis DANPLAMUR
WALLPUTTY 550-1967 merk DANAPAINT.
1.5. Sebelum dinding diplamuur, plesteran sudah harus betul-betul kering,
tidak ada retak-retak dan pemborong harus meminta persetujuan Direksi
lapangan.
1.6. Pekerjaan plamuur dilakukan dengan pisau plamuur dari plat baja tipis
dan lapisan plamuur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang
yang rata
1.7. Sesudah 7 hari plamuur terpasang dan percobaan warna sudah disetujui
Direksi lapangan, bidang dinding yang akan diplamuur diamplas dengan
amplas besi halus No.00, kemudian dibersihkan dengan bulu ayam sampai
bersih betul. Selanjutnya dinding dicat dengan menggunakan roller.
1.8. Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 lapis alkali resistance
sealer yang dilanjutkan dengan 3 lapis acrylic emulsion dengan kekentalan
cat sebagai berikut :
Lapis I encer (tambahan 20 % air)
Lapis II kental
Lapis III encer
1.9. Untuk warna-warna yang sejenis, pemborong diharuskan menggunakan
kaleng-kaleng dengan nomor pencampuran (batch number) yang sama.
1.10. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang-bidang dinding merupakan bidang
yang utuh, rata, licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding
dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.
1.11. Pemborong harus menyediakan 5 galon cat dari warna-warna yang dipakai
dan diserahkan pada waktu penyerahan pertama, sebagai cadangan untuk
perawatan oleh pemilik.

2. Menie Kayu
2.1. Yang termasuk pekerjaaan ini adalah pengecatan seluruh permukaan
multiplex plywood yang akan dicat, rangka langit, rangka-rangka atap pintu
dan / bagian-bagian lain yang ditentukan gambar.
2.2. Menie yang digunakan adalah sejenis merk PATNA warna merah.
2.3. Semua kayu hanya boleh dimenie ditapak proyek dan mendapat persetujuan
Direksi lapangan.
2.4. Sebelum pekerjaan menie dilakukan, bidang kayu harus diamplas dengan
amplas kayu kasar dan dilanjutkan dengan amplas kayu halus sampai
permukaan bidang licin dan rata.
2.5. Pekerjaan menie dilakukan dengan menggunakan kwas, dilakukan 1 lapis,
sedemikian rupa sehingga bidang kayu tertutup sempurna dengan lapisan
menie.
3. Cat Kayu
3.1. Yang termasuk dalam pekerjaan cat kayu adalah daun pintu panil multiplex,
kosen kamper dan pintu-pintu dihalaman belakang dan bagian-bagian lain
yang ditentukan gambar.
3.2. Cat yang digunakan adalah yang sejenis SYNTETIC ENAMEL warna
ditentukan Direksi lapangan setelah melakukan percobaan pengecetan.
3.3. Bidang yang akan dicat diberi manie kayu semutu merk PATNA, warna
merah 1 lapis, kemudian diplamuur dengan plamuur kayu semutu merk
Danol plamuur sampai lubang-lubang / pori-pori terisi sempurna
3.4. Setelah 7 hari, bidang yang telah diplamuur dapat diamplas dengan
menggunakan amplas yang sesuai.

4. Lapisan Melamin
4.1. Untuk kayu dengan finishing melamin, mula-mula kayu harus digosok
terlebih dahulu dengan amplas halus dan semua lobang-lobang bekas paku
ditutup dengan bahan yang warnanya sesuai dengan warna kayu. Kemudian
dilapisi dengan bahan melamin sending sealer, setelah kering digosok
kembali dengan amplas halus untuk menghilangkan lapisan-lapisan sending
sealer yang tidak rata.
4.2. Terakhir kali dilapisi dengan lapisan melamic clear 2 x, dengan jarak antara
6 jam. Harus diperhatikan juga pada ujung-ujung kayu dibagian manaharus
diberi lapisan pelindung tersebut.

5. Finishing Teak Oil


5.1. Yang dimaksud dengan pekerjaaan ini adalah seluruh bidang-bidang
pekerjaan kayu yang terlihat didalam bangunan utama, termasuk kosen,
panil-panil, lis-lis, ralling kayu, pekerjaan interior dan meubel, plint serta
bagian-bagian lain yang ditentukan dalam gambar.
5.2. Semua bagian kayu yang akan diteak oil/dipolitur harus telah diserut rata,
diamplas kemudian digosok dengan batu apung sampai seluruh pori-pori
kayu terisi dan setelah itu disirlak dan amplas harus berulang-ulng sampai
halus, baru kemudian dilapisi dengan PINOTEX sejenis merk DANAPAINT
dengan warna yang ditentukan oleh Direksi.
5.3. Pekerjaan teak oil dioleskan dengan kwas halus sebanyak 2 lapis.
5.4. Sebelum pekerjaan teak oil dilaksanakan, pemborong harus membuat
contoh (sample) percobaan warna sampai mendapat persetujuan dari Direksi
lapangan.
5.5. Untuk bagian furniture yang tidak terlihat nyata dari luar, sekurang-
kurangnya harus diberi teak oil 2 lapis.
5.6. Dempulan-dempulan harus dicampur dengan pewarna yang sama dengan
warna polituran.

6. Menie Besi
6.1. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bidang besi yang
akan dicat besi, talang-talang seng kecuali pintu-pintu besi dan pagar-pagar
besi / bagian-bagian lain yang ditentukan didalam gambar.
6.2. Menie yang digunakan adalah manie besi sejenis merk Q.D REDLEAD
PRIMER Danapaint.
6.3. Semua besi hanya boleh dimenei ditapak proyek dan mendapat persetujuan
dari Direksi lapangan.
6.4. Sebelum pekerjaan menie dilakukan, permukaan besi diamplas dengan
amplas besi, sehingga merupakan permukaan berwarna putih yang bebas
dari karat, besi yang mengelupas, lemak, minyak dan bahan-bahan kotor
lainnya.
6.5. Pekerjaan menie besi dilakukan dengan menggunakan semprot, dilakukan 1
lapis, sedemikian rupa sehingga bidang besi tertutup sempurna dengan
lapisan manie.

7. Cat Besi
7.1. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bagian-bagian besi
pagar beserta pintunya, pintu-pintu besi dan pekerjaan besi lain yang
ditentukan dalam gambar.
7.2. Cat yang dipakai adalah yang sejenis dengan syntetic ENAMEL DANAPAINT
Super gloss.
7.3. Pekerjaan cat dilakukan setelah bidang yang akan dicat, selesai diamplas
halus dan bebas debu, oli dan bahan-bahan lain yang dapat merusak cat.
7.4. Sebagai dasar lapisan dasar anti karat dipakai sejenis Zinc Chromat primer,
dipakai sebagai cat dasar 1 kali. Sambungan las dan ujung-ujung yang
tajam diberi touch up dengan 2 lapis zinc chromat primer setelah itu
lapisan tebal 40 micron diulaskan.
7.5. Setelah kering sesuadah 8 jam, maka bahan sejenis DANAQUICK UNDER
COAT diulas 1 lapis. Setelah 16 jam mengering baru lapisan akhirnya
dioleskan bahan sejenis Danalux Enamel 3 lapis.
7.6. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan semprot dengan compressor
(duco) sekurang-kurangnya 3 kali.
7.7. Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus licin, utuh, mengkilap, tidak
ada gelembung-gelembung udara dan dijaga terhadap pengotoran-
pengotoran.

B. Pekerjaan Cat dan Plitur


1. Cat Tembok

1.1. Untuk semua dinding, kolom, plafon, lisplank beton dicat tembok warna
ditentukan kemudian pada waktu pelaksanaan berlangsung.
1.2. Semua bidang plesteran yang akan dicat, sebelum dicat tembok harus
diplamuur dengan merk yang sama atau minimal sekualitas supaya benar-
benar rata, lurus dan halus. Pelaksanaan harus baik, merata dan sedapat
mungkin menggunakan roller.

2. Cat Kayu (cat minyak untuk kayu)


2.1. Pekerjan kayu yang akan dicat harus digosok, dihaluskan terlebih dahulu,
kemudian dipulas dengan menie kayu sebagai penutup pori-pori kayu.
2.2. Setelah menie kayu digosok dengan amplas, dibersihkan kemudian
diplamuur dan digosok hingga rata kemudian baru dipulas dengan cat
hingga warnanya merata.
3. Cat Besi (cat minyak untuk bidang-bidang besi)
3.1. Untuk semua bidang-bidang besi terbuka dicat besi mengikuti gambar.
3.2. Untuk besi jarus dipakai cat dasar metal primer.
4. Politur
4.1. Pekerjaan kayu yang akan dipolitur / teak oil mengikuti gambar.
4.2. Bidang-bidang kayu yang akan dipolitur digosok dan dibersihkan kemudian
dipolitur/teak oil dengan warna yang akan ditentukan kemudian.
4.3. Pelaksanaan polituran / teak oil ini harus benar-benar baik, rapih, rata,
poro-pori kayu harus ditutup.

5. Bahan Cat
5.1. Cat kayu dan tembok yang dipergunakan harus berkualitas baik setaraf dan
waktu tiba ditempat pekerjaan harus masih dalam aslinya.
5.2. Cat yang sudah siap dan segera dipakai tidak diperbolehkan mengandung
endapan, yang sudah membatu, dan sesudah diaduk dengan baik harus
menjadi homogen, serta dapat disaputkan dengan mudah.
5.3. Warna dan cat adalah warna aslinya dari kaleng dan tidak boleh ada
campuran dari bermacam-macam warna dari tua atau lebih.
5.4. Cat yang sudah disetujui merk dan warnanya supaya diberitahukan kepada
pemberi tugas untuk memudahkan pemeliharaannya dikemudian hari.

X. PEKERJAAN KHUSUS PAGAR


1. Pagar Kawat Duri
1.1. Pagar terbuat dari besi siku dan kawat duri dengan ukuran sesuai gambar
1.2. Mutu baja tulangan / baja siku yang digunakan harus dapat dibuktikan
dengan test laboratorium
1.3. Setiap hubungan antara besi siku di las atau disekrup dengan baut
1.4. Sedangkan hubungan tiang besi siku dan kawat duri dapat disekrup / diikat
dengan kawat baja
1.5. Bahan harus dalam keadaan baru dan tidak boleh ada karat-karat sebelum
pekerjaan dilaksanakan dan harus di meni dulu sebelum dipasang.

2. Pagar Harmonika
2.1. Pagar terbuat dari tiang besi dan kawat harmonika yang di galvanish dengan
ukuran sesuai gambar.
2.2. Mutu baja tulangan / baja yang digunakan harus dapat dibuktikan dengan
test laboratorium.
2.3. Setiap hubungan antara besi di las / di sekrup dengan baut.
2.4. Sedangkan hubungan tiang besi dan kawat harmonica dapat disekrup /
diikat / diklaim dengan kawat baja / sekrup.
2.5. Bahan harus dalam keadaan baru dan tidak boleh ada karat-karat sebelum
pekerjaan dilaksanakan dan harus di meni dulu sebelum dipasang.
3. Pagar Wiremesh
3.1. Pagar terbuat dari tiang besi galvanish dan WIREMESH yang di galvanished
dengan ukuran sesuai gambar.
3.2. Mutu baja yang digunakan harus dapat dibuktikan dengan test
laboratorium.
3.3. Setiap hubungan antara besi disekrup dengan baut.
3.4. Sedangkan hubungan tiang besi dan wiremesh dapat disekrup / diklem
dengan plat baja / sekrup.
3.5. Bahan harus dalam keadaan baru dan tidak boleh ada karat-karat sebelum
pekerjaan dilaksanakan dan harus ditest sebelum dipasang.
3.6. Diameter wiremesh kawat minimal : 4 mm
3.7. Jarak wiremesh : 50 mm
3.8. Tinggi minimum wiremesh : 2000 mm
3.9. Panjang wiremesh : 2500 mm
3.10. Wiremesh jenis hot dip galvanized (Bristish Standard 443 1982) dan produksi
pabrik (mesin).
3.11. Typical coat galvanized minimal 60 micron, life time 10 th (minimum).
3.12. Tiang pagar panjang 2600 mm diameter 2 Hot Dipped Galavanized.
3.13. Pagar Bandar Udara dari wiremesh harus memenuhi standar spesifikasi
diatas dengan jaminan mutu ( factory sertificate ).

Q. PEKERJAAN KHUSUS MEKANIKAL

1. Jaringan Fire Alarm & Fire Fighting


1.1. Yang dicakup dalam lingkup pekerjaan instalasi fire alarm dan fire fighting
ini adalah menyediakan, memasang, mencoba,/trial run dan mengisi dari
semua instalasi fire alarm maupun fire fighting; yang diperinci dalam
uraian pekerjaan dibawah ini serta yang tertera dalam gambar.
1.2. Lingkup pekerjaan disini adalah pengertian bahwa unit dapat bekerja
dengan baik tiap-tiap bagiannya maupun seluruh instalasi yang terpasang
sebagai unit keseluruhan.
1.3. Pengadaan dan pemasangan semua fire detector, manual call alarm bell,
beserta instalasi wiringnya.
1.4. Pengadaan dan pemasangan master control fire alarm panel beserta
instalasi wiringnya.
1.5. Pengadaan dan pemasangan power supply untuk melayani system fire
alarm tersebut.
1.6. Pengadaan dan pemasangan unit-unit fire fighting (fire extinguiser).
1.7. Pengadaan trial run dan pengujian untuk seluruh instalasi, maupun
demonstrasi dari unit-unit fire fighting yang dipergunakan.
1.8. Board yang menunjukan adanya peralatan-peralatan manual fush
button,fire fighting unit,menunjukan tempat/arah pintu bahaya/tangga
bahaya(fire escape).
1.9. Pembuatan lemari-lemari untuk FHR, Fire Extingusher dan alarm call dan
button pada tempat-tempat yang ditentukan.
1.10. Pemborong harus meyakinkan pemberi tugas bahwa pekerjaan
dilaksanakan oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman dan mengikuti
standar yang telah ditentukan. Selama pemasangan, pemborong harus
menempatkan seseorang ahli yang selalu mengawasi pelaksanaan.
1.11. Pemborong harus mengganti kembali material-material yang rusak,
sehingga syarat-syarat fisik maupun teknis tetap dapat dipenuhi.
1.12. Pemborong harus membersihkan kembali sisa-sisa/bekas-bekas
pekerjaaan yang berupa potongan-potongan kayu, kabel metal, bekas
bobokan baik pada tembok/beton maupun pada dinding dan lantai.
1.13. Pemborong harus mengadakan testing, start up dan demonstrasi bila
diminta, dimana segala keperluan untuk hal ini adalah menjadi tanggung
jawab dan biaya pemborong.
2. Manual, Spare part, Instruksi, Training
2.1. Sekurang-kurangnya 2 bulan sebelum proyek diserahkan kepada pemilik.
2.2. Pemborong diwajibkan menyerahkan manual, keterangan spare part serta
instruksi yang dianggap perlu terhadap semua peralatan yang dipasang.

3. Built In Insert
3.1. Pemborong harus menyediakan semua Insert serta peralatan-peralatan
tambahan lain yang dibutuhkan yang harus dipendam dalam beton
maupun cara pemasangan yang lain.

4. Pentanahan
4.1. Semua peralatan-peralatan harus diketanahkan sesuai dengan peraturan
yang ada.
4.2. Untuk itu pembohong harus membuat gambar kerja untuk persetujuan
Direksi Lapangan.

5. Finishing
5.1. Semua matrial yang dipasang harus sudah dalam keadaan difinished
dengan baik sesuai yang disyaratkan, finishing setelah terpasang adalah
disyaratkan dan ini mencakup segala perbaikan pada matrial tersebut
maupun pekerjaan lain sebagai akibat pemasangan instalasi tersebut
termasuk didalamnya : perbaikan,pengecatan kembali,pembersihan dan
lain-lain.
5.2. Semua peralatan dari Alarm yang dapat dilihat,seperti pipa conduit,yang
tidak ditanam, manual call, bell, fire fighting unit dan lain-lain harus
difinished dengan cat merah.

6. Master Control Fire Alarm Panel


6.1. Master Control Fire Alarm Panel harus mempunyai kapasitas minimal 16
zones (loop zones).
6.2. Harus mempunyai perlengkapan-perlengkapan standard :
6.3. Indicator/zignal zones sesuai dengan jumlah zones.
6.4. Buzzer/Horn.
6.5. Fire Brigade Telephone Line.
6.6. Fire Fighting (Fire Pump) line.
6.7. Monitor line.
6.8. Signal otomatis dan manual Monitor untuk memberi petunjuk terjadinya
gangguan Open Circuit maupun Short Circuit pada jaringan 100 p ataupun
gangguan instalasi lainnya.
6.9. Panel dibuat dengan konstruksi rangka besi danditutup dengan pelat besi
tebal 1,5 mm
6.10. Cat finished berwarna merah dan sebelum dicat harus diberi lapisan dasar.
Master Control diletakan diruangjaga pada Central Control.
7. Power supply
7.1. Tegangan yang boleh dipergunakan adalah tegangan DC, tidak lebih dari
100V, tegangan ini diperoleh dari Rectifier.
7.2. Dalam keadaan Emergency dipergunakan supply dari baterry yang dapat
melayani system ini selama 6(enam) jam (Nickel Cadmium Baterry).
7.3. Besar kapasitas baterry dan rectifier system harus sesuai dengan instalasi
fire alarm secara keseluruhan.

8. Fire Detector
8.1. Maksimum temperatur detector mempunyai daerah cakup + 20 M,dengan
temperatur maksimum + 60 derajat C.
8.2. Kombinasi maksimum dan rate of rise temperatur detector dengan
maksimum temperatur + 60 derajat Celcius dan mempunyai daerah cakup
+ 20 M2.
8.3. Smoke Detector (lonization), High Sesitivity, dipasang pada ketinggian + 3
M, daerah basement, ambient temperatur sekitar minimum + 20 derajat
celcius, maksimum + 50 derajat celcius, supply DC tidak lebih dari 100V.

9. Alarm Bell
9.1. Supply DC tidak lebih dari 100 V, type indoor.
9.2. Bell yang dipasang didaerah kantor mempunyai frequensi yang cukup,
sehingga dapat mengatasi noise level dengan tingkat sedang.

10. Manual Alarm (Sirine)


Indoor type, dipasang semi inbow pada dinding, Supply DC tidak lebih dari 100 V,
element utama push button.

11. Horn Alarm (Sirine)


11.1. Dipasang out door, didaerah parkir atau tempat lainnya, sesuai petunjuk
Direksi Lapangan.
11.2. Mempunyai frequensi yang cukup sehingga bisa didengar dengan jelas
didalam kantor maupun diluar.

12. Fire Fighting Unit


12.1. Fire Fighting Unit adalah dari type dry chemical, multi purpose untuk A, B,
C, class fire rating.
12.2. Serbuk kimia yang digunakan harus dari jenis non tonix (tidak beracun).
12.3. Dilengkapi dengan hose karet dan nozzle.
12.4. Unit-unit fire Extinguisher yang dipergunakan adalah :
Fire Extinguisher.
Bahan : Multi purpose dry chemical (A, B, C, class fire).
Capasitas : 2,0 kg.
Daya semprot : 3-7 m.

13. Instalasi, Conduit, race way


13.1. Master control fire alarm diletakkan didalam ruangan jaga, ditempat pada
central control.
13.2. Kabel yang menghubungkan antara master control panel dan auxiliary
monitor panel adalah kabel NYY, dimasukkan dalam pipa conduit baja dan
diletakkan didalam trench telepon (dalam bangunan), keluar bangunan
kabel ditanam langsung kecuali apabila kabel menyeberang jalan harus
dimasukkan dalam pipa besi diameter 4 dua buah.
13.3. Untuk menggabungkan CTC dari tiap lantai ke lantai atasnya kabel NYY
dalam conduit diklem pada dinding shaft.
13.4. Dari CTB ke fire detector, manual call box maupun bell dipergunakan kabel
NYY 1,5 mm2 diletakkan dalam conduit pipa union yang ditanam pada
beton.
13.5. Setiap pembelokan/pencabangan/penyambungan harus diadakan junction
box, dipasang tertanam pada beton.
13.6. Untuk instalasi didinding atau beton pipa conduit ditanam dalam dinding
atau dicor dalam beton.
13.7. Manual call box dipasang mounted pada dinding setinggi 1.40 m.
13.8. Conduit kabel yang turun kebawah harus dipasang ditanam/tertanam
dalam dinding.
13.9. Untuk pipa conduit junction box yang tertanam dalam beton, pemborong
harus memasang sebelum pengecoran beton.
13.10. Fire fighting unit fixed type digantung pada dudukan penggantung,
sedangkan dudukan penggantung dipasang menempel pada dinding
dengan anchor, dibuat built in dalam legokan pada dinding atau dipasang
pada lemari-lemari set FHR & fire fighting equipment.

14. Papan-papan tanda


14.1. Pemborong harus melengkapi peralatan tersebut dengan papan-papan
tanda yang menunjukkan adanya alat-alat seperti manual call, fire fighting
unit emergency door.
14.2. Papan pada plat besi 0,2 mm ukuran disesuaikan dengan jumlah huruf,
warna dasar merah, dengan huruf kuning terbaca dari jarak 10 m untuk
mata normal.

15. PENGKONDISIAN UDARA (AC)


15.1. Packaged water cooled AC split :
Jumlah Unit :
Kapasitas pendingin : minimal..btuh.
Total kapasitas : .btuh.
Kompressor : Setiap unit AC mempunyai (.) bh kompresor
jenis hermatic reciprocating dilengkapi dengan
crankase heater dan internal motor winding thermal
protection.
Capacity control : Setiap unit dengan Capacity step 100% -67%-0
%..
Condenser : jenis shell & tube jumlah :,water circuit :
Karekteristik : 380 Volts/3 Phase/50 hz dengan toleransi 10%.
Listrik
Protektion device : - high and low pressure cutout.
- flusible plug.
- Overcurent relay.
- Internal motor winding thermostat.
16. Pemasangan Condensing unit:
16.1 Condensing unit di tempatkan dihalaman air side dengan membuat pondasi
1 : 2 batu bata yang plester tinggi pondasi 10 Cm dengan ukuran panjang
dan lebar 10 Cm lebih besar dari pada ukuran condensing unit.
16.2 Suhu rata-rata yang dikehendaki didalam ruangan 22 26 c pada operasi
medium atau high.

17. Fan Coil Unit


17.1. Penempatan Fan Coil Unit agar dicapai pendinginan yang merata bagi
seluruh ruangan.
17.2. Dipasang pada dinding tembok dengan rangka besi siku yang dianker
dengan ketinggian rata-rata 2,5 meter dari lantai.
17.3. Dipasang pada ceiling (disesuaikan dengan keadaan gambar ruangan
/bangunan dengan persetujuan direksi ).
17.4. Disertai dengan bahan-bahan dan material untuk pemasangan seperti Pipa
tembaga, Isolasi Arma Fiex, Seal / Gasket, Nipple, klem dari besi strip, besi
siku untuk konsol rangka penggantung baut-baut anker.

18. Peralatan Kontrol dan Pengaman


18.1. Harus disertakan seperti :
Thermostat dan kabel-kabelnya.
Motor protection switch.
Klem-klem iso pasangan kabel bila opbauw.
Pipa-pipa pelindung PVC atau pipa besi jenis union bila inbauw.
Kawat BC 6 mm2 dan 10 mm2 untuk pentanahan dan elektroda
tanahnya.
Nilai pentanahan maximum 5 ohm.

18.2. Pengadaan disertai dengan jaminan garansi 1 (satu) tahun dan service
gratis dihitung setelah test dan balancing dari peralatan-peralatan yang
dipasang.
19. Pemasangan air curtain
19.1. Panjang 90/120 cm.
19.2. Tegangan satu phase + nol 220 volt 50 Hz, dilengkapi dengan saklar law,
medium, high dan lampu indicator.
19.3. Cara pemasangan : sedikit lebih besar dari lebar ambang pintu, bila
dipasang lebih dari satu buah air-curtain pada satu ambang pintu,
sambungan listriknya diambilkan dari phasa yang berlainan dan
pemasangan tidak mengganggu daun pintu.
19.4. Pada waktu dilakukan testing dan balancing dari peralatan AC air-curtain
dicoba/disesuaikan pada posisi kecepatan yang sesuai, agar diperoleh
efisiensi yang tinggi dalam pengoperasian air-condition.

20. Ban Berjalan(conveyor belt)


20.1. Pengadaan dan pemasangan conveyor belt lengkap dengan semua
peralatan yang dibutuhkan, berjalan lancar, aman sesuai dengan gambar
dan memenuhi spesifikasi yang diminta, dari merk yang ditentukan.
20.2. Pemborong harus menyediakan 1 (satu) set perkakas (toolkit) untuk
keperluan perawatan dan perbaikan, serta satu unit motor penggerak
sebagai cadangan.
20.3. Pemborong berkewajiban melatih 2 orang operator, agar mengoperasikan
conveyor tersebut.
20.4. Penyerahan pekerjaan oleh pemborong harus dalam keadaan baik, siap
pakai, beroperasi dengan baik dan lancar.
20.5. Sebelum pekerjaan diserahkan, pemborong harus mengadakan
percobaan/testing operasional yang disaksikan oleh Direksi untuk
menunjukan bahwa conveyor bekerja dengan baik, lancar dan aman.
20.6. Pemborong tetap bertanggung jawab atas semua biaya perbaikan
penggantian suku cadang selama dalam masa jaminan (garansi) 6 bulan
sejak tanggal penyerahan.
20.7. Pekerjaan terdiri dari 2 unit yang terdiri dari belt conveyor dan gravity.

21. Dimensi Conceyor Belt


Panjang : meter.
Lebar : 1,00 meter.
Tinggi : 0,400 meter.
Ammeeraal ATM 315/3-2,2 mm rubber top very low friction.
Lebar belt : 0,800 meter.
Kecepatan belt : 20-25 meter/menit.
Kemampuan beban : 1200 bagasi/jam, 50 kg/bagasi.

22. Dimensi Gravity Roller


Panjang : meter
Lebar : 1,00 meter
Tinggi : 0,400 meter.
Jarak antara roll (pitch) : 0,075 meter.
Ukuran roll : 50 mm, L = 900 m.
Pemasangan : Centre line dengan conveyor belt.
Pelat luncur (sliding bed): Pelat baja tebal 3 mm.
Pelat tutup samping (cladding) : stainless steel 2 mm sepanjang
conveyor.
Rangka (frame) : Baja Profil.
Motor penggerak : a) Motorized drum + non slip logging, 3 phase,
220/380 volt, 50 cps.
b) Motor AC, 3 phase,220/380 Volt, 50 Hz.
- Transmisi daya : Roda gigi, rantai dengan sproket system.

23. Perlengkapan-perlengkapan lain


23.1. Conveyor belt harus dilengkapi dengan peralatan pengatur kekencangan
belt.
23.2. Roll penggerak harus dilapisi dengan lapisan gesek (frictio layer).
23.3. Pada ujung gravity dipasang penahan barang.
23.4. Emergency stop button.
23.5. On/off push button.
23.6. Lampu-lampu penunjuk (indicator lamp).
23.7. Semua bahan yang dipakai harus sesuai dengan iklim Indonesia dan
terlindungi terhadap karat.
23.8. Perlu diatasi adanya getaran yaitu peredam terhadap getaran yang
mungkin timbul.

24. Gravity Roller


24.1. Jenis pekerjaan adalah pengadan dan pemasangan gravity roller lengkap
dengan semua peralatan.
24.2. Ukuran serta bentuk disesuaikan dengan gambar.
Panjang : meter.
Lebar : 1.00 meter.
Tinggi : 0,40-0,50 meter.
Jarak antara roll : 0,075 meter.
Ukuran roll :
Diameter : 50 - 60 mm.
Panjang : 800-900 mm
24.3. Pemasangan : center line dengan conveyor belt/sesuai gambar.

25. Lain-lain
25.1. Pekerjaan harus baik dan rapih.
25.2. Sebelum pekerjaan diserahkan pemborong harus menyesiakan satu set
perkakas (toolkit) untuk keperluan penawaran dan perbaikan.
25.3. Pada ujung gravity roller dipasang penahan barang.
25.4. Semua bahan yang dipakai sesuai dengan iklim Indonesia dan terlindung
dari karat dan sebelum digunakan harus mendapat persetujuan dari
Direksi terlebih dahulu.

S. PEKERJAAN KHUSUS EKSTERIOR

1. Pekerjaan Pagar Tembok Halaman


1.1. Pagar tembok merupakan pasangan dinding bata diatas tanah dan beton
bertulang dibawah tanah.
1.2. Pasangan tembok merupakan pasangan dinding setengah bata dengan
penguat-penguat kolom praktis beton bertulang.
1.3. Pada bagian-bagian tertentu seperti tertera dalam gambar, dibagian atas
pagar tersebut dibuat bak tanaman dari beton exposed, menerus sepanjang
pagar, untuk membuang air harus disediakan pipa-pipa pembuang
diameter 1 setip jarak 1,5 m dicor pada dasar bak vertical, menonjol 2 cm,
dari bidang bawah. Selanjutnya bagian dalam bak beton diberi lapisan
waterproofing.
1.4. Aduk yang dipergunakan untuk pemasangan bata dan plesterannya adalah
1 pc : 3 ps, tebal minimum lapis plesteran adalah 1,5 cm.
1.5. Selanjutnya semua prosedure pekerjaan ini sama dengan pekerjaan dinding
bata, plesteran dan pengecatan dinding luar.
1.6. Bak tanaman setelah siap diberi lapisan pecahan bata atau genting setebal
3 cm dan diatasnya diberi tanah humus siap untuk ditanami.

2. Pekerjaan Tiang Bendera


2.1. Bahan tiang bendera adalah pipa besi hitam dimeter 3 dengan sirip-sirip
sepanjang tiang tersebut dari plat baja ukuran seperti tertera dalam
gambar, dilaskan dengan las listrik setiap jarak 30 cm.
2.2. Puncak tiang bendera dibuat dari kayu jati tua yang dibuat dengan bentuk
dan ukuran menurut gambar untuk itu, kemudian dilabur dengan cat
bitumen warna putih (broken white).
2.3. Sebuah kerekan dari pen baja bubut dimeter 1/2 yang berputar pada 2
buah ball bearing diameter dalam dilaskan pada bagian paling atas dari
tiang.
2.4. Bagian pipa yang tertanam dalam pondasi dicat dengan cat anti karat
sedangkan tiang bendera beserta cincin dasarnya dicat dengan cat Enamel
sesuai dengan pasal mengenai pekerjaan cat besi warna putih (broken
white).
2.5. Setelah tiang bendera terpasang, tegaknya harus lurus vertical dan
dilengkapi dengan tali bendera nilon diameter 8 mm dan sebuah bendera
merah putih ukuran 90 x 180 cm tersebut dari kain tetoron.

3. Pekerjaan Landscape
3.1. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan-pekerjaan seperti :
- Pekerjaan rumput, pohon pelindung dan hias.
- Pekerjaan pemasangan tanda lalu lintas.
- Pekerjaan seni taman.
- Pekerjaan pemasangan lampu taman.
- Pekerjaan lain yang dinyatakan dalam gambar yang termasuk
pekerjaan landscape.
3.2. Pasir yang dipergunakan untuk rabat beton, pasangan pekerjaan-pekerjaan
yang termasuk pekerjaan landscape adalah pasir pasang yang diambil dari
sungai.
3.3. Untuk penanaman rumput tanah asal ditimbun dengan tanah yang baik.
Untuk tanaman-tanaman hias diambil setinggi (5-15)cm.
3.4. Untuk tanaman-tanaman perdu, diadakan galian minimum 40 cm
disesuaikan dengan jenis tanamannya, dan ditimbun dengan tanah yang
dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan yang sesuai.
3.5. Untuk tanaman-tanaman pelindung/pohon diadakan penggalian minimum
80 cm disesuaikan dengan jenis/besarnya pohon dan ditimbun dengan
tanah yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan yang
sesuai.
3.6. Cara-cara penanaman harus sesuai dengan cara penanaman yang lazim
bagi tiap-tiap jenis tanaman.
3.7. Dalam masa penanaman tanaman-tanaman pemborong. Diwajibkan
memelihara sampai tanaman tanaman tersebut dinyatakan tumbuh, dan
tanaman-tanaman yang mati harus diganti sesuai dengan besar dan jenis
pohon.
3.8. Untuk tanaman-tanaman perdu dan tanaman-tanaman pelindung sesudah
ditanam harus dilengkapi tiang-tiang pengaman dari gangguan manusia
maupun binatang.
3.9. Untuk pekerjaan pemasangan tanda lalu lintas dan lampu taman,
pemborong diharuskan menunjukan contoh bahan-bahan yang akan
dipasang kepada Direksi guna mendapatkan persetujuan.
3.10. Untuk pekerjaan seni taman harus dilakukan oleh ahli dalam bidang ini.
3.11. Untuk pekerjaan lain yang dinyatakan dalam gambar yang termasuk
pekerjaan landscape harus dikerjakan sesuai gambar dan petunjuk pihak
Direksi.

4. Pekerjaan Pagar Pengaman


4.1. Situasi
4.1.1. Tempat pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas adalah dibandar
Udara.pada daerah sekitar terminal, sesuai gambar.
4.1.2. Halaman tanah dan pengukuran diserahkan pada pemborong
dalam keadaan sesuai pada saat pemberian pekerjaan.

4.2. Ukuran dan Tinggi Pokok


4.2.1 Ukuran Duga (Peil) dan ukuran tinggi ditentukan dalam gambar.
Pemborong wajib memeriksa semua ukuran ini dalam pelaksanaan,
sehingga betul-betul sesuai dengan gambar.
4.2.2 Apabila terdapat perbedaan ukuran maka pemborong wajib
menanyakan pada Direksi.
4.2.3 Penentuan semua ukuran harus digunakan pesawat ukur
THEODOLITH dan setelah ditentukan harus disahkan secara
tertulis, dibuku Direksi oleh pengawas pekerjaan.

4.3. Pekerjaan Tanah


4.3.1. Pekerjaan panggilan, peralatan, pengukuran dan lain-lain (kalau ada)
adalah bagian dari pekerjaan tanah ini.
4.3.2. Untuk galian pondasi disesuaikan dengan gambar. Dan lobang
galian pondasi harus cukup lebar, sehingga pelaksanaan pekerjaan
tidak terganggu.
4.3.3. Apabila dasar galian pondasi terdapat akar-akar atau tanah masih
lunak, maka harus digali sampai memenuhi syarat tanah yang
cukup baik sesuai pertimbangan Direksi.
4.3.4. Pengurugan kembali bagian pondasi untuk bagian luar boleh dipakai
tanah bekas galian. Sedang bagian dalam dipakai pasir urug yang
disetujui oleh Direksi.
4.3.5. Dibawah pasangan pondasi (Anstamping) diberi lapisan pasir padat
setebal 10 cm.

4.4. Pekerjaan Pondasi


4.4.1. Pondasi dibuat dari pasangan batu kali /karang dengan adukan 1 pc
: 5 ps.
4.4.2. Pondasi adalah pondasi setempat dengan ukuran dan kedudukan
sesuai gambar.
4.5. Pekerjaan Besi / Pagar
4.5.1. Pagar tersebut dari besi beton dengan ukuran sesuai gambar
(semutu dengan type pagar BRC).
4.5.2. Setiap hubungan antar besi baja dilas.
4.5.3. Tepi besi beton vertical ditekuk, diberi penguat dan dilas (lihat
gambar).
4.5.4. Hubungan besi beton dengan tiang disekrup dan dilas.
4.5.5. Hal-hal lain akan ditentukan kemudian.
4.6. Pekerjaan Pagar Kawat Duri / Harmonika
4.6.1. Pagar terbuat dari bahan :
4.6.2. Tiang dari besi siku 50.50.6 (vertical) dan besi siku 50.50.6
(penunjang).
4.6.3. Kawat duri (horizontal).
4.6.4. Pada tiang besi siku dibuat lubang-lubang untuk meletakkan ikatan
kawat duri, jarak sesuai gambar. Kawat pengikat sejenis kawat duri.
4.6.5. Pada ujung-ujung tiang yang ditanam pada pondasi ditambah
angkur / penguat.
4.6.6. Besi siku yang dipakai sudah dilapisi menie besi / coating.
4.6.7. Hal-hal lain yang dianggap perlu akan ditentukan kemudian oleh
Direksi sejalan dengan prinsip-prinsip yang ada.

T. PEKERJAAN KHUSUS PENGADAAN / PENYEDIAAN AIR


BERSIH

1. Pembuatan Sumur Bor / Pompa


1.1. Termasuk dalam pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah pengadaan
semua peralatan, bahan-bahan, tenaga kerja dan fasilitas-fasilitas yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
1.2. Pembuatan sumur bor / pompa sesuai dengan gambar bestek dan
disesuaikan pula dengan keadaan / situasi daerah setempat mengenai
keadaan sumur bor / pompa tersebut untuk mendapatkan air yang lebih
baik.
1.3. Dalam mengajukan penawaran, sudah termasuk didalamnya segala
keperluan / biaya-biaya pengujian. Tanpa mengingat jumlah biaya
tersebut, kontraktor tetap bertanggung jawab pula atas biaya-biaya
pengujian yang tidak memenuhi syarat yang dikehendaki.
1.4. Pembuatan sumur bor / pompa harus mengikuti ketentuan yang berlaku
bagi daerah setempat dan ketentuan-ketentuan persyaratan teknis. Jika
tidak ditentukan lain maka digunakan pipa galvani ukuran diameter 1,5
dengan kedalaman yang telah ditentukan dan didalamnya dilapisi dengan
pipa galvani yang lebih kecil berukuran diameter 5/8 untuk mengangkat
air dari dalam sumur bor / pompa melalui mesin pompa air.
1.5. Beton pondasi / umpak sumur bor / pompa dengan ukuran dasar 0,5 m x
0,5 m tinggi 0,5 m dan ukuran bidang atas 0,3 m x 0,3 m dan masuk
dalam tanah 0,10 m dengan campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr.
1.6. Selama masa pelaksanaan kontraktor bertanggung jawab penuh atas
segala kerusakan bangunan yang ada, utilitas, jalan-jalan, saluran
pembuangan dan sebagainya, ditempat pekerjaan yang disebabkan oleh
beroperasinya alat-alat yang digunakan.

2. Pembuatan Bak Air


2.1. Membuat bak penampungan air dengan konstruksi beton bertulang
campuran 1 pc : 1,5 ps : 2,5 kr dilaksanakan untuk pekerjaan pada semua
bidang yang kedap air, lantai kerja dengan campuran 1 pc : 3 ps : 5 kr.
Pelaksanaan pekerjaan beton harus sesuai P.B.I. 1971.
2.2. Penempatan / lokasi bak penampungan air akan dijelaskan pada waktu
rapat penjelasan atau (lihat gambar).
2.3. Bak penampung air dilengkapi dengan menhole (lubang periksa) dengan
ukuran 60 x 60 cm dan tutup terbuat dari plat baja tebal 4 mm, serta
tangga pemeriksa yang semuanya digalvani / dicat anti karat.
2.4. Diperlengkapi dengan sambungan pipa-pipa penghubung drain, isi dan
isap. Memasang rabat beton 80 cm keliling bak penumpang dengan
ketebalan 20 cm.
2.5. Pada penyambungan pengecoran antara plat dasar dengan dinding harus
diberi water stop untuk mencegah kebocoran yang mungkin akan terjadi.
Pemasangan flat strip water stop harus disesuaikan dengan gambar dengan
tebal tidak boleh kurang dari 5 mm.

3. Pengadaan Hydrofoor Air Tawar


3.1. Pemasangan hydrofoor harus sesuai dengan gambar yang telah disetujui.
3.2. Pembuatan pondasi untuk hydrofoor dengan adukan beton 1 : 2 : 3.
3.3. Pembuatan pondasi untuk motor pompa air dengan adukan 1 : 2 : 3.
3.4. Pemasangan pompa air listrik harus betul axis dan level pada couplingnya.
3.5. Hydrofoor air tawar dengan data masing-masing sebagai berikut :
- Merk :
- Kapasitas tangki :
- Tekanan : 5 kg/cm2 motor akan mati. 2 kg/cm2 motor akan
start kembali.
- Dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut :
- Non return valve.
- T. piese.
- Airing lock.
- Pressure switch.
- Manometer.
- Connection for safety valve.
- Delifery connection.
- Water level pipe.
3.6. Motor popa listrik : self priming sentrifugal pump.
Merk : ..
Pompa type : ..
Kapasitas : ...
Totalhead : 65-24 meter.
Motor : Pk, 220/380 V, 50 Hz, 1430 Rpm.
3.7. Motor dilengkapi dengan 2 set automatic start delta switch.
3.8. Control box jenis wall mounted/up bouw ready wired dibuat dari besi plat
8.0 mm dengan tutup yang dapat dikunci, dicat warna abu-abu
hemmertex.
3.9. Pipa dari hidrofoor yang menuju ke bak penampungan menggunakan pipa
diameter 2 dengan bagian bawah pipa yang didalam bak diberikan volt
klep diameter 2.
3.10. Pipa dari motor ke hidrofoor air tawar memakai pipa diameter 2.

4. Pembuatan Menara Air Konstruksi Beton Bertulang


4.1. Membuat menara air dengan konstruksi beton bertulang untuk bagian-
bagian yang kedap air campuran 1 : 1,5 : 2,5.
4.2. Penempatan lokasi menara air akan dijelaskan pada waktu rapat
penjelasan.
4.3. Menara penampungan harus diperlengkapi dengan :
- Tangga luar pengontrol dari besi diameter
- Tangga dalam pengontrol bak menara diameter
- Lubang pengontrol (menhole) ukuran 60 x 60 cm.
- Penutup menhole dari plat baja 4 mm.
4.4. Pipa diameter 3, diameter 2, diameter 1 untuk saluran pengisi, penyalur,
penguras dan distribusi.
4.5. Dibawah menara air dan sekelilingnya dibuat rabat beton 1.00 m tebal 10
cm, dengan campuran 1 pc : 3 ps : 5 kr.

5. Pembuatan Sumur Bor Dangkal


5.1. Umum
5.1.1. Secara umum pembuatan sumur bor dilaksanakan sampai dengan
mendapatkan sumber air (aquifer) sesuai dengan kebutuhan dan
apabila pengerjaan pengeboran gagal, kontraktor harus
mengerjakannya kembali ditempat lain sampai dengan didapatnya
sumur yang baik dan sesuai.
5.1.2. Pekerjaan sumur bor ini sudah termasuk biaya pemasangan stop
kontak dengan kabel listrik yang sesuai sampai dengan pompa
dapat beroperasi dengan baik.
5.1.3. Termasuk dalam pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah
pengadaan semua peralatan, bahan-bahan, tenaga kerja dan
fasilitas-fasilitas yang perlu untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut.
5.1.4. Dalam pengajuan penawaran sudah didalamnya segala keperluan
pengujian pengujian dan biaya lainnya akibat kegagalan
pengeboran.

6. Pekerjaan Pembuatan Sumur Box Dangkal


6.1. Pembuatan sumur box harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku
didaerah setempat dan ketentuan-ketentuan peryaratan teknis. Data-data
keadaan tanah dan geologi tanah dapat diperoleh dari informasi daerah.
6.2. Pemilihan tempat pengeboran (titik bor) dipilih pada daerah yang
mempunyai drainage baik yang berjarak minimum 50 m dari sumber
populasi.
6.3. Pengeboran dilakukan sampai dengan mencapai lapisan pasir yang cukup
tebal, minimum kedalam pengeboran adalah 15 m dari permukaan tanah
hal ini untuk mencegah adanya populasi dari permukaan.
6.4. Dimensi pipa sumber adalah diameter 1.5 untuk sumur bor biasa dan
diameter 4 untuk sumur dengan pompa jet.
6.5. Setelah selesai pemasangan pipa sumur bagian atas sumur diberi pondasi
dari beton 1 : 2 : 3 dengan ukuran dasar 0,5 x 0,5 m dan diatas 0,3 x 0,3
setinggi 0,5 m masuk dalam tanah 0,10 m.

7. Pengadaan dan Pemasangan Pompa


7.1. Pompa yang dipakai adalah pompa jenis automatis artinya kalau kran
dibuka aliran listrik hidup dan kalau ditutup aliran listrik mati.
7.2. Pompa yang dipakai mempunyai kapasitas/ debit seperti yang ditawarkan
dalam kontrak penawaran. Pipa isap yang dipakai dari pipa galvanis
dengan diameter sesuai dengan karakteristik pompa dimasukkan kedalam
pipa sumur sampai kedalaman kurang 30 cm diatas dasar sumur pada
ujung pipa isap dipasang klep dengan saringan sambungan untuk pipa
isap harus kuat dan tidak boleh bocor.
7.3. Apabila dipakai pompa jenis jet pump yang biasanya dipakai 2 buah yaitu
pipa isap dan pipa tekan sehingga memerlukan pipa sumur yang lebih
besar (4) diameter pipa isap dan pipa tekan sesuai dengan karakteristik
pompa jet yang dipakai.
7.4. Setelah pemasangan pompa selesai kontraktor diwajibkan melakukan uji
pompa untuk menentukan besarnya debit air yang diperoleh.

8. Pembuatan Sumur Dalam


8.1. Secara umum pekerjaan pembuatan sumur dalam dilaksanakan sampai
mendapatkan aquifer yaitu lapisan tanah yang cukup banyak mengandung
air dan mempunyai debit air yang sesuai dengan kebutuhan langkah-
langkah pelaksanaannya diuraikan dalam tahapan.

9. Penyelidikan Sumber Air


9.1. Penetuan titik bor ditentukan berdasarkan penyelidikan geolistrik.
Penyelidikan geolistrik dapat dilakukan dengan cara wenner atau
Schlumberger agar didapat gambar tentang kondisi air tanah hingga
kedalam meter.
9.2. Lokasi penyelidikan adalah pada lokasi rencana test well. Hasil
penyelidikan dibuatkan dalam buku laporan.
9.3. Laporan harus memberikan gambaran yang jelas tentang kemungkinan
adanya sumber air tanah berupa perkiraan kedalaman dan tebal aquafer
serta usulan lokasi sumur dalam lokasi yang telah ditentukan.
10. Pengeboran Sumur
10.1. Pengeboran dilakukan dengan bor hidrolik (Hydrolic Rotary Bor), yang
mempunyai kapasitas cukup untuk pengeboran lubang sesuai rencana
sedalam meter.
10.2. Mata bor yang dipakai sesuai dengan struktur geologi tanah, pengeboran
dilakukan dengan 2 tahap :
a. Pilot Hole. Membuat lubang bor berukuran diameter 4 inch dengan
pilot dibuat hingga kedalaman meter.
b. Reaming Hole. Memperbesar lubang pilot dengan mata bor diameter 8
inch sampai dengan kedalaman meter.
10.3. Setelah pemboran disediakan bak-bak air sirkulasi. Air sirkulasi dicampur
dengan Lumpur atau lempung yang mempunyai kekentalan tertentu.
Dimaksudkan agar selama bor berputar akan menjadi pendingin mata bor.

11. Pengadaan Pipa Sumur


11.1. Pipa yang dipakai adalah 2 macam :
- Pipa jambang adalah pipa tempat pompa sumbmersible.
- Diameter pipa jambang adalah 5 inch terbuat dari pipa baja galvanis
kelas medium panjang pipa meter.
11.2. Pipa naik yang digunakan harus memenuhi grade A atau grade B pada
standar API (American Petrolium Institute), sehubungan bisa ulir atau
sambungan las. Pipa naik harus sesuai dengan diameter yang diminta dan
terbuat dari pipa baja galvanis kelas medium berdiameter 4 inch panjang
pipa meter.

12. Screen (Saringan)


12.1. Pipa screen dipilih type low carbon dengan kualitas setara dengan produck
class Johnson screen.
12.2. Screen dipasang pada formasi-formasi yang mengandung air (pada aquifer
yang telah ditentukan terlebih dahulu).
12.3. Letak screen ini berselang seling dengan pipa naik sesuai dengan aquifer.
Untuk menyambung screen digunakan las listrik.

13. Penentuan Aquifer


Aquifer adalah lapisan tanah yang mempunyai debit air. Aquifer ditentukan dari
hasil log listrik (electric logging) dan hasil contoh-contoh tanah (discripsi cutting)
yang keduanya dikorelasikan sehingga penetuan aquifer kana mencapai hasil
yang maximum dan akurat. Pada tempat-tempat aquifer ini dipasang screen.

14. Pembersihan Sumur


Pembersihan sumur dipakai system water jetting memakai air bersih yang
dipompakan dengan pompa tekan kapasitas 500 liter/permenit pada tekanan 25
kg/cm2.

15. Uji Sumur


15.1. Pumping test dilakukan dengan 2 macam test :
- Step Draw Down yaitu test pompa untuk menentukan level muka air
terendah setelah dilakukan test pompa selama 2 jam dengan kapasitas
pompa yang ditentukan.
- Long Period Test yaitu test pompa untuk menentukan debit sumur.
Test ini dilakukan selama 72 jam dengan kapasitas pompa yang
ditentukan kemudian.

16. Pengadaan Pompa Submersible


Pompa submersible yang digunakan mempunyai kapasitas liter/menit, dan head
minimum meter. Diameter pompa maximum adalah inch. Pompa dipasang pada
kedalaman meter dari ujung pipa bagian atas. Pompa dihubungkan dengan pipa
instalasi diameter sesuai dengan karakteristik suction pompa (diameter pompa)
sampai mencapai bak air Reservoir bawah (Ground Reservoir). Sebagai
kelengkapan pompa pada bagian atas pipa instalasi dipasang 1 buah gatevalve,
water meter pump dan selve.

17. Analisa Kualitas Air


Analisa kualitas air dilakukan terhadap contoh air sesuai dengan standar test air
yang berlaku di Indonesia antara lain meliputi kekeruhan warna, PH, kesadahan,
alkalinity, Ci, Fe, Mn, Ag dan sebagainya.

18. Pemasangan Gravel Pack


Pekejaan gravel pack dilakukan setelah pipa sumur terpasang gravel yang
digunakan mempunyai diameter 1 sampai dengan 8 mm dipasang antara lubang
bor dan bagian luar pipa sumur sampai kedalaman yang ditentukan. Pemadatan
Gravel Pack dilakukan dengan tekanan udara dari luar. Pemasangan gravel pack
dimaksudkan sebagai saringan air permukaan yang masuk kedalam sumur yang
biasanya banyak mengan dung Fe.

19. Ketegak Lurus Sumur


Lubang sumur yang telah diperbesar harus lurus dan vertical. Pengecekan
ketegak lurusan dapat dilakukan pada waktu pemboran. Dilakukan dengan cara
menggunakan babbin yang diameternya 1 inch lebih kecil dari diameter
jambang. Pembuatan lubang sumur yang tidak tegak lurus akan mempersulit
pemasangan pipa sumur (pipa casing).
INSTALASI AIR BERSIH
1. Pekerjaan Persiapan
1.1. Sebelum proyek dilaksanakan, pemborong harus mempersiapkan :
- Rencana Kerja.
- Mendirikan barak kerja dan gudang.
1.2. Mempersiapkan bahan-bahan yang dilakukan baik pipa (bahan utama)
maupun accesoris (bahan penolong).

1.3. Papan Nama


Pemborong harus membuat Papan Nama proyek dengan ukuran standar
DKI dari bahan kayu Borneo.

1.4. Rambu Lalu Lintas


Dalam melaksanakan pekerjaan pemborong diwajibkan memasang rambu
lalu lintas.

1.5. Bak penampungan Air


Untuk kebersihan lingkungan tanah-tanah galian harus ditempatkan pada
bak penampungan tanah, yang terbuat dari kayu terentang /borneo.

2. Pekerjaan Galian
2.1. Profil Parit Galian
2.1.1. Kedalam galian adalah sebagai berikut :
- Untuk pipa dengan diameter 4 = 0,90 meter
- Untuk pipa dengan diameter 3 = 0,90 meter
- Untuk pipa dengan diameter 2 = 0,60 meter
- Lebar disesuaikan dengan keadaan lapangan.

2.2. Penggalian pipa Harus Dilakukan dengan Hati-hati


2.2.1. Kerusakan-kerusakan instalasi lain (Telkom, PLN, GAS dan lain-
lain) akibat dari penggalian tersebut adalah tanggung jawab
pemborong.
2.2.2. Lobang-lobang galian harus bersih dan dapat dijamin bahwa bagian
dalam dari pipa tidak kotor oleh tanah serta barang-barang lain,
termasuk air tanah atau air kotor lainnya.
2.2.3. Penutupan lobang-lobang galian harus dilakukan secepatnya
(setelah diadakan pengetesan pipa).
2.2.4. Bahan dasar galian diurug pasir setebal 10 cm.
2.2.5. Setelah pekerjaan pemasangan pipa selesai, galian diurug kembali
dan dipadatkan sesuai keadaan semula (aslinya).
2.2.6. Apabila melintasi perkerasan jalan atau perkerasan lain diharuskan
untuk memperbaiki seperti keadaan semula.
2.2.7. Pada jalur lurus maximum tiap 100 M dipasang patok beton
ukuran 10 x 10 x 60 cm dan muncul dipermukaan tanah setinggi
20 cm.
2.2.8. Tiap-tiap belokan dipasang pasak beton ukuran 10 x 10 x 60 cm
dan muncul dipermukaan tanah setinggi 20 cm.

2.3. Bahan Utama


2.3.1. Pipa air bersih / minum digunakan pipa galvanis (GIP) kelas
medium.
2.3.2. Pada jaringan pipa induk dengan diameter 4 atau lebih besar, pada
setiap sambungan dan belokan dipasang pondasi beton 1 : 3 : 5.
2.3.3. Pada jaringan pipa pembagi dengan diameter 3, pemasangan pipa
cukup dipasang diatas pasir urug yang telah dipadatkan.
2.3.4. Pada jaringan distribusi yang masuk kedalam bangunan harus
dilengkapi dengan katup pengaman serta bak pengontrolnya.
2.3.5. Jaringan pipa kedalam gedung diameter dan harus dipasang
tertanam dalam plesteran.
2.3.6. Jaringan pipa yang tegak lurus dan yang tergantung dalam
bangunan dipasang dengan klem-klem/ angkur baut setiap jarak 2
meter yang tertanam kuat pada bangunan.

2.4. Bahan Penolong


2.4.1. Bahan penolong harus digunakan dari bahan yang sama dengan
jenis bahan utamanya.
2.4.2. Jika akan digunakan jenis lain, harus ada izin tertulis dari bidang
perencanaan teknik/ Direksi.

2.5. Pekerjaan Khusus


2.5.1. Manometer
Penempatan letak manometer sesuai dengan gambar rencana. Untuk
melindungi mano meter, dipasang box manometer sesuai dengan
gambar manometer yang digunakan, yaitu : Diameter = , tekanan
maximum = 50 kg/cm2.
2.5.2. Meter Control
Pemasangan dan penempatan meter control sesuai dengan gambar
meter bestek.
2.5.3. Valve / Afsluiter
Untuk bagian-bagian tertentu dipasang valve/ afsluiter sesuai
dengan gambar rencana bestek
Penempatan valve/ afsluiter diletakkan pada tempat-tempat yang
mudah dikontrol dan harus diberi symbol serta dilindungi. Untuk
diameter yang lebih besar dari diameter 150 dipasang bak afsluiter
dari beton bertulang.

2.6. Pemasangan Pipa


2.6.1. Pipa yang akan dipasang adalah dari jenis GIP klas medium dengan
sistem sambungan serew joint dan seal tape. Pemasangan pipa harus
cermat sehingga dapat dijamin tidak akan terjadi kebocoran.
2.6.2. Crossing pipa, pada crossing-crosing jalan raya, urugan harus
menggunakan pasir urug total/ seluruhnya. Pelaksanaan crossing
tidak boleh mengganggu arus lalu lintas (dilaksanakan pada saat-
saat sepi dan memasang rambu pengaman).

2.7. Testing Pipa


2.7.1. Sebelum diadakan penutupan galian, pemborong diwajibkan
mengadakan testing pipa.
2.7.2. Diameter pipa ditest 4 dan 3. Panjang pengetesan.meter.
2.7.3. Tekanan pengetesan = 4,00 atm, selama 2 jam air yang digunakan
harus air yang memenuhi syarat air minum.

2.8. Lain-lain
2.8.1. Gambar revisi Jika ada penyimpangan-penyimpangan dari gambar
rencana, pemborong harus membuat gambar revisi yang disyahkan
oleh Direksi.
2.8.2. Sehubungan dengan uraian dan syarat-syarat teknik tersebut diatas,
penentuan volume dan jenis barang dihitung bersama antara panitia
pelelangan dan rekanan yang hadir, sebagai dasar bersama harga
penawaran.
2.8.3. Pekerjaan yang termasuk pekerjaan pemborong, tetapi tidak
dijelaskan dalam rencana kerja dan syarat-syarat ini harus
dilaksanakan oleh pemborong supaya tercapai suatu penyelesaian
pekerjaan yang memuaskan.

2.9. Pekerjaan Bongkaran


2.9.1. Penggalian tanah untuk penggantian pipa harus dilaksanakan
dengan hati-hati agar keutuhan pipa akibat penggantian dapat
terjamin.
2.9.2. Penyambungan pipa lama dengan pipa baru harus dilaksanakan
sebaik mungkin agar dapat menghindari kebocoran pada sambungan
tersebut atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
2.9.3. Pemeriksaan pipa yang bocor harus dilaksanakan secara seksama
dan seteliti mungkin agar dapat menghindari kebocoran-kebocoran
pipa lama setelah selesai pekerjaan.
2.9.4. Kerusakan pipa akibat penggalian tanah adalah tanggung jawab
kontraktor.
2.9.5. Pipa yang tidak bocor, tetapi sudah rusak karena keroposan oleh
karatan harus diganti atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
U. PEKERJAAN KHUSUS JALAN DAN TEMPAT PARKIR

1. Pekerjaan Pendahuluan
1.1. Situasi. Tempat pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas adalah dibandar udara.
1.2. Halaman Tanah dan pengukuran diserahkan pada pemborong dalam keadaan
sesuai pada saat pemberian pekerjaan.
1.3. Ukuran dan Ukuran Duga Pokok.
1.4. Ukuran-ukuran secara umum tercantum dalam gambar sedangkan ukuran-
ukuran secara detail akan ditetapkan lebih lanjut oleh Direksi.
1.5. Ukuran pokok 0.00 akan ditentukan oleh Direksi sebelum pekerjaan dimulai
dan dicantumkan pada tiang (patok), dan hanya boleh dibongkar sesudah
pekerjaan selesai.
1.6. Peil dari permukaan jalan pada prinsipnya mengikuti terrain tanah asli
terkecuali apabila dikhawatirkan akan tergenang air atau melampaui landai
maximum yang ditentukan oleh jalan, maka badan jalan dibuat diatas timbunan
dan apabila terlalu tinggi dibuat diatas galian.
1.7. Berhubung kemungkinan adanya ketidak cocokan atau kekhilapan dari ukuran-
ukuran, pemborong harus meneliti kembali gambar-gambar yang bersangkutan.
Jika ternyata terdapat kekhilapan pemborong harus memberitahukan kepada
Direksi untuk diadakan koreksi.
1.8. Semua biaya penetapan ukuran dalam pelaksanaan pembuatan tiang-tiang
(patok) menjadi tanggung jawab pemborong.

2. Pekerjaan Tanah.
2.1. Pekerjaan pembersihan, adalah semua pekerjaan yang berhubungan dengan
membersihkan jalur yang ditetapkan untuk jalan dan tempat parkir, dari semua
jenis pohon, tanaman, semak/belukar, termasuk bekas-bekas pohon.
2.2. Lebar jalur yang harus dibersihkan rata-rata disesuaikan dengan ukuran-
ukuran dalam gambar.
2.3. Apabila terjadi penimbunan dibawah badan jalan / parkir timbunan harus
dikerjakan lapis demi lapis dipadatkan hingga sempurna.
2.4. Untuk meletakkan badan jalan / parkir, maka lapisan humus harus
dibersihkan, kemudian peil jalan disesuaikan bila terlalu rendah harus ditimbun
tanah, dengan jenis tanah urug sesuai dengan CBR tanah yang direncanakan.
Kemudian dipadatkan hingga sempurna dan mencapai peil yang telah
ditetapkan.
2.5. Pekerjaan tanah berm, harus diratakan sesuai dengan gambar, mengenai
kemiringan-kemiringannya dan pekerjaan harus dilakukan dengan baik
hingga menghasilkan pekerjaan akhir yang sempurna.

3. Pekerjaan Lapis Pondasi-Pondasi Bawah dengan Paklaag


3.1. Pekerjaan lapis alas (pasir dipadatkan)
3.1.1. Bila tanah badan jalan / parkir telah dipadatkan kemudian diberi
lapisan pasir dengan tebal sesuai gambar.
3.1.2. Lapisan pasir ini dibuat diseluruh permukaan badan jalan / parkir
dengan tebal lapisan yang sama, lalu dipadatkan sampai mencapai
kepadatan yang ditentukan

4. Pekerjaan lapis pondasi bawah


4.1. Jika keadaan lokasi memungkinkan lapisan ini disusun dari batu belah ukuran
sesuai gambar, dan disusun berdiri, diisi dengan batu-batu kecil dan pada
rongga-rongganya diisi dengan pasir, kemudian dipadatkan dengan mesin gilas
6-8 ton. Untuk Apron fire station dan DPPU digunakan mesin gilas 10-12 ton.
4.2. Jika tidak cukup terdapat jenis batu yang berukuran besar (15 cm), dapat
digunakan batu-batu yang berukuran kecil (batu pecah) dan rongga-ronganya
diisi dengan pasir yang dipadatkan.
4.3. Pada pekerjaan lapisan ini mungkin perlu disiram air untuk mempermudah
mengisi rongga-rongga dengan air, namun hal ini harus seizin pengawas
lapangan (tenaga ahli).
4.4. Dalam proses pemadatan bagian-bagian yang turun harus segera diisi lagi
dengan batu ukuran kecil, sehingga pada akhir pekerjaan permukaan telah
rata sempurna dan telah berbentuk seperti profil jalan yang terdapat dalam
gambar.

5. Pekerjaan lapis pondasi bawah sirtu


5.1. Sirtu yang digunakan dapat berupa campuran kerikil dengan pasir atau
campuran batu pecah dengan pasir atau bahan halus lain yang memenuhi
syarat.
5.2. Campuran bahan untuk sirtu harus seragam dan kalau tidak ditentukan
lain maka gradasi harus memenuhi syarat seperti dibawah ini :

Ukuran maximum Aggregate


Saringan ASTM
3
1,5

3 100 100
1,5 80-100 100
60-100 80-100
3/8 45-65 55-80
No. 4 30-50 40-60
No. 8 20-40 30-50
No. 30 10-30 15-30
No. 200 0-10 0-10
5.3. Bahan sirtu dapat dihampar pada bagian tanah dasar / sub grade yang
telah didapatkan dan telah mencapai kepadatan yang ditentukan. Tebal
lapis hamparan harus sama dan telah mengikuti bentuk profil jalan. Untuk
mendapatkan tebal yang sama maka kontraktor harus memasang patok-
patok petunjuk tebal pada as jalan dan kedua tepi dengan jarak maximum
10 m.
5.4. Apabila hamparan sudah cukup rapih, maka dapat segera diikuti dengan
penggilasan dengan menggunakan mesin gilas seperti pada pasal b ayat 1
Sp 0021.2.
5.5. Penggilasan dilakukan sehingga mencapai kepadatan yang ditentukan dan
apabila ada bagian yang mengalami penurunan segera ditambahkan bahan
yang sejenis lalu digilas kembali sampai tidak goyah lagi.

6. Pekerjaan Lapis Pondasi


6.1. Pada pekerjaan lapis ini digunakan batu pecah berukuran kecil (+ 0.5-5
cm). Kualitas bahan yang digunakan harus sesuai dengan yang ditentukan
dalam pasal 3 bahan-bahan dasar bangunan.
6.2. Bahan disebar keseluruh permukaan perkerasan dengan tebal yang
merata, lalu digilas sampai padat dengan mesin gilas seperti yang
ditentukan dalam pasal b ayat 1 Sp 0021.2.
6.3. Tebal lapisan adalah sesuai dengan yang tertera dalam gambar dan
merupakan tebal akhir setelah kepadatan dicapai.
6.4. Pekerjaan dikatakan selesai apabila lapisan benar-benar padat yaitu paling
kurang 6 lintasan (passes) dari mesin gilas atau yang ditentukan pengawas
lapangan. Juga permukaan telah rata sempurna dan bentuk profil telah
sesuai yang tertera dalam gambar.

7. Pekerjaan Prime Coat


7.1 Aspal yang digunakan untuk prime coat dari jenis RC 2 atau AC.60/70
dengan kualitas yang baik.
7.2 Pelaksanaan pekerjaan prime coat hanya dapat dilakukan dalam keadaan
cuaca yang baik.
7.3 Permukaan yang akan diberi prime coat harus kering dan bersih dari
kotoran atau bahan lepas.
7.4 Pemborong harus menyediakan alat paling kurang dengan sapu lidi guna
pembersihan tersebut.
7.5 Penggunaan alat pada penyiraman aspal harus yang baik sehingga dapat
dijamin distribusi aspal pada permukaan merata dengan sempurna.
7.6 Jumlah bahan aspal yang digunakan dalam pekerjaan ini tidak kurang dari
2,5 kg/m2.

8. Pekerjaan Lapis Permukaan dengan Penetasi Aspal


8.1. Aggregate yang digunakan terdiri dari batu pecah ukuran kecil (0,5-3 cm)
dengan komposisi berat yang seimbang. Kualitas bahan harus sesuai
dengan ketentuan dalam pasal 3 bahan-bahan dasar bangunan.
8.2. Bahan aggregate yang telah disetujui dapat disebar keseluruh permukaan
perkerasan dengan tebal yang merata, lalu didapatkan dengan mesin gilas
seperti yang ditentukan dalam pasal b ayat 1 Sp 0021.2.
8.3. Tebal lapisan ini sesuai dengan yang ditentukan dalam gambar dan
merupakan tebal akhir setelah kepadatan tercapai.
8.4. Pemadatan pada lapisan ini paling kurang 6 lintasan (passes) dengan mesin
gilas seperti yang disebutkan diatas, atau sesuai dengan petujuk pengawas
lapangan.
8.5. Bagian yang telah padat harus benar-benar rata dan bentuknya telah
sesuai dengan profil yang ditunjukkan dalam gambar.
8.6. Apabila pekerjaan pemadatan telah selesai, maka dapat dilanjutkan
kemudian dengan penetrasi aspal. Bila tidak ditentukan lain maka aspal
untuk penetrasi digunakan jenis aspal AC.60/70.
8.7. Penetrasi aspal dilakukan setelah seluruh permukaan yang akan
dipenetrasi bebas dari kotoran, bahan lepas dari debu. Pelaksanaan
pekerjaan ini harus dilakukan dalam keadaan permukaan yang cukup
kering dan keadaan cuaca yang baik.
8.8. Jumlah bahan aspal yang dibutuhlan untuk penetrasi paling kurang 6
kg/m2 dan harus menggunakan alat yang menjamin distribusi aspal secara
merata.
8.9. Pada lapisan yang telah dipenetrasi dengan seizin pengawas lapangan,
ditebarkan pasir kasar setebal 2 cm, kemudian digilas sampai padat.

9. Pekerjaan Lapis Permukaan dengan Kolakan


9.1. Bahan aggregate yang digunakan adalah merupakan bahan terpilih dan
sesuai dengan syarat bahan untuk jalan yang dikeluarkan oleh Departemen
Pekerjaan Umum.
9.2. Apabila tidak ditentukan lain maka komposisi gradasi bahan aggregate
adalah sebagai berikut :

Saringan ASTM Persentasi Lolos

1 100 %
85-100 %
No. 4 55-85 %
No.10 40-70 %
No.40 25-45 %
No.200 10-25 %

9.3. Campuran batu aggregate harus seragam, dan dalam segala hal
pencampuran harus dilakukan dengan menggunakan molen beton.
9.4. Apabila bahan aggregate telah tercampur secara merata maka dapat diikuti
kemudian dengan pencampuran bahan aspal.
9.5. Aspal yang digunakan adalah sejenis dengan RC II atau AC.60/70. Jumlah
aspal dalam pencampuran tidak kurang dari 6 %terhadap berat bahan
aggregate.
9.6. Penghamparan bahan kolakan yang telah siap dapat dilaksanakan dalam
keadaan dasarnya / besenya kering dan bersih, tidak hujan dan
permukaan pondasi sudah diprime coat.
9.7. Penggilasan dari konstruksi/lapisan kolakan yang telah dihampar
dilakukan dengan mesin giling sesuai dengan pasal b ayat 1 Sp0021.2
sampai betul-betul padat dan tidak goyah lagi.
9.8. Kalau terdapat bagian-bagian yang tidak rata/menurut profil, maka segera
disempurnakan dengan menambahkan bahan sejenis lalu digilas sampai
padat.

10. Pekerjaan Lapis Permukaan dengan Beton Aspal


10.1. Bahan aggregate yang digunakan adalah merupakan bahan yang terpilih
dan sesuai dengan syarat bahan untuk jalan yang dikeluarkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum.
10.2. Syarat pencampuran harus berdasarkan pada ketentuan yang berlaku
untuk jalan dan dapat dipakai syarat campuran yang berlaku di
Departemen Pekerjaan Umum atau sesuai dengan petunjuk pemimpin
proyek.
10.3. Gradasi aggregate kalau tidak disyaratkan lain, harus berada dalam batas-
batas sebagai berikut :

Saringan ASTM Persentase Lolos

100 %
No.4 70-100 %
No.10 35-30 %
No.40 25-50 %
No.200 8-25 %

10.4. Kadar aspal dan campuran /mixture diperhitungkan dari berat campuran
seluruhnya dan berkisar antara 5,5-10 %.
10.5. Persyaratan-persyaratan lain yang sehubungan dengan asal mixing plan
(AMP), harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku pada umumnya,
sehingga dalam segala hal dapat terciptanya pekerjaan yang lancar dengan
hasil yang bermutu.
10.6. Bahan beton aspal/hot mix yang telah siap dari AMP, dapat dihampar
dalam keadaan dasarnya / basenya kering dan bersih tidak hujan dan
permukaan pondasi sudah diprime coat. Bahan hot mix yang dihampar
masih mempunyai temperature antara 145 C-160 C atau sesuai petunjuk
Pemimpin Proyek/Direksi.
10.7. Hamparan hot mix dengan ketebalan yang telah ditentukan oleh pemimpin
proyek / Direksi dapat digilas dengan seizin dengan aturan-aturan
penggilasan beton aspal yang baik. Untuk penggilasan harus disediakan
masing-masing three whell rollers, dual tandum rollers, three oxle whell
roller dan phneumatic tours rollers kecuali dipersyaratkan lain oleh Direksi.
10.8. Penggilasan pada hamparan pertama dimulai pada kedua tepinya dan
diteruskan kearah tengah, sedangkan pada hamparan berikutnya
penggilasan dimulai dari sisi luar menuju kearah bagian yang telah
dipadatkan.
10.9. Penggilasan harus dilaksanakan terus-menerus sehingga semua bekas
penggilasan hilang dan bentuk permukaan telah sesuai dengan profil dalam
gambar kerja serta mencapai kepadatan yang diisyaratkan.
10.10. Guna keperluan penyelidikan komposisi, kepadatan dan kerapatan,
kontraktor harus mengambil sample / contoh yang sudah selesai dengan
menggunakan core drill.
10.11. Kontraktor harus mengganti / memperbaiki kembali bagian yang diambil
samplenya dengan beban biaya kontraktor sendiri. Apabila dari hasil
penyelidikan terdapat bagian yang tidak memenuhi syarat sesuai dengan
batas-batas toleransi yang ditentukan, kontraktor harus mengadakan
perbaikan sedemikian sehingga dapat memenuhi persyaratan.

11. Pekerjaan Pembatas Sisi Jalan (Kansteen)


11.1. Pembatasan ke-2 sisi jalan dibuat dari beton bertulang 1 pc : 2 ps : 3 kr,
tulangan 4/8 mm dengan sengkang 6 mm 10 cm. Selain kansteen, juga
unit-unit penahan roda dan unit-unit pembatas antara unipave dengan
monoslab dibuat dengan cara serupa, bentuk dan ukuran seperti tertera
dalam gambar-gambar untuk itu.
11.2. Pembuatan unit-unit tersebut harus dengan cara pencetak kecuali unit-
unit lengkungan boleh dicor setempat.
11.3. Unit unit tersebut harus ditanam dengan kokoh pada dasar, didudukan
dengan adukan 1 pc : 3 ps dan sambungan satu sama lain diikat dengan
adukan yang sama.
11.4. Pemasangan harus rapih dan kokoh membentuk garis lurus / lengkung
serta tidak ada bagian-bagian gompal yang terlihat.

V. PEKERJAAN INSTALSI SOUND SYSTEM

1. PEKERJAAN INSTALASI SOUND SYSTEM


1.1. UMUM
1.2. STANDARD
Standar dan referensi yang digunakan dalam pelaksaan instalasi sound
system disini, mengikuti peraturan instalasi dan cara-cara penggunaanya
yang pernah dilaksanakan pada suatu instalasi-instalasi dalam ruang
rapat, petunjuk dan auditorium yang setara.

1.3. PENDORONG
Semua pekerjaan instalasi sound system harus dilaksanakan oleh
perusahaan yang pernah mengerjakan sebagai instalasi sound system pada
proyek-proyek yang dianggap kopeten minimum sebanyak 5 x dan atas
dasar beberapa sertifikat yang pernah didapat dari system pelaksanaan
instalasi yang dimaksud.

1.4. GAMBAR
1.4.1. Gambar instalasi sound system menunjukan pekerjaan instalasi
sound system yang harus dikerjakan dimana didalamnya
digambarkan denah / lay out diagram system beserta besar-
besarnya.
1.4.2. Pemasangan instalasi yang menyimpang dari gambar karena kondisi
lapangan harus mendapat persetujuan dari konsultan dan pemilik.
1.4.3. Persetujuan tersebut diatur, tidaklah berarti membebaskan
pemborong dari kewajibannya untuk memasang instalasi dengan
cara yang betul, ahli, tepat fungsinya, ukurannya sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
1.4.4. Gambar-gambar arsitektur, struktur plumbing, air conditioning,
listrik, dan kontrak-kontrak lainnya haruslah menjadi referensi
untuk koordinasi dalam pekerjaan secara keseluruhannya.
1.4.5. Pemborong harus menyesuaikan peralatan-peralatannya terhadap
design.
1.4.6. Pemborong harus menyerahkan shop drawing untuk disetujui
konsultan sebelum memulai pelaksanaan, selambat-lambatnya 2
minggu setelah penunjukan pemenang lelang.
1.4.7. Pemborong harus menyertakan brosur lengkap (technical
description) mengenai peralatan yang ditawarkan untuk
mendapatkan persetujuan konsultan.
1.4.8. Pemborong harus menyerahkan kepada pemilik :
1 copy technical description dan manual dari cara operasi lengkap
dengan writing secara circuit diagram.
4 copy as built drawing, sebelum serah terima pekerjaan kepada
pemilik.

2. LINGKUP PEKERJAAN
2.1. Pengadaan dan pemasangan instalasi pengkabelan untuk speker-speker
box dan speker inti.
2.2. Pengadaan dan pemasangan unit-unit amplifiler dan sound systemnya
untuk ruang sidang dan ruang serba guna.
2.3. Testing dan balancing dari semua system sehingga diperoleh performance
yang baik secara keseluruhan.

3. KOORDINASI PEKERJAAN
Dalam hal pekerjaan sound system bersama-sama pekerjaan sipil dan lain-lain,
maka untuk kelancaran pekerjaan, maka setiap kontraktor harus mengkoordinir,
menyesuaikan skedule pelaksanaannya dengan kontraktor lainnya atas petunjuk
Direksi lapangan sebelum pekerjaan dimulai.

4. BUIL INSERT (SPARING)


Pemborong harus mentediakan semua insert, sleeves dan lain-lain peralatan
tambahan yang diperlukan yang harus ditanam dalam beton/tembok / lantai /
partisi atau pekerjaan pemasangan lainnya, sesuai dengan peraturan atau
petunjuk Direksi lapangan.

5. DAFTAR BAHAN
5.1. Setelah penunjukan pemborong diminta untuk menyerahkan brosur
(technical description) yang diminta sesuai dengan skeduke materi dan
brosur.
5.2. Semua material yang tercantum dalam skeduke material / brosur bersifat
mengikat dan merupakan lampiran dokuman penawaran.
5.3. Pemborong harus menyerahkan daftar material yang belum tercantun
dalam skedule material selambat-lambatnya 3 minggu setelah penunjukan
pemenang lelang, untuk mendapat persetujuan dari konsultan / Direksi
lapangan. Daftar dibuat 4 disertai dengan brosur dan keterangan lain yang
diperlukan.

6. PERLINDUNGAN BAGI PEMBERI TUGAS


Untuk segala penggunaan bahan, material, system, sertifikat, lisensi dan lain-lain,
oleh kontrktor pemberi tugas dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun
tuntutan yuridis lainnya.

7. GARANSI
Semua peralatan yang dipasang harus mendapat garansi sebagaimana mestinya.

8. SISTIM
8.1. System mempunyai sebuah master yang terletak diruang operator terdiri
dari master unit input, source mempunyai input dari cassette recorder,
tape reel recorder dan micropon, satu unit mixer, amplifler dan satu buah
switching unit.
8.2. Disamping master unit diatas, ada dua buah sub unit yang terdiri dari
mikropon dan push button interuptor (paging desk).
8.3. Kedua sub unit merupakan input dari satu unit power amplifier yang
terletak dibagian ruang rapat dan didalam ruang operator, dan sebelumnya
ke speaker masuk ke bagian switching unit yang ada dimaster.
8.4. Untuk instalasi system pengembangan kebanyakan memulai outlet, out let
yang dipasang ditembok atau ditempat lain bila diperlukan dengan petujuk
Direksi lapangan.

9. PERALATAN SOUND SYSTEM


9.1. BOX SPEAKER
- Daya : 15/25 W.
- Preq respanse : 150-10000 Hz
- Dilengkapi dengan matching transformer.
- Merk : Philips, TOA atau setara.
9.2. CEILING SPEAKER
- Daya : 5/7 W
- Preq respanse : 150-9000 Hz
- Bentuk persegi lengkap dengan matching transformer.
- Merk : Bouyer, Philips, TOA, atau setara dengan persetujuan
Direksi.

10. POWER AMPLIFIER MASTER UNIT


- Harus mempunyai freq responce lebar, inpedensi out put tinggi dan rendah
- Preq response
- Out put : 100 W
- Supply : 120-220 V, 50 Hz
- Merk : Philips atau setara

11. CASSETE PLAYER


- Dilengkapi dengan Fast Forward, rewind, automatic.
- Stop tape speed : 4,75 cm/3.
- Preq responce : 60- 10000 Hz
- Supply : 220 V- 50 Hz.
- Merk : Philips atau setara

12. TAPE REEL PLAYER


- Dilengkapi dengan fast forward, rewind
- Speed : 4,75 - 9,5 - 19 cm/3
- Preq responce : 40- 16000 Hz.
- Supply : 220 V.
- Merk : Philips atau setara

13. MIKROPON
- High independence unit directional
- Preq responce : 500-6000 Hz
- Sensitivity : 0,2 MV / UB
- Merk : Philips atau setara

14. PAGING DESK


14.1. Dilengkapi dengan base metal arodized bagian atas samping hitam, bracket
penopang mikropon.
14.2. Mikropon inidirectional (bag L), rangkaian elektronis untuk interupsi, 1
zone, dan rangkaian elektronis untuk input source nada interupsi
sebanyak 3 suku kata.
- Preq responce : 30-12000 Hz
- Source : 12 Volt
- Merk : Philips atau setara

15. KONSULE
Bahan dari metal 1,5 mm, rangka besi, system rak kabinet dengan 4 rak dengan
rel yang bisa keluar masuk (drawable) tinggi max 1,5 m, warna frame hitam,
penutup aluminium.

16. OUT LET MIKROPON DAN BOX SPEAKER


Out let dari type flus mounted, persegi dari hard plastic dengan satu buah lubang
jack.

17. INSTALASI
17.1. Untuk daerah yang tidak menggunakan celling gantung kabel ditanam
dalam beton langit-langit dan turun kebawah melalui dinding atau kolom.
17.2. Untuk daerah yang menggunakan celling gantung, kabel ditarik dalam pipa
corduit logam dan dipasang diatas celling. Pipa corduit harus diklem setiap
jarak 50 cm pemasangan harus mengikuti as built.
17.3. Tidak diperkenankan mengadakan penyambungan-penyambungan kabel
diluar kontak speaker maupun mikropon out let atau switching unit.
17.4. Pemasangan speaker unit, built in dalam almari / dinding rak. Untuk itu
pemborong harus meminta persetujuan dari Direksi lapangan.
17.5. Penempatan unit speaker maupun speaker box harus memperoleh
persetujuan Direksi.

W. PEKERJAAN RENOVASI DAN REHABILITASI


1. BATASAN
1.1. Dasar teknis pekerjaan ini adalah perbaikan pada bangunan yang sudah
ada baik pada keseluruhan bangunan atau dibagian bangunan yang
diakibatkan adanya perluasan bangunan dan perubahan tata ruang dalam
1.2. Persyaratan teknis pelaksanaan pekerjaan perbaikan ini tetap berorientasi
pada persyaratan teknis yang berlaku dalam bangunan baru (pada tiap
jenis pekerjaan), dengan memperhatikan segi-segi pengoperasian gedung
dan kondisi gedung yang ada itu sendiri, yaitu :
1.3. Sedapat mungkin mengurangi hal-hal yang dapat mengganggu aktivitas
yang berlangsung, dimana perbaikan tersebut dilaksanakan.
1.4. Usaha mengurangi resiko kerusakan pada kondisi yang ada diakibatkan
oleh pelaksanaan itu sendiri.

2. LINGKUP PEKERJAAN
2.1. Pekerjaan renovasi dan rehabilitasi meliputi pekerjaan :
Pembongkaran :
- pembongkaran dinding batu.
- Pembongkaran dinding partisi.
- Pembongkaran kusen-kusen pintu dan jendela.
- Pembongkaran plafon dan rangka plafon.
- Pembongkaran rangka atap dan penutup atap.
- Pembongkaran instalasi listik.
- Pembongkaran instalasi air.
- Pembongkaran lantai dan penutup dinding.
- Pembongkaran talang.
- Pembongkaran saluran air / drainage.
- Pembongkaran jalan dan halaman parkir.
- Pembongkaran pagar.
- Atau penggantian / perbaikan bagian-bagian bangunan lainnya
yang dibongkar atau rusak atas petunjuk Direksi.

2.2. Pembangunan / Perbaikan


2.2.1. Pekerjaan pembangunan / perbaikan dari renovasi / rehabilitasi
dilaksanakanmengikuti gambar kerja yang telah dibuat sesuai
rencana atau yang ditentukan kemudian atas petunjuk Direksi.
2.2.2. Persyaratan teknis pembangunan / perbaikan didasarkan pada
persyaratan teknis pembangunan baru yang telah ditentukan.

3. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


3.1. Untuk kelancaran pelaksanaan, kontraktor harus menyediakan tenaga
kerja / tenaga ahli yang cukup memadai dengan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
3.2. Termasuk dalam hal ini pengadaan bahan dalam jumlah yang cukup untuk
setiap pekerjaan, sehingga dapat dijamin pelaksanaan tepat pada
waktunya.
3.3. Kontraktor dalam pelaksanaan pembongkaran harus dapat menjaga sarana
yang masih dapat digunakan .
3.4. Bila terjadi kerusakan, maka kontraktor harus memperbaikinya atau
karena terdapatnya sarana-sarana yang mengganggu kelancaran
pekerjaan, maka sarana tersebut harus dipindahkan tanpa adanya biaya
tambahan.
3.5. Untuk menjaga kelancaran pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus dapat
mengatur penempatan bahan dan bila akan memasukkan bahan ketempat
pekerjaan harus dengan seizin Direksi / pengawas.
3.6. Kontraktor harus menjamin keamanan proyek, baik untuk barang- barang
milik kontraktor maupun milik pemberi tugas
3.7. Pemborong harus menempatkan petugas-petugas keamanan selama
pekerjaan berlangsung.
3.8. Listrik untuk keperluan kerja harus disediakan sendiri oleh kontraktor.
3.9. Penggunaan Diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan
untuk penggunaan sementara atas persetujuan Direksi lapangan.
3.10. Setiap pekerjaan pembongkaran dan pemasangan kembali harus
disesuaikan dengan gambar rencana / petunjuk teknis lapangan.
3.11. Bila terdapat hal-hal khusus yang menyangkut masalah teknis
pelaksanaan, pelaksana harus terlebih dahulu berkonsultasi dengan
Direksi.

Anda mungkin juga menyukai