Anda di halaman 1dari 37

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328282664

TEKNOLOGI BETON: Dari Teori Ke Praktek

Chapter · October 2018

CITATIONS READS

0 1,113

1 author:

Tri Mulyono
Jakarta State University
18 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Vocational Education View project

All content following this page was uploaded by Tri Mulyono on 15 October 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TEKNOLOGI BETON: Dari Teori Ke Praktek
Citied:
IEEE
T. Mulyono, Teknologi Beton: Dari Teori ke Praktek. Jakarta: LPP Press,
2015.
American Psychological Association (APA) 6th Edition
Mulyono,Tri (2015) Teknologi Beton: Dari Teori ke Praktek. Jakarta: LPP
Press.
Chicago Manual of Style 17th Edition
Mulyono,Tri. 2015. Teknologi Beton: Dari Teori ke Praktek. Jakarta: LPP
Press.
DAFTAR ISI

LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) PENULISAN BUKU AJAR BERBASIS


KURIKULUM KKNI TEKNOLOGI BETON: DARI TEORI KE PRAKTEK i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) _____________ iii
KATA PENGANTAR _______________________________________________ xi
PRAKATA _____________________________________________________ xiii
DAFTAR ISI ____________________________________________________ xvii
DAFTAR TABEL_________________________________________________ xxv
DAFTAR GAMBAR _____________________________________________ xxvii
BAGIAN PERTAMA BETON DAN PERKEMBANGANNYA __________________ 1
BAB I PENDAHULUAN __________________________________________ 1
A. Latar belakang ____________________________________________ 1
1. Deskripsi Beton _____________________________________________3
2. Kelebihan dan Kekurangan Beton _____________________________10
3. Kinerja Beton ______________________________________________13
4. Sifat dan Karakteristik yang Dibutuhkan Dalam Perancangan Beton ___15
A. Tujuan Buku Ajar ini? ______________________________________ 19
B. Ruang lingkup ___________________________________________ 22
C. Manfaat ________________________________________________ 23
1. Manfaat bagi mahasiswa_____________________________________23
2. Manfaat bagi pelaku konstruksi ________________________________24
D. Petunjuk penggunaan buku _________________________________ 25
1. Petunjuk penggunaan bagi mahasiswa _________________________25
2. Petunjuk penggunaan bagi pengajar/dosen ______________________25
3. Petunjuk penggunaan bagi pelaku konstruksi ____________________26
BAB II BETON DAN PERKEMBANGANNYA _________________________ 27
A. Riwayat Perkembangan Beton ______________________________ 27
B. Penggunaan awal Beton pada Bangunan ______________________ 30
1. Nabataea _________________________________________________30
2. Mesir ____________________________________________________31
3. Cina _____________________________________________________32
4. Roma ____________________________________________________33
C. Tonggak Teknologi _______________________________________ 35
D. Milestones bangunan ______________________________________ 38
E. Keahlian yang dibutuhkan __________________________________ 60
1. Perkembangan Industri Konstruksi _____________________________61
2. Perkembangan keahlian _____________________________________64
3. Peran Ahli Beton ___________________________________________69
Penulisan Buku Ajar Berbasis Kurikulum KKNI | xvii
F. Latihan Soal _____________________________________________ 71
BAGIAN KEDUA BAHAN BETON DAN BETON ________________________ 72
BAB III APA DAN BAGAIMANA PENGUJIAN BAHAN BETON DAN BETON 73
A. Maksud dan Tujuan Pengujian _______________________________ 76
1. Pengujian Semen _________________________________________ 77
2. Pengujian Agregat _________________________________________ 77
3. Pengujian Bahan Tambah ___________________________________ 77
4. Pengujian Beton Segar _____________________________________ 78
5. Pengambilan Contoh Uji Beton Keras __________________________ 78
B. Kegunaan Pengujian _______________________________________ 78
C. Ruang Lingkup Pengujian ___________________________________ 78
D. Pengambilan Contoh Uji ____________________________________ 79
1. Pengambilan Contoh Uji bahan _______________________________ 80
2. Penyimpanan dan Persiapan Contoh Uji di Laboratorium __________ 91
E. Pertimbangan Statistik untuk Analisa Data ______________________ 98
F. Prinsip Dasar Pengujian Beton _______________________________ 99
1. Reology Beton Segar _____________________________________ 100
2. Parameter yang Mempengaruhi Rheology Beton ________________ 102
3. Istilah dan Definisi Bahan-bahan Penyusun Beton menurut SNI ____ 102
4. Pengolahan Beton ________________________________________ 102
5. Pengujian Beton Struktur ___________________________________ 113
G. Evaluasi Beton __________________________________________ 114
H. Latihan Soal ____________________________________________ 126
BAB IV BAHAN-BAHAN PENYUSUN BETON DAN BETON ____________ 127
A. Aktivitas Pekerjaan Beton __________________________________ 127
B. Pekerjaan Beton _________________________________________ 128
C. Klasifikasi Beton _________________________________________ 131
1. Beton berdasarkan cara pembuatannya _______________________ 131
2. Beton berdasarkan bahan pengisi agregat _____________________ 135
3. Beton berdasarkan cara pengecoran _________________________ 153
4. Beton Berdasarkan Kuat Tekan _____________________________ 161
5. Beton berdasarkan penulangan _____________________________ 166
6. Berdasarkan (Paparan) Kondisi Lingkungan ____________________ 170
7. Beton Jenis Lainnya ______________________________________ 173
D. Bahan Penyusun Beton ___________________________________ 190
1. Semen _________________________________________________ 190
2. Air ____________________________________________________ 197
3. Agregat ________________________________________________ 200
4. Bahan Tambah __________________________________________ 211
E. Latihan Soal ____________________________________________ 244

xviii | Teknologi Beton: Dari Teori ke Praktek


BAB V KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA __________________ 247
A. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ________________ 250
B. Symbol-Symbol Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) _________ 251
C. Penggunaan Alat Proteksi Diri ______________________________ 256
D. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Laboratorium_________ 258
1. Bahaya dalam Laboratorium _________________________________260
2. Tindakan Pencegahan _____________________________________263
E. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pelaksanaan Konstruksi ____ 266
1. Klasifikasi Kecelakaan Kerja _________________________________267
2. Meminimalisasi Kecelakaan Kerja ____________________________268
F. Latihan Soal ____________________________________________ 271
BAGIAN KETIGA PENGUJIAN BAHAN BETON ________________________ 273
BAB VI PENGUJIAN SEMEN UNTUK PEKERJAAN BETON ____________ 275
A. PEMERIKSAAN BERAT JENIS SEMEN ______________________ 277
1. Pendahuluan _____________________________________________277
2. Alat yang digunakan _______________________________________277
3. Prosedur Pelaksanaan _____________________________________277
4. Hitungan ________________________________________________278
5. Perawatan _______________________________________________278
B. PEMERIKSAAN KONSISTENSI SEMEN PORTLAND ___________ 280
1. Pendahuluan _____________________________________________280
2. Alat yang digunakan _______________________________________280
3. Prosedur Pelaksanaan _____________________________________280
4. Hitungan ________________________________________________281
5. Perawatan _______________________________________________281
C. PEMERIKSAAN KEKEKALAN SEMEN PORTLAND DENGAN KUE
REBUS________________________________________________ 284
1. Pendahuluan _____________________________________________284
2. Alat yang digunakan _______________________________________284
3. Prosedur Pelaksanaan _____________________________________284
4. Hitungan ________________________________________________285
5. Perawatan _______________________________________________285
D. PEMERIKSAAN WAKTU PENGIKATAN SEMEN PORTLAND (TIME OF
SETTING OF HIDRAULIC CEMENT BY VICAT NEEDLE) ________ 288
1. Pendahuluan _____________________________________________288
2. Alat yang digunakan _______________________________________288
3. Prosedur Pelaksanaan _____________________________________289
4. Hitungan ________________________________________________290
5. Perawatan _______________________________________________290
E. PEMERIKSAAN KUAT TEKAN MORTAR SEMEN PORTLAND
(COMPRESSIVE STRENGTH OF HIDRAULIC CEMENT MORTAR) 294

Daftar Isi | xix


1. Pendahuluan ____________________________________________ 294
2. Alat yang digunakan ______________________________________ 294
3. Prosedur Pelaksanaan ____________________________________ 298
4. Hitungan _______________________________________________ 299
5. Perawatan ______________________________________________ 299
BAB VII AIR UNTUK PEKERJAAN BETON _________________________ 303
A. Umum _________________________________________________ 303
B. Spesifikasi air untuk Campuran Beton ________________________ 304
C. Pedoman untuk Membandingkan dua Air Campuran Beton ________ 305
D. Frekuensi Pengujian ______________________________________ 305
E. Prosedur Pengujian dengan Membandingkan Kuat Tekan _________ 306
1. Peralatan _______________________________________________ 306
2. Penyiapan Benda Uji ______________________________________ 306
3. Pengujian Tekan dan Hitungan ______________________________ 307
F. Prosedur Pengujian dengan Membandingkan Waktu Ikat _________ 308
1. Peralatan _______________________________________________ 308
2. Penyiapan Benda Uji ______________________________________ 309
3. Pengujian Tekan dan Hitungan ______________________________ 311
G. Prosedur Pengujian Butiran Padat dalam Air Campuran __________ 313
1. Umum _________________________________________________ 313
2. Peralatan _______________________________________________ 314
3. Prosedur Pengujian _______________________________________ 314
4. Penghitungan hasil uji _____________________________________ 315
5. Contoh Hitungan _________________________________________ 316
BAB VIII AGREGAT (BAHAN PENGISI CAMPURAN BETON) ___________ 319
A. PEMERIKSAAN KADAR AIR PASIR _________________________ 321
1. Pendahuluan ____________________________________________ 321
2. Alat yang digunakan ______________________________________ 321
3. Prosedur Pelaksanaan ____________________________________ 321
4. Hitungan _______________________________________________ 321
5. Perawatan ______________________________________________ 321
B. PEMERIKSAAN KANDUNGAN ORGANIS DALAM PASIR ________ 324
1. Pendahuluan ____________________________________________ 324
2. Alat yang digunakan ______________________________________ 324
3. Prosedur Pelaksanaan ____________________________________ 324
4. Hitungan _______________________________________________ 324
5. Perawatan ______________________________________________ 325
C. PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR _________ 327
1. Pendahuluan ____________________________________________ 327
2. Alat yang digunakan ______________________________________ 327
3. Prosedur Pelaksanaan ____________________________________ 327

xx | Teknologi Beton: Dari Teori ke Praktek


4. Hitungan ________________________________________________327
5. Perawatan _______________________________________________327
D. PEMERIKSAAN BUTIRAN YANG LOLOS AYAKAN NO.200 ______ 330
1. Pendahuluan _____________________________________________330
2. Alat yang digunakan _______________________________________330
3. Prosedur Pelaksanaan _____________________________________330
4. Hitungan ________________________________________________331
5. Perawatan _______________________________________________331
E. SAND EQUIPVALENT TEST_______________________________ 333
1. Pendahuluan _____________________________________________333
2. Alat yang digunakan _______________________________________333
3. Prosedur Pelaksanaan _____________________________________333
4. Hitungan ________________________________________________334
5. Perawatan _______________________________________________334
F. PEMERIKSAAN BERAT ISI AGREGATE (BULK DENSITY TEST) _ 338
1. Pendahuluan _____________________________________________338
2. Alat yang digunakan _______________________________________338
3. Prosedur Pelaksanaan _____________________________________338
4. Hitungan ________________________________________________339
5. Perawatan _______________________________________________340
G. PEMERIKSAAN BERAT JENIS & PENYERAPAN AGREGAT HALUS
(ABSORPTION OF FINE AGGREGATE TEST) ________________ 344
1. Pendahuluan _____________________________________________344
2. Alat yang digunakan _______________________________________344
3. Prosedur Pelaksanaan _____________________________________344
4. Hitungan ________________________________________________346
5. Perawatan _______________________________________________346
H. PEMERIKSAAN BERAT JENIS & PENYERAPAN AGREGAT KASAR349
1. Pendahuluan _____________________________________________349
2. Alat yang digunakan _______________________________________349
3. Prosedur Pelaksanaan _____________________________________349
4. Hitungan ________________________________________________350
5. Perawatan _______________________________________________350
I. PEMERIKSAAN KETAHANAN AGREGAT TERHADAP BEBAN KEJUT
DENGAN IMPACT MACHINE (AGGREGATE IMPACT TEST) ____ 353
1. Pendahuluan _____________________________________________353
2. Alat yang digunakan _______________________________________353
3. Prosedur Pelaksanaan _____________________________________353
4. Hitungan ________________________________________________354
5. Perawatan _______________________________________________355
J. ANALISA GRADASI______________________________________ 358
1. Pendahuluan _____________________________________________358

Daftar Isi | xxi


2. Alat yang digunakan ______________________________________ 358
3. Prosedur Pelaksanaan ____________________________________ 358
4. Hitungan _______________________________________________ 359
5. Perawatan ______________________________________________ 359
BAGIAN KEEMPAT PERANCANGAN BETON & PENGUJIAN
BETON SEGAR ________________________________________________ 367
BAB IX PERANCANGAN CAMPURAN BETON (CONCRETE MIX
DESIGN) & PENGUJIAN BETON SEGAR ___________________ 369
A. PERANCANGAN CAMPURAN BETON NORMAL
METODE SNI (SNI 03-2834-2000) ___________________________ 371
1. Umum _________________________________________________ 371
2. Ketetentuan _____________________________________________ 371
3. Formulir isian Perancangan _________________________________ 375
4. Tabel dan Grafik Perancangan ______________________________ 379
5. Syarat Batas Gradasi Agregat _______________________________ 386
6. Contoh Hitungan Gradasi Agregat ___________________________ 392
7. Contoh Hitungan Perancangan Sesuai SNI 03-2834-2000 ________ 399
B. TATA CARA PENGADUKAN BETON DI LABORATORIUM
(LABORATORY CONCRETE MIXER) ________________________ 410
1. Pendahuluan ____________________________________________ 410
2. Standar ________________________________________________ 410
3. Alat yang digunakan ______________________________________ 410
4. Prosedur Pelaksanaan ____________________________________ 411
5. Perawatan ______________________________________________ 413
C. UJI SLAM (SLUMP TEST) _________________________________ 416
1. Pendahuluan ____________________________________________ 416
2. Alat yang digunakan ______________________________________ 416
3. Posedur Pelaksanaan _____________________________________ 417
4. Hitungan _______________________________________________ 418
5. Perawatan ______________________________________________ 418
D. TATA CARA PEMBUATAN BENDA UJI SESUAI SNI 2493:2011 ___ 422
1. Pendahuluan ____________________________________________ 422
2. Alat yang digunakan ______________________________________ 422
3. Prosedur Pelaksanaan ____________________________________ 424
4. Pemeriksaan Lanjutan _____________________________________ 425
5. Perawatan ______________________________________________ 425
E. PEMERIKSAAN KANDUNGAN UDARA BETON SEGAR
SESUAI SNI 3418:2011 ___________________________________ 429
1. Pendahuluan ____________________________________________ 429
2. Alat yang digunakan ______________________________________ 429
3. Prosedur Pelaksanaan ____________________________________ 429

xxii | Teknologi Beton: Dari Teori ke Praktek


4. Hitungan ________________________________________________430
5. Perawatan _______________________________________________430
F. PEMERIKSAAN BERAT ISI & BLEEDING BETON SEGAR
SESUAI SNI 4156:2008 ___________________________________ 433
1. Pendahuluan _____________________________________________433
2. Alat yang digunakan _______________________________________433
3. Benda uji ________________________________________________435
4. Prosedur Pelaksanaan _____________________________________436
5. Hitungan ________________________________________________437
6. Perawatan _______________________________________________437
BAGIAN KELIMA PENGUJIAN BETON KERAS &
EVALUASI PEKERJAAN BETON ___________________________________ 441
BAB X BETON KERAS (HARD CONCRETE) DAN
EVALUASI PEKERJAAN BETON ___________________________ 443
A. UJI KUAT TEKAN (COMPRESSION TEST) ___________________ 445
1. Pendahuluan _____________________________________________445
2. Benda uji ________________________________________________451
3. Prosedur Pelaksanaan _____________________________________452
4. Hitungan ________________________________________________453
5. Evaluasi Kekuatan Tekan.___________________________________453
6. Perawatan _______________________________________________454
B. PEMERIKSAAN MODULUS ELATISITAS BETON (MODULUS
ELASTICITY TEST) ______________________________________ 460
1. Pendahuluan _____________________________________________460
2. Alat yang digunakan _______________________________________460
3. Prosedur Pelaksanaan _____________________________________460
4. Hitungan ________________________________________________461
5. Perawatan _______________________________________________462
C. UJI KUAT TARIK BELAH SILINDER BETON __________________ 465
1. Pendahuluan _____________________________________________465
2. Alat yang digunakan _______________________________________465
3. Prosedur Pelaksanaan _____________________________________465
4. Hitungan ________________________________________________466
5. Perawatan _______________________________________________466
D. UJI KUAT KUAT LENTUR BALOK BETON ____________________ 469
1. Umum __________________________________________________469
2. Peralatan ________________________________________________470
3. Persyaratan Benda Uji _____________________________________473
4. Prosedur Pelaksanaan _____________________________________473
5. Hitungan ________________________________________________475
6. Pelaporan _______________________________________________478

Daftar Isi | xxiii


7. Perawatan ______________________________________________ 478
8. Formulir Isian (contoh) _____________________________________ 480
9. Contoh Pengujian ________________________________________ 482
BAGIAN KEENAM PENGUJIAN TIDAK MERUSAK (NON DESTRUCTIVE
TEST) & SEMI TIDAK MERUSAK (SEMI NON DESTRUCTIVE TEST)
STRUKTUR BETON _____________________________________________ 485
BAB XI PENGUJIAN STRUKTUR BETON__________________________ 487
A. PENGUJIAN STRUKTUR BETON DENGAN METODE NON
DESTRUCTIVE TEST MENGGUNAKAN HAMMER TEST (METODE
HAMMER TEST) _________________________________________ 489
1. Umum _________________________________________________ 489
2. Kelebihan dan kekurangan “Hammer test” _____________________ 489
3. Kalibrasi. _______________________________________________ 490
4. Spesifikasi Rebound Hammer _______________________________ 490
5. Prosedur dan Tata Cara Pengujian ___________________________ 493
6. Type Hammer Test Lainnya ________________________________ 494
B. BREAK OF NUMBER _____________________________________ 495
1. Maksud dan Tujuan _______________________________________ 495
2. Prosedur Pengujian _______________________________________ 495
C. PENGUJIAN CAST IN PLACE CYLINDERS ___________________ 496
1. Maksud dan Tujuan _______________________________________ 496
2. Prosedur Pengujian _______________________________________ 496
D. PROBE PANETRATION TEST ______________________________ 497
E. PULL OUT TEST ________________________________________ 499
F. ULTRASONIC PULSE VELOCITY ___________________________ 500
1. Maksud dan Tujuan _______________________________________ 500
2. Prosedur _______________________________________________ 501
G. PERBANDINGAN HASIL UJI METODE NON-DESTRUCTIVE TEST 502
H. BATASAN PENGUJIAN NON-DESTRUCTIVE TEST ____________ 504
I. CORE DRILL (BOR INTI) __________________________________ 505
1. Faktor Koreksi ___________________________________________ 505
2. Faktor Lainnya ___________________________________________ 506
DAFTAR PUSTAKA _____________________________________________ 509
GLOSARRY ___________________________________________________ 535
INDEKS _____________________________________________________ 556
LAMPIRAN A – RPKPS UNTUK PROGRAM DIPLOMA 3 ________________ 563
LAMPIRAN B - CURRICULUM VITAE PENULIS UTAMA ________________ 571
LAMPIRAN C - SURAT PERNYATAAN ______________________________ 579

xxiv | Teknologi Beton: Dari Teori ke Praktek


BAB I
PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan, ruang lingkup,
manfaat dan petunjuk penggunaan buku.

A. Latar belakang

Beton yang digunakan untuk struktural dalam konstruksi teknik sipil, dapat dibedakan
menjadi beberapa bagian, dalam teknik sipil struktur beton digunakan untuk bangunan
pondasi, kolom, balok, pelat ataupun pelat cangkang, dalam teknik sipil hydro digunakan untuk
bangunan air seperti bendung, bendungan, saluran, ataupun pada perencanaan drainase
perkotaan. Beton juga digunakan dalam teknik sipil transportasi untuk pekerjaan rigid
pavement (lapis keras permukaan yang kaku), saluran samping, gorong-gorong, dan lainnya.
Jadi beton hampir digunakan dalam semua aspek di dalam ilmu teknik sipil. Artinya semua
struktur dalam teknik sipil akan menggunakan beton, minimal dalam pekerjaan pondasi.

Selama ribuan tahun, manusia telah mengeksplorasi (versatility) kemudahan untuk


digunakan dari bahan yang dapat dibentuk atau produk yang dengan mudah dituangkan dalam
keadaan plastis dan kemudian mengeras serta menjadi kuat dan tahan lama (Lea, 1971).
Seperti keramik dan plester gipsum, mortar kapur dan beton pozzolanic sebagai bahan
ekonomis untuk menghasilkan struktur yang berguna dan estetika yang beragam (Fiorato,
2006). Beton telah sudah ada sejak jaman romawi (Gambar 1.1), beton modern saat ini
(Gambar 1.2).

Gambar 1.1: Beton Romawi


Sumber: (Island Readymix concrete, 2014)
Penulisan Buku Ajar Berbasis Kurikulum KKNI | 1
secara umum selain digunakan untuk struktural juga dapat digunakan untuk untuk
non-struktural yang dimaksudkan untuk memperbaiki estetika dan pengurangan beban
structural seperti misalnya bata beton (beton aerasi) ataupun paving block dan beton non-
struktural lainnya. Pengertian non structural adalah beton yang tidak dimaksudkan untuk
menahan beban-beban struktural.

Gambar 1.2: Bahan-Bahan Campuran Beton


Sumber: (koleksi pribadi)

Menurut (SNI 03 – 2847 - 2002), Tata cara perencanaan struktur beton untuk bangunan
gedung, bahwa kuat tekan beton polos yang digunakan untuk tujuan struktural atau suatu
komponen struktur komposit dengan suatu inti baja struktural yang dibungkus oleh beton
bertulang berspiral harus tidak boleh kurang dari 17,5 MPa dan beton pada komponen struktur
yang merupakan bagian dari sistem pemikul beban gempa kuat tekan beton tidak boleh kurang
dari 20 MPa dan harus memenuhi uji sesuai (SNI 03-1974-1990), Metode pengujian kuat tekan
beton.

Struktur beton mempunyai banyak keunggulan dibandingkan materi struktur yang lain,
dan dapat di tinjau dari penggunaan beton yang begitu luas. Pengertian beton adalah sebuah
material dengan kualitas tertentu yang digunakan untuk memikul beban struktural atau untuk
membentuk bagian integral dari sebuah struktur (McGraw-Hill Companies, Inc., 2006). Struktur
beton dapat didefinisikan (sebagai sebuah bangunan beton yang terletak di atas tanah yang
menggunakan tulangan atau tidak menggunakan tulangan. Struktur beton sangat tergantung
dengan komposisi dan kualitas bahan-bahan pencampur beton, yang dibatasi dengan
kemampuan daya tekan beton (in a state of compression) sesuai dengan perencanaannya.
Hal ini juga tergantung dengan kemampuan daya dukung tanah (supported by soil) atau juga
tergantung dengan kemampuan struktur yang lain atau struktur atasnya (vertical support).

Ditinjau dari sudut estetika beton hanya membutuhkan sedikit pemeliarahan, lagipula
beton tahan terhadap serangan api. Sifat-sifat yang kurang disenangi dari beton adalah

2 | BAB I: Pendahuluan
deformasi yang tergantung pada waktu desertai dengan penyusutan akibat mengeringnya
beton dan gejala lain yang berhubungan dengan hal tersebut. Namun demikian pengaruh-
pengaruh keadaan lingkungan, rangkak, penyusutan, pembebanan yang mengakibatkan
perubahan deminsi pada struktur beton dan elemen-elemennya mendapat perhatian yang
cukup pada tahap perencanaan untuk mengatasi kesulitan yang akan terjadi.

Apabila diinginkan hasil akhir yang memuaskan, maka dibutuhkan pengenalan yang
mendalam mengenai sifat-sifat yang berkaitan dengan suatu bahan yakni bahan-bahan
penyusun beton tersebut. Kinerja yang menjadi perhatian penting bagi perencana struktur
dalam merencanakan struktur yang menggunakan beton ada dua; yang pertama adalah
keuatan utamanya dan kedua adalah kemudahan untuk pengerjaan beton. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti beton terdahulu memberikan suatu kontradiksi, dimana untuk
menghasilkan kekuatan tekan tinggi maka penggunaan air atau faktor air terhadap semen
haruslah kecil, akan tetapi hal ini akan menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan, dengan
semakin majunya teknologi hal ini bukanlah menjadi masalah dengan diketemukannya bahan
tambah untuk beton.

1. Deskripsi Beton

Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolis
(portland cement), Agregat kasar, agregat halus, air dan dengan menggunakan atau tidak
bahan tambah (admixture atau additive) atau campuran antara semen portland atau semen
hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan
yang membentuk masa padat (SNI 03 – 2847 - 2002).
Menurut Terminology (ASTM C-125, 2007) adalah “composite material that consists
essentially of a binding medium within which are embedded particles or fragments of
aggregate; in hydrauliccement concrete, the binder is formed from a mixture of hydraulic
cement and water” atau material komposit yang pada dasarnya terdiri dari media yang
mengikat dan didalamnya terdapat partikel atau fragmen agregat; dalam beton semen hidrolik,
pengikat terbentuk dari campuran semen hidrolik dan air. Semen hidrolik (ASTM C 219 14a,
2014) adalah semen yang mengikat dan mengeras berdasarkan reaksi kimia dengan air dan
mampu juga di dalam air.
Bahan penyusunnya yaitu semen, agregat dan air dan jika di perlukan di tambahkan
bahan tambah (admixture) tertentu untuk merubah sifat-sifat tertentu dari beton yang
bersangkutan. Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah
berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan yang penting dalam reaksi kimia
tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat mencegah perubahan-
perubahan volume beton setelah selesai pengadukan, dan juga dapat memperbaiki keaweta
Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 3
dari beton yang dikerjakan. Beton yang dicampur dengan cara volume multak (campuran
berat-volume) pada umumnya (Gambar 1.3) mengandung rongga udara sekitar 1% - 3% untuk
air-entrained dan 4%-8% untuk beton Air-entrained (Kosmatka, Kerkhoff, & and Panarese,
2003), pasta semen (semen dan air) sekitar 25% - 40%, dan agregat (agregat halus dan
agregat kasar) sekitar 60% - 75%. Untuk mendapatkan kekuatan rencana yang baik maka
perlu dipelajari sifat dan karakteristik dari masing-masing bahan penyusun tersebut. Untuk
dapat mempelajari sifat dan karakteristik bahan penyusun beton dan beton itu sendiri maka
perlu dilakukan pengujian baik yang dilakukan pada bahan beton, beton muda dan pada saat
beton keras.

Gambar 1.3: Range Campuran Bahan Beton dengan proporsi Absolute Volume. Bar 1 dan 3
reperesentatif campuran dengan Agregat ukuran kecil dan Bar 2 dan 4 reperesentatif
campuran dengan Agregat ukuran besar
Sumber: (Kosmatka, Kerkhoff, & and Panarese, 2003)
Kegiatan konstruksi akan mencakup tahap pra-konstruksi, konstruksi dan
pascakonstruksi. Kegiatan prakonstruksi meliputi kegiatan perencanaan yaitu survey;
investigasi; studi dan desain. Pada tahap ini kegiatan yang berkaitan dengan teknologi beton
akan mencakup kegiatan perencanaan baik kebutuhan material maupun rancangan campuran
dan sudah termasuk kecukupan bahan untuk pekerjaan dan investigasi serta studi kelayakan
bahan dan kekuatan beton yang akan digunakan. Pada tahapan konstruksi merupakan
implementasi hasil rancangan dan pada pascakonstruksi, meliputi operasi, pemeliharaan,
monitoring, dan evaluasi. Pada tahap ini merupakan penilaian atas pekerjaan serta
pemecahan atas persoalan yang timbul dari saat pra sampai denga konstruksi.

4 | BAB I: Pendahuluan
Pengujian bahan penyusun beton dan beton merupakan salah satu bagian dari kegiatan
tahap prakonstruksi. Aktivitas pada setiap tahapan diatur dalam suatu ketentuan tertulis dan
dilandasi oleh dasar hukum yang berlaku yang keseluruhannya dituangkan dalam Standar,
Pedoman, Manual atau dalam sebuah kegiatan proyek dituangkan dalam suatu rencana kerja
dan syarat-syarat teknis (RKS).

Pada tahapan pengujian bahan beton dan beton, pekerjaan ini haruslah mengikuti
standar-standar yang berlaku, terutama Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk pekerjaan
yang dikerjakan dan dilaksanakan di wilayah Republik Indonesia. Acuan standar tersebut
adalah suatu spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan, disusun berdasarkan konsensus
semua pihak terkait, dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan, keamanan,
keselamatan, lingkungan, perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS),
pengalaman, perkembangan masa kini dan mendatang untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya.

Standar Nasional Indonesia (SNI) dirumuskan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN)
dan/atau instansi teknis, bekerjasama dengan instansi terkait, melalui proses yang, ditetapkan
oleh BSN dan berlaku secara nasional di Indonesia.

Sejalan dengan perkembangan kemampuan nasional di bidang standardisasi dan dalam


mengantisipasi era globlalisasi perdagangan dunia, AFTA (2003) dan APEC (2010/2020),
kegiatan standardisasi yang meliputi standar dan penilaian kesesuaian (conformity
assessment) secara terpadu perlu dikembangkan secara berkelanjutan khususnya dalam
memantapkan dan meningkatkan daya saing produk nasional memperlancar arus
perdagangan dan melindungi kepentingan umum. Untuk membina, mengembangkan serta
mengkoordinasikan kegiatan di bidang standardisasi secara nasional menjadi tanggung jawab
Badan Standardisasi Nasional (BSN).

Badan Standardisasi Nasional dibentuk dengan Keputusan Presiden No. 13 Tahun 1997
yang disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah dan yang terakhir dengan Keputusan
Presiden No. 103 Tahun 2001, merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen dengan
tugas pokok mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi di Indonesia. Badan ini
menggantikan fungsi dari Dewan Standardisasi Nasional – DSN. Dalam melaksanakan
tugasnya Badan Standardisasi Nasional berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 102
Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional. Sesuai dengan tujuan utama standardisasi
adalah melindungi produsen, konsumen, tenaga kerja dan masyarakat dari aspek keamanan,
keselamatan, kesehatan serta pelestarian fungsi lingkungan, pengaturan standardisasi secara

Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 5


nasional ini dilakukan dalam rangka membangun sistem nasional yang mampu mendorong
dan meningkatkan, menjamin mutu barang dan/atau jasa serta mampu memfasilitasi
keberterimaan produk nasional dalam transaksi pasar global. Dari sistem dan kondisi tersebut
diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk barang dan/atau jasa Indonesia di pasar
global. (BSN, 2012).

Perumusan Standar Nasional Indonesia, berlandaskan hukum pada PP 102 Tahun 2000
tentang Standardisasi Nasional yang merupakan subsistem dari Sistem Standardisasi
Nasional (SSN). Pada dasarnya merupakan akumulasi pengetahuan, teknologi dan
pengalaman dari para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat proses pencapaian
kesepakatan. Pengembangan suatu standar melalui 2 (dua) pendekatan berbeda: (1)
Berbasis konsensus, kesepakatan terhadap suatu rancangan standar di kalangan para
pemangku kepentingan(stakeholders); (2) Berbasis scientific evidence, kesepakatan terhadap
suatu rancangan standar yang berlandaskan pada pembuktian secara ilmiah.

Mengacu pada pedoman tentang Pengembangan SNI yang mencakup kelembagaan


dan proses yang berkaitan dengan perumusan, penetapan, publikasi dan pemeliharaan SNI.
Agar SNI memperoleh keberterimaan yang luas diantara para stakeholder, maka sesuai
dengan WTO Code of good practice pengembangan SNI harus memenuhi sejumlah norma,
yakni: (a) Openess; Terbuka bagi agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat
berpartisipasi dalam pengembangan SNI. (b) Transparency; Transparan agar semua
stakeholder yang berkepentingan dapat mengikuti perkembangan SNI mulai dari tahap
pemrograman dan perumusan sampai ke tahap penetapannya . Dan dapat dengan mudah
memperoleh semua informsi yang berkaitan dengan pengembangan SNI; (c) Consensus and
impartiality; Tidak memihak dan konsensus agar semua stakeholder dapat menyalurkan
kepentingannya dan diperlakukan secara adil; (d) Effectiveness and relevance; Efektif dan
relevan agar dapat memfasilitasi perdagangan karena memperhatikan kebutuhan pasar dan
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (e) Coherence;
Koheren dengan pengembangan standar internasional agar perkembangan pasar negara kita
tidak terisolasi dari perkembangan pasar global dan memperlancar perdagangan
internasional; dan (f) Development dimension; Berdimensi pembangunan agar
memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan nasional dalam meningkatkan daya saing
perekonomian nasional (BSN, 2012) .

Sesuai dengan bidangnya maka yang mengembangkan SNI dan berkaitan dengan
bidang pekerjaan sipil adalah Kementerian Pekerjaan Umum. Selain mengembangkan SNI,
juga mengem-bangkan dan menerapkan Norma, Pedoman, Standar dan Manuail (NPSM)
untuk memberikan panduan dan kemudahan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam

6 | BAB I: Pendahuluan
bidang pekerjaan konstruksi untuk melaksanakan kegiatan pembangunan sarana-prasarana.
Norma di definisi menurut Undang-undang no. 25 tahun 2009 mengenai Pelayanan Publik
adalah aturan atau ketentuan yang dipakai sebagai tatanan untuk penyelenggaraan
pemerintah. (UU RI No.25 Tahun 2009). Standar atau lengkapnya standar teknis, adalah suatu
norma atau persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen formal yang menciptakan
kriteria, metode, proses, dan praktik rekayasa atau teknis yang seragam. Suatu standar dapat
pula berupa perangkat formal lain yang digunakan untuk kalibrasi. Suatu standar primer
biasanya berada dalam yurisdiksi suatu badan standardisasi nasional. Standar sekunder,
tersier, cek, serta bahan standar biasanya digunakan sebagai rujukan dalam sistem metrologi.
Pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan dapat
disesuaikan dengan karakteristik suatu kegiatan tertentu (PP No. 25 tahun 2000) dan Manual
adalah acuan operasional yang penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan dan
karakteristik suatu kegiatan tertentu (PP No. 25 tahun 2000).

Mengetahui dan mempelajari seluruh prilaku elemen gabungan (bahan penyusun beton)
diperlukan pengetahuan tentang karakteristik masing-masing komponen. (Nawy E. G., 2009)
mendefinisikan beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material
pembentuknya. Dengan demikian perlu dipelajari dari masing-masing komponen tersebut
sebelum mempelajari beton secara keseluruhan. Dengan demikian perencana (engineer)
dapat mengembangkan pemilihan material yang layak dan komposisinya sehingga diperoleh
beton yang effisien, memenuhi kekuatan batas yang disyaratkan oleh perencana dan
memenuhi persyaratan serviceability yang dapat diartikan juga sebagai pelayanan yang
handal dengan memenuhi kriteria ekonomi (Nawy E. G., 2008).

Masalah yang timbul bagi seorang perencana adalah bagaimana merencanakan


komposisi dari bahan-bahan penyususun beton tersebut agar dapat memenuhi spesifikasi
teknik yang ditentukan pada sebuah struktur beton (sesuai dengan spesifikasi teknik dalam
kontrak atau permintaan pemilik). Campuran beton haruslah dapat dengan mudah dikerjakan
saat beton segar, memiliki durability, kuat tekan yang sesuai dengan perencanaan, seragam
pada saat telah mengeras serta ekonomi (Kosmatka, Kerkhoff, & and Panarese, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton (Winter, December 2012) yang


relevan dan penting adalah sebagai berikut: (1) Porositas beton: void dalam beton dapat diisi
dengan udara atau dengan air. Rongga udara merupakan contoh nyata dan mudah-terlihat
yaitu pori-pori dalam beton. Secara garis besar, beton berpori akan lebih lemah karena
porositas pada beton ditentukan oleh rasio air dan semen dalam campuran, yang dikenal
sebagai 'air untuk semen' rasio. Rasio air-semen: Rasio air-semen adalah rasio berat air
terhadap berat semen yang digunakan dalam campuran beton dan memiliki pengaruh penting

Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 7


pada kualitas beton yang dihasilkan. Rasio air-semen rendah menyebabkan kekuatan yang
lebih tinggi dan daya tahan, tetapi dapat membuat campuran lebih sulit untuk dikerjakan.
Kesulitan penempatan dapat diatasi dengan menggunakan plasticizer atau super-plasticizer.

Gambar 1.4: Hubungan Faktor Air Semen dengan Kekuatan Tekan Beton
Sumber: (Abrams D. A., Design of Concrete Mixtures. Bulletin 1, Structural Materials
Research Laboratory, Lewis Institute, May, 1919a)

Hasil penelitian ini untuk melihat hubungan rasio-air semen pertama kali diterbitkan
dalam (Abrams D. A., Design of Concrete Mixtures. Bulletin 1, Structural Materials Research
Laboratory, Lewis Institute, May, 1919a). Pengujian kekuatan beton semen Portland dibuat
pada umur 3 hari sampai 2 1/3 tahun dengan menggunakan air campuran dari berbagai jenis,
banyak yang dianggap tidak cocok untuk digunakan dalam beton, menunjukan bahwa semakin
tinggi rasionya maka kekuatan tekan akan rendah begitu juga sebaliknya (Abrams, 1924). Duff
A. Abrams (1880, Illinois, – 1965, New York) adalah peneliti, profesor, dan direktur
laboratorium penelitian dari Asosiasi Semen Portland di Chicago yang menjadi presiden dari
American Association Beton (ACI) dari tahun 1930 sampai 1931. Hasil penelitian hubungan
antara factor air semen dengan kekuatan tekan beton seperti Gambar 1.4. Ia meneliti
pengaruh komposisi campuran beton untuk meneliti kekuatan akhir beton. Beberapa hasil
penelitiannya adalah: (1) definisi konsep modulus kehalusan; (2) definisi rasio air-semen; (3)
metode pengujian untuk workability campuran beton dengan menggunakan apa yang disebut
'Abrams kerucut', lihat uji slump beton.

Sebagai contoh, campuran beton yang mengandung 400 kg semen dan 240 liter (= 240
kg) air akan memiliki rasio air / semen dari 240/400 = 0,6. Rasio air / semen dapat disingkat
'w / c rasio' atau hanya 'w/ c' atau Faktor Air Semen (FAS). (2) Kekuatan agregat: itu akan
menjadi jelas bahwa jika agregat dalam beton lemah, beton juga akan lemah. Batu dengan

8 | BAB I: Pendahuluan
kekuatan intrinsik yang rendah, seperti kapur, jelas tidak cocok untuk digunakan sebagai
agregat. Integritas ikatan antara pasta dan agregat sangat penting, dan (3) Parameter semen:
banyak parameter yang berkaitan dengan komposisi mineral semen dan proporsi yang dapat
mempengaruhi laju peningkatan kekuatan dan kekuatan akhir yang dicapai beton seperti
misalnya kandungan alite, reaktivitas alite dan belite serta kadar sulfat semen. Karena alite
adalah mineral semen yang paling reaktif yang memberikan kontribusi signifikan terhadap
kekuatan beton, Alite yang besar harus memberikan kekuatan awal yang lebih baik (sekitar 7
hari). Untuk semen tertentu, akan dipengaruhi seperti 'kandungan optimum sulfat,' atau
'kandungan optimum gypsum.' Sulfat dalam semen, baik sulfat klinker dan ditambahkan
gipsum, menghambat hidrasi dari fase alumina. Selain itu agregat yang digunakan dalam
campuran beton harus bebas dari zat-zat yang merusak (Schuster, 1957).

Kekuatan beton sangat dipengaruhi oleh banyak factor (Mishra, 2014), seperti kualitas
bahan baku (semen, air, agregat atau bahan tambah), rasio air / semen, kasar / rasio agregat
halus, umur beton, pemadatan beton, suhu, kelembaban relatif dan perawatan (curing) beton.
Sifat fisik dan mineralogi lainnya agregat harus diketahui sebelum pencampuran beton untuk
mendapatkan campuran yang diinginkan. Properti ini termasuk bentuk dan tekstur, ukuran
gradasi, kadar air, berat jenis, reaktivitas, kesehatan dan satuan berat massal. Properti ini
bersama dengan rasio air-semen menentukan kekuatan, kemampuan kerja, dan daya tahan
beton. (The Pennsylvania State University, 2014).

Menurut (Nawy E. G., 2009), parameter-parameter yang paling penting mempengaruhi


kekuatan beton antara lain; 1) kualitas semen, 2) proporsi semen terhadap campuran (Abrams
& Walker, Quantities of Material for Concrete, Bulletin 9 Structural Materials Research
Laboratory, Lewis Institute, 1921), 3) kekuatan dan kebersihan agregat , 4) Interaksi atau
adesi antara pasta semen dengan agregat, 5) pencampuran yang cukup dari bahan-bahan
pembentuk beton, 6) penempatan yang benar, penyelesaian dan pemadatan beton, 7)
perawatan beton (Abrams D. A., Effect of Curing Condition on the Wear and Strength of
Concrete, Bulletin 2 Structural Materials Research Laboratory, May, 1919b), dan 8) kandungan
klorida tidak melebihi 0.15% dalam beton yang diekspos dan 1% bagi beton yang tidak
diekspos (Solvay Sales Corporation, 9 February 1931).

Dalam membuat beton disamping kualitas bahan penyusunnya, kualitas pelaksanaan


pun menjadi penting, oleh karena itu kualitas pekerjaan suatu konstruksi sangat dipengaruhi
oleh pelaksana pekerjan beton langsung (Flaga, 2000; Jackson & Dhir, Civil Engineering
Material, 1996), Bahwa peran tenaga kerja dan orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan
beton dilapangan sangat menentukan kualitas beton yang dihasilkan (Jackson & Dhir,
Properties of Hardener Concrete, 1989; Young, Mindess, & Bentur, 1998) “The Quality of the

Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 9


Concrete in the Structure Depends on the Workmanship on Site” (American Concrete Institute,
1995) serta (Murdock & Brook, 1979) yang mengatakan “Kecakapan tenaga kerja adalah salah
satu faktor penting dalam produksi suatu bangunan yang bermutu, dan kunci keberhasilan
untuk mendapatkan tenaga kerja yang cakap adalah pengetahuan dan daya tarik pada
pekerjaan yang sedang dikerjakan” (Murdock & Brook, Bahan dan Praktek Beton
(Diterjemahkan oleh: Stephanus Hendarko), 1991; Instituion of Civil Engineer (ICE), 2009).

2. Kelebihan dan Kekurangan Beton

Dalam keadaan yang mengeras beton itu bagaikan batu karang dengan kekuatan tinggi.
Oleh karena itu beton dalam keadaan segar dapat diberi bermacam bentuk, maka kelebihan
ini dapat digunakan untuk membentuk seni arsitektur atau semata-mata untuk tujuan dekoratif.
Beton juga akan memberikan hasil akhir yang bagus dengan cara pengolahan akhir yang
khusus, umpamanya agregat yang di ekspose, yakni agregat yang mempunyai bentuk yang
bertekstur seni tinggi diletakkan dibagian luar, sehingga nampak jelas pada permukaan
betonnya. Hal lainnya seperti yang disebutkan di atas bahwa beton tahan terhadap serangan
api, beton juga tahan terhadap serangan korosi oleh lingkungan.

Sebagian besar bahan pembuat beton menggunakan bahan lokal kecuali semen
portland atau bahan tambah kimia, maka jika dilihat dari sisi ekonomisnya sangat
menguntungkan. Hal ini akan menjadi mahal jika tanpa pemahaman tentang karakteristik
bahan-bahan penyusun beton tersebut yang disesuaikan dengan prilaku struktur yang akan
dibuat.

Nilai kuat tekan beton dengan kuat tariknya tidak berbanding lurus, setiap usaha
perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai dengan peningkatan yang kecil dari kuat
tariknya. Suatu perkiraan kasar nilai kuat tarik berkisar antara 9%-15% kuat tekannya, nilai
pastinya sulit diukur, pendekatan hitungan dengan menggunakan modulus of rapture, yaitu
tegangan tarik beton yang muncul pada saat pengujian tekan beton normal (normal concrete).
Karena kecilnya kuat tarik beton ini juga merupakan salah satu kelemahan dari beton biasa.
Untuk mengatasinya beton tersebut biasanya dikombinasikan dengan tulangan beton
biasanya digunakan baja sebagai tulangannya. Alasan menggunakan baja sebagai tulangan
beton karena koefisien baja hampir sama dengan kofisien beton (Abrams & Walker, Quantities
of Material for Concrete, Bulletin 9 Structural Materials Research Laboratory, Lewis Institute,
1921). Beton didefinisikan sebagai (SNI 03 – 2847 - 2002) beton yang ditulangi dengan luas
dan jumlah yang tidak kurang dari jumlah minimum yang disyaratkan di dalam pedoman

10 | BAB I: Pendahuluan
perencanaan, dengan atau tanpa pratekan, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa
kedua material bekerja sama dalam menahan gaya yang bekerja.

Beton juga dapat dicampur dengan bahan lain seperti beton composite atau sesuai
dengan prilaku yang diberikan terhadap beton tersebut misalnya beton pra-tekan atau beton
pra-tegang (pre-stressing), beton pra-cetak (pre-cast). Beton juga dapat digunakan untuk
struktur yang memerlukan bahan struktur yang ringan misalnya beton ringan struktural yaitu
beton yang mengandung agregat ringan dan mempunyai massa kering udara yang sesuai
dengan syarat seperti yang ditentukanc oleh (ASTM C-567). Beratnya tidak lebih dari 1900
kg/m3.

Biaya pembuatan beton relatif lebih murah karena semua bahan bisa di dapat di dalam
negeri untuk material dasar (availability), seperti ageregat dan air dapat di temukan di daerah
setempat. bahan termahal pembuat beton adalah semen. Jika material beton digabungkan
dengan material lain seperti tulangan beton maka akan menjadi beton bertulang. Secara
ekonomi biaya penggunaan stuktur baja dalam konstruksi lebih mahal dibandingkan dengan
beton bertulang (Concrete Reinforcing Steel Intitute, 1961).

Pada pembuatan beton pengangkutan bahan sangat mudah, karena masing-masing


bisa diangkut secara terpisah atau kemudahan untuk digunakan (versatility). Selain itu beton
bisa dipakai untuk berbagai macam struktur, seperti bangunan, fondasi, jalan, landasan
bandar udara, pipa, perlindungan dari radiasi, indikator panas.

Beton ringan bisa di pakai untuk blok dan panel. Beton arsitektural bisa untuk keperluan
dekoratif (Murdock & Brook, Concrete materials and practice, 1979). Beton bertulang bisa
dipakai untuk berbagi setruktur yang lebih berat, seperti jembatan, gedung, bangunan maritim,
landasan pacu pesawat terbang, kapal, dan sebagainnya. Artinya beton mempunyai
kemampuan beradaptasi (adaptability) seperti dapat dicetak dengan bentuk dan ukuran
berapapun, misalnnya pada struktur cekung (shell) maupun bentuk-bentuk khusus 3 dimensi
dan dapat diproduksi dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan situasi sekitar dari cara
sederhana yang tidak memerlukan ahli khusus, sampai alat moderen di pabrik yang serba
otomatis dan terkomputerisasi contohnya bangunan arsitektur Gambar 1.5.

Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 11


Gambar 1.5: Estetika dan struktur, disain “Hotel Aurelia Program”
Sumber: (Hirose, 2012)

Sifat monolit beton tidak memerlukan sambungan seperti baja sehingga konsumsi energi
minimal per kapasitas jauh lebih rendah dari baja, bahkan jauh lebih rendah dari proses
pembuatan batu bata. Tahapan untuk menghasilkan kinerja beton sesuai dengan rencana
seperti Gambar 1.6.

Secara umum kelebihan beton (1) Bisa dengan mudah membentuknya sesuai dengan
kebutuhan konstruksi, (2) mampu memikul beban yang berat, (3) tahan terhadap temperatur
yang tinggi, (4) biaya pemeliarahan yang kecil, dll.

Kekurangannya adalah antara lain (1) Bentuk yang telah dibuat sulit untuk dirubah, (2)
Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi, (3) Berat sendiri yang besar, (4)
Daya pantul suara yang besar.

12 | BAB I: Pendahuluan
SPESIFIKASI
DAN
PERENCANAAN CAMPURAN

MATERIAL PENYUSUN BETON


EVALUASI (Semen, Agregat, Air, Bahan
(Sampel, Pengujian, Pelaporan) Tambah Mineral,
Bahan Tambah kima)

PROSES PENGADAAN
(Batching, Mixing, Transportasi,
Pengecoran, Finishing, Perawatan)

SIFAT DAN KARAKTER BETON


EVALUASI
(Rheological, Mekanikal, Kimiawi,
(Sampel, Pengujian, Pelaporan)
Elekronikal, dll)

KINERJA BETON
(Konstruktibiliti, Kekuatan,
Durabilitas)

Gambar 1.6: Proses keseragaman Pembuatan Beton


Sumber: (STP 169D, Concrete and Concrete-Making Materials, p.31)

3. Kinerja Beton

Sampai saat ini beton masih menjadi pilihan utama dalm pembuatan struktur, hal ini
disebabkan selain kemudahan dalam menadapatkan material penyusunnya juga akan
melibatkan penggunaan tenaga yang cukup besar sehingga dapat mengurangi masalah
penyediaan lapangan kerja. Selain dua kinerja utama yang disebutkan di atas kekuatan tekan
yang tinggi dan kemudahan pengerjaanya, pada proses produksinya yang menjadi perhatian
untuk mewujudkan hal tersebut adalah kelangsungan proses pengadaan beton.

Sifat-sifat dan karakteristik dari material penyusun beton akan mempengaruhi kinerja
dari beton yang dibuat. Kinerja beton ini disesuaikan dengan katagori untuk bangunan apa hal
tersebut dibuat. ASTM membagi menjadi tiga katagori yaitu: rumah tinggal, perumahan, dan
teknologi tinggi atau struktur yang menggunakan beton mutu tinggi.

Kriteria kinerja untuk beton yang digunakan pada rumah tinggal atau untuk penggunaan
beton dengan kekuatan tekan tidak melebihi 10 Mpa boleh menggunakan campuran 1 semen:
2 Pasir: 3 Batu pecah dengan slump untuk mengukur kemudahan pengerjaannya tidak lebih
dari 100 mm (SNI 03 – 2847 - 2002). Beton dengan kekuatan tekan hingga 20 Mpa boleh
menggunakan penakaran volume dan yang yang lebih besar dari 20 Mpa harus menggunakan
campuran berat. Tiga kinerja (Helmuth & Detwiler, 2006) yang dibutuhkan dalam pembuatan
Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 13
beton yaitu: 1) menuhi kriteria konstruksi yaitu dapat dengan mudah dikerjakan dan dibentuk,
mempunyai nilai ekonomis. 2) Kekuatan merupakan kekuatan tekan dan 3) durabilitas yaitu
memiliki keawetan yang tinggi.

Kinerja yang dihasilkan dalam sebuah proses pengadaan beton haruslah memenuhi
keseragaman. Secara umum untuk mendapatkan kinerja yang seragam dalam pengerjaan
beton dapat dilihat pada diagram alir (Fiorato, 2006). Survey penelitian yang dilakukan ASTM
tentang pengaruh-pengaruh yang timbul terhadap kinerja beton yang disebabkan oleh bahan-
bahan yang digunakan beton dengan survey yang dilakukan pada 27 responden (Gambar
1.7). Kriteria penilaian variabel yang menggunakan skala 1 – 10 dengan 10 merupakan
pengaruh tertinggi terhadap kinerja yang dihasilkan (Gambar 1.7). Penilaian ini didasarkan
atas pentingnya penggunaan bahan tersebut dalam menghasilkan kinerja tertentu dalam
beton yang dibuat.

Cement
Fine Agg
Coarse Agg
Fly Ash
Water Reducer, Retarders
Air-Entraining Admix
Lightweight Agg
Slag
Silica Fume
Water

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Avg. Ranking (1=Most and 10=Least Important

Gambar 1.7: Persepsi Dampak Penggunaan Material dalam Membentuk Kinerja Beton
Sumber: (STP 169D, Concrete and Concrete-Making Materials, p.31)

Secara praktis di lapangan, penilaian kepentingan akan penggunaan bahan yang


digunakan dalam membuat kinerja tertentu akan berbeda yang tergantung dari untuk apa
beton tersebut dibuat. Penggunaan semen untuk rumah tinggal akan lebih banyak jika
dibandingkan untuk penggunaan perumahan komersil atau beton mutu tinggi. Jadi komposisi
bahan penyusun juga harus dilihat untuk apa beton tersebut dibuat. Berdasarkan katagori
rumah tinggal, perumahan dan beton mutu tinggi dampak pengaru terhadap kinerja beton yang
dihasilkan jika dilihat dari variabel bahan penyusunnya dapat dilihat seperti Gambar 1.8
menjelaskan bahwa penggunaan semen dalam sebuah campuran beton sangatlah penting,
dan pengaruh penggunaan air terhadap pembentukan kinerja beton tidak begitu berpengaruh
hal ini juga dijelaskan oleh (Abrams D. A., Design of Concrete Mixtures. Bulletin 1, Structural
Materials Research Laboratory, Lewis Institute, May, 1919a) yang meneliti pengaruh air dalam
perbandingannya dengan semen (FAS/WCR) bahwa semakin tinggi penggunaan air dengan
fas atau water content ratio lebih besar dari 0.6 kinera kekuatan beton akan semakin turun
14 | BAB I: Pendahuluan
begitu juga sebaliknya. Namun demikian mengingat biaya semen mahal maka untuk skala
pekerjaan yang besar penggunaan semen inipun diusahakan seminimal mungkin. Hal ini
mendorong penggunaan bahan pengganti semen.

Penggunaan semen untuk pembangunan rumah tinggal lebih banyak atau lebih penting,
hal ini karena kecenderungan dalam pembuatan rumah tinggal tidak menggunakan
perencanaan sederhana, kecuali dikehendaki lain (Gambar 1.8). Hal ini berbeda dengan
penggunaan semen untuk kebutuhan beton kekuatan tinggi, kecederungan penggunaan
semen lebih sedikit karena biaya semen besar, sehingga untuk mengurangi ongkos produksi
diusahakan penggunaan semen seminimal mungkin.

Cement
Residential
Fine Agg
Low-Rise Commercial
Coarse Agg

Fly Ash
High Tech., Higt-Strength

Water Reducer, Retarders

Air-Entraining Admix

Lightweight Agg

Slag

Silica Fume

Water

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Avg. Rangking ( 1=Most and 10= Least Important

Gambar 1.8: Persepsi Dampak Penggunaan Material dalam Membentuk Kinerja Beton
Tergantung Dari Type Konstruksi
(Sumber: STP 169C, Concrete and Concrete-Making Materials, p.33)

4. Sifat dan Karakteristik yang Dibutuhkan Dalam Perancangan Beton

a) Kuat Tekan Beton

Kekuatan tekan beton merupakan salah satu kinerja utama yang dibutuhkan oleh beton.
Kekuatan tekan merupakan kemampuan beton dalam menerima gaya tekan persatuan luas.
Walaupun terdapat tegangan tarik yang kecil dalam beton diasumsikan semua tegangan tekan
didukung oleh beton tersebut. Penentuan kekuatan tekan dapat dilakukan dengan
mengggunakan alat uji tekan dengan benda uji berbentuk silinder dengan prosedur uji ASTM
C-39 atau kubus dengan prosedur BS-1881 Part 115; Part 116 pada umur 28 hari.
Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 15
Kekuatan tekan relatif antara benda uji silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm
dengan kubus (150 x 150 x 150) mm seperti (Neville, 1995) lihat tabel 1.1 dan menurut standar
lainnya (ISO 3893, 1977) dalam lihat tabel 1.2 sebagai berikut:

Tabel 1.1: Rasio Kuat Tekan Silinder-Kubus


Kuat Tekan 7.00 15.20 20.00 24.10 26.20 34.50 36.50 40.70 44.10 50.30
(Mpa)

Kuat Rasio 0.76 0.77 0.81 0.87 0.91 0.94 0.87 0.92 0.91 0.96
Silinder/Kubus

Sumber: Neville, “Properties of Concrete”, 3rd Edition, Pitman Publishing, London, 1981, p.544

Tabel 1.2:Perbandingan antara Nilai Kuat Tekan Antara Silinder dan Kubus
Kuat Tekan 2 4 6 8 10 12 16 20 25 30 35 40 45 50
Silinder
(Mpa)

Kuat Tekan 2.5 5 7.5 10 12.5 15 20 25 30 35 40 45 50 55


Kubus (Mpa)

Sumber: ISO Standard 3893-1977

Menurut (British Standard, 1983) BS 1881 : Part 116 : 1983, rasio kubus terhadap
silinder (Cube/cylinder) untuk semua kelas = 1.25, sedangkan (Day K. W., 2006), kekuatan
tekan kubus jika dibandingkan dengan silinder dinyatakan dalam persamaan 1.1 dan 1.2
dengan nilai kuat tekan kubus dan silinder dinyatakan dalam Mpa atau N/mm2.

 19 
f 'ck =  f 'c − (1.1)
 f ' c 

 20 
f 'c =  f 'ck − (1.2)
 f 'ck 

Menurut Pedoman Beton 1989 (draft), LPMB, 1991 Pasal 4.1.2.1 (Departemen
Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU, 1989) memberikan hubungan
antara kuatan tekan kubus dengan silinder dalam persamaan 1.3.

f 
f ' c = [0.76 + 0.2.Log  ck ) f ck (1.3)
 15 
Dalam perkembangannya sesuai dengan standar (SNI 03-1974-1990), konversi kuat
tekan beton dari bentuk kubus ke bentuk silinder, maka angka perbandingan kuat tekan seperti
tabel 1.3 berikut:

Tabel 1.3: Konversi Nilai Kuat Tekan Antara Silinder dan Kubus Menurut SNI

16 | BAB I: Pendahuluan
Daftar Konversi Bentuk benda uji Perbandingan
Kubus : 15 cm x 15 cm x 15 cm 1,0
Kubus : 20 cm x 20 cm x 20 cm 0,95
Silinder : 15 cm x 30 cm 0,83

Pemeriksaan kekuatan tekan beton biasanya pada umur 3 hari, 7 hari, dan 28 hari, hasil
pemeriksaan diambil nilai rata-rata dari minimum 2 buah benda uji, apabila pengadukan
dilakukan dengan tangan (hanya untuk perencanaan campuran beton), isi bak pengaduk
maksimum 7 dm3 dan pengadukan tidak boleh dilakukan untuk campuran beton tanpa slump

b) Kemudahan Pengerjaan

Telah dijelaskan di atas bahwa kemudahan pengerjaan beton merupakan salah satu
kinerja utama yang dibutuhkan. Walaupun beton akan mempunyai kuat tekan yang tinggi
tetapi jika tidak dapat dimplementasikan dilapangan karena sulit untuk dikerjakan maka hal ini
akan menjadi percuma. Kemajuan teknologi membawa dampak yang nyata untuk mengatasi
hal ini dengan penggunaan bahan tambah dalam usaha perbaikan kinerja ini. Secara lebih
jelas akan dibahas dibagian berikutnya.

c) Rangkak dan Susud

Setelah beton mulai mengeras maka beton akan mengalami pembebanan. Pada beton
yang menahan beban akan terbentuk suatu hubungan tegangan dan regangan yang
merupakan fungsi dari waktu pembebanan. Beton menunjukan sifat elastisitas murni pada
waktu menahan beban singkat. Sedangkan pada beban yang tidak singkat akan mengalami
regangan dan tegangan sesuai dengan jangka waktu pembebanannya.

Rangkak (creep) atau lateral material flow didefinisikan penambahan regangan terhadap
waktu akibat adanya beban yang bekerja. (Nawy E. G., 2009) Deformasi awal akibat beban
adalah regangan elastis, sedangkan regangan tambahan akibat beban yang sama disebut
regangan rangkak. Anggapan praktis ini cukup dapat diterima karena deformasi awal pada
beton hampir tidak dipengaruhi oleh waktu. Rangkak timbul dengan intensitas yang semangkin
berkurang untuk selang waktu tertentu dan kemungkinan berakhir setelah beberapa tahun
berjalan. Untuk beton mutu tinggi nilai rangkak lebih kecil dibandingkan dengan beton mutu
rendah. Umumnya rangkak tidak mengakibatkan dampak langsung terhadap kekuatan struktur
tetapi akan mengakibatkan timbulnya redistribusi tegangan pada beban yang bekerja dan
kemudian mengakibatkan terjadinya peningkatan lendutan (deflection).

Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 17


Hubungan antara waktu dengan regangan pada beton ditunjukan pada Gambar 1.9
(Nawy E. G., 2009) Rangkak tidak dapat langsung dilihat hanya dapat diketahui apabila
regangan elastis dan susutnyabeserta deformasi totalnya diketahui. Meskipun susut dan
rangkak adalah penomena yang saling terkait, dapat dianggap berlakuk superposisi regangan,
yaitu, regangan total adalah regangan elastis ditambah rangkak dan susud.

Gambar 1.9: Kurva Waktu Regangan


Sumber: (Koleksi Pribadi)

Susut didefiniskan sebagai perubahan volume yang tidak berhubungan dengan beban.
Proses susut dalam beton jika dihalangi secara merata akan menimbulkan deformasi yang
umumnya bersifat menambah terhadap deformasi rangkak.

Berbagai eksprimen menunjukan bahwa deformasi rangkak akan sebanding dengan


tegangan yang bekerja, tetap hal ini berlakuk pada keadaan tegangan yang renbah. Batas
atas tidak dapat ditentukan dengan pasti, tetapi berkisar antara 0.2 dan 0.5 dari kekuatan
batas kekuatan tekannya (f’c). Variasi batas ini diakibatkan oleh besarnya mikroretak di atas
sekitar 40% dari beban batas.

Proses rangkak selalu dihubungkan dengan susut karena keduanya terjadi bersamaan
dan sering kali memberikan pengaruh yang sama terhadap deformasi. Pada umumnya beton
yang semangkin tahan terhadap susut akan mempunyai kecenderungan rangkak yang
rendah, sebab kedua fenomena ini berhubungan dengan proses hidrasi pasta semen. Jadi
rangkak dipengaruhi oleh komposisi beton, kondisi lingkungan, ukuran benda uji atau elemen
struktur. Akan tetapi, pada prinsipnya rangkak merupakan fenomena yang bergantung pada
beban sebagai fungsi waktu.

18 | BAB I: Pendahuluan
dijadikan peganggan baik sebagai mahasiswa di Level D3 ataupun S1 dan bahkan S2 dan S3
yang akan melakukan riset-riset terkait dengan pekerjaan beton sebagai referensi tambahan.
Para praktisi di industry konstruksi diharapkan juga dapat menjadikan buku ini sebagai
pendamping dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi sipil.

Merujuk pada pihak yang akan terlibat pada aktivitas pekerjaan beton, maka buku ini
diharapkan dapat berguna sehingga dengan pemahaman tentang beton, pekerjaan dapat
bersinergi antar pihak yang terlibat dalam pekerjaan sipil.

Aktivitas dalam sebuah pekerjaan beton tidak dipusatkan dalam satu titik kegiatan, tetapi
terdiri dari beberapa kegiatan yang saling berhubungan. Setiap aktivitas kegiatan tersebut
harus di kontrol agar dapat di dapat hasil yang sesuai dengan yang direncanakan.

Proses pembangunan sebuah struktur (Gideon, 1994) dapat diterangkan dalam bagan
di Gambar 1.10. Dari Gambar tersebut dapat dilihat bahwa proses yang penting adalah
bagaimana menyiapkan rencana.

Gambar 1.10: Bagan Alir Perencanaan Pembangunan


Sumber: (Mulyono, T, 2005)

Tentunya dituntut kerjasama yang baik antara pengolah proyek/pemilik dengan


konsultan perencana dan antara konsulatan perencana bersama penasihatnya dengan
pelasana. Di dalam perencanaan di samping harus dapat menerjemahkan keinginan pemilik,
juga harus memahami keinginan dari instasi pemerintah. Dalam sebuah perencanaan beton
harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Dari bagan di atas aktivitas kegiatan pekerjaan beton terletak dalam perencanaan yang
dilakukan oleh konsultan perencana dan aktivitas pengendalian mutu pada saat pelaksanaan
yang dilakukan oleh kontraktor dibawah pengawasan konsultan perencanan dan konsultan
20 | BAB I: Pendahuluan
supervisi. Aktivitas pekerjaan beton dimulai jika telah ada penunjukan atau perintah kerja dari
pemilik.

Kegiatan perencanaan beton di mulai dari quarry atau tempat penambangan sumber
alam didapat. Perencana harus mengambil contoh-contoh material yang akan digunakan
sesuai dengan ketentuan standar baku yang telah ditetapkan. Pengambilan contoh ini
dilakukan secara acak random agar sifat-sifat bahan yang akan di uji terwakili. Contoh uji ini
kemudian dibawah ke dalam laboratorium untuk dilakukan pengecekan dan pengujian. Jika
diketahui paramter besaran dari masing-masing bahan tersebut sesuai dengan syarat yang
diberikan (code standard) maka bahan tersebut dapat digunakan. Jika tidak dilakukan
pencarian sumber bahan yang lainnya atau melakukan pencampuran dari bahan yang
mempunyai mutu kurang yang satu dengan bahan yang lainnya sehingga komposisi bahan
yang dihasilkan dapat sesuai dengan syarat yang ditentukan. Setalah didapat nilai dari
masing-masing bahan tersebut maka dilakukan perancangan beton (mix design).
Perancangan beton ini dapat menggunakan beberapa metode yang dikenal sesuai dengan
spesifikasi yang ditetapkan. Untuk kasus di Indonesia, pada pekerjaan-pekerjaan milik
pemerintah harus menggunakan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Standar baku
ini dulu dikenal sebagai Standar Industri Indonesi namun saat ini telah di revisi dan di
kembangkan sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar perencanaan beton
memakai SNI T-15-1990-03.

Setelah hasil perancangan beton ini di dapat, maka perlu dilakukan pengujian lanjutan,
dalam sebuah pengujian campuran beton di laboratorium. Pengujian campuran beton ini
meliputi pengujian beton segar dan pengujian beton keras. Pengujian beton segar
dimaksudkan untuk mengetahui sifat workability, atau kemudahan dalam pengerjaannya.
Indikator dari kemudahan dalam pengerjaan ini dapat di lihat dari nilai slump beton. Pengujian
lainya dalam beton segar adalah melihat apakah terjadi bleeding dan segregation.

Pengujian beton keras dimaksudkan terutama untuk mengetahui kekuatan tekan


karakteristik dari beton tersebut (f’c). Pengujian ini dilakukan melalui pembuatan benda uji
berbentuk slinder yang pada umur tertentu dilakukan pengujian. Jika pada pengujian ini tidak
memenuhi syarat maka dilakukan perancangan ulang design campurannya sampai
didapatkan komposisi yang di syaratkan dalam spesifikasi teknik oleh pemilik.

Setelah tahapan pembuatan campuran di laboratorium dilakukan maka proses


selanjutnya adalah membawa hasil komposisi mix design tersebut sebagai Job Mix Formula
(JMF) ke tempat pengolahan beton, yang daoat berupa pengolahan menggunakan mesin
mixing biasa (molen) atau ketempat pengolahan beton yang besar (concrete plant). Selama
masa pengolahan beton ini berjalan maka proses pengawasan kualitas juga harus tetap

Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 21


Komposisi beton pada dasarnya dapat didefinisikan dengan faktor air semen, jenis
semen dan agregat, juga kandungan semen dan agregat. Dengan demikian, seperti halnya
susut, semakin besar faktor air semen dan kandungan semen, maka rangkak semakin besar.
Juga seperti pada susut semangkin banyak agregat yang digunakan semakin sedikit susut
yang terjadi. Faktor pengaruh besarnya rangkak dan susut dapat dijabarkan sebagai berikut:

(1) Sifat bahan dasar beton (komposisi dan kehalusan semen, kualitas adukan, dan
kandungan mineral dalam agregat),

(2) Rasio air terhadap jumlah semen (water cement ratio),

(3) Suhu pada saat pengerasan (temperature),

(4) Kelembaban nisbi pada saat proses penggunaan (humidity),

(5) Umur beton pada saat beban bekerja,

(6) Nilai slump (slump test),

(7) Lama pembebanan,

(8) Nilai tegangan,

(9) Nilai rasio permukaan komponen struktur.

Agar rangkak dan susud dapat diminimalkan maka perlu dilakukan penghitungan dan
pengendalian pekerjaan beton terutama pada point (1) sampai (6).

A. Tujuan Buku Ajar ini?

Tujuan dari buku untuk menjelaskan input data yang tepat sesuai dengan sifat dan
karakteristik bahan yang di uji dikaitkan dengan teori dan praktek serta implementasinya di
pekerjaan nantinya yaitu industry konstruksi sipil. Input data ini nantinya dapat digunakan
untuk membuat suatu rancangan campuran beton yang proporsi campurannya dapat
menghasilkan suatu mutu beton sesuai dengan rencana.

Selain itu tujuan dari pengujian bahan penyusun beton dan beton itu sendiri
dimaksudkan untuk melakukan justifikasi dan menyesuiakan keadaan-keadaan bahan yang
ada yang ditunjukan dengan data-data hasil pengujian mengenai sifat dan karakteristik bahan
yang diuji yang berasal dari lapangan atau dari alam, kemudian dilakukan penyesuaian
dengan pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanaan melalui suatu metode perancangan yang
menjadi acuan.

Atas dasar tersebut maka buku yang akan ditulis tujuan utamanya adalah sebagai
pedoman bagi mahasiswa di Diploma 3 Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNJ. Selain itu dapat

Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 19


dilakukan oleh kontraktor di bawah pengawasan konsultan pengawas. Jika terjadi perubahan
terhadap paramter besaran penyusun beton, maka harus dilakukan pengujian laboratorium
lagi sebagai quality control bahan-bahan komposisi beton. Dari concrete plant beton di bawah
ke tempat pekerjaaan beton, yakni tempat pengecorannya. Selama masa perngangkutan
beton segar tersebut harus tetap di jaga agar tidak terjadi kehilangan faktor air semen yang
pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya kekuatan tekan beton. Hal ini dilakukan agar
beton yang mengeras sesuai dengan hasil yang diinginkan.

B. Ruang lingkup

Lingkup pengujian bahan penyusun beton yang umumnya dilakukan pada pekerjaan
konstruksi sipil seperti bahan pembentuk beton dari mulai semen, air, agregat, bahan tambah
termasuk bahan-bahan substitusi sebagai pengganti semisal bahan-bahan artifisial atau
buatan. Selain itu pengujian bahan ini termasuk terhadap kondisi bahan, jumlah,
keseragaman, tata cara dan lainnya seperti yang tercantum di dalam standar-standar normatif.
Pengujian bahan beton sendiri meliputi pengujian terhadap sifat dan karakteristik saat beton
muda sampai dengan beton keras sampai dengan usia 28 hari bahkan lebih. Banyak dan
ragam pengujian yang dilakukan akan sangat tergantung terhadap kepentingan pekerjaan.

Ruang lingkup juga akan mengacu berbagai standar yang berlaku untuk pekerjaan
konstruksi sipil dan utamanya adalah standar nasional Indonesia (SNI), baik untuk
pelaksanaan laboratorium maupun pelaksanaan di lapangan.

Selama masa pelaksanaan pun proses kontrol tidak berhenti, pada masa pelaksanaan
pekerjaan beton ini harus di lihat juga apakah pelaksanaan pengecorannya, pemadatannya,
perawatannya dan penyelesaian akhirnya telah benar. Setelah beton mengeras pada umur 28
hari dilakukan uji tekan untuk mengetahui apakah kekuatan yang direncanakan terpenuhi
syaratnya. Jika tidak dilakukan tindakan sesuai dengan syarat pengevaluasian beton keras.
Apakah harus dilakukan pengujian beton melalui core drill atau load test ataupun dengan
melakukan perancangan ulang mekanikanya dengan menggunakan mutu beton aktual (f’ca).
Bagan alir dari aktivitas kegiatan beton dapat dilihat di Gambar 1.11.

22 | BAB I: Pendahuluan
Spesifikasi Teknik

Karakteristik Kekuatan Rencana

Penyelidikan Bahan-
bahan Penyusun Beton
Sifat Beton lain yang diinginkan

Tidak Pengambilan Sampel

Pengujian Sampel
Laboratorium
Bahan Penyusun
ya Tidak

Analisis Hasil & Evaluasi


Perancangan Campuran
Bahan Penyusun

Pengolahan Beton
Tidak

Pengangkutan Beton
Pengambilan Sampel
Penuangan Beton Beton segar & Pembuatan
Benda Uji Tekan
Pemadatan Beton

Pekerjaan Akhir Beton

Analisis Hasil & Evaluasi


Uji Struktur Tidak Merusak
Beton Keras

Uji Struktur Merusak


Selesai

Gambar 1.11: Bagan Alir Aktivitas Kegiatan Pekerjan Beton


Sumber: (Mulyono, T, 2005)

C. Manfaat

Manfaat dari buku ini bagi para pembaca dan menjelaskan keutamanya buku ini
terhadap manfaatnya sebagai pedoman bagi mahasiswa di Diploma 3 Teknik Sipil, Fakultas
Teknik UNJ. Selain itu dapat dijadikan peganggan baik sebagai mahasiswa di Level D3
ataupun S1 dan bahkan S2 dan S3 yang akan melakukan riset-riset terkait dengan pekerjaan
beton sebagai referensi tambahan di luar UNJ. Para praktisi di industri konstruksi diharapkan
juga dapat menjadikan buku ini sebagai pendamping dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi
sipil.

1. Manfaat bagi mahasiswa

Menjadi ahli beton mensyaratkan bahwa peserta didik membutuhkan upaya yang lebih
besar. Upaya tersebut bermuara pada peserta didik dituntut waktu belajar yang lebih panjang
dan intensif atau banyak membuat/mengerjakan latihan soal dengan variasi yang banyak dan
lebih komplek. Dengan demikian kemajuan penguasaan materi beton sangat ditentukan oleh
peserta didik dan metode pembelajarannya. Fakta membuktikan bahwa peserta didik sering
memiliki variasi kemapuan menyerap materi yang sangat jauh berbeda. Hal tersebut
menyulitkan pemberi materi (dosen) untuk menyampaikan materi sub pokok bahasan
berikutnya karena penguasaan materi sebelumnya belum sepenuhnya diserap oleh peserta
didik. Kalau tidak dilanjutkan pada bahasan berikutnya akan menyulitkan bagi sebagian besar
peserta didik sedangkan kalau diulang materi topic bahasan tidak akan sesuai target materi

Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 23


perkulihan untuk satu semester. Oleh karena buku ini dapat membantu dan bermanfaat bagi
mahasiswa untuk belajar secara mandiri.

Matakuliah Teknologi Beton, Teori dan Praktek Beton diberikan diberikan di Teknik Sipil
untuk memberi bekal yang cukup bagi mahasiswa dalam melakukan proses pembuatan beton
yang meliputi pemilihan bahan, mixdesign, pengerjaan beton, dan pengawasan mutu beton
pada berbagai macam proyek di lapangan. Proses pembuatan beton di lapangan dilakukan
melalui suatu rangkaian tahapan pekerjaan dan harus dilakukan secara teliti dan benar.
Kesalahan pelaksanaan pada proses menyebakan tidak tercapainya mutu beton yang sesuai
perencanaan. Buku ini diharapkan agar mahasiswa dapat memahami, menganalisis, dan
melakukan setiap tahap pekerjaan yang diperlukan dalam proses pembuatan beton secara
benar di laboratorium dan di lapangan pada berbagai macam proyek untuk mendapatkan
beton dengan mutu yang diharapkan. Manfaatnya mahasiswa dapat memahami tentang cara
pengujian bahan yang akan digunakan untuk bahan beton dan proses pembuatan beton
dengan lebih baik, sehingga nantinya setelah lulus dapat menjadi bekal untuk kompetisi di
dunia kerja.

2. Manfaat bagi pelaku konstruksi

Kegagalan pelaksanaan konstruksi beton yang dilakukan oleh pelaksana konstruksi


masih sering di beritakan terutama berita tentang kerusakan jalan termasuk jalan beton
didalamnya yang hampir merata di seluruh Indonesia sering diwartakan oleh banyak media di
seluruh Indonesia. Baik melalui media cetak, media elektronik maupun media sosialita. Ribuan
berita ini seolah tidak pernah ada matinya, karena solusinya tidak pernah komprehensif.
Sehingga pada gilirannya kemudian menjadi salah satu kontributor yang signifikan bagi
ketidakmampuan bersaing bangsa. Selama ini yang secara sahih dianggap sebagai biang
keladi dari kerusakan strukutur beton adalah pembebanan berlebihan, banjir, kurangnya dana
pelaksanaan dan atau pemeliharaan, pelaksanaan konstruksi yang tidak sesuai bestek, dana
dikorup dan lain-lain. Tetapi melupakan bahwa material penyusun dan proses pembuatan
bahan-bahan beton menjadi penting.

Semen sangat dikenal sebagai bahan bangunan, apalagi yang sehari-harinya bergelut
dengan dunia bangunan dan konstruksi beton tentu sangat mengenal. Tanpa semen,
bangunan modern tidak mungkin bisa berdiri seperti saat ini. Fungsi semen sebagai bahan
pengikat campuran, mulai dari campuran beton, plesteran dan acian dinding juga untuk
mengikat pasangan bata atau batako. Berikutnya adalah bahan pengisinya seperti agregat
dan bahan campuran lainnya sebagai bahan tambah untuk menghasilkan sifat-sifat tertentu
dalam beton baik saat beton segar maupun setelah mengeras.

24 | BAB I: Pendahuluan
Pelaku konstruksi baik sebagai konsultan, pelaksana konstruksi bahkan pemilik
konstruksi seharusnya penting untuk memperhatikan bagaimana seharusnya pelaksana
lapangan melakukan proses pembuatan beton dari awal sampai akhir. Kesalahan dalam
aplikasi pelaksanaan akan membuat hasil tidak sempurna. Pengawas juga harus tahu caranya
sesuai dengan kebutuhan dan regulasi yang diterapkan pada pekerjaan. Jangan sampai
bangunan retak-retak atau dinding terkelupas karena pekerjaan beton yang tidak benar.
Contohnya secara sederhana bahwa campuran beton untuk dinding kamar mandi tidaklah
sama dengan campuran untuk dinding kamar tidur. Bagaimana seharusnya agar
pencampuran baik dan benar, maka perlu dipahami sifat dan karakteristik bahan beton dan
beton.

Buku ini diharapkan menjadi bagian dari para pelaku konstruksi dan bermanfaat untuk
membantu memahami sifat dan karakteristik semen, air pencampur, agregat, bahan-bahan
tambah kimia maupun mineral serta karakteristik beton segar pada proses pelaksanaan
konstruksi dan beton keras.

D. Petunjuk penggunaan buku

Menguraikan tentang bagaimana penggunaan buku ini untuk mahasiswa dalam


melakukan prektek-praktek dilaboratorium dan lapangan. Juga akan menguraikan bagaimana
buku ini jiga digunakan untuk mahasiswa S1, S2 atau S3 yang akan melakukan riset atau
pelaksanaan pengujian. Selain itu menguraikan bagaimana buku ini jika digunakan sebagai
pendamping untuk para praktisi konstruksi sipil.

1. Petunjuk penggunaan bagi mahasiswa

Pada bagian pertama dan kedua dari buku ini dapat digunakan untuk membantu
mempelajari teori yang terkait dengan teknologi beton dan pada bagian ketiga dan keempat
digunakan untuk mempelajari pengujian-pengujian beton dilapangan ataupun di laboratorium
dan pada bagian kelima dan keenam dapat digunakan untuk pengujian beton, segar, keras
dan struktur beton.

2. Petunjuk penggunaan bagi pengajar/dosen

Bagi dosen atau pengajar dapat menggunakan pada bagian pertama dan kedua dari
buku untuk mengajar teori teknologi beton di kelas dan pada bagian ketiga dan keempat
digunakan untuk memberikan pengajaran di laboratorium serta bagian kelima dan keenam
untuk pengujian di laboratorium dan lapangan untuk beton segar, keras dan struktur.

Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 25


3. Petunjuk penggunaan bagi pelaku konstruksi

Bagi pelaku konstruksi dapat mengguna secara parsial dari bagian-bagian buku terkait
dengan pekerjaannya.

PERTANYAAN:

1. Jelaskan definisi dan deskripsi dari beton?

2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan beton yang digunakan sebagai struktur?

3. Pertimbangan apa yang harus diambil bagi seorang perencana untuk membuat sebuah
campuran beton?

4. Langkah apa yang harus diambil untuk mengatasi kelemahan beton terhadap kuat tarik?

5. Berdasarkan variable bahan penyusun beton untuk perumahan. Jelaskan pengaruh


material penyusunnya dalam skala 1-10?

6. Bagaimana cara mengetahui karakteristik kekuatan tekan beton?

7. Jelaskan dan Gambarkan aktivitas kegiatan suatu pekerjaan beton?

26 | BAB I: Pendahuluan

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai