Slump test adalah sebuah ukuran konsistensi (workabilitas) beton sekaligus sebuah cara
sederhana untuk memastikan bahwa beton di lapangan uniform. Test yang layak harus
dilakukan setiap hari untuk memastikan keseragaman beton tetap terjaga.
Variasi dalam kadar air beton biasanya menghasilkan variasi dalam kekuatan beton. Faktor
lain yang dapat mempengaruhi slump adalah gradasi, bentuk partikel agregat dan kadar
semen dalam beton.
Slump yang konsisten biasanya berarti bahwa beton tetap ’under control’. Jika hasil
pengujian menunjukkan variasi, berarti ada kadar material beton yang berubah dan biasanya
adalah air.
SK SNI M-26-1990-F : Standar Metode Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton Segar,
menyebutkan bahwa pengambilan contoh beton segar akan digunakan untuk pengujian
slump dan pembuatan benda uji. Pembuatan Benda Uji akan dijelaskan dalam Modul Beton
3 : Pembuatan Benda Uji Beton.
Definisi beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai beberapa
saat karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum terjadi pengikatan).
1. Pengambilan contoh beton segar dari talang, conveyor atau bejana aduk berjalan
Pengambilan dari alat-alat ini biasanya kurang memuaskan, tetapi jika tetap harus
dilakukan maka harus hati-hati dan diambil dari seluruh potongan lintang secara penuh
dari aliran.
Pengambilan contoh dari bejana aduk yang berjalan juga kurang baik karena beton
biasanya mengalami pemisahan kerikil. Bila adukan beton dijatuhkan dari mesin aduk ke
bejana angkut, pengambilan harus dilakukan dari lubang/pintu geser yang ada di tengah-
tengah tinggi bejana.
Volume beton segar yang diambil tegantung pada keperluan, lihat tabel dibawah ini sebagai
referensi. Pemisahan contoh harus dilakukan, misalnya untuk pemeriksaan slump, berat
jenis dan untuk dicetak menjadi benda uji.
Untuk beton normal dengan ukuran butir agregat maksimum sampai dengan 40 mm,
pengujian slump dan pembuatan silinder dapat langsung dilakukan. Khusus untuk beton
massa, yang menggunakan ukuran kerikil lebih dari 40 mm (yaitu 75 mm dan 150 mm),
maka contoh adukan beton harus diayak dulu dengan cara pengayakan adukan basah (wet
screening) dengan ayakan lubang 40 mm. Besar butir maksimum didalam contoh adukan
tidak boleh melebihi ¼ (seperempat) ukuran terkecil benda uji. Pengayakan adukan beton
basah dilakukan dengan peralatan ayakan basah serta mesin penggetar yang dapat
bergoyang secara cepat baik manual maupun mekanis.
1. Peralatan
Standard Slump Cone
Cetakan dari logam setebal minimal 1.2 mm berupa kerucut terpancung dengan
diameter bagian bawah 203 mm, bagian atas 102 mm dan tinggi 305 mm. Bagian
bawah dan atas cetakan terbuka
Tongkat Pemadat
Diameter 16 mm dan panjang 600 mm, dibuat dari baja yang bersih dan bebas karat
dengan ujung dibulatkan
Pelat Logam
Permukaan kokoh, rata dan kedap air
Sendok Cekung tidak menyerap air
Mistar Ukur
2. Benda Uji
Pengambilan benda uji harus dari contoh beton segar yang mewakili campuran beton.
Lihat Subbab B diatas.
3. Cara Pengujian
a. Basahilah cetakan dan pelat dengan kain basah
b. Letakkan cetakan diatas pelat dengan kokoh
c. Isilah cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapis, tiap lapis berisi kira-
kira 1/3 isi cetakan, setiap lapis ditusuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 tusukan
secara merata, tongkat harus masuk sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan,
pada lapisan pertama, penusukan bagian tepi tongkat dimiringkan sesuai dengan
kemiringan cetakan
d. Segera setelah selesai penusukan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat dan
semua sisa benda uji yang jatuh disekitar cetakan harus disingkirkan, kemudian
cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus keatas, seluruh pengujian mulai dari
pengisian sampai cetakan diangkat harus selesai dalam jangka waktu 2.5 menit
e. Balikkan cetakan dan letakkan perlahan-lahan disamping benda uji, ukurlah slump
yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi rata-rata
benda uji
4. Pengukuran Slump
Pengukuran slump harus segera dilakukan dengan mengukur tegak lurus antara tepi atas
cetakan dengan tinggi rata-rata benda uji, untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti
dilakukan dua kali pemeriksaan dengan adukan yang sama dan dilaporkan hasil rata-
rata.
5. Laporan
Laporan slump dalam satuan cm
SLUMP
Slump Runtuh
(Terlalu Cair)
Pada adukan beton-beton khusus seperti Flowable Concrete atau Self-Compacting Concrete
(SCC), slump tidak diukur dengan prosedur seperti adukan beton normal, tetapi dengan
mekanisme tersendiri. Selain itu, terdapat pula cara pengujian secara otomatis dengan alat
tertentu. Beberapa diantaranya dijelaskan sebagai berikut.
1. K-Slump Tester
Merupakan alat yang digunakan untuk menguji workabilitas beton segar dan derajat
kepadatan beton di dalam cetakan/formwork. Peralatan ini dapat digunakan untuk
pengukuran setempat (in-place) untuk beton didalam test mould dan cetakan dan dapat
dikorelasikan dengan slump test standard. Alat ini menjadikan pengetesan slump beton
lebih mudah, ekonomis dan mempercepat waktu pengujian. Tidak memerlukan kalibrasi
secara khusus. Berat alat ± 450 g.
3. Slump Flow
Variasi pengujian untuk adukan beton dengan workabilitas yang tinggi dan sangat tinggi,
misalnya Flowable Concrete dan Self-Compacting Concrete (Lebih lanjut tentang SCC,
dapat dilihat pada Buku Pedoman Beton PT Wijaya Karya, Bagian 6 : Pengenalan Self-
Compacting Concrete). Test ini menentukan indeks aliran melalui cara aritmetik dengan
mengukur diameter specimen yang diuji diatas flow table.
Slump flow juga mengindikasikan kekentalan adukan dengan cara mengukur kecepatan
alir. Pengukuran T500 ketika mengadakan pengujian slump-flow dapat menjadi sebuah
cara untuk memastikan keseragaman SCC dari batch satu ke batch lainnya. T500 adalah
waktu yang diperlukan oleh adukan SCC pada saat pengujian slump-flow untuk
menyebar hingga diameter rata-rata 500 mm tanpa mengalami segregasi.
Untuk kasus-kasus khusus yang memerlukan slump lebih tinggi daripada 850 mm,
pengawasan harus diberikan untuk mencegah segregasi dan ukuran maksimum agregat
sebaiknya kurang dari 12 mm.