Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEKERJAAN STRUKTUR

2.1. PEKERJAAN TANAH, PEKERJAAN PENGGALIAN DAN PENGURUGAN


a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi Pekerjaan Penggalian dan Pengurugan/Penimbunan
tanah dan pasir (sesuai gambar), seperti galian tanah pondasi batukali,
pondasi jalur, pondasi tapak beton, poer, tie beam/ sloof serta
penggaliandan pengurugan/penimbunanlain untuk pekerjaan drainage dan
Mekanikal / Elektrikal.
2. Semua penggalian tanah dan pengurugan tanah kembali harus dilaksanakan
sesuai dengan Gambar dan semua petunjuk yang disampaikan oleh
Supervisi, selama berlangsungnya pekerjaan.
3. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan ini dengan hasil yang baik dan sempurna.

b. Syarat Pelaksanaan Penggalian


1. Pekerjaan penggalian pondasi, sloof dan poer dan lain lain, dapat
dilaksanakan secara konvensional dan semua peralatan yang dibutuhkan
harus disediakan oleh Kontraktor, baik yang menyangkut peralatan untuk
pekerjaan persiapan maupun peralatan untuk pekerjaan penggaliannya
sendiri dan alat-alat bantu yang diperlukannya.
2. Sebelum pekerjaan penggalian dapat dilaksanakan, Kontraktor wajib
untuk mengajukan permohonan tertulis kepada Supervisi yang
menyebutkan tanggal akan dimulainya pekerjaan penggalian, uraian teknis
tentang cara-cara penggalian yang akan dilaksanakan.
3. Dalam melaksanakan pekerjaan penggalian ini, Kontraktor wajib
melaksanakan pekerjaan pencegahan atau kelongsoran tanah, pekerjaan
penanggulangan air tanah yang menggenang, pekerjaan perbaikan bila
terjadi kelongsoran dan lain sejenisnya.
4. Semua galian harus dilaksanakan sampai diperoleh panjang galian,
kedalaman, kemiringan dan lengkungan yag sesuai dengan yang tertera di
dalam Gambar Perencanaan.
5. Bila kedalaman penggalian terlampaui kedalaman yang dibutuhkan
sebagaimana yang tertera di dalam Gambar, Kontraktor harus menimbun
dan memadatkannya kembali dengan pasir urug, dan semua
biaya tambahan yang diakibatkannya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
6. Bila kondisi dari tanah pada kedalaman yang ditentukan di dalam
Gambar ternyata meragukan, Kontraktor harus secepatnya melaporkan
hasil tersebut kepada Konsultan Manjemen Konstruksi secara tertulis,
agar dapat diambil langkah-langkah yang dianggap perlu, semua
biaya yang diakibatkan oleh keadaan tersebut akan dibayar oleh
Pemilik Bangunan melalui penerbitan “Perintah Perubahan Pekerjaan”.
7. Permukaan tanah yang sudah selesai digali dan telah mencapai
kedalaman rencana harus dipadatkan kembali untuk mendapatkan
permukaan yang padat, rata. Pemadatan tanah digunakan alat pemadat
tanah yang sebelumnya disetujui oleh Supervisi.
8. Kontraktor harus melaporkan hasil pekerjaan galian tanah yang telah
selesai dan menurut pendapatnya sudah dapat digunakan untuk
pemasangan pondasi/ pekerjaan berikutnya kepada Supervisi/Konsultan
Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.
9. Semua kelebihan tanah galian harus dikeluarkan dari lapangan ke lokasi
yang disetujui oleh Supervisi. Kontraktor bertanggung jawab untuk
mendapatkan tempat pembuangan dan membayar ongkos•ongkos yang
diperlukan.
10. Air yang tergenang dilapangan, atau dalam saluran dan galian selama
pelaksanaan pekerjaan dari mata air, hujan atau kebocoran pipa•pipa
harus dipompa keluar atau biaya Kontraktor.
11. Hambatan yang Dijumpai Waktu Penggalian
 Semua akar-akar pohon, batang•batang pohon terpendam, beton-
beton tak terpakai atau pondasi-pondasi bata, septicktank bekas,
pipa drainase yang tak terpakai, batu-batu besar yang dijumpai pada
waktu penggalian harus dikeluarkan atas biaya Kontraktor. Tanah
yang berlubang akibat hambatan yang dijumpai harus diperbaiki
kembali dengan pasir beton : semen dengan perbandingan 10 : 1
 Instalasi umum yang tertanam dan masih berfungsi seperti pipa
drainase, pipa air minum, pipa gas, kabel listrik yang dijumpai pada
waktu penggalian diusahakan tidak terganggu atau menjadi rusak.
Bilamana hal ini dijumpai maka Supervisi dan pihak• pihak yang
berwenang harus segera diberitahu dan mendapatkan instruksi
selanjutnya untuk mengeluarkan instalasi tersebut sebelum
penggalian yang berdekatan diteruskan.
Bilamana terjadi kerusakan-kerusakan pada instalasi tersebut diatas,
makaSupervisi dan pihak-pihak yang berwenang harus segera
diberitahu dan semua kerusakan-kerusakan harus diperbaiki atas
biaya Kontraktor.

c. Syarat Pekerjaan Pengurugan/Penimbunan Tanah


1. Yang dimaksud disini ialah pekerjaan pengurugan/timbunan
yaitu dimana permukaan tanah yang direncanakan lebih tinggi dari
permukaan tanah asli, sebagaimana tertera dalam gambar rencana.
2. Semua daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari semua semak, akar
pohon, sampah, puing bangunan dan lain-lain sebelum pengurugan dimulai.
3. Tanah yang digunakan untuk mengurug harus bersih dari bahan organis,
sisa•sisa tanaman, sampah dan lain-lain.Tanah yang digunakan untuk
timbunan dan subgrade harus memenuhi standard spesifikasi AASHTO-
M 57-64 dan harus diperiksa terlebih dahulu di laboratorium tanah yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4. Pengurugan/penimbunan harusdilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan
maksimum 25 cm untuk masing-masing lapisan, kemudian dipadatkan
sampai permukaan tanah yang direncanakan.
5. Pelaksanaan pengurugan/penimbunan dapat menggunakan mesin gilas dan
pada daerah yang oleh Konsultan Mannajemen Konstruksi dianggap
berbahaya atau dengan jarak lebih kurang 45 cm dari saluran atau batas-
batas atau pekerjaan•pekerjaan yang mungkin menjadi rusak digunakan
Stamper.

2.2. PEKERJAAN URUGAN PASIR


a. Lingkup Pekerjaan
1. Pasal ini menguraikan semua pekerjaan urugan pasir yang harus
dilaksanakan oleh Kontraktor, seperti pengurugan pasir dibawah Pile
Cap, Sloof, lantai, dibawah perkerasan-perkerasan dan lain-lain
sebagainya serta pekerjaan pemadatan urugan pasir tersebut,
sebagaimana yang tertera pada Gambar Perencanaan.
2. Pengurugan Pasir harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang
tercantum di dalam PUBI 1979 (NII-3) ayat 12.1.
3. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan ini dengan hasil yang baik dan sempurna.
b. Lingkup Pekerjaan
Pasir urug yang akan dipakai harus bersih dan cukup keras, sesuai dengan
persyaratan yang tercantum di dalam PUBI 1971 ayat 12.1. Pa sir laut dapat
digunakan, asal dicuci secara memadai.

c. Syarat Pelakasnaan Pekerjaan


1. Sebelum pengurugan pasir dilaksanakan Kontraktor wajib untuk memeriksa
ketinggian dari tanah atau konstruksi dibawahnya untuk meyakinkan bahwa
ketinggian yang ada telah sesuai dengan gambar, dan bahwa tanah
dibawahnya telah dipadatkan sehingga didapat permukaan yang rata dan
padat.
2. Hasil pemeriksaannya ini harus dilaporkan kepada Konsultan
Manajeman Konstruksi, yang akan segera melakukan pemeriksaan.
berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut. Supervisi akan menolak atau
memberikan persetujuannya untuk pelaksanaan pekerjaan pengurugan pasir.
3. Pengurugan pasir harus dilaksanakan dengan cara menebarkan,
meratakan dan memadatkan secara mekanik sampai diperoleh ketebalan
dan ketinggian yang sesuai dengan gambar perencanaan.
4. Urugan pasir tidak boleh ditutup oleh konstruksi atau pekerjaan lain
sebelum disetujui oleh Supervisi.Supervisi berhak untuk membongkar
pekerjaan diatasnya, bilamana urugan pasir tersebut belum disetujui
olehnya.
5. Tebal dan peil urugan pasir harus sesuai dengan gambar, jika tidak
dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal urugan pasir minimal
= 10 cm.

2.3. PEKERJAAN STRUKTUR PONDASI BATU KALI


a. Umum
Pasal ini menguraikan semua pekerjaan pasangan batu kali, yang dimaksud sebagai
pondasi, sebagaimana tertera didalam gambar. Pasangan batu kali harus
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam PBI 1971, PUBI
1982, SII-0079-79 dan NI-8.

b. Persyaratan Bahan
1. Batu kali yang dipakai harus merupakan batu kali belah yang keras,
padat dan memiliki struktur yang kompak dengan warna yang cerah dan
bebas dari cacat, serta harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum di
dalam PUBI 1982 dan SII.0079-79. Batu kali bulat tidak boleh dipakai.
Sedangkan untuk campuran beton menggunakan K-175.
2. Semen portland yang dipakai untuk pekerjaan pasangan harus
memenuhi ketentuan yang tercantum pada RKS ini.
3. Pasir pasang yang dipakai harus bersih dan keras, serta memenuhi
persyaratan yang dicantumkan dalam PUBI 1970 ayat 12.1. dan 12.2.
4. Air yang akan dipakai untuk pasangan batu kali harus memenuhi ketentuan
yang tercantum pada RKS ini.

c. Syarat Pelaksanaan Pekerjaan


1. Pondasi batu kali harus dilaksanakan dengan menggunakan adukan 1
bagian Semen Portland : 5 bagian Pasir Pasang atau sesuai yang disebutkan
didalam gambar dan harus dipasang dan dibentuk sampai diperoleh
dimensi dan ketinggian yang dibutuhkan, sebagaimana yang tertara dalam
Gambar.
2. Batu kali harus dipasang sedemikian rupa, sehingga didapatkan gigitan yang
memadai diantara batu-batu, dengan ruang kosong sekecil mungkin.
Sebelum dipasang, bagian luar dibasahi secukupnya. Setelah dipasang,
bagian luar dari batu kali harus di "Berapt” dengan adukan yang sama
sampai semua permukaan batu tertutup. Sebelum pemasangan dapat
dilaksanakan, Kontraktor harus membuat dan memasang kayu-kayu
pembantu (kayu profil) dan menerentangkan benang pembantu dengan
bentuk sesuai dengan bentuk pondasi yang akan dipasang.Benang-benang
yang direntangkan harus sipat datar. Kayu pembantu dan benang-benang
ini harus disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi sebelum
pasangan batu kali dapat dimulai.
3. Pasangan batu kali exposes harus dipasang secara acak dengan
menggunakan adukan dan harus dilaksanakan oleh tukang batu khusus
yang berpengalaman. Selama pemasangan batu mungkin perlu dibentuk
untuk memperoleh nat yang tipis dan rata. Pekerjaan ini harus
dilaksanakan dengan menggunakan adukan semen pasir dengan campuran
1 bagian semen portland : 5 bagian pasir pasang. Sebelum dipasang, batu
harus dibasahi secukupnya, dan nat antar batu yang diexposed harus
dikorek dengan cara yang memadai. Selama pemasangan, batu kali yang
telah terpasang harus sering dicuci, untuk menghindarkannya dari kotoran
dan adukan yang menempel.

2.4. PEKERJAAN TIANG PANCANG


a. Umum
Pekerjaan pondasi sebagaimana tertera didalam gambar teknis dan detail, dibangun
menurut spesifikasi dan seluruh maksud yang bertalian yang mungkin
ditentukan oleh Direksi/Pengawas, harus terdiri dari bahan-bahan yang dirinci.
Syarat-syarat dan ketentuan yang dinyatakan disini akan berlaku untuk semua
pekerjaan pasangan pondasi, kecuali kalau diubah oleh Direksi/Pengawas untuk
suatu pekerjaan tertentu
b. Pekerjaan Tiang Pancang
1. Umum
 Pekerjaan tiang panjang meliputi pekerjaan pondasi tiang
pancang sebagaimana tertera didalam gambar teknis dan detail,
dibangun menurut spesifikasi dan seluruh maksud yang bertalian
yang mungkin ditentukan oleh Direksi/Pengawas, harus terdiri dari
bahan-bahan yang dirinci. Syarat-syarat dan ketentuan yang
dinyatakan disini akan berlaku untuk semua pekerjaan pasangan batu,
kecuali kalau diubah oleh Direksi/Pengawas untuk suatu pekerjaan
tertentu.
 Kontraktor supaya menentukan as-as kolom maupun pile dengan
teliti dan dibawah seorang ahli ukur.
 Kontraktor dianggap telah mengunjungi dan mempelajari keadaan
lapangan sebaik-baiknya, termasuk yang tidak disebutkan secara
khusus dalam gambar- gambar struktur.
 Jika kontraktor ingin melakukan penyelidikan tambahan yang
menyangkut galian, sondir, boring dan sebagainya sebelum
mengajukan penawaran, hal ini dapat dilakukan atas biaya sendiri.

2. Persyaratan Bahan
 Tiang pancang yang digunakan berupa tiang pancang precast
dari beton bertulang K-500.
 Dimensi tiang pancang yang digunakan segi empat 40 x 40 cm ,
tanpa adanya sambungan.
 Tiang beton pra-cetak harus mempunyai mutu sedemikian hingga
tiang yang jadi dapat diangkat dan dipancang sampai kedalaman
yang ditentukan tanpa retak atau kerusakan lain yang akan
mengurangi kekuatan atau daya tahannya.
 Tiang pancang tidak boleh dipancang sebelum, proses curing
selesai, atau umur tiang minimal 10 hari.
 Tiang harus baik, licin, permukaannya rata, tidak keropok atau
berlubang- lubang dan harus cukup lurus. Cacat yang terdapat pada
tiang mungkin dapat diterima jika diperbaiki menurut persetujuan
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi.
 Tiang beton dapat dicor sesuai dengan seluruh panjang
penulangan, dengan ketentuan bahwa setelah tiang dipancang, beton
dibuang agar besinya dapat terlihat.

3. Persyaratan Peralatan
Pemancangan disaranakn dengan menggunakan system
Hydraulic Jack

c. Syarat Pelaksanaan
1. Persyaratan Kerja
 Test Pile Pendahuluan adalah pile yang diinstalasikan sebelum
pile-pile sesungguhnya dengan maksud mengetes baik sistem
maupun detail-detail pile yang diajukan cukup memuaskan ditinjau
dari segi Daya Dukung dan Penurunan. Dalam proyek ini test
pendahuluan tidak disyaratkan.
 Test Pile sesungguhnya adalah pile yang diinstalasikan sebagai
bagian dari pondasi dan ditest untuk mengetahui apakah kwalitas
bahan-bahan maupun pelaksanaan cukup baik.
 Pile harus diinstalasi tepat pada posisinya maupun levelnya. Pile
yang tidak tepat tempatnya tidak boleh secara paksa diperbaiki pada
posisi yang seharusnya.
 Bila Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi berpendapat
bahwa sebuah pile cacat pada waktu pengecoran, pemancangan
ataupun testing sehingga nilai strukturnya diragukan dengan
beberapa pile yang mempunyai effect struktur yang minimum sama
dengan yang digantikan atas biaya Kontraktor.
 Pile cacat ataupun keluar dari posisi yang direncanakan harus
diganti oleh 1 (satu) atau lebih pile seperti diinstruksikan
oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi atas biaya
Kontraktor.

2. Pelaksanaan
 Tiang harus ditempatkan secara cermat dan dipancang secara
vertikal seperti ditunjukkan dalam gambar. Penyimpangan dari garis
vertikal tidak boleh lebih dari 25 mm per meter tiang. Tiang yang
terpancang dengan penyimpangan yang lebih besar dan tiang yang
rusak sekali selama pemancangan harus dibuang atau dipotong dan
diganti dengan tiang baru sesuai petunjuk Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi. Bila ada tiang yang terangkat disebabkan
pemancangan tiang berikut didekatnya, maka tiang tersebut harus
dipancang kembali atas biaya Pelaksana
 Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi harus menetapkan
kedalaman ujung tiang-tiang pada tiap titik yang menunjukkan
sampai dimana tiang harus dipancang sehingga diperoleh daya
dukung yang ditetapkan.
 Pemancangan semua tiang harus dilakukan terus menerus
tanpa waktu istirahat hingga tiang yang telah terpancang mencapai
kedalaman yang ditetapkan. Kepala tiang harus dipotong secara baik
dan datar pada ketinggian seperti tercantum dalam gambar

3. Pengendalian Mutu
 Beton untuk tiang pra-cetak harus dicor dalam cetakan rapat yang
ditumpu sedemikian sehingga dihindarkan perubahan bentuk atau
melengkung selama pengecoran beton atau selama proses
pengeringan. Setelah pengecoran, tiang harus dibasahi dengan air
atau dengan cara curing lain yang dapat disetujui oleh
Diireksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. Proses curing ini harus
dilanjutkan sehingga contoh beton yang dipakai untuk membuat
tiang beton mencapai daya tekan sekurang-kurangnya 250 kg/cm2.
 Tiang pancang tidak boleh dipancang sebelum, proses curing
selesai, atau umur tiang minimal 10 hari
4. Pengukuran dan Pembayaran
 Panjang pile yang dibayar adalah panjang cut of level ke penetrasi
maksimum dari ujung pilling, kecuali bila dinyatakan lain. Panjang
pile rata-rata telah diasumsikan berdasarkan data-data penyelidikan
tanah yang sudah ada.
 Pembayaran akan dilakukan berdasarkan panjang pile seperti
disebutkan diatas dikalikan dengan harga satuan. Dalam harga satuan
ini sudah termasuk material yang terbuang, pembersihan lapangan
dari material yang tertinggal, sambungan-sambungan,
pengangkatan, pemancangan, mesin-mesin dan peralatan serta
segala sesuatu yang diperlukan untuk memasang pile pada posisi
permanennya yang terakhir.

2.5. PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG


a. Lingkup Pekerjaan
1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
beton sesuai dengan gambar rencana termasuk pengadaan bahan,
tenaga kerja, pengujian, dan peralatan pembantu.
2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan
bagian- bagian dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.
3. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian
dan pemeliharaan beton dan semua jenis pekerjaan yang menunjang
pekerjaan beton.
4. Lingkup Pekerjaan ini meliputi pekerjaan beton pondasi poer, pondasi,
sloof,
5. kolom-kolom beton, balok-balok, plat dak serta pekerjaan beton lainnya
yang ditunjukan dalam gambar kerja.

b. Persyaratan Bahan
1. Semen
 Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement Merek
yang di
 Penyedia Jasa harus menempatkan semen tersebut dalam gudang
yang baik untuk mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang
menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena
air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus segera
dikeluarkan dari proyek.

2. Agregat Kasar
 Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dan
mempunyai ukuran butiran maksimal 20 mm
 Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk persegi. Bila ada
butir yang pipih maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume
dan tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50%
kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles Abration (LAA). (
Material lokal )

3. Agregat Kasar
Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari pemecah
batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan
tidak mengandung lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak beton.
( Material Lokal )
4. Air
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau
garam serta zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
5. Baja Tulangan
 Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi persyaratan PBI
NI-2 1971, dengan tegangan leleh karakteristik (fy) = 400 Mpa atau
baja BJTD 40 dan (fy) = 240 Mpa.
 Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak dan karat serta bahan-
bahan lain yang mengurangi daya lekat.
 Untuk pembuatan tulangan untuk batang-batang lurus atau
dibengkokan, sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang
disesuaikan dengan dengan persyaratan yang tercantum pada SNI
2847:2013 Kecuali ada petunjuk yang lain dari perencana.
 Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehinaga posisi dari
tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan
bentuk maupun tempat selama pengecoran berlangsung.
 Toleransi baja tulangan
Variasi
Diameter, ukuran sisi
dalam
atau jarak antara dua Toleransi
berat yang
permukaan yang Diameter
diperboleh
berlawanan
kan
< 10 mm 7% 0,4 mm
10 < d < 16 mm 5% 0,4 mm
16 – 28 mm 5% 0,50%
29 – 32 mm 4% -

 Batang-batang baja lunak yang bulat harus mempunyai


keluluhan bawah tekan minimum = 2400 kg/cm2 dan batang-batang
baja ulir harus mempunyai keluluhan bawah tekan minimum 4000
kg/cm2 seperti yang disyaratkan dalam gambargambar struktur.
BJTP 24 < 10 mm & BJTP 40 ≥ 10 mm
 Sambungan tulangan dan penjangkaran harus dilaksanakan sesuai
persyaratan untuk itu yang tercantum dalam SNI 2847:2013
 Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan,
maka pada saat pemesanan baja tulangan Penyedia Jasa harus
menyerahkan sertifikat resmi dari laboratorium khusus ditujukan
untuk keperluan proyek ini.
 Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus, diadakan
pengujian periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji
untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk
setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh
baja tulangan, ak an ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
 Semua pengujian tersebut diatas meliputi uji tarik dan
lengkung, harus dilakukan di laboratorium yang direkomendasi oleh
Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dan minimal sesuai
dengan Standar SNI & RKS. Semua biaya pengetesan tersebut
ditanggung oleh Penyedia Jasa.

6. Cetakan Beton
Dapat menggunakan kayu kelas II, 5/6, 6/10 & 6/12 multipleks dengan tebal
minimal 12 mm atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-
ketentuan yang tersebut dalam PBI NI-2 1971. Material menggunakan
bahan lokal
7. Mutu Beton
Dapat menggunakan kayu kelas II, 5/6, 6/10 & 6/12 multipleks dengan tebal
minimal 12 mm atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-
ketentuan yang tersebut dalam PBI NI-2 1971. Material menggunakan
bahan lokal
Mutu beton harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan
karakteristik :
 σbk = 100 kg/cm2.. untuk konstruksi beton B0 seperti lantai
kerja dan screeding lantai.
 σbk = 175 kg/cm2.[K175]. untuk konstruksi beton non struktural
seperti ring balk, kolom praktis dll.
 σbk = 300 kg/cm2.[k300]. Beton Ready Mix untuk
konstruksi yang bersifat struktural seperti kolom utama, balok-
balok lantai, plat lantai, pondasi poer dan pekerjaan beton
lainnya yang ditunjukan dalam gambar kerja (Ready mix).
Beton yang diterima : Kala Mix, Bosawa Beton. Merek-merek yang lain
sesuai dengan standar SNI dan RKS

8. Beton Ready – Mixed


 Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran
yang sesuai dengan yang telah diuji dilaboratorium dan disetujui,
serta secara konsisten harus dikontrol bersama-sama oleh Kontraktor
dan Supplier beton ready-mixed.Kekuatan beton minimum yang
dapat diterima adalah berdasarkan hasil pengujianyang diadakan di
laboratorium
 Temperatur beton yang diijinkan dari campuran beton tidak boleh
melampaui 35 derajat (C)
 Menambahkan bahan tambahan pada plant harus sesuai dengan
instruksi yang diberikan dari pabrik. Bila dipakai dua atau lebih
bahan tambahan, maka bahan tambahan harus ditambahkan secara
terpisah untuk bahan yang lain dan mengikuti instruksi pabrik. Bahan
tambahan harus sesuai dengan ACI 212.2R-71 dan ACI 212.1R-64.
 Menambahkan air pada batch plant dan/atau pada lapangan proyek
pada kesempatan terakhir yang memungkinkan dan dibawah
supervisi dari Konsultan MK/Pengawas yang ditunjuk. Air tidak
boleh ditambahkan selama pengangkutan beton
 Penambahan air untuk menaikkan slump atau untuk alasan lain
apapun hanya boleh dilakukan bila diijinkan dan di bawah supervise
dari Konsultan MK/Pengawas yang ditunjuk.
 Beton harus dituangkan seluruhnya dilapangan proyek dalam waktu
satu setengah jam atau sebelum truk mixer mencapai 300 putaran
yang mana yang lebih dulu, setelah semen dan agregat dituang ke
dalam mixer. Dalam cuaca panas, batasan waktu harus diturunkan
seperti ditentukan oleh Pengawas yang ditunjuk.
 Apabila temperatur atau kondisi lain menyebabkan suatu perbedaan
(deviasi)pada slump atau sifat pengecoran, harus diberikan ukuran
yang disetujui oleh Pengawas yang ditunjuk untuk menjaga kondisi
normal. Penggumpalan beton karena agregat yang panas, air, semen
atau kondisi lainnya tidak diijinkan, dan beton harus ditolak
 Menggetarkan beton harus mengikuti ACI 309-72 (Recommended
Practice for Consolidation of Concrete).
9. Kawat Pengikat
Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.
10. Cacat Pada Beton
Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan,
Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan mempunyai wewenang untuk
menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut :
 Konstruksi beton yang keropos
 Konstruksibeton tidak sesuai dengan bentuk yang
direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan gambar.
 Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata
seperti yang direncanakan.
 Konstruksi beton yang tidak berisikan kayu atau benda lain.
 Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada
dasarnya harus dibongkar dan diganti dengan yang
baru, kecuali Konsul tan Pengawas/Direksi Pekerjaan atau
konsultan menyetujuiuntuk diadakan perbaikan atau perkuatandari
cacat yang ditimbulkan tersebut. Untuk itu kontraktorharus
mengajukan usulan –usulan perbaikan yang kemudian akan di
teliti/diperiksa dan disetujui bila perba ikan tersebut
dianggap memungkinkan.

c. Syarat Pelaksanaan Pekerjaan


1. Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang
mempunyai ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah
takaran dari masing- masing bahan pembentukan beton dengan persetujuan
Pengawas Lapangan.
2. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5
menit sesudah semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus
ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m3 dan Pengawas
Lapangan berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata
pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan
dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan
harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan.
3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus
bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-
bagian yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa
untuk instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).
4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton
harus dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang
dengan baik. Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar
terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut
harus disapu dengan bonding agent dengan aturan sesuai pabrik
pembuatnya.

d. Acuan/ Cetakan Beton


1. Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan,
gambar- gambar rancangan cetakan dan acuan mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut
dilaksanakan. Dalam gambargambar tersebut harus secara jelas terlihat
Konstruksi cetakan/acuan, sambungan-sambungan serta kedudukan sistem
rangkanya.
2. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
sepenuhnya. Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang
dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup
kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari
penyangga.
3. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada
lekukan, lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan
diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal maupun vertikal.
4. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya “overstress”
atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani.
Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang
berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya.

Anda mungkin juga menyukai