net/publication/351351302
CITATIONS READS
0 4,739
1 author:
Tri Mulyono
Jakarta State University
56 PUBLICATIONS 30 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Tri Mulyono on 05 May 2021.
Tri Mulyono
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka Jakarta 13220
Hak Cipta© 2019 pada Penulis Hak Cipta dilindungi Undang-undang. Dilarang memperbanyak
atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara
elektronik maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistem
penyimpanan lainnya, tanpa ijin tertulis dari Penerbit atau Penulis
Buku ini merupakan rangkaian seri pengujian bahan beton dan beton yang dilakukan di
laboratorium, dimana terbagi menjadi:
Pengujian air dan bahan tambah tidak termasuk dalam buku ini karena penggunaan
air campuran beton relatif sedikit dilakukan pengujian dan pengujian bahan tambah sangat
bersifat pengujian kimia.
Harapannya buku ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan pengujian di
laboratorium. Referensi yang digunakan berasal dari beberapa referensi yang berhubungan
dengan pengujian bahan beton dan beton yang bersumber dari standar ASTM, AASTHO,
British Standard dan terutama Standar Nasional Indonesia (SNI) yang disesuaikan dengan
kebutuhan akademik. Buku ini juga memuat lembaran kerja mengenai tata cara mendapatkan
data-data pengujian dilengkapi juga dengan contoh hitungan dan pengantar teori.
Semoga Modul ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan
dapat membantu mahasiswa dalam mendalami tentang apa dan bagaimana pengujian
material penyusun beton dan beton dilakukan di laboratorium dan implementasinya
dilapangan atau industri konstruksi, dan peranannya dalam rekayasa sipil.
_____________ i
PRAKATA __________________________________________________________ iii
DAFTAR ISI _________________________________________________________ v
PENDAHULUAN _____________________________________________________ 1
1. Tujuan ___________________________________________________________ 2
2. Uraian Materi, Indikator Keberhasilan dan Alokasi Waktu Pembelajaran _____ 2
3. Kegiatan (Strategi/Metode) _________________________________________ 4
4. Tugas____________________________________________________________ 4
5. Evaluasi & Tagihan _________________________________________________ 4
6. Sumber dan Media Pembelajaran _____________________________________ 5
7. Pengantar Teori ___________________________________________________ 5
7.1 Berat Jenis Semen ____________________________________________________ 7
7.2 Konsistensi Semen ____________________________________________________ 8
7.3 Kekekalan Semen Portland dengan Kue Rebus ____________________________ 10
7.4 Waktu Pengikatan Semen _____________________________________________ 10
7.5 Kuat Tekan Mortar ___________________________________________________ 11
MATERI PEMBELAJARAN _____________________________________________ 19
1. Pemeriksaan Berat Jenis Semen _____________________________________ 19
1.1 Alat yang digunakan__________________________________________________ 19
1.2 Prosedur Pelaksanaan ________________________________________________ 20
1.3 Hitungan ___________________________________________________________ 21
1.4 Perawatan _________________________________________________________ 22
1.5 Pelaporan __________________________________________________________ 22
1.6 Lembar Laporan Sementara Pengujian Berat Jenis _________________________ 23
2. Pemeriksaan Konsistensi Semen Portland _____________________________ 24
2.1 Alat yang digunakan__________________________________________________ 24
2.2 Prosedur Pelaksanaan ________________________________________________ 25
2.3 Hitungan ___________________________________________________________ 26
2.4 Perawatan _________________________________________________________ 27
2.5 Pelaporan __________________________________________________________ 27
2.6 Lembar Laporan Sementara Pengujian Konsistensi Semen ___________________ 28
Pelaporan _________________________________________________________ 53
DAFTAR PUSTAKA ___________________________________________________ 55
Bahan beton dan beton merupakan bahan yang dominan digunakan untuk membuat
struktur pada pekerjaan sipil. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya (Mulyono,
2003), yang terdiri dari semen, air dan agregat dengan tidak atau menggunakan bahan
tambah. Sifat dan karakteristik bahan akan menentukan beton yang akan dibuat. Semen
merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah berhubungan dengan air.
Agregat tidak memainkan peranan yang pentingdalam reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi
sebagai bahan pengisi mineral yang dapat mencegah perubahan-perubahan volume beton
setalah selesai pengadukan, dan juga dapat memperbaiki keawetan dari beton yang
dikerjakan. Beton pada umumnya mengandung rongga udara sekitar 1%-2%, pasta semen
(semen dan air) sekitar 25%-40%, dan agregat (agregat halus dan agregat kasar) sekitar 60%-
75%.
Semen merupakan bahan dengan indek biaya paling besar dalam penggunaannya
untuk campuran beton, oleh karen itu memahami sifat dan karakteristiknya akan membantu
mereduksi biaya penggunaannya.
Semen non-Hidrolik merupakan semen yang tidak dapat mengikat dan mengeras di
dalam air, akan tetapi memerlukan udara untuk dapat mengeras, contoh utama dari semen
non-hidralik adalah kapur. Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan
mengeras di dalam air, semenhidrolik antara lain: Kapur hydrolik, semen pozollan, semen
terak , semen alam, semen portland , semen portland-pozolan , semen portland terak tanur
tinggi, semen alumina, semen expansif , dan jenis lainnya, seperti, semen porland putih,
semen warna, dan semen-semen untuk keperluan khusus.
1. Tujuan
Materi dan indikator keberhasilan dengan rencana pertemuan dua kali (200 menit)
tatap muka setelah memperlajari topik ini seperti Tabel 1.1 berikut:
3. Kegiatan (Strategi/Metode)
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara (1) Menjelaskan dalam kelas tentang
kegiatan belajar meliputi substansi materi; dan (2) praktek di laboratorium untuk
melaksanakan pengujian; serta (3) asistensi laporan.
4. Tugas
Mahasiswa setelah mempelajari materi ini diharapkan membuat laporan hasil praktek
sementara dengan lama tugas 7 x 24 Jam. Tugas lainnya adalah membuat laporan akhir untuk
setiap substansi materi dengan lama tugas 7 x 24 jam setelah laporan sementara di setujui.
Sumber dan media pembelajaran menggunakan lembar kerja praktek (job sheet) yang
sudah disiapkan sesuai dengan substansi kajian.
7. Pengantar Teori
Pengujian semen hidrolis dimaksudkan untuk mendapatkan data sifat dan karakteristik
semen sebagai konfirmasi atas spesifikasi yang tertulis dalam spesifikasi penjualan. Sejumlah
sampel tersebut didasarkan sesuai dengan keadaan jumlah semen yang berada di gudang dan
saat pengangkutan, yang diambil sesuai dengan skenario tertentu sesuai kaidah statistik.
Pengujian semen dimaksudkan untuk mendapatkan karakteristik sifat kimia dan fisika
dalam semen. Perbedaan antara data spesifikasi yang tertulis dalam manual certificate
dengan data hasil uji pengguna merupakan masalah yang serius, seperti misalnya spesifikasi
batasan alkali (Na2O) dan kandungan sulfate.
Hasil pengujian yang dilakukan untuk bahan-bahan beton dan beton yang diuji
diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai dasar untuk suatu perancangan dan untuk
mengontrol hasil rancangan.
Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah berhubungan
dengan air. Agregat tidak memainkan peranan yang pentingdalam reaksi kimia tersebut,
tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat mencegah perubahan-perubahan
volume beton setalah selesai pengadukan, dan juga dapat memperbaiki keawetan dari beton
yang dikerjakan. Beton (Mulyono, 2003) pada umumnya mengandung rongga udara sekitar
1%-2%, pasta semen (semen dan air) sekitar 25%-40%, dan agregat (agregat halus dan agregat
kasar) sekitar 60%-75%.
Jenis Semen terbagi menjadi dua katagori utama yaitu semen non-hidrolik dan semen
hidrolik. Semen non-hidrolik (Mulyono, 2003) adalah semen yang tidak dapat mengikat dan
mengeras di dalam air, akan tetapi memerlukan udara untuk dapat mengeras, contoh utama
Semen portland (SNI 15-2049-2004) adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan
cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat
hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk
kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain.
Berat jenis semen portland adalah perbandingan antara berat kering semen pada
suhu kamar dengan satuan isi. Berat jenis semen sekitar 3,14 3,15 pada suhu kamar. Suhu
kamar adalah suhu ruangan pada saat dilakukan pengujian dengan benda uji semen. Benda
uji adalah sejumlah semen portland dengan berat dan isi tertentu yang dibuat dari contoh-
contoh semen Portland dimana contoh semen portland adalah sejumlah semen portland
dengan berat dan isi yang diambil dari tempat penyimpanan secara acak serta dianggap
mewakili sejumlah semen portland yang digunakan sebagai bahan struktur (Mulyono, 2015).
Metode pengujian berat jenis semen sesuai dengan (SNI 2531:2015) atau (ASTM C188-
16, 2016) dilakukan untuk semen hidraulis khususnya penggunaan yang ada hubungannya
dengan rancangan dan pengendalian campuran beton. Density of Hydraulic Cement
ditentukan dengan menggunakan dua buah botol Le Chatelier, timbangan, kerosin bebas air
atau naphtha, baki, thermometer dan formulir laboratorium. Prosedur pengujiannya adalah
dengan mengisi botol Le Chatelier dengan kerosin atau napta sampai skala tertentu dan
keringkan bagian dalam botol di atas permukaan cairan, rendam botol Le Chatelier ke dalam
baki berisi air dan biarkan, setelah suhu cair dalam botol dan air sama, baca tinggi permukaan
cairan terhadap skala botol. Kemudian masukkan benda uji ke dalam botol, setelah seluruh
benda uji dimasukkan, goyang botol perlahan hingga gelembung udara dalam benda uji
keluar, rendam botol yang berisi benda uji dan cairan hingga suhu larutan dalam botol sama
dengan suhu air lalu baca tinggi permukaan larutan pada skala botol, dan hitung berat isi dan
berat jenis semen portland.
Berat jenis setiap benda uji dihitung dengan menggunakan Persamaan 1.1, dimana
adalah berat isi semen portland (gr/cc) dan berat semen, dalam gram dibagi dengan
yang merupakan isi kerosin atau naptha yang dipindahkan oleh benda uji.
berat jenis semen dan adalah berat isi air suling pada suhu
Cara lainnya dengan menggunakan botol berat jenis dengan kapasitas 100 ml. Dimana
berat botol kosong ditimbang ( ) kemudian ditambahkan semen kedalamnya lalu ditimbang
( ) sebagai berat botol + semen. Masukan kerosen atau minyak tanah kedalamnya didapatkan berat
botol+semen+minyak tanah ( ). Keringkan botonya lalu masukan kerosen didapatkan berat botol +
kerosen ( ), dengan diketahuinya berat jenis kerosen sekitar 0,79, maka berat jenis semen dapat
diketahui dihitung dengan Persamaan 1.3,
Metode uji ini meliputi pemeriksaan konsistensi normal dari semen hidrolis. Alat yang
digunakan dalam pengujian konsistensi semen merupakan alat vicat sesuai (ASTM C191-18a,
2018), Standard test method for time of setting of hydraulic cement by vicat needle. Alat vicat
seperti Gambar 1.1 terdiri dari rangka seperti Gambar 1.1(1) dan mempunyai batang yang
dapat digerakkan Gambar 1.1(2), beratnya 300 gram, salah satu ujung torak berdiameter 10
mm lihat Gambar 1.1(3), berjarak sekurang-kurangnya 50 mm, dan ujung lainnya jarum yang
dapat dibongkar pasang berdiameter 1 mm dan panjang 50 mm (Gambar 1.1(4)). Batang
dapat dipergunakan secara bolak balik dan dapat dipasang dalam beberapa posisi dengan
pengatur sekrup (Gambar 1.1(5)) dan mempunyai indikator yang dapat diatur Gambar 1.1(6),
dapat bergerak pada skala (ditunjukkan dalam mm) yang skalanya dilekatkan pada rangka
alat.
Berat batang yang dapat bergerak adalah (300 ± 0,5) gram. Diameter ujung batang
torak sebesar 10 ± 0,05 mm dengan Diameter jarum (1 ± 0,005) mm. Diameter dalam cincin
bagian bawah (70 ± 3) mm dan bagian atas (60 ± 3) mm serta Tinggi cincin (40 ± 1) mm.
Pembagian skala, bila dibandingkan dengan skala standar yang ketelitiannya 0,1 mm
pada setiap titik, tidak boleh menunjukkan penyimpangan lebih besar dari 0,25 mm.
Persen konsistensi dinyatakan dalam kadar air pasta dan dihitung dengan Persamaan
1.4, dengan adalah nilai konsistensi dinyatakan dalam kadar air pasta, % dan adalah berat
Penentuan waktu pengikatan semen portland mengacu pada (ASTM C191-18a, 2018),
Standard Test Method for Time of Setting of Hydraulic Cement by Vicat Needles dan (ASTM
C266-18, 2018), Standard Test Method for Time of Setting of Hydraulic Cement by Gillmore
Needles.
Benda uji yang digunakan untuk menentukan konsistensi normal bisa juga digunakan
untuk penentuan waktu pengikatan dengan jarum vicat. Waktu pengikatan dinyatakan dalam
waktu pengikatan awal dan akhir. Waktu pengikatan awal adalah saat jarum panetrasi
menembus 25 mm pada pasta semen, sedangkan waktu pengikatan akhir adalah ketika jarum
tidak nampak terbenam pada pasta.
Selama pengujian penetrasi peralatan harus bebas getaran. Jaga agar jarum diameter
1 mm tetap lurus dan tetap bersih karena gumpalangumpalan semen yang menempel pada
sisi jarum akan memperlambat penetrasi, bila semen menempel pada ujung jarum akan
mempercepat penetrasi. Waktu pengikatan tidak hanya dipengaruhi oleh persentase suhu air
yang dipakai, jumlah pasta yang diterima, tetapi juga disebabkan oleh suhu dan kelembaban
udara.
Hasil percobaan yang dilaksanakan oleh operator tunggal (within laboratory) standar
deviasi untuk pengikatan awal 12 menit dalam rentang (49-202) menit. Standar deviasi untuk
pengikatan akhir adalah 20 menit dalam rentang (185-312) menit. Karena itu hasil pengujian
yang dilakukan oleh operator yang sama bedanya tidak boleh lebih dari 34 menit untuk
pengikatan awal dan 56 menit untuk pengikatan akhir pada pasta yang sama. Jika hasil
percobaan dari multi laboratory (between laboratory) standar deviasi untuk pengikatan awal
16 menit dalam rentang (49-207) menit. Standar deviasi untuk pengikatan akhir adalah 43
menit dalam rentang (185-312) menit. Karena itu hasil pengujian yang dilakukan oleh 2
laboratorium yang berbeda, bedanya tidak boleh lebih dari 45 menit untuk pengikatan awal
dan 122 menit untuk pengikatan akhir pada pasta yang sama.
Persyaratan fisika semen portland harus memenuhi waktu pengikatan dengan alat
vicat seperti Tabel 1.3.
Penentuan kuat tekan mortar semen portland mengacu kepada (ASTM C109/C109M
, Standard Test Method for compressive strength of hydraulic cement mortar.
Metoda uji ini digunakan untuk penentuan kuat tekan mortar semen hidrolis dan
hasilnya dapat digunakan untuk mengetahui apakah semen memenuhi spesifikasi. Lebih
lanjut, metoda uji digunakan sebagai acuan oleh sejumlah spesifikasi dan metoda uji lainnya.
Hatihati bila hasil pengujian mortar ini akan digunakan untuk meramalkan kuat tekan
betonnya.
Campuran mortar semen dibuat dengan menggunakan mesin pengaduk (Gambar 1.2)
yang digerakkan dengan tenaga listrik dilengkapi dengan pengaduk dan mangkuk seperti
Gambar 1.3 dan 1.4, untuk mencampur mortar semen.
Mortar semen yang digunakan terdiri dari 1 bagian berat semen dan 2,75 bagian berat
pasir standar. Faktor air semen adalah 0,485 untuk semua jenis semen portland dan 0,460
untuk jenis semen portland yang mengandung udara. Jumlah air pencampur untuk jenis
semen lain sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu laju alir 110 ± 5 dan dinyatakan
sebagai persen berat terhadap semen. Laju alir di uji menggunakan meja alir dan cetakan alir
seperti Gambar 1.5.
Kuantitas dari bahan yang akan dicampur pada waktu yang sama didalam suatu
kumpulan mortar untuk membuat 6 (enam) dan 9 (sembilan) contoh uji a seperti Tabel 1.4.
Pasir yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang terdapat pada Tabel 1.5 yang
Perbedaan kandungan udara dari mortar yang dibuat dengan menggunakan pasir yang
dicuci dan yang tidak dicuci, % udara maksimum untuk pasir 20/30 sebesar 2% dan pasir yang
dinilai sebesar 1,5% dan jika kuat tekan semen portland dibuat dengan spesifikasi semen
14 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017
portland campur, semen dikurangi kira-kira 4% dari masing-masing persentase udara dalam
kubus yang dikompakkan Sebanyak tiga bak pasir yang dicuci dan tiga bak pasir yang tidak
dicuci dibutuhkan untuk mendeteksi suatu perbedaan kekuatan dari 7% antara pasir mortar
yang dicuci dan tidak dicuci.
(1) seka, bersihkan dan keringkan bagian atas meja alir secara hati-hati, dan
tempatkan cetakan alir ditengahnya;
(2) Letakkan lapisan mortar dengan ketebalan ± 25 mm dalam cetakan dan
tumbuk 20 kali dengan penumbuk. Tekanan penumbukkan harus diatur
sedemikian rupa sehingga cukup mengisi bagian cetakan serba sama;
(3) Kemudian isi cetakan dengan mortar dan tumbuk seperti pada lapisan
pertama;
(4) Iris mortar untuk mendapatkan permukaan yang rata, ratakan bagian atas
cetakan dengan menggunakan sisi yang lurus dari pisau aduk (hampir tegak
lurus pada cetakan) dengan gerakan menggergaji bagian atas cetakan. Seka
meja alir sampai bersih dan kering, dengan hati-hati untuk menghilangkan air
dari sekeliling sudut cetakan;
(5) Angkat cetakan dari mortar 1 menit setelah pengerjaan selesai;
(6) Segera turunkan meja setinggi 13 mm sebanyak 25 kali dalam 15 detik. Aliran
adalah hasil penambahan diameter rata-rata dari tumpukan mortar, diukur
sekurangkurangnya 4 tempat pengukuran, dinyatakan sebagai presentase dari
diameter dasar semula. Lakukanlah percobaan dengan mortar yang
presentase airnya divariasikan sampai diperoleh aliran yang diinginkan. Tiap
kali melakukan percobaan memakai mortar baru.
Mesin kuat tekan baik tipe hidrolis atau ulir, yang mempunyai bukaan yang memadai
antara bidang penekanan atas dan landasan bawah untuk memungkinkan pengujian berbagai
ukuran benda uji digunakan untuk menguji kuat tekan mortar beton. Beban yang digunakan
pada benda uji harus menunjukkan ketelitian ± 1,0%. Bidang penekanan atas mempunyai
tempat dudukan berbentuk lingkaran, blok logam yang keras terpasang dengan kuat pada
pusat bagian atas mesin. Bagian pusat lingkaran terletak di tengah-tengah permukaan blok
Temperatur dari udara sekitar papan pencampur, bahan kering, cetakan, pelat datar
dan mangkuk pencampur harus dipertahankan antara 20oC dan 27,5 oC. Temperatur dari air
pencampur, kelembaban ruang dan air didalam tangki penyimpan harus diatur pada suhu
sekitar (23 ± 2)oC. Kelembaban nisbi dari laboratorium tidak boleh kurang dari 50%.
Semen portland dicampur air dengan faktor air semen tertentu. Mortar semen yang
telah dimasukkan ke dalam kubus dipadatkan dengan jalan penumbukan ketika kubus berisi
setengah dan berisi penuh, benda uji dibiarkan pada cetakan dalam ruang lembab selama 1
hari, buka cetakan dalam ruang lembab selama 1 hari, buka cetakan dan benda uji direndam
dalam air yang mengandung kapur sampai waktu pengujian.
Penumbuk yang digunakan terbuat dari bahan yang non absorbsi, non abrasif, tidak
getas, seperti senyawa karet yang mempunyai kekerasan 80 ± 10 skala shore A atau kayu jati
yang dibuat non absorpsi, non abrasif, dengan jalan direndam dalam parafin selam 15 menit
pada suhu ± 200oC dan harus mempunyai penampang melintang dengan ukuran (13 x 25)
mm, panjang ± (120-150) mm. Muka penumbuk harus rata dan tegak lurus pada pegangannya
Cetakan kubus bersisi 50 mm harus dipasang secara kuat. Cetakan tidak boleh lebih
dari 3 kompartemen dan dipisahkan menjadi tidak lebih dari dua bagian. Bagianbagian dari
cetakan tersebut ketika di rakit menjadi satu unit yang kuat. Cetakan terbuat dari logam yang
kuat yang tidak berpengaruh oleh mortar semen. Untuk cetakan yang baru angka Rockwell
Hardness dari logam tidak boleh kurang dari 55 HRB. Sisi dari cetakan harus memiliki
kekakuan yang dapat mencegah pelebaran atau pembengkokkan. Sisi bagian dalam dari
cetakan harus rata dan memenuhi toleransi yang ada pada Tabel 1.6. Syarat kuat tekan mortar
beton sesuai dengan Tabel 1.7.
Ketelitian dari metoda uji kuat tekan mortar beton sesuai Tabel 1.8 di atas dan
didasarkan pada hasil dari laboratorium acuan semen dan beton program contoh acuan.
Ketelitian tersebut dikembangkan dari data dimana suatu uji menghasilkan rata-rata uji kuat
tekan dari tiga kubus yang dicetak dari bak mortar tunggal dan diuji pada umur yang sama.
Perubahan nyata dalam ketelitian tidak dapat diperoleh apabila hasi uji merupakan rata-rata
dari dua kubus, tidak sebagaimana kalau dipakai rata-rata 3 kubus.
(4) Masukkan botol kedalam bak air dengan suhu yang ditetapkan pada botol +20oC
untuk menyamakan suhu cairan dalam botol dengan suhu yang ditetapkan pada
botol.
(5) Setelah suhu cairan dalam botol sama dengan yang ditetapkan pada botol, baca
skala pada botol
(6) Masukkan semen Portland sebanyak 64 gram kedalam botol sedikit demi sedikit,
hindarkan penempelan semen pada dinding botol diatas cairan. Setelah semua
benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secara perlahan-lahan
sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan.
(7) Rendam kembali botol beserta isinya kedalam bak air, setelah suhu dalam botol
sama dengan suhu yang ditetapkan +20oC, baca skala pada botol, .
(8) Hitung berat jenis semen, yaitu: berat semen dibagi isi cairan yang dipindahkan
oleh semen dengan berat tertentu pada suhu 20oC.
20 |Tri Mulyono, FT UNJ, 2017
Gambar 1.8: Le chatelier flask (Botol Le chatelier)
1.3 Hitungan
Dimana :
Contoh:
Hasil uji dengan berat semen, seberat 64 gr. Pada saat pembacaan pertama
menghasilkan pembacaan pada skala botol Le chatelier, dan kedua
. Hitung berat isi semen dan berat jenis semen jika berat isi air pada suhu
.
Penyelesaian:
1.4 Perawatan
Bersihkan semua peralatan yang digunakan dan letakkan kembali pada tempatnya.
1.5 Pelaporan
Hasil pengujian dibuat dalam bentuk laporan sementara dan laporan akhir pengujian
Gambar 1.11: Stop Watch Gambar 1.12: Sarung Tangan Karet Gambar 1.13: Spatula
2.3 Hitungan
Contoh:
Hasil uji konsistensi beton normal untuk berat semen 300 gram dengan penggunaan
air 30%, 28%, 26%, 24%, 22% dan 20% memberikan nilai penurunan selama 30 detik
seperti Tabel 1.9. Hitunglah nilai konsistensi normal semen.
Penyelesaian:
2.4 Perawatan
Bersihkan semua peralatan yang digunakan dan letakkan kembali pada tempatnya.
2.5 Pelaporan
Hasil pengujian dibuat dalam bentuk laporan sementara dan laporan akhir pengujian.
CONTOH UJI
NO URAIAN
I II III
E Konsistensi 22%
1 Berat semen Portland, gram 650 650 650
2 Jumlah Air (mL) atau Berat air, gram 143 143 143
3 Penurunan jarum vicat selama 30 detik, mm
F Konsistensi 20%
1 Berat semen Portland, gram 650 650 650
2 Jumlah Air (mL) atau Berat air, gram 130 130 130
3 Penurunan jarum vicat selama 30 detik, mm
HITUNGAN
Rata-rata konsistensi semen Rata-rata penurunan jarum vicat selama 30
Portland detik, mm
A 30% ............. mm
B 28% ............. mm
C 26% ............. mm
D 24% ............. mm
E 22% ............. mm
F 20% ............. mm
Catatan : Konsistensi normal semen Portland didapat pada penurunan 10+1 mm di 30 detik.
Gambarkan hasilnya dalam bentuk Grafik dengan sumbu X adalah nilai konsistensi
semen hasil uji rata-rata dan sumbu Y adalah besarnya penurunan rata-rata selama 30 detik.
(1) Siapkan kebutuhan bahan, yaitu semen Portland sebanyak 650 gram.
(2) Masukkan air suling kedalam tromol mesin pengaduk sebanyak air yang
didapat pada konsistensi normal semen, kemudian masukkan semen sebanyak
650 gram kedalam tromol, diamkan selama 30 detik. Kemudian jalankan mesin
pengaduk dengan kecepatan 140+5 rpm selama 30 detik
(3) Mesin pengaduk dihentikan selama 15 detik, selama itu dinding tromol dari
pasta yang menempel. Jalankan kembali mesin pengaduk dengan kecepatan
285+10 rpm selama 1 (satu) menit.
(4) Ambil pasta semen dari tromol pengaduk, kemudian ambil pasta semen
dengan tangan dan letakkan diatas plat kaca, bentuk pasta semen tersebut
seperti kue dengan diameter 12 cm dan tinggi dibagian tengahnya 13 mm, dan
mengecil dibagian pinggirnya.
(5) Diamkan kue tersebut pada temperatur kamar selama 24 jam.
(6) Masukkan kue tersebut didalam air dan didihkan selama 3 jam menggunakan
kompor listrik atau hot plate (Gambar 1.16), dihitung dari saat air mulai
mendidih.
(7) Angkat kue dan perhatikkan keadaan fisiknya, apakah terjadi retak, pecah atau
menunjukkan perubahan bentuk lainnya.
(8) Ulangi percobaan tersebut untuk 3 buah sample.
Kekekalan semen Portland dinyatakan tidak kekal jika terdapat retakan-ratekann pada
permukaan semen.
3.4 Perawatan
Bersihkan semua peralatan yang telah dipakai, dan letakkan kembali pada
tempatnya.
Gambar 1.16: Peralatan Uji Kekalan Portland Cement Hot Plate dan Kompor Listrik
3.5 Pelaporan
Hasil pengujian dibuat dalam bentuk laporan sementara dan laporan akhir pengujian.
(1) Siapkan kebutuhan bahan, yaitu semen Portland sebanyak 650 gram.
Kemudian masukkan air suling kedalam tromol mesin pengaduk secukupnya,
kemudian masukkan semen sebanyak 650 gram kedalam tromol, diamkan
selama 30 detik agar menyerap kedalam semen. Kemudian jalankan mesin
pengaduk dengan kecepatan 140+5 rpm selama 30 detik.
(2) Mesin pengaduk dihentikan selama 15 detik, selama itu dinding tromol dari
pasta yang menempel. Jalankan kembali mesin pengaduk dengan kecepatan
285+10 rpm selama 1 (satu) menit.
(3) Ambil pasta semen dari tromol pengaduk, kemudian ambil pasta semen
dengan tangan dan bentuk seperti bola kemudian dilemparkan dari satu
tangan ketangan lain dengan jarak 15 cm. Sebanyak 6 kali.
(4) Pegang pasta bola dengan satu tangan, kemudian tekankan pada cincin konik
(Gambar 1.18) yang dipegang dengan tangan lain melalui lubang konik,
sehingga cincin konik penuh dengan pasta. Pasta ditekan pada posisi konik dari
lubang besar ke lubang yang kecil.
(5) Letakkan cincin konik dibawah jarum vicat, posisi konik diameter yang besar
dibagian bawah dan yang kecil diatas. dan sentuhkan jarum dengan bagian
tengah permukaan pasta. Posisi center cincin konik.
(6) Kelebihan pasta semen pada konik dibersihkan, pada permukannya diratakan
dengan sendok perata (spatula) yang digerakkan pada posisi miring pada
permukaan cincin, sehingga permukaan pasta rata benar dengan konik.
Diamkan selama 30 menit.
(7) Jatuhkan jarum vicat sehingga meyentuh permukaan pasta semen dengan cara
mengendurkan dan mengencangkan baut penjepit dan catat awal
penunjukkan jarum. Kemudian kendurkan baut penjepit tersebut sambil
jalankan stop watch, catat penurunan yang terjadi selama 30 detik.
(8) Ulangi pengukuran ini untuk titik yang lainya dimana, prosedur (i) dan (j) setiap
inerval 5 - 10 menit sampai didapat panetrasi yang lebih kecil dari 25 mm. Jarak
titik pengukuran satu sama lain tidak boleh lebih dekat dari 6 mm dan tidak
boleh lebih dari 9 mm diukur dari tepi cincin konik.
(9) Dengan melakukan interpolasi, tentukan waktu pengikatan yang diperlukan
untuk mencapai panetrasi 25 mm. Nilai ini sebagai Initial setting time (waktu
pengikatan awal). Waktu pengikatan akhir (final setting time) didapat jika
jarum panetrasi tidak lagi dapat menembus pasta semen dalam cincin konik.
(10) Ulangi prosedur diatas untuk beberapa kadar air minimal 3 buah sample
(1) Initial setting time (waktu pengikatan awal) didapat pada penurunan 25 mm
(2) Waktu pengikatan akhir (final setting time) didapat jika jarum panetrasi tidak
lagi dapat menembus pasta semen dalam cincin konik.
(3) Buat grafik penurunan vs waktu dan Penurunan vs kadar air.
Contoh:
Tentukan waktu pengikatan awal untuuk hasil uji waktu pengikatan yang memberikan
hasil dengan data sebagai berikut:
Penyelesaian:
Menggunakan data di Tabel 1.10, dibuat grafik penurunan vs waktu dan Penurunan vs
kadar air. Hubungan antara penurunan dengan waktu, digambarkan sebagai berikut:
Selanjutkan dibuatkan grafik hubungan antara waktu pengikatan dengan kadar air,
seperti Gambar 1.20. Menggunakan trendline (kecenderungan) dengan polinomial
didapatkan sebuah persamaan , jika kadar air (KA) dan
waktu pengikatan T, maka dapat ditulis menjadi:
4.4 Perawatan
Bersihakan semua peralatan yang telah dipakai, dan letakkan kembali pada
tempatnya.
4.5 Pelaporan
Hasil pengujian dibuat dalam bentuk laporan sementara dan laporan akhir pengujian.
(1) Siapkan kebutuhan bahan, yaitu semen Portland sebanyak 500 gram, dan pasir
standar seberat 1375 gram serta air suling.
(2) Faktor air semen adalah 0,485 untuk semua jenis semen portland (242,5 mL)
dan 0,460 untuk jenis semen portland yang mengandung udara (230 mL).
(3) Masukkan air suling kedalam tromol mesin pengaduk sebanyak 30% dari berat
semen, kemudian masukkan semen sebanyak 500 gram kedalam tromol,
diamkan selama 30 detik agar menyerap kedalam semen. Kemudian jalankan
mesin pengaduk dengan kecepatan 140+5 rpm selama 30 detik.
(4) Masukkan pasir otawa/kwarsa kedalam tromol sebanyak 1375 gram sambil
pengaduk dijalankan dengan kecepatan 140+5 rpm selama 30 detik.
Gambar 1.23: urutan tumbukan kesatu dan Gambar 1.24: urutan tumbukan kedua dan
ketiga keempat
(b) Ambil mortar yang mencuat ke atas cetakan dengan pisau aduk dan ratakan
cetakan dengan bagian yang rata dari pisau aduk, masing-masing satu kali
melalui puncak tiap-tiap kubus dengan gerakan tegak lurus terhadap
panjang cetakan.
(c) Kemudian, untuk tujuan meratakan mortar yang mencuat ke atas dan
menjadi serba sama ketebalannya, irislah bagian yang datar dari pisau aduk
sekali lagi sepanjang cetakan. Iris kembali mortar sampai datar
permukaanya dengan puncak cetakan dengan jalam mengiriskan sisi yang
lurus dari pisau aduk (hampir tegak lurus dengan cetakan) dengan gerakan
menggergaji sepanjang cetakan.
(d) Segera setelah pencetakan benda uji selesai, tempatkan benda uji dalam
ruang lembab, jaga agar benda uji segera setelah pencetakan berada dalam
cetakan yang disimpan di atas dasar pelat di dalam ruangan lembab selama
(20-24) jam, dengan permukaan atasnya kontak dengan udara lembab
tetapi harus dihindarkan dari tetesan air. Bila benda uji dikeluarkan dari
(c) Jika lebih dari satu benda uji pada saat sama yang dikeluarkan dari ruang
lembab, untuk pengujian 24 jam lindungi masing-masing benda uji tersebut
dengan kain basah sampai waktu pengujian dilaksanakan. Untuk pengujian
dengan umur pengujian yang lain, jika lebih dari satu benda uji pada waktu
yang sama dikeluarkan dari air rendaman untuk diuji, pelihara benda uji
dalam air pada suhu (23 ± 1,7)oC dan masing-masing benda uji terendam
sempurna hingga pengujian dilaksanakan. Seka setiap benda uji sampai
kondisi permukaan kering permukaan dan hilangkan butiran-butiran pasir
yang lepas atau lapisan kasar dari permukaan yang akan kontak dengan
landasan blok mesin uji.
(d) Periksa permukaannya dengan menggunakan mistar lurus. Jika terdapat
lekukan, gosok permukaannya hingga rata atau buang benda uji, secara
periodik periksalah penampang melintang benda uji.
5.3 Hitungan
Kekuatan tekan mortar (Mpa) = beban maksimum (P) dibagi luas benda uji
(1) Bersihkan semua peralatan yang telah dipakai, dan letakkan kembali pada
tempatnya.
(2) Lumasi mold/cetakan dengan oli/pelumas.
5.5 Pelaporan
Hasil pengujian dibuat dalam bentuk laporan sementara dan laporan akhir pengujian.
4 Tanggal Pembuatan
7 Umur pengujian 14 hari 14 hari
7.0 Tanggal Pengujian
7.1 Pembacaan dial, -
7.2 Beban, (P) -
7.3 Kekuatan tekan, (8)/(3), kg/cm2
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
2-in. or [50-mm] Cube Specimens). In Annual Book of ASTM Standards, Vol 04.01. (Vol.
32, pp. 2141 2147). West Conshohocken: ASTM International.
https://doi.org/10.1520/C0109
ASTM C188-16. (2016). Standard Test Method for Density of Hydraulic Cement. ASTM
International. West Conshohocken, PA: ASTM International.
https://doi.org/10.1520/C0188-16
ASTM C191-18a. (2018). Standard Test Methods for Time of Setting of Hydraulic Cement by
Vicat Needle. West Conshohocken, PA: ASTM International.
https://doi.org/10.1520/C0191-08.2
ASTM C266-18. (2018). Standard Test Method for Time of Setting of Hydraulic-Cement Paste
by Gillmore. West Conshohocken, PA: ASTM International.
https://doi.org/10.1520/C0266-18
Mulyono, T. (2003). Teknologi Beton. Yogyakarta: Andi Offset.
Mulyono, T. (2015). Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek. (G. Bachtiar, Ed.). Jakarta: LPP
Press. Retrieved from https://trisutomo10.blogspot.com/2015/01/riwayat-
perkembangan-beton.html?q=riwayat+perkembangan+beton
Peraturan Menteri Perindustrian. (2015). Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia No.82/M-IND/PER/9/2015. Jakarta: Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia.
SNI 03-6825-2002. (2002). Metode pengujian kekuatan tekan mortar semen Portland untuk
pekerjaan sipil. Badan Standar Nasional Indonesia. Jakarta: Badan Standardisasi
Nasional.
SNI 2049:2015. (2015). Semen portland. Jakarta: Badan Standardisasi Nasiona (National
Standardization Agency of Indonesia).
SNI 2531:2015. (2015). Metode uji densitas semen hidraulis (ASTM C 188-95 (2003), MOD).
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Retrieved from
http://infolpk.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/22224