Anda di halaman 1dari 64

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/351351302

Pengujian Bahan Semen

Book · January 2017

CITATIONS READS

0 4,739

1 author:

Tri Mulyono
Jakarta State University
56 PUBLICATIONS   30 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Vocational Education View project

All content following this page was uploaded by Tri Mulyono on 05 May 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pengujian Bahan Semen
SERI 1: UJI LABORATORIUM BAHAN BETON DAN BETON

Tri Mulyono

Tata Letak dan desain sampul:


M. Farhan Husain Khadafi Buku ini di cetak dengan hurup Calibri 12pt

Fakultas Teknik
Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka Jakarta 13220

Kontak Penulis: trimulyono@unj.ac.id

Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)


Mulyono, T.
Pengujian Bahan Semen, Seri 1: Uji Laboratorium Bahan Beton dan
Beton/Penulis, Tri Mulyono. Jakarta: Program Studi D3 Teknik Sipil FT UNJ, 2019
vi, 55 hlm; 18 cm x 25 cm; Calibri 10pt

1. Pengujian Bahan Semen. 2. Seri 1: Uji Laboratorium Bahan dan Beton


I. Judul II. Universitas Negeri Jakarta

Cetakan Pertama: September, 2017.

Hak Cipta© 2019 pada Penulis Hak Cipta dilindungi Undang-undang. Dilarang memperbanyak
atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara
elektronik maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistem
penyimpanan lainnya, tanpa ijin tertulis dari Penerbit atau Penulis

ii |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


PRAKATA
Allhamdulillah, atas berkat rahmat dan ridho ALLAH juahlah maka penulis dapat
menyelesaikan buku ini yang berisi petunjuk pelaksanaan praktek teknologi beton untuk
Program Studi D3 Teknik Sipil FT UNJ@2017, yang tidak terpisahkan dari Buku Teknologi
Beton yang telah dipublikasikan.

Buku ini merupakan rangkaian seri pengujian bahan beton dan beton yang dilakukan di
laboratorium, dimana terbagi menjadi:

1 | Pengujian Bahan Semen

2 | Pengujian Bahan Agregat Beton

3 | Perancangan Campuran Beton, Pengolahan dan Pengujian Beton Segar

4 | Pengujian Beton Keras dan Evaluasi Beton

Pengujian air dan bahan tambah tidak termasuk dalam buku ini karena penggunaan
air campuran beton relatif sedikit dilakukan pengujian dan pengujian bahan tambah sangat
bersifat pengujian kimia.

Harapannya buku ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan pengujian di
laboratorium. Referensi yang digunakan berasal dari beberapa referensi yang berhubungan
dengan pengujian bahan beton dan beton yang bersumber dari standar ASTM, AASTHO,
British Standard dan terutama Standar Nasional Indonesia (SNI) yang disesuaikan dengan
kebutuhan akademik. Buku ini juga memuat lembaran kerja mengenai tata cara mendapatkan
data-data pengujian dilengkapi juga dengan contoh hitungan dan pengantar teori.

Semoga Modul ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan
dapat membantu mahasiswa dalam mendalami tentang apa dan bagaimana pengujian
material penyusun beton dan beton dilakukan di laboratorium dan implementasinya
dilapangan atau industri konstruksi, dan peranannya dalam rekayasa sipil.

Jakarta, September 2017


Penulis
Tri Mulyono

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | iii


iv |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017
DAFTAR ISI

_____________ i
PRAKATA __________________________________________________________ iii
DAFTAR ISI _________________________________________________________ v
PENDAHULUAN _____________________________________________________ 1
1. Tujuan ___________________________________________________________ 2
2. Uraian Materi, Indikator Keberhasilan dan Alokasi Waktu Pembelajaran _____ 2
3. Kegiatan (Strategi/Metode) _________________________________________ 4
4. Tugas____________________________________________________________ 4
5. Evaluasi & Tagihan _________________________________________________ 4
6. Sumber dan Media Pembelajaran _____________________________________ 5
7. Pengantar Teori ___________________________________________________ 5
7.1 Berat Jenis Semen ____________________________________________________ 7
7.2 Konsistensi Semen ____________________________________________________ 8
7.3 Kekekalan Semen Portland dengan Kue Rebus ____________________________ 10
7.4 Waktu Pengikatan Semen _____________________________________________ 10
7.5 Kuat Tekan Mortar ___________________________________________________ 11
MATERI PEMBELAJARAN _____________________________________________ 19
1. Pemeriksaan Berat Jenis Semen _____________________________________ 19
1.1 Alat yang digunakan__________________________________________________ 19
1.2 Prosedur Pelaksanaan ________________________________________________ 20
1.3 Hitungan ___________________________________________________________ 21
1.4 Perawatan _________________________________________________________ 22
1.5 Pelaporan __________________________________________________________ 22
1.6 Lembar Laporan Sementara Pengujian Berat Jenis _________________________ 23
2. Pemeriksaan Konsistensi Semen Portland _____________________________ 24
2.1 Alat yang digunakan__________________________________________________ 24
2.2 Prosedur Pelaksanaan ________________________________________________ 25
2.3 Hitungan ___________________________________________________________ 26
2.4 Perawatan _________________________________________________________ 27
2.5 Pelaporan __________________________________________________________ 27
2.6 Lembar Laporan Sementara Pengujian Konsistensi Semen ___________________ 28

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | v


3. Pemeriksaan Kekekalan Semen Portland Dengan Kue Rebus ______________ 31
3.1 Alat yang digunakan__________________________________________________ 31
3.2 Prosedur Pelaksanaan ________________________________________________ 31
3.3 Hitungan ___________________________________________________________ 32
3.4 Perawatan _________________________________________________________ 32
3.5 Pelaporan __________________________________________________________ 32
3.6 Lembar Laporan Sementara Pengujian Kekekalan Semen Portland ____________ 33
4. Pemeriksaan Waktu Pengikatan Semen Portland (Time Of Setting Of Hidraulic
Cement By Vicat Needle) ___________________________________________ 34
4.1 Alat yang digunakan__________________________________________________ 34
4.2 Prosedur Pelaksanaan ________________________________________________ 34
4.3 Hitungan ___________________________________________________________ 36
4.4 Perawatan _________________________________________________________ 38
4.5 Pelaporan __________________________________________________________ 38
4.6 Lembar Laporan Sementara Pengujian Waktu Pengikatan Semen _____________ 39
5. Pemeriksaan Kuat Tekan Mortar Semen Portland (Compressive Strength Of
Hidraulic Cement Mortar) __________________________________________ 42
5.1 Alat yang digunakan__________________________________________________ 42
5.2 Prosedur Pelaksanaan ________________________________________________ 42
5.3 Hitungan ___________________________________________________________ 48
5.4 Perawatan _________________________________________________________ 49
5.5 Pelaporan __________________________________________________________ 49
5.6 Lembar Laporan Sementara Pengujian Kuat Tekan Mortar ___________________ 50

Pelaporan _________________________________________________________ 53
DAFTAR PUSTAKA ___________________________________________________ 55

vi |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


PENDAHULUAN

Penggunaan bahan bangunan secara garis besar dengan mempertimbangkan nilai


manfaat, ketersediaan bahan, konstruksi, nilai ekonomi, dan rantai pasok; serta perkiraan
biaya konstruksi berdasarkan sistem bangunan yang disajikan dalam bentuk gambar, diagram
sistem, dan laporan tertulis hasil studi perencanaan sampai pelaksanaan. Bahan struktur
bangunan gedung, sipil atau bangunan khusus untuk struktur beton bertulang, struktur kayu
maupun struktur baja harus mengikuti standar teknis bahan bangunan yang berlaku di
Indonesia dan dihitung kekuatan strukturnya berdasarkan standar teknis yang sesuai dengan
bahan atau struktur konstruksi yang bersangkutan. Ketentuan penggunaan bahan bangunan
disesuaikan dengan kemajuan teknologi Ilmu Bahan Bangunan, khususnya disesuaikan
dengan kemampuan sumber daya setempat dengan tetap mempertimbangkan kekuatan dan
ketahanan sesuai dengan peruntukan yang telah ditetapkan.

Bahan beton dan beton merupakan bahan yang dominan digunakan untuk membuat
struktur pada pekerjaan sipil. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya (Mulyono,
2003), yang terdiri dari semen, air dan agregat dengan tidak atau menggunakan bahan
tambah. Sifat dan karakteristik bahan akan menentukan beton yang akan dibuat. Semen
merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah berhubungan dengan air.
Agregat tidak memainkan peranan yang pentingdalam reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi
sebagai bahan pengisi mineral yang dapat mencegah perubahan-perubahan volume beton
setalah selesai pengadukan, dan juga dapat memperbaiki keawetan dari beton yang
dikerjakan. Beton pada umumnya mengandung rongga udara sekitar 1%-2%, pasta semen
(semen dan air) sekitar 25%-40%, dan agregat (agregat halus dan agregat kasar) sekitar 60%-
75%.

Semen merupakan bahan dengan indek biaya paling besar dalam penggunaannya
untuk campuran beton, oleh karen itu memahami sifat dan karakteristiknya akan membantu
mereduksi biaya penggunaannya.

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 1


Semen merupakan suatu hasil industri yang dapat menjadi sangat kompleks dengan
campuran serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok
(Mulyono, 2003), yaitu: semen non-hidrolik dan semen hidrolik .

Semen non-Hidrolik merupakan semen yang tidak dapat mengikat dan mengeras di
dalam air, akan tetapi memerlukan udara untuk dapat mengeras, contoh utama dari semen
non-hidralik adalah kapur. Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan
mengeras di dalam air, semenhidrolik antara lain: Kapur hydrolik, semen pozollan, semen
terak , semen alam, semen portland , semen portland-pozolan , semen portland terak tanur
tinggi, semen alumina, semen expansif , dan jenis lainnya, seperti, semen porland putih,
semen warna, dan semen-semen untuk keperluan khusus.

1. Tujuan

Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu mempraktekan


pengujian bahan semen meliputi:

1. Pemeriksaan berat jenis semen


2. Pemeriksaan konsistensi semen portland
3. Pemeriksaan kekekalan semen portland dengan kue rebus
4. Pemeriksaan waktu pengikatan semen portland (time of setting of hidraulic cement by
vicat needle)
5. Pemeriksaan kuat tekan mortar semen portland (compressive strength of hidraulic
cement mortar).

2. Uraian Materi, Indikator Keberhasilan dan Alokasi Waktu Pembelajaran

Materi dan indikator keberhasilan dengan rencana pertemuan dua kali (200 menit)
tatap muka setelah memperlajari topik ini seperti Tabel 1.1 berikut:

2 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


Tabel 1.1: Substansi Kajian, Indikator Keberhasilan Dan Alokasi Waktu Pengujian Semen
Substansi Kajian Alokasi Waktu
Indikator keberhasilan
(Materi) (Menit)
1. Pemeriksaan berat 1.1 Mahasiswa dapat memahami pengertian tentang 4 x 50 menit
jenis semen berat jenis semen
1.2 Mahasiswa dapat meemahami prosedur pengujian
berat jenis semen
1.3 Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur
pengujian berat jenis semen
1.4 Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan berat
jenis semen
1.5 Mahasiswa mampu membuat laporan pengujian
2. Pemeriksaan 2.1 Mahasiswa dapat memahami pengertian tentang 4 x 50 menit
konsistensi semen konsistensi semen
portland 2.2 Mahasiswa dapat meemahami prosedur pengujian
konsistensi semen
2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur
pengujian konsistensi semen
2.4 Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan
konsistensi semen
2.5 Mahasiswa mampu membuat laporan pengujian
konsistensi semen
3. Pemeriksaan 3.1 Mahasiswa dapat memahami pengertian tentang 4 x 50 menit
kekekalan semen kekekalan semen portland
portland dengan 3.2 Mahasiswa dapat meemahami prosedur pengujian
kue rebus kekekalan semen portland
3.3 Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur
pengujian kekekalan semen portland
3.4 Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan
kekekalan semen portland
3.5 Mahasiswa mampu membuat laporan pengujian
kekekalan semen portland
4. Pemeriksaan 4.1 Mahasiswa dapat memahami pengertian tentang 4 x 50 menit
waktu pengikatan waktu pengikatan semen portland
semen portland 4.2 Mahasiswa dapat meemahami prosedur pengujian
(time of setting of waktu pengikatan semen portland
hidraulic cement
4.3 Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur waktu
by vicat needle)
pengikatan semen portland
4.4 Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan
waktu pengikatan semen portland
4.5 Mahasiswa mampu membuat laporan pengujian
waktu pengikatan semen portland

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 3


Tabel 1.1: Substansi Kajian, Indikator Keberhasilan Dan Alokasi Waktu Pengujian Semen
Substansi Kajian Alokasi Waktu
Indikator keberhasilan
(Materi) (Menit)
5. Pemeriksaan kuat 5.1 Mahasiswa dapat memahami pengertian tentang 4 x 50 menit
tekan mortar kuat tekan mortar semen portland
semen portland 5.2 Mahasiswa dapat meemahami prosedur pengujian
(compressive kuat tekan mortar semen portland
strength of
5.3 Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur
hidraulic cement
pengujian kuat tekan mortar semen portland
mortar).
5.4 Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kuat
tekan mortar semen portland
5.5 Mahasiswa mampu membuat laporan pengujian
kuat tekan mortar semen portland
6. Membuat Laporan 6.1 Mahasiswa mampu menghitung hasil pengujian 7 x 24 Jam
Sementara sesuai dengan data hasil uji
6.2 Mahasiswa mampu membuat laporan sementara
7. Membuat Laporan 7.1 Mahasiswa mampu menarik kesimpulan 7 x 24 Jam
Akhir berdasarkan hasil pengujian
7.2 Mahasiswa mampu membuat laporan akhir

3. Kegiatan (Strategi/Metode)

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara (1) Menjelaskan dalam kelas tentang
kegiatan belajar meliputi substansi materi; dan (2) praktek di laboratorium untuk
melaksanakan pengujian; serta (3) asistensi laporan.

4. Tugas

Mahasiswa setelah mempelajari materi ini diharapkan membuat laporan hasil praktek
sementara dengan lama tugas 7 x 24 Jam. Tugas lainnya adalah membuat laporan akhir untuk
setiap substansi materi dengan lama tugas 7 x 24 jam setelah laporan sementara di setujui.

5. Evaluasi & Tagihan

Evaluasi dilakukan seminggu setelah pengujian dilaksanakan menyangkut evaluasi


terkait keakuratan data hasil uji dan kebenaran dalam hitungan hasil pengujian. Tagihan
berupa laporan sementara dan laporan akhir untuk setiap substansi materi.

4 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


6. Sumber dan Media Pembelajaran

Sumber dan media pembelajaran menggunakan lembar kerja praktek (job sheet) yang
sudah disiapkan sesuai dengan substansi kajian.

Media pembelajaran dengan menggunakan Laptop/Notebooks, dan LCD Projector


untuk menjelaskan pengantar teori dan prosedur serta penghitungan dan analisis hasil uji.
Instrumen peralatan laboratorium digunakan untuk melakukan penerapan praktek pengujian.

7. Pengantar Teori

Pengujian semen hidrolis dimaksudkan untuk mendapatkan data sifat dan karakteristik
semen sebagai konfirmasi atas spesifikasi yang tertulis dalam spesifikasi penjualan. Sejumlah
sampel tersebut didasarkan sesuai dengan keadaan jumlah semen yang berada di gudang dan
saat pengangkutan, yang diambil sesuai dengan skenario tertentu sesuai kaidah statistik.

Pengujian semen dimaksudkan untuk mendapatkan karakteristik sifat kimia dan fisika
dalam semen. Perbedaan antara data spesifikasi yang tertulis dalam manual certificate
dengan data hasil uji pengguna merupakan masalah yang serius, seperti misalnya spesifikasi
batasan alkali (Na2O) dan kandungan sulfate.

Hasil pengujian yang dilakukan untuk bahan-bahan beton dan beton yang diuji
diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai dasar untuk suatu perancangan dan untuk
mengontrol hasil rancangan.

Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah berhubungan
dengan air. Agregat tidak memainkan peranan yang pentingdalam reaksi kimia tersebut,
tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat mencegah perubahan-perubahan
volume beton setalah selesai pengadukan, dan juga dapat memperbaiki keawetan dari beton
yang dikerjakan. Beton (Mulyono, 2003) pada umumnya mengandung rongga udara sekitar
1%-2%, pasta semen (semen dan air) sekitar 25%-40%, dan agregat (agregat halus dan agregat
kasar) sekitar 60%-75%.

Jenis Semen terbagi menjadi dua katagori utama yaitu semen non-hidrolik dan semen
hidrolik. Semen non-hidrolik (Mulyono, 2003) adalah semen yang tidak dapat mengikat dan
mengeras di dalam air, akan tetapi memerlukan udara untuk dapat mengeras, contoh utama

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 5


dari semen non-hidralik adalah kapur. Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk
mengikat dan mengeras di dalam air, semen hidrolik antara lain: a) Kapur hydrolik, b) semen
pozollan, c) semen terak, d) semen alam, e) semen portland, f) semen portland-pozolan, g)
semen portland terak tanur tinggi, h) semen alumina, i) semen expansif, dan jenis lainnya,
seperti, semen porland putih, semen warna, dan semen-semen untuk keperluan khusus.

Pembangunan infrastruktur, tidak terlepas dari penggunaan produk semen. Produk


strategis tersebut tentu erat kaitanya dengan masalah keselamatan. Dengan dasar pemikiran
tersebut, Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang diberikan tugas oleh pemerintah untuk
membina dan mengembangkan Standardisasi di Indonesia, menetapkan 20 Standar Nasional
Indonesia (SNI) terkait semen. SNI yang diberlakukan secara wajib untuk semen meliputi
enam item, yakni semen masonry, portland, portland campur, portland komposit, portland
pozoland, dan portland putih. Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian: No 82/M-
IND/PER/9/2015, tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Semen Secara Wajib
seperti Tabel 1.2.

Tabel 1.2: SNI Wajib untuk Produk Semen


No. SNI Judul SNI Keterangan
1. SNI 15-0129-2004 Semen portland putih
2. SNI 0302:2014 Semen Portland Pozzolan
3. SNI 2049:2015 Semen Portland (selain portland
putih, portland pozzolan, portland
campur dan semen masonry)
4. SNI 15-3500-2004 Semen portland campur Sudah tidak ada yang
memproduksi, dan sudah
ada SNI yang lebih spesifik,
salah satunya adalah SNI
7064:2014, Semen portland
komposit.
5. SNI 15-3758-2004 Semen masonry
6. SNI 7064:2014 Semen portland Komposite
Sumber: Peraturan Menteri Perindustrian, 2015 No.82/M-IND/PER/9/2015

6 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


7.1 Berat Jenis Semen

Semen portland (SNI 15-2049-2004) adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan
cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat
hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk
kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain.

Berat jenis semen portland adalah perbandingan antara berat kering semen pada
suhu kamar dengan satuan isi. Berat jenis semen sekitar 3,14 3,15 pada suhu kamar. Suhu
kamar adalah suhu ruangan pada saat dilakukan pengujian dengan benda uji semen. Benda
uji adalah sejumlah semen portland dengan berat dan isi tertentu yang dibuat dari contoh-
contoh semen Portland dimana contoh semen portland adalah sejumlah semen portland
dengan berat dan isi yang diambil dari tempat penyimpanan secara acak serta dianggap
mewakili sejumlah semen portland yang digunakan sebagai bahan struktur (Mulyono, 2015).

Metode pengujian berat jenis semen sesuai dengan (SNI 2531:2015) atau (ASTM C188-
16, 2016) dilakukan untuk semen hidraulis khususnya penggunaan yang ada hubungannya
dengan rancangan dan pengendalian campuran beton. Density of Hydraulic Cement
ditentukan dengan menggunakan dua buah botol Le Chatelier, timbangan, kerosin bebas air
atau naphtha, baki, thermometer dan formulir laboratorium. Prosedur pengujiannya adalah
dengan mengisi botol Le Chatelier dengan kerosin atau napta sampai skala tertentu dan
keringkan bagian dalam botol di atas permukaan cairan, rendam botol Le Chatelier ke dalam
baki berisi air dan biarkan, setelah suhu cair dalam botol dan air sama, baca tinggi permukaan
cairan terhadap skala botol. Kemudian masukkan benda uji ke dalam botol, setelah seluruh
benda uji dimasukkan, goyang botol perlahan hingga gelembung udara dalam benda uji
keluar, rendam botol yang berisi benda uji dan cairan hingga suhu larutan dalam botol sama
dengan suhu air lalu baca tinggi permukaan larutan pada skala botol, dan hitung berat isi dan
berat jenis semen portland.

Berat jenis setiap benda uji dihitung dengan menggunakan Persamaan 1.1, dimana
adalah berat isi semen portland (gr/cc) dan berat semen, dalam gram dibagi dengan
yang merupakan isi kerosin atau naptha yang dipindahkan oleh benda uji.

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 7


Berat jenis contoh merupakan nilai rata-rata berat jenis benda uji yang bersangkutan.
Untuk perencanaan campuran beton, berat jenis harus dinyatakan dalam berat jenis yang
merupakan dalam besaran tanpa dimensi dihitung dengan Persamaan 1.2, dengan adalah

berat jenis semen dan adalah berat isi air suling pada suhu

Cara lainnya dengan menggunakan botol berat jenis dengan kapasitas 100 ml. Dimana
berat botol kosong ditimbang ( ) kemudian ditambahkan semen kedalamnya lalu ditimbang
( ) sebagai berat botol + semen. Masukan kerosen atau minyak tanah kedalamnya didapatkan berat
botol+semen+minyak tanah ( ). Keringkan botonya lalu masukan kerosen didapatkan berat botol +
kerosen ( ), dengan diketahuinya berat jenis kerosen sekitar 0,79, maka berat jenis semen dapat
diketahui dihitung dengan Persamaan 1.3,

7.2 Konsistensi Semen

Metode uji ini meliputi pemeriksaan konsistensi normal dari semen hidrolis. Alat yang
digunakan dalam pengujian konsistensi semen merupakan alat vicat sesuai (ASTM C191-18a,
2018), Standard test method for time of setting of hydraulic cement by vicat needle. Alat vicat
seperti Gambar 1.1 terdiri dari rangka seperti Gambar 1.1(1) dan mempunyai batang yang
dapat digerakkan Gambar 1.1(2), beratnya 300 gram, salah satu ujung torak berdiameter 10
mm lihat Gambar 1.1(3), berjarak sekurang-kurangnya 50 mm, dan ujung lainnya jarum yang
dapat dibongkar pasang berdiameter 1 mm dan panjang 50 mm (Gambar 1.1(4)). Batang
dapat dipergunakan secara bolak balik dan dapat dipasang dalam beberapa posisi dengan
pengatur sekrup (Gambar 1.1(5)) dan mempunyai indikator yang dapat diatur Gambar 1.1(6),
dapat bergerak pada skala (ditunjukkan dalam mm) yang skalanya dilekatkan pada rangka
alat.

8 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


Pasta semen yang akan diuji dimasukkan ke dalam cincin (Gambar 1.1(7)), yang kaku
berbentuk kerucut, diletakkan di atas pelat datar yang tidak menyerap air (Gambar 1.1(8)),
lebar masing-masing sisinya ± 100 mm. Batang yang digunakan terbuat dari baja tahan karat
mempunyai kekerasan tidak kurang dari 35 HRC dan harus lurus dengan ujung torak yang
tegak lurus terhadap sumbu batang. Cincin terbuat dari bahan tidak korosi, tidak menyerap
air mempunyai diameter dalam bagian bawah 70 mm dan bagian atas 60 mm dengan tinggi
40 mm. Disamping ketentuan tersebut diatas, alat vicat harus sesuai dengan spesifikasi untuk:

Berat batang yang dapat bergerak adalah (300 ± 0,5) gram. Diameter ujung batang
torak sebesar 10 ± 0,05 mm dengan Diameter jarum (1 ± 0,005) mm. Diameter dalam cincin
bagian bawah (70 ± 3) mm dan bagian atas (60 ± 3) mm serta Tinggi cincin (40 ± 1) mm.

Pembagian skala, bila dibandingkan dengan skala standar yang ketelitiannya 0,1 mm
pada setiap titik, tidak boleh menunjukkan penyimpangan lebih besar dari 0,25 mm.

Gambar 1.1: Alat Vicat dan Kelengkapannya

Persen konsistensi dinyatakan dalam kadar air pasta dan dihitung dengan Persamaan
1.4, dengan adalah nilai konsistensi dinyatakan dalam kadar air pasta, % dan adalah berat

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 9


air dalam gram serta adalah berat semen kering dalam gram. Jumlah air yang dibutuhkan
untuk konsistensi normal dihitung dengan pembulatan hingga 0,1% dan laporkan berat
semen kering dengan pembulatan hingga 0,5%.

7.3 Kekekalan Semen Portland dengan Kue Rebus

Pemeriksaan kekekalan semen portland dengan kue rebus untuk mengetahui


kekekalan semen dari berbagai tipe semen dan pengaruhnya terhadap campuran beton
nantinya. Pemeriksaan dilakukan dengan memperhatikan keadaan fisik semen yang direbus
berbentuk kue dengan diameter 12 cm, apakah terjadi retak, pecah atau menunjukkan
perubahan bentuk lainnya (Mulyono, 2015).

7.4 Waktu Pengikatan Semen

Penentuan waktu pengikatan semen portland mengacu pada (ASTM C191-18a, 2018),
Standard Test Method for Time of Setting of Hydraulic Cement by Vicat Needles dan (ASTM
C266-18, 2018), Standard Test Method for Time of Setting of Hydraulic Cement by Gillmore
Needles.

Benda uji yang digunakan untuk menentukan konsistensi normal bisa juga digunakan
untuk penentuan waktu pengikatan dengan jarum vicat. Waktu pengikatan dinyatakan dalam
waktu pengikatan awal dan akhir. Waktu pengikatan awal adalah saat jarum panetrasi
menembus 25 mm pada pasta semen, sedangkan waktu pengikatan akhir adalah ketika jarum
tidak nampak terbenam pada pasta.

Selama pengujian penetrasi peralatan harus bebas getaran. Jaga agar jarum diameter
1 mm tetap lurus dan tetap bersih karena gumpalangumpalan semen yang menempel pada
sisi jarum akan memperlambat penetrasi, bila semen menempel pada ujung jarum akan
mempercepat penetrasi. Waktu pengikatan tidak hanya dipengaruhi oleh persentase suhu air
yang dipakai, jumlah pasta yang diterima, tetapi juga disebabkan oleh suhu dan kelembaban
udara.

10 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


Selama pengujian penetrasi peralatan harus bebas getaran. Jaga agar jarum diameter
1 mm tetap lurus dan tetap bersih karena gumpalan-gumpalan semen yang menempel pada
sisi jarum akan memperlambat penetrasi, bila semen menempel pada ujung jarum akan
mempercepat penetrasi. Waktu pengikatan tidak hanya dipengaruhi oleh persentase suhu air
yang dipakai, jumlah pasta yang diterima, tetapi juga disebabkan oleh suhu dan kelembaban
udara saat pengujian.

Hasil percobaan yang dilaksanakan oleh operator tunggal (within laboratory) standar
deviasi untuk pengikatan awal 12 menit dalam rentang (49-202) menit. Standar deviasi untuk
pengikatan akhir adalah 20 menit dalam rentang (185-312) menit. Karena itu hasil pengujian
yang dilakukan oleh operator yang sama bedanya tidak boleh lebih dari 34 menit untuk
pengikatan awal dan 56 menit untuk pengikatan akhir pada pasta yang sama. Jika hasil
percobaan dari multi laboratory (between laboratory) standar deviasi untuk pengikatan awal
16 menit dalam rentang (49-207) menit. Standar deviasi untuk pengikatan akhir adalah 43
menit dalam rentang (185-312) menit. Karena itu hasil pengujian yang dilakukan oleh 2
laboratorium yang berbeda, bedanya tidak boleh lebih dari 45 menit untuk pengikatan awal
dan 122 menit untuk pengikatan akhir pada pasta yang sama.

Persyaratan fisika semen portland harus memenuhi waktu pengikatan dengan alat
vicat seperti Tabel 1.3.

Tabel 1.3: Syarat Waktu Pengikatan berbagai tipe semen portland


Tipe Semen 1 sampai dengan V
Pengujian
Awal, minimal Akhir, maksimal
Waktu pengikatan (metode
alternatif) dengan alat
Gillmore 60 Menit 600 Menit
Vicat 45 Menit 375 Menit
Sumber: (SNI 15-2049-2004)

7.5 Kuat Tekan Mortar

Penentuan kuat tekan mortar semen portland mengacu kepada (ASTM C109/C109M
, Standard Test Method for compressive strength of hydraulic cement mortar.

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 11


Metoda uji ini melingkupi penentuan kuat tekan mortar semen hidrolis dengan menggunakan
cetakan kubus berukuran sisi 50 mm atau sesuai (SNI 03-6825-2002).

Gambar 1.2: Mesin Pengaduk

Metoda uji ini digunakan untuk penentuan kuat tekan mortar semen hidrolis dan
hasilnya dapat digunakan untuk mengetahui apakah semen memenuhi spesifikasi. Lebih
lanjut, metoda uji digunakan sebagai acuan oleh sejumlah spesifikasi dan metoda uji lainnya.
Hatihati bila hasil pengujian mortar ini akan digunakan untuk meramalkan kuat tekan
betonnya.

Campuran mortar semen dibuat dengan menggunakan mesin pengaduk (Gambar 1.2)
yang digerakkan dengan tenaga listrik dilengkapi dengan pengaduk dan mangkuk seperti
Gambar 1.3 dan 1.4, untuk mencampur mortar semen.

Mortar semen yang digunakan terdiri dari 1 bagian berat semen dan 2,75 bagian berat
pasir standar. Faktor air semen adalah 0,485 untuk semua jenis semen portland dan 0,460
untuk jenis semen portland yang mengandung udara. Jumlah air pencampur untuk jenis
semen lain sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu laju alir 110 ± 5 dan dinyatakan
sebagai persen berat terhadap semen. Laju alir di uji menggunakan meja alir dan cetakan alir
seperti Gambar 1.5.

12 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


Gambar 1.3: Pengaduk Gambar 1.4: Mangkok Aduk

Gambar 1.5: Meja Alir

Kuantitas dari bahan yang akan dicampur pada waktu yang sama didalam suatu
kumpulan mortar untuk membuat 6 (enam) dan 9 (sembilan) contoh uji a seperti Tabel 1.4.
Pasir yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang terdapat pada Tabel 1.5 yang

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 13


bertujuan untuk penilaian, sumber pasir dari Ottawa, sebanyak 1 Liter atau Les Suer, Mn dan
hilangnya karakteristik udara yang ada didalamnya yang tidak diinginkan.

Tabel 1. 4: Komposisi mortar


Material 6 Benda Uji 9 Benda Uji
Semen (gram) 500 740
Pasir (gram) 1375 2035
Air (mL)
Menggunakan Semen Portland 242 359
Menggunakan Semen Portland yang
mengandung udara 230 340
Semen lainnya (dengan laju alir 110 ± 5) - -
Sumber: -2049-2004)

Tabel 1. 5: Persyaratan lolos ayakan pasir standar


Ukuran Saringan Pasir 20/30 Pasir yang dinilai
No. 16 (1,18 mm) 100 100
85 100 100
0 5 96 100
65 75
20 30
0 4
Perbedaan kandungan udara dari mortar yang 2,0 1,5*)
dibuat dengan menggunakan pasir yang dicuci
dan yang tidak dicuci, % udara maksimum
Sumber pasir Ottawa, 1 L Ottawa, 1L
atau Les Suer, Mn
Catatan: *) Kuat tekan semen portland dibuat dengan spesifikasi semen portland campur,
semen dikurangi kira-kira 4% dari masing-masing persentase udara dalam kubus yang
dikompakkan Sebanyak tiga bak pasir yang dicuci dan tiga bak pasir yang tidak dicuci
dibutuhkan untuk mendeteksi suatu perbedaan kekuatan dari 7% antara pasir mortar yang
dicuci dan tidak dicuci.
Sumber: (SNI 15-2049-2004)

Perbedaan kandungan udara dari mortar yang dibuat dengan menggunakan pasir yang
dicuci dan yang tidak dicuci, % udara maksimum untuk pasir 20/30 sebesar 2% dan pasir yang
dinilai sebesar 1,5% dan jika kuat tekan semen portland dibuat dengan spesifikasi semen
14 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017
portland campur, semen dikurangi kira-kira 4% dari masing-masing persentase udara dalam
kubus yang dikompakkan Sebanyak tiga bak pasir yang dicuci dan tiga bak pasir yang tidak
dicuci dibutuhkan untuk mendeteksi suatu perbedaan kekuatan dari 7% antara pasir mortar
yang dicuci dan tidak dicuci.

Penetapan alir dilakukan dengan cara:

(1) seka, bersihkan dan keringkan bagian atas meja alir secara hati-hati, dan
tempatkan cetakan alir ditengahnya;
(2) Letakkan lapisan mortar dengan ketebalan ± 25 mm dalam cetakan dan
tumbuk 20 kali dengan penumbuk. Tekanan penumbukkan harus diatur
sedemikian rupa sehingga cukup mengisi bagian cetakan serba sama;
(3) Kemudian isi cetakan dengan mortar dan tumbuk seperti pada lapisan
pertama;
(4) Iris mortar untuk mendapatkan permukaan yang rata, ratakan bagian atas
cetakan dengan menggunakan sisi yang lurus dari pisau aduk (hampir tegak
lurus pada cetakan) dengan gerakan menggergaji bagian atas cetakan. Seka
meja alir sampai bersih dan kering, dengan hati-hati untuk menghilangkan air
dari sekeliling sudut cetakan;
(5) Angkat cetakan dari mortar 1 menit setelah pengerjaan selesai;
(6) Segera turunkan meja setinggi 13 mm sebanyak 25 kali dalam 15 detik. Aliran
adalah hasil penambahan diameter rata-rata dari tumpukan mortar, diukur
sekurangkurangnya 4 tempat pengukuran, dinyatakan sebagai presentase dari
diameter dasar semula. Lakukanlah percobaan dengan mortar yang
presentase airnya divariasikan sampai diperoleh aliran yang diinginkan. Tiap
kali melakukan percobaan memakai mortar baru.

Mesin kuat tekan baik tipe hidrolis atau ulir, yang mempunyai bukaan yang memadai
antara bidang penekanan atas dan landasan bawah untuk memungkinkan pengujian berbagai
ukuran benda uji digunakan untuk menguji kuat tekan mortar beton. Beban yang digunakan
pada benda uji harus menunjukkan ketelitian ± 1,0%. Bidang penekanan atas mempunyai
tempat dudukan berbentuk lingkaran, blok logam yang keras terpasang dengan kuat pada
pusat bagian atas mesin. Bagian pusat lingkaran terletak di tengah-tengah permukaan blok

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 15


sewaktu kontak dengan benda uji. Blok terpasang rapat di tempat dudukan yang berbentuk
lingkaran, tetapi harus bergerak bebas setiap jurusan. Diagonal atau diameter permukaan
landasan sedikit lebih besar dari diagonal kubus benda uji untuk memudahkan penempatan
benda uji yang tepat di tengahtengah landasan blok yang keras digunakan di bawah benda uji
untuk mengurangi keausan pelat mesin. Permukaan landasan blok yang kontak dengan
benda uji harus mempunyai angka kekerasan Rockwell tidak kurang dari 60 HRC. Permukaan
landasan blok harus benar-benar rata dengan kemiringan tidak boleh lebih dari 0,013 mm bila
bloknya baru dan harus dijaga dengan variasi yang diperbolehkan sebesar 0,025 mm

Temperatur dari udara sekitar papan pencampur, bahan kering, cetakan, pelat datar
dan mangkuk pencampur harus dipertahankan antara 20oC dan 27,5 oC. Temperatur dari air
pencampur, kelembaban ruang dan air didalam tangki penyimpan harus diatur pada suhu
sekitar (23 ± 2)oC. Kelembaban nisbi dari laboratorium tidak boleh kurang dari 50%.

Semen portland dicampur air dengan faktor air semen tertentu. Mortar semen yang
telah dimasukkan ke dalam kubus dipadatkan dengan jalan penumbukan ketika kubus berisi
setengah dan berisi penuh, benda uji dibiarkan pada cetakan dalam ruang lembab selama 1
hari, buka cetakan dalam ruang lembab selama 1 hari, buka cetakan dan benda uji direndam
dalam air yang mengandung kapur sampai waktu pengujian.

Penumbuk yang digunakan terbuat dari bahan yang non absorbsi, non abrasif, tidak
getas, seperti senyawa karet yang mempunyai kekerasan 80 ± 10 skala shore A atau kayu jati
yang dibuat non absorpsi, non abrasif, dengan jalan direndam dalam parafin selam 15 menit
pada suhu ± 200oC dan harus mempunyai penampang melintang dengan ukuran (13 x 25)
mm, panjang ± (120-150) mm. Muka penumbuk harus rata dan tegak lurus pada pegangannya

Cetakan kubus bersisi 50 mm harus dipasang secara kuat. Cetakan tidak boleh lebih
dari 3 kompartemen dan dipisahkan menjadi tidak lebih dari dua bagian. Bagianbagian dari
cetakan tersebut ketika di rakit menjadi satu unit yang kuat. Cetakan terbuat dari logam yang
kuat yang tidak berpengaruh oleh mortar semen. Untuk cetakan yang baru angka Rockwell
Hardness dari logam tidak boleh kurang dari 55 HRB. Sisi dari cetakan harus memiliki
kekakuan yang dapat mencegah pelebaran atau pembengkokkan. Sisi bagian dalam dari
cetakan harus rata dan memenuhi toleransi yang ada pada Tabel 1.6. Syarat kuat tekan mortar
beton sesuai dengan Tabel 1.7.

16 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


Tabel 1. 6: Variasi yang diperbolehkan dari cetakan cetakan (mm)
Cetakan kubus 50 mm
Parameter
Baru Sudah digunakan
Kedataran sisi < 0,025 < 0,05
Jarak antara sisi-sisi yang berlawanan 50 ± 0,13 50 ± 0,50
Tinggi masing-masing kompartemen 50 + 0,25 0,13 50 + 0,25 0,38
Sudut antara permukaan yang berdekatan *)
90 ± 0,5
o o
90 ± 0,5o
*)
Diukur pada titik yang dipindahkan sedikit dari persimpangan. Diukur terpisah untuk setiap
kompartemen antara semua muka bagian dalam dan muka yang berdekatan dan antara muka
bagian dalam dan bagian atas dan dasar bidang dari cetakan
Sumber: 15-2049-2004)

Tabel 1. 7: Syarat Fisika untuk Kuat tekan Mortar Semen


Kuat tekan Mortar Semen (kg/cm2)
Tipe Semen
1 Hari 3 Hari 7 Hari 28 Hari
I - 125 200 280
II - 100; 70* 175; 120* -
III 120 240 - -
IV - - 70 170
V - 80 150 210
Syarat kuat tekan ini berlaku jika syarat kalor hidrasi Umur 7 hari, maks 70 kal/gram, atau jika syarat
C3S + C3A disyaratkan.
Sumber: (SNI 15-2049-2004)

Ketelitian dari metoda uji kuat tekan mortar beton sesuai Tabel 1.8 di atas dan
didasarkan pada hasil dari laboratorium acuan semen dan beton program contoh acuan.
Ketelitian tersebut dikembangkan dari data dimana suatu uji menghasilkan rata-rata uji kuat
tekan dari tiga kubus yang dicetak dari bak mortar tunggal dan diuji pada umur yang sama.
Perubahan nyata dalam ketelitian tidak dapat diperoleh apabila hasi uji merupakan rata-rata
dari dua kubus, tidak sebagaimana kalau dipakai rata-rata 3 kubus.

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 17


Tabel 1. 8: Ketelitian hasil uji kuat tekan mortar semen
Semen portland dengan Umur uji Koefisien variasi Julat yang bisa diterima dari hasil
Faktor air:semen tetap (hari) 1 dtk %* uji dalam 2 detik %*
Lab. tunggal 3 4,0 11,3
7 3,6 10,2
Rata-rata 3,8 10,7
Multi Lab. 3 6,8 19,2
7 6,4 18,1
Rata-rata 6,6 18,7
Semen Portland campur
Laju alir mortar tetap
Lab. tunggal 3 4,0 11,3
7 3,8 10,7
28 3,4 9,6
Rata-rata 3,8 10,7
Multi Lab. 3 7,8 22,1
7 7,6 21,5
28 7,4 20,9
Rata-rata 7,6 21,5
* mewakili masing-masing dari (1S %) dan (d2s %) seperti diterangkan pada ASTM Practice C 670
Sumber: -2049-2004)

18 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


MATERI PEMBELAJARAN
Pengujian semen untuk konstruksi sipil mencakup Pemeriksaan Berat Jenis Semen;
Pemeriksaan Konsistensi Semen; Pemeriksaan Kekekalan Semen; Pemeriksaan Waktu
Pengikatan; Pemeriksaan Kuat Tekan Mortar.

1. Pemeriksaan Berat Jenis Semen

Pemeriksaan dimaksudkan untuk mengetahui berat jenis semen dan pengaruhnya


terhadap kemurniannya.

1.1 Alat yang digunakan

a. Timbangan (balance) dengan ketelitian d. Le chatelier flask (Botol Le chatelier)


0.001 gram e. Saringan minyak
b. Can (container) f. Bak air (minimal diameter 40 cm, tinggi
c. Corong kaca 30 cm yang penuh diisi air bersih

Gambar 1.6: Timbangan (balance) dengan ketelitian +2 gram

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 19


Gambar 1.7: Can dan Corong Kaca

1.2 Prosedur Pelaksanaan

1.2.1 Siapkan kebutuhan bahan, yaitu:


(1) Kerosin bebas air atau neptha dengan berat jenis 62 API (American Petroleum
Institute)
(2) Semen Portland masukan kedalam can dan timbang dengan berat +100 gram
gunakan timbangan dengan ketelitian +2 gram Gambar 1.6 dan gunakan can untuk
tempatnya Gambar 1.7.
(3) Isi botol Le chatelier (Gambar 1.8) dengan kerosin atau neptha sampai antara

(4) Masukkan botol kedalam bak air dengan suhu yang ditetapkan pada botol +20oC
untuk menyamakan suhu cairan dalam botol dengan suhu yang ditetapkan pada
botol.
(5) Setelah suhu cairan dalam botol sama dengan yang ditetapkan pada botol, baca
skala pada botol
(6) Masukkan semen Portland sebanyak 64 gram kedalam botol sedikit demi sedikit,
hindarkan penempelan semen pada dinding botol diatas cairan. Setelah semua
benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secara perlahan-lahan
sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan.
(7) Rendam kembali botol beserta isinya kedalam bak air, setelah suhu dalam botol
sama dengan suhu yang ditetapkan +20oC, baca skala pada botol, .
(8) Hitung berat jenis semen, yaitu: berat semen dibagi isi cairan yang dipindahkan
oleh semen dengan berat tertentu pada suhu 20oC.
20 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017
Gambar 1.8: Le chatelier flask (Botol Le chatelier)

1.3 Hitungan

Berat Isi semen Portland ( )

Berat jenis semen Portland

Dimana :

= pembacaan pertama pada skala botol Le chatelier

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 21


= pembacaan kedua pada skala botol Le chatelier

= berat isi air pada suhu

Contoh:

Hasil uji dengan berat semen, seberat 64 gr. Pada saat pembacaan pertama
menghasilkan pembacaan pada skala botol Le chatelier, dan kedua
. Hitung berat isi semen dan berat jenis semen jika berat isi air pada suhu
.

Penyelesaian:

Berat isi Semen

Berat Jenis semen:

1.4 Perawatan

Bersihkan semua peralatan yang digunakan dan letakkan kembali pada tempatnya.

1.5 Pelaporan

Hasil pengujian dibuat dalam bentuk laporan sementara dan laporan akhir pengujian

22 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


2. Pemeriksaan Konsistensi Semen Portland

Pemeriksaan dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi semen dari berbagai tipe


semen dan pengaruhnya terhadap campuran beton nantinya

2.1 Alat yang digunakan

(1) Timbangan (balance) dengan (5) Stop watch


ketelitian 0.01 gram (6) Spatula
(2) Can (container) (7) Gelas ukur
(3) Alat vicat (vicat apparatus) (8) Sarung tangan karet
(4) Mesin pengaduk (mixer)

Gambar 1.9: Gelas Ukur Gambar 1.10: Mesin Pengaduk

Gambar 1.11: Stop Watch Gambar 1.12: Sarung Tangan Karet Gambar 1.13: Spatula

24 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


(6) Kelebihan pasta semen pada konik dibersihkan menggunakan spatula (Gambar
1.13), pada permukannya diratakan dengan sendok perata (spatula) yang
digerakkan pada posisi miring pada permukaan cincin, sehingga permukaan
pasta rata benar dengan konik.
(7) Letakkan cincin konik dibawah jarum vicat dan sentuhkan jarum dengan bagian
tengah permukaan pasta. Posisi center cincin konik (Gambar 1.14).
(8) Jatuhkan jarum vicat dan catat penurunan selama 30 detik.
(9) Ulangi prosedur diatas untuk air sebanyak 28%, 26%, 25%, 24%, 22%, dan 20%
dari berat semen.
(10) Konsistensi normal didapat untuk penurunan 10+1 mm selama 30 detik.

2.3 Hitungan

Konsistensi semen Portland

pada penurunan jarum vicat 10 + 1 mm selama 30 detik.

Contoh:

Hasil uji konsistensi beton normal untuk berat semen 300 gram dengan penggunaan
air 30%, 28%, 26%, 24%, 22% dan 20% memberikan nilai penurunan selama 30 detik
seperti Tabel 1.9. Hitunglah nilai konsistensi normal semen.

Tabel 1. 9: Data hasil uji konsistensi


No Test Berat Semen (gr) Konsistensi (%) Penurunan (mm)
1 300 0,20 2
2 300 0,22 3
3 300 0,24 5
4 300 0,26 7
5 300 0,28 9
6 300 0,30 14

Penyelesaian:

26 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


Nilai konsistensi semen didapatkan dengan menggambarkan grafik hubungan antara
konsistensi dengan penurunan, yang hasilnya seperti Gambar 1.15.

Gambar 1.15: Hasil uji konsistensi semen

Didapatkan nilai konsistensi semen sebesar 0,2825 atau 28,25%.

2.4 Perawatan

Bersihkan semua peralatan yang digunakan dan letakkan kembali pada tempatnya.

2.5 Pelaporan

Hasil pengujian dibuat dalam bentuk laporan sementara dan laporan akhir pengujian.

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 27


PEMERIKSAAN KONSISTENSI SEMEN PORTLAND

CONTOH UJI
NO URAIAN
I II III
E Konsistensi 22%
1 Berat semen Portland, gram 650 650 650
2 Jumlah Air (mL) atau Berat air, gram 143 143 143
3 Penurunan jarum vicat selama 30 detik, mm

4 Rata-rata penurunan jarum vicat selama 30 detik, mm

F Konsistensi 20%
1 Berat semen Portland, gram 650 650 650
2 Jumlah Air (mL) atau Berat air, gram 130 130 130
3 Penurunan jarum vicat selama 30 detik, mm

4 Rata-rata penurunan jarum vicat selama 30 detik, mm

HITUNGAN
Rata-rata konsistensi semen Rata-rata penurunan jarum vicat selama 30
Portland detik, mm
A 30% ............. mm
B 28% ............. mm
C 26% ............. mm
D 24% ............. mm
E 22% ............. mm
F 20% ............. mm

Catatan : Konsistensi normal semen Portland didapat pada penurunan 10+1 mm di 30 detik.

Gambarkan hasilnya dalam bentuk Grafik dengan sumbu X adalah nilai konsistensi
semen hasil uji rata-rata dan sumbu Y adalah besarnya penurunan rata-rata selama 30 detik.

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 29


KESIMPULAN

30 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


3. Pemeriksaan Kekekalan Semen Portland Dengan Kue Rebus

Pemeriksaan dimaksudkan untuk mengetahui kekekalan semen dari berbagai tipe


semen dan pengaruhnya terhadap campuran beton nantinya

3.1 Alat yang digunakan

(1) Timbangan (balance) dengan (5) Stop watch


ketelitian 0.01 gram, (6) Spatula
(2) Can (container) (7) Sarung tangan karet
(3) Mesin pengaduk (mixer) (8) Plat kaca (glass plate)
(4) Gelas ukur (9) Hot plate atau kompor listrik

3.2 Prosedur Pelaksanaan

(1) Siapkan kebutuhan bahan, yaitu semen Portland sebanyak 650 gram.
(2) Masukkan air suling kedalam tromol mesin pengaduk sebanyak air yang
didapat pada konsistensi normal semen, kemudian masukkan semen sebanyak
650 gram kedalam tromol, diamkan selama 30 detik. Kemudian jalankan mesin
pengaduk dengan kecepatan 140+5 rpm selama 30 detik
(3) Mesin pengaduk dihentikan selama 15 detik, selama itu dinding tromol dari
pasta yang menempel. Jalankan kembali mesin pengaduk dengan kecepatan
285+10 rpm selama 1 (satu) menit.
(4) Ambil pasta semen dari tromol pengaduk, kemudian ambil pasta semen
dengan tangan dan letakkan diatas plat kaca, bentuk pasta semen tersebut
seperti kue dengan diameter 12 cm dan tinggi dibagian tengahnya 13 mm, dan
mengecil dibagian pinggirnya.
(5) Diamkan kue tersebut pada temperatur kamar selama 24 jam.
(6) Masukkan kue tersebut didalam air dan didihkan selama 3 jam menggunakan
kompor listrik atau hot plate (Gambar 1.16), dihitung dari saat air mulai
mendidih.
(7) Angkat kue dan perhatikkan keadaan fisiknya, apakah terjadi retak, pecah atau
menunjukkan perubahan bentuk lainnya.
(8) Ulangi percobaan tersebut untuk 3 buah sample.

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 31


3.3 Hitungan

Kekekalan semen Portland dinyatakan tidak kekal jika terdapat retakan-ratekann pada
permukaan semen.

3.4 Perawatan

Bersihkan semua peralatan yang telah dipakai, dan letakkan kembali pada
tempatnya.

Gambar 1.16: Peralatan Uji Kekalan Portland Cement Hot Plate dan Kompor Listrik

3.5 Pelaporan

Hasil pengujian dibuat dalam bentuk laporan sementara dan laporan akhir pengujian.

32 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


4. Pemeriksaan Waktu Pengikatan Semen Portland (

Pemeriksaan waktu pengikatan semen Time of Setting Of Hidraulic Cement By Vicat


Needle) dimaksudkan untuk mengetahui waktu pengikatan semen dari berbagai tipe semen
dan pengaruhnya terhadap campuran beton nantinya

4.1 Alat yang digunakan

(1) Alat vicat (vicat apparatus) (8) Gelas ukur (graduated


(2) Initial needle cylinder)
(3) Final needle (9) Mesin pengaduk (mixer)
(4) Cincin konik (conical ring mold) (10) Stop watch
(5) Timbangan (balance) dengan (11) Can (container)
ketelitian 0.01 gram, (12) Spatula
(6) Mixing bowl (Gambar 1.17) (13) Sarung tangan karet
(7) Kaca plat (glass plate)

4.2 Prosedur Pelaksanaan

(1) Siapkan kebutuhan bahan, yaitu semen Portland sebanyak 650 gram.
Kemudian masukkan air suling kedalam tromol mesin pengaduk secukupnya,
kemudian masukkan semen sebanyak 650 gram kedalam tromol, diamkan
selama 30 detik agar menyerap kedalam semen. Kemudian jalankan mesin
pengaduk dengan kecepatan 140+5 rpm selama 30 detik.
(2) Mesin pengaduk dihentikan selama 15 detik, selama itu dinding tromol dari
pasta yang menempel. Jalankan kembali mesin pengaduk dengan kecepatan
285+10 rpm selama 1 (satu) menit.
(3) Ambil pasta semen dari tromol pengaduk, kemudian ambil pasta semen
dengan tangan dan bentuk seperti bola kemudian dilemparkan dari satu
tangan ketangan lain dengan jarak 15 cm. Sebanyak 6 kali.
(4) Pegang pasta bola dengan satu tangan, kemudian tekankan pada cincin konik
(Gambar 1.18) yang dipegang dengan tangan lain melalui lubang konik,
sehingga cincin konik penuh dengan pasta. Pasta ditekan pada posisi konik dari
lubang besar ke lubang yang kecil.

34 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


Gambar 1.17: Mixing Bowl
Gambar 1.18: Alat Uji Setting Time

(5) Letakkan cincin konik dibawah jarum vicat, posisi konik diameter yang besar
dibagian bawah dan yang kecil diatas. dan sentuhkan jarum dengan bagian
tengah permukaan pasta. Posisi center cincin konik.
(6) Kelebihan pasta semen pada konik dibersihkan, pada permukannya diratakan
dengan sendok perata (spatula) yang digerakkan pada posisi miring pada
permukaan cincin, sehingga permukaan pasta rata benar dengan konik.
Diamkan selama 30 menit.
(7) Jatuhkan jarum vicat sehingga meyentuh permukaan pasta semen dengan cara
mengendurkan dan mengencangkan baut penjepit dan catat awal
penunjukkan jarum. Kemudian kendurkan baut penjepit tersebut sambil
jalankan stop watch, catat penurunan yang terjadi selama 30 detik.
(8) Ulangi pengukuran ini untuk titik yang lainya dimana, prosedur (i) dan (j) setiap
inerval 5 - 10 menit sampai didapat panetrasi yang lebih kecil dari 25 mm. Jarak
titik pengukuran satu sama lain tidak boleh lebih dekat dari 6 mm dan tidak
boleh lebih dari 9 mm diukur dari tepi cincin konik.
(9) Dengan melakukan interpolasi, tentukan waktu pengikatan yang diperlukan
untuk mencapai panetrasi 25 mm. Nilai ini sebagai Initial setting time (waktu
pengikatan awal). Waktu pengikatan akhir (final setting time) didapat jika
jarum panetrasi tidak lagi dapat menembus pasta semen dalam cincin konik.
(10) Ulangi prosedur diatas untuk beberapa kadar air minimal 3 buah sample

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 35


4.3 Hitungan

(1) Initial setting time (waktu pengikatan awal) didapat pada penurunan 25 mm
(2) Waktu pengikatan akhir (final setting time) didapat jika jarum panetrasi tidak
lagi dapat menembus pasta semen dalam cincin konik.
(3) Buat grafik penurunan vs waktu dan Penurunan vs kadar air.

Contoh:

Tentukan waktu pengikatan awal untuuk hasil uji waktu pengikatan yang memberikan
hasil dengan data sebagai berikut:

Tabel 1. 10: Data hasil uji konsistensi


Kadar Air
Waktu Pengujian
20% 30% 40%
(menit)
Penurunan Jarum Vicat (mm)
0 40 40 40
10 40 40 40
20 40 40 40
30 40 40 40
45 40 40 40
60 35 36 38
75 23 31 32
90 15 24 29
105 10 19 23
120 8 15 17
130 4 12 14

Penyelesaian:

Menggunakan data di Tabel 1.10, dibuat grafik penurunan vs waktu dan Penurunan vs
kadar air. Hubungan antara penurunan dengan waktu, digambarkan sebagai berikut:

36 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


Gambar 1.19: Hubungan antara Waktu Pengikatan dengan Penurunan

Menggunakan Gambar 1.19 dapat ditentukan waktu pengikatan saat penurunan 25


mm, yaitu didapatkan untuk Kadar air 20%, 30% dan 40% sebesar 72 menit, 88 menit dan 100
menit. Waktu pengikatan awal disyaratkan minimal 45 menit dan maksimal 375 menit untuk
semen portland type I. Hasil ini memenuhi syarat.

Selanjutkan dibuatkan grafik hubungan antara waktu pengikatan dengan kadar air,
seperti Gambar 1.20. Menggunakan trendline (kecenderungan) dengan polinomial
didapatkan sebuah persamaan , jika kadar air (KA) dan
waktu pengikatan T, maka dapat ditulis menjadi:

Dengan memasukan nilai kadar air tertentu didapatkan waktu pengikatan.

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 37


Gambar 1.20: Hubungan antara Waktu Pengikatan dengan Kadar Air

4.4 Perawatan

Bersihakan semua peralatan yang telah dipakai, dan letakkan kembali pada
tempatnya.

4.5 Pelaporan

Hasil pengujian dibuat dalam bentuk laporan sementara dan laporan akhir pengujian.

38 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


40 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017
KESIMPULAN

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 41


5. Pemeriksaan Kuat Tekan Mortar Semen Portland (Compressive
Strength Of Hidraulic Cement Mortar)

Pemeriksaan dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan mortar semen prtland dari


berbagai tipe semen dengan membuat benda uji berbentuk kubus 50 x 50 x 50 mm.

5.1 Alat yang digunakan

(1) Cetakan kubus 50 x 50 x 50 (9) Scraper/Spatula


mm (cement cube mold) (10) Timbangan (balance) dengan
(2) Meja alir (flow table) ketelitian 0.01 gram,
(3) Frame (11) Mesin pengaduk (mixer)
(4) Flow mold (12) Mixing Bowl
(5) Vernier Caliper (13) Stop watch
(6) Tamper rod (batang (14) Rubber gloves
pemadat) (15) Can (container)
(7) Plat kaca (glass plate) (16) Pasir standar (standard sand,
(8) Gelas ukur (graduated #20 ; #30
cylinder)

5.2 Prosedur Pelaksanaan

(1) Siapkan kebutuhan bahan, yaitu semen Portland sebanyak 500 gram, dan pasir
standar seberat 1375 gram serta air suling.
(2) Faktor air semen adalah 0,485 untuk semua jenis semen portland (242,5 mL)
dan 0,460 untuk jenis semen portland yang mengandung udara (230 mL).
(3) Masukkan air suling kedalam tromol mesin pengaduk sebanyak 30% dari berat
semen, kemudian masukkan semen sebanyak 500 gram kedalam tromol,
diamkan selama 30 detik agar menyerap kedalam semen. Kemudian jalankan
mesin pengaduk dengan kecepatan 140+5 rpm selama 30 detik.
(4) Masukkan pasir otawa/kwarsa kedalam tromol sebanyak 1375 gram sambil
pengaduk dijalankan dengan kecepatan 140+5 rpm selama 30 detik.

42 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


(5) Mesin pengaduk dihentikan selama 15 detik, selama itu dinding tromol dari
pasta yang menempel. Jalankan kembali mesin pengaduk dengan kecepatan
285+10 rpm selama 30 detik.
(6) Hentikan mesin pengaduk, segera bersihkan mortar yang menempel pada
pinggir-pinggir tromol selama 15 detik, kemudian biarkan mortar selama 75
detik.
(7) Jalankan kembali mesin pengaduk dengan kecepatan 285+10 rpm selama 60
detik.
(8) Penetapan laju alir
(a) Seka, bersihkan dan keringkan bagian atas meja alir secara hati-hati, dan
tempatkan cetakan alir ditengahnya (Gambar 1.21).

Gambar 1.21: Meja alir (flow table) , Frame, Flow mold

(b) Letakkan lapisan mortar dengan ketebalan ± 25 mm dalam cetakan dan


tumbuk 20 kali dengan penumbuk. Tekanan penumbukkan harus diatur
sedemikian rupa sehingga cukup mengisi bagian cetakan serba sama.
(c) Kemudian isi cetakan dengan mortar dan tumbuk seperti pada lapisan
pertama.

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 43


(d) Iris mortar untuk mendapatkan permukaan yang rata, ratakan bagian atas
cetakan dengan menggunakan sisi yang lurus dari pisau aduk (hampir tegak
lurus pada cetakan) dengan gerakan menggergaji bagian atas cetakan.
(e) Seka meja alir sampai bersih dan kering, dengan hati-hati untuk
menghilangkan air dari sekeliling sudut cetakan.
(f) Angkat cetakan dari mortar 1 menit setelah pengerjaan selesai.
(g) Segera turunkan meja setinggi 13 mm sebanyak 25 kali dalam 15 detik.
Aliran adalah hasil penambahan diameter rata-rata dari tumpukan mortar,
diukur sekurangkurangnya 4 tempat pengukuran, dinyatakan sebagai
presentase dari diameter dasar semula.
(h) Jumlah air pencampur untuk jenis semen lain sedemikian rupa sehingga
menghasilkan suatu laju alir 110 ± 5 dan dinyatakan sebagai persen berat
terhadap semen.
(i) Lakukanlah percobaan dengan mortar yang presentase airnya divariasikan
sampai diperoleh aliran yang diinginkan. Tiap kali melakukan percobaan
memakai mortar baru.
(9) Pencetakan benda uji
(a) Setelah didapat diameter leleh yang disyaratkan (misalkan 110 + 5 mm).
Biarkan mortar dalam mangkuk pengaduk, aduk selama 90 detik tanpa
penutup. Selama selang waktu 15 detik pertama, segera bersihkan mortar
yang menempel pada dinding mangkuk. Kemudian aduk kembali selama 15
detik pada kecepatan sedang. Segera setelah pengadukan selesai,
pengaduk digoyangkan untuk melepas mortar yang menempel dan
masukkan kedalam mangkuk
(b) Apabila duplikat diinginkan, kembalikan mortar dari meja alir ke mangkuk.
Segera turunkan yang menempel pada dinding mangkuk dan kemudian
aduk kembali seluruh adonan selama 15 detik pada kecepatan sedang.
Setelah pencampuran selesai, pengaduk harus digoyangkan untuk
membuang kelebihan mortar dalam mangkuk.
(c) Apabila campuran mortar duplikat diperlukan untuk uji tambahan,
pengujian alir ditiadakan dan mortar dibiarkan dalam mangkuk pengaduk

44 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


selama 90 detik tanpa penutup. Selama 15 detik terakhir, segera bersihkan
mortar yang menempel pada dinding mangkuk. Kemudian aduk kembali
selama 15 detik pada kecepatan sedang, setelah pengadukan selesai,
goyang-goyangkan pengaduk ke dalam menjatuhkan mortar yang
menempel ke dalam mangkuk pengaduk.
(d) Mulailah pencetakan benda uji menggunakan cetakan kubus 50 x 50 x 50
mm seperti Gambar 1.22, dengan waktu tidak lebih dari 2 menit dan 30
detik setelah selesai pengadukan. Tempatkan lapisan mortar setebal ± 25
mm (kira-kira ½ kedalaman cetakan) pada semua ruang cetakan kubus.
Tumbuk mortar dalam masing-masing ruang kubus sebanyak (4 X 8)
tumbukan dalam waktu ± 10 detik, tumbukkan pada putaran ke-2 putaran
selanjutnya, harus tegak lurus terhadap putaran tumbukkan terdahulu dan
terdiri atas 8 tumbukkan yang berdekatan satu sama lain pada permukaan
benda uji, seperti Gambar 1.23, untuk urutan tumbukan kesatu dan ketiga
serta Gambar 1.24 untuk urutan tumbukan kedua dan keempat.

Gambar 1.22: Cetakan Mortar 5 x 5 x 5 cm (cement cube mold)

(a) Tekanan penumbukkan harus cukup untuk menyakinkan pengisian cetakan


serba sama. Penumbukkan yang terdiri dari 4 putaran (32 tumbukan) harus
selesai untuk satu kubus sebelum dilanjutkan ke kubus yang lainnya. Bila
penumbukkan lapisan pertama pada semua ruang kubus telah selesai,
isilah kubus dengan sisa mortar dan kemudian ditumbuk seperti pada
lapisan yang pertama tadi. Selama penumbukan lapisan, usahakan agar
mortar yang mencuat ke atas cetakan, dikembalikan ke cetakan setelah

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 45


setiap putaran penumbukan selesai, dengan jalan menggunakan sarung
tangan. Setelah tiap kali penumbukkan selesai, puncak dari kubus harus
sedikit lebih tinggi dari puncak cetakan.

Gambar 1.23: urutan tumbukan kesatu dan Gambar 1.24: urutan tumbukan kedua dan
ketiga keempat

(b) Ambil mortar yang mencuat ke atas cetakan dengan pisau aduk dan ratakan
cetakan dengan bagian yang rata dari pisau aduk, masing-masing satu kali
melalui puncak tiap-tiap kubus dengan gerakan tegak lurus terhadap
panjang cetakan.
(c) Kemudian, untuk tujuan meratakan mortar yang mencuat ke atas dan
menjadi serba sama ketebalannya, irislah bagian yang datar dari pisau aduk
sekali lagi sepanjang cetakan. Iris kembali mortar sampai datar
permukaanya dengan puncak cetakan dengan jalam mengiriskan sisi yang
lurus dari pisau aduk (hampir tegak lurus dengan cetakan) dengan gerakan
menggergaji sepanjang cetakan.
(d) Segera setelah pencetakan benda uji selesai, tempatkan benda uji dalam
ruang lembab, jaga agar benda uji segera setelah pencetakan berada dalam
cetakan yang disimpan di atas dasar pelat di dalam ruangan lembab selama
(20-24) jam, dengan permukaan atasnya kontak dengan udara lembab
tetapi harus dihindarkan dari tetesan air. Bila benda uji dikeluarkan dari

46 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


cetakan sebelum 24 jam, jaga agar benda uji selalu berada dalam ruang
lembab sampai umur pengujian 24 jam. Kemudian rendam (kecuali untuk
pengujian 24 jam) dalam ruang penyimpanan yang terbuat dari bahan yang
tidak berkarat dan berisi air kapur jenuh, jaga agar air di dalam ruang tetap
jernih, bila perlu diganti airnya
(10) Pengujian kuat tekan
(a) Segera lakukan pengujian setelah benda uji dikeluarkan dari ruang lembab
khususnya untuk benda uji untuk umur pengujian 24 jam dari air rendaman
untuk pengujian-pengujian umur yang lain, diuji kekuatan tekannya sampai
pecah dengan ketentuan waktu seperti Tabel 1.11.
(b) Lakukan pengujian kekuatan tekan mortar untuk umur 3, 7, 14, dan 28 hari.
Dan gambarkan grafik kuat tekannya.

Tabel 1. 11: Toleransi waktu pengujian


Umur Pengujian Toleransi yang diperbolehkan
24 Jam ± 0,5 jam
3 Hari ± 1,0 jam
7 Hari ± 3,0 jam
28 Hari ± 12 jam

(c) Jika lebih dari satu benda uji pada saat sama yang dikeluarkan dari ruang
lembab, untuk pengujian 24 jam lindungi masing-masing benda uji tersebut
dengan kain basah sampai waktu pengujian dilaksanakan. Untuk pengujian
dengan umur pengujian yang lain, jika lebih dari satu benda uji pada waktu
yang sama dikeluarkan dari air rendaman untuk diuji, pelihara benda uji
dalam air pada suhu (23 ± 1,7)oC dan masing-masing benda uji terendam
sempurna hingga pengujian dilaksanakan. Seka setiap benda uji sampai
kondisi permukaan kering permukaan dan hilangkan butiran-butiran pasir
yang lepas atau lapisan kasar dari permukaan yang akan kontak dengan
landasan blok mesin uji.
(d) Periksa permukaannya dengan menggunakan mistar lurus. Jika terdapat
lekukan, gosok permukaannya hingga rata atau buang benda uji, secara
periodik periksalah penampang melintang benda uji.

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 47


(e) Berikan beban pada permukaan benda uji yang pada pencetakannya
kontak dengan permukaan yang rata dari cetakan. Hati-hati, tempatkan
benda uji pada mesin uji tepat di bawah titik pusat dari landasan blok atas.
Sebelum dilakukan pengujian pada masing-masing kubus, pastikan bahwa
blok tempat dudukan berbentuk lingkaran bebas bergerak. Tidak boleh
menggunakan bantalan.
(f) Beban awal, dengan laju penekanan yang diinginkan, dapat diberikan
sampai setengah dari beban maksimum benda uji yang diperkirakan
mempunyai beban maksimum lebih besar dari 13,3 KN. Jangan berikan
beban awal terhadap benda uji yang diperkirakan mempunyai beban
maksimum kurang dari 13,3 KN.
(g) Atur laju penekanan sedemikian rupa sehingga sisa beban (atau seluruh
beban dalam hal beban maksimum diperkirakan kurang dari 13,3 KN),
diberikan tanpa terhenti, sampai pecah pada laju penekanan sedemikian
rupa sehingga beban maksimum akan tercapai, tidak kurang dari 20 detik,
juga tidak lebih dari 80 detik sejak penekanan dimulai. Jangan lakukan
perubahan pada alat pengatur dari mesin uji kuat tekan pada saat benda
uji sedang ditekan dan belum pecah.
(h) Jika penampang luas dari suatu cetakan bervariasi lebih dari 1,5% dari
angka, gunakan luas yang sebenarnya untuk perhitungan kuat tekan. Kuat
tekan dari seluruh uji terima cetakan dibuat dari contoh yang sama dan
diuji pada perioda yang sama harus dirata-ratakan dan dilaporkan sampai
nilai terdekat dengan 10 psi (0,1 MPa).

5.3 Hitungan

Kekuatan tekan mortar (Mpa) = beban maksimum (P) dibagi luas benda uji

48 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


5.4 Perawatan

(1) Bersihkan semua peralatan yang telah dipakai, dan letakkan kembali pada
tempatnya.
(2) Lumasi mold/cetakan dengan oli/pelumas.

5.5 Pelaporan

Hasil pengujian dibuat dalam bentuk laporan sementara dan laporan akhir pengujian.

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 49


KOMPOSISI CAMPURAN SEMEN MORTAR
Semen Pasir Air
A Berat campuran bahan, gram
500 1375
CONTOH UJI
NO. URAIAN
A B Rata-rata
1 Berat benda uji, gram
2 Berat isi, gram/cm3

3 Luas permukaan, cm2

4 Tanggal Pembuatan
7 Umur pengujian 14 hari 14 hari
7.0 Tanggal Pengujian
7.1 Pembacaan dial, -
7.2 Beban, (P) -
7.3 Kekuatan tekan, (8)/(3), kg/cm2

7.4 Kekuatan tekan dalam Mpa, (9) x 0.1

8 Umur pengujian 28 hari 28 hari


8.0 Tanggal Pengujian

8.1 Pembacaan dial, -


8.2 Beban, (P) -
2
8.3 Kekuatan tekan, (8)/(3), kg/cm
8.4 Kekuatan tekan dalam Mpa, (9) x 0.1

KESIMPULAN

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 51


Catatan:

52 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


Pelaporan

Laporan sementara di buat paling lambat seminggu setelah praktek dilaksanakan,


dibuat secara berkelompok dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Laporan akhir untuk
materi ini dibuat seminggu setelah semua praktek dilaksanakan dibuat secara individual
dengan tulis tangan. Ketentuannya sebagai berikut:

1. Mengunakan kertas ukuran kertas A4, Dijilid rapi


2. Tulis tangan
3. Sistematika penulisan laporan akhir untuk Modul 1: Semen adalah sebagai
berikut:
Cover (boleh diprint)
Daftar Isi

Ringkasan hasil pengujian (berisi hasil ringkasan keseluruhan pengujian yang


dilakukan)

A. Pengujian .......(Berisi judul pengujian pertama yang dilakukan)


1. Maksud dan Tujuan Pengujian
(Menjelaskan maksud dan tujuan pengujian termasuk SNI rujukan )
2. Penjelasan Teoritik
(Berisi tentang pengertian, definisi atau teori yang terkait dengan
pengujian)
3. Alat dan Bahan yang digunakan
(dilengkapi dengan photo-photo peralatan dan bahan yang digunakan,
diprint warna lebih baik dan ditempelkan di laporan)
4. Prosedur Pengujian
(Berisi prosedur yang dilakukan saat pengujian merujuk pada langkah
dalam modul ini)
5. Hasil Pengujian
(Dilengkapi dengan laporan sementara yang sudah disetujui serta photo
benda uji hasil praktek. Grafik dapat menggunakan hasil print)

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 53


6. Kesimpulan dan Saran
(Berisi tentang kesimpulan dan saran yang diambil)

B. Pengujian .......(Berisi judul pengujian kedua yang dilakukan)


1. Maksud dan Tujuan Pengujian
(Menjelaskan maksud dan tujuan pengujian termasuk SNI rujukan )
2. Penjelasan Teoritik
(Berisi tentang pengertian, definisi atau teori yang terkait dengan
pengujian)
3. Alat dan Bahan yang digunakan
(dilengkapi dengan photo-photo peralatan dan bahan yang digunakan,
diprint warna lebih baik dan ditempelkan di laporan)
4. Prosedur Pengujian
(Berisi prosedur yang dilakukan saat pengujian merujuk pada langkah
dalam modul ini)
5. Hasil Pengujian
(Dilengkapi dengan laporan sementara yang sudah disetujui serta photo
benda uji hasil praktek. Grafik dapat menggunakan hasil print)
6. Kesimpulan dan Saran
(Berisi tentang kesimpulan dan saran yang diambil)

C. Pengujian .......(Berisi judul pengujian dst.. yang dilakukan dengan urutan


sub-judul yang sama)
D. DAFTAR PUSTAKA

54 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017


View publication stats

DAFTAR PUSTAKA

2-in. or [50-mm] Cube Specimens). In Annual Book of ASTM Standards, Vol 04.01. (Vol.
32, pp. 2141 2147). West Conshohocken: ASTM International.
https://doi.org/10.1520/C0109
ASTM C188-16. (2016). Standard Test Method for Density of Hydraulic Cement. ASTM
International. West Conshohocken, PA: ASTM International.
https://doi.org/10.1520/C0188-16
ASTM C191-18a. (2018). Standard Test Methods for Time of Setting of Hydraulic Cement by
Vicat Needle. West Conshohocken, PA: ASTM International.
https://doi.org/10.1520/C0191-08.2
ASTM C266-18. (2018). Standard Test Method for Time of Setting of Hydraulic-Cement Paste
by Gillmore. West Conshohocken, PA: ASTM International.
https://doi.org/10.1520/C0266-18
Mulyono, T. (2003). Teknologi Beton. Yogyakarta: Andi Offset.
Mulyono, T. (2015). Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek. (G. Bachtiar, Ed.). Jakarta: LPP
Press. Retrieved from https://trisutomo10.blogspot.com/2015/01/riwayat-
perkembangan-beton.html?q=riwayat+perkembangan+beton
Peraturan Menteri Perindustrian. (2015). Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia No.82/M-IND/PER/9/2015. Jakarta: Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia.
SNI 03-6825-2002. (2002). Metode pengujian kekuatan tekan mortar semen Portland untuk
pekerjaan sipil. Badan Standar Nasional Indonesia. Jakarta: Badan Standardisasi
Nasional.
SNI 2049:2015. (2015). Semen portland. Jakarta: Badan Standardisasi Nasiona (National
Standardization Agency of Indonesia).
SNI 2531:2015. (2015). Metode uji densitas semen hidraulis (ASTM C 188-95 (2003), MOD).
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Retrieved from
http://infolpk.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/22224

Seri 1 | Pengujian Bahan Semen | 55

Anda mungkin juga menyukai