Anda di halaman 1dari 31

PRAKTEK

TEKNOLOGI BETON

PRAKTEK
NONDESTRUCTIVE
TEST DAN EVALUASI
I.

II. Dibuat oleh Kelompok


III. [NIM – Nama1]
IV. [NIM – Nama1]
V. [NIM – Nama1]
VI. [NIM – Nama1]
VII. [NIM – Nama1]

VIII.

IX.

X. PROGRAM STUDI D3 TEKNIK SIPIL


XI. FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS NEGERI
JAKARTA
XII. 2021
KATA PENGANTAR

[Maksimum 1 halaman]

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar______________________________________________________________i
Daftar Isi__________________________________________________________________ii
BAB I Dasar Teori____________________________________________________________1
A. Pengujian Tidak Merusak (Non-Destructive Test)__________________________________1
1. Kebutuhan Pengujian dan Aplikasi__________________________________________________1
2. Pengujian NDT dengan Hummer Test________________________________________________3
3. Aplikasi NDT dengan “Hammer test”________________________________________________4
4. Kelebihan dan Kekurangan “Hammer test”___________________________________________6
5. Kalibrasi Alat___________________________________________________________________6
6. Spesifikasi Rebound Hammer______________________________________________________6
7. Jumlah Lokasi Pengujian NDT dengan Hummer Test____________________________________9
B. Evaluasi Kuat Tekan Beton___________________________________________________10
BAB II Materi Praktek________________________________________________________1
A. Pengujian Tidak Merusak Menggunakan Hammer Test_____________________________1
1. Peralatan______________________________________________________________________1
2. Prosedur Pelaksanaan____________________________________________________________2
3. Hitungan______________________________________________________________________2
4. Laporan Pengujian Hammer Test___________________________________________________3
5. Dokumentasi Pengujian Hammer Test_______________________________________________7
B. Evaluasi Pekerjaan Beton_____________________________________________________8
1. Prosedur Pelaksanaan Evaluasi_____________________________________________________8
2. Hitungan Evaluasi_______________________________________________________________8
3. Laporan Evaluasi Kuat Tekan Beton Hasil Uji NDT_____________________________________13
4. Contoh hitungan_______________________________________________________________15

BAB III Analisis dan Pembahasan______________________________________________16


BAB IV Kesimpulan dan Saran________________________________________________17
Daftar Pustaka_____________________________________________________________18

ii
BAB I

DASAR TEORI

A. Pengujian Tidak Merusak (Non-Destructive Test)

Metode Non-Destructive Test/NDT adalah salah satu metode pengujian beton yang
tidak berusak dengan menggunakan alat hammer. Hammer test yaitu suatu alat
pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton. Disamping itu dengan menggunakan
metode ini akan diperoleh cukup banyak data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya
yang murah.

Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban intact


(utuh/undamaged) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang
diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul
dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat
memberikan indikasi kekerasan setelah dikalibrasi (ASTM C 805-18, 2018). Alat pengujian ini
adalah jenis “Rebound Hammer” yang berguna untuk mengetahui keseragaman material
beton pada struktur. Karena kesederhanaannya, pengujian dengan menggunakan alat ini
sangat cepat, sehingga dapat mencakup area pengujian yang luas dalam waktu yang singkat.

1. Kebutuhan Pengujian dan Aplikasi

Metode pengujian tidak merusak atau Nondestructive Testing (NDT) digunakan


untuk menentukan sifat beton dan untuk mengevaluasi kondisi beton pada pondasi dalam,
jembatan, gedung, perkerasan, bendungan, dan konstruksi beton lainnya. Meskipun
pengujian coring (beton inti) dan pengujian beban langsung dapat dianggap tidak merusak,
pengujian tersebut akan sedikit menyebabkan kerusakan. Metode NDT diterapkan pada
konstruksi beton karena empat alasan utama (ACI 228.2R-13, 2013):

a. Kontrol kualitas konstruksi baru,


b. Pemecahan masalah dengan konstruksi baru dan lama.
c. Evaluasi kondisi beton lama untuk tujuan rehabilitasi
d. Jaminan kualitas perbaikan beton
Teknologi NDT berkembang, dan penelitian terus menyempurnakan metode yang
ada dan mengembangkan metode baru. Prinsip-prinsip berbagai metode NDT yang
1
dipraktikkan dan untuk meringkas aplikasi dan keterbatasannya tertuang dalam (ACI 228.2R-
13, 2013). Penekanan ditempatkan pada metode yang telah diterapkan untuk mengukur
sifat fisik selain kekuatan beton dalam struktur, untuk mendeteksi cacat atau diskontinuitas,
dan untuk menyediakan data untuk kondisi struktur yang evaluasi.

Metode pengujian tak rusak (Nondestructive testing/NDT) semakin banyak


diterapkan untuk penyelidikan struktur beton. Peningkatan penerapan metode NDT ini
disebabkan oleh beberapa factor (ACI 228.2R-13, 2013):

a. Peningkatan teknologi pada perangkat keras dan perangkat lunak untuk


pengumpulan dan analisis data,
b. Keuntungan ekonomi dalam menilai beton dengan volume besar dibandingkan
dengan metode lain,
c. Kemampuan untuk melakukannya dengan cepat, dan penilaian secara
komprehensif dari konstruksi yang ada,
d. Spesifikasi metode NDT untuk jaminan kualitas pondasi dalam dan perbaikan beton

Peningkatan penggunaan metode NDT terjadi meskipun kurangnya standar


pengujian untuk banyak metode. Pengembangan standar pengujian sangat penting untuk
aplikasi yang tepat dan perluasan penggunaan metode NDT untuk evaluasi konstruksi beton.
Secara tradisional, jaminan kualitas konstruksi beton sebagian besar telah dilakukan dengan
inspeksi visual dari proses konstruksi dan dengan pengambilan sampel beton untuk
melakukan tes standar pada spesimen beton segar dan mengeras. Pendekatan ini tidak
memberikan data tentang sifat-sifat beton di tempat.

Metode NDT menawarkan keuntungan memberikan informasi tentang sifat-sifat


beton yang mengeras di tempat, seperti konstanta elastis, densitas, resistivitas, kadar air,
dan karakteristik transportasi fluida. Penilaian kondisi beton untuk keperluan evaluasi
struktur sebagian besar dilakukan dengan pemeriksaan visual, coring (pepengambilan
contoh uji beton inti), dan surface sounding, yang mengacu pada pemukulan permukaan
benda dan memahami karakteristik pantulan yang dihasilkan.

Penilaian kondisi digunakan untuk memeriksa kondisi beton didalamnyal dan untuk
mendapatkan benda uji untuk pengujian. Pendekatan ini membatasi area beton yang dapat
diselidiki secara efektif. Beberapa coring mungkin diperlukan untuk tujuan kalibrasi,

2
terutama jika kekuatan beton diperlukan. Beton Inti juga menyebabkan kerusakan lokal dan
membatasi informasi ke lokasi inti karena pengeboran untuk mendapatkan beton ini.
Penilaian kondisi dapat dilakukan dengan metode NDT untuk memberikan informasi penting
untuk kinerja struktural beton, (ACI 228.2R-13, 2013) seperti:

a) Dimensi elemen,
b) Lokasi retak, delaminasi, dan debonding,
c) Tingkat konsolidasi, keberadaan rongga, dan sarang lebah (rongga)
d) Lokasi dan ukuran tulangan baja
e) Aktivitas korosi tulangan
f) Tingkat kerusakan akibat pembekuan dan pencairan, kebakaran, atau paparan
bahan kimia,
g) Kekuatan beton.

2. Pengujian NDT dengan Hummer Test

Metode pengujian ini dapat diterapkan untuk menilai keseragaman beton di tempat,
untuk menggambarkan daerah dalam struktur dengan kualitas buruk atau beton yang rusak,
dan untuk memperkirakan perkembangan kekuatan di tempat atau pekerjaan konstruksi
(ASTM C 805-18, 2018). Menggunakan metode pengujian ini, diperlukan hubungan antara
kekuatan dan angka pantul untuk memperkirakan kekuatan. Hubungan harus dibuat untuk
campuran beton tertentu dan peralatan tertentu. Hubungan harus ditetapkan pada rentang
kekuatan beton yang diinginkan. Untuk memperkirakan kekuatan selama konstruksi,
tetapkan hubungan dengan melakukan uji angka pantul pada benda uji yang dicetak dan
ukur kekuatan benda uji yang sama atau benda uji yang dicetak bersama. Jumlah pantul
tergantung pada energi kinetik di palu sebelum tumbukan dengan pendorong dan jumlah
energi yang diserap selama tumbukan. Sebagian energi diserap gesekan mekanis dalam
instrumen, dan sebagian energi diserap dalam interaksi plunger dengan beton (ACI 228.1R-
19, 2019).

Metode pengujian NDT dengan hummer test sesuai Standard Test Method for
Rebound Number of Hardened Concrete (ASTM C 805-18, 2018). Metodenya dengan
mnggunakan sebuah palu baja yang menumbuk (impacts), dengan jumlah energi yang telah
ditentukan sebelumnya, sebuah pendorong baja (steel plunger) bersentuhan dengan
permukaan beton, dan jarak pantulan palu diukur.

3
3. Aplikasi NDT dengan “Hammer test”

Metode pengujian ini dapat diterapkan untuk menilai keseragaman beton di tempat,
untuk menggambarkan daerah dalam struktur dengan kualitas buruk atau beton yang rusak,
dan untuk memperkirakan perkembangan kekuatan beton di tempat (ASTM C 805-18, 2018)
Untuk menggunakan metode pengujian ini, diperlukan hubungan antara kekuatan dan
angka pantul. Hubungan harus dibuat untuk campuran beton tertentu dan peralatan
tertentu. Hubungan harus ditetapkan pada rentang kekuatan beton yang diinginkan. Untuk
memperkirakan kekuatan selama konstruksi, tetapkan hubungan dengan melakukan uji
angka pantul pada benda uji yang dicetak dan ukur kekuatan benda uji yang sama atau
benda uji yang dicetak bersama. Untuk memperkirakan kekuatan pada struktur yang ada,
buat hubungan dengan menghubungkan angka pantul yang diukur pada struktur dengan
kekuatan inti (beton inti) yang diambil dari lokasi yang sesuai.

Angka pantul, untuk campuran beton tertentu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
kadar air permukaan uji, metode yang digunakan untuk memperoleh permukaan uji (jenis
bahan bentuk atau jenis penyelesaiannya/finishing), dan kedalaman karbonasi. Faktor-
faktor ini perlu dipertimbangkan dalam mempersiapkan hubungan kekuatan dan
menafsirkan hasil tes.

Palu yang berbeda dengan desain nominal yang sama dapat memberikan angka
pantul yang berbeda dari 1 hingga 3 unit (satuan). Oleh karena itu, tes harus dilakukan
dengan palu yang sama untuk membandingkan hasil. Jika lebih dari satu palu yang
digunakan, lakukan pengujian pada berbagai tipikal permukaan beton untuk menentukan
besarnya perbedaan yang diharapkan. Metode pengujian ini tidak dimaksudkan sebagai
dasar untuk penerimaan atau penolakan beton karena ketidakpastian yang melekat dalam
perkiraan kekuatan.

Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada pada permukaan beton, misalnya
keberadaan partikel batu pada bagian-bagian tertentu dekat permukaan. Oleh karena itu,
diperlukan pengambilan beberapa kali pengukuran setiap lokasi pengukuran, yang hasilnya
kemudian dirata-ratakan. British Standards (BS) mengisyaratkan pengambilan antara 9
sampai 25 kali pengukuran untuk setiap daerah pengujian seluas maksimum (300 x 300) mm
atau 300 mm2 (BS 1881-202:1986, 1986).

4
Dua belas pembacaan biasanya cukup untuk mendapatkan perkiraan kekerasan
permukaan yang andal di suatu lokasi seperti di Gambar 1. Caranya dengan menggambar
kisi-kisi garis biasa dengan jarak 20 mm hingga 50 mm dan mengambil perpotongan garis
sebagai titik uji. Prosedur ini cenderung mengurangi bias oleh operator. Jika setidaknya 10
pembacaan diperoleh dengan cara ini, angka pantulan rata-rata kemungkinan akan akurat
sesuai dengan ± 15 √ n % dengan tingkat kepercayaan 95%, dan n adalah jumlah pembacaan.

Gambar 1. Titik Pengujian Hummer Test

Secara umum alat ini bisa digunakan untuk memeriksa keseragaman kualitas beton
pada struktur dan mendapatkan perkiraan kuat tekan beton. Rebound hammer terdiri dari
palu baja pegas yang ketika dilepaskan plunger baja yang bersentuhan dengan permukaan
beton. Palu pegas bergerak dengan kecepatan yang konsisten dan dapat direproduksi. Jarak
pantul palu baja untuk pendorong baja diukur pada skala linier yang dipasang pada rangka
instrumen.

Prinsip pengujian, ketika pendorong instrumen ditekan ke permukaan beton, massa


yang dikendalikan pegas rebound dan tingkat rebound tersebut tergantung pada
pengerasan permukaan beton. Kekerasan permukaan dan oleh karena itu pantulan
dianggap berhubungan dengan kuat tekan beton. Rebound dibacakan di sepanjang skala
dan penunjukan sebagai angka indeks rebound.

Prosedurnya dengan memegang alat secara tegak lurus ke permukaan uji dan secara
bertahap didorong ke arah permukaan uji sampai palu dipukul. Setelah tumbukan, tekanan
dipertahankan pada instrumen. Angka rebound dibaca pada skala ke bilangan bulat terdekat
5
dan dicatat. Usia beton sesuai umur beton dengan kondisi permukaan pada titik pengujian
harus halus, kering dan bebas sarang lebah (rongga).

4. Kelebihan dan Kekurangan “Hammer test”

Kelebihan penggunaan alat ini adalah murah, pengukuran bisa dilakukan dengan
cepat, praktis (mudah digunakan) dan tidak merusak. Kekurangannya adalah hasil pengujian
dipengaruhi oleh kerataan permukaan, kelembaban beton, sifatsifat dan jenis agregat kasar,
derajad karbonisasi dan umur beton. Oleh karena itu perlu diingat bahwa beton yang akan
diuji haruslah dari jenis dan kondisi yang sama. Selain itu sulit mengkalibrasi hasil pengujian
dan tingkat keandalannya rendah serta hanya memberikan imformasi mengenai
karakteristik beton pada permukaan.

5. Kalibrasi Alat

Seperti yang disebutkan sebelumnya, banyak sekali variabel yang berpengaruh


terhadap hasil pengukuran dengan menggunakan peralatan hammer. Oleh karena itu sangat
sulit untuk mendapatkan diagram kalibrasi yang bersifat umum yang dapat menghubungkan
parameter tegangan beton sebagai fungsi dari pada jumlah skala pemantulan hammer dan
dapat diaplikasikan untuk sembarang beton.

Jadi dengan kata lain diagram kalibrasi sebaiknya berbeda untuk setiap jenis
campuran beton yang berbeda. Oleh karena itu setiap jenis beton yang berbeda, perlu
diturunkan diagram kalibrasi tersebut perlu dilakukan pengujian tekan sample hasil coring
untuk setiap jenis beton yang berbeda dari struktur yang sedang ditinjau. Hasil uji coring
(beton inti) tersebut kemudian dijadikan sebagai konstanta untuk mengkalibrasikan bacaan
yang didapat dari peralatan hammer tersebut. Perlu diberi catatan disini bahwa penggunaan
diagram kalibrasi yang dibuat oleh produsen alat uji hammer sebagainya dihindarkan,
karena diagram kalibrasi tersebut diturunkan atas dasar pengujian beton dengan jenis dan
ukuran agregat tertentu, bentuk benda uji yang tertentu dan kondisii test yang tertentu.

6. Spesifikasi Rebound Hammer

Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban impact (tumbukan) pada
permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan menggunakan
energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut akibat
6
tumbukan yang terjadi dapat memberikan indikasi kekerasan beton tersebut. Standar atau
prosedur dalam menggunakan metode pengujian ini dapat dilihat pada: ASTM C 805 (North
American Standard); EN12504-2 (European Standard); JGJ/T 23-2001 (Chinese Standard); BS
1881, part 202 (British Standard); dan DIN 1048 Part 2 (German Standard)

Spesifikasi alat hammer terbagi menjadi dua yaitu manual dan digital. Alur atau
prosedur yang terjadi pada saat pengujian menggunakan rebound hammer manual yaitu ini
dilakukan sebagai berikut (ACI 228.1R-19, 2019) dengan skema alur ini dapat dilihat pada
Gambar 2.

a. Plunger diposisikan secara tegak lurus pada permukaan beton.


b. Ketika badan alat ditekan ke beton, pegas yang menghubungkan antara hammer
(sistem massa) dengan badan alat menjadi memanjang. Dan ketika penekanan
terjadi secara sempurna, latch (palang penahan) terlepas, dan pegas tersebut
menarik sistem massa menuju beton.
c. Sistem massa tersebut menumbuk bahu plunger dan kemudian memantul.
d. Sistem massa yang memantul menggerakkan sebuah indikator geser, yang mana
indikator tersebut mencatat nilai rebound.

Gambar 2: Skema ilustrasi pengujian rebound hammer (ACI 228.1R-19, 2019)

Pada pengujian hammer, nilai rebound hanya dipengaruhi beton yang berada di
dekat plunger. Plunger yang diletakkan di atas partikel aggregat keras akan menghasilkan
nilai rebound yang tinggi, sedangkan jika plunger diletakkan di atas aggregat lunak dan
mempunyai rongga udara yang besar akan menghasilkan nilai rebound yang rendah. Dalam
mengatasi hal ini, maka disyaratkan mengambil 10 nilai rebound dengan jarak 2,5 cm untuk

7
tiap tembakan pada tiap tes area. Beton yang akan dites harus mempunyai ketebalan 100
mm (4 in) dan harus mempunyai kekakuan yang cukup.

Gambar 3: Contoh alat hammer manual dan digital dari proceq [ CITATION Anu14 \l 1033 ]

Secara umum sistem kerja hammer digital (Rebound Hammer Digital) hampir sama

dengan hammer manual. Hanya saja hammer digital (Gambar 3) memiliki beberapa
kelebihan khusus, diantaranya:

a. Tidak memerlukan faktor koreksi terhadap arah tembakan, arah vertikal maupun
horisontal tidak mempengaruhi nilai yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan hammer
digital tidak menggunakan lagi sistem massa seperti pada hammer manual.
b. Penembakan pada satu titik (misal: sembilan pembacaan) bisa dilakukan continue
tanpa jeda. Kemudian menghasilkan satu nilai mean (nilai rata-rata) atau median
(nilai tengah) yang dapat dipilih salah satu.
c. Memiliki option menu untuk memasukkan kedalaman karbonasi ataupun faktor
bentuk benda uji, yang tentu saja mempengaruhi nilai yang dihasilkan.
d. Dapat mengkonversi nilai rebound (R-value) secara otomatis terhadap satuan
pengukuran yang diinginkan (N/mm2, kg/cm2, psi).
e. Dapat merekam banyak penembakan sekaligus (±1000 pembacaan) yang
tersimpan dalam memory hammer tersebut. Kemudian dapat ditransfer ke dalam
komputer untuk digunakan lebih lanjut.
f. Dapat digunakan untuk mengukur kekuatan beton muda dengan menggunakan
plunger yang didesain khusus, yaitu mushroom plunger.

7. Jumlah Lokasi Pengujian NDT dengan Hummer Test

Jumlah lokasi pengujian Pengujian harus memberikan ukuran yang dapat diandalkan
dari tren komponen yang diuji pada saat pengujian dilakukan. Oleh karena itu, lokasi

8
pengujian yang memadai harus disiapkan sehingga ada hasil pengujian yang cukup untuk
mencirikan secara memadai kekuatan beton dalam proporsi struktur yang dievaluasi.

Tabel 1. Rekomendasi untuk pengujian berbagai komponen struktural untuk rebound


hummer.
Jumlah lokasi
Jumlah lokasi
Elemen Struktur yang di
pengujian
sediakan
suspended slabs, shear walls, and core walls
 Volume beton pertama 75 m3 20 10
 Setiap penambahan 15 m 3
2 1
2
Dinding dengan luas 150 m
 Dinding dengan tebal 300 mm 20–25 10
 Dinding dengan tebal < 300 mm 15–20 8
Kolom tunggal 5–8 5
Kolom dengan spandrel beams per 40 m3 6–9 5
Pengulangan Pengujian 10
core walls (dinding inti) yang biasanya mengelilingi dinding elevator dan biasanya
terletak di tengah bangunan dan membentuk tulang punggung struktural bangunan.
Sumber: (ACI 228.1R-19, 2019)

Istilah "lokasi pengujian" berarti suatu wilayah pada struktur di mana prosedur
pengujian di tempat akan dilaksanakan. Di lokasi pengujian, satu atau lebih pengujian di
tempat tunggal atau pengulangan dapat dilakukan. Rekomendasi jumlah lokasi pengujian
seperti dalam Tabel 1. Jumlah lokasi pengujian harus memperhitungkan pertimbangan
berikut (ACI 228.1R-19, 2019):

(a) Jika pengujian akan dilakukan pada beton muda (usia dini), maka perolehan kekuatan
beton sangat bergantung pada suhu, pengujian awal mungkin belum mencapai
kekuatan yang memadai. Kemudian akan diperlukan pengujian teratas setelah
pengujian awal dilakukan dan pengujian ulang pada usia selanjutnya. Lokasi pengujian
yang memadai harus disediakan untuk memungkinkan pengujian ulang dan untuk
memenuhi kriteria jumlah pengujian yang diperlukan untuk memungkinkan operasi
kritis dilanjutkan.

(b) Jika pengujian dilakukan pada umur di bawah 12 jam setelah beton dicor, diharapkan
kekuatan di tempat akan memiliki variabilitas yang tinggi karena variasi suhu di lokasi

9
pengujian. Dalam hal ini, menambah jumlah lokasi tes yang disediakan sebesar 10
sampai 25 persen.

B. Evaluasi Kuat Tekan Beton

Beton harus diuji sesuai dengan persyaratan frekuensi pengujian, standar perawatan
benda uji di laboratorium atau lapangan, dan evaluasi terhadap kuat tekan yang rendah.
Pengujian penerimaan harus memenuhi ASTM C1077. Teknisi pengujian lapangan yang
mempunyai kualifikasi harus melakukan pengujian pada beton segar di lapangan tempat
kerja, menyiapkan benda uji yang diperlukan untuk perawatan sesuai kondisi lapangan, dan
menyiapkan benda uji untuk uji kekuatan. Teknisi laboratorium yang mempunyai kualifikasi
harus melakukan semua pengujian laboratorium yang disyaratkan. Semua laporan uji
penerimaan harus disediakan untuk insinyur profesional bersertifikat (licensed design
professional), kontraktor, produsen beton, dan, bila diperlukan, untuk pemilik dan instansi
tata bangunan

Tingkat kekuatan suatu mutu beton individu harus dianggap memenuhi syarat jika
dua hal berikut dipenuhi:

a. Setiap nilai rata-rata aritmetika dari semua tiga uji kekuatan yang berurutan
mempunyai nilai yang sama atau lebih besar dari f 'c;
b. Tidak ada uji kekuatan di bawah f 'c dengan lebih dari 3,5 MPa jika f 'c sebesar 35
MPa atau kurang; atau dengan lebih dari 0,10 f 'c jika f 'c lebih dari 35 MPa.
Apabila salah satu dari persyaratan tidak terpenuhi, maka harus diambil langkah-
langkah untuk meningkatkan hasil uji kekuatan tekan rata-rata pada pengecoran beton
berikutnya. Persyaratan pada penyelidikan untuk hasil uji kekuatan tekan beton yang
rendah.

Penyelidikan untuk hasil uji kekuatan tekan beton yang rendah dilakukan jika suatu
uji kekuatan tekan benda uji silinder yang dirawat di laboratorium menghasilkan nilai di

bawah f 'c lebih dari nilai yang diberikan atau bila uji kekuatan tekan silinder yang dirawat di
lapangan menunjukkan kurangnya perlindungan dan perawatan pada benda uji, maka
langkah-langkah harus diambil untuk menjamin agar kapasitas memikul beban dari struktur
tidak membahayakan.

10
Kepastian nilai kekuatan tekan beton yang rendah telah diketahui dan hasil
perhitungan menunjukkan bahwa kapasitas pemikul beban berkurang secara signifikan,
maka uji beton inti (cores) diperbolehkan diambil dari daerah yang dipermasalahkan sesuai
dengan ASTM C42M. Dalam kasus tersebut, tiga benda uji harus diambil untuk setiap uji
kekuatan tekan yang jatuh dibawah nilai yang diberikan yaitu:

a. Benda uji beton inti harus dikondisikan lembab dengan penyimpanan dalam kantong
atau tempat kedap air, dikirim ke laboratorium, dan diuji sesuai dengan ASTM C42M.
Benda uji harus diuji tidak lebih awal dari 48 jam dan tidak lebih lambat dari 7 hari
setelah pengambilan, kecuali disetujui oleh pihak yang berwenang.
b. Pembuat ketentuan pengujian yang dirujuk dalam ASTM C42M haruslah insinyur
profesional bersertifikat (licensed design professional).
Beton di daerah yang diwakili oleh uji beton inti harus dianggap cukup secara
struktur jika persyaratan:

a. kekuatan tekan rata-rata dari tiga beton inti adalah minimal sama dengan 85 persen
dari f 'c, dan
b. tidak ada satupun beton inti yang kekuatan tekannya kurang dari 75 persen dari f 'c
Tambahan pengujian beton inti diizinkan untuk diambil dari lokasi yang
memperlihatkan hasil kekuatan beton inti yang cenderung salah. Bila kriteria uji beton inti
tidak dipenuhi dan bila kekuatan struktur masih meragukan, maka pihak yang berwenang
dapat meminta untuk dilakukan pengujian lapangan pada kekuatan struktur beton sesuai
dengan ketentuan evaluasi kekuatan struktur yang ada, untuk bagian-bagian struktur yang
bermasalah tersebut, atau melakukan langkah-langkah lainnya yang dianggap tepat
[CITATION SNI131 \y \l 1057 ].

11
BAB II

MATERI PRAKTEK

Pengujian beton NDT dan evaluasi pekerjaan beton yang meliputi (1) Pengujian
struktur beton dengan metode non-destructive test menggunakan hammer test (metode
rebound hammer) dan (2) Evaluasi pekerjaan beton.

A. Pengujian Tidak Merusak Menggunakan Hammer Test

Hammer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton
(Metode Non-Destructive Test/NDT). Disamping itu dengan menggunakan metode ini akan
diperoleh cukup banyak data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya yang murah.
Metode pengujian sesuai (ASTM C 805-18, 2018).

1. Peralatan

Rebound Hammer, terdiri dari palu baja pegas yang ketika dilepaskan menghantam
plunger baja yang bersentuhan dengan permukaan beton. Palu pegas harus bergerak
dengan kecepatan yang konsisten dan dapat direproduksi (berulang). Jarak pantul palu baja
dari pendorong baja diukur pada skala linier yang dipasang pada rangka instrumen.

Amplas (abrasive stone), terdiri dari silikon karbida dengan tekstur butiran sedang
atau bahan yang setara.

Test Anvil, diameter sekitar 150 mm (6 inci) dengan silinder tinggi 150 mm (6 inci)
yang terbuat dari baja perkakas dengan area tumbukan yang dikeraskan hingga 66 + 2 HRC
sebagaimana diukur dengan Metode Uji ASTM E 18, panduan instrumen disediakan untuk
memusatkan palu pantul di atas area tumbukan dan menjaga instrumen tetap tegak lurus ke
permukaan.

Palu pantul harus diservis dan diverifikasi setiap tahun dan kapan pun ada alasan
untuk mempertanyakan pengoperasiannya yang benar. Verifikasi operasi fungsional palu
pantul menggunakan landasan uji sesuai ASTM E18. Selama verifikasi, dukung landasan uji di
atas lantai atau pelat beton kosong. Pabrikan harus melaporkan nomor pantul yang
diperoleh oleh instrumen yang beroperasi dengan benar ketika diuji pada landasan dengan

1
kekerasan yang ditentukan. Rebound Hammer Manual atau Rebound Hammer Digital.
seperti contoh Gambar 4

Gambar 4: HAMMER TEST NJ 80

2. Prosedur Pelaksanaan

a. Persiapan.
1) Menyusun rencana jadwal pengujian, mempersiapkan peralatan-peralatan serta
perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan.
2) Mencari data dan informasi termasuk diantaranya data tentang letak detail
konstruksi, tata ruang dan mutu bahan konstruksi selama pelaksanaan bangunan
berlangsung.
3) Menentukan titik test.
4) Menggambarkan titik lokasi pengujian dengan luas 300 x 300 mm atau diameter 300
mm. Buat grid seperti contoh di Gambar 1. Jarak antar titik tembak tidak boleh
kurang dari 25 mm sesuai ASTM C805. Minimum jumlah titik tembak 10 buah pada
satu lokasi. Pada praktek ini untuk satu lokasi pengujian di ambil 12 titik tembak.
b. Tata Cara Pengujian
1) Sentuhan ujung plunger yang terdapat pada ujung alat hammer test pada titik-titik
yang akan ditembak dengan memegang hammer sedemikian rupa dengan arah tegak
lurus atau miring bidang permukaan beton yang akan ditest.
2) Plunger ditekan secara periahan-lahan pada titik tembak dengan tetap menjaga
kestabilan arah dari alat hammer. Pada saat ujung plunger akan lenyap masuk
kesarangnya akan terjadi tembakan oleh plunger terhadap beton, dan tekan tombol
yang terdapat dekat pangkal hammer.
3) Lakukan pengetesan terhadap masing-masing titik tembak yang telah ditetapkan
semula dengan cara yang sama.
4) Baca langsung hasil pengujian di alat uji.

3. Hitungan

Hasil kuat tekan dibaca langsung dari hasil pengujian sesuai dengan spesifikasi alat
yang digunakan dan dimasukan kedalam Tabel 2.

2
4. Laporan Pengujian Hammer Test

Laporan No. : NDT-1 Dikerjakan Oleh : Kelompok - ...


Nomor Contoh : NDT-[Nama kelompok].1 Dikerjakan Tgl : [Isi tgl mulai pengerjaan]
Asal Contoh : Rawamangun Selesai Tanggal : [Isi tgl selesai]
Jenis Contoh : Pengujian Tidak Merusak Beton Keras Diperiksa Oleh : Ir. Tri Mulyono, MT
Pekerjaan : Praktek Teknologi Beton Tanggal :

ANGGOTA KELOMPOK

No. NIM NAMA Tanda Tangan N NIM NAMA Tanda Tangan


o.
1 1 4 4

......................... .........................
2 2 5 5

......................... .........................
3 3 6 6

......................... .........................

3
Tabel 2. Hasil Uji Hammer Test
Rata- Ket. Lokasi
rata
No
(MPa
.
Hasil Uji (MPa) )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Contoh.
1 Kolom
Gedung L5

10

11

12

4
Rata- Ket. Lokasi
rata
No
(MPa
.
Hasil Uji (MPa) )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

5
Rata- Ket. Lokasi
rata
No
(MPa
.
Hasil Uji (MPa) )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
27

28

29

30

CATATAN:
1. Pengambaran lokasi pengujian dapat menggunakan kertas 300 x 300 mm sebagai alat bantu, agar permukaan existing bangunan tidak kotor,
atau menggunakan spidol non-permanen,
2. Lokasi pengujian dilakukan untuk tiang kolom saja, jika memungkinkan dilakukan juga untuk elemen struktur balok,
3. Jumlah lokasi pengujian minimal 20 lokasi untuk gedung yang ada di FT atau lingkungan UNJ.

6
5. Dokumentasi Pengujian Hammer Test

Gambar 5.1: Penghalusan/pembersihan Gambar 5.2: Pembuatan Grid (titik) di


titik untuk lokasi pengujian lokasi pengujian 1
1

Gambar 5.3: Proses pelaksanaan Gambar 5.4: Hasil pembacaan hammer


pengujian hammer lokasi 1 lokasi 1

7
B. Evaluasi Pekerjaan Beton

Evaluasi beton utamanya untuk hasil uji kuat tekan yang diuji sesuai dengan
persyaratan frekuensi pengujian, standar perawatan benda uji di laboratorium atau
lapangan, dan evaluasi terhadap kuat tekan yang rendah. Pengujian penerimaan harus
memenuhi ASTM C1077. Teknisi pengujian lapangan yang mempunyai kualifikasi harus
melakukan pengujian pada beton segar di lapangan tempat kerja, menyiapkan benda uji
yang diperlukan untuk perawatan sesuai kondisi lapangan, dan menyiapkan benda uji untuk
uji kekuatan. Teknisi laboratorium yang mempunyai kualifikasi harus melakukan semua
pengujian laboratorium yang disyaratkan. Semua laporan uji penerimaan harus disediakan
untuk insinyur profesional bersertifikat (licensed design professional), kontraktor, produsen
beton, dan, bila diperlukan, untuk pemilik dan instansi tata bangunan

1. Prosedur Pelaksanaan Evaluasi

a. Kumpulkan data hasil uji kuat tekan dalam satu pekerjaan yang sama dengan mutu
yang sama (f 'c)

b. Urutkan berdasarkan tanggal pengujian

c. Hitung rata-rata hasil uji kuat tekannya

d. Hitung standar deviasi kuat tekan

2. Hitungan Evaluasi

Kriteria penerimaan untuk spesimen dengan perawatan standar sesuai Pasal


26.12.3.1 (SNI 2847:2019, 2019) untuk syarat penerimaan:

a. Spesimen untuk uji penerimaan harus memenuhi ketentuan “Standard Practice for
Sampling Freshly Mixed Concrete” (ASTM C172 / C172M - 17, 2017), Spesimen silinder
harus dibentuk dan dirawat sesuai (ASTM C31 / C31M - 21a, 2021), “Standard Practice for
Making and Curing Concrete Test Specimens in the Field” atau (SNI 4810:2013, 2013)
tentang Tata Cara Pembuatan dan Perawatan Spesimen Uji Beton di Lapangan dan diuji
sesuai (ASTM C39 / C39M-18, 2018), “Standard Test Method for Compressive Strength of
Cylindrical Concrete Specimens” atau (SNI 1974:2011, 2011), tentang Cara Uji Kuat Tekan
Beton dengan Benda Uji Silinder.
b. Kekuatan tekan tiap campuran beton dapat diterima jika memenuhi ketentuan dalam
(SNI 2847:2019, 2019), pasal 26.12.3.1.b), yaitu:

8
1) Setiap nilai rata-rata aritmetika dari semua tiga uji kekuatan yang berurutan
mempunyai nilai yang sama atau lebih besar dari f 'c;
2) Tidak ada uji kekuatan di bawah f 'c dengan lebih dari 3,5 MPa jika f 'c sebesar 35 MPa
atau kurang; atau dengan lebih dari 0,10 f 'c jika f 'c lebih dari 35 MPa.
2) Kekuatan tekan tidak boleh lebih rendah dari
Contoh Evaluasi Kuat Tekan Beton seperti di Tabel 3. Jika ketentuan pada (SNI
2847:2019, 2019), 26.12.3.1(b) tidak terpenuhi, maka langkah-langkah harus diambil untuk
meningkatkan rata-rata hasil kekuatan tekan beton. Persyaratan untuk investigasi beton
dengan kekuatan tekan rendah harus diterapkan sesuai Pasal 26.12.4 (SNI 2847:2019, 2019)
dan perawatan beton perlu ditingkatkan. Jika pengujian lapangan mengkonfirmasi defisiensi
dalam kekuatan tekan beton pada struktur, maka uji beton inti dapat dilakukan untuk
mengevaluasi kapasitas struktur.

Kekuatan tekan yang rendah akan mengurangi tingkat keamanan struktur. Evaluasi
lanjutan dilakukan dengan uji beton inti pada daerah yang diragukan sesuai “Standard Test
Method for Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed Beams of Concrete” (ASTM
C42/C42M-20, 2020). Tiga pengujian beton inti harus dilakukan untuk setiap uji kekuatan
yang hasilnya kurang dari f’c lebih dari batas yang ditentukan.

Beton inti (core) harus diambil, dijaga kelembabannya dalam kontainer atau tempat
yang kedap air, diantarkan ke tempat pengujian, dan diuji sesuai (ASTM C42/C42M-20,
2020). Beton inti harus diuji dengan waktu antara 48 jam dan 7 hari setelah coring kecuali
tindakan lain diperbolehkan oleh perencana ahli bersertifikat. Verifikator pengujian yang
dirujuk dalam ASTM C42M adalah perencana ahli bersertifikat atau pihak berwenang.

Beton di daerah yang diwakili oleh uji beton inti harus dianggap cukup secara
struktur jika persyaratan:

a. kekuatan tekan rata-rata dari tiga beton inti adalah minimal sama dengan 85 persen dari
f 'c, dan
b. tidak ada satupun beton inti yang kekuatan tekannya kurang dari 75 persen dari f 'c.

Pengujian tambahan untuk beton inti yang diambil dari lokasi yang memperlihatkan
kekuatan tekan beton inti yang tidak stabil diperbolehkan. Jika kriteria evaluasi berdasarkan
kekuatan tekan beton inti tidak dipenuhi, maka struktur belum bisa dianggap aman. Pihak

9
berwenang diperbolehkan melakukan evaluasi kekuatan struktur existing untuk tindakan
lebih lanjut.

Tabel 3: Evaluasi Kuat Tekan Beton


Rata-Rata 2 Syarat 1 Syarat 2
Rata-
Benda Uji (SNI 2847:2019, (SNI 2847:2019,
2 rata 3
No. A B Berpasangan ( X i− ^X ) ( X i− ^X ) benda
2019) pasal 2019) pasal
A+ B 26.12.3.1.b) 1) 26.12.3.1.b) 2)
, Xi= uji
2 f 'c =25 Mpa f 'c =21,5 Mpa
Memenuhi Syarat
1 25 30 27,5 0,5 0,204
Memenuhi Syarat
2 26 29 27,5 0,5 0,204
3 29 21 25,0 -2,0 4,196 26,7 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

4 32 35 33,5 6,5 41,623 28,7 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

5 31 25 28,0 1,0 0,906 28,8 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

6 25 26 25,5 -1,5 2,398 29,0 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

7 26 26 26,0 -1,0 1,099 26,5 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

8 26 29 27,5 0,5 0,204 26,3 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

9 29 32 30,5 3,5 11,914 28,0 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

10 32 31 31,5 4,5 19,817 29,8 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

11 32 30 31,0 4,0 15,615 31,0 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

12 31 25 28,0 1,0 0,906 30,2 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

13 25 26 25,5 -1,5 2,398 28,2 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

14 26 26 26,0 -1,0 1,099 26,5 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

15 26 29 27,5 0,5 0,204 26,3 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

16 25 30 27,5 0,5 0,204 27,0 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

17 26 29 27,5 0,5 0,204 27,5 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

18 24 25 24,5 -2,5 6,494 26,5 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

19 23 26 24,5 -2,5 6,494 25,5 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

20 31 25 28,0 1,0 0,906 25,7 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

21 25 26 25,5 -1,5 2,398 26,0 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

22 25 26 25,5 -1,5 2,398 26,3 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

23 26 26 26,0 -1,0 1,099 25,7 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

24 23 26 24,5 -2,5 6,494 25,3 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

25 31 25 28,0 1,0 0,906 26,2 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

26 25 26 25,5 -1,5 2,398 26,0 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

27 26 29 27,5 0,5 0,204 26,2 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

28 23 26 24,5 -2,5 6,494 26,0 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

29 31 25 28,0 1,0 0,906 26,3 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

30 25 26 25,5 -1,5 2,398 26,5 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

10
Rata-Rata 2 Syarat 1 Syarat 2
Rata-
Benda Uji (SNI 2847:2019, (SNI 2847:2019,
2 rata 3
No. A B Berpasangan ( X i− ^X ) ( X i− ^X ) benda
2019) pasal 2019) pasal
A+ B 26.12.3.1.b) 1) 26.12.3.1.b) 2)
, Xi= uji
2 f 'c =25 Mpa f 'c =21,5 Mpa
31 25 26 25,5 -1,5 2,398 26,1 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

Jumlah 838,5 0 145,177

Rata-rata hitung

^
X=
∑ X i = 762,5 =27,2 MPa
n 28

Standar Deviasi

ss =
√ ∑ ( X i− ^X ) =
n−1 √ 145,177
31−1
=2,200 Mpa

Tingkat kekuatan suatu mutu beton individu harus dianggap memenuhi syarat jika
dua hal berikut dipenuhi:

1. Setiap nilai rata-rata aritmetika dari semua tiga uji kekuatan yang berurutan
mempunyai nilai yang sama atau lebih besar dari f 'c =25 Mpa;
2. Tidak ada uji kekuatan di bawah f 'c dengan lebih dari 3,5 MPa jika f 'c sebesar 35
MPa atau kurang; atau dengan lebih dari 0,10 f 'c jika f 'c lebih dari 35 MPa.
f 'c ≥ ( 25−3,5=21,5 MPa )

Hasil ini dibuat grafik seperti Gambar 5.

11
Kuat Tekan
Gambar 6:

Evaluasi

Beton
Hasil
3. Laporan Evaluasi Kuat Tekan Beton Hasil Uji NDT

Laporan No. : NDT-2 Dikerjakan Oleh : Kelompok - ...


Nomor Contoh : NDT-[Nama Dikerjakan Tgl : [Isi tgl mulai pengerjaan]
kelompok].2
Asal Contoh : Rawamangun Selesai Tanggal : [Isi tgl selesai]
Jenis Contoh : Pengujian Tidak Diperiksa Oleh : Ir. Tri Mulyono, MT
Merusak Beton Keras
Pekerjaan : Praktek Teknologi Beton Tanggal :

ANGGOTA KELOMPOK

No. NIM NAMA Tanda Tangan


1 1

..........................
2 2

..........................
3 3

..........................
4 4

..........................
5 5

..........................
6 6

..........................
7 7

..........................

12
Tabel 4. Evaluasi Kuat Tekan Beton Data Hasil Hummer Test
Rata-rata Syarat 13) Syarat 24)
Hasil Uji Rata-
(SNI 2847:2019, (SNI 2847:2019,
Hummer 2 rata 3
Lokasi 1)
Test (12 titik
( X i− ^X ) ( X i− ^X ) benda
2019) pasal 2019) pasal
26.12.3.1.b) 1) 26.12.3.1.b) 2)
setiap lokasi uji
pengujian)2) f 'c =21,7 Mpa f 'c =21,7 Mpa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Catatan:
1)
Minimum data yang digunakan dalam praktek ini untuk menyelesaikan Tabel 4, sebanyak 20 titik lokasi
pengujian, lebih dari 20 lokasi lebih baik, Data untuk mengisi kolom ini di ambil dari Tabel 2, hasil rata-rata.
2)
Hasil hummer test (rebound test), hanya untuk latihan mengerjakan evaluasi dalam pembelajaran
Matakuliah Praktek teknologi beton, Data yang digunakan seharusnya merupakan data rata-rata 2 benda
uji silnder ukuran Dia. 150 mm dan tinggi 300 atau rata-rata 3 benda uji silinder Dia. 100 mm dan h 200
mm sesuai (SNI 2847:2019, 2019) pasal 26.12.3.1.

13
3)
Kuat tekan rencana ditetapkan sebesar 21,7 MPa (Beton K-250), syarat 1 sesuai (SNI 2847:2019, 2019)
pasal 26.12.3.1.b) 1),
4)
Kuat tekan rencana ditetapkan sebesar 21,7 MPa (Beton K-250), syarat 1 sesuai (SNI 2847:2019, 2019)
pasal 26.12.3.1.b) 2),
Berikan contoh hitungan dan gambarkan hasil hitungan dalam grafik.

4. Contoh hitungan

Rata-rata hitung

^
X=
∑ X i =… MPa
n
Standar Deviasi

ss =
√ ∑ ( X i− ^X ) =… Mpa
n−1

Rata-rata tiga benda uji berurutan [Berikan contoh sekurangnya 3 contoh hitungan]

Syarat 1 sesuai (SNI 2847:2019, 2019) pasal 26.12.3.1.b) 1) dengan f 'c =21,7 Mpa
[Berikan contoh hitungan]
Syarat 2 sesuai (SNI 2847:2019, 2019) pasal 26.12.3.1.b) 2) dengan f 'c =21 ,7 Mpa
[Berikan contoh hitungan]

14
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

[Analisis hasil praktek dan bahas]

15
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

[Buat kesimpulan dan Saran]

16
DAFTAR PUSTAKA

ACI 228.1R-19. (2019). Report on Methods for Estimating In-Place Concrete Strength:
Reported by ACI Committee 228. American Concrete Institute (ACI).
ACI 228.2R-13. (2013). Report on Nondestructive Test Methods for Evaluation of Concrete in
Structures. In American Concrete Institute (ACI) Committee 228. American Concrete
Institute (ACI).
ASTM C 805-18. (2018). Standard Test Method for Rebound Number of Hardened Concrete.
In American Society for Testing and Material. ASTM International.
https://doi.org/10.1520/C0805_C0805M-18
ASTM C172 / C172M - 17. (2017). Standard Practice for Sampling Freshly Mixed Concrete.
ASTM International. https://doi.org/10.1520/C0172_C0172M-17
ASTM C31 / C31M - 21a. (2021). Standard Practice for Making and Curing Concrete Test
Specimens in the Field. ASTM International. https://doi.org/10.1520/C0031_C0031M-
21A
ASTM C39 / C39M-18. (2018). Standard Test Method for Compressive Strength of Cylindrical
Concrete Specimens. ASTM International. https://doi.org/10.1520/C0039_C0039M-18
ASTM C42/C42M-20. (2020). Standard Test Method for Obtaining and Testing Drilled Cores
and Sawed Beams of Concrete. ASTM International.
https://doi.org/10.1520/C0042_C0042M-20
BS 1881-202:1986. (1986). Testing concrete - Part 202 Recommendations for surface
hardness testing by rebound hammer. In Recommendations for surface hardness
testing by rebound hammer. British Standard Institute.
SNI 1974:2011. (2011). Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder. In Badan
Standardisasi Nasional. Badan Standardisasi Nasional.
SNI 2847:2019. (2019). Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung dan
Penjelasan (ACI 318M-14 dan ACI 318RM-14, MOD). In Badan Standardisasi Nasional.
Badan Standardisasi Nasional.
SNI 4810:2013. (2013). Tata Cara Pembuatan dan Perawatan Spesimen Uji Beton di
Lapangan. In Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional.

17

Anda mungkin juga menyukai