1. PEKERJAAN PENDAHULUAN
1.1. MOBILISASI
Mobilisasi sebagaimana ditentukan dalam kontrak ini akan meliputi pekerjaan persiapan
yang diperlukan untuk pengorganisasian dan pengelolaan pelaksanaan pekerjaan proyek, ini
juga akan mencakup Demobilisasi setelah penyelesaian pelaksanaan pekerjaan yang sesuai.
Penyedia/pelaksana harus mengerahkan sebanyak mungkin tenaga setempat dari kebutuhan
tenaga pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Sejauh mungkin Penyedia/Pelaksana berdasarkan Petunjuk direksi teknis harus
menggunakan rute (jalur) tertentu dan menggunakan kendaraan- kendaraan yang ukurannya
sesuai dengan kelas jalan tersebut serta membatasi muatannya untuk menghindari kerusakan
jalan dan jembatan yang digunakan untuk tujuan pengangkutan ke tempat proyek.
Mobilisasi peralatan berat dari dan menuju ke lapangan pekerjaan harus dilaksanakan pada
waktu lalu lintas sepi,dan truk-truk angkutan yang bermuatan harus ditutup dengan terpal.
Untuk menjamin kualitas, ukuran-ukuran dan kinerja pekerjaan yang benar Penyedia harus
menyediakan staf teknik berpengalaman yang cocok sebagaimana ditentukan, Staf teknik
tersebut jika dan bila mana diminta harus mengatur pekerjaan lapangan dan
mengorganisasi tenaga kerja Penyedia dan memelihara catatan-catatan serta dokumentasi
proyek.
Sebelum pematokan dan pengukuran dilapangan (setting cut) Penyedia harus mempelajari
gambar-gambar kontrak dan bersama-sama dengan direksi teknik mengadakan pemeriksaan
daerah proyek, dan khusus mengukur/memasang lebar jalan, daerah milik jalan, dan gorong-
gorong.
Pada daerah perkerasan dimana satu pekerjaan perataan dan atau lapis permukaan harus
dibangun satu profil memanjang sepanjang sumbu jalan harus diukur serta penampang
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN MASUK BANDARA (Tahap 1) 1
melintang diambil pada interval tertentu untuk menentukan kelandaian,kemiringan melintang dan
untuk menentukan pengukuran ketebalan serta lebarnya konstruksi baru.
Semua bahan yang dipasok harus sesuai dengan spesifikasi dan harus disetujui oleh direksi
teknis.
- BATU
Batu tersebut harus batu lapangan dengan pemukaan kasar atau batu sumber
(quarry) kasar yang keras dalam kondisi baik, awet dan mutunya padat, tahan
terhadap daya perusakan air, serta sepenuhnya cocok digunakan untuk pasangan
batu.
- BAJA TULANGAN
Baja tulangan yang diperlukan adalah baja tulangan yang bermutu seperti yang
diisyaratkan adalah mutu U – 24 dengan karaktersistik 2.400kg/cm.
Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1
mm,yang telah dipijarkan lebih dahulu dan tidak bersepuh seng.
Bahan-bahan lain yang digunakan kwalitasnya dalam spesifikasi ini harus mempunyai
standart yang sesuai dengan SNI tentang bahan bahan tersebut.
2. PEKERJAAN DRAINASE
Pekerjaan drainase jalan yang dimaksud disini terdiri dari pembangunan saluran tepi jalan
pembatas lahan, saluran tepi jalan dan gorong-gorong persegi.
Adalah satu persyaratan umum bahwa semua pekerjaan drainase tersebut harus
diselesaikan dan harus sudah berfungsi sebelum pelaksanaan struktur perkerasan.
Ruang lingkup pekerjaan drainase meliputi saluran pembatas lahan, saluran tepi jalan dan
gorong-gorong persegi yang dibangun sesuai dengan gambar rencana dan perencanaan
dengan ukuran-ukuran yang ditunjukkan dan mematuhi spesifikasi saluran merupakan saluran
tanah terbuka.
Gorong-gorong berupa gorong-gorong persegi beton bertulang atau Box Culvert yang mana
ditentukan dalam kontrak.
Toleransi Dimensi :
a. Sisi muka masing-masing batu dari permukaan pasangan batu dengan mortar tidak boleh
melebihi 1 cm dari profil permukaan rata-rata pasangan batu dengan mortar di sekitarnya.
b. Untuk pelapisan selokan dan saluran air, profil permukaan rata-rata selokan dan saluran
air yang dibentuk dari pasangan batu dengan mortar tidak boleh berbeda lebih dari 3 cm
dari profil permukaan lantai saluran yang ditentukan atau disetujui, juga tidak bergeser
lebih dari 5 cm dari profil penampang melintang yang ditentukan atau disetujui
c. Tebal minimum setiap pekerjaan pasangan batu mortal haruslah 20 cm
Jadwal Kerja
a. Besarnya pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang dilaksanakan setiap satuan
waktu haruslah dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan pemasangan untuk menjamin
agar seluruh batu hanya dipasang dengan adukan yang baru
b. Bilamana pasangan batu dengan mortar digunakan pada lereng atau sebagai pelapisan
selokan, maka pembentukan penampang selokan pada tahap awal haruslah dibuat
seolah-olah seperti tidak akan ada pasangan batu dengan mortar. Pemangkasan Tahap
akhir hingga batas-batas yang ditentukan haruslah dilaksanakan sesaat sebelum
pemasangan pasangan batu dengan mortar.
PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Penyiapan Formasi atau Pondasi
a. Formasi untuk pelapisan pasangan batu dengan mortar harus disiapkan sesuai
dengan saluran air.
b. Pondasi atau galian parit untuk tumit (cut off wall) dari pasangan batu dengan mortar
atau untuk struktur harus disiapkan sesuai dengan ketentuan galian.
c. Landasan tembus air dan kantung saringan (filter pocket) harus disediakan bilamana
disyarakatkan
2. Penyiapan Batu
a. Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang dapat mengurangi kelekatan
dengan adukan.
b. Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh permukaannya dan diberikan
waktu yang cukup untuk proses penyerapan air sampai jenuh.
Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) AASHTO M170-70 : Reinforced Concrete Culvert,
Storm Drain, and Sewer pipe.
Jadwal Pekerjaan
a. Pekerjaan gorong-gorong atau drainase beton tidak boleh dimulai sampai persetujuan
tertulis Direksi Pekerjaan dan lingkup pekerjaan telah terbit.
b. Seperti yang disyaratkan, drainase harus dalam kondisi opersional dan berfungsi secara
efektif sebelum pekerjan galian atau timbunan dilaksanakan. Dengan demikian gorong-
gorong harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum pekerjaan timbunan dimulai, terkecuali
jika penyedia jasa dapat menyediakan drainase yang memadai dengan membuat pekerjaan
sementara yang khusus.
c. Sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi ini, pekerjaan persiapan tanah dasar atau
pekerjaan pelapisan ulang, baik pada jalur lalu lintas maupun pada bahu jalan, tidak boleh
dimulai sebelum gorong-gorong, tembok kepala dan struktur minor lainnya yang terletak di
bawah elevasi tanah dasar selesai dikerjakan.
PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Penggalian dan persiapan parit serta pondasi untuk drainase beton dan gorong-gorong
harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Seksi 3.1 dari sepesifikasi ini, dan yang
khususnya dengan pasal 3.1.2.3 ( Spesifikasi 2010), Galian untuk struktur pipa.
b. Bahan untuk landasan harus ditempatkan sesuai dengan ketentuan Seksi 2.4 Spesifikasi ini
dan yang khususnya dengan pasal 2.4.3.2 ( Spesifikasi 2010), Pemasangan Bahan
Landasan.
c. Penimbunanan Kembali dan pemadatan sekeliling dan di atas gorong-gorong beton harus
dilaksanakan seperti yang disyaratkan mendetail dalam Seksi 3.2, Timbunan, dengan
menggunakan bahan yang memenuhi ketentuan yang diberikan untuk timbunan pilihan.
Bahan harus terdiri dari tanah atau kerikil yang bebas dari gumpalan lempung dan bahan-
bahan tetumbuhan serta yang tidak mengandung batu yang tertahan pada ayakan 25 mm.
d. Alat-alat berat untuk pemindahan tanah pemadatan atau maksud-maksud semacam
tidak diizinkan berdiri atau beroperasi lebih dekat dari 1,5 meter dari ujung parit terbuka
atau galian pondasi terkecuali struktur telah selesai dipasang dan ditutup dengan paling
sedikit 60 cm urugan dipadatkan
3. PEKERJAAN TANAH
Pekerjaan ini terdiri dari penggalian, timbunan, penyiapan badan jalan dan pembersihan
lahan. untuk pekerjaan stabilitas dan pembuangan tanah longsoran untuk galian bahan
kontruksi ataupun pembuangan bahan-bahan buangan dan pada umumnya pembentukan
kembali daerah jalan, sesuai dengan spesifikasi ini dan dalam pemenuhan yang sangat
bertanggungjawab terhadap batas lahan, kelandaian dan potongan melintang yang ditunjukkan
dalam gambar rencana.
Toleransi Dimensi
a. Pemotongan permukaan lereng yang telah selesai tidak boleh berbeda dari garis profil
yang disyaratkan melampui 10 cm untuk tanah dan 20 cm untuk batu di mana
pemecahan batu yang berlebihan tak dapat terhindarkan.
b. Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian perkerasan beraspal
dan/atau perkerasan beton tidak boleh berbeda lebih tingi dari 2 cm atau lebih rendah 3
cm pada setiap titik.
c. Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air
permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin
pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.
PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan gambar rincian semua
bangunan sementara yang diusulkan untuk digunakan seperti penyanggaan, penguatan,
cofferdam (bendungan sementara),dinding pemutus aliran rembesan(cut off) dan
bangunan-bangunan untuk pembelokan sementara aliran sungai serta harus
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan atas gambar-gambar sebelum melakukan
pekerjaan galian yang akan dilindungi oleh bangunan bangunan yang diusulkan tersebut.
b. Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan untuk timbunan atau setip bahan yang
tidak disetujui Direksi Pekerjaan menjadi bahan urugan yang cocok harus dibuang dan
diratakan dalam lapisan-lapisan tipis oleh Penyedia di luar daerah milik jalan seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
c. Penyedia akan bertanggungjawab untuk semua penyelenggaraan dan biaya-biaya bagi
pembuangan bahan-bahan lebihan bahan tidak cocok, temasuk pengangkutannya.
3.1.2. TIMBUNAN
Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan
tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunan
kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk
membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang
melintang yang disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam seksi ini harus dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan, dan timbunan pilih berbutir di atas tanah rawa.
Toleransi Dimensi
a. Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi dari 2 cm atau
lebih rendah 3 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
b. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus memiliki
kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
c. Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis profil
yang ditentukan.
d. Timbunan selain dari lapisan penompang di atas tanah lunak tidak boleh dihampar dalam
lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat
kurang dari 10 cm.
PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan seksi dari spesifikasi ini,
penyedia jasa harus menyerahkan pengajuan kesiapan di bawah ini kepada Direksi
Pekerjaan sebelum setiap persetujuan untuk memulai pekerjaan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan:
i. Gambar detail penampang melintang yang menunjukan permukaan yang
telah dipersiapkan untuk penghamparan timbunan;
ii. Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa pemadatan pada
permukaan yang telah disiapkan untuk timbunan yang akan dihampar cukup
memadai, bilamana diperlukan menurut pasal 3.2.3(1)
b. Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan paling
lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk penggunaan pertama kalinya
sebagai bahan timbunan
c. Penyedian Jasa harus menyerahkan hasil pengujian kepadatan dan hasil pengukuran
permukaan dan data survey yang menunjukkan bahwa toleransi permukaan yang
syaratkan dalam bentuk tertulis kepada Direksi Pekerjaan segera setelah selesainya
setiap ruas pekerjaan, dan sebelum mendapat persetujuan dari direksi pekerjaan, tidak
diperkenankan menghampar bahan lain di atas pekerjaan timbunan.
Bahan
Timbunan Biasa
a. Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa terdiri dari bahan galian tanah
atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai bahan yang
memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen
b. Tanah timbunan berasal dari lokasi yang dikerja.
c. Bahan untuk timbunan biasa tidak boleh dari bahan galian tanah yang mempunyai sifat-
sifat tanah yang mengandung organic seperti jenis tanah OL,OH dan Pt dalam system
USCS serta tanah yang mengandung daun-daunan, rumput-rumputan, akar dan sampah.
Toleransi Dimensi
- Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi 2 cm atau lebih rendah 3 cm
dari yang disyaratkan atau disetujui.
- Seluruh permukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki kelandaian yang
cukup, untuk menjamin berlakunya aliran bebas dari air permukaan.
Bahan
Tanah dasar dapat dibentuk dari timbunan biasa, timbunan pilihan, lapisan pondasi
agregat atau darinase porous, atau tanah asli di daerah galian. Bahan yang digunakan dalam
setiap hal haruslah sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, dan sifat-sifat bahan
yang disyaratkan untuk bahan yang dihampar dan membentuk tanah dasar haruslah seperti
yang disyaratkan dalam spesifikasi.
Pengaman Pekerjaan
Penyedia jasa harus menanggung semua tanggungjawab untuk memastikan keselamatan para
pekerja yang melaksanakan pembersihan, pengupasan dan pemotongan pohon, serta
keselamatan publik.
b. Pada permukaan semua Lapis Pondasi Agregat tidak boleh terdapat ketidakrataan
yang dapat menampung air dan semua punggung (camber) permukaan itu harus
sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gamabr.
c. Tebal total minimum lapis Pondasi Agregat tidak boleh kurang 1 cm dari tebal yang
disyaratkan.
d. Tebal minimum Lapis Pondasi Agregat kelas A tidak boleh kurang 1 cm dari tebal
yang disyaratkan.
e. Pda permukaan Lapis Pondasi Agregat kelas A yang disiapkan untuk lapisan resap
3. Standar Rujukan
SNI 03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium
SNI 03-4141-96 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan butir-butir mudah
Pecah dalam agregat
SNI 1743:008 : Cara Uji Kepdatan Berat untuk Tanah
SNI 1967 :2008 : Cara Uji Penentuan Batas Ciar Tanah
SNI 1966 :2008 : Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah
SNI 2417:2008 : Cara Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles
Bahan
2” 50 100
PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Penghamparan dan Pemadatan
2. Pengujian
a. Jumlah data pendudkung pengujian bahan yan diperlukan untuk persetujuan awal harus
seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaa, namun harus mencakup seluruh jenis
pengujian yang disyaratkan.
b. Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa,
menggunakan SNI 2827 : 2008. Pengujian harus dilakukan sampai seluruh kedalaman
lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Pekrjaan, tetapi tidak boelh
berselang dari 200m
4.3. LAPIS ASPAL RESAP PENGIKAT (PRIME COAT AND TACK COAT)
Untuk Lapis aspal resap pengikat (prime coat), pekerjaan ini terdiri dari pengadaan dan
pemakaian suatu bahan pengikat aspal dengan kekentalan rendah yang tepilih di atas
Standar Rujukan
SNI 2432:2011 : Cara Uji Daktilitas Aspal
SNI 2434:2011 : Cara Uji titik lembek Asal dengan alat cincin dan bola
SNI 2488:2011 : Cara Uj iPenetrasi Aspal
SNI03-3642-1994 :MetodePengujian Kadar residu aspal emulsi dengan penyulingan
SNI03-3643-1994 : Aspal emulsi tertahan saringan No.20
SNI03-3644-1994 : Metode Pengujian Jenis Muatan Partikel Aspa emulsi
SNI4798:2011 : Spesifikasi Aspal emulsi kationik
SNI03-4799-1998 : Spesifikasi Aspal Cair Tipe Penguapan Sedang
SNI03-6721-2002 : Metode Pengujian keketalan Aspal Cair dan aspal emulsi denan alat
saybolt
SNI 6832:2011 : Spesifikasi Aspal emulsi anionic
AASHTO :
AASHTO M20-70 (2004): Penetration Graded Asphalt cement
AASHTO M10-03 : Emulsified Asphalt
AASHTO T44-03 : Solubility of Bituminous Materials
AASHTO T59-01(2005) : Testing emulsified Asphalt
British Standarts:
BS 3403 : Industrial Tachometers
a) Tidak boleh ada bahan aspal yang dibuang kedalam saluran tepi,parit atau jalan air.
b) Permukaan permukaan struktur,pohon pohon atau hak milik disekitar
permukaan jalan yang sedang dilapisi harus dilindungi dari kerusakan akibat
pekerjaan penyemprotan aspal.
c) Penyedia harus menyediakan dan memelihara dilapangan dimana aspal sedang
dipanaskan, alat pengendalian dan pencegahan kebakaran yang memadai ,dan
Penyedia harus bertangung jawab terhadap semua konsekuensi (akibat) lalu lintas
yang terlalu dini di izinkan melewati lapis aspal pengikat atau lapis aspal resap pelekat yang
baru dipasang dan harus melindungi permukaan tersebut.
Tachometer pengukur :± 1.5 persen dar skla putaran penuh sesuai ketentuan
Kecepatan kendraan BS 3403
Tachometer pengukur :± 1.5 persen dar skla putaran penuh sesuai ketentuan
Kecepatan putaran pompa BS 3403
Pengukur Suhu : ± 5 0C, rentang 0-250 0C, minimum garis tengah arloji 70 mm
Pengukuran volume atau : ± 2 persen dari total volume tangki, nilai maksimum
Tongkat celup garis skala ongkat celup 50 liter
PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Penyiapan permukaan yang akan disemprot aspal
a. Apabila pekerjaan lapis resap pengikat dan lapis perekat akan dilaksanakan pada
permukaan perkerasan jalan yang ada atau bahu jalan yang ada, semua kerusakan
perkerasan maupun bahu jalan harus diperbaiki.
b. Sebelum penyemprotan aspal dimulai,permukaan harus dibersihakan dengan
memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya.
c. Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan
disemprot
Pelaksanaan Penyemprotan
a. Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan harus diukur
dan ditandai. Khususnya untuk Lapis Resep Pengikat, batas-batas lokasi yang
disemprot harus ditandai dengan cat atau benang.
b. Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal harus disemprotkan
dengan batang penyemprotan dengan kadar aspal yang diperintahkan, kecuali jika
penyemprotan dengan distributor tidaklah paktis untuk okasi yang sempit, Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian pnyemprotan aspal tangan (hand sprayer)
c. Bila diperintahkan, bahwalintasan penyemprotan bahan aspal harus satu lajur atau
setangah lebar jalan dan harus ada bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm
sepajang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini
harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh tertutp oleh lapisan berikutnya sampa lintasan
penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula
lebar yang telah ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yan ditetapkan
tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain.
d. Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang cukup kedap.
Penyemprotan harus mulai dan dihentikan sampai seluruh batas bahan pelindung
tersemprot, dengan demikian seuruh nosel bekerja dengan benar pada sepanjang
bidang jalan yang akan disemprot.
e. Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketdaksempurnaan peralatan
semprot pada saat beroperasi.
f. Setelah pelaksanaan penyemprotan, khususnya untukLapis Perekat, bahan aspal yang
berlebihan dan terenang di atas permukaan yang telah disemprot harus diratakan
dengan menggunakan alat peadat roda karet, sikat ijuk atau alat penyapu dari karet.
Umum
Pekrjaan yang terdiri dari penyediaan pekerjaaan asphalt mixing plant, equipment
dengna material serta pelaksanaan pekerjaan yang berhubungan dengan pemsangan dan
penghamparan lapisan aspal treared Base (ATB) sesuai dengan tebal lapisan sesui dengna
gambar, ketentuan dan syarta kontrak serta sesuai dengan spesifikasi ini.
Bahan
a. Aspal
Jenis aspal yang digunakan untuk pekerjaan jalan masuk bandara tebelian sesuai
dengan konadisi iklim di Indonesia adalah AC 60/70 dengan kualitas import.
Prosentasi berat aspal yang diergunakan pada campuran aspal treared base harus
berdasarkan hasil analisa saringan agregat dan percobaan campuran sebagaimana yang
termuat dalam Job Mix Formula yang telah disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
Jenis Spesifikasi dan suhu campuran untuk aspal Kualitas Import adalah sebagai berikut:
- Penetration grade 60-70
- Spesification ASTM D 946
- Kadar Parafin kurang dari 2 %
- Mixing Temperature ditentukan berdasarkan tes viscositas atau biaya 150 0 C - 1600
C
b. Agregat
Agregat harus terdiri dari batu pecah, screenings, bahan lain, butir-butiran, material-
material yang disetujui yang mempunyai sifat dan kualitas yang sama dan mememnuhi
semua persyaratan bila dicampur dalam batas gradasi tersebut di atas. Agregat kasar
harus terdiri dari bahan yang bersifat tahan aus/keras dan bebas dari lapisan (coatings)
yang melekat dan sesui ketentuan-ketentuan dari persyaratan A.S.T.M. D-692-79,
A.S.T.M. D-693-77. Course agregat bila di test berdasarkan Los Angeles Abrassion Test,
harus tidak boleh hilang lebih dari 25%
Untuk Bandar udara yang direncanakan menampung pesawat terbang narrow body maka
untuk course agregat proses Pemecah batu harus memenuhi syarat-syarat (tertinggal)
pada saringan No.8 sebagai berikut :
1) Minimum 75% dari berat butiran yang mempunyai bentuk minimum tiga muka bidang
pecah
2) 100% dari berat butiran dengan satu atau lebih muka bidang pecah
3) Penelitian material sebagai berikut :
a) Sand equivaleny minimum 65% bila diuji dengan ASTM D.2419-74
b) Kotoran organic maximum 3% bila diuji dengan ASTM C.40-79
c) Mix design aspal beton dengan method marshall memenuhi syarat seperti ayat
23.1. bila diuji dengan ASTM D. 1559-79
d) Tidak boleh menampakkan adanya tanda-tanda bercerai-berai/desintergration
bilamana diadakan percobaan lima kali dengan Sodium Sulphate Soundness Test
mempergunakan A.S.T.M C. 88 dengan jumlah kehilangan lebih besar dari 9%
dan bila diadakan Magnesium Sulphate Soundness Test pada material tidak
boleh lebih dari 12 %.
Bagian dari material yang tertinggal dari saringan No. 8 disebut Course Agregat
c. Gradasi Agregat
Gradasi agregat untuk aspal Tretared Base sebagi berikut :
Lolos Saringan Persentase
Saringan A.S.T.M
Terhadap Berat
ATB
Max 1”
1” (25.0 mm) 100
¾” (19.0 mm) 82-100
½”(12.5 mm) 70-90
Gradasi
Gradasi yang ditentukan terakhir di dalam batas yang itetapkan dalam table tersebut
harus dipilih merat dari dipilih merata dari yang cource sampai fine dan tidak boleh dari
batas terendah dari suatu sieve sampai batas tertinggi dari sieve-sieve yang berdekatan
atau sebaliknya.
Temperatur
Temperatur untuk mixing dan pemadatan pada prinsipnya didapatkan dari hasil tes
viscositas aspal, secara umum untuk AC 60/70 temperatur mixing dan
pemadatansebagai berikut :
Mixing temperature : Aspal cement 149° C - 160° C.
: Agregat 160° C - 170° C. Temperature agregat tak boleh lebih
dari 14° C diatas temperature aspal cement.
Laying temperature : Antara 135° C - 155° C
Rolling temperature : Seperlunya untuk memperoleh field density yang dimaksud tetapi
tidak boleh kurang dari 122° C .(sesuai hasil trial compaction).
Berikut Toleransi yang diberikan terhadap Job Mix Formula telah disetujui oleh Pejabat
Pembuat Komitmen.
Kepadatan / Density
Kepadatan dari lapisan Bituminous yang dipadatkan dari semua campuran yang
direncanakan dalam penyesuaian dengan metode marshall dapat dihubungkan dengan"Job Mix
Density", apabila tidak lebih darl 10 % berat dari jumlah agregat telah tertahan pada saringan 1
inch. "Job Density" dilaksanakan dengan pembuatan darl contoh - contoh "Job mix" yang
disetujui 6 standard Marshall Specimen, menentukan beratnva titik berat khusus masing- masing
Trial Compaction
Sebelum dilaksanakan pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus melakukan uji
pemadatan diluar area yang akan dikerjaan dengan persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen. Uji
pemadatan
dimaksudkan untuk mengetahui jumlah lintasan optimum sehingga tercapai nilai kepadatan
lapangan sesuai dengan yang disyaratkan. Luas area untuk uji pemadatan minimal 3 m x 30m
yang dibagi menjadi 3 segmen, dimana perbedaan tiap segmen adalah pada jumlah lintasan
pemadatan. Selanjutnya dari hasil uji pemadatan apabila sudah memenuhi persyaratan, maka
dijadikan dasar dalam pelaksanaan. Namun apabila hasil uji pemadatan tidak memenuhi
persyaratan, maka uji pemadatan dapat di ulang kembali.
Setelah "Job Mix" mendapatkan persetujuan, harus dilaksanakan uji coba/trial compaction
didaerah yang telah disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen dengan menggunakan campuran
ini untuk menetapkan method penggilasan (rolling) yang dikehendaki untuk menghasilkan
kepadatan yang di persyaratkan. Daerah percobaan minimum seluas 3 m x 30 m. Tiga contoh
harus diambil dari daerah percobaan yang dipadatkan dan kepadatan yang dipersyaratkan untuk
setiap contoh tidak kurang dari 99 % dari "Job Mix Density" atau tidak kurang dari 95% dari
Absolute density.
Apabila kepadatan lapangan / field density yang diperlukan tidak memenuhi prosedur pemadatan
yang harus disyaratkan daerah-daerah percobaan selanjutnya disediakan dan dilakukan
pengujian sampai hasil memenuhi persyaratan.
5) Screens
Dalam hal ini harus disediakan plant screen yang dpay memisahkan / menyaring
semua agregat baik proporsi dan ukuran yang telah ditentukan dan mempunya
kapsitas normal lebih besar dari kaspistas maksimum mixer screen untuk aspat hormix
max 1”
6) Bins
Plant Harus dilengkapi dengan storage ins yang berkapasitas cukup melayani mixer
yang sedang bekerja dengan kapasitas maximal.
7) Unit Bituminous Control
Harus disusahkan sebaik-baiknya untuk menentukan persentase aspal dan pada
campuran dengan cara menimbang ataupin mengukurnya.
8) Termometric Equipment
Sebuah thermometer khusus dengan skala yang cukup harus ditempatkan di pipa
pengaliran aspal dekat pipa pengisi/charging valve dari mixer unit.
9) Dust Collector
Plant harus dilengkapi dengan suatu dust collector untuk mengalirkan atau
mengembalikan denga teratur semua atau sebagian bahan ke dalam hot elevator.
10) Persyaratan Keamanan
Harus disediakan tenaga yang cukup aman ke mixer platform dan sampling point dan
tangga berpaar ke bagian plant unit yang lain harus dipasang di tempat-tempat yan
diperlukan padawaktu plant bekerja.
Rollers
Roller yang harus disediakan adalah three wheel rollers, dual tandem rollers, three axle
wheel roller, pneumatic tire rollers.
B. Machine Spreading
Setelah sampai ditempat pelaksanaan ATB diasukkan/ditungkan kedalam bituminous
paver dan segera dihamparkan selebar yang telah ditetapkan. Selanjutnya digilas dengan tinggi
lapisan yang merata sehingga bila pekeraan seleasa akan memenhi tebal yang ditetapkan dan
sesui dengan grade yang ditetap.
Pemadatan
Pada jalur hamparan pertama penggilasan dimulai pada kedua tepinya dan diteruskan
kearah tengah jalur. Pada jalur yang dihamparkan berikutnva, penggilasan dimulai dari sisi
sebelah luar menuju ke arah jalur yang telah selesai dipadatkan. Selanjutnya sisi lainnya digilas
dan diteruskan menuju ketengah jalur tersebut. Pemadatan pertama / initial rolling harus
dilaksanakan memanjang, dengan steel wheel rollers berat total 8 - 10 ton. tidak boleh lebih dari
10 ton, roller harus dipadatkan dengan lintasan berulang - ulang / panjang lintasan bolak - balik
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN MASUK BANDARA (Tahap 1) 25
dari rollers senantiasa harus cukup lambat untuk menghindarkan terjadinya displacement dari
hotmix dengan kecepatan max 2.5 Km/jam. Harus dilakukan field density test paling sedikit 2 kali
sehari dan field density ditetapkanmenurut A.S.T.M. Mencegah melekatnya aspal pada rollers
maka roda-rodanya harusdibasahi dengan teratur namun kebanyakan air maupun oli juga tidak
diperbolehkan.Rollers harus dirawat dengan baik dan dijalankan oleh pengemudi yang cakap
danberpengalaman. Rollers harus dijalankan terus sedapat mungkin sehingga semua bagian
pavement mendapat cukup tanpa menunjukan perpindahan secepat mungkin dimana
temperature campuran aspal hotmix masih panas, Intermediate rolling diikuti alat pneumatic
rollers dengan operaring, weight tiap ban sebesar 300 psi sampai 450 psi dan berat total
minimum 10 ton, dengan gilasan paling sedikit 8 gilasan. Final rolling dikerjakan dengan two
wheel tandem atau three axle tandem sewaktu aspal concrete masih cukup panas untuk
menghilangkan jejak dari rollers. Berat steel wheelrollers minimum 12 ton dan digilas sampai
permukaan menunjukan texture yang uniform, rapat dan licin. Pada tempat - tempat yang tak
dapat dilalui rollers, campuran aspal hotmix harus dipadatkan sepenuhnya dengan hand
stampers.
Joint
A. Umum
Mixtures pda joint harus sesui dengan persyaratan dan mempunyai texture, kepadatan,
kelicinan sama dengan bagian-bagian lain yang ada. Dalam pelaksanaan semua joint,
harus disusahkan untuk menyatukan dengan jalur yang berdekatan setinggi yang telah
ditetapkan dari jalur itu.
B. Transerve
Pelaksanaan Jlaur sedapat mungkin/continue. Roller hanya akan melewati bagian yang
tidak tertutp dan tranverse joint jika penghamparan jalur terputus. Pada sambungan
melintang dipadatkan 2 arah ( melintang dan memanjang) supaya tidak terjadi
gelombang.
C. Longitudinal Joint
Joint-joint pada longitudinal joint type hot join, maka untuk maksud ini pemadatan setiap
jalur harus disiapkan selebar 30 cm, pada tepinya sepanjang jalur yang akan
dihubungkan dengan jalur lainnya yang berdekatan, pada daerah ini pemdatan
dilaksankan bersama-sama jalan berikut yang berdekatan.
Sampling Pavement
Komposisi kepadatan dan kerapatan / density pavement ditentukan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen, kontraktor harus mengambil sample yang cukup dari pavement yang sudah
selesai dengan menggunakan coredrill. Setiap hari harus mengambil sample, kontraktor harus
mengganti bagian pavement yang diambil samplenya dan perbaikannya dilaksanakan oleh
kontraktor tanpa memungut biaya. Jika komposisi dan kepadatan tidak memenuhi batas-batas
toleransi yang ditentukan, harus diadakan perbaikan sedemikian rupa sehingga persyaratan
terpenuhi.
Pengendalian Mutu
A. Umum
Pengujian Permukaan Perkerasan
Ketentuan Kepadatan
1) Kepadatan semua jenis campuran aspal yang telah dipadatkan, seperti yangn
ditentukan dalam AASHTO T 166, tidak boleh kurang dari 98 % untuk
semuacampuran aspal lainnya.
2) Cara Pengambilan benda uji campuran aspal dan pemadatan benda uji di
laboratorium masingmasing harus sesui dengan AASHTO T 168 dan SNI-06-2489-
1991 untuk ukuran butir maksimum 25 mm atau ASTM D 5581 untuk ukuran
maksmum 50 mm
3) Kontraktor dianggap telap memenuhi kewajibannya dalam memadatkan campuran
aspal bilamana kedatan lapisan yang telah dipadatkan sama atau lebih besar dariilai-
nilai yang diberikan.
Untuk mengurangi kuantitas bahan terhadap resiko dari setiap rangkaian pengujian,
Kontraktor dapat memilih untuk mengambil contoh di atas ruas yang lebih panjang (yaitu, pada
suatu frekuensi yang lebih besar) dari yang diperlukan.