Paket Pakerjaan :
Propinsi/Kab :
Tahun Anggaran :
PEKERJAAN TANAH
A. BAHAN
Persyaratan Tanah :
1. Tanah yang digunakan untuk urugan harus bersih humus, sampah atau kotoran
lain, akar-akaran dan bahan organic lainnya. Batu-batuan yang lebih besar dari
10 cm harus dibuang.
2. Tanah urug dapat diambil dari tanah asal lokasi maupun dari luar site asal
memenuhi ketentuan diatas, tidak expansive ( low clay content ) dan dianjurkan
memakai jenis yang berbutir.
A. UMUM
Pengujian tanah bertujuan untuk mengetahui daya dukung tanah serta sifat-sifat
yang ada pada tanah tersebut, selain itu untuk mengetahui sifat fisik tanah (Indek
Properties). Untuk mengetahui kondisi tanah, maka perlu diadakan pengujian
dilaboratorium supaya didapat data-data yang akurat. Pengujian yang biasa
dilakukan untuk tanah adalah Plastic Indek ( PI ), Liquid Limit ( LL), Specific
Grativy, Unit Weight, dan Gradasi.
1. Pengujian Kosolidasi
2. Pengujian kekuatan geser tanah, yang meliputi uji kuat geser langsung dan uji
triaxial.
3. Pengujian pemadatan ( compection ), yang termasuk uji CBR Laboratorium
terhadap contoh hasil pemadatan dilapangan.
PEKERJAAN ASPAL
A. Aspal memakai jenis aspal semen per 60/70. Bahan aspal memenuhi AASHTO M.20
dan mempunyai titik lembek minimum 45 derajat celcius. Bahan aspal dan truck
tangki tidak boleh dialirkan ke tangki penyimpanan sebelum hasil pengujian
memenuhi spesifikasi.
B. Bahan aspal yang diperoleh kembali dari laboratorium uji harus mempunyai nilai
penetrasi tidak kurang dari 55% nilai penetrasi aspal sebelum pencampuran dan
nilai dektifitas tidak kurang dari 40 cm.
Contoh campuran harus dibawa ke laboratorium dan digunakan untuk membuat benda
uji Marshall maupun untuk pemadatan membal (refusal). Hasil pengujian ini harus
dibandingkan Bilamana percobaan tersebut gagal memenuhi Spesifikasi pada salah satu
ketentuannya maka perlu dilakukan penyesuaian dan percobaan harus diulang kembali.
DMF akan disetujui sebagai JMF setelah penghamparan percobaan yang dilakukan
memenuhi semua ketentuan dan disetujui.
Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat dimulai sebelum diperoleh JMF yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana telah disetujui, JMF menjadi definitif sampai
Direksi Pekerjaan menyetujui JMF pengganti lainnya. Mutu campuran harus dikendalikan,
terutama dalam toleransi yang diijinkan.
Dua belas benda uji Marshall harus dibuat dari setiap penghamparan percobaan. Contoh
campuran beraspal dapat diambil dari instalasi pencampur aspal atau dari truk di AMP,
dan dibawa ke laboratorium dalam kotak yang terbungkus rapi. Benda uji Marshall harus
dicetak dan dipadatkan pada temperatur yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.5.(1) dan
menggunakan jumlah penumbukan yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(1a) sampai
dengan Tabel 6.3.3.(1d). Kepadatan rata-rata (Gmb) dari semua benda uji yang diambil
dari penghamparan percobaan yang memenuhi ketentuan harus menjadi Kepadatan
Standar Kerja (Job Standard Density), yang harus dibandingkan dengan pemadatan
campuran beraspal terhampar dalam pekerjaan.
A. UMUM
Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada
permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal
berikutnya. Lapis Resap Pengikat dihampar diatas permukaan pondasi tanpa bahan
pengikat lapis pondasi agregate, sedangkan lapis perekat harus dihampar diatas
permukaan berbahan pengikat (Seperti Laston, Lataston, Perkerasan Beton
Semen, Lapis Pondasi Semen Tanah, Macadam, Lapis Pondasi Agregat semen, dll.)
B. MUTU
B.1 Mutu Bahan
B.1.1 Bahan Lapis Resap Pengikat
Bahan yang digunakan adalah salah satu dari kententuan berikut:
a. Aspal Emulsi yang mengikat sedang (Medium Setting) atau yang mengikat
lambat (Slow Setting)yang memenuhi SNI 4798:2011 untuk jenis Kationik
atau SNI 6832:2011 untuk jenis anionic.
b. Aspal Semen Pen 80/100 atau Pen. 60/70, memenuhi ASTM D946/946M-15
diencerkan dengan minyak tanah (Kerosen). Proporsi kerosene yang
digunakan disesuaikan dengan hasil percobaan yang dilakukan secara
bersama sama antara kontraktor, pengawas pekerjaan dan direksi.
Perbandingan pemakaian kerosene yang digunakan pada percobaan
pertama harus 80-85 bagian per 100 bagian aspal semen Kurang lebih
ekivalen dengan viskositas aspal cair kilang jenis MC-30.
B.1.2 Bahan Lapis Perekat
Bahan yang digunakan adalah salah satu dari kententuan berikut:
a. Aspal Emulsi yang mengikat cepat (Rapid Setting) yang memenuhi SNI
4798:2011 untuk jenis Kationik atau SNI 6832:2011 untuk jenis anionic.
b. Aspal cair penguapan cepat atau sedang yang digunakan harus memenuhi
ketentuan SNI 4800:2011 dengan viskositas aspal cair jenis RC -250 atau
MC-250. Aspal Keras Pen 60/70 atau pen. 80/100 yang memenuhi
ketentuan ASTM D946/946M-15 dapat digunakan jika disetujui oleh direksi.
Pengenceran dengan menggunakan bensin 30 bagian per 100 bagian aspal
untuk RC-250 atau 30 bagian kerosene per 100 bagian aspal untuk MC-
250. Proses pencampuran tidak boleh dilakukan diatas nyala api baik
langsung maupun tidak langsung.
c. Aspal emulsi yang digunakan harus aspal emulsi modifikasi yang mengikat
lebih cepat yang mengandung minimum 2,5& Polimer, styrene, atau latex
alam yang memenuhi persyaratan seperti di spesifikasi teknis.
A. UMUM
Pengujian bahan dasar dimaksud untuk mengetahui kualitas dari bahan tersebut,
agar penggunaannya sesuai dengan mutu yang diinginkan. Karena mutu pekerjaan
tergantung dari kualitas bahan yang digunakan, maka pengujian bahan dasar
adalah tahap awal dari pelaksanaan pekerjaan.
B. CARA PENGUJIAN
Cara pengujian bahan dilaksanakan sesuai dengan standart peraturan yang biasa
digunakan di Indonesia yaitu PBI 1971 atau SK SNI – 1990
1. Pengujian Abrasi
Pengujian abrasi bertujuan untuk mengetahui kekasaran butir agregat, cara
pengujian abrasi biasanya menggunakan mesin los angeles.
Standart dari hasil pengujian los angeles adalah bagian yang hancur dan los
ayakan 1.7 mm maksimal :
a. Beton kelas I maksimal lolos 50%
b. Beton kelas II maksimal lolos 40%
c. Beton kelas III maksimal lolos 27%
2. Pengujian Kadar Lumpur
Pengujian kadar Lumpur adalah untuk mengetahui kadar Lumpur dalam
agregat, karena kadar Lumpur yang tinggi akan mempengaruhi reaksi
semen dan kelekatan agregat.
Cara pengujian kadar Lumpur dalam agregat dilakukan sebagai berikut :
a. Dengan menggunakan ayakan #200 ( 0.075 mm ), dan butiran yang
lolos dari ayakan adalah Lumpur atau clay. Prosentase Lumpur atau clay
dihitung berdasarkan perbandingan berat.
b. Atau biasa dilakukan dengan mencuci agregat diatas ayakan,
sebelumnya agregat ditimbang terlebih dahulu, kemudian dicuci diatas
ayakan #200 kemudian dikeringkan dengan oven lalu ditimbang.
Agregat yang mengandung Lumpur lebih dari 1% harus dicuci sebelum
digunakan, atau apabila hasil test kubus masih memenuhi syarat maka
agregat tersebut masih boleh digunakan.
3. Pengujian Gradasi
Untuk mengetahui susunan butir agregat adalah dengan pengujian gradasi,
karena susunan butir agregat akan berpengaruh pada kekuatan beton dan
juga wokabilit (kemudahan untuk dikerjakan). Sebagian pernyataan gradasi
dipakai nilai prosentase dari berat butiran yang lolos atau tertinggal didalan
suatu susunan ayakan. Susunan ayakan yang dipakai disini adalah 37.5 mm,
20 mm, 14 mm, 10 mm, 5 mm, 2.36 mm, 1.18 mm, 0.60 mm, 0.30 mm,
0.15 mm, 0.175 mm.
E. MUTU SEMEN
Semen didalam adukan beton berfungsi sebagai pengikat atau pelekat, untuk itu
maka mutu semen harus sesuai dengan standart. Untuk mengetahui mutu semen
ada beberapa cara yang bisa dilakukan, diantaranya pengujian kehalusan butir
semen dan waktu ikat awal. Pengujian kehalusan butir dilakukan sesuai dengan SII
0013-81, semen yang lolos ayakan 0.09 mm minimum 90%. Waktu ikat awal (Intial
Set) adalah waktu dari pencampuran dan air sampai saat kehilangan sifat
keplastisannya. Sedangkan waktu kehilangan keplastisan sampai pasta semen
mengeras disebut waktu ikat akhir (Final Set). Alat yang digunakan untuk test ikat
awal adalah Vicat.
Waktu ikat awal tidak boleh kurang dari 60 menit dan waktu ikat akhir tidak boleh
lebih dari 480 menit. Agar waktu ikat awal sesuai dengan standart maka
penyimpanan semen harus dijaga, tidak boleh berhubungan langsung dengan udara
luar, juga dalam ruangan yang lembab.
F. MUTU AIR
Air dalam campuran beton diperlukan untuk bereaksi dengan semen, maka mutu
air harus sesuai dengan standart agar dicapai beton yang bermutu. Secara garis
besarnya syarat air yang dipakai dalam adukan beton adalah sama dengan air
minum. Air yang mengandung garam, mangan, timah, seng, tembaga dan timah
hitam dalam jumlah cukup besar akan mengurangi kekuatan beton. Sedangkan air
yang maengandung seng klorida akan memperlambat ikatan awal.
Air yang dipakai untuk perawatan beton ( curing ) adalah sama dengan air yang
dibuat untuk pengadukan
PEKERJAAN BETON
A. PENGADUKAN
Pengadukan adalah proses pencampuran antara bahan-bahan dasar beton, yaitu
semen, air, pasir, dan aggregat kasar dalam perbandingan tertentu sesuai dengan
mutu yang diinginkan. Untuk memperoleh mutu adukan yang baik, sebaiknya
pengadukan beton menggunakan mesin pengaduk atau biasa disebut molen.
Pengadukan dilakukan sampai warna merata dan campuran bahannya homogen.
B. PENGANGKUTAN ADUKAN
Pengangkutan adukan beton adalah pemindahan adukan dari tempat pengadukan
ke lokasi pengecoran.
Dalam pengangkutan adukan beton yang perlu diperhatikan adalah :
- Adukan tetap homogen, tidak ada pemisahan bahan
- Pengangkutan dilakukan sebelum beton hilang keplastisannya
E. PERAWATAN BETON
Untuk menjaga proses pengerasan beton sempurna, maka diperlukan perawatan
setelah pengecoran beton mencapai kekuatannya.
Beberapa cara perawatan beton dilapangan :
- Menggenangi permukaan beton dengan air
- Menyirami permukaan beton setiap saat secara terus menerus
- Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
F. PENGUJIAN SLUMP
Kemudahan dalam pengerjaan beton terkait erat dengan tingkat kelecekan
( keenceran ) beton, semakin encer adukan beton semakin mudah dikerjakan.
Untuk mengetahui tingkat keenceran beton ialah dengan pengujian slump. Makin
besar nilai slump berarti adukan beton semakin encer. Nilai slump harus sesuai
dengan perencanaan campuran beton.
Pengisian slump dilakukan setelah proses pengadukan selesai, alat yang digunakan
dalam pengujian slump adalah kerucut Abrams yaitu corong yang berbentuk kubus
diameter diatas adalah 10 cm dan bagian bawah 20 cm, dengan tinggi 30 cm.
Sedangkan alat penumbuknya berupa tongkat baja diameter 16 mm.
A. PENGUJIAN BAHAN
Pada pekerjaan baja tulangan, yang perlu dilakukan pengujian adalah mutu bahan
baja tulangan yang digunakan. Pengujian bahan menggunakan uji kuat leleh dan uji
kuat tarik. Jika ada, sertifikat baja tulangan yang digunakan harus diserahkan
kepada pengawas pekerjaan sebelum dilakukan mobilisasi baja tulangan.
Untuk tumpuan baja tulangan, harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan
beton pracetak dengan mutu fc’ 20 MPa. Sedangkan untuk bahan pengikat
menggunakan kawat baja lunak yang memenuhi SNI 07-6401-2000 yang dipasang
bersilangan.
Pengecekan mutu dan laporan mutu dari pekerjaan pasangan batu meliputi pengujian
bahan berupa batu dan komposisi mortar. Setelah itu pemasangan pasangan baru harus
terlandasi seluruhnya oleh mortar. Tidak boleh ada rongga rongga kosong
A. BATU
- Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari
jenis yang diketahui awet.
- Mutu dan ukuran batu harus disetujui oleh direksi dan konsultan pengawas
sebelum digunakan. Batu yang digunakan berbentuk lancip atau lonjong dan
dapat saling mengunci bila ditempatkan bersama sama.
- Ukuran Batu yang digunakan tidak boleh kurang 15 Cm
B. MORTAR
Mortar haruslah merupakan adukan semen, pasir dan air dengan komposisi yang
memenuhi dokumen lelang dan standard spesifikasi teknis. Mortar harus
mempunyai kuat tekan paling sedikit 50 Kg/cm2 (4,5 MPa) pada umur 28 hari
dengan menggunakan benda uji mortar 50mm x 50mm x 50mm.
C. LOBANG RESAPAN
Bahan yang digunakan adalah pipa ukuran 2 Inchi yang dipasang pada jarak
maksimal 2 meter pada pasangan batu. Gunanya untuk resapan air tanah.
MARKA JALAN TERMOPLASTIK
Pada pekerjaan marka jalan ini, yang harus diperhatikan agar mutu pekerjaannya terjaga
adalah sebagai berikut:
a. Daftar Bahan yang digunakan harus diajukan dan disetujui oleh pengawas
pekerjaan
b. Melakukan pengukuran dan menentukan posisi garis marka yang akan
dikerjakan kemudian membuat garis titik titik dengan kapur atau cat putih yang
mudah hilang
c. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan alat khusus pengecatan yang
dilengkapi dengan:
- Tangki pemanas untuk meyemprotkan cat pada temperature 204˚C - 218˚C
untuk bahan termoplastik.
- Nozle untuk pengecatan garis lurus penuh ataupun putus putus
- Nozzle untuk menyebar glass bead
- Tangki cat yang dapat mengaduk cat secara mekanis yang dapat menabur
glass bead secara otomatis.
- Tebal minimum cat marka jalan termoplastik adalah 1,50 mm diluar glass
bead.
Sebelum digunakan, alat harus dicoba terlebih dahulu dan harus rutin dilakukan
perawatan sehingga layak pakai.
Demikian program mutu ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk pelelangan.