Anda di halaman 1dari 20

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA


BALAI BESAR PELAKSANAAN JALAN NASIONAL II

SPESIFIKASI KHUSUS-1 INTERIM


SEKSI 6.7
PEMELIHARAAN PERMUKAAN
JALAN DENGAN BUBUR ASPAL
EMULSI (SLURRY) DIMODIFIKASI
LATEX
A S PA L E M U L S I ( S L U R RY )
MODIFIKASI LATEX
Pelapisan dengan Bubur Aspal Emulsi (Slurry)
dimodifikasi Polimer terdiri dari campuran Aspal
emulsi yang dimodifikasi polimer, agregat, bahan
pengisi, air, dan bahan tambah
Takaran penghamparan campuran harus dipantau
dengan penghamparan diatas bidang pengujian
selebar 25 cm x 25 cm yang terbuat dari kertas resap
yang bagian bawahnya kedap yang beratnya
ditimbang sebelum & sesudah penghamparan
• Pengukuran takaran penghamparan campuran
minimum dilaksanakan pada 5 penampang
melintang yang berjarak sama harus dipasang 3
kertas resap yang berjarak sama
• Kertas tidak boleh dipasang dalam jarak kurang
dari 0,5 meter tepi bidang atau dalam jarak 10 m
dari titik awal penghamparan
• Tidak boleh berbeda lebih dari 5 persen dari
takaran sasaran
Pekerjaan hanya boleh dilaksanakan bila jalan
dalam kondisi permukaan kering diperkirakan
tidak akan terjadi hujan
Bubur aspal emulsi (slurry) dimodifikasi polimer
tidak boleh dilaksanakan bila :
• Setelah hujan dengan air masih menggenang pada
permukaan jalan.
• Bila diperkirakan akan hujan sebelum slurry benar-
benar mengering secara sempurna
B A H A N AG R E G AT
• Agregrat berkualitas tinggi

• Agregrat mengandung sedikitnya 50% volumen batu pecah

• LHR lebih besar dari 500 disyaratkan 100% batu pecah

Tabel SKh-1.6.7.2.(1) Persyaratan Mutu Agregat


No. Pengujian Metode Persyaratan

1. Keausan agregat dengan SNI 03-2417-1991 Maks 35 %


mesin abrasi Los Angeles

2. Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min 60 %


3. Kelekatan agregat SNI 03-2439-1991 Min 95%
terhadap aspal
4. Penyerapan air SNI 03-1970-1990 Maks 3%
5. Kekekalan bentuk agregat SNI 03-3407-1994 Maks 20 %
terhadap larutan natrium
dan magnesium sulfat
B A H A N AG R E G AT
Tabel SKh-1.6.7.2.(2) Gradasi Agregat
% Berat yang Lolos
Ukuran Ayakan
Tipe I Tipe II Tipe III
3/8 (9,5 mm) 100
¼ (6,25 mm) 100 85 – 95
No. 4 (4,75 mm) 100 85 – 95 70 – 90
No. 8 (2,36 mm) 85 – 95 65 – 90 45 – 70
No. 16 (1,18 mm) 60 – 85 45 – 70 28 – 50
No. 30 (600 ) 40 – 60 30 – 50 18 – 33
No. 50 (330 ) 25 – 45 18 – 35 12 – 25
No. 100 (150 ) 15 – 30 10 – 25 7 – 17
No. 200 (75) 12 - 20 7 - 15 5 - 10

• Tipe I : untuk pelaburan, pengisian rongga pada permukaan, perbaikan


erosi permukaan yang lebih parah atau akibat teroksidasi berat dan
untuk meningkatkan ketahanan gelincir
• Tipe II : memperbaiki kondisi permukaan yang terkelupas berat,
meningkatkan ketahanan gelincir jalan permukaan aus yang baru
dengan lali lintas padat
• Tipe III : memberikan tekstur makro yang lebih besar
BAHAN PENGISI (FILLER)

• Bahan Pengisi yang diperlukan : 0,5% - 3%


dari berat kering agregrat
• Bahan pengisi yang digunakan terdiri atas 2
jenis, aktif dan tidak aktif secara kimiawi.
Bahan pengisi yang aktif secara kimiawi
diantaranya semen portland, kapur TOHOR,
amonium sulfat, tidak aktif diantaranya abu
batu kapur, abu arang batu, dan abu batu
BAHAN AIR

Air harus diuji sesuai dan memenuhi


persyaratan SNI 03-6817-2002. Air dengan
kualitas dapat diminum boleh dipakai tanpa
pengujian menghasilkan kekentalan campuran
yang memadai
jenis emulsi yang digunakan:
1. Aspal Emulsi mutu SS-1h – memenuhi persyaratan SNI 03-6832-2002;
2. Aspal Emulsi mutu CSS-1h dan CQS-1h – memenuhi persyaratan SNI 03-
4798-1998.
CQS-1h ditetapkan di lapangan bilamana waktu penutupan lalu lintas sangat
terbatas
B A H A N L AT E X M O D I F I E R

Kadar latex adalah 1% - 3% berat Bitumen


dalam aspal emulsi yang disertifikasi oleh
pemasok emulsi dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, dan harus diaduk kedalam aspal
emulsi
B A H A N A S PA L E M U L S I YA N G
DIMODIFIKASI LATEX
Tabel SKh-1.6.7.2.(3) Persyaratan Mutu Aspal Emulsi
yang Dimodifikasi Latex
No. Pengujian Metode Persyaratan
1. Viskositas Aspal, SSF (detik) SNI 03-6721-2002 15 - 100
2. Sisa (residu) Minimum Destilasi (%) SNI 03-3642-1994 Min 60
3. Pengujian dari hasil pengujian
destilasi: SNI 06-2456-1991 40 – 80
- Penetrasi SNI 06-2434-1991 Min 48
- Titik Lembek (oC) SNI 06-2432-1991 Min 50
- Daktilitas (cm)
B A H A N TA M B A H

untuk mempercepat, memperlambat


setting sebagai bagian dari desain
campuran dicantumkan dalam desain
campuran
PROSEDUR RANCANGAN CAMPURAN

a. Dengan membuat dan menguji campuran percobaan


di laboratorium (JMD), juga dengan penghamparan
campuran percobaan yang telah dibuat (JMF).

b. Pengujian yang diperlukan meliputi analisa saringan


agregat, dan sifat lainnya seperti diminta oleh
Direksi Pekerjaan. Pengujian pada campuran
percobaan meliputi pengujian konsistensi,
pengujian waktu reaksi dan waktu pengeringan, dan
pengujian abrasi jalur basah.

c. Pengujian percobaan campuran laboratorium harus


dilaksanakan dalam beberapa langkah dasar pada
slide berikutnya:
PROSEDUR RANCANGAN CAMPURAN

a. Penentuan Proporsi Campuran Agregat


Tabel SKh-1.6.7.2.(2) semen portland sebagai bahan
pengisi, jumlah diijinkan berkisar 1% - 3%

b. Penentuan Kadar Residu Aspal Emulsi Dimodifikasi


Latex Perkiraan
Tabel SKh-1.6.7.2.(4)

c. Penentuan Kadar Air

d. Pengujian Waktu Pemantapan dan Waktu Perawatan


setting time dan curing time
PROSEDUR RANCANGAN CAMPURAN

Tabel SKh-1.6.7.2.(4) Persyaratan Campuran Slurry


Sifat – Sifat Campuran Tipe I Tipe II Tipe III
Min 5 8 11
Takaran Pemakaian (kg/m2)
Max 8 12 12

Kadar Residu Aspal Emulsi Min 7,50 6,50 5,50


Dimodifikasi Latex (%) Max 10,00 8,50 8,00

Min 0,50 0,50 0,50


Bahan Pengisi (%)
Max 2,00 2,00 2,00

Min 1,00 1,00 1,00


Kadar Latex (%)
Max 3,00 3,00 3,00

Kohesion (kg cm)


30 min Min 12 12 12
60 min Min 21 21 21
90 min Min 24 24 24

Abrasi Jalur Basah (gr/m2) Max 500 500 500


PERALATAN

a. Mesin Pencampur
Mesin yang digunakan harus dirancang
secara khusus dan dapat memproduksi
hamparan slurry seal.

b. Peralatan Penakaran

c. Peralatan Penghampar

d. Kalibrasi
P E N Y I A PA N P E L A K S A N A A N
PEKERJAAN

a. Lokasi percobaan Trial Section yang akan dihampar ditentukan


oleh Direksi Pekerjaan sebelum pelaksanaan dimulai

b. Segera sebelum penghamparan slurry, perkerasan harus


dibersihkan secara menyeluruh, terbebas dari material lepas,
tumbuhan, tanah dan material lainnya yang tidak diharapkan.
Setiap lobang, atau kerusakan lainnya harus diperbaiki
sebelum penghamparan slurry seal

c. Lapis Perekat (Prime Coat) : 0,22 – 0,44 ltr/m2


Bila diperlukan, Penyedia Jasa harus memberikan lapis
Perekat atau penutup kedua slurry seal pada perkerasan
beton. Apabila diperlukan lapis perekat, campurkan satu
bagian emulsi dengan tiga bagian air untuk lapis perekat
dengan menggunakan jenis aspal emulsi yang sama seperti
untuk yang dipakai pada slurry. 0,22 lt/m2 sampai 0,44 lt/m2
PELAKSANAAN PEKERJAAN

Bila kondisi memerlukan, maka


perkerasan harus disemprot dengan
kabut air didepan kotak penghampar.
Penyemprotan air 0,22 lt/m2 sampai 0,68
lt/m2.
PENGENDALIAN MUTU DAN
P E M E R I K S A A N D I L A PA N G A N

Pengambilan Contoh untuk Pengendalian Mutu


Campuran. Contoh yang perlu diambil untuk
pengujian harian:
i. Agregat dari penampung untuk gradasi
agregat
ii. Campuran agregat untuk penentuan gradasi
dengan cara pencucian
iii. Bahan aspal emulsi dimodifikasi latex
P E N G U K U R A N D A N P E M B AYA R A N

• Pengukuran Pekerjaan adalah meter persegi


yang terhampar di lapangan

• Kuantitas yang diterima tidak boleh meliputi


lokasi dengan takaran penghamparan kurang
dari yang dapat diterima atau setiap bagian
yang terkelupas. Lokasi dengan kadar aspal
yang tidak memenuhi ketentuan toleransi
tidak akan diterima untuk pembayaran
V I DE O S L U R RY S E A L

Anda mungkin juga menyukai