Anda di halaman 1dari 9

MODUL BETON 2

PENGAMBILAN CONTOH DAN PENGUJIAN (SLUMP)


BETON SEGAR

A. Definisi Slump Beton dan Slump Test

Besaran kekentalan (viscosity) / plastisitas dan kohesif dari beton segar.

Slump test adalah sebuah ukuran konsistensi (workabilitas) beton sekaligus sebuah cara
sederhana untuk memastikan bahwa beton di lapangan uniform. Test yang layak harus
dilakukan setiap hari untuk memastikan keseragaman beton tetap terjaga.

Variasi dalam kadar air beton biasanya menghasilkan variasi dalam kekuatan beton. Faktor
lain yang dapat mempengaruhi slump adalah gradasi, bentuk partikel agregat dan kadar
semen dalam beton.

Slump yang konsisten biasanya berarti bahwa beton tetap ’under control’. Jika hasil
pengujian menunjukkan variasi, berarti ada kadar material beton yang berubah dan biasanya
adalah air.

B. Metode Pengambilan Contoh Beton Segar SK SNI M-26-1990-F

SK SNI M-26-1990-F : Standar Metode Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton Segar,
menyebutkan bahwa pengambilan contoh beton segar akan digunakan untuk pengujian
slump dan pembuatan benda uji. Pembuatan Benda Uji akan dijelaskan dalam Modul Beton
3 : Pembuatan Benda Uji Beton.

Definisi beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai beberapa
saat karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum terjadi pengikatan).

Metode pengambilan beton segar dibagi menjadi :

1. Pengambilan contoh beton segar dari talang, conveyor atau bejana aduk berjalan
Pengambilan dari alat-alat ini biasanya kurang memuaskan, tetapi jika tetap harus
dilakukan maka harus hati-hati dan diambil dari seluruh potongan lintang secara penuh
dari aliran.

Pengambilan contoh dari bejana aduk yang berjalan juga kurang baik karena beton
biasanya mengalami pemisahan kerikil. Bila adukan beton dijatuhkan dari mesin aduk ke
bejana angkut, pengambilan harus dilakukan dari lubang/pintu geser yang ada di tengah-
tengah tinggi bejana.

2. Pengambilan contoh beton segar dari bejana aduk


Pengambilan dilakukan dengan memakai sekop dari beberapa titik di dalam bejana aduk
setelah pengadukan selesai lalu dicampurkan.

3. Pengambilan contoh beton segar dari truk aduk


Beton contoh diambil sebanyak tiga kali atau lebih dalam selang waktu ketika
penumpahan beton segar dari dalam bejana truk aduk. Tetapi jangan mengambil contoh
adukan pada saat paling awal atau paling akhir penuangan , karena beton yang diambil
pada saat ini bisa saja tidak representatif.
Contoh-contoh tersebut digabungkan dan diaduk rata dengan sekop atau cangkul. Selisih
waktu antara pengambilan pertama adukan selesainya pengadukan contoh-contoh adukan
tidak boleh lebih dari 15 menit. Pengujian slump paling lambat 5 menit setelah selesainya
pengadukan contoh sedangkan pembuatan silinder contoh paling lambat 15 menit sejak
selesainya pengadukan contoh. Contoh benda uji harus dibuat secepat mungkin dan dijaga
dari pengaruh sinar matahari, angin, dan pengaruh lain yang mempercepat penguapan.

Volume beton segar yang diambil tegantung pada keperluan, lihat tabel dibawah ini sebagai
referensi. Pemisahan contoh harus dilakukan, misalnya untuk pemeriksaan slump, berat
jenis dan untuk dicetak menjadi benda uji.

Tabel 1. Jumlah pengambilan contoh beton segar (SK SNI M-26-1990-F)


No Macam Pengujian Volume Contoh (Liter)
1. Slump 8
2. Berat Jenis 6
3. Kadar Udara 9
4. Uji Kuat Tekan (3 contoh) 28
5. Uji Kuat Lentur (3 contoh) 28
6. Uji Kuat Tarik (3 contoh) 28
7. Uji Modulus Elastisitas (3 contoh) 28

Untuk beton normal dengan ukuran butir agregat maksimum sampai dengan 40 mm,
pengujian slump dan pembuatan silinder dapat langsung dilakukan. Khusus untuk beton
massa, yang menggunakan ukuran kerikil lebih dari 40 mm (yaitu 75 mm dan 150 mm),
maka contoh adukan beton harus diayak dulu dengan cara pengayakan adukan basah (wet
screening) dengan ayakan lubang 40 mm. Besar butir maksimum didalam contoh adukan
tidak boleh melebihi ¼ (seperempat) ukuran terkecil benda uji. Pengayakan adukan beton
basah dilakukan dengan peralatan ayakan basah serta mesin penggetar yang dapat
bergoyang secara cepat baik manual maupun mekanis.

C. Prosedur Slump Test Adukan Beton Normal Menurut SK SNI M-12-1989-F

1. Peralatan
ƒ Standard Slump Cone
Cetakan dari logam setebal minimal 1.2 mm berupa kerucut terpancung dengan
diameter bagian bawah 203 mm, bagian atas 102 mm dan tinggi 305 mm. Bagian
bawah dan atas cetakan terbuka
ƒ Tongkat Pemadat
Diameter 16 mm dan panjang 600 mm, dibuat dari baja yang bersih dan bebas karat
dengan ujung dibulatkan
ƒ Pelat Logam
Permukaan kokoh, rata dan kedap air
ƒ Sendok Cekung tidak menyerap air
ƒ Mistar Ukur

2. Benda Uji
Pengambilan benda uji harus dari contoh beton segar yang mewakili campuran beton.
Lihat Subbab B diatas.

3. Cara Pengujian
a. Basahilah cetakan dan pelat dengan kain basah
b. Letakkan cetakan diatas pelat dengan kokoh
c. Isilah cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapis, tiap lapis berisi kira-
kira 1/3 isi cetakan, setiap lapis ditusuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 tusukan
secara merata, tongkat harus masuk sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan,
pada lapisan pertama, penusukan bagian tepi tongkat dimiringkan sesuai dengan
kemiringan cetakan
d. Segera setelah selesai penusukan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat dan
semua sisa benda uji yang jatuh disekitar cetakan harus disingkirkan, kemudian
cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus keatas, seluruh pengujian mulai dari
pengisian sampai cetakan diangkat harus selesai dalam jangka waktu 2.5 menit
e. Balikkan cetakan dan letakkan perlahan-lahan disamping benda uji, ukurlah slump
yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi rata-rata
benda uji

4. Pengukuran Slump
Pengukuran slump harus segera dilakukan dengan mengukur tegak lurus antara tepi atas
cetakan dengan tinggi rata-rata benda uji, untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti
dilakukan dua kali pemeriksaan dengan adukan yang sama dan dilaporkan hasil rata-
rata.

Australian Standard AS 1012 Part 3 menganjurkan agar pembacaan hasil slump


dibulatkan hingga 5 mm terdekat untuk slump hingga 80 mm dan hingga 10 mm untuk
slump lebih besar dari 80 mm. Dan jika material runtuh secara lateral atau geser, test
harus diulangi dan jika setelah diulangi tetap gagal juga, nilai slump harus di-record
dengan pemberian catatan khusus.

5. Laporan
Laporan slump dalam satuan cm

Gambar 1. Peralatan Slump Test


Gambar 2. Dimensi Standard Slump Cone

Gambar 3. Pengisian Slump Test Cone Gambar 4. Penusukan sebanyak 25 Kali


untuk Tiap Lapis Penuangan
Gambar 5. Perataan Benda Uji Gambar 6. Pengangkatan Cetakan Secara
Hati-hati dan Tegak Lurus

SLUMP

Slump yang Benar Slump Geser

Slump Runtuh
(Terlalu Cair)

Gambar 8. Kemungkinan Bentuk Slump

Gambar 7. Pengukuran Slump


D. Pengujian Slump dengan Cara Khusus

Pada adukan beton-beton khusus seperti Flowable Concrete atau Self-Compacting Concrete
(SCC), slump tidak diukur dengan prosedur seperti adukan beton normal, tetapi dengan
mekanisme tersendiri. Selain itu, terdapat pula cara pengujian secara otomatis dengan alat
tertentu. Beberapa diantaranya dijelaskan sebagai berikut.

1. K-Slump Tester
Merupakan alat yang digunakan untuk menguji workabilitas beton segar dan derajat
kepadatan beton di dalam cetakan/formwork. Peralatan ini dapat digunakan untuk
pengukuran setempat (in-place) untuk beton didalam test mould dan cetakan dan dapat
dikorelasikan dengan slump test standard. Alat ini menjadikan pengetesan slump beton
lebih mudah, ekonomis dan mempercepat waktu pengujian. Tidak memerlukan kalibrasi
secara khusus. Berat alat ± 450 g.

Gambar 9. K-Slump Tester


2. Vebe Time (Vibro Consistometer)
Merupakan variasi pengujian slump mekanis untuk menguji adukan beton dengan
workabilitas yang rendah dan sangat rendah. Pengujian ini didasarkan pada prinsip
menggetarkan beton setelah penarikan slump cone. Perlatan dipasang pada meja getar
kecil yang dioperasikan dengan amplitudo dan frekuensi yang tetap. Waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan getaran memberikan indikasi workabilitas beton.
Peralatan ini terdiri dari meja getar, container, slump cone, tongkat pemadat dan pelat.
Biasanya digerakkan secara elektric dengan spesifikasi 220-240 V AC, 50 Hz, 1 ph.

Gambar 10. Vibro Consistometer

3. Slump Flow
Variasi pengujian untuk adukan beton dengan workabilitas yang tinggi dan sangat tinggi,
misalnya Flowable Concrete dan Self-Compacting Concrete (Lebih lanjut tentang SCC,
dapat dilihat pada Buku Pedoman Beton PT Wijaya Karya, Bagian 6 : Pengenalan Self-
Compacting Concrete). Test ini menentukan indeks aliran melalui cara aritmetik dengan
mengukur diameter specimen yang diuji diatas flow table.

Slump flow juga mengindikasikan kekentalan adukan dengan cara mengukur kecepatan
alir. Pengukuran T500 ketika mengadakan pengujian slump-flow dapat menjadi sebuah
cara untuk memastikan keseragaman SCC dari batch satu ke batch lainnya. T500 adalah
waktu yang diperlukan oleh adukan SCC pada saat pengujian slump-flow untuk
menyebar hingga diameter rata-rata 500 mm tanpa mengalami segregasi.

Peralatan terdiri dari :


ƒ Cetakan
ƒ Flow Table
ƒ Penumbuk kayu
ƒ Meteran atau Mistar ukur
ƒ Float atau raskam
ƒ Stopwatch
Gambar 11. Peralatan Uji Slump Flow

Gambar 12. Slump Flow Test

Gambar 13. Dimensi Base Plate atau Flow Table (mm)


Dibawah ini adalah contoh nilai slump flow dan penggunaannya dalam struktur.

Tabel 2 Klasifikasi Slump-flow dan Aplikasinya*


Kategori Nilai Slump-flow (mm) Rentang Aplikasi di Lapangan
• Struktur beton tanpa tulangan/sedikit tulangan, misal:
slab lantai
• Pengecoran dengan sistem injeksi pompa, misal: lapis
terowongan
SF1 550-650
• Bagian yang cukup kecil untuk mencegah aliran
horisontal yang terlalu panjang, misal: pile dan beberapa
jenis pondasi dalam

Cocok untuk hampir semua penggunaan dengan kondisi


SF2 660-750 normal, misal: tembok, kolom

Biasanya dibuat dengan ukuran agregat maksimum yang


kecil (kurang dari 16 mm) dan digunakan pada:
• Pengecoran vertikal dengan struktur tulangan yang rapat
• Struktur dengan bentuk yang rumit
SF3 760-850 • Pengisian formwork dengan posisi yang sulit
SCC dengan nilai slump ini memberikan hasil akhir yang
lebih baik daripada kriteria kedua untuk pengecoran vertikal
secara normal tapi daya tahan segregasinya lebih sulit di
kontrol
*(The European Guidelines for SCC, May 2005)

Untuk kasus-kasus khusus yang memerlukan slump lebih tinggi daripada 850 mm,
pengawasan harus diberikan untuk mencegah segregasi dan ukuran maksimum agregat
sebaiknya kurang dari 12 mm.

Anda mungkin juga menyukai