Anda di halaman 1dari 15

METODE PELAKSANAAN

PEMBANGUNAN DAN REHABILITASI SEKOLAH SDN 19 SEMELAGI BESAR

A. LINGKUP PEKERJAAN
Ruang lingkup pekerjaan meliputi semua dari pekerjaan berikut ini :
1. Pekerjaan Persiapan & Pembongkaran
2. Pekerjaan Pondasi
3. Pekerjaan Beton
4. Pekerjaan Dinding Pasangan
5. Pekerjaan Plesteran
6. Pekerjaan Penutup Lantai
7. Pekerjaan Plafond
8. Pekerjaan Penutup Atap
9. Pekerjaan Pintu, Jendela, Ventilasi, dan Alat Penggantung
10. Pekerjaan Pengecatan

11. Pekerjaan Mekanikal Dan Elektrikal

12. Pekerjaan K3 Kontruksi

1. Pekerjaan Pembongkaran

Dalam pekerjaan/kegiatan Rehabilitasi Sekolah SDN 19 SEMELAGI BESAR ini ada 2 jenis
kegiatan rehabilitasi seperti, Rehabilitasi Ruang Kelas, dan Rehabilitasi Perpustakaan. Berikut ini
penjelasan tahapan pelaksanaan pembongkaran :

a. Penyedia Barang/Jasa wajib melakukan pembongkaran pada beberapa bagian bangunan


yang akan direhab/diperbaiki, diantaranya yaitu :
1) Bongkar atap / genteng, rangka atap, lispank, kuda-kuda / gording.
- Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan gambar dan petunjuk rencana atau
pengawas.
- Pembongkaran atap ini harus dilaksanakan dengan hati-hati agar tidak
mengakibatkan kerusakan pada konstruksi bagian lain.
- Pekerjaan karpusan yang harus dibongkar/dibobok sampai bersih.
2) Bongkar plafond dan rangka
- Pembongkaran rangka & penutup plafond semua ruangan harus dilaksanakn
secara bertahap dan hati-hati agar tidak merusak bagian lain.
3) Bongkar Lantai
- Pembongkaran lantai harus dilaksanakn secara bertahap dan hati-hati agar tidak
merusak bagian lain.

1
- Kerusakan alat-alat akibat pembongkaran menjadi tanggung jawab kontraktor.
- Material bekas bongkaran agar ditumpuk pasa suatu tempat sebelum diangkut
keluar lokasi
4) Bongkar kusen / pintu / jendela
- Pelaksanaan pembongkaran kusen / pintu / jendela dilakukan dengan melepas
angkur lama yang terpasang dalam pasangan.
- Pasangan di sekeliling kusen / pintu / jendela supaya dibongkar dan diganti dengan
pasangan baru untuk penguat kusen.
- Pembongkaran daun pintu harus dilaksanakan dengan hati-hati karena ada
beberapa daun pintu eksisting yang akan dipergunakan kembali, sesuaikan dengan
gambar rencana yang ditunjukkan dalam gambar denah kusen.
b. Sebelum dilakukan pembongkaran Penyedia Barang/Jasa harus mendapat izin
pembongkaran dari Pemberi Tugas serta izin-izin lain dari Pemda setempat termasuk izin
pemakaian jalan, tempat pembuangan puing dan lain-lain. Kelalaian dalam hal ini, resiko
menjadi tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa
c. Dalam pelaksanaan pembongkaran ini Kontraktor wajib membuat usulan rencana
pembongkaran minimal menyebutkan :
1) Metode Pembongkaran
2) Waktu pengangkatan bongkaran
3) Lokasi pembuangan bongkaran
4) Pengamanan terhadap instalasi M/E
5) Jangka waktu pelaksanaan
6) Lain-lain yang berkenaan dengan pembongkaran ini.
2. Pekerjaan Pondasi

a. Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu dibuat profil – profil pondasi dari kayu pada
setiap pojok galian, yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan penampang pondasi
b. Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug setebal minimum 10 cm, disiram,
dan diratakan, pemadatan tanah dasar harus sedikitnya mencapai 80 % conpacted
c. Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air campuran 1 PC : 2 Pasir setinggi 20 cm,
dihitung dari permukaan atas pondasi ke bawah.
3. Pekerjaan Beton
a. Beton yang digunakan adalah beton adukan 1 : 2 : 3 dengan slump ± (12 + 2)cm, w/c = 0,58
dan f’c = 19,3 MPa
b. Test Kubus Beton ( Pengujian Mutu Beton )

2
1) Direksi/Pengawas berhak meminta setiap saat kepada Pemborong untuk membuat
benda uji silinder atau kubus dari adukan beton yang dibuat (dua sample untuk tiap 5
m3).
2) Untuk benda uji berbentuk silinder, cetakan harus berbentuk silinder dengan ukuran
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dan memenuhi syarat dalam Peraturan Beton Indonesia.
Untuk benda uji berbentuk kubus, cetakan harus berbentuk bujur sangkar dalam segala
arah dengan ukuran 15x15x15 cm memenuhi syarat daam Peraturan Beton Indonesia.
3) Pengujian, pada umumnya dilakukan sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia,
termasuk juga pengujian-pengujian susut (slump) dan pengujian tekan ( Cruching Test).
Jika beton tidak memenuhi syarat-syarat pengujian slump, maka kelompok adukan yang
tidak memenuhi syarat itu tidak boleh dipakai, dan Pemborong harus menyingkirkannya
dari tempat pekerjaan. Jika pengujian tekanan gagal maka perbaikan-perbaikan atau
langkah-langkah yang diambil harus dilakukan dengan mengikuti prosedur-prosedur
Peraturan Beton Indonesia atas biaya Pemborong.
4) Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan benda uji kubus menjadi tanggung jawab
Pemborong.
5) Benda uji kubus harus ditandai dengan suatu kode yang menunjukan tanggal
pengecoran, bagian struktur yang bersangkutan dan lain-lain data yang perlu dicatat.
6) Semua benda uji kubus beton harus ditest di Laboratorium beton yang disetujui oleh
Direksi / Pengawas.
7) Laporan asli ( bukan foto copy ) hasil percobaan harus diserahkan kepada Direksi /
Pengawas dan Perencana Struktur segera sesudah selesai percobaan, dengan
mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standard. Percobaan/test kubus
beton dilakukan untuk umur-umur beton 3, 7 dan 14 hari dan juga untuk umur beton 28
hari.
8) Apabila dalam pelaksanaan nanti kedapatan mutu beton yang dibuat seperti yang
ditunjukan oleh benda uji kubusnya memenuhi syarat spesifikasi, maka Direksi /
Pengawas berhak meminta Pemborong supaya mengadakan percobaan-percobaan non
destruktif atau kalau memungkinkan mengadakan percobaan loading atas biaya
Pemborong. Percobaan-percobaan ini harus memenuhi syarat-syarat dalam
Peraturan Beton Indonesia. Apabila gagal, maka bagian pekerjaan tersebut harus
dibongkar dan dibagun baru sesuai dengan petunjuk Direksi / Pengawas. Semua biaya-
biaya untuk percobaan dan akibat-akibat gagalnya pekerjaan tersebut menjadi tanggung
jawab Pemborong.

3
c. Pengecoran Beton
1) Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton Pemborong harus mengajukan
permohonan izin pengecoran tertulis kepada Pengawas minimum 3 hari sebelum tanggal
pengecoran.
2) Permohonan izin pengecoran tertulis tersebut hanya boleh diajukan apabila bagian
pekerjaan yang akan dicor tersebut sudah “siap“ artinya Pemborong sudah
mempersiapkan bagian pekerjaan tersebut sebaik mungkin sehingga sesuai dengan
gambar dan spesifikasi.
3) Atas pertimbangan khusus Pengawas dan pada keadaan-keadaan khusus misalnya untuk
volume pekerjaan yang akan dicor relatif sedikit/kecil dan sederhana maka izin
pengecoran dapat dikeluarkan lebih awal dari 3 (tiga) hari tersebut.
Izin pengecoran tertulis yang sudah dikeluarkan dapat menjadi batal apila terjadi salah
satu keadaan seperti berikut :
- Izin pengecoran tertulis telah melewati 7 (tujuh) hari dari tanggal rencana
pengecoran yang disebutkan dalam izin tersebut.
- Kondisi bagian pekerjaan yang akan dicor sudah tidak memenuhi syarat lagi misalnya
: tulangan, pembersihan bekisting atau hal-hal yang tidak sesuai gambar- gambar dan
spesifikasi.
4) Jika tidak ada persetujuan tertulis dari Pengawas, maka Pemborong dapat
diperintahkan untuk menyingkirkan / membongkar beton yang sudah dicor tanpa
persetujuan tertulis dari Pengawas atas biaya Pemborong sendiri.
5) Adukan beton harus secepatnya dibawa ketempat pengecoran dengan menggunakan
cara (metode) yang sepraktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya
pengendapan aggregat dan tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan lain dari luar.
Penggunaan alat-alat pengangkut mesin harus mendapat persetujuan tertulis dari
Pengawas, sebelum alat-alat tersebut didatangkan ketempat pekerjaan, semua alat- alat
pengangkut yang digunakan, pada setiap waktu harus dibersihkan dari sisa-sisa adukan
yang mengeras.
6) Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi beton
selesai diperiksa dan mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas.
7) Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih dahulu
harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran ( potongan kayu, batu, tanah dan lain- lain
) dan dibasahi dengan air semen.

4
8) Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan adukan
dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian lebih dari 1,5 m’ yang akan menyebabkan
pengendapan / pemisahan aggregat.
9) Pengecoran harus dilakukan secara terus menerus (continue/tanpa berhenti ).
10) Adukan yang tidak dicor (ditinggalkan) dalam waktu lebih dari 15 menit setelah keluar
dari mesin adukan beton, dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan, tidak
diperkenankan untuk dipakai lagi.
4. Pekerjaan Dinding Pasangan
a. Pasangan batu bata ringan ringan, dengan menggunakan aduk MU-300, PM-100 atau
setara.
b. Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus dikerok rata dan dibersihkan
dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
c. Pasangan dinding batu bata ringan ringan sebelum diplester dengan MU- 301, PM-200
harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
d. Setelah pekerjaan plesteran selesai tidak diperkenankan untuk langsung diaci atau di
pasang keramik dinding, tunggu 48 jam setelah kelembaban air keluar dalam
dinding/berkeringat kering, dapat dilakukan pekerjaan acian dengan MU-200, PM-300
atau pemasangan keramik dinding.
e. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 8-10 lapis
setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
f. Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan
kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan
pokok 4 diameter 10 mm, beugel diameter 6 mm jarak 20 cm.
g. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
h. Pembuatan lubang pada pasangan batu bata ringan yang berhubungan dengan setiap
bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 6
mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan
beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan batu bata ringan sekurang-kurangnya
30 cm kecuali ditentukan lain.
i. Tidak diperkenankan memasang batu bata ringan yang patah 2 (dua)
j. melebihi dari 2 %. Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.
k. Pasangan bata untuk dinding 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish setebal
13 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus
cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.

5
5. Pekerjaan Plesteran
a. Tembok yang akan diplester dibagi dalam beberapa bagian (petakpetak).
b. Pada keempat sudut petak tembok dipasang paku dengan kepala menonjol .± 3 cm dari
bidang tembok, untuk merentangkan benang.
c. Jarak benang dari sisi tembok 1,5 cm dan bila ada tembok yang menempel pada benang,
maka temboknya harus dipahat dulu supaya didapat plester sama tebal dan rata.
d. Di tempat-tempat tertentu yaitu pada paku dan rentangan benang dibuat plester utama
yang berhimpit dengan benang-benang tadi, sebagai standar tebal plester.
e. Plester utama yang vertikal ini dibuat tiap-tiap jarak 1,00 meter. Setelah ini selesai,
benang dapat dilepas.
f. Diantara 2 lajur plester utama di isi penuh dengan adukan, kemudian digores dengan
penggaris besar dan lurus mulai dari bawah ke atas untuk memperoleh bidang yang rata.
g. Rusuk-rusuk dan sudut pertemuan plester tembok harus merupakan sudut siku ( = 90°)
dan ini harus diplester.
6. Pekerjaan Penutup Lantai
a. Bahan-bahan yang dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus diserahkan contoh-
contohnya, untuk mendapatkan persetujuan Direksi.
b. Material lain yang tidak ditentukan dalam persyaratan diatas, tetapi dibutuhkan untuk
penyelesaian/penggantian dalam pekerjaan ini, harus baru, kualitas terbaik dari jenisnya
dan harus disetujui Direksi.
c. Pekerjaan sub lantai dilakukan langsung diatas tanah, maka sebelum pasangan sub lantai
dilaksanakan terlebih dahulu lapisan urug dibawahnya harus sudah dikerjakan dengan
sempurna (telah dipadatkan sesuai persyaratan), rata permukaannya dan telah
mempunyai daya dukung maksimum.
d. Pekerjaan sub lantai merupakan campuran antara PC, pasir beton dan kerikil atau split
dengan perbandingan 1:3:5.
e. Tebal lapisan sub lantai minimal dihuat 50 mm atau sesuai yang disebutkan/ disyaratkan
dalam detail gambar.
f. Permukaan lapisan sub lantai dibuat rata/waterpass, kecuali pada lantai ruangan-
ruangan yang disyaratkan dengan kemiringan tertentu. Perlu diperhatikan mengenai
kemiringan lantai agar sesuai yang ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk
Direksi.
g. Pemasangan lantai dilakukan setelah alas dari lantai Keramik sudah selesai dengan baik
dan sempurna serta disetujui Direksi, baru pemasangan Keramik dilaksanakan. Kering
sempurna dari lantai beton adalah minimum berusia 28 hari.

6
h. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat dan tidak
bernoda.
i. Bidang pemasangan harus merupakan bidang yang benar-benar rata.
j. Jarak antara unit-unit pemasangan Keramik yang terpasang (lebar siar-siar), harus sama
lebar serapat mungkin atau maksimum 3 mm dan kedalaman maksimum 2 mm atau
sesuai detail gambar serta petunjuk Direksi. Siar-siar harus membentuk garis-garis sejajar
dan lurus yang sama lebar dan sama dalamnya. Untuk siar-siar yang berpotongan harus
membentuk siku dan saling berpotongan tegak lurus sesamanya.
k. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar sesuai ketentuan dalam persyaratan bahan,
dengan warna bahan pengisi sesuai dengan warna bahan yang dipasangnya.
l. Pemotongan unit-unit Keramik harus menggunakan alat pemotong khusus (mesin
elektrik) sesuai persyaratan dari pabrik bersangkutan.
m. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda yang terjadi
pada permukaan hingga betul-betul bersih.
n. Diperhatikan adanya pola tali air yang dijumpai pada permukaan pasangan atau hal-hal
lain seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
o. Pinggulan pasangan bila terjadi, harus dilakukan dengan gurinda, sehingga diperoleh hasil
pengerjaan yang rapi, siku, lurus dengan tepian yang sempurna.
p. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari pengaruh pekerjaan lain selama 3x24 jam
dan dilindungi dari kemungkinan cacat pada permukaannya.
q. Rencana pemasangan keramik dengan memperhatikan :
1) Tetapkan data level lantai yang tepat
2) Kontrol level finish lantai melalui beberapa spot level
3) Untuk menghindari atau mengurangi pemotongan keramik
4) Untuk memastikan unit Keramik yang terpotong menyajikan penampilan yang
seimbang ketika dipasang dan terpasang sebesar mungkin.
5) Untuk memastikan lokasi naat dan pola lantai sesuai dengan persetujuan.
6) Bila tidak ada ketentuan lain dalam gambar, Keramik akan dipasang mulai dari center
dari tiap-tiap bagian ruang dan pertemuan antara lantai dengan plint adalah rata /
lurus.
r. Grouting
1) Keramik diberi grout ketika Keramik sudah terpasang dengan tepat, setelah naat
dibersihkan dari kotoran/pencemaran dengan menggunakan compresor (ditiup).
2) Bersihkan grout yang berlebih dan buat bentuk naat sesuai yang diinginkan.

7
3) Ketika grout sudah mengeras, basahi Keramik dengan air dan akhimya poles dengan
kain.
7. Pekerjaan Plafond
a. Rangka Plafond Metal Furring
1) Rangka plafond dibuat rata sesuai dengan gambar rangka holow 4x4 cm dan 2x4 cm.
2) Sebelum memasang Plafond, kontraktor wajib memeriksa bahwa kerangka untuk
tumpuan pemasangan telah sesuai dengan gambar, baik letak, bentuk maupun
ukurannya
3) Seluruh struktur kerangka harus kuat hubungannya ditahan dengan baik oleh struktur
atap (kuda-kuda) dan dinding, sesuai ukuran dalam gambar
4) rencana.
5) Langit-langit harus dilengkapi dengan manhole ukuran 60x60 cm atau menyesuaikan
keadaan. Letaknya ditentukan dalam gambar instalasi, usul dari Pemborong dan harus
mendapat persetujuan Pengawas.
6) Kerusakan langit-langit akibat penyambungan ruangan/bangunan, dilakukan
penggantian sesuai dengan gambar.
7) Rencana penggantung langit-langit harus sesuai dengan pola, gambar denah dan agar
diperhatikan benar-benar pengikat (fitting) dan peilnya.
8) Rangka harus datar (waterpass) sedang yang miring harus sesuai dengan gambar
detail arsitektur.
9) Pada pertemuan bidang langit-langit dengan dinding harus diperhatikan
pelaksanaannya dan harus sesuai dengan gambar.
10) Hubungan rangka utama dengan baja-baja struktural dilakukan dengan baut dan mur.
b. Pekerjaan Penutup Plafond
Pada umumnya pemasangan plafond akan berhenti pada batas tertentu yang berupa
dinding atau lisplank.
1) Tentukan peil plafond pada dinding atau lisplank
2) Waterpass kan ketinggian tersebut pada seluruh batas pasangan plafond
3) Pasang rangka plafond pada dinding atau lisplank dengan menggunakan depra bold
4) Tentukan arah tulangan pokok dan pasang tulangan pokok tiap 120 cm dengan
ukuran besi holo 40x40.
5) Selanjutnya pasang tulangan pembagi yang terbuat dari besi holo 40x20 dengan
jarak tiap 60 cm

8
6) Rangka langit-langit dipasang besi holo dengan penggantung besi bulat diameter 10
mm yang dilengkapi dengan mur dan klem penggantung-penggantung terikat kuat
pada beton, dinding atau rangka baja yang ada.
7) Rangka langit-langit dipasang setelah sisi bagian bawah diratakan, pemasangan
sesuai dengan pola yang ditunjukan / disebutkan dalam gambar dengan
memperhaikan modul pemasangan penutup langit-langit yang dipasangnya.
8) Bidang pemasangan bagian rangka langit-langit harus rata, tidak cembung, kaku dan
kuat kecuali bila dinyatakan lain, missal permukaan merupakan bidang miring/tegak
sesuai yang ditunjukan dalam gambar.
9) Rangka plafond yang sudah siap ditutup adalah berupa rangka-rangka berukuran
120x60cm dengan kondisi lurus dan waterpass.
10) Pada rangka ini penutup plafond dipasang tanpa nat dan sambungan antar penutup
plafond dilakban serta compound
11) Hasil pemasangan penutupan langit-langit harus rata, tidak melendut.
8. Pekerjaan Penutup Atap
a. Atap harus terletak pada pasangan reng yang lurus dan waterpass
b. Hindari celah hubungan ke samping, ke atas dan ke bawah
c. Pasangan genteng harus lurus dengan control dan tarik benang
d. Bubungan/nok ditutup dengan nok atap spandek yang sejenis dan berkualitas baik,tidak
retak, tidak berlubang dan dipasang saling menutup ujung sejauh kaitnya, kemudian
dimatikan dengan adukan 1:2.
e. Kemudian pekerjaan lisplank dipasang sesuai gambar. Pemasangan lisplank harus sesuai
dengan gambar serta harus rapi dan penyembungan lisplank harus dikerjakan dengan
lurus,rapi tidak boleh bergelombang
9. Pekerjaan Pintu, Jendela, Dan Ventilasi
a. Pemasangan kaca harus presisi dan pada pada sambungan dengan bahan yang lain diberi
pengaman yang sesuai.
b. Pemasangan alat penggantung harus presisi dan baik, tertanam secara kuat dan kokoh
c. sehingga tidak mudah lepas.
d. Semua pasangan harus rapi, sehingga pintu-pintu dapat ditutup dan dibuka dengan mudah,
lancar dan ringan.
e. Sebelum penyerahan pekerjaan semua kunci-kunci diminyaki sehingga dapat bekerja
dengan baik.

9
10. Pekerjaan Pengecatan

a. Pengecatan dinding lama yang dimulai dengan mengikis cat lama kemudian dibersihkan dari
korotan dan debu. Kemudian pelerjaan dinding dapat dilakukan sama seperti pengecatan
dinding batu bata baru ( 3 lapis).
b. Pengecatan plafond diperlakukan analog dengan pengecatan pada dinding batu bata baik
pengecatan baru ( 3 lapis ).
c. Pengecatan lisplank
1) Cat dan plamir yang digunakan harus berkualitas baik
2) Pengecatan baru dilaksanakan sesudah seluruh permukaan diplamir kemudian
pengecatan dilakukan pengecatan dasar dan pengecatan finishing sampai benar-benar
menutup rata permukaan.
11. Pekerjaan Mekanikal Dan Elektrikal

a. Penerangan Dan Kontak – Kontak


1) Semua armatur yang terbuat dari bahan metal harus mempunyai terminal pembumian.
2) Semua lampu flourecent dan lampu discharge dikompensasi dengan kapasitor
3) Reflector harus mempunyai pemantul yang baik
4) Box tempat ballast, starter, terminal block harus cukup besar dan harus dibuat sedemikian
rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak mengganggu kelangsungan kerja dan umur
teknis komponen lampu. Ventilasi dalam box harus cukup.
5) Kabel-kabel dalam saluran harus diberikan saluran atau klem-klem tersendiri sehingga
tidak menempel pada ballast.
6) Box terbuat dari plat baja dengan ketebalan minimum 0,5 mm dicat warna dasar tahan
karat, kemudian dicat akhir dengan cat oven warna Putih atau warna lain yang disetujui.
7) Ballast harus mempunyai dudukan yang kuat dalam lampu, tetapi mudah untuk dibuka
dan diangkat.
8) Ballast harus dari satu merk yang setara dengan Phillips, Nais, Atco, Shcwabe atau setara.
9) Tabung lampu fluorescent harus dari merk Phillips, type TLD no 54.
10) Armature lampu pijar terdiri dari dudukan dan diffuser.
11) Lubang-lubang untuk ventilasi harus ada dan ditutup dengan kasa nylon untuk mencegah
masuknya serangga. Diffuser terpasang dalam dudukan dengan ulir, tidak boleh memakai
paku skrup.
12) Armature lampu dari merk Artolite, Philips atau setara.
13) Lampu penerangan yang dipakai adalah Lampu RM TL 2x36 w IB Gloosy, Lampu Downlight
5’’ 18 w, Lampu Baret 18 W – jenis pilar, Exhausfan 50 W atau sesuai gambar.

10
b. Pemasangan Lampu – Lampu

1) Semua fixture penerangan dan perlengkapan-perlengkapan harus dipasang oleh tukang-


tukang yang berpengalaman dengan cara yang harus disetujui oleh pengawas dan seperti
ditunjukan dalam gambar.
2) Pada waktu diselesaikan pemasangan fixture penerangan, seluruhnya harus dalam keadaan
yang baik dan siap untuk bekerja dalam kondisi sempurna serta bebas dari semua
cacat/kekurangan.
3) Pada waktu pemeriksaan akhir semua fixture dan semua perlengkapan harus siap menyala.
4) Semua fixture dan perlengkapan harus bersih dari debu, plester dan lain-lain.
5) Semua reflector, kaca, panil pinggir atau bagian-bagian lain yang rusak sebelum pemeriksaan
akhir harus diganti oleh kontraktor tanpa biaya tambahan.
c. Sakelar Dan Kontak – Kontak Biasa
1) Kecuali tercatat atau dipersyaratkan lain, tinggi pemasangan saklar adalah 150 cm dari
permukaan lantai dan untuk kotak-kontak biasa harus 40 cm dari permukaan lantai.
2) Apabila ada lebih dari lima sakelar dinding atau kotak-kontak biasa ditempatkan pada lokasi
yang sama, maka dua deret kotak-kontak tunggal, ganda atau multi gangs harus dipasang satu
di atas yang lain dan titik tengah deretan tersebut harus berada 1,45 cm di atas permukaan
lantai. Kotak-kontak biasa dekat pintu atau jendela harus dipasang 20 cm dari pinggir kusen
dari sisi kunci seperti ditunjukan dalam gambar-gambar arsitektur, kecuali ditunjukan lain oleh
pengawas.
12. Pekerjaan K3 Kontruksi

a. Menyediakan alat pelindung diri (APD) di tempat kerja.


b. Menyediakan buku petunjuk penggunaan alat atau isyarat bahaya.

c. Menyediakan peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.


d. Menyediakan tempat kerja yang aman sesuai standar syarat-syarat lingkungan kerja (SSLK).

Contohnya, tempat kerja steril dari debu kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi, getaran mesin
dan peralatan, kebisingan; aman dari arus listrik; memiliki penerangan yang memadai;
memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang seimbang; dan memiliki peraturan kerja atau aturan
perilaku di tempat kerja.
e. Menyediakan penunjang kesehatan jasmani dan rohani di tempat kerja.
f. Menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap di tempat kerja.
g. Memiliki kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
h. Membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

11
B. WAKTU PELAKSANAAN
Dalam mengerjakan proyek konstruksi kontraktor diharuskan membuat jadwal pelaksanaan. Pembuatan jadwal pelaksanaan sendiri menjadi
syarat utama kontraktor ketika ingin mengikuti tender. Hal tersebut dikarenakan dengan adanya jadwal pelaksanaan, maka akan dapat ditemukan
seberapa produktivitas suatu kegiatan pada setiap jenis pekerjaan .

Waktu pelaksanaan untuk pekerjaan pembangunan dan rehabilitasi sekolah SDN 19 SEMELAGI BESAR adalah 120 hari kalender
WAKTU PELAKSANAAN
NO URAIAN PEKERJAAN BOBOT BULAN KE I BULAN KE II BULAN KE III BULAN KE IV KET.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
A PEKERJAAN PENDAHULUAN 5.366 1.342 1.342 1.342 1.342 100%
B PEKERJAAN DINDING DAN PLAFOND 16.558 2.484 4.967 3.312 5.795
C PEKERJAAN PJV 3.983 1.992 1.992
D PEKERJAAN ATAP 46.557 11.639 11.639 11.639 11.639
E INSTALASI LISTRIK 3.622 1.811 1.811 50%
F PEKERJAAN FINISHING DAN PENGECATAN 19.268 4.817 4.817 4.817 4.817
G PENGHUBUNG ANTAR KELAS 4.324 2.378 1.946
H PERLENGKAPAN K3 KONTRUKSI 0.321 0.161 0.161 0%
100.00
Rencana Kemajuan Mingguan (%) 1.34 3.83 4.97 4.65 5.80 1.99 11.64 13.63 16.46 13.45 6.63 4.82 4.82 2.38 2.11 1.50
Rencana Kemajuan Mingguan Komulatif (%) 0 1.34 5.17 10.13 14.79 20.58 22.57 34.21 47.84 64.30 77.75 84.38 89.20 94.01 96.39 98.50 100.0

Dengan adanya jadwal perencanaan akan diperoleh gambaran yang jelas mengenai urutan kegiatan proyek, hubungan ketergantungan antara
kegiatan yang satu dengan yang lain, mana saja yang merupakan kegiatan-kegiatan kritis, kebutuhan sumber daya serta alokasinya untuk tiap-tiap
kegiatan, dan alokasi waktu pelaksanaan proyek.

12
C. PERSYARATAN RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
Penetapan 1 (satu) uraian pekerjaan dan 1 (satu) identifikasi bahaya berdasarkan pada
tingkat risiko terbesar dari seluruh uraian pekerjaan dan identifikasi bahaya dalam rancangan
konseptual sistem manajemen keselamatan konstruksi

NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA

• Terkena Benda Tajam


• Jatuh Dari Ketinggian
• Tertimpa Peralatan Atau Bahan
Bangunan
1 Pekerjaan Atap • Gangguan Kesehatan Akibat Kondisi
Kerja Secara Umum
• Gangguan Kesehatan Mata Akibat
Terkena Sinar Las

D. SPESIFIKASI BAHAN BANGUNAN KONTRUKSI


Syarat bahan/material bangunan konstruksi yang dipergunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan dapat menyebutkan merek dan Standar antara lain :
Nama
No Merk/Tipe SNI
Barang/Material
1 Pasir Pilihan Menyesuaikan
2 Semen Tiga Roda/Gresik/ Conch SNI 15-2049-1964
3 Batako
Elephant/jaya
4 GRC Tebal 9 mm
board/Nusa Buana
Elephant/jaya
5 Gypsum t = 9mm
board/Nusa Buana
baja mutu U-24 untuk besi
ASTM A 615 M dan ASTM A
6 Besi Baja Tulangan polos dan U-32 untuk besi
617 M dan ASTM A 706 M
ulir
Cat Eksterior Dulux/mowilex/
7
nippon/propan

13
Cat Interior Dulux/mowilex/
8
nippon/propan

E. PERALATAN UTAMA
1. Peralatan Utama/Alat Mekanis
Peralatan utama adalah peralatan yang mendukung langsung dan sesuai kebutuhan
untuk melaksanakan pekerjaan utama (major item); (menjadi persyaratan pada Proses
Tender) serta menjadi Evaluasi Dokumen Penawaran Teknis,
No Jenis Peralatan Kapasitas Jumlah
1 Concrete mixer Min 0.3 m3 2 Unit
2 Dump Truck Min 4 m3 2 Unit
3 Pick Up Min 1.5 m3 2 Unit
4 Concrete Vibrator Min 5 HP 2 Unit
5 Genset 2.200 Watt 1 Unit
6 Water pump 4.8 HP 1 Unit
Catatan : Untuk kendaraan harus Menyampaikan Surat Lulus Uji KIR
yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang
2. Peralatan Kerja
Yang dibutuhkan serta disediakan/disiapkan pada saat Pelaksanaan Pekerjaan (tidak
dikompetisikan pada saat Tender)
Nama
No Jumlah Kapasitas Keterangan
Peralatan
1. Waterpass 1 Set Menyesuaikan Milik/Sewa
2. Slump test 1 Set Menyesuaikan Milik/Sewa

F. PERSONIL MANAGERIAL
Personil Pada Pekerjaan Kualifkasi Usaha Kecil
Pengalaman Sertifikat Kompetensi
No. Jabatan Jumlah
Kerja Kerja
SKTK Pengawas Mutu
Pelaksanaan Konstruksi
1 Pelaksana 2 tahun 1 Orang
Bangunan Gedung
(SKT TA 028)
3 Tahun Ahli Muda K3 Kontruksi
2 Petugas K3 1 Orang
0 Tahun Ahli Madya K3

14
Keterangan :
1. Pengalaman Jabatan Pelaksana Minimal 2 Tahun dibidang konstruksi, dibuktikan dengan
referensi kerja yang diterbitkan dan ditandatangani oleh Pejabat Penandatangan
Kontrak (PPK)/(KPA)/(PA) dengan disertakan bukti perjanjian kerja;
2. Pengalaman Petugas Keselamatan Konstruksi dengan kriteria :
- Risiko keselamatan konstruksi kecil, mensyaratkan Petugas Keselamatan Konstruksi
tanpa syarat pengalaman

Sambas, Mei 2023


Ditetapkan Oleh:
Kepala Bidang SD Selaku
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

H. HASNAN, S.Pd.I.
NIP. 19660310 198612 1 002

15

Anda mungkin juga menyukai