Anda di halaman 1dari 40

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Dalam pelaksanaan sebuah proyek harus dilakukan pengaturan dan penjadwalan dari setiap
kegiatan yang ada. Penjadwalan kegiatan dengan baik dan benar akan memudahkan
pelaksanaan pekerjaan dan akan dapat mengefisiensikan waktu dan tenaga, sehingga akan
mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan dalam waktu yang telah ditentukan. Dengan
pelaksanaan yang tepat waktu maka akan mengurangi terjadinya penambahan biaya operasional
dilapangan. Dan yang tak kalah pentingnya lagi, selain pengaturan dan penjadwalan adalah
metodelogi pelaksanaan masing-masing kegiatan tersebut diatas, dengan metodelogi
pelaksanaan yang terinci akan mengurangi terjadinya kesalahan dalam pelaksanaan. Sebelum
dilakukan pekerjaan, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan Rekayasa Lapangan dan
pengukuran pada lokasi pekerjaan untuk menentukan apakah pekerjaan tersebut perlu dilakukan
perubahan sesuai dengan kondisi terbaru dilapangan.
Setiap pagi sebelum dilakukan pekerjaan, petugas K3 akan melakukan briefing pada semua
pekerja agar bekerja dengan memperhatikan standard keselamatan kerja. Termasuk
menggunakan alat pelindung Diri seperti Helm, Sepatu, Rompi, Sarung Tangan, Kacamata dan
lain lain yang diperlukan pada masing masing pekerjaan.

1. Perkerasan Beton Semen Dengan anyaman tulangan tunggal


Pada Pekerjaan ini, beton menggunakan ready mix dengan mutu K-350. Pekerjaan ini
digunakan untuk perkerasan beton semen. Dalam pekerjaan beton ini sudah termasuk besi
dudukan dan besi tulangan Polos yang dibuat anyaman tunggal
1.1 Tahapan Pelaksanaan
a) Pelaksanaan Setting Out
Pada pekerjaan ini terlebih dahulu dilakukan pengukuran titik rencana pengecoran.
b) Pelaksanaan pekerjaan Pemasangan Bekisting dan perkuatan samping
Setelah kepastian posisi pengecoran kemudian dilakukan pemasangan bekisting
samping/dinding oleh tukang. Kemudian tukang dibantu oleh pekerja memasang
perkuatan samping dengan menggunakan perancah. Pemasangan bekisting dan
perancah harus kuat dan kokoh untuk menghindari terjadinya lengkungan atau jebol.
Untuk pelaksanaan menggunakan multiplex 9mm dan perancah yang dipaku untuk
perkuatan samping dipasang dengan jarak maksimal 30 cm. Pada bagian bawah,
dipasang plastic cor. Setelah selesai, akan diperiksa lagi bersama sama dengan
konsultan pengawas dan direksi. Setelah disetujui, maka dapat dilanjutkan dengan
pemasangan besi.
c) Pelaksanaan pemasangan baja tulangan
Baja tulangan kemudian dipotong oleh tukang dimana ukurannya disesuaikan dengan
ukuran bekisting. Kemudian tulangan dirakit dan dipasang dengan jarak antar tulangan
arah x dan y adalah 15 cm sesuai dengan gambar rencana. Tulangan diikat dengan
menggunakan kawat ikat disemua pertemuan tulangan oleh pekerja. Kemudian sebelum
diletakan pada posisi pengecoran, terlebih dahulu dipasang besi dudukan dimana
ukurannya disesuaikan dengan gambar kerja. Jarak besi dudukan disesuaikan dengan
kondisi dilapangan atas persetujuan direksi dan konsultan pengawas. Bagian atas Besi
dudukan diikat ke besi tulangan yang telah dirakit dengan menggunakan kawat ikat.
Setelah selesai, kemudian diperiksa oleh direksi dan konsultan pengawas. Jika ada
perbaikan, akan segera diperbaiki. Jika sudah Disetujui maka dapat dilanjutkan dengan
pengecoran.
d) Pengecoran
Setelah pembesian dan bekisting disetujui, dilakukan pemesanan beton ready mix K-
350. Setelah beton ready mix datang, Kemudian dilakukan pengujian slump dan
dibuatkan kubus beton setiap truck mixer yang dating. Jika Pengujian slum memenuhi
syarat, beton ready mix dituang kedalam tempat pengecoran. Sebagian pekerja
meratakan hasil tuangan beton, Sebagian lain melakukan pemadatan beton dengan
menggunakan concrete vibarator. Lalu sekelompok tukang meratakan dan menggosok
permukaan beton. Ini terus dilakukan hingga pekerjaan selesai. Untuk mendapatkan
tinggi permukaan pengecoran yang rata, maka sebelum dilakukan pengecoran, dipasang
kayu acuan.
d) Perawatan Beton
Selama menunggu masa umur beton, maka dilakukan perawatan beton yaitu melakukan
penyiraman beton dengan menggunakan air dengan bantuan Water Tanker. Air
Disemprotkan ke Beton. Hal ini dilakukan setiap hari hingga 28 Hari.
e) Pelepasan perancah perkuatan dari box culvert
Setelah pekerjaan pengecoran selesai, 28 hari setelah pengecoran, dilakukan
pembongkaran seluruh bekisting dan perancah oleh sekelompok pekerja.

Untuk Teknik pengecoran dan pemadatan beton dijelaskan sebagai berikut:


A. Pengecoran
a. Penyedia Jasa akan memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling
sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran
beton bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan
harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu
pencampuran beton. Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas
pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa acuan, Bekisting dan tulangan dan
dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai pelaksanaan
pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan
pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
b. Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk memulai
pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan
atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran
secara keseluruhan.
c. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau
diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
d. Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor sampai
posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam
waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time)
semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan tambahan (aditif) untuk
memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.
e. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan
konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai
pekerjaan selesai.
f. Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan
halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan
yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak
boleh melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.
g. Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan
penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horisontal
dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat
30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
h. Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150
cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air. Bilamana beton dicor di dalam air
dan pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran,
maka beton harus dicor dengan metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket,
dimana bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui
terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran
yang cukup sehingga memung-kinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi
penuh selama pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus
ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan. Baik
Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di bawah
permukaan beton yang telah dicor sebelumnya Pengecoran harus dilakukan pada
kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton yang telah dicor masih plastis
sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang baru.
i. Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor,
harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan
rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton
baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen
dengan campuran yang sesuai dengan betonnya
j. Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton dalam
waktu 24 jam setelah pengecoran.

B. Pemadatan Pengecoran
a. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis (Concrete Vibrator) dari dalam
atau dari luar yang telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh
Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat
yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai.
b. Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa
semua sudut dan di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa
pemindahan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara
terisi.
c. Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan
yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada agregat.
d. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurang-nya
5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas
acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
e. Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating
(berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per
menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang,
dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
f. Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton basah
secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar beton
yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh keda-laman pada bagian
tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan
kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh
berada pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk
memindah campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulangan
beton.

Ketentuan dalam pembengkokan dan pengikatan besi adalah sebagai berikut:


i. Pembengkokan
 Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus
dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur SNI 03-6816-2002,
menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan,
bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin
bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu berubah banyak.
 Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkok-kan
dengan mesin pembengkok.
ii. Penempatan dan Pengikatan
 Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan
kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang
dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton.
 Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebu-tuhan
selimut beton minimum yang disyaratkan dalam Pasal 7.3.1.(5) di atas, atau seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
 Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga
tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat
(stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
 Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan
pada Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada
Gambar, tidak akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap
penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan
setiap batang tidak terjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan
pada titik dengan tegangan tarik minimum.
 Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang
tindih minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan
kait pada ujungnya.
 Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci dalam Gambar
atau secara khusus diijinkan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis. Bilamana Direksi
Pekerjaan menyetujui pengelasan untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini
adalah sambungan dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari
AWS D 2.0. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak diperkenankan.
 Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton
sehingga tidak akan terekspos.
 Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan
bagian tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak anyaman.
Anyaman harus dipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb dan bukaan, dan harus
dihentikan pada sambungan antara pelat.
 Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup
lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan
semen acian (semen dan air saja).

1.2 Alat Yang Digunakan


 Water Tanker
 Concrete Vibrator
 Alat Bantu seperti Sekop, Cangkul, Dan Alat bantu lainnya

1.3 Tenaga Yang Dibutuhkan


 Sopir Water Tanker
 Pekerja
 Tukang
 Mandor

1.4 Bahan Yang Dibutuhkan


 Beton Ready Mix K-350
 Besi Tulangan Polos
 Multiplex 9mm
 Kayu Acuan
 Paku
 Plastik Cor
 Kawat Ikat
 Kayu Perancah

1.5 Aspek K3
 Penempatan Rambu Peringatan, Traffic Cone, flagmen dan pengatur untuk
pengaturan lalulintas disekitar lokasi pekerjaan Saat jam kerja
 Pemasangan Rambu Peringatan, Traffic Cone, Pita Rambu dan Rambu Kedip saat
diluar jam kerja.
 Penggunaan Alat Pelindung diri untuk Tenaga Kerja (sarung tangan, Rompi,
masker, helm, sepatu safety, Kacamata safety)

1.6 Pengendalian Mutu


. Komposisi bahan mengikuti job mix formula
. teknik pengecoran Mengkuti Spesifikasi teknis
. teknik Pemadatan saat Pengecoran mengikuti spesifikasi teknis
. Pemasangan bekisting harus rapi dan kuat
. Perawatan beton setelah pengecoran melakukan penyiraman dengan bantuan
water Tanker
. Pengujian mutu berupa Tes Kubus/Silinder, Hammer Test, Slump Test
. Pengukuran Dimensi berupa Panjang, Lebar dan tinggi menggunakan Meteran.

Semua pekerja pada pekerjaan ini menggunakan APD berupa Helm, Sarung tangan, Sepatu,
Rompi dan Kacamata. Pekerjaan yang sedang dilaksanakan akan dipasang rambu, pita rambu
dan rambu lainnya yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada pekerja dan
pengguna jalan.
Volume : 366,00 M3
2. Lapis Perekat – Aspal Cair
Lapis perekat merupakan aspal Emulsi CRS-1 atau RS-1 kemudian dihampar di atas
permukaan Aspal Existing. Alat : asphalt Distributor, compressor dan dump truck.

12.1 Pelaksanaan Pekerjaan


12.1.1 Penyiapan Permukaan Yang Akan Disemprot Aspal
a) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan aspal lama harus dibersihkan
dengan memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya oleh
pekerja dengan pengawasan mandor. Bilamana peralatan ini belum dapat
memberikan permukaan yang benar-benar bersih, penyapuan tambahan harus
dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.
b) Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan
disemprot.
c) Pekerjaan penyemprotan emulsi oleh pekerja tidak boleh dimulai sebelum
permukaan yang akan dihampar lapis perekat telah disiapkan dapat diterima
oleh Direksi Pekerjaan.
12.1.2 Takaran dan Temperatur Pemakaian Bahan Aspal
Kontraktor harus melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan Direksi
Pekerjaan untuk mendapatkan tingkat takaran yang tepat (liter per meter persegi)
dan percobaan tersebut akan diulangi, sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, bila jenis dari permukaan yang akan disemprot atau jenis dari bahan
aspal berubah.

12.2 Pelaksanaan Penyemprotan


a) Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan harus
diukur dan ditandai.
b) Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal harus
disemprotkan dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang diperintahkan,
kecuali jika penyemprotan dengan distributor tidaklah praktis untuk lokasi yang
sempit, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian penyemprot aspal tangan
(hand sprayer). Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai grafik
penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan,
ketinggian batang semprot dan penempatan nosel harus disetel sesuai ketentuan
grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan.
c) Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal harus satu lajur atau
setengah lebar jalan dan harus ada bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar 20
cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20
cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh ditutup oleh lapisan berikutnya
sampai lintasan penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan.
Demikian pula lebar yang telah disemprot harus lebih besar dari pada lebar yang
ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap
mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain.
d) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang cukup
kedap. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan sampai seluruh batas bahan
pelindung tersemprot, dengan demikian seluruh nosel bekerja dengan benar pada
sepanjang bidang jalan yang akan disemprot.
e) Asphalt sprayer harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang akan
disemprot dengan demikian kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai
ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan kecepatan
ini harus tetap dipertahankan sampai melalui titik akhir.
f) Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidaksempurnaan
peralatan semprot pada saat beroperasi.
g) Penyemprotan dilakukan saat kondisi jalan kering dan tidak sedang hujan atau
mendung

12.3 Aspek K3
. Rambu Peringatan
. Penempatan pekerja untuk pengaturan lalulintas disekitas lokasi pekerjaan
. Alat Pelindung diri (sarung tangan, Rompi, masker, helm, sepatu safety, Kacamata
safety)

12.4 Pengendalian Mutu


. Penyemprotan harus rata sepanjang badan jalan yang akan diaspal
. Lokasi harus bersih sebelum disemprot
. Dilakukan Pengujian mutu berupa penyemprotan diatas lembaran kertas resap yang
kedap ukuran 25x25 cm.
. Pengukuran hasil pekerjaan menggunakan Alat ukur Manual (Meteran)

Semua pekerja pada pekerjaan ini menggunakan APD berupa Helm, Sarung tangan, Sepatu,
Rompi dan Kacamata. Pekerjaan yang sedang dilaksanakan akan dipasang rambu, pita rambu
dan rambu lainnya yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada pekerja dan
pengguna jalan.

Volume : 13.482,00 Liter

3. Laston Lapis Aus (AC-WC)


AC-WC Merupakan lapisan perkerasan yang terletak paling atas dan berfungsi sebagai
lapisan aus. Walaupun bersifat non structural, AC-WC dapat menambah daya tahan
perkerasan terhadap penurunan mutu sehingga secara keseluruhan menambah masa
pelayanan dari konstruksi perkerasan. AC-WC mempunyai tekstur yang paling halus
dibandingkan dengan jenis laston lainnya. Berikut Metode pelaksanaan pekerjaan AC – WC:

3.1 Persiapan
a. Pembuatan DMF (Design Mix Formula) AC-WC dilaksanakan di laboratorium Dinas
Pekerjaan Umum Propinsi Kepulauan Riau atau atas perintah direksi, dan bila
dianjurkan oleh direksi pengawas, contoh semua jenis material yang akan digunakan
diambil dari sumber Quarry dengan lokasi sketsa terlampir (Agregat, Aspal, Semen)
dilaksanakan bersama sama dengan pengawas lapangan dan konsultan pengawas.
b. Setelah DMF selesai, maka akan segera dibuatkan JMF di laboratorium kontraktor
dengan didampingi konsultan pengawas dan pengawas lapangan Berdasarkan
percobaan pelaksanaan (Trial) menyangkut komposisi masing masing jenis material
(Mengacu Kepada JMF), tebal hamparan, Jumlah lintasan pemadatan hingga
dihasilkan kepadatan maksimal sesuai dengan spesifikasi teknis. Hasil dari percobaan
pelaksanaan dilakukan pengujian berupa Ketebalan (Pengukuran manual), Uji
Kepadatan, Uji Kadar Aspal, Uji Marshaal, Uji Gradasi dan uji stabilitas.
c. Pastikan kebutuhan seluruh material di AMP mencukupi untuk produksi
d. Setelah dilakukan trial dan hasilnya sesuai dengan yang disyaratkan, kemudian
disiapkan request untuk pekerjaan pengaspalan.
e. Pelaksanaan hanya boleh dilakukan saat cuaca cerah dan tidak hujan maupun tidak
dalam kondisi mau hujan (Mendung).
f. Pastikan bahwa kondisi dilapangan telah siap berdasarkan daftar simak kesiapan
lapangan.
g. Pastikan kondisi Seluruh Alat mulai dari AMP, Asphalt Finisher, Asphalt Distributor,
Tandem Roller, PTR, Wheel Loader dan alat pendukung lainnya dalam keadaan layak
pakai dan sehat.

3.2 Penghamparan
a. Setelah semua pekerjaan persiapan selesai dan disetujui oleh direksi, maka
dilanjutkan dengan proses produksi. Material AC-WC hasil produksi dari AMP dibawa
dengan menggunakan Dump Truck dan harus ditutup Terpal.
b. Setiap Dump Truck harus membawa Tiket pengiriman dan dicocokkan kesesuaiannya
dengan data no. kendaraan, waktu pengiriman dan waktu penerimaan, Kemudian
dilakukan pengecekan suhu pada setiap Dump Truck yang datang dan yang akan
dituangkan ke finisher. Jika suhu tidak memenuhi syarat yang ditentukan maka,
Hotmix Tersebut harus ditolak dan dibuang. Selain suhu, juga perlu dilakukan
pengamatan secara visual apakah campuran aspal rata atau tidak. Jika tidak, maka
Hotmix tersebut harus ditolak dan dibuang.
c. Setelah memenuhi syarat untuk dilakukan penghamparan, maka dump truck
menuangkan campuran hotmix tersebut kedalam finisher penuangan dilakukan tahap
demi tahap.
d. Pastikan Screed dipanaskan sebelum dilakukan penghamparan dan Vibrasi pada
Tamper berjalan baik
e. Jika diperlukan dilakukan pemasangan balok kayu atau material lain yang disetujui
pada sisi penghamparan.
f. Lakukan penghamparan dengan mendahulukan sisi terendah.
g. Amati apakah tekstur merata secara visual dan memuaskan
h. Lakukan pengamatan dan pengukuran suhu campuran yang dihampar (minimal 1x
dalam 100 meter)
i. Pastikan kecepatan penghamparan konstan dan sesuai dengan ketentuan yang
disyaratkan untuk mengindari koyakan pada penghamparan.
j. Jika terjadi sekresi atau koyakan pada penghamparan maka dihentikan dan sampai
ditemukan penyebabnya dan diperbaiki baru penghamparan dilanjutkan.
k. Tidak diperbolehkan adanya penaburan butiran kasar pada permukaan yang telah
rapi
l. Cek Hamparan dengan Straight Edge (Mistar Lurus), pada jarak 3,0 meter toleransi
masing masing 4mm untuk lapis aus, 5mm untuk lapisan Binder dan 6mm Untuk
LApisan Pondasi.

3.3 Pemadatan Awal (Breakdown Rolling)


a. Pemadatan awal menggunakan tandem roller dan suhu saat melakukan pemadatan
awal adalah antara 120 ˚C s/d 145 ˚C untuk aspal Pen dan 130 ˚C s/d 150 ˚C untuk
Asbuton Murni atau Modifikasi
b. Kecepatan Tandem pada saat melakukan pemadatan tidak lebih besar dari 4 Km/Jam
c. Sambungan Melintang Dikerjakan terlebih dahulu dengan membuat sambungan
memanjang sebagai media sepanjang 60 cm s/d 100 cm dan lebar gilasan 15 cm
pada campuran yang belum dipadatkan kemudian padatkan sambungan melintang
pada area yang telah dipadatkan.
d. Jumlah lintasan pemadatan disesuaikan dengan hasil percobaan Trial.

3.4 Pemadatan Antara (Intermediate Rolling)


a. Peralatan yang digunakan adalah Pneumatic Tire Roller (Penggilas Roda Karet) dan
suhu saat melakukan pemadatan antara adalah antara 90 ˚C s/d 125 ˚C untuk aspal
Pen dan 95 ˚C s/d 130 ˚C untuk Asbuton Murni atau Modifikasi atau sesuai dengan
instruksi direksi.
b. Kecepatan PTR tidak lebih dari 10 Km/Jam
c. Selama pemadatan, roda alat dibasahi dengan air kalau perlu dicampur dengan
sedikit deterjen, dan hindari penyiraman yang berlebihan
d. Jumlah Lintasan pemadatan sesuai dengan hasil Percobaan (Trial) yang telah
disetujui.
e. Proses pemadatan harus dilakukan terus menerus dan tidak boleh terputus.
3.5 Pemadatan Akhir
a. Peralatan yang digunakan adalah Tandem Roller (Penggilas Roda Baja) dan suhu
saat melakukan pemadatan antara adalah antara 90 ˚C s/d 125 ˚C untuk aspal Pen
dan 95 ˚C s/d 130 ˚C untuk Asbuton Murni atau Modifikasi atau sesuai dengan
instruksi direksi.
b. Kecepatan Alat pemadat tidak lebih dari 4 Km/Jam
c. Jumlah Passing (Lintasan) sesuai dengan hasil Percobaan (Trial) yang telah disetujui.

3.6 Prosedur Pemadatan


a. Jika Lajur berdampingan dengan lajur lain yang telah dihampar padat,
. Pemadatan Sambungan Melintang
. Pemadatan sambungan memanjang
. Pemadatan Tepi Luar
. Pemadatan awal dimulai dari sisi terendah menuju ke yang lebih tinggi
. Pemadatan Kedua dimulai dari sisi terendah menuju ke yang lebih tinggi
. Pemadatan Akhir
b. Jika Lajur Tidak berdampingan dengan lajur lain,
. Pemadatan Sambungan Melintang
. Pemadatan Tepi Luar
. Pemadatan awal dimulai dari sisi Terendah menuju ke yang lebih tinggi
. Pemadatan Kedua dimulai dari sisi terendah menuju ke yang lebih tinggi
. Pemadatan Akhir

3.7 Aspek K3
. Rambu Peringatan
. Penempatan pekerja untuk pengaturan lalulintas disekitas lokasi pekerjaan dan AMP
. Alat Pelindung diri (sarung tangan, Rompi, masker, helm, sepatu safety, Kacamata
safety)

3.8 Pengendalian Mutu


. Komposisi bukaan masing masing material Aspal di AMP disesuaikan dengan hasil
percobaan
. Suhu saat Produksi di AMP harus disesuaikan dengan batas di spesifikasi teknis
. Suhu aspal sebelum penghamparan, saat penghamparan, saat pemadatan awal,
saat pemadatan antara dan pemadatan akhir harus dikontrol sesuai dengan
spesifikasi teknis
. Penghamparan oleh Finisher harus rata dan rapi
. Prosedur pemadatan saat pemadatan awal, pemadatan antara dan pemadatan akhir
disesuaikan dengan hasil percobaan
. Jumlah Lintasan saat pemadatan awal, pemadatan antara dan pemadatan akhir
disesuaikan dengan hasil percobaan
. Kecepatan Alat saat pemadatan awal, pemadatan antara dan pemadatan akhir
disesuaikan dengan hasil percobaan
. Air yang keluar dari alat untuk membasahi ban harus dikontrok agar tidak terlalu
banyak.
. Pengujian mutu berupa Uji Ketebalan dan Kepadatan (core Drill), Uji Kadar Aspal
dan Uji Gradasi, Marshaal, dan Penetrasi
. Pengukuran Panjang dan Lebar menggunakan Meteran lalu dibuatkan STA per 25
m.
Semua pekerja pada pekerjaan ini menggunakan APD berupa Helm, Sarung tangan, Sepatu,
Rompi dan Kacamata. Pekerjaan yang sedang dilaksanakan akan dipasang rambu, pita rambu
dan rambu lainnya yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada pekerja dan
pengguna jalan.

Volume : 1.144,08 Ton

4. Beton Struktur Fc’30 MPa


Pada Pekerjaan ini, beton menggunakan ready mix dengan mutu fc’30 MPa. Pekerjaan ini
digunakan untuk pekerjaan perbaikan pondasi badan jalan.
4.1 Tahapan Pelaksanaan
a) Pelaksanaan Setting Out
Pada pekerjaan ini terlebih dahulu dilakukan pengukuran dan penandaan titik rencana
pengecoran. Kemudian aspal existing yang mengalami kerusakan dipotong dengan
sphalt cutter oleh pekerja.
b) Pelaksanaan pekerjaan Pemasangan Bekisting dan perkuatan samping
Setelah aspal dipotong, kemudian dilakukan pemadatan lalu dilakukan pemasangan
bekisting samping/dinding oleh tukang. Kemudian tukang dibantu oleh pekerja
memasang perkuatan samping dengan menggunakan perancah. Pemasangan bekisting
dan perancah harus kuat dan kokoh untuk menghindari terjadinya lengkungan atau
jebol. Untuk pelaksanaan menggunakan multiplex 9mm dan perancah yang dipaku untuk
perkuatan samping dipasang dengan jarak maksimal 30 cm. Pada bagian bawah,
dipasang plastic cor. Setelah selesai, akan diperiksa lagi bersama sama dengan
konsultan pengawas dan direksi. Setelah disetujui, maka dapat dilanjutkan dengan
pemasangan besi.
c) Pelaksanaan pemasangan baja tulangan
Baja tulangan sirip BjTS 280 kemudian dipotong oleh tukang dimana ukurannya
disesuaikan dengan ukuran bekisting. Kemudian tulangan dirakit dan dipasang dengan
jarak antar tulangan arah x dan y sesuai dengan gambar rencana. Tulangan diikat
dengan menggunakan kawat ikat disemua pertemuan tulangan oleh pekerja. Kemudian
sebelum diletakan pada posisi pengecoran, terlebih dahulu dipasang besi dudukan
dimana ukurannya disesuaikan dengan gambar kerja. Jarak besi dudukan disesuaikan
dengan kondisi dilapangan atas persetujuan direksi dan konsultan pengawas. Bagian
atas Besi dudukan diikat ke besi tulangan sirip BjTS 280 yang telah dirakit dengan
menggunakan kawat ikat. Setelah selesai, kemudian diperiksa oleh direksi dan konsultan
pengawas. Jika ada perbaikan, akan segera diperbaiki. Jika sudah Disetujui maka dapat
dilanjutkan dengan pengecoran.
d) Pengecoran
Setelah pembesian dan bekisting disetujui, dilakukan pemesanan beton ready mix fc’ 30
MPa. Setelah beton ready mix datang, Kemudian dilakukan pengujian slump dan
dibuatkan kubus beton setiap truck mixer yang datang. Jika Pengujian slum memenuhi
syarat, beton ready mix dituang kedalam tempat pengecoran. Sebagian pekerja
meratakan hasil tuangan beton, Sebagian lain melakukan pemadatan beton dengan
menggunakan concrete vibarator. Lalu sekelompok tukang meratakan dan menggosok
permukaan beton. Ini terus dilakukan hingga pekerjaan selesai. Untuk mendapatkan
tinggi permukaan pengecoran yang rata, maka sebelum dilakukan pengecoran, dipasang
kayu acuan.
e) Perawatan Beton
Selama menunggu masa umur beton, maka dilakukan perawatan beton yaitu melakukan
penyiraman beton dengan menggunakan air dengan bantuan Water Tanker. Air
Disemprotkan ke Beton. Hal ini dilakukan setiap hari hingga 28 Hari.
f) Pelepasan perancah perkuatan dari box culvert
Setelah pekerjaan pengecoran selesai, 28 hari setelah pengecoran, dilakukan
pembongkaran seluruh bekisting dan perancah oleh sekelompok pekerja.

Untuk Teknik pengecoran dan pemadatan beton dijelaskan sebagai berikut:


C. Pengecoran
a. Penyedia Jasa akan memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling
sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran
beton bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan
harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu
pencampuran beton. Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas
pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa acuan, Bekisting dan tulangan dan
dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai pelaksanaan
pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan
pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
b. Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk memulai
pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan
atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran
secara keseluruhan.
c. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau
diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
d. Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor sampai
posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam
waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time)
semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan tambahan (aditif) untuk
memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.
e. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan
konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai
pekerjaan selesai.
f. Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan
halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan
yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak
boleh melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.
g. Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan
penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horisontal
dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat
30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
h. Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150
cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air. Bilamana beton dicor di dalam air
dan pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran,
maka beton harus dicor dengan metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket,
dimana bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui
terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran
yang cukup sehingga memung-kinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi
penuh selama pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus
ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan. Baik
Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di bawah
permukaan beton yang telah dicor sebelumnya Pengecoran harus dilakukan pada
kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton yang telah dicor masih plastis
sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang baru.
i. Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor,
harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan
rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton
baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen
dengan campuran yang sesuai dengan betonnya
j. Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton dalam
waktu 24 jam setelah pengecoran.

D. Pemadatan Pengecoran
a. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis (Concrete Vibrator) dari dalam
atau dari luar yang telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh
Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat
yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai.
b. Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa
semua sudut dan di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa
pemindahan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara
terisi.
c. Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan
yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada agregat.
d. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurang-nya
5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas
acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
e. Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating
(berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per
menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang,
dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
f. Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton basah
secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar beton
yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh keda-laman pada bagian
tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan
kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh
berada pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk
memindah campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulangan
beton.

Ketentuan dalam pembengkokan dan pengikatan besi adalah sebagai berikut:


i. Pembengkokan
 Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus
dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur SNI 03-6816-2002,
menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan,
bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin
bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu berubah banyak.
 Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkok-kan
dengan mesin pembengkok.

ii. Penempatan dan Pengikatan


 Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan
kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang
dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton.
 Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebu-tuhan
selimut beton minimum yang disyaratkan dalam Pasal 7.3.1.(5) di atas, atau seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
 Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga
tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat
(stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
 Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan
pada Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada
Gambar, tidak akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap
penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan
setiap batang tidak terjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan
pada titik dengan tegangan tarik minimum.
 Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang
tindih minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan
kait pada ujungnya.
 Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci dalam Gambar
atau secara khusus diijinkan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis. Bilamana Direksi
Pekerjaan menyetujui pengelasan untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini
adalah sambungan dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari
AWS D 2.0. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak diperkenankan.
 Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton
sehingga tidak akan terekspos.
 Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan
bagian tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak anyaman.
Anyaman harus dipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb dan bukaan, dan harus
dihentikan pada sambungan antara pelat.
 Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup
lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan
semen acian (semen dan air saja).

4.2 Alat Yang Digunakan


 Water Tanker
 Concrete Vibrator
 Alat Bantu seperti Sekop, Cangkul, Dan Alat bantu lainnya

4.3 Tenaga Yang Dibutuhkan


 Sopir Water Tanker
 Pekerja
 Tukang
 Mandor
4.4 Bahan Yang Dibutuhkan
 Beton Ready Mix fc’30 MPa
 Kayu Acuan
 Paku
 Plastik Cor
 Kayu Perancah

4.5 Aspek K3
 Penempatan Rambu Peringatan, Traffic Cone, flagmen dan pengatur untuk
pengaturan lalulintas disekitar lokasi pekerjaan Saat jam kerja
 Pemasangan Rambu Peringatan, Traffic Cone, Pita Rambu dan Rambu Kedip saat
diluar jam kerja.
 Penggunaan Alat Pelindung diri untuk Tenaga Kerja (sarung tangan, Rompi,
masker, helm, sepatu safety, Kacamata safety)

4.6 Pengendalian Mutu


. Komposisi bahan mengikuti job mix formula
. teknik pengecoran Mengkuti Spesifikasi teknis
. teknik Pemadatan saat Pengecoran mengikuti spesifikasi teknis
. Pemasangan bekisting harus rapi dan kuat
. Perawatan beton setelah pengecoran melakukan penyiraman dengan bantuan
water Tanker
. Pengujian mutu berupa Tes Kubus/Silinder, Hammer Test, Slump Test
. Pengukuran Dimensi berupa Panjang, Lebar dan tinggi menggunakan Meteran.

Semua pekerja pada pekerjaan ini menggunakan APD berupa Helm, Sarung tangan, Sepatu,
Rompi dan Kacamata. Pekerjaan yang sedang dilaksanakan akan dipasang rambu, pita rambu
dan rambu lainnya yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada pekerja dan
pengguna jalan.
Volume : 531,50 M3

5. Beton Struktur fc’ 25 MPa (Setara K-300 Ready Mix)


Pada Pekerjaan ini, beton mutu sedang fc’25 MPa digunakan untuk box culvert dan plat
diatas saluran. Oleh karena itu tahapan metode pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
Untuk Pekerjaan Box Culvert
a) Pelaksanaan Setting Out
Pada pekerjaan ini terlebih dahulu dilakukan pengukuran titik titik box dan pengecekan
elevasi untuk galian, lantai kerja, dan elevasi atas box oleh Surveyor
b) Pelaksanaan Galian Struktur (Excavation)
Setelah diukur dan ditentukan batas serta elevasi galian, maka dilakukan galian untuk
struktur box culvert dengan menggunakan excavator dan sekelompok pekerja
merapikan galian secara manual kemudian sisa galian akan dibawa dengan
menggunakan dump truck ke daerah pembuangan yang telah disetujui.
c) Pelaksanaan pekerjaan lantai kerja dan plat bawah
Setelah dilakukan penggalian sesuai dengan elevasi yang telah ditentukan, kemudian
dilakukan pengecoran lantai kerja dengan urugan pasir jika diperlukan oleh sekelompok
pekerja dan tukang atas arahan mandor. Setelah kering, dilakukan pemasangan besi
dan pengecoran pelat bawah box culvert.
d) Pelaksanaan pekerjaan Pembesian, Pemasangan Bekisting dan perkuatan samping
Setelah pelaksanaan pekerjaan lantai kemudian dilakukan pemasangan besi box culvert
disesuaikan dengan dimensi, ukuran besi yang telah ditentukan. Setelah selesai,
kemudian dilakukan pemasangan bekisting samping/dinding box culvert Oleh Tukang
dibantu oleh Sekelompok Pekerja yang diarahkan oleh mandor. Lalu dipasang perkuatan
samping box dengan menggunakan perancah. Pemasangan bekisting dan perancah
harus kuat dan kokoh untuk menghindari terjadinya lengkungan atau jebol. Untuk
pelaksanaan menggunakan multiplex 12mm dan perancah untuk perkuatan samping
dipasang dengan jarak maksimal 30 cm. setelah selesai, akan diperiksa lagi bersama
sama dengan konsultan pengawas dan direksi. Setelah disetujui, maka dapat dilakukan
pengecoran dinding box culvert. Untuk metoda pembesian akan dibahas pada item
pekerjaan baja tulangan Ulir U32.
e) Pelaksanaan pekerjaan Pembesian, Pamasangan Bekisting dan Perkuatan atas
Setelah dilakukan pengecoran samping, kemudian dilakukan pemasangan besi Oleh
Tukang Besi dibantu oleh Sekelompok Pekerja yang diarahkan oleh mandor untuk bagian
atas kemudian dilakukan pemasangan bekisting dan perancah untuk perkuatan bagian
atas. Setelah selesai, kemudian dilakukan pemeriksaan bersama sama dengan konsultan
pengawas dan direksi. Setelah disetujui, maka dilakukan pengecoran bagian atas box
culvert.
f) Perawatan Beton
Selama menunggu masa umur beton, maka dilakukan perawatan beton yaitu melakukan
penyiraman beton dengan menggunakan air dengan bantuan Water Tanker. Air
Disemprotkan ke Beton. Hal ini dilakukan setiap hari hingga 28 Hari.
g) Pelepasan perancah perkuatan dari box culvert
Setelah pekerjaan pengecoran selesai, 28 hari setelah pengecoran, dilakukan
pembongkaran seluruh bekisting dan perancah oleh berapa orang pekerja atas arahan
mamdor. Pembongkaran harus dilakukan dengan hati hati.
h) Dilakukan penimbunan
Setelah pembongkaran selesai, maka dilakukan penimbunan kembali pada sisa galian
box culvert tersebut. Jika tanah awal jelek (Berlumpur), maka akan diganti dengan
tanah yang lebih baik dan sesuai untuk spesifikasi tanah timbun.
i) Dilakukan pemadatan Timbunan
Selanjutnya timbunan tersebut dipadatkan dengan menggunakan stamper atau baby
roller dan dirapikan oleh sekelompok pekerja.

Untuk Pekerjaan Plat diatas saluran


a) Pelaksanaan Setting Out
Pada pekerjaan ini terlebih dahulu dilakukan pengukuran titik pemasangan plat
penyeberangan dan disesuaikan dengan ukuran yang akan dikerjakan
b) Pelaksanaan pekerjaan Pemasangan Bekisting dan Baja Tulangan
Setelah kepastian posisi plat penyeberangan kemudian dilakukan pemasangan bekisting
samping/dinding. Untuk pelaksanaan menggunakan multiplex 12mm dan perancah
untuk perkuatan samping dipasang dengan jarak maksimal 30 cm. setelah selesai, akan
diperiksa lagi bersama sama dengan konsultan pengawas dan direksi. Setelah disetujui,
maka dapat dilakukan pemasangan baja tulangan. Tulangan menggunakan tulangan 1
lapis dengan diameter tulangan 12 mm dengan jarak 15 cm baik tulangan arah x
maupun tulangan arah y. baja tulangan diikat dengan menggunakan kawat ikat pada
setiap pertemuan antar tulangan. Setelah selesai, dilakukan pemeriksaan Bersama
antara kontraktor pelaksana, konsultan pengawas dan direksi pekerjaan. Setelah
disetujui, dapat dilanjutkan dengan pengecoran.
c) Pengecoran
Pengecoran dilakukan dengan menggunakan beton ready Mix dimana dilakukan
pengujian slump nya dan dibuatkan kubus beton setiap 5 m3 pengecoran atau atas
perintah direksi. Setelah beton ready mix datang, Kemudian dituang kedalam tempat
pengecoran. Sebagian pekerja kemudian melakukan pemadatan beton dengan
menggunakan concrete vibarator. Lalu sekelompok tukang meratakan dan menggosok
permukaan beton. Ini terus dilakukan hingga pekerjaan selesai.
d) Perawatan Beton
Selama menunggu masa umur beton, maka dilakukan perawatan beton yaitu melakukan
penyiraman beton dengan menggunakan air dengan bantuan Water Tanker. Air
Disemprotkan ke Beton. Hal ini dilakukan setiap hari hingga 28 Hari.
e) Pelepasan perancah
Setelah pekerjaan pengecoran selesai, 28 hari setelah pengecoran, dilakukan
pembongkaran seluruh bekisting dan perancah oleh sekelompok pekerja.

Untuk Teknik pengecoran dan pemadatan beton dijelaskan sebagai berikut:


5.1 Pengecoran
a. Penyedia Jasa akan memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling
sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran
beton bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan
harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu
pencampuran beton. Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas
pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa acuan, Bekisting dan tulangan dan
dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai pelaksanaan
pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan
pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
b. Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk memulai
pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan
atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran
secara keseluruhan.
c. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau
diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
d. Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor sampai
posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam
waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time)
semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan tambahan (aditif) untuk
memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.
e. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan
konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai
pekerjaan selesai.
f. Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan
halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan
yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak
boleh melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.
g. Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan
penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horisontal
dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat
30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
h. Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150
cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air. Bilamana beton dicor di dalam air
dan pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran,
maka beton harus dicor dengan metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket,
dimana bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui
terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran
yang cukup sehingga memung-kinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi
penuh selama pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus
ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan. Baik
Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di bawah
permukaan beton yang telah dicor sebelumnya Pengecoran harus dilakukan pada
kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton yang telah dicor masih plastis
sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang baru.
i. Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor,
harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan
rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton
baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen
dengan campuran yang sesuai dengan betonnya
j. Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton dalam
waktu 24 jam setelah pengecoran.

5.2 Pemadatan Pengecoran


a. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis (Concrete Vibrator) dari dalam
atau dari luar yang telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh
Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat
yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai.
b. Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa
semua sudut dan di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa
pemindahan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara
terisi.
c. Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan
yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada agregat.
d. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurang-nya
5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas
acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
e. Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating
(berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per
menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang,
dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
f. Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton basah
secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar beton
yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh keda-laman pada bagian
tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan
kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh
berada pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk
memindah campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulangan
beton.

5.3 Alat Yang Digunakan


 Water Tanker
 Concrete Vibrator
 Alat Bantu seperti Sekop, Cangkul, Dan Alat bantu lainnya

5.4 Tenaga Yang Dibutuhkan


 Sopir Water Tanker
 Pekerja
 Tukang
 Mandor

5.5 Bahan Yang Dibutuhkan


 Beton fc’25 MPa (K-300)
 Multiplex 12 mm
 Kayu Perancah
 Paku

5.6 Aspek K3
 Penempatan Rambu Peringatan, flagmen dan pengatur untuk pengaturan
lalulintas disekitar lokasi pekerjaan Saat jam kerja
 Pemasangan Rambu Peringatan, Pita Rambu dan Rambu Kedip saat diluar jam
kerja.
 Penggunaan Alat Pelindung diri untuk Tenaga Kerja (sarung tangan, Rompi,
masker, helm, sepatu safety, Kacamata safety)

5.7 Pengendalian Mutu


. Komposisi bahan mengikuti job mix formula
. teknik pengecoran Mengikuti Spesifikasi teknis
. teknik Pemadatan saat Pengecoran mengikuti spesifikasi teknis
. Pemasangan bekisting harus rapi dan kuat
. Perawatan beton setelah pengecoran melakukan penyiraman dengan bantuan
water Tanker
. Pengujian mutu berupa Tes Kubus/Silinder, Hammer Test, Slump Test
. Pengukuran Dimensi berupa Panjang, Lebar dan tinggi menggunakan Meteran.

Semua pekerja pada pekerjaan ini menggunakan APD berupa Helm, Sarung tangan, Sepatu,
Rompi dan Kacamata. Pekerjaan yang sedang dilaksanakan akan dipasang rambu, pita rambu
dan rambu lainnya yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada pekerja dan
pengguna jalan.
Volume : 96,87 M3

6. Beton Mutu Sedang fc’ 15 MPa


Pada Pekerjaan ini, beton mutu sedang fc’15 MPa digunakan untuk pekerjaan Bahu Jalan.
Oleh karena itu tahapan metode pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Setting Out
Pada pekerjaan ini terlebih dahulu dilakukan pengukuran titik pemasangan Bahu Jalan
dan disesuaikan dengan ukuran bahu jalan yang akan dikerjakan.
b. Kemudian Dilakukan Pemasangan bekisting dan perancah. Pemasangan ini harus kuat
dan kokoh untuk menghindari terjadinya lengkungan atau jebol. Untuk pelaksanaan
menggunakan multiplex 12mm dan perancah untuk perkuatan samping dipasang dengan
jarak maksimal 30 cm. setelah selesai, akan diperiksa lagi bersama sama dengan
konsultan pengawas dan direksi. Setelah disetujui, maka dapat dilakukan pengecoran
Bahu Jalan.
c. Pelepasan perancah perkuatan dari box culvert
Setelah pekerjaan pengecoran selesai, 28 hari setelah pengecoran, dilakukan
pembongkaran seluruh bekisting dan perancah.

Untuk metoda Pelaksanaan pengecoran dan pemadatan beton dijelaskan sebagai berikut:
6.1 Pengecoran
a. Penyedia Jasa akan memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling
sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran
beton bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan
harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu
pencampuran beton. Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas
pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa acuan, Bekisting dan tulangan dan
dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai pelaksanaan
pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan
pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
b. Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk memulai
pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan
atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran
secara keseluruhan.
c. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau
diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
d. Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor sampai
posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam
waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time)
semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan tambahan (aditif) untuk
memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.
e. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan
konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai
pekerjaan selesai.
f. Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan
halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan
yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak
boleh melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.
g. Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan
penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horisontal
dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat
30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
h. Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150
cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air. Bilamana beton dicor di dalam air
dan pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran,
maka beton harus dicor dengan metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket,
dimana bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui
terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran
yang cukup sehingga memung-kinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi
penuh selama pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus
ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan. Baik
Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di bawah
permukaan beton yang telah dicor sebelumnya Pengecoran harus dilakukan pada
kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton yang telah dicor masih plastis
sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang baru.
i. Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor,
harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan
rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton
baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen
dengan campuran yang sesuai dengan betonnya
j. Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton dalam
waktu 24 jam setelah pengecoran.

6.2 Pemadatan Pengecoran


a. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar yang
telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk
menjamin pemadatan yang tepat dan memadai.
b. Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan
bahwa semua sudut dan di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa
pemindahan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara
terisi.
c. Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan
yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada agregat.
d. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurang-nya
5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas
acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
e. Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating
(berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per
menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang,
dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
f. Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton basah
secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar
beton yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh keda-laman pada
bagian tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan
dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar
tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan
untuk memindah campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh
tulangan beton.

6.3 Aspek K3
. Rambu Peringatan
. Penempatan pekerja untuk pengaturan lalulintas disekitas lokasi pekerjaan dan AMP
. Alat Pelindung diri (sarung tangan, Rompi, masker, helm, sepatu safety, Kacamata
safety)

6.4 Pengendalian Mutu


. Komposisi bahan mengikuti job mix formula
. teknik pengecoran Mengkuti Spesifikasi teknis
. teknik Pemadatan saat Pengecoran mengikuti spesifikasi teknis
. Pemasangan bekisting harus rapi dan kuat
. Perawatan beton setelah pengecoran
. Pengujian mutu berupa Tes Kubus/Silinder, Hammer Test
. Pengukuran Dimensi berupa Panjang, Lebar dan tinggi menggunakan Meteran.

Semua pekerja pada pekerjaan ini menggunakan APD berupa Helm, Sarung tangan, Sepatu,
Rompi dan Kacamata. Pekerjaan yang sedang dilaksanakan akan dipasang rambu, pita rambu
dan rambu lainnya yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada pekerja dan
pengguna jalan.
Volume : 918,00 M3

7. Beton Mutu Sedang fc’ 10 MPa


Pada Pekerjaan ini, beton mutu sedang fc’10 MPa digunakan untuk Lantai Kerja. Oleh
karena itu tahapan metode pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Setting Out
Pada pekerjaan ini terlebih dahulu dilakukan pengukuran titik titik box dan pengecekan
elevasi untuk galian, lantai kerja, dan elevasi atas box.
b. Pelaksanaan Galian Struktur (Excavation)
Setelah diukur dan ditentukan batas serta elevasi galian, maka dilakukan galian untuk
struktur box culvert dengan menggunakan excavator dan sekelompok pekerja
merapikan galian secara manual kemudian sisa galian akan dibawa dengan
menggunakan dump truck ke daerah pembuangan yang telah disetujui.
c) Pengecoran
Pengecoran dilakukan secara manual dengan melakukan pengadukan material Air, Pasir
Beton, Aggregat Kasar dan semen sesuai dengan komposisi pada Job Mix Formula
dengan menggunakan Concrete Mixer. Air, Semen, Pasir Beton dan aggregate dituang
kedalam Concrete mixer oleh sekelompok pekerja yang diarahkan oleh mandor dan
diaduk hingga adukan rata. Kemudian diuji slump nya dan dibuatkan kubus beton setiap
10 m3 pengecoran atau atas perintah direksi. Setelah adukan rata kemudian dituang ke
dalam gerobak dan diangkut oleh pekerja ke lokasi pengecoran. Kemudian dituang
kedalam tempat pengecoran. Sebagian pekerja kemudian melakukan pemadatan beton
dengan menggunakan concrete vibarator. Lalu sekelompok tukang meratakan dan
menggosok permukaan beton. Ini terus dilakukan hingga pekerjaan selesai.

7.1 Alat Yang Digunakan


 Water Tanker
 Concrete Mixer
 Concrete Vibrator
 Alat Bantu seperti Sekop, Cangkul, Dan Alat bantu lainnya

7.2 Tenaga Yang Dibutuhkan


 Sopir Water Tanker
 Operator Concrete Mixer
 Pekerja
 Tukang
 Mandor

7.3 Bahan Yang Dibutuhkan


 Semen
 Pasir Beton
 Aggregat Kasar

7.4 Aspek K3
 Penempatan Rambu Peringatan, flagmen dan pengatur untuk pengaturan
lalulintas disekitar lokasi pekerjaan Saat jam kerja
 Pemasangan Rambu Peringatan, Pita Rambu dan Rambu Kedip saat diluar jam
kerja.
 Penggunaan Alat Pelindung diri untuk Tenaga Kerja (sarung tangan, Rompi,
masker, helm, sepatu safety, Kacamata safety)

7.5 Pengendalian Mutu


. Komposisi bahan mengikuti job mix formula
. teknik pengecoran Mengkuti Spesifikasi teknis
. teknik Pemadatan saat Pengecoran mengikuti spesifikasi teknis
. Pemasangan bekisting harus rapi dan kuat
. Perawatan beton setelah pengecoran melakukan penyiraman dengan bantuan water
Tanker
. Pengujian mutu berupa Tes Kubus/Silinder, Hammer Test
. Pengukuran Dimensi berupa Panjang, Lebar dan tinggi menggunakan Meteran.

Semua pekerja pada pekerjaan ini menggunakan APD berupa Helm, Sarung tangan, Sepatu,
Rompi dan Kacamata. Pekerjaan yang sedang dilaksanakan akan dipasang rambu, pita rambu
dan rambu lainnya yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada pekerja dan
pengguna jalan.
Volume : 2,88 M3

8. Baja Tulangan Sirip BjTS 280


Baja tulangan yang digunakan pada pekerjaan ini adalah baja Tulangan Sirip BjTS 280.
Pekerjaan baja tulangan ini digunakan untuk pekerjaan penulangan pada beton Box Culvert,
Tutup Saluran. Setelah gambar kerja besi tulangan disetujui, kemudian mandor menyuruh
tukang besi yang dibantu oleh pekerja untuk melakukan pengukuran dan pemotongan besi
sesuai dengan ukuran yang tertera di gambar kerja. Setelah besi dipotong, kemudian
tukang besi melakukan pembengkokan besi sesuai dengan bentuk yang tertera di gambar
kerja. Pembengkokan besi dengan ukuran yang kecil dilakukan dengan menggunakan alat
pembengkok besi manual. Sedangkan untuk besi diatas 21mm menggunakan bar binder.
Setelah pembengkokan besi selesai, kemudian sekelompok pekerja melakukan
pengikatan/perakitan besi dengan menggunakan kawat ikat. Seluruh joint/pertemuan besi
harus diikat dengan menggunakan kawat ikat. Setelah selesai kemudian dapat dilanjutkan
dengan melakukan pengecoran.

Ketetuan dalam pembengkokan dan pengikatan besi adalah sebagai berikut:


8.1 Pembengkokan
 Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus
dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur SNI 03-6816-2002,
menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan,
bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin
bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu berubah banyak.
 Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkok-kan
dengan mesin pembengkok.

8.2 Penempatan dan Pengikatan


 Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan
kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang
dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton.
 Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebu-tuhan
selimut beton minimum yang disyaratkan dalam Pasal 7.3.1.(5) di atas, atau seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
 Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga
tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat
(stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
 Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan
pada Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada
Gambar, tidak akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap
penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan
setiap batang tidak terjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan
pada titik dengan tegangan tarik minimum.
 Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang
tindih minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan
kait pada ujungnya.
 Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci dalam Gambar
atau secara khusus diijinkan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis. Bilamana Direksi
Pekerjaan menyetujui pengelasan untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini
adalah sambungan dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari
AWS D 2.0. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak diperkenankan.
 Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton
sehingga tidak akan terekspos.
 Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan
bagian tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak anyaman.
Anyaman harus dipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb dan bukaan, dan harus
dihentikan pada sambungan antara pelat.
 Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup
lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan
semen acian (semen dan air saja).

8.3 Alat Yang Digunakan


 Alat Bantu seperti Pipa untuk pembengok, Gunting Besi, Kakak Tua dan Alat
bantu lainnya

8.4 Tenaga Yang Dibutuhkan


 Pekerja
 Tukang
 Mandor

8.5 Bahan Yang Dibutuhkan


 Baja Tulangan Sirip BjTS 280
 Kawat Ikat

8.6 Aspek K3
 Penempatan Rambu Peringatan, flagmen dan pengatur untuk pengaturan
lalulintas disekitar lokasi pekerjaan Saat jam kerja
 Pemasangan Rambu Peringatan, Pita Rambu dan Rambu Kedip saat diluar jam
kerja.
 Penggunaan Alat Pelindung diri untuk Tenaga Kerja (sarung tangan, Rompi,
masker, helm, sepatu safety, Kacamata safety)

8.7 Pengendalian Mutu


. Cara penyambungan besi jika ada overlap minimal 40 d
. Cara pembengkokan besi harus sesuai dengan ukuran
. Cara Pengikatan besi harus kuat
. Pengujian mutu berupa Kuat Tarik Tulangan, Diameter Tulangan
. Pengukuran Jarak Antar Tulangan, Jumlah Tulangan dan Panjang Tulangan.

Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk memikul
perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau beban
konstruksi lainnya. Semua pekerja pada pekerjaan ini menggunakan APD berupa Helm,
Sarung tangan, Sepatu, Rompi dan Kacamata.
Volume : 34.708,25 Kg

9. Pondasi Cerucuk Penyediaan dan Pemancangan


Pekerjaan ini mencakup penyediaan cerucuk dan ditempatkan sesuai dengan spesifikasi dan
sedapat mungkin mendekati gambar menurut penetrasi atau kedalamannya sebagaimana
yang diperintahkan direksi pekerjaan.

9.1 Tahap Persiapan


. Cek ulang request pekerjaan dan data pendukungnya
. Menyerahkan gambar detail penampang melintang (Shop Drawing) Kepada Direksi
Pekerjaan
. Cek dan periksa kesiapan alat, tenaga kerja dan penanggungjawab dari penyedia
jasa untuk mengatasi kondisi khusus.
. Pastikan ada pengendalian keselamatan dan kecelakaan kerja (K3)
. Memastikan ada kesiapan pengendalian lalu lintas, staking out dimensi bentuk dan
lokasi sesuai gambar rencana
. Pasang patok patok ukur untuk menentukan panjang dan lebar pondasi
. Lakukan penyiapan tanah dasar sesuai dengan gambar kerja antara lain
membersihkan tanah dasar dari hal hal yang dapat mengganggu pelaksanaan,
ratakan lahan, bila muka air mencapai permukaan tanah maka timbun tanah dasar
hingga muka tanah diatas air.
. Tentukan tempat kedudukan masing masing tiang cerucuk yang akan dipancang
dan diberi tanda dengan menggunakan patok patok.

9.2 Tahap Pelaksanaan


. Sekelompok Pekerja atas arahan mandor meruncingkan bagian ujung bawah
cerucuk kayu agar mudah menembus kedalam tanah
. Seorang tukang menempatkan kayu cerucuk pada posisi yang akan di pancang dan
memegang tegak lurus
. Kemudian kayu cerucuk akan ditekan dan dimasukkan kedalam tanah dengan
menggunakan alat bantu (Excavator)
. Tekan dan masukkan kayu cerucuk kedalam tanah hingga mencapai tanah keras
atau hingga mencapai kedalaman rencana.

9.3 Alat Yang Digunakan


 Alat Bantu seperti excavator dan lainnya

9.4 Tenaga Yang Dibutuhkan


 Operator Excavator
 Pekerja
 Tukang
 Mandor

9.5 Bahan Yang Dibutuhkan


 Kayu Cerucuk Dolken Dia. 8 – 10 cm

9.6 Aspek K3
 Penempatan Rambu Peringatan, flagmen dan pengatur untuk pengaturan
lalulintas disekitar lokasi pekerjaan Saat jam kerja
 Pemasangan Rambu Peringatan, Pita Rambu dan Rambu Kedip saat diluar jam
kerja.
 Penggunaan Alat Pelindung diri untuk Tenaga Kerja (sarung tangan, Rompi,
masker, helm, sepatu safety, Kacamata safety)

9.7 Pengendalian Mutu


. Cerucuk tertanam sampai ke tanah keras
. Cerucuk tidak patah saat pemancangan
. Ukuran cerucuk sesuai dengan yang disyaratkan dan dipasang sesuai dengan
gambar
Volume : 392,00 M1

10. Pasangan Batu


Pekerjaan pasangan batu dilaksanakan untuk pembuatan dinding penahan tanah pada
daerah tertentu sesuai dengan gambar, spesifikasi serta petunjuk direksi.
10.1 Tahap Persiapan
. Pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan pemasangan bowplank
. Pembersihan Lokasi Kerja
. Bahan Material ditempatkan tidak jauh dan mudah dijangkau dari lokasi pekerjaan
. Pengadaan bahan material pekerjaan pasangan batu seperti batu, pasir dan semen
yang digunakan harus sesuai dengan yang disyaratkan
. Jika diperlukan, disiapkan tempat penyimpanan khusus untuk bahan atau material
terutama semen agar tidak rusak.

10.2 Pelaksanaan
. Pembuatan Galian untuk pasangan batu sesuai dengan ukuran yang tertera pada
gambar rencana. Galian dilakukan dengan menggunakan alat excavator dan dibantu
oleh sekelompok pekerja untuk merapikan galian.
. Dasar Galian dibuat rata dan diberi landasan dari adukan semen dengan pasir
setebal 3 cm sebelum meletakan batu pada lapisan pertama.
. Batu dengan ukuran yang lebih besar diletakkan pada lapisan dasar atau lapisan
pertama dan pada sudut sudut dari pasangan tersebut
. Batu dipasang dengan muka terpanjang secara mendatar dan untuk muka batu
yang tampak atau berada paling luar dipasang sejajar dengan muka dinding batu
yang terpasang.
. Batu yang digunakan , dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaannya
. Setiap rongga dan celah antar batu diisi dengan bahan adukan dari semen dan pasir
sesuai dengan komposisi campuran yang ditentukan. Bahan adukan atau mortar
dapat disiapkan dengan menggunakan concrete mixer.
. Setiap 2 meter dari panjang pasangan batu dibuat lubang sulingan kecuali
ditentukan oleh gambar dan atas persetujuan direksi. Lubang sulingan dapat dibuat
dengan memasang pipa PVC yang berdiameter 50 mm atau sesuai dengan
ketentuan gambar.
. Setiap sambungan antar batu pada permukaan dikerjakan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan tetapi tidak menutup permukaan batu.

10.3 Tahap Pekerjaan Akhir/Finishing


. Perapian dan pengecekan rongga rongga pasangan. Jika ditemukan, maka dilakukan
penutupan. Bagian atas pasangan batu dapat diberi lapisan acian untuk
memperhalus permukaan atas.
. Pembersihan lokasi pekerjaan dari sisa sisa material pelaksanaan.

10.4 Aspek K3
. Rambu Peringatan
. Alat Pelindung diri (sarung tangan, Rompi, masker, helm, sepatu safety, Kacamata
safety)

10.5 Bahan
. Batu Belah
. Semen
. Pasir

10.6 Tenaga Kerja


. Pekerja
. Tukang
. Mandor

10.7 Alat
. Concrete Mixer
. Water Tanker
. Alat Bantu

10.8 Pengendalian Mutu


. Landasan batu diberi lapisan mortar
. Sambungan antar batu harus terlapisi mortar seluruhnya
. Harus dipasang pipa resapan
. Pasangan Harus rapi bagian paling atas diberi topi/kepala.
. Pengujian mutu berupa Uji Adukan mortar dan kerapian pekerjaan
. Pengukuran Panjang, Lebar dan tinggi menggunakan Meteran per 5 meter.
Semua pekerja pada pekerjaan ini menggunakan APD berupa Helm, Sarung tangan, Sepatu,
Rompi dan Kacamata. Pekerjaan yang sedang dilaksanakan akan dipasang rambu, pita rambu
dan rambu lainnya yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada pekerja dan
pengguna jalan.
Volume : 58,20 M3

11. Marka Jalan Termoplastik


Pemasangan marka jalan sangat penting untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan
dalam pengendara agar pengendara tetap berada pada jalurnya masing masing terutama
pada ruas satu jalur dengan dua arah. Terutama pada saat hujan deras dimana jarak
pandang yang pendek, marka jalan lah yang dapat membantu pengendara untuk tetap
berkendara pada jalurnya. Berikut tahapan pelaksanaan Marka Jalan:
11.1 Pengadaan Bahan dan Alat
- Ajukan persetujuan material sesuai dengan gambar dan spesifikasi
- Cek dan periksa kesiapan alat
- Cat yang digunakan warna putih dan kuning atau sesuai dengan gambar dan
spesifikasi yang diminta.
- Setelah disetujui, lakukan pengadaan material dengan jumlah sesuai dengan
kebutuhan.

11.2 Permohonan Izin Design Sesuai Gambar


- Ajukan gambar Shop Drawing sesuai design rencana
- Setelah disetujui secara tertulis, segera dilakukan pekerjaan persiapan marka jalan

11.3 Pekerjaan Persiapan


- Sebelum penandaan atau pembuatan mall, permukaan jalan harus kering dan
sudah bersih dari bahan yang berminyak, debu, tanah dan kotoran

11.4 Pengecatan Marka Jalan


- Pastikan penandaan marka jalan pada permukaan perkerasan dengan dimensi dan
penempatan yang presisi
- Pengecatan dilakukan dengan mesin yang mampu menghasilkan suatu lapisan
yang rata dan seragam dengan tebal minimum 1,5 mm atau perintah direksi dan
dengan suhu 204 ˚C – 218 ˚C
- Taburkan segera butiran kaca (Glass Bead) diatas permukaan cat, kadar 450
Gr/mm2. Penaburan ini bisa juga dengan menggunakan alat pengecatan marka
yang mempunyai tempat penaburan glass bead.
- Lindungi marka yang masih basah dari lalu lintas sampai marka tersebut kering
dan bisa dilalui.
- Semua marka jalan yang tidak menampilkan hasil yang merata dan memenuhi
ketentuan baik siang maupun malam hari akan diperbaiki.

11.5 Tenaga Kerja


- Pekerja
- Tukang
- Mandor

11.6 Bahan
- Cat Marka Thermoplastic
- Glass Bead

11.7 Peralatan
- Dump Truck
- Thermoplastic Road Marking Machine
- Alat Bantu

11.8 Aspek K3
. Rambu Peringatan
. Pengaturan lalu lintas oleh 2 orang pekerja
. Alat Pelindung diri (sarung tangan, Rompi, masker, helm, sepatu safety, Kacamata
safety)

11.9 Pengendalian Mutu


. Penarikan garis marka agar sesuai dengan garis rencana
. Pembuatan mal dengan cat kapur
. Pengujian mutu berupa Bahan dan Ketebalan Marka
. Pengukuran Panjang, Lebar menggunakan Meteran.

Semua pekerja pada pekerjaan ini menggunakan APD berupa Helm, Sarung tangan, Sepatu,
Rompi dan Kacamata. Pekerjaan yang sedang dilaksanakan akan dipasang rambu, pita
rambu dan rambu lainnya yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada
pekerja dan pengguna jalan.
Volume : 2.928,00 M2

12. Perbaikan Pasangan Batu dengan Mortar


Pekerjaan ini adalah pekerjaan perbaikan saluran existing yang merupakan pasangan batu
dengan mortar. Pasangan batu mortar yang rusak, dilakukan perbaikan dan penggantian
sesuai dengan tingkat kerusakan dilapangan.
12.1 Cara Pemasangan Lapisan Batu
Sebelum dipasang, Batu harus dibersihkan dan dibasahi dulu seluruh
permukaannya kemudian dibuat landasan dari adukan semen dan pasir (Mortar)
paling sedikit setebal 3 cm dan dipasang pada formasi/Bentuk yang telah
disiapkan. Landasan adukan ini harus dikerjakan sedikit demi sedikit sedemikian
rupa sehingga permukaan batu akan tertanam pada adukan sebelum mengeras.
Kemudian Batu harus ditanam dengan kuat di atas landasan adukan semen
sedemikian rupa sehingga satu batu berdekatan dengan lainnya sampai
mendapatkan tebal pelapisan yang diperlukan dimana tebal ini akan diukur tegak
lurus terhadap lereng. Rongga yang terdapat di antara satu batu dengan lainnya
harus disi adukan dan adukan ini harus dikerjakan sampai hampir sama rata
dengan permukaan lapisan tetapi tidak sampai menutupi permukaan lapisan.
Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng menuju ke atas, dan permukaan harus
segera diselesaikan setelah pengerasan awal (initial setting) dari adukan dengan
cara menyapunya dengan sapu yang kaku. Permukaan yang telah selesai
dikerjakan harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk Pekerjaan Beton dari
Spesifikasi ini. Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan
dirapikan untuk memperoleh bidang antar muka yang rapat dan rata dengan
pasangan batu dengan mortar sehingga akan memberikan drainase yang lancar
dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan pasangan batu dengan mortar dan
tidak menimbulkan sedimentasi pada dasar saluran. Pekerjaan Pasangan Batu
dengan Mortar dilakukan pada pekerjaan drainase setelah pekerjaan galian untuk
selokan dan saluran air selesai dikerjakan.

12.2 Tahap Pekerjaan Akhir/Finishing


. Perapian dan pengecekan rongga rongga pasangan. Jika ditemukan, maka
dilakukan penutupan. Bagian atas pasangan batu dapat diberi lapisan acian
untuk memperhalus permukaan atas.
. Pasangan batu mortar kemudian diplaster pada bagian dalam dan atasnya
dengan rapi.
. Pembersihan lokasi pekerjaan dari sisa sisa material pelaksanaan.

12.3 Alat Yang Digunakan


 Concrete Mixer
 Water Tanker
 Alat Bantu Berupa cangkul, sekop, Waterpass, dan lainnya
12.4 Tenaga Yang Dibutuhkan
 Pekerja
 Tukang Batu
 Mandor

12.5 Bahan Yang Dibutuhkan


 Batu
 Semen
 Pasir
 Air

12.6 Aspek K3
 Penempatan Rambu Peringatan, flagmen dan pengatur untuk pengaturan
lalulintas disekitar lokasi pekerjaan Saat jam kerja
 Pemasangan Rambu Peringatan, Pita Rambu dan Rambu Kedip saat diluar jam
kerja.
 Penggunaan Alat Pelindung diri untuk Tenaga Kerja (sarung tangan, Rompi,
masker, helm, sepatu safety, Kacamata safety)

12.7 Pengendalian Mutu


. Landasan batu diberi lapisan mortar
. Sambungan antar batu harus terlapisi mortar seluruhnya
. dipasang pipa resapan Jika diperlukan
. Pasangan Harus rapi bagian paling atas diberi topi/kepala.
. Pengujian mutu berupa Uji Adukan mortar dan kerapian pekerjaan
. Pengukuran Panjang, Lebar dan tinggi menggunakan Meteran per 5 meter.

Semua pekerja pada pekerjaan ini menggunakan APD berupa Helm, Sarung tangan,
Sepatu, Rompi dan Kacamata. Pekerjaan yang sedang dilaksanakan akan dipasang
rambu, pita rambu dan rambu lainnya yang diperlukan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan pada pekerja dan pengguna jalan.
Volume 55,00 M3

13. Perbaikan Campuran Aspal Panas


Pekerjaan ini mencakup perbaikan aspal lama yang rusak dengan aspal panas yang baru
sebagai bagian dari pekerjaan patching.

13.1 Tahap Persiapan


. Cek ulang request pekerjaan dan data pendukungnya
. Menyerahkan gambar detail penampang melintang (Shop Drawing) Kepada Direksi
Pekerjaan
. Cek dan periksa kesiapan alat, tenaga kerja dan penanggungjawab dari penyedia
jasa untuk mengatasi kondisi khusus.
. Pastikan ada pengendalian keselamatan dan kecelakaan kerja (K3)
. Memastikan ada kesiapan pengendalian lalu lintas, staking out dimensi bentuk dan
lokasi sesuai gambar rencana
. Beri tanda Lokasi yang akan di Patching dengan menggunakan cat sesuai dengan
dimensi yang akan dikerjakan.

13.2 Tahap Pelaksanaan


. Sekelompok Pekerja atas arahan mandor melakukan pemotongan aspal existing
dengan menggunakan aspal cutter sesuai dengan ukuran yang telah ditandai
. Dua orang pekerja kemudian mengangkat aspal yang telah dipotong dan kemudian
meratakan dan membersihkan permukaan yang akan di hampar Campuran Aspal
Panas (CAP).
. setelah permukaan dibersihkan, kemudian disiram dengan lapis perekat hingga rata
seluruh permukaan yang akan di CAP
. Kemudian setelah lapis perekat mulai kering, kemudian campuran aspal panas
dihampar, kemudian diratakan dengan manual dan kemudian dipadatkan dengan
menggunakan Baby Vibratory Roller. CAP dproduksi di AMP dengan menggunakan
campuran Aggregat pecah mesin 0-5, Aggregat pecah mesin 5-10 $ 10-15, Semen
dan Aspal sesuai dengan komposisi Job Mix.

13.3 Alat Yang Digunakan


 AMP
 Dump Truck
 Baby Vibratory Roller
 Alat Bantu

13.4 Tenaga Yang Dibutuhkan


 Operator AMP
 Sopir Dump Truck
 Operator Baby Vibratory Roller
 Pekerja
 Mandor

13.5 Bahan Yang Dibutuhkan


 Aggregat Pecah Mesin 5-10 & 10-15
 Aggregat Pecah Mesin 0-5
 Semen
 Aspal

13.6 Aspek K3
 Penempatan Rambu Peringatan, flagmen dan pengatur untuk pengaturan
lalulintas disekitar lokasi pekerjaan Saat jam kerja
 Pemasangan Rambu Peringatan, Pita Rambu dan Rambu Kedip saat diluar jam
kerja.
 Penggunaan Alat Pelindung diri untuk Tenaga Kerja (sarung tangan, Rompi,
masker, helm, sepatu safety, Kacamata safety)

13.7 Pengendalian Mutu


 Komposisi bukaan masing masing material Aspal di AMP disesuaikan dengan
hasil percobaan
 Suhu saat Produksi di AMP harus disesuaikan dengan batas di spesifikasi teknis
 Suhu aspal Saat Penghamparan dan Pemadatan harus dikontrol sesuai dengan
spesifikasi teknis
 Penghamparan harus rata dan rapi
 Pengujian mutu berupa Uji Ketebalan dan Kepadatan (core Drill), Uji Kadar Aspal
dan Uji Gradasi, Marshaal, dan Penetrasi
 Pengukuran Panjang dan Lebar menggunakan Meteran lalu dibuatkan STA per 25
m.
Volume : 44,10 M3

14. Pengendalian Tanaman


Pekerjaan ini mencakup pengendalian tanaman berupa rumput atau ilalang yang tumbuh di
sepanjang ruang milik jalan dengan cara dipotong sehingga tinggi rumput tidak lebih dari 10
cm. kemudian hasil potongan dibersihkan oleh pekerja dari ruang milik jalan.

14.1 Tenaga kerja


. Pekerja
. Mandor

14.2 Alat
. Mesin pemotong rumput
. alat bantu

14.3 Aspek K3
 Penempatan Rambu Peringatan, flagmen dan pengatur untuk pengaturan lalulintas
disekitar lokasi pekerjaan Saat jam kerja
 Pemasangan Rambu Peringatan, Pita Rambu dan Rambu Kedip saat diluar jam
kerja.
 Penggunaan Alat Pelindung diri untuk Tenaga Kerja (sarung tangan, Rompi, masker,
helm, sepatu safety, Kacamata safety)

Volume : 37.880,00 M2

RENCANA PENANGANAN SELAMA MASA PEMELIHARAAN

Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, maka hal selanjutnya yang akan kami lakukan sebagai
pelaksana kegiatan adalah melakukan pemeliharaan dan perawatan selama masa pemeliharaan.
Adapun kegiatan pemeliharaan selama masa pemeliharaan adalah melakukan perbaikan-
perbaikan terhadap semua item pekerjaan yang mengalami kerusakan. adapun rencana
pengananan adalah sebagai berikut:

i. Pekerjaan Tanah.
- Pada pekerjaan ini biasanya sering terjadi gerusan pada timbunan bahu jalan. Jika
terjadi gerusan akibat hujan, maka kami akan kembali melakukan timbunan bahu
jalan, meratakan dan memadatkan dengan menggunakan alat pemadat. Selain itu,
juga akan dibuatkan aliran air agar tidak menggerus kembali timbunan bahu jalan.

ii. Pekerjaan Perkerasan Berbutir.


- Kerusakan pada pekerjaan ini biasanya terjadi penurunan pada permukaan jalan.
Selain itu, permukaan aspal akan menjadi rusak. Jika terjadi hal ini, maka kami
akan melakukan perbaikan pondasi dengan cara melakukan pembongkaran ulang
pondasi pada daerah retakan, tersebut dan melakukan penghamparan pondasi
kembali (patching), kemudian dilakukan pemadatan pondasi kembali hingga
mencapai kepadatan maksimum. Kemudian permukaan aspal yang rusak akan
diperbaiki kembali.

iii. Pekerjaan Aspal.


- Permukaan aspal yang rusak akibat kerusakan pondasi akan diperbaiki kembali
sesuai dengan jenis aspalnya.
- Jika terjadi kerusakan akibat pori pori aspal yang besar, maka dilakukan perbaikan
dengan melakukan penutupan pori pori dengan aspal cair + pasir yang dihampar
diatas permukaan aspal tersebut.
- Jika terjadi genangan air pada permukaan aspal akibat kurangnya kemiringan
permukaan, maka akan dilakukan pelapisan ulang pada daerah tersebut, hingga
tidak terjadi genangan air.

iv. Pekerjaan Struktur.


- Pada pekerjaan ini akan dilakukan pengecekan dan control terhadap kondisi
struktur. Jika terjadi kerusakan/cacat maka akan segera diperbaiki jika
memungkinkan. Jika tidak, maka akan dilakukan pembongkaran dan pemasangan
baru kembali.

v. Pekerjaan Pohon dan Rumput


- Pohon dan rumput yang mati selama masa pemeliharaan, akan diganti dengan
yang baru.
- Dilakukan penyiraman dan pemupukan selama masa pemeliharaan

vi. Pekerjaan Lainnya:


Untuk pemeliharaan semua pekerjaan termasuk pekerjaan lainnya yang tidak
disebutkan diatas, tetap akan dilakukan pemeliharaan dan penaganan selama masa
pemeliharaan sesuai dengan tingkat kerusakan yang terjadi dengan berkoordinasi dengan
direksi dan konsultan pengawas.

Demikianlah metode pelaksanaan dan rencana penanganan yang akan kami lakukan selama
masa pemeliharaan demi terjaganya mutu/kualitas pekerjaan yang akan kami laksanakan.

Anda mungkin juga menyukai