net/publication/328282664
CITATIONS READS
0 1,113
1 author:
Tri Mulyono
Jakarta State University
18 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Tri Mulyono on 15 October 2018.
A. Latar belakang
Beton yang digunakan untuk struktural dalam konstruksi teknik sipil, dapat dibedakan
menjadi beberapa bagian, dalam teknik sipil struktur beton digunakan untuk bangunan
pondasi, kolom, balok, pelat ataupun pelat cangkang, dalam teknik sipil hydro digunakan untuk
bangunan air seperti bendung, bendungan, saluran, ataupun pada perencanaan drainase
perkotaan. Beton juga digunakan dalam teknik sipil transportasi untuk pekerjaan rigid
pavement (lapis keras permukaan yang kaku), saluran samping, gorong-gorong, dan lainnya.
Jadi beton hampir digunakan dalam semua aspek di dalam ilmu teknik sipil. Artinya semua
struktur dalam teknik sipil akan menggunakan beton, minimal dalam pekerjaan pondasi.
Menurut (SNI 03 – 2847 - 2002), Tata cara perencanaan struktur beton untuk bangunan
gedung, bahwa kuat tekan beton polos yang digunakan untuk tujuan struktural atau suatu
komponen struktur komposit dengan suatu inti baja struktural yang dibungkus oleh beton
bertulang berspiral harus tidak boleh kurang dari 17,5 MPa dan beton pada komponen struktur
yang merupakan bagian dari sistem pemikul beban gempa kuat tekan beton tidak boleh kurang
dari 20 MPa dan harus memenuhi uji sesuai (SNI 03-1974-1990), Metode pengujian kuat tekan
beton.
Struktur beton mempunyai banyak keunggulan dibandingkan materi struktur yang lain,
dan dapat di tinjau dari penggunaan beton yang begitu luas. Pengertian beton adalah sebuah
material dengan kualitas tertentu yang digunakan untuk memikul beban struktural atau untuk
membentuk bagian integral dari sebuah struktur (McGraw-Hill Companies, Inc., 2006). Struktur
beton dapat didefinisikan (sebagai sebuah bangunan beton yang terletak di atas tanah yang
menggunakan tulangan atau tidak menggunakan tulangan. Struktur beton sangat tergantung
dengan komposisi dan kualitas bahan-bahan pencampur beton, yang dibatasi dengan
kemampuan daya tekan beton (in a state of compression) sesuai dengan perencanaannya.
Hal ini juga tergantung dengan kemampuan daya dukung tanah (supported by soil) atau juga
tergantung dengan kemampuan struktur yang lain atau struktur atasnya (vertical support).
Ditinjau dari sudut estetika beton hanya membutuhkan sedikit pemeliarahan, lagipula
beton tahan terhadap serangan api. Sifat-sifat yang kurang disenangi dari beton adalah
2 | BAB I: Pendahuluan
deformasi yang tergantung pada waktu desertai dengan penyusutan akibat mengeringnya
beton dan gejala lain yang berhubungan dengan hal tersebut. Namun demikian pengaruh-
pengaruh keadaan lingkungan, rangkak, penyusutan, pembebanan yang mengakibatkan
perubahan deminsi pada struktur beton dan elemen-elemennya mendapat perhatian yang
cukup pada tahap perencanaan untuk mengatasi kesulitan yang akan terjadi.
Apabila diinginkan hasil akhir yang memuaskan, maka dibutuhkan pengenalan yang
mendalam mengenai sifat-sifat yang berkaitan dengan suatu bahan yakni bahan-bahan
penyusun beton tersebut. Kinerja yang menjadi perhatian penting bagi perencana struktur
dalam merencanakan struktur yang menggunakan beton ada dua; yang pertama adalah
keuatan utamanya dan kedua adalah kemudahan untuk pengerjaan beton. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti beton terdahulu memberikan suatu kontradiksi, dimana untuk
menghasilkan kekuatan tekan tinggi maka penggunaan air atau faktor air terhadap semen
haruslah kecil, akan tetapi hal ini akan menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan, dengan
semakin majunya teknologi hal ini bukanlah menjadi masalah dengan diketemukannya bahan
tambah untuk beton.
1. Deskripsi Beton
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolis
(portland cement), Agregat kasar, agregat halus, air dan dengan menggunakan atau tidak
bahan tambah (admixture atau additive) atau campuran antara semen portland atau semen
hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan
yang membentuk masa padat (SNI 03 – 2847 - 2002).
Menurut Terminology (ASTM C-125, 2007) adalah “composite material that consists
essentially of a binding medium within which are embedded particles or fragments of
aggregate; in hydrauliccement concrete, the binder is formed from a mixture of hydraulic
cement and water” atau material komposit yang pada dasarnya terdiri dari media yang
mengikat dan didalamnya terdapat partikel atau fragmen agregat; dalam beton semen hidrolik,
pengikat terbentuk dari campuran semen hidrolik dan air. Semen hidrolik (ASTM C 219 14a,
2014) adalah semen yang mengikat dan mengeras berdasarkan reaksi kimia dengan air dan
mampu juga di dalam air.
Bahan penyusunnya yaitu semen, agregat dan air dan jika di perlukan di tambahkan
bahan tambah (admixture) tertentu untuk merubah sifat-sifat tertentu dari beton yang
bersangkutan. Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah
berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan yang penting dalam reaksi kimia
tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat mencegah perubahan-
perubahan volume beton setelah selesai pengadukan, dan juga dapat memperbaiki keaweta
Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 3
dari beton yang dikerjakan. Beton yang dicampur dengan cara volume multak (campuran
berat-volume) pada umumnya (Gambar 1.3) mengandung rongga udara sekitar 1% - 3% untuk
air-entrained dan 4%-8% untuk beton Air-entrained (Kosmatka, Kerkhoff, & and Panarese,
2003), pasta semen (semen dan air) sekitar 25% - 40%, dan agregat (agregat halus dan
agregat kasar) sekitar 60% - 75%. Untuk mendapatkan kekuatan rencana yang baik maka
perlu dipelajari sifat dan karakteristik dari masing-masing bahan penyusun tersebut. Untuk
dapat mempelajari sifat dan karakteristik bahan penyusun beton dan beton itu sendiri maka
perlu dilakukan pengujian baik yang dilakukan pada bahan beton, beton muda dan pada saat
beton keras.
Gambar 1.3: Range Campuran Bahan Beton dengan proporsi Absolute Volume. Bar 1 dan 3
reperesentatif campuran dengan Agregat ukuran kecil dan Bar 2 dan 4 reperesentatif
campuran dengan Agregat ukuran besar
Sumber: (Kosmatka, Kerkhoff, & and Panarese, 2003)
Kegiatan konstruksi akan mencakup tahap pra-konstruksi, konstruksi dan
pascakonstruksi. Kegiatan prakonstruksi meliputi kegiatan perencanaan yaitu survey;
investigasi; studi dan desain. Pada tahap ini kegiatan yang berkaitan dengan teknologi beton
akan mencakup kegiatan perencanaan baik kebutuhan material maupun rancangan campuran
dan sudah termasuk kecukupan bahan untuk pekerjaan dan investigasi serta studi kelayakan
bahan dan kekuatan beton yang akan digunakan. Pada tahapan konstruksi merupakan
implementasi hasil rancangan dan pada pascakonstruksi, meliputi operasi, pemeliharaan,
monitoring, dan evaluasi. Pada tahap ini merupakan penilaian atas pekerjaan serta
pemecahan atas persoalan yang timbul dari saat pra sampai denga konstruksi.
4 | BAB I: Pendahuluan
Pengujian bahan penyusun beton dan beton merupakan salah satu bagian dari kegiatan
tahap prakonstruksi. Aktivitas pada setiap tahapan diatur dalam suatu ketentuan tertulis dan
dilandasi oleh dasar hukum yang berlaku yang keseluruhannya dituangkan dalam Standar,
Pedoman, Manual atau dalam sebuah kegiatan proyek dituangkan dalam suatu rencana kerja
dan syarat-syarat teknis (RKS).
Pada tahapan pengujian bahan beton dan beton, pekerjaan ini haruslah mengikuti
standar-standar yang berlaku, terutama Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk pekerjaan
yang dikerjakan dan dilaksanakan di wilayah Republik Indonesia. Acuan standar tersebut
adalah suatu spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan, disusun berdasarkan konsensus
semua pihak terkait, dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan, keamanan,
keselamatan, lingkungan, perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS),
pengalaman, perkembangan masa kini dan mendatang untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya.
Standar Nasional Indonesia (SNI) dirumuskan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN)
dan/atau instansi teknis, bekerjasama dengan instansi terkait, melalui proses yang, ditetapkan
oleh BSN dan berlaku secara nasional di Indonesia.
Badan Standardisasi Nasional dibentuk dengan Keputusan Presiden No. 13 Tahun 1997
yang disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah dan yang terakhir dengan Keputusan
Presiden No. 103 Tahun 2001, merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen dengan
tugas pokok mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi di Indonesia. Badan ini
menggantikan fungsi dari Dewan Standardisasi Nasional – DSN. Dalam melaksanakan
tugasnya Badan Standardisasi Nasional berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 102
Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional. Sesuai dengan tujuan utama standardisasi
adalah melindungi produsen, konsumen, tenaga kerja dan masyarakat dari aspek keamanan,
keselamatan, kesehatan serta pelestarian fungsi lingkungan, pengaturan standardisasi secara
Perumusan Standar Nasional Indonesia, berlandaskan hukum pada PP 102 Tahun 2000
tentang Standardisasi Nasional yang merupakan subsistem dari Sistem Standardisasi
Nasional (SSN). Pada dasarnya merupakan akumulasi pengetahuan, teknologi dan
pengalaman dari para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat proses pencapaian
kesepakatan. Pengembangan suatu standar melalui 2 (dua) pendekatan berbeda: (1)
Berbasis konsensus, kesepakatan terhadap suatu rancangan standar di kalangan para
pemangku kepentingan(stakeholders); (2) Berbasis scientific evidence, kesepakatan terhadap
suatu rancangan standar yang berlandaskan pada pembuktian secara ilmiah.
Sesuai dengan bidangnya maka yang mengembangkan SNI dan berkaitan dengan
bidang pekerjaan sipil adalah Kementerian Pekerjaan Umum. Selain mengembangkan SNI,
juga mengem-bangkan dan menerapkan Norma, Pedoman, Standar dan Manuail (NPSM)
untuk memberikan panduan dan kemudahan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam
6 | BAB I: Pendahuluan
bidang pekerjaan konstruksi untuk melaksanakan kegiatan pembangunan sarana-prasarana.
Norma di definisi menurut Undang-undang no. 25 tahun 2009 mengenai Pelayanan Publik
adalah aturan atau ketentuan yang dipakai sebagai tatanan untuk penyelenggaraan
pemerintah. (UU RI No.25 Tahun 2009). Standar atau lengkapnya standar teknis, adalah suatu
norma atau persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen formal yang menciptakan
kriteria, metode, proses, dan praktik rekayasa atau teknis yang seragam. Suatu standar dapat
pula berupa perangkat formal lain yang digunakan untuk kalibrasi. Suatu standar primer
biasanya berada dalam yurisdiksi suatu badan standardisasi nasional. Standar sekunder,
tersier, cek, serta bahan standar biasanya digunakan sebagai rujukan dalam sistem metrologi.
Pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan dapat
disesuaikan dengan karakteristik suatu kegiatan tertentu (PP No. 25 tahun 2000) dan Manual
adalah acuan operasional yang penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan dan
karakteristik suatu kegiatan tertentu (PP No. 25 tahun 2000).
Mengetahui dan mempelajari seluruh prilaku elemen gabungan (bahan penyusun beton)
diperlukan pengetahuan tentang karakteristik masing-masing komponen. (Nawy E. G., 2009)
mendefinisikan beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material
pembentuknya. Dengan demikian perlu dipelajari dari masing-masing komponen tersebut
sebelum mempelajari beton secara keseluruhan. Dengan demikian perencana (engineer)
dapat mengembangkan pemilihan material yang layak dan komposisinya sehingga diperoleh
beton yang effisien, memenuhi kekuatan batas yang disyaratkan oleh perencana dan
memenuhi persyaratan serviceability yang dapat diartikan juga sebagai pelayanan yang
handal dengan memenuhi kriteria ekonomi (Nawy E. G., 2008).
Gambar 1.4: Hubungan Faktor Air Semen dengan Kekuatan Tekan Beton
Sumber: (Abrams D. A., Design of Concrete Mixtures. Bulletin 1, Structural Materials
Research Laboratory, Lewis Institute, May, 1919a)
Hasil penelitian ini untuk melihat hubungan rasio-air semen pertama kali diterbitkan
dalam (Abrams D. A., Design of Concrete Mixtures. Bulletin 1, Structural Materials Research
Laboratory, Lewis Institute, May, 1919a). Pengujian kekuatan beton semen Portland dibuat
pada umur 3 hari sampai 2 1/3 tahun dengan menggunakan air campuran dari berbagai jenis,
banyak yang dianggap tidak cocok untuk digunakan dalam beton, menunjukan bahwa semakin
tinggi rasionya maka kekuatan tekan akan rendah begitu juga sebaliknya (Abrams, 1924). Duff
A. Abrams (1880, Illinois, – 1965, New York) adalah peneliti, profesor, dan direktur
laboratorium penelitian dari Asosiasi Semen Portland di Chicago yang menjadi presiden dari
American Association Beton (ACI) dari tahun 1930 sampai 1931. Hasil penelitian hubungan
antara factor air semen dengan kekuatan tekan beton seperti Gambar 1.4. Ia meneliti
pengaruh komposisi campuran beton untuk meneliti kekuatan akhir beton. Beberapa hasil
penelitiannya adalah: (1) definisi konsep modulus kehalusan; (2) definisi rasio air-semen; (3)
metode pengujian untuk workability campuran beton dengan menggunakan apa yang disebut
'Abrams kerucut', lihat uji slump beton.
Sebagai contoh, campuran beton yang mengandung 400 kg semen dan 240 liter (= 240
kg) air akan memiliki rasio air / semen dari 240/400 = 0,6. Rasio air / semen dapat disingkat
'w / c rasio' atau hanya 'w/ c' atau Faktor Air Semen (FAS). (2) Kekuatan agregat: itu akan
menjadi jelas bahwa jika agregat dalam beton lemah, beton juga akan lemah. Batu dengan
8 | BAB I: Pendahuluan
kekuatan intrinsik yang rendah, seperti kapur, jelas tidak cocok untuk digunakan sebagai
agregat. Integritas ikatan antara pasta dan agregat sangat penting, dan (3) Parameter semen:
banyak parameter yang berkaitan dengan komposisi mineral semen dan proporsi yang dapat
mempengaruhi laju peningkatan kekuatan dan kekuatan akhir yang dicapai beton seperti
misalnya kandungan alite, reaktivitas alite dan belite serta kadar sulfat semen. Karena alite
adalah mineral semen yang paling reaktif yang memberikan kontribusi signifikan terhadap
kekuatan beton, Alite yang besar harus memberikan kekuatan awal yang lebih baik (sekitar 7
hari). Untuk semen tertentu, akan dipengaruhi seperti 'kandungan optimum sulfat,' atau
'kandungan optimum gypsum.' Sulfat dalam semen, baik sulfat klinker dan ditambahkan
gipsum, menghambat hidrasi dari fase alumina. Selain itu agregat yang digunakan dalam
campuran beton harus bebas dari zat-zat yang merusak (Schuster, 1957).
Kekuatan beton sangat dipengaruhi oleh banyak factor (Mishra, 2014), seperti kualitas
bahan baku (semen, air, agregat atau bahan tambah), rasio air / semen, kasar / rasio agregat
halus, umur beton, pemadatan beton, suhu, kelembaban relatif dan perawatan (curing) beton.
Sifat fisik dan mineralogi lainnya agregat harus diketahui sebelum pencampuran beton untuk
mendapatkan campuran yang diinginkan. Properti ini termasuk bentuk dan tekstur, ukuran
gradasi, kadar air, berat jenis, reaktivitas, kesehatan dan satuan berat massal. Properti ini
bersama dengan rasio air-semen menentukan kekuatan, kemampuan kerja, dan daya tahan
beton. (The Pennsylvania State University, 2014).
Dalam keadaan yang mengeras beton itu bagaikan batu karang dengan kekuatan tinggi.
Oleh karena itu beton dalam keadaan segar dapat diberi bermacam bentuk, maka kelebihan
ini dapat digunakan untuk membentuk seni arsitektur atau semata-mata untuk tujuan dekoratif.
Beton juga akan memberikan hasil akhir yang bagus dengan cara pengolahan akhir yang
khusus, umpamanya agregat yang di ekspose, yakni agregat yang mempunyai bentuk yang
bertekstur seni tinggi diletakkan dibagian luar, sehingga nampak jelas pada permukaan
betonnya. Hal lainnya seperti yang disebutkan di atas bahwa beton tahan terhadap serangan
api, beton juga tahan terhadap serangan korosi oleh lingkungan.
Sebagian besar bahan pembuat beton menggunakan bahan lokal kecuali semen
portland atau bahan tambah kimia, maka jika dilihat dari sisi ekonomisnya sangat
menguntungkan. Hal ini akan menjadi mahal jika tanpa pemahaman tentang karakteristik
bahan-bahan penyusun beton tersebut yang disesuaikan dengan prilaku struktur yang akan
dibuat.
Nilai kuat tekan beton dengan kuat tariknya tidak berbanding lurus, setiap usaha
perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai dengan peningkatan yang kecil dari kuat
tariknya. Suatu perkiraan kasar nilai kuat tarik berkisar antara 9%-15% kuat tekannya, nilai
pastinya sulit diukur, pendekatan hitungan dengan menggunakan modulus of rapture, yaitu
tegangan tarik beton yang muncul pada saat pengujian tekan beton normal (normal concrete).
Karena kecilnya kuat tarik beton ini juga merupakan salah satu kelemahan dari beton biasa.
Untuk mengatasinya beton tersebut biasanya dikombinasikan dengan tulangan beton
biasanya digunakan baja sebagai tulangannya. Alasan menggunakan baja sebagai tulangan
beton karena koefisien baja hampir sama dengan kofisien beton (Abrams & Walker, Quantities
of Material for Concrete, Bulletin 9 Structural Materials Research Laboratory, Lewis Institute,
1921). Beton didefinisikan sebagai (SNI 03 – 2847 - 2002) beton yang ditulangi dengan luas
dan jumlah yang tidak kurang dari jumlah minimum yang disyaratkan di dalam pedoman
10 | BAB I: Pendahuluan
perencanaan, dengan atau tanpa pratekan, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa
kedua material bekerja sama dalam menahan gaya yang bekerja.
Beton juga dapat dicampur dengan bahan lain seperti beton composite atau sesuai
dengan prilaku yang diberikan terhadap beton tersebut misalnya beton pra-tekan atau beton
pra-tegang (pre-stressing), beton pra-cetak (pre-cast). Beton juga dapat digunakan untuk
struktur yang memerlukan bahan struktur yang ringan misalnya beton ringan struktural yaitu
beton yang mengandung agregat ringan dan mempunyai massa kering udara yang sesuai
dengan syarat seperti yang ditentukanc oleh (ASTM C-567). Beratnya tidak lebih dari 1900
kg/m3.
Biaya pembuatan beton relatif lebih murah karena semua bahan bisa di dapat di dalam
negeri untuk material dasar (availability), seperti ageregat dan air dapat di temukan di daerah
setempat. bahan termahal pembuat beton adalah semen. Jika material beton digabungkan
dengan material lain seperti tulangan beton maka akan menjadi beton bertulang. Secara
ekonomi biaya penggunaan stuktur baja dalam konstruksi lebih mahal dibandingkan dengan
beton bertulang (Concrete Reinforcing Steel Intitute, 1961).
Beton ringan bisa di pakai untuk blok dan panel. Beton arsitektural bisa untuk keperluan
dekoratif (Murdock & Brook, Concrete materials and practice, 1979). Beton bertulang bisa
dipakai untuk berbagi setruktur yang lebih berat, seperti jembatan, gedung, bangunan maritim,
landasan pacu pesawat terbang, kapal, dan sebagainnya. Artinya beton mempunyai
kemampuan beradaptasi (adaptability) seperti dapat dicetak dengan bentuk dan ukuran
berapapun, misalnnya pada struktur cekung (shell) maupun bentuk-bentuk khusus 3 dimensi
dan dapat diproduksi dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan situasi sekitar dari cara
sederhana yang tidak memerlukan ahli khusus, sampai alat moderen di pabrik yang serba
otomatis dan terkomputerisasi contohnya bangunan arsitektur Gambar 1.5.
Sifat monolit beton tidak memerlukan sambungan seperti baja sehingga konsumsi energi
minimal per kapasitas jauh lebih rendah dari baja, bahkan jauh lebih rendah dari proses
pembuatan batu bata. Tahapan untuk menghasilkan kinerja beton sesuai dengan rencana
seperti Gambar 1.6.
Secara umum kelebihan beton (1) Bisa dengan mudah membentuknya sesuai dengan
kebutuhan konstruksi, (2) mampu memikul beban yang berat, (3) tahan terhadap temperatur
yang tinggi, (4) biaya pemeliarahan yang kecil, dll.
Kekurangannya adalah antara lain (1) Bentuk yang telah dibuat sulit untuk dirubah, (2)
Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi, (3) Berat sendiri yang besar, (4)
Daya pantul suara yang besar.
12 | BAB I: Pendahuluan
SPESIFIKASI
DAN
PERENCANAAN CAMPURAN
PROSES PENGADAAN
(Batching, Mixing, Transportasi,
Pengecoran, Finishing, Perawatan)
KINERJA BETON
(Konstruktibiliti, Kekuatan,
Durabilitas)
3. Kinerja Beton
Sampai saat ini beton masih menjadi pilihan utama dalm pembuatan struktur, hal ini
disebabkan selain kemudahan dalam menadapatkan material penyusunnya juga akan
melibatkan penggunaan tenaga yang cukup besar sehingga dapat mengurangi masalah
penyediaan lapangan kerja. Selain dua kinerja utama yang disebutkan di atas kekuatan tekan
yang tinggi dan kemudahan pengerjaanya, pada proses produksinya yang menjadi perhatian
untuk mewujudkan hal tersebut adalah kelangsungan proses pengadaan beton.
Sifat-sifat dan karakteristik dari material penyusun beton akan mempengaruhi kinerja
dari beton yang dibuat. Kinerja beton ini disesuaikan dengan katagori untuk bangunan apa hal
tersebut dibuat. ASTM membagi menjadi tiga katagori yaitu: rumah tinggal, perumahan, dan
teknologi tinggi atau struktur yang menggunakan beton mutu tinggi.
Kriteria kinerja untuk beton yang digunakan pada rumah tinggal atau untuk penggunaan
beton dengan kekuatan tekan tidak melebihi 10 Mpa boleh menggunakan campuran 1 semen:
2 Pasir: 3 Batu pecah dengan slump untuk mengukur kemudahan pengerjaannya tidak lebih
dari 100 mm (SNI 03 – 2847 - 2002). Beton dengan kekuatan tekan hingga 20 Mpa boleh
menggunakan penakaran volume dan yang yang lebih besar dari 20 Mpa harus menggunakan
campuran berat. Tiga kinerja (Helmuth & Detwiler, 2006) yang dibutuhkan dalam pembuatan
Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 13
beton yaitu: 1) menuhi kriteria konstruksi yaitu dapat dengan mudah dikerjakan dan dibentuk,
mempunyai nilai ekonomis. 2) Kekuatan merupakan kekuatan tekan dan 3) durabilitas yaitu
memiliki keawetan yang tinggi.
Kinerja yang dihasilkan dalam sebuah proses pengadaan beton haruslah memenuhi
keseragaman. Secara umum untuk mendapatkan kinerja yang seragam dalam pengerjaan
beton dapat dilihat pada diagram alir (Fiorato, 2006). Survey penelitian yang dilakukan ASTM
tentang pengaruh-pengaruh yang timbul terhadap kinerja beton yang disebabkan oleh bahan-
bahan yang digunakan beton dengan survey yang dilakukan pada 27 responden (Gambar
1.7). Kriteria penilaian variabel yang menggunakan skala 1 – 10 dengan 10 merupakan
pengaruh tertinggi terhadap kinerja yang dihasilkan (Gambar 1.7). Penilaian ini didasarkan
atas pentingnya penggunaan bahan tersebut dalam menghasilkan kinerja tertentu dalam
beton yang dibuat.
Cement
Fine Agg
Coarse Agg
Fly Ash
Water Reducer, Retarders
Air-Entraining Admix
Lightweight Agg
Slag
Silica Fume
Water
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Avg. Ranking (1=Most and 10=Least Important
Gambar 1.7: Persepsi Dampak Penggunaan Material dalam Membentuk Kinerja Beton
Sumber: (STP 169D, Concrete and Concrete-Making Materials, p.31)
Penggunaan semen untuk pembangunan rumah tinggal lebih banyak atau lebih penting,
hal ini karena kecenderungan dalam pembuatan rumah tinggal tidak menggunakan
perencanaan sederhana, kecuali dikehendaki lain (Gambar 1.8). Hal ini berbeda dengan
penggunaan semen untuk kebutuhan beton kekuatan tinggi, kecederungan penggunaan
semen lebih sedikit karena biaya semen besar, sehingga untuk mengurangi ongkos produksi
diusahakan penggunaan semen seminimal mungkin.
Cement
Residential
Fine Agg
Low-Rise Commercial
Coarse Agg
Fly Ash
High Tech., Higt-Strength
Air-Entraining Admix
Lightweight Agg
Slag
Silica Fume
Water
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gambar 1.8: Persepsi Dampak Penggunaan Material dalam Membentuk Kinerja Beton
Tergantung Dari Type Konstruksi
(Sumber: STP 169C, Concrete and Concrete-Making Materials, p.33)
Kekuatan tekan beton merupakan salah satu kinerja utama yang dibutuhkan oleh beton.
Kekuatan tekan merupakan kemampuan beton dalam menerima gaya tekan persatuan luas.
Walaupun terdapat tegangan tarik yang kecil dalam beton diasumsikan semua tegangan tekan
didukung oleh beton tersebut. Penentuan kekuatan tekan dapat dilakukan dengan
mengggunakan alat uji tekan dengan benda uji berbentuk silinder dengan prosedur uji ASTM
C-39 atau kubus dengan prosedur BS-1881 Part 115; Part 116 pada umur 28 hari.
Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 15
Kekuatan tekan relatif antara benda uji silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm
dengan kubus (150 x 150 x 150) mm seperti (Neville, 1995) lihat tabel 1.1 dan menurut standar
lainnya (ISO 3893, 1977) dalam lihat tabel 1.2 sebagai berikut:
Kuat Rasio 0.76 0.77 0.81 0.87 0.91 0.94 0.87 0.92 0.91 0.96
Silinder/Kubus
Sumber: Neville, “Properties of Concrete”, 3rd Edition, Pitman Publishing, London, 1981, p.544
Tabel 1.2:Perbandingan antara Nilai Kuat Tekan Antara Silinder dan Kubus
Kuat Tekan 2 4 6 8 10 12 16 20 25 30 35 40 45 50
Silinder
(Mpa)
Menurut (British Standard, 1983) BS 1881 : Part 116 : 1983, rasio kubus terhadap
silinder (Cube/cylinder) untuk semua kelas = 1.25, sedangkan (Day K. W., 2006), kekuatan
tekan kubus jika dibandingkan dengan silinder dinyatakan dalam persamaan 1.1 dan 1.2
dengan nilai kuat tekan kubus dan silinder dinyatakan dalam Mpa atau N/mm2.
19
f 'ck = f 'c − (1.1)
f ' c
20
f 'c = f 'ck − (1.2)
f 'ck
Menurut Pedoman Beton 1989 (draft), LPMB, 1991 Pasal 4.1.2.1 (Departemen
Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU, 1989) memberikan hubungan
antara kuatan tekan kubus dengan silinder dalam persamaan 1.3.
f
f ' c = [0.76 + 0.2.Log ck ) f ck (1.3)
15
Dalam perkembangannya sesuai dengan standar (SNI 03-1974-1990), konversi kuat
tekan beton dari bentuk kubus ke bentuk silinder, maka angka perbandingan kuat tekan seperti
tabel 1.3 berikut:
Tabel 1.3: Konversi Nilai Kuat Tekan Antara Silinder dan Kubus Menurut SNI
16 | BAB I: Pendahuluan
Daftar Konversi Bentuk benda uji Perbandingan
Kubus : 15 cm x 15 cm x 15 cm 1,0
Kubus : 20 cm x 20 cm x 20 cm 0,95
Silinder : 15 cm x 30 cm 0,83
Pemeriksaan kekuatan tekan beton biasanya pada umur 3 hari, 7 hari, dan 28 hari, hasil
pemeriksaan diambil nilai rata-rata dari minimum 2 buah benda uji, apabila pengadukan
dilakukan dengan tangan (hanya untuk perencanaan campuran beton), isi bak pengaduk
maksimum 7 dm3 dan pengadukan tidak boleh dilakukan untuk campuran beton tanpa slump
b) Kemudahan Pengerjaan
Telah dijelaskan di atas bahwa kemudahan pengerjaan beton merupakan salah satu
kinerja utama yang dibutuhkan. Walaupun beton akan mempunyai kuat tekan yang tinggi
tetapi jika tidak dapat dimplementasikan dilapangan karena sulit untuk dikerjakan maka hal ini
akan menjadi percuma. Kemajuan teknologi membawa dampak yang nyata untuk mengatasi
hal ini dengan penggunaan bahan tambah dalam usaha perbaikan kinerja ini. Secara lebih
jelas akan dibahas dibagian berikutnya.
Setelah beton mulai mengeras maka beton akan mengalami pembebanan. Pada beton
yang menahan beban akan terbentuk suatu hubungan tegangan dan regangan yang
merupakan fungsi dari waktu pembebanan. Beton menunjukan sifat elastisitas murni pada
waktu menahan beban singkat. Sedangkan pada beban yang tidak singkat akan mengalami
regangan dan tegangan sesuai dengan jangka waktu pembebanannya.
Rangkak (creep) atau lateral material flow didefinisikan penambahan regangan terhadap
waktu akibat adanya beban yang bekerja. (Nawy E. G., 2009) Deformasi awal akibat beban
adalah regangan elastis, sedangkan regangan tambahan akibat beban yang sama disebut
regangan rangkak. Anggapan praktis ini cukup dapat diterima karena deformasi awal pada
beton hampir tidak dipengaruhi oleh waktu. Rangkak timbul dengan intensitas yang semangkin
berkurang untuk selang waktu tertentu dan kemungkinan berakhir setelah beberapa tahun
berjalan. Untuk beton mutu tinggi nilai rangkak lebih kecil dibandingkan dengan beton mutu
rendah. Umumnya rangkak tidak mengakibatkan dampak langsung terhadap kekuatan struktur
tetapi akan mengakibatkan timbulnya redistribusi tegangan pada beban yang bekerja dan
kemudian mengakibatkan terjadinya peningkatan lendutan (deflection).
Susut didefiniskan sebagai perubahan volume yang tidak berhubungan dengan beban.
Proses susut dalam beton jika dihalangi secara merata akan menimbulkan deformasi yang
umumnya bersifat menambah terhadap deformasi rangkak.
Proses rangkak selalu dihubungkan dengan susut karena keduanya terjadi bersamaan
dan sering kali memberikan pengaruh yang sama terhadap deformasi. Pada umumnya beton
yang semangkin tahan terhadap susut akan mempunyai kecenderungan rangkak yang
rendah, sebab kedua fenomena ini berhubungan dengan proses hidrasi pasta semen. Jadi
rangkak dipengaruhi oleh komposisi beton, kondisi lingkungan, ukuran benda uji atau elemen
struktur. Akan tetapi, pada prinsipnya rangkak merupakan fenomena yang bergantung pada
beban sebagai fungsi waktu.
18 | BAB I: Pendahuluan
dijadikan peganggan baik sebagai mahasiswa di Level D3 ataupun S1 dan bahkan S2 dan S3
yang akan melakukan riset-riset terkait dengan pekerjaan beton sebagai referensi tambahan.
Para praktisi di industry konstruksi diharapkan juga dapat menjadikan buku ini sebagai
pendamping dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi sipil.
Merujuk pada pihak yang akan terlibat pada aktivitas pekerjaan beton, maka buku ini
diharapkan dapat berguna sehingga dengan pemahaman tentang beton, pekerjaan dapat
bersinergi antar pihak yang terlibat dalam pekerjaan sipil.
Aktivitas dalam sebuah pekerjaan beton tidak dipusatkan dalam satu titik kegiatan, tetapi
terdiri dari beberapa kegiatan yang saling berhubungan. Setiap aktivitas kegiatan tersebut
harus di kontrol agar dapat di dapat hasil yang sesuai dengan yang direncanakan.
Proses pembangunan sebuah struktur (Gideon, 1994) dapat diterangkan dalam bagan
di Gambar 1.10. Dari Gambar tersebut dapat dilihat bahwa proses yang penting adalah
bagaimana menyiapkan rencana.
Dari bagan di atas aktivitas kegiatan pekerjaan beton terletak dalam perencanaan yang
dilakukan oleh konsultan perencana dan aktivitas pengendalian mutu pada saat pelaksanaan
yang dilakukan oleh kontraktor dibawah pengawasan konsultan perencanan dan konsultan
20 | BAB I: Pendahuluan
supervisi. Aktivitas pekerjaan beton dimulai jika telah ada penunjukan atau perintah kerja dari
pemilik.
Kegiatan perencanaan beton di mulai dari quarry atau tempat penambangan sumber
alam didapat. Perencana harus mengambil contoh-contoh material yang akan digunakan
sesuai dengan ketentuan standar baku yang telah ditetapkan. Pengambilan contoh ini
dilakukan secara acak random agar sifat-sifat bahan yang akan di uji terwakili. Contoh uji ini
kemudian dibawah ke dalam laboratorium untuk dilakukan pengecekan dan pengujian. Jika
diketahui paramter besaran dari masing-masing bahan tersebut sesuai dengan syarat yang
diberikan (code standard) maka bahan tersebut dapat digunakan. Jika tidak dilakukan
pencarian sumber bahan yang lainnya atau melakukan pencampuran dari bahan yang
mempunyai mutu kurang yang satu dengan bahan yang lainnya sehingga komposisi bahan
yang dihasilkan dapat sesuai dengan syarat yang ditentukan. Setalah didapat nilai dari
masing-masing bahan tersebut maka dilakukan perancangan beton (mix design).
Perancangan beton ini dapat menggunakan beberapa metode yang dikenal sesuai dengan
spesifikasi yang ditetapkan. Untuk kasus di Indonesia, pada pekerjaan-pekerjaan milik
pemerintah harus menggunakan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Standar baku
ini dulu dikenal sebagai Standar Industri Indonesi namun saat ini telah di revisi dan di
kembangkan sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar perencanaan beton
memakai SNI T-15-1990-03.
Setelah hasil perancangan beton ini di dapat, maka perlu dilakukan pengujian lanjutan,
dalam sebuah pengujian campuran beton di laboratorium. Pengujian campuran beton ini
meliputi pengujian beton segar dan pengujian beton keras. Pengujian beton segar
dimaksudkan untuk mengetahui sifat workability, atau kemudahan dalam pengerjaannya.
Indikator dari kemudahan dalam pengerjaan ini dapat di lihat dari nilai slump beton. Pengujian
lainya dalam beton segar adalah melihat apakah terjadi bleeding dan segregation.
(1) Sifat bahan dasar beton (komposisi dan kehalusan semen, kualitas adukan, dan
kandungan mineral dalam agregat),
Agar rangkak dan susud dapat diminimalkan maka perlu dilakukan penghitungan dan
pengendalian pekerjaan beton terutama pada point (1) sampai (6).
Tujuan dari buku untuk menjelaskan input data yang tepat sesuai dengan sifat dan
karakteristik bahan yang di uji dikaitkan dengan teori dan praktek serta implementasinya di
pekerjaan nantinya yaitu industry konstruksi sipil. Input data ini nantinya dapat digunakan
untuk membuat suatu rancangan campuran beton yang proporsi campurannya dapat
menghasilkan suatu mutu beton sesuai dengan rencana.
Selain itu tujuan dari pengujian bahan penyusun beton dan beton itu sendiri
dimaksudkan untuk melakukan justifikasi dan menyesuiakan keadaan-keadaan bahan yang
ada yang ditunjukan dengan data-data hasil pengujian mengenai sifat dan karakteristik bahan
yang diuji yang berasal dari lapangan atau dari alam, kemudian dilakukan penyesuaian
dengan pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanaan melalui suatu metode perancangan yang
menjadi acuan.
Atas dasar tersebut maka buku yang akan ditulis tujuan utamanya adalah sebagai
pedoman bagi mahasiswa di Diploma 3 Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNJ. Selain itu dapat
B. Ruang lingkup
Lingkup pengujian bahan penyusun beton yang umumnya dilakukan pada pekerjaan
konstruksi sipil seperti bahan pembentuk beton dari mulai semen, air, agregat, bahan tambah
termasuk bahan-bahan substitusi sebagai pengganti semisal bahan-bahan artifisial atau
buatan. Selain itu pengujian bahan ini termasuk terhadap kondisi bahan, jumlah,
keseragaman, tata cara dan lainnya seperti yang tercantum di dalam standar-standar normatif.
Pengujian bahan beton sendiri meliputi pengujian terhadap sifat dan karakteristik saat beton
muda sampai dengan beton keras sampai dengan usia 28 hari bahkan lebih. Banyak dan
ragam pengujian yang dilakukan akan sangat tergantung terhadap kepentingan pekerjaan.
Ruang lingkup juga akan mengacu berbagai standar yang berlaku untuk pekerjaan
konstruksi sipil dan utamanya adalah standar nasional Indonesia (SNI), baik untuk
pelaksanaan laboratorium maupun pelaksanaan di lapangan.
Selama masa pelaksanaan pun proses kontrol tidak berhenti, pada masa pelaksanaan
pekerjaan beton ini harus di lihat juga apakah pelaksanaan pengecorannya, pemadatannya,
perawatannya dan penyelesaian akhirnya telah benar. Setelah beton mengeras pada umur 28
hari dilakukan uji tekan untuk mengetahui apakah kekuatan yang direncanakan terpenuhi
syaratnya. Jika tidak dilakukan tindakan sesuai dengan syarat pengevaluasian beton keras.
Apakah harus dilakukan pengujian beton melalui core drill atau load test ataupun dengan
melakukan perancangan ulang mekanikanya dengan menggunakan mutu beton aktual (f’ca).
Bagan alir dari aktivitas kegiatan beton dapat dilihat di Gambar 1.11.
22 | BAB I: Pendahuluan
Spesifikasi Teknik
Penyelidikan Bahan-
bahan Penyusun Beton
Sifat Beton lain yang diinginkan
Pengujian Sampel
Laboratorium
Bahan Penyusun
ya Tidak
Pengolahan Beton
Tidak
Pengangkutan Beton
Pengambilan Sampel
Penuangan Beton Beton segar & Pembuatan
Benda Uji Tekan
Pemadatan Beton
C. Manfaat
Manfaat dari buku ini bagi para pembaca dan menjelaskan keutamanya buku ini
terhadap manfaatnya sebagai pedoman bagi mahasiswa di Diploma 3 Teknik Sipil, Fakultas
Teknik UNJ. Selain itu dapat dijadikan peganggan baik sebagai mahasiswa di Level D3
ataupun S1 dan bahkan S2 dan S3 yang akan melakukan riset-riset terkait dengan pekerjaan
beton sebagai referensi tambahan di luar UNJ. Para praktisi di industri konstruksi diharapkan
juga dapat menjadikan buku ini sebagai pendamping dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi
sipil.
Menjadi ahli beton mensyaratkan bahwa peserta didik membutuhkan upaya yang lebih
besar. Upaya tersebut bermuara pada peserta didik dituntut waktu belajar yang lebih panjang
dan intensif atau banyak membuat/mengerjakan latihan soal dengan variasi yang banyak dan
lebih komplek. Dengan demikian kemajuan penguasaan materi beton sangat ditentukan oleh
peserta didik dan metode pembelajarannya. Fakta membuktikan bahwa peserta didik sering
memiliki variasi kemapuan menyerap materi yang sangat jauh berbeda. Hal tersebut
menyulitkan pemberi materi (dosen) untuk menyampaikan materi sub pokok bahasan
berikutnya karena penguasaan materi sebelumnya belum sepenuhnya diserap oleh peserta
didik. Kalau tidak dilanjutkan pada bahasan berikutnya akan menyulitkan bagi sebagian besar
peserta didik sedangkan kalau diulang materi topic bahasan tidak akan sesuai target materi
Matakuliah Teknologi Beton, Teori dan Praktek Beton diberikan diberikan di Teknik Sipil
untuk memberi bekal yang cukup bagi mahasiswa dalam melakukan proses pembuatan beton
yang meliputi pemilihan bahan, mixdesign, pengerjaan beton, dan pengawasan mutu beton
pada berbagai macam proyek di lapangan. Proses pembuatan beton di lapangan dilakukan
melalui suatu rangkaian tahapan pekerjaan dan harus dilakukan secara teliti dan benar.
Kesalahan pelaksanaan pada proses menyebakan tidak tercapainya mutu beton yang sesuai
perencanaan. Buku ini diharapkan agar mahasiswa dapat memahami, menganalisis, dan
melakukan setiap tahap pekerjaan yang diperlukan dalam proses pembuatan beton secara
benar di laboratorium dan di lapangan pada berbagai macam proyek untuk mendapatkan
beton dengan mutu yang diharapkan. Manfaatnya mahasiswa dapat memahami tentang cara
pengujian bahan yang akan digunakan untuk bahan beton dan proses pembuatan beton
dengan lebih baik, sehingga nantinya setelah lulus dapat menjadi bekal untuk kompetisi di
dunia kerja.
Semen sangat dikenal sebagai bahan bangunan, apalagi yang sehari-harinya bergelut
dengan dunia bangunan dan konstruksi beton tentu sangat mengenal. Tanpa semen,
bangunan modern tidak mungkin bisa berdiri seperti saat ini. Fungsi semen sebagai bahan
pengikat campuran, mulai dari campuran beton, plesteran dan acian dinding juga untuk
mengikat pasangan bata atau batako. Berikutnya adalah bahan pengisinya seperti agregat
dan bahan campuran lainnya sebagai bahan tambah untuk menghasilkan sifat-sifat tertentu
dalam beton baik saat beton segar maupun setelah mengeras.
24 | BAB I: Pendahuluan
Pelaku konstruksi baik sebagai konsultan, pelaksana konstruksi bahkan pemilik
konstruksi seharusnya penting untuk memperhatikan bagaimana seharusnya pelaksana
lapangan melakukan proses pembuatan beton dari awal sampai akhir. Kesalahan dalam
aplikasi pelaksanaan akan membuat hasil tidak sempurna. Pengawas juga harus tahu caranya
sesuai dengan kebutuhan dan regulasi yang diterapkan pada pekerjaan. Jangan sampai
bangunan retak-retak atau dinding terkelupas karena pekerjaan beton yang tidak benar.
Contohnya secara sederhana bahwa campuran beton untuk dinding kamar mandi tidaklah
sama dengan campuran untuk dinding kamar tidur. Bagaimana seharusnya agar
pencampuran baik dan benar, maka perlu dipahami sifat dan karakteristik bahan beton dan
beton.
Buku ini diharapkan menjadi bagian dari para pelaku konstruksi dan bermanfaat untuk
membantu memahami sifat dan karakteristik semen, air pencampur, agregat, bahan-bahan
tambah kimia maupun mineral serta karakteristik beton segar pada proses pelaksanaan
konstruksi dan beton keras.
Pada bagian pertama dan kedua dari buku ini dapat digunakan untuk membantu
mempelajari teori yang terkait dengan teknologi beton dan pada bagian ketiga dan keempat
digunakan untuk mempelajari pengujian-pengujian beton dilapangan ataupun di laboratorium
dan pada bagian kelima dan keenam dapat digunakan untuk pengujian beton, segar, keras
dan struktur beton.
Bagi dosen atau pengajar dapat menggunakan pada bagian pertama dan kedua dari
buku untuk mengajar teori teknologi beton di kelas dan pada bagian ketiga dan keempat
digunakan untuk memberikan pengajaran di laboratorium serta bagian kelima dan keenam
untuk pengujian di laboratorium dan lapangan untuk beton segar, keras dan struktur.
Bagi pelaku konstruksi dapat mengguna secara parsial dari bagian-bagian buku terkait
dengan pekerjaannya.
PERTANYAAN:
3. Pertimbangan apa yang harus diambil bagi seorang perencana untuk membuat sebuah
campuran beton?
4. Langkah apa yang harus diambil untuk mengatasi kelemahan beton terhadap kuat tarik?
26 | BAB I: Pendahuluan