BAB III
METODA PERANCANGAN
ini adalah Metode Bina Marga. Meskipun pada dasarnya metode Bina Marga
dan AASHTO tidak berbeda karena sesungguhnya metode Bina Marga juga
perkerasan adalah metode AASHTO. Metode ini sudah dipakai secara umum di
dari metode AASHTO 1972 revisi 1981. Modifikasi ini dilakukan untuk
penyesuaian dengan kondisi alam, lingkungan Sifat tanah dasar, dan jenis lapis
III-1
Bab III Metoda Perancangan
Mulai
Hitung Kapasitas Jalan Tahun? Terjadi Kejenuhan Tentukan Nilai CBR (%) yang mewakili S
Hitung Nilai (LHR0) dan ESAL0 pada tahun pertama
Hitung
Pertumbuhan LL=0% padaNilai
saat(LHR)
VCR >dan ESAL sampai
1 Kondisi Akhir Umur Rencana (5, 10, 20 th)
LL Jenuh
Hitung Log (W18) atau Log (Total ESAL) Selama Umur Rencana
III-2
A
Bab III Metoda Perancangan
Dimana :
- W18 = Total ESAL (beban sumbu equivalen = 18 kip = 8.160 ton)
- ZR = Deviasi Standar Normal yang bergantung
pada nilai R (reliability)
- So = Standar error dari prediksi & performa Lalu
Lintas (Combined standar error of the traffic
prediction & performance prediction).
- MR = Modulus of resilient = 1500x CBR.
- PSI = Nilai pelayanan awal (po) Nilai
Pelayanan akhir (pt).
- SN = Nilai Struktur (in)
- SN1 = Nilai struktur perkerasan aspal
- SN2 = Nilai struktur (perk. Aspal + Lapis Pondasi Agregat A)
- SN3 = Nilai struktur (perk. Aspal+Agr. A+ Lapis Pondasi Bawah /Agr. B)
- a1 = Koefisien struktur Lapis Perkerasan Aspal
- a2 = Koefisien struktur Lapis Pondasi Agregat A
- a3 = Koefisien Lapis Agregat B dst ke bawah
- m2 = Koefisien Drainase Lapis Pondasi Agr. A
- m3 = Koefisien Drainase Lapis Pondasi Agr. B
- D1 = Tebal Perkerasan Aspal
- D2 = Tebal Lapis Pondasi Agr. A
- D3 = Tebal Lapis Pondasi Agr. B dst
Tentukan Koefisien Lapis Perkerasan Aspal (a1) :
- Gunakan Fig 2.5. AASHTO 1993
0.35
- atau rumus pendekatan a1 = 0.0285(MS) ..........................(4)
- MS = Marshall Stability (lb)
Tentukan Koefisien Lapis Pondasi Agr. A (a2) :
- Gunakan Fig. 2.6. AASHTO 1993.
- Atau Rumus pendekatan a2 = 0.249 (LogEBS) 0.977 .......(5a)
- EBS = Modulus of Relisient (MR) = -13231.786+9493.533ln(CBR)
- Atau rumus a2 = -0.062288+0.044965 ln(CBR) ... (5b)
Tentukan Koefisien Lapis Pondasi Agr. B (a3) :
- Gunakan Fig. 2.7. AASHTO 1993.
- Atau Rumus pendekatan a3 = 0.227 (LogESB) 0.839 .......(6a)
- ESB= MR = -588.164 + 4552.276 ln(CBR)
- Atau rumus a3 = 0.007276+0.029559 ln(CBR) ... (6b)
Tentukan MR Tanah Dasar = 1500 x CBR ............................. (7)
B
C
III-3
Bab III Metoda Perancangan
B
C
Hitung a1 pakai cara Grafik / Rumus (4):
a1 Lapis Aus / ACWC
a1 Lapis Perekat / ACBC
a1 Lapis pondasi Aspal / AC Base
Hitung
Naikkan tebal D1 pada ACBC atauNilai SN1 dengan Rumus (1):
AC Base
SN1 = a1 x D1
Masukkan ke dalam Rumus (1) sebagai SN dengan MR = MR agr. A
Ya
Ya
Hitung aTentukan
3 pakai Grafik
Tebal/ lapis
Rumus (3) dan
pondasi m3B=D0.8
Agr. 3 (in)
III-4
Bab III Metoda Perancangan
D
Ya
Perlu Timbunan
Pilihan
Tentukan tebal timbunan pilihan D4 (in) pakai Rumus (4) Modifikasi dari Rumus (3)
Ya
Tebal Desain Perkerasan Lentur:
ACWC
ACBC
Periksa Nilai TidakAC Base
CBR Tanah Dasar < 6 %? Agr. Base A
Agr. Base B
Timbunan pilihan
Di atas CBR Desain Tanah Dasar .......... %
Ya
Perlu Timbunan biasa
Tentukan tebal timbunan biasa D5 (in) pakai Rumus (4) Modifikasi dari RumusVolume
(3) Pekerjaan
Volume
Pekerjaa
Gambar 3.1 Perencanaan Tebal Perkerasan n
Biaya Marga)
Bagan Alir Prosedur Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan (Bina
Pekerjaa
n
III-5
Bab III Metoda Perancangan
START
Tidak
Ya
Beban Lalu Lintas pada Lajur Rencana :
LHR awal & akhir umur rencana
LEP beban LL pada awal Tentukan ITP1 Selama Tahap-1
Tentukan ITP1 Selama Umur Rencana
LEA beban LL pada akhir
LET beban LL pada tengah umur
Indeks Permukaan :
Awal IPo
Akhir IPt
Koefisien
Jenis material Yg ada Jenis Lapisan Kekuatan Relatif (a1, a2, a3 .)
Perkerasan
Tidak
IF
ITPa > ITP1 ITPa > P1+2
Ya
FINISH
III-6
Bab III Metoda Perancangan
Bagian perkerasan jalan umumnya meliputi : lapis pondasi bawah (sub base
course), lapis pondasi (base course), dan lapis permukaan (surface course).
dalam merencanakan tebal perkerasan lentur konstruksi jalan secara umum dan
dalam perencanaan.
Metodologi Perencanaan
Definisi
Faktor Regional FR
III-7
Bab III Metoda Perancangan
3.2.1.1 Definisi
Pada uraian definisi ini menjelaskan parameter dan notasi yang akan dipakai
Jalur Rencana adalah salah satu jalur lalu lintas dari suatu sistem jalan
raya, yang menampung lalu lintas terbesar. Umumnya jalur rencana adalah
salah satu jalur dari jalan raya dua jalur tepi luar dari jalan raya berjalur
banyak.
Umur Rencana (UR) adalah jumlah waktu dalam tahun dihitung sejak
jalan tersebut mulai dibuka sampai saat diperlukan perbaikan berat atau
kendaraan bermotor beroda 4 atau lebih yang dicatat selama 24 jam sehari
Angka Ekivalen (E) dari suatu beban sumbu kendaraan adalah angka
yang ditimbulkan oleh satu lintasan beban standar sumbu tunggal seberat
rata-rata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur
III-8
Bab III Metoda Perancangan
Lintas Ekivalen Akhir (LEA) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-
rata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana
Lintas Ekivalen Tengah (LET) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-
rata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana
lintas ekivalen sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) jalur rencana.
Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau
Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
permukaan dengan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila
lapis penutup.
Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) adalah suatu skala yang dipakai
tanah dasar.
III-9
Bab III Metoda Perancangan
konstruksi jalan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan
bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal keras dengan cara
disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis dan apabila akan
digunakan sebagai lapis permukaan perlu diberi laburan aspal dengan batu
penutup.
penutup bersifat non struktural yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi
2cm.
Penentuan tebal perkerasan dengan cara yang akan diuraikan disini hanya
(granular material, batu pecah) dan tidak berlaku untuk konstruksi perkerasan
Pavement)
III-10
Bab III Metoda Perancangan
dahulu Jumlah lajur dan Jalur rencana. Jalur rencana merupakan salah satu
jalur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya, yang menampung lalu lintas
terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas jalur, maka jumlah jalur
Tabel 3.1 Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan untuk Jalan umum
(pulang/pergi).
Koefisien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang
III-11
Bab III Metoda Perancangan
**) Berat total > 5 ton, misalnya, bus, truk, traktor, semi trailler, trailler.
selama umur rencana dan dipergunakan angka ekivalen pada kondisi akhir
umur rencana (pada keadaan indeks permukaan akhir umur rencana). Untuk
[
ESumbu tunggal =
beban sumbu tunggal(kg)
8160 ] .................... (1)
III-12
Bab III Metoda Perancangan
Dari Rumus diatas, maka Angka Ekivalen (E) masing-masing golongan beban
III-13
Bab III Metoda Perancangan
pada awal umur rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa
berikut:
j=n
LEA= LHR j (1+ i) x E j x C j
UR
j=1
j=n
LEA= LHR j (1+ i) x E j x C j
UR
j=1
LER = LET x FP
FP =UR/10
III-14
Bab III Metoda Perancangan
Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi antara
DDT dengan CBR (gambar 2.3). Harga CBR yang digunakan adalah harga
Jika digunakan CBR lapangan maka pengambilan contoh tanah dasar dilakukan
Sementara ini dianjurkan untuk mendasarkan daya dukung tanah dasar hanya
Cara-cara lain hanya digunakan bila telah disertai data-data yang dapat
R-value.
Harga yang mewakili dari sejumlah harga CBR yang dilaporkan, ditentukan
sebagai berikut:
b. Tentukan berapa banyak harga dari masing-masing nilai CBR yang sama
d. Dibuat grafik hubungan antara harga CBR dan persentase jumlah tersebut
III-15
Bab III Metoda Perancangan
e. Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka persentase 90%
Catatan:
Hubungkan nilai CBR dengan garis mendatar kesebelah kiri diperoleh nilai DDT.
- Segmen A4, nilai CBR berkisar antara 2.5 % hingga 40 % pada kedalaman
2 hingga 7 m
III-16
Bab III Metoda Perancangan
- Segmen B, nilai CBR berkisar antara 2,9% sampai dengan 5.90% pada
III-1
persentase kendaraan berat dan yang berhenti serta iklim (curah hujan)
sebagai berikut:
an I n II n III
% kendaraan berat % kendaraan berat % kendaraan berat
30 % > 30 % 30 % > 30 % 30 % > 30
Iklim I < 900 mm/th 0,5 1,0 1,5 1,0 1,5 - 2,0 1,5 2,0 %
Iklim II > 900 mm/th 1,5 2,0 -2,5 2,0 2,5 3,0 2,5 3,0
2
(Sumber : SKBI 2.3.26.1987 / SNI 03-1732-1989) 3
Catatan:
Tengah, dengan melihat kondisi iklim > 900 mm/tahun dan kelandaian
memanjang jalan (6 10)% serta persentase kendaraan berat > 30% maka
III-17
Bab III Metoda Perancangan
Indeks Permukaan ini menyatakan nilai dari pada kerataan / kehalusan serta
lintas yang lewat. Adapun beberapa nilai IP beserta artinya adalah seperti
mantap
IP = 2,5 : adalah menyatakan permukaan jalan yang masih cukup stabil dan baik
Dalam menentukan indeks permukaan (IP) pada akhir umur rencana, perlu
III-18
Bab III Metoda Perancangan
Catatan :
Pada proyek-proyek penunjang jalan, JAPAT / jalan murah dan padat atau jalan
darurat maka IP dapat diambil 1,0. Dalam hal ini untuk jalan tambang identik
permukaan.
Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo) perlu
kekokohan) pada awal umur rencana, menurut Tabel 2.6 di bawah ini:
III-19
Bab III Metoda Perancangan
aggregat klas-A tanpa lapis penutup aspal, kecuali di beberapa lokasi daerah
maka Indeks Permukaan pada awal umur rencana IPo 2,4 (Jalan aggregate
atau kerikil).
nilai Marshall Test (untuk bahan dengan aspal), kuat tekan (untuk bahan
yang distabilisasi dengan semen atau kapur), atau CBR (untuk bahan lapis
pondasi bawah). Jika alat Marshall Test tidak tersedia, maka kekuatan
(stabilitas) bahan beraspal bisa diukur dengan cara lain seperti Hveem Test,
menggunakan aggregat klas-A untuk base course dengan nilai CBR min 90 %
jadi memiliki koefisien kekuatan relatif (a2) = 0,14. Serta aggregate klas-B
untuk sub base course dengan nilai CBR min. 60 % jadi memiliki koefisien
III-20
Bab III Metoda Perancangan
Koefisien Kekuatan
Kekuatan Bahan
Relatif Jenis Bahan
A1 A2 A3 MS (Kg) Kt (Kg/cm) CBR (%)
0,40 - - 744 - -
0,35 - - 590 - -
Laston
0,35 - - 454 - -
0,30 - - 340 - -
0,35 - - 744 - -
0,31 - - 590 - -
Lasbutag
0,28 - - 454 - -
0,26 - - 340 - -
0,30 - - 340 - - HRA
0,26 - - 340 - - Aspalmakadam
0,25 - - - - - Lapen (mekanis)
0,20 - - - - - Lapen (manual)
- 0,28 - 590 - -
- 0,26 - 454 - - Laston Atas
- 0,24 - 340 - -
- 0,23 - - - - Lapen (Mekanis)
- 0,19 - - - - Lapen (manual)
- 0,15 - - 22 -
Stab. Tanah dengan semen
- 0,13 - - 28 -
- 0,15 - - 22 -
Stab. Tanah dengan kapur
- 0,13 - - 18 -
- 0,14 - - 100 - Batu pecah (kelas A)
- 0,13 - - 80 - Batu pecah (kelas B)
- 0,12 - - 60 - Batu pecah (kelas C)
- 0,13 - - 70 Sirtu/pitrun (kelas A)
- 0,12 - - 50 Sirtu/pitrun (kelas B)
- 0,11 - - 30 Sirtu/pitrun (kelas C)
- - 0,10 - - 20 Tanah/lempung kepasiran
III-21
Bab III Metoda Perancangan
Catatan:
improvement) jika hal tersebut akan dilakukan, maka kuat tekan stabilitas
tanah dengan semen diperiksa pada hari ke-7. Kuat tekan stabilitas tanah
10 Laston
1 (Sumber : SKBI 2.3.26.1987 / SNI 03-1732-1989)
15 Laston Atas
10 20 Batu pecah, stabilitas tanah dengan
12, semen,stabilitas tanah dengan kapur,
pondasimacadam,Lapen, Laston Atas
III-22
Bab III Metoda Perancangan
Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum lapisan atas
adalah 10 cm.
Parameter ini diperlukan jika ingin dilakukan perbaikan pada jalan existing yang
suatu jalan secara umum maupun untuk jalan tambang yang telah berfungsi.
Nomo
Lapisan Presentase
r
1 Lapis Permukaan :
Umumnya tidak retak, hanya sedikit deformasi pada
90 100%
jalur roda
Terlihat retak halus, sedikit deformasi pada jalur 70 90%
roda namun masih tetap stabil
Retak sedang, beberapa deformasi pada jalur roda, 50 70%
pada dasarnya masih menunjukkan kestabilan
Retak banyak, demikian juga deformasi pada jalur
30 50%
roda, menunjukkan gejala ketidakstabilan
2 Lapisan Pondasi :
a. Pondasi Aspal Beton atau Penetrasi 90 100%
MacadamUmumnya tidak retak
Terlihat retak halus, namun masih tetap stabil 70 90%
III-23
Bab III Metoda Perancangan
Nomo
Lapisan Presentase
r
b. Stabilisasi Tanah dengan Semen atau Kapur : Indek 70 100%
Plastisitas (Plasticity Index = PI) 10
c. Pondasi Macadam atau Batu Pecah :
80 100%
Indek Plastisitas (Plasticity Index = PI) 6
3 Lapisan Pondasi Bawah :
Indek plastisitas (Plasticity Index = PI) 6 90 100%
proyeksi volume lalu lintas pada awal operasi akan berbeda sangat
Pada desain jalan tambang PT. DBK, perlu dipertimbangkan tebal perkerasan
5,000,000 MTPA.
III-24
Bab III Metoda Perancangan
dinyatakan oleh ITP (Indeks Tebal Perkerasan), dengan rumus sebagai berikut
Dimana :
Angka 1, 2 dan 3 : masing-masing untuk lapis permukaan lapis pondasi dan lapis
pondasi bawah.
Berdasarkan hasil evaluasi awal konsep perkerasan, bisa ditarik beberapa konsep
III-25
Bab III Metoda Perancangan
akan riskan terhadap infiltrasi dari air hujan (yang merupakan faktor
atas agregat klas A dilapisi lagi dengan lapisan aus, yang berfungsi
sebagai lapis kedap air, atau jika tidak, minimal di atas agregat klas A
disemprot dengan lapis resap pengikat (prime coat) yang juga bisa
sementara.
struktur Perkerasan Jalan lentur (flexible pavement). Tabel 3.11 Adalah jadwal
III-26
Bab III Metoda Perancangan
Tabel 3.11. Jadwal Penelitian Desain Konstruksi Perkerasan Jalan Tambang Batu
Bara di Kalimantan Tengah PT. Daya Bumindo Karunia.
2017
Februari
No Kegiatan
Januari
Maret
April
Juni
Mei
1. Persiapan
2. Pembuatan Proposal
3. Seminar Proposal
4. Pengumpulan Data
6. Pembuatan laporan
7. Seminar Hasil
8. Sidang Akhir
III-27
Bab III Metoda Perancangan
DAFTAR PUSTAKA
Umum.
Utara.
5 United States Department of the Interior : Design of Small Dams, Oxford &
III-28