Anda di halaman 1dari 54

Penanganan longsoran tebing (sungai, bendungan,

jalan di dekat sungai) yang terjadi secara alamiah


atau pada saat pelaksanaan konstruksi
Prof. Teuku Faisal Fathani, Ph.D.
Ketua Pusat Unggulan dan Inovasi Teknologi Kebencanaan UGM (GAMA-InaTEK)
Vice President of the International Consortium on Geodisaster Reduction (ICGdR)
Vice President of the International Consortium on Landslides (ICL)
Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM

Bintek Menjawab Leading Engineering Services through Evidence-based Practice


Kementerian PUPR 8-9 November 2021
Outline Materi

Penyebab dan Mekanisme Kerentanan pada Tebing Sungai

Penanganan Longsoran Tebing Sungai

Potensi Longsoran dan Stabilitas Bendungan

Contoh Kasus
Penyebab Kerentanan pada Tebing Sungai
• Geomorfologi : Bentuk sungai
- Pada kelokan sungai, sisi/radius luar akan menerima gaya yang lebih besar
daripada sisi/radius dalam.
- Tebing sungai yang curam memiliki potensi runtuh yang lebih besar daripada
tebing yang landai.

a. Tampak Atas b. Potongan Melintang


Sumber : NIPPON KOEI, 2007
Penyebab Kerentanan pada Tebing Sungai
• Aspek Hidraulika
- Kecepatan dan debit aliran
yang besar akan memberikan
daya rusak yang lebih besar
pada tebing sungai.
Sumber : NRCS, 2007

- Erosi dan deposisi akan


mempengaruhi stabilitas
tebing sungai. Kaki tebing
sungai yang mengalami erosi
akan kehilangan tahanan
dukung secara signifikan.
Sumber : Kunzig, 1989 Sumber : Surficial Geology and Hazard
Penyebab Kerentanan pada Tebing Sungai
• Aspek Geoteknik
Jenis material tanah/batuan.
Parameter kuat geser material
yang kecil akan memberi
tahanan geser yang kecil pula.
Beban yang bekerja pada
tebing lereng cukup besar.
Beban dapat berasal dari
bangunan/infrastruktur, Singkapan lapisan lempung dengan Penurunan kohesi yang signifikan
kegiatan masyarakat, kuat dukung rendah pada lempung jenuh air
rembesan air, maupun gempa.
Kondisi saturasi tanah/batuan
yang besar akan menurunkan
kapasitas dukung material.
System Planning: Penanganan Struktural
a. Kegiatan normalisasi sungai:
▪ Mempertahankan sempadan sungai dan fungsi badan sungai,
▪ Mengamankan tebing sungai dari bahaya longsor,
▪ Memperkecil perubahan dasar sungai, dll.

b. Kerusakan tebing dapat diatasi dengan tipe perlindungan tebing yang optimal

c. Diperlukan data primer dan sekunder yang memadai untuk perancangan


struktur pelindung tebing (revetment) maupun tanggul (embankment) yaitu:
- Pemetaan topografi dan batimetri
- Kajian hidrologi dan hidrolika
- Penyelidikan geologi teknik dan geoteknik
- Aspek sosial-budaya, kebijakan dan regulasi
Proteksi dan Perbaikan
Klasifikasi Tipe Pekerjaan
Tebing Sungai Pekerjaan Perkuatan Riprap
Dinding Penahan Tanah
Bronjong/Gabions
Sheet Pile
Geotextile Bag
Pengurangan Erosi Bioengineering
Palung Sungai Pekerjaan Konsolidasi Stone Consolidation
Concrete Consolidation
Spur Dikes
Check Dam Check Dam
Groundsill
Lainnya Relokasi dan Normalisasi Sungai
Riprap
• Susunan bongkahan batu atau block beton dengan ukuran dan volume tertentu
• Bersifat fleksible
• Dapat mereduksi gelombang dan energi dari aliran air sungai

Sumber : Sholtes, 2013


Modes of Revetment Riprap Failure

Particle erosion Modified slump

Translational slide Slump


Typical types of riprap

Revetment riprap with buried toe Revetment riprap with mounded toe Typical cross section for abutment riprap

Typical cross section through guide bank.


Referensi Perencanaan Tanggul Riprap/krib

1. SNI 2400.1:2016
Tata cara perencanaan krib di sungai – Bagian 1: Perencanaan umum
2. NCHRP REPORT 568
Riprap Design Criteria, Recommended Specifications, and Quality Control
3. HEC 11
Design of Riprap Revetment
4. British Columbia
Riprap Design and Construction Guide
Dinding Penahan Tanah
• Bahan : pasangan batu kali, beton, dan beton bertulang
• Fungsi utama : menahan gaya-gaya lateral
Dinding Penahan Tanah

a. Gravity Wall b. Cantilever Wall c. Counterfort/Buttress Wall


Bronjong/Gabions
• Bahan : anyaman kawat yang diisi
dengan batu kali
• Fungsi : counterweight
• Struktur cukup fleksibel
Sheet Pile
• Sheet pile → satu jenis konstruksi dinding penahan tanah sebagai waterfront
structures
• Pemancangan tidak memerlukan pengeringan area kerja, bahan konstruksi
ringan, dan cocok pada tanah lunak yang tidak berbatu.
• Bahan: kayu, baja, beton bertulang (precast concrete) atau dari bahan
sintetik.
• Sheet pile tipe kantilever dan sheet pile dengan angkur.
• Metode konstruksi: struktur timbunan (backfilled structure) dan struktur
galian (dredged structure).
Geotextile Bag
• Bahan : Geotekstil Properties Reference Unit Value
woven/nonwoven Geotexile
Polymer Type Polyester/PP
• Bahan isi : Butiran
Nominal Mass ISO 9864 Gms/sq ≥ 400
granuler m
Tensile Strength ASTM D4595 kN/m ≥ 20
Tensile Elongation ASTM D4595 % ≥ 40 %
≥ 90%
Puncture Resistance ASTM D4833 kN ≥ 40
Opening Size ASTM D4751 mm ≥ 0.07
≥ 0.16
UV Resistance ASTM D435 %/Hr 70/50
Geotextile Bag
Seam Type Double Seam
Preferably flat dimensions 103 cm × 70 cm
Geotextile Bag
3
5223R (2.5m )
3 2.5m Soft Rock Dimensions
B-B
Soft Rock Containers
1 800
B-B
B
B-B Toe Detail
B-B

B-B
terrafix 600R 0.0 AHD
B-B
A A
B-B -1.0 AHD
2 400

Wall X-Section
3
5223R (2.5m )
Soft Rock Containers B
B-B Full Container
3
2152R (0.75m )
Soft Rock Containers terrafix 600R
B-B
1 800 2 400

B-B
650 650

Encapsulated self healing toe

Section A-A Section B-B


Toe Detail
This document is not to be considered a full design and is provided without obligation. Complete engineering design must be performed by a suitably qualified engineer
Geotextile Bag

Island Wangerooge (North Sea) / Germany, 2002


Bioengineering
Tujuan:
• Memperkuat permukaan lereng
• Menambah kuat geser melalui akar
tanaman
• Mengurangi infiltrasi berlebih
• Menyerap air
Sumber : crwp.org Sumber : nrcs.usda.gov

Sumber : Bentroup and Hoag, 1998


Kontrol terhadap beban dinamis (Gempa)

• SNI-8460-2017 Persyaratan Perancangan Geoteknik


• Standar Perencanaan untuk Bangunan Air Tahan Gempa Indonesia (KP-06)
• SNI-1726-2019 Tata Cara Perencanakan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non-gedung
• Probabilistic seismic hazard analysis
Kontrol terhadap beban dinamis (Gempa)
(1) Metode pendekatan empiris Day (1999)
 a max  2
PE = 0,5 K a  h 
 g 
PE adalah gaya pseudostatic earthquake (kN), Ka adalah koefisien tanah aktif, amax adalah
percepatan pseudostatic maksimal (m/s2), g adalah percepatan gravitasi (m/s2), h adalah tinggi
yang ditinjau (m), dan  adalah berat volume tanah (kN/m3). Gaya PE bekerja pada jarak ⅔H di
atas dasar dinding penahan tanah.

(2) Metode Seed and Whitman (1970)


3  a max  2
PE =  h 
8 g 
Seed dan Whitman merekomendasikan : komponen dinamis bekerja 0,6H di atas dasar dinding
penahan tanah.
Kontrol terhadap beban dinamis (Gempa)
(3) Metode Mononobe-Okabe (M-O)

PAE = 0,5K AE .H 2 (1 − k v )

cos 2 ( −  −  )
K AE =
sin ( +  )sin ( −  −  ) 
2

cos cos 2  cos( +  +  )1 + 
 cos ( −  ) cos ( +  +  ) 
cos 2 ( +  −  )
K PE =
sin ( +  )sin ( +  −  ) 
2

cos cos  cos( −  +  )1 −
2

 cos ( −  ) cos ( −  +  ) 

 kh   sat k h
Tanah jenuh air:  = tan
−1
Tanah kering:  = tan  
−1

 1 − kv   b (1 − ru )(1 − k v )
Contoh Kasus 1

Penyelidikan Tanah dan Perancangan


Pelindung Tebing Sungai Pesanggrahan
PETA TOPOGRAFI SUNGAI PESANGGRAHAN

U
System Planning
50 25 0 50 100 150 200 250 m

No. Gambar: 1
1. Cantilever wall dari beton bertulang:
Pada ruas antara P600 – P635 (Sta 0 – 17)
(Pintu air – Jl. Tol ke Merak)

35
P.6
P.634
30
P.6

P.633

P.629
32 P.631
P.6

28
P.6
P.62
7

P.6
26
P.6
24
P.6
23
6 Legend

22
P.6
25
P.6
5
8

WS Max WS

P.621
P.61
9
P.61

Elevasi (m)
P.62
0

Ground
3
P.617

Bank Sta
P.616

2
15

1
P.6

14
P.6
P.613

0
12
P.6

Keterangan: P.608 P.60


7
1
P 61

Cantilever Wall
Turap -1
0
61

0 5 10 15 20 25 30
P

P.606

Tanggul
15

Jarak (m)
P.6

14
P.6
P.613

Kondisi existing P635


12
P.6

7
P.608 P.60
1
P 61

0
61
P

P.606

U
Elevasi m.a max = 5,63 m
P.605

P.609
P.604

Elevasi m.a. min = 0,81 m


03
P.6
02
P.6

50 25 0 50 100 150 200 250 m


01
P.6

No. Gambar: 2
P 600

P.599
K p = cos  .
cos  + (cos 2
 − cos 2  )
cos  − (cos 2
 − cos 2  )
Hasil Perancangan Cantilever Wall

25 50

Elevasi muka
air rencana 50 2D19
80

Drainasi PVC Filter


f 2” per 2 m 2D19
80
5

350
80 4D19

70 6D19
50
40 2D19
Lantai kerja t=5
D19 100
Pasir urug t=10
220

Potongan melintang Potongan memanjang

* Satuan dalam cm
P
43
7

P 447

5
P 43
System Planning
P 446

4
P 43

P 43
8
P 445

P 444

3
P 43
P
43
9
3
P 44

P 432
44
2
P
P 441
44
0
P

Perancangan Turap (sheet pile):

P 431
P 428
7
P 42

P4
25

P 426
Pada ruas antara P423 – P447 (Sta 81 – 90)

0
P 43
24

(Cipulir Permai – Pasar Cipulir)


P4

9
P 42

U
P 423

P 414
P

P 413
41
P 422

5
P
41

18
6
P 421

P 41
7

50 25 0 50 100 150 200 250 m


Legend
2
P 411
41
P

9
40
P

42
0
P
40
4 No. Gambar: 6
16
P

WS Max WS
P 419

P 418
10
P.4

P 408

Elevasi (m)
P 403

Ground
P 405
P 40

14
6
P 402

P 407

Bank Sta
12
P 401
0

10
P 40

9
39

2
P

P 39

8
P 39 P 393

P 39
7

P 396 8
P 39
5
0 10 20 30 40 50 60
P 391
4
P 39

P 390

Jarak (m)
9
P 38

Kondisi existing P425


8
38
P

7
38
P

3
38
P
5
38
P

Keterangan:
P 384

Cantilever Wall P 378

Turap P 37
7
P 381

Tanggul
6
P 37
K p = cos  .
cos  + (cos 2
 − cos 2  )
cos  − (cos 2
 − cos 2  )
Hasil perancangan turap menggunakan Baja Profil Larssen 31

A A

650

Tampak Depan Potongan B-B

Potongan A-A
Contoh Kasus 2

Penyelidikan Tanah dan Perancangan


Pelindung Tebing Sungai Sesayap
Perencanaan Perlindungan Tebing

Pemilihan jenis struktur, dimensi rencana, dan kekuatan bahan konstruksi


pelindung tebing ditentukan oleh beberapa faktor:

▪ Kondisi tanah dasar (kuat geser, permeabilitas, kapasitas dukung dan


stabilitas lereng),

▪ Hidrolika sungai (aliran air tanah, erosi dasar sungai, erosi tebing dan
pengaruh pasang surut),

▪ Perbedaan tinggi tanah yang ditahan,

▪ Area bebas yang tersedia untuk pelaksanaan konstruksi


Penyelidikan Geoteknik

Lokasi Sondir, Handbor


dan Test Pit
BH1, S1 : Seluing hilir
BH2, S2 : Seluing hulu
BH3, S3 : Tanjung Lapang
BH4, S4 : Jembatan Malinau I hulu
BH4, S5 : Jembatan Malinau I hilir
• Pengikisan/erosi tebing di
kawasan Seluing

• Bekas pemancangan
sheetpile yang kurang
berhasil di kawasan Seluing
Seluing Hilir

Ketinggian tebing
Penangan Struktural
◼ Kerusakan dan longsoran tebing sungai dapat diatasi dengan konstruksi dinding
penahan tanah (retaining wall) yang bertumpu pada tumpukan batu ( > 60 cm)
kemiringan 1 : 2.
◼ Untuk kemudahan pelaksanaan, dipilih konstruksi retaining wall dari buis beton
diameter 1 m dan tinggi 1 m yang disusun 3 lajur - 2 susun. Di antara buis beton
tersebut diberikan perkuatan angkur dan bagian atas dan bawah diperkuat dengan
slab beton bertulang (t = 0,3 ~ 0,4 m).
◼ Di belakang konstruksi ini diperkuat dengan geosintetik (Stabilenka 800/100) yang
berfungsi sebagai reinforcement untuk mencegah kelongsoran lokal dan sebagai
separator/filter.
456750

457000

457250

457500

457750

458000

458250

458500

458750
456750

457000

457250

457500

457750

458000

458250

458500

458750

459000

459250

459500

459750

460000
398000 398000
397000 397000

397750 397750

MALINAU SEBERANG
BM 1
X=459494.86 396750 396750
Y=397484.39
Elev. 24.44
397500 397500
BMPU 1
X=458835.84
Y=297273.14
Elev. 24.72

397250 397250

396500 396500

397000 397000
Rencana
gorong-gorong
S.
SE
MB
UW
A K
396250 396250
396750 396750
STA 16

STA 15

STA 14
396500 396500

STA 13
396000 396000
SELUWING STA 12

396250 396250 STA 11

STA 10

STA 9

396000 396000 395750 STA 8 395750

STA 7

STA 6
BMPU 2
395750 395750
BMPU 2 X=45315.00 STA 5
X=45315.00
LAYOUT EXISTING Y=39573.00
Y=39573.00
Elev. 26.32 Elev. 26.32 STA 4
395500 395500
S k a l a 1: 12000
STA 3
395500 395500
KAMPUNG PELITA STA 2 LAYOUT RENCANA
S k a l a 1: 7500
STA 1

395250 395250
460000
456750

457000

457250

457500

457750

458000

458250

458500

458750

459000

459250

459500

459750

395250 395250

456750

457000

457250

457500

457750

458000

458250

458500

458750
Layout Existing Seluwing dan Malinau Seberang Layout Rencana Seluwing
Konstruksi Revetment

0.20 2.75 34.45

2.75
Urugan tanah subur Paving block
Paving block
Pasir urug
Pasir urug Lapisan geotexstile Lapisan geotexstile
+27.50 Slab beton
Slab beton 3.00 0.30
0.50
0.30
Timbunan sirtu Timbunan sirtu
1.00 Buis beton Pasangan batu 1.00
+26.65 +25.30
0.30
0.30 0.65
+26.00 +26.00 +24.65
MA Banjir Q=1000 m3/s, +24.48 m
0.85
2.00 Slab beton
2.00
Slab beton Susunan batu kosong Ø 20-30 cm
1.50 +23.00 Susunan armour rock Ø Min 70 cm
Susunan batu kosong Ø 20-30 cm +24.20 +22.60 0.40 +22.60
0.40 +23.80 1.70
5.30 Galian
Susunan armour rock Ø Min 70 cm
Tanah asli
6.90
4.35
2 2
1 Tanah asli 1

+19.70

+19.10

0.80 1.00
20.00 Lapisan geotexstile +18.10
+19.80
0.95
9.00
4.35 3.20 4.75 0.80
4.00 Timbunan sirtu

13.10

0.80 19.40 0.80


DETAIL PENAMPANG STA 11
S k a l a 1: 150
DETAIL PENAMPANG STA 3
S k a l a 1: 150
Parkir Motor

Parkir Mobil

Site Plan A

± 0.00
- 0.20
- 0.40 Hall
- 0.60
- 0.20
- 0.40

Pintu Masuk
Taman Seluwing
Sisi Utara
A

Taman
Sungai Sesayap

B B

Taman

gorong-gorong Kawat pengikat


1.5x1m 2 kali (2 lubang)
Pergola diberi tanaman

1500

Tanaman perdu Pohon palem Ø 10 Tanaman perdu

3000
1200

1200
1700

1700
800

500 800
- 0.50

pendesrian
Hall masuk sisi utara

500

500
± 0.00 - 0.10 - 0.10 ± 0.00 Jogging Track ± 0.00
- 0.20 - 0.20 Jalan
Sungai Sesayap - 0.40 - 0.40 - 0.05
- 0.60 saluran air

Taman
997
Jogging Track
3001
Tangga panjat tebing
4014
Panjat tebing
9175 600
Jogging Track
3000
Taman
997
Saluran air
2007
Taman
501 3000
Jalan
7000 POTONGAN A - A

Taman

Sungai Sesayap

tepi luar jogging track


ada drainase 0.5x0.5 m
Taman

AS jogging track
C

Pintu Masuk
Taman Seluwing
Sisi Selatan

Tanaman perdu Pohon palem Ø 10 Tanaman


Pohonperdu
palem Ø 10

1200

1200
1700

1700
800

500 800
Taman - 0.50
Panjat Pendesrian
500

500
Tebing jogging track
± 0.00 ± 0.00 - 0.10 ± 0.00
- 0.20 - 0.20 Jalan
- 0.40 - 0.40 - 0.05
Parkir Mobil
Sungai Sesayap - 0.60 Saluran air

gorong-gorong Parkir Motor


1.5x1m 2 kali (2 lubang)

C
Taman
997
Jogging Track
3045 540
Panjat tebing
9235
Tangga panjat tebing
4069
Jogging Track
3000
Taman
997
Saluran air
2007
Taman
501 3000
Jalan
7000 POTONGAN B - B
Taman

Cross-section Landscape
Sungai Sesayap

Taman

Taman
Penanganan longsoran lerang pada Bendungan
No Nama Bendungan Status Tipe Tinggi (m)
1 Bener (Re-DED, 2008) Re-DED Concrete Face Rock Fill (CFRF) 159
Review 28 Dam di 2 Jragung (Re-DED, 1979) Re-DED Earth and Rock Fill 73
3 Randugunting (Re-DED, 2005) Re-DED Earth Core Rockfill Dam (ECRD) 34.5
Indonesia* 4 Sidan (BD, 2014) Basic Desain Earth Core Rockfill Dam (ECRD) 65
5 Telagawaja (Re-DED, 2014) Re-DED Earth Core Rockfill Dam (ECRD) 95
6 Kolhua (FS, 2009) FS Earth Core Rockfill Dam (ECRD) 45.13
7 Tiro (Re-DED, 2010) Re-DED Earth Core Rockfill Dam (ECRD) 58
8 Matenggeng (Re-DED, 2012) Re-DED Earth Core Rockfill Dam (ECRD) 108
9 Pamukkulu (Re-DED, 2014) Re-DED Concrete Face Rock Fill (CFRF) 62
10 Pelosika (Re-DED, 2013) Re-DED Earth Core Rockfill Dam (ECRD) 86
11 Napunggete (FS, 2013) FS Rockfill dam with straight core 45.5
12 Lausimeme (Re-DED, 2008) Re-DED Rockfill dam 73.5
13 Way Apu (Re-DED, 2014) Re-DED Earth Core Rockfill Dam (ECRD) 37
14 Rokan Kiri (FS, 2015) FS No information
15 Sukaraja III (Re-DED, 2013) Re-DED Concrete Face Rock Fill (CFRF) 17
16 Segalamider (Re-DED, 2013) Re-DED Earth Core Rockfill Dam (ECRD) 38.5
*kecuali Bonango Hulu di BWS 17 Riam Kiwa (FS, 2014) FS Earth Core Rockfill Dam (ECRD) 40
Sulawesi IV dan Mbay di BWS 18 Sadawarna (DED, 2012) DED Earth Core Rockfill Dam (ECRD) 42
Nusa Tenggara II 19 Bagong (SID, 2014) SID Earth Core Rockfill Dam (ECRD) 75
20 Semantok (SID, 2013) SID Earth Core Rockfill Dam (ECRD) 40.7
21 Jenelata (FS, 2013) FS Earth Core Rockfill Dam (ECRD) 48 - 61 - 67
22 Lambakan (Re-DED, 2013) Re-DED Earth Core Rockfill Dam (ECRD) 75
23 Meninting (Re-DED, 2013) Re-DED Earth Core Rockfill Dam (ECRD) 63
24 Loea (FS, 2015) FS Earth Core Rockfill Dam (ECRD) 46.25
25 Komering (FS, 2013) FS Concrete Face Rock Fill (CFRF) 122.6
26 Bone Hulu (BD, 2014) Basic Desain Earth Core Rockfill Dam (ECRD) 94.3
Earth Core Rockfill DAM

Bendungan Randugunting

Bendungan Telagawaja
Layout of the Dam

Bendungan Pelosika
Belajar dari pengalaman
• Sistem pemantauan Hydro-Geoteknik untuk mendukung operasi
dan sistem peringatan
• SOP dalam operasi dan perawatan bendungan
• Sedimentasi bendungan
• Kebijakan dan regulasi pendukung
• Monitoring dan evaluasi :
- Pemanfaatan Sumber Daya Air
- Potensi bencana (keruntuhan bendungan, longsor, gempa,
cuaca ekstrem, kekeringan, dll)
Situ Gintung Dam Failure
Most of the dams pose a high or potential hazard to life and property,
due to high populated area at their surroundings.

Reservoir
❑ Volume : 690.561 m3
❑ Inundation area : 22,79 Ha
❑ Bottom Elevation: + 85,00 m
❑ Dam Crest Elevation: + 100,0 m

Spillway
❑ Crest Width : 11,0 m
❑ Crest Elevation : + 97,50 m
❑ Flood Elevation : + 99,17 m
Hydraulic roting from burst
discharge hydrograph: dept of
flow 0f 1 – 2 m, velocity up to 11,0
m/s, affected area: 9,5 Ha.
Spillway channel
before disaster
Fact Finding:
Situ Gintung
Perencanaan Bendungan: Survey-Investigasi yang memadai
Dam Sei-Tembesi, Pulau Batam
Bor Drilling (sekunder)
Bor Drilling (off-shore)
Bor Drilling (darat)
Sondir (sekunder)
Sondir (off-shore)
Sondir (darat)
Test Pit (sekunder)
Hand bor (jalan)
Sondir (jalan)
Profil Lapisan Tanah Sepanjang As Dam Tembesi
Hasil investigasi: Profil Lapisan Tanah Sepanjang As Dam Elevasi Puncak Dam

B C D E F G H I J
4 A Elevasi Puncak Dam
2
>60
B C D E F G8 H I J
6
3 >60
4
22 2
3 6 5
>60 >60
>60 4 8
>60
12.05 m
9.10 m 3 3
1 >60 12.20 m >60 5
>60 44 2 2
5 2
3 6 5
>60
4 7
>60
21.10 m 48
>60
12.05 m
3 9.10 m 4 2
4
3
21
12.00 m 1 >60
13
5
>60 44 2
27 5
11 2
7
>60 >60
47 3 7
48
3 28 4
21 39 4 2
53
>60 >60 12.00 m 13 39
27
13
47 11
>60 47 >60 3
51 28 49
>60
>60
4439 5
13 39
24.10 m 53
28

4
51 >60 >60 >60
>60 >60 51
>60 17 28 49
>60 44 5
24.10 m
59 51 >60 >60
>60 >60 >60 >60
>60 >60 >60 >60 17

>60
18.03 m >60 >60
59
>60 21.15
>60 m >60
>60

>60>60 >60
27.10 m >60 >60 21.15 m
24.10 m 27.10 m >60
>60 >60 >60

25.00 m 24.10 m >60


24.10 m 25.00 m
24.10 m

B C D A B E C F D GE H
F I G J H I J

Keterangan :
Keterangan :
: Lempung Berlanau Sangat Lunak, N-SPT = 1-2
: Lempung Berlanau Sangat Lunak, N-SPT = 1-2
: Lempung Berlanau Lunak Hingga Sedang, N-SPT = 5 - 20
: Lempung Berlanau Lunak Hingga Sedang, N-SPT = 5 - 20
: Lempung Padat, Fragmen Batuan, N-SPT = 20 - 50

: Lempung Padat, Fragmen Batuan, N-SPT = 20 - 50


: Batuan Granit (Bedrock), N-SPT > 50

: Batuan Granit (Bedrock), N-SPT > 50


Tantangan masa depan
• Penerapan sistem pemantauan Hydro-Geoteknik untuk
mendukung operasi dan sistem peringatan
• SOP dalam operasi dan perawatan bendungan
• Sedimentasi bendungan
• Kebijakan dan regulasi pendukung
• Monitoring dan evaluasi :
- Pemanfaatan Sumber Daya Air
- Potensi bencana (keruntuhan bendungan, longsor,
gempa, cuaca ekstrem, kekeringan, dll)
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai