Anda di halaman 1dari 13

PENGAWASAN TEKNIK DAN SUPERVISI PEMBANGUNAN TPA

KABUPATEN PESISIR SELATAN (LANJUTAN)


LAPORAN PENDAHULUAN

BAB II
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TPA

2.1 PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TPA


Pekerjaan dimaksud meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan untuk keperluan
pekerjaan serta melaksanakan pekerjaan saluran tersebut sesuai dengan persyaratan
yang telah ditentukan dalam bestek, gambar dan sudah harus selesai dalam waktu 120
(Seratus dua puluh) hari kalender terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK).

2.1.1 Pekerjaan Pendahuluan.


Pertama kami akan melakukan koordinasi dengan pihak - pihak yang terkait
dengan proyek ini seperti Pengelola Proyek, Konsultan Perencana dan Konsultan
Pengawas untuk mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan dan menetapkan waktu
pemancangan sekaligus menyampaikan Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan dan
Time Schedule Pelaksanaan Pekerjaan. Selanjutnya kami segera menyiapkan proses
pekerjaan yang terdiri dari pengurusan syarat-syarat administrasi dan teknis pekerjaan.
Untuk syarat-syarat administrasi, pengurusan Surat Izin Memulai Pekerjaan,
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dan Berita Acara Pemancangan.
Setelah hal tersebut dipersiapkan kami akan segera memulai pekerjaan yang mencakup
sebagai berikut :
a. Melakukan pembersihan lapangan (site).
b. Membuat bedeng sederhana dan direksi keet sesuai kebutuhan.
c. Mempersiapkan sumber air yang akan digunakan untuk air kerja
d. Melakukan pemasangan bowplank
e. Pengambilan photo 0%
f.Dan lainnya tentang persiapan pekerjaan

CV. MULTI MITRA SERASI II - 1


PENGAWASAN TEKNIK DAN SUPERVISI PEMBANGUNAN TPA
KABUPATEN PESISIR SELATAN (LANJUTAN)
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.1 Pemasangan papan nama proyek

 Pekerjaan Pengukuran
Pekerjaan pertama dimulai dari pembersihan lapangan guna persiapan pemasangan
bouwplank. Setelah pekerjaan pembersihan lapangan selesai maka dilakukan pekerjaan
pemasangan bouwplank yang terlebih dahulu diukur untuk menentukan peil dan
kelurusan dengan menggunakan pesawat teodolit serta menentukan titik permukaan
Lantai dan kepala pondasi saluran. Pemasangan papan bouwplank ini dilakukan dengan
teliti untuk mendapatkan hasil yang akurat. Sisi atas papan bouwplank harus diserut rata
dan lurus pada titik as-as papan bouwplank yang ditandai dengan cat warna merah guna
memudahkan mengontrolnya.

 Pekerjaan Pasangan Bouwplank


Selesai pengukuran ulang di pasang patok-patok arah galian dan digali mendekati
galian. Selesai baru dipasang bouwplank untuk pedoman pemasangan batu. Pekerjaan
ini diikuti oleh pengawas, bagaimana bentuk dan penampang pasangan tersebut di
teruskan dengan finishing galian sesuai bentuk bouwplank yang terpasang.

Suasana Pengukuran Pemasangan Bouplank

Gambar 2.2 Pengukuran & pemasangan bouwplank

CV. MULTI MITRA SERASI II - 2


PENGAWASAN TEKNIK DAN SUPERVISI PEMBANGUNAN TPA
KABUPATEN PESISIR SELATAN (LANJUTAN)
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1.2 Pekerjaan Saluran Drainase


 Pekerjaan Galian Tanah
a. Bidang vertikal galian struktur harus mempunyai jarak cukup dari lebar saluran
untuk memungkinkan pemasangannya, penopangan dan lain-lain pekerjaan demi
kelancaran pelaksanaan. Dasar galian harus sesuai dengan kedalaman
dan bentuk yang direncanakan.
b. Galian tanah dilaksanakan untuk semua pekerjaan pasangan pondasi
termasuk penggalian saluran dan semua pasangan lainnya di bawah tanah
yang harus dilakukan sesuai gambar rencana.
c. Bahan-bahan yang terlepas atau runtuh dari tebing galian harus secepatnya
diangkat dari lubang galian.
d. Galian struktur untuk bukan pekerjaan cukup harus cukup lebar dari masing-
masing sisinya untuk memungkinkan membentuk permukaan bidang pasangan
batu gunung.
e. Apabila galian dibuat lebih dalam dari semestinya tanpa sepengetahuan dan
persetujuan Ahli/Pengawasan Lapangan maka kelebihan galian itu tidak
boleh diurug tetapi harus diisi dengan beton tumbuk atau bahan yang sama dengan
bahan pondasi tanpa biaya tambahan dari Pihak Pertama.
f. Pada bagian-bagian yang mudah longsor harus diadakan tindakan pencegahan
dengan memasang papan-papan penahan atau cara lain yang disetujui Pengawas
Lapangan.
g. Kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat gangguan tanah dengan alasan apapun
tetap menjadi tanggungan Pihak Kedua.
h. Lubang galian harus selalu bebas dari genangan air, baik air hujan maupun air
tanah. Untuk itu pihak kedua harus menyediakan pompa-pompa penyedot
air atau alat pengering lainnya yang siap pakai dalam jumlah dan kapasitas yang
cukup memadai untuk menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

 Pekerjaan Pasangan Batu Kali


Pekerjaan Pasangan Batu Kali harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Batu harus dibersihkan dari cacat untuk mengurangi lekatan dengan adukan.
b. Sebelum pekerjaan melapis, batu harus betul-betul basah dan sudah cukup waktu
yang diberikan untuk penyerapan air sampai jenuh.

CV. MULTI MITRA SERASI II - 3


PENGAWASAN TEKNIK DAN SUPERVISI PEMBANGUNAN TPA
KABUPATEN PESISIR SELATAN (LANJUTAN)
LAPORAN PENDAHULUAN

c. Landasan dari adukan semen setebal 1 paling sedikit 3 cm harus ditempatkan


pada formasi yang telah dipersiapkan. Landasan pekerjaan ini harus
dikerjakan sedikit demi sedikit sedemikian sehingga batu permukaan selalu
tertanam pada adukan tersebut sebelum mengeras.
d. Batu harus tertanam dengan kuat dan satu dengan lainnya bersinggungan
untuk mendapatkan tebal yang diperlukan dari lapisan yang diukur tegak
lurus terhadap lereng. Tambahan adukan harus dipasang untuk mengisi rongga
yang ada diantara batu-batu dan harus diakhiri hampir rata dengan
permukaan lapisan tetapi tidak menutup batunya.
e. Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng kearah atas dan permukaan harus
diakhiri segera setelah pengerasan dengan adukan dan menyapunya dengan sapu
yang kaku.
f. Lereng yang bersebelahan dan bahu harus diratakan dan dibentuk untuk
menjamin pertemuan yang baik dengan pekerjaan pasangan batu sehingga akan
memungkinkan drainase lancar serta dapat menahan dan mencegah gerusan pada
tepi perkerasan.

 Pekerjaan Plesteran.
Pekerjaan Plesteran harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Bahan adukan harus harus dicampur dalam keadaan kering dan diaduk
dengan alat/mesin pengaduk diatas alas dari papan sehingga dengan benar
baru kemudian diaduk dengan air hingga merata dalam warna konsistensi.
Adukan yang telah mulai mengeras harus dibuang. Melunakkan adukan yang
telah mengeras tidak diperbolehkan.
b. Sebelum pasangan plesteran dimulai, semua bidang dinding yang akan
diplester harus dibersihkan dan disiram air dahulu sedangkan siar-siarnya
harus dikeruk sedalam 1 cm. Pekerjaan plesteran harus dilaksanakan dengan
penuh keahlian dan ketelitian. Bidang-bidang plesteran yang tidak rata,
berombak atau retak–retak harus diulangi dan diperbaiki. Pekerjaan plesteran
kemudian harus dapat dibuat alur-alur duga/kepala plesteran/kelabangan
terlebih dahulu dengan ketebalan sama dengan tebal plesteran yang
direncanakan.
c. Plesteran yang baru saja selesai tidak boleh langsung difinish dan selama
proses pengeringan plesteran harus disiram air agar tidak terjadi retak-retak

CV. MULTI MITRA SERASI II - 4


PENGAWASAN TEKNIK DAN SUPERVISI PEMBANGUNAN TPA
KABUPATEN PESISIR SELATAN (LANJUTAN)
LAPORAN PENDAHULUAN

rambut akibat proses pengeringan yang terlalu cepat selama 7 hari.


d.. Tebal plesteran dalam persyaratkan dan gambar adalah untuk dinding pasangan
tebal 15 mm.

2.1.3 Pekerjaan Beton Bertulang


Semua ketentuan baik mengenai material maupun metode pemasangan dan
juga pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti semua ketentuan dalam SK-
SNI T-15-1991-03, terkecuali bila dinyatakan di instruksikan oleh Pengawas. Bila
terdapat hal-hal yang tidak tercakup dalam Peraturan tadi maka ketentuan-
ketentuan berikut ini dapat dipakai dengan terlebih dahulu memberitahukan dan
memintakan ijin dari Pengawas. Adapun ketentuan-ketentuan tadi adalah sebagai
berikut :
- ASTM C 150 Portland Cement
- ASTM C 33 Concrete Agregats
- ASTM C 494 Chemical Administrasi for Concrete
- ASTM A 615 Defermed and Plain Reinforcing Bars for Concrete Reinforcement
- NI 3/1970 dan NI 8/1964 PUBB
Persyaratan di atas adalah standar minimum dan harus disesuaikan dengan
gambar- gambar dan persyaratannya. Semua pekerjaan beton akan ditolak kecuali bila
dilaksanakan dengan standar yang lebih tinggi mengenai kekuatan dan mutu bahan,
cara pengerjaan cetakan, cara pengecoran, kepadatan, texture finishing dan
kualitas secara keseluruhan.
Mutu Beton yang disyaratkan adalah K 225 untuk beton struktur dan K 175 untuk non
struktur.
Pelaksanaan pekerjaan beton meliputi :
a. Pengadukan
- Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat
pengaduk mekanis (beton molen) yang harus selalu berada dalam kondisi
baik sehingga dapat dihasilkan mutu adukan yang homogen. Jumlah tiap
bagian dari komposisi adukan beton harus diukur dengan teliti sebelum
dimasukkan kedalam alat pengaduk dan diukur dapat berdasarkan berat atau
volume.
- Pengadukan beton harus dilakukan dengan alat pengaduk yang
mempunyai kapasitas minimal 0,2 m3 dengan waktu tidak kurang dari 1 ½

CV. MULTI MITRA SERASI II - 5


PENGAWASAN TEKNIK DAN SUPERVISI PEMBANGUNAN TPA
KABUPATEN PESISIR SELATAN (LANJUTAN)
LAPORAN PENDAHULUAN

menit setelah semua bahan adukan beton dimasukkan dengan segera kecuali
air yang dapat dimasukkan sebagian lebih dahulu. Pengawas berhak untuk
memerintahkan memperpanjang proses pengadukan bila teryata hasil adukan
yang ada gagal menunjukkan beton yang homogen seluruhnya dan
kekentalannya tidak merata. Adukan beton yang dihasilkan dari proses
pengadukan tadi harus mempunyai komposisi dan kekentalan yang merata
untuk keseluruhannya.
- Air untuk pencampur adukan beton dapat diberikan sebelum dan
sewaktu pengadukan dengan kemungkinan penambahan sedikit air pada waktu
proses pengeluaran dari adukan yang dapat dilakukan berangsur-angsur.
Penambahan air yang berlebihan yang dimaksudkan untuk menjaga kekentalan
yang disyaratkan tidak dapat dibenarkan. Mesin pengaduk yang menunjukkan
hasil yang tidak memuaskan harus segera diperbaiki atau diganti dengan yang
baik lainnya pada alat pengaduk yang ditempatkan secara sentral atau
pada mixing plants. Kontraktor harus menyediakan sarana agar proses
pengadukan dapat diawasi dengan baik dari tempat yang tidak
mengganggu pelaksanaan pekerjaan pengadukan. Alat mengaduk tidak
boleh digunakan untuk mengaduk adukan dengan volume yang melebihi
kapasitasnya kecuali diinstruksikan Pengawas.
- Alat pengaduk (beton molen) harus benar-benar kosong dan bersih sebelum
diisi bahan-bahan untuk mengaduk beton dan harus segera dicuci bersih setelah
selesai mengaduk pada suatu pengecoran. Pada saat memulai adukan yang
pertama pada suatu pengecoran dengan beton molen yang sudah bersih,
pengadukan yang pertama harus mengandung koral dengan jumlah
perbandingan separuh dengan jumlah perbandingan normalnya untuk menjaga
adanya material halus dan semen yang tertinggal melekat pada bagian dalam
beton molen. Juga lama pengadukan dengan kondisi pertama ini harus
dilakukan dengan sedikitnya satu menit lebih lama dari waktu pengadukan
normal.
- Pengadukan adukan dengan cara manual tidak diperkenankan terkecuali
untuk suatu jumlah yang kecil sekali dan hal ini pun diperkenakan setelah
mendapat persetujuan dari Pengawas. Pengadukan dengan manual (hand
mixing) ini harus dilakukan pada suatu plat form yang mempunyai tepi-tepi
penghalang. Pada proses pengadukan ini bahan-bahan yang akan diaduk dulu

CV. MULTI MITRA SERASI II - 6


PENGAWASAN TEKNIK DAN SUPERVISI PEMBANGUNAN TPA
KABUPATEN PESISIR SELATAN (LANJUTAN)
LAPORAN PENDAHULUAN

secara kering dengan sedikitnya 3 (tiga) kali pengadukan untuk kemudian


air pencampurnya disemprotkan dengan selang air dan setelah itu dilakukan
pengadukan kembali dengan sedikitnya 3 (tiga) kali pengadukan sampai
didapat suatu adukan yang benar-benar merata. Dalam pengadukan kembali
ini kekentalanya dapat dinaikkan dengan 10 persen serta tidak diperkenankan
melakukan pengadukkan dengan cara ini untuk suatu jumlah yang lebih dari ½

m3 diaduk sekaligus.

b. Transportasi Adukkan
- Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut
ketempat pengecoran dengan cara yang sepraktis mungkin yang metodenya
harus mendapat persetujuan Pengawas terlebih dahulu. Metode yang dipakai
harus menjaga jangan sampai terjadi pemisahan bahan-bahan campuran beton
(segregation), kehilangan unsur-unsur betonnya dan harus dapat menjaga
tidak timbulnya hal-hal negatif yang diakibatkan naiknya temperatur ataupun
perubahan kadar air pada adukan. Adukan yang diangkut harus segera
dituangkan pada formwork (bekisting) yang sedekat mungkin dengan tujuan
akhirnya untuk menjaga pengangkutan lebih lanjut serta penuangan adukan
tidak boleh dengan menjatuh bebaskan adukan dengan tinggi jatuh lebih satu
meter.
- Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus terbuat
dari metal, permukaannya halus dan kedap air.
- Adukan beton harus sampai ditempat dituangkan dengan kondisi benar-
benar merata (homogen). Slump test yang dilakukan untuk sample yang
diambil pada saat adukan dituangkan kebekisting harus tidak melewati
batas-batas toleransi yang ditentukan.

c. Pengecoran
- Sebelum adukan beton dituangkan pada acuannya, kondisi permukaan dalam
dari bekisting atau tempat beton dicorkan harus benar-benar bersih dari segala
macam kotoran. Semua bekas-bekas beton yang tercecer pada baja tulangan
dan bagian dalam bekisting harus dengan segera dibersihkan.
- Air tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicorkan harus

CV. MULTI MITRA SERASI II - 7


PENGAWASAN TEKNIK DAN SUPERVISI PEMBANGUNAN TPA
KABUPATEN PESISIR SELATAN (LANJUTAN)
LAPORAN PENDAHULUAN

segera dihilangkan. Aliaran air yang dapat mengalir ketempat beton cor
harus dicegah dengan mengadakan drainase yang baik atau dengan metode
lain yang disetujui Pengawas untuk mencegah jangan sampai beton yang
baru dicor menjadi terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.
- Pengecoran tidak boleh dimulai sebelum kondisi bekisting, tempat beton
dicor, kondisi permukaan beton yang terbatas dengan daerah yang akan dicor
dan juga keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh
Pengawas. Setelah diperiksa dan disetujui Pengawas maka pekerjaan yang
dapat dilakukan hanyalah pekerjaan dalam atau terhadap bekisting sampai
selesainya pengecoran beton pada daerah yang telah disetujui terkecuali
dengan seijin Pengawas.
- Pada tiap pengecoran Kontraktor diwajibkan menempatkan seorang
tenaga pelaksanaannya yang berpengalaman baik dalam pekerjaan beton dan
pelaksana ini harus hadir, mengawasi dan bertanggung jawab atas pekerjaan
pengecoran. Sedangkan semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh
tenaga-tenaga pekerja yang terlatih yang jumlahnya harus mencukupi untuk
menangani pekerjaan pengecoran yang dilakukan.
- Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari
pekerjaan beton yang bersifat permanen tanpa dihadiri Pengawas atau wakil
dari Pengawas (inspector).
- Kontraktor harus mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan beton
agar dapat didapat suatu rangkaian kecepatan baik mengangkut, meratakan, dan
memadatkan adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan menerus.
- Mengencerkan adukan beton yang sudah diangkut sama tidak diperkenankan.
Adukan beton yang sudah terlanjur agak mengeras tapi belum dicorkan
harus segera dibuang.
- Seluruh pekerjaan pengecoran beton harus diselesaikan segera sebelum
adukan betonnya mulai mengeras dan segala langkah perlindungan segera
dilakukan terhadap beton yang baru dicor dimulai saat-saat beton belum
mengeras.
- Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran atau dalam hal
pelaksaan suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus,
kontraktor harus segera memadatkan adukan yang sudah dicorkan sampai
suatu perbatasan tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil saat

CV. MULTI MITRA SERASI II - 8


PENGAWASAN TEKNIK DAN SUPERVISI PEMBANGUNAN TPA
KABUPATEN PESISIR SELATAN (LANJUTAN)
LAPORAN PENDAHULUAN

beton masih dalam keadaan plastis. Bidang pengakhiran ini harus dalam
keadaan bersih dan harus dijaga berada dalam keadaan lembab sebagaimana
juga pada kondisi untuk construction joint sebelum nantinya dituangkan adukan
yang masih baru. Bila terjadinya penyetopan pekerjaan pengecoran yang lebih
lama dari satu jam, pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu keadaan
dimana beton sudah dinyatakan mulai mengeras yang ditentukan oleh
pihak Pengawas.
- Beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap rusak atau
terganggu akibat sinar matahari ataupun hujan. Air yang mungkin
mengganggu beton yang sudah dicorkan harus ditanggulangi sampai
suatu batas waktu yang disetujui Pengawas terhitung mulai
pengecorannya. Tidak sekalipun diperkenankan melakukan pengecoran beton
dalam kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses pengerasan beton tanpa
suatu upaya perlindungan terhadap adukan beton. Hal ini bias terjadi
baik dalam keadaan cuaca yang panas sekali atau dalam keadaan hujan.
Perlindungan yang dilakukan untuk mencegah hal-hal ini harus mendapat
persetujuan Pengawas.

d. Pemadatan dan Adukan Beton


- Adukan beton harus dipadatkan hingga mencapai kepadatan yang
maksimum sehingga didapat beton yang terhindar dari rongga-rongga yang
timbul antara celah-celah koral, gelembung udara dan adukan tadi harus benar-
benar memenuhi ruangan yang dicor dan menyelimuti seluruh benda yang
seharusnya tertanam dalam beton. Selama proses pengecoran adukkan beton
harus dipadatkan dengan menggunakan vibrator yang mencukupi keperluan
pekerjaan pengecoran yang dilakukan. Kekentalan adukan beton dan lama
proses pemadatan harus diaduk sedemikian rupa agar tercapai beton yang
bebas dari rongga dan pemisahan unsur- unsur pembentuk beton.
- Beton yang sedang mengeras harus selalu dibasahi mulai dari selesai
pengecoran dengan sedikitnya selama 2 (dua) hari. Pembasahan harus
dilakukan dengan menutup permukaan beton dengan kain atau material lain
yang basah agar tetap lembab. Air yang digunakan untuk keperluan ini harus
sama mutunya denga air untuk bahan adukan beton.

CV. MULTI MITRA SERASI II - 9


PENGAWASAN TEKNIK DAN SUPERVISI PEMBANGUNAN TPA
KABUPATEN PESISIR SELATAN (LANJUTAN)
LAPORAN PENDAHULUAN

2.2 SPESIFIKASI TEKNIS


Bahan bahan yang dipakai harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Semen.
- Kecuali ditentukan lain oleh Pengawas semen yang digunakan semen
Type I sesuai ASTM C 150 dan segala sesuatunya harus mengikuti ketentuan
dalam SK- SNI T-15 1991-03. Semen yang digunakan harus merupakan
produk dari satu pabrik yang telah mendapat persetujuan Pengawas terlebih
dahulu.
- Kontraktor harus menunjukkan sertifikat dari Produsen untuk setiap
pengiriman semen yang menunjukkan bahwa produk tadi telah memenuhi
sesuatu test standart yang lazim digunakan untuk material.
- Pengawas berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang
pada setiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk
menerima atau tidak semen-semen tersebut.
- Kontraktor harus menyediakan tempat/gudang penyimpanan semen pada
tempat-tempat yang baik sehingga tersebut senantiasa terlindung dari
kelembapan atau keadaan cuaca lain yang merusak terutama sekali lantai
tempat penyimpanan tadi harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari
permukaan tanah.
- Semen dalam kantung-kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari
dua meter. Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedikian rupa sehingga
dapat dibedakan dengan penerimaan-penerimaan sebelumnya. Pengeluaran
semen harus diatur secara kronologis sesuai dengan penerimaan. Kantung-
kantung semen yang kosong harus segera dikeluarkan seluruhnya.

b. Air untuk Adukan


- Air yang digunakan untuk bahan beton, adukan pemasangan dan Grouting,
bahan pencuci agregat dan untuk curing beton harus air tawar yang bersih dari
bahan-bahan yang berbahaya bagi penggunaannya seperti minyak, alkali,
sulfat, bahan organis, garam dan silt (lanau). Kadar silt (lanau) yang
terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2% dalam perbandingan
beratnya. Kadar Sulfat maximum yang diperkenankan adalah 0,5% atau 5
gr/lt, sedangkan kadar chloor maximum 1,5% atau 15 gr/lt.

CV. MULTI MITRA SERASI II - 10


PENGAWASAN TEKNIK DAN SUPERVISI PEMBANGUNAN TPA
KABUPATEN PESISIR SELATAN (LANJUTAN)
LAPORAN PENDAHULUAN

- Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa dan sumber


air yang berlumpur. Tempat pengambilan harus dapat menjaga kemungkinan
terbawanya material-material yang tidak di inginkan tadi. Sedikitnya harus
ada jarak vertical 0,5 meter dari permukaan atas air kesisi tempat pengambilan
tadi.

c. Agregat Halus (pasir)


- Didalam spesifikasi ini dipakai bermacam - macam jenis untuk pekerjaan
bangunan yang ditetapkan sebagai berikut :
• Pasir buatan : Pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu
• Pasir alam : Pasir yang disediakan oleh kontraktor dari sungai atau
pasir alam yang didapat dari persetujuan Engineer.
• Pasir paduan : Paduan dari pasir buatan dan pasir alam dengan
perbandingan campuran sehingga dicapai gradasi
(susunan butiran) yang dikehendaki.
- Semua pasir alam yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembangunan
harus disediakan oleh kontraktor dan dapat diperoleh dari sungai atau
tempat lain sumber alam yang disetujui.
- Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus merupakan pasir alam. Pasir
hasil pemecahan batu dapat pula digunakan untuk mencapur agar didapat
gradasi pasir yang baik. Pasir yang dipakai harus mempunyai kadar air yang
merata dan stabil dan harus terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak
terselaput oleh material lain.
- Pasir yang ditolak oleh Pengawas harus segera disingkirkan dari lapangan
kerja. Dalam membuat adukan baik untuk beton, plesteran ataupun grouting,
pasir tidak dapat digunakan sebelum mendapat persetujuan dari Pengawas
mengenai mutu dan jumlahnya.
- Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkali,
bahan-bahan organik dan kotoran-kotoran lainnya yang merusak. Berat
subtansi yang merusak tidak boleh lebih dari 5 %.
- Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan butir sesuai dengan
persyaratan pada SK-SNI T-15-1991-03.

CV. MULTI MITRA SERASI II - 11


PENGAWASAN TEKNIK DAN SUPERVISI PEMBANGUNAN TPA
KABUPATEN PESISIR SELATAN (LANJUTAN)
LAPORAN PENDAHULUAN

d. Agregat Kasar (Koral)


- Agregat kasar untuk beton dapat berupa koral dari alam, batu pecah,
atau campuran dari keduanya. Koral yang dipakai harus mempunyai kadar
air yang merata dan stabil. Sebagaimana juga pada pasir, koral keras, padat,
tidak porous dan tidak terselaput material lain. Dalam penggunaan koral harus
dicuci terlebih dahulu dan diayak agar didapat gradasi sesuai yang dikehendaki,
mempunyai modulus kehalusan butir antara 6 sampai 7,5 atau bila diselidiki
dengan saringan standart harus sesuai dengan SK-SN T-15-1991-03 dan
material yang halus yaitu yang lebih kecil dari 5 mm harus disingkirkan.
- Koral yang tersedia tidak dapat langsung digunakan sebelum men-
dapatkan persetujuan dari Pengawas baik mengenai mutu ataupun jumlah.
- Batu untuk pasangan batu kosong (pitching) harus mempunyai berat antara
10kg sampai 25kg sebuah dan dibelah paling tidak ada satu sisi serta dibuat
menurut ukuran dan bentuk sebagaimana dikehendaki Pengawas.
- Kontraktor diwajibkan memperhatikan pengaturan komposisi material
untuk adukkan, baik dengan menimbang ataupun volume agar dapat dicapai
mutu beton yang direncanakan, memberikan kepadatan maximum, baik
workabilitynya dan memberikan kondisi water cement ratio yang minimum.
e. Baja Tulangan
- Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dalam SK-SN T-15-1991-03

dengan mutu U-32 (tegangan leleh karekteristik = 3200 kg/cm2) untuk


diameter lebih besar dari 12 mm sedangkan untuk diameter yang lebih kecil

digunakan mutu U-24 (tegangan leleh karakteristik = 2400 kg/cm2).


- Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
• Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan lemak/minyak, karat dan tidak
bercacat seperti retak dan lain-lain.
• Untuk mutu U-32 harus digunakan profil baja tulangan deformed
(deformed bar).
f. Bekisting (Acuan)
- Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas semua perhitungan dan
gambar rencana bekistingnya untuk mendapat persetujuan bilamana diminta

CV. MULTI MITRA SERASI II - 12


PENGAWASAN TEKNIK DAN SUPERVISI PEMBANGUNAN TPA
KABUPATEN PESISIR SELATAN (LANJUTAN)
LAPORAN PENDAHULUAN

Pengawas sebelum pekerjaan dilapangan dimulai. Dalam hal bekisting


ini walaupun Pengawas telah menyetujui untuk digunakan suatu
rencana bekisting dari kontraktor, segala sesuatu yang diakibatkan oleh
bekisting tadi tetap sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
- Material untuk bekisting dapat dibuat dari kayu, besi atau material lain
yang disetujui oleh Pengawas. Kesemua tipe material tadi bila digunakan tetap
harus memenuhi kebutuhan untuk bentuk, ukuran, kuantitas dan kekuatan
sehingga didapat hasil beton yang halus, rata dan sesuai dimensi yang
direncanakan.
- Bekisting yang digunakan untuk beton exposed apabila ada harus benar-
benar mempunyai permukaan yang halus. Dalam hal digunakan bekisting
multipleks, sambungan antara tepi-tepi bekisting harus dibuat dengan diprofil
hingga didapat permukaan dalam bekisting yang benar-benar rata sesuai yang
direncanakan.

CV. MULTI MITRA SERASI II - 13

Anda mungkin juga menyukai