Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH LAPISAN PENETRASI (LAPEN)

Nama : Mahardika Hesrizarna

NIM : 41117320054

Kelas : Reguler 2

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2018
PENDAHULUAN

Lapisan Penetrasi Macadam (lapen), merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat
pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara
disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Di atas lapen ini biasanya diberi laburan
aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan bervariasi dari 4-10 cm. (Sukirman,1999)

Fungsi dari Lapis Penetrasi Makadam (Lapen) sebagai lapisan permukaan dan lapisan
pondasi. Sebagai Lapis Permukaan Jalan, Lapis Penetrasi Makadam ( Lapen) mempunyai sifat-
sifat sebagai berikut :

a. Lapen mempunyai nilai struktural


b. Tidak kedap air
c. Kenyal dan mempunyai permukaan yang kasar
d. Dapat dipergunakan untuk lalu lintas ringan sampai sedang
e. Kekuatan utamanya didapat dari saling mengunci antara agregat pokok dan agregat pengunci.

Pelaksanaan pekerjaan untuk Lapis Penetrasi Makadam ( Lapen ) masih dilaksanakan


terutama pada jalan baru atau jalan tanah yang belum diberi perkerasan. Bila Lapis Penetrasi
Makadam (Lapen) dipergunakan untuk lapis permukaan, maka harus diberi laburan aspal dengan
agregat penutup.

Gambar : Proses Pemadatan Lapis Penetrasi Makadam


(sumber gambar : http:hanura.desa.id)
Bahan
Bahan yang digunakan untuk Lapis Penetrasi Makadam (Lapen) adalah agregat pokok,
agregat pengunci, agregat penutup (untuk permukaan ) dan aspal. Bahan pengikat yang
digunakan untuk Lapis Penetrasi Makdam (Lapen) adalah aspal keras pen 60/70 atau Pen 80/100
yang memenuhi persyaratan dalam spesifikasi teknis.

a. Agregat

1. Agregat terdiri dari batu pecah berupa agregat kunci dan agregat penutup yang
bersih, keras dengan kualitas seragam dan bebas dari kotoran lempung, bahan-bahan
tumbuh-tumbuhan atau bahan lainnya yang harus dibuang.

2. Batas perbedaan agregat

3. Agregat kasar berupa lapisan utama yang berada dalam batas-batas agregat ukuran
nominal 2,5 cm – 6,25 cm yang tergantung kepada ketebalan lapisan dengan ukuran
lebih /3 cm tebal rencana.

4. Agregat kunci untuk lapisan utama harus lolos saringan 25 mm tetap tidak boleh
lebih dari 5% akan lolos dari saringan 9,5 mm.

Gradasi agregat

% Berat Yang Lolos


Ukuran Ayakan
Tebal Lapisan (cm)

ASTM (mm) 7-10 5-8 4-5

Agegat Pokok :

3” 75 100

2½” 63 90 – 100 100

2” 50 35 – 70 95 – 100 100

1½” 38 0 – 15 35 – 70 95 – 100
1” 25 0–5 0 – 15 –

¾” 19 – 0–5 0–5

Agregat Pengunci :

1” 25 100 100 0–5

¾” 19 95 – 100 95 – 100 95 – 100

3/8” 9,5 0–5 0–5 100

Tabel 1: Klasifikasi Agregat

Bahan Pengikat (Aspal)

1. Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70 yang memenuhi AASHTO M20.


2. Aspal emulsi CRS1 atau CRS2 yang memenuhi ketentuan Pd S-01-1995-03 (AASHTO
M208) atau RS1 atau RS2 yang memenuhi ketentuan AASHTO M140.
3. Aspal cair penguapan cepat (rapid curing) jenis RC250 atau RC800 yang memenuhi
ketentuan Pd S-03-1995-03, atau aspal cair penguapan sedang (medium curing) jenis
MC250 atau MC800 yang memenuhi ketentuan Pd S-02-1995-03.

Syarat-Syarat Kualitas Agregat

Agregat yang digunakan untuk lapis permukaan penetrasi macadam harus mematuhi syarat
kualitas berikut.

URAIAN BATANG BESI

1. Kehilangan berat karena abrasi 500 Maksimum 40%

2. Indeks serpihan (brithish standart) Maksimum 25%

3. Penahanan aspal setelah pelapisan dan pengelupasan Minimum 95%

Tabel 2 : Syarat Kualitas Agregat


D. Pelaksanaan

Persiapan Lapangan

Penetrasi macadam akan dipasang diatas pondasi yang telah dibangun diatas

permukaan dengan lapis penutup yang akan meliputi:

1. Diletakkan diatas permukaan lapis penutup yang ada permukaan tersebut harus dilapisi aspal
pelekat pada suatu tingkat pemakaian tidak melebihi 0,51/m2.

2. Permukaan perkerasan harus kering dan bebas dari batu-batu lepas atau suatu bahan lain yang
harus dibuang.

3. Sebelum pemasangan agregat kasar dan agregat kunci harus ditumpuk secara terpisah
dilapangan untuk mencegah pencampuran dan harus selalu bersih.

4. Penghamparan dan Pemadatan

Metode mekanis

1. Penghamparan dan pemadatan agregat pokok

Truk penebar agregat harus dijalankan dengan kecepatan sedemikiansehingga kuantitas


agregatadalah seperti yang disyaratkan dan diperoleh permukaan yang rata.

Pemadatan awal harus menggunakan alat pemadat6-8 ton yang bergerak dengan kecepatan kurang
dari 3 km/jam. Pemadatan dilakukan dalam arah memanjang, dimulai dari tepi luar hamparan dan
dijalankan menuju ke sumbu jalan. Lintasan penggilasan harus tumpang tindih(overlap) paling
sedikit setengah lebar alat pemadat. Pemadatan harus dilakukan sampai memperoleh permukaan
yang rata dan stabil (minimum 6 lintasan).

Penyemprotan Aspal

Temperatur aspal dalam distributor harus dijaga pada temperature yang disyaratkan untuk jenis
aspal yang disyaratkan.
Temperatur Penyemprotan Aspal

Jenis Aspal Temperatur Penyemprotan (oC)

60/70 Pen 165-175

80/100 Pen 155-165

Emulsi Kamar, atau sebagaimana petunjuk pabrik

Aspal cair RC/MC 250 80-90

Aspal cair RC/MC 800 105-115

Tabel 3 : Tempratur Penyemprotan Aspal

Penebaran dan pemadatan agregat pengunci

Segera setelah penyemprotan aspal, agregat pengunci harus ditebarkan pada takaran yang
disyaratkan dan dengan cara yang sedemikian hingga tidak ada roda yang melintasi lokasi yang
belum tertutup bahan aspal. Takaran penebaran harus sedemikian hingga, setelah pemadatan,
rongga-rongga permukaan dalam agregat pokok terisi dan agregatpokok masih nampak.

Pemadatan agregat pengunci harus dimulai segera setelah penebaran agregat pengunci.
Dengan cara yang sama seperti yang telah diuraikan diatas. Jika diperlukan, tambahan agregat
pengunci harus ditambahkan dalam jumlah kecil dan disapu perlahan-lahan diatas permukaan
selama pemadatan. Pemadatan harus dilanjutkan sampai agregat pengunci tertanam dan terkunci
penuh dalam lapisan dibawahnya.

Metode Manual

1. Penghamparan dan pemadatan agregat pokok

Jumlah agregat yang ditebar d atas permukaan yang telah disiapkan harus sebagaimana yang
disyaratkan.

Kerataan permukaan dapat diperoleh dengan ketrampilan penebaran dan menggunakan perkakas
tanganseperti pengaruh. Pemadatan dilaksanakan seperti pada metode mekanis.
2. Penyemprotan aspal

Penyemprotan aspal dapat dikerjakan dengan menggunakan penyemprot tangan (hand sprayer)
dengan temperatu aspal seperti yang disebutkan diatas. Takaran penggunaan aspal harus serata
mungkin pada takaran yang direncanakan.

3. Penebaran dan pemadatan agregat pengunci

Penebaran dan pemadatan agregat pengunci dilaksanakan dengan cara yang sama dengan agregat
pokok.

E. Kontrol Kualitas dan Pengujian Di Lapangan

Kontrol kualitas harus memenuhi ketentuan di bawah ini :

1. Penyimpanan tiap fraksi agregat harus terpisah untuk menghindari tercampurnya agregat, dan
harus dijaga kebersihannya dari benda asing.

2. Penyimpanan aspal dalam drum harus dengan cara tertentu agar tidak terjadi kebocoran atau
kemasukan air.

3. Suhu pemanasan aspal harus sesuai dengan yang ditunjukkan pada tabel.

Jenis Aspal Temperatur Penyemprotan (oC)

60/70 Pen 165-175

80/100 Pen 155-165

Emulsi Kamar, atau sebagaimana petunjuk pabrik

Aspal cair RC/MC 250 80-90

Aspal cair RC/MC 800 105-115

Tabel 4 : Suhu Penyemprotan Aspal


Tebal Lapisan

Tebal padat untuk lapisan penetrasi macadam harus berada di dalam toleransi 1 cm.

Kerataan permukaan sewaktu pemadatan.

Kerataan harus diukur dengan menggunakan mistar lurus yang panjangnya 3 meter. Punggung
jalan yang ambles tidak melebihi 8mm. Sambungan memanjang dan melintang harus diperiksa
dengan cermat.

Komposisi Agregat Pokok, Agregat Pengunci dan Agregat Penutup

Komposisi agregat pokok, agregat pengunci dan agregat penutup untuk lapis penetrasi makadam
( Lapen ) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5: Persyaratan Gradasi Agregat Lapen

2. Proses Pelaksaan Pekerjaan Lapis Penetrasi Makadam ( Lapen)

Proses pelaksanaan pekerjaan lapis penetrasi makadam (Lapen) sebagai berikut :

a. Permukaan yang akan dilapisi Lapis Penetrasi Makdam (Lapen) harus bersih, bebas dari
lempung, debu, bahan-bahan organik dan bahan lain yang tidak dikehendaki dann
lobang-lobang harus diperbaiki.
b. Permukaan yang belum beraspal harus lembab dan diberi lapis resap pengikat (prime
coat) sebaiknya MC – 250 sebanyak 0,5 liter per M2.
c. Permukaan yang sudah beraspal harus kering dan diberi lapis pengikat (tack coat)
sebaiknya RC – 250 sebanyak 0,5 liter per m2.
d. Penebaran agregat pokok dilakukan dengan mesin penebar agregat.
e. Pemadatan agregat pokok dilakukan dengan mesin gilas roda besi 6 – 8 ton dengan
kecepatan ± 3 km/jam sebanyak 6 lintasan.
f. Penyemprotan aspal pada agregat pokok dilakukan dengan mesin penyemprot aspal agar
aspal merata dan temperatur aspal harus dijaga antara 135º - 160º c.
g. Penebaran agregat pengunci dilakukan segera setelah penyemprotan aspal pada agregat
pokok.
h. Pemadatan agregat pengunci dilakukan dengan mesin gilas roda besi 6 – 8 ton dengan
kecepatan ± 3 km/jam sampai agregat pengunci tertanam dengan baik.
i. Lapis Penetrasi Makadam (Lapen) bila dipergunakan untuk lapis permukaan jalan, maka
penebaran agregat dilakukan dengan mesin penebar agregat.

Penyemprotan aspal dilakukan dengan mesin penyemprot (cara mekanik ) dan pemadatan agregat
menggunakan self propelled pneumatic roller (TR) 10 - 12 ton. Jumlah lintasan 4 - 6 dengan
kecepatan 5 km/jam sampai permukaan menjadi rata.

3. Kebutuhan Aspal Aspal dan Agregat Lapis Penetrasi Makadam ( Lapen )


Untuk kebutuhan aspal dan agregat lapis penetrasi makadam (Lapen) dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 6. Kebutuhan Aspal dan Agregat Lapen


METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN LAPEN

Berikut ini adalah tahapan pekerjaan yang akan dilakukan dalam proyek ini :

1. Persiapan Pekerjaan

a. Mobilisasi

Tenaga Kerja Sebelum melaksanakan pekerjaan, persiapan yang harus dilakukan dalam proyek
adalah mempersiapkan tenaga kerja yang profesional yang diperlukan dalam melaksanakan
pekerjaan di lapangan. Selain dari pekerja-pekerja lapangan, dalam pelaksanaannya juga harus
mempersiapkan staf pengawas lapangan baik dari proyek itu sendiri, konsultan, maupun
kontraktor.

b. Mobilisasi Peralatan

Dalam pelaksanaan pekerjaan penyedia fasilitas- fasilitas yang berfungsi dapat mendukung
terlaksananya dan kelancaran kegiatan proyek mutlak diperlukan. Oleh karena itu alat-alat berat
digunakan sebagai salah satu fasilitas dalam pekerjaan dapat menunjang kelancaran dan
terlaksananya kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lokasi proyek, mulai dari tahap pelaksanaan
sampai akhir tahap pelaksanaan.

Alat-alat berat tersebut harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan, kondisi lapangan dan
kemampuan pekerjaan yang mampu dilaksanakan, dimana sejumlah alat berat perlu
dikoordinasikan dengan secermat mungkin untuk mendapatkan efisiensi pekerjaan yang sebaik-
baiknya.

Peralatan yang dipergunakan pada proyek Peningkatan Jalan antara lain yaitu :
Motor Grader, Vibrating Compactor, Tired Roller, Mobil Pick up, Sekop Penebar Agregat, Aspalt
sprayer, Tandem Roller.

2. Mobilisasi Material

Material yang dipergunakan dalam proyek Pembanguan Jalan Penghubung/Poros Desa Wonorejo-
Panggang ayom antara lain berupa agregat kelas A, agregat kelas B, serta aspal.
3. Pelaksanaan Lapangan

Pelaksanaan pekerjaan untuk proyek ini meliputi pekerjaan tanah dasar yaitu berupa galian dan
timbunan. Kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan perkerasan berbutir yang terdiri dari pekerjaan
penghamparan sirtu kelas C untuk lapis pondasi bawah dan juga pekerjaan penghamparan agregat
B untuk lapis pondasi atas.Setelah itu pekerjaan perkerasan beraspal yaitu pekerjaan lapis
permukaan baru dapat dilakukan. Pekerjaaan lapis permukaan pada proyek ini mempergunakan
perkerasan lentur berupa lapisan penetrasi.

3.1 Pekerjaan Tanah

Pekerjaan awal dari pengerjaan pembuatan jalan adalah pekerjaan pemadatan tanah dasar, karena
lapisan tanah dasar merupakan lapisan akhir yang menerima beban, baik baban mati maupun beban
bergerak.Tanah timbunan (urugan) yang dipergunakan untuk tanah dasar dibagi menjadi dua
macam yaitu tanah timbunan biasa dan tanah timbunan pilihan.Pada proyek ini digunakan tanah
timbunan biasa.

A. Penyiapan Tanah Dasar (Sub Grade)

Pekerjaan ini meliputi kegiatan-kegiatan :

1. Pembersihan Daerah Milik Jalan (DMJ) untuk jalan penghubung selebar 8 meter.
Pekerjaan ini meliputi pembersihan segala macam tumbuhan, pohon-pohon, semak-semak,
sampah, akar pohon.

2. Pembuangan Lapisan Tanah Atas (Top Soil)


Pada umumnya, pekerjaan ini meliputi pembuangan lapisan tanah humus, dan akar-akar
yang ketebalannya tidak boleh kurang dari 30 cm dari permukaan tanah asli. Pekerjaan ini
dilakukan pada daerah galian dan timbunan. Setelah itu, baru dilakukan pemadatan sampai
mencapai tingkat pemadatan yang disyaratkan.Pada tempat yang tanahnya lembek harus
diadakan perbaikan tanah terlebih dahulu dengan membuang tanah yang lembek dan
diganti dengan tanah yang baru.
B. Pekerjaan Timbunan

Setelah badan jalan terbentuk, maka tahap selanjutnya adalah melakukan penimbunan pada
bagian jalan yang ketinggiannya rendah sehingga diperoleh ketinggian badan jalan yang sama
(rata). Penimbunan juga dilakukan untuk mendapatkan lebar jalan sesuai dengan rencana.

Pada proses penimbunan, hal pertama yang dilakukan adalah menghamparkan tanah
timbunan pada daerah yang akan di timbun, setelah itu tanah dasar tersebut diratakan dengan
menggunakan motor grader. Selain meratakan tanah, motor grader juga berfungsi membentuk
kemiringan melintang jalan.Setelah diratakan lapisan tanah dipadatkan dengan menggunakan
tandem roller atau mesin gilas roda tiga yang dilakukan berulang-ulang sampai padat.Setelah
dipadatkan menggunakan tandem roller, lapisan atas dipadatkan lagi menggunakan vibrating
compactor.

Pada penggunaaan vibrating compactor selain dapat memadatkan tanah juga dapat
memberikan tekanan dan getaran terhadap material yang dipadatkan sehingga gelembung udara
yang masih terperangkap di dalam tanah dapat keluar secara berangsur-angsur.

Selain itu pemadataan juga bertujuan untuk meningkatkan daya dukung tanah dan
menghindarkan pergeseran yang dapat menyebabkan keretakan serta dapat menaikkan daya tahan
tanah terhadap perubahan cuaca.

Pekerjaaan tanah dasar harus diselesaikan sepenuhnya terlebih dahulu, setelah itu baru
dilanjutkan dengan pekerjaan perkerasan lapis pondasi bawah (sub base).Pada pengerjaan lapisan
pondasi bawah, lapis pondasi tersebut tidak boleh ditempatkan, dihamparkan, atau dipadatkan
sewaktu turun hujan dan pemadatan tidak boleh dilakukan setelah hujan.

Lapis pondasi dari bahan sirtu dibawa menggunakan dump truck ke badan jalan, kemudian
dihamparkan menggunakan motor grader.Selanjutnya dirapikan secara manual oleh
pekerja.Setelah itu lapisan pondasi tersebut dipadatkan dengan vibrating compactor agar bahan
sirtu tertanam kuat pada tanah dasar dan tingkat kepadatan yang sesuai dapat tercapai.

Pekerjaan Lapisan Pondasi (Base)

Setelah lapisan pondasi dihampar dan dipadatkan, maka proses selanjutnya adalah
penghamparan batu pokok ukuran 3 – 5 cm sebagai lapis pondasi (base). Sebelum batu pokok
dihampar, permukaan pondasi bawah dibersihkan dari kotoran dan debu dengan sapu lidi dan
diratakan. Kemudian Batu Pokok disebar/dihampar secara merata di atas permukaan lapis pondasi
bawah hingga mencapai ketebalan 15 cm.
Sebelum dipadatkan dengan vibrating compactor, lapisan pondasi tersebut disiram dengan
air agar mudah dalam pemadatan dan batu pokok dapat melekat dengan lapisan pondasi bawah
sehingga tidak mudah lepas.

Penyiraman dengan air ini tentunya tetap memperhatikan kadar air yang tepat. Selanjutnya
baru dilakukan pemadatan dengan vibrating compactor yang dimulai dari tepi dan bergeser ke
tengah/as jalan sampai pada

Pekerjaan Lapisan Permukaan (Lapisan Penetrasi)

Pekerjaan lapis permukaan terdiri dari beberapa item pekerjaan, antara lain adalah Lapis
Resap Pengikat, Lapis Pengisi rongga. Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapis tipis aspal
cair yang diletakkan di atas lapis pondasi atas sebelum lapis berikutnya dihampar. Aspal cair ini
dapat meresap ke dalam lapis pondasi mengisi rongga dan memperkeras permukaan serta mengikat
lapis pondasi dan lapis permukaan.

Hal pertama yang dilakukan pada pekerjaan lapisan penetrasi ini adalah memanaskan aspal
yang ada di dalam drum yang telah dibuka di bagian badan atau tutup dari drum tersebut.
Pemanasan aspal ini tidak boleh terlalu panas karena dapat menyebabkan kebakaran dan sifat
kelengketan dan kelenturan aspal menjadi rusak.

Selanjutnya aspal yang sudah cair atau lapis resap pengikat (prime coat)
disemprotkan/disiramkan ke permukaan batu pokok sebanyak kira-kira 3,7 liter setiap meter
persegi. Lapis resap pengikat harus disemprot pada permukaan yang kering atau mendekati kering
dan pelaksanaan penyemprotan tidak boleh dilaksanakan pada saat angin kencang, hujan, atau
akan turun hujan. Sebelum aspal disiramkan, permukaan lapis pondasi terlebih dahulu di bersihkan
dengan sapu lidi.

Setelah lapis resap pengikat disiramkan ke permukaan lapis pondasi, batu pengunci ukuran
2 – 3 cm dihamparkan diatas lapis resap pengikat secara merata sebanyak 0,017 meter kubik setiap
meter persegi (seperti dalam tabel) dan buat kemiringan melintang lebih kurang 3 %. Batu
pengunci yang sudah dihampar kemudian dipadatkan dengan vibrating compactor minimal 6 kali
lintasan sampai padat, atau seperti prosedur pemadatan pada lapisan pondasi.Yaitu dimulai dari
bagian tepi dan bergeser ke tengah/as jalan sampai padat.

Setelah batu pengunci dipadatkan, aspal cair kembali disiramkan secara merata di atas
lapisan batu pengunci sebanyak 1,5 liter setiap meter persegi. Kemudian lapisan penutup (pasir)
ditebarkan secara merata pada permukaan lapisan batu pengunci yang sudah disiram aspal
sebanyak 0,01 meter kubik setiap meter persegi dan buat kemiringan melintang lebih kurang 3 %.
Selanjutnya lapisan penutup yang telah dihampar tersebut dipadatkan kembali dengan
vibrating compactor sampai padat dengan prosedur pemadatan sama seperti pemadatan lapisan
sebelumnya. Dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan dengan lapisan penetrasi ini, ada
beberapa hal penting yang harus diperhatikan, diantaranya sebagai berikut :

1. Batu pokok, batu pengunci dan lapisan penutup (pasir) harus kering, baik sebelum maupun
sesudah disiram aspal.

2. Selama beberapa waktu, lapisan penutup akan terdorong ke tepi jalan akibat lalu lintas yang
lewat. Oleh karena itu, agar LAPEN tidak cepat aus maka lapisan penutup (pasir) yang tersebar
di pingir jalan tersebut harus dikembalikan ke tengah permukaan jalan.

Anda mungkin juga menyukai