BAB II.
BAB III
Kekuatan dan keawetan pengerasan jalan itu sangat tergantung pada sifat- sifat dan daya dukung
tanah dasar. Oleh karena itu, maka pada perencanaan pembuatan jalan baru harus diadakan
pemeriksaan tanah yang teliti ditempat- tempat yang akan dijadikan tanah dasar yang berfungsi untuk
mendukung pengerasan jalan. Lebih utama kalau diambil beberapa contoh tanah dari tanah dasar itu
dan dikirimkan ke laboratorium penyelidikan tanah untuk diselidiki.
Bentuk butir- butir tanah liat koloidal itu bulat dan mempunyai permukaan yang licin. Besar butir-
butirnya kurang dari 1µ (µ dibaca mikron ;1 µ =1/1000 mm). Butir- butirnya diselimuti oleh suatu
selaput air. Gaya adhesi tanah liat koloidal terhadap air itu besar sekali.
Bentuk butir- butir tanah liat biasa itu bulat dan mempunyai permukaan yang licin. Besar butir-
butirnya antara 1 µ dan 5 µ. Gaya Adhesi tanah liat biasa terhadap air itu tidak seberapa besar.
Bentuk butir- butir tanah lumpur itu bulat dan mempunyai permukaan yang agak kasar. Besar butir-
butirnya antara 5 µ dan 50 µ gaya adhesi tanah lumpur terhadap air itu kecil sekali.
Bentuk butir- butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut- sudut kasar. Besar butir- butirnya
antara 50 µ dan 200 µ. Tidak ada gaya adhesi antara butir- butir pasir halus dan air.
Bentuk butir- butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut- sudut kasar dan tajam. Besar
butir- butirnya antara 200 µ dan 2 mm. tidak ada gaya adhesi antar butir- butir pasir kasar dan air.
- Kerikil (gravel)
Bentuk butir- butir kerikil itu bermacam- macam ada yang bulat, bulat telur dan ada yang pipih. Besar
butir- butirnya lebih dari 2 mm.
- Batuan beku
Batuan yang berasal dari magma yang mendingin dan membeku. Dibedakan atas, batuan beku luar
(extrusive igneous rock) dan batuan beku dalam (intrusive igneous rock).
- Batuan sedimen
Sedimen berasal dari campuran partikel mineral, sisa- sisa hewan dan tanaman.
Batuan sedimen yang dibentuk secara mekanik seperti breksi, konglomerat, batu pasir dan batu
lempung. Batuan ini banyak mengandung silica.
Batuan sedimen yang di bentuk secara organis seperti batu gamping, batu-bara, opal.
Batuan sedimen yang dibentuk secara kimiawi seperti batu gamping, garam, gips dan flint.
- Batuan metamorf
Berasal dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang mengalami proses perubahan bentuk akibat
adanya perubahan tekanan temperature dari kulit bumi.
- Agregat alam
Agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam atau dengan sedikit proses
pengolahan, dinamakan agregat alam.
Dua bentuk agregat alam yang sering dipergunakan yaitu: kerikil dan pasir.
Kerikil adalah agregat dengan ukuran partikel >¼ inch (6,35 mm), Pasir adalah agregat dengan
ukuran partikel < ¼ inch tetapi lebih besar dari 0,075 mm (saringan no.200).
Digunung- gunung atau di bukit- bukit sering ditemui agregat masih berbentuk batu gunung sehingga
diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai agregat konstruksi
perkerasan jalan.
Agregat ini harus melalui proses pemecahan terlebih dahulu supaya diperoleh:
Proses pemecahan agregat sebaiknya menggunakan mesin pemecah batu (Crusher stone) sehingga
ukuran partikel yang dihasilkan dapat terkontrol sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.
- Agregat buatan
Agregat yang merupakan mineral filler/ pengisi (partikel dengan ukuran <0,075>
Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua,pad temperature ruang berbentuk
padat sampai agak padat.jika dipanaskan sampai suatu temperature tertentu aspal dapat menjadi lunak
atau cair sehingga dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau dapat
masuk kedalam pori-pori yang ada pada penyemprotan atau penyiraman pada kekerasan macadam
ataupun peleburan.Jika temperature mulai turun,aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada
rempatnya (sifat termoplastis).
Jenis Aspal:
2. Aspal buatan
- Tar,merupakan hasil penyulingan batubara tidak umum digunakan untuk perkerasan jalan kara lebih
cepat mengeras,peka terhadap perubahan temperature dan beracun.
SIFAT ASPAL
1. Bahan pengikat,member ikatanyang kuat antara aspal dan agregat dan antara aspal itu sendiri
2. Bahan pengisi mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada dari agregat itu
sendiri.
A. Uraian Teknis
Terutama tentu kita akan mendapatkan gambar-gambar serta syarat-syarat dari pekerjaan itu
(spesifikasi) dan daerah yang akan diperkerjakan.
Survey kembali,dalam hal ini untuk menentukan titik dasar/pedoman ketinggian dari pekerjaan
selanjutnya, setelah ditetapkan dassar ini,maka selanjutnya dapat diteruskan membikin B.M (Benk
Mark) dan titik lainya C (center line),dan lain-lain.apabila telah selesai/deketahui hal-hal yang
diperlukan yang dilaksanakan surveyor/pengukuran baru dapat dimulai pekerjaan selanjutnya.
Galian- cut
Timbunan- fill
Kalau tanah dari galian akan dipergunakan untuk timbunan pertama- tama kita harus bersihkan dari
tumbuh- tumbuhan dan lapisan humusnya harus dibuang, tebal lapisan ini umumnya setebal 10- 30
cm pekerjaan ini disebut juga Top Soil Stripping. Dapat tidaknya tanah/ material galian ini dipakai
untuk timbunan akan dilakukan pengetesan oleh laboratorium. Jadi, dalam hal ini material itu boleh
dapat dipakai untuk timbunan setelah ada hasil atau ketetapan tertulis Dario laboratorium.
Teknik penggalian:
Setiap akan berhenti pekerjaan sedapat mungkin diusahakan kalau hujan datang air tidak tergenang.
Sebab, kalau sampai air tergenang mengakibatkan menyulitkan kerja dan selanjutnya akan
mempengaruhi mutu/klasifikasi dari material.
Materialnya:
Dapat dipakai dari hasil galian atau cut. Yang termasuk dalam rencana yang juga disebut Common
excavation atau material atau bahan galian yang didatangkan dari luuar daerah pekerjaan disebut
Borrow Excavation.
Jenis tanah:
- Tanah- clay
- Pasir – sand.
Cara pelaksanaan :
Setelah diketahui dengan pasti daerah yang dilaksanakan serta siap segala persiapan patok- patok dan
lain- lain (pengukuran/ surveyor) maka dapat dikerjakan pekerjaan sebagai berikut:
- Top Soil & Stripping- pembuangan humus- humus/ lapisan atas, akar- akar kayu dan umumnya
setebal 10-30 cm.
- Penimbunan dilaksanakan lapis demi lapis/ layer by layer setebal ± 20 cm dan didapatkan dibawah
1.00 dari sub-grade pengetesan(density test dapat dilaksanakan setiap 3 lapis, jadi setiap lapisnya
cukup dengan test proof rolling).
2. Sub-Base Course
Sesudah lapisan sub-grade ini betul- betul telah memenuhi syarat- syarat evalasi dan kepadatan kita
akan mulai pekerjaan sub-base course.
Terlebih dahulu kita tentukan lagi patok- patoknya. Untuk mencapai ketebalan yang dikehendaki.
Titik yang diperlukan minimum : 5 titik menurut potongan melintang (X – section) dan dengan jarak
maksimum 25 meter menurut potongan memanjang atau profil.
Cara pengamparan :
Setelah selesai pemasangan patok- patok untuk menentukan ketinggian/ ketebalannya maka kita
dapat mendatangkan material seb-base ini kelapangan. Patok- patok itu dipasang harus cukup kuat,
dan kita lindungi sekelilingnya dengan material sub-base tersebut ± ø 30 cm.
Cara pemadatan:
Prinsip pemadatan harus dimulai dari pinggir/ dari rendah ke tengah /tinggi.
Setelah kita ratakan permukaan dengan motor grader. Pemadatan pertama kita laksanakan dengan
road roller (MacAdam Roller atau Tandem Roller).
Selanjutnya dengan Tire Roller dimana sambil ikut memadatkan pada waktu/ keadaan memerlukan
sambil menyiram.
Untuk menyelesaikan pemadatan kita pakai sebaiknya Mac Adam Roller. Sudah cukup padat, melihat
dengan pandangan mata pertama kali (pengalaman). Sebelumnya meneruskan pekerjaan
selanjutnya mencetak elevasi (oleh surveyor) dan kepadatan. Density Test oleh Soil Material
Enginer/ Laboratorium.
Apabila sudah memenuhi syarat untuk hal kedua ini (elevasi dan kepadatannya) secara tertulis baru
dapat dilaksanakan pekerjaan berikutnya/ base course.
3. Base Course
Seperti yang diuraikan pada pekerjaan sub-base course pekerjaan base course prinsipnya sama saja.
Yaitu:
- Dipasang patok- patok untuk pedoman ketinggiannya (dalam arah melintang 5 titik dan arah
memanjang dengan jarak maksimal setiap 25 m) sesuai dengan station X-section.
- Dengan mengetahui volume dari truck, maka didapatkan setiap jarak tertentu volumenya yang
diperlukan.
- Sesudah tersedia dilapangan kerja dengan volume yang diperlukan barulah kita apreading/ampar
dan grading/ratakan, sesudah rata kelihatannya baru kita padatkan (pertama dengan Mac Adam
Roller atau Tandem Roller, dimana biasanya dapat dilihat mana yang rendah dan tinggi perlu kita
tambah/kurangi. Setelah kira-kira rata lagi baru selanjutnya kita padatkan pakai Tire Roller sambil
disiram.
Untuk finishing, lebih baik dipadatkan pakai Mac Adam Roller lagi.
- Setelah rata dan padat tentu dengan pengecekan oleh surveyor (Check level/permukaan) dan
kepadatannya oleh Soil Material Enginer (Density test) dengan data tertulis, baru pekerjaan
selanjutnya dilanjutkan ke pekerjaan Prime-Coat.
4. Prime Coat
Sebagai mana disebut diatas, apabila pekerjaan prime coat ini akan dilaksanakan, base coursenya
betul- betul sudah memenuhi syarat yang dikehendaki, baik ketinggiannya dan kepadatannya.
Permukaan harus bersih dari kotoran dan debu, serta kering. Alat untuk membersihkan adalah
kompresor, sapu lidi, dan karung goni, power brom, atau power blower.
Pemakaian alat-alat ini melihat pada keadaan dari kotoran/ debu yang melekat pada permukaan base-
course tersebut. Mungkin pada sapu lidi dan karung goni saja sudah cukup, dan adakalanya harus
dipakai kompresor dahulu baru dengan sapu dan karung goni, prinsip harus bersih dari debu dan
kotoran dan material yang terlepas harus dibuang.
Setelah ini selesai baru kita mempersiapkan untuk prime-coating yang dipersiapkan ialah alat- alatnya
(distributor kecil), dan alat penarik (Tire Roller) atau distributor (besar), juga disebut distributor- car
distributor. Tentu semua alat ini telah diperiksa baik dan berjalan lancar.
Untuk memenuhi banyaknya yang dikehendaki tentu sebelumnya melalui beberapa kali percobaan
dengan dasar pedoman dari yang sudah diketahui sebelumnya. Panas/temperature, kecapatan,
menentukan volume yang keluar, jarak nozel dengan permukaan base-course menentukan ratanya
disamping juga ikut menentukan volume tersebut.
Untuk pengontrolan mendapatkan volume yang dikehendaki itu, walaupun sudah ada
patokan/pedoman dasar selalu setiap pelaksanaan tenaga bahagian laboratorium (Soil Material
Engineer) harus hadir untuk mengecek dilapangan (cara timbangan). Sesudah selesai dengan
sempurna, dengan menunggu kering lebih dahulu baru pekerjaan selanjutnya/ asphalt concrete
dilaksanakan.
Umumnya sesudah ± 48 jam sudah cukup kering, dan asphalt concrete dilaksanakan.
Cepat dan lambatnya kering itu dipengaruhi oleh cuaca/panas matahari dan tebalnya lapisan dari
prime coat tersebut.
5. Asphalt Concrete
Sebagaimana yang telah diuraikan tadi, Asphalt- concrete baru dapat dilaksanakan apabila prime- coat
telah memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Sesudah kita mengetahui beberapa lebar jalan yang akan dilaksanakan kita pakai form (bentuk
atau mal)
Gunanya adalah :
b. Yang lebih penting sewaktu kita memadatkan asphalt concrete tidak lari/bergeser keluar daerah
yang kita perlukan.
Apabila area/daerah yang kita akan laksanakan tersebut sudah selesai/ memenuhi syarat kita akan
beralih pada alat- alatnya.
Pengamparan tebalnya sebelum dipadatkan biasanya diampar ± 25% dari tebal yang diperlukan.
Sebelum memulai pengamparan, finisher disetel/ diatur sedemikian rupa, supaya dapat asphalt
concrete yang kita perlukan.
Finisher itu dapat diatur untuk tebal dan kemiringan/slope yang kita perlukan.
Asphalt concrete dapat dipakai/diampar setelah sampai dilapangan harus utuh/ tidak basah (yang
mungkin dalam perjalanan ditimpa air hujan) dan panasnya memenuhi syarat (spesifikasi)Ump. ,
dengan adanya jarak lapangan kerja A.M.P (Produksi Asphalt Concrete) tentu aka nada penurunan/
perubahan panas. Dalam pengalaman setiap jarak ditempuh ± 1 jam perjalanan penurunan panas
adalah .
Pemadatan :
Sewaktu penghamparan mungkin saja terjadi pada tempat- tempat tertentu kurang rata, maka perlu
ditambah pengamparan cukup dengan tenaga manusia.
Memulai pemadatan dilaksanakan telah cukup tersedia areanya dan panas- panas/ temperature dari
asphalt concrete sesudah dihampar.
Sewaktu pemadatan roda roller harus disiram air secukupnya.
Cara pemadatan :
a. Apabila pertama ½ dari lebar jalan belum ada asphalt concrete pemadatannya dilakukan secara
berturut- turut sebagai berikut:
b. Apabila dibagian lain (½ jalan) sudah ada asphalt concretenya pemadatan dilaksanakan sebagai
berikut:
6) Pemadatan terakhir pun sama dengan pemadatan pertama dan kedua urutannya.
Sebagaimana diuraikan diatas, lapisan pengerasannya sama dengan pekerjaan kalau kita pakai asphalt
concrete, hanya lapisan aus (pavement) yang berlainan.
a. Prime-coat :
Sesudah base-course memenuhi syarat- syarat baik kepadatan dan kerataannya baru pekerjaan
Prime Coat(M.C. -1) dilaksanakan, dengan volume yang diperlukan, dengan volume yang diperlukan
Ump.: 0.6 kg/m2, setelah kering, yang memerlukan waktu ± 24 jam, tetapi kalau udara baik/ panas
dengan wakktu ± 5 jam sudah cukup kering.
b. Bituminous R.C-2:
Setelah prime-coat (M.C.-1) kering, lanjutkan dengan penyiraman asphalt (R.C.-2) lagi dengan
volume yang diperlukan Ump.:0,8 kg/m2.
c. Grading B.:
Selagi R.C.-2 ini masih dalam panas, segera diamparkan material batu pecah (grading B) dengan
volume yang diperlukan Ump. 27 kg/m2. Hasil amparan ini harus marata.
Sesudah merata dan cukup padat, lalu kita padatkan dengan tandem roller.
Pemadatan cukup satu kali jalan (mundur dan maju). Harus diingat bahwa pemadatan itu jangan
sampai material hancur.
d. Bituminous R.C-2
Selesai grading B dipadatkan dan sudah cukup rata, maka disiramkan lagi asphalt (R.C-2) dengan
volume yang diperlukan Ump. : 1,6 kg/m2.
e. Grading E.:
Selagi R.C-2 itu panas diampar lagi material batu pecah (grading E) dengan volume yang diperlukan
Ump.:9 kg/m2 dan dipadatkan.
Bituminous R.C-2 :
Sesudah grading E dipadatkan dan rata disiram lagi asphalt dengan volume yang diperlukan.
Pasir/Abu Batu:
Terakhir R.C-2 yang panas dihamparkan pasir dengan volume yang telah ditetapkan dan dipadatkan,
pemadatanya lebih baik pakai Tire-Roller.
BAB IV
Jenis-Jenis Perkerasan Jalan
STRUKTUR PERKERASAN
Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari
bawah ke atas,sebagai berikut :
PERKERASAN LENTUR
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya
dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi yang
berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang baik.
Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.
Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya daya dukung
tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan
di bawahnya.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan
beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain,
kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.
Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan bawahnya dan
melemahkan lapisan tersebut.
Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan di
bawahnya.
Apabila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus (wearing course) di atas lapis
permukaan tersebut.
Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah
masuknya air dan untuk memberikankekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Apis aus tidak
diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.
PERKERASAN KAKU
Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab)
beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar.
Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena
dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan
beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur
perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana
kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka
faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan
beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh
kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan, yaitu
antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainasi, kendali
terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja
(working platform) untuk pekerjaan konstruksi.
Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade reaction = k), menjadi modulus
reaksi gabungan (modulus of composite reaction).
Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah bersama air pada daerah
sambungan, retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal plat
beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat.
Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan dengan perkerasan lentur yang sudah
lama dikenal dan lebih sering digunakan, dilakukan berdasarkan keuntungan dan kerugian masing-
masing jenis perkerasan tersebut seperti dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat pelat beton dengan penebalan di bagian ujung /
pinggir untuk mengatasi kondisi tegangan struktural yang sangat tinggi akibat beban truk yang sering
lewat di bagian pinggir perkerasan.
Kemudian setelah efek pumping sering terjadi pada kebanyakan jalan raya dan jalan bebas
hambatan, banyak dibangun konstruksi pekerasan kaku yang lebih tebal yaitu antara 9 – 10 inch.
Guna mempelajari hubungan antara beban lalu-lintas dan perkerasan kaku, pada tahun 1949 di
Maryland USA telah dibangun Test Roads atau Jalan Uji dengan arahan dari Highway Research
Board, yaitu untuk mempelajari dan mencari hubungan antara beragam beban sumbu kendaraan
terhadap unjuk kerja perkerasan kaku.
Perkerasan beton pada jalan uji dibangun setebal potongan melintang 9 – 7 – 9 inch, jarak antara
siar susut 40 kaki, sedangkan jarak antara siar muai 120 kaki. Untuk sambungan memanjang
digunakan dowel berdiameter 3/4 inch dan berjarak 15 inch di bagian tengah. Perkerasan beton uji
ini diperkuat dengan wire mesh.
Tujuan dari program jalan uji ini adalah untuk mengetahui efek pembebanan relatif dan konfigurasi
tegangan pada perkerasan kaku. Beban yang digunakan adalah 18.000 lbs dan 22.400 pounds untuk
sumbu tunggal dan 32.000 serta 44.000 pounds pada sumbu ganda. Hasil yang paling penting dari
program uji ini adalah bahwa perkembangan retak pada pelat beton adalah karena terjadinya gejala
pumping. Tegangan dan lendutan yang diukur pada jalan uji adalah akibat adanya pumping.
Selain itu dikenal juga AASHO Road Test yang dibangun di Ottawa, Illinois pada tahun 1950. Salah
satu hasil yang paling penting dari penelitian pada jalan uji AASHO ini adalah mengenai indeks
pelayanan. Penemuan yang paling signifikan adalah adanya hubungan antara perubahan repetisi
beban terhadap perubahan tingkat pelayanan jalan. Pada jalan uji AASHO, tingkat pelayanan akhir
diasumsikan dengan angka 1,5 (tergantung juga kinerja perkerasan yang diharapkan), sedangkan
tingkat pelayanan awal selalu kuraBAB V
Aspal
adalah merupakan bahan bitumen yang telah digunakan sejak dulu, hingga saat sekarang aspal
dipakai untuk jenis-jenis pekerjaan perkerasan, atap, pipa dan lain-lain.
Macam-macam aspal antara lain :
Aspal Alam
sand asphalt
Yang akan di bahas adalah rock asphalt, yang terdapat di puau Buton. Jenis aspal itu juga sering
disebut BUTAS ( Buton Aspal ), terdapat pada batu-batu karang sehingga bercampur dengan kapur
(CaCo). Umumnya berupa susunan bahan 35 % bitumen, 60% bahan mineral, dan 5% bahan lainnya.
Proses terjadinya rock asphalt adalah terjadi pada daerah yang mengandung minyak bumi dan
aspal.Akibat terjadinya gerakan-gerakan pada lapisan kulit bumi menyebabkan terjadinya penurunan
atau retak-retak pada permukaan bumi.Dengan adanya tekanan dari bawah lapisan kulit bumi
menyebabkan keluarnya minyak bumi.Apabila tekanan yang tejadi besar, maka minyak bumi akan
keluar dengan aspal yang dikandungnya, akan tetapi sebaliknya, apabila tekanan itu lemah maka
minyak bumi akan merembes melalui retakan-retakan dan aaspal itu tertinggal. Pada proses
perjalanan minyak bumi tadi, akan melalui batuan-batuan yang sifatnya p[orous sehingga minyak
bumi yang mengandung aspal akan meresap pada lapisan batuan porous tersebut dan
terjadilah rock asphalt.
2 jenis aspal dari pulau Buton berdasarkan kadar bitumennya :
Kadar bitumen aspal > 20 %, = bisa langsung dipakai untuk mengaspal jalan
Aspal keras/ panas (asphalt cement, AC), adalah aspal yang digunakan dalam keadaan cair dan
panas. Aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan (temperatur ruang).
Aspal emulsi (emulsion asphalt) adalah aspal yang disediakan dalam bentuk emulsi, dapat digunakan
dalam keadaan dingin ataupun panas. Aspal emulsi dan cutback aspal umum digunakan pada
campuran dingin atau pada penyemprotan dingin.
Aspal dingin/ cair (cut back asphalt) adalah aspal yang digunakan dalam keadaan cair dan dingin
AC pen 200-300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200-300Persyaratan Aspal Keras / Aspal Cement
Aspal Emulsi
Aspal cement dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas atau lalu lintas dengan
volume tinggi, sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca
dingin atau lalu lintas dengan volume rendah. Di Indonesia pada umumnya dipergunakan aspal
semen dengan penetrasi 60-70 dan 80-100.
Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dalam bahan pengemulsi. Berdasarkan
muatan listrik yang dikandungnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas :
Kationik, disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang bermuatan arus listrik positif.
Anionik, disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang bermuatan negatif.c.
Nanionik, merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti tidak mengantarkan listrik.
Nanionik, merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti tidak mengantarkan listrik.